Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi"

Transkripsi

1 PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANTARA MAHASISWA JURUSAN GIZI DAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II DALAM MEMBACA LABEL PANGAN Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi Disusun Oleh Vina Irhamna Nomor Pokok Mahasiswa P JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2014

2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM : Vina Irhamna : P Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan antara Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam Membaca Label Pangan berdasarkan hasil penelitian, pemikiran, dan pemaparan asli dari penulis sendiri, baik untuk naskah laporan maupun kegiatan yang tercantum sebagai bagian dari Karya Tulis Ilmiah ini. Jika terdapat karya orang lain, penulis akan mencantumkan sumber secara jelas. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan norma yang berlaku. Jakarta, 16 Juli 2014 Yang membuat pernyataan, Vina Irhamna P i

3 LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah dengan Judul Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan antara Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam Membaca Label Pangan dilakukan oleh Vina Irhamna / NPM P telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II dalam rangka Uji Akhir Program sebagai syarat guna menyelesaikan pendidikan Diploma III Kesehatan bidang Gizi dan telah mendapat pengesahan, Jakarta, 16 Juli 2014 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Nils Aria Zulfianto, M.Sc. Mochamad Rachmat, B. Sc., M.Kes Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Ketua Jurusan Gizi, Nils Aria Zulfianto, M.Sc. NIP ii

4 LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah dengan judul Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan antara Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam Membaca Label Pangan disusun oleh Vina Irhamna / NPM P telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II dalam rangka Ujian Akhir Program sebagai syarat guna menyelesaikan pendidikan Diploma III Kesehatan bidang Gizi dan telah mendapatkan persetujuan. Ujian akhir program telah dilaksanakan pada tanggal 16 Juli Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Ketua Jurusan Gizi, Nils Aria Zulfianto, M.Sc. NIP Tim Penguji: 1. Nils Aria Zulfianto, M.Sc. Ketua 2. dr. IskandarZulkarnaen, M.Sc Anggota 3. Dr. Ir. Trina Astuti, MPS Anggota iii

5 ABSTRAK JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II KEMENTERIAN KESEHATAN RI Karya Tulis Ilmiah Juli 2014 Vina Irhamna Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan antara Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam Membaca Label Pangan xii, V Bab, 44 Halaman, 10 Tabel, 3 Gambar, 6 Lampiran Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membaca label pangan antara lain jenis kelamin, pengetahuan, sikap, serta sumber informasi.tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam membaca label pangan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 105 orang dengan 53 orang dari Jurusan Gizi dan 52 orang dari Jurusan Teknik Elektromedik. Analisis data menggunakan uji indepent-test dengan hasil bahwa terdapat perbedaan pada pengetahuan tentang label pangan, sikap, dan tindakan terhadap label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik dengan nilai p yaitu 0,000 (p<0,05). Untuk itu diperlukannya sosialisasi berbentuk penyuluhan tentang pentingnya membaca label pangan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dengan sasaran mahasiswa. Daftar bacaan: 20 ( ) Kata Kunci: Label Pangan, Pengetahuan Label Pangan, Sikap Label Pangan, Tindakan Label Pangan iv

6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR PRIBADI Nama : Vina Irhamna Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Oktober 1993 Umur : 20 tahun Status Menikah : Belum Menikah Agama : Islam Alamat : Jln. Kampung Pulo RT 013/02 No. 35 Kel. Kampung Melayu, Kec. Jatinegara, Jakarta Timur vinairhamna@yahoo.com No. Telp/HP : / PENDIDIKAN FORMAL : SDN Balimester 01 Pagi Jakarta : SMP Negeri 216 Jakarta : SMA Negeri 26 Jakarta sekarang : Poltekkes Kemenkes Jakarta II v

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. Penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan antara Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam Membaca Label Pangan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan diploma tiga di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Gizi. Kita ketahui bahwa membaca label pangan itu sangat penting. Mahasiswa Jurusan Gizi yang sudah dibekali ilmu gizi dan pangan seharusnya memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang lebih baik terhadap label pangan dibandingkan dengan jurusan lain. Oleh karena itu penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam membaca label pangan. Karya tulis ilmiah ini diselesaikan dengan baik berkat kerja sama dan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis pengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua, yang selalu mendukung saya baik secara moril maupun materil. 2. Bapak Antonius Sri Hartono, MPS selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. 3. Bapak Nils Aria Zulifianto, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Gizi dan dosen pembimbing utama saya yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 4. Bapak Mochamad Rachmat, B. Sc., M. Kes selaku pembimbing teknis yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. vi

8 5. Bapak/Ibu dosen pengajar beserta staf Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II. 6. Kakak-kakakku, Ria, Rika, Siva, dan adikku, Citra yang telah membantu dan memberikan semangat selama penyusunan karya tulis ilmiah ini. 7. Seluruh teman-teman Jurusan Gizi angkatan Sahabat-sahabat yang selalu menemani, membantu, dan mendukung dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini: Sari, Lia, Febi, Diah, Priccillia, Yola, Dinda, Icuk, dan Fergi. 9. Teman-teman satu bimbingan karya tulis ilmiah, Dwi Febri dan Hardini yang selalu menemani setiap konsultasi karya tulis ilmiah. 10. Pipin Adha S. yang selalu membantu, mendukung, serta memberikan semangat selama penulisan karya tulis ilmiah ini. Demikianlah ucapan terima kasih ini, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jakarta, 16 Juli 2014 Penulis vii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERSETUJUAN iii ABSTRAK iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar belakang 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan 6 1. Tujuan Umum 6 2. Tujuan Khusus 6 D. Hipotesis 7 E. Manfaat 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 A. Kerangka Teori 8 1. Label Pangan 8 a. Definisi Label Pangan 8 b. Tujuan Pelabelan 8 c. Manfaat dan Fungsi Label 8 d. Aturan Penulisan Label 9 e. Informasi yang Dicantumkan dalam Label Pangan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan dalam MembacaLabel Pangan Jenis Kelamin Pengetahuan 12 viii

10 5. Sikap 16 B. Kerangka Konsep 18 C. Definisi Operasional 19 BAB III METODE PENELITIAN 21 A. Ruang Lingkup Penelitian 21 B. Rancangan Penelitian 21 C. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian Sampel Penelitian 21 D. Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data Data yang Dikumpulkan Cara Pengumpulan Data 23 E. Pengolahan Data dan Analisis Pengolahan Data Analisis Data 25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 A. Gambaran Umum 26 B. Jenis Kelamin Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik 28 C. Pengetahuan Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik tentang LabeL Pangan 29 D. Sikap Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik tentang Label Pangan 33 E. Tindakan Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik tentang Label Pangan 36 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 41 A. Simpulan 41 B. Saran 42 DAFTAR PUSTAKA 43 LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL TABEL 1 TABEL 2 TABEL 3 TABEL 4 TABEL 5 TABEL 6 TABEL 7 TABEL 8 TABEL 9 TABEL 10 DISTRIBUSI FREKUENSI JENIS KELAMIN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTROMEDIK 29 DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN TENTANG LABELPANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIKELEKTROMEDIK 30 DISTRIBUSI FREKUENSI SOAL PENGETAHUAN TENTANGLABEL PANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWATEKNIK ELEKTROMEDIK 31 PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN DI JURUSAN GIZIDAN TEKNIK ELEKTROMEDIK 32 DISTRIBUSI FREKUENSI SIKAP TERHADAP LABEL PANGANMAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIKELEKTROMEDIK 33 DISTRIBUSI FREKUENSI SOAL SIKAP TERHADAP LABELPANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIKELEKTROMEDIK 34 SIKAP TERHADAP LABEL PANGAN DI JURUSAN GIZI DANTEKNIK ELEKTROMEDIK 35 DISTRIBUSI FREKUENSI TINDAKAN TERHADAP LABELPANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIKELEKTROMEDIK 36 DISTRIBUSI FREKUENSI SOAL TINDAKAN TERHADAP LABELPANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTROMEDI 38 TINDAKAN TERHADAP LABEL PANGAN DI JURUSAN GIZI DANTEKNIK ELEKTROMEDIK 39 x

12 DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1 CONTOH LABEL KEMASAN PANGAN YANG BENAR 10 GAMBAR 2 CONTOH LABEL KEMASAN PANGAN YANG SALAH 11 GAMBAR 3 HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, PENGETAHUAN, SIKAP SERTA SUMBER INFORMASI TERHADAP TINDAKAN MEMBACA LABEL PANGAN 18 xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Kode Etik Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Lampiran 4 Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Inform Concern Lampiran 5 Master Data Responden Lampiran 6 Tabel Output xii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud adalah tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat Derajat kesehatan yang tinggi dapat dicapai melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes, 2009). Salah satu komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah pangan yang merupakan kebutuhan manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia(ri, 2012). Bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi merupakan salah satu ciri bangsa maju. Salah satu perilaku penting untuk meningkatkan derajat kesehatan yaitu pola makan. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Untuk itu pola makan harus diatur, salah satunya dengan berpedoman pada gizi seimbang. Salah satu poin Pedoman Gizi Seimbang yang telah diperbaharui yaitu biasakan membaca label pada kemasan pangan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). 1

15 Untuk membantu masyarakat dalam mengambil keputusan dalam memilih produk pangan kemasan, masyarakat membutuhkan adanya informasi yang jelas mengenai setiap produk pangan yang dikemas. Informasi yang dibutuhkan masyarakat terkait dengan asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, dan keterangan lain yang diperlukan(ri, 2012). Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Label (RI, 2012). Informasi tentang gizi suatu produk makanan yang tertera pada label kemasan berisi nilai kandungan gizinya, seperti karbohidrat total, lemak total, energi, natrium, serta gula dari produk makanan tersebut. Informasi tentang gizi ini merupakan hal yang penting sekali untuk memastikan nilai gizi yang diperoleh para konsumen sesuai dengan yang dibutuhkan. Seperti yang kita ketahui bersama, kelebihan konsumsi garam, gula, serta lemak dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, maupun penyakit jantung. Dijelaskan BPOM dalam profilnya mengatakan bahwa dengan adanya kemajuan teknologi, industri-industri mampu meningkatkan jumlah produksi ke skala yang lebih besar tetapi tidak sejalan dengan peningkatan kualitas produk itu sendiri. Di lain pihak karena dipengaruhi oleh gaya hidup dan kemajuan teknologi, permintaan masyarakat akan produk kemasan semakin meningkat. Hal ini juga tidak sejalan dengan kemampuan masyarakat untuk dapat memilih dan menggunakan produk dengan aman, tepat, dan benar (POM, 2014). 2

16 Banyak produk pangan kemasan yang beredar luas di indonesia, tetapi kesadaran konsumen terhadap label kemasan sendiri masih kurang. Berdasarkan hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) tahun 2007, label produk kemasan pangan kurang mendapat perhatian dari konsumen, hanya sekitar 6,7% konsumen yang memerhatikan kelengkapan label pada produk kemasan(bpkn, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Asmaiyar (2004) yang mengatakan bahwa kepatuhan membaca label kemasan di Kebayoran lama, Jakarta Selatan masih rendah, yaitu sekitar 45% dari 120 konsumen yang menjadi responden (Asmaiyar, 2004). Tidak memperhatikan label pangan dapat memunculkan berbagai akibat. Salah satunya keracunan akibat makanan yang kadaluarsa. Centers for Diseases Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga pengawasan penyakit menular di Amerika Serikat, pada tahun 1994 melaporkan 14 faktor yang dapat menyebabkan keracunan makanan, salah satunya adalah karena mengonsumsi makanan yang basi (7%) (Arisman, 2008). Selain itu, tidak memperhatikan label pangan dapat mengakibatkan kekurangan atau kelebihan asupan energi maupun zat gizi. Beberapa makanan kemasan yang diawetkan mengandung kadar natrium yang cukup tinggi. Hal ini dapat memicu kelebihan asupan, bahkan dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti hipertensi. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan konsumen dalam membaca label pangan kemasan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmaiyar (2004), faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan konsumen membaca label produk pangan dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. 3

17 Faktor internal antara lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan konsumen membaca label pangan kemasan adalah adanya pengaruh media komunikasi (Asmaiyar, 2004). Pendidikan atau pengetahuan memiliki pengaruh terhadap pembacaan label pangan oleh konsumen. Menurut Geiger et al. (1991) dalam Lestari (2013), orang yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap pesan diet dan memiliki sikap yang lebih positif terhadap pesan-pesan kesehatan pada label makanan(lestari, 2013). Menurut Brown, et al. (2005) dalam Lestari (2013) juga disebutkan bahwa penggunaan label pangan sangat dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap pembacaan label itu sendiri. Mereka yang memiliki sikap yang positif terhadap label pangan biasanya lebih memerhatikan asupan makanan yang mereka konsumsi dengan cara membaca label pangan (Lestari, 2013). Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik), tetapi sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor pendukung, antara lain adanya faktor fasilitas atau sarana prasarana (Notoatmodjo, 2003). Dalam Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga (2006), beberapa penelitian menyebutkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi kepatuhan membaca label panganpada remaja.perempuan pada umumnya lebih memiliki kemungkinan membaca label informasi nilai gizi. Sedangkan laki-laki lebih cenderung tertarik untuk menggunakan daftar komposisi pada label pangan (Drichoutis, 2006). 4

18 Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmaiyar (2004) menyebutkan bahwa konsumen yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang untuk patuh membaca label pangan sebesar 4,573 kali dibandingkan laki-laki. Dari 120 responden, 52,1% responden perempuan membaca label produk dibandingkan dengan responden laki-laki yang hanya sebesar 19,2% (Asmaiyar, 2004). Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam membaca label pangan. Peneliti memilih Poltekkes Kemenkes Jakarta II karena Poltekkes Kemenkes Jakarta II adalah institusi yang menghasilkan tenaga ahli kesehatan. Diharapkan para calon tenaga ahli kesehatan ini memiliki cukup pengetahuan tentang label kemasan pangan dan memiliki sikap yang positif terhadap label pangan. Selain itu dipilih mahasiswa gizi dan mahasiswa teknik elektromedik karena peneliti mempertimbangkan variabel jenis kelamin yang menurut penelitian sebelumnya memiliki pengaruh terhadap tindakan membaca label pangan. Hal ini sesuai dengan kondisi jurusan gizi yang mahasiswanya dominan perempuan, sedangkan jurusan teknik elektromedik mahasiswanya dominan laki-laki. B. Rumusan Masalah Apakah adaperbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam membaca label pangan? 5

19 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada perbedaanpengetahuan, sikap, dan tindakan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam membaca label pangan. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi jenis kelamin mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. b. Menilai pengetahuan tentang label pangan mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. c. Mengidentifikasi sikap terhadap label pangan mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. d. Mengidentifikasi tindakan membaca label pangan mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. e. Menganalisisperbedaan pengetahuan tentang label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. f. Menganalisis perbedaan sikap terhadap label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. g. Menganalisis perbedaan tindakan membaca label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. 6

20 D. Hipotesa 1. Ada perbedaan pengetahuan tentang label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. 2. Ada perbedaan sikap terhadap label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. 3. Ada perbedaan tindakan membaca label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II. E. Manfaat 1. Untuk Peneliti Sebagai pengalaman dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah. 2. Untuk Institusi Sebagai tambahan data mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik dalam membaca label pangan. 3. Untuk Peneliti Lain Sebagai bahan rujukan dalam pelaksanaan penelitian lain tentang pengukuran kepatuhan konsumen terhadap membaca label produk pangan. 7

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Label Pangan a. Definisi Label Pangan Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Label (RI, 2012). Menurut Tejasari (2005), secara definitif label bermakna tulisan, tag, gambar, atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias atau dicantumkan dengan jalan apapun, pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas. Pengertian lain yaitu label sebagai pemberi kesan yang melekat pada atau termasuk di dalamnya menjadi bagian dari atau menemani setiap makanan (Tejasari, 2005). b. Tujuan Pelabelan Tujuan dari pelabelan kemasan adalah 1. Sebagai informasi tentang isi produk, 2. Sebagai sarana komunikasi produsen dan konsumen, 3. Memberi petunjuk yang tepat untuk konsumen, 4. Sebagai sarana periklanan bagi produsen, 5. Memberi rasa aman pada konsumen. c. Manfaat dan Fungsi Label Manfaat dari label adalah memberikan inforamasi yang benar, jelas, dan lengkap pada konsumen, baik mengenai isi, 8

22 kuantitas, kualitas, maupun hal-hal lain yang diperlukan mengenai barang yang diperdagangkan. Tejasari (2005) menjelaskan bahwa label berfungsi sebagai alat penyampai informasi, alat promosi perusahaan, sebagai sarana komunikasi produsen dan konsumen. Oleh karena itu sudah selayaknya informasi yang dimuat pada label adalah sebenar-benarnya dan tidak menyesatkan. Hanya saja, mengingat label juga dapat berfungsi sebagai iklan, disamping sudah menjadi sifat manusia untuk mudah jatuh dalam kekhilafan dengan berbuat kecurang-an baik yang disengaja maupun tak sengaja. Seharusnya fungsi label adalah juga memberi rasa aman dan percaya pada konsumen (Tejasari, 2005). d. Aturan Penulisan Label Sesuai dengan peraturan yang berlaku, label harus dapat memberikan informasi yang tidak menyesatkan bagi sifat, bahan kandungan, asal, daya tahan, nilai, atau kegunaannya. Label dan periklanan harus jelas dan berisi keterangan yang lengkap serta mudah dibaca. Aturan penulisan pada label kemasan, yakni 1. Tulisan huruf latin atau arab, 2. Ditulis dalam bahasa Indonesia, 3. Huruf jelas dan mudah dibaca, 4. Tidak boleh mencantumkan kata ataupun gambar yang menyesatkan, 5. Tidak boleh mencantumkan referensi, nasehat, pernyataan dari siapapun termasuk seorang ahli dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan. 9

23 e. Informasi yang Dicantumkan dalam Label Pangan Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan BAB VIII tentang Label dan Iklan Pangan Pasal 97 ayat 3, pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai: 1) nama produk 2) daftar bahan yang digunakan 3) berat bersih atau isi bersih 4) nama dan alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor 5) halal bagi yang dipersyaratkan 6) tanggal dan kode produksi 7) tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa 8) nomor izin edar bagi Pangan Olahan 9) asal usul bahan Pangan tertentu (RI, 2012) Untuk mengetahui contoh label yang benar dan salah menurut keterangan yang harus dicantumkan dalam label pangan, maka dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2. GAMBAR 1 CONTOH LABEL KEMASAN YANG BENAR 10

24 GAMBAR 2 CONTOH LABEL KEMASAN PANGAN YANG SALAH 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan dalam Membaca Label Pangan Tindakan membaca label pangan merupakan suatu proses yang aktif, yang terdiri dari perilaku melihat sebagai usaha pencarian informasi, mengevaluasi informasi yang ada untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan membeli produk pangan (Siti Zahara, 2009). Menurut Zahara dan Triyanti (2009), dalam penelitiannya yang dilakukan pada Mahasiswa FKM UI, tindakan membaca label informasi zat gizi dan komposisi zat gizi masih tergolong rendah. Hanya sekitar 39,1% mahasiswa yang patuh membaca label informasi zat gizi dan 38,9% yang patuh membaca label komposisi(siti Zahara, 2009). Menurut Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga dalam Zahara dan Triyanti, faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi penggunaan label informasi nilai gizi dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, meliputi karakteristik individu, seperti: umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan, situasi, sikap, dan perilaku. Faktor yang berpengaruh meliputi pendapatan, status bekerja, 11

25 status diet, sikap terhadap pola makan, perencana dan pembelanja makanan, persepsi terhadap rasa, zat gizi, serta harga produk makanan, pengetahuan, dan motivasi (Drichoutis, 2006). Menurut Asmaiyar (2004) tindakan membaca label konsumen dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memiliki hubungan dengan kepatuhan konsumen membaca label antara lain jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki hubungan dengan kepatuhan konsumen membaca label pangan adalah adanya paparan dari media komunikasi (Asmaiyar, 2004). 3. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada keadaan biologis seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan wanita. Peran jender (jenis kelamin) mengacu pada bagaimana seseorang berperilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya (Henderson, 2005). Menurut Asmaiyar (2004), dari 120 responden, 52,1% responden perempuan membaca label produk dibandingkan dengan responden laki-laki yang hanya sebesar 19,2%(Asmaiyar, 2004). Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahara dan Triyanti (2009) yang menyatakan bahwa proporsi pria yang patuh membaca label informasi zat gizi dan komposisi lebih besar daripada wanita (Siti Zahara, 2009). 4. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra 12

26 penglihtan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). a. Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi. 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila 13

27 perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Contohnya ibu-ibu menjadi peserta KB, karena diperintahkan oleh lurah atau ketua RT tanpa mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan segera keluar dari keikutsertaannya dalam KB setelah beberapa saat perintah itu diterima. b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap 14

28 objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makana yang bergizi. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dan menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk mejabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya 15

29 terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaianitu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibi-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. 5. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berikut adalah beberapa tingkatan sikap: a. Menerima (recceiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 16

30 b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahw si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu? Atau, saya akan menikah apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tudak setuju, sangat tidak setuju). 17

31 B. Kerangka Konsep Gambar 3 Hubungan antara Jenis Kelamin, Pengetahuan, Sikap, serta Sumber Informasi Terhadap Tindakan Membaca Label Pangan Jenis Kelamin Pengetahuan tentang label pangan Sikap terhadap label pagan Tindakan membaca label pangan Sumber informasi 18

32 C. Definisi Operasional 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah keadaan biologis seseorang yang diketahui melalui tampilan fisik dan divalidasi dengan KTP. Dilakukan dengan cara angket dengan alat bantu kuisioner. Hasil ukur yang didapat dikelompokkan menjadi 1. Laki-laki dan 2. Perempuan dengan skala ukur nominal. 2. Pengetahuan Tentang Label Pangan Pengetahuan adalah ingatan atas bahan-bhan yang telah dipelajari berdasarkan teori, tetapi apa yang diberikan tergantung pada ingatan akan keterangan yang sesuai. Pengetahuan tentang label pangan yang diukur berdasarkan jumlah jawaban yang benar dalam bentuk pilihan ganda. Pengetahuan dinilai dengan cara angket dan alat bantu kuisioner yang berisi pertanyaanpertanyaan tentang label pangan. Skala ukur pengetahuan adalah ordinal. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 10 dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Kemudian total skor responden dibagi 100 dan dikalikan 100% lalu dikelompokkan menjadi 3 kategori(khomsan, 2000), yaitu: a. Kurang : <60% b. Cukup : 60-80% c. Baik : >80% 3. Sikap Terhadap Label Pangan Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap responden terhadap label pangan yang dinilai atas pernyataan positif atau negatif tentang label pangan dengan jawaban yang sesuai dengan kategori jawaban: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Tiap pernyataan itu akan diberikan nilai berturut-turut 4,3,2,1 utnuk pernyataan yang bersifat positif 19

33 sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif diberikan nilai berturut-turut 1,2,3, dan 4. Kemudian hitung total skor dan buat rata-rata kelompok. Kemudian hasilnya dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu: a. Baik : nilai skor > nilai rata-rata kelompok b. Kurang : nilai skor <nilai rata-rata kelompok Penilaian sikap dilakukan denga cara angket/pengisian kuisioner oleh responden dengan alat bantu kuisioner dan skala ordinal. 4. Tindakan Tindakan merupakan praktek dari sikap terhadap label pangan. Tindakan diukur dengan cara pengisian kuisioner oleh responden dengan alat ukur kuisioner. Penilaian tindakan dihitung dengan cara memberi nilai 10 untuk jawaban Ya, dan nilai 0 untuk jawaban tidak. Kemudian hasil penilaian dijumlah, lalu dibagi 100 kemudian dikali 100%. Hasil ukur tindakan dikelompokkan menjadi 1. Baik 60%, 2. Kurang <60%. Skala ukur adalah ordinal. 20

34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilkukan pada bulan Februari 2014 di Poltekkes Kemenkes Jakarta II Jurusan Gizi dan Jurusan Teknik Elektromedik. Penelitian ini menjelaskan tentang perbedaan kepatuhan membaca label pangan antara Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik semester IV tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan. B. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional atau potong lintang. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang diteliti. Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal dari absensi mahasiswa. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi yang diteliti adalah Mahasiswa Jurusan Gizi Semester IV Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 114 orang, dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik semester IV tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 164 orang. Total populasi adalah 278 orang. 2. Sampel Penelitian Untuk menentukan jumlah sampel yang diteliti, peneliti menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis beda proporsi dengan rumus sebagai berikut: 21

35 (Rachmat, 2012) Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan Asmaiyar tahun 2004, sehingga p 1 = 52,1% dan p 2 = 19,2%. Peneliti menggunakan derajat kemaknaan 5% dengan kekuatan uji 95%. n = 51,89 ~ 52 orang Sehingga didapatkan sampel sebanyak 52 orang dari masingmasing kelompok, ditambah 10% untuk cadangan menjadi 57 orang.teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik acak sederhana (simple random sampling). D. Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data Pada penelitian ini data yang dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan alat daftar pertanyaan atau kuisioner. 2. Data yang Dikumpulkan a. Jenis Kelamin 22

36 b. Pengetahuan c. Sikap d. Tindakan 3. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitin ini dilakukan oleh peneliti dan tiga orang enumerator yang sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya dengan menggunakan metode angket dengan alat kuisioner. a. Jenis Kelamin, menggunakan kuisioner dengan metode angket diisi oleh responden. b. Pengetahuan, menggunakan kuisioner dengan metode angket diisi oleh responden. c. Sikap, menggunakan kuisioner dengan metode angket diisi oleh responden. d. Tindakan, menggunakan kuisioner dengan metode angket, diisi oleh responden. E. Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data a. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah keadaan biologis seseorang yang diketahui melalui tampilan fisik dan divalidasi dengan KTP responden, lalu data dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan kemudian data dianalisis secara deskriptif. Untuk lebih jelas lihat tabel 1. b. Pengetahuan Jawaban yang benar diberi nilai 10 dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Kemudian total skor responden dibagi 100 dan dikalikan 100% lalu dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu: 23

37 a. Kurang : <60% b. Cukup : 60-80% c. Baik : >80% (Khomsan, 2000). Kemudian data dianalisis secara deskriptif, dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sebagaimana terlihat dalam tabel 2 dan tabel 3. c. Sikap Pertanyaan ada yang bersifat positif, ada yang bersifat negatif. Jawaban dari pertanyaan adalah sangan setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Skor pada pertanyaan yang bernilai positif dimulai dari angka 4, 3, 2, dan 1, sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat negatif skor dimulai dari angka 1, 2, 3, dan 4. Kemudian hitung total skor dan buat rata-rata kelompok. Hasil penilaian dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu: 1) Baik : nilai skor > nilai rata-rata kelompok 2) Kurang : nilai skor <nilai rata-rata kelompok Kemudian data dianalisis secara deskriptif, dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sebagaimana terlihat dalam tabel 5 dan tabel 6. d. Tindakan Tindakan merupakan praktek dari sikap terhadap label pangan. Tindakan diukur dengan cara pengisian kuisioner oleh responden dengan alat ukur kuisioner. Penilaian tindakan dihitung dengan cara memberi nilai 10 untuk jawaban Ya, dan nilai 0 untuk jawaban tidak. Kemudian hasil penilaian dijumlah, lalu dibagi 100 kemudian dikali 100%. Hasil ukur tindakan 24

38 dikelompokkan menjadi 1. Baik 60%, 2. Kurang <60%. Kemudian data dianalisis secara deskriptif, dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sebagaimana terlihat dalam tabel 8 dan tabel Analisa Data Untuk penelitian ini digunakan uji t-test untuk mencari apakah ada perbedaan pengetahuan, sikap, dan tindakan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Poltekkes Kemenkes Jakarta II dalam membaca label pangan dengan rumus uji beda proporsi, sebagai berikut: Keterangan: t = nilai statistik hitung P1 = (proporsi sampel-1 dengan karakteristik tertentu) P2 = (proporsi sampel-2 dengan karakteristik tertentu) P = (proporsi total sampel (1 dan 2) dengan karakteristik tertentu) n1 = jumlah sampel kelompok-1 yang diteliti n2 = jumlah sampel kelompok-2 yang diteliti (Rachmat, 2012). 25

39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II merupakan institusi pendidikan kesehatan dibawah Kementerian Kesehatan yang merupakan gabungan dari beberapa akademi kedinasan. Pada tahun Akademi-Akademi Kesehatan Departemen Kesehatan berubah menjadi Pendidikan Ahli Madya Kesehatan, kemudian pada tahun 1993 Pendidikan Ahli Madya berubah kembali menjadi Akademi. Pada tahun 2001 terbentuklah Politeknik Kesehatan Jakarta II yang merupakan penggabungan dari 7 (tujuh) Akademi yang kemudian akademi-akademi tersebut berubah status menjadi jurusan pada Institusi Politeknik Kesehatan Jakarta II. Nama jurusan-jurusan tersebut antara lain: a. Jurusan Teknik Elektromedik b. Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi c. Jurusan Teknik Gigi d. Jurusan Gizi e. Jurusan Keshatan Lingkungan f. Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan g. Jurusan Farmasi (Poltekkes Kemenkes Jakarta II, Sejarah Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II, 2012) 2. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Berawal dengan nama Sekolah Ahli Makanan, pertama kali didirikan pada tanggal 4 September 1950 di Jakarta. Pada tahun 1952 Sekolah Ahli Makanan berubah menjadi Sekolah Ahli Diit. Pendiri sekolah ini adalah Prof. Poorwo Soedarmo yang pada saat 26

40 itu menjabat sebagai Kepala Lembaga Makanan Rakyat Departemen Kesehatan RI. Pada tahun 1957, nama sekolah Ahli Diit dirubah menjadi Akademi Pendidikan Nutritionis (APN) dan pada tahun tersebut sekolah dipindahkan ke Bogor. Tetapi pada tahun 1965 Akademi Pendidikan Nutritionis (APN) dipindahkan kembali ke Jakarta dibawah perintah Menteri Kesehatan RI yang menghendaki agar semua akademi di bawah Departemen Kesehatan disatukan tempatnya di Kampus Pendidikan Tenaga Kesehatan di Jalan Hang Jebat III Kebayoran Baru. Sejak tahun 1966 nama Akademi Pendidikan Nutritionis berubah menjadi Akademi Gizi. Nama Akademi Gizi pernah berubah menjadi Pendidikan Ahli Madya Gizi (PAM) pada tahun 1992 tapi tahun 1994 berubah kembali menjadi Akademi Gizi. Kemudian pada akhir tahun 2002, nama Akademi Gizi berubah menjadi Jurusan Gizi di bawah Politeknik Kesehatan Jakarta II(Poltekkes Kemenkes Jakarta II, Sejarah Jurusan Gizi, 2013). 3. Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II Jurusan Teknik Elektromedik pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II merupakan Pendidikan Teknik Elektromedik yang tertua di Indonesia berdiri tahun 1967 yang bernama Akademi Teknik Rontgen (ATRO) melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 18 Pend.67 tertanggal 1 April Tahun 1975 berubah menjadi Akademi Teknik Rontgen Elektromedik (ATRO-EM). Tahun 1990 berubah menjadi Akademi Teknik Elektromedik (ATEM). Dan tahun 2002 dengan terbentuknya Politeknik Kesehatan Jakarata II, ATEM menjadi jurusan Teknik Elektromedik Politeknik Kesehatan Jakarata II. Jurusan Teknik Elektromedik pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II menyelenggaraan pendidikan program diploma III sejak tahun 1967 dan mulai tahun 27

41 2011 menyelenggarakan program diploma IV (Poltekkes Kemenkes Jakarta II, Sejarah Jurusan TEM, 2013). a. Visi Menjadi Lembaga Pendidikan Unggul dalam Menghasilkan Lulusan Profesional b. Misi 1) Mewujudkan Layanan Pendidikan Bermutu Dan Terpadu 2) Menerapkan Sistem Manajemen Pendidikan Berbasis Kinerja 3) Terselenggaranya 8 Standart Pendidikan 4) Menerapkan Konsep Pembelajaran Unggul 5) Mengembangkan Kemitraan B. Jenis Kelamin Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik Jenis kelamin adalah istilah yang mengacu pada keadaan biologis seseorang, terdiri dari tampilan fisik yang membedakan antara pria dan wanita. Peran jender (jenis kelamin) mengacu pada bagaimana seseorang berperilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya (Henderson, 2005). Berdasarkan tabel 1 dapat terlihat bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki paling banyak berada di Jurusan TEM (92,3%) sedangkan mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan paling banyak berada di Jurusan Gizi (94,3%). Jadi mahasiswa lakilaki paling banyak di Jurusan TEM sedangkan mahasiswa perempuan paling banyak di Jurusan Gizi. Hasil ini sejalan dengan data yang terdapat pada Jurusan Gizi dimana sebanyak 95,83% mahasiswa berjenis kelamin 28

42 perempuan.kemudian hasil ini juga sejalan dengan data yang terdapat pada jurusan TEM dimana 78,75% mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. TABEL 1 DISTRIBUSI FREKUENSI JENIS KELAMIN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTROMEDIK No Jenis Kelamin Gizi TEM N % n % 1. Laki-laki 3 5, ,3 2. Perempuan 50 94,3 4 7,7 Total , ,0 C. Pengetahuan Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik tentang Label Pangan Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari berdasarkan teori, tetapi apa yang diberikan tergantung pada ingatan akan keterangan yang sesuai (Ngatimin, 2002). Berdasarkan tabel 2 dapat terlihat bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan tentang label pangan yang baik dan kurang paling banyak berada di Jurusan TEM dengan mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36,5% dan kurang sebanyak 19,2%. Sedangkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup 29

43 paling banyak berada di Jurusan Gizi sebanyak 60,4%.Jadi mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik dan kurang paling banyak di Jurusan TEM sedangkan mahasiswa dengan pengetahuan cukup tentang label pangan paling banyak di Jurusan Gizi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tabel 2. TABEL 2 DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTROMEDIK No Pengetahuan tentang Label Pangan Gizi TEM n % n % 1. Baik ( 80%) 19 35, ,5 2. Cukup (60-79%) 32 60, ,2 3. Kurang (<60%) 2 3, ,2 Total , ,0 Kedua kelompok memiliki jumlah mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup tentang label pangan, lebih besar daripada yang memiliki pengetahuan baik atau kurang. Tetapi dapat dilihat kembali bahwa Jurusan Gizi memiliki jumlah mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang tentang label pangan lebih sedikit dibandingkan dengan Jurusan Teknik Elektromedik. Jurusan gizi yang erat kaitannya dengan pangan memiliki keunggulan dalam mendapatkan informasi mengenai label pangan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah mahasiswa yang memiliki 30

44 pengetahuan kurang di Jurusan Gizi lebih sedikit daripada di Jurusan Teknik Elektromedik. Untuk mengatahui hal-hal apa saja yang belum diketahui tentang label pangan dapat dilihat pada tabel 3. Menurut tabel 3 soal pengetahuan label pangan yang paling banyak dijawab salah yaitu soal nomor 9 tentang fungsi informasi nilai gizi pada label kemasan pangan. Terlihat mahasiswa belum banyak yang mengetahui fungsi informsi nilai gizi pada label pangan. Fungsi dari informasi nilai gizi pada label pangan yaitu sebangai informasi tentang kandungan gizi yang terdapat pada produk pangan serta sebagai peringatan agar konsumen membatasi atau mengontrol jumlah asupan zat gizi agar tidak berlebihan. Perlu adanya sosialisasi mengenai pentingnya membaca label pangan terutama informasi nilai gizi terlebih untuk konsumen yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit tidak menular lainnya. TABEL 3 DISTRIBUSI FREKUENSI SOAL PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN MAHASISWA GIZI DAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTROMEDIK Soal Pengetahuan Pengertian Label Pangan Keterangan Label Pangan Fungsi Label Pangan Gizi TEM Benar Salah Benar Salah n % n % n % n % ,0 0 0, ,2 3 5, , , , , ,0 0 0, ,0 0 0,0 31

45 Tujuan Label Pangan Manfaat Label Pangan Fungsi Label Pangan Penulisan Label Pangan Keterangan Label Pangan Informasi nilai Gizi Keterangan Label Pangan 51 96,2 2 3, , , ,0 9 17, , , , , , , ,6 5 9, , , ,8 7 13, , , , , , , ,3 3 5, ,7 9 17,3 Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji t. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4. TABEL 4 PENGETAHUAN TENTANG LABEL PANGAN DI JURUSAN GIZI DAN TEKNIK ELEKTROMEDIK Jurusan n Pengetahuan Mean SD t P Gizi 53 80,57 13,216 Teknik Elektromedik 52 69,04 15,998 4,029 0,000 32

46 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa Jurusan Gizi memiliki rata-rata skor pengetahuan 80,57 dengan standar deviasi 13,216, sedangkan rata-rata skor mahasiswa Jurusan TEM yaitu 69,04 dengan standar deviasi 15,998. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor pengetahuan tentang label pangan antara mahasiswa Jurusan Gizi dan mahasiswa Jurusan TEM memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil rata-rata skor pengetahuan tentang label pangan kedua kelompok tersebut dibuktikan dengan uji t dengan hasil p sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil ini membuktikan bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang label pangan antara mahasiswa jurusn gizi dan mahasiswa jurusan TEM. Perbedaan pengetahuan ini dapat disebabkan karena kurangnya informasi mengenai label pangan untuk mahasiswa TEM. Hal ini dijelaskan dalam Hasil Kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di Bidang Pangan Terkait Konsumen (2007), bahwa diperlukannya sosialisali kepada masyarakat secara terus-menerus agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti keracunan. D. Sikap Mahasiswa Jurusan Gizi dan Mahasiswa Jurusan Teknik Elektromedik terhadap Label Pangan Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki sikap yang baik terhadap label pangan paling banyak berada di Jurusan Gizi sebanyak 58,5% sedangkan mahasiswa dengan pengetahuan kurang tentang label pangan paling banyak berada di Jurusan Teknik Elektromedik sebanyak 55,8%. Jadi 33

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghasilkan variasi pangan yang dapat di konsumsi. Dengan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang modern ini, pembangunan dan perkembangan perekonomian terkhususnya di bidang industri dan perdagangan nasional telah banyak menghasilkan variasi pangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama satu dekade terakhir terjadi peningkatan perhatian pada pelabelan nutrisi produk makanan. Hal ini terkait dengan adanya peningkatan jumlah obesitas akibat konsumsi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAM SEBAGAI RESPONDEN (INFORM CONSENT) 83 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN GIZI SEBAGAI FAKTOR DOMINAN KEBIASAAN MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern kali ini makanan kemasan tidak sulit untuk dijumpai. Namun terkadang label pada makanan kemasan yang akan dibeli sering luput dari perhatian konsumen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et al., 2006 dalam Sacks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa semua makanan yang dikemas harus mempunyai label yang memuat keterangan mengenai isi, jenis dan jumlah bahan-bahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai gambaran tingkat kepatuhan membaca label informasi zat gizi, komposisi dan kedaluwarsa, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010

SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010 SKIRIPSI POLA KONSUMSI BERDASARKAN KEJADIAN OBESITAS PADA PENDUDUK USIA DEWASA (19 50 TAHUN) DI PULAU SULAWESI BERDASARKAN DATA RISKESDAS 2010 Diajukan untuk melengkapi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini beragam produk pangan kemasan banyak beredar di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, konsumen di hadapkan dengan berbagai pilihan yang tersedia. Peran label

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak sekolah Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Ainy M. Pakasi 1, Berthina H. Korah 2, Henry S. Imbar 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.18,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Label dan Iklan. Pangan Olahan. Pengawasan Klaim. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pemasalahan gigi dan mulut merupakan salah satu pemasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penyakit gigi dan mulut merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Perilaku : - Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Definisi Anemia Menurut WHO, anemia gizi besi didefinisikan suatu keadaan dimana kadar Hb dalam darah hemotokrit atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal sebagai

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne No. 887, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Klaim. Pangan Olahan. Label dan Iklan. pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 Syafriani Lecturer STIKes Tambusai Riau Syafrianifani@ymail.com ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENCANTUMAN INFORMASI KANDUNGAN GULA, GARAM, DAN LEMAK SERTA PESAN KESEHATAN UNTUK PANGAN OLAHAN DAN PANGAN SIAP SAJI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo, BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian dan analisa hasil penelitian maka dilakukan pembahasan secara mendalam mengenai hasil penelitian. Pembahasan difokuskan untuk menjawab permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.792, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Label Gizi. Acuan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN

Lebih terperinci

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK

ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK ANALISIS EKUITAS MEREK PRODUK SUSU CIMORY (Kasus di Giant Hypermarket Botani Square Bogor) Oleh : RIKA ARIANIKA DEWI A14105596 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DI PANTI ASUHAN EVANGELINE BOOTH DAN ASRAMA MADANI

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DI PANTI ASUHAN EVANGELINE BOOTH DAN ASRAMA MADANI PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DI PANTI ASUHAN EVANGELINE BOOTH DAN ASRAMA MADANI Martia Lindawaty Tondang*, Siti Zahara Nasution** *Mahasiswa Keperawatan **Dosen Departemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) Denie Septina A, Dwi Anita A & Titik Anggraeni Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Erni Susilowati Akademi Kebidanan YAPPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA

PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA PENGARUH PELABELAN PERINGATAN KESEHATAN TERHADAP POLA KONSUMSI ROKOK OLEH ANITA NURUL HUDA A14103513 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS SOSIAL EKONOMI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan sikap bagi wanita usia subur tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2011).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2011). BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Metode deskriptif tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup 1. Tempat : Kecamatan Semarang Selatan dan Kecamatan GunungPati 2. Waktu : Oktober 2012 Desember 2012 3. Disiplin ilmu : Ilmu Kedokteran Jiwa B. Jenis penelitian

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA Elfi Manya Sari *, Reni Asmara Ariga ** * Mahasiswa Fakustas Keperawatan USU ** Dosen Departemen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) PADA ATLET REMAJA DI GELORA BUNG KARNO SENAYAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17 18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN A. Pengertian Label Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17 Menurut Tjiptono label merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap PJK.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH LATIFAH NUR ALIFIA R

KARYA TULIS ILMIAH LATIFAH NUR ALIFIA R KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN WUS TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI WILAYAH KERJA III PUSKESMAS MANAHAN SURAKARTA LATIFAH NUR ALIFIA R1115053 PROGRAM STUDI D

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BAYI BALITA TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DI POSYANDU DEWI SRI I KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2016 Catur Setyorini Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESADARAN PEKERJA TERHADAP PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DI PT ASTRA NISSAN DIESEL INDONESIA PERIODE JUNI - JULI TAHUN 2008

STUDI TENTANG KESADARAN PEKERJA TERHADAP PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DI PT ASTRA NISSAN DIESEL INDONESIA PERIODE JUNI - JULI TAHUN 2008 UNIVERSITAS INDONESIA STUDI TENTANG KESADARAN PEKERJA TERHADAP PELAPORAN KECELAKAAN KERJA DI PT ASTRA NISSAN DIESEL INDONESIA PERIODE JUNI - JULI TAHUN 2008 SKRIPSI OLEH: RR. AMBAR SIH WARDHANI NPM: 1004001613

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.5.12.11.09955 TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif, dengan desain cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual. BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH NURLAINI MIKHELENA TARIGAN NIM : 051000569 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel independen jenis kelamin, sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan rancangan penelitian kuantitatif pendekatan analitik dengan menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu

Lebih terperinci