SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS, PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS, PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat."

Transkripsi

1 Edisi Desember 2013

2

3 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat Waktu terus bergulir, tak terasa telah menghantarkan kita ke penghujung tahun Dinamika organisasi baik di lingkungan internal maupun eksternal PAPDI telah banyak terjadi disepanjang tahun Salah satunya adalah Halo Internis. Kini, Halo Internis hadir dalam bentuk majalah, dengan tampilan dan ukuran yang lebih ringkas dibanding tabloid. Kami, Bidang Humas, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat PB PAPDI mengubah tampilan Halo Internis sebagai respon dari saran sebagian besar pembaca yang menginginkan media ini lebih mudah dinikmati tanpa harus menutupi muka ketika membacanya. Nah, media internal PAPDI yang ditangan sejawat saat ini hadir dalam bentuk majalah. Pada edisi ini, kami mengangkat Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang Kesehatan yang akan dilaksanakan pada awal Januari Program pemerintah yang dipayungi Undang-Undang ini akan mengubah sistem layanan kesehatan di negeri ini. Pada era SJSN berlaku sistem layanan kesehatan berjenjang dengan pembiayaan berbasis asuransi. PAPDI yang merupakan bagian dari Ikatan Dokter Indonesia berperan aktif mengawal program Jaminan Kesehatan Nasional ini dengan membentuk tim adhoc SJSN. Di samping SJSN, kami juga mengulas seputar aktivitas PB PAPDI dan Cabang PAPDI. Kegiatan PB PAPDI mulai dari pelantikan, rakernas, Pertemuan Ilmiah Nasional di Pekan Baru, roadshow hingga pelantikan pengurus cabang PAPDI kami hadirkan kehadapan sejawat. Begitu pula dengan kegiatan beberapa cabang PAPDI. Pada rubrik Profil kami mengangkat figur Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-GER, FINASIM, M.Epid. Sepak terjangnya untuk memajukan ilmu kedokteran dapat menjadi inspirasi bagi sejawat sekalian. Dan juga kami hadirkan beberapa sosok internis yang pada tahun ini dikukuhkan menjadi guru besar. Selain itu juga ada sosok internis yang unik, BIDANG dengan mengabdi di daerah dan HUMAS, aktif melestarikan budaya silat Betawi. PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat. DAN PENGABDIAN Dari dan untuk sejawat. Tapi sebelumnya, kami mohon maaf kepada sejawat atas keterlambatan MASYARAKAT terbit edisi perdana majalah ini. Dan kami sangat terbuka menerima masukan dan saran dari sejawat semua. Salam. SUSUNAN REDAKSI: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, FINASIM; Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD, FINASIM; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD, FINASIM; Amril, SSi *Koresponden: Cabang Jakarta Raya, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Sumbar, Cabang Sulut, Cabang Sumsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Provinsi Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Anindya Yustikasari *Alamat: Sekretariat PB PAPDI, Jl. Salemba Raya I No. 22-D, Senen, Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Telp. (021) , , , Fax. Direct (021) , ; SMS ; pb_papdi@indo.net.id; Website: Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 3

4 DAFTAR ISI 3...SEKAPUR SIRIH 4...DAFTAR ISI 6...OM INTERNIZ 7 SOROT UTAMA: SJSN: Menuju Universal Health Coverage 10...PAPDI Serius Dukung SJSN 13 Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP: PAPDI di Era Sistem Kesehatan Baru KABAR PAPDI: 15...Tolak Kriminalisasi Dokter 18...Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan KIPD; PAPDI Lebih Solid dan Profesional 20...Rakernas Perdana Pengurus Baru 23...Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP (Sekjen PB PAPDI) Selangkah Menuju ASEAN Chapter of ACP 26...Hari Kesehatan Sedunia PAPDI Kampanyekan Waspadai Hipertensi 29...PIN XI PB PAPDI 31...PAPDI Forum: Raih Kesempurnaan Puasa Dengan Sehat Fisik dan Rohani 32...PAPDI Forum: Kiat Sehat Fisik saat Haji 33...Tim Ad Hoc White Paper PB PAPDI White Paper untuk Melindungi Dokter dan Pasien 4 Halo INTERNIS Edisi Desember INFO IDI 37...INFO KEMENKES PROFIL: 38...Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM, M.Epid: Demi Panji Geriatri SOSOK PAPDI: 42...Dr. Stefany Adi Wahyuningrum, SpPD 44...Dr. Martina Yulianti, SpPD 46...Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, FINASIM Ada Jurus Silat di Ruang Praktek GURU BESAR: 48...Prof. Dr. Marcellus Simadibrata, SpPD, K-GEH, FINASIM, PhD, FACG, FASGE Bukan Sekadar Kompetensi 50...Prof dr. Catharina Suharti, SpPD, K-HOM, PhD FINASIM: Jalan Berliku Sang Guru Besar 53...Prof. DR. Dr. Pradana Soewondo, SpPD, K-EMD, FINASIM, Secercah Harapan Penyandang DM di Era JKN INFO MEDIS: 58...Indriyani Hipertensi Pulmonal - Jenis Tekanan Darah Tinggi Yang Lain 60...DR. Dr. Zulkifli Amin, SpPD,K-P,FINASIM,FCCP From Pulmonary and Respiratory Critical Care to International Pulmonology 65...Dr Bambang Subagyo, SpPD,FINASIM Rekam Medis dan Aturan Pembuatannya 67...BERITA CABANG OBITUARI: 75...Prof. Dr. H. A. M. AKIL, SpPD, K-GEH, FINASIM: Selamat Jalan Sang Guru dari Timur 77...Prof. Dr. H. R.H.H Nelwan, SpPD, K-PTI, FINASIM Kegigihan Berbuah Karya Besar

5

6 PUSKESMAS OM INTERNIZ 6 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

7 SOROT UTAMA SJSN: Menuju Universal Health Coverage Tepat satu Januari 2014 Indonesia untuk pertama kali memiliki Jaminan Kesehatan Nasional. Targetnya, 2019 seluruh penduduk telah memiliki asuransi. PAPDI serius mengawal pelaksanaan SJSN. Kinerja Pemerintah di bidang kesehatan kurang menggembirakan. Penilaian ini dilontarkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam sebuah sarasehan, Januari 2013 lalu. IDI tak segansegan menorehkan tinta merah pada subjek pembangunan kesehatan masyarakat di raport pemerintah. IDI mencatat ada banyak indikasi yang menjelaskan kinerja buruk pemerintah di bidang kesehatan. Satu di antaranya Indeks Pembangunan Indonesia (IPM). Data yang ada menunjukkan IPM Indonesia anjlok saban tahun. Pada 2010, misalnya, IPM Indonesia bercokol pada urutan 108 dari 187. Setahun kemudian IPM Indonesia merosot ke posisi 124. Menurut Ketua Umum IDI, Dr. Zainal Abidin MH, IPM Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Malaysia yang menempati peringkat ke-60. Selain itu, Dr. Zainal menambahkan, berbagai indikator Millenium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan seperti Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka kematian bayi (AKB), masih terbilang tinggi. Begitu pula dengan angka gizi buruk, serta penyakit infeksi dan noninfeksi, yang terus melambung. Padahal target pembangunan di bidang kesehatan menjadi faktor utama pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus diwujudkan pada Dr. Pranawa, Prof. Erol, Menkes Dr. Nafsiah Mboi, dan Ketua Umum PB IDI Dr. Zainal Abidin pada acara Indomedica Expo. Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 7

8 SOROT UTAMA Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono. Kenapa kondisi yang memprihatinkan ini terus berlangsung? Salah satu penyebabnya, sambung Dr. Zainal, minimnya anggaran kesehatan menjadi faktor lain yang turut mempengaruhi jebloknya pencapaian pemerintah di bidang pembangunan kesehatan. Persentase anggaran kesehatan di Indonesia termasuk yang terendah di Asia Tenggara. Sekadar catatan untuk diketahui, Kamboja mematok anggaran kesehatannya sebesar 4% dari pengeluaran negara. Sedangkan alokasi anggaran kesehatan di Laos sebesar 5%, Filiphina 5%, Thailand 7%, dan Malaysia 10%. Dari tahun ke tahun, pemerintah menganggarkan 2 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Padahal Undangundang Kesehatan No. 36/2009 mengamanatkan alokasi dana minimal 5 persen dari total APBN di luar gaji pegawai. Selain itu, masih kuatnya paradigma sakit dalam sistem kesehatan di negeri ini. Seharusnya, paradigma tersebut segera berganti menjadi paradigma sehat. Yaitu, paradigma yang menekankan aspek pelayanan preventif dan promotif sebelum muncul berbagai penyakit. Carut-marut sistem pelayanan kesehatan di Indonesia membuat kelompok rakyat miskin dan kurang mampu makin jauh tersentuh layanan kesehatan. Lemahnya aspek promotif dan preventif diakui Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono pada saat pembukaan Indomedica Expo, yang diselenggarakan IDI, 26 Agustus 2013 lalu di Jakarta. Agung Laksono mengatakan, salah satu tantangan sistem kesehatan nasional adalah layanan primer terutama aspek promotif dan preventif yang kurang optimal. Pelayanan kesehatan selama ini lebih menekankan pada aspek kuratif-rehabilitatif. Untuk itu, pemerintah akan memperbaiki sistem kesehatan paripurna melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Per satu Januari 2014 pemerintah akan memulai SJSN bidang kesehatan. Program ini merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan pemerataan di bidang kesehatan dan pelayanan kesehatan yang berkeadilan, papar Agung Laksono. Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya dengan program jaminan kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Menteri Kesehatan Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, pada acara yang sama, mengatakan sesuai dengan amanat UU 24 tahun 2011, penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional akan dikelola oleh BPJS. Institusi ini adalah gabungan dari beberapa pelaksana jaminan kesehatan sebelumnya seperti Jamkesda, Jamkesmas, Askes, Jamsostek,dan Asabri. Menurut Menkes seluruh anggota masyarakat secara pribadi atau berkelompok dapat menjadi peserta JKN secara sukarela. Pada 2014 nanti, jumlah kepesertaan BPJS diperkirakan 110 juta, termasuk peserta Askes dan Asabri. Rencananya, pada 2019, seluruh penduduk Indonesia telah mempunyai jaminan kesehatan. Saat ini, Kemenkes mencatat ada 86,4 juta atau 35 persen masyarakat miskin dan kurang mampu atau Penerima Bantuan Iuran (PBI). Premi bagi masyarakat miskin dan kurang mampu akan ditanggung pemerintah, sebesar per orang per bulan. Tapi besarnya premi bagi masyarakat miskin dan kurang mampu ini masih sementara, nilainya belum ditetapkan Presiden, ujar Menkes. Menteri Kesehatan Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH. Program SJSN akan menekankan pada layanan promotif-preventif bukan sematamata layanan kuratif-rehabilitatif. Pelayanan kesehatan berbasis asuransi ini akan memperkuat sistem pelayanan berjenjang. Diharapkan, lanjut Menkes, sekitar persen kasus-kasus pasien dapat terselesaikan di layanan primer. Sisanya, dirujuk kepelayanan kesehatan sekunder dan tersier. Pelayanan kesehatan primer akan menjadi primadona, ungkapnya. Untuk itu, pemerintah berupaya membenahi pelayanan kesehatan primer. Menkes mengatakan pembenahan pelayanan kesehatan primer memerlukan pendekatan yang 8 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

9 SOROT UTAMA komprehensif yang meliputi regulasi, pendidikan sumber daya manusia, mekanisme kerja, sistem perencanaan, dan monitoring dan evaluasi yang berkesinambungan. Diharapkan, layanan kesehatan primer menjadi garda dalam memberikan layanan kesehatan bermutu kepada masyarakat. Sistem kapitasi, lanjut Menkes, pada layanan kesehatan primer diharapkan akan merangsang para pemberi layanan kesehatan untuk lebih giat melakukan upaya promotif-preventif pada kelompok masyarakat yang menjadi tanggung-jawabnya, agar jumlah orang yang sakit menurun. Kelak penerapan perilaku hidup bersih dan sehat atau paradigma sehat akan lebih cepat terwujud, katanya berharap. Meski mengelola asurasi massal non profit, BPJS serius dengan mutu layanan kesehatan. Menkes menekankan pentingnya ada kendali mutu dan kendali biaya dalam pelaksanaan JKN. Menurutnya kendali biaya tanpa kendali mutu akan mengakibatkan layanan kesehatan berdampak mortalitas dan morbiditas yang tinggi serta kepuasaan peserta yang rendah. Sebaliknya, kendali mutu tanpa kendali biaya akan mengancam keberlanjutan atau sustainability JKN. Untuk itu, Menkes melibatkan organisasi profesi kedokteran, termasuk Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Ketua Umum IDI, Dr. Zainal Abidin, MH, IPM Rendahnya premi akan berdampak pada mutu pelayanan kesehatan yang ala kadarnya. Pasien tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Para medis pun tidak mendapat apresiasi yang cukup dari keahliannya. Oleh karena itu, IDI sebagai induk organisasi kedokteran aktif mengadvokasi agar anggaran kesehatan dinaikkan sesuai amanat Undang- Undang. Dengan begitu pelayanan kesehatan berkeadilan dapat terwujud dan semua pihak dapat tersenyum. dalam membuat rancangan JKN. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap program JKN. Sebagai perhimpunan dokter spesialis terbesar dengan kasus-kasus penyakit terbanyak, PAPDI bersama IDI terlibat dalam penentuan clinical pathway dan Indonesia Case base Groups (INA- CBGs). Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakan PAPDI telah membentuk tim adhoc SJSN yang akan membantu program JKN dalam menentukan tarif Ina-CBG dan clinical pathway. PAPDI terdiri dari 12 divisi, setiap divisi membuat 10 clinical pathway kasus-kasus terbanyak. Berarti PAPDI mesti minimal menyiapkan 120 clinical pathway. Di samping itu, PAPDI juga menyiapkan clinical pathway untuk case mix. PAPDI mendukung sistem jaminan nasional bidang kesehatan yang akan diberlakukan Januari 2014 nanti, ujar Prof. Idrus. Kendati demikian, Prof. Idrus menegaskan pelaksanaan JKN hendaknya mensejahterakan semua pihak. Baik Prof. Idrus maupun Dr. Zainal mewanti-wanti jangan sampai ada pihak-pihak yang dirugikan. Saat ini, besarnya premi PBI yang ditetapkan pemerintah jauh dari perhitungan para ahli di bidang kesehatan. Rendahnya premi akan berdampak pada mutu pelayanan kesehatan yang ala kadarnya. Pasien tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Para medis pun tidak mendapat apresiasi yang cukup dari keahliannya. Oleh karena itu, IDI sebagai induk organisasi kedokteran aktif mengadvokasi agar anggaran kesehatan dinaikkan sesuai amanat Undang- Undang. Dengan begitu pelayanan kesehatan berkeadilan dapat terwujud dan semua pihak dapat tersenyum. (HI) Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 9

10 SOROT UTAMA PAPDI Serius Dukung SJSN PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internis yang dirugikan.internis memahami regulasi dan aturan-aturan dalam SJSN, terutama tentang Indonesia Case Based Groups. Halal Bihalal Pengurus PB PAPDI dan PAPDI Jaya. Satu Januari 2014 menjadi momentum penting dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Tepat di awal tahun 2014 nanti pemerintah untuk pertama kali memiliki universal health coverage. Pembiayaan kesehatan yang sebelumnya berdasarkan fee for service akan beralih berbasis asuransi. Dampaknya, layanan kesehatan yang semula spesialistik, sebagian besar akan bergeser menjadi sistem layanan referral atau rujukan. Tentu, pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan berimbas langsung kepada tatanan kedokteran di Indonesia selama ini. Ikatan Dokter Indonesia(IDI) dituntut berperan aktif memberi asupan kepada pembuat regulasi SJSN. Seluruh profesi kedokteran di bawah IDI, termasuk Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama-sama mengawal terbentuknya SJSN. PAPDI meletakan program SJSN ini sebagai salah satu agenda utama, sejak disahkannya Undang-Undang SJSN dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Terbukti, pasca terpilih Ketua Umum PB PAPDI pada KOPAPDI XV 2012 di Medan Lalu, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP menaruh perhatian besar pada pelaksanaan SJSN. Sejalan dengan Ketua Umum PB PAPDI sebelumnya, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Prof. Idrus membentuk tim adhoc SJSN untuk mengkaji dan membahas program pemerintah itu. Tim Adhoc yang diketuai Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM ini membuat kajian dan memberi masukan kepada IDI terkait regulasi SJSN yang berhubungan dengan layanan dokter spesialis penyakit dalam. Rencana kerja tim adhoc ini sudah dipapar Dr. Prasetyo pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PB PAPDI dan Semua Cabang, pada 6-7 April lalu di Jakarta. PAPDI mendukung dan memberi perhatian serius terhadap pelaksanaan SJSN, ujar Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP ketika ditemui saat Halal Bihalal PB PAPDI, Medio Agustus 2013 lalu. Dukungan dan perhatian PAPDI cukup 10 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

11 SOROT UTAMA Prof. DR.Dr. Joko Wahono, SpPD, K-EMD, FINASIM sebagai pembicara pada Halal Bihalal PB PAPDI. beralasan. Pasalnya, Prof. Idrus mengatakan, PAPDI merupakan perhimpunan spesialis dengan jumlah anggota yang cukup besar dan tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Apalagi, kasus-kasus di bidang ilmu penyakit dalam cukup banyak ditemui disetiap layanan kesehatan. PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internis yang dirugikan, ungkapnya. Prof. Idrus menegaskan agar setiap internis memahami regulasi dan aturan-aturan dalam SJSN, terutama tentang Indonesia Case Based Groups (Ina-CBGs). Soal Ina-CBGs, Guru Besar FKUI ini mengatakan internis perlu mencermati dan memahami sebaik-baiknya. Karena hal ini menyangkut besarnya biaya yang akan diperoleh internis ketika berpraktek di sektor layanan kesehatan sekunder atau tersier. Sebab pembiayaan jasa medis pada pelayanan kesehatan sekunder dan tersier diatur dalam Ina CBGs, bukan berdasarkan kapitasi seperti pelayanan kesehatan primer. Pahami Ina-CBGs Hal senada juga disampaikan oleh DR. Dr. Hikmat Permana, SpPD, K-EMD, FI- NASIM, staf SJSN di Kementerian Kesehatan. Dr. Hikmat yang hadir dalam Halal Bihalal PB PAPDI menjelaskan pentingnya internis memahami Ina CBGs. Semua tindakan medis, sesuai ICD IX dan ICD X, dilakukan oleh internis mesti di coding ke dalam perangkat lunak yang telah tersedia. Seperti apa diagnostik dan tindakan medis DR. Dr. Hikmat Permana, SpPD, K-EMD, FINASIM sebagai pembicara pada Halal Bihalal PB PAPDI. yang dikerjakan berkorelasi dengan jasa medik yang diperoleh internis. Semua tindakan mesti di coding. Internis mesti memahaminya, jangan sampai sudah bekerja keras tapi yang didapat sedikit. Ada coding, ada payment. No coding, no payment, ungkap Dr. Hikmat yang juga anggota PAPDI cabang Bandung. Lantas siapa yang menyusun Ina- CBGs? Dr. Hikmat mengatakan berdasarkan UU BPJS Ina-CBGs disusun oleh Kemenkes dan penyedia jasa medis, dalam hal ini IDI yang dibantu oleh semua perhimpunan dibawahnya. Tiap tiap perhimpunan spesialis diminta membuat clinical pathway untuk kasus-kasus yang terjadi dalam lingkup keilmuan masing-masing. Dari sini, setiap tindakan utama dan penunjang ditentukan tarifnya. Ini akan menjadi standar dalam tarif Ina-CBGs. Jadi, berbagai tindakan medis bisa dibayar atau tidak tergantung dari perhimpunan yang mengusulkan tarif Ina-CBGs. Di sini PAPDI bersama-sama seminat mesti kuat. ujarnya. Saran Dr. Hikmat direspon oleh Ketua Tim Adhoc SJSN PB PAPDI Dr. Prasetyo. Dalam rencana kerjanya, Dr. Prasetyo mengatakan akan melakukan sosialisasi SJSN kepada seluruh internis. Bersama PB PAPDI, dalam beberapa event seperti roadshow ke daerah-daerah, selalu diagendakan sosialisasi SJSN yang bertujuan agar internis memahami SJSN sekaligus menerima masukan dari sejawat lain di daerah. Bersamaan dengan itu, tim adhoc yang dibantu perwakilan dari seminat yang ada di bawah PAPDI membuat clinical pathway dan tarif Ina CBGs. Hingga kini masih berlangsung proses pembuatan clinical pathway. Ada divisi yang sudah selesai, ada pula yang belum, ungkapnya. Dr. Prasetyo mengatakan PAPDI merupakan perhimpunan spesialis yang membuat clinical pathway lebih banyak di banding perhimpunan lain. Kemenkes meminta setiap perhimpunan membuat 10 clinical pathway kasus-kasus terbanyak. Sementara PAPDI dengan 12 seminat akan membuat 120 clinical pathway. Clinical pathway, menurut Prof. DR. Dr. Joko Wahono, SpPD, K-EMD, FINASIM, berbeda dengan clinical practice guideline. Clinical pathway merupakan standar managemen prosedur pengobatan yang memperhatikan time line setiap tindakan. Selain itu, Clinical pathway juga mencantumkan kriteria outcome dari tindakan yang dilakukan dokter terhadap pasien. Dengan begitu, setiap tindakan yang diambil dapat diaudit. Sedangkan guideline hanya memuat prosedur pengobatan tanpa pengaturan waktu yang ketat. Namun, clinical pathway tetap merujuk dari guideline agar ada kendali mutu. Pada era SJSN semua rumah sakit memiliki clinical pathway yang sama. Sejalan dengan clinical pathway, akan ditentukan tarif Ina-CBGs. Menurut Dr. Prasetyo tarif Ina-CBGs proses penyusunannya melalui penentuan beberapa komponen antara lain coding, costing, clinical pathway masing masing diagnosa penyakit dan pemanfaatan teknologi informatika untuk penghitungan tarif. Semua diagnosa dan tindakan medis sesuai dengan kode di ICD IX dan X. Setiap kode tindakan ditentukan besarnya biaya (costing). Data costing diperoleh dari beberapa rumah sakit pemerintah. Tindakan medis yang diambil harus sesuai dengan clinical pathway. Beberapa tahapan di atas akan dikemas dalam sebuah software, yang akan mengkalkulasi besarnya tarif yang harus dibayarkan. Namun tarif Ina-CBGs yang diusulkan perhimpunan spesialis tidak serta merta dipenuhi BPJS. Tarif tersebut akan dievaluasi oleh National Casemix Center (NCC) Kemenkes. Wakil Sekretaris Jenderal PB IDI ini menekankan agar internis memahami mekanisme kerja Ina-CBGs. Dalam waktu dekat, PB PAPDI akan menyelenggarakan workshop tentang Ina-CBGs. Prosedur Ina- Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 11

12 SOROT UTAMA CBGs mesti dipelajari sebaik-baiknya. Bila internis rapi meng-input tindakan-tindakan yang dilakukan, maka jasa medis yang dihasilkan akan maksimal, ujarnya. Bagaimana Dengan Penghasilan Internis? Sistem rujukan yang diterapkan dalam JKN akan mengurangi lahan layanan kesehatan sekunder, apalagi tersier. Pemerintah mematok 70-80% kasus selesai dipelayanan kesehatan primer. Sisanya, dilanjutkan pada layanan sekunder dan tersier. Bila tidak mampu ditangani dipelayanan kesehatan primer, maka akan dirujuk kepelayanan kesehatan sekunder atau tersier, katanya. Namun banyaknya pasien, tidak berbanding lurus dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Dr. Prasetyo mengatakan justru biaya yang besar ada pada layanan sekunder dan tersier, yaitu sekitar 30 persen dari anggaran BPJS. Dr. Prasetyo mencontohkan, pasien kanker jumlahnya kurang dari 0,5 % dari total pasien BPJS. Namun pasien kanker menyedot dana 10 % dari anggaran BPJS. Secara umum 30 % dana BPJS akan tersedot untuk penyakit catastropik seperti kanker, talasemia, hemofili, gagal ginjal dan jantung, paparnya. Dr. Prasetyo menambahkan Karena jasa medis di era SJSN nanti penentuan jasa medisnya dengan INA CBGs supaya klaim besarnya jasa medis maksimal salah satu yg harus dilakukan adalah penulisan rekam medis dengan Lengkap dan jelas. Lengkap artinya harus lengkap dituliskan diagnosa utama dan diagnosa tambahan baik komplikasi maupun komorbid sesuai ICD X dan ada tidaknya tindakan medis penunjang sesuai dengan ICD IX. Tentu terdapat perbedaan jumlah klaim yg cukup mencolok bila rekam medis ditulis dengan lengkap dan yang tidak lengkap. Tulisan di rekam medis juga harus jelas, karena bila tidak jelas petugas yang memasukkan data ke program INA CBGs dapat memasukkan diagnosa yang mereka anggap benar padahal hal ini seringkali salah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pembagian jasa medis. Sesuai aturan Menkes dari keseluruhan jasa medis tadi akan dibagi menjadi jasa sarana 56 % dan jasa pelayanan maksimal 44 %. Tidak ada aturan baku berapa bagian dokter spesialis dari keseluruhan jasa pelayanan ini, akibatnya hal ini seringkali menjadi sumber sengketa antara dokter pihak manajemen rumah sakit, untuk menghindari hal ini haruslah diperjelas berapa bagian dokter dari total jasa pelayanan. Pada bulan November 2013 ini Kemenkes akan mengeluarkan tarif INA CBGs yang baru, yang dari beberapa sumber besarnya sekitar 30 % dari tarif INA CBGs sebelumnya, tarif baru ini juga memasukkan beberapa tarif khusus seperti prosedur, pemeriksaan dan pemakaian obatobatan khusus selain itu mengurangi selisih Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM, Ketua tim adhoc SJSN PB PAPDI. tarif yang terlalu besar untuk satu tindakan yang sama untuk antara rumah sakit tipe A,B, dan C. Persiapan lain yang dilakukan PAPDI dalam menghadapi SJSN adalah menyusun tarif jasa medis semua tindakan yang ada dalam pelayanan penyakit Dalam. Saat ini sudah disusun tarif untuk 202 tindakan. Tarif ini disusun dengan sistem skoring dengan memperhatikan beberapa variabel antara lain tingkat kompetensi, kesulitan pencapaian tingkat kompetensi, penggunaan alat penunjang dalam melakukan tindakan, perlu tidaknya pengawasan setelah tindakan dan lamanya melakukan tindakan. Total skor hasil penjumlahan dari masing masing variabel akan dikalikan dengan nilai rupiah tertentu sehingga dihasilkan tarif jasa medis PAPDI. Tarif ini akan diusulkan melalui PB IDI, dan usulan tarif jasa medis PAPDI dan perhimpunan spesialis lain dibawah IDI akan diusulkan PB IDI ke kementerian kesehatan untuk penentuan besarnya tarif dalam INA CBGs. PAPDI beranggapan apabila ada selisih antara tarif INA CBGs dan tarif usulan PAPDI, selisih ini merupakan sumbangsih seluruh anggota PAPDI bagi bangsa, tetapi mohon apabila kondisi memungkinkan hargailah kami dengan kedepannya menentukan tarif yang menghargai jerih payah dokter penyakit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, kata Dr. Prasetyo. Dari fakta tersebut, Dr. Prasetyo berpendapat diharapkan pada awal pemberlakuan SJSN tidak akan terjadi penurunan pendapatan dokter penyakit dalam karena berpindahnya pasien yang sebelumnya membayar sendiri ke pasien BPJS, Pada awalnya mungkin akan terjadi penurunan pendapatan, tapi dalam berjalannya masih banyak pasien yang bukan hanya mencari pelayanan yang lebih murah tapi mereka juga menuntut dari segi kenyamanan, biasanya pasien menengah yang membayar sendiri atau dibiayai asuransi, pasien menengah ini jumlahnya cukup banyak dan selalu meningkat setiap tahunnya. Setiap internis harus optimis, pendapatannya tidak akan berkurang di era SJSN. Semua negara maju di dunia untuk mencapai kemajuannya selalu dimulai dengan menata sistem kesehatan dengan memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyatnya, di tingkat ASEAN sendiri sudah ada 4 negara yang memasuki universal health coverage yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei, yang akan diikuti 2-3 tahun mendatang oleh Filipina dan Vietnam, merupakan harapan besar bahwa dengan SJSN dan sumbangsih seluruh anggota PAPDI dalam persiapan SJSN 2014 nanti lebih menjamin dan mempercepat usaha bangsa kita untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, sehat dan berdaulat seperti dicita-citakan pendiri bangsa kita demikian Dr.Prasetyo di akhir wawancaranya. (HI) 12 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

13 PAPDI di Era Sistem Kesehatan Baru SOROT UTAMA KETUA UMUM PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP: Ke depan tantangan profesi kedokteran kian berat. Di samping berbenah menyiapkan pasar bebas, harmonisasi Asean bidang kesehatan, dalam waktu dekat professional jas putih ini mau tak mau harus menyongsong era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tepatnya, pada Januari 2014 pemerintah seperti yang diamanatkan dalam undang-undang mesti menjalankan sistem asuransi kesehatan nasional. Tentu kondisi ini menyita perhatian para ketua organisasi profesi kedokteran, tak kecuali Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Pasalnya, pada sistem berbasis asuransi ini seluruh organisasi profesi kedokteran mesti terlibat aktif menentukan perangkat layanan kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Pada kesempatan ini Halo Internis mewawancarai Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP Ketua Umum PB PAPDI periode yang terpilih pada Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV, di Medan akhir Desember 2012 lalu. Berikut petikannya: Prof. terpilih sebagai Ketua Umum PB PAPDI di tengah pemerintah ingin menjalankan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Bagaimana PAPDI menanggapi pelayanan kesehatan berbasis asuransi sosial ini? Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 13

14 SOROT UTAMA Tak lama lagi, kita akan memasuki sistem tatanan pelayanan kesehatan yang baru, seperti yang diamanatkan UU. PAPDI mendukung sistem jaminan nasional bidang kesehatan yang akan diberlakukan Januari 2014 nanti. Tapi harus disiapkan dengan baik, agar tidak merugikan anggota PAPDI yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Yang tak boleh dilupakan adalah keberadaan PAPDI seyogyanya dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat harus mengenal peran PAPDI melalui Corporate Social Responsibility, public relation PAPDI, yang juga bekerja sama dengan media cetak maupun elektron. Pada dasarnya, menyusun tim kerja yang solid. Dengan kerjasama semua tugas akan menjadi ringan. memahami SJSN yang akan segera dijalankan Januari 2014 ini. Untuk itu, kami memasukan agenda SJSN ini dalam website PAPDI, media Halo Internis, program kerja roadshow ke cabang-cabang PAPDI dan pertemuan-pertemuan CME. Hal ini bias dilakukan dengan upaya Continuing Professional Development (CPD). Selain SJSN, pada 2015 Indonesia menyongsong AFTA. Bagaimana PAPDI menyikapinya? Kami juga telah membentuk tim adhoc yang diketuai DR.Dr Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Tim ini membahas masuk dokter asing terkait pasar bebas. Pada lingkup regional, PAPDI aktif menyiapkan harmonisasi Asean bidang Kesehatan melalui Asean Federation of Internal Medicine (AFIM). Bertepatan dengan KOPAPDI XV di Medan Desember 2012 lalu, PAPDI menjadi tuan rumah AFIM Meeting. Pada Mei 2013 lalu PAPDI mengikuti kongres AFIM yang bersamaan dengan kongres Philippine College of Physicians (PCP). Sejalan dengan itu, pada tingkat international PAPDI bersama anggota AFIM lainnya berhasil membentuk ACP Chapter ASEAN dan aktif bekerjasama dengan International Society of Internal Medicine (ISIM). Dimana Indonesia akan menjadi tuan rumah WCIM Di samping isu-isu nasional dan global, bagaimana Prof menyikapi fragmentasi di tubuh PAPDI? Ke depan kami berkomitman untuk mempertahankan keutuhan penyakit dalam. Untuk itu, program program PAPDI ditujukan untuk konsolidasi anggota dan antar seminat di bawah PAPDI. Roadshow akan tetap kami jalani, karena ini merupakan bagian dari konsolidasi internal. Tujuan utamanya adalah kami memberikan pembekalan CPD, tapi pada saat yang bersamaa kita melakukan konsolidasi secara organisasi. Kita berbincang untuk melihat masalah dan kebutuhan daerah serta hal-hal yang akan kami bantu. Seperti diketahui setiap organisasi profesi kedokteran terlibat aktif menyiapkan perangkat SJSN. Apa yang telah disiapkan PAPDI? PAPDI telah membentuk tim adhoc SJSN yang diketuai Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM. Tim adhoc ini dalam menentukan tarif Ina-CBG dan clinical pathway dibantu oleh seluruh perwakilan seminat yang ada di PAPDI. PAPDI terdiri dari 12 divisi, setiap divisi diminta Kemenkes untuk membuat 10 clinical pathway kasus-kasus terbanyak. Berarti PAPDI mesti minimal menyiapkan 120 clinical pathway. Disamping itu, PAPDI juga menyiapkan clinical pathway untuk case mix. Baru sebagian yang rampung, belum semua tugas ini selesai. November ini diharapkan tim ini sudah menyelesaikan tugasnya. Mengingat anggota PAPDI yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, Bagaimana PB PAPDI mensosialisasikan SJSN ini kepada anggota? Kami berupaya seluruh anggota dapat Bagaimana hubungan PAPDI dengan organisasi profesi kedokteran lain, terkait hal-hal yang masih berbenturan atau belum selaras? Filosofinya adalah kita saling menghargai sesuai dengan kompetensi masing-masing. PB PAPDI itu terbuka, kalau ada masalah bersama, juga harus dilakukan evaluasi bersama. Jadi tidak ada suatu organisasi profesi yang menafikan kemampuan organisasi lain sesuai dengan kompetensi yang telah dicapai. Kalau memang telah mencapai level of competen tertentu yang harus dimiliki, maka harus dianggap mampu untuk menangani kasus-kasus penyakit. Sekali lagi, dasarnya adalah kompetensi. Yang tak boleh dilupakan adalah keberadaan PAPDI seyogyanya dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat harus mengenal peran PAPDI melalui Corporate Social Responsibility, public relation PAPDI, yang juga bekerja sama dengan media cetak maupun elektron. Pada dasarnya, menyusun tim kerja yang solid. Dengan kerjasama semua tugas akan menjadi ringan. (HI) 14 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

15 KABAR PAPDI TOLAK Kriminalisasi Dokter Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 15

16 KABAR PAPDI PAPDI Dukung Aksi Tolak Kriminalisasi Dokter Gelombang protes atas putusan Mahkamah Agung yang mempidanakan tiga dokter spesialis obstetrik dan ginekologi di Menado berlangsung di berbagai daerah di Indonesia. Serentak ribuan dokter diberbagai daerah menggelar aksi solidaritas demo nasional pada 27 November Di Jakarta, ribuan dokter long march dari tugu Proklamasi menuju Mahkamah Ini bisa menjadi preseden buruk. Dokter bisa diancam penjara dalam melakukan tugasnya. Para dokter akan menolak menangani kasus emergensi karena takut dipidanakan. Tentu ini akan merugikan masyarakat.. Pengurus PB IDI pada aksi solidaritas dokter di Gedung MA. Pengurus PAPDI turut serta pada aksi solidaritas di Gedung MA. Agung. Para dokter menuntut bebas Dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, SpOG, Dr. Hendry Simanjuntak, SpOG, dan Dr. Hendy Siagian, SpOG dan menolak kriminalisasi dokter. Aksi Tolak Kriminalisasi Dokter ini terkonsentrasi di depan gedung Mahkamah Agung. Di bawah terik matahari, para dokter berorasi menyampaikan tuntutannya. Dr. Eka Ginanjar, SpPD, FINASIM koordinator lapangan (Korlap) dari PB PAPDI dalam orasinya mengecam keras vonis pidana yang dijatuhkan MA terhadap Dr.Ayu dan kawan-kawan. Ia juga mengutuk Kejaksaan dan Kepolisian yang menangkap paksa Dr. Ayu dan Dr. Hendry. Tolak kriminalisasi dokter. Bebaskan Dr. Ayu dan kawan-kawan, tuntutnya. Hal senada juga disampaikan Ketua PAPDI Cabang Jakarta Raya DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP. Dalam orasinya, Dr. Ari mengatakan putusan MA terhadap Dr. Ayu dan kawan-kawan tidak beralasan. Hasil investigasi Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) tidak menemukan adanya pelanggaran kode etik, apa yang dilakukan Dr. Ayu sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) profesi kedokteran. Bahkan hakim Pengadilan Negeri (PN) Manado memutuskan bebas ketiga dokter tersebut dari dakwaannya. Dr. Ari mensinyalir ada skandal dari pihak tertentu, termasuk media, yang memojokkan dokter Indonesia, terkait dengan akan masuknya dokter asing. 16 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

17 KABAR PAPDI Dr. Ari Fahrial. Dr. Taolin Agustinus. Dr. Ari Kusuma. Dr. Giri. Sedangkan, Ketua PAPDI Cabang Bogor Dr. Taolin Agustinus, SpPD, FINASIM yang hadir bersama internis dari Bogor menyatakan prihatin atas ditangkapnya Dr. Ayu dan kedua rekannya. Mewakili dokter di Bogor, ia menuntut agar MA mencabut putusannya dan membebaskan Dr. Ayu. Sebab, kata Dr. Taolin, keputusan MA akan membuat dokter ragu-ragu dalam menangani pasien. Dokter merasa takut memberikan pelayanan kesehatan, tegasnya. Sementara Ketua Umum PB PAPDI, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakan PAPDI sangat mendukung aksi solidaritas ini. Ia menghimbau cabang- cabang PAPDI di daerah untuk melakukan aksi sebagai wujud dukungan moril, namun dikoordinasikan dengan sejawat lain agar pelayanan kesehatan tetap berjalan. Hal ini, lanjut Prof. Idrus, dilakukan bukan sekadar membebaskan Dr Ayu dan kawan-kawan, melainkan untuk menegakkan rasa keadilan di negeri ini. Dr. Ayu beserta koleganya sudah dinyatakan bebas oleh PN Manado. Dan MKEK IDI menyatakan tindakannya sudah sesuai di SOP. Namun MA tetap menjatuhkan sanksi 10 bulan penjara. Ini bisa menjadi preseden buruk. Dokter bisa diancam penjara dalam melakukan tugasnya. Para dokter kuatir menangani kasus emergensi karena takut dipidanakan. Tentu ini akan merugikan masyarakat, tegasnya. Sebelum demo nasional, menurut Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Obstetrik dan Ginekologi Indonesia (PB POGI) Dr. Ari Kusuma, SpOG telah dilakukan langkah-langkah persuasif antara POGI, PB IDI dan Kemenkes dengan Komisi IX DPR. Namun MA tetap bersikukuh bahwa putusannya sudah adil dan berkekuatan hukum tetap. Kita (dokter) tidak didengar suaranya, tidak dianggap ujar Dr. Ari. Untuk itu, pada aksi ini saya sangat apresiasi kepada sejawat dari berbagai perhimpunan. Kita sadar bahwa ini merupakan menjadi persoalan dokter semua, tambahnya. Di tengah aksi, Ketua Umum PB IDI Dr. Zaenal Abidin, MH, Prof. Dr. I Oetama Marsis, SpOG dan pengurus IDI lainnya melakukan lobi di dalam gedung MA. Namun sayangnya, kehadiran ribuan dokter di MA tidak direspon para hakim agung yang tidak satupun berada di tempat. Dr. Zaenal hanya ditemui oleh panitera. Hakim agung tidak ada ditempat, kami diterima oleh panitera, kata Dr. Zaenal kepada media ketika keluar dari gedung MA. Dr. Zaenal memaparkan hasil pertemuan dengan panitera. Menurutnya IDI menuntut agar MA mempercepat proses peninjauan kembali ( PK) yang telah dilayangkan kuasa hukum dan segera membebaskan Dr. Ayu dan kawan-kawannya. IDI memberi waktu paling lambat satu minggu harus sudah ada kepastian hukum, tegasnya. Ia menilai ada kesalahan dalam penerapan hukum oleh MA. Lembaga hukum tertinggi ini menggunakan pasal-pasal pembunuhan yang bersifat umum dalam menjerat Dr. Ayu dan kawan-kawan. Padahal pasalpasal tersebut tidak tepat ditujukan kepada dokter. Mana mungkin ada pembedahan tanpa perlukaan. Mengartikan pasal ini saja sudah salah, apalagi memutuskan vonis, ujarnya geram. Dr. Zaenal menambahkan MA tidak memahami essensi dari kedokteran. Pelayanan kedokteran mengutamakan kepada upaya bukan pada hasil. Sementara kesembuhan merupakan kehendak Tuhan. Dalam tugasnya, tidak ada dokter yang berniat untuk membunuh atau mencelakakan pasiennya. Selain itu, Ketua Umum IDI ini mempertanyakan tidak adanya saksi ahli yang ditunjuk MA dalam memutuskan perkara ini. Bahkan MA tidak mempetimbangkan keputusan PN Manado dan keputusan MKEK. Bagaimana mungkin hakim yang tidak mengerti esensi kedokteran, bisa memutuskan perkara dokter. Dr Ayu dan kawan-kawan merupakan korban kebodohan hakim, katanya Untuk itu, Dr. Zaenal optimis tuntutannya akan dikabulkan. Tapi, lanjut Dr. Zaenal, bila tuntutan kami tidak diterima maka para dokter akan terus melakukan aksi yang lebih besar, kalau perlu kemungkinan terpahit akan kami lakukan sampai Dr. Ayu, Dr. Hendry, dan Dr Hendy dibebaskan. Karena dalam tugasnya, dokter bukan penjahat atau koruptor yang dapat dikriminalisasi. (HI) Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 17

18 KABAR PAPDI Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan KIPD: PAPDI Lebih Solid dan Profesional Di era globalisasi tantangan kian berat. Dokter dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya. Pengurus PB PAPDI periode harus lebih solid dan professional. Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV, yang diselenggarakan di Medan pada Desember 2012 lalu berlangsung sukses. Perhelatan akbar PAPDI ini menelurkan keputusan-keputusan strategis untuk keberlangsungan organsiasi tiga tahun ke depan. Beberapa keputusan tersebut, diantaranya, adalah terpilihnya Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP- SIC, FACP sebagai Ketua Umum PB PAP- DI, dan Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K- GER, MEpid, FINASIM sebagai Ketua Badan Pengurus Harian Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (BPH KIPD). Mengemban tugas besar, para ketua segera berbenah. Pasalnya, di samping menahkodai roda organisasi, para ketua dihadapkan pada persoalan-persoalan eksternal seperti keluarnya peraturan Konsil kedokteran Indonesia (KKI) yang merugikan keutuhan PAPDI dan menyongsong diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang cukup menyita perhatian. Ini merupakan amanah. Meski saya katakan ini beban pekerjaan yang berat, yang bahkan barangkali tidak diminati banyak orang. Tapi, demi kualitas pendidikan spesialis dan subspesialis penyakit dalam, harus ada yang bersedia untuk mengawal pendidikan. ujar Prof. Ati begitu biasa Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-GER, MEpid, FINASIM, disapa, semangat. Pelantikan Pengurus Besar PB PAPDI dan KIPD oleh Ketua Umum PB IDI, Dr. Zainal Abidin, MH. 18 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

19 KABAR PAPDI Foto bersama Pengurus Besar PB PAPDI dan KIPD Usai tepilih, rapat-rapat marathon pun ngan membacakan dilakukan untuk menyusun kepengurusan SK IDI dan rencana-rencana strategis masingmasing. yang kemudian Prof. Idrus, begitu biasa Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP disapa, mengatakan kepengurusan PB PAPDI mendatang harus lebih professional. Programprogram dilanjutkan dengan penyematan pin PAPDI oleh Ketua Umum PB IDI dan diakhiri kerja PB PAPDI dibuat terukur de- foto bersama ngan indikator-indikator keberhasilannya. pengurus PB Untuk itu dalam menyusun rencana strategis PAPDI, BPH (renstra), kami dibantu konsultan man- agemen. Akhirnya saya pun juga belajar managemen, jelas Prof. Idrus. KIPD, dan Ketua Umum serta Ketua Bidang Organisasi PB IDI. Prof. Idrus, Dr. Sally dan Prof. Siti Setiati. nasional akan mengubah paradigma sistem Selesai menyusun kepengurusan dan membuat renstra, Pengurus PB PAPDI dan BPH KIPD periode pun dikukuhkan. Kedua lembaga tersebut langsung dilantik oleh Ketua Umum PB IDI, Dr. Zainal Abidin, MH yang didampingi Ketua Bidang Organisasi PB IDI Dr. Adib Khumaedi, SpOT di Hotel JW Marriot, Februari 2013 lalu. Pelantikan berlangsung khidmat de- Pada sambutannya, Dr. Zainal Abidin, MH mengatakan pada era globalisasi tantangan kian berat. Secara internal, dokter dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya. Disisi lain, masuknya dokter asing, terutama dokter dari negara-negera Asean, suatu yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Di samping itu, terhitung awal 2014 mulai diberlakukannya sistem jaminan sosial pelayanan dan pembiayaan kesehatan nasional. Diperlukan peran aktif PAPDI untuk bersama-sama menghadapi era globalisasi ini, ujar Dr. Zainal. Sebelum pelantikan, kedua pengurus melakukan rapat pleno bersama. Rapat yang dihadiri seluruh pengurus baik dari PAPDI maupun KIPD ini membahas dan mensosialisasikan renstra yang dipaparkan oleh Ketua Umum PB PAPDI dan Ketua BPH KIPD. Pada acara itu, juga diperkenalkan susunan pengurus kedua lembaga tersebut. Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD,K-KV, FINA- SIM, FACP memperkenalkan jarajaran pengurus PB PAPDI. Dan susunan pengurus BPH KIPD diperkenalkan oleh Sekretaris Jenderal KIPD Dr. Irsan Hasan, SpPD, K- GEH, FINASIM. Baru kali pertama pembahasan renstra PB PAPDI dan KIPD dilakukan bersama. Hal ini menjadi momentum untuk sinergi kegiatan bersama antara PAPDI dan KIPD, ungkap Prof. Idrus. Prosesi Pelantikan Pengurus Besar PB PAPDI dan KIPD Selamat bertugas! (HI) Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 19

20 KABAR PAPDI Rakernas Perdana Pengurus Baru Kami ke depan tetap memiliki komitmen untuk mempertahankan keutuhan ilmu penyakit dalam. Itu sudah tak bisa dikompromikan lagi., Solid dan professional. Semangat ini mewarnai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PB PAPDI dan semua cabang yang diselenggarakan di Hotel Harris, Jakarta 6-7 April 2013 lalu. Rakernas perdana di kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP ini dihadiri oleh seluruh perwakilan dari 36 cabang PAPDI, pengurus KIPD dan kepala departemen ilmu penyakit dalam dari fakultas kedokteran seluruh Indonesia. Rakernas kali ini pesertanya lebih banyak dari biasanya, karena mengundang sejawat dari departemen ilmu penyakit dalam dari fakultas kedokteran di seluruh Indonesia, ungkap Prof. Idrus, begitu ia biasa disapa, pada sambutannya. Rakernas yang berlangsung dua hari ini sarat dengan berbagai agenda PAPDI dan KIPD. Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Umum PB PAPDI. Pada sambutannya, Prof. Idrus mengatakan ada beberapa isu penting terkait dengan regulasi pemerintah di bidang kesehatan. Diantaranya adalah akan berlangsungnya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan pada awal Januari 2014 dan pasar bebas AFTA Soal SJSN, kata Prof. Idrus, PAPDI serius merespon pelayanan kesehatan berbasis rujukan dan asuransi ini. PAPDI, lanjutnya, menyikapi hal ini dengan hati-hati jangan sampai SJSN justru tidak memberikan nilai lebih dari tatanan yang sudah ada. Untuk itu, PB PAPDI telah membentuk tim adhoc yang akan mengkaji dan memberi masukan terkait dengan peran inernis dalam pelayanan tersebut. Sementara, dalam menghadapi harmonisasi Asean dalam bidang kesehatan 2015 nanti, PAPDI terlibat aktif menghidupkan kembali Asean Federation of Internal Medicine (AFIM). Isu-isu ini tentu kami sikapi dengan hati-hati. Kami telah menyiapkan tim ad hoc untuk membuat kajian setiap persoalan tadi, tegas Prof. Rapat Kerja Nasional PB PAPDI. Idrus. Sedangkan persoalan internal, lanjut Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI ini adalah fragmentasi di tubuh ilmu penyakit dalam. Kami ke depan tetap komitmen mempertahankan keutuhan ilmu penyakit dalam. Itu sudah tak bisa dikompromikan lagi, ujarnya Program lain yang mesti ditingkatkan, tambah Prof. Idrus, adalah konsolidasi anggota. Program roadshow ke cabang-cabang seperti yang telah dirintis Ketua Umum PB 20 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013 Pembukaan Rapat Kerja Nasional PB PAPDI.

21 KABAR PAPDI Prof. Idrus Alwi. PAPDI sebelumnya, intensitasnya harus ditingkatkan. Selanjutnya, meningkatkan kompetensi internis melalui CPD, dan menjalin kerjasama lebih erat dalam lingkup regional maupun international, seperti International Society of Internal Medicine (ISIM) dan American College of Physicians (ACP). Bahkan lebih jauh, PAPDI bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Rapat Kerja Nasional PB PAPDI. Prof. Siti Setiati. Asean telah membentuk ACP Chapter Asean. PAPDI bersama perhimpunan dokter penyakit dalam negara-negara Asean membentuk ACP Chapter Asean, ujarnya. Program kerja yang tak kalah pentingnya, lanjut Prof. Idrus, keberadaan PAPDI harus dirasakan secara umum oleh masyarakat dan khususnya seluruh anggota, terutama anggota yang bertugas di daerah terpencil. Pada dasarnya pengurus PAPDI akan memberi pelayanan kepada anggota dan masyarakat, ujarnya. Pada rakernas ini menghadirkan beberapa pembicara dari Kementerian Kesehatan RI. Dr. Untung Sutardjo, MKes, Kepala Badan PPDSM Kemenkes RI memaparkan kebijakan Kementerian Kesehatan dalam mempercepat kebutuhan dokter spesialis untuk mendukung penyelenggaraan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Dan, Staf Ahli Kemenkes RI, Prof. DR.Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH yang menyampaikan kebijakan Kementerian Kesehatan dalam rangka menyongsong pasar bebas dan AFTA Selain itu, Prof. DR.Dr. Herkutanto, SpF yang menjelaskan bagaimana membuat white paper. Setelah mendapat asupan dari para nara sumber, Ketua Umum PB PAPDI memaparkan rencana strategis (renstra) PB PAPDI dan dilanjutkan dengan presentasi tiap-tiap bidang oleh koordinator bidang. Sementara rencana kerja terkait dengan pendidikan dipaparkan oleh Ketua KIPD Prof. DR.Dr. Siti Setiati, SpPD, K-GER, FINASIM yang dilanjutkan presentasi pendidikan bidang spesialis dan subspesialis. Disessi terakhir disampaikan langkahlangkah yang diambil dalam merespon isuisu di atas. PB PAPDI telah membentuk 4 tim adhoc : white paper, SJSN, dokter asing, dan mapping need. Tiap-tiap tim adhoc memaparkan hasil kajiannya. Di sela-sela presentasi, terdapat sessi diskusi. Perdebatan yang hangat menambah panjang waktu acara hingga tengah malam. (HI) Foto Bersama Peserta Rapat Kerja Nasional PB PAPDI. Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 21

22 SNAPSHOT Galeri Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan KIPD 22 Halo INTERNIS Edisi Desember 2013

23 KABAR PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP (Sekjen PB PAPDI) Selangkah Menuju ASEAN Chapter of ACP Ada kabar gembira untuk para internis di kawasan Asean. Tak lama lagi, akan terbentuk American College of Physicians (ACP) Chapter Asean. Akan diresmikan tanggal 1 Juli, ujar Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) ketika ditemui dikantor PB PAPDI. ACP merupakan perhimpunan profesi - dokter spesialis penyakit dalam di Amerika Serikat. Saat ini, ACP memiliki anggota sebanyak orang, yang terdiri dari internis, subspesialis penyakit dalam, residen, dan fellow yang mengaplikasikan keahlian klinisnya pada diagnosa, terapi, dan perawatan pasien dewasa. Kemajuan dalam bidang diagnostik, pengobatan dan akademis, membawa Negeri Paman Sam menjadi kiblat kedokteraan bagi pelbagai negara, termasuk Indonesia. Kendati begitu, ACP tidak hanya milik Amerika. Keanggotaan ACP tersebar di lebih dari 125 negara. ACP memiliki perwakilan lokal berupa Chapter di beberapa negara. Saat ini, Chapter ACP berada di Brazil, Kanada, Chile, Jepang, Meksiko, Saudi Arabia, Kolombia, and Venezuela. Sebagai anggota dari International Society of Internal Medicine (ISIM), ACP bekerja sama dengan organisasi lain dan perkumpulan internis di seluruh dunia pada berbagai program. Pembentukan Chapter Asean digagas Keanggotaan ACP tersebar di seluruh dunia, dan tak lama lagi akan dibuka cabang baru ACP di ASEAN. oleh internis dari beberapa negara Asean, termasuk Indonesia. Keberadaan Chapter Asean diharapkan akan mendukung perkembangan ilmu penyakit dalam di negaranegara Asean. Pembentukan Chapter Asean memiliki arti penting karena dunia medis banyak berkiblat ke Amerika. Dengan ter- Ketua Umum PB PAPDI sebagai Special Representative pada acara Convocation ACP di San Fransisco, Edisi Desember 2013 Halo INTERNIS 23

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI Jumlah Dokter Spesialis/100.000 penduduk menurut Provinsi 26/10/09 Pendidikan KKI 4 NUMBER OF SPECIALISTS

Lebih terperinci

K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T)

K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T) PRESS RELEASE PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA (PB PAPDI) PADA KONGRES NASIONAL PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA (KOPAPDI) XVI TAHUN 2015 DI BANDUNG

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017 (semua kolom harus diisi lengkap oleh pemohon) FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA FELLOW OF THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE (FINASIM) I. DATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

Welcome to PIN PAPDI XI RIAU. Highlight PIN PAPDI XI RIAU. 28 Juni 2013 Halo INTERNIS. Highlight PIN PAPDI XI RIAU. 28 Juni

Welcome to PIN PAPDI XI RIAU. Highlight PIN PAPDI XI RIAU. 28 Juni 2013 Halo INTERNIS. Highlight PIN PAPDI XI RIAU. 28 Juni Highlight PIN PAPDI XI RIAU Welcome to PIN PAPDI XI RIAU Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya,

Lebih terperinci

WELCOME TO KOP APDI XVI 2015 BANDUNG

WELCOME TO KOP APDI XVI 2015 BANDUNG Edisi September 2015 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, Waktu terus bergulir, tak terasa organisasi yang kita banggakan ini akan kembali mengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT

SEKILAS TENTANG NUSANTARA SEHAT Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Akan diresmikan Program Program Nusantara Sehat. Program ini bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3 Edisi November 2014 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, Dalam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami dua momentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional

Lebih terperinci

Highlight KOPAPDI XV Medan

Highlight KOPAPDI XV Medan 15 Desember 2012 Highlight KOPAPDI XV Medan Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan. DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

Lebih terperinci

Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya

Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya September 2014 Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya,

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan

Lebih terperinci

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN 14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah berkewajiban melindungi seluruh masyarakat Indonesia dengan segenap kemampuannya, terutama melindungi hak hidup masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

Daftar Lampiran Undangan Sosialisasi Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) Nomor : TU.05.01/3/555/2016

Daftar Lampiran Undangan Sosialisasi Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) Nomor : TU.05.01/3/555/2016 Daftar Lampiran Undangan Sosialisasi Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) Nomor : TU.05.01/3/555/2016 1. Sekretaris Jenderal Kemkes RI 2. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kemkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani* UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani* Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keinsinyuran

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013 (semua kolom harus diisi lengkap oleh pemohon) FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM FELLOW OF THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE (FINASIM) I. DATA PRIBADI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA GUBERNUR SULAWESI TENGGARA SAMBUTAN GUBERNUR PADA ACARA RAPAT KERJA KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 YTH. WAKIL GUBERNUR SULAWESI TENGGARA YTH. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

halo PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA NTERNIS Edisi XXVIII, April 2018 road to kopapdi XVII

halo PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA NTERNIS Edisi XXVIII, April 2018 road to kopapdi XVII halo PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA NTERNIS Edisi XXVIII, April 2018 road to kopapdi XVII Sejawat nan terhormat, Tanpa terasa, masa tiga tahun berlalu dengan cepat. Pada tanggal

Lebih terperinci

Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia Laksono Trisnantoro, Fakultas Kedokteran UGM Pengantar Jaminan Kesehatan Nasional talah

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terhitung mulai 01 Januari 2014, sistem pelayanan kesehatan akan mengalami perubahan. Berdasarkan UU RI nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN Oleh Dr. Mus Aida, MARS (Ketua ARSSI Pusat) Disampaikan Pada: Seminar Nasional: Mengelola Rumah Sakit Menyesuaikan SJSN Kesehatan 26-27 Juni 2013,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat

Lebih terperinci

Ernawaty dan Tim AKK FKM UA

Ernawaty dan Tim AKK FKM UA Ernawaty dan Tim AKK FKM UA Fokus Analisis (Review) Materi Laporan Perkembangan Persiapan Operasionalisasi BPJS Kesehatan yang telah disiapkan oleh Pokja BPJS Kesehatan Kemenkes RI Pendekatan normatif

Lebih terperinci

HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit

HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit Dr Kuntjoro Adi Purjanto, Mkes Ketua Umum PERSI Diskusi Panel VIII - 2016 JKN Hotel Ritz Carlton Jakarta, 29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero) AGENDA KESIAPAN SEBAGAI BPJS TANTANGAN 2 2 PERJALANAN PANJANG ASKES Menkes 1966-1978 Prof Dr GA Siwabessy Cita-cita: Asuransi kesehatan bagi rakyat semesta BPDPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Tujuan & Tugas KKI. Tujuan:

Tujuan & Tugas KKI. Tujuan: Tujuan & Tugas KKI Tujuan: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter/dokte gigi Tugas : Melakukan

Lebih terperinci

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI Wiko Saputra Peneliti Kebijakan Publik Perkumpulan Prakarsa PENDAHULUAN 1. Peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) 359 per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR

RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Regional Timur yang dilaksanakan di Makassar pada 9 12 Maret 2015 bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

Highlight Susunan Redaksi:

Highlight Susunan Redaksi: Highlight Juni 2011 Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: DR. Dr. Aru. W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTIMBANGAN KLINIS (CLINICAL ADVISORY)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTIMBANGAN KLINIS (CLINICAL ADVISORY) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTIMBANGAN KLINIS (CLINICAL ADVISORY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009.... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN. Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014

Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN. Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014 Mencari RS Rujukan Nasional dalam era JKN Pemetaan Motivasi Direksi dan Spesialis 6 Juni 2014 Pengantar Jaminan Kesehatan Nasional sudah dimulai pada tahun 2014. Sistem rujukan semakin penting. Apa akibatnya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT 1 2 Penanggung Jawab : Sekjen Kemenkes Pimpinan Sidang : Kadinkes Sumatera

Lebih terperinci

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN panduan praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN 09 02 panduan praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKI. Dokter. Dokter Gigi. Kompetensi Yang Sama. Pengesahan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN KOMPETENSI YANG SAMA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi jaminan kesehatan nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi jaminan kesehatan nasional Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 71 Tahun 2013 jaminan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berbagai program pembangunan diarahkan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi) RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XIII/2015 Pengaturan Terkait Tenaga Medis (Dokter dan Dokter Gigi) I. PEMOHON 1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) diwakili oleh Dr. Zaenal Abidin,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG Menimbang UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS Dr. Slamet Budiarto, SH, MH.Kes (KETUA IDI WILAYAH DKI JAKARTA) Dasar Hukum 1. UU NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTEK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 dijelaskan bahwa fungsi puskesmas terbagi menjadi tiga yaitu pertama sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Gambaran Umum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Gambar 1 : Kantor Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) sebelum pindah ke lokasi yang baru. PTUN adalah singkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROBLEM SOLVING KLAIM BPJS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Oleh: dr. Merita Arini, MMR PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA NEGARA. MAHKAMAH AGUNG. Badan Peradilan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4958) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi permasalahan di dunia sampai saat ini. AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

Lebih terperinci