BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode survei untuk menggambarkan pengetahuan, sikap, tindakan guru dan siswa kelas V dan VI tentang perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kejadian diare di SD Negeri Bunga Bondar. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Kelurahan Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Alasan memilih lokasi ini karena belum pernah dilakukan penelitian yang serupa mengenai pengetahuan, sikap tindakan guru dan siswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kejadian diare di SD Negeri Bunga Bondar Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Januari April Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD Negeri Bunga Bondar yang berjumlah 10 orang, siswa kelas V 30 orang, dan kelas VI berjumlah 29 orang.

2 Tabel 3.1 Daftar guru, siswa kelas V dan kelas VI di sekolah SDN Bunga Bondar No Kriteria Populasi 1 Guru 10 2 Siswa kelas V 30 4 Siswa kelas VI 29 Total Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dalam jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh guru yang mengajar di SD Negeri Bunga Bondar yang berjumlah 10 orang, seluruh siswa kelas V berjumlah 30 orang dan seluruh kelas VI berjumlah 29 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dari pengukuran terhadap variabel penelitian tentang gambaran pengetahuan, sikap tindakan guru dan siswa kelas V dan VI tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kejadian diare di SD Negeri Bunga Bondar.

3 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Profil singkat SD Negeri dan data yang telah ada pada arsip sekolah dasar yaitu berupa data jumlah guru sekolah dasar dan siswa, referensi buku-buku, hasil penelitian yang berhubungan serta data lain yang dibutuhkan dalam penelitian mengenai SD Negeri Bunga Bondar. 3.5 Defenisi Operasional Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu guru dan siswa tentang PHBS dan kejadian diare di SD Negeri Bunga Bondar. 2. Sikap (attitude) adalah reaksi atau respon dari guru dan siswa tentang PHBS dan kejadian diare di SD Negeri Bunga Bondar. 3. Tindakan adalah gerakan atau perbuatan guru dan siswa tentang PHBS dan kejadian diare di SD Negeri Bunga Bondar. 4. Cuci Tangan Pakai Sabun adalah mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun sesuai dengan waktu dan cara mencuci tangan yang benar. 5. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah adalah mengkonsumsi jajanan yang bergizi, higiene dan bervariasi dan bebas dari bahan tambahan makanan (BTM) Yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

4 6. Menggunakan jamban bersih dan sehat adalah selalu menggunakan jamban bersih, sehat dan tidak berbau, supaya tidak mencemari sumber air dilingkungan sekitar 7. Membuang sampah pada tempatnya adalah siswa dan masyarakat sekolah tidak boleh membuang sampah sembarangan dan harus pada tempat yang disediakan serta dapat memilih tempat sampah organik dan non organik 8. Fasilitas Pendukung PHBS adalah fasilitas minimum yang diperlukan untuk mempraktikkan PHBS di sekolah 9. Diare adalah keadaan keadaan dimana sering buang air besar, berbentuk lembek ataupun cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari yang terjadi dalam kurun waktu tiga bulan. 3.6 Aspek Pengukuran Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi dan kuesioner Perilaku Aspek pengukuran yang telah disediakan disesuaikan dengan skor yang ada. Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2006). a. Memberi skor pada tiap butir pertanyaan. b. Menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan. c. Memberikan nilai pada tiap kategori yaitu baik, sedang, buruk sesuai dengan pengelompokan skor.

5 Menurut Guttman (Riduwan, 2009). Penilaian dalam penelitian ini dibagi dalam kategori (baik, sedang dan kurang) yang berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden. Adapun kategori penilaian dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Nilai baik, apabila total skor yang diperoleh responden >75% dari total nilai tertinggi seluruh pertanyaan. 2. Nilai sedang, apabila total skor yang diperoleh responden 40-75% dari total nilai tertinggi seluruh pertanyaan 3. Nilai kurang, apabila total skor yang diperoleh responden <40% dari total nilai tertinggi seluruh pertanyaan 1. Pengetahuan Pengetahuan guru dan siswa mengenai PHBS dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 15 dengan total skor tertinggi adalah 60. Untuk pertanyaan tingkat pengetahuan memiliki empat pilihan jawaban : Jawaban a (jawaban lengkap) skor : 4 Jawaban b (jawaban kurang lengkap) skor : 3 Jawaban c (jawaban tidak lengkap) skor : 2 Jawaban d (jawaban tidak tahu) skor : 1 Adapun pemberian kriteria pertanyaan tingkat pengetahuan mempunyai 3 pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut : A. Skor jawaban nomor pertanyaan 1-5 yaitu : Jawaba a (jawaban lengkap) skor : 4

6 Jawaban b (jawaban kurang lengkap) : 3 Jawaban c (jawaban tidak lengkap) skor : 2 Jawaban d (jawaban tidak tahu) : skor : 1 B. Skor jawaban nomor pertanyaan 6-10 yaitu : Jawaban a (jawaban kurang lengkap) skor : 3 Jawaban b (jawaban tidak lengkap) : 2 Jawaban c (jawaban lengkap) : 4 Jawaban d (jawaban tidak tahu) : 1 C. Skor jawaban nomor pertanyaan yaitu : Jawaban a (jawaban kurang lengkap) skor : 2 Jawaban b (jawaban lengkap) skor : 4 Jawaban c (jawaban tidak lengkap) : 3 Jawaban d (jawaban tidak tahu) : 1 Berdasarkan kriteria pemberian skor, tingkat pengetahuan dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut : a. Tingkat pengetahuan baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 45 atau jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan b. Tingkat pengetahuan sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) atau jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40%-75% dari total nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan.

7 c. Tingkat pengetahuan buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 24 atau jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan. 2. Sikap Variabel sikap menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 10 pertanyaan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun kriteria pertanyaan tingkat sikap mempunyai empat pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut : a. Skor jawaban nomor 1, 3, 5, 7 dan 9 yaitu : Jawaban sangat setuju skor : 4 Jawaban setuju skor : 3 Jawaban tidak setuju skor : 2 Jawaban sangat tidak setuju skor : 1 b. Skor jawaban nomor 2, 4, 6, 8 dan 10 Jawaban sangat setuju skor : 1 Jawaban setuju skor : 2 Jawaban tidak setuju skor : 3 Jawaban sangat tidak setuju skor : 4 Dari 10 pertanyaan, untuk pertanyaan nomor 1-10 skor tertinggi yang diperoleh adalah 40. Cara menentukan kategori tingkat sikap responden mengacu pada persentase berikut ( Arikunto, 2006). a. Sikap baik, apabila nilai (skor) jawaban > 75% nilai keseluruhan (>30) b. Sikap sedang, apabila nilai (skor) jawaban 40-75% nilai keseluruhan (16-30)

8 c. Sikap buruk, apabila nilai (skor) jawaban < 40% nilai kseluruhan (<16) 3. Tindakan Variabel tindakan siswa tentang pelaksanaan PHBS diukur dengan menggunakan kuesioner untuk observasi yang berisi pertanyaan tertutup kepada guru dan siswa kelas V dan VI yang berada di SD Negeri N Bunga Bondar dengan jumlah pertanyaan 10 pertanyaan untuk guru dan 15 pertanyaan untuk siswa, Untuk pertanyaan tindakan memiliki empat pilihan jawaban : Jawaban selalu skor : 4 Jawaban sering skor : 3 Jawaban kadang-kadang skor : 2 Jawaban tidak pernah skor : 1 Kriteria untuk masing-masing jawaban yaitu : Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah = 7 hari dalam seminggu = 3-6 hari dalam seminggu = 1-2 hari dalam seminggu = 0 dalam seminggu Berdasarkan kriteria pemberian skor, tindakan guru dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut : 1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 30 atau jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

9 2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) atau jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40%-75% dari total skor seluruh pertanyaan. 3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 16 atau jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan. Berdasarkan kriteria pemberin skor, tindakan siswa dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut : 1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 45 atau jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan. 2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) atau jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40%-75% dari total skor seluruh pertanyaan. 3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 24 atau jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan.

10 3.6.2 Keluhan Penyakit Diare a. Ada, jika responden mengalami buang air besar yang berbentuk lembek ataupun cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari yang terjadi dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. b. Tidak ada, jika responden tidak mengalami buang air besar yang berbentuk lembek ataupun cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari yang terjadi dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Kriteria pertanyaan mempunyai dua pilihan - Jawaban ada dengan skor 1 - Jawaban tidak ada dengan skor 0 Berdasarkan kriteria diatas dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu : a. Ada jika hasil penjumlahan skor jawaban 1 b. Tidak ada jika hasil penjumlahan skor = Sanitasi Dasar Pendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sanitatasi dasar pendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui metode pengamatan/observasi yang telah diberi bobot. Jumlah komponen sebanyak 4 indikator yang terdiri dari 23 komponen dengan kriteria komponen observasi mempunyai dua pilihan : a. Memenuhi syarat (ya) = 1 b. Tidak memenuhi syarat (tidak) = 0 1. Baik, jika > 75% atau >18 skor 2. Sedang, jika 40%-75% atau 9-18 skor 3. Buruk, jika < 40% atau < 9 skor

11 3.7 Metode Analisis Data Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dengan selanjutnya diolah dengan tahapan : Proses pengolahan data melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Editing (pemeriksaan data ) Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atau pertanyaan yang diajukan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap maka data harus dilengkapi dengan cara menanyakan kembali jawaban pengisian kuesioner. 2. Coding (pemberian kode) Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual. 3. Entry (memasukkan data) Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) yang dimasukkan dalam program atau softwere statistik komputer. Dalam penelitian program statistik computer yang dipakai adalah program SPSS (statistical product service solution). 4. Cleaning (pembersihan data) Cleaning (pembersihan data) yang artinya semua data dari setiap sumber data atau respon yang telah selesai dimasukkan, perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kesalahan kode, ketidak

12 lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi kembali. 5. Scoring (pemberian skors) Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh peneliti terhadap isian kuesioner yang diisi oleh responden. Pemberian skors terhadap isian kuesioner dilakukan untuk menyesuaikan dengan statistik uji yang akan dipakai dalam penelitian. 6. Tabulating (tabulasi data) Tabulating atau tabulasi data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan masing masing variabel dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi Analisis Data Data yang telah dikumpulkan yang diperoleh secara manual dengan menggunakan kuesioner penelitian kemudian data tersebut di analisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi, tabel silang dan narasi yang dipergunakan sebagai dasar pembahasan dan penarikan kesimpulan.

13 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Sekolah SD Negeri Bunga Bondar berdiri pada tahun 1939 di Kelurahan Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. SD Negeri Bunga Bondar terletak di lingkungan Pedesaan sekeliling sekolah adalah Sawah dan Perkampungan, pekerjaan sebagian besar orang tua siswa adalah Petani, sebagian besar masyarakat di lingkungan sekolah adalah suku Batak dan Mayoritas beragama Islam. Pada tahun ajaran 2016/2017 sekolah ini memiliki 180 siswa. Guru yang mengajar sekolah ini berjumlah 10 orang dan terdapat 1 pegawai tata usaha. Fasilitas sekolah terdiri dari 6 ruang belajar, ruang kepala sekolah yang di dalamnya ruang guru dan ruang tata usaha. Kantin yang berada di belakang ruang belajar dan halaman sekolah juga dipakai sebagai lapangan olahraga. Sarana sanitasi dasar pendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tersedia yakni air bersih, satu jamban untuk siswa laki-laki, satu jamban untuk perempuan dan satu jamban khusus guru, tempat pembuangan sampah terdapat di depan masing-masing kelas.

14 4.2 Karakteristik Responden Karakteristik Responden Siswa Kelas V di SD Negeri Bunga Bondar Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu Siswa Kelas V di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Karakteristik Responden n % Umur , ,3 Jumlah ,0 Jenis Kelamin Laki-laki 10 33,3 Perempuan 20 66,7 Jumlah ,0 Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa jumlah responden kelas V lebih banyak umur 11 tahun daripada umur 10 tahun dan lebih banyak berjenis kelamin perempuan daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang duduk dibangku kelas V lebih banyak disekolahkan berumur 7 tahun dan berjenis kelamin perempuan Karakteristik Responden Siswa Kelas V di SD Negeri Bunga Bondar Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu Siswa Kelas VI di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Karakteristik Responden n % Umur , ,8 Jumlah ,0 Jenis Kelamin Laki-laki 18 62,1 Perempuan 11 37,9 Jumlah ,0

15 Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa jumlah responden kelas VI lebih banyak umur 12 tahun daripada umur 11 tahun dan lebih banyak berjenis kelamin lakilaki daripada perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang duduk dibangku kelas VI lebih banyak disekolahkan berumur 7 tahun dan berjenis kelamin lakilaki Karakteristik Responden Guru di SD Negeri Bunga Bondar Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Individu Guru di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Karakteristik Responden n % Umur Jumlah ,0 Jenis Kelamin Laki-laki 2 20,0 Perempuan 8 80,0 Jumlah ,0 Pendidikan SI 9 90,0 UT 1 10,0 Jumlah ,0

16 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden lebih banyak umur 49, 50 dan 53 tahun, lebih banyak berjenis kelamin perempuan dan lebih banyak berpendidikan SI. Hal ini dikarenakan jumlah guru yang mengajar di SD Negeri lebih banyak pada usia pertengahan (middle age) berjenis kelamin perempuan dan berpendidikan SI. 4.3 Sanitasi Dasar Pendukung PHBS di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Berdasarkan hasil observasi, sanitasi dasar pendukung PHBS di sekolah SD Negeri disajikan dalam tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Observasi Sanitasi Dasar Pendukung PHBS di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 No Sanitasi Dasar Nilai 1 Tempat cuci tangan a. Tersedia tempat cuci tangan di ruang kelas, minimal 1 0 untuk dua kelas b. Tersedia sabun cuci tangan 0 c. Tersedia air bersih 1 Jumlah 1 2 Kantin Sekolah a. Lokasi sekolah minimal berjarak 20 m dengan lokasi TPS b. Lokasi kantin jauh dari wc (minimal 10 m) c. Peralatan bersih dan tidak berkarat d. Tersedia tempat sampah yang tertutup e. Tersedia tempat cucitangan dengan air bersih yang mengalir dilengkapi dengan sabun f. Makanan kemasan berlebel BPOM/Dinkes dan tidak 1 kadaluarsa g. Makanan dan minuman dikemas dengan bersih 1 h. Petugas kantin berpakaian bersih, bercelemek, 1 bertudung dan sehat i. Pengambilan makanan selalu menggunakan alat 0 pengambil makanan Jumlah 4 3 Kamar mandi/wc/jamban a. Tersedia air bersih 15 liter/orang/hari 1 b. Jarak air bersih dengan sumber pencemaran 10 m c. Terpisah dari setiap ruang sekolah 1 d. Terpisah laki-laki dan perempuan 0 e. Bersih (tidak bau) 0 0 0

17 f. Tersedia sabun dan karbol 0 g. Tersedia tempat sampah 1 h. Tersedia lubang penghawaan (ventilasi) Jumlah 3 4 Tempat Sampah a. Tempat sampah yang dilengkapi tutup disetiap ruangan 0 b. Terdapat tempat sampah organik dan anorganik ditiap 0 ruangan c. Adanya tempat pembuangan samapah sementara (TPS). 0 Letak (TPS) dengan ruang kelas minimal 10 m Jumlah 0 Jumlah nilai ( 8/23 =34,8%) Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Sanitasi dasar pendukung PHBS di SD Negeri Bunga Bondar dalam kategori buruk. Hal ini dikarenakan tidak tersedia tempat cuci tangan dan sabun cuci tangan, lokasi kantin berdekatan dengan TPS dan kamar mandi atau kurang dari 10 m, tidak tersedia tempat sampah yang memiliki tutup dan pembedaan tempat sampah antara organik dan anorganik, tidak terpisah kamar mandi laki-laki dan perempuan begitu juga dengan kantin sekolah masih menggunakan alat masak yang berkarat dan pengambilan makanan tidak memakai alat penjepit ataupun alat pengambilan makanan. 4.4 Perilaku Siswa dan Guru mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa Kelas V dan VI mengenai PHBS di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tabel 4.5 No Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswa Kelas V dan VI Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Kelas V Kelas VI Tahu Tidak Tahu Tidak Pengetahuan Tahu Tahu n % n % N % n %

18 1 Pengertian PHBS 13 43, , , ,3 2 Pentingnya cuci tangan dengan air bersih 3 Waktu yang disarankan , untuk cuci tangan 4 Cara mencuci tangan , ,3 dengan benar 5 Pengertian jajanan sehat Pentingnya membeli ,8 5 17,2 jajanan sehat 7 Syarat makanan dan minuman sehat 16 53, , , ,4 Kelas V Kelas VI No Pengetahuan Tahu Tidak Tahu Tidak Tahu Tahu n % n % N % n % 8 Syarat jamban sehat 16 53, , , ,4 9 Yang dilakukan setelah 14 46, , , ,8 buang air besar di wc 10 Syarat tempat sampah 13 43, , , ,8 yang memenuhi syarat kesehatan 11 Pengertian sampah 11 36, , , ,5 12 Dimana sebaiknya 16 53, , , ,4 membuang sampah 13 Tidak boleh membuang , ,4 sampah sembarangan 14 Pentingnya membersihkan lingkungan sekolah 7 23, ,7 7 24, ,9 15 Sebaiknya membuang 11 36, , , ,9 sampah setiap hari Keterangan: Tahu Tidak tahu = Apabila siswa kelas V dan VI menjawab dengan benar dan tepat = Apabila siswa kelas V dan VI menjawab kurang tepat, salah ataupun tidak tahu Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas V di sekolah SD Negeri Bunga Bondar seluruh siswa kelas V mengetahui pentingnya cuci tangan dengan air bersih dan jajanan sehat dan lebih sedikit siswa

19 23,3% tahu tentang pentingnya membersihkan lingkungan sekolah dan tingkat pengetahuan siswa kelas VI di sekolah SD Negeri seluruh siswa kelas VI mengetahui pentingnya cuci tangan dengan air bersih dan jajanan sehat dan lebih sedikit siswa 24,1% tahu tentang pentingnya membersihkan lingkungan sekolah. Tabel 4.6 Pengetahuan Kelas V dan VI Tentang PHBS ) di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 No. Pengetahuan Responden Kelas V Kelas VI n % n % 1 Baik 20 66, ,1 2 Kurang Baik 10 33,3 2 6,9 Jumlah , ,0 Dari uraian diatas, secara keseluruhan dapat dikategorikan bahwa responden kelas V dan VI yaitu 66,7% dan 91,1% memiliki pengetahuan baik. Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Siswa Kelas V dan VI Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Kelas V Kelas VI No Sikap Responden SS/S TS/STS SS/S TS/STS n % n % n % n % 1 Mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir dapat menghindari sakit perut/diare 2 Sebelum makan tidak perlu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (-) , , ,0 1 3, ,4 3 Jajan makanan dan minuman sehat di sekolah ,

20 4 Setelah buang air besar di wc tidak perlu menyiram (-) 5 Jajan di kantin sekolah lebih bersih dan sehat disbanding jajan luar sekolah 6 Tidak harus membawa bekal/bontot dan minum dari rumah kesekolah (-) 7 Sebaiknya Wc/ toilet di gunakan 27 90,0 3 10,0 5 17, , ,7 1 3, ,2 4 13,8 8 26, ,3 4 13, , , ,0 - - Kelas V Kelas VI No Sikap sebagai tempat buang kotoran manusia (air besar dan air kecil) SS/S TS/STS SS/S TS/STS n % n % n % n % 8 Tidak mesti harus membuang sampah di tong sampah tertutup (-) 9 Sampah harus dibuang setiap hari 10 Sampah yang bertumpuk tidak menyebabkan penyakit , ,0 6 20,0 6 20, , , , ,0 Keterangan:

21 SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sikap pada siswa kelas V SD Negeri Bunga Bondar seluruh siswa menyatakan sangat setuju dan setuju bila mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir dapat menghindari sakit perut/diare, sebelum makan tidak perlu mencuci tangan pakai air bersih dan sabun, jajan makanan dan minuman sehat disekolah, kamar mandi/wc digunakan sebagai tempat buang air besar dan air kecil dan tidak setuju dan sangat tidak 10% setelah buang air besar di kamar mandi/wc tidak perlu menyiramnya sampai bersih. Sikap pada siswa kelas VI SD Negeri Bunga Bondar seluruh siswa menyatakan sangat setuju dan setuju mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir dapat menghindari sakit perut/mencret, kamar mandi sebaiknya digunakan untuk buang air besar dan air kecil, tidak harus membuang sampah pada tempat sampah yang bertutup dan sampah yang menumpuk tidak akan menyebabkan penyakit dan tidak setuju dan sangat tidak setuju 3,4% menyatakan sebelum mn tidak perlu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Tabel 4.8 Sikap Kelas V dan VI Tentang PHBS di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 No. Sikap Responden Kelas V Kelas VI n % n % 1 Baik 19 63, ,4 2 Kurang Baik 11 36,7 8 27,6 Jumlah , ,0 Dari uraian diatas, secara keseluruhan dapat dikategorikan bahwa responden kelas V dan VI yaitu 63,3% dan 72,4% memiliki sikap baik.

22 Tabel 4.9 No Pertanyaan Tindakan 1 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan air bersih 2 Mencuci tangan dengan air dan sabun setelah buang air besar 3 Mencuci tangan setiap habis bermain di luar rumah dan sekolah dengan menggunakan air bersih 4 Mencuci tangan setelah belajar 5 Memilih jajanan sehat ketika istirahat 6 Membawa bekal dari rumah Tindakan Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Siswa Kelas V dan VI Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kelas V Kelas VI SL S KK TP SL S KK TP n % n % n % n % n % n % n % n % ,0 7 23,3 2 6, ,7 3 10, , , ,3 2 6,7 4 13, , ,5 5 17, ,0 4 13, ,7 6 20,0 6 20,7 5 17, ,6 1 3, , ,0 7 23, , ,9 7 24, ,0 8 26, ,7 5 16,7 8 27,6 6 20, ,4 3 10,3 Kelas V Kelas VI

23 No 7 Membawa air minum dari rumah 8 Menggunakan wc/toilet untuk buang air besar 9 Menggunakan wc/toilet untuk buang air kecil 10 Menyiram kamar Wc setelah selesai menggunakannya 11 Membuang sampah pada tempat sampah yang disediakan di sekolah 12 Membuang sdi tempat sampah organik dan anorganik No Tindakan SL S KK TP SL S KK TP n % n % n % n % n % n % n % n % 9 30, ,7 6 20,0 4 13,3 9 31, ,5 7 20,0 3 10,3 4 13,3 8 26, , ,8 8 27, , , ,7 2 6, , ,5 2 6, ,7 7 23,3 3 10, ,0 6 20,6 3 10, , , ,5 6 20,7 4 13, , ,0 Kelas V Kelas VI SL S KK TP SL S KK TP n % n % n % n % n % n % n % n %

24 13 Membuang sampah pada tempat yang tertutup 14 Membersihkan lingkungan sekolah 15 Mengikuti jadwal piket membersihkan kelas , ,0 9 30, ,7 7 23, ,6 1 3, Keterangan : SL = Selalu KK = Kadang-kadang S = Sering TP = Tidak Pernah 100, ,

25 Tabel 4.9 menunjukkan tindakan siswa kelas V seluruhnya selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan air bersih, tidak pernah membuang sampah dengan memilih tempat sampah organik dan anorganik, tidak pernah membuang sampah pada tempat sampah yang memiliki tutup dan selalu mengikuti jadwal piketmembersihkan kelas. Tindakan kelas VI menunjukkan bahwa seluruhnya selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah buang air besar, tidak pernah memilih tempat sampah organik dan anorganik, tidak pernah membuang sampah pada tempat sampah yang memiliki tutup dan selalu mengikuti jadwal piket kebersihan kelas. Tabel 4.10 Tindakan Kelas V dan VI Tentang PHBS PHBS di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 No. Tindakan Responden Kelas V Kelas VI n % n % 1 Baik 9 30, ,5 2 Kurang Baik 21 70, ,5 Jumlah , ,0 Dari uraian diatas, secara keseluruhan dapat dikategorikan bahwa responden kelas V yaitu 70% memiliki tindakan kurang baik dan responden kelas VI yaitu 65,5% memiliki tindakan baik Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) PHBS di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Guru tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) PHBS di Sekolah SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tahu Tidak Tahu No Pengetahuan N % n % 1 Pengertian PHBS 7 70,0 3 30,0 2 Indikator PHBS di tatanan sekolah 7 70,0 3 30,0 3 Sasaran PHBS pada sekolah ,0 - -

26 Tahu Tidak Tahu No Pengetahuan n % n % 4 Peraturan yang mengatur tentang PHBS 2 20,0 8 80,0 5 Perlunya PHBS disekolah , Pembinaan PHBS di sekolah 1 10,0 9 90,0 7 Dukungan dan peran PHBS di sekolah , Peran atau dukungan tim pelaksana UKS 3 30,0 7 70,0 9 Waktu mencuci tangan , Cara mencuci tangan dengan benar 6 60,0 4 40,0 11 Pengertian jajanan sehat , Syarat makanan dan minuman sehat , Syarat jamban sehat , Syarat tempat yang memnuhi syarat ,0 - - kesehatan 15 Fasilitas pendukung PHBS ,0 - - Tahu = Apabila guru menjawab dengan benar dan tepat Tidak tahu = Apabila guru menjawab kurang tepat, salah ataupun tidak tahu Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan guru di SD Negeri seluruh guru mengetahui sasaran PHBS, perlunya PHBS, dukungan PHBS disekolah, waktu mencuci tangan, syarat makanan dan minuman sehat, syarat jamban sehat dan fasilitas pendukung PHBS dan sedikit guru 20% mengetahui Peraturan yang mengatur tentang PHBS. Seluruh guru memiliki pengetahuan baik tentang PHBS 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Guru tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 SS/S TS/STS No Sikap n % n % 1 Mencuci tangan dengan air bersih dan ,0 - mengalir dapat menghindari penyakit diare 2 Sebelum makan tidak perlu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun (-) ,0 3 Sebaiknya menggunakan jamban ,0 - - untukmembuang air besar/air kecil 4 Tidak masalah jajan sembarangan di

27 sekolah (-) SS/S TS/STS No Sikap n % n % 5 Sampah yang bertumpuk akan ,0 - - menyebabkan masalah kesehatan 6 Sampah tidak harus dibuang setiap hari (-) ,0 7 Membuang sampah sesuai dengan tempat ,0 - - sampah organik dan an organic 8 PHBS Tidak perlu mendapat informasi ,0 tentang PHBS (-) 9 Sebaiknya setiap tatanan sekolah memiliki ,0 - - UKS untuk mendukung pelaksanaan PHBS 10 Dalam pelaksanaan PHBS tidak harus tersedia fasilitas pendukung PHBS (-) ,0 Tabel 4.12 menunjukkan bahwa seluruh guru sangat setuju dan setuju mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir dapat menghindari penyakit diare, menggunakan jamban untuk membuang air besar dan kecil, sampah yang bertumpuk akan menimbulkan masalah kesehatan, memilih tempat pembuangan sampah organik dan anorganik. Tidak setuju dan sangat tidak setuju jika sebelum dan sesudah makan tidak perlu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, jajan sembarangan disekolah, sampah tidak harus dibuang setiap hari, tidak perlu mendapat informasi tentang PHBS dan dalam pelaksanaan PHBS tidak perlu sanitasi dasarpendukung PHBS. Seluruh guru memiliki sikap baik tentang PHBS. Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Guru Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 No Tindakan SL S KK TP % n % n % n % 1 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan air bersih dan menggunakan sabun , Mencuci tangan dengan ,

28 air dan sabun setelah buang air besar 3 Mengkonsumsi jajanan - - sehat di kantin sekolah 5 50,0 5 50, Membawa bekal ke sekolah ,0 4 40,0 4 40,0 5 Menggunakan toilet/wc sekolah untuk buang air besar dan kecil , Menyiram toilet/wc sampai bersih setelah menggunakannya , Membuang sampah pada tempat yang tersedia di sekolah , Memilih tempat sampah organik anorganik ketika buang sampah ,0 9 Mengikuti kegiatan sekolah mengenai PHBS , Memberi pelajaran tentang PHBS ,0 - - Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tindakan guru di SD Negeri seluruhnya memiliki tindakan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan air bersih dan menggunakan sabun, seluruhnya sering mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setelah buang air besar, seluruhnya sering meggunakan toilet/wc sekolah untuk buang air besar dan kecil,seluruhnya sering menyiram wc sampai bersih setelah menggunakannya, seluruhnya sering membuang sampah pada tempat yang di sediakan, seluruhnya selalu selalu mengikuti kegiatan sekolah tentang PHBS, seluruh guru selalu membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia di sekolah, seluruh guru tidak penah memilih tempat sampah organik dan anorganik ketika membuang sampah dan seluruh guru kadang-kadang memberikan pelajaran tentang PHBS kepada siswa ketika mengajar. Seluruh guru memiliki sikap baik tentang PHBS.

29 Tabel 4.14 Tindakan Guru Tentang PHBS di Sekolah Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 No. Tindakan Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 5 50% 2 Kurang Baik 5 50% Jumlah % Dari uraian diatas, secara keseluruhan dapat dikategorikan bahwa responden yaitu 50 % memiliki tindakan baik dan 50% memiliki tindakan kurang baik. 4.5 Kejadian Diare Pada Siswa Kelas V, VI dan Guru di SD Negeri Bunga Kecamatan Sipirok Selatan Tahun 2017 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Kelas V, VI dan Guru di SD Negeri Bunga Kecamatan Sipirok Selatan Tahun 2017 No Responden Dalam tiga bulan terakhir pernah sakit perut/mencret Ada Tidak Ada n % n % 1 Kelas V , Kelas VI 25 82,6 4 13,8 3 Guru 4 40,0 6 60,0 Tabel 4.15 menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas V pernah mengalami diare/mencret dalam 3 bulan terakhir. Pada umumnya 25 siswa kelas VI 86,2% pernah mengalami diare/mencret dalam 3 bulan terakhir dan lebih sedikit guru 40% pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhi

30 4.6 Kejadian Diare Berdasarkan Perilaku Siswa Kelas V, VI dan Guru di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Selatan Tahun 2017 Kejadian Penyakit Diare Kelas V Total Kelas VI Total Pengetahuan Diare Tidak Diare n % Diare Tidak Diare n % n % n % n % n % - Baik , , ,9 3 11, ,0 - Kurang , ,0 1 50,0 1 50, ,0 Baik Sikap - Baik , , ,7 3 14, ,0 - Kurang Baik , ,0 7 87,5 1 12, ,0 Tindakan - Baik 9 100, , ,5 2 10, ,0 - Kurang Baik , ,0 8 80,0 2 20, ,0

31 Berdasarkan tabel diatas dapat diihat bahwa seluruh siswa kelas V yang memiliki pengetahuan baik dan kurang baik mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Seluruh siswa kelas V yang memiliki sikap baik dan kurang baik mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Seluruh siswa kelas V yang memiliki tindakan baik dan kurang baik mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Lebih banyak kelas VI yang memiliki pengetahuan baik pernah mengalami diare yaitu 88,9% dan lebih sedikit 11,1% responden yang berpengetahuan kurang baik pernah mengalami diare tiga bulan terakhir. Lebih banyak kelas VI yang memiliki sikap baik mengalami diare yaitu 85,7% dalam waktu tiga bulan terakhir dan lebih sedikit 14,3% responden yang bersikap kurang baikpernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Lebih banyak kelas VI yang memiliki tindakan baik 89,5% pernah mengalami diare dalam wakti tiga bulan terakhir dan lebih sedikit 10,5% responden yang memiliki tindakan kurang baik pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Tabel 4.17 Kejadian Penyakit Diare Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Guru di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Selatan Tahun 2017 Pengetahuan Kejadian Penyakit Diare Jumlah Ada Tidak Ada n % n % n % - Baik 4 40,0 6 60, ,0 Sikap - Baik 4 40,0 6 60, ,0 Tindakan

32 - Baik 2 40,0 3 60, ,0 - Kurang Baik 2 40,0 3 60, ,0 Berdasarkan tabel diatas dapat diihat bahwa lebih sedikit guru 40% yang memiliki pengetahuan baik mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir dan lebih banyak guru 60% yang berpengetahuan baik pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Lebih sedikit guru 40% yang memiliki sikap baik mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir dan lebih banyak guru 60% yang memiliki sikap baik pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Lebih sedikit guru 40 % memiliki tindakan baik mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir dan lebih banyak guru 60% tidak pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir. Lebih sedikit guru 40 % memiliki tindaka kurang baik pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir dan lebih banyak guru 60% yang memiliki tindakan kurang baik tidak pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir.

33 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Karakteristik Siswa Kelas V, VI dan Guru di SD Negeri Bunga Bondar Responden berasal dari kelas V, kelas VI dan guru yangberjumlah 69 orang. Umur responden kelas V paling banyak berumur 11 tahun (63%), umur kelas VI paling banyak umur 12 tahun dan guru paling banyak berumur diatas 40 tahun (60%). Pada jenis kelamin responden kelas V paling banyak berjenis kelamin perempuan (66,7%), kelas VI paling banyak berjenis kelamin laki-laki (62,1) dan guru paling banyak berjenis kelamin perempuan (80%) dan berpendidikan S1 (90%). Pada penelitian ini guru termasuk responden yang dipilih dikarenakan guru adalah sumber informasi bagi peserta didik. Peran guru sebagai pengajar, pendidik dan pelatih mempunyai kekuatan untuk menanamkan prinsip PHBS di lingkungan sekolah melalui pesan-pesan guru sehingga siswa akan mempraktikkan PHBS di sekolah, karena biasanya anak-anak patuh terhadap perintah gurunya (Adirwiyono, 2010). Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia yang cukup besar yaitu 30% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan perilaku sehat, baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat (Proverawati, 2012).

34 5.2 Fasilitas Dasar Pendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kejadian Diare di SD Negeri Bunga Bondar Hasil penelitian diketahui bahwa ketersediaan fasilitas sanitasi dasar yang mendukung PHBS di SD Negeri Bunga Bondar dikategorikan buruk (34,8)% Sarana Air Bersih SD Negeri Bunga Bondar telah memenuhi semua penilaian air bersih seperti air tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air berasal dari air pegunungan yang dialirkan oleh pipa ke sekolah dan secara kuantitas jumlahnya sudah memenuhi. Di sekolah tersebut tidak terdapat tempat cuci tangan, sehingga siswa tidak tidak pernah cuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil, buang air besar, setelah bermain, berolahraga dan kerja bakti di sekolah, sehingga hal tersebut dapat memungkinkan siswa disekolah untuk terkena penyakit diare. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 1429/Menkes/SK/XII/2006 Fasilitas dasar sekolah, harus dilengkapi dengan air bersih sesuai dengan yaitu tersedia air bersih 15 liter/orang/hari, kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang sesuai dengan Kep.Men.Kes Nomor 416 tahun 1990, tentang syarat-syarat dan kualitas air, jarak sumur/sarana air bersih dengan sumber pencemaran (sarana pembuangan air limbah, septic tank, tempat pembuangan sampah akhir) minimal 10 meter.

35 5.2.2 Kantin Sekolah Fasilitas kantin sehat pada sekolah SD Negeri Bunga Bondar tidak memenuhi syarat kantin sehat, hal ini dapat dilihat berdasarkan rendahnya nilai observasi mengenai kantin sehat disekolah tersebut. Lokasi kantin memiliki jarak kurang dari 10 meter dengan sumber pencemaran seperti tempat penampungan sampah dan kamar mandi. Kantin tidak memiliki fasilitas tempat cuci tangan dan tidak memiliki tempat sampah yang tertutup. Kondisi bangunan kantin sekolah tidak memenuhi syarat kesehatan, hal ini karena kantin hanya berdinding papan, berlantai tanah, sebagian atap sudah banyak yang bocor dil dan sempit.an lebar kantin juga sangat kecil dan sempit. Petugas kantin mengumpulkan sampahnya dikantung plastik dan dibuang langsung ketempat penampungan sampah sementara, namun petugas kantin tidak menggunakan alat pengambil makanan seperti sendok atau penjepit saat mengambil makanan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan pengelola kantin tentang syarat kantin sehat dan kurangnya perhatian dari pihak sekolah untuk memberikan pengetahuan tentang syarat kantin yang sehat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 1429/Menkes/SK/XII/2006 Fasilitas sanitasi dasar sekolah, harus dilengkapi kantin/warung sekolah sesuai dengan syarat bangunanan yaitu tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir, tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin/warung sekolah, tersedia tempat untuk penyimpanan bahan makanan, tersedia tempat untuk penyimpanan makanan jadi/siap saji yang tertutup, tersedia

36 tempat menyimpan peralatan makanan dan minuman, lokasi kantin minimal berjarak 20 meter dengan tempat pengumpulan sampah sementara. Syarat tata laksana kantin atau warung sekolah sekolah yaitu makanan jajanan yang dijual harus dalam keadaan terbungkus atau tertutup (terlindung dari lalat, binatang lain dan debu), makanan jajanan yang disajikan dalam kemasan harus dalam keadaan baik dan tidak kadaluarsa, sempat penyimpanan makanan yang dijual pada warung sekolah harus dalam keadaan selalu bersih, terlindungi dari debu, terhindar dari bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain, tempat pengolahan makanan harus bersih, peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan mengalir atau dalam dua wadah yang berbeda dengan menggunakan sabun, peralatan yang sudah bersih harus disimpan ditempat yang bebas pencemaran, peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan jajanan harus sesui dengan peruntukannya, dilarang menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sekali pakai, penyaji makanan disekolah harus selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan sebelum memasak dan dari toilet Kamar Mandi/Toiet Sekolah SD Negeri , dari 7 kriteria penilaian jamban sehat hanya dua yang memenuhi kriteria, toilet tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan, tidak tersedia tempat sampah, sabun, lap tangan ataupun tisu dan alat pembersih kamar mandi/karbol. Toilet sekolah selalu dalam keadaan kotor dan bau, hal ini dikarenakan tidak tersedianya alat pembersih kamar mandi dan tidak adanya petugas kebersihan.

37 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 syarat kamar mandi/toilet yaitu letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang guru, perpustakaan, ruang bimbingan dan konseling, tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Proporsi wc/urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc untuk 25 siswi, toilet harus dalam keadaan bersih, lantai toilet tidak ada genangan air, tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan udara luar, bak penampung air harus tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Sarana Tempat Sampah Sekolah SD Negeri Bunga Bondar sudah memiliki tempat sampah sementara disetiap ruang kelas yang berupa keranjang sampah terbuka, namun sampah tempat sampah tersebut tidak dipisah berdasarkan sampah organik dan anorganik. Sampah yang sudah terkumpul dari tempat pembuangan sampah sementara dibuang ke tempat akhir pembuangan sampah yang berada dibelakang sekolah dan dibakar seminggu sekali sehingga dapat dikatakan bahwa sarana tempat sampah di SD Negeri Bungan Bondar tidak memenuhi syarat kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/Menkes/SK/XII/2006 bahwa syarat tempat sampah harus tersedia disetiap ruangan yang dilengkapi dengan tutup, tersedia tempat pengumpulan sampah sementara dari seluruh ruangan untuk memudahkan pengangkutan atau pemusnahan sampah, peletakan tempat pembuangan/pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 meter.

38 5.3 Perilaku PHBS Siswa dan Guru di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Tingkat pengetahuan responden kelas V tentang PHBS lebih banyak yang memiliki pengetahuan baik (66,7%), tingkat pengetahuan responden kelas VI tentang PHBS pada umumnya memiliki pengetahuan baik (91,1%) dan tingkat pengetahuan guru tentang PHBS seluruhnya memiliki pengetahuan baik. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Apabila suatu tindakan didasari pengetahuan maka tindakan tersebut langgeng dan sebaliknya. Dalam teori perilaku, pengetahuan merupakan salah satu tahap dari tiga tahapan yang dapat terjadi pada seseorang untuk menerima atau mengadopsi suatu perilaku baru. Sikap responden kelas V lebih banyak memiliki sikap baik tentang PHBS (63,3%), kelas VI lebih banyak memiliki sikap baik tentang PHBS (72,4%) dan seluruh guru memiliki sikap baik tentang PHBS. Sikap diturunkan dari pengetahuan responden dengan demikian untuk menentukan sikap harus didasari dengan penegtahuan responden. Hal ini sesuai dengan Teori L.Green dalam buku Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa sikap adalah salah satu predisposisi untuk munculnya perilaku. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas dan faktor dukungan (Waryana, 2016).

39 Tindakan responden kelas V lebih banyak memiliki tindakan kurang baik (70%), kelas VI lebih banyak memiliki tindakan baik (65,5%) dan guru yang memiliki tindakan kurang baik (50%). Rendahnya tindakan responden tersebut karena rendahnya fasilitas sanitasi dasar pendukung PHBS sehingga responden tidak bisa melakukan tindaka PHBS di sekolah. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya dalam suatu tindakan diperlukan faktor pendukung yaitu fasilitas pendukung PHBS. Ketersediaan fasilitas merupakan pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana (enabling factor/faktor pemungkin), (Notoatmodjo, 2007). Fasilitas sanitasi dasar pendukung PHBS baik juga harus diimbangi dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai PHBS yang baik, bila tidak maka kesehatan sekolah belum terwujud (Syafrudin, 2015). 5.4 Kejadian Diare Pada Siswa Kelas V, VI dan Guru di SD Negeri Bunga Bondar Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 Kejadian penyakit diare pada responden kelas V menunjukkan bahwa seluruh responden pernah mengalami penyakit diare, responden kelas VI pada umumnya pernah mengalami diare (86,2%) dan guru lebih sedikit yang pernah mengalami diare (40%) selama tiga bulan terakhir. Tingginya angka kejadian diare di sekolah tersebut karena rendahnya PHBS pada siswa dan guru. Hal ini disebabkan masih kurangnya fasilitas sanitasi dasar yang mendukung PHBS, seperti tidak tersedianya tempat cuci tangan,

40 tempat sampah yang tidak memenuhi syarat, kantin yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan kamar mandi yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Diare yang dialami siswa dan guru SD Negeri adalah diare yang disebabkan oleh bakteri dan virus yang dapat bersumber dari makanan yang kurang higienes, siswa banyak yang meminum air langsung dari kran kamar mandi, siswa tidak pernah melakukan tindakan CTPS, baik setelah melakukan buang air kecil atau buang air besar, dan ketika berjajan siswa sering berbagi makanan dari tangan siswa ketangan siswa lain tanpa tempat makanan. Jenis diare yang terjadi pada siswa kelas V,VI dan guru di SD Negeri Bunga Bondar adalah diare akut yaitu diare yang mendadak dan berlangsung singkat dan paling lama 7 hari tidak masuk sekolah. Berdasarkan pengetahuan responden tentang PHBS terhadap kejadian penyakit diare, seluruh responden kelas V pernah mengalami diare dalam tiga bulan terakhir, dimana yang berpengetahuan baik seluruhnya memiliki keluhan penyakit diare dan berpengetahuan kurang baik seluruhnya memiliki keluhan penyakit diare. Responden kelas VI pernah mengalami diare pada tiga bulan terakhir sebesar 86,2% dan tidak diare sebesar 13,8%, dimana yang berpengetahuan baik 88,9% memiliki keluhan penyakit diare dan berpengetahuan kurang baik 50% memiliki keluhan penyakit diare. Responden guru memiliki pengetahuan baik pernah mengalami diare dalam waktu tiga bulan terakhir sebesar 40% dan yang tidak diare sebesar 60%. Tindakan yang kurang baik juga dipengaruhi karena tidak tersedianya atau rendahnya fasilitas dan dukungan PHBS.

41 Secara teoritis penyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari kali dalam sehari disertai dengan konsistensi tinja lembek dan cair (Swasanti, 2013) dan penularan penyakit diare melalui fecal oral terutama karena menelan makanan atau kontak dengan tangan yang terkontaminasi, tidak memadainya penyediaan air bersih, kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran air, penyiapan dan penyimpanan makanan tidak semestinya (Ummiati, 2010). Pencegahan penyakit diare yang berasal dari makanan dapat dilakukan dengan memperhatikan pola higiene perorangan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan diri, menciptakan keindahan dan juga meningkatkan kesehatan individu agar dapat mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi hygiene perorangan harus diperhatikan yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, namun berbekal pengetahuan saja tidak cukup karena kedewasaan seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas orang tersebut oleh karena itu pengetahuan penting dalam meningkatkan status kesehatan individu (Wartonah, 2006). Buku pedoman pemberantasan penyakit diare dalam Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (2008) menjelaskan masih tingginya angka kesakitan dan kematian diare disebabkan beberapa faktor antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai, keadaan gizi, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, perilaku masyarakat yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare.

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN No LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI 060934 DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016 Menurut 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Lebih terperinci

A. Pengetahuan Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X).

A. Pengetahuan Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X). Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Guru GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GURU TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PELAKSANAAN PHBS PADA GURU SD NEGERIDI PERKEBUNAN TANAH GAMBUS TAHUN 2015 IDENTITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekolah dasar merupakan tempat belajar anak usia antara 7-12 tahun, kelompok tingkat kerawanan tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Karakteristik anak sekolah dasar

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Lampiran 1 INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Nama Lokasi : Diperiksa Tanggal : Alamat : No. Sasaran Jenis Pemeriksaan 1. Halaman Bersih/tidak ada sampah berserakan Ada

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat. Usaha ini merupakan usaha yang perlu didukung oleh ahli rekayasa secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul. Saat ini saya sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah. Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian Gambaran Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Lolowua Kecamatan Hiliserangkai Kabupaten Nias Sumatera UtaraTahun 2014 Nama : Umur : Jenis

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11) METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini desain Cross Sectional Study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan di empat sekolah dasar dengan karakteristik mutu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 71 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 1. Pilihlah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene makanan sangatlah bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua makhluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya secara sehat,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Explanatory Recearch atau penelitian penjelasan yaitu menjelaskan adanya hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011 IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK Lany Mulyani Malango. 811408049. 2012. Aspek Hygiene dan Sanitasi Makanan pada Rumah Makan di Terminal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene Perorangan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di BAB III METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 I. Identitas Responden 1. Nama Rumah makan : 2. Alamat :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah yang diteliti terdiri dari empat sekolah dasar, yaitu dua SDN di Kota Bogor dan dua SDN di Kabupaten Bogor. Sekolah dasar yang terdapat di kota meliputi

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu misi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti yang rutin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan kerangka acuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah, Higiene Perorangan dan Karakteristik Orangtua dengan Kejadian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian dilakukan dalam dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Desain penelitian pendahuluan adalah cross sectional study menggunakan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2008. Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari 2011. http:// jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/ Azwar,Azrul, 1995. Pengantar Kesehatan Lingkungan, PT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :...

KUISIONER PENELITIAN. A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :... Sekolah/Kelas :... Jenis Kelamin : L / P Umur :... Pekerjaan Orang tua :... NO. RESPONDEN KUISIONER PENELITIAN A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama :.... Sekolah/Kelas :.... Jenis Kelamin : L / P Umur :.... Pekerjaan Orang tua :.... 4. Apakah adik-adik sarapan sebelum berangkat ke

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup Bersih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah antara lain cuci tangan dengan air bersih dan sabun, jajan di kantin sekolah, Buang Air Besar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT Lampiran KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT I. Karakteristik Responden. Nama :. Jenis Kelamin :. Pekerjaan : 4. Pendidikan : II. Pengetahuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Organisasi Penelitian ORGANISASI PENELITIAN Pembimbing Peneliti Objek Penelitian Keterangan: 1. Pembimbing Pembimbing dalam penelitian ini adalah dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan Higiene adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. Desain ini dipilih untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN 97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Data yang telah

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Sekolah Kesehatan anak sekolah adalah anak yang belajar di semua lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang saat ini masih mengahadapi masalah sanitasi dan perilaku untuk hidup bersih dan sehat. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

Lebih terperinci

A. DATA DASAR B. PRASARANA

A. DATA DASAR B. PRASARANA 1. Nama sekolah : 2. Jenis satuan pendidikan : 3. Alamat sekolah : LEMBAR OBSERVASI PENILAIAN LOMBA SEKOLAH SEHAT A. DATA DASAR 4. Status sekolah : 1. Negeri 2. Swasta 5. Nama Puskesmas pembina : 6. Nama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Bukit Tingki merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Popayato dengan luas wilayah 5.250 Ha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM

UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan perlu ditetapkan Undang-undang Hygiene

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah adalah penelitian kuantitatif yang bersifat non eksperimental. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. Kebersihan diri

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. Kebersihan diri 17 3.1. Kerangka Teori BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kebersihan diri Faktor yang mempengaruhi Kebersihan Diri: Ekonomi Sosial Pendidikan Jenis Kelamin Cara menjaga Kebersihan Diri 1. Tangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah di SDN Sukarasa 3 Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Peneliti

Lebih terperinci

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH Lampiran III : Tabel Frekuensi Frequency Table Infeksi Valid Positif Negatif Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 49 64.5 64.5 64.5 27 35.5 35.5 100.0 76 100.0 100.0 Valid 1 2 Umur Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci