SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA"

Transkripsi

1 SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Seleksi Umpan dan Kemiringan Dinding Perangkap Jodang adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Adapun semua sumber data dan informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi. Bogor, Juli 2010 Aditya Jaka Sembada

3 ABSTRAK ADITYA JAKA SEMBADA. Seleksi Umpan dan Kemiringan Dinding Perangkap Jodang. Dibimbing oleh: GONDO PUSPITO. Keong macan (Babylonia spirata) adalah organisme yang masuk ke dalam kelas Gastropoda dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan yang tinggi terhadap organisme tersebut menyebabkan eksploitasi sumberdayanya berlebihan sehingga mengancam kelestariannya. Salah satu alat tangkap yang dipakai untuk menangkap keong macan di perairan Teluk Palabuhanratu adalah perangkap jodang. Perangkap jodang yang digunakan oleh nelayan memiliki bermacammacam sudut kemiringan dan menangkap keong macan dengan ukuran yang beragam. Ini mengancam kelestarian sumberdaya keong macan. Padahal keong macan yang sebaiknya ditangkap memiliki ukuran panjang cangkang p 4,27 cm. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang paling produktif dalam menangkap keong macan berukuran layak tangkap. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimental. Data dianalisis menggunakan RAL (rancangan acak lengkap). Kemiringan dinding perangkap jodang sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Apabila kemiringan dinding perangkap jodang sesuai, maka akan mempermudah keong macan ukuran layak tangkap untuk masuk ke dalam perangkap. Sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang diuji adalah 30 o, 40 o, dan 50 o. Sebelum dilakukan pengujian konstruksi dinding, penentuan jenis umpan dilakukan terlebih dahulu. Umpan yang digunakan adalah ikan tembang, cucut, dan layur. Berdasarkan penelitian didapatkan jenis umpan yang paling produktif menangkap keong macan adalah ikan tembang yaitu sebanyak 157 individu (46,87%). Sementara itu, untuk analisis hasil tangkapan berdasarkan sudut kemiringan didapat sudut kemiringan dinding perangkap 50 o mampu menangkap keong macan ukuran layak tangkap lebih banyak dibandingkan dengan sudut kemiringan dinding perangkap yang lain, yaitu sebanyak 9 individu (2,69%). Kata kunci : kemiringan dinding, konstruksi kemiringan, perangkap jodang

4 Hak Cipta IPB Tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul : Seleksi Umpan dan Kemiringan Dinding Perangkap Jodang Nama : Aditya Jaka Sembada NRP : C Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui : Pembimbing Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc. NIP Diketahui : Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budi Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal Lulus :

7 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih yang sebesar-besranya penulis sampaikan kepada: 1) Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW, karena atas berkat dan limpahan karunia-nya, skripsi ini bisa terselesaikan; 2) Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc sebagai pembimbing skripsi, atas arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik; 3) Orang tua (Jaka Saryanta dan Oktovia Sri Rita Purwaningsih) yang tidak terhitung jasanya kepada penulis, dan adik-adikku (Bagus Jaka Widyaksana dan Cindy Puspita Sari) yang telah memberi dorongan dan semangat kepada penulis;. 4) Dosen penguji Ir. Diniah, MS. dan Vita Rumanti K. S.Pi; 5) Para dosen dan staf Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu dan pelayanannya yang telah diberikan kepada penulis; 6) Ayu Adhita Damayanti dan Gini Al Ghazali, selaku teman seperjuangan yang membantu dalam melaksanakan penelitian ini; 7) Kang Wahyu beserta ABK KM Alisa (Kang Wawan, Abah, Mang Ade), atas segala bantuan dan kerja samanya selama melakukan penelitian; 8) Teman dekatku Ratu Ladya Putrinatami yang selalu menginspirasi dan mendoakan penulis untuk tetap bersemangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini; 9) Sahabat-sahabat PSP 43 yang selalu memberi semangat dan doa untuk penulis; 10) Teman-teman di kelas B-13 dan B-14 TPB, khususnya B-14 ( ), The Chamens (Maria, Gini, Yasa, Emo), Komunitas Stevia (Alan, Cicho, Dempo, Patra) ( ), MAX!! IPB, dan alumni SMA Regina Pacis Bogor, SMP Regina Pacis Bogor, SD Regina Pacis Bogor yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis; 11) Teman-teman 40tudo (Fourty to do) Band, Vicky Christoper Limarta, Kevin Kristanto, Nikolas Adiyanto, Noviana Liauwan dan Confeito yang telah meberikan dukungan kepada penulis; dan

8 12) Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu atas partisipasi dan bantuannya.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Maret 1988 dari pasangan Drs. Jaka Saryanta dan Oktovia Sri Rita Purwaningsih sebagai anak pertama dari 3 bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Regina Pacis Bogor antara tahun , SD Regina Pacis Bogor tahun , SLTP Regina Pacis Bogor tahun , dan SMU Regina Pacis Bogor tahun Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Tahun pertama di IPB, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun berikutnya penulis terseleksi masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif pada tiga organisasi kemahasiswaan. Organisasi tersebut antara lain UKM MAX!! pada periode sebagai staf divisi EO (Event Organizer), Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode sebagai Kepala Departemen Pengembangan Minat dan Bakat, Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia periode sebagai staff divisi humas. Penulis juga terdaftar sebagai asisten mata kuliah Eksplorasi Penangkapan Ikan (2010) dan mata kuliah Navigasi Kapal Perikanan (2010). Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Seleksi Umpan dan Kemiringan Dinding Perangkap Jodang. Penulis dinyatakan lulus pada 12 Juli 2010.

10 KATA PENGANTAR Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah Seleksi Umpan dan Kemiringan Dinding Perangkap Jodang. Penelitian menggunakan jenis umpan dan kemiringan dinding perangkap yang sama dengan nelayan. Seluruh penelitian dilakukan langsung di perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Adapun pengoperasian perangkap disesuaikan dengan cara operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih harus disempurnakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Juli 2010 Aditya Jaka Sembada

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Keong Macan (Babylonia spirata) Klasifikasi dan identifikasi Struktur cangkang Makanan dan cara makan Ekologi dan daerah penyebaran Unit Penangkapan Ikan Perangkap jodang Perahu dan nelayan Metode Pengoperasian Alat Daerah Pengoperasian dan Musim Penangkapan METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Analisis Data Penentuan umpan pada perangkap jodang yang terbanyak dimasuki keong macan Penentuan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak menangkap keong macan Rancangan percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Hasil Tangkapan Pengaruh Umpan Perangkap Jodang Terhadap Hasil Tangkapan Distribusi jenis dan jumlah hasil tangkapan total Distribusi jumlah hasil tangkapan utama Distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan Umpan perangkap jodang pilihan Pengaruh Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan Distribusi jenis dan jumlah hasil tangkapan total Distribusi jumlah hasil tangkapan utama xi

12 4.3.3 Distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang Pilihan KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Anatomi tubuh keong macan Konstruksi jodang Desain dan konstruksi perangkap jodang Morfologi cangkang keong macan (Babylonia spirata) Susunan perangkap jodang ketika dioperasikan Komposisi jumlah hasil tangkapan perangkap jodang Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang Komposisi jumlah hasil tangkapan pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang, ikan cucut, dan ikan layur Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan cucut Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan cucut Komposisi jumlah tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang umpan ikan cucut Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan layur Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan layur Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang dengan umpan ikan layur Komposisi jumlah hasil tangkapan pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang, ikan cucut, dan ikan layur Komposisi jumlah hasil tangkapan keong macan, keong, dan kepiting pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang, ikan cucut, dan ikan layur Komposisi jumlah hasil tangkapan keong macan tiap sudut perangkap Komposisi ukuran keong macan keseluruhan dan keong macan ukuran layak tangkap xiii

14 22 Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan pada sudut kemiringan 30 o Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan pada sudut kemiringan 40 o Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan pada sudut kemiringan 50 o Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan dan keong macan ukuran layak tangkap Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang sudut 30 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 30 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong berdasarkan panjang cangkang pada sudut 30 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 30 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting berdasarkan lebar karapas pada perangkap jodang sudut 30 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang sudut 40 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 40 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong berdasarkan panjang cangkangnya pada sudut 40 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 40 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting berdasarkan lebar karapasnya pada perangkap jodang sudut 40 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang sudut 50 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 50 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong berdasarkan panjang cangkangnya pada sudut 50 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 50 o Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting berdasarkan lebar karapasnya pada perangkap jodang sudut 50 o Komposisi jumlah hasil tangkapan antara kepiting dan keong pada perangkap jodang dengan sudut 30 o, 40 o, dan 50 o xiv

15 42 Komposisi jumlah hasil tangkapan keong macan, keong, dan kepiting pada perangkap jodang dengan sudut 30 o, 40 o, dan 50 o xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Lokasi penelitian Foto umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap jodang Data dimensi cangkang hasil tangkapan keong macan Foto perangkap jodang Foto-foto hasil tangkapan Data rata-rata ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang Hasil pengujian asumsi jumlah keong macan yang merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang Daftar analisis ragam Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan sudut kemiringan dinding perangkap Data jumlah keong macan yang tertangkap pada setiap umpan perangkap jodang Hasil pengujian asumsi jumlah keong macan yang tertangkap pada setiap umpan perangkap jodang Daftar analisis ragam Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan umpan pada perangkap jodang xvi

17 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perangkap jodang adalah salah satu alat yang digunakan untuk menangkap keong macan (Babylonia spirata L.). Alat ini diklasifikasikan ke dalam perangkap. Bentuknya berupa limas persegi terpancung. Bagian atasnya terdapat lubang yang berfungsi sebagai pintu masuk, sedangkan bagian dasarnya berfungsi sebagai tempat menampung hasil tangkapan. Penggunaan perangkap jodang masih terbatas pada beberapa daerah yang menghasilkan keong macan, misalkan perairan Palabuhanratu, Kepulauan Seribu, dan Cianjur Selatan. Pada kedua daerah ini, konstruksi perangkap jodang yang digunakan adalah sama. Perbedaannya hanya terletak pada ukurannya yang sangat bervariasi. Konstruksi perangkap jodang dibuat tanpa perhitungan, sehingga ukurannya bermacam-macam. Sudut kemiringan dindingnya tidak seragam. Untuk panjang dinding yang sama, perangkap jodang yang dibuat dengan sudut kemiringan dinding yang besar akan lebih tinggi dibandingkan dengan perangkap jodang yang dibuat dengan sudut kemiringan dinding rendah. Adapun jika ketinggian perangkap dibuat sama, maka perangkap yang dibentuk oleh dinding dengan sudut kemiringan yang rendah akan memiliki ukuran pintu masuk yang lebih besar. Berdasarkan pengamatan di lapang, sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang umum digunakan nelayan adalah 30 o, 40 o, dan 50 o dengan ketinggian sekitar 15 cm. Perangkap jodang dioperasikan secara pasif dan menggunakan umpan sebagai penarik. Keong macan yang mendeteksi keberadaan umpan akan merayapi dinding perangkap menuju pintu masuk di bagian atas. Kecepatan keong macan menuju pintu masuk kemungkinan besar dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya sudut kemiringan dinding. Penelitian ini akan mencoba menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang paling mudah dirayapi oleh keong macan dengan cara mengoperasikan perangkap langsung di laut. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa semakin rendah sudut kemiringan dinding, maka beragam ukuran dan jenis hasil tangkapan, baik itu tangkapan utama

18 2 maupun tangkapan sampingan, akan dengan mudah tertangkap. Sementara untuk sudut dengan kemiringan dinding lebih tinggi, hanya jenis dan ukuran tertentu saja yang dapat tertangkap. Hal ini sesuai dengan prinsip seleksi organisme tangkapan yang hanya mencari jenis dan ukuran tertentu. Sudut kemiringan dinding yang diujikan adalah 30 o, 40 o, dan 50 o. Ukuran bagian dasar untuk setiap kemiringan dinding tidak sama sedangkan untuk ukuran pintu masuk perangkap dibuat sama dengan ukuran (cm). Ini dikarenakan panjang dinding atau lintasan merayap keong dibuat sama. Sudut kemiringan dinding yang termudah dirayapi oleh keong macan diindikasikan dengan jumlah tangkapan perangkap tersebut yang lebih banyak dibandingkan dengan perangkap lainnya dengan sudut kemiringan yang berbeda. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi standar dalam merancang sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang lebih mudah dirayapi keong macan. Beberapa literatur yang didapatkan hanya membahas masalah selektivitas jaring bagian dasar perangkap (Naja, 2004 dan Kristian, 2005). Namun demikian, kedua tulisan tersebut akan tetap dijadikan sebagai bahan masukan dalam melakukan penulisan skripsi. Keberhasilan penangkapan keong macan dengan perangkap jodang sangat dipengaruhi oleh jenis umpan. Oleh karena itu, pada penelitian ini juga akan ditentukan jenis umpan yang paling disukai oleh keong macan. Tiga macam umpan yang dicobakan adalah ikan tembang, layur, dan cucut. Pemilihan umpan didasarkan atas ketersediaan ikan yang ada di tempat penelitian. Uji umpan dilakukan langsung di laut. Jenis umpan yang disukai oleh keong macan akan diindikasikan oleh jumlah tangkapan keong macan yang lebih banyak pada satu perangkap dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan umpan lainnya. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ditujukan untuk mendapatkan : 1) Jenis umpan yang disukai keong macan; dan 2) Sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang paling baik untuk menangkap keong macan.

19 3 1.3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) Sesuai dengan tingkah laku keong, semakin landai sudut kemiringan jodang, maka hasil tangkapan yang didapat akan semakin banyak; dan 2) Semakin pekat bau yang ditimbulkan oleh umpan, maka hasil tangkapan juga akan semakin banyak. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi para nelayan perangkap jodang di daerah Palabuhanratu untuk menggunakan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dan jenis umpan yang paling efektif dalam menangkap keong macan berukuran layak tangkap. Ini dimaksudkan agar operasi penangkapan keong macan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, baik itu dalam hal tenaga, waktu, dan biaya.

20 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Keong Macan (Babylonia spirata) Klasifikasi dan identifikasi Klasifikasi keong macan (Babylonia spirata, L), menurut Abbot & Boss (1989), adalah: Filum: Moluska Kelas: Gastropoda Subkelas: Prosobranchia Ordo: Neogastropoda Super famili: Muricoidea Famili: Buccinidae Genus: Babylonia Spesies: Babylonia spirata (Linnaeus, 1758) Gambar 1 Anatomi tubuh keong macan (Abbot & Boss, 1989). Keong macan adalah hewan molusca dengan cangkang berbentuk lonjong, tebal, berat dan berwarna putih dengan ciri bintik-bintik coklat hitam yang tidak teratur. Anatomi perut mengikuti bentuk melingkar dari cangkang ke arah belakang. Bentuk kepalanya sangat jelas dengan sepasang tentakel, mata dan

21 5 radula. Keong macan merupakan biota laut yang berasal dari kelas Gastropoda (Naja, 2004) Struktur cangkang Cangkang berbentuk oval, tebal, dan berat dengan spire bertingkat dan tampak terdorong masuk ke bodywhorl. Bagian cangkang keong macan yang tertua disebut apex. Letak apex berada di puncak, berbentuk kerucut dan berjumlah satu buah. Sumbu kerucut disebut dengan columella. Columella melengkung yang menyebar pada bagian dalam bibir dan sering menutupi umbilicus. Gelung atau konde terbesar disebut body whorl, sedangkan gelunggelung kecil di atasnya disebut spire. Letak spire bertingkat dengan sebuah apex pada ujungnya. Setiap ulir pada spire disebut sebagai suture. Semakin ke arah bawah cangkang, ukuran suture akan semakin membesar. Antara bibir dalam (inner lip) dan gelung terbesar (body whorl) terdapat umbilicus, yaitu ujung columella yang berupa celah yang dalam (bisa berupa celah sempit maupun lebar) (Suwigno et. al., 1997). Umbilicus terletak pada tepi yang tebal, ukuran 3,5-4,5 mm. Cangkang Gastropoda paling luar disebut periostrakum dengan zat pembentuk bahan protein seperti pada zat pembentuk tanduk (conchiolin atau conchin). Terdapat endapan pigmen pada lapisan ini sehingga membuat cangkang menjadi berwarna atau mempunyai corak, seperti garis-garis atau bercak-bercak berwarna. Periostrakum berfungsi untuk melindungi lapisan yang berada tepat di bawahnya (lapisan yang terbentuk dari kalsium karbonat) dari proses erosi (Suwignyo et. al., 1997). Lapisan kalsium karbonat yang menyusun cangkang moluska terdiri atasi 3 lapisan atau lebih. Bagian terluar adalah lapisan perismatik atau polisade, lapisan tengah adalah camella, dan lapisan paling dalam adalah nacre atau hypostracum. Struktur cangkang terbuat dari kalsium karbonat dengan kadar 88-89%. Sebagian lainnya terdiri atas 1-2% phospat, bahan organik conchiolin dan air. Pada bagian luar cangkang terdapat struktur yang agak kasar yang disebut sebagai lapisan perismatik. Lapisan nacreous yang mengkilap mengandung lebih banyak conchiolin daripada lapisan perismatik (Dharma, 1988 vide Damayanti, 2009).

22 6 Pola pertumbuhan cangkang moluska, baik ketebalannya, kekuatan, ornamen, dan warnanya sangat tergantung kepada faktor ketersediaan makanan pada lingkungannya (Dance, 1977 vide Damayanti, 2009). Secara kontinyu, moluska membentuk cangkang baru dengan menambah luasan sisi mantel. Tujuannya adalah untuk perlindungan. Proses pembentukan cangkang baru sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti makanan, cahaya, dan suhu air. Cangkang memiliki bermacam warna yang dipengaruhi oleh sel pigmen. Sel pigmen terdapat pada mantel dan ditransfer melalui proses sekresi menuju cangkang. Warna yang terjadi pada cangkang merupakan pengendapan pigmen yang teratur yang terdapat pada tepi mantel Makanan dan cara makan Makanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dari suatu mahkluk hidup. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal, maka diperlukan makanan dengan jumlah dan mutu yang sesuai dan juga kondisi perairan yang sesuai. Menurut Ruppert & Barnes (1991), keong macan termasuk kedalam kelompok prosobranchia, yaitu kelompok hewan karnivor yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Radula pada prosobranchia mengalami berbagai modifikasi bentuk, antara lain berupa alat pemotong, pemegang, pencabik, dan pembawa mangsa. Prosobranchia karnivor sering mengalami proses adaptasi, seperti bagian probosis yang memanjang yang digunakan untuk mencapai dan menembus mangsa. Probosis sendiri adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri atas esofagus, buccal cavity, dan radula. Probosis terletak di dalam kantung atau rongga probosis. Pada saat makan, probosis menjulur keluar akibat tekanan darah yang terjadi. Babylonia spirata sendiri adalah jenis prosobranchia pemakan daging bangkai yang lebih menyukai daging bangkai segar sebagai makanannya Ekologi dan daerah penyebaran Menurut Yulianda (1999), keong macan termasuk organisme bentik yang hidup di dasar perairan dengan substrat pasir berlumpur. Organisme bentik merupakan organisme yang hidup di dasar laut atau dekat dasar perairan (Sabelli,

23 7 1979). Organime bentik merupakan penghuni dasar laut terbesar. Keong macan mampu mengubur diri dalam substrat yang lunak walaupun hanya beberapa milimeter saja. Cangkang yang tebal dan kuat merupakan pelindung bagi tubuh keong macan dan sekaligus sebagai pemberat agar dapat bertahan di dasar perairan. Selain itu, keong macan juga mempunyai operculum atau penutup mulut yang berfungsi mempertahankan kadar air dan juga sebagai pelindung tubuh dari predator. Keong macan di India ditemukan pada zona litoral terutama dasar perairan dengan substrat pasir yang berlumpur, biasanya pada kedalaman 9-27 m (Shanmugaraj et. al., 1994 vide Martanti, 2001). Spesies keong macan yang lain juga ditemukan di daerah Thailand, yaitu Babylonia aerolata (L). Keong jenis ini hidup pada zona litoral dengan dasar pasir berlumpur pada kedalaman 5-15 m. Keong macan yang ditemukan di Teluk Palabuhanratu hidup pada dasar perairan berpasir dengan kedalaman m (Yulianda & Danakusumah, 2000). Penyebaran Gastropoda sub-kelas prosobranchia di laut melimpah di daerah pasang surut, daerah litoral sampai tebing paparan benua (Hyman, 1967). Distribusi spesies tergantung dari kemampuan untuk menyebar dan adaptasi terhadap berbagai variabel lingkungan (Purchon, 1968 dalam Zein, 2003). Selain faktor tersebut, distribusi spesies juga dipengaruhi oleh tipe dari pergerakan spesies tersebut. 2.2 Unit Penangkapan Ikan Perangkap jodang Perangkap jodang adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap keong macan yang terbuat dari konstruksi rangka besi dan jaring waring dan dioperasikan secara pasif di sekitar pantai. Menurut Subani & Barus (1989), alat ini diklasifikasikan ke dalam jenis perangkap. Bagian utamanya terdiri atas: 1) Rangka Rangka jaring jodang terbuat dari batang besi berdiameter 4 mm. Rangka pada sisi perangkap membentuk dinding dengan sudut kemiringan tertentu.

24 8 2) Badan Badan jaring jodang terbuat dari waring dengan ukuran bagian bawah (cm), bagian atas (cm), tinggi antara 8-10 cm dan diameter pintu masuk 6-8 cm. 3) Tali utama Tali utama berfungsi untuk merangkai perangkap jodang yang satu ke perangkap jodang yang lain. Tali utama terbuat dari bahan PE berdiameter 6 mm dengan jarak antara tali cabang 2-3 m. Panjang tali utama berkisar antara m. 4) Tali cabang Tali cabang berfungsi sebagai penghubung antara tali utama dengan perangkap jodang. Bahan tali cabang adalah polyethylene (PE) multifilament nylon dengan diameter 3 mm. Panjang panjang tali cabang berkisar antara 1-1,5 m. 5) Mulut Fungsinya sebagai tempat masuknya keong macan ke dalam perangkap. Bentuknya persegi dengan ukuran 8 10 (cm). Umpan yang sering digunakan oleh nelayan dalam mengoperasikan perangkap jodang adalah ikan rucah, kulit kambing dan ikan kering. Dari ke 3- nya, umpan ikan rucah yang paling banyak dipakai, karena harganya murah dan selalu tersedia (Saputro, 2005) Perahu dan nelayan Perahu yang digunakan untuk mengoperasikan perangkap jodang terbuat dari bahan kayu. Ukurannya berkisar antara 0,87-2,48 GT dengan panjang (L) antara 6-8 m, lebar (B) 1,3-2 m dan dalam (D) 0,5-0,8 m. Mesin yang dipakai adalah mesin dalam (inboard engine) dengan kekuatan 12, 16, dan 20 PK berbahan bakar solar. Jumlah nelayan yang mengoperasikan perangkap jodang berjumlah 3-4 orang. Masing-masing bertugas sebagai juru mudi dan menentukan daerah penangkapan keong macan, menurunkan bubu, dan memasang umpan.

25 9 2.3 Metode Pengoperasian Alat Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam pengoperasian perangkap jodang, yaitu tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan keong macan, pemasangan umpan, penurunan perangkap jodang (setting), perendaman perangkap jodang (soaking), pengangkatan perangkap jodang (hauling) dan penanganan hasil tangkapan (Puspito, 2009). Uraian dari setiap tahapan tersebut adalah: 1) Tahap persiapan Persiapan merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum berangkat menuju ke daerah penangkapan berupa pemeriksaan perahu, alat tangkap, mesin, bahan bakar, umpan dan bahan perbekalan. Persiapan biasanya dimulai pada pukul WIB. Persiapan pengoperasian alat tangkap dilakukan di darat (fishing base). Setelah persiapan selesai dilakukan, perahu segera melaut. 2) Tahap pencarian daerah penangkapan keong macan Penentuan fishing ground untuk menangkap keong macan dilakukan berdasarkan pengalaman operasi penangkapan sebelumnya dan informasi dari nelayan perangkap jodang lainnya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah penangkapan berkisar antara 1-1,5 jam. 3) Tahap pemasangan umpan Umpan diletakkan di bagian tengah dasar perangkap. 4) Tahap penurunan (setting) Tahap penurunan dimulai dengan menurunkan lampu tanda dan pemberat, dilanjutkan dengan penurunan perangkap jodang satu per satu dan diakhiri dengan penurunan pelampung tanda. Pada saat penurunan perangkap jodang, perahu bergerak dengan kecepatan rendah. 5) Tahap perendaman (soaking) Setelah selesai setting, pelampung tanda diikatkan ke badan perahu, mesin perahu dimatikan, dan jangkar diturunkan. Selama proses soaking, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Lama perendaman selama 1-3 jam. 6) Tahap pengangkatan (hauling) Pengangkatan perangkap jodang dimulai dengan pengangkatan jangkar ke atas perahu disusul dengan pelampung tanda, kemudian perangkap jodang satu per

26 10 satu dan lampu tanda. Pembagian tugas setiap nelayan adalah nelayan pertama menarik tali utama. Nelayan kedua menarik tali cabang, mengangkat perangkap jodang dan membersihkan lumpur yang menempel pada perangkap jodang. Nelayan ketiga mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam perangkap jodang. Penarikan dilakukan sampai satu rangkaian jodang terangkat semua. Setelah rangkaian jodang terangkat, umpan dipasangkan kembali dan segera mencari daerah penangkapan yang baru (Zein, 2003). 2.4 Daerah Pengoperasian dan Musim Penangkapan Daerah pengoperasian perangkap jodang biasanya pada zona litoral dengan dasar pasir berlumpur pada kedalaman antara m. Adapun musim penangkapannya pada keadaan laut tenang yang berlangsung ketika angin selatan berhembus (Yulianda & Danakusumah, 2000).

27 11 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan pada Desember Perancangan alat dilakukan pada bulan Januari 2009 di Laboratorium Teknologi Alat Penangkap Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian lapang yang dilaksanakan pada bulan Januari 2009 di perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Lampiran Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan tembang, layur, dan cucut. Ikan ini digunakan sebagai umpan untuk menarik keong macan (Lampiran 2). Ikan tembang yang digunakan dalam bentuk utuh dan diikat pada dasar perangkap sebanyak 3 ekor. Untuk ikan layur dan ikan cucut, badan ikan dipotong terlebih dahulu sepanjang 10 cm kemudian diikat pada dasar perangkap. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini selain tiga jenis ikan yang digunakan sebagai umpan di atas, terdapat pula sembilan unit perangkap jodang. Masing-masing diberi perlakuan dengan membentuk kemiringan dinding perangkap jodang dengan sudut masing-masing α = 30 o, 40 o, dan 50 o. Adapun peralatan yang digunakan adalah: 1) Perahu penangkap keong macan; 2) Alat pengukur berat digital dengan skala terkecil 0,01 g; 3) Alat pengukur dimensi hasil tangkapan (panjang, lebar, dan tinggi) berupa jangka sorong; 4) Benang untuk mengukur keliling badan hasil tangkapan; 5) GPS (Global Positioning System); 6) Kamera sebagai alat dokumentasi; 7) Alat tulis dan data sheet; dan 8) Kantong plastik sebagai alat penampung hasil tangkapan.

28 12 Pada Gambar 2 berikut diperlihatkan bentuk perangkap jodang yang diuji coba. sudut kemiringan dinding (α) α = 50 o α = 40 o α = 30 o Gambar 2 Konstruksi perangkap jodang. Gambar 3 Desain dan konstruksi perangkap jodang (Damayanti,2009)

29 Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode percobaan penangkapan (experimental fishing) yang dilakukan langsung di perairan Teluk Palabuhanratu. Kegiatan uji coba alat di lapang memakai cara pengoperasian perangkap jodang yang dilakukan oleh nelayan Palabuhanratu. Urutannya adalah sebagai berikut: 1) Penentuan daerah penangkapan; 2) Persiapan perbekalan selama melaut; 3) Menuju daerah penangkapan pada pukul 17.00; 4) Pemasangan umpan pada dinding dasar perangkap jodang; 5) Penyusunan perangkap di atas perahu agar mudah ketika dilemparkan ke laut; 6) Perangkap dipasang dengan sistem rawai (Gambar 5) dengan panjang branch line ± 3 m dan panjang floating line ± 5 m; 7) Melakukan operasi penangkapan yang diawali dengan pelemparan pelampung tanda awal, diteruskan dengan pelemparan perangkap jodang ke laut dan diakhiri dengan pelampung tanda akhir; 8) Setelah proses perendaman (soaking) perangkap jodang dilakukan selama ± 3 jam, perangkap diangkat ke atas perahu; 9) Pensortiran hasil tangkapan di atas perahu, sementara perahu menuju ke daerah penangkapan yang lain; dan 10) Cara yang sama dilakukan pada setting kedua sampai dengan kesepuluh. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini hanya berupa data primer. Pada pengujian sudut kemiringan dinding perangkap, jenis data yang dikumpulkan berupa jenis, jumlah, dan panjang tangkapan, baik untuk hasil tangkapan utama maupun hasil tangkapan sampingan, pada setiap sudut kemiringan yang diuji. Untuk uji kewajaran, dikumpulkan data tinggi (h), panjang (l), dan lebar (w) cangkang keong macan dari seluruh tangkapan keong macan. Gambar 3 menunjukkan stuktur cangkang dimana posisi pengukuran panjang (l) cangkang berawal dari apex hingga shiponal canal. Lebar (w) cangkang diukur pada bagian penampang melintang cangkang dengan lingkar cangkang terbesar. Posisi pengukuran dari satu sisi aperture ke sisi lainnya. Adapun tinggi (h) cangkang diukur pada bagian yang sama dengan pengukuran

30 14 lebar cangkang, tetapi posisi pengukurannya dari atas ke bawah aperture. Dimensi cangkang ini diukur dengan menggunakan jangka sorong. Data panjang cangkang, lebar cangkang, dan tinggi cangkang keong macan dapat dilihat pada Lampiran 3. Apex Suture Body-whorl Umbilicus Siphonal canal Aperture Gambar 4 Morfologi cangkang keong macan (Babylonia spirata, L.) (Sumber: Yulianda et al., 2000) Gambar 5 Susunan perangkap jodang ketika dioperasikan.

31 Analisis Data Penentuan umpan pada perangkap jodang yang terbanyak dimasuki keong macan Cara untuk menentukan umpan pada perangkap jodang yang terbanyak dimasuki oleh keong macan adalah dengan menganalisa data jumlah keong macan hasil tangkapan. Pada saat penentuan umpan diasumsikan konstruksi sudut kemiringan dinding perangkap jodang diabaikan, karena sudut kemiringan dinding perangkap jodang memiliki besar sudut yang sama. Data jumlah keong macan untuk setiap umpan perangkap jodang dibuat dalam bentuk grafik histogram. Grafik akan memperlihatkan dengan jelas jumlah keong macan untuk setiap umpan perangkap jodang. Umpan perangkap jodang dengan hasil tangkapan keong macan terbanyak adalah yang direkomendasikan. Data jumlah hasil tangkapan sampingan juga ikut dianalisa sebagai penunjang pemilihan umpan perangkap jodang. Alat tangkap yang baik adalah alat tangkap yang efektif menangkap hasil tangkapan utama dan menghasilkan sedikit hasil tangkapan sampingan. Jadi, umpan perangkap jodang yang direkomendasikan adalah perangkap yang paling banyak dimasuki oleh keong macan dan memiliki hasil tangkapan sampingan yang paling sedikit Penentuan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak menangkap keong macan Setelah diketahui umpan yang paling efektif untuk menangkap keong macan, maka selanjutnya dilakukan uji kemiringan sudut dinding perangkap jodang. Pada saat uji dilakukan, faktor umpan diabaikan. Cara untuk menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak menangkap keong macan adalah dengan menganalisa data jumlah keong macan hasil tangkapan. Data jumlah keong macan untuk setiap sudut kemiringan dinding dibuat dalam bentuk grafik histogram. Grafik akan memperlihatkan dengan jelas jumlah keong macan untuk setiap sudut kemiringan dinding. Sudut kemiringan dinding dengan hasil tangkapan keong macan ukuran layak tangkap yang terbanyak adalah yang direkomendasikan. Data jumlah hasil tangkapan sampingan juga ikut dianalisa sebagai penunjang pemilihan sudut kemiringan dinding. Alat tangkap yang baik adalah

32 16 alat tangkap yang efektif menangkap hasil tangkapan utama dan menghasilkan hasil tangkapan sampingan yang sedikit. Jadi, sudut kemiringan dinding yang direkomendasikan adalah sudut kemiringan dinding yang paling banyak menangkap keong macan, khususnya keong macan ukuran layak tangkap dan memiliki hasil tangkapan sampingan yang paling sedikit Rancangan percobaan Analisis RAL digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan sudut kemiringan dinding terhadap panjang cangkang keong macan hasil tangkapan yang memiliki ukuran layak tangkap, sedangkan untuk umpan digunakan rancangan acak parsial. Data ini diolah dengan menggunakan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance). Untuk melakukan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance), ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar hasil yang diperoleh valid. Asumsi tersebut adalah (Matjik & Sumertajaya, 2000): 1) Ragam homogen; 2) Kebebasan galat; dan 3) Galat percobaan menyebar normal. Setelah pengujian asumsi terpenuhi, maka analisis ragam dapat dilakukan. Perlakuan yang diuji menggunakan rancangan parsial adalah sebagai berikut: 1) Umpan perangkap jodang 1 : ikan tembang; 2) Umpan perangkap jodang 2 : ikan cucut; dan 3) Umpan perangkap jodang 3 : ikan layur. Persamaan rancangan parsial yang digunakan adalah (Steel et. al., 1997) : Y ij = µ + τ i + ε ij Keterangan : Y ij : Nilai pengamatan pada umpan ke-i dan ulangan ke-j; µ : Rataan umum; τ i : Pengaruh umpan ke-i; ε ij : Pengaruh acak pada umpan ke-i ulangan ke-j; i : Perlakuan (1,2,3); dan j : Ulangan (1,2,3,..., 10).

33 17 Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H 0 : τ 1 = τ 2 = τ 3 = 0 H 1 : Paling sedikit ada satu τ 1 0 Untuk perlakuan yang diuji menggunakan RAL adalah sebagai berikut: 1) Sudut kemiringan dinding 1 : 30 o ; 2) Sudut kemiringan dinding 2 : 40 o ; dan 3) Sudut kemiringan dinding 3 : 50 o. Persamaan rancangan acak lengkap yang digunakan adalah (Steel et. al., 1997): Y ijk = µ + A i + B j + AB ij + ε ijk Keterangan : Y ijk : Pengamatan faktor sudut kemiringan taraf ke-i, faktor panjang cangkang keong macan taraf kej dan ulangan ke-k; µ : Rataan umum; A i : Pengaruh faktor sudut kemiringan pada taraf ke-i; B j : Pengaruh faktor panjang cangkang keong macan pada taraf ke-j; AB ij : Interaksi antara faktor sudut kemiringan dengan faktor panjang cangkang keong macan; ε ijk : Pengaruh galat pada faktor sudut kemiringan taraf ke-i, faktor panjang cangkang keong macan taraf ke-j dan ulangan ke-k; i : 1,2,3; j : 1,2,3,...,10; dan k : 1,2,3,...,10. Untuk menilai apakah dua nilai tengah perlakuan berbeda secara statistika, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan selisih nilai tengah perlakuan tersebut dengan nilai BNT. Jika dua nilai perlakuan lebih besar daripada nilai BNT, maka dua nilai dikatakan berbeda secara nyata pada taraf α. Sebaliknya, jika beda dua nilai tengah perlakuan tersebut lebih kecil daripada nilai BNT, maka dapat dikatakan dua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel et. al., 1997) : BNT α = t α (2s 2 / r) 1/2 Konstanta t adalah nilai t yang diperoleh dari tabel t pada taraf nyata α. Nilai t dilihat pada derajat bebas galat. Konstanta s 2 adalah nilai kuadrat tengah galat (KTG) yang diperoleh dari analisis ragam dan r adalah jumlah ulangan.

34 18 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Hasil Tangkapan Perangkap jodang menangkap 8 spesies yang dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kepiting dan keong. Kelompok kepiting terdiri atas 4 jenis spesies, yaitu Beuroisia manqueni, Tanaoa distinctus Myra grandis, dan Laterallidae. Adapun kelompok keong terdiri atas 4 jenis spesies yang meliputi Buccinum spp., Collumella testudine Oliva spp., dan keong macan (Babylonia spirata). Persentase jumlah tangkapan perangkap jodang, baik berupa keong macan, keong lain dan kepiting, relatif tidak berbeda jauh. Gambar 6 menunjukkan komposisi jumlah hasil tangkapan perangkap jodang. Keong macan mencapai jumlah 335 individu (28,53%), kepiting 506 individu (43,1%), dan jenis keong lain 333 individu (28,37%). Jika pengelompokkan didasarkan atas jenis tangkapan, maka jenis tangkapan terbesar adalah keong, yaitu 56,9% (668 individu). Keong macan Kepiting Keong Gambar 6 Komposisi jumlah hasil tangkapan perangkap jodang.

35 19 Jenis hasil tangkapan sampingan didominasi oleh kepiting sebanyak 506 individu (60,31%), sisanya adalah keong jenis lain sebanyak 333 individu (39,69%). Komposisi hasil tangkapan sampingan dapat dilihat pada Gambar 7. Keong Kepiting Gambar 7 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang. Berdasarkan pengamatan langsung, substrat dasar perairan tempat dilakukannya operasi penangkapan berupa lumpur. Ini menjadi salah satu penyebab jumlah tangkapan terbanyak adalah dari kelompok keong. Menurut Shanmugaraj dan Ayyakkanu (1994), dan Yulianda dan Danakusumah (2000), habitat keong macan adalah perairan dengan substrat dasar yang berlumpur. Menurut Rupert & Barnes (1991), keong sangat sensitif terhadap rangsang gerak, sehingga kemungkinan besar keong masuk ke dalam perangkap lebih dahulu daripada kepiting. Hill (1982) menjelaskan kepiting memiliki pergerakan yang agresif, terutama dalam merespon bau. Pergerakan agresif kepiting, baik yang berada di dalam maupun di luar perangkap akan menyebabkan keong tidak akan mendekati perangkap. Ukuran keong macan yang tertangkap memiliki ukuran panjang cangkang antara 1,22 cm hingga 5,49 cm. Dari keseluruhan keong macan yang tertangkap sebanyak 335 individu, hanya 16 individu (4,76%) yang memiliki ukuran layak tangkap. Panjang cangkang keong macan yang layak tangkap lebih besar dari

36 20 4,27 cm. Jenis kepiting, menyebar pada ukuran lebar karapas antara 0,61 cm sampai 5,66 cm, sedangkan jenis keong lain menyebar pada ukuran panjang cangkang antara 1,29 cm hingga 4,13 cm. 4.2 Pengaruh Umpan Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan Distribusi jenis dan jumlah hasil tangkapan total Komposisi hasil tangkapan berdasarkan jenis umpan menangkap keong sebanyak 668 individu (56,9%) dan kepiting 506 individu (43,1%). Keong macan banyak tertangkap pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang sebanyak 157 individu, umpan ikan cucut menangkap sebanyak 74 individu, dan umpan ikan layur menangkap sebanyak 104 individu keong macan Distribusi jumlah hasil tangkapan utama Ada atau tidaknya pengaruh umpan pada perangkap jodang yang diuji terhadap jumlah keong macan yang tertangkap dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hal ini dilakukan untuk melihat gambaran data secara umum sebelum dilakukan analisis secara lebih mendalam. Berdasarkan data jumlah keong macan, analisis ragam (ANOVA) dapat dilakukan dan hasilnya dapat dikatakan valid/sah karena uji asumsi telah dipenuhi (Mattjik & Sumertajaya 2000). Berdasarkan perhitungan analisis ragam didapatkan bahwa sudut kemiringan dinding berpengaruh nyata terhadap jumlah keong macan yang merayap dan tertangkap. Hal ini terlihat dari F hitung yang lebih besar dari F tabel. Nilainya masing-masing sebesar 64,68 dan 3,35. Distribusi jumlah keong macan sebagai hasil tangkapan utama untuk setiap sudut kemiringan dinding dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Umpan ikan tembang. Perangkap yang menggunakan umpan ikan tembang menangkap keong macan dengan jumlah terbanyak dibanding dengan perangkap yang menggunakan umpan jenis lainnya. Jumlah total keong macan yang tertangkap pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang sebanyak 157 individu atau 46,86% dari tangkapan total keong macan.

37 21 2) Umpan ikan cucut. Perangkap ini menangkap keong macan dalam jumlah paling sedikit dibandingkan dengan tangkapan keong macan pada perangkap dengan umpan lainnya. Terdapat 74 individu keong macan (22,09%) yang tertangkap dari total tangkapan keong macan. 3) Umpan ikan layur. Jumlah keong macan yang dapat tertangkap pada perangkap dengan umpan ikan layur lebih sedikit dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan umpan ikan tembang. Perangkap ini menangkap keong macan sebanyak 104 individu (31,05%) dari total tangkapan keong macan. Gambar 8 Komposisi jumlah hasil tangkapan pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang, ikan cucut, dan ikan layur. 4) Umpan perangkap jodang pilihan berdasarkan distribusi jumlah tangkapan utama Perangkap jodang dengan umpan ikan tembang memberikan hasil tangkapan keong macan yang paling banyak, kemudian diikuti oleh perangkap jodang dengan umpan ikan layur, dan perangkap jodang dengan umpan ikan cucut. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkap jodang dengan umpan ikan tembang adalah perangkap yang paling banyak didatangi oleh keong macan, karena keong macan lebih tertarik dengan umpan atau makanan yang memiliki sifat seperti bangkai segar (Rupert & Barnes 1991). Untuk

38 22 kepentingan penangkapan, penggunaan umpan ikan tembang dapat direkomendasikan Distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan Distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan untuk setiap umpan yang digunakan diuraikan sebagai berikut: 1) Perangkap jodang dengan umpan ikan tembang Perangkap jodang yang menggunakan umpan ikan tembang menangkap keong jenis lain 69 individu (26,44%) dan kepiting 192 individu (73,56%). Keong Kepiting Gambar 9 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang. Keong terbanyak adalah dari spesies Buccinum sebanyak 54 individu (78,26%) dari total tangkapan keong. Spesies lain yaitu Collumella testudine (21,74%) sebanyak 15 individu dari total tangkapan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang.

39 23 Gambar 10 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang. Hasil tangkapan sampingan berupa kepiting, tangkapan terbanyak berasal dari spesies Tanaoa distinctus sebanyak 129 individu (67,19%) dari total tangkapan kepiting. Spesies lain Myra grandis tertangkap 54 individu (28,13%). Beuroisia manquenei tertangkap sebanyak 6 individu (3,13%). Laterallidae tertangkap 3 individu (2,6%). Gambar 11 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang.

40 24 2) Perangkap jodang dengan umpan ikan cucut Perangkap ini menangkap kelompok keong jenis lain sebanyak 113 individu (45,75%) dan kelompok kepiting sebanyak 134 individu (54,25%). Keong Kepiting Gambar 12 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan cucut. Kelompok keong didominasi oleh Collumella testudine yang berjumlah 81 individu (71,68%). Buccinum spp. tertangkap sebanyak 26 individu (23,01%) dan Olivia spp. tertangkap sebanyak 6 individu (5,31%). Gambar 13 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan cucut.

41 25 Kelompok kepiting didominasi oleh Tanaoa distinctus sebanyak 69 individu (51,49%). Myra grandis tertangkap sebanyak 47 individu (35,08%). Beuroisia manquenei tertangkap sebanyak 13 individu (9,7%). Laterallidae tertangkap sebanyak 5 individu (3,73%) dari total tangkapan kepiting.\ Gambar 14 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang umpan ikan cucut. 3) Perangkap jodang dengan umpan ikan layur Keong dan kepiting yang tertangkap oleh perangkap dengan umpan ikan layur masing-masing berjumlah 157 individu (48, 31%) dan 168 individu (51, 69%). Keong Kepiting Gambar 15 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan layur.

42 26 Buccinum spp. merupakan hasil tangkapan sampingan terbanyak dengan hasil tangkapan sebanyak 81 individu (51,59%) dari total tangkapan keong. Sebanyak 68 individu (43,31%) Collumella testudine spp. tertangkap oleh perangkap ini, dan Olivia spp. tertangkap sebanyak 8 individu (5,1%) dari total tangkapan keong. Gambar 16 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang dengan umpan ikan layur. Tanaoa distinctus mendominasi kelompok kepiting dengan jumlah 105 individu (62,5%). Myra grandis tertangkap sebanyak 56 individu (33,33%). Beuroisia manquenei tertangkap sebanyak 7 individu (4,17%). Gambar 17 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang dengan umpan ikan layur.

43 27 4) Umpan perangkap jodang pilihan berdasarkan distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan Hasil tangkapan sampingan berupa keong paling sedikit terdapat pada perangkap jodang yang menggunakan umpan ikan cucut. Kemudian diikuti oleh perangkap jodang yang menggunakan umpan ikan tembang dan ikan layur. Dilihat dari distribusi jumlah tangkapan sampingan untuk setiap umpan, umpan ikan layur memiliki hasil tangkapan sampingan yang paling banyak dibandingkan dengan jenis umpan lainnya yaitu sebesar 325 individu dengan komposisi 157 individu dari jenis keong dan 168 individu dari jenis kepiting, setelah itu diikuti oleh umpan ikan tembang sebesar 261 individu dengan komposisi 69 individu dari jenis keong, 192 individu dari jenis kepiting. Jumlah hasil tangkapan sampingan yang paling sedikit berasal dari perangkap dengan umpan ikan cucut, yaitu sebesar 247 individu dengan komposisi 113 individu dari jenis keong dan 134 individu dari jenis kepiting. Untuk menghindari hasil tangkapan sampingan berupa keong dan kepiting, maka berdasarkan data di atas dapat dipertimbangkan untuk menggunakan umpan perangkap jodang yang berasal dari ikan cucut. Ikan cucut memiliki hasil tangkapan sampingan lebih sedikit karena daging ikan yang memiliki kandungan amoniak yang cukup tinggi sehingga menimbulkan bau yang sangat pekat. Karena sifat tingkah laku keong macan yang hampir sama dengan keong-keong jenis lainnya yang menyukai bangkai segar (Martanti, 2001), maka umpan dari ikan layur dan ikan tembang dapat digunakan untuk memaksimalkan hasil tangkapan yang didapat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 18, komposisi hasil tangkapan berupa keong terbanyak terdapat pada umpan ikan layur.

44 28 Keong Jenis lain Kepiting Gambar 18 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang, ikan cucut, dan ikan layur Umpan Perangkap Jodang Pilihan Umpan perangkap jodang yang baik adalah umpan yang dapat menghasilkan tangkapan dengan komposisi tangkapan untuk keong macan yang berjumlah banyak dan hasil tangkapan sampingan dengan jumlah sedikit. Berdasarkan analisis hasil tangkapan utama, penggunaan umpan ikan tembang dapat direkomendasikan karena menangkap hasil tangkapan utama berupa keong macan paling banyak dibandingkan dengan umpan lainnya. Hal ini sesuai dengan tingkah laku keong macan yang menyukai makanan atau umpan berupa bangkai segar (Martanti, 2001). Hasil tangkapan sampingan pada penggunaan umpan ikan tembang juga relatif sedikit dibandingkan dengan penggunaan jenis umpan lainnya. Sebaliknya, penggunaan umpan ikan cucut perlu dihindari karena selain total hasil tangkapan paling sedikit dibandingkan dengan jenis umpan lainnya, jumlah total tangkapan utama dari penggunaan umpan ikan cucut yang paling sedikit dibandingkan dengan penggunaan jenis umpan lainnya. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari daging ikan cucut yang memiliki kandungan amoniak yang tinggi sehingga bau yang dikeluarkan menyengat. Selain itu untuk jenis kepiting, kepiting sangat menyukai makanan atau daging dengan sifat bangkai yang sudah busuk dan berbau menyengat, sehingga untuk umpan ikan cucut

45 29 banyak menangkap kepiting sehingga hasil tangkapan keong macan tidak akan masuk ke dalam perangkap yang menggunakan umpan ikan cucut. Keong Kepiting Keong macan Gambar 19 Komposisi jumlah hasil tangkapan keong macan, keong, dan kepiting pada perangkap jodang dengan umpan ikan tembang, ikan cucut, dan ikan layur. 4.3 Pengaruh Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan Distribusi jenis dan jumlah hasil tangkapan total Berdasarkan hasil tangkapan yang didapat, jumlah antara hasil tangkapan utama dengan tangkapan sampingan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Jumlahnya masing-masing 668 individu (56,9%) dan 506 individu (43,1%). Berdasarkan sudut kemiringan dinding perangkap jodang, sudut 30 o mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 153 individu, sudut 40 o sebanyak 109 individu, dan sudut sudut 50 o sebanyak 75 individu. Gambar 20 menunjukkan komposisi hasil tangkapan keong macan pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang.

46 Gambar 20 Komposisi jumlah hasil tangkapan keong macan tiap sudut perangkap. m Panjang cangkang keong macan menyebar pada kisaran panjang 0,00-5,49 cm yang dibagi ke dalam 9 kelas dengan interval kelas sebesar 0,61 cm. Keong macan yang tidak layak tangkap berada pada kisaran panjang cangkang sebesar 3,05-3,66 cm, yaitu sebanyak 320 ekor. Ukuran keong ini belum layak untuk ditangkap, karena belum matang gonad dan belum siap melakukan pemijahan. Keong macan yang tertangkap dengan ukuran layak tangkap sebanyak 16 individu. Hal ini diakibatkan karena penelitian berlangsung pada bulan Januari. Menurut Zein (2003), musim penangkapan keong macan di Palabuhanratu mencapai puncaknya pada bulan Juni-Oktober.

47 31 layak tangkap Gambar 21 Komposisi ukuran keong macan keseluruhan dan keong macan ukuran layak tangkap Distribusi jumlah hasil tangkapan utama Ada atau tidaknya pengaruh sudut kemiringan dinding yang diuji terhadap jumlah keong macan yang tertangkap dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hal ini dilakukan untuk melihat gambaran data secara umum sebelum dilakukan analisis secara lebih mendalam. Berdasarkan data jumlah keong macan, analisis ragam (ANOVA) dapat dilakukan dan hasilnya dapat dikatakan valid/sah karena uji asumsi telah dipenuhi (Mattjik & Sumertajaya 2000). Berdasarkan perhitungan analisis ragam didapatkan bahwa sudut kemiringan dinding berpengaruh nyata terhadap jumlah keong macan yang merayap dan tertangkap. Hal ini terlihat dari F hitung yang lebih besar dari F tabel. Nilainya masing-masing sebesar 64,68 berbanding 3,35. Distribusi jumlah keong macan sebagai hasil tangkapan utama untuk setiap sudut kemiringan dinding dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Sudut kemiringan dinding 30 o Jumlah keong macan yang tertangkap pada sudut kemiringan dinding 30 o sebanyak 153 individu atau 45,67% dari tangkapan total keong macan. Perangkap ini tidak menangkap 1 individu pun keong macan yang memiliki ukuran layak tangkap.

48 32 layak tangkap Gambar 22 Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan pada sudut kemiringan 30 o. 2) Sudut kemiringan dinding 40 o Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 o menangkap keong macan sebanyak 109 individu (32,54%) dari total tangkapan keong macan. Perangkap ini hanya menangkap keong macan ukuran layak tangkap sebanyak 7 individu (6,42%). Ukuran panjang cangkang keong macan layak tangkap yang paling banyak tertangkap pada sudut kemiringan ini berada pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,88 (cm) sebanyak 6 individu (85,71%). layak tangkap Gambar 23 Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan pada sudut kemiringan 40 o.

49 33 3) Sudut kemiringan dinding 50 o Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 o menangkap keong macan sebanyak 73 individu (21,79%) dari total tangkapan keong macan. Perangkap ini menangkap keong macan ukuran layak tangkap sebanyak 9 individu (12,33%). Ukuran panjang cangkang keong macan layak tangkap paling banyak tertangkap pada ukuran panjang cangkang 4,27-4,88 (cm) sebanyak 8 individu (88,89%). layak tangkap Gambar 24 Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan pada sudut kemiringan 50 o. 4) Sudut kemiringan dinding pilihan berdasarkan distribusi jumlah tangkapan utama Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30 o memberikan hasil tangkapan keong macan yang paling banyak, kemudian diikuti oleh perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 o dan yang paling sedikit adalah perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 o. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut kemiringan dinding 30 o adalah sudut kemiringan dinding yang paling mudah dirayapi oleh keong macan. Perangkap dengan sudut kemiringan 50 o merupakan perangkap dengan hasil tangkapan keong macan layak tangkap terbanyak. Untuk kepentingan penangkapan keong macan yang hanya mementingkan kuantitas, sudut kemiringan dinding 30 o dapat direkomendasikan, tetapi untuk penangkapan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya keong macan, perangkap dengan sudut kemiringan 50 o dapat direkomendasikan. Gambar 25 menunjukkan

50 34 komposisi hasil tangkapan total keong macan dan keong macan ukuran layak tangkap. Jumlah keong macan Jumlah keong macan layak tangkap Gambar 25 Komposisi jumlah hasil tangkapan total keong macan dan keong macan ukuran layak tangkap Distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan Distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan untuk setiap sudut kemiringan dinding diuraikan sebagai berikut: 1) Sudut kemiringan dinding 30 o Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30 o menangkap tangkapan sampingan berupa jenis keong lain dan kepiting. Jenis keong lain yang ditangkap berjumlah 93 individu (47,69%) dan kepiting 102 individu (52,31%). Gambar 26 menunjukkan komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang sudut 30 o.

51 35 Keong Kepiting Gambar 26 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang sudut 30 o. Jenis keong lain yang banyak tertangkap adalah Columella testudine sebanyak 63 individu (67,74%). Tangkapan terbanyak berada pada ukuran panjang cangkang 2,54-2,86 (cm) sebanyak 40 individu. Spesies lain Buccinum spp. tertangkap sebanyak 19 individu (20,43%), dengan jumlah tangkapan terbanyak berada pada kisaran panjang cangkang 1,91-2,23 (cm) sebanyak 8 individu. Olivia spp. yang tertangkap sebanyak 11 individu (11,83%) dengan tangkapan terbanyak berada pada ukuran panjang cangkang 2,54-2,86 (cm) sebanyak 5 individu. Gambar 27 menunjukkan komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 30 o. Gambar 27 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 30 o.

52 36 Gambar 28 Komposisi hasil tangkapan sampingan keong berdasarkan panjang cangkang pada sudut 30 o. Jumlah tangkapan kepiting terbanyak berasal dari spesies Tanaoa distinctus sebanyak 65 individu (61,32%) dari total tangkapan kepiting. Jumlah tangkapan terbanyak berada pada ukuran lebar karapas 2,29-3,14 (cm) sebanyak 33 individu. Spesies lain Myra grandis tertangkap 29 individu (27,36%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas 1,45-2,29 (cm) dan 2,29-3,14 (cm) masingmasing sebanyak 13 ekor. Beuroisia manquenei tertangkap sebanyak 7 individu (6,6%) dengan tangkapan terbanyak berada pada panjang karapas 1,45-2,29 (cm) dan 3,98-4,82 (cm) masing-masing sebanyak 3 individu. Laterallidae tertangkap 5 ekor (4,72%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas 3,98-4,82 (cm) sebanyak 3 individu. Gambar 29 dan Gambar 30 menunjukkan komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 30 o dan komposisi hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 30 o.

53 37 Gambar 29 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 30 o. Gambar 30 Komposisi hasil tangkapan sampingan kepiting berdasarkan lebar karapasnya sudut 30 o. 2) Sudut kemiringan dinding 40 o Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 o menangkap keong jenis lain sebanyak 163 individu (44,9%) dan kelompok kepiting sebanyak 200 individu (55,1%). Kelompok keong didominasi oleh Buccinum spp. berjumlah 117 individu (70,91%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas 2,23-2,54 (cm) sebanyak 42 individu. Jumlah Collumella testudine yang

54 38 tertangkap sebanyak 46 individu (27,88%). Sebanyak 23 individu tertangkap pada ukuran lebar karapas 2,86-3,18 (cm). Olivia spp. tertangkap sebanyak 2 individu (1,21%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran panjang karapas 3,18-3,50 (cm). Keong Kepiting Gambar 31 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang sudut 40 o. Gambar 32 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 40 o.

55 39 Gambar 33 Komposisi hasil tangkapan sampingan keong berdasarkan panjang cangkangnya pada sudut 40 o. Tanaoa distinctus mendominasi tangkapan terbanyak pada perangkap ini dengan banyak 112 individu (81%). Ukuran lebar karapas 2,29-3,14 (cm) merupakan ukuran lebar karapas terbanyak dari kepiting ini yang tertangkap, sebanyak 78 individu. Dari 77 individu (38,5%) Myra grandis yang tertangkap, sebanyak 27 individu tertangkap pada ukuran lebar karapas 1,45-2,29 (cm). Beuroisia manquenei tertangkap sebanyak 8 individu (4%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas 1,45-2,29 (cm) sebanyak 6 individu. Spesies lain, Laterallidae tertangkap sebanyak 3 individu (1,5%) dari total tangkapan kepiting. Ukuran lebar karapas 3,14-3,98 (cm) adalah ukuran dimana banyak kepiting ini yang tertangkap.

56 40 Gambar 34 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 40 o. Gambar 35 Komposisi hasil tangkapan sampingan kepiting berdasarkan lebar karapasnya pada sudut 40 o. 3) Sudut kemiringan dinding 50 o Keong jenis lain dan kepiting yang tertangkap oleh perangkap ini masingmasing berjumlah 79 individu (27,92%) dan 204 individu (72,08%). Collumella testudine mendominasi hasil tangkapan sebanyak 55 individu (69,62%) dari total tangkapan keong jenis lain dengan tangkapan terbanyak terdapat pada ukuran panjang cangkang 2,54-2,86 (cm) sebanyak 37 individu. Buccinum spp. pada

57 41 peringkat kedua, tertangkap sebanyak 24 individu (30, 38%). Panjang cangkang 2,23-2,54 (cm) merupakan ukuran panjang cangkang dengan hasil tangkapan terbanyak yaitu 16 individu. Keong Kepiting Gambar 36 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perangkap jodang sudut 50 o. Gambar 37 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan keong pada perangkap jodang sudut 50 o.

58 42 Gambar 38 Komposisi hasil tangkapan sampingan keong berdasarkan panjang cangkang pada sudut 50 o. Tanaoa distinctus merupakan kelompok kepiting dengan jumlah tangkapan terbanyak, yaitu 132 individu (64,71%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas antara 2,29-3,14 (cm) sebanyak 100 individu. Sebanyak 49 individu (24,02%) Myra grandis dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas antara 1,45-2,29 (cm) sebanyak 41 individu tertangkap oleh perangkap ini. Beuroisia manquenei tertangkap sebanyak 23 individu (11,28%) dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas antara 2,29-3,14 (cm) sebanyak 12 individu. Gambar 39 Komposisi jumlah hasil tangkapan sampingan kepiting pada perangkap jodang sudut 50 o.

59 43 Gambar 40 Komposisi hasil tangkapan sampingan kepiting berdasarkan lebar karapasnya pada sudut 50 o. 4) Sudut kemiringan dinding pilihan berdasarkan distribusi jumlah hasil tangkapan sampingan Hasil tangkapan sampingan berupa keong paling sedikit terdapat pada sudut kemiringan dinding 30 o sebanyak 93 individu kemudian diikuti oleh sudut kemiringan dinding 50 o sebanyak 79 individu dan sudut kemiringan dinding 40 o sebanyak 163 individu. Dilihat dari distribusi jumlah untuk setiap sudut kemiringan dinding, hampir seluruh jenis keong memiliki pola yang sama dengan keong macan, kecuali Buccinum spp. Hasil tangkapan kelompok keong, kecuali Buccinum spp. memiliki jumlah tangkapan yang makin menurun dengan semakin bertambahnya sudut kemiringan dinding perangkap. Hal ini diduga berkaitan dengan kelandaian sudut kemiringan dinding perangkap, semakin landai sudut kemiringan dinding perangkap, maka semakin banyak keong yang merayap (Damayanti, 2009). Banyak hal yang mendasari keong lebih memilih sudut kemiringan yang lebih kecil. Hal ini disebabkan antara lain faktor morfologi keong macan yang berjalan menggunakan kaki perut sehingga lebih memilih sudut kemiringan yang lebih kecil. Faktor kedua yaitu karena habitat dari keong yang hidup pada substrat berlumpur. Merayap pada sudut kemiringan yang lebih kecil memiliki resiko tergelincir yang lebih kecil pula dibandingkan dengan sudut

60 44 kemiringan dinding perangkap yang besar. Faktor arus laut merupakan faktor eksternal terpenting yang membuat keong tergelincir atau tidak. Untuk menghindari banyaknya keong tangkapan sampingan, maka pemakaian perangkap dengan sudut kemiringan 40 o dan 50 o harus dihindari. Hasil tangkapan sampingan berupa kepiting banyak tertangkap pada sudut kemiringan dinding 50 o dan paling sedikit pada sudut kemiringan dinding 30 o. Kepiting yang tertangkap pada perangkap jodang dengan sudut 50 o memiliki ukuran lebar karapas kecil dan jenis terbanyak adalah Tanaoa distinctus dengan tangkapan terbanyak pada ukuran lebar karapas antara 2,29-3,14 cm sebanyak 100 individu. Dinding perangkap dengan kemiringan 50 o merupakan dinding yang paling mudah dirayapi oleh kepiting, khususnya oleh kepiting-kepiting yang memiliki ukuran karapas yang relatif kecil sedangkan dinding perangkap 30 o merupakan sudut yang paling sulit untuk dirayapi oleh kepiting. Hal ini berkaitan dengan bentuk morfologi dari kaki kepiting yang berbentuk seperti jarum, sehingga memudahkan kepiting berjalan pada dinding perangkap yang terbuat dari bahan waring. Keong Kepiting Gambar 41 Komposisi jumlah hasil tangkapan antara kepiting dan keong pada perangkap jodang dengan sudut 30 o, 40 o, dan 50 o.

61 Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang Pilihan Sudut kemiringan dinding perangkap yang baik dapat meminimalkan hasil tangkapan sampingan dan menyeleksi tangkapan utama pada ukuran yang layak untuk ditangkap. Berdasarkan analisis hasil tangkapan utama, pemakaian sudut kemiringan dinding 30 o dapat direkomendasikan karena dapat menangkap keong macan dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan sudut kemiringan dinding lainnya. Adapun dari analisis hasil tangkapan sampingan terdapat beberapa alternatif pilihan sudut kemiringan dinding perangkap. Apabila di lokasi penangkapan diketahui terdapat keong tangkapan sampingan dalam jumlah banyak, maka pemakaian sudut kemiringan dinding 40 o harus dihindari. Untuk lokasi penangkapan yang diketahui banyak terdapat kepiting, pemakaian sudut kemiringan 50 o harus dihindari. Adapun bila pada lokasi penangkapan tidak diketahui sumberdayanya, disarankan menggunakan sudut kemiringan dinding 30 o. Perangkap jodang dengan sudut kemiringan 50 o sangat direkomendasikan untuk menangkap keong macan dengan ukuran layak tangkap. Menurut (Rupert & Barnes, 1991), keong sangat sensitif terhadap gerakan sehingga keong macan tidak akan masuk ke dalam perangkap jika terlebih dahulu terdapat kepiting yang tertangkap. Namun pada perangkap ini tertangkap tangkapan sampingan dengan jumlah yang banyak berupa kepiting yang memiliki ukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan keong macan layak tangkap, sehingga hal ini tidak begitu mempengaruhi jumlah keong macan ukuran layak tangkap yang masuk ke dalam perangkap. Sudut perangkap 50 o sangat sedikit menangkap kepiting dengan ukuran besar, sehingga keong macan ukuran layak tangkap tidak berpengaruh terhadap hal tersebut. Hal lain adalah faktor morfologi keong macan ukuran layak tangkap yang memiliki ukuran besar sehingga penampang kaki perut keong tersebut cukup luas untuk merayap pada dinding perangkap dengan sudut yang besar.

62 46 Keong macan Keong macan layak tangkap Keong jenis lain Kepiting Gambar 42 Komposisi jumlah hasil tangkapan keong macan, keong, dan kepiting pada perangkap jodang dengan sudut 30 o, 40 o, dan 50 o.

63 47 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dua kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Ikan tembang merupakan umpan yang paling produktif, karena dapat menangkap keong macan sebanyak 157 individu (46,87%), jenis keong lain 69 individu (18,58%) dan kepiting 192 individu (38,87%); dan 2) Sudut kemiringan dinding perangkap 30 o adalah sudut yang menghasilkan keong macan yang terbanyak sejumlah 153 individu (45,67%). Untuk kelestarian sumberdaya keong macan, maka sudut perangkap jodang 50 o sangat direkomendasikan karena menangkap keong macan ukuran layak tangkap terbanyak dibandingkan dengan perangkap lain sebanyak 9 individu. 5.2 Saran Untuk perbaikan konstruksi perangkap jodang dapat dilakukan penelitian lanjutan lain, seperti: 1) Penelitian mengenai penggunaan jenis umpan lain yang lebih efektif untuk menangkap keong macan dengan hasil tangkapan sampingan yang lebih sedikit; dan 2) Penelitian mengenai penggunaan jenis bahan lain pembuat dinding perangkap yang lebih mudah dirayapi oleh keong macan.

64 48 DAFTAR PUSTAKA Abbot RT & KJ. Boss A Classification of Living Mollusca. American Malacologist Inc., Florida. 195 p. Damayanti AA Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 88 hal. Firdaus M Biomorfometri dan Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Keong Macan (Babylonia spirata, L.) di Teluk Pelabuhan Ratu pada Bulan September-Oktober 2000 [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 76 hal. Fridman AL Calculations for Fishing Gear Designs. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Fishing News Book Ltd., London. 241 p. Hill BJ The Queensland Mud Scrab Fishery. Queensland Department of Primary Industries Series F Queensland: Qld. 19 p. Hyman LH The Invertebrates. Volume VI. Molusca I. Aplachopora, Polyplacopora, Monoplacopora, Gastropoda, The Coelemate Bilateria. New York : American Museum of Natural Hystory. p Martanti D Pola Distribusi dan Struktur Populasi Keong Macan (Babylonia spirata) di Teluk Palabuhan Ratu pada Musim Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61 hal. Matjik AA & Sumertajaya Perancangan Percobaan. Bogor: Departemen Statistika dan Komputasi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. hal Naja U Selektivitas Jaring Jodang terhadap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 75 hal. Prayitno MRE Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7, 8, dan 9 pada Rawai Layur Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Teluk Palabuhanratu [skripsi]. Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Puspito G Konstruksi Mata Jaring Perangkap Jodang. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB. hal Reiger HA & DS. Robson Selectivity of Gill Nets, Especially the Lake Waterfish. J. fish. Res. Board Can. 23(3): p Ruppert E & RD. Barnes Invertebrate Zoology. Sanders College Publishing, Orlando, Florida. 893 p. Sabelli B Guide to Shell. New York : Simon and Schulsler Inc. 79 p.

65 49 Saputro KHS Uji Kelolosan Cangkang Keong Macan pada Jaring Jodang dengan Ukuran Mata dan Rasio Penggantungan yang Berbeda [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 57 hal. Subani W & HR. Barus Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta : BPPL. hal Shanmugaraj T & Ayyakanu Laboratory Spawning and Larval Development of Babylonia spirata, L. (Neogastropoda : Buccinidae). Journal Phuket Marine Biological Centre. Special Publication p. Steel RGD, Torrie JH & Dickey DA Principles and Procedures of Statistics. Singapore : McGraw-Hill. 748 p. Suharyanto Selektivitas Jaring Insang Hanyut terhadap Ikan Tongkol Auxis thazard (Lacepede, 1803) di Perairan Lepas Pantai Pelabuhanratu, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. 109 hal. Suwigno SB, Widigdo Y, Wardiatno & M. Krisanti Avertebrata Air jilid 2. Diktat Pengantar Kuliah. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 332 hal. Tokai T Maximum Likelihood Parameter Estimate of a Mesh Selectivity Logistic Model Trough Solver on MS-Excel. Tokyo University of Fisheries. Tokyo p. Yokota K Effect of Twine Thickness on Gillnet Size-Selectivity Analyzed with the Direct Estimation Method. Master Course of Marine Science and Technology, Tokyo University of Fisheries, Tokyo, Japan. 92 p. Yulianda F Aspek Biologi Reproduksi Siput Gastropoda Laut, Masalah Khusus Reproduksi (tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor, Bogor. 49 hal. Yulianda F & E. Danakusumah Growth and Gonad Development of Babylon Snail (Babylonia spirata, L.) in Culture. Phuket Marine Biological Center, Spec. Publ. Vol 21 (1): Yulianda F, E. Danakusumah & D. Widodo Morphometric of Reproduction Organ, Sexual Ratio and Length-Weight Relationship of Babylon Snail (Babylonia spirata, L.). Proceeding of The JSPS-DGHE International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area Vol. 10: Zein M Pengaruh Jenis Umpan dan Lama Perendaman Jaring Jodang terhadap Hasil Tangkapan Keong Macan (Babylonia spirata, L.) di Teluk Pelabuhanratu, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 49 hal.

66 LAMPIRAN 50

67 51 Lampiran 1 Lokasi penelitian 7 o 00 LS U lokasi penelitian Keterangan: Fishing base (Cisolok) 106 o 30 BT Lokasi penelitian (Sumber: 2 Agustus 2010) Posisi pengoperasian perangkap pada setiap setting Ulangan Posisi LS BT LS BT LS BT LS BT LS BT LS BT LS BT LS BT LS BT LS BT

68 52 Lampiran 2 Foto umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap jodang 1) Ikan tembang. (Sumber: Damayanti, 2009) 2) Ikan cucut. (Sumber: Damayanti, 2009) 3) Ikan layur. (Sumber: Damayanti, 2009)

69 53 Lampiran 3 Data dimensi cangkang hasil tangkapan keong macan Ulangan ke-1 PC LC TC 2,02 1,92 3,23 2,05 1,94 3,26 2,15 1,97 4,04 1,73 2,05 3,87 1,77 2,08 3,93 1,46 2,03 3,45 1,47 2,07 3,51 1,32 1,27 2,55 1,44 1,67 3,39 1,65 2,07 3,22 1,93 2,48 4,07 1,89 2,45 4,02 1,91 2,47 4,05 1,95 2,51 4,11 1,9 2,45 4,02 2,12 2,43 4,03 1,03 1,52 2,56 1,63 1,72 3,05 1,65 1,75 3,09 1,62 1,71 3,02 1,73 1,93 3,54 1,71 1,89 3,5 3,55 1,76 2,05 1,43 1,87 3,06 1,56 1,97 3,22 1,51 1,92 3,19 1,58 2,04 3,27 1,55 2,01 3,23 2,04 2,54 4,65 2,03 1,87 3,54 2,05 2,23 4,05 1,53 1,54 3,17 1,55 1,58 3,21 1,44 1,53 2,87 1,98 2,04 3,33 1,95 1,98 3,27 2,06 2,07 3,96 2,09 2,11 4,05 1,63 2,08 3,23

70 54 Ulangan ke-2 PC LC TC 1,53 1,97 3,44 1,36 1,27 2,84 1,39 1,31 2,93 1,65 1,73 2,89 1,61 1,68 2,81 0,94 1,22 2,07 0,88 1,16 1,97 0,74 0,92 2,05 0,71 0,88 1,95 0,69 0,84 1,91 0,77 0,97 2,12 0,72 0,91 2,01 0,67 0,81 1,87 0,75 0,94 2,05 0,77 0,96 2,08 0,68 0,84 1,88 0,78 0,99 2,11 0,71 0,89 1,98 1,52 1,57 2,55 1,07 1,12 2,23 0,57 0,77 1,52 0,61 0,79 1,55 1,65 1,93 3,59 1,44 1,65 2,67 2,15 1,67 2,97 1,43 1,96 3,32 1,47 2,02 3,38 1,03 1,55 2,67 1,01 1,52 2,63 0,94 0,97 1,77 1,43 1,77 3,04 1,47 1,82 3,09 1,54 2,09 3,55 1,97 2,22 4,07 1,55 1,67 3,12 3,25 1,57 1,62 1,44 1,71 3,45 1,77 2,19 4,07 Ulangan ke-3 PC LC TC 2,07 1,99 3,27 2,03 1,91 3,22 2,05 1,94 3,25 2,01 1,88 3,18 2,08 1,97 3,29 2,06 1,96 3,27 1,67 2,11 3,17 2,83 3,03 4,67 2,81 2,99 4,61 2,86 3,07 4,71 1,59 2,11 3,57 1,62 2,19 3,62 2,47 2,95 4,22

71 55 Ulangan ke-4 PC LC TC 2,07 1,96 3,26 2,12 2,01 3,33 1,57 2,03 3,49 1,51 1,96 3,41 1,55 2,01 3,45 1,52 1,95 3,39 1,39 1,31 2,87 1,42 1,35 2,91 1,02 0,99 2,61 0,98 0,97 2,57 1,61 1,76 3,18 1,51 1,66 3,05 1,45 1,81 3,12 1,47 1,85 3,16 1,45 2,03 3,35 1,49 2,08 3,41 1,07 1,59 2,71 1,11 1,55 2,76 1,08 1,55 2,72 1,77 2,01 3,66 1,72 1,97 3,63 1,75 1,98 3,65 1,59 2,13 3,59 1,62 2,17 3,64 1,57 2,09 3,55 2,02 2,26 4,11 2,35 2,54 4,45 1,57 1,72 3,15 1,53 1,67 3,08

72 56 Ulangan ke-5 PC LC TC 2,12 2,01 3,33 2,09 1,94 2,26 2,1 1,98 2,27 2,17 2,02 4,07 1,77 2,06 3,91 1,79 2,09 3,95 1,44 2,01 3,42 1,48 2,05 3,46 1,35 1,31 2,57 1,33 1,28 2,53 1,69 2,11 3,27 1,87 2,41 4,02 1,67 2,14 3,29 1,65 2,11 3,26 1,69 2,17 3,32 1,64 2,09 3,24 1,56 1,97 3,22 1,51 1,92 3,19 1,58 2,04 3,27 3,58 1,79 2,08 1,41 1,85 3,03 2,09 2,38 3,98 2,05 2,33 3,95 2,11 2,43 4,02 1,66 1,78 3,12 1,67 1,77 3,09 1,71 1,81 3,18 1,69 1,78 3,11 1,63 2,08 3,23 2,01 2,51 4,62 2,05 1,89 3,57 2,02 1,84 3,51 2,01 1,83 3,52 2,07 1,92 3,61 1,41 1,48 1,82 1,97 2,01 3,28 1,95 1,99 3,22 1,99 2,05 3,33 1,96 2,01 3,26

73 57 Ulangan ke-6 PC LC TC 2,11 2,03 3,33 2,09 1,99 3,27 2,04 1,93 3,21 2,11 2,03 3,33 2,06 1,95 3,24 2,08 1,97 3,26 2,12 2,05 3,36 2,08 1,95 3,23 2,14 2,07 3,37 2,13 2,05 3,34 2,07 1,93 3,19 2,1 2,02 3,31 2,07 1,95 3,23 2,02 1,91 3,18 2,04 1,93 3,22 2,03 1,93 3,2 2,06 1,95 3,26 1,74 2,04 3,37 1,89 1,74 3,06 1,52 1,46 2,75 1,66 1,76 2,64 1,74 2,19 3,24 1,73 1,93 3,34 1,36 1,52 2,77 1,84 1,28 2,84 1,65 1,82 2,83 1,85 2,05 3,18 1,54 1,62 2,71 1,61 1,46 2,65 1,33 1,24 2,36 1,59 2,11 3,57 1,62 2,19 3,62 2,44 2,92 2,19 2,32 2,48 3,63 3,18 3,49 5,08 3,15 3,46 5,05 3,19 3,52 5,13 3,21 3,56 5,15 3,15 3,48 5,07

74 58 Ulangan ke-7 PC LC TC 2,09 1,98 3,28 2,08 1,95 3,25 2,03 1,91 2,22 2,15 2,03 3,33 2,11 1,98 3,28 2,21 2,05 4,11 1,79 2,09 3,95 1,77 2,05 3,91 1,47 2,05 3,47 1,37 1,33 2,59 1,35 1,28 2,55 1,91 2,45 4,07 1,93 2,42 4,02 1,09 2,41 4,02 1,99 2,47 4,09 1,96 2,44 4,06 1,87 2,14 3,44 1,72 1,63 2,86 1,63 1,46 2,88 2,86 2,75 1,83 1,44 1,53 2,84 1,38 1,22 2,24 2,71 3,12 4,52 1,95 1,44 3,08 1,72 1,93 2,92 1,86 1,96 3,15 2,18 2,12 3,33 2,99 3,14 4,78 2,05 2,55 4,65 2,08 1,92 3,62 2,05 1,88 3,59 1,43 1,52 1,85 1,99 2,04 3,31 1,99 2,05 3,34 1,96 2,01 3,28

75 59 Ulangan ke-8 PC LC TC 2,09 1,97 3,28 2,07 1,95 3,24 2,11 2,02 3,32 2,22 2,12 3,39 2,19 2,09 3,37 2,21 2,08 4,12 1,79 2,11 3,96 1,81 2,14 3,98 1,44 2,01 3,42 1,37 1,33 2,58 1,35 1,29 2,55 1,88 2,43 4,05 1,64 1,47 2,64 1,74 1,52 3,04 1,58 1,42 2,76 1,55 1,36 2,65 1,65 1,42 2,79 1,85 1,92 3,22 1,78 1,77 2,75 1,87 2,25 3,39 1,63 1,85 3,24 1,64 1,74 2,97 2,02 1,64 2,74 1,71 1,87 2,73 1,94 1,48 3,07 1,44 1,59 2,45 1,72 1,84 2,83 1,68 1,75 2,84 1,57 1,42 2,56 1,43 1,33 2,48 2,12 2,29 3,35 2,93 2,92 4,76 1,44 1,58 2,84 2,04 2,55 4,67 2,03 1,85 3,55 2,07 1,88 3,58 1,38 1,45 1,78 1,95 1,99 3,26 1,97 2,03 3,29 1,96 2,01 3,26 1,67 2,12 3,25 1,66 2,09 3,22

76 60 Ulangan ke-9 PC LC TC 2,04 1,97 3,28 2,03 1,95 3,23 2,25 2,14 3,43 2,23 2,11 4,15 2,21 2,08 4,11 2,25 2,17 4,22 2,22 2,11 3,39 2,04 2,02 2,03 1,96 1,99 3,25 1,96 2,01 3,27 2,17 1,76 3,37 1,95 1,92 3,05 1,66 1,72 2,83 1,86 1,74 2,91 1,53 1,44 2,65 1,8 2 3,2 1,7 1,6 2,7 1,6 1,4 2,7 1,7 1,5 2,8 1,8 1,6 2,8 1,9 1,6 3,2 1,47 1,54 2,87 2,13 1,75 3,44 1,93 1,87 3,19 1,73 1,82 2,91 2,22 2,11 3,39 2,23 2,14 3,42 2,26 2,17 3,46 1,57 2,08 3,56 1,55 2,04 3,55 1,97 2,02 3,27

77 61 Ulangan ke-10 PC LC TC 2,11 2,02 3,31 2,09 1,97 3,28 2,18 2,07 3,37 2,23 2,08 4,15 1,77 2,06 3,91 1,74 2,02 3,88 1,48 2,06 3,51 1,35 1,31 2,56 1,32 1,27 2,51 1,88 2,42 4,03 2,27 2,12 3,02 1,64 2,08 3,21 1,66 2,11 3,23 1,74 2,06 3,37 1,86 1,75 3,09 1,34 1,58 2,71 1,85 1,22 2,88 1,62 1,81 2,82 1,86 2,05 3,12 1,56 1,62 2,77 1,62 1,46 2,68 1,37 1,22 2,36 2,3 2,45 3,66 3,14 3,45 5,07 2,05 2,55 4,65 2,07 2,59 4,67 2,09 2,62 4,71 2,04 1,88 3,58 2,05 1,88 3,61 2,22 2,09 2,97 2,21 2,06 2,93 1,97 2,02 3,28 1,99 2,05 3,31 1,96 1,99 3,25

78 62 Lampiran 4 Foto perangkap jodang 1) Perangkap jodang yang dilengkapi dengan kantong PA. (Sumber: Damayanti, 2009) 2) Susunan perangkap jodang di atas perahu. (Sumber: Damayanti, 2009)

79 63 Lampiran 5 Foto-foto hasil tangkapan A. Kelompok keong. 1) Keong macan (Babylonia spirata). (Sumber: Damayanti, 2009) 2) Buccinum spp. (Sumber: Damayanti, 2009) 3) Collumella testudine. (Sumber: Damayanti, 2009)

80 64 4) Olivia spp. (Sumber: Damayanti, 2009) B. Kelompok kepiting. 1) Beuroisia manquenei. (Sumber: Damayanti, 2009) 2) Tanaoa distinctus. (Sumber: Damayanti, 2009)

81 65 3) Myra grandis. (Sumber: Damayanti, 2009) 4) Laterallidae (Sumber: Damayanti, 2009)

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keong Macan Klasifikasi dan identifikasi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keong Macan Klasifikasi dan identifikasi 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keong Macan 2.1.1 Klasifikasi dan identifikasi Klasifikasi dan identifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah sebagai berikut: Filum: Moluska; Kelas: Gastropoda;

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan Klasifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah: Filum : Moluska; Kelas : Gastropoda; Subkelas : Prosobranchia; Ordo : Neogastropoda; Super

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN KONSTRUKSI MATA JARING DINDING DASAR PERANGKAP JODANG

SELEKSI UMPAN DAN KONSTRUKSI MATA JARING DINDING DASAR PERANGKAP JODANG 1 SELEKSI UMPAN DAN KONSTRUKSI MATA JARING DINDING DASAR PERANGKAP JODANG GINI AL GHAZALI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Sumber: [2 Agustus 2010] Posisi pengoperasian alat tangkap pada tiap setting

Sumber:  [2 Agustus 2010] Posisi pengoperasian alat tangkap pada tiap setting LAMPIRAN 48 49 Lampiran 1 Lokasi penelitian 106 o 30 BT 07 o 00 LS Keterangan: Fishing base (Cisolok) U Lokasi penelitian Sumber: http://www.googlemap.com [2 Agustus 2010] Posisi pengoperasian alat tangkap

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Kemiringan dinding perangkap Jodang (Slope of Jodang Trap Wall)

Kemiringan dinding perangkap Jodang (Slope of Jodang Trap Wall) 35 Maspari Journal 01 (2010) 35-41 http://masparijournal.blogspot.com Kemiringan dinding perangkap Jodang (Slope of Jodang Trap Wall) Gondo Puspito Departemen PSP, FPIK Institut Pertanian Bogor, Bogor,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING PERANGKAP JODANG

KONSTRUKSI DINDING PERANGKAP JODANG KONSTRUKSI DINDING PERANGKAP JODANG Construction of Jodang Trap Wall Gondo Puspito 1 1 Staf Pengajar pada Bagian Teknologi Alat Penangkapan Ikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB Diserahkan

Lebih terperinci

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA *)

KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA *) ABSTRAK KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA *) Ria Faizah Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Ancol-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 April 2005;

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data di lapangan sejak tanggal 16 Agustus 2011 hingga 31 September 2011 di Desa Kertajaya, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Peta Lokasi Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) menurut Ruppert dan Barnes (1994); adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN BENTUK PERANGKAP PLASTIK UNTUK MENANGKAP KEONG MACAN. Selection on Bait and Shape of Plastic Trap in Catching Babylon Snail.

SELEKSI UMPAN DAN BENTUK PERANGKAP PLASTIK UNTUK MENANGKAP KEONG MACAN. Selection on Bait and Shape of Plastic Trap in Catching Babylon Snail. Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 155-161 SELEKSI UMPAN DAN BENTUK PERANGKAP PLASTIK UNTUK MENANGKAP KEONG MACAN Selection on Bait and Shape of Plastic Trap in Catching

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penentuan ukuran mata jaring dan sudut kemiringan lintasan masuk bubu. Tahap kedua adalah penentuan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 25 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat, yang merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

MODEL FUNGSI PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN BUBU KEONG MACAN (Babylonia spirata L.) DI KARANG SERANG TANGERANG PROVINSI BANTEN

MODEL FUNGSI PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN BUBU KEONG MACAN (Babylonia spirata L.) DI KARANG SERANG TANGERANG PROVINSI BANTEN MODEL FUNGSI PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN BUBU KEONG MACAN (Babylonia spirata L.) DI KARANG SERANG TANGERANG PROVINSI BANTEN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Lebih terperinci

Selektivitas Kisi Perangkap Jodang (Selectivity of Jodang Trap Grids)

Selektivitas Kisi Perangkap Jodang (Selectivity of Jodang Trap Grids) 1 G Puspito / Maspari Journal 04 (2012) 1-9 Maspari Journal, 2012, 4(1), 1-9 http://masparijournal.blogspot.com Selektivitas Kisi Perangkap Jodang (Selectivity of Jodang Trap Grids) Gondo Puspito Departemen

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

UJI COBA DUA JENIS BUBU PENANGKAP KEONG MACAN DI PERAIRAN KARANG SERANG KABUPATEN TANGERANG

UJI COBA DUA JENIS BUBU PENANGKAP KEONG MACAN DI PERAIRAN KARANG SERANG KABUPATEN TANGERANG UJI COBA DUA JENIS BUBU PENANGKAP KEONG MACAN DI PERAIRAN KARANG SERANG KABUPATEN TANGERANG Oleh: Diniah 1), D. Lismawati 2) dan S. Martasuganda 1) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI

ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI ANALISIS USAHA PERIKANAN TONDA DI PADANG SUMATERA BARAT THOMAS ROMANO PUTRA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu ( Traps 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Bubu (Traps) Bubu merupakan alat penangkapan ikan yang pasif (pasif gear). Alat tangkap ini memanfaatkan tingkah laku ikan yang mencari tempat persembunyian maupun

Lebih terperinci

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN (Mud Crab Fishing Time in Lontar Water Serang Regency Banten) Ririn Irnawati 1), Adi Susanto 1), Siti Lulu Ayu

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU

PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP DI DAERAH KAWAL, KABUPATEN TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU DAVID OCTAVIANUS SIAHAAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya hayati perairan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Mata Jaring Lintasan Masuk Bubu Hasil pengamatan terhadap tingkah laku kepiting bakau saat melewati bidang lintasan masuk menunjukkan bahwa kepiting bakau cenderung

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perairan Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perairan Indonesia. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perairan Indonesia Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak diantara samudera Pasifik dan samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi

Lebih terperinci

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Oleh : Indra Ambalika Syari C64101078 DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN ANISA FATHIR RAHMAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tziaku sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanannya demi

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tziaku sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanannya demi Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tziaku sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanannya demi keberhasilankzr ggpj, PENGARUH KEDALAMAN POSISI MATA PANCING

Lebih terperinci

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI

RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM. Deka Berkah Sejati SKRIPSI RESPON PENCIUMAN IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) TERHADAP UMPAN : PENGUJIAN SKALA LABORATORIUM Deka Berkah Sejati SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perairan Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lain: waduk, danau, kolam, telaga, rawa, belik, dan lain lain (Wibowo, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis, dan sosial

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASH, TANGWAN BUBU B&U DAN BUSU LIPAT DI PE-2AlRA.N PALASXJHAMUTU, KABUPATEN JAWA BARAT

PERBANDINGAN HASH, TANGWAN BUBU B&U DAN BUSU LIPAT DI PE-2AlRA.N PALASXJHAMUTU, KABUPATEN JAWA BARAT + SUMUMI, 2 ~ 6.. 690 PERBANDINGAN HASH, TANGWAN BUBU B&U DAN BUSU LIPAT DI PE-2AlRA.N PALASXJHAMUTU, KABUPATEN JAWA BARAT Prihadi Adi Kusuma Setiawan. C54102073 DEPAFCEIMEN?EMANFAATAN SUMBERDAYA PERWAN

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA

PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA PENGARUH METODE PENGOLAHAN TERHADAP KANDUNGAN MINERAL REMIS (Corbicula javanica) RIKA KURNIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2009 bertempat di PPN Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Lampiran 1). 3.2 Bahan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C

UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C UJI COBA PENENTUAN FREKUENSI SUARA DALAM PEMIKATAN IKAN MAS ( Cyprinus carpio ) Oleh : YATNA PRIATNA C54101030 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM.

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM. KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI Oleh : Saniatur Rahmah NIM. 071810401011 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 23 3 METODE NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di bulan Maret hingga bulan April tahun 2011. Penelitian ini meliputi: pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peta lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengamatan tingkah laku ikan pada proses penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya dilakukan di perairan Kabupaten Barru Selat Makassar, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia membentang 6 0 LU 11 0 LS dan 95 0-141 0 BT, sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua Australia

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang rancang bangun bubu lobster modifikasi dan penggunaan umpan alternatif untuk penangkapan lobster dilakukan berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iluminasi cahaya Cahaya pada pengoperasian bagan berfungsi sebagai pengumpul ikan. Cahaya yang diperlukan memiliki beberapa karakteristik, yaitu iluminasi yang tinggi, arah pancaran

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU

PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU PEMETAAN POLA PERGERAKAN ARMADA PAYANG DI PELABUHAN RATU Oleh : EDWIN SUHARYADIE C05499058 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Lebih terperinci

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT Oleh : DEWI AYUNINGSARI C54103050 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C

PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C54104067 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau

BAB I PENDAHULUAN. Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Holothuroidea merupakan salah satu kelompok hewan yang berduri atau berbintil yang termasuk dalam filum echinodermata. Holothuroidea biasa disebut timun laut (sea cucumber),

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN Hadiah Witarani Puspa 1), T. Ersti Yulika Sari 2), Irwandy Syofyan 2) Email : hadiahwpuspa@gmail.com

Lebih terperinci