KOMPARASI DAYA LAYAN FASILITAS PELAYANAN ORDE RENDAH (LOW ORDER GOODS SERVICES) DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG
|
|
- Yenny Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KOMPARASI DAYA LAYAN FASILITAS PELAYANAN ORDE RENDAH (LOW ORDER GOODS SERVICES) DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: M. Agus Maulana Hidayat JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 i
2 ii
3 iii
4 iv
5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Allah tidak akan mengambil sesuatu darimu kecuali Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik selama kamu bersabar dan mengharap kepada-nya (Al Hadist) PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta, Bapak Eko Daryono dan Ibu Musthofiyah yang tak pernah putus dukungan dan doanya. Adik-adik ku dan keluarga tersayang, Aldi dan Harits Almamaterku UNNES, yang telah memberiku banyak pengetahuan dan pengalaman hidup yang tak ternilai harganya. v
6 SARI Hidayat, M Agus Maulana Komparasi Daya Layan Fasilitas Low Order Goods Services di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Aryani Indrayati. S.Si,.M.Sc. Dr. Sriyono M.Si. 167 Halaman. Kata Kunci : Daya Layan, Fasilitas, SLTA Negara berkembang seperti Indonesia memiliki banyak persoalan yang harus segera dibenahi. Dalam upaya memajukan Indonesia pemerintah telah mengupayakan perbaikan kualitas dari berbagai sektor diantaranya sektor pendidikan. Pendidikan sangat penting khususnya pada jenjang SLTA. Kota Semarang memiliki 16 Kecamatan dengan Kecamatan Semarang Selatan merupakan Kecamatan dengan nilai APM dan APK tertinggi, sedangkan Kecamatan Tembalang memiliki nilai APM dan APK terendah. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini mengetahui perbedaan pelayanan SLTA yang menyebabkan perbedaan nilai APM dan APK. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam penentuan kebijakan oleh instansi terkait. Penelitian ini membandingkan pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. Perbandingan SLTA dilihat dari pelayanannya terhadap penduduk usia SLTA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian diketahui bahwa Kecamatan Semarang Selatan lebih baik dalam pemenuhan pelayanan fasilitas SLTA dibandingkan dengan Kecamatan Tembalang. Kecamatan Semarang Selatan mampu memenuhi raio kebutuhan penduduk usia SLTA sedangkan Kecamatan Tembalang mempunyai 10 SLTA dengan jumlah penduduk usia SLTA mencapai jiwa belum mampu memenuhi rasio kebutuhan penduduk usia SLTA. Kecamatan Semarang Selatan mempunyai persentase hingga 80% berareditasi A sedangkan Kecamatan Tembalang mempunyai persentase 10% berakreditasi A. pada aspek keterjangkauan pelayanan fasilitas Kecamatan Semarang Selatan mampu menjangkau seluruh wilayahnya namun Kecamatan Tembalang terdapat wilayah seluas 211,61 Ha yang tidak mendapat jangkauan pelayanan fasilitas SLTA. Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan penulis menyarankan untuk Dinas Pendidikan Kota Semarang agar melakukan penambahan SLTA berstatus negeri di Kecamatan Tembalang, pembenahan akreditasi SLTA di Kecamatan Tembalang dan pemantauan serta peningkatan kualitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan. vi
7 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya, serta sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Komparasi Daya Layan Fasilitas Low Order Goods Services di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Aryani Indrayati, S.Si,. M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 2. Drs. Sriyono M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Ketua Jurusan Geografi atas segala bimbingan dan arahan selama menjadi mahasiswa Geografi. 4. Drs. Saptono Putro, M.si selaku penguji, terimakasih atas koreksi dan masukan-masukan yang telah diberikan pada skripsi saya. 5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Kepada Pemerintah Kota Semarang yang telah memberikan izin penelitian di wilayah administrasinya. 7. Sudaryanto, S.Si selaku ketua staf Data dan Informasi Dinas Pendidikan yang telah memberikan informasi yang di butuhkan dalam penelitian ini. 8. Dr. Juhadi, M.Si Yang telah memberikan izin peminjaman alat laboratorium geografi UNNES 9. Kepada keluarga saya yang selalu memberikan doa serta kasih sayang dan dukungan untuk saya, Bapak Eko Daryono Ibu Musthofiyah, Aldi, Harits. 10. Sahabat terkasih saya yang selalu memberi semangat terbesar, Hestries Rizka Aulia. vii
8 viii
9 DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v SARI... vi PRAKATA... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN JUDUL... i A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 E. Batasan Istilah... 6 BAB II LANDASAN TEORI... 8 A. Deskripsi Teoritis Teori Lokasi... 8 ix
10 2. Perencanaan Fasilitas Pelayanan Teori Perencanaan Wilayah Konsep Geografi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Analisis Tetangga Terdekat Sistem Informasi Geografis B. Penelitian Sebelumnya C. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Sampel B. Alat dan Teknik Pengumpulan Data Peralatan Yang Digunakan Data Penelitian Teknik Pengumpulan Data C. Analisis Data Analisis Tetangga Terdekat Daya Layan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian Kondisi Geografis Kecamatan Semarang Selatan Kondisi Fisik Kecamatan Semarang Selatan Kondisi Sosial Kecamatan Semarang Selatan Kondisi Geografis Kecamatan Tembalang Kondisi Fisik Kecamatan Tembalang Kondisi Sosial Kecamatan Tembalang x
11 B. Hasil Penelitian Ketersediaan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Pola Spasial SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Berdasarkan Jumlah dan Kualitas Sekolah Daya layan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tebalang Keterjangkauan Pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan Dan Kecamatan Tembalang C. Pembahasan Ketersediaan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan Ketersediaan SLTA di Kecamatan Tembalang Pola Distribusi SLTA Berdasarkan Kuantitas Sekolah Kecamatan Semarang Selatan Pola Spasial SLTA Berdasarkan Kuantitas di Kecamatan Tembalang Pola Spasial SLTA Berdasarkan Kualitas Sekolah di Kecamatan Semarang Selatan Pola Spasial SLTA Berdasarkan Kualitas Sekolah di Kecamatan Tembalang Daya Layan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan Daya Layan SLTA di Kecamatan Tembalang Keterjangkauan Fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan Keterjangkauan Fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan xi
12 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii
13 DAFTAR TABEL 1.1 APK dan APM SLTA Kota Semarang per Kecamatan Jumlah SLTA Kota Semarang Sampel SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Data Sekunder Dalam Penelitian Luas Wilayah Kecamatan Semarang Selatan per Kelurahan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Semarang Selatan Topografi di Kecamatan Semarang Selatan Kemiringan Lereng di Kecamatan Semarang Selatan Hidrologi di Kecamatan Semarang Selatan Geologi dikecamatan Semarang Selatan Jumlah Penduduk Kecamatan Semarang Selatan per Kecamatan Kepadatan Penduduk Semarang Selatan per Kelurahan Luas Wilayah Kecamatan Tembalang per Kelurahan Penggunaan Lahan Kecamatan Tembalang Topografi Kecamatan Tembalang Kemiringan Lereng Kecamatan Tembalang Hidrologi Kecamatan Tembalang Geologi di Kecamatan Tembalang xiii
14 4.15 Jenis Tanah Kecamatan Tembalang Jumlah Pebnduduk Kecamatan Tembalang per Kelurahan Kepadatan Penduduk per Kelurahan Kecamatan Tembalang Jumlah Ketersediaan Pelayanan SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Akreditasi Fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan Akreditasi Fasilitas SLTA di Kecamatan Temabalang Tabel Kebutuhan Pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Daya Layan Fasilitas SLTA Berdasarkan Kebutuhannya dik Kecamatan Semarang Selatan Keterjangkauan Pelayanan Fasilitas SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang xiv
15 DAFTAR GAMBAR 2.1 Kerangka Berpikir Peta Administrasi Kecamatan Semarang Selatan Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Semarang Selatan Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Semarang Selatan Peta Administrasi Kecamatan Tembalang Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Tembalang Peta Jumlah Penduduk Kecamatan Tembalang Peta Sebaran SLTA Kecamatan Semarang Selatan Peta Sebaran SLTA Kecamatan Tembalang Peta Sebaran SLTA Berdasarkan Akreditasi Kecamatan Semarang Selatan Peta Sebaran SLTA Berdasarakan Akreditasi Kecamatan Tembalang Peta Keterjangkauan Pelayanan Fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan Peta Keterjangkauan Pelayanan Fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang.. 82 xv
16 DAFTAR LAMPIRAN Gambar SLTA Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Gambar Perhitungan Analisis Tetangga Terdekat SLTA Kecamatan Semarang Selatan Gambar Perhitungan Analisis Tetangga Terdekat SLTA Kecamatan Tembalang Pedoman Wawancara Dokumentasi Wawancara Standar Pelayanan Minimum (SPM) SNI Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Penentuan Fasilitas Pelayanan Lingkungan Permukiman Data SLTA Kecamatan Semarang Selatan Data SLTA Kecamatan Tembalang Rangkuman Data SLTA Kota Semarang tahun ajaran 2015/ Surat Ijin Penelitian Ke Dinas Pendidikan Kota Semarang Surat Ijin Mencari Data Ke Dinas Pendidikan Surat Peminjaman Alat Ke Lab Geografi Unnes Surat Keputusan Penentuan Dosen Pembimbing Untuk Skripsi xvi
17 BAB I PENDAHULUAN Isi daripada pendahuluan pada bab 1 ini menjelaskan mengenai beberapa sub bab yang diantaranya: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Penegasan Istilah Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki banyak persoalan yang harus segera dibenahi. Upaya memajukan Indonesia pemerintah telah mengupayakan perbaikan kualitas dari berbagai sektor diantaranya adalah sektor pendidikan. Berkaca pada Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sekolah adalah sarana penting dalam pemenuhan masyarakat akan kebutuhan pendidikan. Sekolah harus berada pada lokasi yang strategis dan tersebar secara merata di seluruh daerah. Lokasi sekolah harus mudah dicapai dan berada pada wilayah yang jauh dari gangguan alam dan lingkungan, serta sekolah tidak mengalami kekurangan siswa. 1
18 2 Peranan sekolah juga sangat penting untuk memajukan generasi muda dalam proses pembangunan masyarakat, bahkan pendidikan sarana paling efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan serta mengantarkan bangsa Indonesia mencapai kemakmuran. Oleh sebab itu, instansi terkait tetap menjadikan pembangunan kualitas pendidikan sebagai agenda penting dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi prioritas utama dalam rencana kerja pemerintah. Pendidikan sangat penting bagi semua kalangan masyarakat. Dari kalangan atas, menengah dan ke bawah. Baik anak-anak dan orang tua. Pendidikan sangat penting khususnya pada tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada tingkat SLTA siswa diajarkan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Serta meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya. Jadi kita harus bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan demi kemajuan negara tercinta dan peningkatan kualitas masyarakat di masa depan. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah jenjang lanjutan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). SLTA ditempuh selama tiga (3) tahun dengan pembangian kelas sepuluh (10) sampai kelas dua belas (12). Dengan jenjang usia berkisar antara tahun. SLTA merupakan tingkat satuan pendidikan yang dianggap berpengaruh besar terhadap masa depan siswanya. Karena setelah lulus pada jenjang ini siswa akan memutuskan untuk terjun ke dalam dunia kerja atau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
19 3 Kota Semarang yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya kota di ProvinsiJawa Tengah yang dapat digolongkan sebagai kotametropolitan. Sebagai ibukota provinsi, Kota Semarang menjadi parameter kemajuan kota-kota lain di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan diantaranya kecamatan Semarang Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan, Semarang Barat, Semarang Utara, Genuk, Pedurungan, Tembalang, Mijen, Gunung Pati, Banyumanik, Candisari, Gayamsari, Tugu, Gajah Mungkur, Ngaliyan. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan di Kota Semarang ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh Karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualiatas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Pemanfaatan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah (APS). Dari 16 kecamatan yang berada di Kota Semarang masing-masing memiliki angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) yang variatif. Angka partisipasi kasar dan angka pertisipasi murni tertinggi adalah Kecamatan Semarang Selatan dengan rata-rata APK 362,57 APM 271,07 sedangkan kecamatan yang memiliki angka partisipasi kasar dan angka pertisipasi murni terendah adalah Kecamatan Tembalang dengan rata-rata APK 38,86 APM
20 4 28,50 (Dinas Pendidikan Kota Semarang 2015). Berikut ini disajikan informasi tentang APK dan APM Kota Semarang pada tabel 1.1. Tabel 1.1 APK dan APM SLTA Kota Semarang per Kecamatan. No Kecamatan APK SMA dan SMK APM MA L P Rata- Rata L p Rata- Rata 1 Mijen Gunungpati Banyumanik Gajahmungkur Smg. Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari Smg. Timur Smg. Tengah Smg. Utara Smg. Barat Tugu , Ngaliyan Rata-Rata Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang Dengan membandingkan rata-rata angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni paling tinggi dengan angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni paling rendah di Kota Semarang, dari latar belakang tersebut penulis mengadakan penelitian tentang : KOMPARASI DAYA LAYAN FASILITAS LOW ORDER GOODS SERVICES DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN dan KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG.
21 5 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pola distribusi SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang? 2. Bagaimanakah perbandingan fungsi pelayanan (daya layan) SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pola distribusi SLTA di kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. 2. Mengetahui perbadingan fungsi pelayanan (daya layan) SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis Secara Teoritis 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian sejenis dan sebagai pengembangan penelitian lebih lanjut. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak tertentu khususnya pemerintah agar dapat membenahi aspek-aspek yang kurang baik pada sarana prasarana maupun pelayanannya.
22 Secara Praktis Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah yang berhubungan dengan judul skripsi ini dengan kenyataan daya layan sarana prasarana. 1.5 Penegasan Istilah Peniliti memandang perlu adanya penegasan istilah dalam judul penelitian ini untuk menghindari adanya ketidak jelasan dan keberagaman penafsiran, adapun beberapa penegasan istilah yaitu sebagai berikut: Komparasi Komparasi berasal dari kata comparison, yang artinya perbandingan (Echols dan Shadily, 1983:132). Komparasi dalam penelitian ini adalah membandingkan daya layan Low Order Goods Services Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Pelayanan Orde Rendah (Low Order Goods Services) Barang atau jasa pelayanan yang memiliki ambang (threshold) dan jangkauan (range) kecil. Jenis pelayanan tersedia dalam jumlah besar dan terdapat disemua tempat (merata) serta berada di desa atau daerah dengan hirarki yang rendah. Jenis pelayanan ini umumnya tersedia dalam jumlah kecil dan terbatas. Dalam penelitian ini pelayanan yang diteliti adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (Muta ali, 2015).
23 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) adalah Sekolah umum atau kejuruan selepas sekolah menengah tingkat pertama, sebelum perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Daya Layan Daya layan merupakan perbandingan antara jumlah ketersediaan antara jumlah ketersediaan fasilitas dengan variabel pembanding, seperti besarnya pengguna aktual, pengguna potensial, penduduk keseluruhan, luas wilayah, dan dengan pembanding standar (Muta ali 2015:195).
24 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Deskripsi Teoritis Deskripsi teoritis merupakan upaya untuk mengetahui hakikat suatu variabel (penelitian kuantitatif) atau hakikat suatu konsep (penelitian kualitatif). Pada penelitian ini teori-teori yang berhubungan pada penelitian ini meliputi : Teori Lokasi Dalam merencanakan lokasi suatu sekolah perlu memperhatikan pemetaan sekolah. Peta sekolah tidak semata-mata menggambarkan objek dan lokasi suatu sekolah, namun pemetaan sekolah juga dapat berfungsi sebagai menentukan lokasi sekolah secara tepat berdasarkan kepadatan penduduk dan keadaan jumlah anak usia sekolah serta sarana dan prasarana sekolah secara lengkap. Berkaitan dengan pemilihan lokasi, maka letak suatu sekolah diharapkan dalam lokasi yang baik dan optimal. Lokasi merupakan suatu area yang secara umum dapat dikenali atau dibatasi, dimana terjadi suatu kegiatan tertentu (Gunawan 1981 dalam Iskandar,2009). Teori Palender menerangkan bahwa pendistribusian lokasi fasilitas yang memberikan pelayanan jasa (Agustin 2006 dalam Iskandar,2009). Palender menjelaskan bahwa barang dan jasa dihasilkan berdasarkan pertimbangan batas penduduk minimal dan jangkauan pasar. Kelancaran dan keseimbangan penawaran barang berkaca pada batas minimum penduduk. Apabila jumlahnya 8
25 9 dibawah jumlah standar maka pelayanan akan mahal dan kurang efisien, jika meningkat diatas jumlah standar maka pelayanan akan menjadi kurang baik dan kurang efektif. Sedangkan jangkauan pasar (range) adalah jarak yang menaungi cakupan wilayah pelayanan. Apabila wilayah tidak termasuk dalam lingkup jarak tertentu maka konsumen harus mencari wilayah lain yang lokasinya lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama Perencanaan Fasilitas Pelayanan Pendidikan merupakan sarana untuk membangun individu. Pada era globalisasi saat ini, pendidikan merupakan faktor penting bagi peningkatan derajat sosial seseorang. Standar fasilitas pendidikan kawasan permukiman adalah untuk setiap penduduk harus disediakan 1 (satu) buah fasilitas pendidikan setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (SNI dalam Muta ali). Prinsip dasar perencanaan pelayanan adalah pemahaman tentang dua tipe jenis pelayanan, diantaranya: 1. Hight order goods services, yaitu barang atau jasa pelayanan yang memiliki ambang (threshold) dan jangkauan (range) besar. Jenis pelayanan ini umumnya tersedia dalam jumlah kecil dan terbatas. 2. Low order goods services, yaitu barang atau jasa pelayanan yang memiliki ambang dan jangkauan (threshold) dan (range) kecil. Jenis pelayanan tersedia dalam jumlah kecil dan terbatas. Sebagai contoh fasilitas pendidikan adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
26 10 Mengetahui ketersediaan dan daya layan suatu fasilitas pelayanan penting dilakukan, untuk memberikan gambaran realitas pencapaian pelayanan publik dan evaluasi dari suatu fasilitas, sehingga dapat diperoleh penyusunan langkahlangkah prioritas dalam penyediaan fasilitas tersebut. Metode teknik analisis pelayanan yang dapat digunakan mendasarkan pada aspek ketersediaan pelayanan (service availability), tingkat ketersediaan (Size of availability), dan Fungsi Pelayanan (daya layan) atau function of availability (Muta ali 2015). Tingkat ketersediaan pelayanan diukur dengan jumlah unit pelayanan yang tersedia. Jumlah pelayanan merupakan informasi penting dalam kaitannya dengan penyediaan pelayanan dan alokasi atau wilayah yang membutuhkan. Jumlah fasilitas pelayanan mengikuti keberadaan penduduk yang dilayani, sehingga semakin tinggi jumlah penduduk maka jumlah pelayanan semakin banyak. Selain itu dapat di tunjukan distribusi antar wilayah dan konsentrasi fasilitas. Metode analisis fungsi pelayanan (daya layan) merupakan perbandingan antara jumlah ketersediaan fasilitas dengan variabel pembanding, luas wilayah dengan pembanding standart. Fungsi daya layan memberikan indikasi kualitas dan tingkat ketercukupan pelayanan, sehingga semakin baik daya layan, kualitas fasilitas juga semakin baik. Sedangkan jika memiliki standart pelayanan minimal (SPM) tertentu, maka kondisi daya layan lebih baikjika nilainya melebihi standart yang ditetapkan.
27 11 Rumus fungsi daya layan (Muta ali:2014:196) Tipe A Tipe B DL i = JP/JF DL i = JF/JP Keterangan : DL i = Daya layan fasilitas i JF = Jumlah Fasilitas JP = Pembanding Efektifitas kualitas daya layan fasilitas juga dapat dibandingkan dengan standart normatif penggunaan minimal atau maksimal fasilitas yang bersangkutan. Berikut rumusnya : EDL i = SPM i / DL i Keterangan : EDL i = Efektifitas daya layan fasilitas i SPM i = Standart Pelayanan Minimal Jika EDL i >1, Pelayanan fasilitas I efektif Jika EDL i <1, Pelayanan fasilitas I tidak efektif
28 Teori Perencanaan Wilayah Perencanaan wilayah adalah proses perencanaan pembangunan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah tertentu, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan harus memiliki orientasi yang menyeluruh, lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003 dalam Joni 2010:20). Archibugi (2008) dalam Joni (2010:21-22) menerangkan bahwa teori perencanaan wilayah dibagi dalam empat komponen yaitu : 1. Physical Planning (Perencanaan Fisik) Perencanaan yang dilakukan untuk merencanakan fisik pengembangan wilayah. Perencanaan ini diarahkan pada pengaturan bentuk fisik kota dengan jaringan infrastuktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori ini membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif. Bentuk dari perencanaan ini adalah perencanaan wilayah yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk master plan (tata ruang, lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan). 2. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro) Perencanaan ini berkaitan dengan wilayah. Mengingat ekonomi wilayah menggunakan ekonomi makro yang berkaitan
29 13 dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah membuat kebijakan ekonomi wilayah guna merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Bentuk dari perencanaan ekonomi makro ini adalah kebijakan bidang aksesbilitas lembaga keuangan, kesempatan kerja dan tabungan. 3. Social Planning (Perencanan Sosial) Perencanaan sosial berisi tentang pendidikan, kesehatan, integrasi sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perencanaan sosial ditujukan membuat perencanaan yang menjadi acuan program pembanguanan sosial di daerah. Bentuk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis. 4. Development Planning ( Perencanaan Pembangunan) Perencanaan ini berkaitan dengan pembangunan secara komprehensif guna mencapai pembangunan wilayah. Pada penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan satu komponen dari teori perencanaan wilayah yaitu Social Planning (Perencanaan Sosial) dalam bidang pendidikan.
30 Konsep Geografi antara lain : Menurut Sumaatmadja,1981 Geografi memiliki sepuluh konsep esensial 1. Konsep Lokasi Lokasi sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya yang dapat memberi arti sangat menguntungkan ataupun merugikan. Lokasi digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer karena lokasi suatu objek akan membedakan kondisi disekelilingnya. Konsep Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini membahas mengenai letak lokasi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada dikecamatan Selatan dan Kecamatan Tembalang. 2. Konsep Jarak Jarak memiliki arti penting dalam kehidupan sosial ekonomi. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan, pengangkutan barang dan penumpang. Jarak dikatakan baik yang dikaitkan dengan waktu perjalanan yang diperlukan ataupun satuan biaya.
31 15 3. Konsep Aksesbilitas Aksesbilitas juga berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Tempat-tempat yang memiliki keterjangkauan tinggi akan mudah mencapai kemajuan mengembangkan perekonomiannya. 4. Konsep Pola Konsep ini berkaitan dengan susunan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi, baik fenomena alami ataupun fenomena sosial budaya. Konsep pola yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis persebaran distribusi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada dikecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. 5. Konsep Morfologi Menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah. Bentuk daratan merupakan perwujudan wilayah yang mudah digunakan untuk usaha-usaha perekonomian. 6. Konsep Aglomerasi Konsep ini merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat mengelompok pada wilayah yang sempit yang paling menguntungkan baik kesejenisan gejala maupun adanya faktor-faktor menguntungkan lainnya.
32 16 7. Konsep Nilai Guna Nilai-nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi yang bersifat relatif yang artinya berbeda beda bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu. 8. Konsep Interaksi Interpendensi Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi dayadaya objek satu dengan lainnya. 9. Konsep Diferensiasi Area Interaksi Fenomena menjadikan suatu wilayah mempunyai ciri khas tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat lainnya. Fenomena lingkungan bersifat dinamis dan interaksi atau integrasinya juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari masa ke masa. 10. Konsep Keterkaitan Keruangan Keterkaitan keruangan menunjukkan derajat keterkaitan persebaran fenomena dengan fenomena yang lain Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003) Pasal 18 mendefinisikan pendidikan menengah sebagai berikut: 1. Pendidikan menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar.
33 17 2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. 3. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat Angka Partisipasi Kasar (APK) Dan Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase jumlah murid pada satuan pendidikan terhadak jumlah penduduk usia yang berkaitan, baik secara agregat maupun menurut karakteristik siswa. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah murid pada usia sekolah tertentu terhadap jumlah penduduk usia sekolah pada suatu satuan pendidikan yang bersangkutan, baik secara agregat maupun menurut karakteristik siswa (Bappenas 2009:11) Analisis Tetangga Terdekat Dalam Sistem Informasi Geografis Analisis tetangga terdekat adalah suatu analisis untuk mengetahui pola persebaran objek baik fisik maupun non fisik menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) (Susilowati, 2010:2 dalam Nata, 2010). Dalam analisis ini juga bisa digunakan untuk melakukan perencanaan letak suatu pusat pelayanan. Analisis tetangga terdekat dapat dihitung dalam rumus : T = Ju/Jh Keterangan : T= Indeks penyebaran tetangga terdekat Ju = Jarak rata-rata yang diukur anatar titik dengan titik tetangga terdekat
34 18 Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random (acak) yang dihitung dengan rumus : Jh = 1/2 p P =kepadatan titik pada tiap kilometer persegi, yaitu jumlah titik (N) dibagi dengan luas wilayah dalam luas wilayah dalam kilometer persegi (A). Parameter analisis tetangga terdekat (T) menurut Sumaatmadja (1988) adalah : T= 0,00-0,70 : Pola mengelompok (clustered) T= 0,70-1,40 : Pola Random T= 1,40-2,149: Pola Seragam Rumus tersebut guna mengetahui pola spasial Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Menentukan Batas Luas daerah yang akan diteliti, pada penelitian ini adalahkecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. 2) Memasukan data GPS ke peta sehingga diketahui letak koordinat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang. 3) Mengubah pola spasial sekolah menjadi pola titik.
35 19 4) Mengubah satu titik ke titik lainnya yang terdekat dengan garis, kemudian diukur. Setelah diketahui jumlahnya kemudian di jumlahkan. Hasilnya akan menjadi data jumlah jarak, yang digunakan untuk mengetahui jarak rata rata (Ju) yang diukur antara satu titik tetangga sebelumnya. 5) Setelah luas wilayah (A) Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang, jumlah titik Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) diketahui maka Jh (jarak rata rata) dapat dirumuskan dengan rumus Jh = 1/(2 p), dan nilai p dapat di temukan dengan membagi jumlah titik sekolah dengan luas wilayah (A) 6) Untuk mengetahui nilai T yaitu dengan nilai Ju dibagi Jh. Hasilnya akan diketahui Pola spasial Sekolah LanjutanTingkat Atas (SLTA) di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Sistem Informasi Geografis (SIG) Menurut Star (1990 dalam Prahasta 2009:117) SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografis. Atau dengan kata lain, SIG mempunyai system basis data dengan kemampuan-kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferansi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi yang dikenakan terhadap data tersebut.
36 20 1. Subsistem SIG Jika beberapa definisi yang disebutkan diatas diperhatikan dengan teliti maka, SIG dapat diuraikan menjadi beberapa sub-sistem sebagai berikut : a. Data Input: Sub-sistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan attributnya dari berbagai sumber. Sub-sistem ini yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau mentaransformasikan formatformat data aslinya ke dalam format (native) yang dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan. b. Data Output: Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki) seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta dan lain sebagainya. c. Data Management : Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-tabel attribute terkait kedalam sebuah basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve (di-load ke memori), di-update, dan di-edit. d. Data Manipulation & Analysis: Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub-sistem ini juga melakukan manipulasi (evaluasi dan
37 21 penggunaan dan fungsi-fungsi dan operator matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. 2.2 Penelitian Sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang sebelumnya pernah dilakukan mengenai sebaran sekolah maupun penentuan lokasi sekolah diperoleh gambaran mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran sekolah maupun penentuan lokasi. Penelitian yang dilakukan oleh Masitoh, Siti (2014) tentang Analisis Spasial Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Brebes Bagian Tengah menyimpulkan bahwa : 1. Ketersediaan Sekolah Menengah Pertama kurang memadai dikarenakan perbandiangan antara jumlah lulusan SD dan daya tampung Sekolah Menengah Pertama kurang memadai. 2. Pola spasial berdasarkan jumlah di Kabupaten Brebes bagian tengah adalah seragam. Sedangkan pola spasial berdasarkan kualitas sekolah yang dilihat dari akreditasinya adalah mengelompok untuk akreditasi A, menyebar untuk akreditasi B, dan seragam untuk akreditasi C. Berdasarkan kapasitas sekolah terbagi menjadi 3 pola yaitu Pola mengelompok untuk tipe A, seragam untuk tipe B, dan pola random untuk tipe C. 3. Arahan lokasi prioritas perencanaan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Brebes Bagian Tengah terbagi menjadi 2 yaitu arahan prioritas I di kecamatan Banjarharjo dengan arahan lokasi pada Desa
38 22 Cikuya, Desa Pende, Desa Banjar Lor, Kecamatan Ketanggung dengan arahan lokasi pada Desa Buara, Desa Cikeusel Lor, Dan Desa Cikuesal Kidul. Kecamatan Larangan denagan arahan lokasi pada Desa Pamulihan, Desa Kamal, Desa Larangan. Kecamatan onggom dengan arahan lokasi pada Desa Cenang, Desa Karangsembung, Desa Gegerkunci. Sedangkan arahan prioritas II yaitu Kecamatan Jatibarang dengan arahan lokasi pada Desa Kramat, Desa Tembeleng dan Desa Pamengger, Kecamatan Kersana dengan arahan lokasi pada Desa Kemukten, Desa Kersana, Desa Limbangan. Pada penelitian dengan tema yang sama mengenai penentuan lokasi pembangunan sekolah tingkat SLTA yang dilakukan oleh (Ahmadi:2014) menyimpulkan bahwa : 1. Ketersediaan fasilitas-fasilitas tingkat SLTA dikabupaten Pati masih kekurangan SMA maupun SMK. 2. Jangkauan pelayanan SLTA yang sudah ada belum mampu melyani seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Pati. Hal ini dipengaruhi karena persebaran dan pembangunan SLTA dilakukan tidak merata. SLTA di kabupaten Pati cenderung memusat. Dan perlu adanya penambahan sebanyak 10 SLTA. 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Ahmadi:2014) arahan penentuan letak SMK prioritas pertama adalah Desa Sitirejo, prioritas ke dua Desa Karagmulyo, dan prioritas ketiga adalah desa Maitan.
39 23 Prioritas penentuan lokasi pembangunan SLTA ini dikarenakan ketersediaan SLTA yang masih kurang memadai. 2.3 Kerangka Berpikir Pemilihan fungsi pelayanan (daya layan) fasilitas Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang berdasarkan rata-rata Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) tertinggi dan terendah. Data APK dan APM didapatkan di Dinas Pendidikan Kota Semarang. Fungsi pelayanan (daya layan) fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang dapat diketahui dengan memperhatikan data jumlah SLTA, lokasi secara absolute dan lokasi administrasi, dan jumlah penduduk usia SLTA (16-18 tahun). Data-data tersebut diperoleh pada Dinas Pendidikan dan pengukuran dilapangan. Berdasarkan data di atas dapat diketahui ketersediaan fasilitas SLTA, pola distribusi spasial fasilitas SLTA dan daya layan fasilitas SLTA. Data-data tersebut lalu dibandingkan guna mengetahui kelebihan dan kekurangan fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang dan Kecamatan Tembalang. Hasil perbandingan tersebut didapatkan rekomendasi pembangunan SLTA yang tepat.
40 24 Peta Administrasi Kecamatan Semarang Selatan Peta Administrasi Kecamatan Tembalang Jumlah SLTA Lokasi Absolut Lokasi Administrasi Peta Distribusi SLTA Kecamatan Semarang Selatan Peta Distribusi SLTA Kecamatan Tembalang Peta Pola Distribussi SLTA Kecamatan Komparasi Peta Pola Distribusi Kecamatan Tembalang Peta Daya Layan SLTA Kecamatan Semarang Selatan Peta Daya Layan Kecamatan Tembalang Analisis Rekomendasi Rencana Pembangunan SLTA Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
41 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan bahwa : Dari pembahasan yang sudah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan 1. Pola distribusi fasilitas SLTA di kecamatan Semarang Selatan dihitung dengan menggunakan analisis tetangga terdekat ( Analysis Nearest Nighbour) yang ada di dalam softwere ArcGIS 10.1 diperoleh nilai T= 1,55. Nilai T= 1,55 berarti pola spasial fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan adalah tersebar merata (dispersed pattern). Sedangkan pola Spasial fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang diketahui berpola tersebar tidak merata (random pattern) dengan nilai T= 1,22 yang didapat dengan perhitungan analisis tetangga terdekat (Analysis Nearest Nighbour) yang terdapat pada sofwere ArcGIS Daya layan (fungsi pelayanan) fasilitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dengan membandingakn antara kebutuhan sekolah dengan ketersediaan sekolah termasuk dalam kelas sangat efektif. Kecamatan Semarang Selatan mempunyai 15 fasilitas SLTA namun kebutuhan sekolah yang seharusnya tersedia di Kecamatan Semarang Selatan adalah 4 sekolah. Sehingga Kecamatan Semarang Selatan bukan hanya mampu 99
42 100 menampung seluruh penduduk usia sekolah di Kecamatan Semarang Selatan sendiri, namun mampu menampung penduduk usia sekolah dari kecamatan-kecamatan lain. Rasio daya tampung keseluruhan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan mencapai dan jumlah penduduk usia SLTA yang harus terlayani adalah Sedangkan daya layan (fungsi pelayanan) fasilitas SLTA Kecamatan Tembalang termasuk dalam kelas kurang efektif. Kelas kurang efektif diketahui dengan membandingkan antara Ketersediaan fasilitas SLTA dengan kebutuhan fasilitas SLTA yang seharusnya tersedia di Kecamatan Tembalang. Kecamatan Tembalang hanya tersedia 10 fasilitas SLTA namun kebutuhan fasilitas SLTA yang seharusnya tersedia adalah 18 fasilitas SLTA. Jumlah penduduk usia SLTA yang dilayani adalah 6.281, namun fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang hanya mampu menampung siswa.
43 Saran 1. Penambahan fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang Sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia sekolah di Kecamatan Tembalang 2. Penambahan fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang lebih diutamakan SMA/SMK yang berstatus negeri. 3. Memperbaiki akreditasi fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang 4. Penambahan fasilitas SLTA di Kecamatan Tembalang harus memperhatikan lokasi yang tepat guna menghindari penumpukan pelayanan sehingga pelayanan dapat menjangkau seluruh Kecamatan Tembalang 5. Pemantauan dan meningkatkan kualitas pelayanan SLTA di Kecamatan Semarang Selatan supaya mampu memberikan pelayanan SLTA yang sangat baik bagi penduduk usia SLTA kecamatan Semarang Selatan dan kecamatan di sekitar Kecamatan Semarang Selatan. 6. Instansi terkait diharapkan mampu memberikan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas SLTA di Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang.
44 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Ali Studi Penentuan Lokasi Pembangunan Sekolah Tingkat SLTA Di Kecamaan Tambakromo Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Geografi UNNES. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RinekaCipta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Data Morfologi Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan Tembalang Dinas Pendidikan Kota Semarang.2015.Angka Partisipasi Kasardan Angka Partisipasi Murni Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Semarang: Dinas Pendidikan. Masitoh, Siti, Analisis Spasial Sekolah Menengah Pertama Di Kabupaten Brebes Bagian Tengah.Skripsi: Jurusan Geografi UNNES. Muta ali, Lutfi Teknik Analisis Regional Handout Untuk Mata Kuliah Teknik Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Jurusan Perencanaan Pengembangan Wilayah Fakultas Geogragfi Universitas Gadjah Mada. Muta ali, Lutfi PenataanRuang Wilayah Dan Kota. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada Muta ali, Lutfi Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang Dan Lingkungan. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah 102
45 103 Ibtidaiyah (Sd/Mi), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Prahasta, Eddy Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Prespektif Geodesi & Geomatika). Surabaya: Informatika Bandung. Setyowati, Dewi Liesnoordkk Panduan Penulisan Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Standar Pelayanan Minimum (SPM) SNI Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan.Sarana Pendidikan: Badan Standar Nasional Indonesia. Yunus, Hadi Sabari Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) ANALISIS SPASIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BREBES BAGIAN TENGAH
Geo Image 1 (1) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS SPASIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BREBES BAGIAN TENGAH Siti Masitoh
Lebih terperinciEVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI
EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG
PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG Afif Luthfi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Email : luthrev@gmail.com ABSTRAK : Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami dinamika. Dinamika pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2011 hingga 2016 cenderung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu kunci dari keberhasilan pembangunan suatu bangsa dapat dilihat dari indikator sumberdaya manusianya. Kualitas sumberdaya manusia yang unggul
Lebih terperinciEVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG
EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: Diah Hafidha Cholifatunisa E100150191 FAKULTAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta 1.1. Pengertian Peta Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015
ANALISIS DAYA TAMPUNG FASILITAS PENDIDIKAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Widya Prajna, Sutomo Kahar, Arwan Putra Wijaya *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas
Lebih terperinciSeries Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun
Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50
Lebih terperinciPENGELOLAAN ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA DI SDN TEMAS 02 BATU. Oleh: ARI PURWONINGTIYAS NIM
PENGELOLAAN ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA DI SDN TEMAS 02 BATU Oleh: ARI PURWONINGTIYAS NIM. 201010430311015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik
Lebih terperinciANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PERMUKIMAN KECAMATAN DEPOK SLEMAN TAHUN
ANALISIS KEPADATAN PENDUDUK DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PERMUKIMAN KECAMATAN DEPOK SLEMAN TAHUN 2010-2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
20 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Adapun metode
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Geografi a. Pengertian Geografi Para pakar geografi dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1998, telah merumuskan
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA TAHUN SKRIPSI
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2003-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh : Dimas
Lebih terperinciAnalisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali
p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 2 June 2016 51-58 Analisis
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)
Lebih terperinciIndikator Sarana Prasarana Pendidikan
Indikator Sarana Prasarana Pendidikan Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi) Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu prasyarat awal dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan
Lebih terperinciANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016
ANALISIS POLA PERKEMBANGAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 DAN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang melalui pemilihan alternatif rencana yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciKAJIAN DISTRIBUSI DAN DAYA LAYAN MINIMARKET DI KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS TAHUN Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi
i KAJIAN DISTRIBUSI DAN DAYA LAYAN MINIMARKET DI KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015 Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan Oleh : Falistya Ainissalama Haida E100140096
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani Ahmad Pratama NIM :E
PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN ZONASI DAERAH RAWAN KEBAKARAN KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani
Lebih terperinciTABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010
TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) No. Kecamatan Dana menurut Sumber (Ribuan Rupiah) P. Pusat Yayasan Orang tua Pemprov Pemkab/kota Lainnya Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 01 Mijen
Lebih terperinciANALISIS POLA PERSEBARAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI KOTA SURAKARTA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
ANALISIS POLA PERSEBARAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DI KOTA SURAKARTA DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Atas (SMA) Swasta, Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandar Lampung memiliki beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat diantaranya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta,
Lebih terperinciSkripsi S-1 Program Studi Geografi. Diajukan Oleh : Akhmad Susanto NIM : E
ANALISIS ANGKATAN KERJA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) JAWA TENGAH TAHUN 2010 DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan Oleh
Lebih terperinciSEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS
PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan
Lebih terperinciKAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR
KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR Mukmin Al Kahfi mukminalkahfi@gmail.com Dyah Widiyastuti dwidiyastuti@yahoo.com Abstract
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN TAHUN SKRIPSI
ANALISIS DEVIASI PEMANFAATAN RUANG AKTUAL TERHADAP RENCANA DETIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009-2018 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciTOWNHOUSE DI SEMARANG
LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TOWNHOUSE DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : DINAR ARDIYANTA L2B 002 203 Periode
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciKAJIAN SEBARAN SPASIAL SEKOLAH SMP/MTs DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (Suatu Studi Kasus Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan)
1 KAJIAN SEBARAN SPASIAL SEKOLAH SMP/MTs DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (Suatu Studi Kasus Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan) Wiranda Adam 1, Dr. Nawir Sune, M.Si, 2, Daud Yusuf, S.Kom, M.Si
Lebih terperinciGeo Image 1 (10 ) (2012) Geo Image.
Geo Image 1 (10 ) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage POLA DISTRIBUSI SPASIAL DAN DAYA LAYAN FASILITAS PERBANKAN DI KABUPATEN KUDUS Khairul Umam, Rahma Hayati, Ariyani Indrayati
Lebih terperinciTAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6
DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan
Lebih terperinciEVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN
EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi Diajukan Oleh : YOGA
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN
ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2004-2011 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat
Lebih terperinciDISTRIBUSI KEBUTUHAN DAN KETERCUKUPAN GURU BIDANG STUDI DALAM RUMPUN IPS TINGKAT SMA SE KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 SKRIPSI
DISTRIBUSI KEBUTUHAN DAN KETERCUKUPAN GURU BIDANG STUDI DALAM RUMPUN IPS TINGKAT SMA SE KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan sekolah berbasis umum yang berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran) dari SMA mampu
Lebih terperinciFAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
EVALUASI TINGKAT DAYA JUAL RUKO DAN ARAHAN PENGEMBANGAN RUKO MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Lebih terperinciPOLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KENDAL KABUPATEN KENDAL
i POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN KENDAL KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi E Diajukan Oleh : M. Lutfi Khakim
Lebih terperinciKINERJA PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SIDOARJO
KINERJA PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus pada SMA Negeri 1 dan SMA Hang Tuah 2 Gedangan di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo) S K R I P S I Disusun oleh : ANICETO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting karena
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN STRATEGI INFORMATION SEARCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 UNDAAN LOR KUDUS
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENERAPAN STRATEGI INFORMATION SEARCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 UNDAAN LOR KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis
ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Analisis Situasi Strategis S etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).
Lebih terperinciEVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG
EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: DIAH HAFIDHA CHOLIFATUNISA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data
Lebih terperinciMewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peta 2.1.1 Pengertian Peta Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur unsure alam maupun buatan manusia
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2016
ANALISIS PERUBAHAN LUAS DAN POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN (Studi Kasus : Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Mijen Kota Semarang Jawa Tengah) Dian Ayu Saraswati, Sawitri
Lebih terperinciANALISIS KETERSEDIAAN SARANA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KABUPATEN PATI TAHUN 2007 DAN 2012
ANALISIS KETERSEDIAAN SARANA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KABUPATEN PATI TAHUN 2007 DAN 2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai
Lebih terperinciPROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...
Lebih terperinciANALISIS PERSEBARAN DAN RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA
ANALISIS PERSEBARAN DAN RADIUS KERUANGAN PENCAPAIAN MAKSIMAL FASILITAS SEKOLAH DASAR KECAMATAN BUKATEJA Sakinah Fathrunnadi Shalihati 1, Anang Widhi Nirwansyah 2 1 Program Studi Pendidikan Geografi FKIP
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POTENSI SMA/SMK BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kabupaten Kebumen)
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POTENSI SMA/SMK BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kabupaten Kebumen) 1 Erna Kharistiani, 2 Eko Aribowo (0006027001) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR ISI ABSTRAK..... i KATA PENGANTAR..... ii UCAPAN TERIMAKASIH..... iii DAFTAR ISI..... v DAFTAR TABEL..... viii DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah.
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN BEASISWA BAGI PELAJAR BERPRESTASI BERDASARKAN NILAI AKHIR MELALUI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR
Lebih terperinciEVALUASI GEOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KLATEN TAHUN
EVALUASI GEOGRAFI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2005-2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi ` Oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang
Lebih terperinciANALISIS PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM BIDANG PENDIDIKAN TERKAIT DENGAN KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DI KOTA SURAKARTA
ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM BIDANG PENDIDIKAN TERKAIT DENGAN KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DI KOTA SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu
22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:6), survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada
4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN KOTAGEDE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Ahmad Hasanuddin, Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI) Jl.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN LOKASI FASILITAS PENUNJANG PERMUKIMAN DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG PROYEK AKHIR
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN LOKASI FASILITAS PENUNJANG PERMUKIMAN DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG PROYEK AKHIR Data diambil dari Laporan Kerja Praktek: Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
Lebih terperinciEKA WILIYANTININGTIYAS NIM
POLA KONSUMSI UBI KAYU SEBAGAI MAKANAN ALTERNATIF PENGGANTI BERAS DAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI DESA GIRIHARJO KECAMATAN PANGGANG KABUPATEN GUNUNG KIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial
Lebih terperinciANALISA KUALITAS SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 ANALISA KUALITAS SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota, Jawa
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. ( Studi kasus pada Desa Wonodadi Kecamatan Ngrayun. Kabupaten Ponorogo)
TUGAS AKHIR Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa ( Studi kasus pada Desa Wonodadi Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo) Umi Siti Mahmudah 14430415 PROGRAM DIPLOMA TIGA (D-III) AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).
Lebih terperinciSTUDY OF AVAILABILITY OF EDUCATION FACILITIES SERVICES IN JAYAPURA CITY by: Febriani Yosina Sibi
STUDY OF AVAILABILITY OF EDUCATION FACILITIES SERVICES IN JAYAPURA CITY by: Febriani Yosina Sibi yosinasibi@yahoo.co.id Alia Fajarwati aliafajarwati14@gmail.com Abstract Jayapura city is the capital of
Lebih terperinciPEMETAAN BASIS DATA SMA/SMK/MA DI KABUPATEN BOALEMO BERBASIS WEB
PEMETAAN BASIS DATA SMA/SMK/MA DI KABUPATEN BOALEMO BERBASIS WEB Arif Kurniawan, Fitryane Lihawa*, Daud Yusuf** Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Geografi (S1) F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 SKRIPSI
ANALISIS KUALITAS PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,
Lebih terperinci2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, hampir sebagian kota di Indonesia berkembang semakin pesat, di tandai dengan laju pertumbuhan dan persebaran penduduknya lebih terpusat kepada kota
Lebih terperinciKAJIAN TINGKAT KERENTANAN LONGSOR LAHAN SUB DAS KAYANGAN KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN TINGKAT KERENTANAN LONGSOR LAHAN SUB DAS KAYANGAN KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006
KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI
61 BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI 2.1 Gambaran Umum Kota Semarang 2.1.1 Aspek Geografis Sebagai Kota Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha sadar dan berencana untuk meningkatkan mutu hidup. Pelaksanaannya akan selalu menggunakan dan mengelola sumberdaya baik sumberdaya alam dan
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI
PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah
Lebih terperinciFAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
i Penentuan Lokasi Potensial Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Dengan Pemanfaatan Citra IKONOS dan Sistem Informasi Geografi (SIG) di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi
Lebih terperinciANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO
ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO Faizah Hikmawati 1, Priyono 2, Jumadi 3 1 Alumni Fakultas Geografi UMS, 2,3 Dosen Fakultas Geografi UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol
Lebih terperinciANALISIS POTENSI BREKSI NAPALAN DUSUN WONOSARI DESA JURANGJERO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
ANALISIS POTENSI BREKSI NAPALAN DUSUN WONOSARI DESA JURANGJERO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
Lebih terperinciLAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA III ANALISIS PELAYANAN
LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA III ANALISIS PELAYANAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.Sc Disusun Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 PROGRAM STUDI
Lebih terperinci