Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)
|
|
- Hartanti Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Diawali dengan ditemukannya mesin uap yang mendorong revolusi industri atau dikenal juga dengan industri 1.0 pada tahun 1784, revolusi industri terus berkembang mulai saat itu. Revolusi industri menyebabkan peralihan penggunaan tenaga manusia dan hewan yang digantikan dengan teknologi mekanik. Industri 1.0 ini berkembang hingga akhir abad 19, yang kemudian pada awal abad 20 digantikan dengan industri 2.0 yaitu produksi massal yang menggunakan tenaga listrik. Pada awal tahun 1970 terjadi revolusi industri ketiga yaitu industri 3.0, pada revolusi ini mulai dikenal penggunaan alat elektronik dan IT untuk proses manufaktur otomatis. Proses manufaktur otomatis ini mulai menggantikan tugas-tugas operator dengan mesin dan robot. Revolusi industri keempat atau industri 4.0 terjadi pada tahun 2012, industri 4.0 memperkenalkan proses produksi Cyber-Physical. Industri 4.0 ini mengarah kepada proses manufaktur yang berbasis internet atau jaringan wireless. Penggunaan teknologi ini tidak hanya sebatas pada komunikasi, akan tetapi juga mencakup kontrol dan kendali jarak jauh (Wahlster, 2012). Perkembangan industri dan teknologi telah berkembang dengan sangat cepat terutama di bidang otomasi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Credit Suisse total biaya yang dikeluarkan untuk otomasi secara global pada tahun 2012 adalah 152 milyar dollar. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk otomasi dalam bidang proses makanan dan minuman adalah 5.8% dari total otomasi secara global. Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012) 1
2 Salah satu industri minuman yang menggunakan sistem otomasi dalam proses kerjanya adalah industri pengolahan teh. Berdasarkan statistik dari Food and Agriculture Organization (FAO) tingkat produksi teh secara global meningkat 4,2% pada tahun 2010 dan tingkat konsumsi teh meningkat 5,6% pada tahun Pada tahun 2010 negara dengan produksi paling banyak adalah China dengan produksi ton, sedangkan peringkat kedua hingga kelima diduduki oleh India ( ton), Kenya ( ton), Srilanka ( ton), dan Turki ( ton). Pada tahun 2012 China masih menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan produksi teh terbesar didunia. Gambar I. 2 Produksi teh tahun 2012 (FAO, 2012) Produksi dalam negeri Indonesia sendiri mengalami fluktuasi dari, pada tahun 2011 menduduki peringkat 7 produsen teh di dunia dengan tingkat produksi sebesar 3,31% dari total produksi teh di dunia dan pada tahun 2012 menurun 1 peringkat dari tahun sebelumnya dengan tingkat produksi sebesar 3,18% dari total produksi teh di dunia. Untuk dalam negeri produksi terbesar berasal dari provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi teh dari Jawa Barat sebesar ton atau sekitar 66% dari total produksi Indonesia. Penghasil teh terbesar lainnya di Indonesia adalah provinsi Sumatra Indonesia sebesar ton dan provinsi Jawa Tengah sebesar ton. Salah satu produsen teh di Indonesia adalah PT.Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) yang merupakan perkebunan milik negara yang didirikan tahun PTPN 2
3 VIII menghasilkan 80% dari produksi yang dihasilkan provinsi Jawa Barat. Luas lahan yang dimiliki oleh PTPN VIII adalah ha, dan sekitar ha adalah perkebunan teh. Salah satu perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII berlokasi di Ciater yang memiliki luas lahan sekitar ha. Di perkebunan ini juga terdapat pabrik pengolahan dan produksi teh yang merupakan salah satu bidang usaha PTPN VIII. Produk yang dihasilkan dari pabrik ini adalah teh hitam orthodoks dan crushing tearing curling (CTC). Dari hasil produksi tersebut, 90% total produksi di ekspor ke negara Eropa dan Timur Tengah, sedangkan 10% dipasarkan ke dalam negeri. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi teh hitam orthodoks kering hingga 70 ton per hari (Dede Yusuf, 2011). Dengan terus meningkatnya persaingan teh global, maka PTPN VIII dituntut untuk meningkatkan kualitas agar produk teh dapat memenuhi standar internasional sehingga dapat meraih sertifikasi internasional yang dapat meningkatkan harga jual dan daya saing. Produsen juga dituntut untuk meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dan nama baik perusahaan itu sendiri dengan memperhatikan aspek kebersihan dari mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara-negara Eropa memiliki standarisasi mesin produksi makanan yaitu The European standard EN (Festo, 2014). Selain itu, pemintaan terhadap Food Factory Concept dan sistem sertifikasi seperti Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) terus meningkat, dan untuk mencapai sertifikasi tersebut perlu dilakukan modernisasi pabrik atau otomasisasi proses (Institute of Social Development, 2008). Salah satu negara yang sudah menerapkan sistem otomasi dalam proses pengolahan teh adalah Sri Lanka. Dengan standarisasi yang ada saat ini dan perkembangan teknologi otomasi maka proses pengolahan akan memperbaiki kualitas produk. Dalam pengolahan teh hitam terdapat beberapa proses yaitu pelayuan, pengayakan, pengeringan, sortasi, dan pengepakan. Proses pelayuan merupakan proses yang memerlukan perhatian khusus karena proses ini adalah tahap pertama sehingga hasil dari proses ini akan menentukan keberhasilan proses pengolahan teh secara keseluruhan dan menentukan kondisi yang cocok untuk proses pengolahan selanjutnya (Djajaatmadja, dalam Anto 1987). Proses pelayuan yang baik akan 3
4 menghasilkan pucuk yang lemas merata dan apabila ditekuk batang tidak patah serta memiliki bau yang harum (PT.Perkebunan Nusantara VIII, 2008). Salah satu proses yang berperan penting dalam proses pelayuan adalah proses pemberian udara panas. Durasi pemberian udara panas dan suhu mempengaruhi karakteristik teh yang dihasilkan. Suhu yang rendah akan meningkatkan kualitas rasa, sedangkan suhu yang tinggi akan memberi warna yang bagus akan tetapi mengorbankan kualitas rasa teh. Selain itu, teh yang kurang layu atau under-withered tea dengan kondisi cuaca di atas 25ºC akan meningkatkan kontaminasi bakteri. Underwithered tea juga akan membuat teh menjadi serpihan kecil saat digulung sehingga tidak dapat diterima untuk proses selanjutnya (Tea Research Association, 2012). Proses pelayuan di PTPN VIII Ciater sendiri masih menggunakan sistem manual sehingga mandor harus mendatangi masing-masing withering trough (WT) untuk memeriksa suhu setiap 2 jam sekali, sehingga dapat menyebabkan pemberian udara panas tidak tepat. Selain itu kelemahan sistem eksisting adalah pembeberan berat pucuk yang tidak sesuai dengan kapasitas WT sehingga waktu pelayuan akan bertambah dari waktu normal. Sistem manual tersebut juga menyebabkan tidak adanya pecatatn informasi pelayuan secara berkala. Berdasarkan hal-hal diatas diperlukan penerapan sistem otomasi dalam proses pelayuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya under-withered tea, mencapai target kualitas rasa dan warna yang diharapkan, dan memperoleh standarisasi yang ingin dicapai. Dalam penerapan sistem otomasi tersebut diperlukan perancangan yang matang agar mempermudah pemahaman user terhadap sistem dan mengurangi risiko perancangan ulang sistem. Selain itu, hal itu dilakukan agar sistem rancangan otomasi dapat mencapai tujuan produksi dengan efisien dan efektif. Oleh karena itu, industri manufaktur harus mengetahui kebutuhan sistem otomasi yang akan dirancang. Cara untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan User Requirement Specification (URS). User Requirement Specification adalah dokumen yang berisi gambaran umum tentang sebuah sistem. Sebelum URS dibuat, perancang harus melakukan langkah pertama atau tahap Requirement Elicitation adalah mengumpulkan dan memahami kebutuhan user serta menentukan gambaran input, output dan bagaimana proses itu bekerja (process description). Hal selanjutnya yang dibutuhkan adalah membuat piping and instrumentation diagram 4
5 yang menggambarkan aliran pipa dan instrumentasi yang digunakan dan electrical diagram yang menggambarkan aliran listrik yang terhubung antar equipment. Setelah itu dibuat dokumen yang menjelaskan kebijakan desain dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pengambilan keputusan sistem kontrol (Love, 2007). Tahap terakhir adalah menguji menguji kesesuaian URS dengan kebutuhan user dengan melakukan User Acceptance Testing (Ofni, 2014). I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah daam penelitian ini adalah bagaimana merancang User Requirement Specification (URS) sistem otomasi pada stasiun kerja pelayuan di PTPN VIII Ciater? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah merancang User Requirement Specification (URS) sistem otomasi ada stasiun kerja pelayuan di PTPN VIII Ciater. I.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran sistem otomasi secara keseluruhan pada stasiun kerja pelayuan di PTPN VIII Ciater 2. Mengetahui urutan proses pada stasiun kerja pelayuan di PTPN VIII Ciater 3. Mengetahui gambaran aliran listrik pada stasiun kerja pelayuan di PTPN VIII Ciater 4. Mengetahui spesifikasi hardware pada stasiun kerja pelayuan di PTPN VIII Ciater 5. Menjadi acuan dalam perancangan sistem kendali otomasi. I.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. User Requirement Specification (URS) yang digunakan meliputi process description, electrical diagram, dan control philosophy. 5
6 2. Control philosophy yang dibahas yaitu pemilihan spesifikasi hardware. 3. Analisis biaya pengadaan hardware dan implementasi tidak dibahas. 4. Perancangan sistem ini hanya sampai pada pembuatan tahap simulasi dan miniplant. I.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dijelaskan mengenai teori-teori dasar yang mendukung dan melandasi perancangan mengenai User Requirement System (URS) pada sistem otomasi pada proses pelayuan di PTPN VIII Ciater. Kajian teroi yang digunakan pada penilitan ini adalah teori otomasi dan juga User Requirement System. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan secara rinci langkah-langkah penelitian meliputi: tahap perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan perancangan sistem, serta analisis pengolahan data dan perancagnan sistem. Bab IV Pengumpulan Data Bab ini berisi kumpulan data yang dibutuhkan untuk merancang sistem otomasi pada proses pelayuan teh PTPN VIII Ciater. Data tersebut diperoleh PTPN VIII Ciater yang selanjutnya diolah 6
7 menjadi User Requirement Specification meliputi Process Description, Process and Instrumentation Diagram, Electrical Diagram, dan Control Philosophy. Bab V Analisis Sistem Bab ini berisi tentang analisis mengenai User Requirement Specification yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari perancangan User Requirement Specification yang telah dirancang. Bab ini juga berisi saran yang berhubungan dengan sistem yang telah diusulkan. 7
PERANCANGAN USER REQUIREMENT SPECIFICATION (URS) SISTEM OTOMASI PADA STASIUN KERJA PELAYUAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII KEBUN CIATER
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 802 PERANCANGAN USER REQUIREENT SPECIFICATION (URS) SISTE OTOASI PADA STASIUN KERJA PELAYUAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII
Lebih terperinciGambar I. 1 Tingkat Penjualan dan Harga Teh Ke Luar Negeri (BPS, 2011)
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi sekarang ini semakin pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak bermunculan peralatan-peralatan canggih dan modern. Peralatanperalatan kontrol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur zaman sekarang telah berkembang pesat yang membuat perusahaan di tuntut untuk memiliki daya saing yang baik dari sisi kualitas
Lebih terperinciPERANCANGAN USER REQUIREMENTS SPECIFICATION (URS) SISTEM OTOMATISASI PELAYUAN TEH HITAM ORTHODOKS DI PT XYZ
PERANCANGAN USER REQUIREMENTS SPECIFICATION (URS) SISTEM OTOMATISASI PELAYUAN TEH HITAM ORTHODOKS DI PT XYZ 1 Eka Ulya Geantari, 2 Haris Rachmat, 3 Murni Dwi Astuti 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung
Lebih terperinciPendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teh saat ini mengalami pengingkatan di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari berkembang dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari ranah perkebunan.
Lebih terperinciPERANCANGAN PROGRAM SISTEM OTOMATISASI PADA STASIUN KERJA PELAYUAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PLC OMRON CP1E DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII CIATER
PERANCANGAN PROGRAM SISTEM OTOMATISASI PADA STASIUN KERJA PELAYUAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PLC OMRON CP1E DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII CIATER 1 Gerardo Jones Kereh, 2 Haris Rachmat, ST., MT, 3 Denny
Lebih terperinciTabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki hijau yang sangat luas. Sebagian besar kawasan hijau diolah sebagai kawasan perkebunan yang hasilnya menjadi pemasukan keuangan
Lebih terperinciJurnal Tugas Akhir Fakultas Rekayasa Industri
PERANCANGAN SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION (SCADA) DILENGKAPI DATAGRID UNTUK SISTEM OTOMASI PADA STASIUN KERJA PELAYUAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII Mochamad Akbar 1, Haris Rachmat, ST.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam
Lebih terperinciGambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. PTPN VIII mengelola 24 perkebunan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan Latar Belakang
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan sektor industri yang semakin maju, serta semakin ketatnya persaingan di dunia industri maka perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini teknologi merupakan hal yang sangat penting. Teknologi merupakan salah satu hal yang perkembangannya sangat pesat di dunia terutama di bidang manufaktur.
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII adalah salah satu diantara perkebunan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak di konsumsi oleh masyarakat indonesia maupun masyarakat dunia dikarenakan teh mempunyai rasa dan aroma yang khas. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemindahan barang merupakan aktivitas yang selalu ada di dunia perindustrian. Hal ini merupakan suatu hal perlu untuk dikaji bagi setiap industri karena perannya cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan Industri manufaktur yang semakin ketat di Indonesia dapat terlihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, di Indonesia juga dapat diharapkan menjadi salah satu pemain penting. Dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam masa krisis ekonomi dewasa ini. Sektor ini membawa dampak positif ganda. Pertama, peningkatan subsitusi impor
Lebih terperincibakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh
Pengendalian Proses Dan Automatisasi Tahap Pengeringan Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Sistem CTC (Crushing, Tearling, Curling) di PTPN VIII Kebun Kertamanah A. Pendahuluan Pengeringan merupakan proses
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR GAMBAR... xiii. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN SARJANA ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv
Lebih terperinciKata Kunci : Pelayuan, Nigel Cross, Teh Hitam Orthodoks, Otomasi, Perancangan Produk, Database, SCADA, HMI.
PERANCANGAN MESIN WITHERING TROUGH DAN SISTEM OTOMASI PADA STASIUN KERJA PELAYUAN TEH HITAM ORTHODOKS MENGGUNAKAN METODE PERANCANGAN PRODUK RASIONAL DI PTPN VIII RANCABALI DESIGN OF WITHERING TROUGH MACHINE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.
54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu
Lebih terperinciPERANCANGAN PROGRAM SISTEM PENGENDALI UNTUK OTOMATISASI PROSES PENGEPAKAN TEH MENGGUNAKAN PLC OMRON CP1E DI PT.PN VIII UNIT SINUMBRA
PERANCANGAN PROGRAM SISTEM PENGENDALI UNTUK OTOMATISASI PROSES PENGEPAKAN TEH MENGGUNAKAN PLC OMRON CP1E DI PT.PN VIII UNIT SINUMBRA Achmad Nurhidayat Kurniadi 1, Haris Rachmat, ST., MT 2, Denny Sukma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dagang, dan perusahaan manufaktur. Pada umumnya 3 jenis perusahaan ini memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam dunia usaha, terdapat 3 jenis perusahaan yaitu, perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan manufaktur. Pada umumnya 3 jenis perusahaan ini
Lebih terperinciPROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG
PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : MONICA NATALIA (6103004094)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan berasal dari pegunungan Himalaya dan daerah daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bagian SDM. Proses pencatatan data karyawan masih menggunakan Microsoft
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. PTPN XII bergerak di
Lebih terperinciJurnal Tugas Akhir Fakultas Rekayasa Industri
Perancangan Sistem Otomatisasi Penggilingan Teh Hitam Orthodoks Menggunakan Pengendali PLC Siemens S7 1200 dan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) di PT. Perkebunan Nusantara VIII Rancabali
Lebih terperinciMESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT
MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) UNIT USAHA DANAU KEMBAR KABUPATEN SOLOK PROPINSI SUMATERA BARAT Deri Yendri Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak
Lebih terperinciJumlah Produksi Bubuk Teh (kg)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang usaha agroindustri. PT. Perkebunan Nusantara adalah nama dari empat belas perusahaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh sebagai minuman telah dikenal dan menjadi bagian dari kebudayaan dunia sejak berabad-abad yang lampau. Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB dan pabrik Jolotigo, PT Perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan Teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia, mengingat letak geografisnya yang strategis. Kebutuhan dunia akan komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi yang semakin modern pada masa sekarang, terutama pada bidang lingkaran yang dapat mempermudah dalam pengoperasian suatu alat, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga akhir tahun 2000 yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara adalah air (Chandra, 2012). Air merupakan sumber kehidupan yang diperlukan oleh makhluk hidup untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciPROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG
PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN OLEH : David Cahyadi Sutrisno (6103008036) Mario Kurniawan (6103008112)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga
Lebih terperinciAUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI. Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F
AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI Oleh : FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses produksi cetakan coklat di Laboratorium Praktikum Proses Produksi Universitas Atma Jaya Yogyakarta saat ini masih menggunakan mesin vacuum thermoforming
Lebih terperinciBAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam menghadapi persaingan Internasional yang semakin tajam, maka Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja yang murah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam sebuah penelitian perlu adanya referensi tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini bertujuan sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciPERANCANGAN USER REQUIREMENTS SPECIFICATION (URS) SISTEM OTOMATISASI PROSES PENGEPAKAN TEH DI PT. PN VIII UNIT SINUMBRA
PERANCANGAN USER REQUIREMENTS SPECIFICATION (URS) SISTEM OTOMATISASI PROSES PENGEPAKAN TEH DI PT. PN VIII UNIT SINUMBRA Riyan Adi Jaya 1, Haris Rachmat, ST., MT 2, Murni Dwi Astuti, ST., MT 3 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerupuk adalah salah satu jenis makanan yang sudah lama dikenal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerupuk adalah salah satu jenis makanan yang sudah lama dikenal dan disukai oleh masyarakat di tanah air. Selain sebagai camilan, kerupuk sering dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, bahwa perkembangan dunia elektronika pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Hampir semua peralatan rumah tangga maupun peralatan di industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang dimiliki tidak cukup bila informasi tersebut tidak digunakan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang cepat, tepat dan akurat akan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan global saat kini. Banyak informasi yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Kadar Air 74-77% Bahan
Lebih terperinciGambar 1.1 merupakan logo perusahaan PT Kabepe Chakra : Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT Kabepe Chakra Sumber : Kabepe Chakra (2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Lembaga : Kantor Bersama Perkebunan Chakra (PT Kabepe Chakra) Alamat : Jalan Bojong Buah Raya No.6A, Bandung 40971 Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, industri sudah berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Dengan adanya perkembangan teknologi tersebut, maka munculah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memiliki 1 (satu) kantor induk dan afdeling, dimana setiap bagian memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Perkebunan Nusantara XII atau yang lebih dikenal dengan PTPN XII, yang bergerak pada bidang agrobisnis dan agroindustri. PTPN XII mempunyai 34 kebun, dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini persaingan industri manufaktur semakin ketat, oleh karena itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat bersaing agar produk mereka dapat diterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri dalam arti sempit adalah suatu kelompok usaha yang menghasilkan produk yang serupa atau sejenis. Sedangkan produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen. Tingkat informasi yang kurang lengkap akan mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur infomasi mengenai kos produksi yang terjadi memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Tingkat
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. E. GUMBIRA-SA ID MARIMIN
RINGKASAN EKSEKUTIF LINDA FEBRIYANTI. 2005. Strategi Manajemen Pengetahuan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Gunung Mas, Bogor. Dibawah Bimbingan E. GUMBIRA-SA ID dan MARIMIN. Kondisi industri teh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas, disamping migas sendiri sebagai sumber pemasukan devisa dan juga sektor yang lain dianggap perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin kompetitif seiring diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di era globalisasi saat ini semakin meningkat. Persaingan akan semakin kompetitif seiring diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asean
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni
II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS BIAYA PRODUKSI Analisis biaya dilakukan mulai dari pemeliharaan tanaman, panen, proses pengangkutan, proses pengolahan hingga pengepakan. 1. Biaya Perawatan Tanaman
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dari segi kepentingan nasional, sektor peternakan memerlukan penanganan dengan seksama karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, gizi masyarakat, membuka lapangan kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini otomatisasi sedang sangat gencar dikembangkan di seluruh dunia dan di segala aspek kehidupan. Vending machine atau mesin penjual otomatis adalah salah
Lebih terperinciEVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PROSES PRODUKSI TEH HITAM CTC PTPN XII WONOSARI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 4500 KG/HARI
EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PROSES PRODUKSI TEH HITAM CTC PTPN XII WONOSARI DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 4500 KG/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH : SETIAWAN LIMANTORO,LO 6103011071 TEO
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi global mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia, apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh Danareksa
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR GAMBAR... xiv. DAFTAR TABEL... xxiii BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xxiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang pesat tidak hanya ditandai dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Namun, penggunaan teknologi dan material yang berbahaya
Lebih terperinciDr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PERANCANGAN PABRIK: DOKUMENTASI PERANCANGAN PABRIK Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Teknologi Agrokimia, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pengeringan telah di kenal manusia sejak lama. Penjemuran pakaian dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses pengeringan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Karakteristik Mesin Open Top Roller Pada Produksi Teh Hijau Di PT. Mitra Kerinci Kebun Liki Kabupaten Solok Selatan
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dengan judul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem otomasi di bidang pertanian kurangnya berkembang dan adanya beberapa kendala di bidang pertanian, sehingga mengakibatkan kurangnya hasil yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi otomasi gedung perkantoran pada saat ini sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi otomasi gedung perkantoran pada saat ini sudah semakin pesat dan luas hal ini didorong oleh kebutuhan perkantoran yang semakin berkembang dan bervariasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengolahan serat sabut kelapa menjadi keset kaki dan cocofiber press/ cocopress.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UD. Pusaka Bakti merupakan bidang usaha yang bergerak dalam pengolahan serat sabut kelapa menjadi keset kaki dan cocofiber press/ cocopress. Proses pengolahan serat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat menjadi PTPN VIII merupakan perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HIJAU Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PUCUK DAUN TEH Pucuk teh sangat menentukan
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 861 Jurnal Tugas Akhir Fakultas Rekayasa Industri
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 861 PERANCANGAN SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION (SCADA) UNTUK PROSES OTOMATISASI STASIUN KERJA PACKAGING DI PT. PERKEBUNAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut
Lebih terperinciGambar I-1 Proses Pembuatan Batik
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batik Komar merupakan salah satu contoh perusahaan yang bergerak dalam bidang industri batik di Indonesia. Batik Komar didirikan pada tahun 1998 di Bandung. Batik Komar
Lebih terperinci