SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3"

Transkripsi

1 Edisi November 2014

2

3 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, Dalam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami dua momentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan pada awal 2014 dan harmonisasi Asean bidang kesehatan pada Reformasi dalam tatanan pelayanan kesehatan ini menerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang. PAPDI sangat mendukung progam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun dalam pelaksanaan JKN banyak ditemukan kendala. Untuk itu PAPDI selalu mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan JKN ini. Pada edisi ini kami mengulas hasil temuan Tim Adhoc SJSN PB PAPDI. Harmonisasi Asean bidang kesehatan telah di depan mata. PAPDI bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam negara-negara Asean melalui AFIM telah melakukan langkah-langkah menuju harmonisasi Asean bidang kesehatan. Dalam era ini, dokter dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam treatment dan diagnosis penyakit. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap peningkatan professionalitas internis. Pada edisi ini kami juga menurunkan berita perkembangan AFIM. Selain itu, redaksi juga mengulas seputar pelaksanaan WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan. Pada event itu Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili panitia WCIM 2016 melaporkan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah WCIM 2016 di hadapan Executive Committee ISIM. Ada kabar gembira DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP terpilih sebagai President Elect ISIM Pada edisi ini kami mengangkat profil Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes, sosok unik yang sukses menyelaraskan tugas profesi dan birokrasi. Sosok lain yang dapat menginspirasi sejawat adalah Prof. DR. Dr. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM, Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM dan DR. Dr. Lugyanti S, SpPD, K- HOM, FINASIM. Dan beberapa berita seputar kegiatan PB PAPDI dan PAPDI Cabang. Demikian sepatah kata dari redaksi. BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SUSUNAN REDAKSI: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM; Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI *Koresponden: Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari, sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi *Alamat: PB PAPDI, RUMAH PAPDI, Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat Telp: , , ; Fax Direct: , ; SMS ; pb_papdi@indo.net.id; Website: Edisi November 2014 Halo INTERNIS 3

4 DAFTAR ISI 3...SEKAPUR SIRIH 4...DAFTAR ISI 6...OM INTERNIZ 13...SOROT UTAMA IDI Tolak Dokter Asing 15 7 SOROT UTAMA: Rakernas pengurus PB PAPDI dengan semua Cabang; PAPDI Lebih Solid dan Profesional SOROT UTAMA: Kemenkes Bentuk Pokja Kesehatan Remaja 18...SOROT UTAMA MEA, IDI dan Kehidupan Berbangsa 10 Tim Adhoc SJSN PB PAPDI: : Mengawal JKN, Jangan Ada Internis Dirugikan 20 KABAR PAPDI: Jelang WCIM 2016 di Bali 4 Halo INTERNIS Edisi November 2014

5 DAFTAR ISI 29 PROFIL: Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes Menyelaraskan Tugas Profesi dan Birokrasi KABAR PAPDI 33...Konker XIII PB PAPDI Mengawal JKN Menyongsong AEC PIN PAPDI XII Surabaya Perkuat Kompetensi Hadapi Globalisasi 40...Malam Keakraban PIN PAPDI XII Surabaya 42...Pengumuman Seleksi FINASIM 48...World TB Day 2014 Internis Dituntut Mampu Menangani Kasus Advance 52...Tasyakuran dan Peresmian Rumah PAPDI 56 SOSOK PAPDI: Prof. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM Kiprah Internis Memimpin Lembaga Riset SOSOK PAPDI: Pameran Fotografi di PIT IPD FKUI OBITUARI: Prof. Dr. RRJ. Sri Djoko Moeljanyo, SpPD, K-EMD Mengenang Jasa Bapak Tiroid Nasional 71...BERITA CABANG: Aksi PAPDI Peduli Bencana Alam 73...JIM DACE 2014 PAPDI Perkuat Dokter Layanan Primer 54...PAPDI Forum Wabah Virus MERS-CoV, Seberapa Bahaya? 75...Pelantikan Pengurus Cabang PAPDI Edisi November 2014 Halo INTERNIS 5

6 OM INTERNIZ 6 Halo INTERNIS Edisi November 2014

7 SOROT UTAMA Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI: Menjaga Profesionalitas PAPDI di Tengah Era SJSN PAPDI mendukung SJSN, namun implementasinya tetap memperhatikan dokter dalam meningkatkan profesionalitas, memberi ruang untuk meningkatkan kompetensi sehingga tidak mengalami down grade. Sabtu dini hari Auditorium Hotel Harris masih tampak riuh. Silang pendapat peserta rapat mengiringi pertemuan itu hingga larut malam. Mereka merupakan delegasi dari 36 cabang PAPDI dan departemen Ilmu Penyakit Dalam dari fakultas kedokteran di seluruh Indonesia yang mengikuti Rakernas PB PAPDI dan Semua PAPDI Cabang 2014, pada 1-2 Maret 2013 lalu. Acara ini adalah rakernas kedua pengurus PB PAPDI periode Pertemuan tahunan PAPDI ini mengagendakan berbagai persoalan internal dan eksternal PAPDI. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakan rakernas kali ini memiliki arti Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP. Edisi November 2014 Halo INTERNIS 7

8 SOROT UTAMA penting bagi PAPDI mengingat saat ini bangsa Indonesia mulai memasuki reformasi besar dalam tatanan sistem pelayanan kesehatan nasional. Seperti diketahui, terhitung 1 Januari sistem pelayanan kesehatan nasional telah memasuki era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Persoalan SJSN menjadi isu hangat dalam rakernas itu. Meski perangkat hukum dan operasionalnya telah terbentuk, namun Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada pelaksanaannya terbentur beragam persoalan. Berbagai kendala dalam pelaksanaan JKN menyeruak di perhelatan ini. Adalah Ketua Tim Adhoc SJSN PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM yang menyampaikan hasil temuan tim adhoc SJSN PAPDI mengenai semrawutnya pelaksanaan JKN yang diperoleh dari investigasi dan laporan para internis dari berbagai tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Temuan tim adhoc mendapat tanggapan langsung dari institusi terkait. Pada rakernas ini, PAPDI mengundang nara sumber yang langsung terkait dengan JKN. Mereka adalah DR. Dr. Fachmi Idris, MKes Direktur Utama BPJS, Drg Armansyah, MPPM Kepala Bidang Kendali Mutu dan Pengembangan Jaringan Pelayanan, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM Wakil Ketua Nationall Casemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan RI, dan Dwi Edhie Laksono, SE, MA Kepala Seksi Tarif BLU Ditjen Pembinaan Pengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum Kementerian Keuangan RI. Di akhir pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Kesempatan ini dimanfaatkan peserta untuk menyampaikan masalah-masalah JKN yang dijumpai di daerahnnya masing-masing. Sosialisasi tentang kerja BPJS terus kami lakukan, agar kendala kendala di lapangan dapat segera diatasi. Untuk itu, saya berterimakasih kepada Ketum PB PAPDI yang telah mengundang untuk saling berbagai infomasi tentang BPJS, kata Dr. Fachmi di awal presen- DR. Dr. Fachmi Idris, MKes Prosesi pembukaan Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI. 8 Halo INTERNIS Edisi November 2014

9 SOROT UTAMA tasinya. Dr. Fachmi mengakui peliknya persoalan JKN ini. Menurutnya masalah yang terkait dengan dokter saat ini adalah berupa ketersedian obat dan tarif INA CBGs. Untuk itu, ia beserta jajarannya akan bekerja lebih maksimal untuk membenahinya. Kami berusaha keras merespon setiap persoalan yang ada, tegasnya. Pada sessi selanjutnya, masing-masing bidang kerja PB PAPDI memaparkan program kerja yang telah dan akan dilaksanakan sesuai dengan renstra PB PAPDI. Namun sebelumnya Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengawali pemamparan dengan memberi arahan kerja pengurus PB PAPDI Berbagai pendapat dilontarkan peserta setelah semua koordinator bidang PB PAPDI selesai memaparkan prgram kerjanya. Bidang etik dan mediokolegal masih menjadi perhatian peserta rakernas terkait kasus sengketa medis dan hubungan dengan perhimpunan lain, seperti soal adolescent. Perdebatan berlangsung hingga tengah malam. Pada hari kedua, agenda Rakernas PB PAPDI dengan semua Cabang PAPDI diisi dengan presentasi dari Ketua Tim Adhoc PAPDI yang terdiri dari tim Adhoc : white paper, dokter asing, adolescent, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan mapping need. Pada sessi itu juga dilaporkan pembuatan video EIMED. Dr. Bambang Setyohadi, SpPD,K-R, FINASIM mengawali presentasi hasil kajian tim adhoc white papper, kemudian dilanjutkan pemaparan tentang dokter asing oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Suasana kian menghangat ketika DR. Dr. Arto Yuwono S, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP memaparkan kajian adolescent. Soal kesehatan remaja, PAPDI bersama perhimpunan spesialis lain membentuk Pokja Bersama Kesehatan Remaja. Perdebatan bertambah panjang ketika Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM memaparkan hasil temuan tim adhoc SJSN. Umumnya, peserta rakernas mendukung sistem pelayanan kesehatan berdasarkan asuransi nasional itu, namun dalam implementasinya, peserta rakernas memberi catatan tetap memperhatikan kepentingan dokter dalam mengembangankan professionalitas dokter sehingga tidak sampai mengalami down grade. Pemaparan tim adhoc diitutup oleh Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM dengan mempresentasikan mapping need. Di samping itu, juga dijelaskan persiapan PIN XII di Surabaya, KONKER XIII di Yogyakarta, KOPAPDI XVI di Bandung, dan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016 di Bali-Indonesia. Rakernas kali ini menghasilkan berbagai agenda kerja PAPDI yang menutut perhatian besar. Hal ini terkait dengan tetap menjaga dan meningkatkan profesionalitas PAPDI dalam menghadapi era SJSN dan mengantisipasi harmonisasi ASEAN bidang kesehatan (HI) Foto bersama peserta Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI. Edisi November 2014 Halo INTERNIS 9

10 SOROT UTAMA Tim Adhoc SJSN PB PAPDI: Mengawal JKN, Jangan Ada Internis Dirugikan PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internis yang dirugikan. kasus-kasus penyakit dalam lebih diuntungkan dari kasus lain. Namun potensi fraud juga besar Tim adhoc SJSN PB PAPDI menjadi selebritis pada Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI di Hotel Harris, Maret lalu. Hasil temuan tim ini menarik perhatian peserta rakenas. Pasalnya, sejak diberlakukannya JKN, awal Januari lalu banyak terjadi polemik akibat berubahnya tatanan sistem kesehatan di Indonesia. Dalam penyelenggaraanya yang belum genap setahun, JKN kerap ditemui sejumlah kendala, seperti rendahnya tarif layanan medis, proses klaim dan lain-lain Program JKN ini sangat erat dengan peran dokter, termasuk internis. Oleh karena itu, PB PAPDI menaruh perhatian besar kepada JKN. PB PAPDI meletakan program SJSN ini sebagai salah satu agenda utama. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP menaruh perhatian besar pada pelaksanaan SJSN. Prof. Idrus membentuk Tim Adhoc SJSN untuk mengkaji dan Ketua Umum PB PAPDIProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP membahas program pemerintah itu. Tim Adhoc yang diketuai Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM ini membuat kajian dan memberi masukan kepada IDI terkait regulasi SJSN yang berhubungan dengan layanan dokter spesialis penyakit dalam. PAPDI mendukung dan memberi perhatian serius terhadap pelaksanaan SJSN, ujar Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP Dukungan dan perhatian PAPDI cukup beralasan. Pasalnya, Prof. Idrus mengatakan, PAPDI merupakan perhimpunan spesialis dengan jumlah anggota yang cukup besar dan tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Apalagi, kasus-kasus di bidang ilmu penyakit dalam cukup banyak ditemui disetiap layanan kesehatan. PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internis yang dirugikan, ungkapnya. Prof. Idrus menegaskan agar setiap internis memahami regulasi dan aturanaturan dalam SJSN, terutama tentang Indonesia Case Based Groups (Ina-CBGs). Sebab pembiayaan jasa medis pada pelayanan kesehatan sekunder dan tersier diatur dalam Ina CBGs, bukan berdasarkan kapitasi seperti pelayanan kesehatan primer. PB PAPDI berencana akan memberi pelatihan atau informasi tentang JKN kepada anggotanya melalui berbagai forum, katanya Peran Tim Adhoc SJSN PB PAPDI Pemerintah mematok 70-80% kasus selesai dipelayanan kesehatan primer. Sisanya, dilanjutkan pada layanan sekunder dan tersier. Benarkah sistem rujukan yang diterapkan dalam JKN akan mengurangi pendapatan dokter di layanan kesehatan sekunder, apalagi tersier? Berikut petikan wawancara dengan Ketua Tim Adhoc SJSN PB PAPDI Dr. Prasetyo 10 Halo INTERNIS Edisi November 2014

11 SOROT UTAMA Ketua Tim Adhoc SJSN memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI. Widhi Buwono, SpPD, FINASIM yang juga salah satu anggota Tim Tarif dan Monev (monitoring dan evaluasi) JKN Kemenkes. Apa tugas Tim Adhoc SJSN PB PAPDI? Mengawal JKN dan menginvestigasi masalah-masalah JKN dari beberapa internis di daerah yang kemudian kita evaluasi, yang akhirnya akan disampaikan ke pihak terkait agar JKN berjalan lebih baik. Sejak diberlakukan BPJS bidang kesehatan atau Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Januari lalu, bagaimana temuan Tim Adhoc BPJS PAPDI? Dari temuan di beberapa daerah ada dua hal yang sering ditanyakan internis. Pertama, tentang tarif INA CBGs. Kedua, ketersediaan dan jenis obat dalam Fornas. Soal tarif Ina CBGs berkaitan erat dengan internis, bagaimana pendapatan internis di era JKN? Para internis merasakan adanya kenaikan pendapatan dibanding sebelum JKN. Umumnya, pendapatan internis dengan menggunakan tarif Ina CBGs, mengalami peningkatan lebih besar dibanding dengan spesialis lain bila pengelolaannya transfaran dan berkeadilan. Namun dari temuan kami, sementara ini ada beberapa internis yang merasakan pendapatannya tetap atau stagnan, tapi tidak ditemukan internis yang mengalami penurunan. Kami, Tim Adhoc SJSN PB PAPDI juga membuat tarif layanan penyakit dalam sebagai pembanding tarif Ina CBGs. Tarif Ina CBGs lebih rendah dibanding tarif versi PAPDI. Karena tarif Ina CBGs dibuat berdasarkan paket, sedangkan tarif versi PAPDI berdasarkan fee for services. Pada tarif Ina CBGs ada kasus penyakit dalam yang biayanya rendah, ada pula yang tinggi. Terjadi subsidi silang, secara keseluruhan tetap menguntungkan. Pada Permenkes 59 tentang revisi tarif Ina CBGs, tarif kasus penyakit dalam diturunkan sementara kasus bedah dinaikan. Terjadi pengalihan dari penyakit dalam ke bedah, oleh karena itu revisi tarif Ina CBGs tidak terjadi perubahan secara keseluruhan Mengapa bisa meningkat, bagaimana hitungannya? Kalau dihitung di atas kertas harusnya meningkat. Misalnya anggaran JKN 40 trilyun, uang ini akan dipakai semuanya sesuai persentase yang telah ditetapkan. Selain itu, peningkatan ini juga mesti dilihat dari beban pekerjaan yang bertambah akibat besar jumlah pasien. Kemudian, internis dalam hal ini lebih diuntungkan, dibandingkan spesialis lain. Kasus-kasus penyakit dalam paling banyak dibandingkan kasus lain. Kasus-kasus ini tarifnya sudah ditentukan Ina CBGs. Ketika kami tanya ke beberapa internis, mereka merasakan adanya kenaikan pendapatan. Tarif kasus penyakit dalam memang ada yang rendah dan ada yang tinggi. Tapi dari semua kasus penyakit dalam bila dihitung akan menguntungkan secara signifikan. Bagaimana besaran kenaikannya? Peningkatannya ada baik dan ada yang kurang baik. Persentase layanan medis tergantung pihak managemen rumah sakit. Rumah sakit yang mematok jasa medis dokter persen maka kenaikan pendapatan akan bagus. Sementara bila persentasenya di bawah 10 persen, maka kenaikannya kurang baik. Dari temuan tim adhoc, ada rumah sakit yang layanan medisnya rendah? Kami menemukan salah satu rumah sakit di NTB dan Jawa Tengah dimana pendapatan internis kurang baik. Hal ini terkait dengan kebijakan rumah sakit yang tidak transparan dan berkeadilan. Rumah sakit belum melakukan remunerasi atau sistem pembagian yang lain. Bagaimana mengadvokasi internis ke rumah sakit seperti itu? Paling sulit. Bila kita sampaikan Ke Kemenkes, Kemenkes tidak bisa berbuat banyak karena Kemenkes kewenangannya tidak sampai rumah sakit kabupaten. Kemenkes hanya menetapkan pembagian jasa pelayanan persen sesuai surat keputusan Kemenkes no 28. Kemenkes menyerahkan ke pihak rumah sakit untuk membaginya karena terkait dengan otonomi daerah. Bila mencampuri lebih jauh akan dikuatirkan melanggar otonomi daerah. Sebenarnya, yang dibutuhkan kawan-kawan adalah kepastian nilai yang didapat dari rumah sakit. Karena ini kewenangan rumah sakit, BPJS tidak bisa mencampuri terlalu jauh. Apakah tarif Ina CBGs tidak menguntungkan pihak rumah sakit? Tarif Ina CBGs ditetapkan dalam Permenkes 69 tahun 2013 yang kemudian direvisi menjadi Permenkes 59 tahun Meski beban tarifnya rendah, rumah sakit tetap akan memperoleh keuntungan, karena Edisi November 2014 Halo INTERNIS 11

12 SOROT UTAMA rumah sakit tidak dapat melihat tarif ini kasus per kasus. Rumah sakit mesti melihat penerapan tarif Ina CBGs secara keseluruhan. Misalnya, bila ada 100 kasus, maka boleh jadi 20 kasus tarifnya rendah, namun 80 kasus lain tarifnya cukup, dengan demikian rumah sakit harus melakukan efisiensi dan apabila tetap mengalami kerugian maka harus dilakukan subsidi silang. Sementara rumah sakit tipe A atau A rujukan nasional yang memberi layanan tersier, tarifnya lebih tinggi dari tipe B. Hal ini terjadi karena sistem JKN menerapkan layanan kesehatan berjenjang dimana jumlah pasien pada layanan layanan tersier akan mengalami penurunan namun dokter yang memberi layanan tersier tetap mengalami peningkatan pendapatan. Untuk pendapatan dokter di layanan tersier, kami selalu memberi masukan ke Kemenkes. Nantinya, jumlah pasien di layanan tersier akan mengalami pertambahan, mengingat peserta JKN baru 130 juta, masih ada 100 juta yang belum menjadi peserta JKN. Menurut data Kemenkes, setelah tiga bulan diselenggarakannya JKN ada sekitar 71,8 persen rumah sakit di Indonesia mendapat kenaikan keuntungan persen. Sementara sisanya, rumah sakit tersebut belum mendapat keuntungan karena data ini baru per tiga bulan yang kemungkinan klaimnya belum terbayarkan atau ada masalah teknis dalam proses klaimnya. Memang tidak semua rumah sakit belum memperoleh keuntungan. Sementara ada rumah sakit yang masih dirugikan. Hal ini terjadi karena rumah sakit tersebut tidak tidak melakukan efisiensi seperti penggunaan obat, barang habis pakai dan lain-lain. Serta efisiensi dalam lama perawatan. Pasien yang lama perawatannya akan menjadi beban rumah sakit, jadi semestinya perawatan pasien harus sesuai dengan clinical pathway-nya Prinsipnya, dalam penerapan tarif Ina CBGs keuntungan dapat diperoleh bila rumah sakit melakukan penghematan dan efisiensi. Misalnya, rumah sakit memilih menggunakan obat-obat generik yang tersedia dalam Fornas. Diketahui KPK bekerjasama dengan BPJS mengantisipasi pihak-pihak yang melakukan fraud? Sampai saat ini belum ada perkara kecurangan yang sampai ke KPK. Tim Monev Kemenkes telah mengantongi nama-nama rumah sakit yang terindikasi melakukan fraud. Dan telah masuk dalam daftar bimbingan teknis (bimtek) Kemenkes. Apalagi saat rumah sakit di kabupaten Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM, Ketua tim adhoc SJSN PB PAPDI. kerap dijadikan alat pendapatan daerah dengan cara-cara tertentu. Untuk itu, kami menghimbau jangan sampai ada pihak rumah sakit yang melakukan fraud seperti merekayasa coding untuk menaikan klaim. Oleh karena itu, kami mendorong rumah sakit menjadi BLU karena bisa mengelola keuangan sendiri. Bila masih non BLU maka keuangan yang didapat menjadi jadi kas daerah. Nah kalau masuk kas daerah, keluarnya sulit. Kasus-kasus apa yang rentan direkayasa? Dari data SJSN, kasus-kasus penyakit dalam lebih berpotensi untuk dimanipulasi. Dari tujuh fraud yang pernah terjadi, ada lima diantaranya merupakan kasus penyakit dalam. Meski pendapatan dokter spesialis penyakit dalam lebih baik dibanding spesialis lain, namun celah-celah untuk melakukan fraud juga lebih besar. Misalnya, kasus diarrhea biayanya di atas 4 juta, namun bila dituliskan hypovolemic shock yang merupakan bagian dari tatalaksana diarrhea, maka terjadi peningkatan klaim, yaitu sebesar lebih dari 7 juta. Untuk itu apa saran tim adhoc? Kami menghimbau para internis selalu berpegangan pada clinical pathway. Perlu diketahui, fraud itu sebenarnya lebih menguntungkan managemen rumah sakit bukan dokternya. Jasa medis dokter yang diperoleh merupakan hak dokter dalam memberi pelayanan kesehatan. Bagaimana dengan obat untuk kasuskasus penyakit dalam? Masalah ketersediaan dan jenis obat menjadi perhatian kami. Ada obat-obat ketika diperlukan tapi tidak tersedia. Dan item obat tertentu yang juga kompetensi internis namun tidak dapat digunakan oleh internis. Ada sekitar 20 item yang kita perjuangkan agar internis juga bisa meresepkan. Kita melampirkan guideline dan bukti-bukti meta analisis untuk meyakinkan kalau obat tersebut memang dibutuhkan internis. Misalnya Aprazolam yang biasa diresepkan psikiatrik, sebenarnya internis juga punya kompetensi meresepkan obat tersebut. Ini sudah direspon Kemenkes, internis sudah boleh meresepkannya meski baru lama pemberian 7 hari. Terakhir, sebagai salah satu Tim Tarif dan Monev Kemenkes, bagaimana peran dokter? Tim adhoc dari PAPDI bersama IDI memberi masukan ke National Casemix Center atau saat ini namanya Tim Tarif Kemenkes. Saat ini selain melibatkan BPJS, tim ini juga merekrut perwakilan organisasi profesi IDI. Saat ini, ada tiga profesional medis yang terlibat dalam tim ini, yaitu Dr. Gatot Soetomo, MPH yang mewakili dokter layanan primer, Dr. Nazar SpB yang mewakili perhimpunan spesialis dengan tindakan bedah, dan saya sendiri yang mewakili perhimpunan spesialis tindakan non bedah. Ini keuntungan PAPDI, saya dapat berbuat lebih banyak lagi untuk organisasi yang kita cintai, masukan dari kawan-kawan tentunya dapat lebih mudah tersalurkan. 12 Halo INTERNIS Edisi November 2014

13 SOROT UTAMA IDI Tolak Praktik Dokter Asing AFTA 2015 telah di depan mata. Liberalisasi sektor tenaga kesehatan, diatur dalam MRA (Mutual Recognition Agreement). Diharapkan hambatan national treatment dan market access sudah hilang pada tahun Artinya, dokter asing diberlakukan sama dengan dokter lokal dan juga bebas melamar praktik di daerah-daerah tertentu. Kendati telah diatur dalam MRA, kehadiran dokter asing belum memiliki tempat di setiap negara ASEAN. Mereka membentenginya dengan berbagai cara. Misalnya, Thailand mematok dokter asing harus fasih berbahasa dan menulis dalam bahasa Thai. Sementara di Filipina, UU Dasar negara melarang dokter asing praktik di Filipina. Adapun negara lainnya seperti Laos, Vietnam dan Kamboja belum memiliki regulasi Indonesia adalah market menggiurkan. Jumlah penduduk yang besar dan longgarnya regulasi menarik minat dokter asing praktik di Indonesia. yang ditentukan negaranya. Dan di Singapura dokter asing dipatok dengan standar yang tinggi. Sementara Indonesia dapat dikatakan lebih liberal dari negara lainnya. Regulasi domestik yang berlaku di Indonesia dianggap lebih longgar Di sisi lain, Indonesia adalah market menggiurkan. Jumlah penduduk yang besar dan longgarnya regulasi menarik minat dokter asing praktik di Indonesia. Saat ini, ditengarai beberapa dokter asing dari India, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Singapura, dan Australia sudah bersiap-siap ingin ke Indonesia. Bahkan, konon, di antara mereka sudah ada yang mendaftar ke Kementerian Kesehatan RI. Sementara, perhimpunan profesi kedokteran PB PAPDI memiliki pandangan lain terhadap dokter asing. Untuk mengantisipasi liberalisasi tenaga kesehatan 2015 ini, Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, Ketua Tim Adhoc Dokter Asing memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI. Edisi November 2014 Halo INTERNIS 13

14 SOROT UTAMA Dr. Zainal Abidin, MKes, Ketua Umum PB IDI. Prof. Agus Purwadianto, Staf Ahli Kemenkes. FAPSIC, FACP membentuk Tim Adhoc tentang dokter asing. Tim yang diketahui DR. Dr. Aru W. Sudoyo SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP ini bekerja bersama-sama IDI dan organisasi profesi kedokteran lain membuat kajian liberalisasi dokter asing secara luas yang nantinya menjadi masukan buat organisasi profesi masing-masing. Sikap PAPDI terhadap dokter asing mengikuti IDI dan Kemenkes, kata Prof. Idrus. Hal serupa disampaikan Dr. Aru. Ia mengatakan sikap PAPDI tidak berbeda dengan IDI. Induk organisasi kedokteran di Indonesia ini memilih sikap menolak dokter asing yang bekerja melakukan praktik mandiri di Indonesia. Ini merupakan polical statement IDI, meski sebenarnya kami paham bahwa liberalisasi tenaga kedokteran tak bisa dihindari. Kita punya sikap terhadap kepentingan bangsa ini, ujar Dr. Aru. Sedangkan, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zainal Abidin, M.Kes mengatakan IDI menolak dokter asing praktik di Indonesia. Dokter asing boleh masuk Indonesia sebagai alih teknologi atas undangan pemerintah atau organisasi kedokteran. Dr. Zainal menambahkan IDI sanggup memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat Indonesia. Dokter Indonesia memiliki kemampuan dan skill yang tak kalah dari dokter asing, tapi kami hanya tidak didukung oleh dana yang kuat. Lebih jauh, perihal sikap IDI yang berseberangan dengan pemerintah disebabkan beda pandangan. Dr. Zainal mengatakan secara prinsip bahwa tidak semua sektor dapat diliberalisasi. Ada sektor-sektor yang tidak boleh diperdagangkan yang mesti dikelola oleh anak bangsa, seperti sektor pertahanan, pendidikan, kesehatan dan hukum. Kita tidak setuju bila kesehatan diperdagangkan, ini menyangkut masa depan suatu bangsa, tegasnya. Hasil Mukernas IDI Oktober 2014 lalu di Mataram menegaskan bahwa jasa praktik dokter mesti diproteksi karena menyangkut masalah ketahanan negara. Dengan demikian, jasa kesehatan bukan sektor bisnis dan tidak seharusnya diperdagangkan. Liberalisasi sektor jasa kesehatan maupun kedokteran menekankan pentingnya negara ikut terlibat karena jasa kesehatan adalah sektor vital terkait ketahanan negara, jelasnya Sikap hitam-putih IDI disayangkan Staf Ahli Kementerian Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM. Menurutnya, dokter lokal tidak semestinya antipati terhadap dokter asing. Praktik dokter asing punya market sendiri dan tidak masuk dalam layanan kesehatan publik. Masyarakat kita sudah pintar, sudah tahu kemana mereka berobat, katanya Namun liberalisasi bidang kesehatan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Prof. Agus Purwadianto mengatakan hingga kini harmonisasi ASEAN bidang kesehatan telah memasuki tahap penjajakan dari sisi bisnis kesehatan seperti mendirikan rumah sakit, klinik, alat kesehatan, dan pembahasan soal penyamaan kurikulum pendidikan kedokteran. Sedangkan perihal masuknya dokter asing, tambah Prof. Agus, masih diwarnai banyak perdebatan, belum ada kata sepakat di antara anggota ASEAN. Negara-negara ASEAN terkesan menutup dokter asing kenegaranya. Untuk itu mereka belum sepakat soal dokter asing tahun Yang menjadi kendala adalah tentang patient safety, kompetensi yang berbeda, bahasa dan budaya. ini persoalan sangat krusial, katanya Soal praktik dokter asing, tambahnya, tidak perlu tergesa-gesa, karena butuh waktu yang lama untuk mendapatkan titik temunya. Di belahan dunia lain seperti Eropa butuh 15 sampai 20 tahun untuk membahas praktik dokter asing. Dalam hal masuknya dokter asing, kata Dr. Aru, hendaknya regulator domestik di Indonesia mematok syaratsyarat yang ketat terhadap dokter asing. Kendati demikian, masuknya dokter asing tak bisa terelakkan di era globalisasi ini. Oleh karenanya, menurut Dr. Aru, untuk menjawab tantangan globalisasi ini stakeholder kesehatan, baik pemerintah maupun instansi kesehatan lainnya bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memperbanyak jumlah dokter. Ini akan mengembalikan kepercayaan masyarakat, dan kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, ungkapnya. (HI) 14 Halo INTERNIS Edisi November 2014

15 SOROT UTAMA Kedokteran Remaja: Kemenkes Bentuk POKJA KESEHATAN REMAJA Secara de facto banyak kasus remaja dirawat oleh dokter penyakit dalam. Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara anak dan dewasa. Kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. PAPDI sudah semestinya membekali para internis dengan kompetensi kedokteran remaja. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP masalah hendaknya secara dewasa. Pameo itu akrab terdengar di telinga kita, tak terkecuali Pe- Menyelesaikan ngurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI). Soal kesehatan remaja, IDAI cukup paham kalimat bijak tersebut. Pasalnya, menanggapi polemik kesehatan remaja IDAI belakangan ini sikapnya melunak. Mereka berkompromi dengan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) soal layanan kesehatan remaja. Telah terjadi pertemuan antara PAPDI, IDAI, dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) membahas soal layanan kesehatan remaja atas undangan Kemenkes RI. Kemenkes menyetujui untuk membentuk Pokja Kesehatan Remaja yang dikelola bersama PAPDI, IDAI, POGI dan PDSKJI. Dirjen BUK Kemenkes menjanjikan penanganan kesehatan remaja akan ditambahkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan, kata Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAP- SIC, FACP yang hadir pertemuan tersebut bersama DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K- EMD, FINASIM. Prof. Idrus menambahkan beberapa sejawat spesialis anak menginginkan adanya penanganan bersama tentang kesehatan remaja. Walaupun undang-undang menerapkan batas usia anak sampai 18 tahun, namun sebagian besar kasus kesehatan remaja secara de facto banyak dirawat oleh dokter penyakit dalam. Edisi November 2014 Halo INTERNIS 15

16 SOROT UTAMA Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM Ketika Layanan Kesehatan diatur Undang-Undang Kisruh polemik soal kesehatan remaja berawal dari surat PP IDAI ke Kemenkes RI. Lewat surat bernomor 704/PP IDAI/III/2013 itu, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta Kemenkes untuk menetapkan semua pusat layanan kesehatan di Indonesia memberikan layanan kesehatan anak setiap individu hingga berumur 18 tahun. Dan membuka klinik remaja untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada remaja yang dilayani oleh dokter spesialis anak bersama dengan profesi lain yang terkait. Kini, usulan perhimpunan yang memayungi dokter spesialis anak itu masih dalam pembahasan pihak Kemenkes RI. Tampaknya, IDAI berupaya menjaga pasien layanan kesehatan anak berdasarkan usia. IDAI mematok hingga 18 tahun masih dilayani oleh pediatrik. lantas, apa dasar 18 tahun? Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P dari PAPDI cabang Jawa Barat mengatakan tidak ditemukan penelitian yang shohih mengenai batasan usia 18 tahun. Penetapan 18 tahun tidak evidence base ungkapnya. Padahal, Dr. Yana mengatakan kerap kebanjiran pasien paru yang berusia di bawah 18 tahun. Ia mengakui pasien tersebut selama ini baik-baik saja. Hal serupa juga diakui Sekretaris PAPDI cabang Makassar Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM. Ia mengatakan internis tak sedikit yang menangani pasien berusia tahun. Hal ini, menurutnya, terjadi karena untuk kasus-kasus tertentu seperti lupus, yang tidak terdapat di bagian ilmu kesehatan anak (IKA) maka ditangani oleh internis. Kebanyakan yang terjadi karena permintaan pasien sendiri mengingat pada usia tersebut mereka merasa sudah dewasa. Pasien berusia tahun seringkali merasa tidak pantas lagi diperlakukan seperti anak-anak, sebagian lebih memilih ditangani internis. Atau mereka dengan tinggi badan layaknya orang dewasa, tidak memungkinkan ditempatkan di ruang rawat anak. Kemudian bagaimana orang tua yang memiliki anak pada usia 17 tahun, apakah ibu dan anaknya akan sama-sama ditempatkan di ruang rawat anak? tanya Ketua Divisi Reumatologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo - FK Unhas, Makassar itu. Dr. Faridin juga menyayangkan pihak departemen ilmu kesehatan anak (IKA) di beberapa rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tempat ia bekerja, yang menindaklanjuti usulan PP IDAI ke komite medis sebelum ada ketetapan dari Kemenkes RI. Pasalnya, bila ketentuan pasien anak hingga 18 tahun ditetapkan, maka pihak rumah sakit memerlukan berbagai persiapan seperti renovasi ruang rawat anak serta peralatan medis penunjang lainnya. Pada prakteknya, dapat menimbulkan gejolak di pusat layanan kesehatan. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K- P, FINASIM, FCCP anggota tim Adhoc Adolescent PB PAPDI membenarkan pendapat para koleganya. Hasil kajian Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI, kata Dr. Arto begitu biasa disapa, penetapan batas usia 18 tahun seperti yang diusulkan PP IDAI berpotensi mengundang beragam masalah. 16 Halo INTERNIS Edisi November 2014

17 SOROT UTAMA DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Di antaranya, bagi petugas kesehatan sangat rawan masuk ke ranah hukum bila kelak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tuntutan hukum, rumah sakit mesti melakukan perubahan infrastruktur yang mendasar yang dipastikan banyak mengeluarkan biaya dan waktu, kebingungan karena pasien dengan kategori remaja tidak berkenan diperlakukan sebagai pasien anak-anak mengingat postur tubuh sudah layaknya orang dewasa. Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara anak dan dewasa. Remaja berusia 18 tahun kurang 2 hari dengan yang berusia 18 tahun lebih 2 hari organ tubuhnya tidak berbeda jelas Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat ini saat Rakernas PB PAPDI dan Seluruh PAPDI Cabang, di Hotel Haris, Jakarta awal Maret 2014 lalu. Kendati demikian, angka 18 tahun yang diusulkan PP IDAI memiliki dasar konstitusi yang kuat. Dalam suratnya, IDAI memakai payung Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 131 yang menjelaskan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Dan Undang- Undang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak yang menjelaskan batas usia anak hingga 18 tahun. Ternyata, kedua undang-undang tersebut tidak berdiri sendiri. Regulasi yang berkaitan dengan anak-anak, seperti UU KPAI, UU Ketenagakerjaan, UU Partai Politik dan lain-lain mematok batas usia anak dan dewasa pada tahun. Hampir semua undang-undang yang berlaku menetapkan batas usia anak-anak sekitar 18 tahun. Tidak ditemukan satu undang-undang pun yang menetapkan batas usia anak hingga 14 tahun, kata konsultan paru Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ini. Kondisi ini tidak lantas membuat tim Adhoc Adolescent PAPDI pasrah. Menurut Ketua tim Adhoc Adolescent PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, mengatakan pihaknya telah membuat kajian dan hasilnya disampaikan ke Kemenkes bagaimana kondisi dan peran internis dalam layanan kesehatan anak. Di masyarakat ada kelompok remaja yang menginginkan kesehatannya ditangani internis, kata Dr. Aru. Kelompok usia remaja merupakan interseksi antara usia anak dan dewasa. Batasan usia remaja yang ditetapkan cukup beragam. Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 menyatakan batasan usia remaja tahun. WHO mendefinisikan remaja adalah manusia muda yang berusia antara tahun yang biasa dianggap sebagai kelompok sehat. Meskipun demikian banyak remaja yang meningggal dini karena kecelakaan, bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkait kehamilan, dan penyakit lain yyang sebetulnya bisa dicegah atau diobati, serta banyak lagi yang menderita penyakit kronis dan kecacatan.selain itu, banyak penyakit serius di masa dewasa nantinya yang berakar dari masa remaja. Para pemakai tembakau, STD, HIV, asma narkoba, kebiasaan buruk dalam pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat ketika remaja, dapat menyebabkan penyakit dan kematiann dini pada masa dewasa nanti. PAPDI akan bermain pada kesehatan remaja. Di sini akan segera dibentuk pokja kesehatan remaja antara PAPDI dan IDAI. Delegasi IDAI telah berkunjung ke PAPDI membicarakan soal kesehatan remaja. PAPDI mesti menyiapkan materi ajar adolescent, kata Penasehat PB PAPDI itu. Di Amerika Serikat, kesehatan remaja ditangani oleh ahli kedokteran remaja yang kompetensinya dikeluarkan subspesialis kedokteran remaja. Subspesialis kedokteran remaja dimiliki oleh beberapa spesialis, seperti IPD, IKA, dan Psikiatrik. Sertifikat kedokteran remaja diterbitkan bersama oleh spesialisasi tersebut. Tes kompetensi dilaksanakan bersama oleh spesialisasi tersebut dengan waktu dan tempat yang sama. Sedangkan ABIM punya standar sendiri tentang kedokteran remaja. seorang yang berminat untuk mengambil subspesialisasi kedokteran remaja harus memiliki sertifikat ilmu penyakit dalam dan melalui masa training selama sekitar 24 bulan. Di Amerika Serikat, kedokteran remaja memiliki perhimpunan profesi, yaitu SAHM (Society of Adolescent Health and Medicine). Dan terdapat jurnal kedokteran remaja yang bernama Journal of Adolescent Health. Merujuk dari negara-negara maju, kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. Bukan dominasi satu disiplin ilmu yang didasari usia. Karenanya, batasan usia remaja dengan kondisi objektif pasien kerap tidak seiring sejalan. Masalah medis sejatinya mengedepankan kompetensi dan etika, bukan semata-mata dipagari oleh hukum yang cenderung kaku. (HI) Edisi November 2014 Halo INTERNIS 17

18 SOROT UTAMA MEA, IDI dan Kehidupan Berbangsa Ario Djatmiko* IDI, sebagai wakil profesi dokter menolak praktik dokter asing, benarkah? Apa alasannya? Kalau menolak apakah berarti IDI tidak mendukung pemerintah? Dan, apakah tidak takut terkucilkan ditatanan regional? Dua (dari sepuluh) pertanyaan Hallo Internis itu cukup membuat saya merenung. Disini tersirat pemahaman yang berbahaya. Stigma xenophobia, anti asing seakan melekat di wajah IDI. Sungguh ini mempersulit IDI dalam menyatakan pemikirannya didalam maupun di luar negeri. Mengapa? IDI tidak legitimate lagi menyampaikan pemikiran analitiknya sebab semua argumentasi IDI seakan lahir dari rasa ketidak sukaan terhadap asing. Pertanyaan kedua juga cukup menyulitkan: Tidak mendukung pemerintah dan akan dikucilkan di tatanan regional. Statement ini menaruh IDI pada posisi berhadapan diametrikal dengan kebijakan pemerintah dan tatanan global. Sulit kita membangun dialog yang jernih bila diawali dengan perbedaan pemahaman yang tajam. Benar, masyarakat amat mudah terjebak pada anggapan bahwa seakan orientasi kebijakan IDI selalu berpihak pada kepentingan (profesi) dokter Indonesia. Sebuah pertanyaan miris : Benarkah pikiran dan perasaan dokter (sebagai satu profesi mulia) berhenti hanya sebatas kepentingan kerja profesinya saja? Tidak ada tersisakah tempat di lubuk hati kita untuk merasakan persoalan besar bangsanya? Bangsa kita sendirilah yang akan membangun bangsa ini menjadi kuat dan makmur, bukan bangsa lain. Begitu kata Lee Kuan Yew di buku Hard Truths we have no neighbors who want to help us prosper. Bisakah menyebut pemahaman Lee Kuan Yew itu sebagai xenophobia atau nasionalisme sempit? Lantas, mengapa kita tidak boleh berpemahaman sama? Semua ini adalah hal paling essential yang harus kita pahami sebelum memulai membahas telaah dibawah ini Benar, dipasal 6d, AD-ART IDI tertera: IDI memperjuangkan kepentingan dan kedudukan dokter di Indonesia sesuai harkat dan martabatnya. Tetapi bila kita mencermati AD-ART IDI secara menyeluruh, jelas sejatinya IDI dilahirkan untuk hal yang lebih besar, membangun bangsanya. IDI adalah wadah dokter berbangsa Indonesia untuk melaksanakan kewajiban luhurnya terhadap bangsanya. Jelas tertera dipasal 5: berkewajiban IDI meningkatkan derajat kesehatan rakyat menuju masyarakat sehat sejahtera. Semangat ini sejalan dengan amanat UUD 45 pasal 28 H: kesehatan adalah hak rakyat yang dilindungi Negara. Dalam pelayanan kesehatan, begitu banyak pemangku kepentingan yang hadir, ikut bermain. Jelas mereka membawa kepentingan masing-masing, akibatnya arah layanan kesehatan sangat rentan untuk diselewengkan. Di sini fungsi pemerintah harus jelas, sebagai regulator (pemegang komando) yang mengawal arah layanan kesehatan agar berjalan sesuai dengan cita-cita bangsa. Yaitu membawa rakyat bangsa ini kuat dan negeri yang makmur. Untuk itu, IDI bermitra menjalankan program pemerintah (sesuai dengan pasal 9e). Namun apa yang terjadi selama ini? Pembangunan kesehatan selama 69 tahun kemerdekaan negeri ini jauh dari harapan dan tertinggal jauh dibandingkan negeri jiran: Human Development Index (HDI) Indonesia selalu berada di level bawah. Jauh dibawah negara-negara ASEAN lain. Sistem kesehatan belum juga tertata dengan baik. Kuantitas dan kualitas la- 18 Halo INTERNIS Edisi November 2014

19 SOROT UTAMA yanan kesehatan belum merata, mayoritas mash jauh dibawah standard. Daya beli dan aksesibilitas rakyat ke sarana kesehatan tidak memadai. Sektor preventif belum pernah digarap dengan benar. Pemerintah belum menaruh pembangunan kesehatan sebagai prioritas kegiatan berbangsa. Ini tercermin dari alokasi biaya yang begitu rendah dan kesungguhan pemerintah dalam menata sistem kesehatan Jarak ketertinggalan teknologi kedokteran Indonesia dibandingkan Negara tetangga amat jauh dan kian jauh saja dari waktu kewaktu. Sir Michael Marcot (WHO) memberi perumpamaan yang tepat: Sistem kesehatan adalah vehicle (kendaraan) bagi setiap bangsa menuju ke masa depan. Artinya kendaraan (milik) kita harus sehat dan sepenuhnya dapat dikendalikan oleh Negara agar seluruh rakyat dapat sampai ke tujuan. Kendaraan adalah: sistem dan sub sistem kesehatan yang bekerja intergrated, dengan mengemban visi-misi: demi kepentingan masa depan rakyat Indonesia. Jelas, kendaraan ini adalah tumpuan harapan seluruh rakyat negeri ini untuk survive dan mendapat tempat terhormat di mata dunia. Tidak mungkin rakyat Indonesia akan sampai pada tujuan berbangsa dengan menggunakan kendaraan asing yang bukan miliknya dan tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh negara. Membaca 4 poin di atas, jelas bahwa ada masalah serius di kendaraan kita. Diperlukan langkah yang cepat dan tepat untuk memperbaiki vehicle kita agar bangsa kita segera bangkit dan dapat menatap ke depan sebagai bangsa yang unggul. Tapi, dalam situasi seperti ini, disaat vehicle (hard, soft and brain ware sistem kesehatan) kita amat rapuh penuh dengan masalah, kita justru tidak serius memperbaiki. Tetapi sebaliknya mengundang masuknya vehicle (investasi dan pekerja medik) asing ke negeri ini. IDI melihat kebijakan ini jelas salah arah dan menyimpang jauh dari tujuan bernegara. Coba kita bertanya, bisakah kita berharap vehicle asing akan membangun seluruh manusia Indonesia dan membawa kemakmuran di negeri ini? Jawaban Lee Kuan Yew benar, we have no neighbors who want to help us prosper. Kehadiran MEA, akan merubah banyak hal secara fundamental. Profit motive yang hadir di dunia kesehatan akan membawa masalah serius. Pembangunan kesehatan bangsa akan berjalan semu, gap terus melebar, bagian terbesar dari bangsa ini akan tersingkir dan bahaya chaos menunggu. Kekuatan yang tidak imbang di bidang teknologi medik akan membuat tersingkirnya pekerja medik lokal dinegeri ini. Ujungnya, kedaulatan bangsa di bidang kesehatan akan hilang. Ketergantungan teknologi medik bangsa ini pada penyedia asing sungguh akan melemahkan ketahanan nasional Indonesia. Sesuai dengan Mukadimah AD-ART, IDI wajib memberi advocacy demi kepentingan bangsa Indonesia. Untuk itu, IDI memberi pandangan: Posisi pemerintah sebagai regulator harus powerful dalam memimpin pembangunan kesehatan bangsanya. Empat (4) bidang strategis: Keamanan, Hukum, Kesehatan dan Pendidikan adalah hal yang langsung menyangkut kedaulatan dan masa depan Negara. Oleh karena itu keempat bidang tersebut tidak boleh dikendalikan oleh asing. Pembangunan keempat bidang itu harus mendapat prioritas utama dan harus sepenuhnya dilakukan oleh bangsa sendiri. Menyerahkan pembangunan kesehatan bangsa pada mekanisme pasar (profit motive) adalah kebijakan yang sangat keliru dan bertentangan dengan undangundang. Kemandirian teknologi (Medik) adalah bentuk kedaulatan Negara di bidang medik. Saat ini jelas, ketertinggalan Teknologi Medik di Indonesia merupakan situasi yang amat serius. Untuk itu pemerintah harus segera melakukan upaya Short Cut Program untuk meningkatkan teknologi medik (membangun hard, soft dan brain ware teknologi medik) dan melakukan pemerataan teknologi di Indonesia. JKN adalah wadah yang tepat untuk memulai pembangunan manusia Indonesia. Namun harus dikerjakan dengan sungguh sungguh, melibatkan semua elemen dan dengan spirit membangun manusia seutuhnya-. Integrated, komprehensif dan membawa manfaat bagi semua pemangku kepentingan. Bukan sekedar reaktif dan populis saja tanpa disain yang baik dan persiapan yang matang. IDI akan sungguh-sungguh menjaga anggotanya agar menjadi pejuang kesehatan bangsanya. IDI bukan pengambil kebijakan Negara. Advocacy hanya sebatas saran yang diberikan semata-mata demi masa depan bangsa Indonesia. Anggota IDI selalu menjadi yang terdepan dalam persoalan kesehatan bangsanya. Pemikiran ini ditulis berdasarkan pengalaman lapangan, kapasitas intelektual dokter dan sepenuhnya berpihak pada kepentingan bangsanya. * Penulis: Dr Ario Djatmiko Staf Pengajar FK UNAIR Ketua Bidang Penataan Praktek Global PB IDI Edisi November 2014 Halo INTERNIS 19

20 KABAR PAPDI Jelang WCIM 2016, di Bali Indonesia Executive committee ISIM tak tanya apa-apa, sejauh ini aman. Mereka juga memahami kendala sponsorship. Suatu kesempatan untuk PAPDI menunjukan bahwa pendidikan dan pelayanan di bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup berkembang. World Congress of Intenal Medicine (WCIM) 2016 di Bali, Indonesia kurang dari dua tahun. Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indoonesia (PB PAPDI) sebagai tuan rumah terus berbenah menyiapkan perhelatan akbar dokter-dokter penyakit dalam seluruh dunia yang tergabung dalam International Society of Internal Medicine (ISIM). Panitia WCIM 2016 baik dari PB PAPDI dan cabang cabang yang terlibat berupaya sinergi mensukseskan event besar itu. Lalu seberapa jauh persiapan WCIM 2016? Panitia diminta untuk melakukan progress report tiap acara WCIM. Pada WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan, akhir Oktober 2014 lalu, Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili panitia, mempresentasikan kesiapan WCIM Didampingi panitia lain, Dr. Sally memaparkan hal-hal terkait denga persiapan WCIM 2016 dihadapan executive committee ISIM. Mereka (executive committee-red) tidak tanya apa-apa, hanya katakan bila ada kendala sponsor, beritahukan kami, kata Dr. Sally setengah deg-deg-an. Alhamdulilllah, mereka menerima dan cukup paham soal kendala sponsor. Ketika presentasi, kami lebih menitikberattkan kepada tema-tema ilmiah. Karena kami tahu mereka sangat ketat soal konten acara, tambahnya WCIM 2016 di Bali akan diselenggarakan di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Panitia menargetkan peserta akan hadir pada acara tersebut. Jumlah ini lebih banyak dibanding WCIM di Seoul yang peserta. Akomodasi cukup untuk sejumlah itu, ujar 20 Halo INTERNIS Edisi November 2014

21 KABAR PAPDI Dr. Sally mempresentasikan kesiapan WCIM 2016 di hadapan Executive Committee ISIM. kardiolog itu. Hal senada disampaikan Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP. Prof. Idrus mengatakan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pada bidding WCIM 2010 di Melbourne, Australia lalu merupakan suatu kesempatan untuk PAPDI menunjukan bahwa pendidikan dan pelayanan di bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup berkembang. Untuk itu, kami akan siapkan WCIM Bali ini semaksimal mungkin, ujarnya. Prof. Idrus melanjutkan, panitia telah audiensi ke Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan mendukung pertemuan tingkat dunia itu dan meminta agar membahas materi-materi terkait penyakit yang umum terjadi di Indonesia. Sementara Ketua Panitia WCIM DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP menghimbau anggota PAPDI agar turut berpartisipasi pada WCIM Selain hadir pada acara itu, sejawat dapat aktif mengikuti beberapa kegiatan seperti lomba penelitian, lomba poster dan lain-lain. Dari WCIM sebelumnya, peserta terbanyak adalah dari dokter lokal. Seperti WCIM 2014 kemarin, dari peserta, ada sekitar perserta merupakan tenaga kesehatan dari Korea Selatan. Sisanya, dokter asing. Untuk itu kami menghimbau internis untuk hadir, selain menambah pengetahuan juga berbagi pengalaman dengan dokter-dokter asing, ujar Penaehat PB PAPDI itu. Dr. Aru menambahkan, melalui Asean Federation of Internal Medicine (AFIM), panitia juga mengundang internis di kawasan Asean untuk berpartisipasi pada WCIM Dan sebagai South East Asia of Chapter American College of Physicians (ACP), panitia meminta dukungan dari ACP. Rencananya, pada WCIM di Bali juga akan diadakan AFIM meeting, katanya. Selamat untuk Dr. Aru Selain sukses meyakinkan 10 orang executive committee, ada kabar baik dari WCIM ke 32 di Seoul. DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul,Korea Selatan. Edisi November 2014 Halo INTERNIS 21

Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya

Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya September 2014 Highlight PIN PB PAPDI XII Surabaya Susunan Redaksi: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP *Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya,

Lebih terperinci

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI

PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN. Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI PRAKTEK SPESIALIS DI ERA SJSN Aru W. Sudoyo Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia PAPDI Jumlah Dokter Spesialis/100.000 penduduk menurut Provinsi 26/10/09 Pendidikan KKI 4 NUMBER OF SPECIALISTS

Lebih terperinci

K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T)

K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCP(T) PRESS RELEASE PENGURUS BESAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA (PB PAPDI) PADA KONGRES NASIONAL PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA (KOPAPDI) XVI TAHUN 2015 DI BANDUNG

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS, PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat.

SEKAPUR SIRIH BIDANG HUMAS, PUBLIKASI, Akhirnya, semoga majalah Halo Internis dapat menjadi jembatan komunikasi antar sejawat. Edisi Desember 2013 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat Waktu terus bergulir, tak terasa telah menghantarkan kita ke penghujung tahun 2013. Dinamika organisasi baik di lingkungan internal maupun eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017 (semua kolom harus diisi lengkap oleh pemohon) FORMULIR APLIKASI FINASIM 2017 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM INDONESIA FELLOW OF THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE (FINASIM) I. DATA

Lebih terperinci

Daftar Lampiran Undangan Sosialisasi Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) Nomor : TU.05.01/3/555/2016

Daftar Lampiran Undangan Sosialisasi Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) Nomor : TU.05.01/3/555/2016 Daftar Lampiran Undangan Sosialisasi Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) Nomor : TU.05.01/3/555/2016 1. Sekretaris Jenderal Kemkes RI 2. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kemkes

Lebih terperinci

WELCOME TO KOP APDI XVI 2015 BANDUNG

WELCOME TO KOP APDI XVI 2015 BANDUNG Edisi September 2015 SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, Waktu terus bergulir, tak terasa organisasi yang kita banggakan ini akan kembali mengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit

Lebih terperinci

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Latar Belakang 2. Sistem Pembiayaan dalam SJSN 3. Contoh dari negara lain (US) 4. Kondisi Yang Diharapkan

Lebih terperinci

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN panduan praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN 07 02 panduan praktis Program Rujuk Balik Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit

HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit Dr Kuntjoro Adi Purjanto, Mkes Ketua Umum PERSI Diskusi Panel VIII - 2016 JKN Hotel Ritz Carlton Jakarta, 29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Seminar & Lokakarya Nasional PENGUATAN DINAS KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) IMPLEMENTASI JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL)

Seminar & Lokakarya Nasional PENGUATAN DINAS KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) IMPLEMENTASI JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL) Seminar & Lokakarya Nasional PENGUATAN DINAS KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) IMPLEMENTASI JKN (JAMINAN KESEHATAN NASIONAL) 14-15 Maret 2018; Hotel Aryaduta, Jakarta Tiga tahun berjalan, defisit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi: Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL:

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: JAMINAN KESEHATAN NASIONAL: Pengawasan dan Potensi Fraud Seminar Implementasi JKN dan Mekanisme Pengawasannya dalam Sistem Kesehatan Nasional Jogjakarta, 15 Maret 2014 Dewan Jaminan Sosial Nasional 1 BPJS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat (1) yang menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia Visi Pendidikan Spesialis dan Subspesialis: Menjadi bagian integral dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia Laksono Trisnantoro, Fakultas Kedokteran UGM Pengantar Jaminan Kesehatan Nasional talah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang 04 02 panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016 Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016 KESEIMBANGAN KEPENTINGAN : Pemerintah: Derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN 14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan haruslah memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional. Berdasarkan hal tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG NORMA PENETAPAN BESARAN KAPITASI DAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN PADA FASILITAS KESEHATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan jumlah yang cukup (Kepmenkes,

Lebih terperinci

Perkara Penting yang Sedang Dihadapi

Perkara Penting yang Sedang Dihadapi Ikhtisar Data Keuangan Penting Laporan Dewan Pengawas dan Pengurus Profil Dana Pensiun BTN Analisa & Pembahasan Manajemen Penilaian Efektivitas Pengendalian Intern Evaluasi efektivitas sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tanggal 1 Januari 2014, pemerintah mulai menerapkan sistem jaminan sosial nasional (SJSN) melalui program jaminan kesehatan nasional (JKN). Program JKN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara-saudara sekalian

Lebih terperinci

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN Oleh Dr. Mus Aida, MARS (Ketua ARSSI Pusat) Disampaikan Pada: Seminar Nasional: Mengelola Rumah Sakit Menyesuaikan SJSN Kesehatan 26-27 Juni 2013,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial dan

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal 05 02 panduan praktis Kebidanan & Neonatal Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-SUBSPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS-SUBSPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu serta pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK

KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK KEBUTUHAN DATA DAN INFORMASI UNTUK MENDUKUNG PERENCANAAN SDMK Disajikan Pada : Lokakarya Nasional Pengembangan dan Pemberdayaan SDMK Tahun 2014 Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK Kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap

Lebih terperinci

mengenang perjuangan dan jasa-jasa Prof. Dr. Sardjito.

mengenang perjuangan dan jasa-jasa Prof. Dr. Sardjito. BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Gagasan mendirikan Rumah Sakit Umum dan Pendidikan pada satu lokasi guna pendidikan calon dokter dan dokter ahli serta untuk pengembangan penelitian, pertama

Lebih terperinci

Kepemimpinan dan perubahan budaya organisasi menuju budaya keselamatan pasien

Kepemimpinan dan perubahan budaya organisasi menuju budaya keselamatan pasien Kepemimpinan dan perubahan budaya organisasi menuju budaya keselamatan pasien Laksono Trisnantoro Magister Manajemen Rumah Sakit dan Magister Kebijakan Manajemen Pelayanan Kesehatan, FK UGM Model Berfikir

Lebih terperinci

Tujuan & Tugas KKI. Tujuan:

Tujuan & Tugas KKI. Tujuan: Tujuan & Tugas KKI Tujuan: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter/dokte gigi Tugas : Melakukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Negara RI adalah kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Tujuan Pembangunan Negara RI adalah kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. RANGKUMAN PEMIKIRAN Rapat Koordinasi Nasional Sinergitas Konsil Kedokteran indonesia dengan Pemangku Kepentingan dalam Pengawalan Profesionalisme Dokter dan dokter Gigi Menghadapi Tantangan Global Makasar,

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Ernawaty dan Tim AKK FKM UA

Ernawaty dan Tim AKK FKM UA Ernawaty dan Tim AKK FKM UA Fokus Analisis (Review) Materi Laporan Perkembangan Persiapan Operasionalisasi BPJS Kesehatan yang telah disiapkan oleh Pokja BPJS Kesehatan Kemenkes RI Pendekatan normatif

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia AHMAD ANSYORI Dewan Jaminan Sosial Nasional Padang, 26 Juni 2015 1 SJSN SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk kepastian

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI Disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis Pengelola Obat Apotek & Rumah Sakit di Kota Yogyakarta 10 Mei 2016 Nurul Falah Eddy Pariang, Apoteker 1 PERUNDANG-UNDANGAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL NOTULEN SIDANG PLENO KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL NOTULEN SIDANG PLENO KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH SEKRETARIAT JENDERAL ---------------- NOTULEN SIDANG PLENO KOMITE III DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA H a r i : Senin Tanggal : 21 Januari 2014 Pukul : 10.00 s.d selesai

Lebih terperinci

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015

Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015 Pencegahan Korupsi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Niken Ariati Fungsional Direktorat Penelitian dan Pengembangan Jakarta, 8 Oktober 2015 Tugas KPK dalam UU 30 tahun 2002 FOKUS AREA KPK 2011-2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,

I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, yang sehari-hari melakukan kontak dengan pasien. Rumah sakit sebagai penyelenggara kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan. DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2 MOR SP DIPA-24.12-/2 DS3612-4187-984-7 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan telah menghantarkan tantangan persaingan dan lingkungan yang kompetitif bagi industri rumah sakit di

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTIMBANGAN KLINIS (CLINICAL ADVISORY)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTIMBANGAN KLINIS (CLINICAL ADVISORY) PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTIMBANGAN KLINIS (CLINICAL ADVISORY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Bab 1. Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Pembangunan pendidikan tinggi sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945 merupakan bagian tugas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Perguruan tinggi

Lebih terperinci

KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY

KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY Rahmita Nuril Amalia 1, Dwi Juwartini 2, Yayang Harigustian 3 1, 2, 3 Staff Dosen Keperawatan Komunitas Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan

Lebih terperinci

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013

FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013 (semua kolom harus diisi lengkap oleh pemohon) FORMULIR APLIKASI FINASIM 2013 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM FELLOW OF THE INDONESIAN SOCIETY OF INTERNAL MEDICINE (FINASIM) I. DATA PRIBADI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua terpenuhi oleh pemerintah berkaitan dengan masalah kebutuhan primer dan sekunder. Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem No.671, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Izin. Pelaksanaan. Praktik Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF, MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF, dan BERKESINAMBUNGAN MELALUI UNDANG-UNDANG KESEHATAN JIWA Oleh : Arrista Trimaya * Melalui Sidang Paripurna DPR masa sidang IV

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROBLEM SOLVING KLAIM BPJS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Oleh: dr. Merita Arini, MMR PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

& MUKERNAS IX FINAL ANNOUNCEMENT. Pertemuan Ilmiah Tahunan SKP. Hotel Sheraton Gandaria City-Jakarta Selatan April 2018

& MUKERNAS IX FINAL ANNOUNCEMENT. Pertemuan Ilmiah Tahunan SKP. Hotel Sheraton Gandaria City-Jakarta Selatan April 2018 FINAL ANNOUNCEMENT Pertemuan Ilmiah Tahunan & MUKERNAS IX Hotel Sheraton Gandaria City-Jakarta Selatan 20-22 April 2018 32-38 SKP Strategi Pengembangan Pelayanan Kesehatan Berbasis Kompetensi Dokter Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah berkewajiban melindungi seluruh masyarakat Indonesia dengan segenap kemampuannya, terutama melindungi hak hidup masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

ProQua. Kepada Yth. Bapak/Ibu Direktur Rumah Sakit Seluruh Indonesia di tempat

ProQua. Kepada Yth. Bapak/Ibu Direktur Rumah Sakit Seluruh Indonesia di tempat Nomor : 156/PQ/IX/2017 14 September 2017 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pelatihan Manajemen Informasi Dan Rekam Medis (MIRM) Berbasis Standar Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) 2017 Kepada Yth. Bapak/Ibu

Lebih terperinci

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN panduan praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN 09 02 panduan praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS

PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS PERAN IDI DALAM MELAKSANAKAN KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA TERKAIT PROSES VERIFIKASI BPJS Dr. Slamet Budiarto, SH, MH.Kes (KETUA IDI WILAYAH DKI JAKARTA) Dasar Hukum 1. UU NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

PROPOSAL SIDANG ORGANISASI ARSAWAKOI

PROPOSAL SIDANG ORGANISASI ARSAWAKOI PROPOSAL SIDANG ORGANISASI ARSAWAKOI I. LATAR BELAKANG arsawakoi merupakan wadah dan jejaring lembaga yang mengemban pelayanan di bidang kesehatan jiwa dan permasalahannya yang bertujuan mewujudkan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Ambulan

panduan praktis Pelayanan Ambulan panduan praktis Pelayanan 11 02 panduan praktis Pelayanan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BERPRESTASI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BERPRESTASI PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prinsip dasar pembangunan kesehatan di Indonesia dirumuskan berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang semakin berkembang, tantangan terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa mekanisme pasar didominasi oleh organisasi kesehatan yang mampu memberikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI SPGDT DI INDONESIA

KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI SPGDT DI INDONESIA KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI SPGDT DI INDONESIA dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Disampaikan pada acara Seminar Nasional

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci