IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknologi Proses Pembuatan Selai Nenas 1. Persiapan bahan Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan bahan baku yaitu nanas Gati yang sudah masak optimum, segar dan tidak busuk atau lembek dan nanas Gati yang setengah matang. Keadaan buah yang digunakan sangat menentukan dalam pembuatan selai. Buah yang akan dijadikan selai dipilih yang bermutu baik, belum busuk dan sudah cukup tua. Nanas Gati yang masak optimum memiliki ciri-ciri yaitu seluruh mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat, warna bagian dasar buah kuning atau keseluruhan warna kulit telah menjadi kuning, timbul aroma nanas yang harum dan khas. Nanas Gati yang setengah matang memiliki warna kulit yang mulai kuning di sebagian tempat, aroma khas nanas belum ada, seluruh mahkota buah terbuka (Gambar 3). Menurut Fachruddin (1997), agar diperoleh selai yang aromanya harum dan konsistensinya (kekentalan) sebaiknya digunakan campuran buah setengah matang dan buah yang matang penuh atau optimal. Buah setengah matang akan memberi pektin dan asam yang cukup, sedangkan buah yang matang penuh akan memberikan aroma yang baik. (a) (b) Gambar 3. Buah nanas Gati setengah matang (a) dan matang optimum (b) 18

2 Langkah selanjutnya menyiapkan bahan-bahan tambahan seperti gula pasir, pengental (nutrijel), sari jeruk, cengkeh, kayu manis dan garam. Komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan selai nanas organik dapat dilihat pada Tabel 2. Buah nanas terlebih dahulu dicuci dengan air mengalir agar kotoran-kotoran seperti tanah dan sebagainya yang menempel di kulit buah nanas terbuang dengan tujuan meminimalkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, lalu dikeringkan atau diangin-anginkan, setelah itu buah nanas dikupas dengan pisau stainless steel. Bagian buah yang tidak dapat dimanfaatkan seperti biji, kulit, mahkota buah dan bagian tengah buah (hati) dibuang. Nanas yang telah dikupas lalu diparut menjadi bubur nanas. Tabel 2. Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat selai nanas organik dalam 1000 gram bubur nanas. Nama Bahan Satuan Jumlah % Bubur nanas g ,709 Gula pasir g 350 0,248 Pengental g 5 0,004 Sari jeruk peras g 50 0,035 Cengkeh g 2 0,001 Kayu manis g 2 0,001 Garam g 2 0, Pemasakan Semua bahan-bahan tambahan (gula, pengental, sari jeruk, cengkeh dan kayu manis) dicampurkan ke dalam bubur nanas lalu diaduk sampai semua bahan tercampur rata. Bubur nanas yang telah tercampur rata dimasak dengan menggunakan api sedang, diaduk (menggunakan sendok kayu) terus sampai bubur nanas mengental. Menurut Fachruddin, (1997) Pengadukan selai jangan terlalu cepat karena akan menimbulkan gelembung udara yang akan merusak tekstur dan penampakan akhir. Pada saat bubur nanas mulai mendidih, ditambahkan garam lalu diaduk kembali hingga tercampur sempurna. Pada saat bubur nanas sudah mulai mengental, api dikecilkan agar tidak gosong (browning). Pemasakan selai membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dan selama penyimpanan masih mempertahankan struktur gel serta tidak berkristal. 19

3 Pemanasan diperlukan untuk menghomogenkan campuran buah serta menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel. Pembuatan selai pada penelitian ini dilakukan pada titik didih C C. Akan tetapi, titik didih ini dapat bervariasi menurut buah atau perbandingan gula dan lain-lain. Menurut Satuhu (2004), proses pemasakan memerlukan kontrol yang baik karena pemasakan berlebihan menyebabkan tekstur selai yang keras dan terbentuk kristal gula sedangkan pemasakan yang kurang akan menghasilkan selai yang encer sehingga kurang bagus. Menurut Suryani et al. (2004), pada saat pemasakan selai sering terbentuk gelembung atau busa. Hal ini juga terjadi pada saat pembuatan selai nanas organik. Busa yang terbentuk ini harus disingkirkan supaya selai yang dihasilkan bersih. Menurut Buckle et al. (2007) pembentukan gel hanya mungkin terjadi pada ph 3,2-3,4. Dengan semakin menurunnya ph, ketegaran gel yang terbentuk akan semakin meningkat. Hasil selai yang dibuat pada penelitian memiliki ph 3,38 sehingga bisa dikatakan telah sesuai dengan teori yaitu terbentuknya ketegaran gel yang bagus. Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan air dan pektin yang ada. Buah yang kandungan pektinnya rendah seperti nanas (0,06-0,16%), maka penambahan gula sebaiknya lebih rendah dari 55 bagian, karena buahnya sendiri telah mengandung sejumlah gula yang perlu diperhitungkan. Sebaliknya, buah yang kandungan pektinnya tinggi seperti cempedak dan apel, maka penambahan gula sebaiknya lebih banyak. Kandungan gula yang ideal pada produk selai berkisar 60-65% (Fachruddin, 1997). Ciri selai yang sudah masak adalah cairannya sudah kental dan sudah membalut punggung sendok kayu. Untuk menguji tingkat kematangannya dapat dilakukan dengan cara, yaitu sendok dicelupkan ke dalam bubur nanas yang mulai mengental, lalu jatuhkan selai yang ada di sendok, jika jatuhnya terputus-putus atau tidak mengucur maka selai dianggap sudah masak. 20

4 3. Pengemasan Sebelum selai dikemas maka terlebih dahulu kemasan disterilkan terutama untuk kemasan gelas jar. Kemasan gelas jar disterilkan dalam oven bersuhu C selama 30 menit dan merebus tutup-tutup botolnya selama 30 menit. Gelas jar akan dikeluarkan dari oven jika akan melakukan pengemasan, sehingga gelas jar tidak tercemar kembali oleh udara dari luar serta menghambat atau mencegah pertumbuhan kapang dan mikroba. Tutup jar yang telah direbus harus dikeringkan dengan lap bersih sebelum menutup jar. Menurut Suryani et al., (2004) proses pengisian produk ke dalam kemasan merupakan faktor penting untuk menunjang keawetan produk. Pengisian hendaknya dilakukan dalam kondisi steril. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi produk yang dapat menyebabkan produk jadi mudah berjamur. Proses penutupan wadah yang benar juga bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk Setelah proses pembuatan selai selesai, selanjutnya selai dimasukkan kedalam wadah. Kemasan yang digunakan untuk mengemas selai nanas adalah gelas jar 350 g dan plastik polypropilen 0,8. Pertumbuhan kapang dan mikroba dicegah dengan memasukkan segera selai yang masih panas dengan suhu C ke dalam jar yang masih panas atau disebut sebagai pengisian panas (hot filling), kemudian gelas jar ditutup rapat. Sama halnya dengan kemasan gelas jar, selai yang masih panas segera dimasukan ke dalam kemasan plastik polypropilen kemudian diseal dengan menggunakan sealer. Setelah semua kemasan gelas jar dan plastik polypropilen terisi selai maka langkah selanjutnya dilakukan pengukusan selama 15 menit dengan suhu antara C. Pengukusan atau pasteurisasi dilakukan agar dapat menghambat pertumbuhan kapang, khamir dan mikroba. Kemasan yang telah dikukus lalu didinginkan di suhu ruang. 21

5 B. Karakteristik Produk Selai nanas organik yang dibuat pada penelitian ini menggunakan nanas yang ditanam secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia ataupun pestisida serta tanpa penambahan bahan-bahan kimia. Adapun analisis proksimat selai nanas organik sebelum penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis proksimat selai nanas organik Analisis Hasil analisis (%) Kadar Air 34,40 Kadar Abu 0,73 Kadar Protein 0,88 Kadar Lemak 0,58 Karbohidrat 63,41 Air yang teranalisis pada penetapan kadar air adalah air bebas yang ada dalam bahan. Dalam hal ini termasuk juga air yang terikat secara fisik, yaitu air yang terkurung diantara misel-misel hidrokoloid. Berdasarkan SNI No , mensyaratkan kadar air selai maksimum 35% karena merupakan makanan semi basah. Kadar air selai ditetapkan maksimum 35% kemungkinan berhubungan dengan keteguhan (kemampuan untuk mempertahankan bentuk) dari selai dimana pada kadar air lebih dari nilai tersebut selai kurang stabil. Hasil proksimat menunjukan selai memiliki kadar air 34,40 %, nilai tersebut termasuk dalam range kadar air pada SNI sehingga bisa dikatakan selai nanas pada penelitian ini telah sesuai dengan standar SNI yang berlaku. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam selai nanas. Menurut Sagara et al. (1989), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Kadar abu yang dihasilkan 0,73%, artinya selai nanas memiliki sedikit kandungan mineral sehingga menurut Sudarmadji et al. (1989) bisa dikatakan selai nanas yang dibuat sedikit mengandung mineral dan proses pengolahannya bersih dari biji atau mata nanas. Semakin tinggi kadar abu 22

6 maka produk kurang bersih dalam pengolahannya. Rendahnya kadar abu ini menunjukan bahwa kandungan mineral dan ion-ion organik yang terkandung dalam nanas yang menjadi komponen utama produk tersebut tergolong rendah. Kadar abu yang rendah juga disebabkan oleh kandungan mineral dari bahan-bahan yang ditambahkan dalam formulasi produk rendah Kadar protein yang terkandung dalam produk selai nanas organik adalah sebesar 0,88%. Protein merupakan substrat yang dapat digunakan langsung oleh mikroorganisme sebagai media pertumbuhannya. Selain itu, kadar protein juga menentukan mutu suatu bahan pangan. Hal ini dikemukakan oleh Winarno et al. (1980) yang menyatakan bahwa pada umumnya kadar protein di dalam bahan pangan menentukan mutu bahan pangan itu sendiri. Kadar lemak produk selai nanas organik berdasarkan hasil pengujian menunjukan nilai 0,58%. Rendahnya kadar lemak ini dikarenakan selai nanas organik bukanlah produk berlemak, sehingga lemak yang didapat di dalam selai nanas organik ini kecil. Meski dinilai kecil, adanya kandungan lemak dapat menyebabkan penurunan mutu selama penyimpanan di antaranya terjadinya penyimpangan bau dan rasa. Kadar karbohidrat by difference selai nanas organik setelah dihitung adalah 63,41%. Menurut Winarno (1997), karbohidrat memiliki peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lainnya. Besarnya kandungan karbohidrat yang terdapat pada selai nanas organik dapat menyebabkan penurunan mutu selai nanas organik, salah satunya adalah terjadi perubahan warna pada selai yang disebabkan oleh reaksi oksidasi. Menurut Stuckey (1981), pada karbohidrat reaksi oksidasi biasanya menimbulkan perubahan warna dan cita rasa. Perubahan warna terjadi, biasanya menjadi coklat atau coklat kemerahan. Proses pembuatan selai nanas organik tidak begitu berbeda dengan pembuatan selai pada umumnya, yaitu terbuat dari buah-buahan dengan penambahan gula, asam dan pengental. Perbedaan selai nanas organik dengan selai nanas pada umumnya, yaitu terletak pada pemakaian bahanbahan bakunya. Selai nanas organik dibuat dengan menggunakan bahan baku 23

7 nanas organik (buah nanas yang ditanam tanpa menggunakan pupuk kimia atau pestisida) dan bahan-bahan tambahan alami yaitu pengental (nutrijel), sari jeruk, gula, kayu manis, cengkeh dan garam, sedangkan selai nanas yang ada dipasaran untuk mendapatkan konsistensi yang baik, umumnya dalam pembuatan selai ditambahkan bahan-bahan tambahan, seperti carboxy methyl cellulose (CMC) yang berfungsi sebagai pengental, natrium benzoate sebagai pengawet, color agent ditambahkan untuk mendapatkan warna buah yang diinginkan, dan lain-lain. Sayangnya bahan-bahan tersebut merupakan bahan kimia yang dapat terakumulasi dalam tubuh. Gula yang digunakan dalam pembuatan selai nanas berupa sukrosa karena sukrosa yang lebih dikenal dengan gula pasir memiliki keuntungan seperti murah dan mudah didapat. Tujuan penambahan gula dalam pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan dan rasa flavor yang ideal. Menurut Muchtadi (1997), gula dapat berfungsi sebagai pengawet. Pada konsistensi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut), larutan gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, ragi, dan kapang atau biasa disebut sebagai fungsi humektan. Mekanismenya, gula menyebabkan dehidrasi sel mikroba sehingga sel mengalami plasmolisis dan terhambat siklus perkembangbiakan disertai tingkat keasaman yang rendah dan pasteurisasi atau dengan kata lain sebagian air yang ada terikat oleh gula sehingga menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (a w ) dari bahan pangan berkurang. Padahal mikroorganisme memiliki kebutuhan a w minimum untuk pertumbuhannya. Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan gula akan mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir karagenan terjadi lebih lambat, akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Menurut winarno (1997), adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap kerusakan mekanik. Sari buah jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck) digunakan dalam pembuatan selai nanas organik sebagai peningkat rasa asam sehingga terbentuk gel dengan struktur yang kuat dan memberikan flavor dalam selai. 24

8 Penambahan asam (sari buah jeruk) bertujuan untuk menurunkan ph bubur buah karena struktur gel hanya terbentuk pada ph rendah dan menghindari terjadinya pengkristalan gula. Menurut Arthey dan Ashurst (1996) bila tingkat keasaman buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan jumlah gula yang mengalami inversi. Jumlah gula yang mengalami inversi selama pendidihan sangat penting untuk menghindari terjadinya pengkristalan gula. Hal ini disebabkan, jika jumlah gula inversi semakin banyak maka molekul glukosa yang kurang melarut kemudian akan mengkristal. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung dari keasaman buah dan ph akhir selai yang dikehendaki. Asam pada konsentrasi yang cukup dapat menyebabkan kerusakan protein, yang disebut denaturasi. Oleh karena sel mikroba terbentuk dari protein, maka pemberian asam pada bahan pangan dapat menghambat pertumbuhannya. Garam dalam pengolahan digunakan dalam jumlah sedikit, berfungsi sebagai penambah cita rasa. Penambahan kulit kayu manis (Cinnamomun burmanni) pada pembuatan selai berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Penambahan cengkeh (Syzygium aromaticum,(linn.) Merr.) yang merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkeh dalam pembuatan selai ini berfungsi sebagai penambah aroma. Pada penelitian ini, pembentuk gel atau pengental yang digunakan adalah produk nutrijel. Nutrijel merupakan merek dagang, dimana keunggulan dari nutrijell tersebut dilihat dari komposisinya yaitu campuran antara karagenan dengan konyaku akan menghasilkan gel yang lebih elastis. Selain itu konyaku mengandung serat tinggi, rendah lemak dan kalori. Nutrijell digunakan pada pembuatan selai ini karena mudah didapat serta harganya relatif lebih murah. Selanjutnya selai nanas disimpan dalam inkubator pada suhu 25, 35 dan 45 C, dalam dua jenis kemasan yaitu plastik polypropilen 0,8 dan gelas jar. Analisis yang dilakukan selama penyimpanan yaitu kadar air, total asam, ph dan warna. 25

9 1. Kadar air Hasil pengamatan kadar air selama penyimpanan untuk kemasan polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran Kadar Air (%) Kadar Air (% ) Lama Penyimpanan (Hari) PP 25 PP 35 PP 45 (a) Lama Penyimpanan (Hari) JAR 25 JAR 35 JAR 45 Gambar 4. Perubahan kadar air selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar (b) Pada Gambar 4 (a). menunjukkan bahwa perubahan kadar air selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan polypropilen meningkat dengan segera setelah penyimpanan (pengukuran minggu pertama), selanjutnya cenderung turun, naik atau relatif tetap pada kisaran persen. Begitu juga dengan kemasan gelas jar, terlihat dari gambar 4 (b), terjadi kenaikan pada minggu pertama penyimpanan, selanjutnya cenderung naik, turun atau relatif tetap pada kisaran persen. 26

10 Perubahan tersebut terjadi secara spontan, hal ini terjadi karena selama penyimpanan selai akan menyeimbangkan kandungan airnya dengan kelembaban udara di lingkungan, sehingga jika kelembaban udara nisbi lebih besar dari kadar airnya, maka terjadi penyerapan uap air dari udara yang mengakibatkan kadar air selai meningkat. Perubahan kadar air bahan juga dipengaruhi oleh permeabilitas kemasan. Permeabilitas tiap-tiap kemasan berbeda dan akan berpengaruh pada laju transmisi uap air. Semakin kecil laju transmisi uap air suatu kemasan menunjukan semakin sedikit jumlah uap air yang mampu menembus bahan. Laju transmisi uap air pada kemasan plastik polypropilen lebih besar dibandingkan dengan laju transmisi uap air pada kemasan gelas jar sehingga uap air mudah masuk dan keluar. Hal ini menyebabkan perubahan kadar air yang dikemas dengan plastik polypropilen lebih besar dibandingkan dengan yang dikemas pada gelas jar. Akan tetapi, pada penelitian ini perubahan kadar air selai yang dikemas plastik polypropilen dengan semakin tingginya suhu penyimpanan menyebabkan kandungan kadar air lebih kecil dibandingkan dengan selai yang dikemas pada gelas jar. Hal ini disebabkan akibat peningkatan suhu yang mempengaruhi pemuaian gas sehingga terjadi perbedaan konstanta permeabilitas. Keberadaan air akan menimbulkan perenggangan pada pori-pori film sehingga meningkatkan permeabilitas. Kemasan gelas yang bersifat kedap seharusnya dapat mempertahankan kadar air selai nanas yahg dikemas di dalamnya. Akan tetapi, peningkatan kadar air selai nanas yang dikemas pada gelas jar pada penelitian ini justru paling tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat rongga pada penutup ulir gelas jar, sehingga udara luar dapat memasuki kemasan. Hal ini dapat diminimalisasi dengan menggunakan cupsealling pada tutup. 2. Total asam Asam yang banyak dikandung oleh nanas adalah asam sitrat dan asam malat. Buah-buahan pada umumnya memiliki frekuensi kadar asam yang relatif tinggi. Semua buah-buahan mengandung asam organik 27

11 terutama pada buah yang masih muda (belum matang). Asam organik tersebut antara lain asam asetat, asam format, asam malat dan asam sitrat. Hasil pengamatan total asam selama penyimpanan untuk kemasan pastik polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 3. Total Asam (gr/100gr) 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0, Lama Penyimpanan (Hari) PP25 PP35 PP45 (a) 1,2 Total Asam (gr/100gr) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0, Lama Penyimpanan (Hari) JAR25 JAR35 JAR45 (b) Gambar 5. Perubahan total asam selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar Total asam produk yang teranalisis berupa asam-asam organik yang berasal dari selai. Kecenderungan total asam yang didapat selama penyimpanan jika dilihat dari gambar 5 (a) dan (b), maka didapat grafik yang cenderung linier. Pada Gambar 5 (b), terlihat bahwa pada minggu pertama penyimpanan total asam pada kemasan gelas jar cenderung naik lalu kemudian turun atau relatif tetap pada kisaran 0,9-1,1 g/100g. Hal 28

12 ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kemungkinan adanya reaksi kimia pada produk (pembentukan aldehid dari asam amino) dan pertumbuhan jumlah kapang yang menghasilkan etil alcohol, asam asetat, diacetyl dan asam laktat D-L. Selain itu pada Gambar 5 (a), pada kemasan polypropilen pada minggu pertama penyimpanan total asam cenderung turun lalu naik atau relatif tetap pada kisaran 0,9-1,1 g/100g. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan gula pasir ke dalam selai nanas, juga dipicu oleh adanya kontak dengan suhu tinggi baik saat pemasakan maupun saat penyimpanan berlangsung sehingga terjadi hidrolisis dan mengubah gula menjadi gula invert. Suhu tinggi akan semakin meningkatkan aktivitas enzim askorbat oksidase yang dapat mengoksidasi asam-asam organik dalam buah-buahan. 3. ph Salah satu faktor pada pangan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah ph, yaitu suatu nilai yang menunjukan keasaman atau kebasaan. Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada ph netral, dan ph 4,6-7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan kamir dapat tumbuh pada ph yang lebih rendah. Penurunan ph merupakan salah satu prinsip pengawetan pangan untuk mencegah pertumbuhan kebanyakan mikroba. Prinsip ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan asam ke dalam makanan. Hasil pengamatan ph selama penyimpanan untuk kemasan plastik polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 4. Jika dilihat dari Gambar 6. terlihat bahwa nilai ph sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan berkisar antara 3,38-3,67. Nilai ph yang didapat telah sesuai dengan teori Suryani et al., (2004), yaitu untuk mendapatkan gel dan aroma selai yg baik pada batasan ph antara 3,0-3,7. Kecenderungan nilai ph yang didapat selama penyimpanan jika dilihat dari Gambar 6. didapat grafik yang cenderung datar atau linier. 29

13 ph 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0, Lama Penyimpanan (Hari) PP25 PP35 PP45 (a) ph 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0, Lama Penyimpanan (Hari) JAR25 JAR35 JAR45 (b) Gambar 6. Perubahan total asam selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar Pada Gambar 6 (a) dan (b) terlihat bahwa kenaikan suhu penyimpanan untuk kemasan polypropilen tidak terlalu ada perubahan yang signifikan pada ph yang dihasilkan begitu juga dengan kemasan gelas jar. Walaupun ada sedikit kenaikan ph pada kedua kemasan selama penyimpanan, hal ini disebabkan terjadinya proses inversi atau pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa karena adanya panas, asam dan adanya kenaikan kadar air selama penyimpanan, yang 30

14 kemudian dapat meningkatkan kelarutan sukrosa. Kedua jenis kemasan dan suhu penyimpanan tidak memberikan perbedaan perubahan ph Pengukuran ph penting dilakukan karena ph mempengaruhi tekstur selai, serta retensi flavor dan warna produk buah-buahan. Nilai ph mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba. Selain mengatur atau membatasi pertumbuhan mikroba, pengontrolan ph bertujuan pula untuk mengatur aktivitas enzimatis. Untuk mencegah terjadinya kristalisasi selama penyimpanan, selai mempunyai kisaran ph normal 3,4-3,7 (Suryani et al., 2004). Teori tersebut terbukti pada penelitian ini, dimana selai nanas selama penyimpanan memiliki ph berkisar antara 3,38-3,67. Bila peningkatan nilai ph dihubungkan dengan peningkatan jumlah mikroba, maka diduga bahwa peningkatan nilai ph disebabkan oleh mikroba penghidrolisa pektin dan pengoksidasi asam-asam organik menjadi karbonat. 4. Warna Analisis terakhir yaitu pengujian warna selama penyimpanan. Warna adalah hasil persepsi dari pemantulan cahaya setelah berinteraksi dengan suatu objek. Warna dari suatu objek dapat diartikan dalam tiga dimensi, yaitu derajat hue, yang merupakan persepsi konsumen terhadap warna dari suatu objek, kecerahan, dan saturasi yang merupakan tingkat kemurnian dari suatu warna. Tingkat kecerahan menunjukan hubungan antara cahaya yang dipantulkan dan yang diserap dari suatu objek. Warna merupakan atribut utama pada penampakan produk pangan dan merupakan karakteristik yang penting pada kualitasnya. Beberapa alasan mengenai keutamaannya adalah warna digunakan sebagai standar dari suatu produk, penggunaannya sebagai penentu kualitas, warna digunakan juga sebagai indikator kerusakan biologis dan atau fisiko kimia, dan penggunaan warna untuk memprediksi karakteristik parameter kualitas lainnya (Soekarto, 1981). Pengujian terhadap warna produk selai nanas organik ini dilakukan untuk melihat pengaruh waktu penyimpanan terhadap warna 31

15 produk. Pengujian dengan menggunakan Colorimeter memberikan tingkat kecerahan produk yang dibaca sebagai nilai L. Perubahan tingkat kecerahan (nilai L) selai nanas organik pada kemasan gelas jar dan plastik polypropilen dengan suhu penyimpanan 25, 35 dan 45 0 C dapat dilihat pada Gambar 7. Data nilai warna selama penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran Kecerahan Lam a Penyimpanan (Hari) PP 25 PP 35 PP 45 (a) Kecerahan Lama Penyimpanan (Hari) JAR 25 JAR 35 JAR 45 (b) Gambar 7. Perubahan warna (L) selai nanas organik selama penyimpanan : (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar Berdasarkan grafik pada Gambar 7 (a) dan (b), dapat dilihat bahwa nilai kecerahan selai nanas organik cenderung turun pada semua jenis kemasan dan suhu penyimpanan selama waktu penyimpanan. 32

16 Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka tingkat penurunan nilai kecerahan selai nanas organik juga semakin tinggi (perhitungan laju penurunan kecerahan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7). Hal ini disebabkan, adanya reaksi pencoklatan nonenzimatis yang sering terjadi selama penyimpanan bahan pangan yang juga dikenal sebagai reaksi Maillard. Reaksi ini merupakan suatu hasil sejumlah reaksi yang cukup kompleks yang biasanya terjadi antara pereaksi gula reduksi dan gugus amino dari asam amino atau protein. Akibat reaksi tersebut adalah perubahan baik sifat-sifat kimiawi dan fisiologi protein. Sehingga mempengaruhi nilai gizi bahan pangan pada warna dan tekstur. Baik suhu dan kadar air mempunyai pengaruh khusus pada reaksi pencoklatan nonenzimatis. Reaksi pencoklatan nonenzimatis akan terjadi apabila tersedia bahan-bahan pereaksinya yaitu gula-gula pereduksi dan gugus reaktif asam amino. Seringkali reaksi ini dapat juga terjadi walau secara langsung tidak ditemukan gula pereduksi dalam sistem. Misalnya hanya ditemukan sukrosa yang ternyata dalam kenyataannya dapat terhidrolisis menjadi gula-gula pereduksi glukosa dan fruktosa, sehingga tingkatan hidrolisis ini menjadi batasan reaksi pencoklatan nonenzimatis (Purnomo, 1995) C. Pendugaan Umur Simpan Selai nanas merupakan bahan makanan yang mudah rusak akibat pengaruh lingkungan. Menurut Singh (1994), faktor luar yang dapat memicu terjadinya reaksi yang akan menurunkan mutu makanan adalah suhu, kelembaban, oksigen dan cahaya. Dalam berbagai literatur dikatakan bahwa suhu memainkan peranan yang sangat penting terutama dalam hal penyimpanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan menyebabkan peningkatan laju penurunan mutu yang terdapat pada makanan tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pendugaan umur simpan selai nanas dengan menggunakan metode akselerasi (penyimpanan yang dipercepat) 33

17 dengan cara menaikan suhu penyimpanan yang diharapkan akan menurunkan mutu selai nanas sehingga dapat mempercepat penentuan masa simpan. Penentuan parameter kritis didasarkan pada penurunan mutu produk selama masa penyimpanan. Beberapa parameter mutu yang diamati, yaitu kadar air, warna produk, total asam dan ph. Pemilihan parameter kritis produk ditentukan oleh parameter mutu yang paling berpengaruh dalam menyebabkan kerusakan produk sehingga mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap produk tersebut. Parameter mutu yang dijadikan sebagai parameter kritis dalam pendugaan umur simpan selai nanas organik ini adalah parameter kadar air. Kadar air merupakan parameter penting yang sangat berpengaruh pada mutu produk pangan semi basah. Selai nanas organik termasuk dalam produk pangan semi basah. Oleh karena itu, kadar air digunakan sebagai parameter kritis dalam pendugaan umur simpan selai nanas organik. Kadar air pada produk pangan semi basah akan berpengaruh pada parameter mutu yang lain. Kadar air digunakan sebagai parameter karena kadar air dapat merusak kriteria penerimaan konsumen terhadap produk. Semakin tinggi kadar air yang dikandung selai nanas, maka produk ini akan semakin jauh dari kriteria mutu selai yang diinginkan. Selain itu, kadar air yang semakin meningkat akan menyebabkan peningkatan laju kerusakan akibat adanya pertumbuhan kapang. Menurut Winarno et al. (1980), pengaruh kadar air sangat penting untuk menentukan masa simpan makanan, karena kadar air mempengaruhi sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko-kimia, perubahan kimia (browning nonenzimatis), kerusakan mikrobiologis dan perubahan enzimatis terutama pada makanan yang belum diolah. Parameter yang digunakan dalam penentuan umur simpan harus mempunyai titik kritis, dimana pada titik ini produk tidak dapat diterima lagi oleh konsumen. Penentuan titik kritis dapat dilakukan dengan penelitian atau berdasarkan sumber pustaka yaitu SNI Pada penelitian ini titik kritis menggunakan acuan dari SNI Nilai maksimal kadar air untuk selai nanas pada SNI adalah 35%. Pendugaan umur 34

18 simpan selai nanas organik pada masing-masing kemasan adalah sebagai berikut: 1. Kemasan gelas jar Selama penyimpanan, kadar air selai nanas mengalami perubahan seperti yang terlihat pada Lampiran 8. Langkah selanjutnya dalam pendugaan umur simpan adalah membuat analisis regresi linier perubahan mutu kadar air dari kemasan gelas jar dan lama penyimpanan seperti yang terlihat pada Gambar 8. Kadar Air (%) y = 0,0686x + 27,802 y = 0,8228x + 28,132 y = 0,0913x + 27, Lama Penyimpanan (Hari) JAR 25 JAR 35 JAR 45 Linear (JAR 25) Linear (JAR 35) Linear (JAR 45) Gambar 8. Grafik regresi linier kadar air pada kemasan gelas jar Setelah semua kadar air diplot seperti yang terlihat pada Gambar 8. maka didapat persamaan sebagai berikut: - Suhu 25 0 C, y = 0,0686X + 27,8022, dimana k = 0,0686 dan r = 0, Suhu 35 0 C, y = 0,0828X + 28,1322, dimana k = 0,0828 dan r = 0, Suhu 45 0 C, y = 0,0913X + 27,7611, dimana k = 0,0913 dan r = 0,8542 Dari persamaan regresi linear diatas didapatkan nilai k seperti yang tertulis dalam Tabel 4. Tabel 4. Nilai k dan ln k pada kemasan gelas jar Suhu a k lnk 1/T 25 0,0686 0,0686-2,680 0, ,0828 0,0828-2,492 0, ,0913 0,0913-2,393 0,

19 Setiap nilai ln k diplotkan sebagai absis terhadap suhu dalam satuan Kelvin sehingga diperoleh kurva seperti pada Gambar 9. Chart Title 0,0 0,0031-0,5 0, ,0032 0, ,0033 0, ,0034 ln k -1,0-1,5-2,0 y = -1362,8x + 1,9062 R 2 = 0,9743-2,5-3,0 1/T JAR Linear (JAR) Gambar 9. Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan gelas jar Berdasarkan kurva pada Gambar 9. dapat diperoleh persamaan regresi linier baru yaitu : Y = -1362,8X + 1,9062 (R 2 = 0,9743) Nilai derajat kemiringan dari persamaan garis tersebut merupakan nilai Ea/R dari persamaan Arrhenius sehingga dapat diperoleh nilai energi aktivasi yaitu sebagai berikut : -Ea/R = -1362,8K R = 1,986 kal/mol K, maka Ea = 2708,5 kal/mol Nilai intersep merupakan nilai ln ko dari persamaan Arrhenius, sehingga diperoleh nilai ko yang merupakan konstanta yang tidak bergantung terhadap suhu sebesar 6,7275. Dengan menggunakan persamaan Arrhenius maka diperoleh : K = ko e Ea/RT K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T) 36

20 Setelah persamaan di atas diperoleh, maka laju perubahan kadar air selai nanas dalam kemasan jar dapat ditentukan sebagai berikut : Suhu 25 0 C atau 298 K Suhu 35 0 C atau 308 K Suhu 45 0 C atau 318 K K = 6,7275 x e K = 6,7275 x e K = 0,0695 K = 6,7275 x e K = 6,7275 x e K = 0,0806 K = 6,7275 x e K = 6,7275 x e K = 0, ,8 (1/T) -1362,8 (1/298) -1362,8 (1/T) -1362,8 (1/308) -1362,8 (1/T) -1362,8 (1/318) Setelah mendapatkan laju perubahan kadar air selai nanas, selanjutnya pendugaan umur simpan selai nanas pada tiap-tiap suhu dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: Umur simpan = Kadar air kritis Kadar air awal Laju perubahan kadar air Suhu 25 0 C atau 298 K = 117,55 hari atau 3,92 bulan Suhu 35 0 C atau 318 K = 101,33 hari atau 3,38 bulan Suhu 45 0 C atau 308 K = 88,17 hari atau 2,94 bulan 2. Plastik polypropilen Selama penyimpanan, kadar air selai nanas mengalami perubahan seperti yang terlihat pada Lampiran 9. Langkah selanjutnya dalam pendugaan umur simpan adalah membuat analisis regresi linier perubahan mutu kadar air dari kemasan plastik polypropilen dan lama penyimpanan seperti yang terlihat pada Gambar

21 Kadar Air (%) y = 0,0775x + 27,574 y = 0,0881x + 26,320 y = 0,0930x + 25, Lama Penyimpanan (Hari) PP 25 PP 35 PP 45 Linear (PP 25) Linear (PP 35) Linear (PP 45) Gambar 10. Grafik regresi linier kadar air pada kemasan plastik polypropilen Setelah semua kadar air diplot seperti yang terlihat pada Gambar 10. maka didapat persamaan sebagai berikut: - Suhu 25 0 C, y = 0,0775X + 27,5740, dimana k = 0,0775 dan r = 0, Suhu 35 0 C, y = 0,0881X + 26,3198, dimana k = 0,0881 dan r = 0, Suhu 45 0 C, y = 0,0930X + 25,5760, dimana k = 0,0930 dan r = 0,7800 Dari persamaan regresi linear diatas didapatkan nilai k seperti yang tertulis dalam Tabel 5. Tabel 5. Nilai k dan ln k pada kemasan plastik polypropilen Suhu a k lnk 1/T 25 0,0775 0,078-2,557 0, ,0881 0,088-2,430 0, ,0930 0,093-2,375 0,0031 Setiap nilai ln k diplotkan sebagai absis terhadap suhu dalam satuan Kelvin sehingga diperoleh kurva seperti pada Gambar

22 Chart Title 0,0 0,0031 0, ,0032 0, ,0033 0, ,0034-0,5 lnk -1,0-1,5-2,0 y = -866,14x + 0,3603 R 2 = 0,9576-2,5-3,0 1/T PP Linear (PP) Gambar 11. Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan plastik polypropilen Berdasarkan kurva pada Gambar 11. dapat diperoleh persamaan regresi linier baru yaitu : Y = -866,14X + 0,3603 (R 2 = 0,9576) Nilai derajat kemiringan dari persamaan garis tersebut merupakan nilai Ea/R dari persamaan Arrhenius sehingga dapat diperoleh nilai energi aktivasi yaitu sebagai berikut : -Ea/R = -866,14 K R = 1,986 kal/mol K, maka Ea = 1720,15 kal/mol Nilai intersep merupakan nilai ln ko dari persamaan Arrhenius, sehingga diperoleh nilai ko yang merupakan konstanta yang tidak bergantung terhadap suhu sebesar 1,4338. Dengan menggunakan persamaan Arrhenius maka diperoleh : K = ko e Ea/RT K = 1,4338 x e -866,14 (1/T) Setelah persamaan di atas diperoleh, maka laju perubahan kadar air selai nanas dalam kemasan plastik polypropilen dapat ditentukan sebagai berikut : 39

23 Suhu 25 0 C atau 298 K Suhu 35 0 C atau 308 K Suhu 45 0 C atau 318 K K = 1,4338 x e K = 1,4338 x e K = 0,0783 K = 1,4338 x e K = 1,4338 x e K = 0,0861 K = 1,4338 x e K = 1,4338 x e K = 0, ,14 (1/T) -866,14 (1/298) -866,14 (1/T) -866,14 (1/308) -866,14 (1/T) -866,14 (1/318) Setelah mendapatkan laju perubahan kadar air selai nanas, selanjutnya pendugaan umur simpan selai nanas pada tiap-tiap suhu dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut: Umur simpan = Kadar air kritis Kadar air awal Laju perubahan kadar air Suhu 25 0 C atau 298 K = 104,20 hari atau 3,47 bulan Suhu 35 0 C atau 318 K = 94,80 hari atau 3,16 bulan Suhu 45 0 C atau 308 K = 86,77 hari atau 2,89 bulan Berdasarkan perhitungan umur simpan di atas, kemasan gelas jar memiliki umur simpan lebih lama dibandingkan plastik polypropilen. Selai nanas organik dalam kemasan gelas jar yang disimpan pada suhu 25 0 C memiliki umur simpan 117 hari, 101 hari pada suhu 35 0 C dan 88 hari pada suhu 45 0 C. Sedangkan selai nanas organik dalam kemasan plastik polypropilen yang disimpan pada suhu 25 0 C memiliki umur simpan 104 hari, 95 hari pada suhu 35 0 C dan 87 hari pada suhu 45 0 C. 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Pepaya Karakteristik permen jelly pepaya diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobiologis terhadap produk permen jelly pepaya.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat A. Penggunaan Siapa yang tidak kenal dengan selai? Bahan pelengkap dalam menyantap roti atau singkong rebus ini memiliki rasa yang manis dan terbuat dari buah segar. Tak hanya itu, variasi rasa dari selai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti MODUL 6 SELAI RUMPUT LAUT Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah selai rumput laut dengan baik dan benar. Indikator Keberhasilan: Mutu selai rumput laut yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobial terhadap produk kopi instan formula. Analisis proksimat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGERINGAN BEKATUL Proses pengeringan bekatul dilakukan dengan pengering rak karena cocok untuk bahan padat, suhu udara dapat dikontrol, dan terdapat sirkulator udara. Kipas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bumbu rujak Rujak manis adalah semacam salad. Rujak manis terdiri dari campuran beberapa potongan buah segar dengan dibumbui saus manis pedas. Pada umumnya bumbu rujak manis terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus L. Merr) Nanas merupakan tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya.

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM Disiapkan oleh: Siti Aminah PERAN GULA DALAM PENGAWETAN Bakteri, ragi dan kapang disusun oleh membrane yang menyebabkan air dapat masuk atau keluar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.

SELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. SELAI PEPAYA 1. PENDAHULUAN Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. Konsistensi gel atau semi gel pada selai

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah permen jelly pepaya yang terbuat dari pepaya varietas IPB 1 dengan bahan tambahan sukrosa, ekstrak rumput

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

Pengawetan dengan garam, asam dan gula Pengawetan dengan garam, asam dan gula Pengawetan dengan garam Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Efek garam: saat aktivitas air menurun mikroorganisme terhambat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rempah basah (bawang putih, bawang merah, lengkuas, kunyit, dan jahe) serta rempah kering (kemiri, merica,

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

Ulangan 1 Ulangan 2 (%) BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Deskripsi dan analisis data memuat penjelasan tentang hasil penelitian. Hasil yang diperoleh selama proses penelitian meliputi data sifat kimia, sifat fisik dan organoleptik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP Pengalengan buah dan sayur Kuliah ITP Kompetensi Mahasiswa memahami teknologi pengalengan atau pembotolan sederhana dan mutakhir, prinsip dan perubahan yang terjadi serta dampak pengalengan atau pembotolan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. dan termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Laboratorium Teknologi Bioproses Semester IV 2013/2014 LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Pembimbing : Dr. Pirman Kelompok : I Tgl. Praktikum : 21 Mei 2013 Nama : Muh. Rezki

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHKAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN Oleh : Ermi Sukasih, Sulusi Prabawati, dan Tatang Hidayat RESUME Santan adalah emulsi minyak dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan salah satu tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia (Ashari, 1995). Durian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi

Lebih terperinci

OPTIMASI LAMA BLANCHING PENGOLAHAN SELAI KACANG TANAH METODE REGRESI KUADRATIK

OPTIMASI LAMA BLANCHING PENGOLAHAN SELAI KACANG TANAH METODE REGRESI KUADRATIK 73 Buana Sains Vol 8 No 1: 73-80, 2008 OPTIMASI LAMA BLANCHING PENGOLAHAN SELAI KACANG TANAH METODE REGRESI KUADRATIK Wirawan dan Wahyu Mushollaeni PS. Teknologi Industri Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering Purwanti Widhy H, M.Pd SEMANGKA Merupakan tanaman herba yang tumbuh merambat dg nama citrullus vulgaris termasuk dlm keluarga labu labuan (cucurbitaceae) yang

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan. MODUL 2 NUGGET IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah nugget ikan yang bertekstur kenyal, lembut dan bercita rasa enak. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

Chemistry In Our Daily Life

Chemistry In Our Daily Life Chemistry In Our Daily Life Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Analisis Kimia.1.1 Kadar Air Hasil analisis regresi dan korelasi (Lampiran 3) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara jumlah dekstrin yang ditambahkan pada

Lebih terperinci