LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV"

Transkripsi

1 LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV Bagus Trijaya Kusuma PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA 2017

2 Scanned by CamScanner

3 Scanned by CamScanner

4 Scanned by CamScanner

5 Scanned by CamScanner

6 Scanned by CamScanner

7 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK KATA PENGANTAR DAFAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Tentang Perusahaan Lokasi Perusahaan Sejarah PTPN IV Produk yang Dihasilkan Prestasi Perusahaan Struktur Organisasi Struktur Organisasi Perusahaan Uraian Pekerjaan Manajemen Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Ketenagakerjaan Pemasaran Fasilitas Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) Sistem Pengolahan Limbah BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN 3.1 Proses Bisnis Perusahaan... 24

8 3.2 Produk yang Dihasilkan Proses Produksi di PTPN IV Unit Bah Butong Penerimaan Pucuk Daun Teh Basah Proses Pelayuan Penggulungan Proses Oksidasi Enzimatis Pengeringan Prasortasi Proses Sortasi Pengepakan Mesin dan Peralatan Industri yang Digunakan Penerimaan Pucuk Daun Teh Basah Pelayuan Penggulungan, Penggilingan, dan Sortasi Basah Oksidasi Enzimatis Pengeringan Prasortasi Sortasi Kering Pengepakan BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1 Lingkup Pekerjaan Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Faktor Bahaya Analisis Faktor Lingkungan Kerja Penanganan Faktor Bahaya... 84

9 4.4 Hasil Pekerjaan Analisis Kekurangan SMK3 Pada Setiap Stasiun Kerja Analisis Perbaikan SMK3 Pada Setiap Stasiun Kerja BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran... 94

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Produk yang Diproduksi di PTPN IV Bah Butong Jumlah Tenaga Kerja PTPN IV Unit Bah Butong Produk yang Diproduksi di PTPN IV Bah Butong Ukuran Mesh dan Grade Bubuk The Waktu Fermentasi Ukuran Mesh... 56

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Sertifikat ISO 9001: Gambar 2.2. Menerapkan SMK Gambar 3.1 Ayakan Nissen Gambar 3.2 Mesin Vibro Gambar 3.3 Mesin Midleton Gambar 3.4 Monorail Gambar 3.5 Karung Fishet Gambar 3.6 Girig per Kebun Gambar 3.7 Witehring Trough Gambar 3.8 Psikometer Gambar 3.9 Heat Exchanger Gambar 3.10 Sapu Lidi Gambar 3.11 Gerobak Gambar 3.12 Timbangan Gambar 3.13 OTR Gambar 3.14 DIBN Gambar 3.15 Press Cup Roller (PCR) Gambar 3.16 Rotorvane Gambar 3.17 Konveyor Gambar 3.18 Gerobak Penampung Gambar 3.19 Humidifier Gambar 3.20 Humidifier Gambar 3.21 Tambir Gambar 3.22 Trolly Gambar 3.23 Psikometer Gambar 3.24 Kartu Oksiasi Gambar 3.25 Lampu Penerangan Gambar 3.26 Fluid Bed Dryer (FBD) Gambar 3.27 Two Stage Dryer (TSD) Gambar 3.28 Timbangan Gambar 3.29 Vibro Gambar 3.30 Midleton Gambar 3.31 Corong Hembus Gambar 3.32 Tangki Penyimpanan... 67

12 Gambar 3.33 Nissen Gambar 3.34 Midleton Gambar 3.35 Vibro Gambar 3.36 Vandemeer Gambar 3.37 Siliran Gambar 3.38 Vibro Screen Gambar 3.39 Jakson Gambar 3.40 BIN Gambar 3.41 Cutter Gambar 3.42 Conveyor Belt Stair Gambar 3.43 Ayakan Gambar 3.44 Blender Gambar 3.45 Packer Gambar 3.46 Press Roller Gambar 4.1 Instalasi listrik yang tidak terawat dan dibiarkan terbuka.. 87 Gambar 4.2 Pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja Gambar 4.3 Tempat minum pekerja yang kotor dan tidak higienis Gambar 4.4 Saluran pembuangan air tidak baik dan lantai licin Gambar 4.5 Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dengan semestinya Gambar 4.6 Udara lembab, lantai licin, dan saluran air tidak baik Gambar 4.7 Pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri berupa masker Gambar 4.8 Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dengan semestinya Gambar 4.9 Tidak terdapat alat pemadam kebakaran di sekitar area.. 90 Gambar 4.10 Pekerja tidak menggunakan APD sesuai SNI Gambar 4.11 Tidak terdapat alat pemadam dan kotak P3K di sekitar stasiun... 90

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri. Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan pemecahanan masalah. Oleh karena itu,dalam kerja praktek kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah: a. Mengenali ruang lingkup perusahaan b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau pembimbing lapangan d. Mengamati perilaku sistem e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis f. Melaksanakan ujian kerja praktek Teknik Industri adalah cabang ilmu teknik yang berkenaan dengan perencanaan, perancangan, perbaikan, dan instalasi sistem terintegrasi yang terdiri dari manusia, mesin, material, informasi, energi, metode kerja dan sumber daya finansial atau secara singkat mengkaji sistem industri. Secara khusus, dalam lingkup Teknik Industri haruslah selalu disadari bahwa yang dikaji adalah kesatuan elemen sistem yang terdiri atas Manusia, Mesin, Material, Metode, Uang, Energi, Lingkungan dan Informasi. Artinya, dalam melaksanakan aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya, Sarjana Teknik Industri harus selalu memandang aktivitasnya dalam kerangka sistem yang melingkupi aktivitas itu. 1

14 Kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan Teknik Industri antara lain: a. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi b. Perencanaan dan Pengendalian Produksi c. Manajemen Persediaan/Inventory d. Sistem Pengendalian Kualitas e. Sistem Penanganan Material f. Logistik dan Supply Chain Management g. Perancangan dan Pengembangan Produk h. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja i. Perancangan Tata Letak Fasilitas Manufaktur j. Manajemen Organisasi k. Analisis Biaya l. Analisis Kelayakan Industri m. Perancangan Proses dan CAD/CAM, dan lain-lain Tujuan Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja praktek ini adalah: a. Melatih kedisiplinan. b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan dalam perusahaan. c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja. d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan menjalankan bisnis. e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya yang ada di pabrik. f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 03 Juli 2017 sampai dengan 05 Agustus 2017 di PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit Bah Butong, Jl. Besar Sidamanik, Kecamatan Sidamanik, Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan di Departemen Produksi. 2

15 BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Tentang Perusahaan Lokasi Perusahaan Pabrik PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit Bah Butong terletak di Jl. Besar Sidamanik, Kecamatan Sidamanik, Sumatera Utara. Kebun teh Bah Butong adalah salah satu unit usaha di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang mengelola budi daya tanaman teh yang memiliki letak geografis sebagai berikut. Provinsi : Sumatera Utara Kabupaten : Simalungun Kecamatan : Sidamanik Ketinggian : 890 meter diatas permukaan laut (890 Mdpl) Suhu : Rata- rata 24 C Udara : Dingin (sedang) Kota terdekat : Pematang Siantar dengan jarak ± 26 km Letak unit perkebunan teh Bah Butong dari kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan berjarak ± 155 km. Topografi dari daerah perkebunan teh Bah Butong sendiri adalah bergelombang hingga berbukit dengan jenis tanah berupa tanah podsolik coklat kuning atau lempung liat berpasir. Luas total area perkebunan teh Bah Butong yaitu sebesar 2.602, 95 Ha dengan rincian sebagai berikut. Luas areal TM : 1.049,95 Ha Luas areal TBM- I : 26,00 Ha Luas areal TBM- III K.Sawit : 14,00 Ha Luas areal TBM- II : 239,34 Ha Luas areal Rumpukan : 14,32 Ha Luas areal di berahkan : 359,09 Ha Rencana TU 2015 : 50,84 Ha Luas areal lain- lain : 849,41 Ha Jumlah areal HGU seluruh : 2.602,95 Ha Sejarah PT.Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong Sebuah perusahaan Belanda yang bernama Namblodse Venotschhaaf Nederland Handel Maskapai (NV NHM) membuka areal kebun teh Bah Butong 3

16 pada tahun 1917.Sepuluh tahun kemudian didirikannya sebuah pabrik untuk pertama kali pada tahun 1927 dan mulai beroperasi sejak tahun Berdasarkan tatanan kelembagaan, pada tahun 1957 pemerintah Indonesia melakukan pengambil alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, dalam hal ini termasuk perusahaan Nederland Handel Maskapai (NHM) yang turut diambil alih melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229/UM/57 pada tanggal 10 Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang- undang Nasionalisasi Nomor 86/1958. Pada tahun 1961, melalui Undang- Undang Nomor 141 Tahun 1961 Sumut III dan Jo PP Nomor 141 Tahun 1961, dinyatakan bahwa dua lembaga PPN Baru dan Pusat Perkebunan Negara mengalami peleburan menjadi satu bagian yaitu Badan Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX. Perkebunan Teh Sumatera Utara pada tahun 1963 mengalami peralihan perusahaan menjadi Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) yang dihasilkan melalui PP Nomor 27 Tahun Perubahan nama perusahaan terjadi pada tahun 1968 dari Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP Nomor 141 Tahun 1968 yang ditetapkan tanggal 13 April Pada tahun 1974, terjadi perubahan pengelolahan menjadi Persero yang membuat nama perusahaan berubah menjadi PT. Perkebunan VIII (PTP VIII) yang dilandasi hokum melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH Nomor 65 Tanggal 31 April 1974 yang diperkuat dengan SK Menteri Pertanian Nomor YA/5/5/23 Tanggal 7 Januari Pada awal tanggal 11 Maret 1996 terjadi perubahan restrukturisasi yang membuat Perkebunan Teh Bah Butong menjadi masuk dalam ruang lingkup PTP Nusantara IV melalui Akta Pendirian PTPN IV Nomor 37 Tanggal 11 Maret 1996 yang didalamnya berisi tentang pengaturan peleburan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Seiring berjalannya waktu maka sejak tahun 1998 hingga tahun 2000 dibangunkannya pabrik baru Bah Butong yang lebih besar dan lebih modern. Seusia pengerjaannya, maka pabrik tersebut diresmikan pada tanggal 20 Januari Melalui perundangan yang didasarkan pada keputusan pemegang saham No.: PTPNIV/RUPS/01/X/2014 atau No.: SK- 51/DI.MBU/10/2014 yang dimuat dalam SD No.: 04.01/SE/18/10/2014 tersebut telah terjadi perubahan anggaran dasar PTPN IV, dimana salah satunya adalah terkait perihal perubahan status Perseroan. Perubahan status kepemilikan Negara Republik Indonesia pada PTPN 4

17 IV hanya 10% (sepuluh persen), maka status PTPN IV tidak lagi sebagai perusahaan BUMN tetapi anak perusahaan BUMN atau PTPN III (Persero). Berdasarkan ketentuan dalam SE tersebut, telah dilakukan perubahan nama perusahaan menjadi PT Perkebunan Nusantara IV Produk yang Dihasilkan PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit Bah Butong merupakan perusahaan BUMN yang bergerak pada produksi teh hitam. Produk yang dihasilkan PTPN IV terdapat beberapa jenis produk teh hitam, diantaranya adalah: Tabel 2.1. Produk yang Diproduksi di PTPN IV Bah Butong No Produk 1 BOP I 2 BOP 3 BOPF 4 B P 5 B T 6 P F 7 DUST 8 BP II 9 BT II 10 PF II 11 DUST II 12 DUST III 13 DUST.IV 14 FANN II 5

18 15 RBO 16 BOP I Prestasi Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong telah mendapatkan sebuah sertifikat yaitu sertifikat ISO 9001 : 2008 mengenai SMM (Sistem Manajemen Mutu) dan mendapatkan sertifikat penghargaan karena telah menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja Gambar 2.1. Sertifikat ISO 9001:2008 6

19 Gambar 2.2. Menerapkan SMK Struktur Organisasi Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan suatu bagian yang dibutuhkan bagi sebuah perusahaan untuk mempermudah pencapaian sasaran dan target perusahaan yang telah direncanakan sejak awal. Dibutuhkannya struktur organisasi supaya pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing tenaga kerja atau personil dapat terkoordinir dengan baik dan jelas. Tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap anggota peusahaan melalui struktur organisasi yang berada pada perusahaan, maka setiap anggota yang berada didalamnya akan dapat mempertanggung jawabkan setiap hal atau tugas yang menjadi bagiannya untuk dilakukan dengan baik. 7

20 Uraian Pekerjaan Berdasarkan skema struktur organisasi pada PTPN IV Bah Butong, maka tugas dan wewenang dari masing- masing bagian (divisi) adalah sebagai berikut. a. Manajer Unit Manajer unit merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pada sebuah pabrik atau tempat pengolahan hasil perkebunan.manajer unit memiliki tugas, sebagai pemimpin dan pengelolan seluruh lini produksi serta pemakaian biaya yang ada di sebuah perusahaan pengelola hasil perkebunan yang berpedoman pada kebijakan perusahaan dalam ketentuan yang telah ditetapkan. Adapun tugastugas seorang manajer adalah : i. Merumuskan serta menjelaskan sasaran Unit Kebun kepada semua bagian untuk membuat program kerja melalui rapat kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku ii. Bersama dengan kepala dinas menyusun RKAP dan RKO kebun iii. Melaksanakan instruksi direksi dengan membuat petunjuk pelaksanaan demi kepastian terlaksananya instruksi iv. Mengendalikan anggaran pemakaian biaya dengan jalan membandingkan dengan biaya yang telah ditentukan di RKAP & RKO. v. Melaksanakan pengawasan dengan menilai hasil kerjasetiap bagian secara terus-menerus dengan membandingkan hasil nyata terhadap norma kerja serta melakukan tindakan pemulihan untuk menghindari deviasi yang melebihi batas toleransi vi. Menciptakan iklim kerja yang serasi dengan memperhatikan hubungan kedalam dan keluar, kehidupan sosial bawahan dan masyarakat sekitarnya agar kegairahan kerja tetap terpelihara. Mengawasi pelaksanaan setiap kebijakan manajemen baik dari kantor pusat maupun dari unit vii. Melakukan penilaian kinerja terhadap semua personil yang berada di unit usaha b. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan Kepala Dinas teknik dan Pengolahan memiliki peran sebagai wakil manajer dalam memimpin pekerjaan di bidang pengolahan pabrik yang dibantu oleh asisten pengolahan. Adapun tugas dan kewajiban seorang KDP adalah : i. Mengkoordinir asisten pengolahan dalam pelaksanaan pengolahan berpedoman pada taksasi penerimaan DTB setiap hari 8

21 ii. Mengawasi dan mengontrol penyimpangan proses pengolahan (mutu dan kehilangan) berpedoman pada standar yang telah ditetapkan iii. Mengevaluasi hasil kerja pengolahan setiap hari dansegera menginstruksikan tindakan koreksi kepada asisten pengolahan bila terjadi penyimpangan proses pengolahan iv. Memberi bimbingan dan petunjuk tentang keselamatan dan kesehatan kerja. v. Bersama-sama dengan asisten pengolahan membuat RKAP dan RKO dan melakukan pengawasan efektifitas dan efisiensi biaya c. Kepala Dinas Tanaman Kepala Dinas Tanaman memiliki peran sebagai wakil manajer dalam mengelola perusahaan di bidang tanaman yang dibantu oleh asisten afdeling. Adapun tugas dan kewajiban seorang KDT adalah : i. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman supaya efektif dan efisien sesuai dengan standar yang ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal ii. Mengawasi pelaksanaan panen, sesuai kriteria dan pusingan petik yang benar iii. Mengendalikan biaya operasional secara cermat dan terus menerus supaya realisasi tidak melebihi RKAP dan RKO iv. Membina keterampilan para asisten afdeling melalui rapat dan diskusi serta bimbingan langsung dilapangan agar kemampuan mereka meningkat v. Membina kesadaran lingkungan pada masyarakat afdeling vi. Membina dengan baik masyarakat sekitar kebun melalui hubungan non formal agar pandangan masyarakat sesuai dengan tujuan perusahaan d. Kepala Dinas Tata Usaha Seorang Kepala Dinas Tata Usaha (KDTU) memiliki peran sebagai wakil manajer dalam memimpin seluruh aktivitas yang terjadi berkaitan dengan administrasi dari sebuah perusahaan. Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh kepala dinas tata usaha adalah : i. Melaksanakan dan mengawasi sistem administrasi keuangan dan akuntansi sesuai kode rekening yang berlaku serta pengarsipan surat secara terpusat ii. Menyelesaikan laporan unit kebun, antara lain laporan keuangan (neraca percobaan) dan laporan manajemen bulanan secara tepat waktu 9

22 iii. Menyatukan RKAP tahunan & RKO dari tiap bagian berdasarkan petunjuk dan pedoman pembuatan RKAP dari kantor direksi, sehingga tergambar rencana pekerjaan dan biaya serta harga pokok secara sistimatis iv. Membantu mengawasi pengadaan dan persediaan material afdeling dan teknik v. Berkoordinasi dengan kepala dinas lainnya dalam pengontrolan dan pengendalian biaya e. Asisten Teknik Asisten teknik memiliki peran sebagai wakil manajer dalam mengelola bidang teknik yang dibantu oleh mandor teknik untuk keperluan yang dibutuhkan seperti keperluan bengkel umum, reparasi, bangunan dan keperluan kelistrikan. Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten teknik adalah : i. Menyiapkan rencana kegiatan rutin di bidang perawatan dan pemeliharaan peralatan pabrik ii. Membantu Kepala Dinas Teknik menyusun RKAP dan RKO iii. Melaksanakan jadwal peralatan dan pemeliharaan mesin serta instalasi pabrik iv. Melaksanakan fungsi bengkel untuk perawatan dan pemeliharaan dan pengadaan suku cadang mesin dan peralatan pabrik v. Memantau adanya kerusakan mesin pabrik alat transportasi serta mengkoordinasi perbaikan segera mungkin vi. Meminimalkan breakdown mesin dan peralatan pabrik. vii. Membuat laporan harian pemeliharaan mesin. f. Asisten Pengolahan Asisten pengolahan memiliki peran sebagai bagian yang membantu kerja kepala dinas pengolahan dalam memimpin kegiatan pengolahan di sebuah pabrik atau area industri. Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten pengolahan adalah: i. Menyiapkan rencana dan melaksanakan seluruh kegiatan operasional rutin di bidang pengolahan ii. Mengontrol dan meminimalkan losses di pengolahan iii. Mengawasi dan mengontrol penerimaan DTB ditimbangan dan di WT 10

23 iv. Meminimalkan jam stagnasi pabrik v. Melaksanakan pengendalian biaya atas penggunaan tenaga kerja g. Asisten Tata Usaha Asisten tata usaha memiliki peran sebagai bagian yang membantu kepala dinas tata usaha dalam bidang pengawasan dan manajerial keuangan yang terjadi didalam pabrik pengolahan. Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten tata usaha adalah : i. Membantu KDTU dalam melaksanakan dan mengawasi sistem administrasi keuangan dan akuntansi sesuai kode rekening yang berlaku serta pengarsipan surat secara terpusat ii. Menyelesaikan laporan unit kebun antara lain, Laporan keuangan (Neraca Percobaan) dan Laporan manajemen bulanan secara tepat waktu iii. Secara khusus mengkoordinir pengawasan persediaan barang gudang sentral maupun administrasi pergudangan h. Asisten Sumber Daya Manusia dan Umum Asisten SDM dan Umum memiliki peran sebagai bagian yang membantu terjadinya komunikasi yang baik dengan pihak internal maupun eksternal. Tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten tata usaha adalah : i. Menyusun dan membahas RKAP bidang yang berkaitan dengan administrasi dan kesejahteraan karyawan serta tugas umum lainnya meliputi : 1. Rencana tenaga kerja 2. Administrasi personalia 3. Asuransi tenaga kerja 4. Dana pensiun ii. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan : 1. Ketenagakerjaan 2. Hukum 3. Pertanahan 4. Pengurusan ijin iii. Membina hubungan baik dengan instansi pemerintah dan masyarakat disekitar kebun 11

24 iv. Menyusun laporan yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan, hukum dan masalah umum lainnya i. Kepala Pengaman (Papam) Kepala pengamanan memiliki peran sebagai bagian yang menjamin tingkat keamanan di area industri tersebut berada maupun area perkebunan. Beberapa tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh kepala pengaman adalah : i. Melakukan Tugas pengamanan produksi dan areal di Unit Usaha Bah Butong ii. Mengatur tugas pengawalan saat gajian dan pembayaran bonus dan THR. iii. Melakukan koordinasi pengamanan dengan pihak pengamanan ekternal (TNI/POLRI). iv. Mengkoordinir dan membuat system pengamanan yang kondusif di semua bagian Manajemen Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Perusahaan Visi yang diangkat sebagai tujuan dari pelaksanaan pengolahan di PT Perkebunan Nusantara IV adalah menjadi pusat keunggulan perusahaan agro industri kebun teh dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan. b. Misi Perusahaan Adapun misi yang dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan antara lain : i. Menjamin keberlanjutan usaha kompetitif. ii. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisien. iii. Meningkatkan laba secara berkesinambungan. iv. Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG). v. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. vi. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah pusat/ daerah. 12

25 Ketenagakerjaan a. Tenaga Kerja i. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan suatu bagian yang tidak dapat terlepaskan dari sebuah aktivitas produksi dalam sebuah perusahaan.demikian halnya dengan PTPN IV Bah Butong yang memilki ribuan tenaga kerja untuk melaksanakan kegiatan opersioanalnya atau pengolahan.sebagian besar tenaga kerja yang berada di PTPN IV Bah Butong berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perkebunan. Tabel 2.1 Jumlah tenaga kerja Bah Butong Tahun Uraian Jumlah Pimpinan Pelaksana ii. Fasilitas Kesejahteraan Karyawan Perusahaan menyediakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua karyawan untuk memenuhi hak semua karyawan. Fasilitas tersebut antara lain: 1. Tempat ibadah 2. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesejahteraan Karyawan) 3. Perumahan, biaya listrik dan air, beras dalam bentuk natura (fisik), biaya pemondokan untuk 3 anak dengan ketentuan batasan umur maksimal 21 tahun dan belum menikah 13

26 4. Tunjangan, meliputi: tunjangan hari raya, cuti tahunan, pakaian kerja, meninggal dunia 5. Kesejahteraan karyawan seperti Jamsostek, koperasi karyawan, santunan pendidikan dan punakarya 6. Pelayanan kesehatan untuk karyawan, keluarga dan punakarya seperti pengobatan BPK, pelayanan KB, posyandu, pemeriksaan kesehatan calon karyawan, pemeriksaan keshatan berkala untuk karyawan pabrik dan petugas pestisida 7. Dana pensiun 8. Pemberian Masa Bebas Tugas (MBT) 6 bulan sebelum masa pensiun Pemasaran Pemasaran PT. Perkebunan Nusantara IV mengutamakan eksport pada negara di seluruh wilayah di dunia. Untuk wilayah Timur Tengah negara tujuan eksport meliputi Mesir, Irak, Iran, Syria, untuk Eropa meliputi Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Prancis, Spanyol, Inggris, dan terdapat negara-negara lain tujuan eksport seperti Amerika, Australia, New Zealand, Fiji, Taiwan, Singapura, Malaysia, China, dan Pakistan Fasilitas PT. Perkebunan Nusantara IV memberikan fasilitas-fasilitas bagi karyawannya, demi peningkatan kesejahteraan karyawan yang bekerja di perusahaan ini dan dapat meningkatkan kinerja karyawan sehingga produksi dapat berjalan dengan lancar. Fasilitas tersebut diantaranya: a. Perumahan b. Air minum c. Sarana Ibadah d. Sarana Pendidikan yang dikelola kebun (TK dan MTs/SLTP) e. Sarana olahraga Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong menyadari pentingnya kebutuhan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam upaya untuk memberikan kepastian bahwa semua bahaya yang mungkin timbul selama melakukan kegiatan telah diidentifikasi, dinilai, dan dikendalikan sehingga semua 14

27 karyawan, kontraktor, tamu, dan peralatan kerja/asset perusahaan yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan usaha tersebut dapat dilindungi dari kemungkinan kecelakaan. Dengan ini perusahaan menetapkan Kebijakan dan Keselamatan Kerja sebagai berikut: a. Menyadari dengan sepenuhnya bahwa K3 adalah satu sarana untuk mencapai terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif di perusahaan. b. Memenuhi segala bentuk perundang-undangan dan perturan pemerintah mengenai K3. c. Mengutamakan K3 dan semua aspek pekerjaan, dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. d. Mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit akibat kerja dengan merawat alat kerja yang disediakan serta membudayakan hidup disiplin dan bersih yang berwawasan K3 dan menjaga stabilitas keamanan termasuk kebakaran, peledakan, dan pencemaran lingkungan. e. Melakukan pekerjaan sesuai prosedur dan instruksi kerja, mendukung dan mensosialisasikan K3 di semua tempat kerja. f. Mengintegrasikan lingkunagn kerja serta pelindungan K3 dan lingkungan dalam upaya melestarikan K3, maka perlu meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman, dan penghayatan K3 oleh semua unsur pimpinan dan pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong. g. Memonitor serta menyelesaikan semua masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan/pekerjaan maupun kebiasaan yang merugikan K3 serta lingkungan degan musyawarah dan menginventaris masalah tersebut sehingga tidak terulang kembali. h. Guna menjalin terlaksananya hal-hal tersebut diatas, perusahaan mengalokasikan sumber daya, tenaga, dan dana sesuai kebutuhan operasional perusahaan. i. Kebijakan ini dapat ditinjau kembali bila diperlukan. 15

28 Sistem Pengolahan Limbah Manajemen pengolahan limbah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran dari hasil samping proses pengolahan guna menjamin terpeliharanya kepentingan bersama dan lingkungan oleh pihak industri yang terlibat didalamnya (Herujito, 2010). Limbah atau hasil samping pengolahan yang dihasilkan oleh unit usaha kebun teh Bah Butong dapat dikategorikan tidak terlalu berdampak signifikan bagi lingkungan. Hasil proses pengolahan teh hitam yang berasal dari pucuk daun teh dapat dimanfaatkan kembali. Berikut ini merupakan limbah serta polusi yang dihasilkan: a. Polusi i. Polusi Udara Asap-asap hasil pembakaran dari produksi menggunakan cerobong asap yang kemudian disalurkan ke udara dengan ketinggian 15 meter diatas tanah. Cara penanganan polusi yaitu dengan cara dari hasil proses pengolahan bakaran dibuang melalui cerobong pembuangan gas yang berada di luar gedung pabrik, untuk mengatasi polusi udara tersebut maka dilakukan pengujian pada kurun waktu tertentu. Hasil dari pengujian tersebut rata-rata menyebutkan bahwa limbah gas yang dikeluarkan berada dibawah standar bahaya (aman). ii. Polusi Suara Polusi suara hampir terjadi di seluruh bagian produksi terutama dari mesin-mesin produksi yang digunakan.namun karena getaran suara yang dihasilkan relatif kecil terhadap besar dan luasnya area kerja, maka suara tersebut hanya mengganggu kondisi di dalam area kerja sehingga kondisi di luar gedung work center pun tidak terganggu. b. Limbah i. Limbah padat Limbah padat yang dihasilkan oleh PT Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong yaitu debu / bubuk teh yang berukuran sangat kecil, sehingga tidak dapat digunakan lagi biasanya dihasilkan dari proses sortasi. Namun limbah ini dapat diolah kembali sebagai bahan bakar bagi mesin heat exchanger untuk menghasilkan energi panas, selain itu juga dapat digunakan untuk pupuk organik.padatan abu atau debu yang masuk kedalam selokan menjadi sedimen dan adanya sedimen tersebut, maka padatan tersebut telah ternetralisir. 16

29 ii. Limbah cair Limbah cair dari proses pengolahan di unit usaha Bah Butong adalah akibat proses pencucian alat dan ruang kerja seperti pada ruang proses penggulungan dimana dilakukan pembersihan ruang dengan caustic soda setiap seminggu sekali dan pembersihan alat setiap harinya. Hasil cucian tersebut akan mengalir pada selokan yang berada di luar pabrik pengolahan. Dalam penanganannya, dilakukan pengujian limbah cair di tiap semester, sehingga diketahui hasil kadar tersebut yang rata-rata berada dibawah standar 17

30 18

31 19

32 20

33 21

34 22

35 23

36 BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN Bab tiga akan membahas tentang tinjauan secara sistem pada PT. Perkebunan Nusantara Bah Butong yang terdiri dari proses bisnis, produk yang dihasilkan, proses produksi dan fasilitas produksi yang digunakan. 3.1 Proses Bisnis Perusahaan Proses Bisnis PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong Bagian Asisten Tata Gudang Pengolahan Usaha mulai Kantor Pusat di Medan Belawan Proses Produksi Produk teh jadi Penyimpanan Produk jadi Surat pengantar penyerahan teh Ada Order dari kantor pusat? yes Tanda Terima Penyerahan No Delivery Order selesai Berdasarkan alur keterkaitan di atas maka dapat dilihat proses bisnis pada PTPN IV unit Bah Butong. Berawal dari depertemen produksi melakukan produksi, lalu setelah diproduksi maka produk jadi disimpan di dalam gudang. Setelah produk jadi masuk gudang dan disimpan gudang, maka bagian gudang mengirim surat pengantar ke bagian tata usaha. Lalu asisten tata usaha menerima surat pengantar penyerahan teh. Ketika ada orderan bubuk teh maka kantor pusat yang berada di Medan menerima tanda terima penyerahan, lalu 24

37 dilakukan pengiriman ke pelabuhan Belawan. Namun jika tidak ada orderan maka produk langsung dikirim ke Belawan tanpa harus mengirim surat penyerahan ke kantor pusat. Setelah produk sampai di pelabuhan Belawan maka bagian asisten tata usaha menerima data delivery order dari pihak yang berada atau pihak yang menguru produk di pelabuhan Belawan. 3.2 Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan dari PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong adalah berupa bubuk teh hitam. Untuk bubuk teh hitam yang diproduksi dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Untuk jenis bubuk teh yang diproduksi terkadang memiliki perubahan, hal tersebut diakibatkan situasi pasar yang sedang dihadapi. Berikut ini adalah jenis-jenis bubuk teh hitam yang diproduksi untuk tahun Tabel 3.1. Produk yang Diproduksi di PTPN IV Bah Butong No Produk 1 BOP I 2 BOP 3 BOPF 4 B P 5 B T 6 P F 7 DUST 8 BP II 9 BT II 10 PF II 11 DUST II 25

38 12 DUST III 13 DUST.IV 14 FANN II 15 RBO 16 BOP I 12 PF II (Peco Fanning II) 13 Dust II 14 Dust III 15 Fann II (Fanning II) 16 Waste Bubuk yang dihasilkan berdasarkan grade dari bubuk tersebut. Grade bubuk didapat dari kelolosan bubuk dari mesh yang digunakan. Berikut adalah tabel mengenai ukuran mesh yang dipakai untuk beberapa grade bubuk teh yang diproduksi di PTP Nusantara IV unit Bah Butong : Jenis Tabel 3.2. Ukuran Mesh dan Grade Bubuk Teh Ukuran Ukuran Jenis Jenis Mesh Mesh Ukuran Mesh Grade 1 Grade 2 BOP - I 10x10, 12x12 BP-II 8x8, 10x10 BROKEN MLX 12x12, 14x14 BOP 10x10, BT-II 10x10, FLUFF 16x16 12x12 12x12 BOPF 14x14, 16x16 PF-II 18x18, 20x20 RBO - 26

39 BP 8x8, 10x10 DUST-II 32x32, 40x40 BT 10x10, 12x12 PF 18x18, 20x20 DUST-III FLANNING II 60x60 20x20, 24x24 DUST-I 24x24, 28x28 *Mesh : Jumlah lobang ayakan kawat per inchi 2 Berikut ini adalah gambar untuk jenis-jenis bubuk yang dihasilkan oleh PTPN IV unit Bah Butong. Badag BP II BT II PF II 27

40 Dust II Dust III Dust IV Fann II PF Dust I 28

41 BP BT BOP BOPF BOP I 29

42 3.3 Proses Produksi PT.Perkebunan Nusantara IVunit Bah Butong Usaha untuk memperoleh teh yang siap dikonsumsi, maka diperlukan beberapa tahapan atau proses untuk meraihnya. Umumnya terdapat dua jenis teh yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat yaitu teh hitam dan teh hijau.teh hijau dalam pengolahannya tidak membutuhkan proses fermentasi (pemeraman), sehingga dengan tidak adanya proses tersebut akan menghasilkan aroma dan rasa yang berbeda dengan teh hitam. Proses produksi teh hitam harus melalui tahapan fermentasi (pemeraman). PTPN IV Bah Butong memproduksi jenis teh hitam dengan sistem pengolahan orthodox. Penjabaran proses produksi di Bah Butong sebagai berikut Penerimaan pucuk daun teh basah Bahan baku pembuatan teh hitam yaitu pucuk daun teh segar dan berkualitas dengan spesifikasi pucuk daun teh muda dan utuh yang segar dan bewarna hijau. Untuk memasok kebutuhan bahan baku pucuk daun teh pada PTPN 4 Unit Usaha Bah Butong berasal dari 4 afdeling, yaitu Afdeling I IV (Sidamanik), Afdeling V VIII (Bah Butong), Afdeling IX X (Tobasari) dan PPTK. Penerimaan daun teh pada pabrik dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pukul dan pukul Untuk pengiriman daun teh basah dari lapangan (petani) digunakan alat angkut berupa truk dengan kapasitas angkut untuk tiap truk yaitu maksimum 3 ton, pabrik menyediakan tempat khusus berupa pendopo yang berguna untuk membongkar teh dari truk.untuk menghindari daun teh berhamburan dan terinjak-injak maka digunakan fishnet.fishnet yaitu berupa jaring untuk membungkus daun teh dari lapangan. Dari pendopo pucuk teh basah dinaikkan ke lantai 2 (tempat WT) dengan menggunakan monorail. Untuk masing-masing afdeling digunakan monorail berbeda dengan alasan untuk memudahkan proses penerimaan barang. Pada proses penumpukan dan bongkar daun teh diusahakan agar jangan sampai daun teh rusak, karena nanti akan berakibat pada kualitas hasil produk. Proses penumpukan yang tidak benar (kelebihan beban) mengakibatkan perubahan senyawa-senyawa pada daun teh basah, dimana pucuk teh utuh dan segar meskipun sudah dipotong masih dapat melakukan proses pernafasan sehingga mengalami pemanasan. Selain itu, proses bongkar yang salah mengakibatkan banyaknya pucuk teh yang 30

43 rusak dan patah, hal tersebut mengakibatkan terjadinya proses fermentasi sebelum proses akibat senyawa dalam sel yang pecah. Selanjutnya pucuk teh dari pendopo diangkat ke lantai 2 dengan menggunakan monorail, dengan kapasitas pada satu trolly monorail dapat mengangkut 1-2 fishnet berisi pucuk teh. Pada masing-masing WT sudah terdapat pekerja yang siap untuk menurunkan fishnet dari bangku monorail ke WT untuk selanjutnya dilakukan pengiraban pucuk daun teh pada WT. Untuk masing-masing WT dapat menampung hingga 3 ton daun pucuk teh basah dengan ukuran panjang 34.8 m dan lebar 1.83 m Proses Pelayuan Pada proses pelayuan merupakan tahap penting dari pengolahan teh hitam, dilakukan proses kimiawi guna mengurangi kadar air pada pucuk daun teh basah. Pada dasarnya tujuan dari proses pelayuan adalah untuk menguapkan sebaigan kadar air secara perlahan pada pucuk daun teh basah, sehingga daun menjadi lemas dan mudah untuk dilakukan proses penggulungan. secara langsung baik atau tidaknya hasil layuan menentukan kualitas mutu teh yang dihasilkan. Proses pelayuan dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu suhu, kelembaban udara, dan volume udara yang menembus disela-sela daun yang dilayukan. Dalam proses pelayuan suhu udara harus dijaga dengan baik agar daun tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama ketika layu. Temperature ideal pada WT (Witehring Trough) yaitu berkisar diantara 30⁰C. Terdapat 55 WT pada pabrik dengan masing-masing ukuran 34m x 1,83m sebanyak 9 buah, ukuran 34,8m x 1,83m sebanyak 27 buah, ukuran 33,6m x 1,83m sebanyak 5 buah, dan 31,2m x 1,83m, dan ukuran 31,2m x 1,83m dengan masing-masing kapasitas tampung pucuk daun teh yaitu sebanyak 3 ton tiap WT. Namun ketika jumlah daun dari lapangan jumlahnya lebih banyak maka tiap WT dapat menampung lebih dari 3 ton daun pucuk teh basah. Untuk mendapatkan tingkat kelayuan daun yang baik, maka pada proses pelayuan suhu yang digunakan yaitu berkisar antara 28⁰C-30⁰C, namun suhu yang digunakan tidak boleh melebihi dari 30⁰C karena 31

44 dikhawatirkan daun akan terlalu layu, karena derajat layu yang baik yaitu berkisar antara 44⁰-46⁰. Ciri-ciri pucuk layu sesuai dengan yang diharapkan yaitu sebagai berikut: a. Ketika pucuk daun dikepal, maka pucuk daun akan berbentuk seperti bola dan meninggalkan bekas tangan pada kepalan tersebut. b. Ketika diraba dengan menggunakan tangan, pucuk daun terasa seperti meraba sapu tangan sutera. c. Karena tidak terlalu kering, pucuk daun ketika diremas mengeluarkan bunyi seperti patahan batang daun. d. Ketika dihirup daun yang sudah layu dengan baik akan mengeluarkan aroma wangi teh, hal ini berbeda ketika pucuk daun belum layu dengan baik. e. Struktur daun menjadi lemas dan batang daun terasa lentur. f. Protein pada daun teh akan terbongkar menjadi asam amino bebas. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pelayuan diantaranya: a. Kondisi pucuk daun teh, dimana pucuk teh yang berumur tua dan kasar akan mudah cepat layu dibanding pucuk daun teh berumur muda dan halus. b. Cuaca, ketika musim hujan daun akan lebih sulit untuk dilayukan dan membutuhkan penanganan khusus disbanding pelayuan pucuk daun ketika musim kemarau. c. Lama pelayuan, kisaran waktu normal untuk pelayuan pucuk daun basah yaitu berkisar antara jam). Jika tidak sesuai dengan waktu tersebut maka berdampak daun terlalu kering dan daun terlalu basah, hal tersebut akan mempengaruhi kualitas produk akhir. Jika daun teh terlalu kering maka hasil seduhan akan bewarna lebih gelap, rasa sepat, serta aroma teh yang kurang sedap. Ketika daun terlalu cepat diangkat maka pucuk layu akan sulit untuk digulung serta sifat organoleptiknya akan sulit keluar (rasa dari teh) d. Suhu pelayuan, disarankan suhu tidak lebih dari 30 C.Apabila suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan protein enzim polifenol oksidase mulai terdenaturasi yang akan menghambat bahkan berpeluang 32

45 untuk tidak terjadi oksidasi enzimatis pada tahap proses pengolahan selanjutnya. e. Peralatan, apabila peralatan (witehring trough dan blower) bekerja dengan baik, maka proses pelayuan dapat berjalan dengan baik pula f. Tebal hamparan, dengan memperhatikan ketebalan hamparan pucuk daun akan dapat mengoptimalkan proses pelayuan Penggulungan Proses penggulungan bertujuan untuk membentuk mutu teh dengan cara kimia maupun fisik. Langkah awal pada stasiun ini adalah pucuk teh yang telah diturunkan dari stasiun pelayuan langsung masuk ke mesin OTR (Open Top Roller) dengan ketentuan pengisian tidak boleh terlalu cepat dan terlalu lambat dengan estimasi waktu pengisian yaitu berkisar antara 5-7 menit. Pada mesin OTR isian normal yang dapat digiling yaitu sebanyak 375 kg pucuk daun teh layu dengan lamanya waktu proses penggilingan yaitu 40 menit. Secara kimia proses penggulungan dilakukan bertujuan untuk memecah sel-sel daun, sehingga terjadi kontak antara ensim dan senyawa polifenol (catechin) serta O2 dari udara dan terjadi oksidasi. Peristiwa ini merupakan dasar mutu pengolahan teh hitam terutama sifat dalam (inner quality). Secara fisik proses penggulungan mengakibatkan bentuk pucuk daun teh menjadi hancur, robek, dan terpotong yang pada proses selanjutnya digunakan untuk membedakan kualitas produk melalui proses pengayakan dengan menggunakan mesin DIBN (Double Indian Burblelaker Netehrland). Pada proses penggulungan dari satu pucuk daun teh nantinya dibagi menjadi 5 jenis teh, yaitu Bubuk 1, Bubuk 2, Bubuk 3, Bubuk 4, dan Badag. Berikut ini merupakan urutan proses pada stasiun penggulungan: a. Daun teh layu diturunkan dari stasiun pelayuan langsung masuk ke mesin OTR dengan kapasitas gilingan setiap mesin yaitu 325 kg, dengan waktu proses penggilingan yaitu 40 menit, namun dalam kondisi tertentu jika hasil gilingan belum memenuhi standard proses, maka waktu penggilingan ditambah menjadi 45 menit. b. Hasil penggilingan dari mesin OTR kemudian dibawa dengan menggunakan gerobak angkut menuju mesin DIBN 1, hasil yang lolos 33

46 ayakan kemudian disebut Bubuk 1 c. Selanjutnya untuk pucuk teh yang tidak lolos pada DIBN 1 dibawa dengan menggunakan gerobak angkut menuju mesin PCR (Press Cap Roller) untuk dilakukan penggilingan kembali. Hasil dari mesin PCR dibawa kembali pada mesin DIBN 2 untuk dilakukan proses ayakan yang akan menjadi Bubuk 2. d. Pucuk yang tidak lolos pada mesin DIBN 2 kemudian dibawa dengan menggunakan Conveyor menuju RV 1 (Rotorvane), hasil dari RV 1 kemudian diayak dengan menggunakan mesin DIBN 3, hasil yang lolos ayakan nantinya akan menjadi Bubuk 3. e. Pucuk yang tidak lolos ayakan pada mesin DIBN 3 kemudian dibawa dengan menggunakan Conveyor menuju mesin RV 2 untuk dilakukan penghancuran pucuk teh kembali, setelah diayak dengan menggunakan DIBN 4, pucuk yang lolos ayakan akan menjadi Bubuk 4, dan yang tidak lolos akan disebut sebagai Badag. Pada masing-masing mesin DIBN terdapat pekerja yang menampung pucuk teh yang lolos ayakan dengan menggunakan nampan, untuk selanjutnya dibawa ke stasiun fermentasi untuk dilakukan fermentasi teh. Secara sederhana skema proses penggulungan dapat digambarkan sebagai berikut: Beberapa faktor yang mempengaruhi proses penggulungan, diantaranya: a. Kelembaban udara, kelembaban udara dalam stasiun penggulungan harus tetap terjaga pada kisaran 90-95%, alat yang digunakan yaitu humidifier (kipas air) b. Suhu ruangan, untuk mempertahankan keaktifan protein enzim polifenol oksidase maka suhu ruangan harus dijaga pada kisaran ⁰C c. Lama waktu penggilingan, untuk memperoleh hasil yang maksimal maka waktu penggilingan harus tepat, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. 34

47 3.3.4 Proses Oksidasi Enzimatis Setelah Bubuk selesai melalui proses penggulungan, maka selanjutnya adalah dilakukan permentasi. Permentasi ini dilakukan dengan meletakkan bubuk tiap-tiap jenis pada suatu wadah dengan permukaan datar dan lebar.tujuan dari fermentasi adalah untuk melangsungkan reaksi oksidasi enzimatis antara catechin dari sel-sel daun yang telah pecah dengan oksigen dari udara melalui peranan enzim polifenol oksidasi yang sangat dipengaruhi oleh temperatur, kelembapan, tebal hamparan, ventilasi, dan konsentrasi zat zat yang bereaksi. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada fermentasi yaitu: a. Kondisi udara ruangan fermentasi agar dijaga sesuai norma, yaitu temperatur dan RH (Relatif Humiditi). Temperatur pada ruang fermentasi harus terjaga sekitar 23,2 0 C ( C), sedangkan kelembaban udara (RH) harus di periksa setiap 1 jam. b. Faktor kedua adalah waktu fermentasi. Adapun waktu fermentasi yang sering digunakan adalah antara menit. Lamanya waktu mulai turun daun layu ke OTR, sampai diangkat menuju ke mesin pengeringan.waktu fermentasi untuk tiap jenis bubuk berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh semakin sering bubuk digiling maka sel-sel daun yang pecah semakin banyak disertai oleh temperatur bubuk yang meningkat, sehingga fermentasi dipercepat oleh kenaikan temperatur dan oleh gerakan mekanis dari bubuk yang sedang digiling. c. Faktor yang ketiga adalah tebal hamparan bubuk didalam tabir alumunium dipedomani 4-5 cm untuk bubuk, dan 6-7 cm untuk Badag, untuk beberan bubuk pada permukaan penampang alumunium tidak dipadatkan. Apabila hamparan bubuk dipadatkan akan mempengaruhi kenaikan temperatur bubuk yang akan berpengaruh kepada inner quality dari tehnya yang disebabkan oleh kenaikan temperatur bubuk yang menyebabkan percepatan reaksi oksidasi enzimatis ( Fermentasi) sehingga penggabungan molekulmolekulnya akan semakin menonjol. d. Faktor yang selanjutnya adalah ventilasi yang perlu dijaga dengan memakai udara segar dan lembab. Oksigen yang diperlukan selama waktu fermentasi normal berjumlah sekitar 12 sampai 15 liter per kg teh kering. Atau bila derajat layu 45,5 %maka diperlukan oksigen per kg bubuk basah yang sedang 35

48 berfermentasi = 5,5-6,8 liter oksigen, identik dengan 27,5-34 liter udara per kg bubuk yang sedang berfermentasi. Setelah proses oksidasi enzimatis selesai, maka selanjutnya adalah menuju stasiun pengeringan. Berikut adalah instruksi kerja pada fermentasi: i. waktu fermentasi masing-masing bubuk adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Waktu Fermentasi Bubuk Jenis bubuk Penggulungan Diruang Fermentasi Total waktu (Menit) Bubuk I 55 Menit 65 Menit 120 Bubuk II 95 Menit 35 Menit 130 Bubuk III 110 Menit 20 Menit 130 Bubuk IV 125 Menit 5 Menit 130 Badag 130 Menit Langsung 130 ii. iii. iv. Pemasangan label/girik masing-masingharus jelas dan tepat Temperatur bubuk dijaga pada kisaran 26 0 C-27 0 C Temperatur ruangan dijaga pada kisaran 22 0 C-24 0 C v. Ketebalan bubuk didalam tambir 5-7 cm vi. vii. Pencatatan RH dan temperatur dilaksanakan tiap 1 jam sekali Green dhool testing dilakukan pada pertengahan dan akhir seri Pengeringan Pengeringan merupakan suatu tahapan penting dalam pembentukan mutu teh, dimana tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Melalui proses pengeringan, maka kadar air dalam teh akan menurun dan masa simpan dari bahan tersebut 36

49 akan menjadi lebih lama dan dapat menfiktasasi sifat-sifat baik yang telah dicapai pada waktu fermetasi. Alat pengering yang digunakan adalah Fluid Bed Dryer (FBD) dan Two Stages Dryer (TSD).Mesin FBD ada 4 buah dan mesin TSD terdapat 3 buah. Kedua jenis mesin tersebut memiliki fungsi yang sama namun memproduksi jenis bubuk yang berbeda. Karena pada mesin FBD dapat memproses atau mengeringkan bubuk 1,2,3,4, sedangkan mesin TSD hanya dapat memproduksi bubuk 1,2 dan badag. Hal tersebut dikarenakan pada mesin FBD terdapat 3 sikon, sedangkan pada mesin TSD hanya tidak terdapat sikon.dimana sikon merupakan tabung penyerapan abu.dan juga hal yang membedakan kedua jenis mesin tersebut adalah pada kapasitas perjamnya. Kapasitas per kilo per jamnya lebih tinggi mesin FBD yaitu dengan kapasitas kg. Untuk proses pengeringannya adalah dengan memasukkan bubuk kedalam over. Untuk mesin FBD lama pengeringannya adalah 18 menit sedangkan untuk mesin TSD lama pengeringannya adalah 22 menit.dan untuk pengeringan menggunakan suhu, yang mana terdapat 2 jenis suhu, yaitu untuk suhu yang pertama adalah suhu in-let. Suhu in-let merupakan suhu yang masuk kedalam mesin sedangkan suhu yang kedua adalah suhu out-let, yang mana suhu out-let merupakan suhu yang dikeluarkan oleh mesin untuk mengeringkan bubuk. Namun untuk kedua jenis mesin yaitu FBD dan TSD memiliki suhu in-let yang berbeda namun memiliki suhu out-let yang sama yaitu 52-54º C yang digunakan untuk mengeringkan bubuk. Pada mesin FBD memiliki suhu in-let º C sedangkan pada mesin TSD memiliki suhu in-let yaitu 92-98º C. proses pengeringan yang dilakukan dengan mesin TSD dan FBD dilakukan dengan pemanasan. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan bahan bakar cangkang, dan cangkag dipanaskan selama 45 menit. Setelah selesai proses pengeringan maka dilakukan proses prasortasi, namun sebelum masuk proses prasortasi maka hasil dari perngeringan ditimbang terlebih dahulu. Setelah selesai ditimbang maka masuk kedalam proses prasortasi. Untuk pemakaian suhu yang terlalu tinggi selama pengeringan dapat menyebabkan sebagian aroma yang dikandung teh hitam berkurang dan terjadi case hardening, yaitu suatu keadaan teh yang bagian luar telah cukup kering sedangkan pada bagian dalamnya masih belum kering. Keadaan teh yang kurang kering akan menyebabkan reaksi oksidasi enzimatis lanjutan yang tentunya akan berdampak pada menurunnya mutu teh. Suhu tinggi bila 37

50 digunakan dalam proses pengeringan juga turut berdampak pada bakey bahan, dan apabila suhu tinggi tersebut terus berlanjut maka akan dapat berdampak pada gosong atau terbakarny bahan (burnt). Kadar air teh yang keluar dari mesin pengering berkisar antara 3 3,5% dengan lama pengeringan ± 25 menit. Pengoperasian mesin pengering perlu memperhatikan beberapa hal berikut guna mencapai hasil mutu teh kering yang optimal, antara lain : a. Spreader harus rata, tidak miring, diatur sesuai dengan ketebalan yang dikehendaki b. Kecepatan trays harus sering diperiksa dan disesuaikan dengan lama pengeringan yang dikehendaki c. Fall trough harus sering dikumpulkan d. Termometer inlet dan outlet secara berkala dirawat e. Suhu inlet dan outlet harus dijaga stabil f. Trays dan mesin pengering setiap hari harus dibersihkan g. Udara yang panas yang masuk sejak awal harus diperiksa baunya, untuk menjaga kemungkinan adanya kebocoran exchanger Teh yang baru dikeluarkan dari mesin pengering perlu didinginkan dan tidak boleh ditumpuk tebal.pendinginan dilakukan ditempat yang bersih dan tidak lembab. Tingginya suhu bahan yang berasal dari mesin pengering akan berakibat memicu reaksi kimia lanjutan yang berujung pada menurunnya mutu teh. Bubuk yang telah diolah tersebut dimasukkan kedalam wadah atau karung dan ditimbang. Faktor yang mempengaruhi hasil mutu teh dari proses pengeringan antara lain: a. Waktu pengeringan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi kadar air hingga 3-3,5 % berkisar selama menit. Rusaknya bubuk teh dan menurunnya kualitas bubuk teh terjadi apabila waktu pengeringan yang dilakukan melebihi waktu yang ditentukan. Kurang keringnya bubuk teh disebabkan apabila waktu yang digunakan terlalu cepat sehingga umur simpan dari teh tersebut menjadi lebih pendek. b. Tebal hamparan, karena pada sistem pengeringan dilakukan dengan sistem pengaliran udara panas. Ketebalan hamparan bubuk teh semakin besar, maka mengakibatkan bubuk kering tidak merata sehingga akan menimbulkan bubuk berkerak atau gumpalan bubuk teh yang sulit dipisahkan. Hamparan bubuk teh yang terlalu tipis akan dapat menyebabkan kadar air yang terkandung dalam 38

51 bubuk teh hilang dan dalam pengeringannya bubuk teh menjadi gosong c. Suhu udara masuk (inlet) dan keluar (outlet). Sebagian besar mutu teh dipengaruhi oleh suhu udara masuk dan keluar dari mesin pengering. Suhu udara masuk (inlet) merupakan suhu udara panas yang dihasilkan oleh heat exchanger (tanur pemanas) untuk diteruskan pada mesin pengering. Suhu udara inlet yang baik berkisar C. Kadar air sari teh yang rendah dan rasa dari teh tersebut akan over frying apabila suhu inlet terlalu tinggi. Suhu keluar (outlet) merupakan suhu udara panas yang ada pada mesin pengeringan untuk mengeringkan bahan. Suhu keluar yang baik berkisar antara C, dimana apabila suhu outlet terlalu rendah dapat menyebabkan stewing dan reaksi oksidasi enzimatis dapat berlangsung kembali sehingga mutu teh yang dihasilkan bersifat soft. Sisi luar pucuk akan cepat mengering dan akan terjadi case hardening jika suhu outlet terlalu tinggi Prasortasi Bubuk teh dibawa pada bagian prasortasi setelah sebelumnya dikeringkan dengan menggunakan mesin TSD maupun mesin FBD.Prasortasi dilakukan untuk membersihkan bubuk yang telah dikeringkan pada mesin FBD maupun TSD.Pada prasortasi mesin yang digunaka adalah mesin midletom dan mesin vibro.pada prasortasi terdapat 2 mesin midleton, dimana mesin tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan pada mesin tersebut adalah pada mesin midleton yang pertama tidak terdapat pressnya, sedangkan pada mesin midleton yang kedua terdapat pres, yang mana pres tersebut berfungsi untuk mempres bubuk badag, sehingga pada mesin middleton yang kedua yaitu dengan pres digunakan untuk membersihkan bubuk 4 dan bubuk badag. Sedangkan mesin midleton yang biasa digunakan untuk membersih bubuk 1,2, dan 3. Semua bubuk yang diproses pada mesin midleton dengan pres dibersihkan kembali pada mesin vibrator.dimana pada mesin vibrator berfungsi untuk membersihkan bubuk dengan memisahkan bubuk yang kemerah-merahan. Pada mesin vibro terdapat 3 keluaran jenis bubuk, yang mana untuk jenis bubuk yang pertama adalah jenis bubuk yang dimasukkan, kemudian bubuk yang kedua adalah waste dan bubuk yang ketiga adalah bubuk gas. Setelah bubuk dibersihkan dari mesin midleton dan vibro maka bubuk dimasukkan kedalam silo berdasarkan jenisnya untuk dikirim ke stasiun sortasi. Ada terdapat 3 mesin silo, yang mana setiap silo berfungsi untuk mentransfer atau mengirim bubuk keproses sortasi. Namun untuk setiap silo digunakan dengan 39

52 muatan jenis bubuk yang berbeda. Untuk silo yang pertama digunaka untuk mentransfer bubuk 3 dan 4, untuk mesin silo 2 digunakan untuk mentransfer bubuk 1 dan 2, sedangkan mesin silo 3 ginukana untuk mentransfer bubuk badag. Dan untuk mesin silo yang memiliki muatan 2 jenis bubuk maka digunakan klem untuk mengatur masuknya bubuk Proses Sortasi. Setelan melewati proses pengeringan, maka selanjutnya adalah proses sortasi. Pada stasiun inilah bubuk teh yang semula berjumlah 5 jenis ( bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4, dan badag disortir menjadi 16 jenis bubuk. Tujuan dari sortasi ini adalah sebagai berikut : a. Memisahkan jenis mutu. Pada saat pengeringan, bentuk dan ukuran bubuk masih sangat beragam walaupun sudah dipisahkan menjadi 5 jenis bubuk.untuk itu teh yang sudah melewati Stasiun pengeringan atau biasa disebut teh kering harus dipisahkan dalam jenis mutu yang didukung oleh keseragaman bentuk maupun ukuran partikelnya.selanjutnya teh yang sudah mengalami pemisahan jenis mutu tersebut dibagi menjadi dua golongan, yaitu Teh Broken dan Teh Daun. Kedua jenis ini masih memiliki jenis yang beragam, berikut adalah jenis-jenis yang diproduksi oleh PTPN IV Unit Bah Butong: Jenis-jenis Broken : i. BOP (Broken Orange Pecco) : Pendek, agak kecil, hitam, biasanya keriting, tulang tulang daun pendek dengan sobekan-sobekan daun kecil dan keriting, terutama berasal dari daun muda, mengandung tip sedikit. ii. iii. iv. BOP-I (Broken Orange Pecco-I) : serupa dengan BOP tetapi tipnya lebih banyak dan warna lebih hitam BP (Broken Pecco) : Bagian-bagian pendek yang lurus, tulang-tulang daun dengan sobekan-sobekan daun, bagian-bagian pendek dari tangkai daun muda, ada tip sedikit atau tidak ada sama sekali, yang mutunya lebih rendah disebut BP-II BT (Broken Tea) : bagian -bagian yang kecil, gepeng, atau pipih, tanpa tip agak hitam, ringan, yang mutunya lebih rendah disebut BT-II 40

53 v. PF (Pecco Fannings) : bagian-bagian yang lebih kecil dengan sedikit atau tanpa tip, yang mutunya lebih rendah disebut PF-II vi. vii. Dust : bagian-bagian sangat kecil, hitam, yang mutunya lebih rendah disebut DUST-II selanjutnya DUST-III. BOPF ( Broken Orange Pecco Fannings) : bentuknya lebih kecil dari BOP-I / BOP, tetapi lebih besar dari PF, dengan sedikit atau tanpa tip. Untuk menetukan grade dari bubuk dapat dilakukan dengan menggunakan mesin ayakan Nissen, dimana pada ayakan tersebut sudah dibekali mesh dengan ukuran tertentu untuk mendapatkan grade yang diinginakan setelah proses pengayakan dilakukan. Berikut adalah tabel mengenai ukuran mesh yang dipakai untuk beberapa grade bubuk teh yang diproduksi di PTP Nusantara IV unit Bah Butong Tabel 3.2 Grade Bubuk Teh Jenis Ukuran Mesh Jenis Ukuran Mesh Jenis Ukuran Mesh Grade 1 Grade 2 Grade 3 BOP I 10x10, 12x12 BOP 10x10, 12x12 BOPF 14x14, 16x16 BP-II 8x8, 10x10 RBO BT-II 10x10, 12x12 PF-II 18x18, 20x20 - BP 8x8, 10x10 DUST-II 32x32, 40x40 BT 10x10, 12x12 DUST-III 60x60 PF 18x18, 20x20 FANNING II 20x20, 24x24 41

54 DUST-I 24x24, 28x28 DUST IV *Mesh : Jumlah lobang ayakan kawat per inchi 2 b. Memurnikan Jenis Mutu Adapun fungsi dari sortasi adalah untuk menyeragamkan ukuran dan bentuk partikel serta tidak tercampur dengan bahan lain seperti serat, tangkai, pasir, debu, logam-logam, dan lain sebagainya. Adapun pemisahan untuk serat dan tangkai pendek dengan menggunakan mesin Vibro Extraction. Untuk pemisahan serat dan gagang panjang digunakan mesin Midleton dimana dengan menggunakan mesin ini yang mempunyai bubble tray yaitu ayakan yang dapat bergerak maju mundur dapat dipisahkan partikel yang tidak diinginkan. Sedangkan untuk memisahkan logam, pasir dan debu dipisahkan dengan siliran, yaitu dengan hembusan udara/ angin.untuk logam juga dipakai magnet yang dipasang pada conveyor. Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar Ayakan Nissen Gambar Mesin Vibro Gambar 3.3 Mesin Midleton 42

55 Adapun rangkaian proses yang terjadi pada sortasi adalah sebagai berikut: Nissen 1 NISSEN 1 Mesh 12 Mesh 24 Mesh 20 Mesh 16 Mesh 14 Mesh 10 BOP 1 DUST-I PF PF BOPF BOP 1 KASARAN BUBUK I Mesin Siliran Vibro Screen Mesin Siliran Mesin Siliran Mesin Siliran Mesin Siliran Mesin Midleton Mesin Vibro Mesin Siliran Mesin Vibro Mesin Vibro Mesin Vibro Mesin Vibro Bahan BOP I Bahan BOP I Bahan BP Mesin Siliran Teh Jadi Mesin Vibro Teh Jadi Teh Jadi Teh Jadi Teh Jadi Masuk BIN Teh Jadi Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN Mesin Vibro Masuk BIN Teh Jadi Masuk BIN 43

56 Nissen 2 Nissen 2 Mesh 6 (MESH BANTU) Mesh 10 Mesh 24 Mesh 20 Mesh 16 Mesh 14 Mesh 8 BOP-I DUST-I PF PF BOPF BOP KASARAN BUBUK 2 SILIRAN VIBRO SCREEN SILIRAN SILIRAN SILIRAN SILIRAN MIDLETON VIBRO SILIRAN VIBRO VIBRO VIBRO VIBRO BAHAN BOP BAHAN BP TEH JADI VIBRO TEH JADI TEH JADI TEH JADI TEH JADI SILIRAN Masuk BIN TEH JADDI Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN VIBRO Masuk BIN TEH JADI Masuk BIN 44

57 Nissen 3 NISSEN 3 MESH 10 MESH 30 MESH 24 MESH 20 MESH 16 MESH 12 DUST-I DUST-I PF PF BOPF KASARAN BUBUK 3 VIBRO SCREEN VIBRO SCREEN SILIRAN SILIRAN SILIRAN MIDLETON SILIRAN SILIRAN VIBRO VIBRO VIBRO BAHAN BOP BAHAN BP VIBRO VIBRO TEH JADI TEH JADI TEH JADI SILIRAN TEH JADI TEH JADI Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN VIBRO Masuk BIN Masuk BIN TEH JADI Masuk BIN 45

58 Nissen 4 NISSEN 4 MESH 16 MESH 40 MESH 32 MESH 24 MESH 20 MESH 14 DUST I/II DUST I/II PF I/II PF I/II BOPF KASARAN BUBUK 4 VIBRO SCREEN VIBRO SCREEN SILIRAN SILIRAN BP II MIDLETON DUST III PF DUST III PF VIBRO VIBRO SILIRAN BAHAN BOP BAHAN BP SILIRAN SILIRAN TEH JADI TEH JADI VIBRO SILIRAN VIBRO VIBRO Masuk BIN Masuk BIN TEH JADI VIBRO TEH JADI TEH JADI Masuk BIN TEH JADI Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN 46

59 Nissen 5 VANDERM EER MESH 12 MESH 14 MESH 20 BAHAN PF- II BAHAN DUST-II BAHAN DUST-III BAHAN PF- II BAHAN DUST-II BAHAN DUST-III BAHAN DUST-IV BAHAN DUST-II BAHAN DUST-III BAHAN DUST-IIII BAHAN BT- II MIDLETON BADAG MESH 4 BAHAN DUST-II BAHAN PF- II BAHAN BT- II BAHAN BP- II KASARAN BADAG VIBRO SCREEN SILIRAN SILIRAN SILIRAN CUTTER SILIRAN VIBRO VIBRO VIBRO NISSEN I VIBRO TEH JADI TEH JADI TEH JADI BAHAN FANN-II TEH JADI Masuk BIN Masuk BIN Masuk BIN SILIRAN Masuk BIN VIBRO TEH JADI Masuk BIN : 47

60 3.3.8 Pengepakan Pengemasan merupakan suatu upaya pemberian wadah atau tempat untuk membungkus produk teh hasil olahan supaya mudah dalam proses pengiriman produk serta menjaga mutu produk supaya tidak terjadi kenaikan kadar air dalam bahan selama proses penyimpanan karena sifat bubuk teh yang higroskopis. Bubuk teh dapat langsung dimasukkan kedalam kemasan apabila dalam pengisiannya telah dirasa mencukupi untuk satu chop.tujuan dari pengemasan antara lain : a. Melindungi bahan atau produk olah dari kerusakan dan cemaran b. Memudahkan proses pengiriman atau transportasi dari produsen hingga ke tangan konsumen Bubuk teh yang akan dikemas berasal dari stasiun sortasi. Hasil sortasi terdapat 16 jenih bubuk teh.teh yang telah selesai disortasi selanjutnya dimasukkan kedalam Tea bulker (blending).dan jenis bubuk teh dimasukkan kedalam tea bulker berdasarkan jenis bubuknya. Untuk proses pengemasan dilakukan secara bergilir berdasarkan jenisnya. Setiap hari urutan pengemasan jenis bubuk tehnya berbeda. Untuk proses pengepakan hal yang pertama dilakukan adalah bubuk dikeluarkan dari BIN untuk dimasukkan kedalam 8 ruangan yang terdapat didalam blender secara bergiliran. Untuk pengisian ruangan dilakukan selama 45 menit.setelah ke 8 ruangan penuh maka klep pengeluaran dibuka untuk pengisian ke hopper dan pengisian ke paper sack. Pada saat proses mengisi kedalam paper sack maka akan diambel sampel sebanyak 2 kotak, dimana kotak berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Untuk pengambilan sampel yang pertama dilakukan saat paper sack telah terisi setengah, dan untuk pengambilan sample yang kedua dilakukan pada saat paper sack sudah terisi penuh. Paper sack diisi dengan berat yang telah ditentukan, dimana berat bubuk pada paper sack berdasarkan jenis bubuknya.karena setiap bubuk memiliki berat yang berbeda pada saat ingin dipack. Paper sack yang digunakan memiliki berat 0.7 kg, dengan bagian dalam paper sack dilapisi dengan alumunium voil sehingga kemasan paper sack tahan air maka paper sack sangat aman dalam menjaga kelembapan bubuk dan menjaga mutu bubuk teh. Jumlah sack yang dapat dihasilkan dari masing-masing jenis bubuk berbeda, untuk jenis bubuk BP dan BP2 sekali proses pengepakan menghasilkan 20 sack, sedangkan jenis bubuk lainnya menghasilkan 40 sack sekali proses pengepakan. Setelah bubuk dimasukkan kedalam paper sack maka tebal paper sack maksimum 48

61 adalah 20 cm. maka pada saat paper sack telah terisi penuh dan ditutup rapat maka sack tersebut diletakkan diatas mesin dengan tujuan meratakan ketebalan sack dan dilakukan pres untuk ketebalan sack. Setelah tebal sack sudah rata maka sack diletakkan diatas pallet, dan disusun rapi agar mudah dipindahkan kegudang. 3.4 Mesin dan Peralatan Industri yang Digunakan Komponen mesin dan peralatan industri merupakan suatu bagian yang penting untuk melakukan proses produksi dalam suatu industri. Mesin merupakan alat yang memberi tenaga atau daya pakai secara mekanis pada setiap penggerak lainnya dengan mengubah suatu gerak menjadi tenaga lain atau mengubah arah gerak. Peralatan adalah alat yang dijalankan oleh manusia atau dijalankan secara mekanis oleh mesin untuk melakukan pekerjaan. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam pengolahan teh hitam di PTPN IV Unit Usaha Bah butong adalah sebagai berikut Penerimaan Pucuk Teh Basah Peralatan yang digunakan dalam penerimaan pucuk teh basah dan analisa pucuk adalah sebagai berikut. a. Monorail i. Monorail merupakan alat yang digunakan untuk membantu membawa karung fishnet yang berisi pucuk tehsegar menuju ruangan pelayuan yang berada dilantai atas pabrik pengolahan Gambar 3.4 Monorail b. Karung Fishnet Karung fishnet merupakan wadah yang digunakan untuk menampung pucuk teh segar. Alasan penggunaan fishnet dibandingkan dengan karung goni adalah; 49

62 i. Membantu mengurangi kadar air dari daun teh ii. Menghindari reaksi kerusakan sel akibat suhu dalam karung goni yang lebih tinggi (panas) dibandingkan dengan suhu didalam fishnet. iii. Mempermudah pengamatan terhadap hasil petik dengan menggunakan wadah fishnet iv. Menghindari adanya cemaran lain yang berasal dari wadah penampung daun teh atau dari karung goni. Gambar 3.5 Karung Fishnet c. Girig per kebun Girig per kebun merupakan papan kecil dari plastic yang ditempel padda witehring trough untuk menandai asal atau sumber pucuk teh dari setiap kebun agar tidak tertukar pada saat pengambilan sampel guna keperluan penganalisaan. Gambar 3.6 Girig per kebun 50

63 3.4.2 Pelayuan Alat yang digunakan pada stasiun atau proses pelayuan antara lain: a. Witehring Trough (WT) Witehring trough merupakan tempat yang berfungsi untuk menghamparkan pucuk teh yang akan dilayukan. Witehring trough berbentuk balok dengan kapasitas hingga 3 ton pucuk teh segar per WT. Pada pabrik pengolahan teh hitam unit Bah Butong terdapat 55 buah witehring trough. Alat ini memiliki prinsip kerja mengalirkan udara segar dan udara panas yang berasal dari heat exchanger dengan bantuan blower yang dialirkan dibawah hamparan pucuk teh segar dalam WT. Gambar 3.7 Witehring Trough (WT) b. Blower (Kipas) Alat ini digunakan untuk mengalirkan udara segar yang bercampur udara panas dari heat exchanger kedalam WT. Blower terdiri atas kipas, rumah kipas dan motor penggerak. Blower memiliki prinsip kerja yaitu dengan adanya aliran listrik dalam kumparan motor penggerak yang akan menimbulkan medan magnet sehingga dapat menyebabkan kipas berputar dan udara dari luar dihisap untuk selanjutnya dialirkan kedalam WT.Kipas yang digunakan memiliki daun kipas sebanyak 8 buah dengan diameter 48 inch. Alat ini memiliki rotasi putar sebanyak 960 rpm (Rate per Minute). c. Psikrometer Psikrometer digunakan sebagai alat pengukur suhu ruang pelayuan guna mencapai suhu ruang pelayuan yang diharapkan. Alat ini terdapat ukurah suhu kering (dry) dan basah (wet) beserta angka skala. Diharapkan suhu ruang pelayuan memiliki selisih 51

64 temperatur bola basah dan bola kering berkisar 2-4 C. Psikrometer dalam kurun waktu tertentu perlu ditambahkan air pada wadah khusus air dalam alat psikrometer supaya menjaga suhu di titik basah tetap terjaga, apabila air dalam wadah tersebut habis maka akan berdampak pada rusaknya alat maupun kurang akuratnya pembacaan suhu ruang dengan bantuan psikrometer. Gambar 3.8 Psikrometer d. Heat Exchanger (tanur pemanas) Alat ini kerap disebut juga sebagai tanur pemanas. Heat exchanger digunakan untuk mempercepat proses pelayuan dengan menghasilkan udara panas. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan bahan bakar berupa cangkang kelapa sawit yang dibakar sehingga menghasilkan energi panas dari semburan api yang menyebabkan dinding ruang pembakaran akan menjadi panas pada saat proses pembakaran. Udara panas yang ada didalamnya akan dialirkan keluar menuju ruang pelayuan, sedangkan asap dan abu akan dikeluarkan keluar dengan bantuan exhaust fan. Unit usaha Bah Butong memiliki 3 unit tanur pemanas dan bahan bakar yang digunakan adalah cangkang kelapa sawit dengan kisaran kebutuhan bahan bakar yang digunakan adalah ± 180 kg/jam. Gambar 3.9 Heat Exchanger (tanur pemanas) 52

65 e. Sapu Lidi atau Tongkat Sapu lidi atau tongkat digunakan untuk meratakan hamparan pucuk teh segar pada witehring trough supaya hamparan pucuk menjadi rata dan tidak menggumpal serta proses pelayuan menjadi lebih merata. Gambar 3.10 Sapu Lidi f. Kereta Angkut Kereta angkut digunakan untuk mengangkut pucuk layu yang nantinya diletakkan pada turunan yang menujumesin Open Top Roller (OTR). Kapasitas total dari kereta angkut ditambah berat pucuk layu adalah 375 kg. Gambar 3.11 Kereta Angkut g. Timbangan Timbangan berfungsi untuk mengetahui berat pucuk segar atau layu yang siap digiling. 53

66 Gambar 3.12 Timbangan Penggulungan, Penggilingan dan Sortasi Basah Alat yang digunakan pada proses penggulungan antara lain : a. Open Top Roller (OTR) Alat yang digunakan dalam proses penggulungan, pengeluaran cairan sel pucuk layu dan mengiling pucuk teh layu adalah Open Top Roller (OTR). OTR ini memiliki kapasitas 350 hingga 375 kg per proses dengan ukuran silinder wadah tampung gulung OTR sebesar 47 inch serta dengan kecepatan rpm.otr yang berada di unit usaha Bah Butong berjumlah 9 buah dengan 8 buah OTR yang masih dapat digunakan. Alat ini memiliki prinsip kerja yaitu perputaran poros engkel yang dapat menggerakkan silinder sehingga menyebabkan pucuk teh akan tergulung dan tergiling oleh kuningan yang berbentuk seperti bulan sabit (bottom). Cara kerja dari OTR adalah pucuk layu dimasukkan kedalam silinder melalui bagian atas alat.elekromotor dihidupkan dengan bantuan belt sehingga menggerakkan pulley penggerak box yang menggerakkan poros engkol.tabung berputar sejalan dengan poros engkol.untuk mengeluarkan pucuk layu yang telah digulung dan digiling, pintu pengeluaran yang terpasang pada meja dibuka secara manual dengan memutar tuas pembuka. 54

67 Gambar 3.13 Open Top Roller (OTR) b. Dubbele India Balbreaker Natsorteerder (DIBN) Alat ini digunakan untuk sortasi bubuk dari hasil olah mesin OTR dan PCR maupun rotorvane sesuai dengan ukuran ayakan yang digunakan dan membantu proses oksidasi enzimatis. Selain hal tersebut, DIBN berfungsi pula untuk menurunkan suhu bubuk.dibn memiliki 7 corong pengeluaran dengan ukuran yang berbeda-beda.cara kerja dari DIBN adalah elektromotor memutar belt dan diteruskan pada gigi sehingga engkel berputar.elktromotor dihibungkan denga Conveyor secara pulley belt pulley.elektromotor memutar belt pada Conveyor dan mesin DIBN.Ketebalan pucuk teh perlu diatur pada Conveyor. Pucuk teh akan jatuh pada DIBN dan segera diayak. Bubuk yang lolos akan ditampung, sedangkan bubuk yang tidak lolos akan diteruskan pada corong paling ujung untuk selanjutnya digiling kembali menggunakan rotorvane. Mesin DIBN memiliki kapasitas maksimum isian sebanyak 1500 kg/jamdan putaran ayakan mesin DIBN sebanyak 120 rpm (Rate Per Minute). Pada lantai ayakan DIBN terdapat mesh ayakan dengan ukuran tertentu yang membantu menyaring pucuk layu teh menjadi hasil ayakan bubuk teh sesuai dengan ukuran partikel pada mesh ayakan. Pada DIBN pertama terpasang mesh berukuran 5x5 dan 6x6, pada DIBN kedua dan ketiga terpasang ayakan mesh dengan ukuran 6x6. Bagi bubuk yang terayak pada mesh 5x5 akan menjadi bubuk I, bagi pucuk layu yang terayak pada mesh 6x6 pada ayakan II di DIBN no.1 akan menjadi bubuk 2. Untuk lanjut pada DIBN no.2 pucuk teh diolah menggunakan rotorvane, dan bagi pucuk layu yang terayak pada mesh 6x6 55

68 akan menjadi bubuk III. Di unit usaha Bah Butong tidak dihasilkan bubuk IV pada proses penggulungannya karena mesin rotorvane yang digunakan sebelum menuju ayakan II pada DIBN no.2 dalam kondisi kurang baik. Talang DIBN No.1 Tabel 3.2 Mesh Ayakan DIBN Ukuran Mesh DIBN No.2 Ayakan I Ayakan II Ayakan I Ayakan II 1 4x4 5x5 5x5 5x5 2 4x4 5x5 5x5 5x5 3 5x5 5x5 5x5 5x5 4 5x5 6x6 6x6 6x6 5 6x6 6x6 6x6 6x6 6 6x6 7x7 7x7 7x7 7 6x6 7x7 7x7 7x7 Satu mesin DIBN terdapat 2 papan meja ayakan untuk mengayak pucuk layu teh menjadi bubuk teh sesuai dengan jenis dan ukuran partikelnya. Gambar 3.14 Dubbele India Balbreker Natsorteerder c. Press Cup Roller (PCR) Mesin Press Cup Roller (PCR) digunakan untuk menggulung memotong hasil gulungan dan mengeluarkan cairan sel semaksimal mungkin. Mesin ini pada 56

69 umumnya digunakan untuk menghasilkan teh jenis BOP. PCR dilengkapi dengan tutup guna memberikan tekanan dari bobot pucuk serta tekanan yang dikehendaki.di unit usaha Bah Butong memiliki 8 buah PCR. Adapun cara kerja yang digunakan oleh PCR hampir sama dengan OTR, namun perbedaannya adalah meja roller dibuat diam dan yang bergerak adalah bagian silinder pembawa pucuk sehingga disebut dengan mesin single action roller. Piringan meja dibuat lebih tinggi untuk mengatasi tumpukan pucuk.meja roller dilengkapi dengan bottom bulan sabit guna menggulung dan mendapatkan persentase bubuk yang diinginkan.pcr juga dilengkapi dengan tutup yang memberikan tekanan pada pucuk sehingga dihasilkan bubuk teh yang partikelnya lebih kecil dari OTR. Mesin PCR memiliki ukuran silinder sebesar 47 inchi, dengan putaran rpm dan kapasitas tamping maksimum mesin sebanyak 350 kg. Gambar 3.15 Press Cup Roller (PCR) d. Rotorvane (RV) Rotorvane berfungsi untuk mengecilkan ukuran partikel dengan cara penekanan dan penyobekan. Penyobekan ini meningkatkan persentase teh bermutu baik dan memperbaiki seduhan teh kering. Mesin ini terdiri dari sebuah silinder horizontal dengan bagian dudukan penyangga yang terbuat dari plat dasar. Mesin Rotorvane memiliki prinsip kerja yaitu perputaran poros engkel yang memutar ulir pendorong menyebabkan pucuk teh akan terdorong kedepan dengan kecepatan putar 33 rpm dan daya tampung sebanyak kg. Rotorvane memiliki ukuran silinder sebesar 15 inchi. Adapun cara kerja dari RV adalah elektromotor bergerak memutar pully dengan penghubung va belt untuk mereduksi kecepatan motor tanpa mereduksi 57

70 tenaga. Pully menggerakkan sumber gearbox yang terdiri dari igi panjang dan roda gigi nenas.gearbox memutar rotorvane yang dilengkapi dengan Conveyor untuk mengatur jumlah isian.gerakan pirigan menekan bahan secara berkelanjutan kedepan dan diteruskan pemuntiran oleh sirip yang berputar.pemasukan bubuk kedalam RV harus berkelanjutan untuk mendapakan besarnya penekanan yang seragam. Bubuk yang teah terpotong- potong akan keluar dari ujung RV yang dilanjutkan pengayakan dengan DIBN. Gambar 3.16 Rotorvane (RV) e. Conveyor Conveyor dalam stasiun penggulungan berguna untuk memindahkan bubuk teh secara berkelanjutan dari mesin satu kemesin yang lain dengan jumlah bahan relatif tetap karena Conveyor dilengkapi dengan pengatur ketebalan supaya bubuk tersebar secara merata pada Conveyor untuk diolah lebih lanjut. Gambar 3.17 Conveyor 58

71 f. Kereta/ Gerobak Penampung Kereta penampung berfungsi untuk mengangkut bubuk teh hasil gilingan dari mesin OTR menuju DIBN maupun dari DIBN menuju PCR dan sebaliknya. Gambar 3.18 Kereta/ Gerobak Penampung g. Humidifier Humidifier berguna untuk mengatur kelembaban udara pada ruang penggulungan sehingga proses oksidasi enzimatis dapat berjalan dengan baik dan suhu ruangan penggulungan tetap terjaga baik. Jumlah humidifier pada ruang penggulungan adalah 30 buah. Humidifier menggunakan air sebagai bahan untuk mendinginkan ruangan dan kapasitas air kondensasi yang digunakan sebanyak 18 liter tiap jamnya dengan putaran kipas mesin sebanyak 2810 rpm (Rate Per Minute). Gambar 3.19 Humidifier 59

72 3.4.4 Oksidasi Enzimatis Setelah pucuk layu selesai diayak dengan menggunakan mesin DIBN, akan dihasilkan bubuk teh dengan beberapa jenis bubuk (bubuk I, bubuk II, bubuk III, bubuk IV dan bubuk kasaran IV). a. Humidifier Humidifier merupakan alat yang digunakan untuk mengatur kelembaban udara didalam ruang oksidasi enzimatis supaya tetap berkisar antara %.Alat ini menggunakan energi dari sebuah elektromotor yang dilengkapi kipas pada ujung poros belahan dan piring.prinsip kerja humidifier adalah dengan air dipompa melalui pipa yang dipasang nozzle dan klep yang dikontrol oleh humidistat. Klep akan menutup bila kelembaban telah sesuai. Air akan mengalir bila klep dibuka dan menyembur pada bagia piringan, selanjutnya air tersebut akan terbawa berputar dan keluar dari rumah piringan dalam bentuk butiran halus dan ditiup oleh kipas yang dipasang pada poros belakang elektromotor sesuai Gambar. Gambar 3.20 Humidifier b. Tambir Baki oksidasi enzimatis atau tambir berfungsi untuk menghamparkan bubuk hasil dari sortasi basah yang akan dioksidasi secara enzimatis. Baki atau tambir tersebut terbuat dari aluminium dengan kapasitas muatan bubuk berkisar antara 5-13 kg. 60

73 Gambar 3.21 Tambir c. Trolly Rak atau trolly merupakan salah satu alat bagian fermentasi yang digunakan sebagai alat pemindah bahan yang terdiri dari baki oksidasi enzimatis dan rak besi sebagai penyangganya. Rak oksidasi enzimatis terbuat dari pipa besi dilengkapi dengan 4 buah roda sehingga mempermudah pengangkutan bubuk teh dari ruang sortasi basah ke ruang oksidasi enzimatis dan dari ruang oksidasi enzimatis menuju ruang pengeringan.kapasitas per rak dapat diisi dengan 10 baki oksidasi enzimatis. Gambar 3.22 Trolly d. Psikrometer Psikrometer merupakan alat yang berfungsi untuk mengetahui kelembaban ruangan dan suhu ruang oksidasi enzimatis sesuai Gambar. 61

74 Gambar 3.23 Psikrometer e. Kartu Oksidasi Kartu oksidasi merupakan alat bantu yang terbuat dari papan kayu yang berfungsi untuk mengontrol proses oksidasi enzimatis. Kartu oksidasi berisi nomor seri, jenis bubuk, naik giling, waktu fermentasi minimal dan maksimal. Gambar 3.24 Kartu Oksidasi f. Lampu Penerangan Lampu penerangan berfungsi untuk memperjelas warna bubuk yang dioksidasikan. 62

75 Gambar 3.25 Lampu Penerangan Pengeringan Bubuk teh dikeringkan menggunakan alat pengering setelah dari ruang oksidasi enzimatis.alat yang digunakan adalah mesin pengering buatan PT. TEHA.Panas yang dihasilkan berasal dari heat exchanger (tanur pemanas) dengan suhu panas yang dihasilkan ± 110 C.Setiap unit mesin terdiri dari pemanas udara dan rumah pengering. a. Fluid Bed Dryer (FBD) Mesin ini memiliki mekanisme kerja dengan mengalirkan udara panas yang dihasilkan oleh heat exchanger atau tanur pemanas, dan panas yang dihasilkan tersebut akan dihembuskan melalui lubang atau lorong yang berada dibawah tanah tepat dibawah mesin FBD dan dialirkan naik kedalam mesin dengan pengaturan tuas panel dimana tuas panel tersebut berfungsi untuk mengatur arah hembusan udara panas yang masuk ke dalam mesin. Bahan yang biasa dikeringkan adalah bahan dengan ukuran partikel yang relatif lebih kecil (bubuk I, II). Suhu inlet dari mesin FBD adalah C dan suhu outlet C dengan kurun waktu proses pengeringan ± 15 menit. Gambar 3.26 Fluid Bed Dryer (FBD) 63

76 b. Two Stage Dryer (TSD) Alat ini digunakan untuk mengeringkan bubuk yang memiliki ukuran lebihbesar daripada bubuk yang diolah dengan menggunakan mesin FBD. Gerak bubuk dalam mesin cenderung diam, dimana bubuk akan bergerak sesuai gerakan trays. Waktu pengeringan menggunakan mesin TSD jauh lebih lama dibandingkan dengan menggunakan meisn FBD dan kapasitas yang dapat termuat didalam mesin jauh lebih rendah dan tidak dapat ditentukan oleh panjangnya mesin.kondisi hasil olah pengeringan bubuk teh yang keluar memiliki kondisi yang cukup panas (suhu bubuk yang tinggi). Suhu inlet yang digunakan berkisar antara C dan outlet yang digunakan berkisar C dengan kisaran waktu pengeringan TSD selama menit. Gambar 3.27 Two Stage Dryer (TSD) c. Timbangan Kegunaan dari alat ini sama seperti timbangan lainnya yang berfungsi untuk menghitung berat bubuk teh hasil pengolahan atau pengeringan yang nantinya hasil pengukuran tersebut akan diserahkan pada krani timbang untuk dicatat perolehan produksi teh kering tiap harinya. 64

77 Gambar 3.28 Timbangan Prasortasi Bahan yang telah melalui proses pengeringan akan dilanjutkan pada bagian prasortasi dengan menggunakan bantuan alat vibro, middleton, dan corong. a. Vibro Alat ini digunakan untuk mengayak bubuk III dengan memisahkan bagian yang kasar dengan bubuk hitam teh, sehingga pada hasil output mesin tersebut akan dihasilkan bubuk teh hitam yang lebih bersih tanpa ada serat, tangkai, atau bagian- bagian yang tidak diinginkan. Mesin vibro terdapat 7 roll press, dimana prinsip kerja dari roll tersebut menggunakan energi listrik statis. Ketika bubuk masuk dan melewati bagaian bawah roll, maka dengan adanya listrik statis pada roll tersebut akan mengangkat bagian yang ringan dan memisahkannya dengan bagian bubuk yang berat. Pada bagain atas vibro terdapat meja ayakan yang dapat dilepas dan dipasang (diubah) sehingga membantu penentuan jenis bubuk teh sesuai ukuran partikel yang dikehendaki sesuai standar. 65

78 Gambar 3.29 Vibro b. Middleton Middleton berfungsi untuk memisahkan bubuk teh yang diinginkan dari bagian tangkai ataupun serat lain yang tidak diinginkan dengan bantuan bubble trays yang terdapat pada meja ayakan middleton. Bubble trays tersebut tentunya memiliki ukuran tertentu untuk dapat mensortir bubuk teh sesuai ukuran lubang dari bubble trays tersebut. Gambar 3.30 Middleton c. Corong Hembus Alat ini digunakan untuk memidahkan bubuk teh yang telah dikeringkan menuju tangki penyimpanan bubuk sementara yang berada di ruang sortasi kering. Mekanisme dari alat ini adalah adanya motor yang menggerakkan kipas didalam corong yang menghasilkan hembusan udara kencang, sehingga ketika bubuk teh dimasukkan kedalam corong maka bagian yang jatuh kedalam dasar corong akan terhembus naik menuju tangki sementara di ruang sortasi 66

79 . Gambar 3.31 Corong Hembus Sortasi Kering Bagian yang menjadi pusat terpenting dalam industri pengolahan teh ada pada bagian sortasi kering, karena dalam stasiun sortasi kering terdapat berbagai macam alat yang digunakan untuk mensortir bubuk teh sesuai mutu yang telah ditetapkan. Berbagai alat yang digunakan antara lain: a. Tangki Penyimpanan Bubuk Sementara Wadah atau tangki yang digunakan terbuat dari logam besi dan di unit usaha Bah Butong terdapat 5 (lima) unit tangki penyimpanan bubuk sementara yang terbagi untuk menampung bubuk I, bubuk II, bubuk III dan kasaran bubuk III. Gambar 3.32 Tangki Penyimpanan Bubuk Sementara b. Nissen Nissen merupakan alat yang digunakan untuk mengayak atau memilah bubuk teh yang hendak disortir sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki. Selain ayakan, dalam alat tersebut terdapat roll press yang membantu memberi tekanan pada bubuk 67

80 teh dengan ukuran partikel cukup besar seperti jenis bubuk IV maupun bubuk kasaran IV yang masuk supaya menjadi lebih ringan, tipis, tidak berbentuk gumpalan besar dam memudahkan untuk proses sortasi selanjutnya. Gambar 3.33 Nissen c. Middleton Middleton berfungsi untuk memisahkan bubuk teh yang diinginkan dari bagian tangkai ataupun serat lain yang tidak diinginkan dengan bantuan bubble trays yang terdapat pada meja ayakan middleton. Bubble trays tersebut tentunya memiliki ukuran tertentu untuk dapat mensortir bubuk teh sesuai ukuran lubang dari bubble trays tersebut sesuai Gambar Gambar 3.34 Middleton d. Vibro Alat ini digunakan untuk mengayak bubuk III dengan memisahkan bagian yang kasar dengan bubuk hitam teh, sehingga pada hasil output mesin tersebut akan dihasilkan 68

81 bubuk teh hitam yang lebih bersih tanpa ada serat, tangkai, atau bagian- bagian yang tidak diinginkan. Mesin vibro terdapat 7 roll press, dimana prinsip kerja dari roll tersebut menggunakan energi listrik statis. Ketika bubuk masuk dan melewati bagaian bawah roll, maka dengan adanya listrik statis pada roll tersebut akan mengangkat bagian yang ringan dan memisahkannya dengan bagian bubuk yang berat. Pada bagain atas vibro terdapat meja ayakan yang dapat dilepas dan dipasang (diubah) sehingga membantu penentuan jenis bubuk teh sesuai ukuran partikel yang dikehendaki sesuai standar mutu. Alat sesuai pada Gambar Gambar 3.35 Vibro e. Vandemeer Mesin vandemeer merupakan alat ayakan yang memiliki ayakan dengan ukuran mesh tertentu dengan fungsi untuk memisahkan bubuk teh sesuai dengan ukuran partikel pada mesh.alat vandemeer cenderung digunakan untuk bubuk teh yang memiliki ukuran partikel yang relatif besar seperti bubuk kasaran IV.Hal ini dikarenakan pada alat vandemeer sebelum bubuk jatuh terayak, bubuk teh terlebih dahulu diberi tekanan menggunakan roll press. 69

82 Gambar 3.36 Vandemeer f. Siliran Siliran merupakan alat yang digunakan untuk mensortir bubuk teh berdasarkan berat jenis bubuk teh, sehingga dihasilkan bubuk teh dengan berat bubuk paling ringan hingga bubuk paling berat (kerikil).pada unit usaha Bah Butong terdapat 2 jenis siliran, pertama yaitu siliran yang digunakan untuk mensortir semua jenis bubuk dan siliran dust yang lebih kecil ukurannya untuk mensortir jenis bubuk dust. Gambar 3.37 Siliran g. Vibro Screen Alat ini digunakan untuk menyaring bubuk teh sesuai dengan ukuran ayakan mesh yang terpasang pada tiap tingkatan dalam mesin vibro screen, sehingga dengan ayakan yang terpasang bertingkat tersebut pada tiap tingkatan terdapat corong keluar bagi bubuk yang tidak lolos dalam pengayakan di vibro screen. 70

83 Gambar 3.38 Vibro Screen h. Jackson Dalam mesin Jackson terdapat sebuah beberapa ukuran mesh ayakan yang membantu kerja sortir atau pemisahan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel pada mesh. Selain adanya ayakan pada mesin Jackson, terdapat pula roll press yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada bubuk teh dengan ukuran partikel yang relatif lebih besar supaya tidak menggumpal terlalu besar dan memudahkan pensortiran. Gambar 3.39 Jackson 71

84 i. BIN Unit usaha perkebunan teh Bah Butong memiliki 20 tangki penampungan bubuk teh jadi yang telah disortir atau yang disebut dengan BIN.Tangki penyimpanan tersebut terbuat dari bahan logam besi antikarat, dimana pada bagian bawah masing-masing tangki terdapat klep yang berfungsi untuk mengalirkan isi bubuk teh yang disimpan didalam tangki untuk keluar atau jatuh tepat dibawah tangki.pada bagian bawah tangki telah terpasang conveyor belt yang berfungsi untuk mewadahi bubuk teh dalam tangki yang jatuh ketika klep dibuka untuk selanjutnya bubuk tersebut dibawa menuju stasiun pengemasan. Gambar 3.40 BIN j. Cutter Cutter merupakan alat yang digunakan untuk memotong bagain tangkai atau batang yang terlalu besar apabila terdapat pada bagain bubuk teh yang hendak disortir. 72

85 Gambar 3.41 Cutter k. Conveyor Belt Stair Tangga Conveyor berfungsi untuk mengangkut bubuk teh yang telah disortir untuk naik dan dimasukkan padalubang masuk penyimpanan bubuk teh jadi pada bagian atas tangki.diujung Conveyor bagian atas terdapat sebuah corong yang memiliki fungsi untuk menyesuaikan posisi jatuh bubuk teh dari Conveyor menuju lubang masuk bubuk pada bagian atas tangki.pada bagian dasar atau bawah Conveyor terdapat hopper yang berfungsi sebagai wadah tampung bubuk teh yang hendak dialirkan pada Conveyor. Gambar 3.42 Conveyor Belt Stair l. Ayakan Inti dari proses sortasi adalah ukuran ayakan yang digunakan untuk mensortir bubuk teh sehingga dihasilkan bubuk teh jadi sesuai dengan berat, ukuran partikel, serta mutu atau standar yang telah ditetapkan. Terdapat rak dalam ruang sortasi yang berisi ayakan dari berbgai jenis ukuran mesh, 73

86 Gambar 3.43 Ayakan Pengepakan Pengemasan menjadi bagian akhir dari proses pengolahan bubuk teh jadi. Fungsi utama dari proses pengemasan adalah mengemas produk akhir atau bubuk teh jadi yang telah disortir untuk dikemas dengan kemasan tertentu yang selanjutnya dikirim ke gudang penyimpanan. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengemasan antara lain : a. Blender Blender merupakan alat yang digunakan untuk mencampur bubuk teh jadi yang akan dikemas. Unit usaha kebun teh Bah Butong tidak menggunakan blender untuk mencampur bubuk teh jadi yang berbeda jenis.hal ini dikarenakan di unit usaha Bah Butong menjaga kualitas dari bubuk teh jadi yang diolahnya, sehingga produk yang dikemas atau dipasarkan tidak ingin dicampur dengan jenis bubuk teh jadi lainnya.mekanisme kerja dari mesin blender adalah mencampurkan 1 jenis bubuk teh jadi pada 8 ruang yang terdapat dalam mesin blender.pengisian dilakukan per ruang atau bubuk teh jadi dimasukkan kedalam salah satu ruang hingga penuh barulah dilanjutkan pengisian pada ruang lainnya yang berlawanan arah (pengisian tidak dapat dilakukan pada ruang yang berurutan), hal ini dilakukan supaya bubuk teh jadi yang jatuh saling bertemu (terpusat) dan tidak terhambur jauh.blender berguna untuk mencampur satu jenis bubuk teh jadi yang berbeda waktu produksinya. 74

87 Gambar 3.44 Blender b. Packer Packer merupakan alat yang digunakan untuk pengemasan bubuk teh jadi dari blender kedalam kemasan. Pada mesin packer terdapat dua corong yang berfungsi untuk menyalurkan bubuk teh jadi kebawah untuk dikemas oleh operator dengan menggunakan bahan pengemas (paper sack atau polybag), selain itu juga mempermudah dalam pengambilan sampel yang dikirim ke ruang tester dan mempermudah penataan urutan kemasan.mesin packer memiliki kapasitas sebesar 1500 kg. Gambar 3.45 Packer c. Press Roller Pres Roller berfungsi untuk meratakan isi bubuk teh didalam kemasan supaya rata dan mempermudah penyusunan kemasan bubuk teh jadi diatas pallet. 75

88 Gambar 3.46 Press Roller 76

89 BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA 4.1. Lingkup Pekerjaan Kegiatan kerja praktek mahasiswa di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong ditempatkan pada bagian SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Lingkup pekerjaan bagian ini adalah untuk menjamin keselamatan pekerja dari resiko terjadinya bahaya, baik bahaya secara langsung maupun tidak langsung dengan melakukan perbaikan pada setiap area kerja (stasiun kerja) Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan Selama melaksanakan kerja praktek, penulis diberi tanggung jawab dan wewenang oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Penulis bertanggung jawab untuk memberikan hasil dan saran terhadap tugas yang diberikan dari pembimbing lapangan. Selain itu penulis juga diajak berkeliling di lantai produksi dan dijelaskan semua proses produksi yang sedang berlangsung oleh pembimbing lapangan. Selama pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa diberi wewenang oleh pembimbing antara lain: a. Penulis diizinkan untuk mengamati secara langsung proses produksi yang ada di perusahaan. b. Penulis diberikan izin untuk mengambil data menggali informasi yang dibutuhkan secara langsung di lapangan. c. Penulis diizinkan untuk berkomunikasi atau mewawancarai mandor yang bertugas tiap stasiun, dan tidak diperbolehkan mewawancarai pekerja yang sedang bekerja. d. Penulis diizinkan menggunakan alat-alat milik perusahaan yang diperlukan untuk pekerjaan yang diberikan. 4.3 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Sumber Data a. Data Primer Sumber data ini diperoleh dari observasi lapangan, wawancara, serta diskusi dengan mandor tiap stasiun PT.Perkebunan Nusantara IV Unit Bah Butong b. Data Sekunder Sumber data diperoleh dari data dokumen perusahaan khususnya yang berhubungan dengan SMK3 77

90 4.3.2 Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Lapangan Merupakan teknik pengumpulan data yang didapat dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada masing-masing stasiun, sekaligus melakukan survey ke lapangan untuk mengetahui sistem operasional dan proses produksi, serta mencari faktor dan potensi bahaya yang ada. b. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara langsung kepada mandor tiap stasiun yang berwenang dan berkaitan langsung dengan masalah K3 c. Kepustakaan Merupakan teknik dengan membaca buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian yang sudah ada, serta sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan topik Kerja Praktek sebagai referensi d. Dokumentasi Teknik yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen-dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan objek yang diteliti 4.4 Faktor Bahaya Analisis Faktor Bahaya Lingkungan Kerja Pada sub bab ini akan membahas mengenai analisis aspek lingkungan kerja serta resiko-resiko terjadinya bahaya pada masing-masing stasiun kerja: a. Kebisingan Analisis kebisingan diukur dengan alat sound level meter dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan pada stasiun kerja agar pekerja sehingga pekerja dapat terhindar dari gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan saat bekerja. Untuk tingkat kebisingan diruang kerja yang sudah disarankan berdasarkan standar SNI yang diputuskan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri adalah maksimal 85 dba dengan ambang batas waktu kerja 78

91 maksimal 8 jam/ hari. Berikut analisis kebisingan dianalisis pada setiap stasiun sebagai berikut: i. Stasiun Penerimaan Daun Basah. Pada stasiun penerimaan daun basah terdapat Fan Blower yang dapat menyebabkan kebisingan.berdasarkan pengukuran yang dilakukan maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan pada stasiun penerimaan daun basah pada Fan Blower adalah 81.9 dba.dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Penerimaan Daun Basah pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong masih berada dalam batas normal. ii.stasiun Pelayuan Pada stasiun Pelayuan juga terdapat Fan Blower yang dapat menyebabkan kebisingan.berdasarkan pengukuran yang dilakukan maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan pada stasiun pelayuan pada Fan Blower adalah 81.9 dba.dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Pelayuan pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong masih berada dalam batas normal. iii. Stasiun Penggulungan. Pada stasiun Penggulungan terdapat Mesin Press Cup Roller (PCR), Open Top Roller (OTR), Rotorvane (RV) dan Double Indian Burblelaker Netehrland (DIBN) yang dapat menyebabkan kebisingan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan pada stasiun Penggulunganadalah sebesar 86,5 dba. Dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Penggulungan Daun Basah pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong berada dalam kondisi yang berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan pendengaran bagi pekerja. iv. Stasiun Fermentasi. Pada Stasiun Fermentasi tidak ditemukan kemuungkinan bahaya yang dapat mengganggu kesehatan pendengaran dari pekerja.hal ini disebabkan karena tidak ada mesin yang mengeluarkan sumber suara dan juga pekerja yang berada pada stasiun fermentasi tidak selalu berada pada stasiun tersebut. v. Stasiun Pengeringan. Pada stasiun Pengeringan terdapat Mesin Fluid Bed Dryer (FBD), Two Stages Dryer (TSD) yang dapat menyebabkan kebisingan. Berdasarkan pengukuran yang 79

92 dilakukan maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan Mesin FDB adalah sebesar 84,3 dba sedangkan untuk Mesin TSD adalah sebesar 85,5. Dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Pengeringan pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong berada dalam kondisi yang berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan pendengaran bagi pekerja. vi. Stasiun Prasortasi. Pada stasiun Prasortasi terdapat Mesin Midleton, Mesin Vibro dan Mesin Silo yang dapat menyebabkan kebisingan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan pada Stasiun Prasortasi adalah sebesar 85,3. Dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Prasortasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong berada dalam kondisi yang berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan pendengaran bagi pekerja. vii. Stasiun Sortasi. Pada stasiun Sortasi terdapat Mesin Nissen, Mesin Vibro, Mesin Vibroscreen, Mesin Midleton, Mesin Johnson, Mesin Cutter dan Mesin Siliran yang dapat menyebabkan kebisingan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada dua titik yaitu pada Ayakan Nissen 3 dan pada Mesin cutter maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan pada ayakan Nissen 3 adalah sebesar 81,3 dba sedangkan untuk Mesin Cutter adalah sebesar 80,9. Dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Pengeringan pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong berada dalam kondisi yang tidak berbahaya. viii. Stasiun Pengepakan Pada stasiun Pengepakan terdapat Mesin Press, Mesin Blender, dan Mesin Pack yang dapat menyebabkan kebisingan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan maka didapat hasil pengukuran untuk kebisingan pada stasiun Pengepakan adalah sebesar 86,9 dba. Dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan untuk stasiun kerja Pengepakan pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong berada dalam kondisi yang berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan pendengaran bagi pekerja. 80

93 b. Intensitas Penerangan. Analisis Intensitas Penerangan diukur dengan alat Flux meter dengan tujuan untuk menghindarkan pekerja dari gangguan penglihatan akibat intensitas penerangan dalam stasiun kerja yang kurang baik. Adapun Standar penerangan ideal di Indonesia (SNI) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri untuk intensitas cahaya pada ruangan yaitu minimal 100 Lux. Berikut adalah analisis Intensitas Penerangan dianalisis pada setiap stasiun sebagai berikut: i. Stasiun Penerimaan Daun Basah Aktivitas penerimaan daun pucuk basah dilakukan pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB pada ruangan terbuka sehingga tidak diperlukan pengukuran Intensitas cahaya.selain itu desain ruang pada pabrik memungkinkan cahaya matahari masuk sehingga pada siang hari tidak perlu diberi tambahan penerangan. ii. Stasiun Pelayuan Pada stasiun pelayuan daun basah intensitas cahaya penerangan dihitung dengan menggunakan alat flux meter yaitu bernilai 70 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun pelayuan PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong tidak memenuhi Standar dan dalam kondisi berbahaya karena jika dibiarkan dapat menimbulkan gangguan penglihatan pada pekerja. iii. Stasiun penggulungan Pada stasiun penggulungan intensitas cahaya penerangan dihitung dengan menggunakan alat flux meter dengan pengukuran dilakukan tepat pada tengah ruangan bernilai 37 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun penggulungan PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong tidak memenuhi Standar dan dalam pada pekerja. iv. Stasiun Fermentasi Pada stasiun fermentasi intensitas cahaya penerangan dihitung dengan menggunakan alat flux meter dengan pengukuran dilakukan tepat pada tengah ruangan bernilai 59 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun fermentasi PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong tidak memenuhi 81

94 Standar dan dalam kondisi berbahaya karena jika dibiarkan dapat menimbulkan gangguan penglihatan pada pekerja. v. Stasiun Pengeringan Pada stasiun pengeringan intensitas cahaya penerangan perhitungan flux dilakukan pada 2 tempat dalam satu ruangan yaitu pada mesin FBD dan juga pada mesin TSD dengan menggunakan alat flux meter, pada mesin FBD flux bernilai 46 Lux, dan pada mesin TSD bernilai 23 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun pengeringan PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong tidak memenuhi Standar dan dalam kondisi berbahaya karena jika dibiarkan dapat menimbulkan gangguan penglihatan pada pekerja. vi. Stasiun Prasortasi Pada stasiun prasortasi intensitas cahaya penerangan dihitung dengan menggunakan alat flux meter dengan pengukuran dilakukan tepat pada tengah ruangan bernilai 403 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun prasortasi PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong memenuhi Standar. vii. Stasiun Sortasi Pada stasiun sortasi intensitas cahaya penerangan dihitung dengan menggunakan alat flux meter dengan pengukuran dilakukan tepat pada tengah ruangan bernilai 507 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun sortasi PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong memenuhi Standar. viii. Stasiun Pengepakan Pada stasiun pengepakan intensitas cahaya penerangan dihitung dengan menggunakan alat flux meter dengan pengukuran dilakukan tepat pada tengah ruangan bernilai 188 Lux, sehingga dapat dikatakan kondisi ruangan pada stasiun pengepakan PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong memenuhi Standar. c. Getaran. Analisis getaran diukur menggunakan alat Human Vibration Meter dengan tujuan untuk mengetahui tingkat getaran pada stasiun kerja sehingga dapat menghindarkan pekerja dari gangguan yang disebabkan oleh getaran saat bekerja. Adapun Standar Whole Human Vibration (WHV) berdasarkan ISO 2631 dimana untuk pemaparan 8 jam/ hari, maka Whole Body Vibration dengan percepatan (m/det 2 ) dengan ketentuan sebagai berikut: 82

95 i.lebih kurang dari 0.15 m/det m/det 2 = getaran yang mengganggu kenyamanan. ii.lebih kurang dari 0.30 m/det m/det 2 = getaran yang mempercepat kelelahan. iii.diatas 0.75 m/det 2 = getaran yang mengganggu kesehatan (mual, pusing, gangguan keseimbangan, kosentrasi, gangguan saraf motoric) Berikut merupakan analisis pada masing-masing stasiun kerja : i. Stasiun Penerimaan Daun Basah Pada stasiun pelayuan daun basah tidak terdapat mesin yang mengakibatkan getaran. ii. Stasiun Pelayuan Pada stasiun pelayuan didapatkan hasil pengukuran yaitu m/det 2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat getaran pada stasiun pelayuan pada ambang batas normal dan tidak mengganggu kesehatan. iii. Stasiun Penggulungan Pada stasiun penggulungan didapatkan hasil pengukuran yaitu m/det 2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat getaran pada stasiun penggulungan pada ambang batas normal dan tidak mengganggu kesehatan. iv. Stasiun Fermentasi Pada stasiun pelayuan daun basah tidak terdapat mesin yang mengakibatkan getaran. v. Stasiun Pengeringan Pada stasiun pengeringan dilakukan 2 kali hasil pengukuran getaran yaitu pada mesin FBD dan juga TSD hasil perhitungan didapatkan hasil nilai m/det 2 untuk mesin FBD dan m/det 2 untuk mesin TSD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat getaran pada stasiun pengeringan pada ambang batas normal dan tidak mengganggu kesehatan. vi. Stasiun Prasortasi Pada stasiun prasortasi didapatkan hasil pengukuran yaitu m/det 2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat getaran pada stasiun prasortasi pada ambang batas normal dan tidak mengganggu kesehatan. 83

96 vii. Stasiun Sortasi Pada stasiun sortasi dilakukan 2 kali hasil pengukuran getaran yaitu pada mesin Nissen 3 dan juga mesin Cutter hasil perhitungan didapatkan hasil nilai m/det 2 untuk mesin Nissen 3 dan m/det 2 untuk mesin Cutter. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat getaran pada stasiun sortasi pada ambang batas normal dan tidak mengganggu kesehatan. viii. Stasiun Pengepakan Pada stasiun pengepakan didapatkan hasil pengukuran yaitu m/det 2.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat getaran pada stasiun pengepakan pada ambang batas normal dan tidak mengganggu kesehatan. d. Kadar Debu Total Pada proses produksi teh hitam menghasilkan debu pada pada stasiun tertentu. Stasiun yang menimbulkan atau menghasilkan debu adalah pada stasiun prasortasi dan sortasi. Dimana pada stasiun tersebut mengolah teh yang sudah kering sehingga pada proses pengolahannya menimbulkan debu. Untuk mengukur kadar debu tersebut maka digunakan alat filter debu, LVS (Low Volume Air Sampler) dan timbangan analitik. Pengukuran kadar debu dilakukan pada lokasi prasortasi dan sortasi. Maka berdasarkan pengukuran yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut ini: a. Lokasi di prasortasi : kadar debu total adalah 2,4000 mg/m 3 b. Lokasi di sortasi : kadar debu total adalah 3,9834 mg/m Penanganan Faktor Bahaya a. Kebisingan Berdasarkan standar SNI yang diputuskan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri adalah maksimal 85 dba dengan ambang batas waktu kerja maksimal 8 jam/ hari. Namun pada beberapa stasiun terdapat kebisingan melebihi batas maksimal kebisingan.sehingga perlu dilakukan perbaikan.stasiun-stasiun yang perlu dilakukan perbaikan adalah stasiun penggulungan, prasortasi, pengeringan dan stasiun pengepakan.dimana stasiun- 84

97 stasiun tersebut memiliki kebisingan diatas ambang batas kebisingan yaitu diatas 85 dba.sehingga diperlukan perbaikan agar tidak membahayakan pekerja. Berikut ini adalah perbaikan-perbaikan yang disarankan: 1. Mengisolasi sumber kebisingan 2. Menyesuaikan waktu kerja dan paparan bising sesuai nilai ambang batas misalnya 85 dba bekerja selama 8 jam dan 88 dba bekerja selama 4 jam. 3. Memakai alat pelindung diri pendengaran seperti ear plug (kebisingan dibawah 100 dba) dan ear muff (kebisingan diatas 100 dba) b. Intensitas Pencahayaan Standar penerangan ideal di Indonesia (SNI) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri untuk intensitas cahaya pada ruangan yaitu minimal 100 Lux. Sehingga jika terdapat pencahayaan dibawah 100 lux tidak memenuhi Standar dan perlu dilakukan perbaikan. Stasiun- stasiun yang perlu dilakukan perbaikan percahayaannya adalah stasiun pelayuan, penggulungan, pengeringan, fermentasi.karena pada stasiun-stasiun tersebut miliki pencahayaan dibawah 100 lux.sehingga berikut ini adalah perbaikan yang disarankan. Menambah intensitas penerangan dengan cara: a. Menggunakan atap tembus cahaya b. Menjaga kebersihan bola lampu dan kaca jendela c. Mengganti lampu yang sudah mulai redup atau mati d. Menjaga kebersihan tembok atau mengganti cat tembok dengan warna yang lebih cerah c. Getaran Standar Whole Human Vibration (WHV) berdasarkan ISO 2631 dimana untuk pemaparan 8 jam/ hari, maka Whole Body Vibration dengan percepatan (m/det 2 ) dengan ketentuan sebagai berikut: i. Lebih kurang dari 0.15 m/det m/det 2 = getaran yang mengganggu kenyamanan. ii. Lebih kurang dari 0.30 m/det m/det 2 = getaran yang mempercepat kelelahan. iii. Diatas 0.75 m/det 2 = getaran yang mengganggu kesehatan (mual, pusing, gangguan keseimbangan, kosentrasi, gangguan saraf motoric) 85

98 Sehingga diluar dari ketentuan-ketentuan tersebut perlu dilakukan perbaikan agar tidak membahayakan pekerja.namun pada stasiun-stasiun produksi PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong memenuhi Standar, dan masin berada pada ambang normal. d. Kadar Debu Total Standar untuk ambang batas kadar debu adalah 0.15 mg/m 3.Sehingga jika terdapat diatas ambang batas tersebut maka perlu dilakukan perbaikan. Dan berdasarkan pengukuran kadar debu total yang dilakukan pada stasiun prasortasi dan sortasi memiliki kadar debu total diatas 0.15 mg/m 3.Sehingga perlu dilakukan perbaikan.berikut ini adalah perbaikan-perbaikan yang disarankan. i. Mengunakan alat pelindung mata yang berfungsi untuk melindungi mata dari kemasukamn debu atau partikel kecil yang lain diudara seperti, kacamata dan lain-lain ii. Menggunakan alat pelindung pernapasan seperti, air purfying respirator dan air supplied respirator. Air purfyng respirator berfungsi untuk melindungi pemakai dari pemeparan melalui inhalasi saluran pernapasan, dipakai terutama bila paparan kadar bahan didalam ruangan kerja rendah. Air supplied respirator berfungsi untuk melindungi pemakainya dari pemaparan bahan-bahan yang sangat toksik atau dari bahaya kekurangan oksigen. 4.5 Hasil Pekerjaan Analisis Kekurangan SMK 3 Pada Setiap Stasiun Kerja Berdasarkan hasil pekerjaan, setelah dilakukan pengamatan dan pengambilan data pada masing-masing stasiun kerja, terdapat beberapa stasiun kerja yang perlu dilakukan perbaikan pada bagian SMK3, berikut merupakan uraian tiap stasiun kerja: a. Stasiun Penerimaan Daun Basah i. Lokasi Alat Pemadam Kebakaran Tidak Berada di Tempat Seharusnya 86

99 Gambar 4.1 Instalasi listrik yang tidak terawat dan dibiarkan terbuka b. Stasiun Pelayuan Gambar 4.11 i. Pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja Gambar 4.2 ii. Tempat minum pekerja yang kotor dan tidak higienis 87

100 c. Stasiun penggulungan Gambar 4.3 i. Saluran pembuangan air tidak baik dan lantai licin Gambar 4.4 ii. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dengan semestinya d. Stasiun Fermentasi Gambar 4.5 i. Udara lembab, lantai licin, dan saluran air tidak baik 88

101 Gambar 4.6 ii. Pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri berupa masker e. Stasiun Pengeringan Gambar 4.7 i. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri dengan semestinya f. Stasiun Prasortasi Gambar 4.8 i. Tidak terdapat alat pemadam kebakaran di sekitar area 89

102 g. Stasiun Sortasi Gambar 4.9 i. Pekerja tidak menggunakan APD sesuai SNI h. Stasiun Pengepakan Gambar 4.10 i. Tidak terdapat alat pemadam dan kotak P3K di sekitar stasiun Gambar Analisis Perbaikan SMK 3 Pada Setiap Stasiun Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang utama dalam proses produksi pada PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya petunjuk keselamatan kerja yang ditempel dan dibuat di areal pabrik maupun diluar pabrik. Menurut manajer produksi setiap karyawan juga diberi alat 90

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV Jelli Hotrina Siboro 140608028 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA 2017 i ii iii KATA PENGANTAR Puji serta

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan

Lebih terperinci

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172 Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih Vileora Putri Christna 14.I1.0172 PROFIL PERUSAHAAN PTPN IX pada awalnya merupakan penggabungan 2 unit kebun Semugih dan Pesantren.

Lebih terperinci

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) UNIT USAHA DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK PROPINSI SUMATERA BARAT Deri Yendri Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pengeringan telah di kenal manusia sejak lama. Penjemuran pakaian dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses pengeringan berbagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PTPN IV BAH BIRUNG ULU PEMATANG SIANTAR. A. Sejarah Ringkas PTPN IV Bah Birung Ulu Pematang Siantar

BAB II PROFIL PTPN IV BAH BIRUNG ULU PEMATANG SIANTAR. A. Sejarah Ringkas PTPN IV Bah Birung Ulu Pematang Siantar BAB II PROFIL PTPN IV BAH BIRUNG ULU PEMATANG SIANTAR A. Sejarah Ringkas PTPN IV Bah Birung Ulu Pematang Siantar Unit usaha Bah Birung Ulu merupakan salah satu dari 36 unit usaha di PT.Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : David Cahyadi Sutrisno (6103008036) Mario Kurniawan (6103008112)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan didirikan dengan nama PT. Perkebunan Mitra Kerinci pada tanggal 17 Juli 1990 berdasarkan SK Mentan dan Menkeu tentang persetujuan usaha

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH: DELLA YUNITA W. 6103009076 MELISA SUGIARTO 6103009077

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan

Lebih terperinci

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII Kebun Kertamanah A. Pendahuluan Pengeringan merupakan proses

Lebih terperinci

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014) BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hijau yang sangat luas. Sebagian besar kawasan hijau diolah sebagai kawasan perkebunan yang hasilnya menjadi pemasukan keuangan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT

BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT BAB II PROFIL PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) KEBUN SAWIT LANGKAT A. Sejarah Ringkas PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Langkat ini merupakan unit kebun sawit langkat (disingkat SAL) berdiri sejak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kebun Batang Serangan dibuka pada tahun 1910 yang dikelola oleh pemerintahan Belanda dengan nama perusahaan NV.BDM (Breningde Deli Maatscappinjen).

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 Badan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 Badan BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perkembangan Perusahaan PT Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 Badan UsahaMilik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sari Tani Jaya Sumatera merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan ubi kayu untuk menghasilkan produk tepung tapioka yang

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN . GAMBARAN UMUM DAERAH PENELTAN 1. Sejarah Perkebunan Rajamandala Perkebunan Rajamandala merupakan salah satu kebun dalam ruang lingkup Perseroan Terbatas Perkebunan X (PTP X). Sebelum menjadi bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Megah Plastik merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang proses produksi plastik kantongan dari bijih plastik. PT. Megah Plastik didirikan

Lebih terperinci

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii Aspek Keteknikan Pertanian Pada Pengolahan Teh Hitam Orthodoks di PTP Nusantara VIII Kebun Malabar, Bandung Oleh Juan Maragia F14103062 Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Sebelumnya PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Sawit Lagkat ini merupakan Unit Kebun Sawit Langkat (SAL) berdiri sejak tahun 01 Agustus 1974 sebagai salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu pengukuran variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabas Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di pengolahan pakan ternak unggas dan perikanan. Perusahaan ini didirikan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation). Kemudian diteruskan pada tahapan pembangunan sipil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Karakteristik Mesin Open Top Roller Pada Produksi Teh Hijau Di PT. Mitra Kerinci Kebun Liki Kabupaten Solok Selatan

KATA PENGANTAR Karakteristik Mesin Open Top Roller Pada Produksi Teh Hijau Di PT. Mitra Kerinci Kebun Liki Kabupaten Solok Selatan KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN FLUID BED DRYER (FBD) (Aplikasi PTP.N.IV Bah butong Simalungun)

PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN FLUID BED DRYER (FBD) (Aplikasi PTP.N.IV Bah butong Simalungun) PENGERINGAN BUBUK TEH DENGAN MENGGUNAKAN FLUID BED DRYER (FBD) (Aplikasi PTP.N.IV Bah butong Simalungun) Oleh : IRWAN OMPUSUNGGU 055203011 Karya Akhir ini Digunakan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan sektor industri yang semakin maju, serta semakin ketatnya persaingan di dunia industri maka perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Salix Bintama Prima adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan limbah kayu menjadi bahan bakar pelet kayu (wood pellet). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan Kebun Kumai di bangun tahun 1982 sesuai dengan SK Gubernur Kalimantan Tengah No DA/22/D.IV.III/III/1982 tanggal 29 maret 1982 tentang pencadangan areal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan Teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia, mengingat letak geografisnya yang strategis. Kebutuhan dunia akan komoditas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174 IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG Roswita Sela 14.I1.0174 OUTLINE PROFIL PERUSAHAAN PROSES PRODUKSI SANITASI KESIMPULAN SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai Uraian tugas dan tanggung jawab struktur organisasi Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: 1. Manager/ ADM Manager/ADM diangkat langsung oleh Direksi dan merupakan pimpinan tertinggi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) BAB II GAMBARAN UMUM PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) A. Sejarah singkat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara bidang perkebunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

1. Teh Hijau (Green Tea)

1. Teh Hijau (Green Tea) Siapa yang tidak kenal dengan teh? minuman teh merupakan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini teknologi merupakan hal yang sangat penting. Teknologi merupakan salah satu hal yang perkembangannya sangat pesat di dunia terutama di bidang manufaktur.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Sinar Inesco merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan teh dengan bahan baku sebagian besar berasal dari perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Pada awalnya PT. Perkebunan Nusantara II pabrik gula Sei Semayang merupakan perusahaan Belanda dengan nama N.V. Veroning Dedeli Maatsenappij, tetapi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Bamindo Agrapersada adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri pengolahan bambu. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Tabel Besarnya Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Kebun Golapara Sukabumi merupakan salah satu perkebunan yang dikelola oleh PTPN VIII. Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN 128 BAB VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. Perubahan akta terakhir dengan akta No. 13 yang dibuat diihadapan notaris

BAB III OBYEK PENELITIAN. Perubahan akta terakhir dengan akta No. 13 yang dibuat diihadapan notaris BAB III OBYEK PENELITIAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT PARINDO PERMAI didirikan dengan akta notaris No. 52, tertanggal 24 Desember 1980 dengan akta yang dibuat dihadapan Notaris Hobropoerwanto, SH.,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan cikal bakal berdirinya Kebun/Unit PT. Perkebunan Nusantara V

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan cikal bakal berdirinya Kebun/Unit PT. Perkebunan Nusantara V BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 1979 PT. Perkebunan Nusantar II dengan kantor pusat di Tanjung Morawa Medan Sumatera Utara, melaksanakan pengembangan areal tanaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 PT. Perkebunan Nusantara IV 4.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 09 tahun 1996 tentang penggabungan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan CV. Makmur Palas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pendaur ulangan sampah plastik menjadi kantong plastik. Perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Super Steel Indah adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri baja yang didirikan pada tahun 1973 dimana perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diawali dengan ditemukannya mesin uap yang mendorong revolusi industri atau dikenal juga dengan industri 1.0 pada tahun 1784, revolusi industri terus berkembang mulai

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Sumatra Industri Cat merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang produksi cat. PT Sumatra Industri Cat didirikan pada bulan Juni tahun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik oleh pekerja apabila tempat kerjanya dirancang dengan baik pula, tempat kerja yang baik disini yaitu tempat kerja

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Perusahaan Permata Hijau Group (PHG) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau Group

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci