BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun Lokasi dan Waktu Penelitian.2.. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 22 sampai dengan selesai... Populasi dan Sampel... Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perawat sebanyak orang yang terdiri dari: a. Ruang IGD : 2 orang b. Ruang Kelas I : orang c. Ruang Kelas II : 4 orang d. Ruang Kelas III : orang..2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak populasi, yaitu sebanyak orang.

2 .4. Metode Pengumpulan Data.4.. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke lokasi penelitian dan mengadakan wawancara kepada perawat yang memberikan tindakan keperawatan kepada pasien secara langsung. Observasi juga dilakukan pada fasilitas sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun dengan menggunakan formulir penilaian/pemeriksaan hygiene sanitasi sesuai Permenkes RI Nomor 24 / MENKES / SK / X / Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Bagian Tata Usaha dan Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun..4.. Defenisi Operasional. Hygiene perawat adalah upaya selalu memakai masker ketika bertugas, memakai sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, makanan/minuman petugas di ruangan dalam keadaan tertutup, tidak makan/minum sambil menangani pasien, memakai peralatan makan/minum yang bersih, dan sampai di rumah langsung mandi. 2. Pengetahuan adalah kemampuan perawat dalam hal pemahaman dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.. Sikap adalah reaksi atau respon dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 4. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.

3 5. Pencegahan Infeksi nosokomial di rumah sakit adalah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit.. Fasilitas sanitasi adalah ketersediaan sarana sanitasi yang meliputi: Kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan meliputi, Penyehatan Air, Toilet dan kamar mandi, Pengelolaan limbah padat dan cair, Tempat Pencucian Linen, Pengendalian serangga dan tikus, pencegahan penularan penyakit melalui desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan,. 7. Pengelolaan limbah padat adalah penanganan limbah berupa sampah berbentuk padat yang dimulai dari pemilahan dan pengemasan, pengumpulan dan pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan dan pembuangan ke tempat akhir. 8. Pengelolaan limbah cair adalah sarana perlengkapan yang berhubungan dengan limbah cair mulai dari pengumpulan, proses pengaliran, sampai pada pengolahannya beserta bangunan pengolahnya sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. 9. Pengelolaan linen adalah penanganan kain kotor yang berasal dari kegiatan rumah sakit mulai dari pemilahan dan penanganannya sehingga tidak menjadi sumber infeksi bagi petugas dan pasien.. Pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang penganggu lainnya sehingga keberadaanya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

4 . Dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi. 2. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen dengan cara fisik dan kimiawi.. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangan semua mikroorganisme dengan cara fisik maupun kimiawi. 4. Pencegahan infeksi nosokomial adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencegah infeksi nosokomial seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, memakai sarung tangan sebelum melakukan tindakan, dan mensterilkan alat-alat setelah habis pakai..5. Aspek Pengukuran.5.. Aspek Pengukuran Pengetahuan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, pada pilihan jawaban (a) skornya adalah 2, pada pilihan jawaban (b) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban (c) skornya adalah. Sedangkan untuk pertanyaan nomor,, pada pilihan jawaban (a, a) skornya adalah 2, pada pilihan jawaban (a, b) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban (b) skornya adalah. Sementara untuk pertanyaan nomor,, pada pilihan jawaban (b, a) skornya adalah 2, pada pilihan jawaban (b, b) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban (a) skornya adalah. Jumlah pertanyaan/kuesioner pengetahuan adalah pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah.

5 Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 99 dalam Lesnauli 28): a. Pengetahuan baik, bila responden memperoleh skor jawaban >5 (>75% dari total skor). b. Pengetahuan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8 5 (4% - 75% dari total skor). c. Pengetahuan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban <8 (< 4% dari total skor) Aspek Pengukuran Sikap Untuk mengetahui ukuran penilaian sikap dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan nomor,, 4, 7,, pada pilihan jawaban setuju (S) skornya adalah 2, pilihan jawaban kurang setuju (KS) skornya adalah dan tidak setuju (TS) skornya adalah. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 2, 5,, 8, 9, pada pilhan jawaban setuju (S) skornya adalah, kurang setuju (KS) skornya adalah dan jawaban tidak setuju (TS) skornya adalah 2. Jumlah pertanyaan/kuesioner sikap adalah pertanyaan. Maka didapat total skor tertinggi adalah 2 dan skor terendah adalah. Berdasarkan skor yang diperoleh maka ukuran penilaian sikap dapat dikategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 99 dalam Lesnauli 28): a. Sikap baik, bila responden memperoleh skor jawaban >5 (>75% dari total skor). b. Sikap sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 8-5 (4% - 75% dari total skor).

6 c. Sikap kurang, bila responden memperoleh skor jawaban <8 (< 4% dari total skor)..5.. Aspek Pengukuran Tindakan Untuk mengetahui ukuran tindakan dari responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Untuk pertanyaan, 2,,, pada pilihan jawaban ya (Y) skornya adalah, dan pada pilihan jawaban tidak (T) skornya adalah. Sedangkan untuk pertanyaan nomor 4, 5, 7, 8, 9,, pada pilihan jawaban ya (ya) skornya adalah dan pada pilhan jawaban tidak (T) skornya adalah. Jumlah pertanyaan pada kuesioner tindakan adalah pertanyaan, maka didapat total skor tertinggi dan terendah. Berdasarkan skor yang diperoleh maka ukuran tindakan dapat dokategorikan berdasarkan skala likert (Pratomo, 99 dalam Lesnauli, 28). a. Tindakan baik, bila responden memperoleh skor jawaban >7 (>75% dari total skor). b. Tindakan sedang, bila responden memperoleh skor jawaban 4-7 (4% - 75% dari total skor). c. Tindakan kurang, bila responden memperoleh skor jawaban <4 (< 4% dari total skor) Aspek Pengukuran Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Aspek pengukuran yang dilakukan dengan mengamati fasilitas sanitasi di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun yang diadopsi dari Permenkes RI No. 24/Menkes/SK/X/24 sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten

7 Simalungun dengan lebih memperhatikan dan memperbaiki cara-cara yang selama ini tidak sesuai dengan Peraturan diatas... Analisa Data Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, dan dianalisa secara deskriptif disertai dengan bahasan dan kesimpulan. Hasil yang didapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan hasil observasi fasilitas sanitasi yang diperoleh kemudian di analisa dan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 24 / Menkes / SK / X / 24 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

8 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4... Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Perdagangan Kabupaten Simalungun Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun, didirikan pada tahun 99 di Jalan Rajamin Purba Perdagangan. Mengingat Kabupaten Simalungun sejak belum memiliki Rumah Sakit kelas C, maka pemerintah Kabupaten Simalungun cq Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial sejak awal 22 bekerjasama dengan Camat Kecamatan Bandar untuk mensosialisasikan dan mendirikan Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun. Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan merupakan wilayah yang sangat padat penduduknya dan dikelilingi oleh perkebunan milik pemerintah, swasta nasional, swasta asing internasional yang sebagian besar penduduknya kurang mampu. Pada tahun 22, Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Kelas C dengan pelayanan oleh empat dokter spesialis dasar, disamping dokter umum dan dokter gigi Letak Geografi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Perdagangan Kabupaten simalungun Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun secara geografis berlokasi di Bahlias Perdagangan Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun. Kondisi geografi kontur tanah datar. Luas area RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun,22 Ha.

9 4... Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Visi merupakan cara pandang jauh kedepan yang merefleksikan cita- cita, yakni hendak menjadi apa Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun dimasa depan, dan sekaligus menetukan arah perjalanan institusi ini. VISI : Rumah Sakit Rujukan yang Handal di Kabupaten Simalungun. MISI :. Mewujudkan pelayanan yang bermutu,efisien dan efektif dan terjangkau. 2. Tersedianya tenaga profesional.. Tersedianya sarana dan prasarana disetiap unit pelayanan Tenaga Kesehatan dan Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Jumlah tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun sebanyak 4 orang terdiri dari: dokter umum 5 orang, dokter gigi 7 orang, dokter spesialis orang. Jumlah tenaga keperawatan dan non keperawatan seluruhnya sebanyak orang terdiri dari: tenaga keperawatan sebanyak orang. Jumlah tenaga non keperawatan sebanyak orang Karakteristik Perawat Karakteristik perawat yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan pelatihan infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh gambaran karakteristik perawat seperti yang terlihat pada tabel 4..

10 Tabel 4.. Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Karakteristik Perawat Frekuensi ( n = ) Persentase (Total=%) Umur. 2- tahun 5, tahun 27 45,. 4-5 tahun 5, 2 Jenis Kelamin 4. Laki-laki 5 25, 5. Perempuan 45 75, Tingkat Pendidikan. SPK, 7. D III Keperawatan 48 8, 8. S Keperawatan, 4 Lama bekerja 9. < tahun 2,. -5 tahun 2 5,. > 5 tahun 2 4,4 5 Pelatihan infeksi nosokomial 2. Ya,. Tidak, Berdasarkan tabel 4.. diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat berada pada kelompok umur 2- tahun yaitu sebanyak orang (5%), dan sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 45 orang (75%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah Diploma III keperawatan yaitu sebanyak 48 orang (8%) dan sebagian besar perawat mempunyai lama kerja antara -5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,%). Dari hasil penelitian ini juga diperoleh data bahwa seluruh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial. 4.. Data Perilaku Perilaku yang dinyatakan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.

11 4... Pengetahuan Perawat Adapun gambaran pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial dapat dilihat pada tabel 4.2. dibawah ini. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Tingkat Pengetahuan dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Pengetahuan Ya Tidak Jumlah n % n % n % Mengetahui pengertian infeksi 4 5,7 2 4, 2 Mengetahui penyebab infeksi 47 78, 2,7 Mengetahui bahwa rumah sakit dapat menjadi tempat penularan infeksi 44 7, 2,7 4 Mengetahui pengertian infeksi nosokomial 4 2, 4 7,7 5 Mengetahui penyebab infeksi nosokomial 4 5,7 2 4, Mengetahui anak dibawah usia 2 tahun tidak boleh berkunjung ke 45 75, 5 25, rumah sakit 7 Mengetahui akibat terjadinya infeksi nosokomial pada pasien 42 7, 8, 8 Mengetahui sumber terjadinya infeksi nosokomial 48 8, 2 2, 9 Mengetahui siapa yang beresiko terkena infeksi di rumah sakit 4 7,7 4 2, Mengetahui bahwa tidak boleh menginap dalam ruang perawatan pasien 9 5, 2 5, Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik seperti sebagian besar perawat sudah mengetahui pengertian infeksi dan penyebabnya dan mengetahui bahwa rumah sakit dapat menjadi tempat penularan penyakit, namun masih ada perawat yang tidak mengetahui pengertian infeksi nosokomial sebanyak 4 orang (7,7%), dan yang

12 tidak mengetahui penyebab infeksi nosokomial di rumah sakit sebanyak 2 orang (4,%) Sikap Perawat Sikap perawat adalah reaksi atau perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Adapun gambaran sikap perawat dapat dilihat pada tabel 4.. dibawah ini. Tabel 4.. Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Sikap dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Sikap Tangan dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan 2 Menggunakan handuk/tisu jika tangan dalam keadaan basah Alat kesehatan yang terkontaminasi darah/cairan langsung dicuci dengan menggunakan lautan desinfektan 4 Menggunakan sarung tangan ketika mencuci alat kesehatan yang terkontaminasi darah/cairan 5 Tidak menggunakan sarung tangan yang steril ketika mencuci alat kesehatan Tidak merendam alat kesehatan yang terkontaminasi dengan alat kesehatan 7 Merendam alat kesehatan dengan menggunakan Waskom anti karat 8 Membuang sampah medis pada tempat sampah non medis 9 Melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh tidak sehat Tidak menggunakan peralatan makan yang sama dengan pasien Kurang Tidak Setuju Jumlah Setuju Setuju n % n % n % n % , 55, 2,7 8, 8, 4,,7 58, 2,7 5, , 2, 7 4, 7, 7 8, 4, 8, 8, 55,, , 8, 2, 2, 2, 7 2, 2, 2, 7 8, 8,

13 Berdasarkan tabel 4.. diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki sikap yang tidak sesuai dalam pencegahan infeksi nosokomial antara kurang setuju menggunakan sarung tangan ketika mencuci alat kesehatan yang terkontaminasi darah/cairan, dan melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh tidak sehat dan masih ada yang setuju membuang sampah medis pada tempat sampah non medis Tindakan Perawat Tindakan perawat adalah bentuk perbuatan atau aktivitas nyata dari perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Adapun gambaran tindakan perawat dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Perawat Menurut Tindakan dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Tindakan Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit 2 Mencuci tangan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan di rumah sakit Mensterilkan alat setiap habis pakai 4 Mengganti selang selang infuse, abbocath setiap hari sekali 5 Menggunakan sarung tangan, masker, dan baju khusus saat mengganti balut luka. Memberikan informasi kepada pasien/keluarganya agar bersama-sama menjaga kebersihan rumah sakit 7 Melakukan tindakan keperawatan dengan tekhnik aseptik 8 Membersihkan waskom mandi sebelum dan sesudah dipakai 9 Menggunakan spuit lebih dari kali pemakaian Menggabung sampah medis dengan sampah non medis Ya Tidak Jumlah n % n % n % 2,, 4 7 4,, 2 7 8, 8, ,, , 4, , 7 55, 4, 7, 8, , 45, 58,, 7, 7

14 Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki tindakan yang tidak sesuai dalam pencegahan infeksi nosokomial seperti tidak mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien, tidak mensterilkan alat setiap habis pakai, tidak memberikan informasi kepada pasien/keluarganya agar bersama-sama menjaga kebersihan rumah sakit, tidak membersihkan waskom mandi sebelum dan sesudah dipakai dan masih ada yang menggunakan spuit lebih dari kali pemakaian dan yang tidak memisahkan sampah medis dengan sampah non medis Hasil Penilaian Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perawat Berdasarkan perhitungan jumlah skor pada pada tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan perawat maka dapat dikategorikan baik, sedang dan kurang. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5. dibawah ini. Tabel 4.5. Distribusi Perawat Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 No Perilaku Frekuensi ( n = ) Persentase (Total=%) Pengetahuan - Baik 4, - Sedang 2 2, - Kurang 8,4 2 Sikap - Baik 2, - Sedang 8,4 - Kurang, Tindakan - Baik 2 2, - Sedang 44 7,4 - Kurang 4, Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 4 orang atau sekitar,%,

15 sebagian besar perawat memiliki sikap dengan kategori sedang yaitu sebanyak 8 orang atau sekitar,4%, dan sebagian besar perawat memiliki tindakan dengan kategori sedang yaitu sebanyak 44 orang atau sekitar 7,4% Tabulasi Silang Data yang dimasukkan dalam Tabulasi silang antara lain yaitu tingkat pengetahuan dengan pendidikan, lama bekerja dengan tingkat pengetahuan kemudian tingkat pengetahuan dengan sikap dan tindakan Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Pendidikan Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat dapat dilihat pada tabel 4.. dibawah ini. Tabel 4.. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Pengetahuan Pendidikan SPK % D-III.Kep % S.Kep % Baik,7 5 72,92 4, 4 Sedang 5, 8,7,7 2 Kurang 2, 5,,7 8 Total, 48,, Tota Berdasarkan Tabel 4.. diketahui bahwa sebagian besar perawat yang berpendidikan SPK memiliki pengetahuan sedang dan masih ada yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak,% dan diantara yang berpendidikan D-III dan S- keperawatan sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik namun masih ada yang memiliki pengetahuan kurang. l

16 Tabulasi silang Lama Bekerja dengan Tingkat Pengetahuan Perawat Hasil tabulasi silang antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini. Tabel 4.7. Tabulasi silang Lama Bekerja dengan Tingkat Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Pengetahuan Lama Bekerja < thn % -5 thn % >5 thn % Total Baik, 2 7,5 2 7,9 2 Sedang 5, 5 4,88 4 5,8 2 Kurang 5, 5 5,2 2 7,9 2 Total 2, 2, 2, Tabel 4.7. menunjukkan bahwa yang bekerja < tahun tidak ada yang memiliki pengetahuan baik, perawat yang bekerja antara -5 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sebanyak 5 orang (4,88%), dan yang bekerja > 5 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 2 orang (7,9%) Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan sikap perawat dapat dilihat pada tabel 4.8. dibawah ini. Tabel 4.8.Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat di Rumah Sakit Umum daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Sikap Pengetahuan Baik % Sedang % Kurang % Total Baik 9 22,5 5 42,5 2 25,5 Sedang 75, 5, 2 25,5 8 Kurang 2,5,5 4 5, Total 4, 2, 8,

17 Tabel 4.8. menunjukkan dari 4 orang yang berpengetahuan baik sebagian besar memiliki sikap baik yaitu sebanyak 5,25%, diantara 2 orang yang berpengetahuan sedang sebagian besar memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 5% dan diantara 8 yang berpengetahuan kurang sebagian besar memiliki sikap kurang yaitu sebanyak 5% Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Perawat Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.9. dibawah ini. Tabel 4.9. Tabulasi silang Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Tahun 22 Tindakan Pengetahuan Baik % Sedang % Kurang % Total Baik 9 22, ,5 4 Sedang 75,5 9 75,5 5 2,5 2 Kurang 2,5 8, 2 25,5 8 Total 2, 2, 8, Tabel 4.9. menunjukkan bahwa dari 4 orang yang berpengetahuan baik sebagian besar memiliki tindakan sedang dan masih ada yang memiliki tindakan kurang sebanyak 2,5%, diantara 2 orang yang berpengetahuan sedang sebagian besar memiliki tindakan sedang dan masih ada yang kurang sebesar 8,% dan diantara 8 orang yang berpengetahuan sedang dan masih ada yang memiliki tindakan kurang sebanyak 25,5%. 4.. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun Adapun fasilitas sanitasi yang diobservasi dalam penelitian ini meliputi penyediaan air bersih, toilet/ kamar mandi, pengelolaan limbah padat, pengelolaan

18 limbah cair, pengelolaan tempat pencucian linen, pengendalian serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya, dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi dapat dilihat pada tabel 4.. Tabel 4.. Hasil Observasi Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun No Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Pengamatan Ya Tidak Penyehatan Air a. Kuantitas - Tersedia air bersih> 5l/hr dan tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan. b. Kualitas memenuhi syarat - Bakteriologis - - Fisik - Kimia - c. Sarana - Sumber PDAM, air tanah diolah - Distribusi tidak bocor - Penampungan tertutup 2 a. Pengelolaan Limbah Padat - Dilakukan pemilahan dan pengemasan sampah medis dan non medis. - Limbah padat medis dikumpulkan didalam kontainer yang dilapisi kantong plastik sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkan. - Tempat limbah padat kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup - Jumlah tempat sampah minimal (satu) buah tiap radius 2 m pada ruang tunggu terbuka - Limbah padat diangkut ke TPS > 2 kali/hr. - Limbah domestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA. - Pengolahan limbah padat dengan menggunakan incenerator a. Pengolahan Limbah Cair - Dilakukan dengan pengolahan melalui instalasi pengolahan air limbah - Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air da lancar. 4 a. Tempat Pencucian Linen - Terdapat air bersih dengan kapasitas yang mencukupi - Dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius - Terletak dekat dengan saluran air limbah. 5 Dilakukan Pengendalian serangg, tikus dan binatang pengganggu lainnya Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi - Sterilisasi alat menggunakan autoclave - Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan disimpan pada tempat khusus yang steril. - Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan atau didesinfeksi terlebih dahulu dari darah, jaringan tubuh, dan sisa bahan lain - Ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi sebelum operasi berikutnya

19 Berdasarkan tabel 4.. dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi di rumah sakit dapat sudah memenuhi syarat kuantitas yaitu tersedia air bersih >5 l/hr dan sudah memenuhi syarat kualitas fisik yaitu tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, namun berdasarkan kualitas kimia dan bakteriologis tidak diketahui karena belum dilakukan pemeriksaan. Sarana air bersih yang digunakan berasal dari air tanah, pendistribusian air bersih baik atau tidak bocor dan penampungan air tertutup. Jumlah tempat sampah sudah mencukupi yaitu telah terserdia tempat sampah dalam radius 2 m di ruangan terbuka namun dalam manajemen pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan belum memenuhi syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah antara limbah medis dan non medis, pengumpulan limbah padat setiap ruangan dibuat pada tempat sampah yang tidak tertutup dan tidak kedap air, pengangkutan limbah padat ke luar gedung tidak dikemas pada wadah yang kuat dan hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah, pengolahan limbah medis padat dan limbah domestik dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah dan dibakar diatas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incenerator. Berdasarkan hasil pengamatan, Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan mempunyai instalasi pengolahan air limbah namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga air limbah hanya disalurkan ke septik tank dengan saluran tertutup, kedap air dan lancar. Pada pencucian linen di rumah sakit tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius, petugas pencucian linen juga tidak memakai pakaian

20 kerja khusus dan APD. Hal ini dapat menimbulkan resiko terjadinya penyakit bagi petugas pencucian linen. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya tidak dilakukan sehingga sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat memungkinkan sebagai tempat berkembang biaknya serangga dan tikus. Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan mempunyai alat sterilisasi seperti sterilisasi dan autoclave namun perawat tidak selalu menggunakannya namun alat kesehatan lebih sering dibersihkan dengan membilas dengan menggunakan air bersih.

21 BAB V PEMBAHASAN 5.. Karakteristik Perawat Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar perawat adalah perempuan yaitu sebanyak 45 orang (75%), dengan tingkat pendidikan terbanyak Diploma III keperawatan yaitu sebanyak 48 orang (8%). Dari hasil penelitian ini juga diperoleh data bahwa seluruh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial. Tidak adanya pelatihan formal tentang infeksi nosokomial menyebabkan hanya sebagian perawat yang mengetahui bagaimana cara pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. Hal ini disebabkan pihak rumah sakit dalam menyediakan informasi tentang pencegahan infeksi nosokomial seperti menyediakan leaflet tentang pencegahan infeksi nosokomial yang disediakan pada setiap unit perawatan dan tempat-tempat tertentu. Hendaknya pihak rumah sakit membentuk tim komisi pencegahan infeksi di rumah sakit untuk memberikan pelatihan khusus tentang pencegahan infeksi nosokomial Pengetahuan Perawat Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa belum seluruhnya perawat memiliki pengetahuan baik hal ini disebabkan perawat hanya mendapatkan pengetahuan tentang infeksi nosokomial ketika dalam masa pendidikan sedangkan rumah sakit tidak pernah melakukan pelatihan infeksi nosokomial kepada petugas kesehatan. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian bahwa yang berpendidikan SPK sebagian

22 besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sekitar 5% dan masih ada yang berpengetahuan kurang yaitu sekitar,%, sementara yang berpendidikan D-III keperawatan, sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik yaitu ssekitar 72,92% dan dari yang berpendidikan sarjana keperawatan sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik yaitu sekitar,8%. Data ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan perawat yang berjenjang pendidikan sarjana dan diploma lebih tinggi dari SPK. Semua perawat wajib mengetahui tentang cara pencegahan infeksi nosokomial, oleh karena itu diharapkan setiap penerimaan SPK harus di training sebelum bekerja. Lama bekerja juga berpengaruh terhadap pengetahuan perawat. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak ada perawat yang berpengetahuan baik yang lama kerjanya kurang dari bulan. Diantara perawat yang bekerja antara sampai 5 tahun, sebagian besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sekitar 4,88% sementara yang telah bekerja lebih dari 5 tahun sebagian besar sudah memiliki pengetahuan baik yaitu sekitar 7,9%. Data ini menunjukkan bahwa semakin lama bekerja semakin baik pengetahuan. Jika perawat tidak di training sebelum bekerja di rumah sakit berarti membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun supaya petugas kesehatan berpengetahuan baik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Dari data diatas juga menunjukkan bahwa pendidikan perawat tidak menjamin mereka mengetahui tentang infeksi nosokomial. Berdasarkan Notoadmodjo (2), dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, raba yang memberikan informasi tertentu kepada

23 seseorang dan menjadi pengetahuannya. Penginderaan tersebut dapat bersumber dari pengalaman yang ada pada diri individu, baik berupa pengalaman belajar, bekerja, serta aktivitas dan interaksi lain dalam kehidupan sehari-hari. Green dalam Notoadmodjo (2) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Notoadmodjo (2) juga menyebutkan bahwa perilaku seseorang akan lebih baik dan dapat bertahan lebih lama apabila didasari oleh tingkat pengetahuan dan kesadaran yang baik. Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik akan sesuatu hal diharapkan akan mempunyai sikap yang baik. 5.. Sikap Perawat Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat memiliki sikap sedang yaitu sekitar,4% dan masih ada yang memiliki sikap baik sekitar 2,%, hal ini dikarenakan pada dasarnya perawat setuju dengan hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan suatu penyakit walaupun pada saat pelaksanaanya belum tentu hal-hal tersebut dilakukan. Secara umum dalam Ahmadi (27) dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruhpengaruh yang datang dari luar. 2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia berupa interaksi sosial di luar kelompok.

24 Berdasarkan tabel silang antara pengetahuan dengan sikap perawat dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa walaupun sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik namun sebagian besar sikap yang dimiliki perawat masih sedang dan kurang. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran perawat untuk melindungi dirinya dari bahaya infeksi nosokomial. Dalam Ahmadi (27) juga dapat disimpulkan bahwa sikap tidak terbentuk dan berubah dengan sendirinya. Ada banyak hal dan kemungkinan yang dapat mempengaruhi terjadinya sikap, diantaranya yaitu hubungan dan komunikasi dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, lingkungan terdekat, dan keluarga. Sikap perawat berada pada rentang sedang, hal ini menunjukkan bahwa terdapat respon negatif dalam pencegahan infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki pengetahuan baik namun hanya memiliki sikap sedang Tindakan Perawat Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar perawat memiliki tindakan sedang yaitu sekitar 7,4% dan masih ada yang memiliki tindakan kurang yaitu sekitar,%. Tindakan yang yang kurang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Menurut Notoadmodjo (2) secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Artinya suatu pengetahuan dan sikap yang baik belum tentu terwujud dalam suatu tindakan yang baik pula (overt behavior).

25 Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat kurang setuju untuk tidak melakukan tindakan keperawatan ketika kondisi tubuh dalam keadaan sakit. Mereka mengatakan bahwa dengan kondisi tubuh yang kurang sehat tidak terlalu mengganggu mereka dalam bekerja, namun hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial bagi pasien baik terhadap petugas kesehatan itu sendiri. Berdasarkan tabel silang tingkat pengetahuan dengan tindakan bahwa sebagian besar perawat yang memiliki pengetahuan baik hanya memiliki tindakan sedang. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan rumah sakit yang meliputi perilaku individu yang berada didalamnya kurang serta kurang memadainya fasilitas sanitasi rumah sakit yang mendukung pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit. Penyediaan Air Bersih Hasil pengamatan pada fasilitas sanitasi di rumah sakit bahwa berdasarkan kualitas fisik air bersih sudah memenuhi syarat, tetapi belum pernah dilakukan pemeriksaan kualitas bakteriologis dan pemeriksaan kimia pada air bersih. Air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan penyakit. Menurut Kusnoputranto (2) air dapat menjadi media penularan penyakit apabila air terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau carier. Bila air ini diminum dapat mengakibatkan penyakit cholera, typoid, hepatitis infektiosa dan dysentri basiller.

26 2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi Syarat fasilitas toilet dan kamar mandi yang memenuhi syarat adalah harus terletak ditempat yang mudah dijangkau pasien dan pengunjung dan ada petunjuk arah serta toilet untuk pengunjung dan pasien dengan perbandingan toilet untuk 2 pengunjung wanita, dan toilet untuk pengunjung pria, dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan toilet serta tidak terdapat tempat penampungan dan genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengganggu. Fasilitas toilet dan kamar mandi di rumah sakit sudah memenuhi syarat karena jumlah toilet mencukupi untuk pengunjung dan petugas di rumah sakit. Apabila fasilitas toilet dan kamar mandi ini tidak terpelihara dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit bagi orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit. Menurut Kusnoputranto (2), vektor atau insekta yang berhubungan dengan air seperti serangga yang ada di air, misalnya pada wadah penampungan air seperti gentong, bak air, pot bunga dll dapat menularkan penyakit seperti malaria dan penyakit demam berdarah.. Pengelolaan Limbah Padat Jumlah tempat sampah sudah mencukupi yaitu telah terserdia tempat sampah dalam radius 2 m di ruangan terbuka namun dalam manajemen pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan belum memenuhi syarat karena tidak dilakukan pemilahan limbah antara limbah medis dan non medis, pengumpulan limbah padat setiap ruangan dibuat pada tempat sampah yang tidak

27 tertutup dan tidak kedap air, pengangkutan limbah padat ke luar gedung tidak dikemas pada wadah yang kuat dan hanya dibuang ke tempat pembuangan sampah, pengolahan limbah medis padat dan limbah domestik dibuang langsung ke tempat pembuangan sampah dan dibakar diatas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incenerator. Hal ini bisa disebabkan tidak ada nya anggaran yang disediakan untuk pengelolaan sampah rumah sakit Pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dapat menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, dan dapat menjadi sumber penularan penyakit baru terutama bagi orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit. 4. Pengolahan limbah cair Berdasarkan hasil pengamatan, Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan mempunyai instalasi pengolahan air limbah namun tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga air limbah hanya disalurkan ke septik tank. 5. Tempat pencucian linen Berdasarkan hasil pengamatan, di Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan pada pencucian linen tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius, petugas pencucian linen juga tidak memakai pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri. Jika pencucian linen tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penularan penyakit terutama bagi orang-orang yang ada disekitar rumah sakit.. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

28 Berdasarkan hasil pengamatan, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, tidak pernah dilakukan. Agar binatang pengganggu lain tidak masuk perlu melakukan pengelolaan makanan dan pengelolaan sampah dengan baik. Dalam hal ini keadaan hygiene sanitasi yang tidak baik dapat dikurangi dan dihilangkan sesuai dengan Permenkes Nomor 24/Menkes/X/24 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Rumah sakit sebagai tempat umum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang memerlukan perhatian dan penanganan yang serius dari aspek hygiene sanitasinya. 7. Dekontaminasi dengan Disinfeksi dan Sterilisasi Desinfeksi adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi. Proses desinfeksi harus didahului dengan proses dekontaminasi atau pencucian yang memadai dengan menghilangkan sebagian besar kuman yang terdapat pada permukaan benda. Di rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan, sterilisasi ruangan hanya dilakukan dengan mengepel ruangan dan untuk mensterilkan alat kesehatan perawat tidak selalu menggunakan autoclave, yang sudah disediakan rumah sakit. Alat kesehatan dibersihkan dengan membilas dengan air bersih. Pengawasan terhadap fasilitas sanitasi sangat diperlukan agar tidak menjadi sumber penularan penyakit baru terutama bagi orang-orang yang ada disekitar rumah sakit.

29 .. Kesimpulan BAB VI KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh dan pembahasan yang dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :. Karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja dan pelatihan infeksi nosokomial. bahwa sebagian besar perawat berada pada kelompok umur 2- tahun yaitu sebanyak orang (5%), sementara perawat yang paling sedikit berada pada kelompok umur 4-5 tahun yaitu sebanyak orang (5%) dan sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 45 orang (75%), dengan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah Diploma III keperawatan yaitu sebanyak 48 orang (8%) dan sebagian besar sudah bekerja antara -5 tahun yaitu sebanyak 2 orang (5,%) dan seluruh perawat tidak pernah mengikuti pelatihan resmi tentang infeksi nosokomial. 2. Tingkat pengetahuan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 4 orang (,%), memiliki pengetahuan sedang sebanyak 2 orang (2%) dan memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 8 orang (,4%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat sudah memiliki pengetahuan baik.. Sikap perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang memiliki sikap baik sebanyak orang (2,4%), sebagian besar memiliki sikap sedang sebanyak 8 orang (,4%) dan yang memiliki sikap kurang baik sebanyak orang (%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat memiliki sikap sedang.

30 4. Tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang memiliki tindakan baik sebanyak 2 orang (2%), sebagian besar memiliki tindakan sedang yaitu sebanyak 44 orang (7,4%) dan yang memiliki tindakan kurang baik sebanyak 4 orang (,%). Hal ini menunjukkan bahwa perawat memiliki tindakan sedang. 5. Fasilitas sanitasi rumah sakit yang berhubungan dengan pencegahan infeksi nosokomial seperti: a. Pada air bersih tidak pernah dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan kimia. b. Pengelolaan limbah padat medis dan non medis dibakar di atas permukaan tanah karena rumah sakit tidak mempunyai incinerator. c. Tidak dilakukan pengolahan limbah cair. d. Pencucian linen tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius. e. Tidak dilakukan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. f. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi alat kesehatan tidak selalu menggunakan peralatan autoclave..2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa hal yang dapat dilakukan antar lain yaitu:

31 . Kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Perdagangan Kabupaten Simalungun a. Memberikan pelatihan tentang pencegahan infeksi nosokomial kepada perawat. b. Menyediakan media informasi seperti poster dan leaflet tentang pencegahan infeksi nosokomial. c. Melengkapi fasilitas sanitasi rumah sakit seperti melakukan pemeriksaan bakteriologis dan kimia air bersih, penyediaan incinerator, memfungsikan instalasi pengolahan air limbah yang sudah ada, mengawasi pencucian linen, melakukan pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya di rumah sakit serta melakukan pengawasan terhadap perawat agar mengikuti prosedur seperti menggunakan alat pelindung diri ketika berhadapan dengan pasien yang beresiko menularkan penyakit. 2. Kepada perawat Dalam pelayanan keperawatan hendaknya tenaga keperawatan harus aktif dan berinisiatif untuk mendapatkan wawasan baru tentang perkembangan ilmu keperawatan khususnya tentang bahaya infeksi nosokomial.

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%) Formulir Observasi Check List Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 No Item Ya Tidak Skor (%) Penampungan dan pemilahan 1 Wadah limbah medis dan limbah non medis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016 75 Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016 A. Daftar pertanyaan untuk Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH) DOKUMEN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PUSKESMAS KEBONDALEM 1. Kualitas Udara dan debu Sumber Aktivitas lalul lintas kendaraan diluar dan area parkir berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku) Kementerian Kesehatan RI 2012 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka KUESIONER PENELITIAN Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka Kuman dan Pada Ruangan ICU di RSUD Dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 200

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis namun juga

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM (DAERAH LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMANTAHUN 2016) Oleh: INDANG DEWATA Pusat Penelitian Kependudukan, Lingkngan Hidup dan Kebencanaan Unicersitas

Lebih terperinci

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan 103 Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan A. Data Karakteristik Informan Petunjuk Pengisian:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Abstract Public Health Center is one of the institution which produce medical waste.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS MONCEK PEMERINTAHAN KABUPATEN SUMENEP DINAS KESEHATAN PUSKESMAS MONCEK KECAMATAN LENTENG SUMENEP 0 DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI... 2 B RUANG

Lebih terperinci

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG

PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEDOMAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS SAMBALIUNG PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SAMBALIUNG JL.Mangkubumi II Rt. VII Sambaliung DAFTAR ISI 0 BAB I MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN... A DEFINISI...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Andiko Situmorang NIM : 10.02.110 KepadaYth : Di Tempat. Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Petugas kesehatan yang paling sering berinteraksi dan paling lama kontak dengan pasien dalam memberikan asuhan salah satunya adalah perawat (Nursalam, 2011). Perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah

Lebih terperinci

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai penyakit diantaranya adalah penyakit infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat. Masyarakat yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON A. PENDAHULUAN Health care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun, selain memberikan

Lebih terperinci

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA Jl. Raya Plumpang Jakarta Utara KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya

Lebih terperinci

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Dinas Kesehatan Kota Palembang menyambut hangat Pesta Olah Raga SEA GAMES ke XXVI yang sebentar lagi akan diadakan di Kota Palembang. Salah satu bentuk apresiasi dari Dinas Kesehatan kota Palembang adalah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 I. Identitas Responden 1. Nama Rumah makan : 2. Alamat :

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir akhir ini persoalan limbah menjadi masalah yang cukup serius bagi pencemaran lingkungan, dimana aktiftitas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah menambah

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT TK.III ROBERT WOLTER MONGINSIDI MANADO Bebi Darlin Kakambong *, Harvani Boky *, Rahayu H. Akili * * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. Oleh : Evi Dwi Prastiwi NIM.

FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. Oleh : Evi Dwi Prastiwi NIM. Lampiran 1 FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Judul : Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Oleh : Evi Dwi Prastiwi NIM.13612502 Saya adalah mahasiswa diploma DIII Akademi Kepaerawatan Fakultas

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN 99 Lampiran 1 No. Kode : LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul penelitian : Hubungan antar pengetahuan perawat tentang kewaspadaan universal dengan rotasi perawat ke ruang isolasi di RSUD Cengkareng. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200 PENGERTIAN : 1. Dekontaminasi adalah langkah awal untuk memproses benda mati agar lebih aman ditangani petugas sebelum dicuci. 2. Pembersihan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh kotoran, darah

Lebih terperinci

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST PENGERTIAN IKL Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram merupakan salah satu unit kerja yang

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan Lembar Observasi KONDISI SANITASI RUANG RAWAT INAP KELAS III DAN PENGGUNAAN DESINFEKTAN TERHADAP JUMLAH ANGKA KUMAN LANTAI DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Nama Rumah

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU Andi Bungawati Bagian Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Palu ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Menimbang : MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu unit yang mencakup berbagai kegiatan kompleks didalamnya, antara lain pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, layanan medik,

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga

PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT. Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENGENDALIAN INFEKSI DI YANKESGILUT Harum Sasanti Pelatihan Dokter Gigi Keluarga PENDAHULUAN Pengendalian infeksi (PI) merupakan upaya yang wajib dilakukan oleh setiap dr/drg/nakes yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA Desi Juliannur, Sunarsieh dan Aryanto Purnomo Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail:

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA A. PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

Lebih terperinci

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013

SOP PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/2013 PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK UJI BAKTERIOLOGIS No. Dokumen 60/L/PL/203 Tanggal Pengertian Tujuan Kebijakan Prasarana Prosedur Tetap Catatan - Mengambil sampel air bersih / air minum untuk pemeriksaan bakteriologis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN No LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI 060934 DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2016 Menurut 1429/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat?

7. Berapa biaya insentif petugas pengelola limbah? 10. Apakah pendidikan petugas pengangkut limbah padat? Pedoman Wawancara Analisis Pengelolaan limbah Padat dan Cair RSU dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2011 A. DATA RESPONDEN NAMA : JABATAN : PENDIDIKAN : B. PERTANYAAN SUMBERDAYA 1. Berapa jumlah

Lebih terperinci

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Lampiran 1 INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Nama Lokasi : Diperiksa Tanggal : Alamat : No. Sasaran Jenis Pemeriksaan 1. Halaman Bersih/tidak ada sampah berserakan Ada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN 62 62 63 63 64 Lampiran 3 SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Berdasarkan penjelasan dan permohonan penulis yang sudah disampaikan kepada saya bahwa akan dilakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN Suryono Nugroho, Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Tekonologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxx NOMOR : 012 / SK /.xx / VII / 2012 TENTANG ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengelolaan linen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari pengumpulan linen kotor dari masing-masing ruangan, pengangkutan, pencucian, penyetrikaan, penyimpanan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia,

Lebih terperinci