ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI TOMAT DI DESA LEBAK MUNCANG, KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI TOMAT DI DESA LEBAK MUNCANG, KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG"

Transkripsi

1 ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI TOMAT DI DESA LEBAK MUNCANG, KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI WULANDARA SUJANA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN WULANDARA SUJANA. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA) Indonesia sebagai negara agraris yang menggambarkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia, penyumbang devisa negara di sektor non migas serta merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian sebagai pendukung perekonomian nasional Indonesia melalui sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan, oleh karena itu sektor pertanian perlu didukung dalam perkembangannya, agar sektor ini mempunyai peluang yang lebih besar. Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan, karena memiliki nilai komersial yang tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Komoditas hortikultura sayuran merupakan komoditas yang memiliki peluang cukup prospektif. Salah satu komoditas sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tomat. Tomat dibedakan berdasarkan jenisnya menjadi tomat ceri, tomat apel dan tomat sayur, penamaan jenis ini berdasarkan bentuk buahnya, dimana tomat apel memiliki ciri-ciri bentuk buah bulat oval, berwarna merah dan teksturnya padat. Komposisi zat gizi yang dimiliki tomat apel baik dalam bentuk segar atau olahan cukup lengkap dan baik. Tomat apel dapat dimanfaatkan dalam keadaan segar maupun diolah terlebih dahulu, dalam keadaan segar tomat bisa sebagai sayuran, bumbu masak ataupun sari buah. Jika diolah, tomat apel bisa dibuat saus atau bahan obat-obatan. Kecamatan Ciwidey merupakan salah satu daerah sentra produksi tomat di Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang merupakan desa terluas, sehingga diambil sebagai lokasi penelitian. Namun fluktuasi harga dan penggunaan faktor produksi yang dirasakan kurang efisien dapat mempengaruhi pendapatan usahatani tomat. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pendapatan usahatani tomat apel pada petani kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, dan (2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat apel pada petani kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Adapun penelitian ini dilaksanakan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung pada bulan Agustus hingga September Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jumlah responden usahatani tomat berjumlah 40 orang, 20 orang petani anggota kelompok tani dan 20 orang petani non kelompok tani, responden diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keragaan usahatani tomat di daerah penelitian. Analisis

3 kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usahatani dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani tomat. Budidaya tomat yang dilakukan di Desa lebak Muncang terdiri dari tahapan-tahapan yaitu persemaian, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Penerimaan yang diperoleh dari produksi tomat apel untuk petani anggota kelompok tani per hektar per musim tanam adalah Rp sedangkan penerimaan yang diperoleh petani tomat non kelompok tani adalah Rp Pendapatan atas biaya tunai pada petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp dan pendapatan atas biaya total adalah Rp dengan total biaya tunai yang dikeluarkan adalah Rp dan biaya total yang dikeluarkan adalah Rp Petani non kelompok tani memperoleh pendapatan atas biaya tunai adalah Rp dan pendapatan atas biaya total adalah Rp , dengan biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan secara berturut-turut adalah Rp dan Rp Nilai R-C rasio atas biaya tunai untuk petani kelompok tani adalah 1,75 dan R-C rasio untuk biaya total adalah 1,44, sedangkan untuk petani non kelompok tani R-C rasio atas biaya tunai dalah 1,53 dan R-C rasio atas biaya total adalah 1,30. Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglass. Berdasarkan hasil analisis pada petani tomat anggota kelompok tani, variabel-variabel yang nyata pada selang kepercayaan 95 persen adalah benih, pupuk P dan pestisida cair, sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen adalah pupuk kandang, pupuk K dan tenaga kerja. Pupuk N dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat apel. Faktor produksi yang berpengaruh nyata dan bernilai positif pada petani anggota kelompok tani adalah benih, pupuk kandang, pupuk P dan tenaga kerja dengan nilai koefisien berturut-turut adalah 0,3310; 1,0311; 0,3453 dan 0,5183 artinya peningkatan benih, pupuk kandang, pupuk P dan tenaga kerja sebesar satu persen dapat meningkatkan produksi sebesar nilai koefisiennya. Faktor produksi yang bernilai negatif adalah pupuk K dan pestisida cair dengan nilai koefisien sebesar -0,7028 dan -0,3334 artinya peningkatan faktor produksi pupuk K dan pestisida cair sebesar satu persen dapat menurunkan produksi sebesar nilai koefisiennya. Pada petani tomat non kelompok tani variabel-variabel benih, pupuk kandang, pestisida cair dan tenaga kerja berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen adalah pupuk K. Pupuk N, pupuk P dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata pada produksi tomat apel. Faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif pada petani non kelompok tani adalah benih, pupuk kandang dan tenaga kerja dengan nilai koefisiennya adalah 0,7897; 0,4409 dan 1,2555 dimana hal ini berarti bahwa apabila penggunaan benih, pupuk kandang dan tenaga kerja di tambah sebesar satu persen maka akan meningkatkan produksi sebesar nilai koefisiennya. Adapun faktor yang berpengaruh nyata dan negatif terhadap produksi adalah pupuk K dan pestisida cair dengan nilai -0,7650 dan - 0,4238 dimana setiap peningkatan pupuk K dan pestisida cair sebesar satu persen maka dapat menurunkan produksi sebesar nilai koefisiennya.

4 ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI USAHATANI TOMAT DI DESA LEBAK MUNCANG, KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG WULANDARA SUJANA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Skripsi : Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Nama : Wulandara Sujana NIM : H Disetujui, Pembimbing Dra. Yusalina, MSi NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Wulandara Sujana H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 12 Desember Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak H. Sujana dan Ibu Hj. Dullis Sadiah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Padasuka II Soreang, Bandung pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP Negeri 1 Soreang. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Margahayu yang diselesaikan pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis Direktorat Program Diploma III. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2008 hingga tahun 2010.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang MAha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Skripsi ini memberikan suatu informasi mengenai pendapatan usahatani tomat serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Eknomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan bagian dari proses belajar. Namun demikian, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya. Bogor, Desember 2010 Wulandara Sujana

9 UCAPAN TERIMAKASIH Alhamdulillahi Rabil alamin. Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Karunia-Nya akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Dra. Yusalina, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat, arahan, waktu dan bimbingan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini hingga skripsi ini selesai. 2. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS atas kesediannya sebagai dosen evaluator dalam seminar proposal dan sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik. 3. Ir. Narni Farmayanti, MSc sebagai atas kesediannya menjadi dosen komisi akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 4. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Sujana dan Ibu Hj. Dulis Sadiah serta adikku Rayagung Sidik Muslim atas kasih sayang, doa serta motivasi moril dan materi selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak H. Nu man Soleh dan keluarga besar serta seluruh aparat desa Desa Lebak Muncang dan aparat Kecamatan Ciwidey yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data. 6. Ricky Iskandar Toreh atas dukungan, bantuan serta semangat yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh staf pengajar dan staf ekretariat Ekstensi Agribisnis yang telah membantu penulis selama perkuliahan. 8. Rekan-rekan AGB yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas bantuannya dan saran yang diberikan kepada penulis. Bogor, Desember 2010 Wulandara Sujana

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Kajian Empirik Komoditas Tomat Budidaya Tomat Pemasaran Tomat Kajian Empirik Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani Analisis R-C rasio Konsep Fungsi Produksi Fungsi Produksi Cobb-Douglas Konsep Skala Ekonomi Usaha Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Contoh Data dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Pendapatan Usahatani Analisis R-C Rasio Analisis Fungsi Produksi Pengujian Hipotesa Definisi Operasional Hipotesis iii v vi

11 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Umum dan Geografis Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian Profil Kelompok Tani Karakteristik Petani Contoh Status Usaha Umur Pendidikan Pengalaman dalam Usahatani Tomat Luas Areal Usahatani Status Kepemilikan Lahan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Persemaian Pengolahan Lahan Penanaman Pemeliharaan Panen dan Pasca Panen Hama dan Penyakit Tanaman Analisis Pendapatan Usahatani Penggunaan Input Penerimaan Usahatani, Biaya dan Pendapatan Usahatani Analisis Model Fungsi Produksi Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat Kelompok Tani Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat non Kelompok Tani Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat Kelompok Tani dan non Kelompok Tani VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 98

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas Tomat Indonesia Tahun Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat Nasional Tahun Produksi Tomat pada Beberapa Kabupaten di Jawa Barat pada Tahun Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun Kandungan dan Komposisi Gizi Tomat tapel iap 100 gram Bahan Makanan Studi Terdahulu yang Berkaitan Dengan Penelitian Jumlah Penduduk Desa Lebak Muncang Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Desa Lebak Muncang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Luas Wilayah Desa Lebak Muncang Berdasarkan Penggunaan Lahan Jumlah Penduduk Desa Lebak Muncang Menurut Mata Pencaharian Tahun Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Status Usaha Karakteristik Responden Petani Tomat Desa Lebak Muncang Berdasarkan Kelompok Umur Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Pengalaman Bertani... 54

13 16. Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Luas Lahan Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Perbandingan Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Tomat Apel per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani dan Non Kelompok Tani Perbandingan Analisis Usahatani Tomat Apel Anggota Kelompok Tani dan Non Anggota Kelompok Tani per Hektar per Musim Tanam Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kelompok Tani Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kelompok Tani Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Non Kelompok Tani Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani non Kelompok Tani Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kelompok Tani dan Petani non Kelompok Tani... 88

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Produk Total, Marginal dan Rata-Rata Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung... 33

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Tomat Nasional dalam Satuan ton Tahun Produtivitas Tomat Nasional dalam Satuan Ku/Ha Tahun Perkembangan Harga Tomat Di Kabupaten Bandung Tahun Data Karakteristik Petani Tomat pada Kelompok Tani Mekar Saluyu Data Karakteristik Petani Tomat non Anggota Kelompok Tani Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Tomat Petani Anggota Kelompok Tani per Hektar per Musim Tanam Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Tomat Petani Non Anggota Kelompok Tani per Hektar per Musim Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Tomat per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani Mekar Saluyu Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Tomat per Hektar per Musim Tanam Non Anggota Kelompok Tani Analisis Pendapatan Usahatani Tomat Petani per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani Mekar Saluyu Analisis Pendapatan Usahatani Tomat Petani per Hektar per Musim Tanam Non Anggota Kelompok Tani Hasil Pendugaan Data Dengan Menggunakan Minitab untuk Petani Tomat Anggota Kelompok Tani Uji Heteroskedastisitas Model Penduga pada Petani Tomat Anggota Kelompok Tani Hasil Pendugaan Data Dengan Menggunakan Minitab untuk Petani Tomat Non Anggota Kelompok Tani

16 15. Uji Heteroskedastisitas Model Penduga pada Petani Tomat Non Anggota Kelompok Tani Keputusan Menteri Pertanian Nomor Proses Budidaya Tomat di Desa Lebak Muncang

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia, penyumbang devisa negara di sektor non migas serta merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian mengalami kenaikan pada Triwulan I-2010 jika dibandingkan dengan Triwulan-I 2008 dan Triwulan I Pada tahun 2008 sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 14,5 persen, yang kemudian pada tahun 2009 kontribusi yang diberikan sebesar 15,6 persen, yang pada akhirnya tahun 2010 kontribusi yang diberikan meningkat hingga 16,0 persen. Walaupun terjadi peningkatan dari tahun 2009 terhadap 2010, namun jumlah peningkatannya mengalami penurunan jika dibandingkan dengan peningkatan dari tahun 2008 terhadap Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha Triwulan-I pada tahun 2008 hingga 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun Lapangan Usaha Triw I 2008 Triw I 2009 Triw I-2010 (%) (%) (%) 1. Pertanian, Peternakan, 14,5 15,6 16,0 Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan 10, ,2 Penggalian 3. Industri Pengolahan 27, ,4 4. Listrik, Gas dan Air bersih 0,8 0,8 0,8 5. Konstruksi 8,5 9,6 10,0 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,0 13,3 13,9 7. Pengangkutan dan 6,3 6,4 6,2 Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat dan 7,4 7,5 7,2 Jasa Keuangan 9. Jasa-jasa 9,7 9,8 9,3 Sumber : BPS, Badan Pusat Statistik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I http: // [12 Agustus 2010].

18 Sektor pertanian sebagai pendukung perekonomian nasional Indonesia melalui sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan, oleh karena itu sektor pertanian perlu didukung dalam perkembangannya, agar sektor ini mempunyai peluang yang lebih besar. Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk memanfaatkan peluang usaha di bidang hortikultura, melihat masih tersedianya lahan yang luas yang dapat dimanfaatkan. Pada sektor pertanian, hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai komersial yang tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006 komoditas yang termasuk tanaman hortikultura dan menjadi binaan Direktorat Jendral Hortikultura sangat banyak yaitu 323 jenis komoditas, terdiri dari buahbuahan 60 komoditas, sayur-sayuran 80 komoditas, biofarmaka 66 komoditas dan tanaman hias 117 komoditas. Tanaman hortikultura sayuran saat ini menjadi pilihan komoditas untuk petani yang berlahan sempit karena mempunyai umur tanam yang relatif lebih pendek dengan harga jual yang cukup baik, walaupun resiko kegagalannya relatif lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya seperti padi, jagung, tebu, dan palawija. 2 Komoditas sayuran pada umumnya mudah rusak (perishable) dan dibutuhkan dalam bentuk segar, serta harganya yang sering berfluktuasi menyebabkan penanganan komoditas sayuran harus benar-benar sesuai antara aspek produksi, distribusi dan konsumsi. Keragaman tanaman sayuran yang cukup banyak serta kecocokan karakteristik lahan dan wilayah yang luas memungkinkan bagi Indonesia untuk lebih mengembangkan komoditas sayuran. Salah satu komoditas sayuran yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tomat. Tomat termasuk dalam salah satu komoditas sayuran berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006 (Lampiran 16). Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Tomat juga mengandung karbohidrat, protein, 2 Ditjen Hortikultura Gambaran Kinerja Makro Hortikultura. [2 Februari 2010]

19 lemak dan kalori. Tomat juga adalah komoditas yang multiguna berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia. Tomat mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi serta cocok tumbuh di daerah beriklim tropis seperti Indonesia karena Indonesia mendapat sinar matahari dan curah hujan yang cukup. Faktor pendukung lain adalah tanah Indonesia yang subur dan gembur serta curah hujan yang cukup yaitu sekitar milimeter per tahun (mm/tahun). Oleh karena itu, hampir setiap daerah di Indonesia mampu memproduksi tomat sehingga mendukung para petani untuk menanam tomat. 3 Jumlah ekspor tomat Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya, namun pertumbuhan ekspor tomat Indonesia belum sebanding dengan jumlah impornya, oleh karena itu perlu adanya peningkatan produksi tomat dalam negeri untuk mengurangi volume impor tomat Indonesia. Tabel 2 memperlihatkan perkembangan volume ekspor dan impor komoditas tomat Indonesia serta nilainya pada periode 2003 hingga Tabel 2. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas Tomat Indonesia Tahun Tahun Jumlah (Kg) Nilai (US $) Ekspor Impor Ekspor Impor Sumber : Dirjen Hortikultura, Menurut Trisnawati dan Setiawan (2005), penamaan varietas yang beredar di masyarakat ada dua macam, yaitu penamaan yang tidak resmi dan penamaan yang resmi. Penamaan yang tidak resmi diberikan berdasarkan penampakan sosok tanaman dan buah secara sepintas, sedangkan penamaan resmi merupakan penamaan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Beberapa dasar yang diapakai untuk 3 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Budidaya Tomat. Jakarta.litbank.deptan.go.id. [4 Februari 2010]. 4 Direktorat Jenderal Hortikultura Volume Ekspor dan Impor Komoditas Sayuran di Indonesia [9 Februari 2010].

20 membedakan varietas tomat diantaranya adalah bentuk buah, ketebalan daging, dan kandungan airnya. Berdasarkan bentuk atau penampilannya tomat digolongkan menjadi: (1) tomat ceri yang memiliki bentuk buah kecil-kecil sebesar kelereng, buahnya merah dan rasanya manis, (2) tomat apel yang bentuk buahnya bulat, kokoh dan agak keras, dan berwarna merah seperti buah apel, dan (3) tomat sayur dengan bentuk buah bulat pipih, dan mempunyai alur-alur yang jelas di dekat tangkainya serta lebih lunak. Jumlah produksi tomat pada tahun 2004 hingga tahun 2008 di beberapa Propinsi di Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan. Penurunan produksi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah faktor pemeliharaan yang kurang baik oleh para petani yang menyebabkan hasil panen menurun, keterlambatan curah hujan, keterbatasan jumlah benih yang tersedia, adanya serangan hama dan penyakit, terjadinya bencana alam dan periode turunnya hujan yang tidak menentu. Perkembangan produksi dan produktivitas tomat dari tahun 2004 hingga 2008 dapat dilihat pada Tabel 3, dan data yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat Nasional Tahun No. Propinsi Indikator Jawa Barat Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Utara Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Sumber : Departemen Pertanian, Tahun ,66 25,48 20,25 24,46 26, ,0 20,6 21,34 18,91 18, ,33 11,68 11,93 11,96 15, ,05 12,78 13,35 10,07 12, ,84 9,63 10,57 11,65 12, ]. 5 Departemen Pertanian Produksi Tomat Nasional. [4 Februari

21 Sentra produksi tomat di Indonesia berada di Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi dengan produksi tomat tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya (Tabel 3). Tingginya tingkat produksi tomat di Propinsi Jawa Barat disebabkan salah satunya adalah suhu dan kondisi lahan yang memang sesuai dengan syarat tumbuh tomat, sehingga tomat banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Jawa Barat. Jawa Barat memiliki potensi yang sangat baik untuk pengembangan komoditas tomat, salah satu wilayah yang berpotensi adalah Kabupaten Bandung. Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka pada tahun 2008, menyatakan sentra produksi tomat di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Hampir 40 persen produksi tomat di Jawa Barat berasal dari Kabupaten Bandung, menyusul kemudian Garut dengan kontribusi hampir 30 persen. Perkembangan produksi tomat di Kabupaten Bandung salah satunya didukung kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, diantaranya adalah pemanfaatan dan pengembangan potensi daerah sesuai sumber daya alam yang dimiliki. Pelaksanaan kebijakan ini adalah dengan mengembangkan sektor pertanian unggulan daerah yang merupakan merupakan salah satu kekuatan perekonomian daerah tersebut. Jumlah produksi tomat di beberapa Kabupaten yang berada di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Produksi Tomat pada Beberapa Kabupaten di Jawa Barat pada Tahun 2007 No. Kabupaten Produksi (ton) 1 Bandung Garut Cianjur Sukabumi Tasikmalaya Majalengka Bogor Sumedang Kuningan Subang Purwakarta Ciamis 912 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dalam Angka, 2008

22 Kecamatan Ciwidey merupakan salah satu daerah sentra produksi tomat di Kabupaten Bandung disamping Kecamatan Pangalengan, Pacet dan Paseh. Hal tersebut didukung oleh kondisi daerah Ciwidey yang terletak pada ketinggian kurang lebih 1100 meter di atas permukaan laut (mdpl), sesuai dengan syarat tumbuh tomat yang membutuhkan ketinggian mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi lebih dari 750 mdpl. Jumlah produksi tomat di Kecamatan Ciwidey mencapai ton pada tahun 2009, dibandingkan dengan jumlah produksi tomat di Kecamatan Pangalengan sebesar ton, memang angka produksi tomat di Kecamatan Ciwidey lebih kecil. Namun apabila dilihat dari sisi produktivitasnya Kecamatan Ciwidey produktivitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kecamatan Pangalengan, yaitu dengan produktivitas 21,66 ton per hektar. Jumlah produksi, luas panen dan produktivitas tomat dibeberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tomat pada Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2009 No. Kecamatan Luas Panen Jumlah produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 Pangalengan ,36 2 Ciwidey ,66 3 Pacet ,46 4 Rancabali ,95 5 Paseh ,58 Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, 2010 Kecamatan Ciwidey terdiri dari enam desa, yaitu Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncang, Desa Rawa Bogo, Desa Nengkelan, dan Desa Sukawening dengan luas wilayah masing-masing desa secara berturut-turut adalah 321 ha, 218 ha, 389 ha, 845 ha, 759 ha, 346 ha dan 700 ha. Desa Lebak Muncang merupakan salah satu desa dengan produksi tomat yang tinggi, hal dapat didukung karena Desa Lebak Muncang merupakan desa dengan wilayah terluas. Jenis tomat yang banyak dibudidayakan oleh para petani tomat di Desa Lebak Muncang adalah jenis tomat apel dengan ciri-ciri bentuk buahnya bulat, kokoh dan agak keras seperti buah apel dan cocok di tanam di

23 dataran tinggi. Desa Lebak Muncang terdapat lima Kelompok Tani (Poktan) yaitu Poktan Gemah Ripah dengan jumlah anggota 12 orang, Poktan Al-Hidayah dengan jumlah anggota 10 orang, Poktan Tani Mukti dengan jumlah anggota 16 orang, Poktan Mekar Saluyu dengan jumlah anggota 20 orang dan Poktan Sauyunan dengan jumlah anggota 18 orang. Kelompok Tani Mekar Saluyu adalah Kelompok Tani dengan jumlah anggota terbanyak yaitu 20 orang. 1.2 Perumusan Masalah Kecamatan Ciwidey khususnya Desa Lebak Muncang mempunyai peluang dalam pengembangan usahatani termasuk didalamnya adalah usahatani tomat apel, karena jenis tomat apel ini cocok di tanam di daerah dataran tinggi. Desa Lebak Muncang yang merupakan desa dengan wilayah paling luas di Kecamatan Ciwidey yaitu 845 hektar (Ha), yang dapat dijadikan suatu nilai tambah tersendiri untuk Desa Lebak Muncang dalam pengembangan usahatani tomat apel. Namun keberhasilan petani dalam peningkatan produksi tomat apel ternyata tidak serta merta meningkatkan pendapatan usahataninya, karena permasalahan yang dihadapi terkait dengan komoditas tomat apel salah satunya adalah fluktuasi harga. Pada beberapa bulan di awal tahun 2010 perubahan harga terhadap tomat apel cukup sering terjadi. Pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga Februari harga tomat apel di tingkat eceran di Kabupaten Bandung berada pada kisaran harga Rp per kilogramnya, dan pada bulan Maret harga tomat melambung tinggi hingga Rp per kilogram. Fluktuasi terjadi pada Bulan Mei 2010, dimana pada awal bulan Mei, tepatnya pada dua minggu pertama harga tomat berkisar antara Rp per kilogram, kemudian mengalami penurunan pada minggu ketiga mencapai Rp per kilogram, dan meningkat kembali pada awal minggu ke empat bulan Mei yaitu dengan harga Rp 5000 per kilogram, yang kemudian menurun pada penghujung bulan Mei dengan harga Rp 3000 per kilogram 6. Data perubahan harga tomat apel pada tingkat petani hingga 6 Selamet Harga Tomat Capai per kilo. http: // jawabaratnews.com. [3 Juli 2010]

24 tingkat eceran yang terjadi di Kabupaten Bandung mulai dari tahun 2007 hingga 2010 dapat dilihat pada Lampiran 3. Kondisi harga yang tidak stabil atau fluktuasi harga merupakan salah satu fenomena pasar yang seringkali harus dihadapi oleh petani sayuran, termasuk didalamnya adalah petani tomat apel di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey. Kondisi fluktuasi harga tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah produksi yang tidak kontinyu, pengaruh musim yang tidak menentu, adanya bencana alam dan faktor-faktor lainnya. Kondisi naik turunnya harga tomat apel yang terjadi di Desa Lebak Muncang, tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah produksi tomat apel di daerah Desa Lebak Muncang saja, namun perubahan harga tersebut juga dipengaruhi oleh daerah-daerah lain sentra produksi tomat apel. Daerah-daerah yang cukup berpengaruh terhadap fluktuasi harga tomat di Kecamatan Ciwidey termasuk Desa Lebak Muncang diantaranya adalah Pangalengan, Garut, dan Lembang. Jumlah produksi yang melimpah pada daerah-daerah tersebut dapat berdampak pada penurunan harga tomat apel di Ciwidey dan Desa Lebak Muncang, karena sebagian besar tomat apel yang dihasilkan dijual ke pasar induk Caringin Bandung, begitu pula dengan tomat dari daerah Pangalengan, Garut dan Lembang. Walaupun musim tanam dan musim panen antar daerah berbeda, namun ketika produk yang dihasilkan dijual ke pasar Caringin, maka akan mempengaruhi kondisi harga di tempat lainnya, dan ketika musim panen datang bersamaan dari beberapa daerah, maka dampak penurunan harga akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga membutuhkan waktu agar harga kembali pada kondisi normal. Kondisi tersebut akan berpengaruh kepada petani tomat termasuk petani tomat apel di Desa Lebak Muncang, karena apabila harga tomat apel di pasar Caringin rendah maka pedagang pengumpul (bandar) akan membeli tomat dari petani dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar Caringin tersebut, karena Bandar menjual hasil panen tomat yang dibeli dari petani di Desa Lebak Muncang ke pasar Caringin. Tomat merupakan komoditas yang mudah rusak (perishable) dan petani tidak mempunyai teknologi untuk mengatasi hal tersebut, maka petani dengan terpaksa akan menerima harga jual yang berlaku pasar Caringin, walaupun harga

25 tersebut tidak menguntungkan bagi para petani. Adanya kondisi fluktuasi harga yang terjadi seperti ini dapat mempengaruhi kondisi pendapatan petani dari usahatani tomat, karena pada saat melakukan kegiatan produksi petani mengeluarkan biaya yang cukup besar. Namun, tidak jarang biaya produksi yang telah dikeluarkan tidak dapat tertutupi karena harga jual yang rendah dibandingkan dengan biaya produksinya. Oleh karena itu, untuk melihat dampak dari adanya fluktuasi harga terutama pada komoditas tomat apel, perlu adanya suatu analisis terhadap pendapatan petani dari usahatani tomat apel yang dilakukan. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani tomat apel memberikan keuntungan untuk petani tomat baik petani anggota kelompok tani ataupun petani tomat non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Selain dari adanya fluktuasi harga tomat apel, aktivitas usahatani termasuk didalamnya adalah penggunaan faktor produksi juga dapat mempengaruhi pendapatan usahatani. Penggunaan faktor produksi seperti penggunaan sumberdaya lahan, modal dan tenaga kerja perlu diperhatikan dalam proses produksi, agar tidak terjadi penggunaan yang berlebihan yang dapat merugikan petani dan menyebabkan tingkat produksi tidak optimal. Penggunaan yang berlebihan dari input-input produksi, misalnya penggunaan pestisida yang merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di tingkat petani. Para petani termasuk petani tomat di Desa Lebak Muncang sebagian besar tidak memperhatikan aturan pakai penggunaan pestisida yang telah ditetapkan, petani menggunakan pestisida sesuai pengalaman ataupun sesuai dengan keinginan para petani sampai hama ataupun penyakit yang menyerang tanaman mati. Namun petani tidak menyadari bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan selain dapat merugikan dari sisi finansial juga dapat merugikan kesehatan dan juga menghasilkan produksi yang tidak optimal. Mengacu pada uraian di atas, selain perlu adanya analisis pendapatan usahatani juga diperlukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Analisis usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat apel ini dilakukan kepada petani tomat yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Saluyu dan petani tomat yang tidak

26 tergabung dalam kelompok tani. Penelitian ini dilakukan kepada petani kelompok tani dan non kelompok tani karena adanya perbedaan penggunaan faktor-faktor produksi diantaranya adalah perbedaan penggunaan pestisida. Perbedaan penggunaan faktor produksi ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan usahatani tomat yang dilakukan oleh petani kelompok tani dan petani non kelompok tani. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana tingkat pendapatan usahatani tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung? 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis pendapatan usahatani tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. 2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat apel pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan usahatani tomat apel pada saat ini, khususnya di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait, antara lain :

27 1) Para petani tomat apel di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey agar dapat mengetahui tentang biaya produksi dan pendapatan usahatani tomat apel, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tomat apel, sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan usahatani para petani tomat apel. 2) Dinas Pertanian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, agar dapat mengetahui kendala yang dihadapi oleh petani yang dapat menghambat perkembangan usahatani tomat apel di Daerah Ciwidey, yang merupakan salah satu sentra produksi tomat di Kabupaten Bandung. 3) Pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan tingkat pendapatan usahatani dan faktor-fakor yang mempengaruhi produksi tomat apel, agar dapat digunakan sebagai informasi awal. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas tentang komoditas tomat apel yang dibudidayakan oleh petani di Desa Lebak Muncang. Objek penelitian untuk analisis usahatani adalah petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mekar Saluyu dan petani non Kelompok Tani.

28 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk di kembangkan. Tomat merupakan tanaman yang bisa dijumpai diseluruh dunia. Daerah sebarannya luas, mulai dari daerah tropis hingga sub tropis. Tanaman ini secara luas dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Selain itu, pertumbuhannya tidak mengenal musim, sehingga dapat diperoleh setiap saat. Tomat dapat dimanfaatkan dalam keadaan segar maupun diolah terlebih dahulu. Dalam keadaan segar, tomat bisa sebagai sayuran, bumbu masak ataupun sari buah (Agromedia, 2007) Syarat tumbuh budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian meter diatas permukaan laut (mdpl), dan tumbuh optimal di dataran tinggi lebih dari 750 mdpl, sesuai dengan jenis atau varietas yang diusahakan dengan suhu siang hari 24 derajat celcius ( C) dan malam hari antara derajat celcius. Pada temperatur tinggi (diatas 32 derajat celcius) warna buah tomat cenderung kuning, sedangkan pada temperatur yang tidak tetap (tidak stabil) warna buah tidak merata. Selain itu curah hujan yang dibutuhkan untuk budidaya tomat antara milimeter per tahun dengan irigasi yang baik serta kemasaman tanah (ph tanah) sekitar Tanaman tomat membutuhkan tanah yang gembur, berpasir, subur dan banyak mengandung humus. Air bagi tanaman tomat diperlukan dalam jumlah banyak, namun air yang berlebihan dan menggenang menyebabkan akar menjadi busuk dan kelembaban tanah menjadi tinggi sehingga memudahkan berkembangnya penyakit. Tomat merupakan anggota genus yang sedikit jumlah spesiesnya dibandingkan dengan genus lain dalam family Solanaceae. Varietas atau jenis tanaman tomat cukup banyak. Keanekaragaman varietas tersebut diperoleh melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Dengan pemuliaan tanaman, dihasilkan banyak varietas yang memiliki banyak keunggulan, seperti tahan terhadap hama dan penyakit tertentu atau tahan terhadap 2010] 7 Putjiatmoko Budidaya Tomat. ikamaja. bbpp-lembang.com. [4 Februari

29 cuaca atau lingkungan yang tidak mendukung. Disisi lain, pemuliaan tanaman juga bisa menghasilkan varietas tomat yang memiliki produktivitas tinggi. Varietas tomat yang banyak dikenal dikalangan masyarakat adalah jenis tomat apel, tomat cerri dan tomat sayur (Agromedia, 2007). Komposisi zat gizi yang dimiliki tomat apel baik dalam bentuk segar atau olahan cukup lengkap dan baik. Buah tomat apel terdiri dari lima hingga 10 persen berat kering tanpa air dan satu persen kulit dan biji, tomat apel dapat digolongkan sebagai sumber vitamin C yang sangat baik karena 100 gram tomat memenuhi 20 persen atau lebih dari kebutuhan vitamin C sehari. Selain itu, tomat apel juga merupakan sumber vitamin A yang baik karena 100 gram tomat apel dapat menyumbangkan sekitar persen dari kebutuhan vitamin A sehari 8. Kandungan gizi buah tomat apel per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan dan Komposisi Gizi Tomat Apel tiap 100 gram Bahan Makanan Kandungan Gizi Macam Tomat Sari Buah Buah Muda Buah Masak Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) 0,2 0,7 0,3 Karbohidrat (g) 3,5 2,3 4,2 Vitamin A (S.I) Vitamin B (mg) 0,5 0,07 0,6 Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) 0,4 0,5 0,5 Air (g) Sumber : Agromedia, Budidaya Tomat 8 Sunarmani Parameter Likopen dalam Standardisasi Konsentrat Buah Tomat. [31 Desember 2009].

30 Waktu tanam yang tepat sangat penting untuk budidaya tomat, karena waktu tanam ini sangat rentan terhadap keadaan lingkungan terutama temperatur, kelembaban, intensitas cahaya, air irigasi dan drinase. Waktu tanam yang baik yaitu dua bulan sebelum musim hujan berakhir dan berbuah pada musim kemarau. Tanaman tomat sebagai salah satu komoditas sayuran yang ditanam didataran tinggi dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari dengan kubis, wortel dan cabai. Secara monokultur, tanaman tomat dapat dirotasi dengan tanaman kubis dan kentang. Menurut Trisnawati dan Setiawan (2005) budidaya tomat memang dapat dilakukan secara konvensional, atau tanpa perlakuan khusus. Namun demikian, teknik budidaya ini dinilai kurang mampu dalam mendukung produksi yang optimal dari varietas unggul yang ditanam. Prinsipnya, pelaksanaan budidaya tomat meliputi pengolahan lahan, pemasangan mulsa plastik, pembibitan, penanaman, pemasangan ajir (turus), pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan penanganan pasca panen. Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan aerasi maupun drainase tanah menjadi lebih baik. Pengolahan lahan untuk budidaya tomat meliputi pembersihan lahan, pencangkulan, serta pembuatan bedengan. Pengolahan tanah pada umumnya diperlukan bila kepadatan dan aerasi tanah tidak mendukung penyedian air dan perkembangan akar tanaman. Pengolahan lahan dilakukan setelah penentuan saat tanam dan sebelum dilakukannya penanaman bibit. Pemasangan mulsa plastik berguna untuk mencegah pencucian pupuk oleh air, menjaga kelembaban tanah, menghindarkan tanaman dari percikan tanah, serta menekan pertumbuhan gulma. Pembibitan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan bibit bermutu, sehingga budidaya tomat yang dilakukan bisa memperoleh hasil yang terbaik. Pembibitan terdiri dari proses pengadaan benih dan persemaian benih. Benih yang dibutuhkan untuk tanaman tomat sebanyak 150 gram benih tomat per hektar. Benih tomat yang ditanam diperoleh dengan menyemaikan benih tomat didalam persemaian yang telah dipersiapkan. Tempat persemaian diberi naungan atap plastik bening agar benih tidak rusak karena air hujan atau sinar matahari yang berlebihan. Media persemaian terdiri dari campuran tanah ditambah pupuk kandang dengan perbandingan

31 1:1 tanaman dapat dipindah tanamkan ke lapangan setelah berumur tiga hingga empat minggu setelah semai. Setelah pembibitan dilakukan penanaman, yang merupakan kegiatan pemindahan bibit hasil persemaian ke lahan pertanaman. Sebelum tanam, masukan pupuk kandang atau kompos yang telah matang dan pupuk kimia kedalam lubang tanam, kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah. Bibit yang telah berumur tiga sampai empat minggu dari persemaian ditanam dengan hati-hati pada setiap lubang tanam dengan satu bibit tanaman. Bibit yang ditanam adalah bibit yang sehat agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman selanjutnya tidak terhambat. Perawatan tanaman meliputi pemasangan ajir (turus), pemupukan, pengairan, penyulaman, penggemburan tanah, pemangkasan, dan pengendalian gulma. Salah satu cara pemeliharaan yang harus diperhatikan adalah pemupukan. Penambahan pupuk organik yang telah matang ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penurunan bahan organik tanah dapat terjadi akibat bahan organik tersebut mengalami proses pencucian. Umur petik tergantung varietas tomat yang ditanam dan kondisi tanaman. Umumnya buah tomat dapat dipanen pertama pada waktu berumur dua atau tiga bulan setelah tanam. Panen dilakukan beberapa kali, yaitu antara 10 hingga 15 kali pemetikan buah dengan selang dua sampai tiga hari sekali. Pemetikan dapat dilakukan pagi atau sore hari, dan diusahakan buah yang dipetik tidak jatuh atau terluka, karena hal ini dapat menurunkan kualitas dan dapat menjadi sumber masuknya bibit penyakit. Panen tomat dilakukan sesuai dengan tujuan pemasarannya sehingga perlu diperhitungkan lama perjalanan sampai di tujuan. Sebaiknya tomat berada di pasaran pada saat masak penuh, tetapi tidak terlalu masak atau busuk. Pada saat masak penuh itulah tomat memperlihatkan penampilannya yang terbaik. Jika tujuan pemasaran adalah pasar lokal yang jaraknya tidak begitu jauh, dapat ditempuh dalam beberapa jam, panen sebaiknya dilakukan sewaktu buah masih berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan untuk pemasaran ke tempat yang jauh atau untuk di ekspor, buah sebaiknya dipetik sewaktu masih berwarna hijau, tetapi sudah tua benar.

32 2.1.2 Pemasaran Tomat Tomat memiliki peluang yang cukup baik di pasar domestik maupun internasional. Pada pasar domestik jumlah konsumsi tomat per kapita di Indonesia berdasarkan data Susenas BPS pada tahun 2006 mencapai 1,17 kilogram per tahun (kg/tahun) lalu meningkat pada tahun 2007 pada angka 2,09 kg/tahun. Sedangkan di pasar internasional Indonesia mampu mengeksport tomat sebanyak kilogram (kg) ( US $) pada tahun 2004 yang kemudian menurun hingga tahun 2006 dan meningkat kembali di tahun 2007 pada kisaran kg ( US $). Pangsa pasar tomat cukup tinggi, baik untuk sayuran, buah tangan, maupun untuk dibuat minuman. Dengan manajemen yang baik, usaha tani tomat tetap akan menguntungkan. Jika orang menyebut tomat, asumsinya adalah buah untuk sayuran. Padahal sudah lama tomat menjadi buah tangan yang siap dimakan atau dibuat jus yang segar sebagai minuman. Sehingga tomat bukan lagi sebagai buah sayuran, tetapi lebih dari itu, yaitu dimakan mentah. Beragamnya fungsi tomat ini tentu saja memberikan peluang bagi petani. Pasar tradisional sekarang telah menjual buah tomat sebagai buah tangan, sayuran, maupun untuk jus. Harganya tentu saja juga bervariasi, paling murah tomat untuk sayuran. Permintaan tomat terus meningkat karena selain dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di super market, maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. 2.2 Kajian Empirik Penelitian Terdahulu Analisis pendapatan usahatani banyak digunakan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani yang dilakukan memberikan manfaat untuk orang yang melakukannya (petani). Sebagian besar analisis usahatani menghitung selisih antara penerimaan (revenue) dan pengeluaran atau biaya (cost) sehingga didapatkan pendapatan (profit). Pengeluaran (biaya) dikelompokan menjadi dua jenis yaitu biaya tunai serta biaya total, sehingga pendapatan yang dihasilkan pun adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.

33 Penelitian yang dilakukan oleh Nur iman (2001), Ramadhani (2001) dan Kristina (2004), menganalisis tentang usahatani tomat di daerah yang berbeda yaitu di Bandung, Sukabumi, dan Majalengka. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani adalah analisis pendapatan usahatani. Hasil analisis pendapatan usahatani yang dilakukan menunjukkan secara garis besar adalah sama, dimana kegiatan usahatani tomat dapat memberikan keuntungan bagi petani. Hasil perhitungan dari penelitian yang dilakukan oleh Nur iman (2001), memperlihatkan bahwa usahatani tomat petani Gapoktan di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada lahan seluas satu hektar per musim tanam menghasilkan penerimaan total sebesar Rp ,00 dengan biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp ,00 dan biaya total sebesar Rp ,00, sehingga pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp ,00 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp ,00. Hasil penelitian Ramadhani (2001) menunjukkan, penerimaan yang diperoleh sebesar Rp Rp ,00 dengan biaya total Rp ,00 dan biaya tunai Rp ,00 sehingga pendapatan atas biaya tunai Rp ,00 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,00. Kristina (2004) melakukan analisis perbandingan pendapatan usahatani tomat dengan sistem monokultur dan tumpangsari di Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya total per hektar untuk sistem monokultur adalah Rp sedangkan untuk sistem tumpangsari pendapatan yang diperoleh adalah Rp Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan Nur iman, Ramadhani dan Kristina yang melakukan analisis pendapatan usahatani tomat anorganik, Iryanti (2005) melakukan analisis pendapatan usahatani antara tomat organik dan anorganik di Desa Batu Layang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor untuk mengetahui tingkat pendapatan yang lebih baik antara usahatani tomat organik dan anorganik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tomat organik lebih baik jika dibandingkan tomat anorganik. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani tomat organik per luasan rata-rata lahan 0,18 hektar sebesar Rp ,85 sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,22.

34 Pada luasan lahan per hektar pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp ,39 dan pendapatan atas biaya total Rp ,55. Sedangkan pada usahatani tomat anorganik, pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai sebesar Rp ,56 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,70 pada luasan rata-rata 0,15 hektar. Pada luasan per hektar pendapatan atas biaya tunai adalah Rp ,19 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp ,23. Penelitian lain mengenai analisis usahatani komoditas sayuran dilakukan oleh Ratnawati (2001), yang menganalisis mengenai pendapatan usahatani kentang di Desa Alamendah, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh petani binaan adalah Rp ,00 sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp ,00 sehingga diperoleh pendpatan atas biaya total sebesar Rp ,00. Petani non binaan memperoleh penerimaan sebesar Rp ,00 dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp ,00 sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp ,00. Walaupun terdapat perbedaan karakteristik produk, namun secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan usahatani sayuran, termasuk tomat baik organik mapun anorganik memberikan keuntungan bagi pelakunya yang dapat dilihat dari hasil analisis pendapatan usahatani yang nilainya lebih dari nol. Selain menggunakan analisis pendapatan usahatani, untuk mengetahui kelayakan usahatani juga dapat menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R-C rasio). Analisis R-C rasio ini dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Penelitian yang dilakukan oleh Nur iman (2001), Ramadhani (2001), Kristina (2004) dan Iryanti (2005) menunjukkan bahwa usahatani tomat memberikan nilai R-C rasio yang lebih dari satu. Nur iman (2001), menunjukkan hasil analisis R-C rasio yang diperoleh atas biaya tunai dan biaya total petani gapoktan adalah sebesar 1,71 dan 1,63. Ramadhani (2001), menunjukkan hasil R-C rasio dari pendapatan atas biaya tunai adalah 2,25 dan R-C rasio untuk pendapatan atas biaya total adalah 2,02. Artinya untuk setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar 2,02 dan setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan memberikan

35 penerimaan sebesar 2,25. Iryanti (2005), memberikan nilai R-C rasio atas biaya tunai untuk tomat organik dengan luasan rata-rata per hektar yaitu sebesar 2,75 sedangkan untuk tomat anorganik adalah sebesar 2,52, dan nilai R-C rasio atas biaya total untuk tomat organik dengan luasan rata-rata per hektar yaitu sebesar 2,38 sedangkan untuk tomat anorganik adalah sebesar 2,12. Kristina (2004), memperlihatkan R-C rasio yang diperoleh atas biaya total untuk sistem monokultur adalah 1,41 dan untuk sistem tumpangsari adalah 1,65. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sistem tumpangsari lebih baik dibandingkan dengan sistem monokultur. Berdasarkan perbandingan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa usahatani tomat menguntungkan untuk diusahakan, karena nilai R-C rasio lebih dari satu. Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi digunakan untuk mengetahui sejauh mana efisiensi penggunaan faktor produksi (input) yang dapat mempengaruhi output (produksi). Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb- Douglas dan rasio NPM/BKM. Kristina (2004) hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada usahatani tomat sistem monokultur adalah 91,4 persen sedangkan untuk usahatani sistem tumpang sari adalah 94 persen. Melalui uji statistik diperoleh bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi tomat pada sistem monokultur adalah benih, pupuk N dan lahan, sedangkan untuk sistem tumpangsari yang berpengaruh nyata terhadap produksi tomat adalah benih, insektisida, pupuk N dan luas lahan. Hasil analisis efisiensi ekonomi menunjukkan penggunaan faktor produksi usahatani tomat di Kabupaten Majalengka baik sistem monokultur maupun tumpangsari belum mencapai kondisi optimal, hal ini dilihat dari rasio antara NPM terhadap BKM tidak sama dengan satu. Ramadhani (2001), hasil perhitungan koefisien determinasi (R 2 ) yang dilakukan pada usahatani tomat di Ciwidey, Kabupaten Bandung menunjukkan angka sebesar 89,2 persen, hal tersebut menunjukkan bahwa 89,2 persen dari variabel tidak bebas dapat dijelaskan oleh variabel bebas, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hasil uji-t diperoleh bahwa variabel lahan, benih,

36 TSP, KCl, ZA, pupuk kandang, fungisida, insektisida dan tenaga kerja berpengaruh positif pada produksi. Tingkat efisiensi ekonomis penggunaan faktor produksi belum efisien dilihat dari nilai rasio NPM/BKM yang tidak sama dengan satu. Hasil penelitian studi terdahulu secara umum menunjukkan bahwa sayuran khususnya komoditas tomat menguntungkan bagi petani, hal ini dapat dilihat dari nilai R-C rasio yang diperoleh pada penelitian terdahulu berada pada nilai lebih dari satu. Selain itu, tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada tingkat petani menurut penelitian terdahulu adalah belum efisien karena nilai rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Hasil uji-t diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada usahatani tomat adalah lahan, benih, pupuk kimia, pestisida dan tenaga kerja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada variabel-variabel yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat serta pada lokasi penelitian, walaupun terdapat penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani tomat di Ciwidey, namun lokasi penelitian berbeda baik Desa maupun Kecamatannya. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah dilihat dari metode penelitiannya serta. Untuk analisis usahatani metode penelitian yang digunakan adalah analisis usahatani dan R-C rasio, sedangkan untuk analisis fungsi produksi adalah dengan analisis fungsi produksi Cobb- Douglas. Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.

37 Tabel 7. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Eva Sari 2001 Analsis Pendapatan dan Efisiensi Analsis Ramadhani Faktor Produksi pada Usahatani Pendapatan, R- Tomat (Desa Alamendah, C rasio, Uji F, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat) Rasio NPM/BKM Dewi Adhi Ratnawati 2001 Analisis Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Kentang di Desa Alamendah, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Nur iman 2001 Analisis Perbandingan Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Tomat antara Petani Gapoktan dan Petani non Gapoktan (Studi Kasus Gapoktan Goalpara di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat) Irma Kristina 2004 Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Tomat Pada Sistem Monokultur dan Tumpangsari Di Desa Lemahputih Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Rina Iryanti 2005 Analisis Usahatani Komoditas Tomat Organic dan Anorganik (Studi Kasus: Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) Analisis Pendapatan, R- C rasio, ujit,margin Pemasaran, Farmer s Share Analisis Fungsi Produksi, Analisis Pendapatan, R- C rasio Analisis Fungsi Produksi, Analisis Pendapatan, R- C rasio Analisis Pendapatan, R- C rasio

38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat. Oleh karena itu analisis mengenai usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi haruslah sesuai dengan teori-teorinya, sehingga dibutuhkan suatu kerangka pemikiran teoritis mengenai usahatani dan fungsi produksi, untuk membimbing peneliti serta sebagai batasan agar pembahasan mengenai objek penelitian tidak keluar dari koridor teori yang berlaku Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2009). Pada umumnya ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamis sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al, 1986). Menurut Rahim dan Hastuti (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian, yaitu : 1) Lahan pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap atau ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Pengusahaan pertanian selalu didasarkan pada luasan lahan pertanian tertentu, walaupun akhir-akhir ini pengusahaan pertanian tidak semata-mata

39 didasarkan pada luasan lahan tertentu, tetapi pada sumberdaya lain seperti media air atau lainnya. Pentingnya faktor produksi lahan bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi). 2) Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya disebut usahatani skala kecil, dan biasanya pula menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya dengan usahatani berskala besar, selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga juga memiliki tenaga kerja ahli. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK), dalam analisis ketenagakerjaan diperlukan standarisasi tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria (HKSP). 3) Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal, apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses tersebut, modal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin, dan peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal yang tidak tetap terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala usahatani, macam komoditas dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Makin besar skala usahatani, makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas

40 tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan usahatani. 4) Manajemen Faktor produksi manajemen menjadi semakin penting jika dikaitkan dengan efisiensi. Artinya walaupun faktor produksi tanah, tenaga kerja dan modal cukup baik, tetapi kalau tidak dikelola dengan baik (miss management), maka produksi yang tinggi yang diharapkan juga tidak akan tercapai. Kurang seringnya variabel manajemen dipakai dalam analisa disebabkan karena sulitnya melakukan pengukuran terhadap variabel tersebut. Dalam usahatani modern, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi pertanian, mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluation). 5) Pupuk Seperti halnya manusia selain mengkonsumsi makanan pokok, dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sebagai tambahan makanan pokok. Tanaman pun demikian, selain air sebagai konsumsi pokoknya, pupuk pun sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. 6) Pestisida Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. 7) Bibit Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul biasanya tahan terhadap penyakit, hasil komoditasnya berkualitas tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga hasilnya dapat bersaing di pasar. 8) Teknologi Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya

41 perlakuan teknologi terhadap komoditas tersebut, tanaman padi dapat dipanen tiga kali setahun Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Suratiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan. Pertama adalah faktor internal dan eksternal, dan kedua adalah faktor manajemen. Faktor internal dan eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Faktor internal yang akan mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani yaitu: (1) umur petani, (2) pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, (3) jumlah tenaga kerja keluarga, (4) luas lahan, dan (5) modal. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi dari segi input adalah ketersediaan dan harga input, sedangkan dari segi output adalah permintaan dan harga jual. Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Menurut Soekartawi et al. (1986), terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam melihat pendapatan usahatani yaitu pendapatan kotor usahatani dan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi tenaga kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) adalah nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang

42 sehingga segala pengeluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam dalam bentuk benda tidak temasuk dalam pengeluaran tunai Analisis R-C Rasio Menurut Soekartawi (2002), analisis return cost (R-C) ratio merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis, apabila nilai R-C rasio lebih dari satu maka usahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai R-C rasio kurang dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan, dan apabila nilai R-C rasio sama dengan satu artinya kegiatan usahatani tidak untung dan tidak rugi Konsep Fungsi Produksi Suatu proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan, dimana output usahatani yang berupa produk pertanian tergantung pada jumlah dan macam input yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan antara input dan output ini dapat dilihat dalam suatu fungsi produksi. Menurut Soekartawi et al. (1986), fungsi produksi adalah hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Apabila bentuk fungsi produksi ini diketahui maka informasi harga dan biaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi masukan yang terbaik. Namun hal tersebut sulit dilakukan oleh petani karena (1) adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman; (2) data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar; (3) pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan; (4) data harga dan biaya yang diluangkan (opportunity cost) mungkin tidak dapat diketahui secara pasti; dan (5) setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus. Menurut Soekartawi et al. (1986), dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X 1, X 2, X 3,, Xm)

43 Dimana : Y = hasil produksi Xm = faktor-faktor produksi yang digunakan Menurut persamaan diatas dinyatakan bahwa produksi Y dipengaruhi oleh sejumlah m masukan, dimana masukan X 1, X 2, X 3,, Xm dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu (1) yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas tanah, jumlah pupuk, tenaga kerja dan lainnya; dan (2) yang tidak dapat dikuasai petani seperti iklim. Menurut Soekartawi (2002), untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu produksi, terdapat dua tolak ukur yaitu: (1) produk marjinal (PM) dan (2) produk rata-rata (PR). Produk marjinal adalah tambahan satu-satuan input yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output, sedangkan produk rata-rata (PR) adalah perbandingan antara produksi total per jumlah input. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi menurut Rahim dan Hastuti (2008) adalah persentase perbandingan dari hasil produksi atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari input atau faktor produksi. Elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana : Ep = elastisitas produksi Y = perubahan hasil produksi Y = hasil produksi X = perubahan penggunaan faktor produksi X = faktor produksi Berdasarkan elastisitas produksi, fungsi produksi dapat dibagi ke dalam tiga daerah (Gambar 1), yaitu sebagai berikut :

44 1. Daerah produksi I dengan Ep > 1. Merupakan daerah yang tidak rasional, karena pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi yang selalu lebih besar dari satu persen. Pada daerah produksi ini belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan. 2. Daerah produksi II dengan 0 < Ep < 1. Pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi sama dengan satu persen dan paling rendah nol persen. Pada daerah ini akan tercapai pendapatan maksimum. Daerah produksi ini disebut dengan daerah produksi rasional. 3. Daerah produksi III dengan Ep < 0. Pada daerah ini penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah ini disebut dengan daerah yang tidak rasional. Y Produksi PT X Input Ep>1 1>Ep>0 PM PR Ep<0 X Input Gambar 1. Kurva Produk Total, Marginal dan Rata-Rata Sumber : Lipsey et al. (1993)

45 Fungsi Produksi Cobb-Douglass Fungsi produksi yang digunakan untuk menganalisis fungsi produksi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2002), fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, variabel yang satu disebut dengan variabel (Y) atau yang dijelaskan dan variabel lain disebut dengan variabel (X) atau yang menjelaskan. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Fungsi produksi Cobb- Douglas lebih banyak di pakai karena tiga alasan, yaitu : a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, misalnya fungsi kuadratik b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menggambarkan tingkat besaran return to scale. Secara matematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : b1 b2 b3 bn Y = ax 1 X 2 X 3... X n e u Dimana: Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga u = kesalahan e = Logaritma natural (e = 2,718) Fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan kedalam bentuk regresi linier, maka model fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut : Ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X b n ln X n + u Selain kemudahan, fungsi Cobb-Douglas juga memiliki kesulitan yang meliputi : a. Adanya spesifikasi variabel yang keliru, dan hal ini akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif, atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil.

46 Spesifikasi yang keliru juga mengakibatkan terjadinya multikolinearitas pada variabel independen yang dipakai. b. Kesalahan pengukuran variabel yang terlatak pada validitas data. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. c. Bias terhadap variabel manajemen, namun variabel ini kadang sulit diukur dan sulit dipakai sebagai variabel independen. d. Multikolinearitas, yang pada umumnya telah diusahakan agar nilai besaran korelasi antara variabel independen tidak terlalu tinggi, namun dalam prakteknya hal ini sulit dihindarkan. Menurut Heady dan Dillon (1964) kelemahan fungsi Cobb-Douglas meliputi : (1) model menganggap elastisitas produksi tetapsehingga tidak mencakup ketiga tahap yang biasa dikenal dalam proses produksi; (2) nilai pendugaan elastisitas produksi yang dihasilkan akan berbias apabila faktor produksi yang digunakan tidak lengkap; (3) model tidak dapat digunakan untuk menduga tingkat produksi apabila ada faktor produksi yang taraf penggunaannya adalah nol; dan (4) apabila digunakan untuk peramalan produksi pada taraf input diatas rata-rata akan menghasilkan nilai duga yang berbias keatas. Untuk menganalisis hubungan faktor produksi (input) dengan produksi (output) digunakan analisis numeric menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Menurut Gujarati (1993), metode ini dapat dilakukan jika dipenuhi asumsi-asumsi bahwa : 1. variasi unsur sisa menyebar normal 2. harga rata-rata dan unsure sisa sama dengan nol, atau bisa dikatakan nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) 3. homoskedastisitas atau ragam merupakan bilangan tetap 4. tidak ada korelasi diri (multikolinearitas) 5. tidak ada hubungan linear sempurna antara peubah bebas 6. tidak terdapat korelasi berangkai pada nilai-nilai sisa setiap pengamatan

47 Konsep Skala Ekonomi Usaha (Return to Scale) Menurut Rahim dan Hastuti (2008), skala usahatani dapat diketahui dengan menjumlahkan koefisien regresi atau parameter elastisitasnya, yaitu : β 1 + β β n Dengan mengikuti kaidah return to scale (RTS), yaitu: 1. Skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale), bila β 1 + β β n >1. Berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. 2. Skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale), bila β 1 + β β n = 1. Berarti bahwa dalam keadaan demikian, penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. 3. Skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale), bila β 1 + β β n < 1. Berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Dinas Pertanian Kabupaten Bandung menyatakan bahwa potensi pertanian dan perkebunan di Kabupaten Bandung cukup besar dengan meliputi tanaman bahan pangan, sayur- sayuran, perkebunan dan buah-buahan pemanfaatan lahan di pegunungan berupa kawasan hutan lindung, hutan produksi, hutan wisata dan perkebunan sedangkan di wilayah kaki bukit dimanfaatkan untuk budi daya tanaman hortikultura (terutama sayuran). Potensi sumber daya alam yang mendukung sektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bandung hingga saat ini sangat memadai. Tomat adalah salah satu jenis komoditas unggulan di Kabupaten Bandung, yang sentra produksinya terdapat di daerah Kecamatan Pangalengan, Pacet dan Ciwidey. Desa Lebak Muncang adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Ciwidey, dimana mata pencaharian sebagian besar warganya adalah sebagai petani baik petani padi maupun petani sayuran. Luas desa Lebak Muncang ini

48 adalah 845 hektar (Ha), merupakan desa yang paling luas di Kecamatan Ciwidey. Namun terdapat permasalahan yang dihadapi oleh para petani di daerah ini, diantaranya adalah kondisi harga yang tidak stabil atau fluktuasi harga yang tidak dapat diprediksi pada komoditas tomat, yang menyebabkan adanya ketidakpastian pendapatan bagi para petani dari usahatani tomat yang dilakukan, dan tidak jarang petani mengalami kerugian pada saat penjual hasil panennya, karena harga jual lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi. Selain itu juga penggunaan faktor-faktor produksi (input-input usahatani) yang dirasakan kurang efisien, sehingga berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan usahatani dari petani tomat di Desa Lebak Muncang. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani dari petani tomat dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tomat di Desa Lebak Muncang. Analisis yang dilakukan berupa analisis pendapatan dan analisis fungsi produksi. Analisis pendapatan digunakan untuk mengatahui apakah kegiatan usahatani tomat yang dilakukan selama ini menguntungkan bagi petani. Analisis fungsi produksi yang gunakan adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil dari analisis ini dapat digunakan sebagai rekomendasi serta informasi kepada para petani yang berada di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Bagan alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

49 Harga jual tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung cukup berfluktuasi, dan tidak dapat diprediksi sehingga mempengaruhi pendapatan petani tomat. Penggunaan input-input produksi dirasakan kurang efisien, sehingga mempengaruhi biaya dan pendapatan petani dari usahatani tomat. Menganalisis pendapatan petani dari usahatani tomat di Desa Lebak Muncang Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat di Desa Lebak Muncang Analisis pendapatan usahatani Analisis usahatani - Penerimaan usahatani - Biaya usahatani - Pendapatan Usahatani - R/C ratio Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tomat: Bibit Tenaga kerja Pupuk kandang Pupuk N, Pupuk P, Pupuk K Pestisida Cair dan Padat Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Rekomendasi dan Informasi kepada para petani Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Pendapatan dan Faktor- Faktor Produksi yang mempengaruhi Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.

50 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan kepada para petani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, baik kepada petani tomat anggota Kelompok Tani Mekar Saluyu dan petani tomat non Kelompok Tani. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September Lokasi penelitian ini dipilih karena Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah sentra produksi tomat di Jawa Barat dan Ciwidey adalah salah satu Kecamatan sentra produksi tomat di Kabupaten Bandung. Kecamatan Ciwidey terdiri dari enam desa, yaitu Desa Panundaan, Desa Ciwidey, Desa Panyocokan, Desa Lebak Muncang, Desa Rawa Bogo, Desa Nengkelan, dan Desa Sukawening. Desa Lebak Muncang dipilih sebagai lokasi penelitian, pemilihan ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Lebak Muncang merupakan desa terluas di Kecamatan Ciwidey dibandingkan dengan desa lainnya. 4.2 Metode Pengambilan Contoh Desa Lebak Muncang memiliki lima kelompok tani (poktan), yaitu poktan Gemah Ripah, poktan Al Hidayah, poktan Tani Mukti, poktan Mekar Saluyu dan poktan Sauyunan. Poktan Mekar Saluyu dipilih secara purposive sampling sebagai contoh karena kelompok tani Mekar Saluyu memiliki jumlah anggota yang terbanyak dibandingkan dengan poktan lainnya. Pemilihan petani responden dilakukan secara keseluruhan untuk petani anggota kelompok tani Mekar Saluyu, hal ini dilakukan karena jumlah total anggota kelompok tani Mekar saluyu berjumlah 20 orang. Sedangkan petani tomat yang menjadi responden non anggota kelompok tani diambil dengan metode purposive sampling, metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa jumlah populasi petani sayuran khususnya tomat tidak diketahui secara pasti, selain itu penentuan respondennya pun berdasarkan rekomendasi dari petugas desa di Lebak Muncang, dimana responden tersebut dikenal berpengalaman dalam melakukan usahatani tomat, dilihat dari

51 pengalamannya dalam berusahatani serta sedang melakukan usahatani tomat. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 20 orang, hal tersebut berdasarkan pertimbangan agar proporsi responden yang diambil dari kelompok tani dan non kelompok tani adalah sama. 4.3 Data dan Sumber Data Data penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani responden yang dipilih, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun data primer yang terdapat dalam daftar pertanyaan yang disediakan tersebut antara lain adalah karakteristik petani seperti nama, umur, pendidikan petani dan pengalaman petani. Hal ini berguna untuk melihat gambaran umum petani di Desa Lebak Muncang. Untuk menganalisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi usahatani tomat, maka diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti luas lahan untuk tanaman tomat, jumlah tanaman yang dimiliki, perolehan input, jumlah penggunaan input proses produksi, penggunaan tenaga kerja dalam dalam kegiatan usahatani tomat, modal yang digunakan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tomat selama satu musim tanam. Data sekunder diperoleh dari internet, instansi-instansi terkait baik pada tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, penyuluh pertanian serta tingkat pusat, seperti Dinas Pertanian, Kantor pemerintah Daerah, dan Dinas terkait lainnya. 4.4 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif, kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keragaan usahatani tomat di daerah penelitian, yang dikemukakan secara deskriptif dalam bentuk uraian yang dibantu dengan tabel. Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis pendapatan usahatani, analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat. Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan alat bantu

52 kalkulator, Microsoft Excel 2007 dan Mibitab versi 11. Tahap analisis data adalah mulai dari transfer data, pengeditan data serta pengolahan data Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalah pengorbanan yang dilakukan oleh petani dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar pengeluaran tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan, dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Secara matematis, pendapatan dapat ditulis sebagai berikut : Y = NP (BT + BD) Dimana : Y = tingkat pendapatan (Rp) NP = nilai produksi (hasil kali jumlah fisik produk dengan harga) (Rp) BT = biaya tunai (Rp) BD = biaya diperhitungkan (Rp) Analisis R-C Rasio R-C rasio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio R-C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R-C atas biaya tunai dan R-C atas biaya total. Rasio R-C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R-C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

53 R-C rasio atas biaya tunai R-C rasio atas biaya total = TR/biaya tunai = TR/TC Keterangan : TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp) Secara teoritis R-C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R-C nya. Apabila nilai R- C >1 mala berarti usahatani yang dilakukan menguntungkan, namun sebaliknya apabila nilai R-C < 1, maka berarti usahatani yang dilakukan tidak mendatangkan keuntungan Analisis Fungsi Produksi Menurut Soekartawi et al. (1986), analisis fungsi produksi adalah analisis dan pendugaan hubungan kuantitatif antara masukan (faktor-faktor produksi) dan produksinya. Fungsi produksi yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara faktor produksi dan produksinya adalah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat mengetahui secara langsung keadaan return to scale produksi tersebut, sehingga fungsi produksi lebih mudah untuk diduga. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menganalisis usahatani tomat adalah benih, pestisida cair, pestisida padat, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pupuk kandang, dan tenega kerja. Secara matematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : b1 b2 b3 bn Y = a X 1 X 2 X 3... X n e u Dimana: Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diubah menjadi bentuk regresi linier, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Ln Y = ln a + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 + b 5 ln X 5 + b 6 ln X 6 + b 7 ln X 7 + b 8 ln X 8 + u

54 Dimana : Y = produksi tomat (Kg) a = konstanta X 1 = benih tomat (gram) X 2 = pupuk kandang (kg) X 3 = pupuk N (Kg) X 4 = pupuk P (Kg) X 5 = pupuk K (Kg) X 6 = Pestisida cair (Lt) X 7 = Pestisida padat (Kg) X 8 = tenega kerja (HOK) b 1 = koefisien regresi benih tomat b 2 = koefisien regresi pupuk kandang b 3 = koefisien regresi pupuk N b 4 = koefisien regresi pupuk P b 5 = koefisien regresi pupuk K b 6 = koefisien regresi pestisida cair b 7 = koefisien regresi pestisida padat b 8 = koefisien regresi tenaga kerja u = unsur galat Dengan menggunkan regresi linier ini maka akan diperoleh besarnya nilai t-hitung, F-hitung, dan R 2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas (Xn) yang dipakai, secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila hasilnya menunjukan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka parameter yang di uji tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, namun apabila nilai t hitung lebih kecil dari nilai t-tabel, maka parameter tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan yaitu X 1,X 2,X 3,X 4,X 5,X 6, X 7, X 8 secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas (Y). Apabila hasil dari F-hitung lebih besar dari F- tabel, maka parameter bebas tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, dan sebaliknya. Koefisien determinasi (R 2 ) adalah besaran yang dipakai untuk menunjukan sampai sejauh mana keragaman produksi (Y) dapat diterangkan oleh model dugaan. Apabila nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaman hasil produksi dapat dijelaskan oleh faktor produksinya.

55 4.4.4 Pengujian Hipotesa Pengujian hipotesa ini dilakukan untuk hasil dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari pengolahan data, pengujian yang dilakukan yaitu : 1. Pengujian terhadap Model Penduga Pengujian terhadap model penduga dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi. Hipotesis : H 0 : β 1 = β 2 =.. = β i = 0 H 1 : β 1 β 2 = β i 0 Uji statistik yang digunakan Uji F Keterangan : R 2 = koefisien determinasi k = jumlah peubah n = jumlah data Kriteria Uji : F-hitung > F tabel α(k,n-k-1), maka tolak H 0 F-hitung < F tabel α(k,n-k-1), maka terima H 0 Apabila tolak H 0 berarti bahwa, secara bersama-sama variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi, namun apabila terima H 0 maka variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Koefisien determinasi (R 2 ) dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian (goodness of fit) model dugaan, yang merupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien determinasi (R 2 ) mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1-R 2 ) dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R 2 berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent, atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Koefisien determinasi melihat sampai sejauh mana besar keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter tidak bebas (Y). Koefisien determinasi (R 2 ) dapat dirumuskan sebagai berikut :

56 Keterangan : ei 2 = jumlah kuadrat unsur sisa (galat) yi 2 = jumlah kuadrat total 2. Uji untuk Masing-Masing Parameter Tujuan dari pengujian untuk masing-masing parameter adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (X) yang digunakan berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas (Y). Hipotesis : H 0 : βj = 0 H 1 : βj > 0 atau βj < 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji t : Dimana : b j β j(h0) StDev(b j ) = koefisien model dugaan (slope) untuk variabel Xj = nilai koefisien model (slope) untuk variabel Xj = standar deviasi dari b j Kriteria uji : t-hitung > t-tabel (α, n-k-1), maka tolak H 0 t-hitung < t-tabel (α, n-k-1), maka terima H 0 Dimana : n = jumlah variabel k = jumlah data Jika H 0 ditolak, maka variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi), dan sebaliknya bila terima H 0 maka variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi). Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P, dengan kriteria sebagai berikut :

57 P-value/2 < α, maka tolak H 0 P-value/2 > α, maka terima H 0 Jika nilai P-value/2 < α, maka variabel yang di uji (faktor produksi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi), dan sebaliknya apabila P-value/2 > α, maka variabel yang di uji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. 3. Uji Multikolinieritas Terdapat banyak cara untuk mendeteksi adanya multikolinier, diantaranya menggunakan kriteria Variance Inflation Factor variabel independent ke-j (VIFxj). Apabila nilai VIFxj lebih besar dari 10, maka disimpulkan terdapat masalah multikolinier diantara variabel independent. 4.5 Definisi Operasional Faktor produksi yang mempenaruhi usahatani dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang perbaikannya dapat dijangkau oleh petani seperti pengunaan lahan, pupuk, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan manajemen, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sulit di kontrol dan berada di luar jangkauan petani seperti iklim, curah hujan, perubahan harga dan lain-lain. Peubah atau variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai usahatani tomat yang diusahakan petani. Dalam menganalisis pendapatan usahatani dan efisiensi faktor produksi, variabel-variabel yang dianalisis adalah : 1. Petani tanaman tomat, adalah petani yang menanam tanaman tomat di daerah penelitian 2. Luas lahan garapan, adalah luas areal usahatani tomat yang merupakan lahan yang dipakai untuk menanam tanaman tomat saja dalam satuan hektar

58 3. Modal, adalah barang ekonomi berupa lahan, bangunan, alat-alat dan mesin tanaman di lapangan, sarana produksi, dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan tomat diukur dalam satuan rupiah. 4. Tenaga kerja, adalah yang digunakan dalam proses produksi baik untuk persiapan bibit, pengolahan lahan, penanamn dan pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan hari orang kerja (HOK). 5. Produksi total, adalah hasil tomat yang didapat dari luas lahan tertentu, diukur dalam satuan kilogram. 6. Biaya tunai, adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk, bibit, insektisida dan pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, dan lain-lain diukur dalam satuan rupiah. 7. Biaya yang diperhitungkan, adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri dan pembayaran upah tenaga kerja untuk keluarga, berdasarkan tingkat upah yang berlaku. 8. Biaya total, merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. 9. Harga produk, adalah harga tomat ditingkat petani dalam satu musim panen. Satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram. 10. Penerimaan usahatani, merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Satuan yang dipakai adalah rupiah. 11. Pendapatan usahatani, merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Karena ada dua macam biaya, maka perhitungan pendapatan dilakukan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih penerimaan usahatani dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya total. 12. Produktivitas adalah hasil yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam kilogram per luas lahan.

59 4.6 Hipotesis Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi tomat. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah : 1. Benih (X 1 ) semakin banyak benih tomat yang ditanam, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat. 2. Pupuk kandang (X 2 ) semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat. 3. Pupuk N (X 3 ) semakin banyak pupuk N yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat. 4. Pupuk P (X 4 ) semakin banyak pupuk P yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat. 5. Pupuk K (X 5 ) semakin banyak pupuk K yang digunakan dalam proses produksi, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat. 6. Pestisida cair (X 6 ) semakin banyak jumlah pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tinggi tingkat produksi tomat. 7. Pestisida Padat (X 7 ) semakin banyak jumlah pestisida padat yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat yang dihasilkan. 8. Tenaga Kerja (X 8 ) semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, maka akan semakin tinggi tingkat produksi tomat.

60 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam pengembangan budidaya komoditas hortikultura sayuran, hal ini didukung dengan luas wilayah desa yang mencapai 845 hektar. Sayuran yang banyak dibudidayakan di Desa Lebak Muncang diantaranya adalah seledri, tomat, petsai, kubis, kol bunga dan buncis. Produktivitas untuk masing-masing jenis sayuran adalah ton per hektar untuk seledri, ton per hektar untuk tomat, ton per hektar untuk petsai, ton per hektar untuk kubis, ton per hektar untuk kol bunga, dan ton per hektar untuk buncis. Desa Lebak Muncang terdiri dari 75 Rukun Tetangga, 27 Rukun Warga dan empat dusun. Desa lebak Muncang merupakan desa terluas di Kecamatan Ciwidey, desa ini merupakan desa yang berada di dataran tinggi dengan topografi berbukit dengan ketinggian kurang lebih 1200 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan suhu rata-rata harian derajat celcius. Keadaan hidrologi di Desa Lebak Muncang cukup baik, hal tersebut terlihat dari keadaan sungai-sungai yang mengalir. Desa Lebak Muncang merupakan daerah aliran sungai (DAS) Citarum. Desa Lebak Muncang terletak 0,2 kilometer dari Ibu Kota Kecamatan Ciwidey, 15 kilometer dari Ibu Kota Kabupaten Bandung, dan 36 kilometer dari Ibu Kota Provinsi. Batas-batas desa sebagai berikut : (1) sebelah utara berbatasan dengan Desa Rawabogo dan Desa Nengkelan, (2) sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciwidey, Desa panundaan dan Desa Panyocokan, (3) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali (4) sebelah barat berbatasan dengan Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat.

61 5.2 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk merupakan salah satu indikator penting dari perkembangan dan pembangunan suatu wilayah, sehingga laju pertumbuhan penduduk perlu diperhatikan dengan baik. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia yang handal di wilayah tersebut. Jumlah penduduk di Desa Lebak Muncang hingga akhir Desember 2009 mencapai jiwa, dimana penduduk perempuan berjumlah jiwa dan jumlah penduduk laki-laki jiwa. Pada Desa Lebak Muncang jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan dengan persentase 52 persen untuk laki-laki dan 48 persen untuk perempuan. Sebagian besar penduduk Desa Lebak Muncang baik laki-laki maupun perempuan berada pada usia produktif, yaitu usia antara 16 hingga 65 tahun. Jumlah penduduk laki-laki pada usia produktif adalah 3917 jiwa atau 65,55 persen, dan penduduk perempuan pada usia produktif berjumlah 3378 atau 61,15 persen. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Lebak Muncang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Lebak Muncang Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009 Laki-Laki Perempuan Persentase (%) Golongan Umur (jiwa) (jiwa) Laki-laki Perempuan 0-5 tahun ,89 7, tahun ,24 14, tahun ,55 61,15 >66 tahun ,32 16,71 Total Sumber : Data Monografi Desa (2010) Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah serta merupakan faktor utama untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM). Jumlah penduduk menurut tingkat

62 pendidikan akan berimplikasi pada keadaan sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, karena semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai maka semakin tinggi kemampuan ekonomi, sosial, dan budaya serta kemampuan sumber daya manusianya. Tingkat pendidikan di Desa Lebak Muncang dapat digolongkan menjadi beberapa jenjang pendidikan diantaranya adalah TK, SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Jumlah penduduk di Desa Lebak Muncang didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SD. Jumlah penduduk di Desa Lebak Muncang yang tamat jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) adalah 4873 jiwa atau 44,76 persen. Kemudian jumlah penduduk yang tamat jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 1870 jiwa atau 17,17 persen, dan jumlah penduduk yang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah 867 jiwa atau sebesar 7,96 persen. Jumlah penduduk yang tamat jenjang pendidikan perguruan tinggi sangatlah sedikit hanya 0,5 persen, karena biaya pendidikan untuk tingkat perguruan tinggi cukup mahal, sehingga tidak banyak penduduk desa yang mampu meneruskan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Jumlah penduduk yang tamat Diploma I,II dan III adalah 28 jiwa atau 0,26 persen, sedangkan penduduk yang tamat Sarjana I dan II sebanyak 26 jiwa atau 0,24 persen. Jumlah tersebut merupakan jumlah yang sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, selain itu hal tersebut mencerminkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Lebak Muncang masih berada pada taraf yang rendah, yang sebagian besar penduduknya hanya tamat SD, bahkan ada pula penduduk yang tidak tamat SD. Namun saat ini kondisi pendidikan masyarakat di Desa Lebak Muncang cukup mengalami peningkatan, karena program wajib belajar sembilan tahun cukup di respon dengan baik oleh masyarakat. Sehingga banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya hingga tingkat SLTP, SLTA bahkan sampai perguruan tinggi. Kondisi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 9.

63 Tabel 9. Jumlah Penduduk Desa Lebak Muncang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 Usia Jumlah Persentase Tingkat pendidikan (tahun) (jiwa) (%) Belum masuk TK / Play Group ,83 Sedang TK/ Play Group ,69 Putus sekolah ,73 Tidak pernah sekolah ,49 Sedang bersekolah ,53 Tidak tamat SD ,69 Tamat SD ,76 Tidak tamat SLTP ,39 Tamat SLTP / sederajat ,17 Tidak tamat SLTA ,26 Tamat SLTA / sederajat ,96 Tamat D-1, D-2, D-3 / ,26 sederajat Tamat S-1, S-2 / sederajat ,24 Sumber : Data Monografi Desa (2010) Jumlah Kawasan Desa Lebak Muncang dilihat dari sebaran sektor pertaniannya memiliki potensi yang cukup besar akan sumber daya yang ada berupa lahan untuk kegiatan pertanian, dimana bentuk kawasan budidaya kegiatan pertanian berupa pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan hutan. Penggunaan lahan terbesar di Desa Lebak Muncang adalah sawah irigasi teknis dengan jumlah 433,684 hektar atau 50,93 persen. Sedangkan penggunaan tanah kering (ladang) jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan persawahan yaitu sebesar 27,78 persen. Persentase terkecil penggunaan lahan adalah lahan kawasan hutang lindung yaitu hanya 1,73 hektar atau 0,20 persen. Luas wilayah desa berdasarkan penggunaan lahan di Desa Lebak Muncang dapat dilihat pada Tabel 10.

64 Tabel 10. Luas Wilayah Desa Lebak Muncang Berdasarkan Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Pemukiman 50 5,87 Persawahan - sawah irigasi teknis - sawah irigasi ½ teknis 433,684 86,831 50,93 10,19 Tanah kering - tegal/ladang 236,516 27,78 Tanah perkebunan - perkebunan rakyat 40,76 4,79 Tanah fasilitas umum - lapangan olahraga - perkantoran pemerintah 0,62 1,35 0,07 0,16 Tanah hutan - hutan lindung 1,73 0,20 Sumber : Data Monografi Desa (2010) Mata pencaharian penduduk di Desa Lebak Muncang sebagian besar adalah sebagai petani dan buruh tani. Faktor ini disebabkan dengan keadaan alam di wilayah ini yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian dan kondisi alam dengan ketinggian wilayah diatas 1000 mdpl, yang mana sangat cocok untuk aktivitas pertanian, khususnya pertanian dataran tinggi termasuk untuk budidaya sayuran dan padi, walaupun terdapat juga beberapa wilayah yang dijadikan wilayah perkebunan untuk komoditas kopi, teh dan tembakau. Sehingga masyarakat di Desa Lebak Muncang lebih memilih sebagai petani sebagai mata pencaharian. Penduduk di Desa Lebak Muncang yang bermata pencaharian sebagai buruh tani 5090 jiwa atau 76,14 persen dan petani berjumlah 1237 jiwa atau 18,50 persen. Maka sektor pertanian ini merupakan sumber pendapatan utama yang menopang hidup masyarakat di Desa Lebak Muncang. Adapun mata pencaharian dengan persentase terkecil adalah jenis pekerjaan dukun kampung terlatih yaitu sebanyak tiga jiwa atau hanya 0,04 persen. Kondisi penduduk Desa Lebak Muncang berdasarkan mata pencahariaanya dapat dilihat pada Tabel 11.

65 Tabel 11. Jumlah Penduduk Desa Lebak Muncang Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jenis Pekerjaan (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) Petani Buruh tani Buruh migrant Pegawai Negeri Sipil Pengrajin industri rumah tangga Pedagang keliling Peternak TNI Pensiunan TNI/POLRI/PNS Pengusaha kecil dan menengah Dukun kampung terlatih Sumber : Data Monografi Desa (2010) 5.3 Profil Kelompok Tani Kelompok tani Mekar Saluyu didirikan pada tahun 2006 yang dihadiri oleh kepala desa setempat dan penyuluh pertanian dari Kecamatan Ciwidey yang berberan sebagai saksi dan sebagai pembimbing dalam operasional. Gagasan awal dalam pembentukan kelompok tani Mekar Saluyu adalah dalam rangka mendorong dan menggali potensi sumberdaya yang dimiliki Desa Lebak Muncang terutama sayuran. Jumlah anggota dari kelompok tani Mekar Saluyu di Desa Lebak Muncang sampai saat ini baru berjumlah 20 orang. Rata-rata kepemilikan lahannya adalah sekitar 100 hingga 400 tumbak. Pada umumnya petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Saluyu adalah petani sayuran. Pada tahun 2008 kelompok tani Mekar Saluyu dan empat kelompok tani lainnya yang ada di Desa Lebak Muncang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mandiri. Tujuan dari terbentuknya kelompok tani Mekar Saluyu adalah mendorong dan menumbuhkan usaha produktif dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan, menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat serta memperkokoh

66 dan memperkuat perekonomian di tingkat pedesaan. Fungsi dari kelompok tani Mekar Saluyu adalah : (a) sebagai lembaga dan wadah anggota, (b) membangun dan mengembangkan potensi usaha yang dimiliki anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk peningkatan usaha dan pendapatan, (c) mengkoordinir dan mefasilitasi kegiatan usaha yang dijalankan anggota. Kelompok tani Mekar Saluyu memberikan pembinaan dan penyuluhan yang berkaitan dengan pertanian misalnya penyuluhan mengenai pola tanam, kegiatan budidaya dan penanganan pasca panen. Struktur kepengurusan organisasi Kelompok Tani Mekar Saluyu masih sederhana, hanya terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Susunan pengurus kelompok tani Mekar saluyu yang telah disepakati terdiri dari ketua adalah H. Mamat yang dibantu oleh seorang wakil ketua yaitu H. Entom, Sekretaris nya adalah Kiki dan H. Rahmat serta Bendahara adalah Aep. 5.4 Karakteristik Petani Contoh Petani responden dalam penelitian ini adalah petani yang berusahatani tomat apel yang merupakan anggota dari Kelompok Tani Mekar Saluyu dan non Kelompok Tani. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani tomat dan kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena selain mempengaruhi pelaksanaan usahatani terutama dalam pelaksanaan teknik budidaya yang akan berpengaruh terhadap produksi, karakteristik petani responden ini diperlukan untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani serta produktivitas tanaman tomat. Karakteristik petani ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu petani tomat yang tergabung dalam kelompok tani dan petani tomat yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Pembagian kelompok ini dilakukan untuk melihat perbandingan apakah perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani dapat mempengaruhi kegiatan usahatani tomat yang dilakukan.

67 5.4.1 Status Usaha Seluruh petani yang menjadi petani responden baik petani yang menjadi anggota kelompok tani ataupun petani yang bukan anggota kelompok tani, menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama. Selain karena kondisi lahan yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian termasuk budidaya tomat, juga sebabkan karena kebiasaan yang secara turun-temurun dari orang tua yang sejak kecil di latih dan diajarkan bertani, maka sebagian besar penduduknya hanya memiliki keahlian sebagai petani. Karakteristik petani responden dilihat dari status usahanya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Satus Usaha Kelompok Tani Non Kelompok Tani Jumlah Jumlah Satus usaha responden Persentase (%) responden Persentase (%) (orang) (orang) Utama Sampingan Jumlah Umur Petani tomat responden di Desa Lebak Muncang, berdasarkan tingkat umurnya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu responden petani dibawah 20 tahun, tahun, dan kelompok usia 51 tahun keatas. Umur petani responden di daerah penelitian sebagian besar berada pada usia tahun, baik untuk petani responden anggota kelompok tani maupun petani non kelompok tani. Jumlah petani responden pada usia tahun, pada petani anggota kelompok tani adalah 13 orang atau 65 persen, sedangkan pada petani non kelompok tani adalah 12 orang atau 60 persen. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan bertani banyak dilakukan oleh penduduk yang berusia produktif, yang mana pada usia tersebut mereka masih mempunyai kekuatan fisik yang yang memadai dan semangat yang tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik. Sedangkan

68 untuk usia lebih dari 51 tahun, kemampuan fisiknya sudah terbatas, walaupun apabila dilihat dari segi pengalaman, memungkinkan pada usia ini memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak. Data mengenai karakteristik petani responden berdasarkan umur dapat dilihat di Tabel 13. Tabel 13. Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Tani Non Kekompok Tani Kelompok Umur Jumlah Jumlah Persentase (tahun) Responden Persentase (%) Responden (%) (orang) (orang) < > Jumlah Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki pengaruh dalam melaksanakan kegiatan usahatani, baik terhadap cara pengelolaan secara teknis ataupun terhadap manajemen kegiatan usahatani dan penyerapan teknologi baru, dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan para petani mampu menjalankan kegiatan usahataninya dengan lebih baik, karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang semakin luas. Tingkat pendidikan cukup berpengaruh dalam pelaksanaan usahatani tomat, termasuk dalam tingkat penyerapan teknologi baru. Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas, pada umumnya menggunakan teknologi secara sederhana dan turun-temurun dalam kegiatan usahataninya. Tingkat pendidikan petani responden terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), bahkan ada pula petani yang tidak tamat SD. Sebagian besar petani responden yang menjadi petani tomat adalah dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 12 orang atau 60 persen untuk petani anggota kelompok tani dan 10 orang atau 50 persen untuk petani non kelompok tani. Karakteristik dari petani tomat yang menjadi responden di Desa Lebak Muncang dapat dilihat pada Tabel 14.

69 Tabel 14. Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Kelompok Tani Persentase (%) Non Kelompok Tani Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Tidak tamat SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Jumlah Pengalaman dalam Usahatani Tomat Pengalaman dalam usahatani dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengelola usahatani, dengan pengalaman yang cukup lama petani memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap usahatani yang dijalaninya. Pemahaman yang lebih baik tersebut dapat berupa kemampuan dalam menentukan dan mengorganisasikan faktor produksi yang digunakan ataupun dalam bentuk penanganan masalah yang dihadapi secara baik. Tingkat pengalaman yang dimiliki oleh seorang petani, dapat dilihat dari berapa lama petani tersebut terjun dalam kegiatan usahatani. Baik petani anggota kelompok tani maupun non kelompok tani memiliki pengalaman dalam usahatani tomat cukup lama, karena mata pencaharian bertani adalah usaha turun-temurun. Dengan demikian, secara teknis para petani ini sudah sangat mengetahui apa yang harus dilakukan apabila terdapat masalah, baik hama ataupun penyakit yang dihadapi dalam usahatani tomatnya. Untuk responden anggota kelompok tani persentase terbesar adalah pengalaman yang lebih dari 10 tahun, dengan jumlah sebanyak 9 orang atau 45 persen. Begitu pula untuk petani non kelompok tani jumlah terbesar ada pada pengalaman yang lebih dari 10 tahun, yaitu sebanyak 13 orang atau 65 persen. Sedangkan jumlah terkecil ada pada rentang pengalaman yang kurang dari lima tahun. Karakteristik Responden petani tomat berdasarkan pengalaman bertaninya dapat dilihat pada Tabel 15.

70 Tabel 15. Pengalaman Bertani (tahun) Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Pengalaman Bertani Jumlah Responden (orang) Kelompok Tani Persentase (%) Non Kelompok Tani Jumlah Responden (orang) Persentase (%) < > Jumlah Luas Areal Usahatani Sebagian besar petani memiliki luas areal usahatani di antara 0 0,25 hektar yaitu sebesar 45 persen untuk petani anggota kelompok tani, namun untuk petani non kelompok tani jumlah terbesar adalah petani yang memiliki lahan antara 0,26 hingga 0,5 hektar yaitu sebesar 60 persen, hal tersebut karena sebaran petani tomat non kelompok tani lebih luas dibandingkan dengan petani kelompok tani, sehingga lebih beragam kepemilikan lahannya. Tidak semua petani menggunakan semua lahannya untuk membudidayakan tomat, karena ada juga petani yang menggunakan lahannya untuk membudidayakan dua komoditas ataupun lebih, namun ada pula petani yang menggunakan lahannya secara tumpang gilir. Karakteristik sebaran responden berdasarkan luas lahannya dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Luas Lahan Luas lahan (hektar) Jumlah responden (orang) Kelompok Tani Persentase (%) Non Kelompok tani Jumlah responden (orang) Persentase (%) 0 0, ,26 0, , > Jumlah

71 5.4.6 Status Kepemilikan Lahan Sebagian besar petani responden, merupakan petani pemilik dengan persentase 85 persen untuk petani anggota kelompok tani dan 75 persen untuk petani non kelompok tani. Lahan yang dimiliki sendiri ada yang berasal dari hasil membeli sendiri ataupun ada pula yang berasal dari warisan yang telah menjadi hak milik. Namun ada pula petani yang sudah memiliki lahan sendiri, tetapi juga menyewa lahan dari orang lain, untuk meningkatkan hasil produksinya. Petani yang menggunakan lahan sewa, petani tersebut harus membayar sewa setiap tahunnya, namun hasil produksi dikuasai petani penyewa. Karakteristik petani tomat berdasarkan status kepemilikan lahannya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Status Kepemilikan Lahan Karakteristik Responden Petani Tomat Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Jumlah responden (orang) Kelompok Tani Persentase (%) Non Kelompok Tani Jumlah responden (orang) Persentase (%) Pemilik Pemilik dan sewa Jumlah

72 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak 55 persen petani merupakan petani padi sawah, 20 persen petani merupakan petani sayuran, lima persen merupakan petani palawija dan sisanya merupakan petani campuran. Untuk kegiatan bercocok tanam sayuran, di samping membudidayakan tomat, para petani juga membudidayakan komoditas lain seperti seledri, petsai dan kol bunga. Sebagian besar petani membudidayakan tomat apel secara monokultur, walaupun terdapat juga petani yang membudidayakan tomat apel secara tumpang sari dengan seledri, pada metode tumpang sari tomat apel merupakan komoditas utama yang dibudidayakan dan seledri adalah komoditas sampingan. Pada umumnya para petani melakukan metode tumpang gilir dalam pembudidayaan tomat, dalam artian bahwa setelah panen tomat apel selesai maka lahan tersebut digunakan untuk membudidayakan komoditas lainnya seperti saledri dan kol, namun karena ruang lingkup penelitian terbatas pada komoditas tomat apel, maka yang akan menjadi pembahasan adalah hanya komoditas tomat apelnya saja Persemaian Persemaian benih tomat apel, dimulai dengan membuat bedengan dengan lebar kurang lebih satu meter. Tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari pegunungan dan pupuk kandang yang biasanya digunakan adalah kotoran ayam. Setelah bedengan siap, kemudian benih disemai atau ditabur diatas bedengan tersebut. Benih yang digunakan oleh sebagian besar petani tomat apel di Desa Lebak Muncang adalah varietas Waranni yang bersertifikat, benih bersertifikat digunakan karena alasan mutu benih lebih terjamin, serta buah memiliki kualitas yang lebih baik. Benih waranni ini adalah benih hibrida untuk jenis tomat apel yang cocok untuk di tanam daerah dataran tinggi dengan keunggulan produktivitas tinggi, daunnya tidak terlalu rindang dan tanaman tomat tahan terhadap penyakit layu dan busuk daun. Penyakit layu fusarium dan busuk

73 daun ini adalah penyakit yang sering dialami oleh tanaman tomat apel yang dibudidayakan pada saat musim penghujan, khususnya Desa Lebak Muncang. Setelah benih di tabur di atas bedengan yang telah disiapkan, lalu timbun dengan tanah dan siram dengan air, kemudian tutupi bedengan tersebut dengan karung atau plastik secara tidak permanen, agar mudah di buka ketika membutuhkan cahaya matahari, dan dapat melindungi ketika terjadi hujan. Setiap pagi dan sore bedengan di siram. Setelah berumur 7-10 hari dilakukan pembumbunan, yaitu memindahkan bibit ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang. Hal ini dilakukan untuk memberikan daya adaptasi dan kemampuan tumbuh yang lebih leluasa pada bibit. Bibit yang telah dibumbun dibiarkan selama 2 minggu, setelah itu bibit siap dipindahkan ke lahan Pengolahan Lahan Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur serta aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik. Pengolahan lahan yang dilakukan meliputi pembersihan lahan, pencangkulan dan pembuatan bedengan. Proses pengolahan lahan di Desa Lebak Muncang biasanya dilakukan bersamaan dengan persemaian. Pengolahan lahan dilakukan melalui tiga tahap, tahap pertama yaitu pembersihan lahan dari gulma dan bekas tanaman sebelumnya, pembersihan lahan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga kerja manusia. Tahap kedua adalah membalik tanah dengan cara mencangkul tanah secara tipis-tipis, hal ini dilakukan agar tanah pada lapisan dalam dapat terangkat ke permukaan sehingga tanah menjadi gembur dan akar tanaman mudah menembus tanah untuk mengambil zat-zat makanan, lalu tanah dibiarkan selama satu minggu. Tahap ketiga adalah pembuatan bedengan, bedengan dibuat dengan lebar antara satu meter hingga 1,5 meter. Pada bedengan dibuat garitan untuk pemupukan dasar, pupuk yang digunakan adalah campuran pupuk kandang yang telah matang dan pupuk kimia lalu timbun dengan tanah. Setelah itu bedengan disempurnakan dengan cara menghaluskan dan meratakan bedengan dan padatkan tepi bedengan agar tanah tidak mudah longsor. Lalu istirahatkan tanah sampai keadaan tanah sesuai untuk ditanami tomat hingga kurang lebih 10 hari.

74 6.1.3 Penanaman Penanaman merupakan kegiatan pemindahan bibit hasil persemaian ke lahan pertanaman. Bibit yang siap dipindahkan ke lahan pertanaman haruslah bibit yang sehat seperti pertumbuhannya normal, batang besar, tidak cacat, tidak rusak. Penanaman dilakukan setelah lahan yang dipersiapkan didiamkan selama kurang lebih 10 hari. Penanaman bibit tomat, biasanya dilakukan pada lahan yang berbeda dengan penyemaian benih. Bibit terlebih dahulu dilepaskan dari bumbun daun pisang dan ditaman di lahan yang telah diolah. Bibit tomat ditanam biasanya menggunakan jarak tanam yaitu 40 X 60 centimeter. Jarak tanam digunakan dengan alasan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat, karena jika tidak menggunakan jarak tanam maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat akan terhambat dan tidak tumbuh maksimal. Untuk pembudidayaan tomat dengan menggunakan mulsa, setelah pembuatan bedengan selesai, lalu tutup dengan mulsa plastik berwarna perak. Setelah itu lalu dibiarkan selama dua hingga tiga minggu, kemudian mulsa dilubangi sesuai dengan jarak tanam yang digunakan. Setelah dilubangi didiamkan selama tiga sampai empat hari atau satu minggu, dan selanjutnya bibit tomat dapat di tanam ke lubang yang telah disiapkan Pemeliharaan Tanaman yang telah ditanam perlu mendapat perhatian dan pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman tomat membutuhkan perhatian yang cukup besar. Kegiatan pemeliharaan tomat di Desa Lebak Muncang meliputi kegiatan penyulaman, pengajiran dan pengikatan, pemotongan tunas, penyiangan, pemupukan dan pengendalian terhadap hama dan penyakit. Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau kurang baik pertumbuhannya, kemudian ditanam kembali bibit baru yang yang berasal dari persemaian yang sama dengan bibit terdahulu. Penyulaman ini dilakukan setelah tanaman di tanam selama satu minggu di lahan. Pengajiran (pemasangan turus) berfungsi untuk membantu tanaman tumbuh tegak, karena tanaman tomat mempunyai batang yang kurang kuat untuk

75 menopang buah dan mendukung tegaknya batang. Turus terbuat dari batang bambu yang memiliki panjang kurang lebih satu meter dan lebar dua hingga tiga centimeter. Bagian bawah turus dibuat meruncing agar mudah untuk di tancapkan. Satu turus diperuntukkan untuk satu tanaman, dan dipasang dengan dilengkungkan ke bagian dalam dan dihubungkan satu sama lain, lalu diikat dengan menggunakan tali. Pengajiran ini dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 20 hingga 25 hari setelah waktu tanam. Pengikatan batang dan pemotongan tunas biasanya dilakukan secara bersamaan. Pengikatan pada batang tidak boleh terlalu ketat, karena apabila terlalu ketat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemotongan tunas adalah upaya untuk mengurangi jumlah tunas dan pucuk batang sehingga perkembangan buahnya maksimal, karena tanaman tomat yang terlalu rimbun akan menyebabkan buah tomat kecil-kecil dan proses kematangannya lama. Penyiangan perlu dilakukan untuk membersihkan parit-parit bedengan dari gulma (tanaman pengganggu) seperti rumput dan tanaman lain yang tidak diinginkan. Selain mengganggu, gulma juga merebut makanan yang seharusnya untuk tanaman utama. Alat yang biasa digunakan untuk melakukan penyiangan adalah cangkul kecil atau kored. Pemupukan dilakukan pada awal penanaman bibit. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP, KCl, ZA dan pupuk kandang. Dosis penggunaan pupuk tergantung pengetahuan dan kebiasaan petani. Selain dilakukan pada awal penanaman, pemupukan juga dilakukan untuk tahap lanjutan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat tanaman berumur 35 hari, 55 hari dan 70 hari. Pencegahan dan pemberantasan terhadap hama dan penyakit tanaman dilakukan untuk melindungi tanaman dari ancaman kerusakan yang ditimbulkannya. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara intensif, dengan selang waktu antara tiga sampai empat hari sekali, dan apabila musim hujan selang waktunya lebih dekat lagi yaitu antara dua hingga tiga hari sekali. Hal tersebut dilakukan karena pada saat musim hujan pestisida mudah tercuci oleh air, selain itu kondisi menjadi lebih lembab sehingga penyakit mudah berkembang.

76 6.1.5 Panen dan Pasca Panen Tomat apel dapat dipanen setelah berumur 80 sampai 100 hari setelah tanam. Pemanenan biasanya dilakukan setiap dua atau tiga hari sekali dengan 8 hingga 12 kali pemanenan. Satu tanaman tomat biasanya menghasilkan dua hingga tiga kilogram buah mulai dari awal penanaman hingga akhir. Waktu panen biasanya dilakukan pada pagi hari hari, saat di panen buah tomat tidak dalam keadaan yang sudah benar-benar matang. Penggunaan tenaga kerja untuk panen dan angkut biasanya dibayar oleh petani tomat, namun harga jual kepada pedagang pengumpul menjadi lebih tinggi. Setelah panen selesai, tomat dikemas dalam peti kayu dengan kapasitas per peti hingga 40 kilogram. Lalu hasil panen buah tomat dijual kepada pedagang pengumpul (bandar) Hama dan Penyakit Tanaman Seperti pada tanaman lainnya, keberadaan hama dan penyakit pada tanaman tomat juga dapat mendatangkan kerugian pada petaninya. Masalah tersebut umumnya dapat diatasi dengan mengetahui secara pasti hama dan penyakit yang menyerang, sehingga dapat menggunakan jenis pestisida yang sesuai untuk diaplikasikan. Namun sampai saat ini masih banyak petani yang sulit membedakan antara serangan hama dan penyakit, akibatnya sering terjadi kesalahan pemberian obat, juga sebagian besar petani menggunakan pestisida hanya berdasarkan pada pengalamannya, dan sering tidak memperhatikan aturan pakai yang telah ditentukan, sehingga pemakaian dari pestisida tersebut melebihi dari aturannya. Hama adalah semua jenis hewan yang mengganggu budidaya tanaman tomat,juga dapat menimbulkan kerusakan sehingga penanganannya harus tepat, apabila penanganannya salah maka dapat menyebabkan rendahnya produksi tanaman tomat apel. Penyakit pada tanaman tomat apel dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri. Penyakit tidak hanya menyerang tanaman pada saat persemaian, tetapi juga pada saat tanaman sudah besar. Hama yang menyerang usahatani tomat apel di Desa Lebak Muncang adalah :

77 1. Ulat Buah Hama ini menyerang buah tomat apel. Ulat buah dapat menyerang daun, bunga dan buah tomat apel. Serangan pada buah dilakukan dengan membuat lubang pada buah dan masuk ke dalamnya. Ulat ini sering membuat lubang secara berpindah-pindah dan buah yang sudah dilubangi menjadi cacat dan berwarna cokelat. Buah yang dilubangi juga bisa terkena infeksi, sehingga buah menjadi busuk lunak dan jatuh ke tanah. Jika buah tomat yang terserang dibuka terkadang ulat masih terdapat didalamnya. Gejala yang terlihat apabila buah terkena hama ini adalah buah yang sudah aga tua tampak berlubang-lubang dan biasanya menjadi busuk karena infeksi. 2. Ulat Tanah Ulat tanah merupakan hama yang sering menyerang sayuran termasuk tomat apel. Ulat tanah ini menyerang tanaman tomat apel yang berumur 2-5 minggu setelah tanam. Serangannya ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang dan munculnya lubang yang tidak beraturan pada daundaun muda, sehingga tanaman bisa mati muda. Serangan hama ini puncaknya pada musim kemarau. 3. Ulat Grayak Ulat grayak biasanya menyerang daun, gejala serangan ulat grayak ditandai dengan daun yang berlubang, rusaknya daun dapat menyebabkan proses fotosintesis pada tanaman terhambat. Penyakit yang menyerang tanaman tomat adalah : 1. Bercak Kering Penyakit ini disebut pula penyakit bercak daun. Gejala terkena penyakit ini adalah tampak bercak-bercak cokelat dan hampir hitam dan berbentuk bulat. Serangan biasanya dimulai dari daun bagian bawah kemudian bergeser ke bagian atas. Daun yang terserang tepinya menjadi pecah tidak teratur, dan ketika bercak mengering daun pun gugur. 2. Busuk Daun Penyakit busuk daun dapat disebabkan oleh jamur Phytopthora. Jika hujan lebat dan terus menerus maka kelembaban akan meningkat dan jamur

78 akan berkembang dengan baik. Jamur ini menyerang seluruh bagian tanaman. Bagian tanaman khususnya daun yang telah terserang jamur akan busuk dengan warna yang terus menerus menguning dan akhirnya menjadi cokelat. Serangaan yang hebat dapat menyebabkan daun rontok. 3. Layu Fusarium Penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Penyebaran sporanya bisa melalui percikan air hujan, alat-alat budidaya dan kontak antara akar tanaman yang sakit dan yang sehat. Gejala awal yang ditimbulkan adalah menguningnya daun baik daun tua maupun muda serta tangkai daun yang terkulai layu. Selain pada daun, jamur fusarium juga menyerang akar dan aliran air ke daun akan terhambat serta daun akan layu dan menguning. 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani penting untuk diketahui, untuk memberikan gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Pada komponen biaya, biaya yang dikeluarkan oleh petani terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari biaya sarana produksi yang digunakan dalam usahatani tomat seperti benih, pupuk, pestisida, sewa lahan, pajak lahan, biaya angkut, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya lain-lain. Sedangkan komponen biaya yang diperhitungkan termasuk didalamnya adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga Penggunaan Input Input yang digunakan pada usahatani tomat pada umumnya terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Rincian penggunaan benih, pupuk pestisida dan tenaga kerja per hektar per musim tanam pada usahatani tomat di Desa Lebak Muncang untuk petani anggota Kelompok Tani dan petani non anggota Kelompok Tani dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Perbandingan

79 penggunaan input usahatani tomat antara petani anggota Kelompok Tani dan non Kelompok Tani dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan Rata-Rata Penggunaan Input Usahatani Tomat Apel per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani dan non Kelompok Tani Kelompok Tani Non kelompok Tani No Uraian Nilai Nilai (%) (Rp) (Rp) (%) 1. Benih , ,15 2. Pupuk - P. Urea (kg) - P. TSP (kg) - P. KCl (kg) - P. ZA (kg) - P. Kandang (kg) Total Biaya Pupuk , ,90 3. a. Pestisida Cair - Callicron (lt) Dursban (lt) Fastak (lt) Alika (lt) Amistartop (lt) Revus (lt) b. Pestisida Padat - Centro (kg) Dithane (kg) Total Biaya Pestisida , ,67 4. a. Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK) b. Tenaga kerja Dalam Keluarga (HOK) Total Biaya Tenaga Kerja , ,28 Total Biaya a. Benih Benih yang digunakan oleh seluruh petani tomat apel baik anggota kelompok tani ataupun bukan anggota kelompok tani di Desa Lebak Muncang adalah benih yang bersertifikat, sebagian besar benih yang digunakan adalah benih tomat apel Varietas Waranni. Benih tersebut digunakan dengan alasan produktivitas yang tinggi, tahan terhadap penyakit layu serta daunnya tidak terlalu

80 rindang. Walaupun pembenihan tomat dapat dilakukan sendiri, namun kualitas benihnya kurang baik, sehingga para petani lebih membeli benih dibandingkan dengan membenihkan sendiri. Petani memperoleh benih tersebut dari toko-toko pertanian di Desa Lebak Muncang, begitu pula dengan petani anggota kelompok tani memperoleh benih dari toko pertanian, karena belum ada koperasi pada kelompok tani tersebut. Rata-rata penggunaan benih tomat apel per hektar per musim tanam pada kelompok tani adalah sebanyak 115,61 gram, sedangkan untuk petani non kelompok tani penggunaan benih per hektar per musim tanam adalah 114,71 gram. Benih tersebut telah di kemas per bungkusnya adalah 10 gram. Harga per bungkus dari benih tomat apel varietas warani adalah adalah Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk benih pada petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp , sedangkan pada petani non kelompok tani sebesar Rp Biaya yang dikeluarkan untuk benih adalah biaya terkecil dalam input produksi baik petani anggota kelompok tani maupun non kelompok tani. Persentase biaya benih yang dikeluarkan oleh petani anggota kelompok tani adalah 3,73 persen, sedangkan untuk petani non kelompok tani adalah 3,15 persen. b. Pupuk Pupuk kandang merupakan pupuk terbanyak yang digunakan dalam usahatani tomat dibandingkan dengan pupuk kimia lainnya. Kegunaan dari pupuk kandang adalah untuk memperbaiki sifat fisik tanah, porositas tanah, struktur tanah dan daya menahan air tanah. Pupuk kandang yang biasa digunakan adalah pupuk ayam. Penggunaannya berbeda-beda sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan masing-masing, namun apabila di rata-rata kan penggunaan pupuk kandang untuk sistem tanam konvensional adalah jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sistem penanaman menggunakan mulsa. Petani tomat apel di Desa Lebak Muncang mendapatkan pupuk kandang dari gudang yang khusus menjual kotoran ayam yang telah matang yang berada di lingkungan desa. Penggunaan pupuk kandang per hektar per musim tanam untuk petani anggota Kelompok Tani adalah sebanyak ,49 kilogram, dan untuk petani non kelompok tani yaitu sebanyak ,46 kilogram. Harga pupuk kandang per

81 karung adalah Rp , dimana per karungnya berisi 30 kilogram atau harga eceran per kilogram adalah Rp 400, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kandang untuk petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp sedangkan untuk petani non kelompok tani sebesar Rp Selain pupuk kandang, pupuk kimia juga diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karena pupuk kimia dapat menambah kekurangan unsur hara Nitrogen(N), Phospat (P) dan Kalium (K) yang terkandung di dalam tanah yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Pupuk kimia yang digunakan diantaranya adalah Pupuk Urea, TSP, KCl dan ZA. Pupuk kimia ini diperoleh petani dari toko pertanian di Desa Lebak Muncang. Pupuk Urea dan ZA merupakan sumber Nitrogen, pupuk TSP merupakan sumber Phospat dan pupuk KCl merupakan sumber Kalium, sehingga ada beberapa petani yang hanya menggunakan pupuk Urea saja, atau pupuk ZA saja, namun ada juga petani yang menggunakan pupuk Urea dan ZA. Pupuk TSP yang digunakan adalah pupuk SP- 36. Jumlah total biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kimia pada petani tomat anggota kelompok tani adalah Rp sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk pupuk kimia pada petani tomat non kelompok tani adalah Rp Persentase biaya total pupuk yang dikeluarkan oleh petani anggota kelompok tani adalah 20,84 persen, sedangkan petani non kelompok tani adalah sebesar 16,90 persen. c. Pestisida Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida, yang terdiri dari pestisida cair dan pestisida padat. Pada petani anggota kelompok tani biaya yang dikeluarkan untuk pestisida jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan petani non kelompok tani. Pada petani tomat anggota kelompok tani, biaya yang dikeluarkan untuk pestisida adalah sebesar Rp atau sebesar 18,83 persen, sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani tomat non kelompok tani untuk pestisida adalah sebesar Rp atau sebesar 21,67 persen. Biaya yang dikeluarkan oleh petani non kelompok tani jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan petani anggota kelompok tani, hal tersebut disebabkan karena petani non kelompok tani tidak mendapatkan penyuluhan ataupun

82 pelatihan mengenai dosis penggunaan pestisida, baik dari pemerintah ataupun dari perusahaan-perusahaan pestisida yang ingin mempromosikan produknya. Selain itu para petani tidak memperhatikan anjuran dosis penggunaan pestisida dalam setiap kemasan. Petani menggunakan pestisida sesuai dengan pengalaman mereka selama menjadi petani tomat. Hal tersebut menyebabkan biaya yang digunakan untuk pestisida sangatlah tinggi. Disamping hal tersebut, besarnya pengeluaran untuk pestisida disebabkan karena penyemprotan obat harus dilakukan secara intensif terlebih apabila pada musim hujan. Ketersediaan biaya untuk pestisida ini haruslah selalu ada, karena dalam tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit dan hama haruslah segera dilakukan, karena kalau tidak akan menyebar ke tanaman lainnya. d. Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam biaya usahatani tomat apel. Biaya tenaga kerja adalah biaya terbesar yang di keluarkan yaitu sebesar Rp atau sebesar 56,60 persen untuk petani tomat anggota kelompok tani, dan sebesar Rp atau 58,28 persen untuk petani non kelompok tani. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga ini dibayar untuk membantu dalam kegiatan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan hingga pengangkutan. Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga oleh petani non kelompok tani lebih besar, hal tersebut disebabkan karena sebaran umur dari petani tomat non kelompok tani lebih banyak yang berusia lebih dari 51 tahun, sehingga kondisi fisik yang menurun menyebabkan para petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan rata-rata tenaga kerja yang dipakai adalah 1008,23 HOK untuk petani anggota kelompok tani sedangkan untuk petani non kelompok tani jumlah total tenaga kerja yang digunakan adalah sebesar 1220,15 HOK. Tingkat upah tenaga kerja per hari yang berlaku di Desa Lebak Muncang adalah Rp untuk pria. Sedangkan upah untuk wanita adalah Rp , jumlah jam kerjanya adalah lima jam, yaitu mulai dari jam atau sering disebut sabedug. Penggunaan tenaga kerja terbanyak adalah pada saat pemeliharaan

83 tanaman, karena pemeliharaan tomat memerlukan perhatian yang cukup besar mulai dari pengikatan batang, penyemprotan pestisida dan pemotongan tunas Penerimaan Usahatani, Biaya dan Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah komponen biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai dan diperhitungkan dalam kegiatan usahatani tomat termasuk didalamnya adalah biaya untuk benih, pupuk, pestisida, pajak lahan, tenaga kerja luar keluarga serta biaya-biaya lainnya. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang biasanya tidak diperhitungkan secara tunai oleh petani, yang termasuk dalam biaya diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja dalam keluarga, lahan milik sendiri dan biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani tomat. Penerimaan diperoleh dari produksi tomat baik yang dijual maupun dikonsumsi sendiri. Tomat apel dapat di panen setelah tanaman berumur 80 hingga 100 hari setelah tanam. Panen tomat apel dapat dilakukan 8 hingga 12 kali, dengan selang waktu panen antara dua hingga tiga hari pada keadaan normal, sedangkan pada saat musim hujan panen dilakukan antara tiga hingga empat hari. Setiap tanaman tomat dapat menghasilkan tomat apel dua hingga tiga kilogram dari awal hingga akhir panen. Pada umumnya petani di Desa Lebak Muncang menggunakan satuan tumbak dalam mengukur lahan yang dimilikinya, dimana satu tumbak adalah 14 m 2, namun dalam perhitungan usahatani tumbak telah dikonversikan dalam satuan m 2, lalu perhitungan usahatani dikonversikan per hektar. Produksi tomat apel yang dihasilkan oleh petani kelompok tani per hektar per musim tanam adalah ,37 kilogram, sedangkan produksi tomat pada petani non kelompok tani per hektar per musim tanam adalah ,65 kilogram. Sehingga penerimaan total yang diperoleh dari produksi tomat untuk petani anggota kelompok tani per hektar per musim tanam adalah Rp sedangkan penerimaan yang diperoleh petani tomat non kelompok tani adalah Rp Tingkat produksi tomat apel yang dihasilkan oleh petani tomat

84 anggota kelompok tani lebih besar jika dibandingkan dengan produksi tomat apel dari petani tomat non kelompok tani. Tingkat produksi ini dapat dicapai karena produktivitas tanaman tomat apel yang cukup baik pada petani kelompok tani. Walaupun benih yang digunakan adalah sama yaitu benih yang bersertifikat dengan varietas warani dengan produktivitas yang tinggi, namun hasil yang diperoleh berbeda. Perbedaan hasil produksi tomat apel antara petani kelompok tani dan non kelompok tani dapat disebabkan karena kadar penggunaan pestisida dari petani non kelompok tani yang melebihi dosis maka dapat menyebabkan penurunan produktivitas dari tanaman tomat tersebut. Produktivitas yang tinggi akan menyebabkan penerimaan yang diterima petani pun akan lebih tinggi, karena hasil produksinya lebih banyak. Selain dilihat dari penggunaan pestisida antara petani tomat kelompok tani dengan petani tomat non kelompok tani produktivitas tanaman tomat apel yang tinggi pada petani kelompok tani, juga dapat disebabkan karena penggunaan pupuk kandang yang digunakan oleh petani. Penggunaan pupuk kandang pada petani tomat kelompok tani jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan petani tomat non kelompok tani. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas tanaman, karena pupuk kandang berperan dalam menambah unsur hara dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh tanaman. Apabila kandungan unsur hara dalam tanah berada pada kondisi yang memadai, maka kebutuhan tanaman akan mampu tercukupi sehingga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Disamping dari penggunaan benih, pestisida dan pupuk kandang, tingginya produktivitas tanaman tomat apel pada petani anggota kelompok tani juga dapat disebabkan karena sistem penggunaan mulsa dalam penanaman tomat oleh para petani kelompok tani. Walaupun ada beberapa petani non kelompok tani yang juga menggunakan sistem mulsa, tetapi petani kelompok tani yang menggunakan sistem mulsa jumlahnya lebih banyak. Penggunaan sistem mulsa dalam penanaman tomat sangat dianjurkan, karena dengan menggunakan sistem ini kelembaban tanah dapat terjaga, pertumbuhan gulma dapat ditekan, dapat mencegah pencucian pupuk oleh air dan menghindarkan tanaman dari percikan tanah. Tingkat harga tomat apel yang berlaku di tingkat petani di Desa Lebak Muncang diambil secara rata-rata yaitu pada tingkat harga Rp 2000 per kilogram.

85 Rincian analisis usahatani petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11. Perbandingan analisis pendapatan usahatani tomat antara petani anggota kelompok tani dan petani non anggota kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Perbandingan Analisis Usahatani Tomat Apel Petani Anggota Kelompok Tani dan non Anggota Kelompok Tani per Hektar per Musim Tanam Komponen Kelompok Tani Non Kelompok Tani Nilai (Rp) (%) Nilai (Rp) (%) A. Total Penerimaan B. Biaya tunai Benih P. Urea P. TSP P. KCl P. ZA P. Kandang Pestisida Cair Pestisida Padat Pupuk Cair Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Sewa Lahan Mulsa Plastik Turus Tali Rafia Peti pengepakan Karung Pajak lahan Lain-lain Jumlah Total Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Sewa Lahan Diperhitungkan Penyusutan Peralatan Jumlah Total Biaya Diperhitungkan D. Jumlah Total Biaya E. Pendapatan Atas Biaya Tunai F. Pendapatan Atas Biaya Total G. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1,75 1,53 H. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,44 1,30

86 Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila jumlah penerimaan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah pengeluaran, sehingga selisih diantara penerimaan dan pengeluarannya positif. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih penerimaan total dengan pengeluaran tunai. Sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara penerimanaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai pada petani anggota kelompok tani adalah sebesar Rp dan pendapatan atas biaya total adalah Rp Sedangkan untuk petani non kelompok tani pendapatan atas biaya tunai adalah Rp dan pendapatan atas biaya total adalah Rp Pendapatan yang diperoleh oleh petani anggota kelompok tani lebih besar dibandingkan dengan petani non kelompok tani, hal tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan oleh petani non kelompok tani lebih besar. Biaya terbesar yang dikeluarkan baik oleh anggota kelompok tani maupun non anggota kelompok tani adalah biaya untuk tenaga kerja luar keluarga, hal ini disebabkan karena perawatan tanaman tomat yang harus membutuhkan perhatian lebih, mulai dari pengendalian hama dan tanaman, pemotongan tunas serta pengikatan batang. Pemeliharaan ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tenaga kerja yang digunakan pun apabila dijumlahkan menjadi banyak, yang kemudian upah tenaga kerjanya cukup tinggi yaitu Rp per HOK. Jumlah tenaga kerja luar keluarga dari petani tomat non kelompok tani lebih besar jika dibandingkan dengan petani tomat kelompok tani. Perbedaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga ini diduga karena sebaran dari umur yang berada diatas 51 tahun pada petani tomat non kelompok tani lebih banyak dibandingkan dengan petani tomat anggota kelompok tani. Petani pada usia tersebut sudah kurang produktif dengan kondisi fisik yang kurang baik sehingga tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan untuk membantu kegiatan dalam kegiatan usahatani tomat. Sewa lahan yang berlaku di Desa Lebak Muncang adalah Rp per tahun per 100 tumbak, sedangkan biaya untuk pajak lahan adalah Rp per tahun per 100 tumbak, dan perhitungan analisis usahatani untuk usahatani tomat adalah satu musim tanam, yaitu lima bulan dari 12 bulan. Sewa lahan tunai

87 pada petani kelompok tani adalah Rp , sedangkan untuk petani non kelompok tani adalah Rp Perbedaan nilai ini dapat disebabkan karena dilihat dari status kepemilikan lahannya, petani yang menyewa lahan pada non kelompok tani jumlahnya lebih banyak dari petani anggota kelompok tani, sehingga jumlah sewa lahan tunai yang dukeluarkan oleh petani non kelompok tani lebih besar jika dibandingkan dengan petani anggota kelompok tani. Tali raffia biasanya digunakan untuk mengikat turus dan karung biasanya digunakan untuk mengikat batang tomat pada turus, karena kalau tidak diikat batang tomat tidak kuat untuk menopang tubuh tanaman. Biaya penyusutan dihitung dari nilai penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahatani tomat, dimana alat-alat yang digunakan diantaranya adalah cangkul, parang, kored, sprayer, ember, gunting dan lain-lain. Biaya lain-lain yang dihitung salah satunya adalah biaya pengairan, dan biaya pengairannya adalah Rp per tahun, dan biaya pengairan ini dibayarkan kepada P3 Mitra Cai yang mengalirkan air dari pegunungan. Selain biaya pengairan, biaya yang termasuk dalam biaya lain-lain adalah biaya yang jumlahnya sedikit dan berbeda antar petani. Selain dilihat dari pendapatan usahataninya, usahatani dikatakan menguntungkan dilihat dari nilai R-C rasionya, apabila R-C rasio lebih dari satu maka usahatani dapat dikatakan menguntungkan. Nilai R-C rasio atas biaya tunai untuk petani kelompok tani adalah 1,75 artinya adalah setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,75 dan R-C rasio untuk biaya total adalah 1,44. Sedangkan untuk petani non kelompok tani R- C rasio atas biaya tunai dalah 1,53 dan R-C rasio atas biaya total adalah 1,30. Dilihat dari R-C rasio yang dihasilkan maka usahatani tomat di Desa Lebak Muncang menguntungkan. 6.3 Analisis Model Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi diperoleh dari data yang dikumpulkan dari 40 orang petani responden, yaitu petani anggota kelompok tani dan petani non kelompok tani, sehingga diperoleh pendugaan fungsi produksi. Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb Douglas. Pendugaan fungsi produksi dilakukan dari data penggunaan benih, pupuk

88 kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan penggunaan tenaga kerja sebagai peubah bebas, dan hasil produksi sebagai peubah tidak bebas Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat Kelompok Tani Berdasarkan hasil olahan Minitab dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan hasil produksi pada petani tomat anggota kelompok tani secara bersama-sama. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitungnya, apabila nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya maka dapat dikatakan secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap produksi tomat. Uji signifikansi model produksi pada petani tomat anggota kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kekompok Tani Derajat Jumlah kuadrat Nilai F Sumber P-value bebas tengah hitung Regresi 8 1, , Error 11 0,28395 Total 19 1,53796 Hasil Uji F pada Tabel 20 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 6,07 nyata pada selang kepercayaan 99 persen, karena nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya, dimana nilai F-tabel pada selang kepercayaan 99 persen adalah 4,94. Selain itu dilihat dari nilai p-value nya, nilai p-value dari model adalah 0,004, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alfa yaitu lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi tomat. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa memang faktor-faktor produksi ini sangat mempengaruhi terhadap produksi tomat, yang mana penggunaan dari faktor-faktor produksi ini

89 baik benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja tidak dapat dilepaskan dari kegiatan budidaya tomat, karena masing-masing faktor produksi memiliki peranan dalam perkembangan, pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat. Selain dilihat dari nilai F-hitungnya, model dapat di katakan akurat atau tidaknya dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R-sq) (Tabel 20). Koefisien determinasi (R-sq) ini dapat menggambarkan apakah model yang dihasilkan baik atau tidak dalam meramalkan kondisi kedepan, apabila nilai R-sq nilainya lebih besar dari 50 persen, maka dapat dikatakan bahwa model ini layak digunakan karena dapat meramalkan kondisi kedepan secara akurat. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh nilai koefisien determinasi (R-sq) sebesar 81,5 persen untuk petani anggota kelompok tani. Angka tersebut berarti bahwa variabel bebas (benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja) dapat menjelaskan sebesar 81,9 persen variabel tidak bebas (hasil produksi), dan sisanya sebesar 18,1 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model (komponen error). Berdasarkan kondisi di lapangan, menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap petani tomat anggota kelompok tani cukup baik, karena jawaban yang diberikan para petani tomat anggota kelompok tani terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah tidak mengira-ngira terdapat catatan dalam melakukan kegiatan usahataninya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh diskusi yang dilakukan dalam kelompok tani pada kegiatan-kegiatan penyuluhan ataupun pelatihan, sehingga secara tidak langsung para petani terlatih dalam menjawab pertanyaan secara baik dan tidak bias dalam memberikan informasi karena ada catatan masing-masing dari setiap kegiatan yang dilakukan. Nilai koefisien korelasi (R-sq adj) menunjukkan akan adanya perubahan apabila terdapat penambahan faktor produksi yang dimasukan ke dalam model. Penambahan faktor produksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada nilai R-sq nya dan nilai derajat bebasnya, dimana nilai R-sq akan semakin besar. Untuk melihat nilai koefisien determinasi (R-sq) dan uji signifikansi terhadap masingmasing faktor produksi, dapat dilihat pada Tabel 21.

90 Tabel 21. Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kelompok Tani Variabel Petani Kelompok Tani Koefisien Regresi t-hitung p-value Benih (X 1 ) 0,3310** 2,04 0,046 Pupuk Kandang (X 2 ) 1,0311*** 4,45 0,001 Pupuk N (X 3 ) 0,1406 0,86 0,409 Pupuk P (X 4 ) 0,3453** 2,31 0,041 Pupuk K (X 5 ) -0,7028*** -2,89 0,015 Pestisida Cair (X 6 ) -0,3334** -2,09 0,044 Pestisida Padat (X 7 ) -0,0362-0,11 0,914 Tenaga Kerja (X 8 ) 0,5183*** 2,91 0,014 R 2 81,5 R 2 adj 68,1 α 5 % t-tabel 1 % t-tabel 5 % 1,796 t-tabel 10 % 1,363 Keterangan : * nyata pada selang kepercayaan 10 % ** nyata pada selang kepercayaan 5 % *** nyata pada selang kepercayaan 1 % Berdasarkan data pada Tabel 21, dapat dilihat nilai koefisien regresi masing-masing faktor, nilai t-hitung dan nilai p-valuenya. Pada tabel terlihat bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tomat berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 99 persen berarti bahwa faktor produksi tersebut sangat berpengaruh atau responsif terhadap produksi tomat, atau faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi tomat sebesar 99 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa, faktor produksi yang digunakan berpengaruh atau responsif terhadap produksi tomat sebesar 95 persen. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi tomat adalah pupuk kandang, pupuk K dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi tomat adalah benih, pupuk P dan pestisida cair. Sedangkan faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata atau tidak mempengaruhi terhadap produksi tomat adalah pupuk N dan pestisida padat. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10, dilihat dari hasil output Minitab pada petani tomat anggota kelompok tani tidak terdapat masalah multikolinieritas, karena tidak ada nilai VIF nya yang lebih dari

91 10. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas, dilakukan dengan pendekatan grafik, dimana grafik pencar untuk petani tomat anggota kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa gambar diagram pencar dari petani kelompok tani tidak membentuk pola atau acak, sehingga tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Fungsi produksi usahatani tomat petani anggota kelompok tani adalah : Ln Y = Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X8 Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masingmasing variabel independen (faktor produksi) terhadap variabel dependen (hasil produksi), adalah sebagai berikut: Benih (X 1 ) Nilai koefisien regresi benih adalah 0,331, dimana nilai ini nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Benih memiliki nilai koefisien yang positif serta berpengaruh nyata pada produksi tomat, artinya apabila penggunaan benih sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi tomat tomat akan meningkat sebesar 0,331 persen cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar lima persen, dimana pada tingkat kesalahan lima persen maka penggunaan benih ini dapat dikatakan cukup responsif terhadap produksi tomat yang dihasilkan. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa benih memang berpengaruh terhadap produksi tomat, benih sangat menentukan apakah hasil produksi tomat akan baik atau tidak, serta menentukan tingkat produktivitasnya. Seluruh petani tomat anggota kelompok tani yang menjadi responden menggunakan benih bersertifikat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Benih yang digunakan adalah benih hibrida varietas warani, benih hibrida ini adalah benih unggul karena merupakan persilangan dari induk yang memiliki kualitas yang baik. Benih waranni ini dikeluarkan oleh PT. East West Seed Indonesia yang diresmikan pada tahun 2007, dengan nomor keputusan Departemen Pertanian adalah 412/Kpts/SR.120/7/2007. Benih ini adalah benih tomat yang sangat cocok untuk

92 ditanam di dataran tinggi, terutama pada musim hujan, karena benih tomat warani ini memiliki keunggulan tahan terhadap serangan penyakit layu fusarium dan busuk daun yang disebabkan karena jamur phytopthora. Pada musim hujan tanaman tomat sangat rentan terhadap serangan jamur, karena kondisi yang lembab, sehingga PT. East West Seed Indonesia memproduksi benih yang dapat menjadi solusi terhadap permasalahan petani yaitu membutuhkan benih yang tahan terhadap penyakit layu fusarium dan busuk daun. Tipe buah dari benih varietas warani ini sangat disukai pasar dengan bentuk buah yang bulat oval, warna nya menarik serta tahan untuk pengiriman jarak jauh, dengan bobot buah gram atau mampu berproduksi diatas 3 kilogram per pohon. Benih varietas warani ini dapat dipanen setelah hari setelah tanam. Selain dilihat dari penggunaan benih yang unggul, produktivitas tanaman tomat juga dapat disebabkan karena penggunaan jarak tanam yang, dimana penggunaan jarak tanam ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan buah tomat. Tomat membutuhkan ruang yang bebas dalam pertubuhannya, karena apabila jaraknya terlalu dekat maka buahnya akan kecil dan lama untuk masak. Pupuk Kandang (X 2 ) Pupuk kandang memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Pada selang kepercayaan 99 persen ini, berarti faktor produksi pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap produksi tomat, karena tingkat kesalahannya adalah hanya satu persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk kandang adalah 1,031, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan dari pupuk kandang, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 1,031 persen cateris paribus, dimana penambahan dari hasil produksinya adalah lebih besar dibandingkan dengan penambahan dari pupuk kandangnya. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang ini sangat diperlukan karena dapat menambah unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur fisik tanah. Pupuk kandang ini biasanya digunakan pada saat pemupukan dasar atau pemupukan awal. Pemupukan dasar ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukannya penanaman bibit tomat. Pupuk kandang yang

93 digunakan adalah kotoran ayam, dan pupuk kandang ini mudah diperoleh karena di sekitar Desa Lebak Muncang terdapat pabrik yang memproduksi pupuk kandang yang telah matang. Para petani tomat lebih memilih menggunakan pupuk kandang dari kotoran ayam karena selain mudah didapatkan, kotoran ayam juga memiliki kandungan unsure hara yang lebih banyak dibandingkan dengan pupuk kandang dari kotoran sapi, kuda dan domba terutama pada kandungan unsur N, P, Ca, Mg dan Zn. Pupuk N(X 3 ) Pupuk urea dan ZA merupakan sumber unsur nitrogen, sehingga yang termasuk dalam pupuk N adalah pupuk urea dan ZA, dimana pupuk nitrogen ini berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Nilai koefisien regresi dari pupuk N adalah 0,141, dan nilai ini tidak berpengaruh nyata baik pada selang kepercayaan 99 persen ataupun 95 persen. Nilai koefisien regresi ini tidak berpengaruh nyata, berarti bahwa walaupun penggunaan pupuk N ditambahkan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jumlah produksi tomat atau produksi tomat akan tetap. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa, karena keterbatasan dana yang dialami oleh sebagian besar para petani tomat, maka penggunaan pupuk Urea dab ZA tidak sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Dosis yang ditetapkan berdasarkan dari penyuluhan yang dilakukan adalah 500 kilogram per hektar per musim tanam, tetapi rata-rata penggunaan dari para petani tomat adalah terhadap pupuk read dan ZA adalah masih kurang dari dosis tersebut. Selain itu petani beranggapan bahwa hasil produksi tomat tidak jauh berbeda antara petani yang mematuhi aturan dosis dengan petani yang tidak mematuhi aturan dosis. Pupuk P (X 4 ) Pupuk yang dikategorikan sebagai pupuk P adalah pupuk TSP, karena pupuk TSP merupakan sumber unsur phosphor berfungsi untuk merangsang pembentukan bunga, buah dan biji. Apabila kekurangan phosphor maka akan menyebabkan pertumbuhan akar dan pertumbuhan generatif tanaman terganggu. Nilai koefisien regresi dari pupuk P pada petani tomat anggota kelompok tani adalah 0,345 dan nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa apabila penggunaan pupuk P ditambah

94 sebesar satu persen, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 0,345 persen cateris paribus. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk TSP ini sangat penting, terutama pada saat awal penanaman karena tanaman membutuhkan unsur phosphor untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Namun para petani tomat anggota kelompok tani sering menggunakan jumlah yang sama antara pupuk Urea, TSP, KCl dan Za pada saat awal penanaman, sehingga penggunaan pupuk TSP dapat ditambah lagi untuk dapat meningkatkan produksi tomat. Apabila penggunaan dari pupuk TSP ini kurang, maka akan menyebabkan tanaman tomat kerdil dan kurus sehingga zat hara dalam tanah tidak dapat di serap secara sempurna oleh tanaman. Pupuk K(X 5 ) Pupuk K adalah pupuk KCl, karena pupuk KCl adalah sumber unsur kalium. Nilai koefisien regresi pupuk K adalah -0,703, yang mana berdasarkan pada uji statistiknya koefisien regresi dari pupuk K adalah nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Koefisien regresi pupuk K yang bernilai negatif, mangandung arti bahwa apabila penggunaan dari pupuk K ditambahkan lagi sebesar satu persen maka produksi tomat akan menurun hingga 0,703 persen cateris paribus. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa penurunan produksi akibat dari penambahan pupuk K adalah karena unsur kalium selain didapatkan dari pupuk KCl juga dapat diperoleh dari pupuk daun (pupuk cair) dan pupuk kandang. Walaupun pupuk baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun apabila penggunaannya telah berlebih, tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sehingga hendaknya penggunaan dari pupuk KCl tidak ditambah lagi, karena selain akan meningkatkan biaya usahatani, juga akan menurunkan produksi. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan pupuk KCl adalah 220 kilogram per hektar per musim tanam, namun penggunaan pupuk KCl oleh petani tomat anggota kelompok tani telah melebihi dari 220 kilogram per hektarnya. Pestisida Cair (X 6 ) Nilai koefisien regresi pestisida cair adalah -0,333, dimana nilai ini nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Pestisida cair memiliki nilai koefisien yang negatif serta berpengaruh nyata pada produksi tomat, artinya apabila penggunaan

95 pestisida cair sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi tomat tomat akan menurun sebesar 0,331 persen cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar lima persen. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pestisida ini sangat penting dalam kegiatan budidaya tanaman tomat. Pestisida cair ini terdiri dari insektisida dan fungisida dalam bentuk cair, dengan satuan liter. Insektisida berfungsi untuk membasmi hama yang menyerang tanaman tomat, dan fungisida berfungsi dalam pengendalian jamur. Insektisida dan fungisida ini diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak terutama pada musim hujan, karena keadaan yang lembab yang merangsang pertumbuhan jamur lebih banyak serta karena pestisida yang disemprotkan pada saat musim hujan mudah terbawa air hujan sehingga penyemprotan pestisida dilakukan secara intensif selama musim hujan. Penyemprotan pestisida dilakukan dengan selang waktu dua hingga tiga hari sekali, dimana ketersediaan dana untuk pestisida ini harus selalu ada, karena hama dan penyakit cepat menyebar sehingga apabila penanganannya lambat akan menyebabkan tanaman tomat mati. Dilihat dari intensitas penggunaan pestisida cair, dirasakan penggunaan pestisida cair ini sudah berlebihan. Selain dari intensitasnya, para petani menggunakan dosis pestisida cair ini berdasarkan pada pengalamannya selama berusahatani tomat. Walaupun para petani tomat anggota kelompok tani mendapatkan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida baik dari instansi pemerintah ataupun swasta, namun masih terdapat beberapa petani yang tidak mengaikuti dosis aturan pakai yang telah ditetapkan, sehingga apabila dirataratakan penggunaan pestisida cair ini masih dirasakan berlebih. Kelebihan penggunaan pestisida cair ini yang menyebabkan penurunan produksi tomat apabila penggunaannya ditambahkan lagi. Pestisida Padat (X 7 ) Nilai koefisien regresi dari pestisida padat adalah 0,036, dan nilai ini tidak berpengaruh nyata baik pada selang kepercayaan 99 persen ataupun 95 persen. Nilai koefisien regresi ini tidak berpengaruh nyata, berarti bahwa walaupun penggunaan pestisida padat ditambahkan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jumlah

96 produksi tomat. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa petani tomat anggota kelompok tani lebih banyak menggunakan pestisida cair dibandingkan dengan pestisida padat, karena pestisida lebih banyak yang berbentuk cair dibandingkan dengan berbentuk padat. Tenaga Kerja (X 8 ) Tenaga kerja memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Pada selang kepercayaan 99 persen ini, berarti faktor produksi tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi tomat, karena tingkat kesalahannya adalah hanya satu persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk kandang adalah 0,518, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan tenaga kerja, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 0,518 persen cateris paribus. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tenaga kerja ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman tomat. Tenaga kerja yang diperlukan dalam budidaya tanaman tomat sangatlah banyak, karena tahapantahapan kegiatan yang dilakukan mulai dari pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemeliharaan hingga panen memerlukan waktu yang lama. Penggunaan tenaga kerja yang paling banyak diperlukan adalah pada saat pemeliharaan tanaman tomat, mulai dari pemotongan tunas, penalian batang tanaman pada turus, penyemprotan pestisida dan pemanenan. Oleh karena itu tenaga kerja ini sangat berpengaruh terhadap produksi tomat Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat non Kelompok Tani Hubungan antara faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tomat dan hasil produksi pada petani tomat non kelompok tani secara bersama-sama dapat diketahui dari hasil output Minitab. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai F-hitungnya, apabila nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya maka dapat dikatakan secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap produksi tomat. Faktor-faktor produksi yang digunakan adalah benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair,

97 pestisida padat dan tenaga kerja. Uji signifikansi model produksi pada petani tomat non kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani non Kelompok Tani Derajat Jumlah kuadrat Nilai F Sumber P-value bebas tengah hitung Regresi 8 3,2707 3, Error 11 1,1576 Total 19 4,4283 Hasil Uji F pada Tabel 22 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 3,88 nyata pada selang kepercayaan 95 persen, karena nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabelnya, dimana nilai F-tabel pada selang kepercayaan 99 persen adalah 2,95. Selain itu dilihat dari nilai p-value nya, nilai p-value dari model adalah 0,020, dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai alfa yaitu 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair, pestisida padat dan tenaga kerja secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi tomat. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi ini mempengaruhi terhadap produksi tomat, karena semua faktor produksi memiliki peranan yang penting dalam kegiatan budidaya tanaman tomat dan menentukan produksi dan produktivitas tomat. Selain dilihat dari nilai F-hitungnya, model dapat di katakan akurat atau tidaknya dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R-sq) (Tabel 22). Koefisien determinasi (R-sq) menggambarkan apakah model yang dihasilkan layak atau tidak dalam meramalkan kondisi kedepan, apabila nilai R-sq nilainya lebih besar dari 50 persen, maka dapat dikatakan bahwa model ini layak digunakan karena dapat meramalkan kondisi kedepan secara akurat. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh nilai koefisien determinasi (R-sq) sebesar 73,9 persen untuk petani tomat non kelompok tani. Angka tersebut berarti bahwa faktor-faktor produksi (benih, pupuk kandang, pupuk N, pupuk P, pupuk K, pestisida cair,

98 pestisida padat dan tenaga kerja) dapat menjelaskan sebesar 73,9 persen terhadap hasil produksi tomat, dan sisanya sebesar 26,1 persen dijelaskan oleh faktor-faktor produksi lain yang tidak di masukan ke dalam model (komponen error). Berdasarkan kondisi di lapangan, menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari petani tomat non kelompok tani berbeda dengan petani anggota kelompok tani. Beberapa petani non kelompok tani dalam memberikan jawaban tidak spesifik dan tidak langsung pada pokok permasalahannya, sehingga diduga data yang diperoleh kurang baik jika dibandingkan dengan data yang diperoleh dari petani anggota kelompok tani. Walaupun hasil pendugaan fungsi produksi pada petani non kelompok tani cukup akurat, namun tidak lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pendugaan fungsi produksi pada petani anggota kelompok tani. Nilai koefisien korelasi (R-sq adj) menunjukkan akan adanya perubahan apabila terdapat penambahan faktor produksi yang dimasukan ke dalam model. Penambahan faktor produksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada nilai R-sq nya dan nilai derajat bebasnya, dimana nilai R-sq akan semakin besar. Untuk melihat nilai koefisien determinasi (R-sq) dan uji signifikansi terhadap masingmasing variabel pada petani tomat non kelompok tani, dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani non Kelompok Tani Variabel Petani Kelompok Tani Koefisien Regresi t-hitung p-value Benih (X 1 ) 0,7897** 1,84 0,049 Pupuk Kandang (X 2 ) 0,4409** 2,13 0,042 Pupuk N (X 3 ) 0,1416 0,72 0,501 Pupuk P (X 4 ) -0,1538-0,36 0,725 Pupuk K (X 5 ) -0,7650*** -3,65 0,004 Pestisida Cair (X 6 ) -0,4238** -2,24 0,032 Pestisida Padat (X 7 ) 0,1583 0,70 0,499 Tenaga Kerja (X 8 ) 1,2555** 2,03 0,047 R 2 73,9 R 2 adj 54,8 t-tabel 1 % t-tabel 5 % 1,796 t-tabel 10 % 1,363 Keterangan : * nyata pada selang kepercayaan 10 % ** nyata pada selang kepercayaan 5 % *** nyata pada selang kepercayaan 1 %

99 Berdasarkan data pada Tabel 23, dapat dilihat nilai koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi, nilai t-hitung dan nilai p-valuenya. Pada tabel terlihat bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tomat berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 99 persen berarti bahwa faktor produksi tersebut sangat berpengaruh atau responsif terhadap produksi tomat, atau faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi tomat sebesar 99 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa, faktor produksi yang digunakan berpengaruh atau responsif terhadap produksi tomat sebesar 95 persen. Faktorfaktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi tomat adalah pupuk K. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi tomat adalah benih, pupuk kandang, pestisida cair dan tenaga kerja. Sedangkan faktorfaktor produksi yang tidak berpengaruh nyata atau tidak mempengaruhi terhadap produksi tomat adalah pupuk N, pupuk P dan pestisida padat. Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10, dilihat dari hasil output Minitab pada petani tomat non kelompok tani tidak terdapat masalah multikolinieritas, karena tidak ada nilai VIF nya yang lebih dari 10. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas, dilakukan dengan pendekatan grafik, dimana grafik pencar untuk petani tomat anggota kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa gambar diagram pencar dari petani non kelompok tani tidak membentuk pola atau acak, sehingga tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Fungsi produksi usahatani tomat petani non kelompok tani adalah : Ln Y = Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X8 Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masingmasing variabel independen (faktor produksi) terhadap variabel dependen (hasil produksi), adalah sebagai berikut:

100 Benih (X 1 ) Nilai koefisien regresi benih pada petani tomat non kelompok tani adalah 0,789, dimana nilai ini nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa faktor produksi benih ini mempengaruhi produksi tomat, dengan tingkat keakuratan sebesar 95 persen. Nilai positif dari koefisien berarti bahwa apabila penggunaan benih ditambahkan sebesar satu persen, maka produksi tomat akan meningkat sebesar 0,789 persen cateris paribus. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa pada umumnya semua petani tomat baik petani kelompok tani maupun non kelompok tani menggunakan benih yang bersertifikat, dengan varietas yang digunakan adalah benih tomat hibrida varietas warani. Benih ini dipilih oleh petani tomat non kelompok tani karena benih ini sangat cocok untuk di tanam di dataran tinggi. Selain itu tomat yang dihasilkan pun disukai oleh pasar. Benih ini berpengaruh nyata diduga karena benih yang digunakan akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan, apabila benih yang digunakan berkualitas baik maka hasil produksinya pun baik, namun apabila benih yang digunakan kualitasnya kurang baik maka hasil produksinya pun kurang maksimal. Disamping kelebihannya benih hibrida yang digunakan juga memiliki kelemahan, kelemahannya adalah benih ini hanya dapat digunakan satu kali tanam, setelah panen selesai maka tanaman akan mati dan petani harus membeli benih baru apabila ingin menanam tomat lagi. Pupuk Kandang (X 2 ) Nilai koefisien regresi dari pupuk kandang pada petani tomat non kelompok tani adalah 0,441 dan nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa apabila penggunaan pupuk kandang ditambah sebesar satu persen, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 0,441 persen cateris paribus. Berdasarkan kondisi dilapangan, pupuk kandang memang sangat dibutuhkan dalam menambah unsur hara dalam tanah, di duga produktivitas tanah pada saat ini sudah berkurang, karena penggunaan lahan secara terus-menerus serta kurang diperhatikannya pola tanam oleh petani non kelompok tani. Pada umumnya petani non kelompok tani menanam komoditas yang sedang laku di

101 pasaran, sehingga sistem pola tanam kurang diperhatikan oleh para petani tomat non kelompok tani, selain itu kurangnya pelatihan ataupun penyuluhan tentang pola tanam yang didapatkan oleh petani non kelompok tani menyebabkan beberapa petani kurang memahami tentang pentingnya pola tanam. Pupuk N (X 3 ) Pupuk N adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen, dimana pupuk yang mengandung unsur N adalah pupuk Urea dan ZA. Nilai koefisien regresi pupuk N pada petani non kelompok tani adalah 0,142, pupuk N tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat, dimana artian tidak nyata ini adalah walaupun pupuk N ditambahakan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya maka tidak akan berpengaruh terhadap produksi tomat. Berdasarkan kondisi lapangan, petani non kelompok tani ada yang menggunakan pupuk Urea tau ZA saja sebagai sumber pupuk nitrogen, namun ada juga beberapa petani yang menggunakan kedua pupuk tersebut secara bersamaan. Nilai koefisien regresi yang positif ini diduga karena adanya beberapa petani yang menggunakan satu jenis pupuk, baik pupuk Urea atau pupuk ZA saja, sehingga apabila di rata-ratakan jumlah penggunaan dari pupuk N ini masih dapat ditingkatkan untuk meningkatkan produksi tomat. Karena unsur N memiliki pengaruh dalam membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Pupuk P (X 4 ) Pupuk yang dikategorikan sebagai pupuk P adalah pupuk TSP, karena pupuk TSP merupakan sumber unsur phosphor. Nilai koefisien regresi pupuk P pada petani non kelompok tani adalah -0,154, pupuk P tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat, yang mana penggunaan pupuk P tidak akan mempengaruhi produksi tomat walaupun penggunaan dari pupuk P telah ditambahakan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya. Berdasarkan kondisi di lapangan, bahwa penggunaan pupuk TSP jumlah penggunaannya sama dengan pupuk lainnya seperti pupuk Urea, KCl dan ZA sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuknya masih kurang, karena pupuk ini dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi pada awal penanaman.

102 Pupuk K (X 5 ) Pupuk K adalah pupuk KCl, karena pupuk KCl adalah sumber unsur kalium. Nilai koefisien regresi pupuk K adalah -0,765, yang mana berdasarkan pada uji statistiknya koefisien regresi dari pupuk K adalah nyata pada selang kepercayaan 99 persen. Koefisien regresi pupuk K yang bernilai negatif, mangandung arti bahwa apabila penggunaan dari pupuk K ditambahkan lagi sebesar satu persen maka produksi tomat akan menurun hingga 0,765 persen cateris paribus. Berdasarkan kondisi di lapangan sumber unsur kalium dapat diperoleh dari berbagai jenis pupuk, diantaranya adalah pupuk kandang dan pupuk daun (pupuk cair). Kalium berfungsi untuk meningkatkan kualitas buah, oleh karena itu petani menggunakan pupuk KCl selain pada saat tanam, juga diberikan beberapa minggu setelah tanam yang mendekati masa produktif tanaman. Faktor ini diduga yang menyebabkan nilai koefisien regresi yang negatif, karena petani menggunakan pupuk KCl dengan kadar yang tinggi pada saat tanaman tomat mulai produktif, sehingga apabila penggunaannya di tambahkan lagi, akan menyebabkan penurunan produksi. Pestisida Cair (X 6 ) Nilai koefisien regresi dari pestisida cair adalah -0,424, pestisida cair ini bernilai negatif artinya bahwa apabila penggunaan pestisida cair ini ditambahkan sebesar satu persen maka akan mengurangi produksi sebesar 0,424 persen cateris paribus. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pestisida ini sangat penting dalam kegiatan budidaya tanaman tomat. Penyemprotan pestisida dilakukan dengan selang waktu dua hingga tiga hari sekali karena hama dan penyakit cepat menyebar sehingga apabila penanganannya lambat akan menyebabkan tanaman tomat mati. Dilihat dari intensitas penggunaan pestisida cair, dirasakan penggunaan pestisida cair ini sudah berlebihan, karena para petani non kelompok tani dalam penggunaan pestisidanya tidak mengaikuti dosis aturan pakai yang telah ditetapkan. Salah satu contohnya adalah dalam aturan pakainya bahwa pestisida harus di gunakan dalam selang waktu satu minggu sekali, namun para petani menggunakan pestisida dengan selang waktu penggunaan tiga sampai empat hari sekali, maka dirasakan petani tomat non kelompok tani telah menggunakan pestisida secara berlebihan. Kelebihan penggunaan pestisida cair ini

103 yang menyebabkan penurunan produksi tomat apabila penggunaannya ditambahkan lagi. Pestisida Padat (X 7 ) Nilai koefisien regresi dari pestisida padat adalah 0,158, dan nilai ini tidak berpengaruh nyata atau tidak mempengaruhi produksi tomat. Nilai koefisien regresi ini tidak berpengaruh nyata, berarti bahwa walaupun penggunaan pestisida padat ditambahkan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jumlah produksi tomat. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa petani tomat non kelompok tani lebih banyak menggunakan pestisida cair dibandingkan dengan pestisida padat, karena pestisida lebih banyak yang berbentuk cair dibandingkan dengan berbentuk padat. Tenaga Kerja (X 8 ) Tenaga kerja memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk kandang adalah 1,256, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan tenaga kerja, maka produksi tomat akan bertambah sebesar 1,256 persen cateris paribus. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tenaga kerja ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman tomat. Tenaga kerja yang diperlukan dalam budidaya tanaman tomat sangatlah banyak, penggunaan tenaga kerja yang paling banyak diperlukan adalah pada saat pemeliharaan tanaman tomat, mulai dari pemotongan tunas, penalian batang tanaman pada turus, penyemprotan pestisida dan pemanenan. Oleh karena itu tenaga kerja ini sangat berpengaruh terhadap produksi tomat Analisis Model Fungsi Produksi dan Elastisitas Produksi pada Petani Tomat Kelompok Tani dan Non Kelompok Tani Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masingmasing variabel independen (faktor produksi) terhadap variabel dependen (hasil produksi) pada petani tomat kelompok tani dan non kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 24.

104 Tabel 24. Uji Signifikansi Koefisien Faktor Produksi Usahatani Tomat Apel pada Petani Anggota Kelompok Tani dan Petani non Kelompok Tani Petani Kelompok Tani Petani non Kelompok Tani Variabel Koefisien Koefisien t-hitung p-value Regresi Regresi t-hitung p-value Benih (X 1 ) 0,3310** 2,04 0,046 0,7897** 1,84 0,049 Pupuk 1,0311*** 4,45 0,001 0,4409** 2,13 0,042 Kandang (X 2 ) Pupuk N (X 3 ) 0,1406 0,86 0,409 0,1416 0,72 0,501 Pupuk P (X 4 ) 0,3453** 2,31 0,041-0,1538-0,36 0,725 Pupuk K (X 5 ) -0,7028*** -2,89 0,015-0,7650*** -3,65 0,004 Pestisida Cair -0,3334** -2,09 0,044-0,4238** -2,24 0,032 (X 6 ) Pestisida Padat -0,0362-0,11 0,914 0,1583 0,70 0,499 (X 7 ) Tenaga Kerja 0,5183*** 2,91 0,014 1,2555** 2,03 0,047 (X 8 ) R 2 81,5 73,9 R 2 adj 68,1 54,8 t-tabel 1 % t-tabel 5 % 1,796 1,796 t-tabel 10 % 1,363 1,363 Keterangan : : * nyata pada selang kepercayaan 10 % ** nyata pada selang kepercayaan 5 % *** nyata pada selang kepercayaan 1 % Berdasarkan data pada Tabel 24 dapat dilihat nilai koefisien regresi masing-masing faktor, nilai t-hitung dan nilai p-valuenya. Pada tabel terlihat bahwa pada petani tomat anggota kelompok tani variabel-variabel yang nyata terhadap produksi tomat pada selang kepercayaan 95 persen adalah benih, pupuk P dan pestisida cair, dan variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi tomat pada selang kepercayaan 99 persen adalah pupuk kandang, pupuk K dan tenaga kerja, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat adalah pupuk N dan pestisida padat. Pada petani tomat non kelompok tani variabel-variabel yang berpengaruh nyata nyata terhadap produksi tomat adalah benih, pupuk kandang, pestisida cair dan tenaga kerja, dan variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi tomat pada selang kepercayaan 99 persen adalah pupuk K, sedangkan pupuk N, pupuk P dan pestisida padat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat. Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen, mengandung arti bahwa

105 variabel tersebut lebih renponsif terhadap produksi tomat jika dibandingkan dengan variebel yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Benih (X 1 ) Faktor produksi benih berpengaruh nyata terhadap produksi tomat yang dihasilkan baik pada petani anggota kelompok tani dan non anggota kelompok tani dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel, serta nilai p-value yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai alfa lima persen. Nilai koefisien benih pada petani anggota kelompok tani adalah sebesar 0,331 sehingga apabila penggunaan benih ditingkatkan sebesar satu persen, maka jumlah produksi tomat akan meningkat sebesar 0,331 persen dengan asumsi faktor lain tetap (cateris paribus). Sedangkan nilai koefisien benih untuk petani non kelompok tani adalah sebesar 0,789 sehingga jumlah produksi tomat akan meningkat sebesar 0,789 persen jika penggunaan benih di tingkatkan sebesar satu persen cateris paribus. Kondisi ini dapat disebabkan karena para petani di Desa Lebak Muncang pada umumnya menggunakan benih yang hibrida dengan varietas Warrani, dimana benih ini merupakan benih yang cocok untuk daerah dataran tinggi, selain itu mempunyai keunggulan diantaranya adalah tingkat produktivitas yang tinggi, tahan terhadap penyakit layu, serta daunnya tidak terlalu rindang. Pupuk Kadang (X 2 ) Pupuk kandang memiliki nilai koefisien yang positif dan nyata terhadap produksi tomat. Nilai t-hitung untuk petani kelompok tani dan non kelompok tani berturut-turut adalah 4,45 dan 2,13 lebih besar dari t-tabel yaitu 1,796. Nilai koefisien regresi pada petani tomat anggota kelompok tani yaitu sebesar 1,031 dimana setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen akan menambah produksi tomat sebesar 1,031 cateris paribus. Begitu pula untuk petani tomat non kelompok tani nilai koefisien pupuk kandang bernilai positif yaitu 0,441 setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen akan menambah produksi tomat sebesar 0,441 cateris paribus. Hal ini dapat disebabkan karana tanah di daerah penelitian dirasakan sudah berkurang produkstivitasnya, karena tidak ada bera dalam penggunaannya dan tanah digunakan secara terus-menerus. Selain itu untuk menjaga unsur hara dalam tanah, sebaiknya harus ada rotasi dalam komoditas yang ditanam, tetapi pada

106 kenyataannya para petani kurang memperhatikan hal tersebut, maka pupuk kandang sangat dibutuhkan. Pupuk kandang sendiri berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara dalam tanah, sehingga pupuk kandang ini cukup berpengaruh positif terhadap produksi tomat. Pupuk N (X 3 ) Pupuk urea dan ZA merupakan sumber unsur nitrogen, sehingga yang termasuk dalam pupuk N adalah pupuk urea dan ZA, dimana pupuk nitrogen ini berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Nilai koefisien pupuk N pada petani kelompok tani adalah 0,141 sedangkan nilai koefisien pupuk N pada non kelompok tani adalah 0,142. Nilai koefisien pupuk N pada petani anggota kelompok tani dan non kelompok tani adalah positif namun dilihat dari nilai t-hitung yang lebih kecil dari t-tabel, sehingga variabel pupuk N tidak berpengaruh nyata pada terhadap produksi tomat. Karena secara statistik variabel pupuk N tidak nyata, maka adanya penambahan ataupun pengurangan pupuk N tidak akan berpengaruh terhadap produksi tomat itu sendiri. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa para petani responden baik petani anggota kelompok tani maupun non kelompok tani tidak menggunakan pupuk N sesuai dengan dosis. Para petani responden menganggap bahwa walaupun penggunaan pupuk tidak sesuai dosis, tetapi pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk yang sesuai dengan dosis, yang juga disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh para petani. Dosis yang dianjurkan adalah untuk penggunaan pupuk tunggal sebanyak 500 kilogram per hektar, tetapi penggunaan rata-rata dari pupuk tunggal sumber nitrogen baik pupuk urea maupun ZA pada petani kelompok tani dan non kelompok tani pemakaiannya kurang dari 500 kilogram per hektar. Pupuk P (X 4 ) Pupuk yang dikategorikan sebagai pupuk P adalah pupuk TSP, karena pupuk TSP merupakan sumber unsur phosphor berfungsi untuk merangsang pembentukan bunga, buah dan biji. Apabila kekurangan phosphor maka akan menyebabkan pertumbuhan akar dan pertumbuhan generatif tanaman terganggu. Berdasarkan uji statistiknya pupuk P berpengaruh nyata terhadap produksi tomat katena nilai t-hitung yang lebih besar dibandingkan dengan t-tabel. Nilai koefisien

107 pupuk P pada petani kelompok tani adalah 0,345, yang berarti bahwa setiap penamabahan pupuk P sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah produksi tomat sebesar 0,345 persen (cateris paribus). Penggunaan pupuk TSP masih dapat ditambah dalam penggunaannya. Sedangkan pada petani non kelompok tani pupuk P tidak berpengaruhnyata terhadap produksi tomat. Nilai koefisien pupuk P adalah 0,154, karena uji statitiknya tidak nyata maka setiap penambahan ataupun pengurangan pupuk P tidak berpengaruh terhadap produksi tomat. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk TSP pada saat awal penanaman dirasakan masih kurang, karena terdapat beberapa petani responden yang menggunakan pupuk TSP dengan jumlah yang sama dengan pupuk ZA dan KCl, dimana seharusnya penggunaan pupuk ini tidak sama kuantitasnya, karena kandungan unsur phosphor dibutuhkan cukup tinggi terutama pada awal masa tanam. Pupuk K (X 5 ) Pupuk K adalah pupuk KCl, karena pupuk KCl adalah sumber unsur kalium. Nilai koefisien pupuk K pada petani kelompok tani dan non kelompok tani bernilai negatif dan uji statistiknya menunjukkan bahwa pupuk K berpengaruh nyata terhadap produksi tomat, dimana nilai t-hitungnya lebih besar dari t-tabel. Nilai koefisien regresi pupuk K pada petani kelompok tani adalah - 0,703, dimana setiap penambahan penggunaan pupuk K sebesar satu persen maka akan menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 0,703 persen cateris paribus. Nilai koefisien regresi pupuk K pada petani non kelompok tani adalah -0,765 dimana setiap penambahan penggunaan pupuk K sebesar satu persen maka akan menyebabkan berkurangnya produksi sebesar 0,765 persen cateris paribus. Sumber unsur kalium, selain didapatkan dari pupuk KCl juga didapatkan dari pupuk kandang dan pupuk daun. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa para responden petani tomat sudah menggunakan pupuk kandang dan pupuk daun (pupuk cair), sehingga pupuk KCl seharusnya kuantitasnya tidak terlalu banyak, namun para petani berpendapat bahwa pupuk KCl baik untuk pertumbuhan buah sehingga pupuk KCl yang digunakan dirasakan berlebih. Rekomendasi penggunaan pupuk KCl per hektar nya adalah 220 kilogram, tetapi para petani

108 tomat di lapangan penggunaan rata-rata pupuk KCl per hektarnya adalah melebihi dari dosis tersebut. Sehingga hal ini yang diduga menjadi penyebab pupuk KCl berpengaruh negatif terhadap produksi tomat. Pestisida Cair (X 6 ) Faktor produksi pestisida cair berpengaruh negatif pada produksi tomat baik untuk petani anggota kelompok tani maupun petani non kelompok tani. Berdasarkan nilai uji statistiknya pestisida cair berpengaruh secara nyata terhadap produksi tomat, dengan nilai t-hitung yang lebih besar dari nilai t-tabelnya. Nilai koefisien pestisida cair pada petani kelompok tani adalah -0,333 sehingga apabila penggunaan pestisida cair ditingkatkan sebesar satu persen, maka jumlah produksi tomat akan menurun sebesar 0,333 persen cateris paribus. Sedangkan pada petani non kelompok tani pestisida cair nilai koefisien sebesar -0,424 sehingga jumlah produksi tomat akan menurun sebesar 0,424 persen jika penggunaan pestisida cair di tingkatkan sebesar satu persen cateris paribus. Dilihat dari nilai koefisiennya, pengurangan jumlah produksi tomat pada petani non kelompok tani lebih besar, jika dibandingkan dengan nilai yang terjadi apabila pestisida cair ditambahkan. Sehingga penggunaan pestisida cair sudah sangat berlebih pada petani non kelompk tani jika dibandingkan dengan petani kelompok tani. Nilai negatif dari koefisien pestisida cair ini dapat disebabkan karena penggunaan pestisida cair yang berlebih, sehingga penggunaannya lebih baik tidak ditambah lagi, selain berdampak pada penurunan produksi juga berdampak pada meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan. Walaupun petani anggota kelompok tani mendapatkan penyuluhan mengenai dosis penggunaan pestisida dari penyuluh dan dari perusahaan-perusahaan pestisida, bahkan para petani diberi petunjuk penggunaan pestisida yang tepat dari perusahaan pestisida, tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa petani yang tidak mematuhi dosis penggunaan pestisida tersebut. Sehingga walaupun penggunaan pestisida dari petani kelompok tani lebih kecil dibandingkan dengan non kelompok tani, namun tetap berpengaruh negatif terhadap produksi tomat. Pestisida Padat (X 7 ) Nilai koefisien pestisida padat pada petani kelompok tani bernilai negatif yaitu -0,036, sedangkan untuk petani non kelompok tani nilai koefisien pestisida

109 padatnya adalah positif yaitu 0,158. Namun berdasarkan uji statistiknya baik pada petani kelompok tani maupun non kelompok tani variabel pestisida padat tidak nyata terhadap produksi tomat. Karena uji statistiknya tidak nyata maka penambahan ataupun pengurangan penggunaan pestisida padat tidak akan mempengaruhi produksi tomat. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa baik petani anggota kelompok tani maupun non kelompok tani menggunakan pestisida padat dalam jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pestisida cair. Tenaga Kerja (X 8 ) Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi tomat, pada fungsi produksi petani tomat anggota kelompok tani tenaga kerja memiliki nilai koefisien sebesar 0,518, yang berarti setiap penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,518 persen cateris paribus. Sedangkan untuk petani non kelompok tani nilai koefisien tenaga kerja adalah 1,256, berarti setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen maka akan menyebabkan kenaikan peroduksi sebesar 1,256 persen. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, bahwa tenaga kerja memiliki peranan yang penting terkait dengan aktivitas pemeliharaan tanaman tomat yang memang membutuhkan perhatian khusus terutama pada saat pemotongan tunas, penalian batang tomat, pemberantasan hama serta panen, karena pada aktivitas tersebut penggunaan tenaga kerja cukup intensif. Pada model fungsi produksi Cobb Douglas, penjumlahan dari koefisien regresi merupakan nilai elastisitas produksi total yang dapat menunjukkan skala ekonomi usaha. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh nilai elastisitas produksi total petani tomat anggota kelompok tani adalah sebesar 1,294 hal ini menunjukkan bahwa tingkat skala usaha berada pada skala kenaikan hasil yang semakin meningkat (Increasing Return to Scale), artinya bahwa setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor produksi akan meningkatkan produksi tomat sebesar 1,294 persen. Sedangkan nilai elastisitas produksi total petani tomat non kelompok tani adalah sebesar 1,443 yang berarti bahwa tingkat skala usaha berada pada skala kenaikan hasil yang semakin meningkat (Increasing Return to Scale), sehingga setiap kenaikan satu persen dari masing-masing faktor produksi akan meningkatkan produksi tomat sebesar 1,443 persen.

110 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pendapatan atas biaya tunai dan biaya total pada petani tomat kelompok tani jumlahnya lebih besar jika dibandingkan dengan petani non kelompok tani. Nilai pendapatan atas biaya tunai pada petani kelompok tani adalah Rp dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp Pada petani tomat non kelompok tani pendapatan atas biaya tunai diperoleh sebesar Rp dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp Selain dilihat dari nilai nominalnya nilai R-C rasio dari kelompok tani juga lebih besar jika dibandingkan dengan non kelompok tani. Nilai R-C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total pada kelompok tani adalah 1,75 dan 1,44 Sedangkan nilai R-C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani non kelompok tani adalah 1,53 dan 1,30. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usahatani tomat menguntungkan baik untuk petani kelompok tani maupun non kelompok tani. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap usahatani tomat apel pada petani kelompok tani adalah variabel benih, pupuk kandang, pupuk P, pupuk K, pestisida cair dan tenaga kerja, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat apel adalah pupuk N dan pestisida padat. Pada petani non kelompok tani variabel yang berpengaruh nyata pada produksi tomat apel adalah benih, pupuk kandang, pupuk K, pestisida cair dan tenaga kerja, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tomat apel adalah pupuk N, pupuk P dan pestisida padat. 7.2 Saran Upaya untuk meningkatkan pendapatan usahatani tomat dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara memperhatikan pengunaan faktor produksi yang mempengaruhi produksi tomat. Dilihat dari nilai koefisien regresinya, variabel yang memiliki nilai koefisien negatif dan berpengaruh nyata seperti pupuk K dan pestisida cair hendaknya penggunaannya tidak ditambah lagi, karena variabel yang memiliki nilai koefisien yang negatif apabila dilakukan penambahan akan

111 dapat mengurangi jumlah produksi tomatnya. Adapun variabel yang memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata seperti benih, pupuk kandang, pupuk P dan tenaga kerja penggunaannya masih dapat ditambahkan, karena setiap penambahan dari benih, pupuk kandang, pupuk P dan tenaga kerja masih dapat meningkatkan jumlah produksi tomat. Selain itu, hendaknya para petani memperhatikan dosis penggunaan pestisida, agar penggunaan pestisida tidak berlebih karena penggunaan yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan jumlah produksi dan penurunan kualitas dari tomat. Selain saran teknis dari hasil penelitian, saran lain yang diberikan adalah sebaiknya para petani tomat apel di Desa Lebak Muncang ikut masuk ke dalam kelompok tani, karena banyak manfaat yang dapat diambil apabila bergabung dalam kelompok tani. Salah satu manfaat yang dapat diambil adalah dengan adanya pelatihan-pelatihan ataupun penyuluhan baik dari pemerintah ataupun swasta, petani dapat mengetahui bagaimana sistem pola tanam, bagaimana dosis penggunaan pestisida dan pupuk yang baik sehingga dapat meningkatkan produkstivitas tanaman tomat. Disamping itu apabila banyak petani yang tergabung dalam kelompok tani, maka para petani dapat membentuk suatu koperasi yang dapat menampung hasil panen tomat petani yang langsung dijual ke pasar, sehingga petani tidak menjual hasil panen tomatnya ke bendar. Hal tersebut dapat memperpendek rantai pasokan, sehingga harga jual yang diterima petani menjadi lebih tinggi dan dapat meningkatkan penerimaan petani tomat apel di Desa Lebak Muncang.

112 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat dalam Angka. Bandung: BPS Jawa Barat. Gujarati, D dan Sumarno Zain Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Iryanti R Analisis usahatani komoditas tomat organik dan anorganik [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kristina, I Analisis usahatani komoditas tomat organik dan anorganik (studi kasus: Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Erlangga. Nazir, M Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nur iman Analisis perbandingan efisiensi produksi dan pendapatan usahatani tomat antara petani gapoktan dan petani non gapoktan di Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pappas JL, Hirschey M Ekonomi Manajerial Edisi Enam. Jakarta: Binarupa Aksara Rachmina D, Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Rahim ABD, Hastuti DRD Ekonomika Pertanian Pengantar Teori dan Kasus. Jakarta: Penebar Swadaya. Ramadhani, ES Analisis pendapatan dan efisiensi faktor produksi pada usahatani tomat di Desa Alamendah, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ratnawati, AD Analisis pendapatan usahatani dan sistem pemasaran kentang di Desa Alamendah, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Redaksi Agromedia Panduan Lengkap Budidaya Tomat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

113 Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soekartawi Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soekartawi Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suratiyah K Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Trisnawati Y, Setiawan AI Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya. Walpole RE Pengantar Statistika Edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

114 LAMPIRAN

115 Lampiran 1. Produksi Tomat Nasional dalam Satuan ton Tahun Lokasi Nanggroe Aceh Darussalam 6, , , , , , , , , Sumatera Utara 125, , , , , , , , , Sumatera Barat 10, , , , , , , , , Riau Jambi 2, , , , , , , , , Sumatera 8, , , , , , , , , Selatan Bengkulu 19, , , , , , , , , Lampung 6, , , , , , , , , Bangka Belitung Kepulauan Riau Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Barat 291, , , , , , , , , Jawa Tengah 22, , , , , , , , , Daerah Istimewa Yogyakarta , , , ,

116 Jawa Timur 30, , , , , , , , , Banten 0 4, , , , , , , , Bali 14, , , , , , , , , Nusa Tenggara 827 8, , , , , , , , Barat Nusa Tenggara Timur 1, , , , , , , , , Kalimantan 1, , , , , , , , , Barat Kalimantan 1, , , , , , , , , Tengah Kalimantan 1, , , , , , , Selatan Kalimantan 6, , , , , , , , , Timur Sulawesi Utara 6, , , , , , , , , Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara 5, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Gorontalo , , , , , , Sulawesi Barat , , , Maluku 15 1, , , , Papua , , , , , , , Maluku Utara , Papua Barat , , ,278.43

117 Lampiran 2. Produtivitas Tomat Nasional dalam Satuan Ku/Ha Tahun Lokasi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Daerah Khusus Ibukota Jakarta Jawa Barat JawaTengah Daerah Istimewa Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan

118 Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Papua Maluku Utara Papua Barat

119 Lampiran 3. Perkembangan Harga Tomat Apel di Kabupaten Bandung tahun Tahun Bulan Harga Produsen (Rp) Harga Grosir (Rp) Harga Eceran (Rp) I II III IV I II III IV I II III IV 2007 Agustus September Oktober November Januari Februari April Juli Agustus November Februari Mei Juni Juli Agustus Januari Maret Sumber : Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Deptan (2010)

120 Harga produsen (Rp) Harga grosir (Rp) Harga Eceran (Rp) 0 I II III IV I I IV II III IV I II III III II I III IV II III IV IV IV IV IV IV IV Ag S O N J F Ap Jl Ag N F M Jn Jl Ag J Mr Keterangan I: minggu pertama Ag : Agustus J : Januari M : Mei II : minggu kedua S : September F : Februari Jn : Juni III : minggu ketiga O : Oktober Ap : April Mr : Maret IV : minggu keempat N : November Jl : Juli

121 Lampiran 4. Data Karakteristik Petani Tomat pada Kelompok Tani Mekar Saluyu No. Nama Jenis Status Usia Pendidikan Lama Bertani Luas lahan Status Kepemilikan Kelamin Usaha (tahun) Terakhir (tahun) (Ha) Lahan 1 entom laki-laki utama 54 SD milik sendiri dan sewa 2 sodikin laki-laki utama 26 SMP milik sendiri 3 yayat laki-laki utama 52 SD milik sendiri 4 undang laki-laki utama 40 SMP milik sendiri 5 mamat laki-laki utama 42 SD milik sendiri 6 encar laki-laki utama 31 SD milik sendiri 7 lala laki-laki utama 58 tidak tamat milik sendiri 8 iyong laki-laki utama 38 SD milik sendiri dan sewa 9 bebet laki-laki utama 64 tidak tamat milik sendiri 10 andun laki-laki utama 35 SD milik sendiri 11 sugiri laki-laki utama 43 SD milik sendiri 12 kiki laki-laki utama 31 SMP milik sendiri 13 elang laki-laki utama 37 SD milik sendiri 14 lili laki-laki utama 60 SD milik sendiri 15 encum laki-laki utama 27 SMP milik sendiri 16 ridwan laki-laki utama 29 SMP milik sendiri 17 rahmat laki-laki utama 41 SD milik sendiri 18 aep laki-laki utama 36 SMP milik sendiri 19 ikang laki-laki utama 57 SD milik sendiri dan sewa 20 agus laki-laki utama 63 SD milik sendiri

122 Lampiran 5. Data Karakteristik Petani Tomat non Anggota Kelompok Tani No. Nama Jenis Status Usia Lama Bertani Luas Lahan Status Kepemilikan Pendidikan Kelamin Usaha (tahun) (tahun) (Ha) Lahan 1 engkos laki-laki utama 43 SD milik sendiri 2 yana laki-laki utama 56 SD milik sendiri 3 ujum laki-laki utama 35 SMP milik sendiri dan sewa 4 aau laki-laki utama 41 SD milik sendiri 5 encu laki-laki utama 67 SD milik sendiri 6 nana laki-laki utama 52 SD milik sendiri dan sewa 7 ugan laki-laki utama 34 SMP milik sendiri 8 ajang laki-laki utama 54 SD milik sendiri 9 utep laki-laki utama 64 tidak tamat milik sendiri 10 ayo laki-laki utama 30 SMP milik sendiri 11 uu laki-laki utama 34 SMP milik sendiri 12 ayep laki-laki utama 48 SD milik sendiri 13 nu'man laki-laki utama 57 SD milik sendiri dan sewa 14 atab laki-laki utama 39 SMP milik sendiri 15 oko laki-laki utama 46 SD milik sendiri 16 jajang laki-laki utama 45 SMP milik sendiri 17 entis laki-laki utama 33 SMP milik sendiri dan sewa 18 eden laki-laki utama 62 SD milik sendiri 19 atip laki-laki utama 51 tidak tamat milik sendiri 20 ade laki-laki utama 39 SMP milik sendiri dan sewa

123 Lampiran 6. Penggunaan faktor-faktor Produksi Usahatani Tomat Petani Anggota Kelompok Tani per Hektar per Musim Tanam No Luas Lahan (Ha) Produksi (kg) Benih (gram) Pupuk Kandang (Kg) Urea (kg) TSP (kg) KCl (kg) ZA (kg) Calli cron (lt) Dur sban (lt) Pestisida Cair Fas tac (lt) Ali ka (lt) Amis tartop (lt) Re vus (lt) Pestisida Padat Cen tro (kg) Dit hane (kg) TKLK (HOK) TK TKDK (HOK)

124 Lampiran 7. Penggunaan faktor-faktor Produksi Usahatani Tomat Petani non Kelompok Tani per Hektar per Musim Tanam No Luas Lahan (Ha) Produksi (kg) Benih (gram) Pupuk kandang (kg) Urea (kg) TSP (kg) KCl (kg) ZA (kg) Calli cron (lt) Dur sban (lt) Pestisida cair Fas tac (lt) Ali ka (lt) Amis tartop (lt) Re vus (lt) Pestisida padat Cen tro (kg) Dit hane (kg) TK (HOK) TKLK TKDK

125 Lampiran 8. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Tomat per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani Mekar Saluyu No Uraian Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) % 1 Benih (gram) /10gr Pupuk P. Kandang (kg) /kg P. Urea (kg) /kg P. TSP (kg) /kg P. KCl (kg) /kg P. ZA (kg) /kg Total Biaya Pupuk a. Pestisida Cair Callicron (ltr) /0.5 lt Dursban (ltr) / lt Fastac (ltr) / lt Alika (ltr) /0.1 lt Amistartop (ltr) /0.1 lt Revus (ltr) /0.25lt b. Pestisida Padat Centro (kg) /0.5kg Dithane (kg) /kg Total Biaya Pestisida Tenaga Kerja a. TKLK (HOK) /HOK b. TKDK (HOK) /HOK Total Biaya TK Total Biaya

126 Lampiran 9. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Tomat per Hektar per Musim Tanam non Anggota Kelompok Tani No Uraian Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) % 1 Benih (gram) /10gr Pupuk P. Kandang (kg) /kg P. Urea (kg) /kg P. TSP (kg) /kg P. KCl (kg) /kg P. ZA (kg) /kg Total Biaya Pupuk a. Pestisida Cair Callicron (ltr) /0.5 lt Dursban (ltr) / lt Fastac (ltr) / lt Alika (ltr) /0.1 lt Amistartop (ltr) /0.1 lt Revus (ltr) /0.25lt b. Pestisida Padat Centro (kg) /0.5kg Dithane (kg) /kg Total Biaya Pestisida Tenaga Kerja a. TKLK (HOK) /HOK b. TKDK (HOK) /HOK Total Biaya TK Total Biaya

127 Lampiran 10. Analisis Pendapatan Usahatani Tomat Petani per Hektar per Musim Tanam Anggota Kelompok Tani Mekar Saluyu Komponen Jumlah Harga Nilai (Rp) (%) (Rp) A. Total Penerimaan B. Biaya tunai Benih (gram) P. Urea (kg) P. TSP (kg) P. KCl (kg) P. ZA (kg) P. Kandang (kg) Pestisida Cair Pestisida Padat Pupuk Cair (lt) Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) (HOK) Sewa Lahan Mulsa Plastik (rol) Turus (buah) Tali Rafia (bungkus) Peti pengepakan (buah) Karung (buah) Pajak lahan Lain-lain Jumlah Total Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Sewa Lahan Diperhitungkan Penyusutan Peralatan Jumlah Total Biaya Diperhitungkan D. Jumlah Total Biaya E. Pendapatan Atas Biaya Tunai F. Pendapatan Atas Biaya Total G. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1.75 H. R/C Rasio Atas Biaya Total 1.44

128 Lampiran 11. Analisis Pendapatan Usahatani Tomat Petani per Hektar per Musim Tanam non Anggota Kelompok Tani Komponen Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) (%) A. Total Penerimaan B. Biaya tunai Benih (gram) P. Urea (kg) P. TSP (kg) P. KCl (kg) P. ZA (kg) P. Kandang (kg) Pestisida Cair Pestisida Padat Pupuk Cair (lt) Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) (HOK) Sewa Lahan Mulsa Plastik (Rol) Turus (buah) Tali Rafia (bungkus) Peti pengepakan (buah) Karung (buah) Pajak lahan Lain-lain Jumlah Total Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) (HOK) Sewa Lahan Diperhitungkan Penyusutan Peralatan Jumlah Total Biaya Diperhitungkan D. Jumlah Total Biaya E. Pendapatan Atas Biaya Tunai F. Pendapatan Atas Biaya Total G. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1.53 H. R/C Rasio Atas Biaya Total 1.30

129 Lampiran 12. Hasil Pendugaan Data dengan Menggunakan Minitab Untuk Petani Tomat Anggota Kelompok Tani Regression Analysis The regression equation is Ln Y = Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X8 Predictor Coef StDev T P VIF Constant Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X S = R-Sq = 81.5% R-Sq(adj) = 68.1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Error Total Durbin-Watson statistic = 1.82

130 Residual Percent Lampiran 13. Uji Heteroskedastisitas Model Penduga pada Petani Tomat Anggota Kelompok Tani 99 Normal Probability Plot of the Residuals (response is C1) Residual Residuals Versus the Fitted Values (response is C1) Fitted Value

131 Lampiran 14. Hasil Pendugaan Data dengan Menggunakan Minitab untuk Petani Tomat non Kelompok Tani Regression Analysis The regression equation is Ln Y = Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X8 Predictor Coef StDev T P VIF Constant Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X Ln X S = R-Sq = 73.9% R-Sq(adj) = 54.8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Error Total Durbin-Watson statistic = 2.02

132 Residual Percent Lampiran 15. Uji Heteroskedastisitas Model Penduga pada Petani Tomat non Kelompok Tani 99 Normal Probability Plot of the Residuals (response is C1) Residual Residuals Versus the Fitted Values (response is C1) Fitted Value

133 Lampiran 16. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511 LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 511/Kpts/PD.310/9/2006 TANGGAL : 12 September 2006 No. DAFTAR KOMODITI TANAMAN BINAAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA Nama Indonesia 1 Andewi 2 Asparagus 3 Blingo 4 Bawang bakung 5 Bawang bombai 6 Bawang daun 7 Bawang kucai 8 Bawang merah 9 Bawang prei 10 Bawang putih 11 Bayam 12 Bit 13 Blimbing waluh 14 Brokoli 15 Brustu 16 Cabai merah 17 Cabai rawit 18 Gandaria 19 Genjer 20 Bobo 21 Jagung baby 22 Jagung manis 23 Jamur 24 Jamur kancing 25 Jamur kuping 26 Jamur merang 27 Jamur shintake 28 Jamur tiram 29 Jengkol 30 Kacang api 31 Kacang babi 32 Kacang bogor 33 Kang buncis 34 Kacang kapri 35 Kacang panjang 36 Kalian 37 Kanggung

134 38 Katuk 39 Kecipir 40 Kenikir 41 Kentang 42 kluwih 43 Koro benguk 44 Koro karatok 45 Koro pedang 46 Kubis 47 Kubis bunga 48 Kubis tunas 49 Labu putih 50 Labu air 51 Labu siem 52 Lobak 53 Melinjo 54 Mentimun 55 Okra 56 Oyong 57 Pak choi 58 Paprika 59 Pare belut 60 Paria 61 Parsley 62 Petai 63 Petsai 64 Poh-pohan 65 Ranti 66 Rebung 67 Sawi 68 Seledri 69 Semanggi 70 Sintrong 71 Selada 72 Selada air 73 Spinach 74 Takokak 75 Terong 76 Tespong 77 Tomat 78 Waluh 79 Wortel 80 Zueehini Blossom

135 Lampiran 17. Proses Budidaya Tomat di Desa Lebak Muncang Pengolahan Lahan Pembumbunan Pemasangan Mulsa Plastik Pemasangan Turus Penalian dan Pemotongan Tunas Pemberantasan Hama

136 Penyiangan Benih Tomat Pestisida Cair Pestisida Padat Pupuk Panen Tomat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk di kembangkan. Tomat merupakan tanaman yang bisa dijumpai diseluruh dunia. Daerah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM PENGARUH KOMPOSISI MEDIA LIMBAH PLTU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI 10712027 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sektor pertanian di Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang melimpah.dalam pandangan orang awam, dengan potensi yang demikian tentu memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah ROZFAULINA. ' Analisis Pendapatan dan Produksi Usahatani Cabai Merah Keriting, kasus Tiga Desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI). Salah satu tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki iklim tropis yang banyak memberikan keuntungan, terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama hortikultura seperti buah-buahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari family terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp, merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut Endjang Sujitno 1), Taemi Fahmi 1), dan I Djatnika 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jln. Kayuambon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK Ida Bagus Aribawa dan I Ketut Kariada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan. 1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara agaris yang memiliki iklim tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jambu biji disebut juga Jambu Klutuk (Bahasa Jawa), Jambu Siki, atau Jambu Batu yang dalam bahasa Latin disebut Psidium Guajava. Tanaman jambu biji merupakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor yang berperan penting dalam menunjang perekonomian nasional dan meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Cabai (Capsicum annuum L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang penting di konsumsi setiap hari sebagai bumbu penyedap masakan dan bernilai ekonomi

Lebih terperinci