K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T)"

Transkripsi

1 PRESS RELEASE PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA (PB PAPDI) PADA KONGRES NASIONAL PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA (KOPAPDI) XVI TAHUN 2015 DI BANDUNG Pendahuluan PAPDI adalah sebuah Perhimpunan Dokter Spesialis yang menjadi wadah bergabungnya para dokter spesialis penyakit dalam Indonesia.Sebagai suatu organisasi perhimpunan dokter maka PAPDI setiap 3 tahun mengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI).Pada acara KOPAPDI kan disampaikan laporan kerja dari Pengurus Besar PAPDI dan dari Kolegium Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (KIPD). Ketua Umum PB PAPDI adalah Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T), dengan Ketua KIPD Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, M.Epid, FINASIM. Kota Kembang Bandung mendapatkan kepercayaan untuk menyelenggarakan perhelatan Akbar seluruh Internis se Indonesia dari hasil KOPAPDI XV tahun 2012 di Medan.Sebagai Ketua Pelaksana acara ini sekaligus Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat adalah Dr. dr. Arto Yuwono Soeroso, SpPD, K- P, FINASIM. Sekilas tentang PAPDI PAPDI berdiri sejak tahun1957 di Jakarta.Saat ini PAPDI memiliki 2869 anggota yang tersebar pada 36 Cabang PAPDI diseluruh Indonesia.PAPDI berperan serta untuk mensukseskan banyak program dari pemerintah di bidang kesehatan masyarakat Indonesia. Selain melalui program2 pendidikan berkelanjutan, juga melalui pengabdian masyarakt dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang beberapa penyakit yang memiliki banyak komplikasi seperti Kencing Manis dan Darah Tinggi, juga memberikan informasi terkini tentang penyakit infeksi berbahaya di dunia seperti gangguan pernafasan akibat MERS dan akibat virus Ebola. Pengetahuan untuk para anggota dan masyarakat diberikan baik melalui media pertemuan langsung juga melalui web site milik PAPDI di PAPDI juga berkiprah di organisasi perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam dunia (International Society of Internal Medicine/ISIM) dan pada tahun 2016 mendatang, Indonesia akan menjadi tuan rumah World Congress of Internal Medicine (WCIM) di Bali dengan peserta diperkirakan mencapai 6000 orang dari seluruh dunia.papdi berperan aktif dalam organisasi ISIM dengan menempatkan 1 anggotanya sebagai anggota Board of Excecutive ISIM yang juga merupakan salah satu wakil dari Asia.Di tingkat regional, PAPDI juga merupakan pelopor pendirian dan anggota dari AFIM (ASEAN Federation of Internal Medicine).AFIM tahun ini menjadi salah satu chapter dari ACP (American College of Physician/perhimpunan dokter penyakit dalam Amerika Serikat). Dengan demikian diharapkan para Internis Indonesia akan semakin diakui karena menjadi bagian dari perhimpunan besar Internis dunia.

2 Saat ini Ketua Umum PB PAPDI adalah Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD- KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T) dengan Sekretaris Jendralnya Dr. Sally Aman Nasution, SpPD-KKV, FINASIM, FACP. Sementara itu untuk urusan Kolegium Penyakit Dalam dipimpin oleh Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, MEpid, FINASIM dengan Sekretaris Jendral Dr. Irsan Hasan, SpPD- KGEH, FINASIM Peran Dokter Spesialis Penyakit Dalam Seorang dokter spesialis penyakit dalam dalam pendidikannya mempelajari semua penyakit dari ujung kepala hingga ujung kaki pada manusia dewasa.gangguan pada semua organ penting tubuh manusia harus diketahuinya.mulai dari penyakit infeksi yang banyak ditemukan di Indonesia seperti infeksi Tifoid (Tifus), demam berdarah dan tuberculosis.gangguan pernafasan seperti Asma dan penyakit paru yang kronis. Gangguan hormon dan metabolisme, seperti kencing manis, gangguan kolesterol dan penyakit akibat kelainan hormon tiroid. Seorang Internis (sebutan untuk dokter spesialis penyakit dalam) juga berperan dalam menurunkan kejadian penyakit kardiovaskuler yang disebut sebagai penyebab kematian nomor satu di Indonesia maupun Dunia. Mengapa? Karena para Internis memiliki kemampuan yang paripurna dalam menangani penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), Kencing Manis (Diabetes Melitus) dan gangguan metabolisme kolesterol. Selain itu para Internis juga mampu dalam mengobati pasien yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah seperti serangan jantung akut, gagal jantung dan pengobatan canggih terhadap penderita penyakit jantung dengan pemasangan stent (cincin) pada pembuluh darah coroner.tindakan canggih ini dikerjakan oleh Internis yang menguasai bidang Jantung (Kardiologi) dikenal sebagai Konsultan Kardiovaskuler (KKV).Demikian pula terhadap penyakit gangguan pernafasan, karena Internis Paru (Konsultan Pulmonologi/KP) mampu melakukan tindakan intervensi guna memperbaiki kerusakan paru penderitanya. Kemampuan lainnya adalah dalam menangani penyakit di Lambung, Hati, Saluran Empedu dan Usus, dikenal dengan sebutan Konsultan Gastro Entero Hepatologi/KGEH. Internis yang menguasai bidang Ginjal dan Hipertensi (Konsultan Ginjal dan Hipertensi/Nefrolog/KGH) saat ini adalah pelopor Transplantasi Ginjal yang sudah dikerjakan hingga 2-3 pasien per minggu di RSCM Jakarta.Selain itu Internis juga menguasai pengobatan penyakit akibat gangguan sendi seperti rematik.para Internis yang menjadi pakar Bidang Rematik menjadi Konsultan Rematologi (KR).Pakar Rematik berperan dalam menjaga gangguan penyakit tulang akibat rematik dan akibat infeksi seperti Tuberkulosis. Para Internis juga mampu mengobati masalah kejiwaan pasien dengan menguasai ilmu psikosomatik,.internis yang menjadi Konsultan Psikosomatik (KPsi) baru saja melaksanakan pertemuan ahli Psikosomatik Asia Pasifik di Jakarta. Para Internis yang mendalami ilmu Gangguan darah dan kanker (Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik/KHOM) juga berperan dalam mengatasi banyak penyakit akibat Kanker Darah dan semua jenis tumor di Indonesia.PAPDI juga memfasilitasi para anggota dengan kemampuan keilmuan berbeda untuk mengembangkan pengobatan menggunakan Stem Cell (sel

3 punca).yang sudah dilaksanakan dan juga menjadi pelopor adalah terapi Stem Cell pada Jantung. Dengan mengatasi kerusakan otot-otot jantung pada penderita serangan jantung dan menghidupkan kembali sel-sel otot jantung yang menuju kematian pada penderita gagal jantung akibat penyakit jantung koroner, hasilnya setelah 3 tahun penelitian dilaksanakan menunjukkan hasil yg menggembirakan. Diharapakan dengan bertambahnya kasus yang diteliti dan terpenuhinya waktu penelitian serta efek samping yang minimal, terapi Stem cell dapat menjadi ikon terapi penyakit Jantung Dunia dan Indonesia menjadi salah satu pusat terapi Stem cel di dunia. Program ini menggabungkan Internis dengan keahlian di Bidang Jantung dengan yang memiliki kemampuan di Bidang Darah (Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik) dan Imunologi (Konsultan Alergi dan Imunologi/KAI). Stem cell juga dikembangkan dalam terapi menyelamatkan kaki yang mengalami kerusakan akibat penyumbatan pembuluh darah di kaki pada penderita kencing manis. Yang melaksanakannya adalah para Konsultan Kardiovaskular dan Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes Melitus (KEMD). Para Internis yang jugapakar Hati (Konsultan Hepatologi, bagian dari KGEH) memiliki peran yang sangat besar dalam program transplantasi hati yang mulai dikembangkan di Indonesia.Sedangkan pakar penyakit Infeksi (Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi/KPTI), berperan besar dalam pencegahan terjadinya infeksi yang meluas para pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Hal ini menggambarkan betapa seorang Internis mampu melakukan tindakan pengobatan yang maju dan mampu pula mengobati masyarakat Indonesia secara holistik atau paripurna.hal ini sangat membantu pemerintah untuk melaksanakan program BPJS guna mengurangi biaya konsultasi yang tidak perlu. Namun PAPDI juga berperan serta dalam program pencegahan penyakit dengan menggalakkan edukasi kepada masyarakat tentang perlunya hidup sehat. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan memberikan ceramah-ceramah di acara milik Media massa, bulletin dan brosur serta melalui sarana kesehatan masyarakat seperti perkumpulan senam sehat dan puskesmas.kami juga melaksanakan lomba penulisan popular masalah penyakit yang banyak diderita masyarakat buat para jurnalis yang dilaksanakan setiap memperingati ulang tahun PAPDI. Program ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun ini dan akan terus dilaksanakan pada masa-masa selanjutnya. Laporan Kinerja PB PAPDI PB PAPDI masa bakti telah melaksanakan seluruh keputusan KOPAPDI 2012 Medan.Diantaranya adalah memperkuat organisasi dengan membuat Tata Nilai PAPDI yang terdiri dari Profesional, Amanah, Peduli, Dedikasi dan Integritas.Untuk memperkuat perencanaan dan program kerja dibuat Renstra PAPDI yang menjadi acuan pencapaian kinerja semua bidang di PB PAPDI.Untuk meningkatkan kedisiplinan anggota dalam melayani masyarakat telah berhasil dibuat Pedoman Panduan Klinis bagi seluruh anggota bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan RI.Ditambah dengan pembuatan pedoman pembuatan Clinical Pathway guna menjadi alur piker para anggota dalam pelayanan pada masyarakat. Selain itu PB PAPDI juga menambah

4 pengetahuan anggotanya dengan mengadakan Pertemuan Ilmiah Nasional berkala setahun sekali serta mengadakan sejumlah makalah ilmiah yang menjadi sumber ujian tambahan bagi anggota guna menambah poin kredit SKP guna dapat memperpanjang Ijin Prakteknya. Tidak hanya kepada para anggotanya, PAPDI juga membuat beberapa program untuk menambah wawasan masyarakat tentang kesehatan dengan mengadakan pertemuan PAPDI Forum guna membahas penyakit-penyakit yang sedang meningkat kasus maupun berbahay untuk kesehatan. Tentunya Pengabdian masyarakat juga diantaranya membantu masyarakat yang terkena musibah dengan membuat Posko Relawan PAPDI untuk menyediakan bahan pangan serta kesehatan pada lokasi-lokasi yang tertimpa bencana alam. Untuk peran dalam memberikan masukan kepada Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan RI dan DPR RI dalam beberapa pembuatan Undang- Undang, maka PB PAPDI telah membuat Tim Ad Hoc sebagai kelompok Think Tank guna membahas topik-topik mengenai: kesehatan Remaja, Dokter Asing, Sistem Jaminan Sosial Nasional, Kebutuhan dokter spesialis Penyakit Dalam serta penempatannya. PAPDI adalah organisasi yang paling siap untuk menempatkan anggotanya guna mengisi kekosongan ketersediaan dokter spesialis di Indonesia.Inilah peran kami dalam membantu pemerintah RI dalam melaksanakan program kerjanya. Hasil-hasil KOPAPDI XVI tahun 2015 di Bandung: Ada beberapa hal yang disorot oleh peserta Kongres mengetahui apa yang terjadi saat ini yang berhubungan dengan masalah pelayanan kesehatan yang menjadi rekomendasi untuk pengurus PAPDI periode tahun : 1. BPJS Ada beberapa hal yang menjadi perhatian PAPDI dalam pelaksanaan Sistim Jaminan Nasional (SJN) dengan BPJS sebagai pelaksana dalam asuransi nasional ini. Beberapa catatan penting yang harus di tindak lanjuti yaitu: 1. Diharapkan agar BPJS tidak menentukan keputusan secara sepihak tanpa pertimbangan dan masukan dari perhimpunan profesi. 2. BPJS harus memperbaiki sistemnya dan berlaku nasional diantaranya memperbaiki kualitas verifikator. 3. PAPDI akan melakukan sosialisasi aturan-aturan yang berhubungan dengan BPJS kepada semua anggota. 4. PAPDI mengusulkan besaran jasa medik sebesar 15-32% dari total klaim. Setiap daerah menentukan sendiri presentase besaran jasa medik sesuai dengan kondisi setiap Rumah Sakit. 5. PAPDI akan melakukan kajian tentang klaim pending dan memberikan rekomendasi kepada BPJS serta tidak berlaku surut. 6. PAPDI akan membuat kajian tentang jasa medis baik dari sisi BPJS, RS maupun individu pemberi jasa (provider) serta melibatkan IDI dan profesi lain 7. PAPDI akan membekali anggota tentang klaim yang berhubungan dengan diagnosis penyakit serta pengkodingannya.

5 2. Dokter Layanan Primer 1. PAPDI membentuk dan menugaskan Tim Adhoc untuk membahas Dokter Layanan Primer. 2. PAPDI akan mengawal supaya Dokter Layanan Primer berperan sesuai dengan tujuan awal dan dalam ranah pelayanan primer. 4. Dokter Asing Sikap PAPDI sesuai dengan sikap IDI yaitu secara resmi menolak dokter asing. Mengusulkan kepada Kolegium IPD untuk membuat standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh dokter asing sesuai bidang ilmu dan tingkatan pelayanan. Menghimbau kepada PAPDI cabang untuk terus menerus melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap dokter asing yang berpraktek di Indonesia tanpa izin. PAPDI akan melakukan peningkatan kompetensi sebagai internis di era JKN dalam menghadapi MEA sehingga lebih berperan sebagai Internist secara profesional. 5. Terapi alternatif PAPDI merasa pemerintah harus bersikap tegas mengenai praktek terapi alternatif yang merugikan masyarakat. PAPDI akan secara aktif untuk melakukan kampanye kepada masyarakat tentang kesehatan (terutama bagian preventif dan promotif) baik melalui media cetak, elektronik, sosial, leaflet dll Terakhir dalam KOPAPDI ini PAPDI juga mendukung untuk pemerataan spesialis penyakit dalam di seluruh di Indonesia dan meminta dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menyiapkan sarana dan parasarana kesehatan dengan sebaik-baiknya, dan juga memperhatikan kesejahteraan dokter yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Terpilihnya Ketua Umum PB PAPDI Periode secara aklamasi yaitu Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T) Tepilihnya Ketua Umum Kolegium KIPD Periode secara aklamasi yaitu Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid Terpilihnya tempat pelaksanaan Konferensi Kerja (KONKER) PAPDI tahun 2017 di Kota Malang Terpilihnya tempat pelaksanaan Kongres Nasional PAPDI (KOPAPDI) tahun 2018 di Kota Surakarta Bandung, 11 September 2015 HUMAS, PUBLIKASI dan PENGABDIAN MASYARAKAT PB PAPDI

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017 (semua kolom harus diisi lengkap oleh pemohon) FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA FELLOW OF THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE (FINASIM) I. DATA

Lebih terperinci

PROFIL PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN PROFESI DOKTER SPESIALIS I (PMKPDSp

PROFIL PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN PROFESI DOKTER SPESIALIS I (PMKPDSp PROFIL PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN PROFESI DOKTER SPESIALIS I (PMKPDSp I) ILMU PENYAKIT DALAM FKUI/RSCM Siti Setiati Disampaikan dalam seminar mahasiswa FKUI DOCTOR S S CAREER UPDATE 26 Januari 2008 PENGELOLA

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013 (semua kolom harus diisi lengkap oleh pemohon) FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM FELLOW OF THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE (FINASIM) I. DATA PRIBADI

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION)

PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) PANDUAN PELAYANAN MEMINTA PENDAPAT LAIN (SECOND OPINION) A. DEFINISI 1. Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapidan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatoma ( karsinoma hepatoseluler ) merupakan salah satu tumor yang paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu di Asia dan Afrika

Lebih terperinci

Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - -

Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - - Nama Tertanggung* No KTP / SIM / Paspor / KITAS* (copy harap dilampirkan) Kewarganegaraan * WNI WNA Status Perkawinan Kawin Belum Kawin Negara Asal (bagi WNA) Tempat / Tanggal lahir * / - - Alamat (sesuai

Lebih terperinci

Antisipasi Dampak Stress sekitar

Antisipasi Dampak Stress sekitar Antisipasi Dampak Stress sekitar PEMILU LEGISLATIF Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM Anggota PAPDI Perubahan yang mendasar dalam penetapan anggota DPR,

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018

MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018 MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018 MEMAHAMI PROGRAM PROMOTIF DAN PREVENTIF PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) dr. Asjikin Iman Hidayat Dachlan, MHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker dan Diabetes Melitus

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BAGI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM ATAU DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM SUBSPESIALIS GASTROENTEROHEPATOLOGI UNTUK MENDAPATKAN

PETUNJUK TEKNIS BAGI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM ATAU DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM SUBSPESIALIS GASTROENTEROHEPATOLOGI UNTUK MENDAPATKAN PETUNJUK TEKNIS BAGI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM ATAU DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM SUBSPESIALIS GASTROENTEROHEPATOLOGI UNTUK MENDAPATKAN SERTIFIKAT KOMPETENSI ENDOSKOPI GASTROINTESTINAL KOLEGIUM

Lebih terperinci

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan

Lebih terperinci

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN panduan praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN 07 02 panduan praktis Program Rujuk Balik Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

Negara Asal (bagi WNA)

Negara Asal (bagi WNA) Customer Care Centre AXA Tower lt. GF Jl. Prof. Dr. Satrio Kav.18, Kuningan City Jakarta 12940, Indonesia Tel : +62 21 3005 9005 Fax : +62 21 3005 9008 Email : customer@axa-insurance.co.id Nama Tertanggung*

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

WELCOME TO KOP APDI XVI 2015 BANDUNG

WELCOME TO KOP APDI XVI 2015 BANDUNG Edisi September 2015 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, Waktu terus bergulir, tak terasa organisasi yang kita banggakan ini akan kembali mengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit

Lebih terperinci

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI

BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI BUKU LOG DAN BORANG PENILAIAN DIRI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN ( P2KB ) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia ( PERKI ) PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh: PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia Disusun Oleh: dr. DIMAS MUHAMMAD AKBAR PUSKESMAS MLATI II SLEMAN KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada peserta BPJS Kesehatan dan mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis, maka BPJS Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2013). Penyakit ini

Lebih terperinci

Negara Asal (bagi WNA)

Negara Asal (bagi WNA) Customer Care Centre AXA Tower lt. GF Jl. Prof. Dr. Satrio Kav.18, Kuningan City Jakarta 12940, Indonesia Tel : 1500 733 Fax : +62 21 3005 9008 Email : customer@axa-insurance.co.id Nama Tertanggung* No

Lebih terperinci

halo PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA NTERNIS Edisi XXVIII, April 2018 road to kopapdi XVII

halo PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA NTERNIS Edisi XXVIII, April 2018 road to kopapdi XVII halo PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA NTERNIS Edisi XXVIII, April 2018 road to kopapdi XVII Sejawat nan terhormat, Tanpa terasa, masa tiga tahun berlalu dengan cepat. Pada tanggal

Lebih terperinci

LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II

LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II LOG BOOK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) DOKTER Edisi II 2015 1 DATA PESERTA PROGRAM P2KB DPU Nama Lengkap (sesuai Ijazah) Tempat / Tanggal Lahir Alamat Handphone Email Data Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

Penelitian Usia Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM

Penelitian Usia Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM Penelitian Usia Lanjut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI/RSCM Disampaikan dalam: Seminar Sehari Kelanjutusiaan Centre of Aging Studies (CAS) UI Depok,

Lebih terperinci

YAYASAN PENYANTUN ANAK ASMA INDONESIA (YAPNAS) & YAYASAN ANTV PEDULI UNTUK NEGERI, MENGGELAR BAKTI SOSIAL UNTUK 1000 KAUM DHUAFA DI CILINCING

YAYASAN PENYANTUN ANAK ASMA INDONESIA (YAPNAS) & YAYASAN ANTV PEDULI UNTUK NEGERI, MENGGELAR BAKTI SOSIAL UNTUK 1000 KAUM DHUAFA DI CILINCING PRESS RELEASE YAYASAN PENYANTUN ANAK ASMA INDONESIA (YAPNAS) & YAYASAN ANTV PEDULI UNTUK NEGERI, MENGGELAR BAKTI SOSIAL UNTUK 1000 KAUM DHUAFA DI CILINCING JAKARTA Yayasan Penyantun Anak Asma Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

PENCEGAHAN REAKTIVASI DEMAM REMATIK

PENCEGAHAN REAKTIVASI DEMAM REMATIK 1 PENCEGAHAN REAKTIVASI DEMAM REMATIK Augustine Purnomowati Pusat Informasi Ilmiah Departemen/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/ RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung 2 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, yang merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009).

hipertensi sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi hipertensi dan mencegah komplikasinya di masyarakat (Rahajeng & Tuminah, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi dan masih menjadi masalah serius di dunia terkait dengan efek jangka panjang yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

Rencana Strategik (Renstra) PERDOSKI

Rencana Strategik (Renstra) PERDOSKI Rencana Strategik (Renstra) PERDOSKI 2011-2014 Bidang II: Pendidikan & Profesi Misi: Meningkatkan Profesionalisme Anggota Tujuan: 1. Terciptanya anggota yang profesional dalam bidang IKKK 2. Mampu ikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asuhan kefarmasian atau disebut pharmaceutical care merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam aspek pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Asuhan kefarmasian

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SATUAN ACARA PENYULUHAN MASALAH KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) Pokok Pembahasan : Masalah Kesehatan penyakit tidak menular (PTM) Sasaran : komunitas dewasa pekerja di RT 3 dan 5 Jam : 16.00 WIB

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS, PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat.

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS, PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat. Edisi Desember 2013 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat Waktu terus bergulir, tak terasa telah menghantarkan kita ke penghujung tahun 2013. Dinamika organisasi baik di lingkungan internal maupun eksternal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM

Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM Buku Log KEGIATAN CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT (CPD) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM INDONESIA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM (PAPDI) BUKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

PANDUAN SECOND OPINION

PANDUAN SECOND OPINION PANDUAN SECOND OPINION A. PENDAHULUAN Kesalahan diagnosis dan perbedaan penatalaksanaan pengobatan dokter yang satu berbeda dengan dokter lainnya sering terjadi di belahan dunia manapun. Di negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara untuk lebih serius

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3 Edisi November 2014 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, Dalam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami dua momentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul Dalam... i Pernyataan Orisinalitas... ii Persetujuan Skripsi... iii Halaman Pengesahan Tim Penguji Skripsi... iv Motto dan Dedikasi... v Kata Pengantar... vi Abstract...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMBERIAN LAYANAN INFORMASI OBAT PADA KOMUNITAS PEDULI OSTEOARTHTRITIS DAN DIABETES MELLITUS DESA KALIABU RW 13, BANYURADEN, GAMPING, SLEMAN. Oleh : Pramitha Esha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, dan peningkatan pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) seseorang. Hasil penelitian

Lebih terperinci

HIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK

HIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK 1 HIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK Augustine Purnomowati Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung 2 Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik Penerbit Departemen Kardiologi

Lebih terperinci

Highlight KOPAPDI XV Medan

Highlight KOPAPDI XV Medan 15 Desember 2012 Highlight KOPAPDI XV Medan Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi penyebab kematian yang lebih umum bila dibandingkan dengan penyakit akibat infeksi di negara sedang berkembang. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk di hati dari makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI Jumlah Dokter Spesialis/100.000 penduduk menurut Provinsi 26/10/09 Pendidikan KKI 4 NUMBER OF SPECIALISTS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system saluran kemih. Selain itu fungsi ginjal adalah untuk menyaring

BAB I PENDAHULUAN. system saluran kemih. Selain itu fungsi ginjal adalah untuk menyaring A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Ginjal merupakan organ yang diperlukan untuk mengeluarkan sisasisa metabolisme. Fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan kotoran dari system saluran kemih. Selain

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENYAKIT PERIKARDIUM AUGUSTINE PURNOMOWATI. Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung

PENYAKIT PERIKARDIUM AUGUSTINE PURNOMOWATI. Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung PENYAKIT PERIKARDIUM AUGUSTINE PURNOMOWATI Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung PENYAKIT PERIKARDIUM Augustine Purnomowati Penyakit Perikardium Penerbit Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Kementrian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global pada decade terakhir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan fungsi ginjal karena adanya kerusakan dari parenkim ginjal yang bersifat kronis dan irreversibel.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS DAN BUKU LOG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) ILMU PENYAKIT DALAM

PETUNJUK TEKNIS DAN BUKU LOG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) ILMU PENYAKIT DALAM PETUNJUK TEKNIS DAN BUKU LOG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (P2KB) ILMU PENYAKIT DALAM KOLEGIUM ILMU PENYAKIT DALAM PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM 2014 PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) atau biasa yang disebut penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan dunia dimana morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus kini telah menjadi ancaman dalam kesehatan dunia. Jumlah penderita diabetes melitus tidak semakin menurun setiap tahunnya, namun justru mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004). Diabetes Mellitus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian terhadap Penyakit Tidak Menular semakin hari semakin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI PESERTA. Alamat. T/T Lahir Jenis Kelamin Tinggi / Berat Badan

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI PESERTA. Alamat. T/T Lahir Jenis Kelamin Tinggi / Berat Badan FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI PESERTA NATURE EXPLORER TRAINING 2016 (NET2016) Nama : Alamat : : T/T Lahir : Jenis Kelamin : Tinggi / Berat Badan : cm / kg Apakah sebelumnya Anda pernah sakit dalam

Lebih terperinci

DOKUMEN KURIKULUM PROGRAM SPESIALIS 2 (SUB SPESIALIS) ILMU PENYAKIT DALAM. Minat :

DOKUMEN KURIKULUM PROGRAM SPESIALIS 2 (SUB SPESIALIS) ILMU PENYAKIT DALAM. Minat : DOKUMEN KURIKULUM PROGRAM SPESIALIS (SUB SPESIALIS) ILMU PENYAKIT DALAM Minat :.. 3.. 5. 6. 7. Alergi Imunologi Klinik Endokrinologi, Metabolisme Diabetes Gastroenterohepatologi Ginjal Hipertensi Hematologi

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

panduan praktis Skrining Kesehatan

panduan praktis Skrining Kesehatan panduan praktis Skrining Kesehatan 03 02 panduan praktis Skrining Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang

Lebih terperinci