KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI"

Transkripsi

1 KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juli 2009 Ayu Adhita Damayanti NIM C

3 ABSTRACT AYU ADHITA DAMAYANTI. Construction Correction on Jodang Trap to Catch Babylonia spirata in Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Under the supervision of GONDO PUSPITO and MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR The objectives of this research were to determine the trap wall slope, in which the legal size of Babylonia spirata mostly climb and mesh construction of base wall trap which could retain the legal size of Babylonia spirata. Tested slopes were 30º, 40º and 50º which were usually used by the Palabuhanratu s fishermen. Base wall mesh constructions was designed by considering the shape of Babylonia spirata s shell longitudinal section diameter in their length at first maturity. The constructions of meshes were as follow: 5.6 cm mesh size (E 1 = 70%), square shape (cm) and 5.6 cm mesh size (E 1 = 50%). The result of this experiment indicated that the 50º of wall trap slope has the highest catch number of legal size of Babylonia spirata. Catch number of this wall slope type was 70 legal size of Babylonia spirata. While the catch number of 30º and 40º wall slopes were 20 and 53 legal size of Babylonia spirata. Tests on wall base mesh constructions showed that square mesh of (cm) was the best construction to retain legal size of Babylonia spirata, followed by 5.6 cm mesh size (E 1 = 50%) and 5.6 cm (E 1 = 70%). Value of L 50 of selectivity curve of square mesh of (cm), mesh construction of 5.6 cm mesh size (E 1 = 50%) and 5.6 cm mesh size (E 1 = 70%) were 4.33 cm, 4.14 cm and 4.60 cm respectively. Keyword: construction correction, jodang trap, Babylonia spirata, Palabuhanratu, and West Java

4 RINGKASAN AYU ADHITA DAMAYANTI. Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh GONDO PUSPITO dan MOKHAMAD DAHRI ISKANDAR. Keong macan (Babylonia spirata) merupakan salah satu spesies dari kelas Gastropoda yang memiliki rasa yang lezat. Hal inilah terutama yang menjadikan spesies ini sebagai keong konsumsi yang sangat dicari, terutama oleh konsumen dari negara-negara Asia. Besarnya jumlah permintaan luar negeri memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan keong macan. Akibatnya, sumberdaya keong macan semakin berkurang. Padahal peningkatan aktivitas penangkapan harus diikuti dengan konservasi. Salah satu sentra produksi keong macan di Indonesia adalah Jawa Barat, yang tersebar di Palabuhanratu, Cianjur, Pangandaran, Cilacap, Indramayu dan Cirebon. Pada daerah-daerah tersebut, sumberdaya keong macan mulai berkurang. Ini ditandai dengan semakin sepinya aktivitas penangkapan keong macan. Kasus ironis terjadi di Teluk Palabuhanratu. Penangkapan keong macan di perairan ini yang biasanya ramai berlangsung sepanjang tahun mendadak sepi pada tahun Keong macan sangat sulit didapat. Nelayan terpaksa berpindah mencari daerah penangkapan baru yang berada jauh di luar Teluk Palabuhanratu. Nelayan Palabuhanratu menangkap keong macan dengan menggunakan perangkap jodang. Alat tangkap ini berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Konstruksi dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 6 mm. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong, sedangkan sisi lainnya, termasuk bagian dasar, dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Agar perangkap jodang dapat memberikan hasil tangkapan yang banyak dengan ukuran yang terseleksi, maka perlu dilakukan koreksi terhadap konstruksinya. Koreksi konstruksi ini mengacu kepada ukuran panjang cangkang keong macan yang telah telah matang gonad. Ukuran inilah yang menjadi ukuran minimal keong macan yang layak tangkap. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan sudut kemiringan dinding perangkap yang paling mudah dirayapi oleh keong macan layak tangkap dan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap yang mampu menahan keong macan berukuran layak tangkap. Sudut kemiringan yang diuji adalah 30º, 40º dan 50º atau sudut kemiringan yang biasa dipakai oleh nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Konstruksi mata jaring dinding dasar dibentuk dengan mempertimbangkan diameter lingkaran penampang melintang cangkang keong macan ukuran panjang cangkang layak tangkap ( 4,27 cm). Tiga konstruksi mata jaring dinding dasar yang dihasilkan berdasarkan pertimbangan tersebut adalah jaring dengan ukuran mata (MS) 5,6 cm dengan rasio penggantungan primer E 1 = 0,707, persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm) dan MS = 5,6 cm (E 1 = 0,50).

5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut kemiringan dinding perangkap 50º adalah yang paling banyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap. Sudut ini menangkap keong macan layak tangkap sebanyak 70 ekor. Adapun sudut kemiringan dinding 30º dan 40º masing-masing menangkap 20 dan 53 ekor keong macan layak tangkap. Pengujian konstruksi mata jaring dinding dasar dilakukan untuk mendapatkan nilai selektivitas. Perhitungan selektivitas diawali dengan menghitung proporsi keong macan yang tertahan, sehingga dibutuhkan data seluruh hasil tangkapan, baik yang lolos (masuk ke dalam cover net) maupun tertahan pada konstruksi mata jaring yang diuji. Untuk mengatasinya, bagian bawah perangkap dilengkapi dengan kantong yang terbuat dari bahan jaring polyamida (PA) dengan ukuran mata 1,25 cm. Kantong ini diharapkan dapat menampung seluruh keong macan yang lolos melalui dinding dasar perangkap. Penilaian terhadap selektivitas dilakukan dengan menggunakan kurva selektivitas yang dihasilkan menggunakan metode fungsi logistik. Pengujian terhadap konstruksi mata jaring dinding dasar mendapatkan bahwa konstruksi mata jaring berbentuk persegi panjang dengan ukuran l dan w = 2,4 2,8 (cm) adalah yang terbaik dalam menahan keong macan layak tangkap, diikuti oleh konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,50) dan konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,707). Nilai L 50 berdasarkan kurva selektivitas untuk konstruksi berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm), konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,50) dan konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,707) masing-masing 4,33 cm, 4,14 cm dan 4,60 cm. Kata kunci : koreksi konstruksi, perangkap jodang, keong macan, Palabuhanratu, dan Jawa Barat.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b Pengutipan tersebut idak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2 Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Teknologi Perikanan Tangkap SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Sulaeman Martasuganda

9 Judul Tesis Nama NIM : Koreksi Konstruksi Perangkap Jodang Penangkap Keong Macan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat : Ayu Adhita Damayanti : C Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc Ketua Ir. Mokhamad Dahri Iskandar, M.Si Anggota Diketahui Koordinator Mayor Teknologi Perikanan Tangkap Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Fedi A. Sondita, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Ujian: 18 Agustus 2009 Tanggal lulus: 26 Agustus 2009

10 PRAKATA Keong macan adalah salah satu jenis komoditas perikanan yang memiliki nilai jual tinggi. Permintaan pasar terhadap komoditas ini semakin meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Keong macan hanya ditangkap dengan perangkap sederhana yang dioperasikan oleh nelayan tradisional pada daerah yang terbatas. Nelayan juga tidak membedakan ukuran keong macan yang tertangkap, sehingga ketersediaan keong macan pada suatu daerah menjadi terganggu. Permasalahan di atas dapat tertangani salah satunya dengan memperbaiki konstruksi perangkap. Harapannya, perangkap yang telah diperbaiki dapat menangkap keong macan dalam jumlah banyak, tetapi dengan ukuran yang terseleksi. Atas dasar pemikiran tersebut, tesis ini dibuat untuk menghasilkan perangkap jodang dengan konstruksi yang tepat sehingga sesuai dengan harapan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Gondo Puspito, M.Sc dan Ir. Mokhamad Dahri Iskandar, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas arahan dan bimbingannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu dan suami atas doa dan dukungannya, serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Koreksi dan saran sangat dibutuhkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Agustus 2009 Ayu Adhita Damayanti

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 07 Desember 1982 dari ayah Bambang Sumedi dan ibu Titiek Herwanti. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Mataram dan diterima di IPB melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional. Penulis memilih Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan lulus pada tahun Pada tahun 2007 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor pada Mayor Teknologi Perikanan Tangkap. Selama masa perkuliahan, penulis menjadi pengurus bidang sosial pada organisasi FORMULA (Forum Mahasiswa Teknologi Kelautan) periode

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... v DAFTAR ISTILAH... vii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Keong Macan Makanan dan Cara Makan Keong Macan Cara Keong Macan Merayap Habitat Keong Macan Perangkap Jodang Konstruksi Metode pengoperasian Musim dan daerah penangkapan Selektivitas METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Analisa Data Menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang paling mudah dirayapi oleh keong macan layak tangkap Menentukan hubungan antara tinggi cangkang dengan panjang cangkang dan lebar cangkang keong macan Menentukan bentuk dan ukuran mata jaring dinding dasar perangkap jodang Penentuan selektivitas Rancangan percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Hasil Tangkapan Pengaruh Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan Distribusi Jenis, jumlah dan panjang cangkang hasil tangkapan total Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan utama 32

13 4.2.3 Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan sampingan Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang Pilihan Selektivitas Konstruksi Mata Jaring Dinding Dasar Perangkap Jodang Hubungan antara h (tinggi cangkang) dengan l (panjang cangkang) dan w (lebar cangkang) Selektivitas dengan menggunakan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 70%) Selektivitas dengan menggunakan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm 2,4 2,8 (cm) Selektivitas dengan menggunakan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 50%) Perbandingan selektivitas ke-3 konstruksi mata jaring dinding dasar KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 57

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Konstruksi perangkap jodang yang digunakan nelayan Palabuhanratu 2 2 Morfologi keong macan Tampilan perangkap jodang Ilustrasi posisi perangkap jodang di atas permukaan dasar perairan Bentuk mata jaring pada posisi tergantung Konstruksi perangkap jodang uji berdasarkan sudut kemiringan dinding Perangkap jodang yang dilengkapi kantong jaring Cangkang keong macan dan posisi pengukuran panjang dan lebarnya Penampang melintang cangkang keong macan dan perkiraan bentuk mata jaring yang dapat menahannya Penampang melintang cangkang keong pada keliling badan terbesar dan rancangan penentuan bukaan mata jaring maksimal Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang Komposisi hasil tangkapan perangkap jodang Komposisi hasil tangkapan kepiting, keong dan keong macan Distribusi jumlah dan panjang keong macan total Komposisi hasil tangkapan sampingan Distribusi jumlah dan panjang cangkang kelompok keong Distribusi jumlah dan panjang cangkang Collumella testudine Distribusi jumlah dan panjang karapaskelompok kepiting Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Jumlah keong macan total dan keong macan layak tangkap hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Komposisi hasil tangkapan sampingan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan 50 41

15 23 Distribusi jumlah dan panjang karapas kepiting hasil tangkapan menggunakan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Jumlah keong macan, keong, dan kepiting hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Hubungan linier tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan total pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan yang tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar Kurva selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda 53

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Foto umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap jodang 3 Foto perangkap jodang Data ukuran keong macan Foto-foto hasil tangkapan Data jumlah keong macan layak tangkap yang merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang Hasil pengujian asumsi jumlah keong macan layak tangkap yang merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan sudut kemiringan dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan sudut kemiringan dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap Data panjang cangkang keong macan rata-rata yang merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang Hasil pengujian asumsi ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap pada setiap sudut kemiringan dinding perangkap jodang Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan sudut kemiringan dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan sudut kemiringan dinding perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap Data panjang cangkang keong macan rata-rata yang tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang Hasil pengujian asumsi ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang Daftar analisis ragam (ANOVA) untuk perlakuan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk perlakuan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang dalam pengaruhnya terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan

17 18 Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 70%) Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 2,4 2,8 (cm) Tabel selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 50%)... 88

18 DAFTAR ISTILAH Cangkang : Bagian tubuh terluar dari keong macan yang berfungsi sebagai pelindung terhadap ancaman dari luar. Cover net : Kantong jaring yang terletak di bawah perangkap jodang yang berfungsi untuk menampung keong macan yang lolos melalui mata jaring uji. Fitted by eyes Fishing base : Mencari suatu nilai dengan menggunakan pandangan visual pancaindera langsung. : Tempat dimana kapal berlabuh atau tempat awal mulai berlayar dan melakukan persiapan melaut. Hasil tangkapan utama : Tangkapan yang menjadi tujuan utama penangkapan. Hasil tangkapan sampingan : Tangkapan yang bukan merupakan tujuan utama penangkapan. Konstruksi : Susunan-susunan yang saling terhubung sehingga menjadi suatu kesatuan. Koreksi : Pemeriksaan dan pembetulan kesalahan. Proporsi : Perbandingan suatu nilai dengan nilai lainnya. Rasio penggantungan primer : Perbandingan panjang jaring tergantung pada tali rangka atau panjang tali ris, dengan panjang jaring terentang sempurna. L 50 Selection range : Simbol yang menyatakan peluang 50% suatu spesies yang mempunyai ukuran panjang tertentu untuk tertangkap pada suatu alat tangkap. : Perbedaan antara panjang suatu spesies yang mempunyai peluang 75% (L 75 ) dan 25% (L 25 ) untuk tertangkap pada suatu alat tangkap. Selektivitas : Kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap suatu spesies dengan ukuran tertentu. Sortasi : Proses pemilahan suatu spesies tertentu berdasarkan suatu kriteria. Ukuran layak tangkap : Ukuran minimal suatu spesies dapat ditangkap. Pada ukuran ini diperkirakan spesies tersebut sudah matang gonad.

19 Ukuran mata jaring : Ukuran panjang dua kali kaki jaring. Modifikasi : Perubahan yang dilakukan untuk tujuan penyempurnaan.

20 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keong macan (Babylonia spirata) merupakan salah satu spesies dari kelas Gastropoda yang memiliki rasa yang lezat. Hal inilah terutama yang menjadikan spesies ini sebagai keong konsumsi yang sangat dicari, terutama oleh konsumen dari negara-negara Asia, seperti China, Hongkong dan Taiwan (Rukardi 2004; Edward et al. 2006). Besarnya jumlah permintaan luar negeri memberikan dampak terhadap peningkatan aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan keong macan. Akibatnya, sumberdaya keong macan semakin berkurang. Padahal peningkatan aktivitas penangkapan harus diikuti dengan konservasi. Maksudnya, eksploitasi yang meningkat harus diimbangi dengan ketersediaan sumberdaya sepanjang waktu. Salah satu sentra produksi keong macan di Indonesia adalah Jawa Barat yang tersebar di Palabuhanratu, Cianjur, Pangandaran, Cilacap, Indramayu dan Cirebon. Pada daerah-daerah tersebut, sumberdaya keong macan mulai berkurang. Ini ditandai dengan semakin sepinya aktivitas penangkapan keong macan. Kasus ironis terjadi di Teluk Palabuhanratu. Penangkapan keong macan di perairan ini yang biasanya ramai berlangsung sepanjang tahun mendadak sepi pada tahun Keong macan sangat sulit didapat. Nelayan terpaksa berpindah mencari daerah penangkapan baru, seperti Bayah, yang berada jauh di luar Teluk Palabuhanratu. Nelayan Palabuhanratu menangkap keong macan dengan menggunakan perangkap jodang. Alat tangkap ini berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Konstruksi dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 6 mm. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong, sedangkan sisi lainnya, termasuk bagian dasar, dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Padahal, untuk menjaga kelestarian keong macan yang ditangkap harus berada pada ukuran matang gonad. Menurut Firdaus (2002), keong macan mencapai matang gonad pada ukuran panjang cangkang 4,27 cm. Dengan demikian, ukuran tersebut merupakan ukuran minimal keong macan yang

21 layak tangkap. Gambar 1 menunjukkan bentuk perangkap jodang yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu. Agar perangkap jodang dapat memberikan hasil tangkapan yang banyak dengan ukuran yang terseleksi, maka perlu dilakukan koreksi terhadap konstruksinya. Bagian yang perlu dikoreksi adalah pada kemiringan dinding dan konstruksi dinding jaring bagian dasar. Kemiringan dinding diperkirakan berhubungan erat dengan kemampuan keong bergerak masuk kedalam perangkap. Makin mudah dinding dirayapi keong, makin banyak keong yang masuk kedalam perangkap. Adapun ukuran mata jaring bagian dasar akan menseleksi ukuran keong. Ukuran panjang cangkang keong yang lebih besar dari ukuran mata jaring akan tertahan di dalam perangkap, sedangkan keong berukuran kecil akan lolos ketika dilakukan pengangkatan perangkap. Tali cabang Pintu masuk Dinding dasar Gambar 1 Konstruksi perangkap jodang yang digunakan nelayan Palabuhanratu. 1.2 Perumusan Masalah Penurunan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu salah satunya diakibatkan oleh penggunaan alat tangkap yang tidak selektif. Penilaian ini dapat dilihat dari penggunaan ukuran mata jaring pada dinding dasar perangkap jodang yang sangat kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa nelayan kurang sadar akan pentingnya keberlanjutan penangkapan. Dengan mengetahui kondisi tersebut, maka perlu dilakukan suatu modifikasi konstruksi mata jaring dinding dasar

22 perangkap jodang. Konstruksi yang digunakan nantinya harus dapat menahan keong macan yang telah berukuran matang gonad. Jumlah dan ukuran keong macan yang masuk ke dalam perangkap kemungkinan besar sangat tergantung pada sudut kemiringan dinding perangkap. Dihubungkan dengan selektivitas perangkap jodang, maka diperlukan sudut kemiringan tertentu yang banyak dirayapi oleh keong macan berukuran layak tangkap. Sudut kemiringan dinding perangkap jodang yang digunakan nelayan Palabuhanratu adalah 30, 40, dan 50. Dari ke-3 sudut ini belum diketahui sudut kemiringan yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap. Untuk itu perlu dilakukan uji untuk menentukan sudut kemiringan dinding terbaik dari ke-3 sudut kemiringan tersebut. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Konstruksi mata jaring dinding dasar seperti apa yang dapat menahan keong macan layak tangkap; dan 2 Berdasarkan ke-3 sudut kemiringan dinding yang digunakan oleh nelayan Palabuhanratu, pada sudut kemiringan mana yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mendapatkan: 1 Sudut kemiringan dinding yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap; dan 2 Konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap yang mampu menahan keong macan berukuran layak tangkap. 1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Sudut kemiringan dinding perangkap yang semakin besar akan semakin sulit dirayapi oleh keong macan berukuran kecil; dan

23 2 Konstruksi mata jaring dinding dasar yang dibentuk berdasarkan ukuran panjang keong macan layak tangkap hanya dapat meloloskan keong-keong macan berukuran kecil. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1 Sebagai rekomendasi bagi nelayan untuk menggunakan perangkap jodang yang dapat memberikan hasil tangkapan yang banyak, tetapi dengan selektivitas yang tinggi; dan 2 Sumbangan bagi kemajuan dunia perikanan tangkap dalam mendesain alat tangkap produktif dan mengedepankan konsep konservasi yaitu menjaga kelestarian sumberdaya keong macan. Kelestarian sumberdaya keong macan yang terjaga akan mendukung keberlanjutan penangkapan dan akan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

24 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan Klasifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah: Filum : Moluska; Kelas : Gastropoda; Subkelas : Prosobranchia; Ordo : Neogastropoda; Super famili : Muricoidea; Famili : Buccinidae; Genus : Babylonia; dan Spesies : Babylonia spirata. Keong macan memiliki cangkang berbentuk lonjong, berwarna putih dengan bintik-bintik coklat jingga yang tidak teratur. Tubuh keong terdiri atas empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut, dan mantel. Pada kepala terdapat sepasang mata, sepasang tentakel, sebuah mulut, dan sebuah siphon. Mantel merupakan arsitek pembentuk struktur cangkang dan pola warna (Yulianda 1999; Alistair et al. 2000). Pada bagian dalam kepala terdapat probosis yang di dalamnya terdapat radula, yaitu kaki berukuran besar dan berbentuk pipih yang berfungsi untuk merayap dan melekat. Gastropoda mengalami torsi, yaitu peristiwa dimana cangkang beserta tubuh di belakang kepala (mass visceral, mantel dan rongga mantel) memutar 180 berlawanan dengan arah jarum jam. Tubuh keong macan yang lunak dilindungi oleh cangkang yang berbentuk kerucut. Pada puncak kerucut terdapat apex, yaitu bagian tertua dari cangkang (Gambar 2). Bagian cangkang terluar disebut periostrakum yang merupakan lapisan tipis yang terdiri atas bahan protein, yaitu conchiolin. Pada lapisan ini terdapat endapan pigmen beraneka ragam yang memberikan bermacam-macam warna cangkang keong.

25 Spiral punggung Mantel sifon Ruas cangkang Saluran sifon Operkulum Penis Mata Mulut Kaki Sumber: Kozloff (1990) Gambar 2 Morfologi keong macan. 2.2 Makanan dan Cara Makan Keong Macan Keong macan adalah hewan karnivora yang menggunakan radula sebagai alat bantu makan. Radula, proboscis dan esophagus buccal cavity (saluran pencernaan) disatukan fungsinya sebagai mulut dari prosobranchia. Cara pemangsaan keong macan dilakukan dengan menjulurkan siphon untuk menangkap mangsa. Setelah itu, mangsa dihancurkan dengan radula yang terdapat di bagian proboscis (Rupert & Barnes 1991). Keong macan adalah jenis prosobranchia yang lebih menyukai daging bangkai yang segar sebagai makanannya dibandingkan dengan daging bangkai yang telah membusuk (Martanti 2001; Edward et al. 1995). Selain itu keong macan juga lebih menyukai makanan yang mengandung kadar air tinggi dibandingkan yang telah kering. 2.3 Cara Keong Macan Merayap Gastropoda berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebablan oleh kontraksi otot, seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan (Anonim 2008).

26 Secara umum, Gastropoda memiliki pergerakan yang lambat dan bukan binatang yang berpindah-pindah. Keong macan membuat gelombang penciutan pada kaki perutnya, sehingga merayap kira-kira sepuluh langkah serempak (Dharma 1998). 2.4 Habitat Keong Macan Keong macan hidup pada perairan berlumpur pada kedalaman 9-27 m (Shanmugaraj & Ayyakkanu 1994). Dari hasil penelitian Sabelli (1979), keong macan tergolong organisme bentik, yaitu organisme yang hidup pada dasar perairan. Pada perairan Teluk Palabuhanratu, menurut Yulianda dan Danakusumah (2000), keong macan ditemukan di dasar perairan yang berpasir/berlumpur dengan kedalaman antara m. Pola sebaran keong macan di Palabuhanratu bersifat mengelompok. Hal ini diduga diakibatkan oleh kondisi lingkungan, ketersediaan makanan dan tipe substrat (Martanti 2001). Gangguan yang disebabkan oleh arus dan predator (kepiting) akan menyebabkan ketidakmerataan penyebaran, kelimpahan dan komposisi infauna di daerah sub tidal (Nybakken 1992). 2.5 Perangkap Jodang Konstruksi Perangkap jodang yang dioperasikan di Palabuhanratu berbentuk prisma terpancung pada bagian atasnya. Bagian prisma yang terpancung menjadi pintu masuk keong. Perangkap dibentuk oleh susunan rangka besi berdiameter 4-6 mm (Gambar 3). Untuk membentuk badan perangkap, seluruh sisi perangkap (kecuali bagian atasnya) diselimuti oleh waring dengan mesh size 4 mm. Kerangka dinding dasar dibungkus oleh jaring dengan ukuran mata 1 cm. Konstruksi demikian menjadikan perangkap jodang mampu menangkap berbagai ukuran keong macan. Ukuran bagian dasar, tinggi dan diameter pintu masuk bervariasi karena tidak ada acuan yang pasti (Naja 2004). Menurut Martasuganda (2003), tinggi perangkap antara 8-10 cm. Bagian atas dan dasar perangkap jodang berbentuk persegi, masing-masing berukuran berukuran 6 6 (cm) atau 8 8 (cm) dan (cm).

27 (b) Tampak samping (a) Tampak atas Gambar 3 Tampilan perangkap jodang Metode pengoperasian Pemasangan perangkap jodang di daerah penangkapan dipasang satu demi satu. Antara satu perangkap dengan perangkap lainnya dihubungkan dengan tali utama dengan jarak 3-4 m. Jumlah perangkap jodang yang dioperasikan tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya. Operasi penangkapan dilakukan antara jam (Martasuganda 2003). Operasi penangkapan keong macan menggunakan perangkap jodang di Palabuhanratu terdiri atas 3 tahap, yaitu persiapan, pemasangan dan pengangkatan alat tangkap (Zein 2003). Masing-masing uraiannya adalah: 1 Persiapan alat tangkap Persiapan pengoperasian alat tangkap dimulai dari darat yang meliputi persiapan umpan, bahan bakar, alat tangkap, dan pemeriksaan kesiapan perahu. Selanjutnya, perahu berangkat menuju daerah penangkapan yang lokasinya tidak jauh dari pantai. Selama perjalanan, nelayan memasang umpan kedalam perangkap. 2 Pemasangan alat tangkap Setelah sampai di daerah penangkapan, nelayan melemparkan pelampung tanda diikuti dengan pemberat batu. Pemberat terhubung ke perangkap pertama yang akan dilemparkan ke laut. Selanjutnya, nelayan memasukkan umpan

28 kedalam perangkap pertama dan langsung melemparkannya ke laut. Perangkap ke-2 dan seterusnya diperlakukan sama dengan perangkap ke-1. Sebanyak perangkap jodang digunakan dalam setiap operasi penangkapan keong macan. Antara satu perangkap dengan perangkap lainnya dihubungkan dengan satu tali utama. Pemasangan perangkap diakhiri dengan pelemparan pemberat yang memiliki 2 tali. Tali pertama terhubung dengan perangkap dan lainnya dengan pelampung tanda. Gambar 4 memperlihatkan susunan perangkap ketika dioperasikan di laut. Selama aktivitas penurunan perangkap, perahu bergerak dengan kecepatan rendah dengan arah berlawanan terhadap arus. Ini dimaksudkan agar susunan perangkap dapat tertata dengan baik dan jarak antar perangkap sama. Setelah selesai, perahu bergerak ke pantai meninggalkan perangkap yang telah dipasang. Gambar 4 Ilustrasi posisi perangkap jodang di atas permukaan dasar perairan. 3 Pengangkatan alat tangkap Untuk setiap pengangkatan, perangkap jodang direndam selama 2-4 jam. Proses pengangkatan perangkap dimulai dengan mengangkat pelampung tanda dan pemberat. Selanjutnya tali utama ditarik ke atas perahu. Satu persatu perangkap jodang ditaruh di atas perahu setelah sebelumnya dilakukan pengambilan keong macan yang terperangkap. Hasil tangkapan keong macan dikumpulkan dalam keranjang. Pengangkatan perangkap berakhir ketika pelampung tanda terakhir dan pemberat sudah dinaikkan ke atas perahu. Usai pengangkatan perangkap, nelayan tidak kembali ke darat tetapi mencari daerah penangkapan yang baru. Proses pemasangan perangkap yang sama dilakukan ketika nelayan sudah menemukan daerah penangkapan yang baru.

29 2.5.3 Musim dan daerah penangkapan Musim penangkapan keong macan di Palabuhanratu mencapai puncaknya pada bulan Juni-Oktober (Zein 2003). Pada bulan ini, kecepatan angin rendah dan curah hujan sedikit. Adapun lokasi yang menjadi daerah penangkapan keong macan adalah di sepanjang pantai pada kedalaman 5-20 meter dengan tipe substrat pasir atau lumpur dan biasanya dekat dengan muara sungai (Zein 2003). 2.6 Selektivitas Selektivitas adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap keong dengan ukuran tertentu saja. Ukuran keong macan yang tertangkap tidak boleh kurang dari ukuran layak tangkapnya, yaitu 4,27 cm (Firdaus 2002). Menurut Fridman (1986), sifat selektivitas terutama dipengaruhi oleh prinsip penangkapan dan juga parameter disain alat tangkap. Menurutnya, ukuran mata jaring didefinisikan sebagai jarak antar simpul yang berlawanan dalam keadaan ditarik penuh. Adapun bentuk dari mata jaring ditentukan oleh penggantungannya pada rangka. Untuk merubah bentuk mata jaring dapat dilakukan dengan merubah rasio penggantungan primer (E 1 ), dan rasio penggantungan sekunder (E 2 ). Rasio penggantungan primer dirumuskan sebagai perbandingan panjang jaring tergantung pada tali rangka atau panjang tali ris (L), dengan panjang jaring terentang sempurna (L o ). Rumusnya adalah sebagai berikut (Fridman 1986): E = L 1 1 L o Rasio penggantungan sekunder (E 2 ) dapat ditentukan dengan membandingkan tinggi jaring tergantung (H) dengan tinggi jaring ditarik penuh (H o ). Rumusnya adalah (Fridman 1986) : E = H 2 2 H o Besarnya rasio penggantungan juga dapat diketahui dari setengah sudut mata jaring (λ). Hubungan antara E 1 dengan λ dapat dilihat pada ilustrasi berikut (Gambar 5).

30 m s B m m l 2λ A m O C m m h m w D m Keterangan : m l : Panjang mata direntang m h : Tinggi mata tergantung; penuh; m w : Lebar mata tergantung; λ : Sudut mata jaring; dan E 1 : Rasio penggantungan Primer; E 2 : Rasio penggantungan sekunder. L A O m E = m w 1 = sin λ = = ; dan 3 L0 Am Bm ml H BmO mh E 2 = cos λ = = =. 4 H 0 Am Bm ml Sumber: Puspito (2009) Gambar 5 Bentuk mata jaring pada posisi tergantung. Pengambilan data untuk analisa kurva selektivitas perangkap jodang dilakukan dengan menggunakan cover net method. Uji coba dilakukan dengan menggunakan cover atau penutup yang terbuat dari jaring dengan ukuran mata yang sangat kecil yang difungsikan sebagai kantung yang dipasang di bagian bawah dinding dasar perangkap. Ukuran keong yang lolos mata jaring ujicoba akan tertampung pada jaring penutup. Proporsi keong macan dengan panjang l yang tertangkap ditentukan dengan menggunakan rumus, yaitu (ICES 1996):

31 N il φ i =. 5 N sl + N il Keterangan : φ i : Proporsi cangkang yang tertahan menggunakan mata jaring bagian dasar ukuran ke-i; N il : Jumlah cangkang yang tertahan pada selang kelas panjang ke-l dengan menggunakan mata jaring bagian dasar ke-i; dan N sl : Jumlah cangkang yang lolos atau tertampung pada cover net kes pada selang kelas panjang ke-l. Selanjutnya kurva selektivitas ditentukan dengan memakai persamaan berikut (ICES 1996) : ri(l) = exp (a 1 + b 1 l)/1+exp (a 1 +b 1 l). 6 Keterangan : r i (l) : Fungsi selektivitas jaring terhadap panjang cangkang; l : Panjang cangkang; dan a dan b : Parameter kurva selektivitas yang akan diduga. Parameter kurva selektivitas a dan b diduga dengan cara memaksimumkan fungsi log likelihood. Fungsi ini dimaksimumkan dengan menggunakan add-in Solver pada MS Excell software. Formulanya adalah (ICES, 1996): log L [ N ln ( l) + N ln( φ ( ))] = φ l. 7 1 il i sl 1 1 Ada 2 hal penting dalam melakukan penilaian selektivitas suatu alat tangkap, yaitu (ICES 1996): 1. L 50 atau sering disebut 50% retention L 50 menggambarkan spesies berukuran l i mempunyai peluang sebesar 0,50 untuk tertangkap pada alat tangkap. Persamaannya adalah: a L50 =. 8 b

32 2. Selection range Selection range merupakan perbedaan antara panjang spesies yang mempunyai peluang 75% (L 75 ) tertangkap dan 25% (L 25 ) tertangkap. Rumusnya adalah sebagai berikut: SR = L 75 -L Nilai L 75 dan L 25 dicari menggunakan persamaan berikut: a Ln(3) L25 = ; dan 10 b a + Ln(3) L75 =. 11 b Nilai L 75 dan L 25 juga dapat dicari dengan fitted by eyes pada kurva selektivitas yang terbentuk.

33 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan pada Mei Perancangan alat dilakukan pada bulan Juli di laboratorium Teknologi Alat Penangkap Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK, IPB. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian lapang yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 di perairan Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Lampiran Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan tembang. Ikan ini digunakan sebagai umpan untuk menarik keong macan (Lampiran 2). Ikan tembang yang digunakan adalah dalam bentuk utuh dan diikat pada dasar perangkap. Masing-masing perangkap menggunakan dua ekor ikan tembang sebagai umpan. Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1 Alat tangkap. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkap jodang yang telah diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan meliputi sudut kemiringan dinding dan konstruksi mata jaring dinding dasar. Sudut kemiringan dinding yang digunakan adalah 30, 40 dan 50 (Gambar 6). Adapun konstruksi mata jaring dinding dasar yang digunakan adalah mata jaring berukuran 5,6 cm dengan rasio penggantungan primer E 1 = 0,707, berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm) dan mata jaring berukuran 5,6 cm dengan E 1 = 0,50. Perangkap jodang dibentuk oleh rangka yang terbuat dari batang besi berdiameter 6 mm. Perangkap ini disusun dengan kombinasi dari masing-masing perlakuan. Masing-masing menggunakan 3 alat yang sama. 2 Kantong jaring. Untuk kepentingan penentuan selektivitas, di bawah dinding dasar perangkap dipasang kantong jaring (cover net) yang terbuat dari bahan polyamida (PA) dengan ukuran mata 1,25 cm. Posisi pemasangan kantong jaring diperlihatkan pada Gambar 7 dan Lampiran 3a.

34 3 Perahu penangkap keong macan. 4 Jangka sorong untuk mengukur dimensi (panjang, lebar dan tinggi) hasil tangkapan. 5 Karet gelang untuk mengikat umpan pada dasar perangkap. 6 Kantong plastik sebagai penampung hasil tangkapan. 7 Stiker label sebagai penanda kantong plastik. α = cm 36,10 cm 36,10 cm 7,50 cm α 15 cm α = cm 10 cm 15 cm 33,10 cm 9,60 cm 33,10 cm α α = cm 10 cm 11,55 cm 15 cm 29,20 cm α 29,20 cm Gambar 6. Konstruksi perangkap jodang uji berdasarkan sudut kemiringan dinding α.

35 Simpul Kantong jaring (PA) Gambar 7 Perangkap jodang yang dilengkapi dengan kantong jaring (cover net). 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode percobaan penangkapan (experimental fishing) yang diawali dengan analisa prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap sebagai penelitian pendahuluan. Kegiatan berikutnya adalah merancang bangun alat tangkap yang dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Alat Penangkapan Ikan (TAP). Kegiatan ini dilanjutkan dengan uji coba alat di lapang. Kegiatan-kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut: 1 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar. Prediksi dilakukan dengan berdasarkan kepada data panjang, lebar dan tinggi keong macan layak tangkap berukuran 4,27 cm. 2 Rancang bangun perangkap jodang untuk perlakuan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan 50. Perangkap yang diberikan perlakuan kemiringan dinding yang berbeda dibuat miniaturnya dengan menggunakan kayu silinder berdiameter 0,8 cm yang disambung menggunakan kawat lunak. 3 Persiapan alat. Rangka perangkap dibuat dengan mempergunakan batang besi berdiameter 0,6 cm. Setiap sisinya disambung dengan menggunakan las. Perangkap dibentuk dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan 50. Setelah itu, mata jaring dinding dasar dibuat sesuai dengan konstruksi yang diprediksi. 4 Pengoperasian perangkap. Pengoperasian perangkap di lapang memakai cara pengoperasian perangkap jodang yang sama dengan nelayan Palabuhanratu. Urutan pengoperasiannya adalah sebagai berikut:

36 - Penentuan daerah penangkapan. - Berangkat menuju daerah penangkapan sekitar pukul Persiapan pemasangan perangkap yang terdiri atas penyusunan perangkap di atas perahu agar mudah dilemparkan ke laut. Untuk kepentingan penelitian, perangkap disusun berselang-seling. Foto susunan perangkap jodang di atas perahu ditunjukkan pada Lampiran 3b. - Pemasangan alat meliputi pemberian umpan ke dalam perangkap diikuti dengan pelemparan perangkap ke laut. Perangkap dipasang dengan sistem rawai. - Pengangkatan perangkap ke atas perahu dilakukan setiap 3 jam. Pada saat pengangkatan, perangkap digoyang-goyangkan. Hal ini dilakukan agar keong yang berukuran kecil dapat lolos melewati mata jaring dinding dasar perangkap. - Sortasi. Setelah perangkap dinaikkan ke atas perahu, maka dimulailah sortasi atau pemilahan hasil tangkapan. Kegiatan sortasi adalah sebagai berikut: Kantong jaring (cover net) dibuka dan isinya ditumpahkan ke dalam ember plastik, kemudian diberikan label penanda sesuai dengan sudut kemiringan dinding dan konstruksi mata jaring dinding dasar yang diuji; dan Isi yang berada di dalam perangkap/tertahan pada konstruksi mata jaring dinding dasar uji dimasukkan ke dalam kantong plastik yang lain, kemudian diberikan label penanda sesuai dengan sudut kemiringan dinding dan konstruksi mata jaring dinding dasar yang diuji. 5 Dilakukan 10 kali setting sebagai ulangan. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: 1 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar. Konstruksi mata jaring dinding dasar diprediksi berdasarkan ukuran panjang cangkang, lebar cangkang dan tinggi cangkang 10 ekor keong macan berukuran layak tangkap (4,27 cm) dan 350 ekor keong macan dengan ukuran yang bervariasi. Data ini diambil dari penelitian Puspito (2009).

37 2 Pengujian sudut kemiringan dinding perangkap. Untuk keperluan pengujian ini, hasil tangkapan didata jenis, jumlah dan panjang, baik untuk hasil tangkapan utama maupun hasil tangkapan sampingan, pada setiap sudut kemiringan dinding yang diuji. 3 Penentuan hubungan antara tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan. Data dimensi ini dikumpulkan dari keseluruhan tangkapan keong macan. 4 Pengujian selektivitas. Data yang dibutuhkan untuk pengujian ini adalah data panjang cangkang keong macan yang tertahan dan masuk ke dalam cover net untuk setiap konstruksi mata jaring uji. Gambar 8 menunjukkan posisi pengukuran panjang l, lebar w dan tinggi cangkang h. Pengukuran panjang p cangkang berawal dari apex hingga shiponal canal. Lebar w cangkang diukur pada bagian penampang melintang cangkang dengan lingkar cangkang terbesar. Posisi pengukuran dari satu sisi aperture ke sisi lainnya. Adapun tinggi h cangkang diukur pada bagian yang sama dengan pengukuran lebar cangkang, tetapi posisi pengukurannya dari atas ke bawah aperture. Dimensi cangkang ini diukur dengan menggunakan jangka sorong. Data panjang cangkang, lebar cangkang, dan tinggi cangkang keong macan dapat dilihat pada Lampiran 4. Apex Shiponal canal w Aperture l h Gambar 8 Cangkang keong macan dan posisi pengukuran panjang l, lebar w dan tinggi h.

38 3.4 Analisa Data Menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap Cara untuk menentukan sudut kemiringan dinding perangkap yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap adalah dengan menganalisa data jumlah dan panjang cangkang keong macan hasil tangkapan. Data panjang cangkang dan jumlah keong macan untuk setiap sudut kemiringan dinding dibuat dalam bentuk grafik histogram. Grafik akan memperlihatkan dengan jelas jumlah keong macan layak tangkap untuk setiap sudut kemiringan dinding. Sudut kemiringan dinding dengan tangkapan keong macan layak tangkap terbanyak adalah yang direkomendasikan. Data jumlah hasil tangkapan sampingan juga ikut dianalisa sebagai penunjang pemilihan sudut kemiringan dinding. Alat tangkap yang baik adalah alat tangkap yang selain selektif terhadap panjang hasil tangkapan utamanya dan menghasilkan hasil tangkapan sampingan yang sedikit. Jadi, sudut kemiringan dinding yang direkomendasikan adalah sudut kemiringan dinding yang paling mudah dirayapi oleh keong macan layak tangkap dan memiliki hasil tangkapan sampingan yang paling sedikit Menentukan hubungan antara tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum menentukan bentuk dan ukuran mata jaring dinding dasar adalah menentukan hubungan antara tinggi cangkang dengan panjang dan lebar cangkang keong macan. Penentuan hubungan dari parameter-parameter ini dilakukan untuk melihat proporsionalitas keong, sehingga nantinya dapat diputuskan apakah penentuan lebar w dan tinggi h cangkang dengan hanya berdasarkan panjang l cangkang dapat dilakukan. Hal ini akan dinilai berdasarkan keeratan koefisien korelasi. Koefisien ini dapat dicari dengan cara memplotkan data l, w, dan h seluruh cangkang keong macan dalam bentuk grafik. Setelah data diplotkan, persamaan regresinya dicari dengan bantuan software Microsoft Excel.

39 3.4.3 Menentukan konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang Keong macan memiliki sifat segera masuk ke dalam cangkang ketika ada gangguan dari luar. Pada pengoperasian perangkap, badan keong akan masuk ke dalam cangkang ketika dilakukan pengangkatan perangkap. Dengan demikian, lolos atau tidaknya keong melalui mata jaring sangat tergantung pada cangkangnya, terutama ukuran keliling cangkang pada penampang melintang terbesarnya. Penampang melintang cangkang keong terbentuk oleh 2 lingkaran dengan diameter yang sama. Setengah bagian merupakan ½ lingkaran penuh, dan ½ lainnya < ½ lingkaran (Gambar 9a). Dengan demikian penentuan mata jaring untuk menahan cangkang harus mempertimbangkan diameter cangkang ini. Untuk memprediksi ukuran mata jaring dan rasio penggantungan jaring harus dimulai dengan menetapkan ukuran cangkang yang menjadi acuan dalam perhitungan. Terdapat tiga cara memprediksi ukuran dan bentuk mata jaring yang diuji (Puspito 2009) : 1 Bentuk mata jaring hanya mempertimbangkan diameter penampang melintang cangkang yang merupakan lebar w cangkang (Gambar 9b). Dengan demikian, panjang kaki mata jaring b sama dengan diameter atau lebar w cangkang dan ukuran mata jaring adalah 2 w dengan rasio penggantungan primer E 1 adalah 0,707. Menurut Fridman (1986), rasio penggantungan E 1 = 0,707 memberikan bukaan maksimal dan mata jaring berbentuk bujur sangkar. Rasio penggantungan primer E 1 disini maksudnya adalah perbandingan secara horisontal antara panjang jaring terpasang dengan panjang jaring yang ditarik penuh, atau perbandingan antara jarak horisontal antara 2 simpul terdekat dengan ukuran mata (mesh size, MS) jaring. 2 Bentuk mata jaring adalah persegi dengan panjang dan lebarnya masingmasing merupakan lebar w dan tinggi h potongan melintang cangkang (Gambar 10c). 3 Cara lain dalam merancang bentuk mata jaring adalah dengan mempertimbangkan lebar w dan tinggi h cangkang.

40 t b = w h A B l w (a) (b) (c) Membentuk ½ lingkaran bidang A Membentuk < ½ lingkaran bidang B Sumber: Puspito (2009) Gambar 9 Penampang melintang cangkang keong macan dan perkiraan bentuk mata jaring yang dapat menahannya Penampang melintang cangkang keong pada keliling badan terbesar diperlihatkan pada Gambar 10a. Gambar 10b menunjukkan gabungan 2 lingkaran masing-masing dengan diameter h dan w. Pada Gambar 10c, 4 garis lurus dimulai dari perpotongan antara sumbu x dan garis lingkaran besar ditarik menyinggung lingkaran kecil. Masing-masing garis singgung dan sumbu x akan membentuk sudut α. Bukaan horisontal mata jaring H sama dengan lebar cangkang l. h h H w w x α V (a) (b) (c) b y Sumber: Puspito (2009) Gambar 10 Penampang melintang cangkang keong macan pada keliling badan terbesar dan rancangan penentuan bukaan mata jaring maksimal

41 Untuk memperoleh ukuran mata bagian dasar, 350 data panjang cangkang, lebar cangkang dan tinggi cangkang keong macan pada Puspito (2009) dicari persamaan regresinya, kemudian diolah berdasarkan rumus sebagai berikut: l = a h + ; 12 1 b 1 Substitusi (2) ke (3) didapat : h l b a 1 = ; dan 13 1 w = a h b 2 l b1 w = a2 + b2 a Bukaan vertikal mata jaring dicari menggunakan persamaan : Substitusi (4) ke (5) menghasilkan : V = w tanα. 16 l b1 V = a2 + b2 tanα. 17 a1 Panjang kaki mata jaring b dihitung dengan rumus berikut. V b = 1 2. sinα Dengan demikian ukuran mata jaring MS dapat dihitung dengan : V MS =. sinα Adapun rasio penggantungan primernya didapat dengan menggunakan rumus : l E 1 = 100%. 20 2b Dari hasil prediksi didapatkan tiga konstruksi mata jaring (Gambar 11). Ukuran panjang mata jaring (MS) alat penguji pada Gambar 11a sama dengan 2 kali lebar cangkang, sedangkan rasio penggantungan primernya E 1 adalah 0,707. Pada Gambar 11b, mata jaring berbentuk persegi panjang dengan lebar dan panjangnya masing-masing adalah tinggi dan lebar cangkang. Adapun pada Gambar 11c, panjang mata jaring (MS) dan rasio penggantungan primernya ditentukan melalui persamaan regresi dan melalui rumus

42 (a) (b) (c) Gambar 11 Prediksi konstruksi mata jaring dinding dasar perangkap jodang. Panjang cangkang yang dijadikan standar dalam penentuan ukuran atau bentuk mata jaring pada gambar 11c adalah 4,27 cm. Berdasarkan rumus, didapatkan lebar w cangkang adalah 2,80 cm dan tinggi h cangkang 2,40 cm. Adapun penentuan sudut α adalah berdasarkan panjang dan lebar cangkang 10 cangkang keong macan berukuran 4,27 cm. Berdasarkan rumus didapat nilai α sebesar 60 o. Dengan demikian, alat penguji kelolosan cangkang 1 (Gambar 11a) memiliki ukuran mata jaring (MS) 5,6 cm dan rasio penggantungan primer (E 1 ) 0,707. Alat penguji ke-2 berbentuk persegi dengan lebar 2,8 cm dan panjang 2,4 cm (Gambar 11b). Adapun alat penguji ke-3 berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 1-9 memiliki ukuran mata jaring (MS) 5,6 cm dan rasio penggantungan primer E 1 = 0,50 (Gambar 11c) Penentuan selektivitas Penentuan selektivitas alat tangkap dilakukan dengan menggunakan cover net method. Penutup adalah jaring yang terbuat dari bahan jaring polyamida (PA) dengan ukuran mata 1,25 cm. Untuk keong macan dengan panjang l, proporsi keong yang tertangkap ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (ICES 1996): N il φ i =. N sl + N il 21

43 Keterangan : φ : Proporsi keong yang tertangkap menggunakan jenis mata jaring i bagian dasar ukuran ke-i; N il : Jumlah cangkang yang tertahan pada selang kelas panjang ke-l dengan menggunakan jenis mata jaring dinding dasar ukuran kei; dan N sl : Jumlah cangkang yang lolos (tertampung pada cover net) ke-s pada selang kelas panjang ke-l. Selanjutnya kurva selektivitas ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (ICES 1996): r i () l exp = 1+ exp ( ai + bil) ( a + b l) i i. 22 Keterangan : r i (l) : l : a & b : Fungsi selektivitas jaring terhadap panjang cangkang; Panjang cangkang; dan Parameter kurva selektivitas yang akan diduga. Parameter kurva selektivitas a dan b diduga dengan cara memaksimumkan fungsi log likelihood. Fungsi ini dimaksimumkan dengan menggunakan add-in SOLVER pada software MS EXCELL. Formulanya adalah (ICES 1996): [ N lnφ ( l) + N ln( 1 φ( l) )] log Li = il i sl. 23 l Ada 2 hal penting dalam melakukan penilaian selektivitas suatu alat tangkap, yaitu (ICES 1996): 1. Retention a L50 =. 24 b. 2. Selection range SR = L 75 -L 25 ; 25 L 25 L a Ln(3) = ; dan 26 b 75 a + Ln(3) =. 27 b

44 Nilai L 75 dan L 25 juga dapat dicari dengan fitted by eyes pada kurva selektivitas yang terbentuk Rancangan percobaan Analisis RAL digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan sudut kemiringan dinding terhadap jumlah dan ukuran panjang cangkang keong macan yang merayap. Tujuan lain adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbedaan konstruksi mata jaring terhadap ukuran panjang cangkang keong macan yang tertahan. Data ini diolah dengan menggunakan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance). Untuk melakukan analisis ragam atau ANOVA (analysis of variance), ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar hasil yang diperoleh valid. Asumsi tersebut antara lain adalah (Mattjik & Sumertajaya 2000): 1 Ragam homogen; 2 Kebebasan galat; dan 3 Galat percobaan menyebar normal. Setelah pengujian asumsi terpenuhi, maka analisis ragam dapat dilakukan. Perlakuan-perlakuan yang diuji dengan menggunakan RAL adalah sebagai berikut: 1 Perlakuan untuk RAL pertama adalah sudut kemiringan dinding perangkap a Sudut kemiringan dinding 1 : 30 ; b Sudut kemiringan dinding 2 : 40 ; dan c Sudut kemiringan dinding 3: Perlakuan untuk RAL kedua adalah konstruksi mata jaring a Konstruksi mata jaring 1 : MS = 5,6 cm (E 1 = 0,707); b Konstruksi mata jaring 2 : berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm); dan c Konstruksi mata jaring 3 : MS = 5,6 cm (E 1 = 0,50).

45 Persamaan RAL yang digunakan adalah (Steel et al. 1997) : Yij = μ + τ + ε. 28 i ij Keterangan : Y ij : μ : τ i : ε ij : i j : : Nilai pengamatan pada sudut kemiringan dinding/konstruksi mata jaring ke-i dan ulangan ke-j; Rataan umum; Pengaruh kemiringan dinding/konstruksi mata jaring ke-i; Pengaruh acak pada kemiringan dinding/konstruksi mata jaring ke-i ulangan ke-j; 1,2,3; dan 1,2,3,..., 10. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H 0 : τ 1 = τ 2 = τ 3 = 0 H 1 : Paling sedikit ada satu τ 1 0 Untuk menilai apakah dua nilai tengah perlakuan berbeda secara statistika, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan selisih nilai tengah perlakuan tersebut dengan nilai BNT. Jika dua nilai perlakuan lebih besar daripada nilai BNT, maka dua nilai dikatakan berbeda secara nyata pada taraf α. Sebaliknya, jika beda dua nilai tengah perlakuan tersebut lebih kecil daripada nilai BNT, maka dapat dikatakan dua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel et al. 1997): ( 2s 2 / r) 1/ 2 BNTα = tα. 29 Konstanta t adalah nilai t yang diperoleh dari tabel t pada taraf nyata α. Nilai t dilihat pada derajat bebas galat. Konstanta s 2 adalah nilai kuadrat tengah galat (KTG) yang diperoleh dari analisis ragam, dan r adalah jumlah ulangan.

46 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Hasil Tangkapan Perangkap jodang menangkap 10 spesies yang dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok kepiting dan keong. Kelompok kepiting terdiri atas 4 jenis spesies, yaitu Beuroisia manqueni, Tanaoa distinctus, Myra grandis, dan Laterallidae. Adapun kelompok keong terdiri atas 6 jenis spesies yang meliputi Buccinum spp., Collumella testudine, Rapana spp., Olivia spp., Murex califera dan keong macan (Babylonia spirata). Komposisi hasil tangkapan total diperlihatkan pada Gambar 12 dan foto hasil tangkapan diperlihatkan pada Lampiran 5. Persentase jumlah tangkapan perangkap jodang, baik berupa keong macan, keong lain dan kepiting, relatif tidak berbeda jauh. Pada Gambar 13 ditunjukkan bahwa persentase keong macan terhadap total tangkapan mencapai 34,03% (1.225 ekor), jenis keong lain 32,44% (1.168 ekor) dan kepiting 33,53% (1.207 ekor). Jika pengelompokkan didasarkan atas jenis tangkapan, maka jenis tangkapan terbesar adalah keong sebesar 66,47% (2.393 ekor). Dari pengamatan langsung ketika operasi penangkapan dilakukan, substrat dasar perairannya berupa lumpur. Ini menjadi salah satu penyebab kenapa jumlah tangkapan terbanyak adalah dari kelompok keong. Menurut Shanmugaraj & Ayyakkanu (1994), dan Yulianda & Danakusumah (2000), habitat keong macan adalah di perairan dengan substrat dasar yang berlumpur. Alasan lain yang mendukung banyaknya keong tertangkap adalah karena penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober. Ini sesuai dengan musim puncak penangkapan keong macan yang diungkapkan oleh Naja (2004), yaitu pada bulan Juli-Oktober. Menurut Rupert & Barnes (1991), keong sangat sensitif terhadap rangsang gerak, sehingga kemungkinan besar keong masuk ke dalam perangkap lebih dahulu daripada kepiting. Hill (1982) menjelaskan kepiting memiliki pergerakan yang agresif, terutama dalam merespon bau. Pergerakan agresif kepiting, baik yang berada di dalam maupun luar perangkap, akan menyebabkan keong tidak akan mendekati perangkap. Dari hasil operasi penangkapan, seluruh perangkap

47 mendapatkan keong. Ini mengindikasikan bahwa keong lebih dahulu masuk ke dalam perangkap. Selanjutnya, jenis tangkapan lain yang masuk adalah kepiting. Keong macan yang tertangkap oleh perangkap jodang menyebar pada kisaran panjang cangkang 1,00-5,99 cm. Dari keseluruhan keong macan yang tertangkap, terdapat sebanyak ekor (88,33%) keong macan ukuran tidak layak tangkap (< 4,27 cm) dan 143 ekor (11,67%) berukuran layak tangkap ( 4,27 cm). Hasil tangkapan dari kelompok kepiting menyebar pada kisaran panjang karapas 1,00-3,99 cm. Adapun kelompok keong menyebar pada kisaran panjang cangkang 2,00-4,99 cm. Ukuran kedua kelompok tangkapan tersebut tidak ikut diperhatikan, karena merupakan hasil tangkapan sampingan yang tidak dikonsumsi. Keong Macan (Babylonia spirata), 34,03% Murex califera, 0,39% Olivia spp., 1,61% Rapana spp., 0,08% Collumella testudine, 28,83% Beuroisia manquenei, 18,06%, Tanaoa distinctus, 7,61% Myra grandis, 6,39 % Laterallidae,, 1,47% Buccinum spp, 1,53% Gambar 12 Komposisi hasil tangkapan perangkap jodang. Keong Macan ( Babylonia Spirata) 34,03 % Kepiting 33,53 % Keong 32,44 % Gambar 13 Komposisi hasil tangkapan kepiting, keong dan keong macan.

48 4.2 Pengaruh Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang terhadap Hasil Tangkapan Distribusi jenis, jumlah dan panjang cangkang hasil tangkapan total Tangkapan utama keong macan menyebar pada kisaran panjang cangkang 0,00-6,10 cm (Gambar 14). Kisaran ini terbagi ke dalam 10 kelas dengan interval kelas 0,61 cm. Keong macan banyak tertangkap pada ukuran dibawah layak tangkap, yaitu pada kisaran panjang cangkang 3,05-3,65 cm sebanyak 318 ekor. Ukuran ini seharusnya belum boleh ditangkap karena belum memijah. Keong macan layak tangkap yang tertangkap sangat sedikit, yaitu sebanyak 227 ekor atau 18,53% dari total hasil tangkapan keong macan. Sisanya sebanyak 998 ekor atau sebesar 81,47% adalah keong macan berukuran tidak layak tangkap. Sedikitnya jumlah tangkapan keong macan layak tangkap diduga terkait dengan ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya keong macan pada lokasi pengoperasian perangkap diduga kebanyakan berukuran lebih kecil dari ukuran layak tangkap. Jumlah (ekor) n = ekor Layak tangkap = 227 ekor (18,53%) ,61 1,22 1,83 2,44 3,05 3,66 4,27 4,88 5,49 6,10 Panjang cangkang (cm) 35 2 Gambar 14 Distribusi jumlah dan panjang keong macan total. Hasil tangkapan sampingan secara keseluruhan menunjukkan bahwa pada lokasi penangkapan terdapat populasi keong dan kepiting yang hampir sama jumlahnya. Dari keseluruhan hasil tangkapan, kedua tangkapan ini masing-masing berjumlah ekor (49,18%) dan ekor (50,82%) (Gambar 15). Keseluruhan spesies yang terdapat pada kelompok keong maupun kepiting, salah satu habitatnya adalah di perairan dengan substrat berlumpur (Hardy 2008;

49 Hayden 2007; Shanmugaraj & Ayyakkannu 1994; Yulianda & Danakusumah 2000). Hasil tangkapan sampingan untuk kelompok keong menyebar pada kisaran panjang 0,00-5,24 cm (Gambar 16) dan terbagi menjadi 7 kelas dengan interval kelas 0,75 cm. Dari keseluruhan tangkapan kelompok keong, diketahui tangkapan terbanyak berasal dari spesies Collumella testudine, yaitu sebanyak ekor (88,87%). Buccinum spp. tertangkap 55 ekor (4,71%), Rapana spp. 3 ekor (0,26%), Olivia spp. 58 ekor (4,97%), dan Murex califera tertangkap 14 ekor (1,20%). Collumella testudine banyak tertangkap pada kisaran panjang 2,25-2,99 cm sebanyak 557 ekor (Gambar 17). Tangkapan terbanyak untuk spesies lain, yaitu Buccinum spp., Olivia spp., dan Murex califera, masing-masing berada pada kisaran panjang cangkang 1,50-2,24 cm sebanyak 28 ekor, 2,25-2,99 sebanyak 36 ekor cm dan 3,00-3,74 cm sebanyak 9 ekor. Khusus Rapana spp., tangkapan menyebar merata pada kisaran panjang cangkang 3,00-5,24 cm masing-masing sebanyak 1 ekor. Hasil tangkapan sampingan dari kelompok kepiting menyebar pada kisaran panjang karapas 0,00-4,49 cm (Gambar 18). Kisaran ini terbagi ke dalam 6 kelas dengan interval kelas 0,75 cm. Tangkapan terbanyak untuk kelompok kepiting adalah Beuroisia manquenei, sebanyak 650 ekor (53,85%). Beuroisia manquenei banyak terdapat pada kisaran panjang karapas 3,00-3,74 cm sebanyak 303 ekor. Spesies lain, Tanaoa distictus terbanyak pada kisaran panjang karapas 1,50-2,24 cm sebanyak 134 ekor, Myra grandis pada kisaran panjang karapas 2,25-2,99 cm sebanyak 140 ekor dan Laterallidae pada kisaran panjang karapas 3,00-3,74 cm sebanyak 33 ekor.

50 Keong 49,18% Kepiting 50,82% Gambar 15 Komposisi hasil tangkapan sampingan. Jumlah (ekor) 40 Buccinum spp Rapana spp. Olivia spp. Murex califera 0 0,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 5,25 Panjang cangkang (cm) Gambar 16 Distribusi jumlah dan panjang cangkang kelompok keong. Jumlah (ekor) ,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 5,25 Panjang cangkang (cm) Gambar 17 Distribusi jumlah dan panjang cangkang Collumella testudine.

51 Jumlah (ekor) Beuroisia manquenei Tanaoa distinctus Myra grandis Laterallidae 0 0,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 Panjang karapas (cm) Gambar 18 Distribusi jumlah dan panjang karapas kelompok kepiting Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan utama Ada atau tidaknya pengaruh sudut kemiringan dinding yang diuji terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap maupun ukuran panjang cangkang keong macan yang tertangkap dapat diketahui dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Hal ini dilakukan untuk melihat gambaran data secara umum sebelum dilakukan analisis secara lebih mendalam. Berdasarkan data jumlah dan panjang keong macan, analisis ragam (ANOVA) dapat dilakukan dan hasilnya dapat dikatakan valid/sah, karena uji asumsi telah dipenuhi (Mattjik & Sumertajaya 2000). Berdasarkan perhitungan analisis ragam didapatkan bahwa sudut kemiringan dinding berpengaruh nyata terhadap jumlah keong macan layak tangkap yang merayap dan panjang cangkang keong macan yang tertangkap. Hal ini terlihat dari perolehan F hitung yang lebih besar dari F tabel, nilainya masing-masing 4,49 dan 3,35 untuk jumlah keong macan layak tangkap, serta 3,37 dan 3,35 untuk ukuran panjang cangkang yang merayap. Uji beda nyata terkecil menghasilkan bahwa sudut kemiringan dinding 30 dan 50 memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah keong macan layak tangkap. Adapun sudut 40 dan 50 memberikan pengaruh yang nyata terhadap ukuran keong macan layak tangkap dan panjang rata-rata keong macan. Hasil pengujian asumsi dapat dilihat pada Lampiran 6, 10, 7 dan 9. Adapun hasil analisis ragam dan uji beda nyata terkecil dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 16.

52 Distribusi jumlah dan panjang keong macan sebagai hasil tangkapan utama untuk setiap sudut kemiringan dinding dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Sudut kemiringan dinding 30 Jumlah total keong macan yang tertangkap pada sudut kemiringan dinding 30 sebanyak 461 ekor atau sebesar 37,63% dari tangkapan total keong macan. Jumlah keong macan terbanyak terdapat pada kisaran panjang cangkang 2,44-3,04 cm sebanyak 125 ekor atau sebesar 27,15% dari jumlah keong macan yang merayap pada sudut ini (Gambar 19a). Jumlah keong macan layak tangkap yang tertangkap pada sudut kemiringan dinding 30 sebanyak 48 ekor. Nilai ini tergolong rendah karena hanya menangkap sebesar 10,41% dari keseluruhan keong macan yang merayap pada sudut kemiringan dinding ini. Jumlah keong macan layak tangkap terbanyak adalah pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,88 cm, yaitu sebanyak 44 ekor atau sebesar 91,67% dari jumlah tangkapan layak tangkap. 2 Sudut kemiringan dinding 40 Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 menangkap keong macan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan tangkapan keong macan pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30. Terdapat 448 ekor keong macan yang dapat merayap atau sebesar 36,57% dari total tangkapan keong macan. Jumlah keong macan terbanyak ada pada kisaran panjang cangkang 3,05-3,65 cm sebanyak 131 ekor atau sebesar 29,24% dari seluruh keong macan yang dapat merayap pada sudut ini (Gambar 19b). Jumlah keong macan layak tangkap adalah sebanyak 87 ekor atau sebesar 19,42% dari seluruh keong macan yang merayapi dinding perangkap ini. Walaupun nilai ini masih tergolong kecil, nilai ini lebih baik dibandingkan dengan jumlah keong macan yang tertangkap pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30. Keong macan layak tangkap terbanyak ada pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,88 cm sebanyak 82 ekor atau sebesar 94,25% dari jumlah tangkapan layak tangkap.

53 3 Sudut kemiringan dinding 50 Jumlah keong macan yang dapat tertangkap pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 adalah paling sedikit dibandingkan dengan dua jenis perangkap lainnya. Perangkap ini menangkap keong macan sebanyak 316 ekor atau sebesar 25,80% dari total tangkapan keong macan. Keong macan terbanyak berada pada kisaran panjang cangkang 3,66-4,26 cm sebanyak 77 ekor atau sebesar 24,37% dari total keong macan yang merayap pada sudut ini (Gambar 19c). Keong macan layak tangkap yang merayap pada perangkap ini berjumlah 92 ekor atau sebesar 29,11% dari total tangkapan keong macan yang merayap pada sudut ini. Nilai ini paling tinggi dibandingkan perangkap dengan sudut kemiringan dinding lainnya. Keong macan layak tangkap terbanyak berada pada kisaran panjang 4,27-4,87 cm sebanyak 64 ekor atau sebesar 69,57% dari jumlah tangkapan keong macan layak tangkap.

54 a α = 30 n = 461 ekor Layak tangkap = 48 ekor (10,41%) Jumlah (ekor) b α = 40 n = 448 ekor Layak tangkap = 87 ekor (19,42%) c α = 50 n = 316 ekor Layak tangkap = 92 ekor (29,11%) 0 0,161 1,22 1,83 2,44 3,05 3,66 4,27 4,88 5,49 6,10 Panjang cangkang (cm) Gambar 19 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan 50.

55 4 Sudut kemiringan dinding pilihan berdasarkan distribusi jumlah dan panjang hasil tangkapan utama Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30 memberikan hasil tangkapan keong macan yang paling banyak, kemudian diikuti oleh perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 (Gambar 20). Sudut kemiringan dinding 50 adalah sudut kemiringan dinding yang paling sedikit menangkap keong macan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut kemiringan dinding 30 adalah sudut kemiringan dinding yang paling mudah dirayapi oleh keong macan. Sudut kemiringan ini paling landai dibandingkan dengan sudut kemiringan lainnya, sehingga mudah dirayapi oleh keong macan. Untuk kepentingan penangkapan keong macan yang hanya mementingkan kuantitas, sudut kemiringan dinding 30 dapat direkomendasikan. Kemiringan dinding perangkap 40 juga masih dapat direkomendasikan karena memberikan hasil tangkapan keong macan yang tidak terlalu berbeda dengan kemiringan dinding 30. Uji coba sudut kemiringan dinding perangkap dilakukan dengan tujuan selektivitas. Oleh karena itu, sudut kemiringan dinding yang terbaik diharapkan dapat menyeleksi ukuran keong macan yang tertangkap. Ukuran panjang cangkang layak tangkap keong macan yang dijadikan sebagai acuan adalah 4,27 cm (Firdaus 2002). Gambar 20 memperlihatkan jumlah keong macan ukuran layak tangkap yang tertangkap pada berbagai sudut kemiringan dinding perangkap yang diuji. Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 paling banyak menangkap keong macan layak tangkap dibandingkan dengan sudut kemiringan dinding lainnya. Perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 menangkap keong macan layak tangkap sebanyak 70 ekor, sedangkan untuk sudut kemiringan dinding 30 dan 40 menangkap keong macan layak tangkap masing-masing sebanyak 20 ekor dan 53 ekor.

56 Jumlah (ekor) Keong macan total Keong macan layak tangkap Sudut kemiringan dinding Gambar 20 Jumlah keong macan total dan keong macan layak tangkap hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan Distribusi jumlah dan panjang untuk hasil tangkapan sampingan Distribusi jumlah dan panjang hasil tangkapan sampingan untuk setiap sudut kemiringan dinding diuraikan sebagai berikut:. 1 Sudut kemiringan dinding 30 Hasil tangkapan sampingan perangkap jodang adalah dari spesies keong dan kepiting. Dengan mempergunakan perangkap dengan kemiringan dinding 30º, keong yang ditangkap berjumlah 365 ekor (35,68%) dan kepiting 658 ekor (64,32%) (Gambar 21a). Keong terbanyak adalah dari spesies Collumella testudine sebanyak 294 ekor atau sebesar 80,55% dari total tangkapan keong. Kisaran panjang cangkang terbanyak untuk spesies ini berada pada kisaran 1,50-2,24 cm sejumlah 182 ekor (Gambar 22d). Spesies lain yaitu Buccinum spp. (7,95%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 1,50-2,24 cm sebanyak 18 ekor (Gambar 22a). Olivia spp. tertangkap sebanyak 27 ekor (7,40%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 (14 ekor). Murex califera tertangkap sebanyak 12 ekor (3,29%) dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,80-3,20 (9 ekor). Rapana spp. tertangkap sebanyak 3 (0,82%) dari total tangkapan keong dan menyebar merata pada kisaran panjang cangkang 3,00-5,24 cm (1 ekor).

57 Untuk kelompok kepiting, jumlah tangkapan terbanyak adalah dari spesies Beuroisia manquenei sebanyak 297 ekor atau sebesar 45,14% dari total tangkapan kepiting dengan kisaran panjang l karapas terbanyak pada 3,00-3,74 cm sejumlah 164 ekor (Gambar 23a). Spesies lain Myra grandis tertangkap 177 ekor (26,90%) dengan l terbanyak pada 2,25-2,99 cm (123 ekor). Tanaoa distinctus tertangkap sebanyak 160 ekor (24,32%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (34 ekor). Laterallidae tertangkap 24 ekor (3,65%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 3,00-3,74 cm (11 ekor). 2 Sudut kemiringan dinding 40 Pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40º, kelompok keong tertangkap sebanyak 495 ekor (60,89 %) dan kelompok kepiting sebanyak 318 ekor (39,11%) (Gambar 21b). Kelompok keong didominasi oleh Collumella testudine yang berjumlah 457 ekor atau sebesar 92,32% dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 (336 ekor) (Gambar 22e). Keong lain, Olivia spp. tertangkap sebanyak 22 ekor (4,44%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 cm (15 ekor). Buccinum spp. tertangkap sebanyak 15 ekor (3,03%) dengan kisaran panjang cangkang terbanyak pada 2,25-2,99 cm (11 ekor). Murex califera tertangkap sebanyak 1 ekor (0,20%) pada kisaran panjang cangkang 3,00-3,74 cm (Gambar 22b). Kelompok kepiting didominasi oleh Beuroisia manquenei sebanyak 206 ekor atau sebesar 64,78% dari total tangkapang kepiting dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 2,25-2,99 cm berjumlah 103 ekor. Tanaoa distinctus tertangkap sebanyak 64 ekor (20,13%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (34 ekor). Myra grandis tertangkap sebanyak 28 ekor (8,81%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 0,75-1,49 cm (16 ekor). Laterallidae tertangkap sebanyak 22 ekor (6,92%) dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 3,00-3,74 cm (10 ekor) (Gambar 23b).

58 3 Sudut kemiringan dinding 50 Keong dan kepiting yang tertangkap oleh perangkap dengan sudut kemiringan 50º masing-masing berjumlah 308 ekor (57,14%) ekor dan 231 ekor (42,86%) (Gambar 21c). Kelompok keong didominasi oleh Collumella testudine sebanyak 287 ekor atau sebesar 93,18% dari total tangkapan keong dengan kisaran panjang terbanyak pada 3,00-3,74 cm berjumlah 160 ekor (Gambar 22f). Keong lain, Buccinum spp., tertangkap sebanyak 11 ekor (3,57%) dengan kisaran panjang terbanyak pada 2,25-2,99 (6 ekor). Olivia spp. tertangkap sebanyak 9 ekor (2,92%) dengan kisaran panjang terbanyak pada 3,00-3,74 cm (5 ekor). Murex califera tertangkap sebanyak 1 ekor (0,32%) dari total tangkapan keong, yaitu pada kisaran panjang 3,00-3,74 cm (Gambar 22c). Beuroisia manquenei mendominasi kelompok kepiting dengan jumlah 149 ekor yaitu sebesar 64,0,50, dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 2,25-2,99 cm berjumlah 76 ekor. Tanaoa distinctus tertangkap sebanyak 50 ekor (21,65%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (32 ekor). Myra grandis tertangkap sebanyak 25 ekor (10,82%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 1,50-2,24 cm (13 ekor). Laterallidae tertangkap sebanyak 7 ekor (3,03%) dengan kisaran panjang karapas terbanyak pada 3,75-4,49 cm (7 ekor) (Gambar 23c).

59 a α = 30 n = ekor b α = 40 n = 813 ekor c α = 50 n = 639 ekor Gambar 21 Komposisi hasil tangkapan sampingan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan 50.

60 a α = 30 d α = 30 Jumlah (ekor) b α = 40 e α = 40 c α = 50 f α = ,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 5,25 0 0,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 5,25 Panjang cangkang (cm) Gambar 26 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40 dan 50.

61 a α = 30 b α = 40 Jumlah (ekor) c α = ,75 1,50 2,25 3,00 3,75 4,50 Panjang karapas (cm) Gambar 23 Distribusi jumlah dan panjang kepiting hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40, dan 50.

62 4. Sudut kemiringan dinding pilihan berdasarkan distribusi jumlah dan panjang hasil tangkapan sampingan Hasil tangkapan sampingan berupa keong paling banyak terdapat pada kemiringan dinding 40º yang didominasi oleh Collumella testudine. Kemudian diikuti oleh sudut kemiringan dinding 30º dan 50º dengan jumlah yang tidak berbeda jauh (Gambar 24). Dilihat dari distribusi jumlah dan ukuran panjang untuk setiap sudut kemiringan dinding, hampir seluruh jenis keong memiliki pola yang sama dengan keong macan, kecuali Collumella testudine. Hasil tangkapan kelompok keong - kecuali Collumella testudine - memiliki jumlah tangkapan yang makin menurun dengan semakin bertambahnya sudut kemiringan dinding perangkap. Hal ini diduga berkaitan dengan kelandaian sudut kemiringan dinding perangkap, semakin landai sudut kemiringan dinding perangkap maka semakin banyak keong yang dapat merayap. Keong jenis Collumella testudine banyak tertangkap pada sudut kemiringan dinding 40º, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudut kemiringan inilah yang paling cocok dirayapi oleh Collumella testudine yang memiliki kisaran panjang cangkang 2,25-2,99 cm. Atau dengan kata lain, sudut kemiringan dinding 40º adalah sudut maksimal/puncak yang dapat dirayapi oleh Collumella testudine dengan kisaran ukuran panjang cangkang 2,40-2,80 cm. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, untuk menghindari banyaknya keong yang tertangkap, maka pemakaian perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40º harus dihindari. Hasil tangkapan sampingan yang berupa kepiting banyak tertangkap pada sudut kemiringan dinding 30º dan paling sedikit pada sudut kemiringan dinding 50º. Seperti juga pada keong, hal ini juga terkait dengan kelandaian dinding yang terbentuk. Dinding perangkap dengan kemiringan 30º merupakan dinding yang paling landai dan mudah dirayapi oleh kepiting. Pada seluruh kepiting kecuali Beuroisia manquenei -, sudut kemiringan dinding perangkap tidak terlalu berpengaruh kepada distribusi ukuran panjang karapasnya. Pada sudut kemiringan dinding 30º, Beuroisia manquenei didominasi dengan ukuran kepiting terbesar pada kisaran panjang karapas 3,00-3,74 cm. Kisaran panjang ini mendominasi Beuroisia manquenei secara total, yaitu sebanyak 164 ekor. Karena sudut kemiringan 30º adalah yang paling landai, maka diduga terjadi persaingan antar

63 spesies kepiting dalam mencapai umpan. Gerakan kepiting yang agresif menyebabkan kepiting dengan ukuran yang lebih kecil menjadi tersingkir. Kisaran panjang Beuroisia manquenei terbanyak terlihat semakin menurun dengan meningkatnya sudut kemiringan dinding perangkap. Berdasarkan hal tersebut, sudut kemiringan dinding 30º diperkirakan adalah sudut maksimal/puncak yang dapat dirayapi oleh Beuroisia manquenei dengan kisaran panjang karapas 3,00-3,74 cm Keong Jumlah (ekor) Jumlah (ekor) Kepiting Sudut Sudut kemiringan dinding Gambar 24 Jumlah hasil tangkapan sampingan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40, dan Sudut Kemiringan Dinding Perangkap Jodang Pilihan Sudut kemiringan dinding perangkap yang baik adalah yang dapat menyeleksi ukuran hasil tangkapan utama dan meminimalkan jumlah hasil tangkapan sampingan. Berdasarkan analisis hasil tangkapan utama, pemakaian sudut kemiringan dinding 50º dapat direkomendasikan karena dapat menangkap keong macan layak tangkap dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan sudut kemiringan dinding lainnya. Sudut kemiringan dinding 40º juga masih dapat direkomendasikan karena jumlah keong macan layak tangkap tidak terlalu berbeda dari sudut kemiringan dinding 50º. Adapun dari analisis hasil tangkapan sampingan terdapat beberapa alternatif pilihan sudut kemiringan dinding perangkap. Apabila di lokasi penangkapan diketahui terdapat keong dalam jumlah banyak, maka pemakaian sudut kemiringan dinding 40º harus dihindari. Untuk

64 lokasi penangkapan yang diketahui banyak terdapat kepiting, pemakaian sudut kemiringan 30º harus dihindari. Adapun bila pada lokasi penangkapan tidak diketahui sumberdayanya, disarankan menggunakan sudut kemiringan dinding 50º. Berdasarkan atas analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut kemiringan dinding 50º adalah sudut kemiringan yang terbaik karena dapat menangkap keong macan layak tangkap terbanyak dengan jumlah hasil tangkapan sampingan yang paling minimal (Gambar 25). Jumlah (ekor) Keong macan layak tangkap Keong Kepiting Sudut Sudut kemiringan dinding dinding Gambar 25 Jumlahkeong macan, keong, dan kepiting hasil tangkapan perangkap jodang dengan sudut kemiringan dinding 30, 40, dan Selektivitas Konstruksi Mata Jaring Dinding Dasar Perangkap Jodang Ada atau tidaknya pengaruh konstruksi mata jaring dinding dasar terhadap panjang cangkang keong macan yang tertahan dapat dilakukan sebelum menganalisa selektivitas yaitu dengan menggunakan analisis ragam. Hal ini bertujuan untuk melihat gambaran data secara umum sebelum dilakukan analisis secara lebih rinci. Berdasarkan data panjang cangkang yang diolah, pengujian asumsi telah dipenuhi, sehingga hasil yang diperoleh dari analisis ragam menjadi valid/sah. Data panjang rata-rata keong macan yang tertahan pada masing-masing konstruksi dan pengujian asumsi dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15.

65 Hasil analisis ragam (ANOVA) memperlihatkan bahwa konstruksi mata jaring dinding dasar berpengaruh nyata terhadap panjang cangkang keong macan yang tertahan (Lampiran 16). Nilai F hitung dan F tabel untuk perhitungan ini masingmasing sebesar 64,68 dan 3,35. Adapun dari uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa nilai tengah perlakuan berbeda nyata untuk setiap jenis konstruksi mata jaring dinding dasar (Lampiran 17) Hubungan antara tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan Berdasarkan data pengamatan, hubungan linier keseluruhan hasil tangkapan dinyatakan dengan persamaan l = 1,991 h + 1,0093 dan w = 0,9794 h + 0,1737 (Gambar 26). Hubungan antara variabelnya sangat erat, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasinya (r) masing-masing sebesar 0,7564 dan 0,9024. Menurut Wicaksono (2006), hubungan antar variabel dalam suatu persamaan regresi sangat erat jika nilai r > 0,6. Dengan demikian penentuan lebar dan tinggi cangkang untuk memprediksi konstruksi mata jaring dinding dasar dengan hanya berdasarkan panjang cangkang dapat dilakukan. Panjang dan lebar cangkang (cm) l = 1,1991 h + 1,0933 r = 0,7564 w = 0,9794 h + 0,1737 r = 0, Tinggi cangkang (cm) Panjang Lebar Gambar 26 Hubungan linier antara tinggi cangkang (h) dengan panjang (l) dan lebar (w) cangkang keong macan.

66 4.4.2 Selektivitas perangkap dengan ukuran mata jaring dinding dasar 5,6 cm (E 1 = 0,707) Jumlah keong macan total, baik yang masuk ke dalam cover net ataupun tetap tertahan pada konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,707) adalah 393 ekor. Semuanya dikelompokkan ke dalam 10 kelas dengan interval kelas 0,61 cm (Gambar 27a). Jumlah keong macan terbanyak berada pada kisaran panjang cangkang 2,44-3,04 cm, yaitu sebanyak 110 ekor atau sebesar 27,99% dari total tangkapan. Dari total tangkapan terdapat 105 ekor atau sebesar 26,72% keong macan yang layak tangkap. Keong macan ukuran ini tidak boleh masuk ke dalam cover net. Penggunaan mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,707) menahan keong macan layak tangkap sebanyak 61 ekor atau sebesar 58,10% dari jumlah keong macan layak tangkap (Gambar 28a). Masih banyaknya keong macan layak tangkap yang masuk ke dalam cover net membuktikan bahwa ukuran bukaan maksimal jaring berbentuk bujur sangkar kurang tepat untuk dijadikan dasar pemikiran dalam memprediksi kostruksi mata jaring dinding dasar. Berdasarkan kurva selektivitas yang terbentuk didapatkan nilai L 25 = 4,25 cm L 50 = 4,60 cm dan L 75 = 4,90 cm (Gambar 29a, Lampiran 18). Perolehan nilai L 50 = 4,60 cm menjelaskan bahwa peluang tertangkapnya keong macan sebesar 0,50 pada adalah pada ukuran panjang cangkang 4,60 cm. Nilai selektivitas ini terbilang terlalu tinggi, karena ukuran keong macan layak tangkap pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,60 dapat masuk ke dalam cover net. Nilai selection range (SR) yang terjadi adalah sebesar 0,65 cm. Nilai ini menjelaskan bahwa kisaran panjang cangkang keong macan dengan peluang tertangkap sebesar 25% (L 25 ) sampai 75% (L 75 ) adalah 0,40 cm. Rendahnya nilai SR menunjukkan bahwa tertangkapnya keong macan berada pada kisaran panjang cangkang yang sempit. Jika hal ini dikaitkan dengan perolehan nilai L 50 yang tergolong terlalu tinggi, maka ukuran keong macan lain yang tertahanpun kemungkinan besar akan berukuran besar juga.

67 4.4.3 Selektivitas perangkap dengan mata jaring dinding dasar berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm) Jumlah keong macan total yang tertangkap, baik yang masuk ke dalam cover net ataupun tetap tertahan pada konstruksi mata jaring berukuran 2,4 2,8 (cm) berjumlah 414 ekor. Seluruh keong macan dikelompokan kedalam 10 kelas dengan interval kelas sebesar 0,61 cm. Jumlah keong macan terbanyak ada pada kisaran panjang cangkang 3,05-3,65 cm, yaitu sebanyak 107 ekor atau sebesar 25,85% dari total tangkapan (Gambar 27b). Dari data total tangkapan, terdapat sebanyak 59 ekor keong macan layak tangkap atau sebesar 14,25% dari jumlah total keong macan. Ukuran ini tidak boleh masuk ke dalam cover net. Konstruksi mata jaring ini diketahui memiliki kemampuan menyeleksi keong macan layak tangkap sebesar 93,22% dari jumlah keseluruhan keong macan layak tangkap. Hal ini terlihat dari banyaknya keong macan layak tangkap yang tertahan sebanyak 55 ekor (Gambar 28b). Berdasarkan kurva selektivitas yang terbentuk didapatkan nilai L 25 = 4,20 cm, dan L 75 = 4,50 cm (Gambar 29b, Lampiran 19). Adapun nilai L 50 diperoleh sebesar 4,33 cm. Nilai L 50 ini tergolong baik karena mendekati panjang keong macan layak tangkap, sehingga hanya keong macan layak tangkap pada kisaran panjang cangkang 4,27-4,33 dapat masuk ke dalam cover net. Walaupun tidak tepat sama, dekatnya nilai L 50 dengan panjang layak tangkap membuktikan bahwa prediksi konstruksi mata jaring dengan berdasarkan kepada lebar dan tinggi potongan melintang cangkang dapat dijadikan sebagai acuan. Namun terdapat kelemahan dari penggunaan konstruksi mata jaring ini, yaitu dari segi pembuatannya yang relatif sulit. Nilai SR yang merupakan kisaran ukuran panjang keong macan yang memiliki peluang tertahan 25% (L 25 ) hingga 75% (L 75 ) diperoleh sebesar 0,30 cm. Rendahnya nilai SR menunjukkan bahwa tertangkapnya keong macan berada pada kisaran panjang cangkang yang relatif sempit.

68 4.4.4 Selektivitas perangkap dengan ukuran mata jaring dinding dasar 5,6 cm (E 1 = 0,50) Jumlah keong macan total, baik yang masuk ke dalam cover net ataupun tetap tertahan pada konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,50) adalah sebanyak 418 ekor. Ukuran keong macan terbanyak ada pada kisaran panjang cangkang 3,66-4,26 cm, yaitu sebanyak 134 ekor atau sebesar 32,06% dari total tangkapan (Gambar 27c). Dari data ini, diketahui terdapat sebanyak 52 ekor atau sebesar 11,83% keong macan layak tangkap. Konstruksi mata jaring ini menahan keong macan layak tangkap sebanyak 47 ekor atau sebesar 82,54% dari keseluruhan tangkapan keong macan layak tangkap (Gambar 28c). Nilai selektivitas (L 50 ) untuk penggunaan mata jaring berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,50) adalah 4,14 cm (Gambar 29c, Lampiran 20). Nilai ini paling rendah dibandingkan ke-2 konstruksi sebelumnya dan berada di bawah ukuran panjang cangkang keong macan layak tangkap sehingga keong macan tidak layak tangkap dengan ukuran panjang cangkang 4,14-4,27 dapat tertahan. Oleh karena itu, konstruksi mata jaring ini tidak selektif dalam menyeleksi keong macan layak tangkap. Komponen yang dipergunakan untuk melihat bentuk kurva selektivitas yang terjadi adalah nilai L 25 dan L 75. Nilai L 25 yang diperoleh adalah sebesar 3,75 cm, sedangkan nilai L 75 adalah 4,50 cm. Berdasarkan kedua nilai tersebut diperoleh nilai SR sebesar 0,75 cm. Hal ini menjelaskan bahwa keong macan yang tertahan berada pada kisaran panjang yang tidak terlalu lebar Perbandingan selektivitas ke-3 konstruksi mata jaring dinding dasar Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,707) memiliki nilai selektivitas yang paling tinggi, kemudian diikuti konstruksi berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm), dan yang paling rendah adalah konstruksi mata jaring berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,50). Konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,707) memiliki nilai selektivitas yang terlalu tinggi, sedangkan konstruksi mata jaring dinding dasar berukuran 5,6 cm (E 1 = 0,50) nilai selektivitasnya berada di bawah ukuran panjang cangkang keong macan layak

69 tangkap. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka konstruksi berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm) dapat dikatakan yang paling baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai selektivitasnya yang paling dekat dan telah melewati ukuran panjang cangkang keong macan layak tangkap, sehingga keong macan yang berukuran tidak layak tangkap dapat diloloskan dengan lebih baik. Beberapa keong macan dengan ukuran layak tangkap masih dapat melewati konstruksi berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm) dan MS = 5,6 cm (E 1 = 0,50). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa konstruksi mata jaring yang dibentuk berdasarkan ukuran panjang keong macan layak tangkap hanya dapat meloloskan keong-keong macan berukuran kecil. Hal ini dapat terjadi karena adanya pelebaran ukuran mata yang disebabkan oleh pemuluran benang jaring. Mata jaring berbahan PE (polyetilene) memiliki kelenturan atau elastisitas, sehingga dapat melebar bila mendapatkan gaya-gaya tertentu (Klust 1973). Penumpukan keong macan pada satu tempat dan keberadaan kepiting menimbulkan tekanan yang besar ke arah bawah yang disebabkan oleh bobot dan tekanan hidrodinamika ketika perangkap diangkat. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pelebaran ukuran mata jaring adalah dengan menambah tarikan sewaktu dilakukan pemasangan jaring pada kerangka. Cara lain adalah mengganti benang jaring dengan kawat atau besi berdiameter kecil. Kedua bahan ini tidak memiliki elastisitas, sehingga bentuk dan ukuran matanya sulit berubah. Penyebab lain lolosnya keong macan ini adalah lendir. Lendir yang dikeluarkan keong macan pada saat bergerak mengurangi gesekan antara keong dengan mata jaring sehingga keong macan akan mudah lolos/masuk ke dalam cover net. Selain keong macan ukuran besar yang dapat masuk ke dalam cover net, terdapat pula ukuran keong yang tergolong kecil yang seharusnya dapat masuk ke dalam cover net menjadi tertahan pada konsruksi uji. Hal ini terjadi dikarenakan adanya keong macan yang terjepit diantara kepiting atau terhalang keong lain. Selain itu, keong macan juga dapat terjepit pada sisi dinding, terutama pada sudut kemiringan dinding 30.

70 a 5,6 cm (E 1 =0,707) n = 393 ekor Layak tangkap = 105 ekor (26,72%) b 2,4 2,8 (cm) n = 414 ekor Layak tangkap = 59 ekor (14,25%) Jumlah (ekor) c 5,6 cm (E 1 = 0,50) n = 418 ekor Layak tangkap = 63 ekor (15,07%) 0 0,61 1,22 1,83 2,44 3,05 3,66 4,27 4,88 5,49 6,10 Panjang cangkang (cm) Gambar 27 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan total pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda.

71 a 5,6 cm (E 1 = 0,707) n = 105 ekor Layak tangkap = 61 ekor (58,10%) Jumlah (ekor) Jumlah (ekor) b 2,4 2,8 (cm) n = 59 ekor Layak tangkap = 55 ekor (93,22%) c 5,6 cm (E 1 = 0,50) n = 63 ekor Layak tangkap = 52 ekor (82,54%) 0 0,61 1,22 1,83 2,44 3,05 3,66 4,27 4,88 5,49 6,10 Panjang cangkang (cm) Gambar 28 Distribusi jumlah dan panjang cangkang keong macan total yang tertahan pada setiap konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda.

72 a 5,6 cm (E 1 = 0,707) b 2,4 2,8 (cm) Selektivitas c 5,6 cm (E 1 = 0,50) Panjang cangkang (cm) Gambar 29 Kurva selektivitas konstruksi mata jaring dinding dasar yang berbeda.

73 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dua kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1 Sudut kemiringan dinding perangkap 50º adalah yang terbanyak dirayapi oleh keong macan layak tangkap; dan 2 Konstruksi mata jaring dinding dasar berbentuk persegi panjang dengan ukuran l w = 2,4 2,8 (cm) adalah yang paling baik dalam menyeleksi keong macan layak tangkap. 5.2 Saran Untuk perbaikan konstruksi perangkap jodang dapat dilakukan penelitianpenelitian lanjutan seperti: 1 Penelitian mengenai material pembentuk dinding perangkap dengan tujuan agar keong macan layak tangkap dapat lebih banyak merayap; dan 2 Penelitian mengenai alternatif pengganti bahan jaring pembentuk dinding dasar perangkap yang tidak elastis.

74 DAFTAR PUSTAKA Abbot RT, Boss RJ A Classification of the Living Mollusca. USA:American Malcologist, Inc. Alistair B, Brad E, George O The neural origins of shell structure and pattern in aquatic mollusks. Biophysical Journal 12. [Anonim] Babylonia Shell. [terhubung berkala]. seashells.com/page/index.php?pid=4,1&family=buccinidae. [5 Juli 2008]. Dharma B Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shell). Jakarta:PT. Sarana Graha. Edward JKP, Ami BPS, Renetta RE Studies on the status and feasibility of culturing spiral Babylon, Babylonia spirata in Tuticorin, Southeastern India. Coastal Marine Science 30. Edward JKP, Raghunathan C, Ayyakkannu Food preference, consumption and feeding behaviour of scavenging gastropod Babylonia spirata. Indian Journal of Marine Sciences 24. Firdaus M Biomorfometri dan beberapa aspek biologi reproduksi keong macan (Babylonia spirata, L.) di Teluk Palabuhan Ratu pada Bulan September Oktober 2000 [skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fridman AL Calculations for Fishing Gear Designs. London:Food and Agriculture Organization of The United Nation, Fishing News Books Ltd. Hardy G Sea Shell. [terhubung berkala]. index.html [2 November 2008]. Hayden A Crustace-Sea Crab. [terhubung berkala]. crabs.php. [2 November 2008]. Hill, BJ The Queensland Mud Crab Fishery. Quensland Department of Primary Industries Series F Queensland:Qld. ICES Manual of Methods of Measuring the Selectivity of Towed Fishing Gears. ICES Cooperative Research Report 215. Klust G Netting Materials for Fishing Gear. England:The Gresham Press. Kozzlof EN Invertebrates. Philadelphia:Saunders Publishing, Harcourt Brace College Publishers.

75 Martanti D Pola distribusi dan struktur populasi keong macan (Babylonia spirata) di Teluk Palabuhan Ratu pada Musim Timur [skripsi]. Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Martasuganda S Bubu (Traps). Bogor:Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Nybakken WJ Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia. Puspito G Konstruksi Mata Jaring Perangkap Jodang. Bogor:Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB. Rukardi. 9 Juli Keong macan, mutiara baru bagi nelayan Tambaklorok. Suara Merdeka. Rupert EE, Barnes RD Invertebrate Zoology. Florida:Orlando Saunders College Publishing. Sabelli B Guide to Shell. New York:Simon and Schusler inc. Shanmugaraj T, Ayyakkannu Laboratory spawning and larval development of Babylonia spirata, L. (Neogastropoda : Buccinidae). Journal Phuket Marine Biological Centre. Special Publication 13. Steel RGD, Torrie JH, Dickey DA Principles and Procedures of Statistics. Singapore:McGraw-Hill. Wicaksono Y Aplikasi Excel dalam Menganalisa Data. Seri Solusi Bisnis Berbasis Teknologi Informasi. Jakarta:PT Elex Media Komputindo. Yulianda F Aspek biologi reproduksi siput gastropoda laut, masalah khusus reproduksi [tesis]. Bogor:Institut Pertanian Bogor. Yulianda F, Danakusumah Acclimitization effect of body weight and gonad of snail Babylonia spirata (L.) kept in laboratory condition. Journal Phuket Marine Biological Centre. Special publication 21. Zein M Pengaruh jenis umpan dan lama perendaman jaring jodang terhadap hasil tangkapan keong macan (Babylonia spirata, L.) di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

76 LAMPIRAN

77 Lampiran 1 Lokasi penelitian Palabuhanratu Keterangan : Fishing base (Cisolok) Lokasi penelitian Posisi pengoperasian perangkap pada setiap setting Setting Posisi LU LS LU LS LU LS LU LS LU LS LU LS LU LS LU LS LU LS LU LS

78 Lampiran 2 Foto umpan yang digunakan dalam pengoperasian perangkap jodang Ikan Tembang (Sardinella spp.)

79 Lampiran 3 Foto perangkap jodang a. Perangkap jodang yang dilengkapi dengan kantong PA b. Susunan perangkap jodang di atas perahu

80 Lampiran 4 Data ukuran keong macan 1. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30 dan mesh size 5,6 cm (E 1 = 70%) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 2,43 1,83 1,03 2,36 1,35 1,29 3,90 2,25 2,23 3,30 1,70 1,50 3,23 1,97 1,87 3,07 1,74 1,83 3,00 1,60 1,40 3,45 2,39 2,27 3,24 2,00 1,94 3,10 1,80 1,60 4,93 3,11 2,98 2,69 1,50 1,51 4,76 2,91 2,87 3,67 2,12 2,00 2,15 0,98 0,98 2,50 1,50 1,50 2,56 2,00 1,90 3,02 1,60 1,56 2,20 1,10 1,00 set 4 4,75 2,8 2,68 3,24 2,02 1,96 1,50 0,70 0,50 4,78 2,95 2,72 3,23 1,86 1,88 set 2 3,50 1,90 2,01 2,57 1,38 1,3 4,78 2,76 2,63 3,53 1,92 2,12 3,50 1,90 2,00 2,35 1,63 1,59 2,90 1,81 1,83 3,00 1,62 1,52 set 7 3,06 2,23 2,13 2,94 2,00 1,85 3,12 1,71 1,58 2,34 1,31 1,21 2,93 2,10 1,87 3,17 1,73 1,63 2,30 1,32 1,22 3,04 1,60 1,82 2,50 1,50 1,50 2,36 1,41 1,31 3,01 1,59 1,72 set 5 2,83 1,47 1,36 1,81 1,28 1,18 2,71 1,32 1,51 3,22 2,06 1,95 2,86 2,01 1,91 3,10 1,91 1,92 3,24 2,09 1,98 2,84 1,86 1,76 3,12 1,94 1,21 3,26 2,11 2,00 2,63 1,81 1,71 3,14 1,96 1,28 3,44 2,07 1,96 3,75 2,52 2,42 3,32 1,92 1,31 3,84 2,58 2,47 4,85 2,82 2,78 3,72 2,43 2,12 4,15 2,78 2,67 set 8 4,38 2,71 2,58 4,03 2,63 2,24 3,83 2,67 2,56 4,73 2,66 2,43 3,71 2,52 2,23 3,55 2,49 2,38 2,30 1,29 1,20 3,43 2,34 2,00 2,83 1,57 1,46 3,42 2,00 1,78 2,71 1,42 1,23 2,79 1,58 1,47 3,44 2,02 1,77 2,67 1,43 1,16 2,85 1,67 1,56 3,41 1,98 1,78 2,73 1,52 1,25 2,30 1,54 1,43 3,43 2,00 1,67 2,18 1,39 1,29 3,35 2,27 2,16 3,74 2,20 2,17 3,23 2,12 1,87 3,33 2,12 2,01 3,84 2,26 2,27 3,21 1,97 1,80 3,12 2,07 1,96 set 9 2,45 1,35 1,25 3,00 1,92 1,76 4,24 2,78 2,67 2,51 1,44 1,34 4,12 2,63 2,34 4,64 2,93 2,78 1,96 1,31 1,21 4,14 2,65 2,33 4,87 2,97 2,83 3,01 2,04 1,94 4,11 2,61 2,34 4,86 3,12 2,87 2,99 1,89 1,79 4,13 2,63 2,23 set 6 2,79 1,55 1,45 2,78 1,84 1,74 4,89 2,99 2,87 3,91 2,26 2,03 3,90 2,55 2,45 set 3 4,54 2,89 2,83 3,93 2,28 2,02 4,30 2,70 2,56 4,65 2,94 2,91 3,90 2,24 2,03 4,96 2,74 2,61 4,11 2,62 2,54 3,92 2,26 1,92 4,52 2,89 2,65 3,28 2,11 2,14 4,23 2,46 2,42 2,45 1,32 1,23 3,45 2,37 2,25 4,33 2,52 2,52 3,57 2,03 1,81 2,90 1,87 1,82 4,84 3,34 3,11 3,59 2,05 1,80

81 Lanjutan SET l w h 3,56 2,01 1,81 3,58 2,03 1,70 3,89 2,23 2,20 3,99 2,29 2,30 set 10 4,88 3,13 2,94 3,56 2,02 2,01 2,73 1,51 1,61 2,90 1,77 1,72 2,35 1,27 1,29 1,81 0,75 0,76 2,68 1,37 1,34 2,90 1,79 1,74 2,89 1,63 1,66 3,12 1,52 1,47 2,01 1,40 1,37 2,72 2,00 1,91 2,00 1,08 0,99 1,96 1,09 1,00 2,02 1,18 1,09 1,47 1,05 0,96 2,52 1,78 1,69 2,50 1,63 1,54 2,29 1,58 1,49 3,41 2,29 2,20 4,11 2,73 2,55 4,48 2,86 2,61 5,21 3,00 2,88 5,12 2,87 2,65 2. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30 dan mesh size 2,4 2,8 (cm) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 3,34 1,83 1,53 3,34 1,75 1,52 4,21 2,62 2,31 3,35 1,85 1,56 3,23 1,62 1,32 4,20 2,65 2,24 3,38 1,89 1,62 3,10 1,60 1,50 3,90 2,52 2,20 3,41 1,95 1,65 3,20 1,50 3,20 3,92 2,56 2,23 3,37 1,91 1,58 3,40 1,70 1,40 3,93 2,59 2,23 1,81 0,70 0,70 4,00 2,10 1,70 2,93 2,00 1,70 4,00 2,10 2,10 2,80 1,70 1,60 4,23 2,77 2,65 4,00 1,90 1,00 2,50 1,50 1,60 set 3 4,30 2,87 2,76 3,52 1,70 1,50 4,37 2,88 2,78 4,53 3,12 2,97 2,53 1,40 1,30 4,14 3,12 2,99 3,56 1,78 2,76 2,55 1,42 1,36 set 2 3,50 2,00 2,00 2,42 1,65 1,44 3,28 1,67 1,42 3,21 1,81 1,90 2,84 1,87 1,81 3,29 1,68 1,45 2,52 1,52 1,51 2,34 1,54 1,32 3,32 1,71 1,48 2,21 1,31 1,42 2,24 1,53 1,23

82 Lanjutan SET l w h SET l w h SET l w h 3,12 1,67 2,14 3,17 1,85 1,80 4,01 3,03 2,72 4,22 2,53 3,23 2,68 1,44 1,56 4,50 3,14 2,94 3,40 1,49 2,43 2,71 1,47 1,59 4,36 3,08 2,81 2,44 1,39 1,43 1,69 0,88 0,80 3,90 2,66 2,43 2,32 1,39 1,33 1,83 0,93 0,83 3,40 2,59 2,31 2,34 1,37 1,37 1,82 0,95 0,85 3,50 2,06 1,75 2,33 1,38 1,31 1,87 1,03 0,93 2,45 1,39 1,54 1,96 1,08 0,98 3,47 1,50 2,54 3,62 2,09 2,06 3,67 1,69 2,71 4,34 2,89 2,78 4,45 2,98 2,74 set 8 3,79 2,47 2,39 set 4 2,63 1,47 1,48 3,84 2,50 2,48 4,51 3,02 2,93 3,84 2,88 2,81 1,64 0,91 0,72 4,49 2,99 3,03 3,51 1,80 1,90 4,43 2,93 2,90 3,20 1,91 1,62 3,73 1,81 1,81 3,90 1,90 2,10 3,23 1,65 1,73 3,40 1,74 1,72 3,33 1,91 1,84 3,50 2,00 1,83 set 9 3,10 2,15 1,89 3,00 1,73 1,55 3,08 2,27 1,87 2,51 1,32 1,31 4,47 3,02 2,95 4,38 2,87 2,76 4,70 3,27 3,16 set 5 1,52 0,76 0,55 3,73 1,93 2,95 1,66 0,81 0,58 2,59 1,80 1,63 1,65 0,83 0,60 3,01 2,02 1,97 1,70 0,91 0,68 2,51 1,69 1,51 1,79 0,96 0,73 2,41 1,68 1,42 3,45 1,97 1,81 3,29 1,82 1,76 3,54 2,15 1,98 4,39 2,68 2,34 3,62 2,35 2,14 3,57 1,64 1,51 3,67 2,38 2,23 2,61 1,54 1,33 3,67 2,76 2,56 2,49 1,54 1,44 2,63 1,52 1,43 2,51 1,52 1,23 2,66 1,55 1,48 2,50 1,53 1,43 4,32 2,87 2,78 set 10 2,62 1,54 1,45 4,26 2,81 2,65 3,84 2,27 1,99 set 6 3,56 1,69 1,56 3,34 2,00 1,71 3,06 1,53 1,48 2,85 1,59 1,47 3,16 1,79 1,59 2,88 1,62 1,50 3,11 1,76 1,57 1,86 1,03 0,71 3,20 1,94 1,74 2,00 1,08 0,74 3,28 2,14 1,90 1,99 1,10 0,76 3,33 2,17 1,99 2,04 1,18 0,84 3,33 2,55 2,32 2,13 1,23 0,89 2,29 1,31 1,19 3,79 2,24 1,97 2,32 1,34 1,24 3,88 2,42 2,14 4,45 2,99 2,78 3,96 2,62 2,30 set 7 3,67 2,12 2,08 4,01 2,65 2,39

83 Lanjutan 3. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 30 dan mesh size 5,6 cm (E 1 = 50%) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 3,00 1,90 1,50 4,21 2,69 2,62 3,77 2,28 2,08 1,80 0,80 0,90 set 4 4,32 3,23 3,11 4,17 2,38 2,18 2,60 1,40 1,30 4,30 3,17 3,20 4,27 2,38 2,28 2,50 1,40 1,30 3,87 2,51 2,62 1,97 1,28 1,08 2,80 1,50 1,40 3,40 1,61 1,52 2,07 1,38 1,28 2,90 1,60 1,50 2,50 1,42 1,22 set 8 4,08 2,67 2,52 2,70 1,50 1,40 set 5 2,82 2,06 1,84 3,79 2,60 2,29 3,40 1,90 1,70 2,68 1,91 1,80 3,88 2,45 2,36 3,60 2,10 1,90 3,71 2,61 2,20 2,76 1,97 1,81 4,00 2,20 2,00 2,66 1,90 1,60 2,62 1,82 1,77 4,16 2,20 2,10 3,95 2,59 2,21 3,65 2,52 2,17 1,80 1,10 0,90 3,97 2,61 2,32 2,60 1,81 1,57 1,90 1,20 1,10 4,01 2,80 2,43 3,89 2,50 2,18 set 2 3,91 2,49 2,34 3,98 2,72 2,39 3,91 2,52 2,29 3,62 2,42 2,11 3,92 2,61 2,34 3,95 2,71 2,40 3,71 2,27 2,18 3,96 2,27 2,36 3,92 2,63 2,36 2,59 1,79 1,63 3,94 2,24 2,32 3,86 2,52 2,31 2,45 1,64 1,59 3,96 2,26 2,45 3,90 2,18 2,33 3,48 2,34 1,99 4,13 2,91 2,44 3,88 2,15 2,29 2,43 1,63 1,39 4,15 3,00 2,55 3,90 2,17 2,42 3,72 2,32 2,00 4,13 2,94 2,64 4,07 2,82 2,41 3,74 2,34 2,11 set 6 3,70 2,28 2,06 4,19 2,91 2,52 3,78 2,53 2,22 3,68 2,22 2,15 4,07 2,85 2,61 3,75 2,45 2,18 3,72 2,51 2,24 4,16 3,14 2,70 3,69 2,34 2,13 3,69 2,26 2,04 set 9 3,93 2,67 2,44 3,73 2,00 2,15 4,34 2,96 2,72 3,91 2,61 2,53 3,71 1,97 2,11 3,79 2,07 2,04 3,48 1,95 1,71 3,73 1,99 2,24 3,76 2,01 2,01 3,46 1,89 1,60 3,90 2,64 2,23 1,68 0,78 0,90 3,50 2,18 2,03 3,92 2,73 2,34 1,70 0,80 0,93 3,47 1,93 1,83 3,90 2,67 2,43 1,89 1,53 1,59 4,32 2,63 2,51 3,94 2,96 2,52 1,98 1,67 1,63 3,57 1,74 1,56 3,91 2,71 2,32 3,08 1,75 1,70 3,54 1,68 1,50 4,19 2,78 2,61 3,78 2,20 2,26 1,46 0,45 0,39 4,01 2,52 2,32 4,08 2,25 2,37 1,48 0,47 0,42 3,98 2,46 2,29 3,99 2,24 2,34 1,67 1,20 1,08 set 3 1,90 1,23 1,18 set 7 1,97 0,98 0,79 1,76 1,34 1,12 1,92 1,25 1,21 2,77 1,58 1,48 2,86 1,42 1,19 2,11 1,98 1,87 2,67 1,58 1,48 3,56 1,87 1,75 2,20 2,12 1,91 2,97 1,68 1,58 3,86 1,92 1,86 3,30 2,20 1,98 3,07 1,78 1,68 3,77 1,91 1,83 4,00 2,65 2,54 2,87 1,68 1,58 4,50 2,71 2,51 4,30 2,70 2,65 3,57 2,08 1,88 4,54 2,81 2,63

84 Lanjutan SET l w h 4,53 2,76 2,65 set 10 1,75 0,65 0,28 2,55 1,25 0,97 2,45 1,25 0,97 2,75 1,35 1,07 2,85 1,45 1,17 2,65 1,35 1,07 3,35 1,75 1,37 3,55 1,95 1,57 3,95 2,05 1,67 4,15 2,05 1,77 1,75 0,95 0,57 1,85 1,05 0,77 3,86 2,34 2,01 3,57 2,27 1,78 3,66 2,12 1,85 4,49 2,70 2,62 4,50 2,78 2,69 4,52 2,82 2,75 4. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 dan mesh size 5,6 cm (E 1 = 70%) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 3,32 1,51 1,39 2,74 1,53 1,72 set 5 4,17 2,73 2,62 3,35 1,54 1,43 3,33 1,93 1,34 4,30 2,78 2,70 3,12 1,73 1,42 4,85 3,17 2,99 4,28 2,80 2,54 1,61 0,92 0,73 2,32 1,50 1,51 4,33 3,03 2,86 2,80 1,70 1,60 set 3 2,40 1,41 1,40 4,71 3,21 3,04 2,86 1,74 1,67 2,43 1,43 1,41 3,17 1,83 1,72 3,40 2,10 1,90 2,45 1,43 1,42 3,37 2,03 2,02 3,45 2,15 1,92 4,51 2,88 2,77 3,49 2,13 2,23 3,49 2,22 1,95 4,71 2,80 3,00 3,00 1,65 1,95 3,40 2,13 1,93 4,32 2,86 2,75 2,98 1,62 1,90 4,00 2,60 2,30 set 4 2,58 1,54 1,26 2,99 1,64 1,93 4,13 2,65 2,38 4,74 2,99 2,61 2,88 1,62 2,02 4,11 2,67 2,22 4,84 2,91 2,84 2,91 1,66 2,04 4,76 3,14 2,94 3,52 1,91 1,91 3,50 2,06 1,66 4,10 2,70 2,40 3,57 1,91 2,00 3,49 2,05 1,66 3,00 1,70 1,40 3,50 1,91 1,89 2,49 1,63 1,45 3,20 1,90 1,70 3,55 1,91 1,96 4,84 3,14 3,09 set 2 3,32 2,00 1,91 3,53 1,91 1,95 set 6 3,02 1,65 1,53 2,83 1,52 1,63 3,52 1,91 1,90 2,92 1,55 1,53 2,81 1,49 1,58 4,00 1,93 2,00 3,02 1,55 1,53 2,82 1,51 1,61 4,12 2,00 2,12 2,02 1,25 0,93 2,71 1,49 1,70 3,53 2,00 2,00 3,64 2,17 1,86

85 Lanjutan SET l w h SET l w h 2,73 1,88 1,67 3,24 2,34 2,74 3,01 1,89 2,36 3,97 2,70 2,75 3,74 2,25 2,37 set 10 3,10 2,07 1,91 2,44 1,64 1,77 3,13 2,11 1,93 3,01 1,86 1,76 3,72 2,51 2,33 3,03 1,86 1,78 3,71 2,50 2,12 4,71 2,97 2,87 2,71 2,08 1,87 3,06 1,86 1,81 4,96 3,38 3,12 set 7 3,02 1,86 1,84 3,24 2,10 1,98 3,05 1,97 1,86 3,14 2,00 1,76 3,06 2,00 1,87 3,24 2,00 1,67 3,05 1,97 1,92 2,24 1,70 1,56 3,06 2,00 1,87 3,86 2,62 2,44 3,05 1,97 1,92 2,95 2,33 2,12 4,14 2,88 2,45 3,23 2,34 2,23 3,35 2,37 2,07 4,79 2,98 2,76 3,53 2,56 2,23 4,86 3,12 2,91 4,63 3,17 2,84 4,87 3,18 2,98 4,72 3,12 2,98 4,47 2,71 2,59 4,66 3,09 2,75 4,45 2,81 2,63 4,64 3,04 2,72 5,00 2,65 2,54 2,72 1,70 1,84 2,65 1,66 1,81 set 8 3,50 2,07 1,77 3,52 2,11 1,79 3,55 2,12 1,86 4,40 3,18 3,00 4,53 3,23 3,08 4,51 3,25 2,92 4,74 2,95 2,78 4,50 3,28 3,10 3,40 2,28 2,10 3,60 2,48 2,40 3,72 2,58 2,61 3,23 2,10 2,33 3,21 2,07 2,28 3,22 2,09 2,31 set 9 3,11 2,07 2,40 3,14 2,11 2,42 3,73 2,51 2,04 3,72 2,50 2,04 2,72 2,08 1,83 4,79 2,93 2,71 3,25 2,10 1,91 3,15 2,00 1,91 3,25 2,00 1,91 2,25 1,70 1,31 3,87 2,62 2,24 2,96 2,33 2,05

86 Lanjutan 5. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 dan mesh size 2,4 2,8 (cm) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 1,71 0,91 0,93 4,52 2,79 2,49 3,68 2,23 2,37 2,04 0,91 0,91 set 3 2,60 1,45 1,61 3,65 2,05 1,97 1,99 0,89 0,88 2,53 1,41 1,58 4,35 2,33 2,25 3,42 1,72 1,52 2,61 1,47 1,61 2,79 1,56 1,35 3,46 1,75 1,57 2,67 1,52 1,65 4,47 2,42 2,01 3,51 1,81 1,61 2,30 1,39 1,23 3,87 2,22 2,01 3,49 1,78 1,60 2,37 1,39 1,25 3,77 2,12 1,91 3,55 1,85 1,76 4,30 2,23 2,45 3,07 1,72 1,51 3,44 1,70 1,55 3,36 1,72 1,69 2,97 1,62 1,41 4,34 2,12 2,03 set 4 2,91 1,44 1,40 2,87 1,52 1,31 4,35 2,23 2,11 3,00 1,70 1,92 2,77 1,42 1,31 2,92 1,52 1,41 3,12 1,74 2,12 2,87 1,42 1,31 2,95 1,62 1,48 3,54 2,00 2,22 1,87 1,12 0,71 2,90 1,49 1,38 3,51 1,82 1,82 3,49 2,04 1,64 2,82 1,44 1,34 4,31 2,10 2,10 set 7 3,06 1,83 1,72 4,50 2,30 2,00 set 5 2,65 1,33 1,20 2,96 1,73 1,62 4,31 2,10 2,00 4,33 2,19 1,86 2,86 1,63 1,52 3,80 2,00 1,90 3,73 1,99 1,86 2,76 1,53 1,52 3,10 1,60 1,50 3,63 1,89 1,76 2,86 1,53 1,52 3,00 1,50 1,40 2,93 1,49 1,36 1,86 1,23 0,92 2,90 1,40 1,30 2,83 1,39 1,26 3,48 2,15 1,85 2,80 1,30 1,30 2,73 1,29 1,16 2,57 1,86 1,66 2,90 1,30 1,30 2,63 1,19 1,16 2,85 1,87 2,35 1,90 1,00 0,70 2,73 1,19 1,16 3,58 2,23 2,36 3,52 1,92 1,63 1,73 0,89 0,56 2,28 1,62 1,76 2,61 1,63 1,44 3,35 1,81 1,49 2,85 1,84 1,75 2,89 1,64 2,13 2,44 1,52 1,30 2,87 1,84 1,77 set 2 3,62 2,00 2,14 2,72 1,53 1,99 2,89 1,84 1,79 2,32 1,39 1,54 3,45 1,89 2,00 2,90 1,84 1,80 2,89 1,61 1,53 2,15 1,28 1,40 2,86 1,84 1,83 2,91 1,61 1,55 2,72 1,50 1,39 2,89 1,95 1,85 2,93 1,61 1,57 2,74 1,50 1,41 2,90 1,98 1,86 2,94 1,61 1,58 2,76 1,50 1,43 4,47 2,54 2,32 2,90 1,61 1,61 2,77 1,50 1,44 4,67 2,81 2,68 2,93 1,72 1,63 2,73 1,50 1,47 set 8 3,63 2,29 2,20 2,94 1,75 1,64 2,76 1,61 1,49 3,18 2,01 1,91 2,93 1,72 1,69 2,77 1,64 1,50 3,27 2,27 2,43 4,02 2,63 2,22 4,34 2,20 1,96 3,39 2,31 2,63 3,23 2,12 1,84 4,54 2,47 2,32 3,81 2,57 2,73 3,41 2,31 2,00 set 6 3,50 1,95 1,84 3,78 2,39 2,33 4,51 2,92 2,61 3,05 1,67 1,55 4,32 2,23 2,12 5,03 3,11 2,94 3,14 1,93 2,07 2,92 1,90 1,71 4,54 2,84 2,52 3,26 1,97 2,27 4,60 2,76 2,37

87 Lanjutan SET l w h set 9 3,39 2,31 2,16 3,81 2,57 2,34 3,78 2,39 2,21 4,48 2,67 2,49 2,92 1,90 1,59 4,60 2,76 2,25 4,00 2,56 2,25 3,90 2,46 2,15 3,20 2,06 1,75 3,10 1,96 1,65 3,00 1,86 1,55 set 10 2,90 1,76 1,55 3,61 2,49 2,09 2,70 2,20 1,90 2,98 2,21 2,59 3,02 2,29 2,09 3,03 2,32 2,10 4,60 2,88 2,56 4,80 3,15 2,92 6. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 40 dan mesh size 5,6 cm (E 1 = 50%) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 3,94 1,97 1,98 3,50 2,22 2,00 3,66 2,75 2,19 2,49 1,13 1,17 3,50 2,34 2,15 3,75 2,82 2,27 3,33 1,92 1,42 3,50 2,43 2,24 3,56 2,52 2,28 3,13 1,63 1,22 3,52 2,65 2,24 3,54 2,51 2,19 2,62 1,52 0,92 3,64 2,69 2,16 3,65 2,74 2,28 4,30 2,76 2,43 3,65 2,65 2,26 3,67 2,76 2,65 1,70 0,90 0,90 3,72 2,78 2,87 3,79 2,84 2,76 set 2 3,90 2,23 2,33 4,51 3,00 2,62 set 4 4,21 2,12 1,81 3,72 1,71 2,00 4,49 3,00 2,63 4,16 2,12 1,80 3,78 1,81 2,16 4,53 3,00 2,64 3,45 2,04 2,30 4,01 2,14 2,53 4,53 2,96 2,68 1,75 0,95 1,10 3,01 1,48 1,72 4,81 3,12 2,74 1,81 1,12 1,19 2,98 1,38 1,68 3,32 2,13 1,82 2,90 1,52 1,31 2,53 1,44 1,63 3,28 2,14 1,78 3,00 1,54 1,64 3,90 2,53 2,32 4,31 2,89 2,49 3,12 1,58 1,66 3,92 2,68 2,34 4,32 2,91 2,53 3,43 1,63 1,60 3,94 2,69 2,34 set 3 4,17 2,17 1,92 set 5 2,80 1,84 1,63 3,94 2,66 2,34 4,31 2,26 1,96 2,88 1,82 1,61 3,94 2,73 2,34 4,31 2,26 1,95 1,88 1,22 1,14 3,94 2,67 2,34 3,53 2,18 2,45 4,08 2,55 2,34 3,94 2,67 2,34 3,61 2,28 2,67 3,90 2,03 1,82

88 Lanjutan SET l w h SET l w h 3,63 2,89 2,71 4,49 2,78 2,58 4,19 2,46 2,32 4,51 2,81 2,76 3,19 1,80 1,67 4,52 2,85 2,79 3,16 1,70 1,51 4,56 2,89 2,80 2,71 1,76 1,62 4,67 2,90 2,84 4,08 2,85 2,64 set 9 3,38 2,47 2,07 4,27 2,24 2,15 3,40 2,49 2,44 4,12 2,12 1,98 3,52 2,57 2,55 set 6 4,01 2,96 2,85 3,81 2,28 2,13 3,82 2,66 2,40 3,63 1,76 1,61 3,80 2,65 2,31 3,69 1,86 1,71 3,91 2,88 2,40 3,92 2,19 2,11 3,93 2,90 2,77 2,92 1,53 1,46 4,05 2,98 2,88 2,89 1,43 1,30 4,34 2,69 2,46 2,44 1,49 1,41 4,16 2,17 1,94 4,31 2,98 2,81 4,22 2,27 2,04 4,78 3,00 2,92 4,45 2,60 2,44 4,82 3,10 2,99 3,45 1,94 1,79 4,83 3,11 3,00 3,42 1,84 1,63 4,83 3,16 3,04 2,97 1,90 1,74 4,88 3,18 3,00 4,34 2,99 2,76 4,89 3,20 3,12 set 7 3,11 2,28 1,83 set 10 3,67 2,43 2,32 3,12 2,24 1,93 3,79 2,54 2,43 3,19 2,37 2,54 4,08 2,12 2,01 3,98 2,59 2,29 3,90 1,60 1,49 3,96 2,59 2,30 3,96 1,70 1,59 4,00 2,59 2,31 4,19 2,10 1,99 4,00 2,55 2,35 3,19 1,45 1,34 4,31 2,71 2,41 3,16 1,29 1,18 2,79 1,72 1,49 2,71 1,40 1,29 2,75 1,73 1,45 4,08 2,42 2,31 3,78 2,48 2,16 2,85 1,49 1,38 3,79 2,50 2,20 2,86 1,59 1,48 3,66 1,51 1,84 2,93 2,20 2,09 set 8 3,37 1,62 1,49 3,72 1,95 1,84 3,43 1,72 1,59 4,16 2,29 2,11 3,66 2,05 1,99 4,48 2,76 2,60 2,66 1,39 1,34 4,50 2,78 2,63 2,63 1,29 1,18 2,18 1,35 1,29 3,55 2,44 2,31 3,57 2,59 2,46 3,59 2,60 2,51 3,48 2,55 2,52 3,29 2,25 2,07 4,31 2,88 2,67

89 Lanjutan 7. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 dan mesh size 5,6 cm (E 1 = 70%) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 3,30 1,90 2,00 3,08 1,88 1,72 set 10 3,35 2,02 2,06 3,10 1,90 1,40 4,82 3,02 2,86 3,37 2,14 2,15 3,00 1,70 1,30 4,76 2,98 3,00 4,14 3,12 2,57 4,82 3,22 3,11 5,23 3,09 3,00 4,04 2,92 2,47 set 2 2,71 1,33 1,41 3,87 2,56 2,53 4,46 3,15 2,68 3,12 1,84 1,94 4,06 2,63 2,62 3,75 2,55 2,58 3,15 1,97 2,23 4,17 2,65 2,56 3,43 1,91 2,39 set 7 3,87 1,99 1,73 3,39 1,86 1,36 3,49 1,61 1,87 3,71 2,40 2,11 2,59 1,61 1,33 2,73 1,73 1,53 3,09 1,69 1,83 4,76 3,14 2,87 3,11 1,81 1,92 set 3 4,51 2,80 2,62 3,88 2,79 2,34 4,45 2,76 2,76 3,78 2,59 2,24 4,78 2,87 2,76 4,20 2,82 2,45 3,50 2,34 2,29 3,49 2,22 2,35 3,65 2,41 2,38 3,90 2,73 2,88 3,76 2,43 2,32 3,93 2,86 3,17 3,87 2,45 2,42 5,23 3,25 3,10 set 4 3,23 2,16 1,86 5,29 3,33 3,18 3,51 2,10 2,02 5,50 3,52 3,35 4,79 2,99 2,25 4,88 2,89 2,76 3,42 1,93 1,54 set 8 5,29 3,69 3,56 3,00 1,61 1,51 5,23 3,65 3,70 3,50 1,61 1,40 5,50 3,76 3,70 3,12 1,23 1,54 4,28 3,23 3,23 2,22 1,23 1,00 4,17 2,46 2,23 2,72 1,31 1,50 4,49 3,00 2,68 2,74 1,43 1,59 3,51 2,33 2,10 set 5 3,51 2,41 2,01 3,45 2,26 2,05 3,41 2,21 1,91 4,95 3,40 3,19 3,83 2,44 2,12 4,89 3,36 3,33 3,12 1,84 2,02 5,16 3,88 3,69 3,53 2,35 2,55 set 9 3,40 2,28 2,00 3,56 2,48 2,84 3,34 2,21 1,95 3,84 2,42 3,00 5,18 3,35 3,09 4,92 3,31 3,23 5,12 3,31 3,23 4,86 3,27 3,37 5,39 3,42 3,23 5,13 3,38 3,37 4,17 2,89 2,76 3,91 2,85 2,90 4,32 2,96 2,85 set 6 3,80 2,08 1,90 4,43 2,98 2,79 4,12 2,62 2,35 4,13 2,32 1,96 3,14 1,95 1,77 3,75 1,94 2,10

90 Lanjutan 8. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 dan mesh size 2,4 2,8 (cm) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 2,93 1,47 1,23 4,21 2,84 2,72 2,79 2,14 1,90 3,54 1,98 1,77 3,60 2,55 2,43 2,81 2,19 1,94 3,90 1,90 1,90 3,54 2,36 2,24 set 10 2,96 2,31 2,07 2,28 1,50 1,60 3,65 2,54 2,35 3,09 2,33 2,13 4,41 2,62 2,46 4,81 2,92 2,76 3,49 2,56 2,29 set 2 3,61 2,22 2,22 4,82 3,17 3,05 4,74 3,09 2,94 3,57 2,00 2,01 4,71 2,89 2,77 4,53 3,07 2,84 3,12 1,93 1,99 set 6 4,94 3,22 2,83 4,26 2,94 2,77 2,74 1,51 1,73 4,73 3,20 2,95 2,43 1,64 1,44 2,62 1,78 2,00 4,46 3,07 2,93 2,45 1,66 1,48 2,64 1,79 2,00 2,63 1,77 1,59 2,47 1,71 1,52 2,64 1,83 2,12 2,65 1,79 1,61 2,62 1,83 1,66 2,53 1,44 1,31 2,67 1,84 1,65 2,54 1,52 1,37 2,82 1,96 1,78 2,57 1,65 1,43 2,95 1,98 1,84 2,56 1,65 1,32 3,35 2,21 2,00 4,03 2,72 2,42 set 7 4,60 2,74 2,65 3,90 2,69 2,39 4,39 2,72 2,55 4,00 2,69 2,40 4,12 2,59 2,48 3,39 2,38 2,11 2,29 1,29 1,15 3,33 2,22 1,92 2,31 1,31 1,19 5,12 3,31 2,23 2,33 1,36 1,23 4,82 2,99 2,61 2,48 1,48 1,37 4,61 2,97 2,73 set 8 2,61 1,50 1,41 set 3 4,54 2,84 2,71 3,01 1,73 1,56 2,51 1,54 1,37 4,92 3,34 3,15 2,53 1,56 1,39 4,91 3,28 3,11 2,55 1,61 1,43 4,95 3,44 3,26 2,70 1,73 1,56 4,24 2,82 2,65 2,83 1,75 1,62 2,41 1,52 1,44 3,23 1,98 1,78 2,43 1,54 1,48 3,33 2,10 1,82 set 9 4,96 3,34 2,90 3,56 2,11 1,85 4,75 3,32 3,02 3,61 2,14 1,91 4,48 3,19 3,00 3,65 2,25 1,93 2,65 1,89 1,66 3,72 2,34 1,93 2,67 1,91 1,68 3,81 2,56 1,95 2,69 1,96 1,72 set 4 3,60 2,45 2,38 2,84 2,08 1,85 3,71 2,63 2,49 2,97 2,10 1,91 4,44 3,01 2,90 5,08 3,57 3,12 2,51 1,34 1,13 4,87 3,55 3,24 set 5 4,24 2,86 2,74 4,60 3,42 3,22 4,11 2,83 2,71 2,77 2,12 1,88

91 Lanjutan 9. Ukuran panjang cangkang (l), lebar (w), dan tinggi (h) keong macan yang masuk pada perangkap dengan sudut kemiringan dinding 50 dan mesh size 5,6 cm (E 1 = 50%) SET l w h SET l w h SET l w h set 1 2,43 1,43 1,31 4,30 2,27 2,13 3,95 2,48 2,36 3,92 2,03 1,39 4,09 1,87 1,55 3,93 2,41 2,26 3,12 1,61 1,82 set 5 4,32 2,59 2,43 3,05 2,03 1,88 4,20 2,20 2,30 4,42 2,69 2,53 3,07 2,07 1,94 4,30 2,30 2,40 3,42 1,99 1,73 3,38 2,17 2,02 4,00 2,20 2,20 3,32 1,89 1,73 3,49 2,26 2,16 4,10 2,30 2,30 3,52 1,99 1,73 set 8 3,54 2,35 2,25 3,10 1,60 1,50 3,62 1,99 1,83 4,21 3,12 2,78 3,00 1,50 1,50 4,52 2,65 2,45 4,67 2,76 2,54 3,20 1,60 1,50 4,55 2,71 2,56 4,83 2,85 2,75 3,30 1,60 1,60 4,88 2,87 2,73 4,05 1,81 1,60 3,10 1,50 1,40 3,42 1,89 1,63 3,85 1,81 1,60 3,90 1,90 1,80 4,22 2,29 2,03 3,95 1,71 1,50 3,80 1,80 1,60 4,12 2,19 1,83 2,85 1,31 1,20 3,70 1,80 1,70 4,51 2,73 2,61 3,05 1,51 1,40 3,90 1,60 1,80 4,55 2,78 2,59 3,15 2,22 2,13 4,00 1,70 1,70 4,61 2,84 2,67 3,17 2,24 1,88 3,80 1,70 1,70 4,02 2,19 1,93 set 9 4,29 2,56 2,34 4,31 3,12 2,92 4,22 1,99 2,03 4,88 2,92 2,72 2,80 1,20 1,30 4,32 2,09 1,93 4,88 2,90 2,67 3,00 1,40 1,50 4,12 2,09 1,93 2,99 1,82 1,72 set 2 3,10 2,11 2,13 4,22 1,99 1,83 2,99 1,88 1,57 3,12 2,13 1,98 3,12 1,59 1,53 3,01 1,82 1,63 2,52 1,43 1,50 3,32 1,79 1,73 4,29 2,93 2,74 2,51 1,40 1,48 3,42 2,50 2,36 4,27 2,56 2,39 3,51 2,11 2,24 3,44 2,52 2,21 4,50 2,47 2,31 3,54 2,21 2,34 set 6 3,26 2,08 1,96 4,63 2,58 2,37 3,00 1,90 1,92 3,26 2,10 2,05 set 10 4,65 2,64 2,48 3,12 2,12 1,99 3,26 2,16 1,90 3,45 2,32 2,13 2,93 1,63 1,81 3,28 2,10 1,96 4,73 2,76 2,54 2,92 1,63 1,83 4,36 3,21 2,82 4,71 2,74 2,60 2,92 1,65 1,92 4,32 2,14 2,72 3,83 1,98 1,73 2,92 1,71 1,77 3,66 2,76 2,34 3,85 2,10 1,97 4,31 3,23 3,11 3,68 2,80 2,40 4,16 2,12 1,99 set 3 4,36 2,45 2,29 3,99 2,90 2,48 4,35 2,38 2,19 4,89 2,98 2,76 3,32 2,31 2,21 4,27 2,23 2,79 3,34 2,35 2,27 4,49 2,54 2,34 3,65 2,45 2,35 4,92 3,00 2,87 3,76 2,54 2,49 set 7 4,10 2,99 2,62 3,81 2,63 2,58 4,30 3,08 2,71 3,86 2,65 2,61 4,49 2,56 2,36 set 4 4,33 2,38 2,23 4,86 2,85 2,74

92 Lampiran 5 Foto-foto hasil tangkapan A Kelompok keong 1. Keong macan (Babylonia spirata) 2. Buccinum spp. 3. Collumella testudine

93 Lanjutan 4. Rapana spp. 5. Oliva spp. 6. Murex califera

94 Lanjutan B Kelompok kepiting 1 Beuroisia manquenei 2 Tanaoa distinctus 3 Myra grandis

95 Lanjutan 4 Laterallidae

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Keong Macan Klasifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah: Filum : Moluska; Kelas : Gastropoda; Subkelas : Prosobranchia; Ordo : Neogastropoda; Super

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keong Macan Klasifikasi dan identifikasi

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keong Macan Klasifikasi dan identifikasi 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keong Macan 2.1.1 Klasifikasi dan identifikasi Klasifikasi dan identifikasi Babylonia spirata, menurut Abbot dan Boss (1989), adalah sebagai berikut: Filum: Moluska; Kelas: Gastropoda;

Lebih terperinci

Selektivitas Kisi Perangkap Jodang (Selectivity of Jodang Trap Grids)

Selektivitas Kisi Perangkap Jodang (Selectivity of Jodang Trap Grids) 1 G Puspito / Maspari Journal 04 (2012) 1-9 Maspari Journal, 2012, 4(1), 1-9 http://masparijournal.blogspot.com Selektivitas Kisi Perangkap Jodang (Selectivity of Jodang Trap Grids) Gondo Puspito Departemen

Lebih terperinci

Sumber: [2 Agustus 2010] Posisi pengoperasian alat tangkap pada tiap setting

Sumber:  [2 Agustus 2010] Posisi pengoperasian alat tangkap pada tiap setting LAMPIRAN 48 49 Lampiran 1 Lokasi penelitian 106 o 30 BT 07 o 00 LS Keterangan: Fishing base (Cisolok) U Lokasi penelitian Sumber: http://www.googlemap.com [2 Agustus 2010] Posisi pengoperasian alat tangkap

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA

SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA SELEKSI UMPAN DAN KEMIRINGAN DINDING PERANGKAP JODANG ADITYA JAKA SEMBADA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING PERANGKAP JODANG

KONSTRUKSI DINDING PERANGKAP JODANG KONSTRUKSI DINDING PERANGKAP JODANG Construction of Jodang Trap Wall Gondo Puspito 1 1 Staf Pengajar pada Bagian Teknologi Alat Penangkapan Ikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB Diserahkan

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN KONSTRUKSI MATA JARING DINDING DASAR PERANGKAP JODANG

SELEKSI UMPAN DAN KONSTRUKSI MATA JARING DINDING DASAR PERANGKAP JODANG 1 SELEKSI UMPAN DAN KONSTRUKSI MATA JARING DINDING DASAR PERANGKAP JODANG GINI AL GHAZALI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Kemiringan dinding perangkap Jodang (Slope of Jodang Trap Wall)

Kemiringan dinding perangkap Jodang (Slope of Jodang Trap Wall) 35 Maspari Journal 01 (2010) 35-41 http://masparijournal.blogspot.com Kemiringan dinding perangkap Jodang (Slope of Jodang Trap Wall) Gondo Puspito Departemen PSP, FPIK Institut Pertanian Bogor, Bogor,

Lebih terperinci

SELEKSI UMPAN DAN BENTUK PERANGKAP PLASTIK UNTUK MENANGKAP KEONG MACAN. Selection on Bait and Shape of Plastic Trap in Catching Babylon Snail.

SELEKSI UMPAN DAN BENTUK PERANGKAP PLASTIK UNTUK MENANGKAP KEONG MACAN. Selection on Bait and Shape of Plastic Trap in Catching Babylon Snail. Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 5, No. 2, November 2014 Hal: 155-161 SELEKSI UMPAN DAN BENTUK PERANGKAP PLASTIK UNTUK MENANGKAP KEONG MACAN Selection on Bait and Shape of Plastic Trap in Catching

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA *)

KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA *) ABSTRAK KEONG MACAN (Babylonia spirata, L) SEBAGAI PRIMADONA BARU BAGI NELAYAN DI INDONESIA *) Ria Faizah Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Ancol-Jakarta Teregristrasi I tanggal: 18 April 2005;

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 25 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penentuan ukuran mata jaring dan sudut kemiringan lintasan masuk bubu. Tahap kedua adalah penentuan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) Klasifikasi Siput Gonggong (Strombus turturella) menurut Ruppert dan Barnes (1994); adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN (Mud Crab Fishing Time in Lontar Water Serang Regency Banten) Ririn Irnawati 1), Adi Susanto 1), Siti Lulu Ayu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian mengambil tempat di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Propinsi DKI Jakarta (Peta Lokasi Lampiran

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus)

SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus) BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 2 Edisi April 2012 Hal 167-179 SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus) Oleh: Dahri Iskandar 1*, Didin

Lebih terperinci

UJI COBA DUA JENIS BUBU PENANGKAP KEONG MACAN DI PERAIRAN KARANG SERANG KABUPATEN TANGERANG

UJI COBA DUA JENIS BUBU PENANGKAP KEONG MACAN DI PERAIRAN KARANG SERANG KABUPATEN TANGERANG UJI COBA DUA JENIS BUBU PENANGKAP KEONG MACAN DI PERAIRAN KARANG SERANG KABUPATEN TANGERANG Oleh: Diniah 1), D. Lismawati 2) dan S. Martasuganda 1) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR Pengaruh Penggunaan Mata Pancing.. terhadap Hasil Tangkapan Layur (Anggawangsa, R.F., et al.) PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCNG GANDA PADA RAWA TEGAK TERHADAP HASL TANGKAPAN LAYUR ABSTRAK Regi Fiji Anggawangsa

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

3.3 Pengumpulan Data Primer

3.3 Pengumpulan Data Primer 10 pada bagian kantong, dengan panjang 200 m dan lebar 70 m. Satu trip penangkapan hanya berlangsung selama satu hari dengan penangkapan efektif sekitar 10 hingga 12 jam. Sedangkan untuk alat tangkap pancing

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN Hadiah Witarani Puspa 1), T. Ersti Yulika Sari 2), Irwandy Syofyan 2) Email : hadiahwpuspa@gmail.com

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakasanakan mulai awal bulan Maret sampai bulan Mei, dengan interval pengambilan data setiap dua minggu. Penelitian berupa pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2009 bertempat di PPN Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Lampiran 1). 3.2 Bahan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan 5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian menunjukan bahwa sumberdaya ikan di perairan Tanjung Kerawang cukup beragam baik jenis maupun ukuran ikan yang

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Mata Jaring Lintasan Masuk Bubu Hasil pengamatan terhadap tingkah laku kepiting bakau saat melewati bidang lintasan masuk menunjukkan bahwa kepiting bakau cenderung

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di bulan Maret hingga bulan April 011. Penelitian ini meliputi pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dengan pengumpulan data di lapangan sejak tanggal 16 Agustus 2011 hingga 31 September 2011 di Desa Kertajaya, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan kantong dan penutup kantong jaring dilaksanakan di laboratorium Alat Penangkap Ikan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta pada bulan Juni sampai dengan Juli 2010.

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR

KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR KINERJA PENGAWAS KAPAL PERIKANAN (STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA) AHMAD MANSUR SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS Dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH Teknik Penangkapan Ikan Sidat..di Daerah Aliran Sungai Poso Sulawesi Tengah (Muryanto, T & D. Sumarno) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 1. Ilustrasi Peta Lokasi Penelitian 42 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 3. Alat yang Digunakan GPS (Global Positioning System) Refraktometer Timbangan Digital

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu penting perikanan saat ini adalah keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan lingkungannya. Upaya pemanfaatan spesies target diarahkan untuk tetap menjaga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Karangsong Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN Silka Tria Rezeki 1), Irwandy Syofyan 2), Isnaniah 2) Email : silkarezeki@gmail.com 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DALAM PENGGUNAAN METODE PEMBAYARAN NON-TUNAI (PREPAID CARD) LOVITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapang dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Juni 2009. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pulau Karang Beras, Kepulauan Seribu (Lampiran

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG

KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN PUKAT UDANG: STUDI KASUS DI LAUT ARAFURA PROVINSI PAPUA AZMAR MARPAUNG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 KAJIAN PENGELOLAAN HASIL TANGKAPAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

MODEL FUNGSI PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN BUBU KEONG MACAN (Babylonia spirata L.) DI KARANG SERANG TANGERANG PROVINSI BANTEN

MODEL FUNGSI PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN BUBU KEONG MACAN (Babylonia spirata L.) DI KARANG SERANG TANGERANG PROVINSI BANTEN MODEL FUNGSI PRODUKSI UNIT PENANGKAPAN BUBU KEONG MACAN (Babylonia spirata L.) DI KARANG SERANG TANGERANG PROVINSI BANTEN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dari bulan Januaribulan Maret 2010. Analisis aspek reproduksi dilakukan di Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 289 3469 Volume 6 Nomor 2. Desember 216 e ISSN 254 9484 Halaman : 95 13 Efektifitas Celah Pelolosan Pada Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan di Teluk Banten

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN JARING ARAD YANG BERBASIS DI KOTA TEGAL BENI PRAMONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK BENI PRAMONO. Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis)

Efektifitas Modifikasi Rumpon Cumi sebagai Media Penempelan Telur Cumi Bangka (Loligo chinensis) EFEKTIFITAS MODIFIKASI RUMPON CUMI SEBAGAI MEDIA PENEMPELAN TELUR CUMI BANGKA (Loligo Effectiveness of Squid Modification As a Media of Attachment Squid Eggs Bangka Indra Ambalika Syari 1) 1) Staff Pengajar

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tziaku sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanannya demi

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tziaku sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanannya demi Karya sederhana ini kupersembahkan kepada kedua orang tziaku sebagai ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanannya demi keberhasilankzr ggpj, PENGARUH KEDALAMAN POSISI MATA PANCING

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan contoh ikan dilakukan terbatas pada daerah

Lebih terperinci

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM

PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM PREDIKSI KECEPATAN PHASE GELOMBANG SOLITER TERGANGGU AHMAD HAKIM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di perairan berlumpur Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan intensitas penangkapan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPI Cilincing, Jakarta Utara. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan bobot ikan contoh yang ditangkap

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENENTUAN BENTUK DAN LUAS PLOT CONTOH OPTIMAL PENGUKURAN KEANEKARAGAMAN SPESIES TUMBUHAN PADA EKOSISTEM HUTAN HUJAN DATARAN RENDAH : STUDI KASUS DI TAMAN NASIONAL KUTAI SANDI KUSUMA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN

KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN iii KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C

PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI DEBBY HERRYANTO C54104067 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI

KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI KAJIAN EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN PEMANGKAT KABUPATEN SAMBAS EKA SUPRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci