Tabel 1. Dua puluh pola penyakit rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP DR Sardjito tahun 2014

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak spesies aerobik dan fakultatif-obligat anaerobik dapat hidup pada vagina normal seorang wanita usia reproduktif. Pada kondisi tersebut, spesies anaerob sepuluh kali lebih banyak didapatkan bila dibandingkan dengan spesies aerob. Alasan mengapa bakteri tersebut berkoloni masih belum jelas. Bakteri dapat bersimbiosis dengan inangnya dan membentuk lingkungan mikro yang bervariasi (Dagli et al., 2015; Aldunate et al., 2015). Beberapa faktor bertanggung jawab terhadap variasi dari flora vagina pada wanita yang aktif secara seksual. Faktor ini menyebabkan beberapa masalah dengan skala luas, mulai dari discharge vagina yang asimptomatik hingga infeksi pelvis yang berat. Vaginosis Bakteri(VB) merupakan masalah yang dianggap sebagai gangguan tersering pada vagina yang menyerang wanita dan dikarakterisasikan sebagai pertumbuhan yang berlebihan dari beberapa bakteri anaerob dan mikroaerofilik dan menurunnya prevalensi Lactobacillus sp karena perubahan morfotipe bakteri vagina (Dagli et al., 2015; Petrova et al., 2015).. Agen penyebab lain dari vaginitis adalah Trikomoniasis, Candidiasis, dan infeksi bakteri lain. Faktor risiko penyebabnya antara lain perilaku yang tidak higienis, perawatan yang tidak tepat selama menstruasi, perilaku berganti ganti pasangan, dan penggunaan (Thulkar et al., 2010; Donders et al., 2011). 1

2 2 Tabel 1. Dua puluh pola penyakit rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP DR Sardjito tahun 2014 Diagnosis Jumlah kunjungan 1 Kanker serviks Kanker ovarium Kanker endometrium Kista ovarium Kanker endocerviks Kista ovarium lainnya Mioma uteri Endometriosis Kista coklat Penyakit vagina noninflamasi lainnya Penyakit radang serviks uteri Prolapse uterovaginal Vaginitis akut Kanker korpus uteri Mola hidatidosa Sistokel Endometriosis uterus Mioma uteri submukosa Rektokel Seksio sesarea 86 (Sumber: Rekam Medis RSUP DR Sardjito) Dari data diatas vaginitis menempati urutan ke 13 dari 20 besar penyakit di RSUP DR Sardjito dari bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2014, sedangkan penyakit vagina noninflamasi menempati urutan ke 10. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan di dunia. Secara global, 14,3% wanita usia tahun yang telah menikah memilih menggunakan AKDR sebagai metode nya walaupun presentase pemakaian AKDR berbeda-beda menurut region dan benua. Kisaran pemakaian AKDR adalah sekitar 1,8% di Oceania hingga 27% di Asia. Secara geografis, 80% pengguna AKDR berasa di Asia, dengan sekitar duapertiga nya (64%) berada di Cina (Buhling et al., 2014).

3 3 Di seluruh dunia, wanita pengguna hanya sekitar 62,7%, dimana negara maju lebih banyak penggunanya (72,4%) dibanding negara berkembang (61,2%). Tetapi pengguna AKDR lebih banyak pada Negara berkembang (24,7%) dibandingkan Negara maju (12,7%). Tingkat penggunaan AKDR berurutan yaitu Asia (27%), diikuti Eropa (17.1%), Afrika (15.4%), Amerika Latin (9.6%), Amerika Utara (6.1%) dan Oceania 1.8%) (Buhling et al., 2014). Di Asia, penggunaan AKDR juga mempunyai tingkat variasi yang ekstrim. Dari mulai Cina, Korea Selatan, dan Vietnam yang mempunyai tingkat pemakaian AKDR 41% - 44%, hingga beberapa Negara Asia lain yang hanya mempunyai tingkat penggunaan sekitar kurang dari 2%. Data dari Chinese national surveys yang dihimpun oleh National Population and Family Planning Committee telah memperlihatkan bahwa pada wanita usia tahun yang telah menikah, terjadi peningkaan penggunaan AKDR dari 42,1% pada 1988 menjadi 48% pada 2006 (Buhling et al., 2014). Data diatas tersebut sangat bertolak belakang dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Penggunaan AKDR di Amerika Serika sangat sedikit bila dibandingkan dengan penggunaan di beberapa Negara berkembang lainnya. Sekitar setengah dari kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, dan 48% kehamilan tersebut terjadi pada wanita yang telah memakai, sedangkan AKDR telah terbukti sebagai metode yang aman, efektifitas tinggi, dan jangka lama yang banyak diterima oleh banyakwanita. Beberapa data telah menunjukkan bahwa AKDR 20 kali lebih efektif bila dibandingkan dengan metode hormonal lain yang lebih populer di Amerika seperti pil (Callegari et al., 2014). Walaupun AKDR telah dianggap sebagai metode yang sangat efektif, penggunaanya juga dibatasi oleh beberapa komplikasi yang sering timbul beriringan dengan penggunaannya (Dagli et al., 2015). Pernyataan bahwa AKDR dapat menyebabkan infeksi ginekologi sudah sejak lama diungkapkan, sekitar tahun 1940an. Sejak diperkenalkan dan kemudian secara cepat diadopsi menjadi

4 4 bentuk modern pada tahun 1960an, diikuti dengan kepopuleran pada 1970an, memberikan banyak kesempatan untuk meneliti tentang hubungan AKDR dengan infeksi vagina. Meskipun sudah hampir 50 tahun diteliti, hubungan antara keduanya masih belum dapat dijelaskan. Meskipun dengan metode penelitian modern, informasi yang lengkap masih juga belum juga didapatkan (Kaliterna et al., 2011; Hubacher, 2014). Beberapa penelitian telah menemukan kejadian VB yang lebih tinggi pada pemakaian AKDR dibandingkan dengan pemakaian lainnya. Pada sebuah studi di Kanada, dari 70 wanita pengguna AKDR, setelah dilakukan tes ditemukan 5 (7%) menderita VB. Hanya 1 dari 5 wanita tersebut yang mempunyai keluhan sehingga akhirnya diterapi dengan metronidazole (Caddy et al., 2014). Hal yang sama juga telah diteliti pada kejadian infeksi lain (Donders et al., 2011). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah penggunaan AKDR non hormonal meningkatkan kejadian Vaginosis Bakteri, Candidiasis Vulvovagina, maupun Trichomonas Vaginalis? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah penggunaan AKDR non hormonal meningkatkan kejadian Vaginosis Bakteri, Candidiasis Vulvovagina, maupun Trichomonas Vaginalis. D. Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang tingkat kejadian vaginitis yang dialami oleh pengguna AKDR, baik oleh karena Vaginosis Bakteri, Candidiasis Vulvovagina, maupun Trichomonas Vaginalis.

5 5 E. Kealian Penelitian Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Persamaan dengan peneliti Aetiology and risk Didapatkan hasil VB paling bahwa factors of reccurent untuk mengetahui banyak pada metode ligasi AKDR vaginitis & its hubungan antara tuba disusul oleh kondom meningkatkan association with berbagai metode dan copper T dan pil KB kejadian VB dan various contraceptive dengan kombinasi berturut turut sebaliknya pada metode vaginitis baik sebelum sebanyak 70,3%, 42%, kandidiasis pemakaian 28,6%. Pil KB kombinasi maupun setelahnya mencegah terjadi nya VB dengan metode kohort disisi lain meningkatkan kejadian kandidiasis. Vaginal flora changes Didapatkan hasil bahwa VB Melihat kejadian on Pap smears after membandingkan kejadian lebih sering ditemukan pada vaginitis pada insertion of vaginitis pada pemakaian pemakaian Cooper-IUD insersi AKDR levonogestrel-releasing LNG-IUS dan Cooper- dibandingkan LNG-IUS setelah 1 tahun intrauterine device IUD dengan metode setelah pemakaian 4 tahun, dengan metode kohort sedangkan pemakaian LNG- cross sectional IUS meningkatkan kejadian kandidiasis 1. Thulka et al Donders Et al., Dagli et al., 2015 Comparison of cervico-vaginal colonization among sexually active women by intrauterine device use adalah untuk mengetahui kejadian vaginitis pada akseptor AKDR dan yang bukan AKDR dengan metode cross sectional Didapatkan hasil pada akseptor AKDR dan non AKDR 9,5% dan 5,6% diantara nya menderita CVV, sedangkan pada akseptor AKDR sebanyak 5,1% menderita VB. Menggunakan swab vagina untuk melihat kuman Perbedaan dengan peneliti Pada penelitian ini peneliti juga meneliti pasien dengan tanpa alat serta pasien dengan kondom Penelitian ini membandingkan kejadian vaginitis sebelum dan sesudah insersi LNG-IUS dan Copper-IUD Membandingkan antara AKDR dan non AKDR

6 6 4. Jabuk et al., Ocak et al., Fosch et al., 2013 Prevalence of aerobic bacterial vaginosis among intrauterine contraceptive device users women in Hilla city Effects of intrauterine device and oral contraceptive on vaginal flora and epithelium The influence of different contraceptive methods on vaginal microbiota: Clinical study adalah untuk mengetahui prevalensi VB pada akseptor AKDR di Hilla Iraq dengan metode cross sectional adalah mengevaluasi mikroorganisme dan gejala yang muncul pada penggunaan pil, AKDR adalah mengevaluasi mikroorganisme pada penggunaan pil, AKDR, kondom Didapatkan sebanyak 32% akseptor AKDR yang menderita VB Didapatkan 5,45% pengguna AKDR yang menderita TV dan sedikitnya 2,73% pengguna hormonal yang menderita TV dengan gejala yang muncul yaitu discharge, erosi, disparenia, pruritus pada vagina Didapatkan 25,7% pasien pengguna AKDR yang mengalami VVC dan 60% diantara nya yang mengalami CVV prevalensi VB pada akseptor AKDR prevalensi VB, CVV dan TV pada akseptor AKDR dan hormonal prevalensi VB, CVV dan TV pada akseptor AKDR dan hormonal prevalensi VB, CVV, dan TV pada akseptor AKDR dan hormonal Penelitian ini juga menilai gejala yang yang timbulkan oleh tersebut Pasien yang memakai alat kondom juga diikutkan dalam penelitian 6