ANALISIS HUBUNGAN WATAK KEWIRAUSAHAAN DENGAN KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HUBUNGAN WATAK KEWIRAUSAHAAN DENGAN KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS HUBUNGAN WATAK KEWIRAUSAHAAN DENGAN KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PAMIJAHAN, KABUPATEN BOGOR Rizky Prayogo Ramadhan 1), dan Burhanuddin 2) 1,2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 1) ABSTRACT Broiler farm is one of businesses that have a high risk level for production and price, but it doesn t reduce the interest of broiler farmers to commercialize broiler. This indicates that broiler farmers have the entrepreneurial characteristics that can be studied and linked to the performance of the business itself. The objectives of this research are to identify the entrepreneurial characteristics of the broiler farmers and the correlation of entrepreneurial characteristics to the business performance of broiler farm. The results showed that risk taking character was the most dominant character owned by broiler farmers in Pamijahan, Bogor. Furthermore, the ability of breeders in carrying out their businesses had a significant correlation to the effectiveness of labor in broiler poultry. Then, the leadership skills, risk taking characters, ability to make some decisions, and the ability of breeders in carrying out their businesses had a significant correlation to determination of chicken harvested. Keyword(s): entrepreneurial characteristics, business performance, broiler poultry ABSTRAK Peternakan ayam ras pedaging merupakan salah satu usaha yang memiliki tingkat risiko produksi dan risiko harga yang tinggi. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi minat peternak untuk mengusahakan ayam ras pedaging. Hal tersebut mengindikasikan bahwa para peternak memiliki watak kewirausahaan yang dapat dipelajari dan dikaitkan dengan kinerja usaha peternakan itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi watak kewirausahaan yang dimiliki oleh peternak ayam ras pedaging dan bagaimana hubungannya dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging. Berdasarkan hasil penelitian, watak pengambil risiko merupakan watak yang paling dominan dimiliki oleh para peternak di Kecamatan Pamijahan. Selain itu, watak wirausaha perencana bisnis memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas penggunaan tenaga kerja. Kemudian watak wirausaha kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, dan perencana bisnis memiliki hubungan yang signifikan dengan penentuan hari ayam dipanen. Kata Kunci: watak kewirausahaan, kinerja usaha, peternakan ayam ras pedaging PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2014), menyebutkan bahwa ayam ras pedaging merupakan jenis ternak yang memiliki populasi terbesar dibandingkan dengan jenis ternak lainnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan populasi ayam ras 35

2 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin pedaging di Kabupaten Bogor mencapai 25,43 persen dengan jumlah daging ayam yang dihasilkan sebanyak kg. Besarnya jumlah populasi ayam dan daging yang dihasilkan, menjadikan Kabupaten Bogor sebagai sentra produksi ayam ras pedaging di Provinsi Jawa Barat. Di Kabupaten Bogor, usaha peternakan ayam ras pedaging memiliki dua pola usaha, yaitu pola usaha kemitraan dan mandiri (Kusnadi et al. 2013). Pola usaha kemitraan mengadopsi pola usaha inti plasma yang ditandai dengan adanya pembagian tanggung jawab antara perusahaan inti dan peternak plasma. Sedangkan pola usaha mandiri ditandai dengan peternak yang berperan sebagai penanggung risiko tunggal pada usaha peternakan tersebut. Pola usaha kemitraan merupakan pola usaha yang diadopsi oleh mayoritas peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor (Kusnadi et al. 2013). Pola usaha ini tentunya akan mempengaruhi skala usaha peternakan yang dijalankan oleh masing-masing peternak. Subkhie (2009) menjelaskan bahwa perbedaan skala usaha tersebut akan berdampak pada perbedaan pelaksanaan manajemen pemeliharaan. Hal tersebut juga menyebabkan perbedaan kinerja dari masingmasing usaha peternakan ayam ras pedaging yang dijalankan (Tamalluddin 2014). Oleh karena itu, peternak menjadi subjek penting dalam keberhasilan usaha peternakan ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Sebagai seorang yang menjalankan usaha, para peternak memikirkan tingkat keuntungan yang akan dicapai selama melakukan usahaternak ayam ras pedaging. Hal ini membuat para peternak berusaha sebaik mungkin melakukan pengelolaan kandang selama masa pemeliharaan ayam. Kebiasaan dan watak yang dimiliki para peternak dalam menjalankan usahanya, menjadi salah satu indikator keberhasilan dari manajemen pengelolaan kandang tersebut. Meredith et al. (1989) menjelaskan bahwa terdapat lima watak seorang wirausaha yang memiliki hubungan dengan kinerja usaha yang dijalankan, yaitu kepemimpinan, keberanian mengambil risiko dan membuat keputusan, kemampuan merencanakan bisnis, serta kemampuan menggunakan waktu secara efektif. Sebagai seorang pengusaha pada usaha yang berisiko tinggi, para peternak ayam ras pedaging tentunya harus mampu melakukan pengelolaan usaha peternakan secara baik. Sikap kepemimpinan peternak di kandang, keberanian dalam mengambil risiko dan membuat keputusan, perencana bisnis peternakan, dan seberapa efektif peternak dalam menggunakan waktu menjadi variabel-variabel yang diduga dijadikan pertimbangan oleh peternak dalam melakukan pengelolaan peternakan ayam ras pedaging yang dimilikinya. Sehingga kelima watak ini diindikasikan memiliki hubungan dengan capaian kinerja usaha peternakan dan keberhasilan usaha yang dijalankannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan suatu kajian mengenai bagaimana watak peternak dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging dan hubungannya dengan kinerja usaha ternak yang dijalankan. Hal ini bertujuan agar peternak dapat mem- 36

3 Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha... perbaiki kinerja usaha ayam ras pedaging yang dijalankan dengan mengubah kebiasaan yang belum sesuai dalam menjalankan pengelolaan usaha peternakan dan mengoptimalkan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging. Perumusan Masalah Usaha ayam ras pedaging memiliki karakteristik tersendiri, yaitu usaha ini memiliki risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya. Setiadi (2015) pada penelitiannya tentang risiko ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor menyebutkan bahwa usaha ayam ras pedaging dapat dihadapkan pada dua risiko utama, yaitu risiko produksi dan risiko harga. Simanjuntak (2013) menyebutkan bahwa risiko yang terjadi pada usahaternak ayam ras pedaging banyak dioengaruhi oleh faktor eksternal yang tidak dapat terkontrol. Namun, besarnya risiko pada usaha ini tidak berbanding lurus dengan menurunnya jumlah peternak dan menurunnya jumlah populasi ayam ras pedaging yang dikelola. Data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2014) menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan justru menjadi sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya jumlah populasi ayam ras pedaging di kecamatan tersebut, yaitu sebesar ekor dan berkontribusi sebesar 16,99 persen terhadap produksi daging ayam di Kabupaten Bogor pada tahun Besarnya populasi dan kontribusi usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan tentunya menjadi salah satu sumber pemasukan utama bagi masyarakat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, para peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan diduga merupakan para wirausahawan yang memiliki watak khusus dalam menjalankan usahanya. Watak kewirausahaan yang dimiliki peternak telah mampu menjadikan usaha ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor memiliki kinerja yang baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah populasi ayam yang diusahakan. Berdasarkan pemaparan tersebut, timbul beberapa pertanyaan yang ingin diselesaikan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik peternak, watak kewirausahaan, dan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan? 2. Bagaimana hubungan watak kewirausahaan peternak dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik peternak, watak kewirausahaan, dan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. 2. Menganalisis hubungan watak kewirausahaan peternak dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi pe- 37

4 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin ternak ayam ras pedaging dan perusahaan inti terkait hubungan watak kewirausahan dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan Kecamatan Pamijahan sebagai sentra produksi ayam ras pedaging di Kabupaten Bogor. Kegiatan penelitian ini meliputi kegiatan turun lapang, observasi, dan analisis data. Penelitian dilakukan selama bulan Februari hingga Maret Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh secara langsung melalui mekanisme wawancara dan observasi selama penelitian. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuesioner sebagai panduan utama dalam menjalankan proses wawancara. Data sekunder terdiri atas data historis mengenai populasi dan produksi ayam ras pedaging yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, serta BP3K Kecamatan Pamijahan. Selain itu data penelitian terdahulu terkait dengan watak kewirausahaan yang diperoleh dari Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor serta jurnal peternakan. Metode Penentuan Responden Responden pada penelitian merupakan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang berjumlah 40 orang. Pemilihan responden penelitian dilakukan dengan metode non-probability sampling melalui pemilihan responden secara purposive sampling. Adapun kriteria responden yaitu telah memiliki usaha ayam ras pedaging minimal selama tiga tahun dan menjalankan pola usaha kemitraan. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan diskusi. Metode observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung selama kegiatan penelitian di kawasan peternakan Kecamatan Pamijahan untuk memperoleh informasi dan data pendukung baik dari peternak, penduduk, ataupun aparatur pemerintah. Metode wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam kuesioner. Metode diskusi dilakukan dengan membahas hasil wawancara maupun observasi dengan para peternak, masyarakat, ataupun aparatur pemerintah. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dilakukan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap responden dengan menggunakan item-item yang dapat dinilai baik atau buruk. Responden kemudian diminta untuk memberikan skor dalam rentang nilai 1 sampai 5. Skor 1 menunjukkan bahwa responden sangat tidak setuju dan skor 5 menunjukkan bahwa responden sangat setuju. Skor 38

5 Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha... tersebut kemudian dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor yang ditafsirkan sebagai posisi responden dalam skala Likert (Nazir 2011). Metode Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan watak kewirausahaan yang dimiliki peternak serta kinerja usaha peternakan ayam ras. Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan watak kewirausahaan peternak dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden dan selanjutnya diselesaikan menggunakan korelasi Rank Spearman dengan alat bantu SPSS 20.0 for Windows. Kemudian nilai rataan dari skala Likert untuk masing-masing variabel kemudian diintreprestasikan sesuai skala penilaian yang telah ditentukan. Sehingga bisa diketahui sebaran jawaban responden dari hasil kuesioner. Adapun untuk penentuan rentang skala penilaian dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini: RRRR = (m 1) m Keterangan: RS = Rentang Skala m = jumlah alternatif jawaban tiap variabel Berdasarkan persamaan tersebut, maka pada penelitian ini dapat ditentukan rentang skala penilaian yang dilakukan, yaitu: RRRR = (5 1) 5 = 0.8 Rentang skala tersebut kemudian akan dibagi menjadi lima kelas klasifikasi yang menggambarkan sebaran jawaban responden. Berdasarkan rentang skala penilaian tersebut, maka posisi rentang skala dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Rentang Skala dan Kategori Penilaian Responden Rentang Skala Kategori Penilaian Responden Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat Keseluruhan jawaban responden pada skala Likert akan dikelompokkan berdasarkan kategori sebaran jawaban responden yang telah ditentukan pada Tabel 1. Hasil pengelompokkan tersebut kemudian dapat menggambarkan kecenderungan jawaban responden untuk masing-masing variabel penelitian. Alat Analisis Analisis Deskriptif Nazir (2011) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa 39

6 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Cara pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan melalui teknik wawancara dengan bantuan kuesioner. Rata-rata hitung secara umum dapat ditentukan dengan rumus : Keterangan : μ = mean Xi = pengamatan ke-i n = jumlah data µ = XXXX nn Korelasi Rank- Spearman Rank Spearman digunakan jika pengamatan dari dua variabel dalam bentuk skala ordinal. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20 for windows dan Microsoft Excel dengan rumus yang digunakan yaitu: rrrr = 1 6 dddd2 N 3 NN Keterangan: rs = koefisien korelasi Rank Spearman. N = jumlah total pengamatan. di 2 = kuadrat selisih antara dua pengamatan berpasangan. Nilai koefisien korelasi dapat bertanda positif maupun negatif dengan nilai mutlak minimal 0 dan maksimal 1. Tanda positif menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah, artinya semakin tinggi nilai variabel X maka variabel Y akan cenderung memiliki nilai yang semakin tinggi pula, begitupun sebaliknya. Tanda negatif menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah, artinya apabila nilai variabel X semakin tinggi, maka variabel Y akan cenderung semakin rendah, begitupun sebaliknya. Bila nilai yang dihasilkan sama dengan 0, maka kedua variabel tidak berkorelasi. Secara deskriptif nilai rs dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori. Secara umum nilai rs dikategorikan menjadi lima kategori seperti berikut ini : Bila 0<[rs]<0.2 maka kedua variabel berkolerasi sangat lemah. Bila 0.2<[rs]<0.4 maka kedua variabel berkolerasi lemah. Bila 0.4<[rs]<0.6 maka kedua variabel berkolerasi sedang. Bila 0.6<IrsI<0.8 maka kedua variabel berkolerasi kuat. Bila 0.8<IrsI<1.0 maka kedua variabel berkolerasi sangat kuat. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan Karakteristik peternak responden di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor cukup beragam. Dari sisi usia, sebanyak 27,5 persen responden berada pada kelompok usia antara tahun dan lebih dari 50 tahun. Usia tahun merupakan usia yang menunjukkan kematangan yang dimiliki oleh peternak dalam menjalankan usahanya karena memiliki semangat dalam bekerja keras (Riyanti 2003). Kematangan ini juga ditunjukkan dari banyaknya peternak (62,5 persen) yang telah memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun 40

7 Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha... dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman yang diperoleh peternak berhasil memberikan pengetahuan kepada peternak terkait usaha yang dijalankan. Pengalaman tersebut diperoleh peternak dari keterlibatan langsung peternak dalam usaha budidaya ayam ras pedaging, baik sebagai anak kandang ataupun pekerja pada perusahaan inti. Selain itu, jika ditinjau dari latar belakang pendidikan, sebesar 45 persen peternak responden memiliki pendidikan terakhir pada jenjang pendidikan menengah atas. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas peternak di Kecamatan Pamijahan telah menyelesaikan wajib belajar 9 tahun. Faktor pendidikan juga yang diduga mempengaruhi keberhasilan para peternak dalam menjalankan usaha peternakan ayam ras pedaging. Watak Kewirausahaan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan indikator penilaian terhadap watak kewirausahaan yang dimiliki oleh peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan (Lampiran 1), diketahui bahwa peternak menganggap watak pengambil risiko merupakan watak terpenting bagi peternak ayam ras pedaging. Hal ini sesuai dengan karakteristik usaha ayam ras pedaging yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya. Hal ini disebabkan rentannya ayam ras pedaging dari pengaruh faktor luar yang tidak bisa dikendalikan, seperti iklim dan penyakit. Namun, peternakan ayam ras pedaging tetap tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan bahwa peternakan ayam ras pedaging telah ditumbuhkan oleh para wirausahawan menuju risiko produksi minimal. Selain itu, Setiadi (2015) menyebutkan bahwa usaha ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor merupakan usahaternak yang menggunakan faktor produksi yang menimbulkan risiko. Sedangkan persepsi peternak terhadap watak kepemimpinan, pengambil keputusan, dan perencana bisnis dianggap sebagai watak yang harus dimiliki oleh seorang peternak ayam ras pedaging karena dapat menunjang kinerja usaha yang dijalankan. Para peternak ayam ras pedaging menganggap bahwa watak kepemimpinan, pengambil keputusan, dan perencana bisnis seorang peternak harus ditunjukkan dalam ketegasannya menjalankan dan mengawasi pelaksanaan Standard Operational Procedure (SOP) di kandang agar penanganan selama proses pembesaran ayam dapat dilakukan dengan optimal. Karakteristik usaha ayam ras pedaging yang mengharuskan peternak mampu bertindak cepat ketika terjadi perubahan kondisi ayam di kandang, menjadikan peternak ayam ras pedaging sebagai seorang fast learner yang mampu belajar cepat dan memutuskan keputusan terbaik bagi kondisi usaha yang dijalankan. Sedangkan untuk watak penggunaan waktu secara efektif mendapatkan skor terkecil karena watak ini dianggap tidak sesuai dengan perilaku peternak ayam ras pedaging dalam menjalankan usahanya. Watak yang dimiliki oleh peternak ayam ras pedaging menunjukkan suatu 41

8 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin hal yang berbeda jika dibandingkan dengan watak peternak lainnya. Noviana (2013) yang melakukan penelitian serupa pada peternak sapi perah menunjukkan bahwa watak yang sesuai dengan karakteristik peternak sapi perah adalah watak penggunaan waktu secara efektif dan perencana bisnis. Perbedaan watak wirausaha yang dimiliki peternak disebabkan oleh perbedaan karakteristik usaha peternakan yang dijalankan. Kinerja Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan Kinerja usaha dapat dijadikan sebagai suatu indikator penilaian terhadap ketercapaian suatu tujuan bisnis dalam kurun waktu tertentu, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk suatu organisasi bisnis (Riyanti 2003). Dalam usahaternak ayam ras pedaging, indikator kinerja usaha yang dapat dijadikan tolak ukur adalah nilai mortalitas, nilai Feed Conversion Ratio (FCR), dan efektivitas tenaga kerja (Tamalluddin 2014). Selain itu, indikator kinerja yang mengindikasikan perkembangan usaha adalah pertumbuhan kepemilikan aset dan skala usaha (Riyanti 2003). Berdasarkan indikator tersebut, nilai rata-rata tingkat mortalitas usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan untuk satu siklus produksi adalah 7 persen. Nilai ini masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nilai mortalitas pada kondisi normal yaitu 5 persen untuk setiap siklus produksi (Rasyaf 1993). Hal ini disebabkan karena pada saat penelitian berlangsung, terdapat penyebaran virus penyakit di beberapa lokasi responden. Jarak yang dekat antara satu kandang dengan kandang lainnya menyebabkan penyakit ini mudah tersebar, sehingga tingkat mortalitas ayam menjadi tinggi. Selain itu, perbedaan pemberian vaksin dan vitamin untuk daya tahan ayam juga mempengaruhi tingginya risiko kematian pada ayam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2015) yang menyebutkan bahwa vaksin dan vitamin merupakan dua variabel yang berpengaruh terhadap tingkat mortalitas pemeliharaan ayam di kandang. Adapun untuk indikator nilai Feed Conversion Ratio (FCR) peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan rata-rata sebesar 1,54 untuk menghasilkan bobot ayam rata-rata sebesar 1,74 kg. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan jika dilihat dari indikator nilai FCR sudah cukup baik, karena rata-rata nilai FCR yang diperoleh lebih kecil dari rata-rata bobot ayam yang dihasilkan (Rasyaf 1993). Pakan yang diterima oleh ternak telah dikonversikan menjadi bobot daging secara baik, karena 1 kg pakan yang diberikan oleh peternak dapat diserap menjadi bobot ayam ratarata sebesar 1,125 kg. Sedangkan untuk indikator penggunaan tenaga kerja, sebagian besar peternak responden (75 persen) menggunakan tenaga kerja lebih dari jumlah ideal yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang peternak ratarata memiliki tenaga kerja sebanyak 4 orang untuk mengelola populasi ayam sebanyak ekor. Padahal menurut Rasyaf (1993), seorang tenaga kerja memiliki kemampuan untuk mengelola 42

9 Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha ekor ayam di kandang. Para peternak beranggapan bahwa dengan menambah tenaga kerja di kandang, maka pengelolaan ayam di kandang akan lebih baik dan peternak terhindar dari risiko kematian ayam. Berdasarkan indikator pertumbuhan kepemilikan aset dan skala usaha, sebanyak 87,5 persen peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan memiliki aset berupa kandang milik sendiri, sedangkan 12,5 persen sisanya masih menyewa untuk menjalankan usahaternak ayam ras pedaging. Hal ini menunjukkan bahwa para peternak memperhatikan aset utama yang perlu dimiliki dalam menjalankan usaha ayam ras pedaging. Kemudian, jika dibandingkan dengan kondisi awal saat beternak, saat ini sebanyak 67,5 persen peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan mengalami penambahan jumlah kandang yang dikelola. Penambahan jumlah kandang yang dikelola berbanding lurus dengan peningkatan populasi ayam yang dimiliki. Sebanyak 72,5 persen peternak mengalami peningkatan jumlah ayam yang dikelola dibandingkan saat awal memulai usaha. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan mengalami pertumbuhan usaha yang dijalankan. Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usahaternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan Perbedaan watak yang dimiliki peternak dalam menjalankan usaha dapat dilihat dari cara pengelolaan usaha peternakannya, sehingga capaian kinerja masing-masing peternak diduga dapat diketahui dari watak kewirausahan yang dimiliki oleh para peternak. Pada penelitian ini, indikator kinerja usaha yang dinilai meliputi nilai mortalitas, nilai FCR, efektivitas penggunaan tenaga kerja, serta hari ayam di panen. Indikator tersebut mengadopsi indikator penilaian kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging yang melakukan kemitraan (Rasyaf 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa watak kewirausahaan memiliki hubungan yang signifikan dengan dua indikator kinerja usaha, yaitu efektivitas tenaga kerja dan hari ayam dipanen. Sedangkan untuk indikator kinerja lainnya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan watak kewirausahaan yang dimiliki peternak (Lampiran 2). Indikator nilai mortalitas tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan watak kewirausahaan karena nilai mortalitas pada usaha ayam ras pedaging lebih banyak ditentukan oleh kondisi lingkungan akibat iklim, perubahan cuaca, hama, predator, penyakit, serta gangguan lingkungan (Simanjuntak 2013). Oleh karena itu, implikasi managerial yang perlu dilakukan oleh perusahaan inti adalah dengan memberikan panduan, pendampingan, dan pelatihan bagi para peternak plasma agar mampu melakukan upaya preventif dalam menangani kondisi eksternal tersebut. Sedangkan watak kewirausahaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perolehan nilai FCR untuk setiap siklus produksi. Hal ini disebabkan seluruh peternak yang menjalankan pola 43

10 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin usaha kemitraan tidak memiliki kebebasan dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan setiap harinya. Pada pola usaha kemitraan, peternak cenderung untuk mengikuti instruksi pemberian pakan dari perusahaan inti agar terhindar dari risiko kematian ayam selama proses produksi (Bahari et al. 2012). Watak kewirausahaan yang memiliki hubungan signifikan dengan indikator efektivitas penggunaan tenaga kerja adalah watak perencana bisnis. Hal ini menandakan bahwa penggunaan tenaga kerja yang efektif dilakukan berdasarkan perencanaan bisnis peternakan yang dijalankan oleh peternak, sehingga semakin baik perencanaan bisnis yang dilakukan oleh peternak maka akan semakin mengefektifkan tenaga kerja yang digunakan untuk menunjang kinerja usahaternak yang dijalankan. Sedangkan untuk watak kewirausahaan kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, dan perencana bisnis memiliki hubungan yang signifikan dengan indikator kinerja hari ayam dipanen. Hal ini menunjukkan bahwa peternak memiliki peranan penting dalam menentukan hari ayam dipanen. Peternak yang mengetahui kondisi ayam di kandang mampu memberikan rekomendasi kepada perusahaan inti mengenai waktu yang sesuai untuk melakukan panen ayam, sehingga usahaternak yang dijalankan dapat menguntungkan kedua belah pihak. SIMPULAN Peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan merupakan kegiatan usahaternak yang memiliki tingkat risiko lebih besar dibandingkan dengan usaha peternakan lainnya. Peternak dihadapkan pada tingginya risiko produksi serta risiko harga. Hal ini menyebabkan terbentuknya watak pengambil risiko pada diri peternak ayam ras pedaging. Sebagai seorang wirausaha yang berorientasi terhadap peningkatan nilai usaha, para peternak ayam ras pedaging ditempa untuk memiliki watak kepemimpinan, pengambil keputusan, serta perencana bisnis yang baik, sehingga ketiga watak ini dapat mendukung keberhasilan kinerja usahaternak ayam ras pedaging yang diharapkan. Keempat watak kewirausahaan tersebut sudah dimiliki oleh para peternak dan dibuktikan dengan meningkatnya kinerja usahaternak yang dijalankan jika dilihat dari peningkatan jumlah kandang yang dikelola dan jumlah ayam yang dikelola saat ini dibandingkan dengan awal memulai usaha. Watak kewirausahaan yang memiliki hubungan signifikan dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging, yaitu: 1) watak perencana bisnis dengan indikator efektivitas penggunaan tenaga kerja, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja yang efektif dilakukan berdasarkan perencanaan bisnis peternakan yang dijalankan oleh peternak; serta 2) watak kepemimpinan, pengambil risiko, pengambil keputusan, dan perencana bisnis dengan indikator kinerja hari ayam dipanen, hal ini menunjukkan bahwa peternak memiliki peranan penting dalam menentukan hari ayam dipanen. Selain itu, keberhasilan kinerja usaha ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan ditandai dengan nilai Feed 44

11 Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha... Conversion Ratio (FCR) rata-rata sebesar 1,54 untuk menghasilkan bobot ayam rata-rata sebesar 1,74 kg. Kondisi ini didukung oleh karakteristik peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan yang berada pada usia produktif (27,5 persen) sehingga mampu mengupayakan hal optimal bagi perkembangan usaha yang dijalankan serta banyaknya peternak (62,5 persen) yang sudah memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun menjalankan usahaternak ayam ras pedaging. SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa watak kewirausahaan memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja usaha peternakan ayam ras pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Perusahaan inti selaku mitra para peternak plasma memiliki kewajiban untuk memberikan panduan, pendampingan, dan pelatihan bagi para peternak plasma agar mampu melakukan upaya preventif dalam menghadapi risiko pada usahaternak ayam ras pedaging, sehingga kinerja usaha dapat lebih optimal. Selain itu, adanya hubungan antara empat watak kewirausahaan dengan penentuan hari ayam dipanen, mengindikasikan bahwa peternak memegang peranan penting terhadap ketersediaan stok ayam di pasar. Oleh karena itu, pemerintah dan perusahaan inti dapat melakukan pelatihan bagi para peternak plasma agar mampu memperkuat watak kewirausahaan yang dimiliki dalam menjalankan usaha tersebut. DAFTAR PUSTAKA Bahari, Mustajab MM, Hanani N, Nugroho BA Analisis contract farming usaha ayam broiler. Jurnal Agroekonomi 30 (2): [DISNAKAN] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Buku Data Peternakan Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Dinas Peternakan dan Perikanan. Kusnadi N, Fariyanti A, Atmakusuma J, Sarianti T, Muflikh YN Pola usaha peternakan ayam broiler di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Di dalam: Rachmina D, Nurmalina R, Winandi R, Kusnadi N, Burhanuddin, Fariyanti A, editor. Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis; 2013 Desember 27; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. hlm Meredith GG, Nelson RE, Neck PA Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Asparsayogi A, penerjemah. Jakarta (ID): Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: The Practice of Entrepreneurship. Nazir M Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Noviana R Hubungan Faktor Teknis dan Watak Wirausaha terhadap Kesuksesan Peternak pada Kelompok Ternak Baru Sireum [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 45

12 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin Rasyaf M Beternak Ayam Pedaging. Depok (ID): PT. Penebar Swadaya. Riyanti BPD Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta (ID): PT Grasindo. Setiadi D Faktor-Faktor yang Memengaruhi Risiko Produksi dan Risiko Harga Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak R Risiko Produksi Ayam Ras Pedaging Pada Peternakan di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Subkhie H Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Pedaging Dengan Pola Kemitraan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tamalluddin F Panduan Lengkap Ayam Broiler. Jakarta (ID): PT. Penebar Swadaya.Adrianto J, Analisis adopsi SRI (System of Rice Intencification) dan dampaknya terhadap efisiensi usahatani padi di Kabupaten Solok Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 46

13 Analisis Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha... Lampiran 1. Nilai Watak Kewirausahaan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor Watak Kewirausahaan Nilai Keterangan Kepemimpinan 4.12 Kuat Pengambil Risiko 4.36 Sangat Kuat Pengambil Keputusan 4.02 Kuat Perencana Bisnis 3.52 Kuat Menggunakan Waktu Secara Efektif 2.71 Lemah Lampiran 2. Hubungan Watak Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Indikator Kinerja Usaha Peternakan Ayam Ras Watak Hasil Pedaging Kewirausahaan Analisis Nilai Mortalitas Nilai FCR Efektivitas Tenaga Kerja Hari Ayam di Panen Kepemimpinan r s (0.207) (0.154) 0.354* P-value Pengambil Risiko r s (0.051) (0.131) 0.438** P-value Pengambil r s (0.108) (0.289) 0.471** Keputusan P-value Perencana Bisnis r s (0.023) (0.314)* 0.345* P-value Penggunaan Waktu r s (0.276) (0.222) Secara efektif P-value Keterangan: (**) = berkorelasi secara signifikan pada taraf nyata 1 persen (*) = berkorelasi secara signifikan pada taraf nyata 5 persen 47

14 Rizky Prayogo Ramadhan, dan Burhanuddin 48

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS Ilham Rasyid, Amrulah, Muhammad Darwis Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

III. METODE PENELITIAN. deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI Pandu Sumarna 1, Neneng Sri Mulyati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Juanda Km 3 Indrmayu, sumarnapandu@gmail.com 2 Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati

BAB III MATERI DAN METODE. Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Daging ayam merupakan salah satu produk hasil ternak yang diminati masyarakat baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas karena menimbulkan kepuasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek

Lebih terperinci

ABSTRAK. Karakteristik Struktur Biaya, Tingkat Pendapatan, Pola Usaha Kemitraan dan Mandiri

ABSTRAK. Karakteristik Struktur Biaya, Tingkat Pendapatan, Pola Usaha Kemitraan dan Mandiri ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN PERBEDAAN PENDAPATAN USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING PADA POLA DAN SKALA USAHA TERNAK YANG BERBEDA DI KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Bahari, D. I.*, Z. Fanani**, B.

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan 25 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah peternak yang tergabung dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) Melfrianti Romauli *), Lily Fauzia **),

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal 3(1): 24-33, April 2014 On Line at :

Animal Agriculture Journal 3(1): 24-33, April 2014 On Line at : On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHA DAN PROFITABILITAS PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN PADA BERBAGAI PERUSAHAAN INTI DI KECAMATAN GUNUNGPATI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani Identitas petani merupakan suatu tanda pengenal yang dimiliki petani untuk dapat diketahui latar belakangnya. Identitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen brand equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness (kesadaran merek), brand association

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,

Lebih terperinci

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUCTION SHARING IN BROILER PARTNERSHIP IN PT. X IN MAROS REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE Mathina Ranggadatu¹,

Lebih terperinci

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Prosiding SNaPP011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 089-590 Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Achmad Faqih Jurusan Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Bandung, yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN Kusnia Sari, Kusnandar, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga dan Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi.

METODE PENELITIAN. pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian analisis kondisi biosekuriti pada peternakan ayam ras petelur di Desa Gulurejo adalah metode deskripsi. Menurut Sugiyono (2016) metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR ANALYSIS RELATIONSHIP OF SOCIOECONOMIC CHARACTERISTICS ON CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan di Daerah Operasional II PT. Kereta Api (Persero) Daop II Bandung Adapun Variabel-variabel yang akan diteliti

Lebih terperinci

PERANAN KEMITRAAN PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING ALYSA NOVIANA

PERANAN KEMITRAAN PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING ALYSA NOVIANA PERANAN KEMITRAAN PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING ALYSA NOVIANA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 6, No. 2, 2004, Hlm. 111-115 111 PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (2013) metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT MBK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan mikro. Sebagai suatu perusahaan, PT MBK mempunyai visi, misi, dan tujuan perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, III. METODE PENELITIAN Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Penelitian ini berlangsung pada bulan April sampai dengan Mei 2017. Kecamatan Sayegan berada pada

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB III MATERI METODE. Analisis pendapatan pada usaha peternakan kambing diperlukan untuk

BAB III MATERI METODE. Analisis pendapatan pada usaha peternakan kambing diperlukan untuk 13 BAB III MATERI METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Keberhasilan usaha ditentukan oleh besarnya pendapatan yang diperoleh. Analisis pendapatan pada usaha peternakan kambing diperlukan untuk mengetahui besarnya

Lebih terperinci

ternakan Tropik Journal of Tropical Animal Science

ternakan Tropik Journal of Tropical Animal Science e-journal FAPET UNUD e-journ nal Pet ternakan Tropik ka Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana Submitted Date:

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG

BAB VII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG 51 BAB VII HUBUNGAN KARAKTERISTIK SANTRI DENGAN KOMPETENSI WIRAUSAHA SANTRI PADA USAHA SAPI POTONG Kompetensi wirausaha dalam usaha sapi potong mempunyai variabelvariabel yang berhubungan positif dan signifikan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta Disusun Oleh : Eliya Saidah H0402035 III. METODE PENELITIAN A. Metode

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 28 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, yang dilakukan untuk menganalisis pembentukan citra perusahaan

Lebih terperinci

Bab III - Objek dan Metode Penelitian

Bab III - Objek dan Metode Penelitian 33 3.2. Metode Penelitian Berdasarkan pada topik penelitian ini, penulis melakukan pendekatan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif analitis. Menurut Muhammad Nazir

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA PADI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA RINGGIT KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO Priyo Utomo, Dyah Panuntun Utami dan Istiko Agus Wicaksono Program Studi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Majalengka yang beralamat di jalan Tonjong

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis keputusan dan kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi jeruk medan dilakukan di Pasar Baru Bogor. Penentuan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Husein Umar menerangkan bahwa: ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Husein Umar menerangkan bahwa: ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Husein Umar menerangkan bahwa: Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga di mana dan kapan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mitra Mina Nusantara (PT MMN) yang terletak di Jalan Raya Cogreg, Desa Cogreg, Kampung Kandang, Kecamatan Parung,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di gabungan gelompok tani (Gapoktan) Desa Hasang, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Widya Lestari 1, Syafril Hadi 2 dan Nahri Idris 2 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa 3 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Usaha peternakan memberi kontribusi terhadap

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku 8 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku pelaksana dan penyedia jasa di Kelurahan Cipageran dan tingkat kepercayaan peternak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

122 ZIRAA AH, Volume 34 Nomor 2, Juni 2012 Halaman ISSN

122 ZIRAA AH, Volume 34 Nomor 2, Juni 2012 Halaman ISSN 122 ZIRAA AH, Volume 34 Nomor 2, Juni 2012 Halaman 122128 ISSN 14121468 Proyeksi Arus Kas dan Proyeksi Rugi/Laba Usaha Dua Model Usaha Budidaya Ayam Broiler Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menggambarkan, mendeskripsikan dan memaparkan fakta-fakta

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN PASURUAN NOVI ITSNA HIDAYATI Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis. Tujuan metode deskriptif analisis ini adalah untuk membuat

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis. Tujuan metode deskriptif analisis ini adalah untuk membuat III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Tujuan metode deskriptif analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode penelitian merupakan suatu cara yang harus ditempuh dalam suatu penelitian untuk mencapai tujuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam skripsi ini penulis menggunakan divisi marketing research pada PT. Herlina Indah yang beralamat di Jl. Rawa Sumur II blok DD no. 16 Kawasan Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain penelitian survei, yaitu mengambil contoh dari suatu

Lebih terperinci