KAJIAN SEBARAN SPASIAL SEKOLAH SMP/MTs DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (Suatu Studi Kasus Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SEBARAN SPASIAL SEKOLAH SMP/MTs DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (Suatu Studi Kasus Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan)"

Transkripsi

1 1

2 KAJIAN SEBARAN SPASIAL SEKOLAH SMP/MTs DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN (Suatu Studi Kasus Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan) Wiranda Adam 1, Dr. Nawir Sune, M.Si, 2, Daud Yusuf, S.Kom, M.Si 3 Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Geografi ABSTRAK Wiranda Adam Kajian Sebaran Spasial Sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Penelitian ini merupakan pemetaan gambaran yang sebenarnya dari lokasi Sekolah SMP/MTs yang berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, dengan Jumlah Sekolah SMP/MTs 22 Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menampilkan peta sebaran Sekolah SMP/MTs dan untuk mengetahui kemampuan Spasial dalam menjelaskan, persebaran Sekolah SMP/MTS, kaitannya dengan jumlah Guru, siswa Rasio Guru dan Siswa serta jumlah penduduk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu pengukuran di lapangan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS), pengambilan data Jumlah Guru, Jumlah Siswa, dan Jumlah Penduduk di tiap Kecamatan serta pengolahan data menggunakan software ArcGis. Berdasarkan penelitian ini maka dapat diketahui bahwa Sekolah SMP/MTs yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tidak merata karena sudah melebihi dari ketentuan jika kita mengacu pada Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional No 24 tahun Begitu pula halnya dengan jumlah siswa, jumlah guru dan jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Kata Kunci: Kajian Spasial, Pemetaan. 1 Wiranda Adam, Mahasiswa Peneliti 2 Dr. Nawir Sune, M.Si, Dosen Pembimbing I 3 Daud Yusuf, S.Kom, M.Si, Dosen Pembimbing II 2

3 Sekolah merupakan sarana utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Untuk itu sekolah harus terletak pada posisi yang strategis dan tersebar merata di seluruh daerah (Qolis dan Fariza, 2010) 4. Selain itu sekolah menjadi salah satu sarana yang sangat penting untuk menunjang proses pendidikan yang sangat di butuhkan oleh masyarakat, sehingga itu sekolah perlu di petakan agar masyarakat dapat mengetahui letak dan jumlah sekolah dengan mudah dalam memenuhi kebutuhan pendidikan yang memadai. Spasial dapat digunakan dalam pendidikan misalnya dalam pengelolaan pendidikan, pemetaan dan analisis persebaran sekolah. Dengan adanya Spasial, selain membantu tersedianya sarana informasi bagi masyarakat sekitar, Spasial juga berguna sebagai media analisa perencanaan dalam proses pembangunan dalam pendidikan, karena Spasial mempunyai analisis keruangan (spasial) maupun waktu sehingga teknologi ini sering di gunakan dalam proses perencanaan. Hasil akhirnya diharapkan mampu menjadi saran informasi masyarakat dan rekomendasi pihak terkait untuk meningkatkan layanan pendidikan di wilayah sekitarnya. Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Data spasial mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute). Data spasial dapat menunjang suatu sistem sebagai upaya dalam menghasilkan informasi tertentu sesuai dengan kebutuhan. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Hasil penelitian ini difokuskan untuk memberikan 4 Qolis dan Fariza. Pemetaan dan analisa sebaran sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan di kabupaten kediri dengan GIS. Proyek. Surabaya 3

4 gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang di teliti dengan menggunakan pendekatan spasial. Dengan cara pemetaan, sebagai informasi mengenai persebaran lokasi Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. HASIL PENELITIAN Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki 22 jumlah sekolah yang tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan posigadan, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah, dan Kecamatan Pinolosian Timur. Dari masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini memiliki gambaran sebaran guru, sebaran siswa, rasio guru-siswa dan jumlah penduduk. Gambaran sebaran guru dari lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, masing-masing kecamatan memiliki jumlah guru antara lain, Kecamatan Bolaang Uki memiliki jumlah guru SMP 82 orang dan MTs 31 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan 2 sekolah MTs, Kecamatan Posigadan memiliki jumlah guru SMP 72 orang dan MTs 16 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan 1 sekolah MTs, Kecamatan Pinolosian memiliki jumlah guru SMP 45 orang dan MTs 12 orang yang tersebar di 2 sekolah SMP dan 1 sekolah MTs, Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki jumlah guru 19 orang yang tersebar di sekolah SMP, Kecamatan Pinolosian Timur memiliki jumlah guru 30 orang yang tersebar di sekolah SMP. Gambar 3. Grafik Gambaran Sebaran Guru Berdasarkan Kecamatan Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Tahun

5 Gambaran sebaran siswa dari lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, masing-masing kecamatan memiliki jumlah siswa yang antara lain, Kecamatan Bolaang Uki memiliki jumlah siswa SMP 777 orang dan MTs 258 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan 2 sekolah MTs, Kecamatan Posigadan memiliki jumlah siswa SMP 728 orang dan MTs 236 orang yang tersebar di 5 seklah SMP dan 1 sekolah MTs, Kecamatan Pinolosian memiliki jumlah siswa SMP 336 orang dan MTs 90 orang yang tersebar di 2 sekolah SMP dan 1 sekolah MTs, Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki jumlah siswa 280 orang yang tersebar di sekolah SMP, Kecamatan Pinolosian Timur memiliki jumlah siswa 341 orang yang tersebar di sekolah SMP. Gambaran rasio guru-siswa dari lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, masing-masing kecamatan memiliki rasio gurusiswa antara lain, Kecamatan Bolaang Uki memiliki jumlah rasio guru-siswa SMP 46 dan MTs 17 yang tersebar di 5 sekolah SMP dan 2 sekolah MTs, Kecamatan Posigadan memiliki jumlah rasio guru-siswa SMP 50 dan MTs 15 yang tersebar di 5 sekolah SMP dan 1 sekolah MTs, Kecamatan Pinolosian memiliki jumlah rasio guru-siswa SMP 26 dan MTs 7 yang tersebar di 2 sekolah SMP dan 1 sekolah MTs, Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki jumlah rasio guru-siswa 27 yang tersebar di sekolah SMP, Kecamatan Pinolosian Timur memiliki jumlah rasio guru-siswa 51 yang tersebar di sekolah SMP. Gambar 5. Grafik Gambaran Rasio Guru-Siswa Berdasarkan Kecamatan Sumber : Hasil Pengolahan Data Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel), Tahun

6 Gambaran sebaran penduduk dari lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, masing-masing kecamatan memiliki jumlah penduduk antara lain, Kecamatan Bolaang Uki memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa, Kecamatan Posigadan memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa, Kecamatan Pinolosian memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa, Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa, Kecamatan Pinolosian Timur memiliki jumlah penduduk sebesar 7887 jiwa. Kegiatan pokok dalam penelitian ini adalah pemetaan dan analisis kajian spasial sekolah SMP/MTS di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Peta sebaran yang di tampilkan berupa garis garis batas wilayah dan lokasi. Dari hasil gambaran sebaran guru, siswa, rasio guru siswa, dan jumlah penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dapat di analisis berdasarkan Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional yang terkait bahwa sebaran guru, siswa, rasio guru siswa dan sebaran jumlah penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tidak sebagian besar tidak sesuai berdasarkan peraturan tersebut, berikut analisis pembahasan mengenai sebaran sekolah kaitannya dengan sebaran guru, siswa, rasio guru siswa dan jumlah penduduk di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Pembahsan Sebaran sekolah SMP/MTs yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki 22 jumlah sekolah yang tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah, dan Kecamatan Pinolosian Timur. Dari masingmasing kecamatan memiliki sebaran guru, sebaran siswa, rasio guru-siswa, dan jumlah penduduk yang sebagian besarnya tidak merata jika mengacu pada Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional yang sudah di tetapkan. Dari ke lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yakni Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah, dan Kecamatan Pinolosian Timur terdapat persebaran guru yang tidak merata di 22 sekolah yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, hal ini dapat di ketahui jika di lihat dari peraturan 6

7 Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Yang berbunyi Untuk tingkat SMP/sederajat jumlah ideal kebutuhan guru dihitung berdasarkan jumlah kelas atau ruang belajar yang ada dikali 34 jam pelajaran per-minggu, kemudian dibagi dengan jumlah jam ideal atau jam wajib mengajar seorang guru, yaitu selama 24 jam per-minggu, disamping guru bidang studi juga dibutuhkan 1 orang kepala sekolah. Untuk itu agar dapat mengetahui jumlah ideal sebaran guru di sekolah SMP/MTs di gunakan rumus : 5 Sebaran Guru = Jl h kelas 34 jam /minggu Jam ideal (24 jam /minggu ) Kecamatan Bolaang Uki memiliki jumlah guru yang tidak merata, guru SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 82 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan sekolah MTs memiliki 31 orang guru yang tersebar di 2 sekolah MTs total sebaran guru SMP/MTs di Kecamatan Bolaang Uki 113 guru, hal ini tidak sesuai jika di lihat dari Permen Diknas No 22 Tahun 2006, di mana jumlah kelas dikali 34 kemudian di bagi 24. Diketahui jumlah kelas yang ada di sekolah SMP/MTs ini ada 38 kelas di kali 34 di bagi 24 sama dengan 53 guru di tambah 7 sekolah karena setiap sekolah mempunyai 1 kepala sekolah, maka dari perhitungan di atas dapat di ketahui kebutuhan jumlah guru ideal untuk 7 sekolah SMP/MTs di kecamatan Bolaang Uki sesuai dengan Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 berjumlah 61 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang tersebar di kecamatan Bolaang Uki kelebihan 52 orang guru. Kecamatan Posigadan memiliki jumlah guru yang tidak merata, guru SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 72 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan sekolah MTs memiliki 16 orang guru yang tersebar di 1 sekolah MTs. Total sebaran guru SMP/MTs di Kecamatan Posigadan 88 guru, hal ini tidak sesuai jika di lihat dari Permen Diknas No 22 Tahun 2006, di mana jumlah kelas dikali 34 kemudian di bagi 24. Diketahui jumlah kelas yang ada di sekolah SMP/MTs ini ada 33 kelas di kali 34 di bagi 24 sama dengan 47 guru di tambah 6 sekolah 5 PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Dasar Dan Menengah (online)( Permendiknas_No_22_Th_2006).pdf 7

8 karena setiap sekolah mempunyai 1 kepala sekolah, maka dari perhitungan di atas dapat di ketahui kebutuhan jumlah guru ideal untuk 6 sekolah SMP/MTs di kecamatan Posigadan sesuai dengan Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 berjumlah 53 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang tersebar di kecamatan Posigadan kelebihan 35 orang guru. Kecamatan Pinolosian memiliki jumlah guru yang tidak merata, guru SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 45 orang yang tersebar di 2 sekolah SMP dan 1 sekolah MTs memiliki 12 orang guru yang tersebar di 1 sekolah MTs. Total sebaran guru SMP/MTs di Kecamatan Pinolosian 57 guru, hal ini tidak sesuai jika di lihat dari Permen Diknas No 22 Tahun 2006, di mana jumlah kelas dikali 34 kemudian di bagi 24. Diketahui jumlah kelas yang ada di sekolah SMP/MTs ini ada 19 kelas di kali 34 di bagi 24 sama dengan 27 guru di tambah 3 sekolah karena setiap sekolah mempunyai 1 kepala sekolah, maka dari perhitungan di atas dapat di ketahui kebutuhan jumlah guru ideal untuk 3 sekolah SMP/MTs di kecamatan Pinolosian sesuai dengan Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 berjumlah 30 orang guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang tersebar di kecamatan Pinolosian kelebihan 27 orang guru. Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki jumlah guru yang tidak merata, guru SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 19 orang yang tersebar di 2 sekolah SMP, kecamatan ini hanya memiliki 2 sekolah SMP dan tidak memiliki sekolah MTs. Total sebaran guru SMP di Kecamatan Pinolosian Tengah 19 guru, hal ini tidak sesuai jika di lihat dari Permen Diknas No 22 Tahun 2006, di mana jumlah kelas dikali 34 kemudian di bagi 24. Diketahui jumlah kelas yang ada di sekolah SMP ini ada 9 kelas di kali 34 di bagi 24 sama dengan 13 guru di tambah 2 sekolah karena setiap sekolah mempunyai 1 kepala sekolah, maka dari perhitungan di atas dapat di ketahui kebutuhan jumlah guru ideal untuk 2 sekolah SMP di kecamatan Pinolosian Tengah sesuai dengan Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 berjumlah 15 orang guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang tersebar di kecamatan Pinolosian Tengah kelebihan 4 orang guru. Kecamatan Pinolosian Timur memiliki jumlah guru yang tidak merata, guru SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 30 orang yang tersebar di 4 8

9 sekolah SMP, kecamatan ini hanya memiliki 4 sekolah SMP dan tidak memiliki sekolah MTs. Total sebaran guru SMP di Kecamatan Pinolosian Timur 30 guru, hal ini tidak sesuai jika di lihat dari Permen Diknas No 22 Tahun 2006, di mana jumlah kelas dikali 34 kemudian di bagi 24. Diketahui jumlah kelas yang ada di sekolah SMP ini ada 13 kelas di kali 34 di bagi 24 sama dengan 18 guru di tambah 4 sekolah karena setiap sekolah mempunyai 1 kepala sekolah, maka dari perhitungan di atas dapat di ketahui kebutuhan jumlah guru ideal untuk 4 sekolah SMP di kecamatan Pinolosian Tengah sesuai dengan Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006 berjumlah 22 orang guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang tersebar di kecamatan Pinolosian Timur kelebihan 8 orang guru. Dari ke lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, yakni Kecamatan Bolaang Uki, Kecamatan Posigadan, Kecamatan Pinolosian, Kecamatan Pinolosian Tengah, dan Kecamatan Pinolosian Timur terdapat persebaran siswa yang tidak merata di 22 sekolah yang ada Di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, hal ini dapat di ketahui jika di lihat dari peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007( tentang Standar Proses) Jumlah siswa maksimal dalam setiap rombel yaitu : a. SD : 28 orang peserta didik b. SMP/MTs : 32 peserta didik c. SMa/MA/ : 32 peserta didik d. SMK/MAK : 32 peserta didik Untuk mengetahui jumlah siswa yang di maksud dengan Permen Diknas No.41 Tahun 2007(tentang standar proses pendidikan) yang berbunyi untuk mengetahui jumlah siswa yang ideal dalam satu sekolah SMP/MTs di gunakan rumus bahwa setiap rombongan belajar di kali dengan jumlah maksimal 32 siswa tiap kelas. Dengan menggunakan rumus Rombel SMP/MTS x Jumlah Maksimal 32 Siswa Tiap Kelas dapat di ketahui jumlah siswa ideal per kecamatan. 6 6 PERMENDIKNAS No 41 Tahun 2007, Tentang Standar Proses untuk pendidikan Pendidikan Menengah (online) _.pdf 9

10 Kecamatan Bolaang Uki memiliki jumlah siswa yang tidak merata, siswa SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 777 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan sekolah MTs memiliki 258 siswa yang tersebar di 2 sekolah MTs total sebaran siswa SMP/MTs di Kecamatan Bolaang Uki siswa, hal ini sangat bertentangan dengan Permen Diknas No 41 Tahun 2007, dimana jumlah Rombongan Belajar di SMP/MTs X Jumlah Maksimal 32 Siswa Tiap Kelas, maka dapat di ketahui kecamatan Bolaang Uki memiliki 40 rombongan belajar X jumlah maksimal 32 siswa per-kelas =1.280 siswa. Dari hasil tersebut dapat di ketahui jumlah siswa yang ideal untuk 7 sekolah SMP/MTs yang ada di kecamatan Bolaang Uki adalah siswa. Namun jumlah siswa yang ada di 7 sekolah di kecamatan Bolaang Uki berjumlah siswa. Hal ini dapat di ketahui bahwa jumlah siswa SMP/MTs yang ada di kecamatan Bolaang Uki kekurangan 218 siswa untuk memenuhi 7 sekolah SMP/MTs. Kecamatan Posigadan memiliki jumlah siswa yang tidak merata, siswa SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 728 orang yang tersebar di 5 sekolah SMP dan sekolah MTs memiliki 236 siswa yang tersebar di 1 sekolah MTs total sebaran siswa SMP/MTs di Kecamatan Bolaang Uki 964 siswa, hal ini sangat bertentangan dengan Permen Diknas No 41 Tahun 2007, dimana jumlah Rombongan Belajar di SMP/MTs X Jumlah Maksimal 32 Siswa Tiap Kelas, maka dapat di ketahui kecamatan Posigadan memiliki 35 rombongan belajar X jumlah maksimal 32 siswa per-kelas =1.120 siswa. Dari hasil tersebut dapat di ketahui jumlah siswa yang ideal untuk 6 sekolah SMP/MTs yang ada di kecamatan Posigadan adalah siswa. Namun jumlah siswa yang ada di 6 sekolah di kecamatan Posigadan berjumlah 964 siswa. Hal ini dapat di ketahui bahwa jumlah siswa SMP/MTs yang ada di kecamatan Posigadan kekurangan 156 siswa untuk memenuhi 6 sekolah SMP/MTs. Kecamatan Pinolosian memiliki jumlah siswa yang tidak merata, siswa SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 336 orang yang tersebar di 2 sekolah SMP dan sekolah MTs memiliki 90 siswa yang tersebar di 1 sekolah MTs total sebaran siswa SMP/MTs di Kecamatan Pinolosian 426 siswa, hal ini sangat bertentangan dengan Permen Diknas No 41 Tahun 2007, dimana jumlah 10

11 Rombongan Belajar di SMP/MTs X Jumlah Maksimal 32 Siswa Tiap Kelas, maka dapat di ketahui kecamatan Pinolosian memiliki 21 rombongan belajar X jumlah maksimal 32 siswa per-kelas =672 siswa. Dari hasil tersebut dapat di ketahui jumlah siswa yang ideal untuk 3 sekolah SMP/MTs yang ada di kecamatan Pinolosian adalah 672 siswa. Namun jumlah siswa yang ada di 3 sekolah SMP/MTs di kecamatan Pinolosian berjumlah 426 siswa. Hal ini dapat di ketahui bahwa jumlah siswa SMP/MTs yang ada di kecamatan Pinolosian kekurangan 246 siswa untuk memenuhi 3 sekolah SMP/MTs. Kecamatan Pinolosian Tengah memiliki jumlah siswa yang tidak merata, siswa SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 280 orang yang tersebar di 2 sekolah SMP, kecamatan Pinolosian Tengah ini tidak memiliki sekolah MTs, total sebaran siswa SMP di kecamatan Pinolosian Tengah 280 siswa, hal ini sangat bertentangan dengan Permen Diknas No 41 Tahun 2007, dimana jumlah Rombongan Belajar di SMP/MTs X Jumlah Maksimal 32 Siswa Tiap Kelas, maka dapat di ketahui kecamatan Pinolosian Tengah memiliki 10 rombongan belajar X jumlah maksimal 32 siswa per-kelas =320 siswa. Dari hasil tersebut dapat di ketahui jumlah siswa yang ideal untuk 2 sekolah SMP yang ada di kecamatan Pinolosian Tengah adalah 320 siswa. Namun jumlah siswa yang ada di 2 sekolah di kecamatan Pinolosian Tengah berjumlah 280 siswa. Hal ini dapat di ketahui bahwa jumlah siswa SMP yang ada di kecamatan Pinolosian Tengah kekurangan 40 siswa untuk memenuhi 2 sekolah SMP. Kecamatan Pinolosian Timur memiliki jumlah siswa yang tidak merata, siswa SMP yang ada di kecamatan ini berjumlah 341 orang yang tersebar di 4 sekolah SMP, kecamatan Pinolosian Timur ini tidak memiliki sekolah MTs, total sebaran siswa SMP di Kecamatan Pinolosian Timur 341 siswa, hal ini sangat bertentangan dengan Permen Diknas No 41 Tahun 2007, dimana jumlah Rombongan Belajar di SMP/MTs X Jumlah Maksimal 32 Siswa Tiap Kelas, maka dapat di ketahui kecamatan Pinolosian Tengah memiliki 19 rombongan belajar X jumlah maksimal 32 siswa per-kelas =608 siswa. Dari hasil tersebut dapat di ketahui jumlah siswa yang ideal untuk 4 sekolah SMP yang ada di kecamatan Pinolosian Timur adalah 608 siswa. Namun jumlah siswa yang ada di 11

12 4 sekolah di kecamatan Pinolosian Timur berjumlah 341 siswa. Hal ini dapat di ketahui bahwa jumlah siswa SMP yang ada di kecamatan Pinolosian Timur kekurangan 267 siswa untuk memenuhi 4 sekolah SMP. Data kuantitas sarana pendidikan dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sekolah-sekolah yang telah lengkap ataupun dikatakan telah baik untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Semakin lengkap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sebuah sekolah, akan semakin baik untuk menunjang proses pembelajaran. Semakin kurang sarana dan prasarana yang dimiliki, akan berdampak kurang baik untuk pembelajaran (meski tak selamanya demikian). Selain itu, data sarana dan prasarana (yang dimaksud adalah guru dan siswa) disini, digunakan untuk mengetahui seberapa besar rasio guru-siswa dan rombongan belajar yang ada di setiap sekolah serta tiap tipe satuan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 (Bab III Pasal 17) dituliskan bahwa rasio ideal guru dan siswa yakni: Untuk SMP atau yang sederajat 20 : 1 dan Untuk MTs atau yang sederajat 15 : 1 Data pokok yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah jumlah guru, jumlah siswa, jumlah penduduk, wilayah administrasi dan sebaran Sekolah SMP/MTs Sederajat itu sendiri. Sebaran jumlah siswa dan jumlah guru, di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tidak merata jika mengacu pada isi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 74 Tahun 2008 yang berbunyi : Pengelompokan rasio guru dan siswa ada tiga yaitu, Sekolah yang memiliki siswa dibawah 20 orang per guru untuk SMP dan siswa yang memiliki siswa kurang dari 15 orang per guru untuk MTs, Sekolah yang memiliki siswa 20 orang per guru untuk SMP dan siswa yang memiliki siswa 15 orang per guru untuk MTs serta siswa yang memiliki siswa di atas 20 orang per guru untuk SMP dan siswa yang memiliki siswa di atas dari 15 orang per guru untuk MTs. Dari tiga pengelompokan rasio guru dan siswa di atas, rasio yang akan di gunakan sesuai dangan isi peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 (Bab III Pasal 17) yakni tentang rasio minimal guru dan siswa adalah 20 : 1 untuk SMP dan 15 : 1 untuk MTs. 12

13 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari 22 Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs yang tersebar dalam 5 Kecamatan. Jika di lihat kesesuaian jumlah Sekolah dan jumlah penduduk sebaran Sekolah di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini tidak merata, yang seharusnya Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki kurang lebih Sekolah SMP/MTs. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki 22 Sekolah SMP/MTs yang tersebar pada 5 Kecamatan. Sebaran Sekolah SMP/MTs di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan tidak merata jika mengacu pada isi Peraturan Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana yang berbunyi: Satu SMP/MTs dengan tiga rombongan belajar disediakan untuk 2000 penduduk, atau satu desa/kelurahan. Dan pada wilayah ber penduduk lebih dari 2000 dapat dilakukan penambahan sarana dan prasarana untuk melayani tambahan rombongan belajar di SMP/MTs yang telah ada, atau disediakan SMP/MTs baru. 7 Sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 15 Tahun 2010 melengkapi Peraturan Permen Diknas No 24 tahun 2007 di atas bahwa Tersedia satuan sarana pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok pemukiman permanen di daerah terpencil artinya adapun kemungkinan kelebihan atau ketambahan jumlah bangunan sekolah yang ada di suatu wilayah/pemukiman yang tidak sesuai dengan kapasitas 2000 jiwa penduduk dilihat dari aspek jangkauan jarak antara sekolah dengan pemukiman penduduk permanen yakni lebih dari jarak 6 km. 8 7 PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)(online)( pendidikan-diy.go.id/file/mendiknas/24.pdf, diakses 25 November PERMENDIKBUD No. Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar dan menengah di Kabupaten/Kota, Melengkapi Permendiknas No 24 Tahun 2007 Tentang Sarana Dan Prasarana. ( permendiknas no,-15-tahun-2010).pdf 13

14 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki 22 Sekolah SMP/MTs yang tersebar dalam 5 kecamatan. Persebaran sekolah dari lima kecamatan yaitu kecamatan Bolaang Uki, Posigadan, Pinolosian, Pinolosian Tengah, Dan Pinolosian Timur dapat dilihat pada peta persebaran sekolah pada gambar 12. Kegiatan pengembangan, kegiatan pertama dan paling lama adalah entry data yang dilakukan secara bertahap. Dari Peta Analog Rupa Bumi kali pertama dibuat adalah Peta digital (Vektor) dengan cara digitasi peta rupa bumi yang diperoleh dari BAPPEDA. Sumber data lain adalah titik koordinat Sekolah SMP/MTs/Sederajat. Selanjutnya dilakukan editing data, konversi koordinat, anotasi, pemberian label, dan pemodelan atau tumpang susun (overlay. Kegiatan pemodelan merupakan simulasi tumpang susun peta untuk memperoleh informasi yang diperlukan. SIMPULAN 1. Dari masing-masing gambaran sebaran guru, siswa, rasio guru dan siswa, serta jumlah penduduk per kecamatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini memiliki sebaran guru 307 orang, sebaran siswa 4000 orang, rasio guru siswa tidak merata, serta memiliki jumlah penduduk jiwa. 2. Dari sebaran sekolah kaitannya dengan sebaran Guru, Siswa, rasio guru dan siswa di tiap Sekolah SMP /MTs dapat di ketahui tidak sesuai jika dilihat berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun Tentang Standar Proses Pemerataan Jumlah Siswa Di Sekolah Smp/Mts. Selain itu, untuk Jumlah penduduk dan jumlah Sekolah SMP /MTs tidak sebanding jika dilihat berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana ( Sekolah SMP /MTs). Jumlah Sekolah di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan layaknya 34 atau 35 Sekolah Saran 14

15 1. Untuk Pemerintah agar dapat menyesuaikan jumlah penduduk dengan jumlah Sekolah ada beberapa Sekolah yang jaraknya terlalu berdekatan dan ber jauhan, maka perlu diadakan peleburan Sekolah SMP maupun MTs. serta ada beberapa kecamatan yang memiliki sekolah SMP/MTS yang tidak sesuai dengan jumlah penduduk atau kekurangan bangunan sekolah, sehingganya perlu ada ketambahan jumlah sekolah untuk meningkatkan produktifitas pendidikan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 2. Untuk Pemerintah agar dapat menyesuaikan jumlah sebaran guru, siswa, dan rasio guru dan siswa yang tidak merata, agar dapat menghasilkan proses pembelajaran yang lebih efisien di sekolah SMP maupun MTs yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. DAFTAR PUSTAKA PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan Dasar Dan Menengah (online)(http: // 2_Th_2006).pdf PERMENDIKNAS No 41 Tahun 2007, Tentang Standar Proses untuk pendidikanpendidikanmenengah(online) press.com/2009/04/standar-proses-_permen _.pdf PERMENDIKNAS No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)(online)( pendidikandiy.go.id/file/mendiknas/24.pdf, diakses 25 November PERMENDIKBUD No. Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar dan menengah di Kabupaten/Kota, Melengkapi Permendiknas No 24 Tahun 2007 Tentang Sarana Dan Prasarana. ( permendiknas no,-15-tahun-2010).pdf Qolis dan Fariza. Pemetaan dan analisa sebaran sekolah untuk meningkatkan layanan pendidikan di kabupaten kediri dengan GIS. Proyek. Surabaya 15

peta didefinisikan sebagai gambaran dari Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas b. Jenis Jenis Peta a. Peta Dasar

peta didefinisikan sebagai gambaran dari Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas b. Jenis Jenis Peta a. Peta Dasar PEMETAAN PERSEBARAN SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEDERAJAT DI KABUPATEN GORONTALO UTARA Isramayanti Gobel, Fitri Lihawa *, Daud Yusuf ** Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Fisika

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur)

ANALISA KUALITAS SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 ANALISA KUALITAS SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di semua jenjang Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peta 2.1.1 Pengertian Peta Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 (dalam Indarto,2010 : 177) Secara umum peta didefinisikan sebagai gambaran dari unsur unsure alam maupun buatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang makin bertambah dan makin padat, bangunan-bangunannya yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang makin bertambah dan makin padat, bangunan-bangunannya yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara fisik, perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang makin bertambah dan makin padat, bangunan-bangunannya yang semakin rapat dan wilayah

Lebih terperinci

PEMETAAN BASIS DATA SMA/SMK/MA DI KABUPATEN BOALEMO BERBASIS WEB

PEMETAAN BASIS DATA SMA/SMK/MA DI KABUPATEN BOALEMO BERBASIS WEB PEMETAAN BASIS DATA SMA/SMK/MA DI KABUPATEN BOALEMO BERBASIS WEB Arif Kurniawan, Fitryane Lihawa*, Daud Yusuf** Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Geografi (S1) F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 982 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16 TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Siswa Miskin Penerima Beasiswa untuk Menempuh Pendidikan Dasar % 65,62 68,13 7,65 71,9 73,16 74,42 74,42 74,42 Dinas Pendidikan Jumlah siswa miskin SD/MI/SMP/MTs

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1172, 2014 KEMENDIKBUD. Kurikulum. Muatan Lokal. 2013. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN

Lebih terperinci

ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur)

ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur) ANALISA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kota Mojokerto, Jawa Timur) ELON FADILAH SETIAWAN 3510100052 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

KAJIAN JANGKAUAN PELAYANAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN SINGKIL KABUPATEN ACEH SINGKIL

KAJIAN JANGKAUAN PELAYANAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN SINGKIL KABUPATEN ACEH SINGKIL KAJIAN JANGKAUAN PELAYANAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN SINGKIL KABUPATEN ACEH SINGKIL Hismur Salam, Haryani, Ezra Aditia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR ISI ABSTRAK..... i KATA PENGANTAR..... ii UCAPAN TERIMAKASIH..... iii DAFTAR ISI..... v DAFTAR TABEL..... viii DAFTAR GAMBAR..... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd.

KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd. KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL Rahmania Utari, M. Pd. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami landasan hukum dan kebijakan pendidikan formal meliputi dasar, menengah dan tinggi. 1. Standar-standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015 ANALISIS DAYA TAMPUNG FASILITAS PENDIDIKAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Widya Prajna, Sutomo Kahar, Arwan Putra Wijaya *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013 SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pemetaan Persebaran SMA/SMK/MA di Gorontalo Utara Berbasis Web ABSTRAK 1. PENDAHULUAN

Pemetaan Persebaran SMA/SMK/MA di Gorontalo Utara Berbasis Web ABSTRAK 1. PENDAHULUAN 1 Pemetaan Persebaran SMA/SMK/MA di Gorontalo Utara Berbasis Web Feriyanto I. Djou 1 ; Dr. Fitryane Lihawa, M.Si 2 ; Ahmad Zainuri, S.Pd, M.T 2 Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi 1 Dosen Program Studi Geografi

Lebih terperinci

STANDAR LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH

STANDAR LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH STANDAR LABORATORIUM KOMPUTER SEKOLAH Disampaikan pada kegiatan Pelatihan Manajemen Komputer Bagi guru-guru SMP/MTS/SMA/MA dan SMK se Kabupaten Purworejo Jawa Tengah Muhamad Ali, MT Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 No.703, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Perpustakaan SMA/MA. Standar Nasional. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

No Dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Nomor 0

No Dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Nomor 0 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4876 PEMERINTAH DAERAH. Wilayah. Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten/Kota. Bolaang Mongondow Selatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

Lebih terperinci

PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BOALEMO

PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BOALEMO PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BOALEMO Herlina M. Dai, Fitryane Lihawa*, Nurfaika** Jurusan Fisika, Program Studi Pendidikan Geografi (S1) F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email: herlinadai@yahoo.com

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.958, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Pendidikan. Ekstrakulikuler. Kegiatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran)

BAB I PENDAHULUAN. berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan sekolah berbasis umum yang berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran) dari SMA mampu

Lebih terperinci

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR Mukmin Al Kahfi mukminalkahfi@gmail.com Dyah Widiyastuti dwidiyastuti@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat hal tersebut pembangunan pendidikan memerlukan perencanaan, dengan

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengembangan sekolah merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi untuk

Lebih terperinci

NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DIDIKAN DAUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL)

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : RIKI ZAKARIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI

EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI EVALUASI KESESUAIAN JUMLAH PENDUDUK USIA SEKOLAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Pendidikan Dasar Dengan Menggunakan TRIMS KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 212 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA 2 Laporan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi. Demikian halnya dengan sumber daya manusia dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi. Demikian halnya dengan sumber daya manusia dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia atau ketenagaan merupakan potensi sumber daya yang menjadi bagian integral, aset serta modal penggerak dalam pencapaian tujuan organisasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Geografi a. Pengertian Geografi Para pakar geografi dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1998, telah merumuskan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 41 2013 SERI : E SIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Indikator Sarana Prasarana Pendidikan

Indikator Sarana Prasarana Pendidikan Indikator Sarana Prasarana Pendidikan Junaidi, Junaidi (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi) Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu prasyarat awal dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pokok merupakan kebutuhan minimal manusia yang mutlak harus dipenuhi untuk menjamin kelangsungan hidup. Kebutuhan pokok manusia terdiri atas, kebutuhan pangan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian analisis perkembangan daerah pemukiman di Kecamatan Balik Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode deskriptif

Lebih terperinci

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013

Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun 2013 Laporan Tahun 2013 Bidang Penerapan Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Tahun 2013 I PENDIDIKAN DASAR OLEH KABUPATEN / KOTA 1. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

Lebih terperinci

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Adapun yang dibahas yaitu : Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fasilitas Pendidikan, Angka Putus Sekolah

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibuat mengikuti ukuran sama luas, sama bentuk, sama jarak, dan sama arah.

BAB II KAJIAN TEORI. dibuat mengikuti ukuran sama luas, sama bentuk, sama jarak, dan sama arah. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Peta 2.1.1 Pengertian Peta Peta merupakan gambaran atau lukisan seluruh atau sebagian gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2003:54) metode deskriptif adalah suatu metode penelitian dalam

Lebih terperinci

K E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G

K E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G K E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI LINGKUNGAN PEMBINAAN DINAS PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Sugiyono (0:6) mengemukakan bahwa metode survei digunakan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Analisis Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Negeri di Kabupaten Malang

Analisis Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Negeri di Kabupaten Malang Analisis Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Negeri di Kabupaten Malang WANDA INDRIANA PUSPITA, KADIM MASJKUR, MUHARDJITO Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang, E-mail:

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang

BAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 sedunia yaitu 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan jumlah

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu: BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Fungsional 4.1.1. Analisis Organisasi Ruang Pengorganisasian ruang-ruang pada proyek ini dikelompokkan berdasarkan fungsi ruangnya. Ruang-ruang dengan fungsi yang sama sedapat

Lebih terperinci

NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 49 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 49 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 49 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 260 TAHUN 2009 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN 2014 PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH YANG

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian tugas akhir ini, ada beberapa tahap yang akan dilakukan, hal itu tergambar pada gambar 3.1 dibawah ini : Gambar 3.1 Alur Metodologi Penelitian 3.1 Tahap Perencanaan

Lebih terperinci

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis Nisfi Sasmita 1, Rina Reida 1, Ida Parida Santi 1, Daratun Nurahmah 1, Neny Kurniawati

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN BEASISWA BAGI PELAJAR BERPRESTASI BERDASARKAN NILAI AKHIR MELALUI UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial Kehutanan Kode MK/SKS : 201M110317 /3 Semester : 3 (tiga) Mata

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Resume ke-9 Tgl 1 Desember 2015 Oleh: Lilik Lestari NIM:15105241037 Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum http://pengetahuanku.blogs.uny.ac.id URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi, dimana terjadi suatu kegiatan tertentu (Gunawan 1981 dalam Iskandar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi, dimana terjadi suatu kegiatan tertentu (Gunawan 1981 dalam Iskandar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Lokasi Lokasi merupakan suatu area yang secara umum dapat dikenali atau dibatasi, dimana terjadi suatu kegiatan tertentu (Gunawan 1981 dalam Iskandar, 2009). Penentuan

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang masalah yang menjadi dasar diadakannya suatu kegiatan. Oleh karena itu, latar belakang menguraikan dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. A. Latar

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN POHUWATO)

ANALISIS DAN PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN POHUWATO) 1 2 ANALISIS DAN PEMETAAN SEBARAN SEKOLAH BERBASIS SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS KABUPATEN POHUWATO) Dediyanto Igirisa 1 ; Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd 2 ; Supartin, S.Pd, M.Pd 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pendidikan dipandang bermutu diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang berhasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN NON FORMAL SANGGAR KEGIATAN BELAJAR YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2017 Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2017 Pusat Data Dan Statistik Pendidikan Dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan KATA PENGANTAR Pusat Data dan Statistik (PDSPK) sebagai pengelola Data Warehouse data pendidikan dan kebudayaan di tingkat kementerian menyajikan Sistem Informasi APK-APM yang merupakan salah satu indikator

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB), SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci