Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia"

Transkripsi

1 Maj Obstet 124 Ocviyanti dkk Ginekol Indones Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia D. OCVIYANTI* Y. ROSANA** N. WIBOWO* *Departemen Obstetri dan Ginekologi **Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Tujuan: Mendapatkan data profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina pada perempuan Indonesia. Tempat: Puskesmas di Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Bahan dan cara kerja: Penelitian ini merupakan studi deskriptif. Populasi adalah semua perempuan Indonesia berusia tahun. Populasi terjangkau adalah semua perempuan Indonesia berusia tahun yang datang memeriksakan diri ke beberapa Puskesmas di Kabupaten Karawang, Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung dan Laboratorium Mikrobiologi FKUI pada periode Mei Februari Dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner untuk mendapatkan data demografik dan karakteristik medik, pemeriksaan tingkat keasaman (ph) vagina dengan tes celup ), pemeriksaan Gram untuk mencari morfotipe flora vagina, serta deteksi bakterial vaginosis (BV) menggunakan tes Whiff dan kriteria Nugent. Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 492 orang, rata-rata umur 30,9 tahun dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur tahun (59,1%). Kelompok menikah adalah yang terbanyak (76,4%). Sebagian besar subjek adalah ibu rumah tangga (69,1%). Sebagian besar subjek berpendidikan setingkat SMU (46,3%). Rata-rata ph vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8. Didapatkan subjek dengan ph 5 sebesar 65,4%, sisanya sebesar 36,6% mempunyai ph > 5. Pada tiap kelompok umur lebih banyak yang mempunyai ph 5 dibandingkan ph > 5, dan tampak jelas perbedaannya pada kelompok umur tahun di mana 89,1% mempunyai ph 5 dan 10,9% mempunyai ph > 5 (ratarata 4,6; median 4,5). Terdapat perkecualian untuk kelompok umur tahun di mana subjek yang mempunyai ph 5 lebih sedikit (46,7%) dibandingkan subjek yang mempunyai ph > 5 (53,3%). Dari pemeriksaan Gram didapatkan prevalensi Lactobacillus sp sebesar 63%, Gardnerella sp. sebesar 51,4%, Coccus gram positif sebesar 48,7%, dan Candida sp. sebesar 4,6%. Terdapat perbedaan yang cukup besar pada prevalensi BV berdasarkan pemeriksaan dengan tes Whiff dan skor Nugent, masing-masing sebesar 5,7% dan 30,7%. Kesimpulan: Rata-rata ph vagina yang didapatkan pada penelitian ini pada kelompok umur < 20 (15-19) tahun, tahun dan tahun berturut-turut adalah 4,6; 5,3 dan 5,6 dengan rata-rata keseluruhan 4,8. Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella Sp, Coccus gram positif pada penelitian ini sebesar 63%, 51,4%, 48,7%. Prevalensi kandidiasis adalah 4,7%. Prevalensi bakterial vaginosis (BV) dengan kriteria Nugent adalah 30,7%. [Maj Obstet Ginekol Indones 2009; 33-2: ] Kata kunci: flora vagina, tingkat keasaman (ph) vagina, bakterial vaginosis (BV) Objective: To collect data of the characteristic of vaginal flora and vaginal ph among the Indonesian women. Setting: Puskesmas Karawang, Clinic of Batalyon 201 Cijantung, and Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia. Material and methods: It is a descriptive study. The population involved is Indonesian women aged years old. Subject population is Indonesian women aged years old, who came to some Puskesmas in Karawang District, Clinic of Batalyon 201 Cijantung and Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia from May 2008 until February The interview and questioner filling were performed to acquire the data of demographic and medical characteristic, vaginal ph examination was performed with dip stick test ), Gram s staining was performed to evaluate the morphotype of vaginal flora, and an evaluation for bacterial vaginosis (BV) was performed using Whiff test and Nugent criterias. Results: The subject number was 492, at average age of 30.9 years old with the most frequent age of years old (59.1%). The subjects are mostly married (76.4%) and housewives (69.1%). The mean education level is equal to senior high school (46.3%). The mean vaginal ph in this study is 4.8. There are 65.4% women with vaginal ph 5, and the 36.6% women with vaginal ph > 5. In each group, there are more women with vaginal ph 5, and significantly shown in age group of years old, which 89% women had ph level 5 and 10.9% women with ph > 5. There is exception for age group years, that the number of women with vaginal ph 5 are less (46.7%) than the subject with ph > 5 (53.3%). The prevalence of Lactobacillus sp. was 63%, Gardnerella sp. is 51.4%, positive gram Coccus was 48.7%, and Candida sp. was 4.6%. The prevalence rate of BV is significantly different by Whiff test and Nugent score, which respectively are 5.7% and 30.7%. Conclusion: The vaginal ph mean in this study for the age group of < 20 (15-19) year, year and year respectively are 4.6; 5.3 and 5.6 with all age group vaginal ph mean 4.8. The prevalences of Lactobacillus sp, Gardnerella Sp, positive gram Coccus respectively are 63%, 51.4% and 48.7%. The prevalence of Candida Sp is 4.7%. The prevalence of bacterial vaginosis (BV) by Nugent s criterias is 30.7%. [Indones J Obstet Gynecol 2009; 33-2: ] Keywords: vaginal flora, vaginal ph, bacterial vaginosis (BV) PENDAHULUAN Peran flora normal sebagai patogen oportunistik pada infeksi endogen sangat penting. Perubahan keseimbangan flora normal vagina dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tersebut berlebihan sehingga menjadi patogen. 1 Duh vagina (keputihan) merupakan salah satu gejala ginekologi yang paling

2 Vol 33, No 2 April 2009 Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 125 sering dikeluhkan oleh perempuan. Banyak agen infeksius dan non infeksius yang dihubungkan dengan gejala ini. Kandidiasis dan bakterial vaginosis (BV) merupakan faktor penyebab yang paling sering. 2 Pada semua penelitian yang ada di mana ras atau etnis dilaporkan, prevalensi bakterial vaginosis lebih tinggi pada kelompok Afro-Amerika atau Afro- Karibia dibanding pada perempuan kulit putih. Bakterial vaginosis juga berkaitan erat dengan status sosial ekonomi, yang diukur dengan pendapatan dan tingkat pendidikan. 3 Keadaan ini menyebabkan prevalensi bakterial vaginosis dan flora vagina perlu diteliti pada daerah yang berbeda dan dengan kondisi geografi berbeda, yang akan berkaitan dengan faktor ras dan sosial ekonomi. Di Indonesia sendiri, belum didapatkan penelitian tentang hal ini. Terdapat berbagai macam interaksi antara organisme patogen, flora normal, serta antara kedua jenis organisme tersebut. Interaksi tersebut dapat menghasilkan efek sinergis atau antagonis terhadap patogen saluran reproduksi. Vulva neonatus steril sampai 24 jam setelah kelahiran. Setelah itu akan berkembang organisme nonpatogen seperti Mycobacterium smecmatis, Streptococcus nonhemoliticus dan Staphylococcus epidermidis. Pada pubertas Lactobacillus kembali muncul dan terdapat flora yang menetap selama masa dewasa. Flora normal perempuan dewasa terdiri atas beberapa macam organisme seperti 4 : batang gram positif, kokus gram negatif dan batang gram negatif, termasuk juga Bacteriodes sp, Bifidobacterium sp, Eubacterium sp, Clostridium sp, Fusobacterium sp, Gaffkya sp, Lactobacillus sp, Peptococcus sp, Peptostreptococcus sp, Propionibacterium sp dan Veillonella sp. Setelah pubertas, glikogen tersimpan dalam epitel vagina dan jumlahnya akan berada di bawah pengaruh hormon estrogen. Glikogen di metabolisme oleh sel epitel menjadi glukosa, yang selanjutnya akan menjadi substrat bagi Lactobacillus sp untuk diubah menjadi asam laktat. 1 Flora normal pada masa menopause menyerupai pada masa prapubertas. Konsentrasi Lactobacillus sp rendah pada menopause. Pada perempuan pascamenopause yang tidak menerima terapi hormon estrogen, kolonisasi Lactobacillus sp hanya setengah dari kadar normal. Sedangkan pada perempuan yang mendapatkan terapi sulih hormon estrogen kadar Lactobacillus sp meningkat. Keberadaan estrogen maupun laktobasilus diperlukan untuk mendapatkan kondisi ph vagina yang optimal (ph < 4,5). 1,5 BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang dilakukan di Puskesmas Karawang, Pedes, Cikampek, Tempuran (Kabupaten Karawang), Batalyon 201 Cijantung serta Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada periode Mei Februari Dari semua perempuan berusia tahun yang datang untuk memeriksakan diri, diambil sampel subjek yang tidak termasuk kriteria eksklusi yaitu perempuan hamil, sedang haid, menderita tumor atau infeksi pada organ reproduksi. Didapatkan 506 orang subjek dengan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan cara: Wawancara dan pengisian kuesioner untuk mengetahui sebaran data demografik dan karakteristik medik. Dicatat data demografik berupa umur, pendidikan, pekerjaan, dan status pernikahan. Data karakteristik medik yang dicatat berupa paritas, keluhan saluran reproduksi, riwayat Diabetes Mellitus, riwayat penyakit menular seksual, pemakaian antibiotika, penggunaan kontrasepsi, apakah suami disirkumsisi atau tidak, pemakaian panty liner, dan pemakaian sabun vagina. Pemeriksaan ph vagina dengan menggunakan tes celup (dip stick Merck ), yang mempunyai rentang nilai ph Pemeriksaan ph vagina dilakukan dengan menempelkan tes celup pada kanalis vaginalis di mana pada subjek yang belum menikah tes celup ditempelkan pada introitus vagina. Penilaian kadar ph dilakukan dengan menyesuaikan perubahan warna yang didapat pada tes celup dengan skala warna yang tertera pada kit pemeriksaan. Pemeriksaan Gram dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi untuk mencari morfotipe flora vagina seperti Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Bacteroides sp, dan variasi bakteri lainnya per lapang pandang besar. Pengambilan lendir vagina dengan cara mengusap forniks posterior dengan kapas lidi steril yang telah dibasahi dengan larutan garam fisiologis (kontak dengan spekulum dihindari). Pada subjek yang belum pernah melakukan hubungan seksual, pengambilan spesimen hanya dilakukan pada introitus vagina dengan kapas lidi steril yang telah dibasahi dengan larutan garam fisiologis. Lendir vagina dioleskan pada kaca objek yang sudah dibersihkan, dibiarkan kering di udara, dan dilewatkan di atas api spiritus untuk menghilangkan lemak, serta diberi label identitas subjek penelitian. Sampel disimpan pada kotak preparat dan dikirim ke Laboratorium Mikrobio-

3 Maj Obstet 126 Ocviyanti dkk Ginekol Indones logi FKUI untuk diwarnai dengan pewarnaan Gram dan dibaca. Tes Whiff untuk deteksi adanya bakterial vaginosis. Tes Whiff dikerjakan dengan cara mengambil duh vagina, dioleskan pada kaca objek dan diberikan beberapa tetes KOH 10%. Lalu pemeriksa mencium apakah ada bau menyengat seperti bau ikan. Apabila tercium bau ikan, dapat dikatakan tes Whiff positif. Penghitungan skor Nugent untuk diagnosis bakterial vaginosis. Sediaan yang sudah diwarnai dengan pewarnaan Gram di atas akan dinilai dan diberikan skor berdasarkan kriteria Nugent (Tabel 1). 6 Puskesmas Cikampek, didapatkan 87 subjek, dengan 2 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Pada Batalyon 201 Cijantung, didapatkan 147 subjek, dengan 6 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Sementara data dari Laboratorium Mikrobiologi FKUI adalah 83 subjek. Dari keseluruhan data, terdapat 2,7% sampel yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian. Jumlah subjek penelitian adalah 492 orang, rata-rata umur subjek penelitian 30,9 tahun dengan jumlah terbanyak pada kelompok umur tahun (59,1%). Kelompok menikah adalah yang terbanyak (76,4%). Sebagian besar subjek berpendidikan setingkat SMU (46,3%) dan sebagian besar subjek adalah ibu rumah tangga (69,1%). Tabel 1. Sistem skoring pada perwarnaan Gram 6 Skor Morfotipe Lactobacillus sp Morfotipe Gardnerella sp dan Bacteroides sp Morfotipe bakteri gram atau atau Morfotipe diberikan skor berdasarkan jumlah yang dilihat per lapang pandang. 0: tidak terdapat morfotipe abnormal; 1+: tampak <1 morfotipe abnormal; 2+: tampak 1-4 morfotipe; 3+: tampak 5-30 morfotipe; 4+: tampak 30 morfotipe. Diagnosis BV berdasarkan skor Nugent: normal (skor 0-3), intermediet (skor 4-6), BV (skor 7). Pada penelitian ini dikelompokkan dua diagnosis BV: positif (skor 7) dan negatif jika normal atau intermediet (skor 0-6). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jumlah subjek penelitian secara keseluruhan adalah 506, namun hanya 492 yang dimasukkan dalam penelitian karena pada 14 subjek didapatkan data yang tidak lengkap. Dari Puskesmas Karawang, didapatkan 63 subjek, dengan 2 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Pada Puskesmas Pedes, didapatkan 63 subjek, dengan 1 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Pada Puskesmas Tempuran, didapatkan 63 subjek, dengan 3 subjek tidak dimasukkan ke penelitian karena data tidak lengkap. Tabel 2. Sebaran karakteristik demografik subjek (n=492) Karakteristik demografik Jumlah % Umur (tahun) , , , , ,1 Status pernikahan Belum menikah 83 16,9 Menikah 1 x ,4 Menikah > 1 x 33 6,7 Pendidikan subjek SD 75 13,0 SMP 74 15,0 SMU ,.3 SMU ,6 Pekerjaan subjek Ibu rumah tangga ,1 Mahasiswa/pelajar 81 16,5 Bidan/perawat 4 0,8 Guru/PNS 29 5,9 Karyawati 8 1,6 Wiraswasta 13 2,6 Buruh tani 17 3,5 KARAKTERISTIK MEDIK Pada sebaran karakteristik medik, sebanyak 74,4% subjek dengan paritas 1-5. Yang menarik, sekitar 38,8% subjek ternyata memiliki keluhan saluran reproduksi, dengan keluhan terbanyak adalah keputihan (28%).

4 Vol 33, No 2 April 2009 Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 127 Tabel 3. Sebaran karakteristik medik subjek (n=492) Karakteristik medik Jumlah % Paritas , ,4 > 5 8 1,6 Keluhan saluran reproduksi Ada ,8 Keputihan ,3 Gatal 7 3,7 Keputihan dan Gatal 45 23,6 Tidak ,4 Riwayat DM Ada 1 0,2 Tidak ,1 Tidak tahu 18 3,7 Riwayat PMS Ada 10 2,0 Tidak ,2 Tidak tahu 43 8,7 Pemakaian antibiotika Ya 9 1,8 Tidak ,2 Pemakaian kontrasepsi Ya ,6 Hormonal/kombinasi 89 34,4 Progesteron ,9 Kondom/IUD 25 9,7 Tidak ,4 Suami sirkumsisi Ya ,3 Tidak ,7 Pemakaian panty liner Ya 68 13,8 Tidak ,1 Pemakaian sabun vagina Ya ,2 Tidak ,8 TINGKAT KEASAMAN VAGINA (97,8%) berada antara ph 4 hingga 7 dengan ph rata-rata 4,8 dan median 5. Pada analisis di setiap kelompok umur lebih banyak yang mempunyai ph 5 dibandingkan ph > 5, dan tampak perbedaan pada kelompok umur tahun di mana 89,1% mempunyai ph 5 dan 10,9% mempunyai ph > 5 dengan ph rata-rata 4,6 dan median 4,5. Pada kelompok umur antara tahun ph rata-rata adalah 5,3 dengan median 5. Pada kelompok umur tahun subjek yang mempunyai ph 5 lebih sedikit (46,7%) dibandingkan subjek yang mempunyai ph > 5 (53,3%). Secara teoritis pada masa perimenopause, kadar estrogen mulai turun sehingga kadar glikogen pada epitel vagina berkurang akibatnya tingkat keasaman vagina meningkat. Namun demikian pada penelitian ini didapatkan pada kelompok usia yang lebih tua (46-50 tahun) justru lebih banyak yang ph vaginanya 5 (68%). Secara rata-rata ph vagina pada kelompok umur di atas 41 tahun hingga 50 tahun adalah 5,6 dengan median 5. Tampak secara keseluruhan rata-rata ph antara kelompok umur kurang dari 20 tahun (15-19 tahun), tahun dan tahun berturut-turut 4,6; 5,3 dan 5,6. Tabel 4. Tingkat keasaman vagina Karakteristik Umur (tahun) Jumlah ph 5 (n=322) % ph > 5 (n=170) % ,1 10, ,2 38, ,7 53, Status Pernikahan Belum menikah 82 89,1 10,9 1x ,2 37,8 > 1x 33 42,4 57,6 Pemakaian sabun vagina Ya ,9 35,1 Tidak ,8 34,2 Rata-rata ph vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8 dengan median 5, sedikit lebih basa dari ph vagina pada data kebanyakan perempuan usia reproduksi tanpa keluhan saluran reproduksi dan dengan siklus haid yang teratur, yaitu ph < 4,5. 5 Didapatkan subjek dengan ph 5 sebesar 65,4%, sisanya sebesar 36,6% mempunyai ph > 5. Secara keseluruhan rentang hasil pemeriksaan ph adalah antara 3 hingga 10, namun sebagian besar PEMERIKSAAN GRAM Pada penelitian ini, ditemukan prevalensi Lactobacillus sp sebanyak 310 subjek dari total subjek 492 (63%). Keberadaan Lactobacillus sp pada vagina bervariasi di antara perempuan dan pada perempuan yang sama pada waktu yang berbeda. Terdapat perubahan dinamis kolonisasi Lactobacillus sp pada

5 Maj Obstet 128 Ocviyanti dkk Ginekol Indones vagina seorang perempuan normal. Dalam sebuah penelitian, terdapat 95% perempuan yang kultur Lactobacillus sp-nya positif paling tidak sekali selama periode waktu 8 bulan. Dua pertiga dari perempuan-perempuan tersebut, menunjukkan perubahan fluktuatif hasil kultur Lactobacillus sp (positif dan negatif) selama kurun waktu tersebut. Kolonisasi Lactobacillus sp cenderung menetap apabila jenis laktobasilusnya adalah L. Crispatus atau L. Jensenii yang memproduksi H 2 O 2. 5 Gardnerella sp terdapat pada 253 subjek (51,4%), Coccus gram positif 240 subjek (48,7%), Candida sp 23 subjek (4,6%). Prevalensi masing-masing flora vagina tersebut berdasarkan berbagai karakteristik dapat dilihat pada Tabel 5. Sesuai dengan fungsi vagina dan anatominya, maka vagina sering terkontaminasi dengan berbagai macam patogen dari kulit, daerah perianal, dan pasangan seksual. Prevalensi Gardnerella vaginalis 30-50% dan Streptococci grup B 10-30%. 7 Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Coccus, dan Candida terbanyak pada kelompok umur tahun, masing-masing sebesar 39,2%, 34,1%, 31,7%, dan 3% secara berurutan. Sesuai dengan teori yaitu prevalensi Lactobacillus sp yang rendah pada masa pascamenopuse pada penelitian ini, pada kelompok usia 46 tahun didapatkan prevalensi Lactobacillus sp yang kecil yaitu 3,4%. Menikah dan paritas juga menunjukkan peningkatan prevalensi keempat organisme di atas. Pemakai KB dan bukan pemakai KB tidak memiliki perbedaan dalam prevalensi Lactobacillus sp. Tampak bahwa prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Coccus, dan Candida lebih besar pada kelompok yang suaminya tidak disirkumsisi. Tabel 5. Prevalensi flora vagina berdasarkan karakteristik subjek Karakteristik n Lactobacillus sp (%) Gardnerella sp (%) Coccus (%) Candida (%) Umur (tahun) ,2 0 2,6 0, ,3 7,3 5,7 0, ,2 34,1 31, ,7 5,9 5,7 0, ,4 4,1 3 0,2 Status pernikahan Belum menikah 83 6,5 3,6 3 0,4 Menikah 1x ,4 47,1 42 3,9 Menikah > 1x 33 4,1 6,7 3,6 0,4 Paritas ,8 7,1 0, ,8 44,7 40,4 4,3 > 5 8 1,2 1,4 1,2 0 Keluhan saluran reproduksi Ada ,7 19,7 19,6 2 Tidak ada ,2 31,7 29 2,4 Pemakaian KB Ya ,6 18,2 0,7 Hormonal/kombinasi 12,6 9,1 7,7 0,4 Progesteron only 15,8 9,5 9,1 1 Kondom/IUD 1,6 0 1,4 0,2 Tidak ,1 32, Suami sirkumsisi Ya 390 9,3 3,4 5,2 8 Tidak , ,5 3,9

6 Vol 33, No 2 April 2009 Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 129 PREVALENSI BAKTERIAL VAGINOSIS (TES WHIFF DAN KRITERIA NUGENT) Terdapat perbedaan yang cukup besar pada prevalensi BV berdasarkan pemeriksaan dengan tes Whiff dan skor Nugent, masing-masing sebesar 5,7% dan 30,7%. Selanjutnya pada penelitian ini yang disebut BV positif adalah berdasarkan kriteria Nugent. Tabel 6. Hasil tes Whiff dibandingkan dengan kriteria Nugent Tes Whiff Bakterial Vaginosis (kriteria Nugent) + Total Total Sensitivitas tes Whiff dibandingkan penegakan kriteria BV dengan skor Nugent 6 adalah 7,94%, sedangkan spesifisitasnya adalah 95,3%. Nilai prediksi positif dan negatif adalah 42,8% dan 70%. Rasio kemungkinan nilai positif sebesar 1,69. Rasio kemungkinan nilai negatif adalah 96,6. Dengan prevalensi BV sebesar 30,7%, post-test probability dengan tes Whiff adalah 51,7%. Penelitian oleh Thompson 8, menunjukkan tes Whiff memiliki sensitivitas 88% dan spesifisitas 53% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Sedangkan penelitian oleh Sodhani 9 menunjukkan tes Whiff memiliki sensitivitas 33,9% dan spesifisitas 86,9%. Kedua penelitian di atas memiliki angka yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Jakarta, di mana tes Whiff memiliki sensitivitas 7,9% dan spesifisitas 95,3%. Perbedaan di antara penelitian di atas, kemungkinan disebabkan cara pengambilan discharge vagina, kualitas dari KOH dan subjektivitas dari pembau. Penelitian lain menunjukkan kemungkinan perbedaan potensi KOH yang digunakan, keterlambatan dalam melakukan tes, kuantitas discharge yang tidak cukup, intervensi penggunaan cotton swab. Sedangkan diantara pemeriksa adalah perbedaan kemampuan dalam melakukan pemeriksaan dan kemampuan mencium bau. Penelitian Bradshaw dan kawan-kawan 10 menyatakan bahwa BV berhubungan dengan jumlah mitra seksual baru, lama pendidikan kurang dari 13 tahun, riwayat kehamilan sebelumnya dan merokok. Penelitian lain oleh Schwebke dan kawan-kawan 11 menunjukkan hubungan positif BV dengan partner seksual multiple, hubungan seksual yang baru dilakukan, pembilasan setelah menstruasi dan gonorea. Dari semua ini, pembilasan setelah menstruasi menunjukkan hubungan yang terkuat. Pada penelitian ini tidak dinilai kemaknaan hubungan antara prevalensi BV dan karakteristik subjek. Namun tampak bahwa prevalensi BV cukup besar pada kelompok umur tahun (54,5%), mahasiswa/pelajar (45,7%), dan paritas > 5 (50%). Tabel 7. Prevalensi bakterial vaginosis berdasarkan karakteristik subjek Faktor Risiko n BV (+) Umur (tahun) Persentase BV (+) per kelompok , , ,5 + > Status Pernikahan Belum Menikah ,6 Menikah 1x ,2 Menikah > 1x ,2 Pendidikan subjek SD ,9 SMP ,1 SMU ,6 > SMU ,2

7 Maj Obstet 130 Ocviyanti dkk Ginekol Indones Faktor Risiko n BV (+) Pekerjaan subjek Persentase BV (+) per kelompok Ibu rumah tangga ,6 Mahasiswa/pelajar ,7 Bidan/perawat ,0 Guru/PNS ,0 Karyawati ,5 Wiraswasta ,7 Buruh tani ,4 Riwayat DM Ada Tidak ,5 Tidak tahu ,1 Paritas Nullipara ,4 Anak ,9 Anak > ,0 Riwayat PMS Ada ,0 Tidak ,5 Tidak tahu ,5 Pemakaian Antibiotika Ya ,4 Tidak ,4 Pemakaian KB Tidak KB/steril ,5 Hormonal/kombinasi ,7 Progestin ,2 Kondom/IUD Sirkumsisi Ya ,9 Tidak ,8 Pemakaian panty liner Ya ,6 Tidak ,8 Pemakaian sabun vagina Ya ,6 Tidak ,6 KESIMPULAN Rata-rata ph vagina yang didapatkan pada penelitian ini adalah 4,8. Prevalensi Lactobacillus sp, Gardnerella sp, Coccus gram positif pada penelitian ini sebesar 63%, 51,4%, 48,7%. Prevalensi kandidiasis yang ditemukan pada penelitian ini adalah 4,7%. Prevalensi bakterial vaginosis dengan kriteria Nugent adalah 30,7%. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemaknaan antara variabel dengan faktor demografik dan karakteristik medik yang mungkin berpengaruh.

8 Vol 33, No 2 April 2009 Profil flora vagina dan keasaman vagina perempuan 131 Ucapan terimakasih diberikan kepada pimpinan dan staf Puskesmas di Kabupaten Karawang, pimpinan dan staf Balai Kesehatan Batalyon 201 Cijantung, serta semua pihak yang turut membantu penelitian ini. RUJUKAN 1. Hillier SL. Normal vaginal flora. In: Holmes, editor. Sexually Transmitted Disease. 3 rd ed. New York: McGraw-Hill Company, 1999: Luni Y, Munim S, Qureshi R, Tareen L. Frequency and Diagnosis of Bakterial Vaginosis. JCPSP 2005; 15: Rauh VA, Culhane JF, Hogan VK. Bacterial vaginosis: a public health problem for women. JAMWA 2000; 55(4): Larsen B, Monif GRG. Understanding the Bacterial Flora of the Female Genital Tract. Clinical Infectious Diseases 2001(32): Ledger WJ, Witkin SS. Microbiology of The Vagina. In: Vulvovaginal Infections. London: Manson Publishing Ltd, 2007: Ledger WJ, Witkin SS. Diagnosis of Vulvovaginal Disease. In: Vulvovaginal Infections. London: Manson Publishing Ltd, 2007: Petersen EE. Pathogens. In: Infections in Obstetrics and Gynecology. Germany: George Thieme Verlag, 2006: Thompson DA, Tsai YK, Gilman RH, Vivar A, Calderon M. Sexually transmitted diseases in a family planning and an antenatal clinic in Peru: limitations of current practices and analysis of the use of potential markers, ph testing, and Whiff testing. Sex Transm Dis Aug; 27(7): Sodhani P, Garg S, Bhalla P, Singh MM, Sharma S, Gupta S. Prevalence of bacterial vaginosis in a community setting and role of the pap smear in its detection. Acta Cytol Nov-Dec; 49(6): Bradshaw CS. Higher-Risk Behavioral Practices Associated With Bacterial Vaginosis Compared With Vaginal Candidiasis. Obstet Gynecol 2005; 106: Schwebke JR, Desmond RA, Oh MK. Predictors of Bacterial Vaginosis in Adolescent Women Who Douche. Sex Trans Dis 2004; 31(7): 433-6

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh wanita pada usia subur. Keputihan bisa terjadi setiap sesudah dan sebelum menstruasi akibat ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan bakteri dominan di dalam vagina wanita yang berperan sebagai regulator flora normal vagina. Peran tersebut dilakukan dengan memproduksi asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakterial vaginosis (BV) adalah sindrom klinik akibat pergantian laktobasillus Spp penghasil H 2 O 2 (Hidrogen Peroksida) yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari Candida sp. terutama Candida albicans (Sobel, Faro et al. 1998).

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Laurentia Cindy Gani Wijaya, 1310129, Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA. Pembimbing II

Lebih terperinci

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Prof. dr. Junizaf, SpOG(K) dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013 Dewi AT, Sutyarso, Berawi MM, Angraeni ID Medical Faculty of Lampung

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN LAMPIRAN 1. NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN Selamat pagi/siang. Perkenalkan nama saya dr. Liza Arianita. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Stephanie Amelinda Susanto, 2011, Pembimbing I: Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes., Pembimbing II: Donny Pangemanan, drg, SKM

ABSTRAK. Stephanie Amelinda Susanto, 2011, Pembimbing I: Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes., Pembimbing II: Donny Pangemanan, drg, SKM ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL PADA KELOMPOK WANITA DI KECAMATAN ASTANA ANYAR YANG MENGUNJUNGI KLINIK X UNTUK MELAKUKAN PAP SMEARS TAHUN 2011 Stephanie

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vaginosis Bakterial 2.1.1. Definisi Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ), yang merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL Priscilla Jessica 1, Widyawati 2, Desy Armalina 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR RESIKO Mobiluncus sp PENYEBAB BACTERIAL VAGINOSIS PADA PEREMPUAN DI MAKASSAR

FAKTOR RESIKO Mobiluncus sp PENYEBAB BACTERIAL VAGINOSIS PADA PEREMPUAN DI MAKASSAR FAKTOR RESIKO Mobiluncus sp PENYEBAB BACTERIAL VAGINOSIS PADA PEREMPUAN DI MAKASSAR RISK FACTOR Mobiluncus sp WHICH CAUSES OF BACTERIAL VAGINOSIS IN WOMEN IN MAKASSAR Andi Selastri, 1 Rizalinda Sjahril,

Lebih terperinci

Tabel 1. Dua puluh pola penyakit rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP DR Sardjito tahun 2014

Tabel 1. Dua puluh pola penyakit rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP DR Sardjito tahun 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak spesies aerobik dan fakultatif-obligat anaerobik dapat hidup pada vagina normal seorang wanita usia reproduktif. Pada kondisi tersebut, spesies anaerob sepuluh

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE Paulin Yuliana, 2011 Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., MS. : Adrian Suhendra, dr.,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN Mazidah Zulfa 1, Julian Dewantiningrum 2, V. Rizke Ciptaningtyas 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DAN KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DAN KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN DAN KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2010 Aninditya, 2011 ; Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr, SpOG Pembimbing II

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL Salsabella Indriana P. 1, Widyawati 2, Desy Armalina 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2007-2011 Eggi Erlangga, 2013. Pembimbing I : July Ivone, dr., M.KK., MPd.Ked. Pembimbing

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL

TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS TENTANG INFEKSI MENULAR SEKSUAL Ekawati, Dyah Candra Purbaningrum Stikes Jendral Ahmad Yani Yogyakarta, Jl.Ringroad Barat, Gamping Sleman Yogyakarta email: ekawati_1412@yahoo.com

Lebih terperinci

25 Universitas Indonesia

25 Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,

Lebih terperinci

Profil vaginosis bakterial di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2011-Desember 2015

Profil vaginosis bakterial di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2011-Desember 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 206 Profil vaginosis bakterial di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 20-Desember 205 Romauli E. Siahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Anggy, 2011: Pembimbing I : dr. Aloysius Suryawan. Sp OG, (K) Pembimbing II : Dr, dr. Felix Kasim. M, kes

ABSTRAK. Anggy, 2011: Pembimbing I : dr. Aloysius Suryawan. Sp OG, (K) Pembimbing II : Dr, dr. Felix Kasim. M, kes ABSTRAK GAMBARAN INSIDENSI DAN FAKTOR RISIKO INFERTILITAS PADA PRIA USIA REPRODUKTIF YANG BEROBAT KE RUMAH BERSALIN PERMATA HATI BANDUNG PERIODE DESEMBER 2010-NOVEMBER 2011 Anggy, 2011: Pembimbing I :

Lebih terperinci

PENGARUH CAlRAN PEMBERSIH VAGINA MEREK "X" SEBAGAI ANTISEPTIK TERHADAP MIKROORGANISME DALAM VAGINA

PENGARUH CAlRAN PEMBERSIH VAGINA MEREK X SEBAGAI ANTISEPTIK TERHADAP MIKROORGANISME DALAM VAGINA ABSTRAK PENGARUH CAlRAN PEMBERSIH VAGINA MEREK "X" SEBAGAI ANTISEPTIK TERHADAP MIKROORGANISME DALAM VAGINA Flora Anisah Rakhmawati, 2003. Pembimbing : Triswaty, dr Widura dr., MS Sistem pertahanan vagina

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) merupakan gangguan pada traktus genital bagian bawah yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015 DA. AYU SRI PELING MAHENY PATNI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2 PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 05 SAMPAI JULI 06 Velisitas A. M. Potes, E. Suparman, B. J. Laihad Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT Bagian Obstetri

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara-negara berkembang (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kontrasepsi jangka panjang IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang sangat populer

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014 Ady Muhammad Hartono, 1210218 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., Mkes Pembimbing II: Winsa Husin,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI KLINDAMISIN ORAL DAN METRONIDAZOL ORAL TERHADAP BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

Faktor Risiko Kejadian Kandidiasis Vaginalis pada Akseptor KB

Faktor Risiko Kejadian Kandidiasis Vaginalis pada Akseptor KB Faktor Risiko Kejadian Kandidiasis Vaginalis pada Akseptor KB Wiki Anindita dan Santi Martini Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim atau serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada wanita di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina. (Emilia, 2010). Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran fisiologis Vagina Selama periode reproduksi pada wanita dengan tingkat estrogen yang mencukupi, lactobacillus merupakan flora normal yang paling dominan(>95%) hidup

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK VAGINAL DISCHARGE Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 SISTEM REPRODUKSI Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 SISTEM REPRODUKSI TEKNIK

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN VARIASI HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR BERDASARKAN BETHESDA SYSTEM PADA PASIEN WANITA DI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN VARIASI HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR BERDASARKAN BETHESDA SYSTEM PADA PASIEN WANITA DI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH TAHUN 2015 ABSTRAK GAMBARAN VARIASI HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR BERDASARKAN BETHESDA SYSTEM PADA PASIEN WANITA DI PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH TAHUN 2015 Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil Badan Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/AIDS pada tahun 2005 yang dilakukan di 10 kota di Indonesia menunjukkan prevalensi Kandidiasis vulvovaginal (KVV) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fungal oportunis apabila terjadi perubahan pada tubuh host (McCormack &

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fungal oportunis apabila terjadi perubahan pada tubuh host (McCormack & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Candida sp. merupakan flora normal pada vagina namun dapat menjadi fungal oportunis apabila terjadi perubahan pada tubuh host (McCormack & Augenbraun, 2014).

Lebih terperinci

THIVVIYA MALINI MURUGAN

THIVVIYA MALINI MURUGAN Gambaran Mikroorganisme yang Ditemukan di dalam Cairan Pembersih Lensa Kontak pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Tahun 2015 Oleh: THIVVIYA MALINI MURUGAN 120100473 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakterial Vaginosis 2.1.1 Pengertian Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu sindrom perubahan ekosistem vagina dimana terjadi pergantian dari laktobasillus yang normalnya memproduksi

Lebih terperinci

PROFIL DUH TUBUH VAGINA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO TAHUN

PROFIL DUH TUBUH VAGINA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO TAHUN PROFIL DUH TUBUH VAGINA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO TAHUN 2009 2011 1 Youlanda Emelia Moeri 2 Pieter Levinus Suling 3 Herry E.J Pandeleke 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konferensi International tentang Kependudukan dan Pembangunan/ICPD (International Confererence on Population and Development) di Kairo tahun 1994 menyepakati perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015 Veronica Shinta Setiadi, 2016. Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. etiologinya. Namun saat ini para ahli menyatakan kuman Gardnerella vaginalis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. etiologinya. Namun saat ini para ahli menyatakan kuman Gardnerella vaginalis yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi BV Bakterial Vaginosis paling sering dijumpai sebagai penyebab infeksi vagina pada wanita pada masa produktif. Semula disebut sebagai vaginitis nonspesifik, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN Buyung Ramadhan MP 1, Julian Dewantiningrum 2, V.Rizke Ciptaningtyas 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL YANG DIRAWAT-INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI JUNI 2005

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL YANG DIRAWAT-INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI JUNI 2005 ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL YANG DIRAWAT-INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JULI 2002- JUNI 2005 Mirantia Umi Budiarti, 2006 Pembimbing : Roni Rowawi, dr, SpOG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa setiap tahun terdapat kurang lebih 350 juta penderita baru Penyakit Menular Seksual di negara berkembang

Lebih terperinci

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Romadhoni 1, Noor Yazid, Dian Aviyanti 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang, Staf

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mecapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan pola penyakit yang dikenal sebagai transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit dan penyebab kematian. Pada awalnya

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Program Strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala yang sering kali dialami oleh para wanita, sewaktu ada cairan (bukan darah) yang keluar

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL AKSEPTOR KB WANITA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE

ABSTRAK PROFIL AKSEPTOR KB WANITA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE ABSTRAK PROFIL AKSEPTOR KB WANITA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 2005 2011 Intan Kumalasari, 2012. Pembimbing I : drg. Donny Pangemanan, SKM Pembimbing II : dr. Tatang Surachman Sp. OG Keluarga

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013 Bram Adhitama, 2014 Pembimbing I : July Ivone, dr, MKK.MPd.Ked Pembimbing II : Cherry Azaria,dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Laboratorium Kulit RSUP dr. Kariyadi. tahun 2016 di Puskesmas Mangkang, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dan Laboratorium Kulit RSUP dr. Kariyadi. tahun 2016 di Puskesmas Mangkang, Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup ruang lingkup disiplin Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan, Mikrobiologi Klinik, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim) sebagai akibat adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal

Lebih terperinci

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MENGGUNAKAN METODE IVA PADA PUS DI WILAYAH PUSKESMAS KELURAHAN KEMANGGISAN KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia BAB 4 HASIL 4.1 Pengambilan Data Data didapatkan dari rekam medik penderita kanker serviks Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007. Data yang didapatkan adalah sebanyak 675 kasus. Setelah disaring

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013-2014 Deryant Imagodei Noron, 2016. Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara,dr.,Sp.OG Pembimbing II : Dani, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

ABSTRAK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK SEKELOMPOK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK SEKELOMPOK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK SEKELOMPOK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Aldevya Agrimanuary, 2012 ; Pembimbing I Pembimbing II : Widura, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL DIBANDINGKAN DENGAN KRITERIA NUGENT DALAM SKRINING INFEKSI BAKTERIAL VAGINOSIS PADA KEHAMILAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan banyak bermunculan pusat layanan yang berhubungan dengan perawatan tubuh di berbagai kota besar, yang tergolong ke dalam perawatan medis maupun non medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE 2016 Jones Vita Galuh Syailendra, 2014 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing 2 : Budi Widyarto, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI Infeksi kulit bakterial merupakan masalah kesehatan ketiga di Indonesia, infeksi kulit bakterial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013 Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013 Ayuza, D 1), Sibero, HT 2), Karyus, A 3) Medical Faculty of Lampung University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit radang panggul, meningkatan kerentanan terhadap infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit radang panggul, meningkatan kerentanan terhadap infeksi Human BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vaginosis bakterial (VB) terjadi pada 20-60% wanita di seluruh dunia (Atashili et al, 2008). Vaginosis bakterial timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI KELAS TIGA SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI KELAS TIGA SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI KELAS TIGA SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA Patrik Sebastian Angga, 2006. Pembimbing I: Felix Kasim, dr., Mkes,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis (berhenti) didefinisikan sebagai periode menstruasi terakhir. 9 Menopause merupakan suatu keadaan dimana menstruasi

Lebih terperinci

ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN

ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN ABSTRAK EVALUASI HASIL TERAPI OBAT ANTI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013-2014 I Nyoman Surya Negara, 1210087 Pembimbing I : Dr. J. Teguh

Lebih terperinci

Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006

Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006 Tinjauan Pustaka Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006 Nikko Darnindro,* Madeleine R Jasin,*

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012 Janice Surjana, 2014 Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg.,skm. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana,

Lebih terperinci