JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan"

Transkripsi

1 Vol. 01, No. 02, Nov 2017 e-issn: JURNAL STIKNA Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan Situs Jurnal: www. jurnal.stikna.ac.id PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI AMONIUM LAURIL SULFAT Ratih Paramitha, Basuki Wirjosnentono, Yugia Muis mitha25.paramitha@gmail.com ABSTRAK Pembuatan lateks polistirena menggunakan pengemulsi amonium lauril sulfat (ALS) telah dilakukan dengan cara melarutkan styrofoam (polistirena foam) dalam toluena (30/70). Selanjutnya larutan polistirena dicampur dengan aquades, dengan variasi perbandingan larutan polistirena dan aquades (v/v) adalah 90:10, 70:30, 50:50, 70:30, dan 10:90 kemudian ditambahkan 10 ml larutan amonium lauril sulfat (ALS) dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%. Karakterisasi lateks polistirena meliputi pengujian kestabilan selama masa penyimpanan dengan cara mengukur densitasnya dan penentuan ukuran dan bentuk partikel dengan pengamatan mikroskop optik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lateks polistirena dengan perbandingan 90:10 merupakan lateks yang paling stabil dengan nilai densitas konstan selama masa penyimpanan yaitu 0,960 g/ml untuk ALS 10%, 0,962 g/ml untuk ALS 20%, dan 0,964 ALS 30%. Ukuran partikel rata-rata 1,8 1,6 m dengan distribusi ukuran partikel yang semakin sempit sebanding dengan kenaikan konsentrasi ALS. Hasil fotografi mikroskop optik menunjukkan bahwa lateks polirtirena ALS 30% memiliki bentuk dan ukuran partikel yang lebih seragam. Kata kunci: lateks polistirena, amonium lauril sulfat, styrofoam. 1. Pendahuluan Suatu emulsi mengandung dua atau lebih larutan yang bercampur secara sempurna, dimana satu larutan (fase terdispersi) berada dalam bentuk partikel yang terdispersi ke dalam larutan lain (fase pendispersi) (Weiss, 2002). Lateks dikenal juga sebagai polimer emulsi, dispersi polimer atau polimer koloid. Lateks merupakan suatu larutan dimana suatu partikel polimer mikroskopis terdispersi kedalam larutan pendispersinya (Christopher, 2003). Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil secara termodinamik karena adanya interaksi tidak menguntungkan antara fase polar dengan fase non-polar (Weiss, 2002). Sehingga surfaktan atau bahan pengemulsi selalu dibutuhkan untuk mencapai suatu emulsi yang stabil (Adamson, 1990). Bahan pengemulsi yang biasanya digunakan pada pabrik lateks pekat selama ini yaitu amonium lauril sulfat yang diimpor dari mancanegara. Amonium lauril sulfat ini dapat meningkatkan waktu kemantapan mekanik (WKM) lateks pekat sesuai dengan standar ASTM dan ISO (Muis, 2010). Polistirena (PS) merupakan polimer termoplastik dengan harga murah dan memiliki banyak sifat-sifat yang menguntungkan. Polistirena memiliki sifat-sifat mekanik dan sifat-sifat termal yang baik, tetapi sedikit rapuh dan melunak di bawah suhu 100 o C. Polistirena terurai pada kenaikan suhu menjadi suatu campuran senyawa dengan bobot molekul rendah yang mana hampir setengahnya 175

2 176 adalah stirena. Bau karekteristik dari monomer merupakan identifikasi dari polimer tersebut (Billmayer, 1971). Polistirena foam begitu banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, tetapi tidak dapat dengan mudah didaur ulang sehingga pengolahan limbahnya harus dilakukan secara benar agar tidak merusak lingkungan (Badan POM, 2008). Penelitian tentang pembuatan lateks polistirena telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Xinbo Wang dan Zhicheng Zhang (2006) telah meneliti pembuatan partikel lateks polistirena dengan polimerisasi emulsi bebas emulsifier induksi sinar-γ. Monomer surfaktan asam 10(9)-hidroksil-9(10)-alil eter oktadekanoik (HAEOA) tidak hanya berperan sebagai monomer pembantu tetapi juga sebagai stabilizer kopolimerisasi dengan stirena dan menstabilkan partikel lateks polistirena. Dari hasil analisa kinetik penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada keadaan rata-rata konstan yang dapat mengindikasikan adanya mekanisme nukleasi tetesan. Xuefeng Hu dkk., (2009) telah meneliti pembuatan nano lateks polistirena dengan polimerisasi emulsi induksi UV rutin. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya rantai polimer hidroksil yang difungsional dapat membantu stabilitas koloid lateks partikel kecil dan dapat mencegah penggumpalan bahkan pada konsentrasi surfaktan yang sedikit. Soo Keat Ooi dan Simon Biggs (2000) juga telah melakukan penelitian tentang sampel lateks polistirena yang disintesis dari emulsi minyak dalam air (o/w) suatu monomer menggunakan iradiasi ultrasonik sebagai sumber inisiasinya. Menunjukkan bahwa ukuran partikel yang kecil dan konversi rata-rata yang tinggi dapat mempengaruhi proses nukleasi berkelanjutan yang disebabkan karena pengumpulan radikal bebas selama polimerisasi dengan pembentukan tetesantetesan kecil minyak yang baru. Dikarenakan oleh beberapa penelitian diataslah penulis terdorong untuk melakukan studi tentang pembuatan lateks polistirena menggunakan emulsifier amonium lauril sulfat. 2. Metode Penelitian 2.1. Alat Neraca analitis (Mettlee Toledo), Mixer (Fisher Scientifik), peralatan gelas (Pyrex), Seprangkat alat Viskosimeter Ostwald (Sibata), Piknometer (Pyrex), Mikroskop optic perbesaran 400x (Olympus) Bahan Amonium lauril sulfat (ALS) (teknis (Bratachem)), Toluena (teknis (Bratachem)), Aquades Polistirena foam bekas Prosedur Kerja Pembuatan Larutan Polistirena Pekat Sebanyak 70 ml toluena dimasukkan ke dalam gelas beaker. Kemudian ditambahkan 30 g polistirena foam sedikit demi sedikit. Lalu diaduk hingga semua polistirena foam larut. Larutan yang terbentuk diukur viskositas dan densitasnya Pembuatan Larutan Amonium Lauril Sulfat 10, 20, dan 30% Diukur sebanyak 10 ml amonium lauril sulfat, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan aquades sampai garis tanda. Dilakukan perlakuan yang sama untuk amonuim lauril sulfat 20 ml dan 30 ml Pembuatan Lateks Polistirena Sebanyak 90 ml larutan polistirena dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan 10 ml aquades. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan amonium lauril sulfat 10 % setetes demi setetes secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga homogen. Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan amonium lauril sulfat 20% dan 30%. Perlakuan yang sama juga dilakukan untuk larutan polistirena dan

3 177 aquades dengan perbandingan 70:30, 50:50, 30:70 dan 10:90. Hasil yang diperoleh diuji kestabilannya dan diamati bentuk dan ukuran partikelnya Pengujian Kestabilan Lateks Polistirena Pengujian ini dilakukan pada semua lateks polistirena yang terbentuk selama masa penyimpanan 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari. Disiapkan piknometer 5 ml, ditimbang massa piknometer kosong. Dimasukkan lateks polistirena ke dalam piknometer. Kemudian ditimbang massanya dengan menggunakan neraca analitis, penimbangan dilakukan sebanyak tiga kali. Dihitng densitasnya Penentuan Ukuran dan Bentuk Partikel Lateks Polistirena Analisis ini dilakukan pada sampel lateks polistirena yang paling stabil. Satu tetes lateks polistirena diletakkan di atas kaca preparat. Dihidupkan mikroskop optik, diletakkan kaca preparat tersebut bawah lensa mikroskop. Diamati lateks polistirena di bawah mikroskop optik dengan perbesaran 400x. Dihitung distribusi ukuran partikelnya kemudian dihitung ukuran rata-rata partikelnya. 3. Hasil dan Pembahasan Lateks polistirena diperoleh dari campuran antara larutan polistirena dengan aquades, diikuti dengan penambahan bahan pengemulsi yaitu ALS. Pencampuran dilakukan pada berbagai variasi perbandingan larutan polistirena dan aquades yaitu 90:10; 70:30; 50:50; 30:70 dan 10:90. Masing-masing perbandingan ditambahkan bahan pengemulsi dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%. Dari hasil pencampuran tersebut diperoleh bahwa lateks polistirena terbentuk pada perbandingan 90:10; 70:30; 50:50 dan 30:70 pada semua konsentrasi larutan bahan pengemulsi Analisis Kestabilan Lateks Polistirena. Pengujian kestabilan ini berdasarkan hubungan antara densitas fase terdispersi, densitas fase pendispersi, densitas emulsi dan volume fraksi yang menentukan konsentrasi partikel minyak (Weiss, 2002). Pada gambar 1 terlihat bahwa nilai densitas lateks polistirena pada perbandingan 90 : 10 tidak mengalami perubahan selama masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa lateks polistirena dengan ALS 10% pada perbandingan 90 : 10 stabil selama masa penyimpanan dengan nilai densitas 0,960 g/ml. Densitas (g/ml) Waktu Penyimpanan (hari) 90 ml : 10 ml 70 ml : 30 ml 50 ml : 50 ml 30 ml : 70 ml Gambar 1. Grafik antara Densitas Versus Waktu Penyimpanan Lateks Polistirena dengan Bahan Pengemulsi ALS 10%.

4 178 Sedangkan untuk lateks polistirena dengan perbandingan 70 : 30 nilai densitasnya mengalami perubahan pada penyimpanan hari ketiga, dengan kenaikan nilai densitas yang sangat signifikan yaitu dari 0,955 g/ml menjadi 0,996 g/ml. Hal ini memperlihatkan bahwa lateks polistirena pada perbandingan 70 : 30 hanya mampu stabil selama dua hari, yang kemudian pada hari ketiganya telah mengalami proses pemisahan fase. Lain halnya dengan lateks polistirena perbandingan 50 : 50 dan 30 : 70. Lateks polistirena pada dua perbandingan ini telah mengalami pemisahan fase pada hari penyimpanan kedua. Seperti yang telihat pada Gambar 1, lateks polistirena dengan perbandingan 50 : 50 mengalami kenaikan nilai densitas dari 0,96 g/ml menjadi 0,986 g/ml. Dan untuk lateks polistirena perbandingan 30 : 70 mengalami kenaikan sekitar 0,038 g/ml pada penyimpanan hari kedua. Densitas (g/ml) Waktu Penyimpanan (hari) 90 ml : 10 ml 70 ml : 30 ml 50 ml : 50 ml 30 ml : 70 ml Gambar 2. Grafik antara Densitas Versus Waktu Penyimpanan Lateks Polistirena dengan Bahan Pengemulsi ALS 20%. Begitu pula yang terjadi pada lateks polistirena dengan ALS 20%. Seperti yang terlihat pada Gambar 2, dari gambar tersebut terlihat bahwa lateks polistirena dengan perbandingan 90 : 10 tidak mengalami perubahan nilai densitas selama masa penyimpanan, dengan nilai densitas yang konstan yaitu 0,962 g/ml. Yang menunjukkan bahwa lateks polistirena ALS 20% pada perbandingan 90 : 10 stabil selama masa penyimpanan. Untuk lateks polistirena perbandingan 70 : 30 nilai densitasnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada hari penyimpanan ketiga. Pada hari penyimpanan ketiga nilai densitasnya menjadi 0,992 g/ml dimana pada hari penyimpanan pertama dan kedua nilai densitasnya adalah 0,960 g/ml. Dari grafik pada Gambar 2 tersebut terlihat bahwa kenaikan densitas lateks polistirena ALS 20% perbandingan 70 : 30 pada hari penyimpanan ketiga adalah sekitar 0,032 g/ml. Sama halnya seperti lateks polistirena ALS 10%, lateks polistirena ALS 20% pada perbandingan 70 : 30 juga hanya stabil selama dua hari masa penyimpanan. Untuk lateks polistirena perbandingan 50 : 50 dan perbandingan 30 : 70 pada

5 179 ALS 20% sama dengan lateks polistirena ALS 10% pada perbandingan yang sama. Pada kedua perbandingan ini lateks polistirena telah mengalami pemisah fase pada hari penyimpanan kedua. Hal ini terlihat dari naiknya nilai densitas lateks polistirena pada hari penyimpanan kedua yaitu dari 0,960 g/ml menjadi 0,980 g/ml untuk perbandingan 50 : 50 dan pada perbandingan 30 : 70 kenaikannya dari 0,978 g/ml menjadi 1,002 g/ml Densitas (g/ml) Waktu Penyimpanan (hari) 90 ml : 10 ml 70 ml : 30 ml 50 ml : 50 ml 30 ml : 70 ml Gambar 3. Grafik antara Densitas Versus Waktu Penyimpanan Lateks Polistirena dengan Bahan Pengemulsi ALS 30%. Dari grafik pada Gambar 3 terlihat bahwa densitas lateks polistirena pada perbandingan 90:10 tidak mengalami perubahan selama masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa lateks polistirena pada perbandingan 90:10 tersebut stabil selama masa penyimpanan dengan nilai densitas 0,964 g/ml pada lateks polistirena dengan ALS 30%. Sedangkan untuk perbandingan 70:30 nilai densitasnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan pada hari penyimpanan ketiga, yaitu dari 0,974 g/ml menjadi 0,99 g/ml pada lateks polistirena dengan ALS 30%. Hal ini memperlihatkan bahwa lateks polistirena pada perbandingan tersebut hanya stabil selama dua hari masa penyimpanan yang kemudian pada hari ketiganya mengalami proses pemisahan fase. Begitu pula yang terjadi pada lateks polistirena dengan perbandingan 50:50 dan 30:70. Lateks pada perbandingan ini mengalami pemisahan fase pada hari kedua masa penyimpanan. Hal ini terlihat pada gambar 3, lateks polistirena dengan perbandingan 50:50 mengalami kenaikan nilai densitas dari 0,966 g/ml menjadi 0,994 g/ml pada lateks polistirena dengan ALS 30%. Dan lateks polistirena dengan perbandingan 30:70 mengalami kenaikan nilai densitas sekitar 0,020 pada lateks polistirena dengan ALS 30%. Semua itu menunjukkan bahwa lateks polistirena perbandingan 90 : 10 pada semua konsentrasi ALS memiliki tingkat kesabilan yang paling baik yang terlihat dari nilai densitas yang tidak mengalami perubah selama masa pernyimpanan. Hal ini menunjukan bahwa lateks polistirena perbandingan 90 : 10 selama masa penyimpanan tidak mengalami proses pemisahan fase Analisa Ukuran dan Bentuk Partikel Lateks Polistirena. Analisa distribusi ukuran partikel lateks polistirena dilakukan dengan metode

6 180 manual, yaitu dengan cara menghitung jumlah partikel lateks polistirena yang tampak pada hasil fotografi pengamatan partikel lateks polistirena dengan menggunakan mikroskop optik. Frekuensi (%) ALS 10% ALS 20% ALS 30% Ukuran Partikel (µm) Gambar 4. Grafik Distribusi Ukuran Partikel Lateks Polistirena Pada Berbagai Konsentrasi ALS. Dari grafik pada gambar 4 dapat diperoleh bahwa nilai rata-rata diameter ( ) partikel lateks polistirena dengan konsentrasi ALS 10%, 20% dan 30% secara berurutan adalah 1,832 m, 1,737 m, dan 1,632 m. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin besar konsentrasi emulsifier semakin kecil pula ukuran partikel lateks polistirena yang terbentuk. Karena tegangan permukaan merupakan parameter penting dalam mengontrol ukuran partikel emulsi. Jika tegangan permukaan diturunkan ke level yang sangat rendah, ukuran partikel dapat berkurang lebih jauh lagi (Goodwin, 2004). Gambar 5. Foto Micrograph Mikroskop Optik Lateks Polistirena ALS 10% dengan Perbesaran 400x Gambar 6. Foto Micrograph Mikroskop Optik Lateks Polistirena ALS 20% dengan Perbesaran 400x

7 181 Adamson, A. W Physical Chemistry of Surfaces. Fifth Edition. New York: Jhon Willey and Sons Inc. Gambar 7. Foto Micrograph Mikroskop Optik Lateks Polistirena ALS 30% dengan Perbesaran 400x Dari hasil fotografi partikel polistirena dengan menggunakan mikroskop optik seperti yang telihat di gambar 5, 6. dan 7. secara visual terlihat bahwa pada konsentrasi ALS 30% mempunyai bentuk dan ukuran yang lebih seragam dibandingkan dengan lateks polistirena ALS 20% dan 10%. 4. Kesimpulan Lateks polistirena dapat dibuat dengan memanfaatkan polistirena foam bekas yang dilarutkan ke dalam toluena dengan fase pendispersi air dan amonium lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi. Lateks polistirena dengan kestabilan paling baik adalah pada perbandingan 90 : 10 (larutan PS : air (v/v)) pada semua konsentasi ALS, dengan nilai densitas selama masa penyimpanan 0,960 g/ml pada ALS 10%, 0,962 g/ml pada ALS 20% dan 0,964 g/ml pada ALS 30%. Kenaikan konsentrasi bahan pengemulsi (ALS) menurunkan ukuran diameter rata-rata partikel lateks polistirena, yaitu 1,832 m untuk ALS 10%, 1,737 m untuk ALS 20% dan 1,632 m untuk ALS 30%. Daftar Pustaka Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Kemasan Polistirena Foam (styrofoam). Vol 9. No 5. ISSN Jakarta. Billmeyer, F. W Textbook of Polimer Sciense. Second Edition. New York: Jhon Willey and Sons Inc. Christopher, D. A., Eric, S. D Emulsion Polymerisation and Latex Aplication. Shawburg: ismithers Rappa Publishing. Goodwin, J. W Colloids and Interfaces with Surfactants and Polymers An Introduction England: Jhon Willey and Sons Inc. Hu, X., Zhang, J., Yang. W Preparation of Transparent Polystyrene Nano-Latexes by an UV-Induced Routine Emulsion Polymerization, Polymer 50 (2009) Muis, Y Studi Bahan Pengemulsi Berbasis Minyak Kelapa Sawit Unutk Produk Film Lateks Pekat Alam Dengan Agen Vulkanisasi Sulfur Dan Dikumil Peroksida. Disertasi PPS-USU Medan. Ooi, S. K Ultrasonic Initiation of Polystyrene Latex Synthesis. Ultrasonic Sonochemistry. 7 (2000) Wang, X Preparation of Polystyrene Latex Particle by γ- Rays-Induced Emulsifier-Free Emulsion Polymerization.

8 182 Radiation Physics and Chemistry, 75 (2006) Weiss, J Emulsion Stability Determination. Jhon Willey and Sons Inc. Current Prorocol in Food Analitical Chemistry D D

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat dengan mudah direcycle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lateks pekat sebagai bahan utama pada penelitian ini tetap berada dalam bentuk emulsi sebelum diolah menjadi bahan baku pada industri. Biasanya lateks pekat banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI DETERJEN KOMERSIL SKRIPSI NORA PARDEDE

PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI DETERJEN KOMERSIL SKRIPSI NORA PARDEDE PEMBUATAN LATEKS POLISTIRENA MENGGUNAKAN PENGEMULSI DETERJEN KOMERSIL SKRIPSI NORA PARDEDE 090822029 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan Dan Alat 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan KKK 60%. Bahan-bahan lain yang berfungsi sebagai bahan pembantu dalam penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu / 9 Maret 011 Kimia Polimer Waktu : 10.00-13.00 WIB Asisten : Prestiana PJP : Andriawan Subekti, S.Si, M. Si PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER MIRANTI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan dan Karakteristik Bahan Baku 1. Lateks Pekat Jenis lateks pekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lateks pekat perdagangan yang telah ditambahkan amonia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sektor industri termasuk industri kimia di dalamnya, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik dari

Lebih terperinci

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Malcolm. P. S, (2001), Kimia Polimer, Alih bahasa : Lis Sofyan, Pradyana Paramita, Jakarta, 6 2. Munakshi, P, (2001), Mechanical and Microstructure Studies on the Modification of CA Film

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Polistiren dari Stiren Monomer dengan Kapasitas ton/tahun Laporan Akhir BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pembangunan sektor industri di Indonesia sedang mengalami peningkatan, salah satunya pada sub sektor industri kimia. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat bahwa ketergantungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution Akyunul Jannah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Email: akyunul_jannah2008@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN Disusun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Dosen Pembimbing : Margareta Retno Priamsari, S.Si., Apt LABORATORIUM FISIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas

Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas Penentuan Berat Molekul (M n ) Polimer dengan Metode VIiskositas 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Abstrak Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data Pengamatan Stabilitas Relatif Emulsi (%) P0L1 75 75 150.00 75.00 P0L2 75 75 150.00 75.00 P0L3 75 75 150.00 75.00 P0L4 75 75 150.00 75.00 P1L1 75 75 150.00 75.00 P1L2 100 75 175.00 87.50

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II PERCOBAAN V DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA OLEH : NAMA : WD. INDAH WULAN H. H.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II PERCOBAAN V DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA OLEH : NAMA : WD. INDAH WULAN H. H. LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II PERCOBAAN V DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA OLEH : NAMA : WD. INDAH WULAN H. H. NIM : F1F1 13 058 KELOMPOK KELAS ASISTEN : IV : B : SARLAN, S.Si JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam (Hevea Brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia. Karet alam pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis

Lebih terperinci

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dihasilkan homopolimer emulsi polistirena yang berwarna putih susu atau milky seperti terlihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil polimer emulsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di khasanah dunia ilmiah dikenal adanya produk yang disebut dengan synthetic detergent yang disingkat dengan istilah syndent. Kata synthetic (sintetik) sepertinya memberi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN Tanggal Praktikum : 17 November 2014 Tanggal Pengumpulan : 24 November 2014 Disusun oleh Grup F - Kelompok 5 1. Hilwa Lutfia (1143050023) (Hasil dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI 5. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:. Tahap Perlakuan Awal (Pretreatment) Tahap perlakuan awal ini daging kelapa dikeringkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Charles Goodyear menemukan karet yang tervulkanisasi dengan menggunakan sulfur, sudah timbul keinginan peneliti untuk proses ban karet bekas agar dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN

PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN PEMBUATAN BAHAN IPN MENGGUNAKAN CAMPURAN POLIMETILMETAKRILAT DAN POLISTIREN Oleh Netty Kamal Interpenetrating Polymer Network (IPN) adalah polimer campuran yang unik, dimana jaringan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Lampiran 1 Bagan alir penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Bagan alir penelitian Ampas Tebu Pencirian: Analisis Komposisi Kimia (Proksimat) Pencirian Selulosa: Densitas, Viskositas, DP, dan BM Preparasi Ampas Tebu Modifikasi Asetilasi (Cequeira

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran dimana

Lebih terperinci

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas

Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas 2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA Penentuan Berat Molekul Polimer (M n ) Dengan Metode Viskositas Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID

PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID PETUNJUK PRAKTIKUM UREA FORMALDEHID I. PENDAHULUAN Resin urea-formaldehid merupakan produk yang sangat penting saat ini di bidang plastik, pelapisan dan perekat. Hasil reaksi antara urea dan formaldehida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit

BAB I PENDAHULUAN. Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polimer merupakan makromolekul yang dibangun oleh unit-unit molekul sederhana yang tersusun secara berulang. Polimer ditemukan pada sekitar tahun 1920-an.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan gugus lainnya

BAB I PENDAHULUAN. seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan gugus lainnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Superabsorbent polymer (SAP) merupakan jaringan rantai polimer tiga dimensi dengan ikatan silang ringan yang membawa disosiasi gugus fungsi ionik seperti asam karboksilat,

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koloid Dalam larutan sejati, seperti larutan gula atau larutan garam,partikel zat terlarut mengandung ion atau molekul tunggal. Pada sisi lain ada yang disebut dengan suspensi,yang

Lebih terperinci

POLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METODE MIXED- SOLVENT PRECIPITATION DALAM PELARUT ETANOL-AIR

POLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METODE MIXED- SOLVENT PRECIPITATION DALAM PELARUT ETANOL-AIR PLIMERISASI AKRILAMID DENGAN METDE MIXED- SLVENT PREIPITATIN DALAM PELARUT ETANL-AIR Prima Astuti andayani Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Polimerisasi akrilamid dengan mekanisme radikal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal adalah material perekat berwarna coklat kehitam hitaman sampai hitam dengan unsur utama bitumen. Aspal merupakan senyawa yang kompleks, bahan utamanya disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan BAB III METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan yang bertempat

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09. LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 LABORATORIUM FISIKA FARMASI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA Tegangan Permukaan Disusun oleh: Wawan Gunawan 12012098 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR 2013 TEGANGAN PERMUKAAN I. Tujuan Percobaan Mengenal dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 29 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Penelitian Bahan baku yang digunakan pada pembuatan skin lotion meliputi polietilen glikol monooleat (HLB12,2), polietilen glikol dioleat (HLB 8,9), sorbitan monooleat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) 1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN

PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN Akreditasi LIPI Nomor : 536/D/2007 Tanggal 26 Juni 2007 PENAMBAHAN LATEKS KARET ALAM KOPOLIMER RADIASI DAN PENINGKATAN INDEKS VISKOSITAS MINYAK PELUMAS SINTETIS OLAHAN ABSTRAK Meri Suhartini dan Rahmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) BAB V METODOLOGI 5.1. Pengujian Kinerja Alat yang digunakan Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step) 1. Menimbang Variabel 1 s.d 5 masing-masing

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat

Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) C-31 Pengaruh Penambahan Montmorillonite pada Sifat Ketahanan Termal Polivinil Asetat Muchammad Izzuddin Jundullah Hanafi dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Poliuretan Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis poliuretan dengan menggunakan monomer diisosianat yang berasal dari toluena diisosianat (TDI) dan monomer

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN Percobaan yang akan dilakukan adalah fermentasi minyak kelapa dengan bantuan mikroorganisme yang menghasilkan enzim protease dan menganalisis kualitas minyak yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilakukan di divisi Research and Development PT Frisian Flag Indonesia, yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km 5, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo,

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci