BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vaginosis Bakterial Definisi Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinis akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil hidrogen peroksidase (H 2 O 2 ), yang merupakan flora normal pada vagina dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi (seperti : Bacteriodes sp., Mobilluncus sp., Gardnerella vaginalis dan Mycoplasma hominis. 1-6 Vaginosis bakterial merupakan penyebab utama timbulnya sekret vagina yang berbau tidak sedap pada wanita usia reproduktif. 3 Lactobacillus sp,. merupakan mikroorganisme yang mendominasi pada wanita dengan sekret vagina normal. Mikroorganisme tersebut berperan dalam membantu pertahanan lingkungan vagina terhadap patogen dengan menjaga keasaman ph vagina dan produksi hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) sebagai antimokroba. 4 Penyebab vaginosis bakterial bukan mikroorganisme tunggal. Pada suatu analisis dari data flora vagina memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri vagina yang berhubungan dengan vaginosis bakterial yaitu : Gardnerella vaginalis, Bacteroides sp., Mobilluncus sp., Mycoplasma hominis..1,18 Vaginosis bakterial ditandai oleh perubahan flora saluran genital, dominasi Lactobacillus, digantikan oleh berbagai jenis mikroorganisme Gram positif maupun Gram negatif seperti Gardnerella vaginalis, Mobilluncus sp., Bacteriodes sp., dan Mycoplasma sp. Lactobacillus memproduksi H 2 O 2 yang mempertahankan ph vagina dalam keadaan asam sehingga mencegah berkembangnya bakteri-bakteri 6

2 lain, dengan terjadinya pergeseran dominasi flora di vagina. Perubahan mikrobiologis ini menyebabkan perubahan biokimia berupa peningkatan ph vagina, produksi uap amin dan peningkatan kadar endotoksin, enzim sialidase serta glikosidase bakteri yang ditemukan pada cairan vagina. 1, Sejarah Sekitar 1 abad yang lalu, Doderlein menemukan basil nonmotil yang merupakan flora normal vagina wanita. Kuman tersebut dinamai Doderlein bacillus, yang akhirnya dikenal sebagai Lactobacillus. Tahun 1819 Menge dan Kronig mengisolasi mikroorganisme fakultatif serta obligata anaerob dari vagina. Studi ini mengawali pendapat bahwa flora normal vagina terdiri dari beberapa mikroorganisme dengan Lactobacillus sebagai flora normal yang dominan. 2 Tahun 1913 Curtis mengungkapkan 3 hal penting bahwa sekret berasal dari vagina bukan uterus, sekret vagina berwarna keputihan dan tidak mempunyai Doderlein bacillus dominan dan terdapat bakteri anaerob di vagina, terutama bakteri batang anaerob. 2 Tahun 1950 Weaver melaporkan suatu hubungan antara tidak adanya Lactobacillus, keberadaan spesies anaerob dan vaginitis non spesifik. Weaver berkesimpulan tidak ada mikroorganisme tunggal yang menyebabkan gejala ini. 2 Tahun 1955, Gardner dan Dukes menemukan hubungan G. vaginalis dan vaginitis non spesifik, ini membuktikan G. vaginalis sebagai penyebab vaginosis non spesifik. Namun karena mereka gagal menemukan hubungan bakteri anaerob lain dan VB, selama lebih dari 25 tahun para tenaga kesehatan cenderung mengabaikan potensi mikroorganisme lain selain G. vaginalis dalam menyebabkan VB. 2

3 Epidemiologi VB merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita aktif melakukan hubungan seksual. Penyakit ini dialami pada 15% wanita yang mendatangi klinik ginekologi, 10-25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang mendatangi klinik infeksi menular seksual. 2 Prevalensi VB berkisar antara 10-30% pada populasi yang berbeda diseluruh dunia. Di Indonesia, Krisnadi pada penelitiannya tahun 2000 di Bandung, mendapatkan prevalensi vaginosis bakterial sebesar 14,7%, 10 Wedagama dkk. tahun 2000 di Denpasar, mendapatkan 27,27%. 11 Pada penelitian Effendi tahun 2004 di RSU dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan kriteria Amsel, dijumpai prevalensi VB sebesar 25,7%, dan dengan menggunakan skor Nugent pada pewarnaan Gram dijumpai sebesar 28,7%. 12 Sulistyowati dkk. melakukan penelitian secara retrospektif berdasarkan catatan medik pasien VB yang berobat di sub bagian IMS poliklinik kulit dan kelamin RSUD dr. Moewardi Surakarta periode Januari-Desember Pada penelitian ini diketahui bahwa jumlah VB sebanyak 56,25%, dengan distribusi pasien VB berdasarkan kelompok umur terbanyak adalah tahun sebanyak 43,75%, tahun sebanyak 31,25%. Status pernikahan terbanyak adalah menikah sebanyak 81,25%, belum menikah 12,5%, janda orang 5,25%. Faktor resiko terbanyak pasien VB adalah douching vagina sebanyak 87,5%, 12,5% menggunakan Intra Uterine Device (IUD). Keluhan utama terbanyak adalah keluarnya duh tubuh vagina yang disertai dengan gatal sebanyak 12 orang (75%), terdapat juga keluhan perih pada 2 orang (12,5%), dan tanpa keluhan pada 2 orang (12,5%). Keluhan utama terbanyak adalah lebih dari 14 hari sebanyak 8 orang (50%). Duh tubuh vagina terbanyak

4 adalah mukous sebanyak 14 orang (87,5%). Diagnosis penyerta terbanyak adalah kandidiasis vulvovaginalis sebanyak 5 orang (31,25%).), 5 orang (31,25%) VB dengan KVV, 1 orang (6,25%) dengan KA, dan 1 orang (6,25%) dengan servisitis GO Etiologi Penyebab VB belum diketahui dengan pasti, namun secara epidemiologi dihubungkan dengan aktifitas seksual. 18,19 Ekosistem vagina normal sangat kompleks. Lactobacillus merupakan spesies bakteri yang dominan pada vagina wanita usia produktif, tetapi bisa juga terdapat bakteri-bakteri lain seperti bakteri aerob dan anaerob. 20 Pada saat terjadi VB, terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa spesies bakteri, dimana pada keadaan normal ada dalam konsentrasi rendah. Ada beberapa bakteri vagina yang berhubungan dengan VB. 1,2 Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif, pleomorfik, nonmotil dan tidak berkapsul, terdapat > 90% pada wanita vaginosis bakterial. Gardnerella vaginalis dipercaya berinteraksi dengan bakteri anaerob dan Mobilluncus hominis dan menyebabkan VB. 2 Bakteri anaerob, Bacteroides sp. diisolasi sebanyak 76% dan Peptostrepcoccus sebanyak 36% pada wanita dengan VB, pada wanita normal, kedua tipe anaerob jarang ditemukan. Penemuan spesies anaerob ini dihubungkan dengan penurunan laktat dan peningkatan suksinat dan asetat pada cairan vagina. 2 Mobilluncus sp., merupakan bakteri batang anaerob lengkung yang bersama bakteri lain ditemukan pada VB. 1-3 Mobilluncus hominis, merupakan agen etiologi VB bersama-sama dengan Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob.

5 Konsentrasinya meningkat pada wanita dengan VB kali daripada wanita normal Faktor Risiko Vaginosis bakterial dapat terjadi pada seksual aktif, namun dapat juga terjadi pada orang yang tidak seksual aktif. 2,9 Studi kohort longitudinal memberikan bukti bahwa yang mempunyai pasangan seksual baru maupun mempunyai pasangan seksual banyak dan aktif menunjukkan peningkatan insiden VB. 2 Pada wanita yang frekuensi seksualnya meningkat, menunjukkan perubahan ph pada lingkungan vagina selama dan setelah berhubungan seksual yang menyebabkan perubahan flora normal vagina. Bakteri patogen mendominasi flora vagina normal dengan menurunkan konsentrasi Lactobacillus yang menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob. 2,9 Pemasangan IUD dengan adanya manipulasi secara langsung terhadap saluran maupun organ reproduksi mulai dari vagina, endometrium dan uterus dan juga terdapatnya benda asing didalam uterus akan menyebabkan reaksi inflamasi dan menggangu fisiologi organ reproduksi. Ketidakseimbangan hormon yang terjadi dengan pemasangan alat, serta tehnik, cara dan lama pemasangan adalah sangat berisiko dan dapat menggangu flora normal vagina. 2,9 Studi kohort terbaru dari 182 wanita menunjukkan bahwa terjadinya VB tidak hanya berhubungan dengan pasangan seksual dan penurunan Lactobacillus penghasil H2O2, tetapi juga berhubungan dengan penggunaan douching pada vagina. Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga kebersihan wanita bisa menyebabkan terjadinya vaginosis bakterial. Douching dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan vagina. 2

6 Merokok dikatakan berhubungan dengan terjadinya vaginosis bakterial. Berdasarkan penelitian Moris dkk di London dan Swedia, merokok berhubungan pada vaginosis bakterial. Namun hasil penelitian penelitian ini sangat terbatas. Pada penelitian ini, merokok kemungkinan menekan infeksi sistem imun, tetapi dikatakan pada penelitian ini merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat. 9 Di Amerika dan Inggris, kelompok ras hitam memiliki prevalensi yang tinggi terhadap vaginosis bakterial. Kelompok ini dilaporkan juga memiliki angka prevalensi tertinggi dibanding kelompok ras putih untuk penyakit seksual lainnya, seperti gonore, dan infeksi klamidia Patogenesis Patogenesis terjadinya masih belum sepenuhnya diketahui. 4 Kebanyakan studi mempelajari patogenesis VB memfokuskan perhatian pada perubahan yang terjadi pada ekosistem mikrobial vagina. 2 Vaginosis bakterial dihasilkan dari pergantian flora normal vagina, Lactobacillus dengan flora campuran yang terdiri dari Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob dan Mobilluncus hominis. 2,3,4 Lactobacillus vagina secara invitro menghambat pertumbuhan Gardnerella vaginalis, bakteri anaerob Gram negatif menghasilkan H 2 O 2 yang bersifat toksik dan melalui reaksi ion halide dengan peroksidase pada serviks yang merupakan bagian dari sistem antibakteria H 2 O 2 -halide-peroxidase. Flora normal vagina yang didominasi oleh Lactobacillus memilik ph < 4,5 yang disebabkan produksi asam laktat, pada VB, ph > 4,5 akibat dominasi G. vaginalis dan bakteri anaerob. 22 Pada Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob dapat terjadi simbiosis, dimana Gardnerella vaginalis menghasilkan asam amino yang akan diubah oleh bakteri anaerob menjadi senyawa amin yang akan 2,3

7 menaikkan ph yang merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis. 23 Diperkirakan produksi amin oleh flora mikrobial melalui aktivitas derkarboksilase, menghasilkan bau amis (fishy odor) saat cairan vagina dicampur dengan KOH10% atau disebut whiff test, diduga karena volatisasi dari aromatik amin, meliputi putrescine, cadaverin dan trimethylamine pada ph alkali. Mobilluncus diketahui juga menghasilkan trimethylamine, belum diketahui mikroba lain yang merupakan sumber amin. 2,3 Cairan vagina wanita VB mengalami peningkatan kadar endotoksin, sialidase dan glikosidase yang menurunkan musin dan viskositas.2 Peningkatan respon hospes terhadap VB didokumentasikan sebagai peningkatan kadar sitokin dan kemokin pada mukus serviks wanita VB dan penurunan sekresi leucocyte protease inhibitor. 3 Efek VB pada epitel vagina dan pergantian sel epitel belum diketahui. 24 Namun peningkatan konsentrasi bakteri anaerob patogen dan VB dapat meningkatkan resiko infeksi saluran genital atas, termasuk servisitis dan endrometritis. 25, Gambaran Klinis Gambaran klinis yang umum terdapat pada VB adalah bau vagina yang khas berupa bau amis seperti bau ikan. Hal ini disebabkan produksi senyawa amin berupa trimethylamin, putresin dan cadaverin oleh bakteri anaerob. Senyawa amin ini banyak menguap bila ph lingkungan meningkat, seperti saat berhubungan seksual dan saat menstruasi. Duh tampak homogen, encer, bewarna putih keabu-abuan dan menempel pada dinding vagina atau sering kali tampak pada labia atau fourchette. 1,2,19

8 Diagnosis Karena tidak terdapat etiologi tunggal pada VB, kriteria klinis-kriteria Amsel digunakan untuk menegakkan diagnosis VB. 1,2,5,6 Berdasarkan kriteria ini, dikatakan VB positif bila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : duh tampak homogen, encer dan bewarna putih keabu abuan, peningkatan ph vagina > 4,5, adanya fishy odor dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukan adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskop. 16 Identifikasi clue cells dapat dilakukan dengan menggunakan Nacl 0,9% (sediaan basah). Pemeriksaan mikroskop pada sediaan basah kurang akurat dibandingkan dengan pewarnaan Gram. 4 Pada pewarnaan Gram semua sediaan hapusan menunjukkan bakteri lain yang melekat pada sel epitel vagina. 21 Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel. 6,8,15,16 Metode lain yang digunakan adalah metode diagnostik secara mikrobiologis, yaitu pemeriksaan skor Nugent dengan pewarnaan Gram, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan digunakan sebagai baku emas diagnostik. Pewarnaan Gram adalah pemeriksaan laboratorium yang cepat yang berguna untuk melihat polimorfonuklear dan flora mikrobial. Metode Nugent pada pewarnaan Gram berguna untuk mendeteksi pergeseran flora normal vagina oleh mikroorganisme lain. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk diagnosis VB. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil atau variabel (Gardnerella dan bakteri anaerob) dan bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram

9 variabel. 2,5-7,15,17 Pemeriksaan ini berdasarkan pergeseran morfotipe dari Lactobacillus yang dominan menjadi Gardnerella vaginalis dan bakteri anerob serta Mobilluncus. 26 Pulasan vagina pada pewarnaan Gram dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali. Skor yang diberikan adalah 0 sampai 10 berdasarkan prpporsi relatif dari morfologi bakteri, yaitu apakah bentuk batang Gram positif besar, bentuk batang Gram negatif kecil dan variabel atau bentuk batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel. 8,15 Tabel 2.1. Sistem Penilaian Skor Nugent Skor Batang Gram Positif Besar (Lactobacillus) Batang Gram Negatif Kecil dan Variabel (Gardnerella dan Anaerob) Batang Bengkok Gram Negatif/Batang Gram Variabel 0 1+ atau atau 4+ Bila 0 = tidak dijumpai morfologi ; 1+ = <1 morfologi; 2+ = 1-4 morfologi; 3+ = 5-30 morfologi; 4+ = 30 morfologi atau lebih. Penilaian dihitung berdasarkan jumlah rata-rata morfologi yang terlihat setiap lapang pandang, dan pemeriksaan pada 10 lapang pandang. Penilaian skor pada bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) adalah bila nilai 4+ = skor 0; nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 1+ = skor 3; nilai 0 = skor 4, pada bakteri batang Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anaerob), nilai 0 = skor 0; nilai 3+ = skor 1; nilai 2+ = skor 2; nilai 3+ = skor 3; nilai 4+ = skor 4, sedangkan pada bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel, nilai 0 = skor 0; nilai 1+ atau 2+ = skor 1; nilai 3+ atau 4+ = skor 2. Jumlah skor total

10 = skor bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus) + skor bakteri batang Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan anerob) + skor bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel (Mobilluncus) *Dikutip sesuai kepustakaan no. 8,15 Tabel 2.2. Interpretasi dari Skor Nugent Skor Total Interpretasi 0-3 Normal 4-6 Intermediate 7 Vaginosis bakterial *Dikutip sesuai kepustakaan no. 16 Lactobacillus adalah bakteri batang Gram positif besar, yang dominan pada wanita dengan sekret vagina normal dan tanpa vaginitis. Lactobacillus biasanya ditemukan 80-95% pada wanita dengan sekret vagina normal. Sebaliknya Lactobacillus ditemukan 25-65% pada wanita dengan VB. Gardnerella vaginalis adalah bakteri batang Gram negatif pleomorfik yang nonmotil dan tidak berkapsul yang diisolasi dari saluran reproduksi wanita. Gardnerella vaginalis berhubungan dengan VB. Gardnerella vaginalis dapat diisolasi pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Dengan media selektif tampak G. vaginalis 40-50% pada semua wanita subur. Gardnerella vaginalis diisolasi sekitar > 90% pada wanita dengan VB. Saat ini dipercaya Gardnerella vaginalis berinteraksi dengan bakteri anaerob dan Mycoplasma hominis menyebabkan VB. Bakteri batang dan kokus anaerob pertama kali diisolasi dari vagina pada tahun 1897 dan dianggap berhubungan dengan sekret vagina oleh Curtis. Dari tahun tiga studi menemukan hubungan bakteri batang Gram negatif anaerob (yang dikenal sebagai grup Bacteroides melaninogenicus) dan bakteri batang Gram negatif lain dengan vaginitis, dan penurunan Lactobacilli

11 pada wanita yang mengalami sekret vagina abnormal. Tahun 1980 Spiegel menganalisis cairan vagina dari 53 wanita dengan VB menggunakan kultur kuantitatif anaerob dan gas liquid chromatography untuk mendeteksi metabolisme asam organik rantai pendek dari flora vagina. Dapat diisolasi Bacteroides sp. sebesar 76% dari wanita dengan VB. 15 Spiegel menyimpulkan bahwa mikroorganisme anaerob berinteraksi dengan Gardnerella vaginalis dalam menyebabkan VB. Mobilluncus adalah bakteri batang Gram positif anaerob. Mobilluncus selalu terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain yang berhubungan dengan VB. 15 Kultur dapat digunakan untuk mengetahui secara spesifik flora penyebab VB. 4 Kultur Gardnerella vaginalis tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, karena Gardnerella vaginalis dan mikroorganisme lain dapat juga ditemukan pada hampir semua wanita dengan sekret vagina normal. Kultur Gardnerella vaginalis yang positif tanpa ada gejala klinis tidak memerlukan terapi. 3 Kultur tidak digunakan pada pemeriksaan rutin VB.2,15 Pap smear tidak dapat digunakan untuk diagnosis VB karena sensitivitas rendah. 2,4,15 Tes diagnostik lain yang dapat digunakan adalah sistem deteksi yang cepat (rapid test) seperti rapid card for detection ph amine, detection of proline aminopeptidase pada cairan vagina, rapid colometric test for sialidae, BV Blue test, dan pemeriksaan oligonucleotida probe berdasarkan konsentrasi G. vaginalis yang tinggi Diagnosis Banding VB dapat didiagnosis banding dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Pada trikomoniasis pemeriksaan hapusan vagina hampir menyerupai hapusan vagina

12 VB, namun Mobilluncus dan clue cells tidak pernah dijumpai. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan peningkatan sel polimorfonuklear dan dengan preparat basah ditemukan protozoa. Whiff test dapat positif pada trikomoniasis. 28 Pada kandidiasis pemeriksaan mikroskop sekret vagina ditambah KOH 10% berguna untuk mendeteksi hifa dan spora kandida. Keluhan yang sering terjadi pada kandidiasis adalah gatal dan iritasi pada vagina. Sekret vagina biasanya putih dan tebal, tanpa bau dan ph normal Penatalaksanaan Pengobatan direkomendasikan pada wanita dengan gejala VB. Tujuan terapi pada wanita tidak hamil adalah untuk menghilangkan tanda dan gejala infeksi vagina dan mengurangi kemungkinan mendapatkan C. trachomatis, N. gonorrhoea, HIV dan penyakit IMS lainnya Pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease Treatment Guideline 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC) berupa metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari atau metronidazol gel 0,75% 1 aplikator penuh (5 gram), intra vagina sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin krim 2% 1 aplikator penuh (5 gram) saat mau tidur, selama 7 hari. Selain metronidazol dapat juga diberikan terapi berupa klindamisin oral dengan dosis 2 x 300 mg selama 7 hari. Pengobatan alternatif yang dianjurkan berupa tinidazol oral 1 x 2 gram selama 2 hari, klindamisin ovules 100 mg intravagina saat mau tidur selama 3 hari. 2,29,30 Pria pasangan seksual wanita dengan VB tidak perlu diterapi. Beberapa penelitian memperlihatkan tidak ada efek yang bermakna dari pengobatan terhadap pria pasangan seksual dalam hal keluhan dan gejala klinis

13 Pada masa kehamilan, pengobatan VB yang direkomendasikan pada Sexual Transmitted Disease Treatment Guidelines 2010 oleh Centre for Disease Control and Prevention (CDC) dapat diberikan metronidazol oral 2 x 500 mg selama 7 hari, metronidazol 3 x 250 mg selama 7 hari, dan klindamisin oral 2 x 300 mg selama 7 hari. Keuntungan terapi VB pada wanita hamil adalah dapat menurunkan gejala dan tanda-tanda infeksi pada vagina dan menurunkan risiko infeksi komplikasi yang berhubungan VB pada wanita hamil Komplikasi Vaginosis bakterial paling banyak dihubungkan dengan komplikasi pada obstetri dan ginekologi yaitu dalam kaitan kesehatan reproduksi. 35,36 VB merupakan faktor resiko gangguan pada kehamilan, resiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. 38 Selain itu VB juga merupakan faktor resiko mempermudah mendapat penyakit infeksi menular seksual lain, yaitu gonore, klamidia, trikomoniasis, herpes genital dan Human Imunodeficiency Virus (HIV). 33 VB meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HIV melalui mekanisme diantaranya karena ph vagina yang meningkat, berkurangnya jumlah Lactobacillus sp. Penghasil H dan produksi enzim oleh flora VB yang menghambat imunitas terhadap HIV. 2,15, Kriteria Amsel Kriteria Amsel adalah kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginosis bakterial. Berdasarkan kriteria ini dikatakan apabila terdapat 3 dari 4 kriteria berikut : adanya sekret vagina yang homogen, putih keabu-abuaan melekat pada dinding vagina, peningkatan ph vagina > 4,5, adanya fishy odor

14 dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (whiff test) dan ditemukannya adanya clue cells pada pemeriksaan mikroskop. 1,15 Penentuan ph vagina dalam kriteria Amsel adalah dengan menggunakan kertas lakmus yang diletakkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas dibandingkan dengan warna standar, dan ph vagina normal adalah 3,8-4,2. Pada 80-90% pasien vaginosis bakterial ditemukan ph vagina > 4,5. 2,6,8,15 Whiff test pada kriteria Amsel dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari alkalisasi bakteri anaerob. Whiff test positif menunjukkan vaginosis bakterial. 2,6,8 Clue cells adalah sel epitel yang ditutupi oleh berbagai bakteri vagina dalam jumlah banyak sehingga batas sel menjadi tidak jelas, memiliki ukuran yang lebih besar dari sel epitel vagina normal, bentuk ireguler, inti lebih dari satu, dan memiliki sitoplasma yang keruh. Dalam mendiagnosis vaginosis bakterial dengan menggunakan kriteria Amsel, menunjukkan lebih dari 20 % clue cells dari total populasi sel. 6,8, Pewarnaan Gram Definisi Pewarnaan Gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan oleh seorang ahli bakteriologi Denmark Hans Christian Gram pada tahun Pewarnaan Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif yang memiliki struktur yang berbeda terutama pada dinding selnya.pewarnaan Gram sangat penting dalam proses pengidentifikasian bakteri. Dengan mengetahui jenis bakteri Gram negatif atau Gram positif. 40,41

15 Perbedaan Gram Positif dan Negatif Beserta Contohnya Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif adalah pada dinding selnya. Bila dalam suatu pewarnaan Gram ditemukan bakteri berwarna ungu akibat pewarnaan karbol gentian violet maka bakteri tersebut adalah Gram positif yang mempertahankan zat bewarna ungu. Dan bila ditemukan bakteri bewarna merah akibat pewarnaan fuschin maka bakteri tersebut adalah bakteri Gram negatif Mekanisme Penyerapan Zat Warna oleh Gram Positif dan Gram Negatif Pada pewarnaan Gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas sehingga membentuk pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu kristal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut pewarna primer (primary stain). Selanjutnya mordant (penajam). Setelah iodin dicuci dengan baik, bakteri Gram positif maupun Gram negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan fuschin yang merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan bakteri yang berwarna merah digolongkan ke dalam Gram negatif. Dunkelberg merupakan orang yang pertama mengusulkan pemeriksaan hapusan vagina dengan menggunakan pewarnaan Gram untuk diagnosis VB. Spiegel dkk kemudian mempublikasikan petunjuk klinis dari pewarnaan Gram. Sistem skoring pada pewarnaan Gram dipakai sebagai metode standar untuk 40

16 diagnosis VB. Pemeriksaan pewarnaan Gram ini memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas 83%. 2,41 Baku emas diagnosis VB adalah skor Nugent pada pewarnaan Gram, dimana metode ini telah terbukti memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Metode Nugent menilai berbagai morfotipe flora vagina pada sediaan hapus pewarnaan Gram, untuk mendeteksi pergeseran flora normal vagina oleh mikroorganisme lain. Skoring berdasarkan tiga morfotipe, yaitu : bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil atau bervariabel (Gardnerella dan bakteri batang anaerob) dan bakteri batang bengkok Gram negatif/bakteri Gram variabel. 2,5,16 A B C Gambar 2.1. Gambaran morfologi mikroorganisme pada pewarnaan Gram *Dikutip sesuai kepustakaan no. 40,41

17 Gambar A : Bakteri Gram positif yang tampak pada pewaranaan Gram ditemukan bakteri berwarna ungu akibat pewarnaan gentian violet, Gambar B : Bakteri Gram negatif yang pada pewarnaan Gram tampak bakteri berwarna merah akibat pewarnaan fuschin, Gambar C : Bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif

18 2.4. Kerangka Teori Faktor risiko : -Aktifitas seksual -IUD -Douching -Merokok -Ras VAGINOSIS BAKTERIAL Etiologi gangguan keseimbangan mikroorganisme, contohnya : bakteri batang Gram positif besar (Lactobacillus), bakteri batang Gram negatif kecil dan variabel (Gardnerella dan aneorob), bakteri batang bengkok Gram negatif/batang Gram variabel Diagnosis Kriteria Amsel Sekret vagina putih keabuabuan Fishy odor (whiff test (+)) ph vagina >4,5 Clue cells >20% Rapid test Rapid card for detection ph amine Rapid colometric test for sialidase BV Blue test Pewarnaan Gram Skor Nugent 7 Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian

19 2.5. Kerangka Konsep Vaginosis Bakterial Skor Nugent pada pewarnaan Gram Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang ditandai adanya konsentrasi Lactobacillus sebagai flora normal vagina digantikan oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) merupakan gangguan pada traktus genital bagian bawah yang paling sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakterial Vaginosis 2.1.1 Pengertian Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu sindrom perubahan ekosistem vagina dimana terjadi pergantian dari laktobasillus yang normalnya memproduksi

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita. 1. berwarna selain itu, bisa berwarna abu-abu, kehijauan bahkan merah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan suatu hal yang wajar dialami oleh wanita pada usia subur. Keputihan bisa terjadi setiap sesudah dan sebelum menstruasi akibat ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN LAMPIRAN 1. NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN Selamat pagi/siang. Perkenalkan nama saya dr. Liza Arianita. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakterial vaginosis (BV) adalah sindrom klinik akibat pergantian laktobasillus Spp penghasil H 2 O 2 (Hidrogen Peroksida) yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lactobacillus merupakan bakteri dominan di dalam vagina wanita yang berperan sebagai regulator flora normal vagina. Peran tersebut dilakukan dengan memproduksi asam

Lebih terperinci

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan

Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Duh Tubuh Vagina (Vaginal Discharge) Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan Prof. dr. Junizaf, SpOG(K) dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

Profil vaginosis bakterial di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2011-Desember 2015

Profil vaginosis bakterial di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2011-Desember 2015 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 206 Profil vaginosis bakterial di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 20-Desember 205 Romauli E. Siahaan

Lebih terperinci

PROFIL SKOR NUGENT BERDASARKAN PEWARNAAN GRAM PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS. Oleh LIZA ARIANITA NIM :

PROFIL SKOR NUGENT BERDASARKAN PEWARNAAN GRAM PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS. Oleh LIZA ARIANITA NIM : PROFIL SKOR NUGENT BERDASARKAN PEWARNAAN GRAM PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS Oleh LIZA ARIANITA NIM : 097105009 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK KONSENTRASI ILMU

Lebih terperinci

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari

Meet The Expert Fertilitas & Praktik Obgyn Sehari-hari Editor: Hanom Husni Syam Anita Rachmawati Cover dan layout: Edwin Kurniawan Diterbitkan oleh: Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP dr. Hasan Sadikin Jl.

Lebih terperinci

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS. Oleh LIZA ARIANITA NIM :

UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS. Oleh LIZA ARIANITA NIM : UJI DIAGNOSTIK KRITERIA AMSEL PADA PASIEN VAGINOSIS BAKTERIAL DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS Oleh LIZA ARIANITA NIM : 097105009 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KONSENTRASI ILMU KESEHATAN KULIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. etiologinya. Namun saat ini para ahli menyatakan kuman Gardnerella vaginalis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. etiologinya. Namun saat ini para ahli menyatakan kuman Gardnerella vaginalis yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrobiologi BV Bakterial Vaginosis paling sering dijumpai sebagai penyebab infeksi vagina pada wanita pada masa produktif. Semula disebut sebagai vaginitis nonspesifik, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Servisitis adalah sindrom peradangan serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Perjalanan penyakit ini didahului dengan kondisi lesi pra-kanker leher rahim yaitu adanya

Lebih terperinci

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Karya Ilmiah Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Dr. RACHMAT HIDAYAT, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015 i LEMBAR PENGESAHAN Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang menyerang wanita. Kanker ini adalah kanker ketiga yang umum diderita oleh wanita secara global

Lebih terperinci

hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan menurunkan risiko komplikasi infeksi yang menyertai

hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis dan menurunkan risiko komplikasi infeksi yang menyertai Studi Retrospektif: Vaginosis Bakterial (A Retrosprective Study: Bacterial Vaginosis) Agustina Tri Pujiastuti, Dwi Murtiastutik Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI Tujuan: 1. Mempelajari cara menyiapkan olesan bakteri dengan baik sebagai prasyarat untuk memeplajari teknik pewarnaan 2. Mempelajari cara melakukan pewarnaan

Lebih terperinci

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. 2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala

BAB I PENDAHULUAN. Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leukorea atau keputihan (white discharge/flour albus) adalah gejala yang sering kali dialami oleh para wanita, sewaktu ada cairan (bukan darah) yang keluar

Lebih terperinci

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Sex, HIV, Drugs_July 10, 2014 WRESTI INDRIATMI 2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Wresti Indriatmi Dep. IK Kulit & Kelamin FKUI-RSCM Kelompok Studi IMS

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : NAMA : NUR MUH. ABDILLAH S. NIM : Q1A1 15 213 KELAS : TPG C JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopause Menopause, dari bahasa Yunani Menos (bulan) dan Pausis (berhenti) didefinisikan sebagai periode menstruasi terakhir. 9 Menopause merupakan suatu keadaan dimana menstruasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta rasa gatal setempat. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta rasa gatal setempat. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputihan Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta rasa gatal setempat. 6 Penyebab terbanyak keputihan

Lebih terperinci

Tabel 1. Dua puluh pola penyakit rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP DR Sardjito tahun 2014

Tabel 1. Dua puluh pola penyakit rawat jalan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP DR Sardjito tahun 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak spesies aerobik dan fakultatif-obligat anaerobik dapat hidup pada vagina normal seorang wanita usia reproduktif. Pada kondisi tersebut, spesies anaerob sepuluh

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. salah satu penyakit infeksi paling banyak di bagian obstetri ginekologi. Walaupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. salah satu penyakit infeksi paling banyak di bagian obstetri ginekologi. Walaupun 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi BV Infeksi BV merupakan infeksi paling sering pada vagina. Pada perkembangan selanjutnya kejadian infeksi BV meningkat pesat dan merupakan salah satu penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MIKROBA METODE PEWARNAAN GRAM : CLAUDIA PERTIWI MALIK : G : MUHAMMAD IQBAL MUSTAFA

IDENTIFIKASI MIKROBA METODE PEWARNAAN GRAM : CLAUDIA PERTIWI MALIK : G : MUHAMMAD IQBAL MUSTAFA JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM IDENTIFIKASI MIKROBA METODE PEWARNAAN GRAM NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN : CLAUDIA PERTIWI MALIK : G31116510 : III (TIGA) : MUHAMMAD IQBAL MUSTAFA LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondiloma akuminata (KA) merupakan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara-negara berkembang (World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual (Manuaba,2010

Lebih terperinci

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL Tingkat Kemampuan 2 Mendiagnosis dan merujuk 1. Epididimitis 2. Infeksi virus herpes- 2 Tingkat Kemampuan 3A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan prematur diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran serviks yang diikuti turunnya bayi pada usia kehamilan kurang dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Leukorea ( duh tubuh, keputihan, flour albus, white discharge )

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Leukorea ( duh tubuh, keputihan, flour albus, white discharge ) BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Leukorea Leukorea ( duh tubuh, keputihan, flour albus, white discharge ) adalah nama gejala yang diberikan pada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa peradangan di uretra, rektum, atau servik yang disebabkan oleh kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan yang dalam istilah medis disebut fluor albus atau leucorrhoea merupakan cairan yang keluar dari vagina (Mansjoer, 2000:376). Keputihan dapat terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Kanker Servix Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari Candida sp. terutama Candida albicans (Sobel, Faro et al. 1998).

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora normal rongga mulut terdiri dari berbagai mikroflora termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus; bakteri merupakan kelompok yang predominan. Bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis gonore didefinisikan sebagai infeksi menular seksual (IMS) pada endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae (N.gonorrhoeae).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kanker serviks merupakan salah satu masalah kesehatan serius negara-negara di dunia. Saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% -

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis penyakit menular seksual. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta dan Bandung pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Papilomavirus (HPV) merupakan virus yang paling umum menginfesi saluran reproduksi. Wanita maupun pria akan terkena infeksi virus ini ketika mereka telah aktif

Lebih terperinci

Teknik Identifikasi Bakteri

Teknik Identifikasi Bakteri MODUL 5 Teknik Identifikasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Teknik Pewarnaan GRAM (Pewarnaan Differensial) 2. Uji Katalase 3. Pembuatan stok agar miring TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mempelajari cara menyiapkan apusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BAKTERIOLOGI TUMBUHAN Pewarnaan Gram, Uji KOH dan Pewarnaan Spora OLEH: FITRAH AULIA NIM: D1 B

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BAKTERIOLOGI TUMBUHAN Pewarnaan Gram, Uji KOH dan Pewarnaan Spora OLEH: FITRAH AULIA NIM: D1 B LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BAKTERIOLOGI TUMBUHAN Pewarnaan Gram, Uji KOH dan Pewarnaan Spora OLEH: FITRAH AULIA NIM: D1 B1 12 031 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Karakteristik morfologi L. plantarum yang telah didapat adalah positif, berbentuk batang tunggal dan koloni berantai pendek. Karakteristik

Lebih terperinci

MAKALAH. PEWARNAAN SEDERHANA, NEGATIF, KAPSUL dan GRAM. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi yang Diampu Oleh. Drs. Bambang Iskamto, M.

MAKALAH. PEWARNAAN SEDERHANA, NEGATIF, KAPSUL dan GRAM. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi yang Diampu Oleh. Drs. Bambang Iskamto, M. MAKALAH PEWARNAAN SEDERHANA, NEGATIF, KAPSUL dan GRAM Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi yang Diampu Oleh Drs. Bambang Iskamto, M.Si Disusun Oleh : RINA LESTARI 122100249 PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Teori Ketuban Pecah Dini 2.1.1. Definisi Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak diantaranya adalah Gonorea, Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, Kandidiasis dan Trichomonas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kontrasepsi jangka panjang IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang sangat populer

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2010 Ida Susila* Eka Junia Imawan** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (fluor albus) merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Padahal,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL

HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL HUBUNGAN ANTARA TERJADINYA BAKTERIAL VAGINOSIS DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL Salsabella Indriana P. 1, Widyawati 2, Desy Armalina 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita. Periode ini terjadi karena adanya penurunan sekresi hormon estrogen dan progesteron dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK VAGINAL DISCHARGE Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Tahun Akademik 2014-2015 SISTEM REPRODUKSI Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 SISTEM REPRODUKSI TEKNIK

Lebih terperinci