P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N D U N G D I N A S P E R T A N I A N

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N D U N G D I N A S P E R T A N I A N"

Transkripsi

1 Lakip Disnakan TA P E M E R I N T A H K A B U P A T E N B A N D U N G D I N A S P E R T A N I A N

2 KATA PENGANTAR P uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala, yang telah memberikan Rakhmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2016 dapat diselesaikan. Dokumen LKIP ini merupakan bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara kinerja dan anggaran, yang meliputi Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan. Penyusunan laporan ini dilaksanakan melalui rekapitulasi dan pengumpulan data serta informasi dari berbagai sumber, yaitu dokumen Lakip dan data penunjang Tahun 2016 pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan serta Badan Ketahanan Panan dan Pelaksana Penyuluhan. Laporan ini berisikan tentang perbandingan target kinerja dan anggaran yang sudah ditetapkan pada dokumen perencanaan dinas dengan realisasi kinerja dan anggaran pada tahun Selain itu, LKIP ini juga membandingkan data realisasi kinerja pada kurun tahun tertentu. Laporan ini juga bisa dijadikan sebagai evaluasi dan bahan dasar pengambilan kebijakan pembangunan peternakan dan perikanan pada waktu yang akan datang. Demikian penyusunan Laporan ini, semoga bermanfaat bagi yang berkepentingan Soreang, Maret 2017 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Ir H. A. Tisna Umaran, MP Pembina Utama Muda NIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii IKHTISAR EKSEKUTIF... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Tugas Pokok dan Fungsi Isu-isu Strategis...4 BAB II PERENCANAAN KINERJA...6 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Kinerja Organisasi Analisis Capaian Kinerja Organisasi Sasaran Strategis 1: Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing Sasaran Strategis 2: Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Sasaran Strategis 3: Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam Realisasi Anggaran (Pendukung Kinerja Dinas) BAB IV P E N U T U P Kesimpulan Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut LAMPIRAN Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Tabel 2-2. Tabel 2-3. Tabel 3-4. Sasaran Strategis, Indikator dan Target serta Perjanjian Kinerja Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Distanbuhut, Disnakan dan BKPPP Tahun Sebaran Kegiatan yang menunjang pencapaian target kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Target dan realisasi indikator kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun Tabel 3.5. Capaian dan Perkembangan produktivitas padi s/d Tahun Tabel 3-6. Produktivitas dan perkembangan komoditas bawang merah dan kopi s/d Tahun Tabel 3-7. Pekembangan produksi komoditi bawang merah Tabel 3-8. Pertumbuhan komoditas kopi Tabel 3-9. Perbandingan realisasi kinerja komoditas padi, bawang merah dan kopi terhadap target Renstra Tabel Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016 dengan target provinsi dan nasional Tabel Tingkat kehilangan hasil komoditas padi Tabel Komoditas Produksi Tanaman Pangan/Palawija Unggulan Tabel Realisasi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun Tabel Perbandingan Produksi Komoditi Perkebunan Tabel Alokasi dan Realisasi Pupuk Tahun Tabel Mesin Pertanian yang Dihibahkan Kepada Masyarakat Tabel Pestisida Pengendalian OPT Tahun Tabel Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung Tabel Pengelolaan Air Irigasi Tersier di Wilayah Kecamatan di Kab. Bandung Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Besar Tahun Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Kecil Tahun Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Unggas Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 iii

5 Tabel Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun Tabel Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Target Jawa Barat Tabel Stimulan ternak Tahun Tabel Perbandingan target dan realisasi jumlah penyediaan produk ternak tahun Tabel Capaian Indikator produksi daging, telur dan susu terhadap Renstra Tabel Perbandingan produksi daging, telur dan susu dengan target Jawa Barat Tahun Tabel Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Produksi Peternakan TA Tabel Perbandingan target dan realisasi indikator status kesehatan hewan tahun Tabel Hasil Surveilance Penyakit Brucelosis Tabel Perbandingan target dan realisasi produksi daging HAUS pada RPH tahun Tabel Perkembangan jumlah pemotongan ternak di RPH Tabel Fasilitasi teknologi peternakan tahun Tabel Dukungan Program pada Indikator Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan Tabel Target dan Realisasi Hasil Uji pada PAH tahun Tabel Hasil Uji laboratorium Kesmavet Tahun Tabel Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Masyarakat Veteriner untuk Menjamin Keamanan Pangan Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Peningkatan Produksi Olahan Ternak tahun Tabel Peningkatan capaian produk olahan ternak Tabel Tabel program kegiatan penunjang capaian indikator kinerja Tabel Capaian indikator strategis Sasaran Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Tahun Tabel Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya Tabel Kegiatan penunjang capaian kinerja kepenyuluhan Tabel Pengukuran Sasaran strategis Tahun Tabel Kegiatan Vegetasi Penanaman Hutan Rakyat Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 iv

6 Tabel Realisasi Anggaran Kegiatan yang mendukung Pencapaian Target Kinerja pada Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 v

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Perkembangan produktivitas padi Grafik 2. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia dapat dilihat pada grafik dibawah ini Grafik 3. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun Grafik 4. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun Grafik 5. Perkembangan status kesehatan hewan di Kabupaten Bandung Grafik 6. Perkembangan Vaksinasi AI/ND Tahun Grafik 7. Perkembangan vaksinasi brucellosis Grafik 8. Perkembangan vaksinasi Rabies Grafik 9. Perbandingan Target dan Realisasi kumulatif produksi daging di RPH s/d Tahun Grafik 10. Perbandingan target dan realisasi fasilitasi alat/sarana teknologi peternakan di Kabupaten Bandung Grafik 11. Peningkatan Kualitas PAH (Produk Asal Hewan) yang HAUS Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 vi

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun Hal Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 vii

9 IKHTISAR EKSEKUTIF Terdapat 20 Indikator utama yang ditetapkan pada tahun 2016, 18 indikator diantaranya dapat memenuhi bahkan melebihi target yang ditetapkan, sedangkan 2 indikator lainnya belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Indikator utama yang mencapai target bahkan melebihi ialah Produktifitas Komoditas Padi, Produktifitas Komoditas Bawang Merah, Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi, Jumlah Produksi Daging, Jumlah Produksi Telur dan Jumlah Produksi Susu serta beberapa indikator yang lain. Pencapaian ini tidak terlepas dari peran serta stakeholders peternakan/perikanan dan seluruh masyarakat peternakan dan perikanan yang didukung pula oleh peran aktif pemerintah Kabupaten Bandung pada proses pembangunan. Indikator lain yang belum mencapai target yaitu Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar, Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya). Realisasi Capaian tertinggi terdapat pada indikator Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan sebesar 226,25%, sedangkan terendah pada indikator Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) sebesar 68,42%. Berdasarkan kondisi tersebut maka khusus untuk beberapa indikator yang belum mencapai target yang ditetapkan haruslah mendapatkan prioritas agar pada akhir rencana strategis target yang tidak tercapai dapat terkompensasi Anggaran belanja langsung yang dialokasikan pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan pada Pembangunan Kabupaten Bandung untuk mendukung pencapain indikator tersebut pada tahun 2016 ialah sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- atau 94,70%. Jumlah anggaran tersebut dipergunakan untuk mencapai beberapa target indikator yang telah ditetapkan di dalam Renstra, dimana turunannya dibuat Renja dan Dokumen Anggaran sebagai target tahunan dari dinas masing-masing. Permasalahan utama yang dihadapi ialah sebagai berikut: - Ancaman alih fungsi lahan yang mengancam produksi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan hijauan makanan ternak - Semakin berkurangnya jumlah penyuluh pertanian sebagai akibat masa karja yang telah habis Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 viii

10 - Masih terbatasnya penerapan teknologi dan perlunya peningkatan pengetahuan petani. - Masih rendahnya daya saing produk pertanian sehingga belum memberikan nilai tambah untuk pelaku usaha Adapun penanggulangan permasalahan yang dihadapi pada tahun 2016 ialah sebagai berikut : - Penerapan teknologi, proses budidaya serta mekanisasi pertanian yang dapat mendorong produktivitas pertanan. - Menambah tenaga penyuluh swadaya dan Tenaga bantu penyuluh dalam pembinaan kelompok tani. - Proses budidaya pertanian yang terintegrasi antara sub sektor sehingga saling mendukung dalam memenuhi kebutuhan sumberdaya yang memadai. - Peningkatan sosialisasi dan pembinaan kepada petani dan pelaku usaha pertanian dalam mendorong penyediaan pangan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun 2016 ix

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun , alokasi kawasan budidaya pertanian dalam rencana pola ruang Kabupaten Bandung mencakup ,73 Ha atau seluas 53, 22 % dari total seluruh area Kabupaten Bandung. Meskipun demikian, sektor pertanian bukan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung. Tahun 2014, sektor pertanian hanya menyumbang sekitar 7,78 % terhadap total PDRB Kabupaten Bandung. Nilai tersebut jauh lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor industri pengolahan yang memiliki kontribusi sekitar 55,65 %. Isu food security dan food safety merupakan hal yang menjadi perhatian utama baik pada level daerah, nasional maupun dunia. Dewasa ini kekurangan penyediaan produk pangan menjadi masalah utama di level internasional terutama untuk beberapa negara berkembang dan negara tertinggal. Selain isu ketersediaan pangan keamanan pangan juga menjadi isu yang cukup penting untuk diperhatikan mengingat banyaknya kasus produk pangan yang tidak layak konsumsi baik secara kondisi produk atau aturan etika yang ada. Pada tahun 2016 pertanian di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan berat antara lain: (1) dampak perubahan iklim pada sektor pertanian berupa: meningkatnya serangan OPT dan penyakit hewan, menurunnya produktivitas dan menurunnya kualitas hasil panen; (2) meningkatnya harga pangan yang berkorelasi pada tingkat inflasi dan tingkat kemiskinan; (3) ketersediaan produksi kedelai, gula dan daging dalam negeri serta internasional terbatas, di sisi lain kebutuhan konsumsi domestik untuk ketiga komoditas tersebut meningkat; (4) kenaikan impor bahan pangan dan pakan akan mengurangi devisa negara; (5) terbatasnya pembiayaan pertanian yang mudah diakses petani/peternak; (6) terbatasnya infrastruktur lahan dan air; (7) sistem penyuluhan pertanian yang belum efektif, dan (8) belum optimalnya peran dan dukungan pemerintah daerah (RKT Kementerian Pertanian, 2014), maka dilakukan penyelarasan kegiatan pembangunan pertanian di Kabupaten Bandung dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementerian Pertanian Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

12 Guna menghadapi isu strategis tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dengan membuat instansi yang berkaitan dengan ketersediaan dan keamanan pangan produk produk pertanian melalui Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung dibentuk Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan. Sehubungan dengan adanya perubahan SOTK yang diuraikan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2016 Nomor 12), dan Peraturan Bupati Bandung Nomor 60 Tahun 2016 tentang Kedudukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah, yang mengatur tentang pembentukan Dinas Pertanian yang mengelola Urusan Pertanian, di dalamnya antara lain meliputi fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan penyuluhan.selanjutnya berkenaan dengan penyusunan dokumen pelaporan perangkat daerah diatur dalam Peraturan Bupati Bandung Nomor 47 Tahun 2016 tentang Kebijakan Transisi Dalam Rangka Penataan Perangkat Daerah, yang ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Sekretaris Daerah Nomor /187/org tentang Penyusunan Perjanjian Kinerja Tahun 2017dan LKIP Perangkat Daerah Tahun Dalam hal ini dokumen LKIP Dinas Pertanian Tahun 2016perlu disusun berdasarkan kolaborasi dari capaian kinerja Urusan Pertanian yang sebelumnya dikelola oleh tiga SKPD berbeda.laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian berisikan analisis terhadap capaian kinerja yang direncanakan oleh instansi berbeda, yaitu: - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, yang meliputi fungsi tanaman pangan, hortikulturan, perkebunan dan kehutanan. - Dinas Peternakan dan Perikanan, yang meliputi fungsi peternakan - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, yang meliputi fungsi penyuluhan pertanian Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penyusunan LKIP Dinas Pertanian adalah memberikan informasi atas capaian kinerja melalui pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, fungsi peternakan pada Dinas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

13 Peternakan dan Perikanan, serta fungsi kepenyuluhan pada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, yang akuntabel sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi ke tiga SKPD tersebut selama tahun Dengan demikian terkait dengan adanya informasi tentang keberhasilan maupun kegagalan dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing SKPD, diharapkan akan dapat menjadi tolok ukur dan bahan penting dalam menyusun perencanaan, menentukan kebijakan serta pembuatan keputusan untuk masa yang akan datang Tugas Pokok dan Fungsi Tugas pokok Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, serta Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 20 tahun Adapun tugas pokok masing-masing perangkat daerah sebagaimana Peraturan Bupati tersebut adalah sebagai berikut: - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) yaitu, merumuskan kebijakan teknis operasional di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan serta melaksanakan ketatausahaan Dinas. - Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) yaitu, Merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang pelayanan dan pengembangan peternakan dan perikanan yang meliputi peternakan, perikanan, kesehatan hewan dan pembinaan usaha peternakan dan perikanan serta melaksanakan ketatausahaan dinas. Dalam hal ini yang berkaitan dengan LKIP Dinas Pertanian meliputi fungsi peternakan, kesehatan hewan dan pembinaan usaha peternakan. - Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP) yaitu, melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang peningkatan ketahanan pangan dan koordinasi pelaksanaan penyuluhan yang meliputi ketahanan pangan, programa penyuluhan, ketenagaan, sarana dan prasarana penyuluhan serta melaksanakan ketatausahaan Badan. Dalam hal ini yang berkenaan dengan LKIP Dinas Pertanian yaitu fungsi pelaksanaan kepenyuluhan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

14 Adapun dalam pengelolaan Urusan Pertanian pada Tahun 2016, sebagaimana Struktur Organisasi pada masing-masing dinasadalah sebagai berikut: - Pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan meliputi 4 bidang, yaitu: Bidang Tanaman Pangan, Bidang Hortikultura, Bidang Perkebunan dan Bidang Kehutanan. - Pada Dinas Peternakan dan Perikanan meliputi 3 bidang, yaitu: Bidang Peternakan, Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet, serta Bidang Bina Usaha (peternakan). - Pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan meliputi Bidang Programa Penyuluhan, serta Bidang Ketenagaan, Sarana dan Prasarana Penyuluhan Isu-isu Strategis Ketersediaan luas areal pertanian tersebut merupakan absolute advantage bagi Kabupaten Bandung yang berpotensi sebagai sektor unggulan.sebagai upaya pengembangan sektor pertanian Kabupaten Bandung kedepan, dilakukan identifikasi terhadap persoalan sektor pertanian beserta faktor penyebab permasalahannya.berdasarkan hasil kajian, persoalan utama dalam sektor pertanian di Kabupaten Bandung yaitu belum adanya jaminan mengenai kuantitas, kualitas produk pertanian serta belum adanya jaminan mengenai kontinuitas ketersediaan produk pertanian di pasar. Jika dikaji lebih rinci, persoalan tersebut timbul akibat beberapa faktor, baik dalam proses produksi maupun dalam proses distribusi produk pertanian. Dalam proses produksi, rendahnya produktivitas pertanian kemungkinan besar diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan petani mengenai penguasaan teknologi pertanian serta pengetahuan terhadap pola dan waktu tanam. Selain daripada itu, belum meratanya penggunaan bibit unggul dan pupuk berkualitas dapat pula menjadi faktor penyebab.pada intinya, hal ini perlu diantisipasi dengan intensifikasi penyuluhan dan pelatihan oleh pemerintah daerah terhadap petani. Berdasarkan permasalahan utama di sektor pertanian tersebut, isu-isu strategis dan mendasar yang harus tertangani dan esensial untuk menunjang terciptanya pembangunan pertaniandan kehutanan yang berkelanjutan, memiliki competititveness dan comparativeness adalah (1) identifikasi dan penguatan potensi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

15 sumberdaya lokal; (2) menciptakan kemitraan dan konsolidasi yang solid di antara para pelaku usaha, stakeholders, dan pemerintahan; (3) peningkatan kualitas dan kuantitas yang konsisten, berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan SOP; serta (4) membangun infrastruktur dasar pembangunan pertaniandan kehutanan. Selain itu, penguatan kelembagaan dinas, aparatur dan institusi, menjadi isu strategis yang harus secara konsisten ditingkatkan, sehingga cepat tanggap, informatif, regulatori, dan fasilitatori. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

16 BAB II PERENCANAAN KINERJA Proses pembangunan pertanian tidak terlepas dari program pembangunan pemerintah Kabupaten Bandung. Tahun 2016 merupakan tahun awal pembangunan pada rencana jangka menengah Kabupaten Bandung yaitu tahun Sebagai panduan dalam pelaksanaan kegiatan dalam jangka waktu menengah maka disusun Renstra Tahun sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan maupun perundang-undangan.tujuan dari penyusunan Renstra itu sendiri ialah sebagai acuan pelaksanaan kebijakan dan bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan pada dinas-dinas yang menangani Urusan Pertanian. Berdasarkan peraturan perundangan yang baru maka Visi dan Misi hanya dibuat pada level kepala daerah (Kabupaten/Kota), sehingga Dinas peternakan dan Perikanan juga menggunakan Visi Misi Kepala daerah terpilih yaitu: Visi : Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan. Misi : 1. Misi Pertama : Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan pendidikan 2. Misi Kedua : Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan 3. Misi Ketiga : Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu tata ruang wilayah dengan memperhatikan aspek kebencanaan 4. Misi Keempat : Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat 5. Misi Kelima : Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif 6. Misi Keenam : Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup 7. Misi Ketujuh : Meningkatkan Kemandirian Desa 8. Misi Kedelapan : Meningkatkan reformasi birokrasi 9. Misi Kesembilan : Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah Adapun Dinas Pertanian termasuk pada misi ke-lima dimana yang menjadi sasaran utamanya yaitu : Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing. Sebagai upaya pencapaian target daerah Tahun 2016, pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan, ditetapkan beberapa sasaran indikator utama dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU). Sedangkan sebagai bentuk nyata upaya pencapaian indikator tersebut dituangkan dalam suatu dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2016 SKPD terkait dalam pelaksanaan urusan tersebut.berdasarkan hasil rekapitulasi Perjanjian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

17 Kinerja ke tiga dinas yang menangani Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan, terdapat 3 sasaran kinerja yang diurai ke dalam 20 indikator kinerja, dimana... indikator merupakan Indikator Kinerja Utama dan sisanya... indikator merupakan indikator tambahan. Adapun uraian Perjanjian Kinerja Tahun 2016 pada Urusan Pertanian dan Kehutanan diuraikan dalam tabel berikut: Tabel 2-1 Sasaran Strategis, Indikator dan Target serta Perjanjian Kinerja Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun 2016 SASARAN Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing Meningkatkan kualitas SDM Petugas INDIKATOR KINERJA Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) Produktifitas Komoditas Bawang Merah (Kwt/Ha) Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi (Kwt/Ha) Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar (ekor) Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Kecil (ekor) Jumlah Populasi Ternak Unggas (ekor) TARGET Perangkat KINERJA Daerah KET. 63,12 Distanbunhut IKU 121,6 Distanbunhut IKU 5,3 Distanbunhut IKU Disnakan Indikator Tambahan Disnakan Indikator Tambahan Disnakan Indikator Tambahan Jumlah Produksi Daging (ton) Disnakan IKU Jumlah Produksi Telur (ton) Disnakan IKU Jumlah Produksi Susu (ton) Disnakan IKU Persentase Status Kesehatan Hewan (%) 70.5 Disnakan IKU Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan (%) Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS (%) Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) Persentase Peningkatan Produksi Olahan Ternak (%) Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan 2.81 Disnakan Indikator Tambahan 77 Disnakan Indikator Tambahan 2100,6 Disnakan Indikator Tambahan 8 Disnakan IKU 845 BKPPP Indikator Tambahan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

18 SASARAN Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam INDIKATOR KINERJA Jumlah kelompok peternakan yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi peternakan Jumlah kelompok tani yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) Jumlah kelompok yang terbina melalui penyuluhan kehutanan Prosentase Luas Lahan Kritis yang ditanami (%) TARGET KINERJA Perangkat Daerah KET. 176 BKPPP Indikator Tambahan 740 BKPPP Indikator Tambahan 380 BKPPP Indikator Tambahan 275 BKPPP Indikator Tambahan 62,47 Distanbunhut IKU Guna menunjang pencapaian tersebut di atas, didukung dengan program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, serta Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan.Uraian program tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2-2. Program dan Pagu Anggaran Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Distanbuhut, Disnakan dan BKPPP Tahun 2016 NO PROGRAM ANGGARAN (Rp) Perangkat Daerah A URUSAN PERTANIAN 1 Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Distanbunhut 2 Program Peningkatan Ketahanan Pangan Distanbunhut (Pertanian/Perkebunan) 3 Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Distanbunhut Pertanian/Perkebunan 4 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut 5 Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut 6 Program pencegahan dan penanggulangan penyakit Disnakan ternak 7 Program peningkatan produksi hasil peternakan Disnakan 8 Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Disnakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

19 NO PROGRAM ANGGARAN (Rp) Perangkat Daerah 9 Program peningkatan penerapan teknologi Disnakan peternakan 10 Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan 11 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan BKPPP 12 Program Pemberdayaan Penyuluhan BKPPP Pertanian/Perkebunan Lapangan 13 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan BKPPP B. URUSAN KEHUTANAN 1 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Distanbunhut 2 Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Distanbunhut 3 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Distanbunhut Hutan 4 Program Perlindungan dan konservasi sumber daya BKPPP hutan 5 Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan Distanbunhut Adapun sebaran kegiatan yang menunjang pencapaian target kinerja dijabarkan dalam tabel berikut: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

20 Tabel 2-3. Sebaran Kegiatan yang menunjang pencapaian target kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN PROGRAM Perangkat Daerah A. URUSAN PERTANIAN Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) 63,12 1. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis 2. Pengembangan Intensifikasi tanaman Padi Palawija 3. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil pertanian Peningkatan Kesejahteraan Petani Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut 4. Pengembangan Diversifikasi Pangan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut 5. Pengembangan Perbenihan/ dan Pembibitan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut 6. Penyusunan Database potensi Produk Pangan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Distanbunhut 7. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Tepat Guna Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut 8. Pemeliharaan Rutin berkala Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/perkebunan tepat Guna Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

21 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN 9. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (Peningkatan manajemen pengelolaan air WISP II-LOAN) 10. Pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna (DAK) PROGRAM Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Perangkat Daerah Distanbunhut Distanbunhut Produktifitas Komoditas Bawang Merah (Kwt/Ha) 121,6 Penelitian dan Pengembangan Sumber daya pertanian Distanbunhut Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi (Kwt/Ha) 5,3 1. Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/ Perkebunan Unggulan Daerah Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut 2. Pembangunan pusat-pusat penampungan produksi hasil pertanian/perkebunan masyarakat yang akan dipasarkan 3. Penyusunan database produk pangan 4. Pengembangan Pertanian pada Lahan Kering 5. Penyediaan sarana produksi pertanian/perkebunan 6. Penyediaan sarana dan Prasarana Produksi Pertanian/Perkebunan 7. Pengembangan bibit unggul pertanian/ perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

22 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar (ekor) Pembangunan sarana dan prasarana pembibitan ternak Jumlah Populasi Ternak Pembibitan dan perawatan Ruminansia Kecil (ekor) ternak Jumlah Populasi Ternak Pengembangan agribisnis Unggas (ekor) pertenakan Jumlah Produksi Daging Kegiatan Penguatan ekonomi (ton) masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau melalui bantuan peternakan Jumlah Produksi Telur (ton) Pembangunan sarana dan prasarana pasar produksi hasil peternakan PROGRAM Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan produksi hasil peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Perangkat Daerah Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Jumlah Produksi Susu (ton) Persentase Status Kesehatan Hewan (%) Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak 2. Pemusnahan ternak yang terjangkit penyakit endemik 3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah 4. Pelayanan Kesehatan Hewan dan Laboratorium 5. Peningkatan Sarana Prasarana Pusat Kesehatan Hewan dan Laboratoirum ( DAK ) 6. Penyusunan legislasi rancangan peraturan perundang-undangan keswan/kesmavet/kesrawan Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Disnakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

23 SASARAN INDIKATOR KINERJA Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan (%) TARGET KINERJA KEGIATAN 2.81 Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna PROGRAM Program peningkatan penerapan teknologi peternakan Perangkat Daerah Disnakan Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS (%) 77 Pengawasan dan pembinaan penerapan Kesmavet dan Kesrawan Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) 2.100,6 1. Kegiatan Pelayanan Rumah Potong Hewan 2. Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Ruminansia ( DAK ) Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan Disnakan 3. Peningkatan Sarana Prasarana Rumah Potong Hewan Unggas Program Penjaminan Produk Asal Hewan/Ternak Disnakan Persentase Peningkatan Produksi Olahan Ternak (%) 8 1. Promosi Atas Hasil Produksi Peternakan Unggulan Daerah 2. Pengembangan Pemasaran dan Pengolahan Hasil Produksi Peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Disnakan Disnakan Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Jumlah kelompok peternakan yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi peternakan 3. Penyusunan Rancangan Peraturan Perundangundangan Peternakan Pasca Panen 176 Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan tepat guna Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Disnakan BKPPP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

24 SASARAN Kehutanan. INDIKATOR KINERJA Jumlah kelompok tani yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan Jumlah kelompok yang terbina melalui penyuluhan kehutanan TARGET KINERJA KEGIATAN 740 Penyuluhan penerapan teknologi pertanian/ perkebunan tepat guna Pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern bercocok tanam Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna 3. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian/perkebunan 4. Penyuluhan dan pendampingan bagi pertanian/perkebunan 5. Peningkatan kesejahteraan tenaga penyuluh pertanian/perkebunan (Swadaya) 6. BOP penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan (Bangub) 275 Penyuluhan kesadaran masyarakat mengenai dampak perusakan hutan PROGRAM Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Perangkat Daerah BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP BKPPP B. URUSAN KEHUTANAN Terselenggaranya Konservasi Sumber Daya Alam Prosentase Luas Lahan Kritis yang ditanami (%) 62,47 1. Pengembangan hasil hutan non kayu 2. Pembinaan Pengendalian dan Pengawasan Gerakan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Distanbunhut Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

25 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET KINERJA KEGIATAN Rehabilitasi Hutan dan Lahan PROGRAM Perangkat Daerah 3. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan 4. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Distanbunhut Distanbunhut Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja, yang digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program/ kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kabupaten Bandung sebagaimana tertuang dalam RPJMD yang teknis pelaksanaan sasaran tersebut diturunkan pada Renstra SKPD serta setiap tahunnya ditetapkan dalam perjanjian kinerja pimpinan SKPD.Pada tahun 2016 Terdapat 20 indikator sasaran prioritas Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan. Adapun uraian realisasi tiap indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3-4. Target dan realisasi indikator kinerja pada Urusan Pertanian dan Urusan Kehutanan Tahun 2016 SASARAN Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing INDIKATOR KINERJA 1. Produktifitas Komoditas Padi (Kwt/Ha) 2. Produktifitas Komoditas Bawang Merah (Kwt/Ha) 3. Produktifitas Tanaman Perkebunan Kopi (Kwt/Ha) 4. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Besar (ekor) 5. Jumlah Populasi Ternak Ruminansia Kecil (ekor) 6. Jumlah Populasi Ternak Unggas (ekor) 7. Jumlah Produksi Daging (ton) 8. Jumlah Produksi Telur (ton) 9. Jumlah Produksi Susu (ton) TARGET KINERJA Realisasi Persentase Perangkat Daerah 63,12 63,64 100,82 Distanbunhut 121, ,33 Distanbunhut 5,3 10,52 197,00 Distanbunhut ,48 Disnakan ,27 Disnakan ,68 Disnakan ,84 Disnakan ,60 Disnakan ,32 Disnakan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

27 SASARAN Meningkatkan kualitas SDM Petugas Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Terselenggaran ya Konservasi Sumber Daya Alam INDIKATOR KINERJA 10. Persentase Status Kesehatan Hewan (%) 11. Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan (%) 12. Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS (%) 13. Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) 14. Persentase Peningkatan Produksi Olahan Ternak (%) 1. Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan 2. Jumlah kelompok peternakan yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi peternakan 3. Jumlah kelompok tani yang terbina melalui penyuluhan penerapan teknologi Pertanian/Perkebunan 4. Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) 5. Jumlah kelompok yang terbina melalui penyuluhan kehutanan Prosentase Luas Lahan Kritis yang ditanami (%) TARGET KINERJA Realisasi Persentase Perangkat Daerah ,6 105,82 Disnakan ,10 110,32 Disnakan 77 84,10 110,52 Disnakan 2100, ,7 130,57 Disnakan 8 8,42 105,25 Disnakan ,04 BKPPP ,00 BKPPP ,54 BKPPP ,42 BKPPP ,00 BKPPP 62,47 67,08 107,38 Distanbunhut Tabel 3-1, menunjukkan bahwa dari 20 indikator capaian yang ditetapkan, terdapat 18 indikator yang melampaui target, dan sisanya 2 indikator yang tidak Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

28 memenuhi target. Capaian tertinggi terdapat pada indikator Jumlah Kelompok Tani (Poktan) yang terbina melalui penyuluhan sebesar 226,25%, sedangkan terendah pada indikator Jumlah pemberdayaan penyuluh (PNS, THL dan penyuluh swadaya) sebesar 68,42%. 3.2 Analisis Capaian Kinerja Organisasi Analisis akuntabilitias kinerja dilakukan dengan cara membandingkan tiap indikator sasaran yang menjadi kewenangan dinasyang mengelola Urusan Pertanan dan Urusan Kehutanan dengan target pada tahun bersangkutan. Selain itu dilakukan penelahaan secara komprehensif dengan membandingkannya pada realisasi tahun sebelumnya serta pada target tahun yang akan datang. Adapun analisa sasaran pada masing-masing sasaran strategis untuk tahun 2016 ini ialah sebagai berikut: Sasaran Strategis 1: Berkembangnya usaha agrobisnis berbasis ekonomi lokal dan mampu berdaya saing A) Produktivitas Komoditas Padi, Bawang Merah dan Kopi (Kwt/Ha) 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target - Komoditas Padi Sebagaimana Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, bahwa produktivitas diperoleh dari capaian produktivitas komoditas padi diperoleh dari akumulasi produksi padi (kwt) terhadap luas panen (Ha) selama kurun waktu Tahun Capaian Tahun 2016 menunjukkan bahwa realisasi sebesar 63,64 kwt/ha dapat melebihi yang ditargetkan sebesar 63,12 kwt/ha atau 100,82%.Capaian produksi padi Kabupaten Bandung Tahun 2016 mencapai ton dengan luas panen sebesar Ha, sedangkan ditargetkan produksi padi sebesar ton dengan luas panen sebesar Ha.Poduktivitas padi diperoleh dari akumulasi capaian komoditas padi sawah dan padi gogo, dimana produktivitas padi sawah mencapai 64,45 kwt/ha dan padi gogo sebesar 40,06kwt/ha, namun sangat dominannya budidaya padi sawah di Kabupaten Bandung secara kumulatif sangat berpengaruh terhadap capaian produktivitas komoditas padi secara umum (63,64 kwt/ha). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

29 Tabel 3.5. Capaian dan Perkembangan produktivitas padi s/d Tahun 2016 No A PADI 1 Padi Sawah Uraian Komoditi Realisasi 2014 Realisasi Target Realisasi % Luas Tanam (ha) ,08 Luas panen (ha) ,35 Produksi (ton) ,39 Produktivitas (kwt/ha) 64,13 64,73 64,43 64,45 100,03 2 Padi Gogo Luas Tanam (ha) ,50 Luas panen (ha) ,86 Produksi (ton) ,87 Produktivitas (kwt/ha) 40,51 43,42 43,14 40,06 92,87 JUMLAH PADI Luas Tanam (ha) ,46 Luas panen (ha) ,75 Produksi (ton) ,68 Produktivitas (kwt/ha) 62,87 63,84 63,12 63,64 100,82 Pencapaian realisasi serta keberhasilan dalam melampaui target Tahun 2016 dari yang telah ditetapkan ini karena adanya perlakuan khusus serta langkah strategis dalam peningkatan produktivitas lahan dan komoditas padi antara lain penerapan teknologi terkini baik itu dari segi komoditas misalnya penggunaan benih unggul bermutu maupun tehnik penanaman atau pemanenan sehingga mampu menurunkan persentase kehilangan hasil akibat proses panen, pasca panen dan pengolahan hasil. - Komoditas Bawang Merah dan Kopi Seperti halnya padi, penghitungan produktivitas komoditas bawang merah merupakan akumulasi dari produksi dan luas panen, sedangkan produktivitas komoditas kopi berasal dari jumlah produksi terhadap Luas Tanaman yang Menghasilkan (TM). Pada Tahun 2016 produktivas bawang merah mencapai 122 kwt/ha atau 100,33% dari yang ditargetkan sebesar 121,6 kwt/ha. Sedangkan produktivitas kopi sebesar 10,5 kwt/ha atau 197% dari yang ditargetkan sebesar 5,3 kwt/ha. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

30 Lebih lengkap capaian produktivitas dan variabel-variabel penunjangnya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3-6. Produktivitas dan perkembangan komoditas bawang merah dan kopi s/d Tahun 2016 No B Uraian Komoditi Bawang Merah Realisasi 2014 Realisasi Target Realisasi % Luas Tanam (ha) ,56 Luas panen (ha) ,79 Produksi (kwt) ,22 Produktivitas (kwt/ha) 108,26 121,59 121, ,33 C Kopi Produksi (kwt) , , ,8 174,36 Luas areal Tanaman Menghasilkan (Ha) 6.686, , ,5 88,48 Produktivitas (kwt/ha) 10,17 5,2 5,3 10,5 197,00 Tabel 3-6 menunjukkan bahwa caaian produktivitas bawang merah ditunjang oleh capaian produksinya sebesar kwintal atau 131,22% dari yang ditargetkan sebesar kwintal. Sedangkan capaian luas panen sebesar ha atau 130,79% dari yang ditargetkan sebesar Ha. Adapun capaian produktivitas kopi ditunjang dengan produksi sebesar ,8 kwintal atau 174,36% dari target sebesar ,1 kwintal. Sedangkan capaian luas areal tanaman menghasilkan sebesar 6.686,5 Ha atau 88,48 dari yang ditargetkan seluas 7.556,8 Ha. 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya - Komoditas Padi Capaianproduktivitas padi setiap tahunnya berfluktuatif. Tahun 2014 produktivitas padi sebesar 62,87 kwt/ha meningkat di Tahun 2015 menjadi 63,84 kwt/ha kemudian turun menjadi 63,64 kwt/ha (Grafik 1). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

31 Grafik 1. Perkembangan produktivitas padi 64 63,8 63,6 63,4 63, ,8 62,6 63,84 63,64 62,87 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Produktivitas (kwt/ha) Grafik 1 menunjukkan penurunan capaian pada Tahun 2016 dari Tahun 2015 sebesar 0,2 kw/ha. Meskipun demikian dari segi produksi (Tabel 3-2) terdapat lonjakan yang cukup signifikan, dimana laju peningkatan produksi Tahun sebesar ton, meningkat menjadi ton pada periode Tahun Laju peningkatan ini tidak terlepas dari luas panen pada periode tahun tersebut, dimana terdapat selisih luas panen yang cukup besar periode Tahun yaitu seluas ha. - Komoditas bawang merah dan kopi Laju pertumbuhan produktivitas komoditas bawang merah produktivitas meningkat dari 108,26 kwt/ha pada Tahun 2014 meningkat menjadi 122 kwt/ha. Capaian tersebut ditunjang dengan meningkatnya produksi dari kwintal (2014) menjadi kwintal (2016), dengan luas panen dari Ha (2014) menjadi Ha (2016). Tabel 3-7. Pekembangan produksi komoditi bawang merah Uraian Realisasi Tahun * Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Provitas (Ton/ha) 116,1 120,13 108,74 108,26 121, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

32 Sedangkan pada komoditas kopi produktivitas meningkat dari 10,17 kwt/ha pada Tahun 2014 menjadi 10,5 kwt/ha pada Tahun Pertumbuhan tersebut ditandai dengan meningkatnya produksi dari kwintal (2014) menjadi ,8 kwintal (2016), dengan luas baku lahan yang relatif stagnan yaitu ha. Tabel 3-8. Pertumbuhan komoditas kopi Uraian Luas/ Baku Lahan (Ha) Produksi Hasil Olahan (Ton) ,88 Produksi Bahan Mentah (Ton) ,51 3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun Gambaran variabel-variabel yang menunjang terhadap capaian indikator kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut: Tabel 3-9. Perbandingan realisasi kinerja komoditas padi, bawang merah dan kopi terhadap target Renstra Indikator Kinerja Produksi Komoditas Padi (ton) Produksi Komoditas Bawang Merah (ton) Produksi Tanaman Perkebunan Kopi (ton) Target 2016 Realisasi Target Target Target Target , , , , , Tabel 3-9 menunjukkan bahwa realisasi capaian produksi padi dan bawang merah sudah melebihi target akhir tahun Renstra. Produksi padi mencapai 102% Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

33 dan bawang merah sebesar 103,58%. Meskipun demikian perlu dianalisis factor atau variable pendorong capaian produksi dan dilakukan koreksi terhada target renstra ke depan. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Perbandingan indikator kinerja yang dibandingkan dengan target provinsi dan nasional, diwakili oleh data produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun CapaianProduksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016 dibandingkan dengan target produksi Jawa Barat dan Nasional. Tabel Perbandingan produksi padi, bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung Tahun 2016 dengan target provinsi dan nasional Indikator Kinerja Produksi Komoditas Padi (ton) Produksi Komoditas Bawang Merah (ton) Produksi Tanaman Perkebunan Kopi (ton) Target Kinerja Kab. Bandung 2016 Realisasi Kab. Bandung 2016 Target Jawa Barat Target Nasional % thd Provinsi % thd Nasional , , , ,88 0, , , , ,08 3, , , , ,77 0,95 Sumber: Renstra kementan Tahun , diolah. Tabel 3-10 menunjukkan bahwa posisi produksi padi Kabupaten Bandung dapat menyumbang 4,88% terhadap target provinsi Jawa Barat dan 0,8% terhadap produksi nasional. Sedangkan produksi bawang merah menyumbang 33,08% terhadap target provinsi dan 3,78% terhadap target nasional. Adapun Produksi kopi Kabupaten Bandung dapat mensuplai 38,77% target provinsi dan 0,95% terhadap target nasional. Suplai bawang merah dan kopi Kabupaten Bandung yang rata-rata di atas 30% dari target Jawa Barat (27 Kabupaten/kota) menunjukkan bahwa pertanian komoditi tersebut memegang peranan penting. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

34 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Upaya peningkatan produksi padi di Kabupaten Bandung melalui efisiensi produksi saat ini menjadi alternatif yang penting, dimana alternatif secara ekstensifikasi perluasan areal semakin sulit ditempuh.efisiensi produksi yang dapat ditempuh melalui upaya intensifikasi atau perbaikan teknologi pada penggunaan sarana produksi maupun peningkatan kualitas infrastruktur. Selain itu efisiensi produksi juga dapat dilakukan dalam rangka mengurangi tingkat kehilangan hasil, diantaranya melalui perbaikan pada proses pasca panen, pengendalian OPT dan penggunaan benih unggul. Tingkat kehilangan hasil produksi padi dari tahun ke tahun dapat dikurangi. Pada Tahun 2011 tingkat kehilangan mencapai 11,52% dan pada Tahun 2016 dapat ditekan menjadi 9,99% (Tabel 3-7). No Tabel Tingkat kehilangan hasil komoditas padi Komponen Tingkat Kehilangan Hasil Komoditas Padi pada Tahun (%) Panen 2,35 0,58 0,51 0,50 0,50 0,48 2 Perontokan 3,35 3,33 3,28 3,15 3,12 3,11 3 Pengeringan 3,03 3,83 3,82 3,75 3,75 3,75 4 Pengilingan 2,42 3,01 2,86 2,67 2,65 2,65 JUMLAH 11,52 10,75 10,47 10,07 10,02 9,99 Tabel 3.11memperlihatkan bahwa tingkat kehilangan hasil dari tahunketahun terus mengalami penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa kualitas panen padi tiap tahun terus meningkat, beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan hasil padi adalah : (1) Varietas padi, varietas unggul padi yang telah dilepas dan diadopsi oleh petani sebagaian besar termasuk yang mudah rontok, sehingga padi tidak banyak lagi yang tertinggal malainya, serta petani dalam pemanenan (ngarit padi) telah melakukan penumpukan sementara dengan memakai alas; (2) Umur panen padi, umur panen padi sangat berpengaruh terhadap besarnya kehilangan hasil. Bila panen muda atau belum masuk optimum maka mutu gabah yang dihasilkan akan rendah, banyak bulir hijau. Sebaliknya padi yang dipanen terlalu tua atau terlewat masak, hasil akan turun karena gabah banyak yang rontok; (3) Alat panen, dengan diintroduksinya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

35 varietas-varietas unggul baru padi yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke sabit. Sabit harus tajam agar saat pemotongan padi tidak terjadi goyangan yang kuat, sehingga tidak menyebabkan gabah rontok, ataupun sekarang sudah banyak kelompok tani yang menggunakan powerthraser; (4) Sistem panen, pemanenan padi sistem individual (keroyokan) dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas, mendorong pemanen untuk berebut memotong padi sebanyakbanyaknya. Akan lebih baik jika pemanenan padi menggunakan alat perontok pedal Thresher atau power thresher; (5) perontok padi dapat dilakukan dengan cara diinjak-ijak, dipukul, dibanting, pedal thresher, dan mesin perontok, proses perontokan padi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kehilang hasil padi secara keseluruhan.sebagian besar petani melakukan perontokan dengan cara dibanting terlalu keras maka banyak gabah yang terlempar keluar dari alas. Sebaliknya jika dibanting terlalu lemah dan hanya beberapa kali membanting, maka banyak gabah yang tidak rontok menempel pada malainya dan ikut terbuang bersama jeraminya.masalah terakhirr inilah yang menyebabkan kehilangan hasil cukup besar. Penanganan pasca panen tidak akan terlepas dari interaksi faktor-faktor yang membentuk sistem pascapanen. Dengan demikian untuk memperbaiki sistem pascapanen diperlukan pendekatan yang menyeluruh terhadap komponen-komponen sistem untuk memperbaiki struktur dan manajemen sistem sehingga diperoleh berbagai alternatif perbaikan keluaran sistem yang diperbaiki.strategi penanganan pasca panen harus ditempatkan sebagai bagian integral dari program pengembangan sistem usahatani padi.berdasarkan keragaan lingkungan, strategi perbaikan penanganan panen dan pascapenen harus dilaksanakan dengan prinsip location spesifik dengan tetap mengacu pada asas selektif.dengan mengacu pada aspek selektif, perbaikan penanganan pascapenen padi tidak terbatas pada penanganan perbaikan teknologi saja tetapi juga perbaikan dari aspek sosial ekonomi dan kelembagaan. Secara umum tujuan perbaikan pascapanen padi yaitu (1) menekan kehilangan hasil, mulai dari tahap pemanenan sampai dengan penggilingan, (2) meningkatkan rendemen dan mutu beras giling, (3) menekan biaya pascapanen, mulai dari pemanenan sampai dengan penggilingan, (4) meningkatkan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

36 pendapatan petani pemilik dan buruh pemanen, (5) meningkatkan kelayakan ekonomi dan finansial jasa alsintan pascapanen mulai panen sampai dengan penggilingan, (6) merekayasa sistem kelembagaan jasa pemanenan dan pasca panen yang efektif dan efisien. Program perbaikan penanganan panen dan pasca panen dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, (1) pendekatan wilayah, (2)pendekatan teknologi.pendekatan wilayah didasarkan atas pertimbangan persepsi petani sebagai dominan, faktor sosial budaya dan ekonomi dan kelembagaan panen di tingkat petani, termasuk buruh tani. Pendekatan teknologi merupakan top down approach yang lebih didasarkan pada kriteria teknis, seperti peningkatan kapasitas dan efisiensi kerja, serta perbaikan teknologi alat dan proses untuk meningkatkan rendemen dan mutu beras. Lebih lanjut, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan luas tanam melalui peningkatan indeks pertanaman padi, melalui perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi sawah baru.peningkatan IP tersebut dilaksanakan melalui perbaikan/rehabilitasi jaringan irigasi dan/atau pembangunan jaringan irigasi baru, dinilai efektif. Dengan demikian, dampak negatif dari alih fungsi lahan terhadap pencapaian jumlah produksi tanaman pangan, khususnya padi masih bisa diminimalisasi melalui peningkatan IP dan produktivitas komoditas, disamping pengendalian OPT secara sabilulungan (Brigade Proteksi Tanaman). Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51 pada tahun 2014;2,43 pada Tahun 2015 dan tahun 2016 (MT. 2015/2016 mencapai 2,65. Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

37 yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat. Selain komoditi-komoditi pertanian (pangan), hortikultura dan perkebunan strategis Kabupaten Bandung tersebut di atas (padi, bawang merah dan kopi), terdapat komoditi-komoditi ekonomis lain yang dapat menunjang ketersediaan pangan. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan sampai tingkat rumah tangga tersebut, pemerintah mengupayakan strategi antara lain berbagai usaha peningkatan produksi dan produktivitas lahan dan pangan. Selain itu, peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat tani dalam diseminasi teknologi mulai dari budidaya tanaman pangan pada sisi on-farm juga teknologi pasca panen dan pengolahan hasil pada sisi off-farm.berikut pada tabel 3.12 disajikan data komoditas produksi tanaman pangan unggulan. Tabel Komoditas Produksi Tanaman Pangan/Palawija Unggulan Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Perkembangan realisasi Thdp target 2016 Perkembangan realisasi Thdp realisasi 2015 Jagung Luas Tanam (ha) ,59 161,56 Luas Panen (ha) ,15 166,71 Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) 65,45 70, Kedelai Luas Tanam (ha) ,45 249,41 Luas Panen (ha) ,81 239,10 Produksi (ton) ,00 259,72 Produktivitas (kwt/ha) 12,90 13,42 14,01 104,38 108,62 Kacang Tanah Luas Tanam (ha) , Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) 15,51 14, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

38 Uraian komoditi Ubi Kayu Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Perkembangan realisasi Thdp Perkembangan realisasi Thdp Luas Tanam (ha) , Luas Panen (ha) , Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) 198,51 210, Ubi Jalar Luas Tanam (ha) Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kwt/ha) 136,82 135, Realisasi produksi jagung mencapai ton (Jagung pipilan kering) atau sebesar 91,28% dari total target Tahun 2016 dengan produktivitas mencapai 70,35 Kwt/ha, dalam hal provitas jagung bisa melampaui target yang telah ditetapkan namun dalam produksinya hanya mencapai 91,28 persen hal ini bila dibandingkan dengan luas pertanaman diantaranya disebabkan oleh banyak jagung yang dipanen muda, apalagi pada bulan-bulan di akhir tahun sebagai persiapan tradisi masyarakat menjual jagung bakar pada awal tahun, selain itu juga untuk mempercepat perguliran modal petani, serta panen muda yang disebabkan oleh kebutuhan pakan ternak. Hasil panen jagung terbagi ke dalam dua bentuk produk yaitu jagung dipanen muda dan jagung dalam bentuk pipilan kering.selain itu menurut pengamatan di lapangan jagung yang dipanen berhasil pada umumnya adalah kelompok tani/petani yang mendapatkan bantuan dari pemerintah saja sehingga otomatis menurunkan produksi komoditas tersebut. Produksi kedelai pada tahun 2016 telah memenuhi target 100% yaitu sebesar ton. Tercapainya target produksi kedelai pada tahun 2016 dikarenakan produktivitas yang meningkat yaitu sebesar 14,01 kwt/ha telah melebihi target produktivitas sebesar 13,42 kwt/ha dan adanya bantuan juga dari pemerintah, meskipun disisi lain realisasi luas panen tidak terpenuhi yaitu 801 ha dari yang ditargetkan 836 ha. Komoditas Ubi Kayu pada tahun 2016 tidak bisa melampui target dengan realisasi sebesar ton atau hanya 63,37% dari target tahun 2016, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

39 walaupun produksi belum melapaui target akan tetapi produktivitas ubi kayu mengalami peningkatan yaitu 211,37 Kwt/Ha atau 100,25%. Hal ini cenderung disebabkan oleh jangka waktu panen dari ubi kayu sendiri yang relatif lama, bahkan ada yang hampir mencapai 1 tahun, komoditas ini dapat menjadi alternatif tabungan petani, dengan tanaman selingan yang lebih cepat perputaran modalnya. Produksi kacang tanah pada tahun 2016 belum melampaui target dengan realisasi sebesar ton. Produksi kacang tanah hanya memenuhi target sebesar 47,46%, dengan produktivitas mencapai 14,97 kwt/ha atau sebesar 100,66%. Produksi kacang tanah tidak tercapai disebabkan luas panen kacang tanah tidak memenuhi target yaitu 692 ha (47,15%). Ketidak berhasilan pencapaian produksi tidak mengindikasikan kegagalan panen karena jika dilihat dari produktivitasnya terus meningkat.hal ini menunjukkan bahwa praktek budidaya yang dilakukan oleh petani sudah sesuai, namun ini lebih disebabkan oleh kekurang tertarikan petani terhadap komoditas tersebut sehingga dari indeks pertanaman pun dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Produksi ubi jalar tahun 2016 belum melampaui target dengan realisasi sebesar ton. Produksi ubi jalar hanya memenuhi target sebesar 66,65%, dengan produktivitas mencapai 135,50 atau sebesar 100,07%. Produksi ubi jalar tidak tercapai disebabkan oleh luas panen yang tidak memenuhi target yaitu ha (66,60%).Ketidak berhasilan pencapaian dalam produksi tidak mengindikasikan kegagalan panen karena jika dilihat dari produktivitasnya terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa praktek budidaya yang dilakukan oleh petani sudah cukup sesuai dengan teknologi yang ada dan diadopsi. Selain tanaman pangan, produksi serta produktivitas komoditas pertanian khususnya komoditas hortikultura dan perkebunan unggulan di Kabupaten Bandung Tahun 2016 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan walaupun menghadapi kendala-kendala yang cukup sulit seperti keadaan alam yang cukup ekstreem khususnya iklim yang kering, namun disisi lain iklim tersebut membantu dalam pertumbuhan serta perkembangan bunga dan pembuahan komoditas hortikultura dan perkebunan sehingga umumnya mampu menaikan produksi dan produktivitasnya asalkan pengairannya tetap terjaga dan terpenuhi. Selain itu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

40 pula ada tantangan internal diantaranya adalah peralihan komoditas karena alasan-alasan tertentu, pengurangan lahan produktif karena digunakan untuk keperluan lainnya serta terkadang penanaman/pertanian komoditas hortikultura berbenturan dengan isu-isu tentang kaidah-kaidah konservasi. Sayuran Lima komoditas utama sayuran di Kabupaten Bandung adalah kentang, tomat, cabe, dan kubis.disamping itu, terdapat komoditas-komoditas spesifikasi lokal dan eksklusif yang dikembangkan atas kerjasama antara petani dengan pelaku pasar (ritel, industri, dan eksportir), seperti wortel, brokoli, paprika, dan sayuran eksklusif jepang.komoditas tersebut tersebar di Kecamatan Pangalengan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali, Cimenyan, dan Kertasari. No Tabel Realisasi Komoditas Sayuran di Kabupaten Bandung Tahun Kentang Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) Luas Tanam (ha) ,73 133,99 Luas panen (ha) ,61 122,68 Produksi (kwt) ,44 121,42 Produktivitas (kwt/ha) 204,1 211,99 202,01 95,30 98,97 2 Kubis 3* Cabe Luas Tanam (ha) ,86 150,86 Luas panen (ha) ,61 140,59 Produksi (kwt) ,65 137,52 Produktivitas (kwt/ha) 230,4 239,89 225,39 93,95 97,82 Luas Tanam (ha) ,87 135,15 Luas panen (ha) ,32 246,29 Produksi (kwt) ,87 70,49 Produktivitas (kwt/ha) 319,6 96,63 91,46 94,65 28,62 4* Tomat Luas Tanam (ha) ,15 85,81 Luas panen (ha) ,14 224,40 Produksi (kwt) ,84 92,26 Produktivitas (kwt/ha) 514,1 256,40 211,39 82,44 41,12 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

41 No Uraian komoditi 5 Bawang Daun Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) Luas Tanam (ha) ,60 140,29 Luas panen (ha) ,62 125,79 Produksi (kwt) ,57 146,55 Produktivitas (kwt/ha) 145,5 158,86 169,57 106,74 116,54 6 Kembang Kol Luas Tanam (ha) ,78 76,58 Luas panen (ha) ,64 78,84 Produksi (kwt) ,96 88,70 Produktivitas (kwt/ha) 193,4 180,91 217,54 120,25 112,48 7 Petsai/Sawi/Sosin Luas Tanam (ha) ,54 130,27 Luas panen (ha) ,40 116,68 Produksi (kwt) ,15 115,32 Produktivitas (kwt/ha) 207,43 222,43 205,01 92,17 98,83 8 Wortel Luas Tanam (ha) ,69 140,34 Luas panen (ha) ,40 146,98 Produksi (kwt) ,49 142,44 Produktivitas (kwt/ha) 226,70 225,19 219,69 96,91 96,91 9 Lobak Luas Tanam (ha) ,41 107,18 Luas panen (ha) ,24 110,68 Produksi (kwt) ,35 113,94 Produktivitas (kwt/ha) 225,3 220,95 231,90 104,96 102,93 10 Kacang Merah Luas Tanam (ha) ,60 81,25 Luas panen (ha) ,87 85,89 Produksi (kwt) ,28 84,80 Produktivitas (kwt/ha) 99,99 95,00 98,73 103,92 98,74 11* Kacang Panjang Luas Tanam (ha) ,43 121,21 Luas panen (ha) ,31 259,48 Produksi (kwt) ,46 133,45 Produktivitas (kwt/ha) 227,1 116,69 116,78 100,07 51,42 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

42 No 12* Jamur Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) Luas Tanam (m 2 ) ,33 154,32 Luas panen (m 2 ) ,34 569,69 Produksi (ku) ,07 152,06 Produktivitas (kg/m 2 ) 12,72 4,07 3,40 83,54 26,69 13* Terung Luas Tanam (ha) ,00 83,58 Luas panen (ha) ,86 238,85 Produksi (kwt) ,40 88,29 Produktivitas (kwt/ha) 342,66 135,07 126,67 93,78 36,96 14* Buncis Luas Tanam (ha) ,77 80,99 Luas panen (ha) ,82 194,76 Produksi (kwt) ,99 82,78 Produktivitas (kwt/ha) 296,09 125,72 125,86 100,11 42,50 15* Ketimun Luas Tanam (ha) ,32 102,71 Luas panen (ha) ,50 269,93 Produksi (kwt) ,05 132,99 Produktivitas (kwt/ha) 436,51 224,19 215,04 95,92 49,27 16* Labu Siam Luas Tanam (ha) , ,14 Luas panen (ha) , ,78 Produksi (kwt) ,69 967,99 Produktivitas (kwt/ha) 1.490,32 224,10 207,61 92,64 13,93 17* Kangkung Luas Tanam (ha) ,08 107,92 Luas panen (ha) ,71 149,60 Produksi (kwt) ,74 85,23 Produktivitas (kwt/ha) 219,97 125,97 125,33 99,49 56,97 18* Bayam Luas Tanam (ha) ,23 113,61 Luas panen (ha) ,37 155,56 Produksi (kwt) ,01 129,31 Produktivitas (kwt/ha) 124,8 95,64 103,76 108,49 83,14 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

43 No Uraian komoditi Realisasi 2015 Target 2016 Realisasi 2016 Realisasi Terhadap target 2016 (%) Realisasi 2016 terhadap realisasi 2015 (%) 19* Seledri Luas Tanam (ha) , ,01 Luas panen (ha) ,61 121,49 Produksi (kwt) ,96 119,49 Produktivitas (kwt/ha) 207,70 214,43 204,29 95,27 98,36 20* Cabe Rawit Luas Tanam (ha) ,08 171,59 Luas panen (ha) ,88 341,14 Produksi (kwt) ,64 825,81 Produktivitas (kwt/ha) 61,27 82,71 68,28 82,55 111,44 21* Strowberry**) Luas Tanam (ha) ,50 Luas panen (ha) ,13 Produksi (ton) ,82 Produktivitas (kwt/ha) 642,32 117,58 18,31 Sumber : Bidang hortikultura Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung 2016 Ket **) Termasuk dalam komoditas tanaman buah-buahan semusim Berdasarkan tabel 3.13 diatas, realisasi produksi sayuran yang melebihi target tahun 2016 adalah bawang merah, cabe, tomat, bawang daun, wortel, lobak, kacang panjang, jamur, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, seledri, dan cabe rawit. Sedangkan komoditas sayuran yang realisasi produksi tahun 2016 melebihi realisasi produksi tahun 2015 adalah kentang, kubis, bawang daun, petsai, wortel, lobak, kacang panjang, jamur, ketimun, labu siam, bayam, seledri, cabe rawit, dan strowberry (komoditas tanaman buahbuahan semusim). Adapun Komoditi unggulan perkebunan selain kopi di Kabupaten Bandung diantaranya cengkeh, tembakau dan teh. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

44 Tabel Perbandingan Produksi Komoditi Perkebunan No Uraian komoditi Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Teh 1818, ,20 1,131 2,15 2 Cengkeh 53,71 133,82 0,095 0,236 3 Tembakau 1358, ,13 0,891 0,89 Tabel 3-14 Menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung merupakan daerah potensial penghasil komoditi perkebunan utama di Jawa Barat, terutama komoditi teh. Produksi teh Kabupaten Bandung yang mencapai 3.551,20.. Pengembangan budidaya komoditi ini terdapat di wilayah Rancabali dan Pangalengan terutama pada kawasan budidaya perkebunan nasional.. 6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Sebagaimana Tabel 3-5 dan Tabel 3-6, bahwa capaian produktivitas padi sebesar 100,82% dari yang ditargetkan, sedangkan capaian produktivitas bawang mencapai 100,33% dan kopi sebesar 197%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung menunjang capaian kinerja, masingmasing adalah: - Produktivitas padi:ditunjang melalui pelaksanaan 10 kegiatan. Dari pagu sebesar Rp dapat direalisasi sebesar Rp atau 95,6%. Disisi lain capaian produktivitas padi mencapai 100,82%. Dengan kata lain tingkat efisiensi capaian indikator ini sebesar 1,05 (100,82% / 95,6%) (efisien). Dengan capaian efisiensi tersebut, dapat menggambarkan efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,05 satuan hasil kinerja. - Produktivitas bawang merah (komoditas sayuran) dan kopi (komoditas perkebunan) ditunjang melalui pelaksanaan 8 kegiatan. Dari pagu sebesar Rp dapat direalisasi sebesar Rp atau sebesar 97,48%. Di sisi lain capaian produktivitas rata-rata bawang merah dan kopi sebesar 148,66%. Dengan kata lain tingkat efisiensi capaian indikator ini sebesar 1,52 (efisien). Dengan capaian efisiensi tersebut, dapat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

45 menggambarkan efektivitas pelaksanaan program kegiatan, yaitu setiap Rp.1,- dapat dipergunakan untuk menghasilkan 1,52 satuan hasil kinerja. 7. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produksi dan produktivitas melalui peningkatan kapasitas sumberdaya pada seluruh sub sistem yang ada, diantaranya: a) Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya. b) Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian. c) Peningkatan kapasitas dan kapabilitas petani melalui diseminasi teknologi budidaya tanaman: (1) Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu; (2) System Rice of Intesification; (3) penggunaan pupuk berimbang. d) Peningkatan sarana prasarana pasca panen. e) Pemberdayaan kelembagaan pertanian tanaman pangan. Melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana tersebut di atas secara langsung dapat berdampak pada peningkatan luas pertanaman pertanian tanaman pangan yang merupakan upaya dalam pencapaian peningkatan produksi 5% terutama komoditas padi di Kabupaten Bandung. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan adanya peningkatan nilai dari 1,92 di tahun 2009; 1,98 di tahun 2011; 2,01 pada tahun 2012; 2,27 pada Tahun 2013; 2,51 pada tahun 2014;2,43 pada Tahun 2015 dan tahun 2016 (MT. 2015/2016 mencapai 2,65. Sub sistem pengelolaan sarana dipengaruhi oleh ketersediaan sarana produksi pada saat dibutuhkan petani terutama pupuk, pestisida, benih serta sarana dan prasarana lainnya: Pupuk Keberadaan pupuk sangat penting artinya bagi keberhasilan kegiatan pengembangan agribisnis. Secara teknis kebutuhan pupuk setiap tahun meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan pangan masyarakat, akan tetapi pada Tahun 2016 ini penggunaan pupuk kimia telah banyak berkurang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

46 dengan tujuan untuk mengurangi tingkat degradasi lahan/tanah, dengan kata lain untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah, dengan cara sedikit demi sedikit memperbaiki tekstur serta struktur tanah agar sifat-sifat fisik, biologi maupun kimia tanahnya menjadi lebih baik lagi dan otomatis ketersediaan unsur hara serta penyerapannya oleh tanaman menjadi maksimal, juga bisa membentuk iklim mikro yang sesuai dengan perakaran tanaman. Cara yang ditempuh diantaranya yaitu dengan cara mensosialisasikan kembali penggunaan pupuk organik terutama pupuk organik buatan sendiri/kompos maupun buatan pabrik yang lebih ramah terhadap lingkungan ataupun dengan cara melakukan pemupukan yang berimbang antara pupuk anorganik dan pupuk organik. Lebih lanjut sebagai upaya penerapan pupuk organik, dilakukanlah prioritas utma yaitu pengembangan unit-unit pengolahan pupuk organik dalam bentuk rumah kompos.disamping mensosialisasikan penggunaan kembali pupuk organik dan menjaga kualitas lingkungan melalui pemanfaatan kembali limbah peternakan dan pertanian, juga memberikan alternatif usaha bagi kelompok masyarakat tani di luar agribisnis. Langkah strategis yang telah dilakukan sampai dengan Tahun 2016, adalah: 1. Memfasilitasi pembangunan rumah kompos dan memfasilitasi alat-alat pengolahan pupuk organik. 2. Memfasilitasi peningkatan pengetahuan, keterampilan dan teknologi pengolahan pupuk organik bagi kelompok usaha. 3. Revitalisasi komisi Pengawasan Penyaluran Pupuk di Kabupaten Bandung (KP3) Selain mendorong peningkatan penggunaan pupuk organik, dengan adanya bantuan fasilitasi rumah kompos beserta Alat Pembuat Pupuk Organiak (APPO) ini diharapkan dapat mengurangi sampah dari sisa panen serta mengurangi pula tingkat pencemaran yang disebabkan oleh limbah ternak. Berikut pada Tabel 3-15 disajikan data Alokasi dan Realisasi Pupuk Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

47 BULAN Tabel Alokasi dan Realisasi Pupuk Tahun 2016 UREA SP 36 ZA NPK ORGANIK Alok Real Alok Real Alok Real Alok Real Alok Real , JMLH , ket : Alok (Alokasi), Real (Realisasi) Pengelolaan Benih Kegiatan tahun 2016 ini Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan tetap hanya sebagai fasilitator untuk BKPPP dan BPSB dalam melakukan pengawasan dan sertifikasi benih terhadap para penangkar benih.selanjutnya, Balai benih Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan di Jelekong sebagai UPTD dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus mengembangkan dan memantau penggunaan benih bermutu/berlabel di lapangan. Pada musim tanam 2015/2016, diantaranya telah dapat menyalurkan benih padi lebih kurang sebanyak 525 Ton untuk kegiatan GPPTT/UPSUS (Upaya Khusus), cadangan Benih Daerah dan Bantuan Penggantian Bencana lebih kurang sebanyak 11,5 Ton dari APBD Kabupaten Bandung.Tahun 2016, dalam upaya mengejar penyerapan teknologi pertanian, UPTD Benih menampung serta menyediakan benih berlabel/bermutu untuk disebar/ditanam oleh para petani di wilayah kabupaten bandung, dan menurut data dari UPTD benih bermutu/berlabel yang banyak ditanam/digunakan oleh para petani di Kabupaten Bandung ini adalah Varietas Ciherang sekitar 73%, Sintanur (2%), Mekongga (9%), IR-64 (12%) dan benih Lokal sebanyak 4%. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

48 Lebih lanjut, pengelolaan benih/bibit tanaman lainnya seperti hortikultura, perkebunan dan kehutanan sebelum disebar ke lapangan dikontrol dan dikendalikan kualitasnya melalui upaya penyertaan sertifikasi benih/bibit tersebut.penyaluran benih harus melalui uji lapangan dan adaptasi sehingga tidak berdampak negative terhadap pertanaman lainnya di lapangan. Upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal mulai menempati prioritas target kinerja, sejak dari tahun anggaran sebelumnya beberapa komoditi unggulan kabupaten dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan balai penelitian. Jeruk besar cikoneng di Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi menjadi sasaran pertama dikarenakan komoditi ini memiliki spesifik unik.krisan dan tanaman hias lainnya dilaksanakan melalui pengembangan kebun percobaan dengan berbagai sarana prasarana yang telah dibangun untuk menunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi khusus tanaman hias di Kecamatan Pasirjambu.Penangkaran kentang dan stroberi juga mulai dikelola secara intensif dan tersebar di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Rancabali dan Pasirjambu. Kemudian tahun 2015 pengembangan jeruk dekopon di kecamatan ciwidey yang diajukan untuk sertifikasi benih/varietas dan Alhamdulillah pada tahun 2016 ini telah selesai didaftarkan dan mendapat pengakuan/sertifikasi dari kementrian, walaupun jeruk ini hasil kloning dari jepang tapi dengan berbagai pengembangan serta adaptifnya sehingga jeruk ini bias menjadi murni khas Kabupaten Bandung, dan pada tanggal 6 Oktober 2016 oleh Bupati Bandung dan Kepala Distanbunhut Kab. Bandung telah launching Jeruk dekopon dengan Varietas (DN) Sabilulungan. Pengelolaan Alat Mesin Pertanian Alat Mesin Pertanian sangat mempengaruhi tingkat pencapaian ketersediaan pangan di Kabupaten Bandung. Melalui hal tersebut, akan mempercepat waktu tanam, waktu olah, dan waktu simpan dengan kuantitas dan kualitas yang relatif lebih bila dibandingkan dengan secara manual. Perkembangan Alat Mesin Pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik dari jumlah alat maupun keterampilan operator. Peningkatan tersebut disebabkan adanya swadaya masyarakat maupun dukungan dari pemerintah Pusat, Propinsi ataupun Kabupaten. Meskipun demikian, program mekanisasi pertanian secara bertahap perlu terus dikembangkan karena semakin Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

49 terbatasnya tenaga kerja di pedesaan terutama buruh tani, meningkatnya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan alat itu sendiri, meningkatnya tuntutan konsumen terhadap mutu dan kualitas produk pertanian. Pada Tahun 2016 ini jumlah jenis mesin yang dihibahkan kepada petani mengalami peningkatan dengan jumlah yang mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena alat mesin tahun-tahun sebelumnya masih ada serta masih layak untuk digunakan dan diarahkan untuk pengembangan sarana reparasi alat mesin tersebut. Pengembangan kegiatan mekanisasi pertanian diharapkan dapat berdampak positif terhadap kualitas penerapan teknologi usaha tani, pendapatan usaha tani, peningkatan minat generasi muda untuk terus bekerja di sektor pertanian, sehingga diharapkan usaha tani dan bisnis pertanian dapat terus berkembang serta dapat meningkatkan minat para generasi muda agar tidak merasa minder dalam bergumul dengan lumpur dan bercinta dengan tanah dan terus bekerja pada sektor pertanian dalam merajut masa depan keluarga. Pada Tahun 2016, sebagai langkah strategis dalam mengelola alat mesin pertanian di Kabupaten Bandung, dilakukan pengadaan mesin pertanian yang dihibahkan kepada masyarakat yang disajikan pada tabel berikut: Tabel Mesin Pertanian yang Dihibahkan Kepada Masyarakat No Traktor Jumlah 1 TR-2 Kubota RD 85 DI-2S QUICK G 3000 ZEVA 167 Unit 2 TR-2 Kubota RD 65 DI-2S QUICK IMPALA 22 Unit 3 TR-2 Yanmar TF 65 LYS-DI Yanmar YM-70 SX 49 Unit 4 TR-2 Yanmar TF 85 MLY Yanmar YST PRO-XL 220 Unit 5 TR-4 Kubota L 4400 Kubota L Unit 6 TR-4 Yanmar E-393 T Yanmar E-393 T 10 Unit Sumber Dana 458 unit APBN 12 unit APBN No Pompa Air Jumlah PA-4 Inchi Kubota RD 85 DI- 1 GTO Niagara 195 Unit 1S 357 unit APBN PA-4 Inchi Yanmar TF 85 2 Ebara 100 SQPB 162 Unit MLYS-di No Rice Transplanter Jumlah Pubang Puerwo 10 unit Indojarwo 5 unit 1 Rice Taransplanter Gunung Biru 25 unit APBN Jajar Legowo 2:1 10 unit Yamaha MZ175 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

50 No Traktor Jumlah Sumber Dana No Hand Sprayer Jumlah 1 Hand Sprayer Maspion MH 14L 275 Unit 557 unit APBN Dragos Star 14l Deluxe 282 Unit No Backpack Sprayer Jumlah 1 Backpack Sprayer Honda WJR4025T GCS R280 4 Unit APBD No Cultivator Jumlah 1 Cultivator Husqvarna TF 434P EP176.0 Robin 10 Unit APBD Dengan UPJA ini, kelompok-kelompok masyarakat mendapatkan alternatif usaha dalam bidang penyewaan alat mesin pertanian tersebut. Hal tersebut dapat memberikan efek positif pada kedua belah pihak. Di sisi petani, akan mempermudah pekerjaan dan mempercepat waktu usahanya dengan pembayaran sewa setelah panen, di sisi lain, UPJA akan mendapatkan keuntungan sebagai penghasilan dan pemeliharaan aset UPJA. Kehadiran UPJA di perdesaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani dalam rangka penyediaan pelayanan jasa alsintan guna mendukung tercapainya pemenuhan produksi pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, rendahnya intensitas pertanaman, dan kepemilikan alsintan secara Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Salah satu upaya pengamanan produksi beras daerah adalah pengendalian OPT. Pemerintah Kabupaten Bandung berupaya seefektif dan seefisien mungkin dalam mengendalikan serangan OPT maupun menangani bencana alam. Hal ini memberikan efek positif dalam meminimalisasi kemungkinan terjadinya puso yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam kekeringan/banjir. Melalui pembentukan Brigade Proteksi Tanaman di tingkat kecamatan dan desa se-kabupaten Bandung pengendalian dan penanganan tersebut dapat segera dilakukan secara cepat, tepat, dan akurat. Brigade proteksi tanaman merupakan agen pemerintah yang bertugas sebagai pemantau, pengendali, dan pelaksana pengamanan produksi pangan di Kabupaten Bandung, terutama yang diakibatkan oleh serangan OPT dan bencana alam. Agen tersebut terdiri dari Petugas Pengendali OPT (POPT) dinas dan para Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

51 petani di desa dan kecamatan se-kabupaten Bandung. Setiap kejadian di lapangan akan segera ditangani secara cepat dan tepat dengan memotong jalur koordinasi/birokrasi. Teknologi pengendalian OPT yang telah dilaksanakan adalah: (1) Spot Stop; (2) Trips Barrier System; (3) Agen hayati. Selain itu, pengembangan desa-desa PHT yang bekerjasama dengan BPTPH Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu prioritas langkah untuk mengendalikan serangan OPT. Melalui kombinasi Desa PHT dan brigade proteksi tanaman diharapkan akan mengurangi dampak negatif dari serangan OPT dan bencana alam terhadap jumlah produksi dan keadaan puso. Berikut pada tabel 3.17 disajikan data rencana pestisida yang disalurkan untuk pengendalian OPT tahun 2016, yang berasal dari APBD Kabupaten Bandung dan APBN. Tabel Pestisida Pengendalian OPT Tahun 2016 No Nama Formulasi Satuan kg/liter 1 Applaud 10 WP Bassa 500 EC Mipcinta 50 Wp Starfidor 5 WP Petrofur 3 GR Montaf 400 SL Topsin 500 SC Sultricob 93 WP Petrokum 0,005 RMB Jumlah Sumber: Distanbunhut 2016 Selain dengan memberikan pestisida diatas, juga dilakukan pembinaan sumberdaya manusia melalui beberapa kegiatan Bimbingan teknis, yaitu: 1. Bimbingan Teknis Pengembangan Desa PHT telah dilaksanakan 2. Bimbingan Teknis Teknologi Tepat Guna telah dilaksanakan 3. Bimbingan Teknis penerapan Teknologi Pertanian telah dilaksanakan 4. Bimbingan Teknis Agen Hayati telah dilaksanakan 5. Sekolah Lapang bagi masyarakat dan penyuluh Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

52 Sub sistem pengelolaan infrastruktur dasar pertanian: Pengelolaan Infrastruktur Pengairan Pada sisi pengelolaan infrastruktur pengairan, Pelaksanaannya ditentukan oleh beberapa peraturan termasuk pengaturan kewenangan diantaranya. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Potensi sumber daya air permukaan di wilayah Kabupaten Bandung dari sisi kuantitas dapat dikatakan cukup baik apabila hanya dilihat secara jumlah volume keseluruhan dalam setahun.namun apabila ditinjau dari periode waktu dan lokasi setiap Satuan Wilayah Sungai (SWS), kondisi ketersediaan sumber air ini diperkirakan mempunyai 3 macam fluktuasi yaitu fluktuasi tinggi, sedang dan rendah.potensi sumber daya air yang dimiliki oleh Kabupaten Bandung berupa mata air dan situ-situ serta curah hujan.untuk pemanfaatan sumber air tersebut telah dibangun bangunan pengambilan utama berupabendungan, embung dan bangunan irigasi-irigasi, bendungan-bendungan yang ada ini dimanfaatkan selain untuk mengairi lahan pertanian juga untu pembangkit tenaga listrik. Potensi air permukaan sungai dan air permukaan bendungan yang ada di Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel di bawah ini. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

53 Tabel Potensi Air Permukaan Bendungan Desa di Kabupaten Bandung No Lokasi Nama Sungai/ Volume Kecamatan Desa DAM (Juta m 3 ) 1 Soreang - Sadu - Cibeureum 20, Buninagara - Leuwikuya 97, Pasirjambu - Buninagara - Leuwikuya - 3 Ciwidey - Panyocokan - Cigadog 30, Margaasih - Lagadar - Malang 20, Parungserab - Leuwikuya 18, Katapang - Banyusari - Kiarawuyeuh 8, Juntigirang - Juntihilir 6, Banyusari - Baros 2, Majalaya - Wangisagara - Wangisagara 63, Ciparay - Pakutandang - Cirasea 93, Pacet - Maruyung - Wanir 71, Rancaekek - Rancaekek kulon - Ciajasana 46, Ibun - Lampegan - Cikaro Cangkuang - Jatisari - Ciherang 95,7811 Pengelolaan sumberdaya air ini, dilaksanakan program pengontrolan dan pemeliharan juga rehabilitasi saluran-saluran irigasi tersier yang ada melalui JIDES dan JITUT, agar supaya tidak terjadi kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan dan juga pembuatan sumur pantek serta embung.tujuan utama pengelolaan/pemeliharaan air irigasi ini adalah untuk (1) meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan (2) mengurangi dampak bencana alam diantaranya kekeringan dan banjir.upaya pemeliharaan saluran irigasi tersebut, dianggarkan baik berasal dari APBD Kabupaten Bandung, APBD Provinsi Jawa Barat, maupun APBN. Pada Tahun 2016, beberapa kegiatan pengelolaan air irigasi tersier di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung disajikan pada tabel berikut. Selain itu juga terus dibina kelompok-kelompok pengguna air melalui Gabungan Kelompok Pengguna Air (GP3A). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

54 Tabel Pengelolaan Air Irigasi Tersier di Wilayah Kecamatan di Kab. Bandung Kegiatan Kecamatan Desa Volume Dam Parit Rumah Pompa Majalaya Biru 1 unit Arjasari Pinggirsari 1 unit Cimaung Cempaka Mulya 1 unit Pasir huni 1 unit Pangalengan Lamajang 1 unit Margamulya 1 unit Cikancung Sri rahayu 1 unit Cikancung 1 unit Nagreg Ciaro 1 unit Drawati 1 unit Paseh Mekarpawitan 1 unit Loa 1 unit Margaasih 1 unit Cicalengka Narawita 1 unit Dampit 1 unit Nagrog 1 unit Ciparay Cikoneng 1 unit Sagaracipta 1 unit Mandalahaji 1 unit Pacet Nagrak 1 unit Cikawao 1 unit Ciwidey Rawabogo 1 unit Rancabali Cipelah 1 unit Pasirjambu Tenjolaya 1 unit Sukamulya 1 unit Kopo 1 unit Kutawaringin Cibodas 1 unit Cilame 1 unit Padasuka 1 unit Cangkuang Nagrak 1 unit Buah-batu 1 unit Bojongsoang Lengkong 1 unit Bojongsari 1 unit Jelekong 1 unit Baleendah Jelekong 1 unit Wargamekar 1 unit Rancaekek Tegal Sumedang 1 unit Haurpugur 1 unit Mekarsari 1 unit Ciparay Sumbersari 1 unit Ciparay 1 unit Cicalengka Cikuya 1 unit Babakan Peuteuy 1 unit Solokanjeruk Langensari 1 unit Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

55 Kegiatan Kecamatan Desa Volume Bojongemas 1 unit Bojongemas 1 unit Solokanjeruk 1 unit Pompa Air 6 Inch Tersebar di Kabupaten Bandung 36 unit Sasaran strategis ini diarahkan untuk mengembangkan kelompok-kelompok usaha agribisnis yang berbasis komoditas hortikultura dan perkebunan unggul lokal Kabupaten Bandung. Agribisnis hortikultura dan perkebunan dikembangkan berdasarkan pada potensi satu kawasan tertentu.pengembangan Kawasan Pertanian menekankan transformasi desa-desa dengan memperkenalkan unsurunsur urbanisme ke dalam lingkungan pedesaan yang spesifik yang didalamnya menekankan kekuatan lokal untuk berkembang aktif dalam struktur ekonomi wilayah. Selain itu, pertimbangan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Bandung. Penentuan kawasan-kawasan didasarkan pada: (1) potensi yang dimiliki; (2) sumberdaya pertanian yang memadai; (3) sesuai kaidah konservasi dan tercantum dalam RT-RW Kabupaten Bandung; dan (4) memiliki peluang komparatif dan kompetitif. Peningkatan usaha agribisnis produk perkebunan tidak hanya dilakukan pada sektor hulu saja, tetapi juga pada sektor hilir yaitu pengelolaan pasca panen dan pemasaran mendapatkan fasilitasi guna meningkatkan nilai tambah produk sekaligus taraf hidup petani (pelaku usaha).di antara komoditi tersebut, kopi merupakan salah satu andalan yang menunjukkan perkembangan yang signifikan.pada usaha budidaya tanaman kopi petani difasilisi pembinaan mulai dari pembibitan, pemeliharaan dan perlindungan tanaman, dalam pencapaian produksi dan produktivitas budidaya. Produktivitas kopi pada Tahun 2016 sebesar 1,05 Ton/Ha dan pada akhir tahun dapat mencapai produksi sebesar 7.034,68 Ton dengan luas baku lahan sebesar Ha. Adapun pada sektor hilir difasilitasi pembinaan pengelolaan pasca panen, pendampingan dan fasilitasi pemasaran melalui berbagai promosi.pada Tahun 2016, kopi yang berasal dari Kabupaten Bandung khususnya Pangalengan memiliki prestasi yang membanggakan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

56 Dalam ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 di Atlanta, kopi yang berasal dari Pangalengan/Cimaung atau yang ditanam di sekitar Gunung Puntang menjadi yang terbaik dalam uji cita rasa dan harga lelang, dengan mendapat nilai 86,25 dengan harga lelang $55/kg greenbean atau setara Rp 700,000/kg greenbean, sehingga apabila telah diroasting harganya dapat melebihi Rp /kg. Kopi dari daerah Gunung Puntang memiliki keunggulan dibanding kopi-kopi lain dari daerah Indonesia yang lebih dulu populer seperti kopi dari Manggarai, Flores, Gayo, Toraja dan Temanggung, Kopi Gunung Puntang terpilih sebagai salah satu dari 20 kopi terbaik Indonesia, B) Jumlah Populasi Ruminansia Besar, Ruminansia Kecil dan Unggas (ekor) 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator ini merupakan indikator pendukung dari indikator utama berupa produksi daging, susu yang telah ditetapkan. Adapun ruminansia besar yang dijadikan sebagai indikator ialah sapi perah dan sapi potong. Indikator untuk sasaran ini terurai seperti pada tabel dibawah ini: Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Besar Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2015 Jumlah Populasi Ternak , Ruminansia Besar (ekor) 1. Sapi perah (ekor) , Sapi potong (ekor) , Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2016 Tabel 3-20 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak ruminansia besar tidak dapat memenuhi target dengan capaian total sebesar 97,48%. Populasi sapi perah dari ekor yang ditargetkan apat terealisasi sebanyak ekor (99,98%), sedangkan populasi sapi potong dari ekor yang ditagetkan terealisasi sebanyak ekor (94,78%). Ternak Ruminansia kecil yang diperhitungkan dalam indikator ini ialah ternak domba dan kambing dimana didalamnya termasuk kambing perah. Perbandingan target dan realisasi ternak ruminansia kecil untuk tahun 2016, tersaji pada tabel dibawah ini: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

57 Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Ruminansia Kecil Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2015 Jumlah Populasi Ternak , Ruminansia Kecil (ekor) 1. Domba (ekor) , Kambing (ekor) , Sumber Data: laporan Bidang Peternakan 2016 Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pencapaian target untuk ternak domba dapat memenuhi apa yang telah ditetapkan yaitu mencapai 108,16% dari target, sedangkan populasi kambing tidak dapat memenuhi target yaitu dengan capaian 99,01%. Adapun Ternak unggas yang dihitung menjadi indikator dalam hal ini ialah khusus untuk jenis unggas yang secara umum biasa dipelihara oleh peternak serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi (ayam buras, ayam ras petelur, ayam pedaging). Jenis unggas lain seperti itik manila (entog), puyuh, dan unggas lainnya tidak dimasukan dalam indikator selain karena populasinya yang masih sedikit juga secara pemeliharaan oleh peternak di Kabupaten Bandung masih sangat terbatas. Uraian target dan realisasi perjenis unggas pada tahun 2016 seperti tersaji pada tabel 3-22 dibawah ini: Tabel Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Jumlah Ternak Unggas Tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Jumlah Populasi Ternak Unggas (ekor) Capaian (%) Realisasi tahun , a. Ayam Buras , b. Ayam Ras Petelur , c. Ayam Pedaging , d. Itik , Pada tabel terlihat bahwa pencapaian target populasi unggas untuk beberapa jenis unggas seperti ayam pedaging dan ayam petelur belum dapat mencapai angka yang ditargetkan. Capaian Populasi ayam ras petelur sebesar 98,47% yaitu dari ekor yang ditargetkan dapat terealisasi sebanyak ekor, sedangkan populasi ayam pedaging dari ekor yang ditargetkan dapat terealisasi ekor. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

58 Populasi ternak ruminansia (ekor) 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Gambaran pertumbuhan tiap komoditi untuk ternak ruminansia dapat dilihat pada Grafik dibawah ini: Grafik 2. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak ruminansia dapat dilihat pada grafik dibawah ini Sapi Perah Sapi Potong Domba Kambing Sumber: Laporan Tahunan dan Data Bidang Peternakan 2016 diolah. Berdasarkan grafik 2 dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan untuk ternak ruminansia tertinggi hasil perbandingan antara tahun 2016 dengan 2010 dicapai oleh ternak sapi potong yang mencapai 70,28%. Pertumbuhan terendah dalam kurun waktu ialah ternak sapi perah sebesar 13,68%. Adapun ratarata pertumbuhan untuk ternak ruminansia selama 5 tahun mencapai 41,98%. Populasi ternak unggas, secara umum mengalami peningkatan dimana rata-rata peningkatan populasi sebesar 0,14% pertahun pada rentang tahun Penurunan terjadi pada populasi ayam broiler yang mengalami penurunan sebesar -2,03% pertahun. Adapun pertumbuhan tertinggi terjadi pada populasi ternak ayam buras mengalami pertumbuhan sebesar 7,65% pertahun. Gambaran pertumbuhan untuk tiap komoditi ternak unggas dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

59 Populasi Unggas (ekor) Grafik 3. Populasi Ternak Unggas Di Kabupaten Bandung Tahun Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik Sumber: Data Bidang Peternakan diolah. 3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun Gambaran capaian indikator kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut. Tabel Capaian indikator populasi ternak terhadap targe Renstra Tahun Indikator Populasi ternak ruminansia besar (ekor) Populasi ternak ruminansia kecil (ekor) Populasi unggas (ekor) 2016 (realisasi) Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

60 Tabel di atas menunjukkan bahwa populasi ternak ruminansia besar dalam posisi 102,35% dari target akhir tahun renstra (2020). Sedangkan untuk populasi ternak ruminansia kecil Tahun 2016 pada posisi 93,82% dari target akhir renstra (2020), dan populasi unggas pada posisi 86,26% dari target akhir renstra (2002). Capaian Tahun 2016 masih dalam kisaran wajar, mengingat Tahun 2016 merupakan tahun pertama periode Renstra. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Perbandingan capaian populasi ternak ruminansia besar, ruminansia kecil dan unggas Kabupaten Bandung dengan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 disajikan dalam Tabel Berikut: Tabel Perbandingan Populasi Ternak Kab. Bandung terhadap Target Jawa Barat Komoditi Realisasi Populasi Kab. Bandung (ekor) Target Populasi Jawa Barat (ekor) SAPI POTONG ,08 SAPI PERAH ,48 KERBAU ,55 KAMBING ,05 DOMBA ,15 AYAM BURAS ,92 AYAM RAS PET ,70 AYAM RAS PED ,92 ITIK ,30 Sumber pusdalitbang.jabarprov.go.id, diolah Tabel 3-24 menunjukkan bahwa sumbangan populasi ternak Sapi Perah terhadap target Jawa Barat merupakan tertinggi dibandingkan dengan jenis ternak lainnya, yaitu sebesar 23,48%. Persentase terkecil yaitu pada populasi ternak kambing sebesar 1,05%, mengingat ternak kambing yang dibudidayakan di Kabupaten Bandung umumnya merupakan kambing perah. 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Realisasi populasi ternak ruminansia besar sebagaimana Tabel 3-20 di atas masih berada dibawah angka target yang telah ditetapkan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya: % Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

61 -Terhambatnya dukungan pemerintah terutama dikarenakan adanya UU 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang mengharuskan penerima bantuan berbentuk badan hukum sehingga beberapa bantuan serta pengadaan ternak tidak dapat dilaksanakan, adapun Permendagri yang menjadi petunjuk teknis dari undang-undang tersebut baru diterbitkan pada Bulan Maret 2016 dimana anggaran sudah ditetapkan. -Tingginya harga bakalan ternak yang berpengaruh pada jumlah ternak yang dipelihara oleh peternak pada budidaya sapi perah, tingginya harga bakalan juga dapat mendorong peternak untuk menjual pedet keluar wilayah Kabupaten Bandung. Capaian populasi ruminansia kecil sebagaimana Tabel 3-21 melebihi target. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: - Beralihnya beberapa peternak ternak ruminansia besar khususnya ternak sapi perah ke usaha tani dan memelihara domba sebagai pekerjaan sampingan. - Peran aktif peternak dalam mencoba jenis usaha yang dianggap menguntungkan serta adanya stimulan, pembinaan serta pendampingan dari pemerintah. Sebagaimana Tabel 3-22 terdapat indikator terdapat target yang tidak tercapai yaitu pada populasi ayam ras petelur dan pedaging, hal ini lebih dikarenakan oleh : - Masih tingginya harga pakan ternak terutama untuk pakan ayam petelur dana yang pedaging, yang berakibat kepada biaya produksi tinggi sehingga para peternak menahan untuk menambah populasi ternak yang dipelihara. - Sistem pemeliharaan ayam broiler dan ayam petelur yang di dominasi dan diatur oleh perusahaan besar tertentu, dimana peternak hanya bertindak sebagai pemelihara membuat sistem pemasaran serta supply demand di tentukan oleh perusahaan tersebut. - Pada jenis unggas lain seperti ayam buras dan itik capain pada tahun 2016 melebihi angka yang direncanakan yaitu 100,10% untuk ternak ayam buras dan 101,30% untuk ternak itik. Salah satu pendukungnya yaitu karena sistem pemeliharaan yang masih didominasi oleh masyarakat serta system pemeliharaan yang tidak terlalu tergantung pada harga pakan buatan membuat proses budidaya ayam buras dan itik relative bertahan jika Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

62 dibandingkan dengan ungags lainnya. Selain itu, pangsa pansar yang cukup spesifik dan berkelanjutan pula mendukung pembudidaya untuk meningkatkan populasi dan proses budidayanya. 6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Sebagaimana Tabel 3-20, 3-21 dan Tabel 3-22, bahwa capaian populasi ruminansia besar sebesar 97,48% dari yang ditargetkan, sedangkan capaian populasi ternak ruminansia kecil mencapai 107,27% dan populasi unggas sebesar 103,77%. Dengan kata lain persentase rata-rata capaian indikator populasi ternak rata-rata sebesar 102,84%. Di sisi lain penggunaan sumberdaya yang ada dalam hal ini pelaksanaan kegiatan (penggunaan anggaran belanja) yang secara langsung atau tidak langsung menunjang capaian indikator kinerja. Upaya pencapaian indikator ini ditunjang dengan 2 program dan 5 kegiatan dengan penggunaan anggaran sebesar Rp dari yang ditargetkan sebesar Rp , atau 92,05. Sehingga dengan demikian tingkat efisiensi pencapaian indikator-indikator populasi ternak mencapai 1,12 (efisien). 7. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bandung untuk mendukung peningkatan populasi ternak ruminansia besar, ruminansia kecil dan unggas, secara langsung memberikan beberapa stimulan dengan sumber anggaran Kabupaten diantaranya seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini: Tabel Stimulan ternak Tahun Jenis ternak Jumlah Sapi potong (ekor) Sapi perah (ekor) Domba (ekor) Kambing (ekor) Kelinci (ekor) ayam buras (ekor) Itik (ekor) ayam pelung (ekor) Sumber: DPA Disnakan TA diolah. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

63 Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa tiap tahunnya stimulan ternak mengalami peningkatan. Khusus ternak itik akumulasi paling banyak dimana sampai 2016 mencapai sebanyak ekor. Komoditas lainnya yang mendapat alokasi anggaran yang cukup tinggi yaitu ternak sapi potong dan ternak domba. C) Indikator Jumlah Produksi Daging, Telur dan Susu (ton) 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator ini merupakan indikator kinerja utama pada Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun Sesuai dengan kewenangan dan Tupoksigoal akhir dari semua proses pembangunan peternakan di Kabupaten Bandung ialah untuk penyediaan produk peternakan. Indikator ini ditetapkan untuk menggambarkan tentang proses dukungan pemerintah dalam proses penyediaan produk peternakan. Adapun indikator yang digunakan untuk sasaran ini terurai sebagai berikut: Tabel Perbandingan target dan realisasi jumlah penyediaan produk ternak tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian Realisasi (%) tahun 2015 a. Jumlah Produksi Daging (Ton) , b. Jumlah Produksi Telur (Ton) , c. Jumlah Produksi Susu (Ton) , Sumber Laporan Kegiatan Bidang Peternakan 2016 Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa pencapain penyediaan daging, telur dan pada tahun 2016 dapat melebihi angka target yang ditetapkan. Selisih produksi daging sebesar ton, telur sebesar 53 ton dan susu ton. Pada penghitungan produksi susu terdapat perubahan standard perhitungan dari Provinsi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

64 Produksi (ton) 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Grafik data produksi Daging, Telur dan Susu di Kabupaten Bandung dari tahun 2010 sampai 2016 dapat dilihat dibawah ini: Grafik 4. Data Produksi Daging, Telur, dan Susu di Kabupaten Bandung Tahun Daging Telur Susu Sumber: Data Bidang Peternakan Tahun Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Tahun 2016 merupakan tahun pertama dari periode Rencana Strategis Dinas Pertanian Tahun Gambaran capaian indikator kinerja Tahun 2016 terhadap target Renstra diuraikan dalam Tabel Berikut: Tabel Capaian Indikator produksi daging, telur dan susu terhadap Renstra Indikator 2016 (Realisasi) Produksi Daging (Ton) Produksi Telur (Ton) Produksi Susu (Ton) Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

65 Tabel 3-27 menunjukkan terdapat indikator kinerja yang telah melebihi target Renstra, yaitu produksi daging (115,87%) dan susu (146,92%). Sedangkan untuk produksi telur mash berada di 87,46% dari target Tahun Tingginya produksi daging dan susu di antaranya disebabkan oleh adanya penetapan koefisien baru dalam penghitungan produksi komoditi tersebut. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Perbandingan realisasi produksi daging, telur dan susu dapat diperbandingkan dengan target produksi tingkat Jawa Barat. Perbandingan tersebut disajikan dalam table berikut: Tabel Perbandingan produksi daging, telur dan susu dengan target Jawa Barat Tahun 2016 Uraian Produksi Kab. Target Produksi Bandung Jawa Barat % Daging (ton) ,04 Produksi Telur (ton) ,07 Produksi susu (ton) ,61 Tabel 3-28 menunjukkan bahwa Produksi susu Kabupaten Bandung pada Tahun 2016 dapat menyumbang sebesar 36,61% terhadap produksi Jawa Barat. 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Capaian penyediaan telur dan susu yang dapat melebihi target yang ditetapkan ditunjang oleh beberapa hal yaitu: - Peningkatan penerapan teknologi pakan serta adanya perbaikan dari kualitas pakan pada koperasi membuat produktivitas sapi perah cukup meningkat - Terjadinya peningkatan populasi ternak unggas terutama ayam buras, ayam petelur dan ternak itik sebagai penyumbang produksi telur utama di wilayah Kabupaten Bandung. Khusus untuk produksi daging pencapaiannya tidak sesuai dengan target yang ditetapkan hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya : - Belum terdapatnya sentra pembibitan sapi potong di Kabupaten Bandung - Kebiasan budidaya sapi potong di Kabupaten Bandung yang lebih senang untuk penggemukan daripada pembibitan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

66 Upaya tindaklanjut yang perlu dilakukan pada masa yang akan datang terutama untuk mengoreksi produksi pada masa yang akan datang diantaranya sebagai berikut: - Merubah sistem pemeliharaan ternak penghasil daging dari system penggemukan ke system penyediaan bibit dan bakalan dengan cara memprioritaskan pengadaan ternak sapi potong bakalan ke sapi potong betina. - Peningkatan pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak. - Peningkatan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan - Peningkatan kualitas pakan ternak dengan introduksi jenis HMT baru atau sumber pakan lainnya 6. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Nilai rata-rata capaian kinerja indikator-indikator yang mencapai 103,66%, didukung oleh beberapa program seperti Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak, Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, dan Program Peningkatan penerapan teknologi peternakan.sumbangsih anggaran pemerintah tentunya hanya stimulan untuk masyarakat. Partisipasi nyata masyarakat dilapangan dalam proses pembangunan tetap yang paling utama dan paling mendongkrak capain target yang ditetapkan. Sasaran ini didukung oleh beberapa program yaitu seperti terurai pada tabel dibawah ini: Tabel Dukungan Program/ Kegiatan Kepada Ketercapaian Indikator Sasaran Peningkatan Produksi Peternakan TA 2016 Program Kegiatan TA 2016 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA 2016 a. Peningkatan 1. Pembangunan Sarana - Diiseminasi teknologi kepada masyarakat Hasil Produksi dan Prasarana - Penyediaan produksi susu asal sapi perah Peternakan Perbibitan Ternak 2. Perbibitan Dan - Peningkatan Pengetahuan mengenai Perawatan Ternak Recording, IB dan Reproduksi untuk 3. Pengembangan agribisnis peternakan masyarakat - Peningkatan keahlian mengenai budidaya ternak, Peningkatan sararana budidaya. - Distribusi ternak sapi perah kepada masyarakat melalui koperasi Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

67 Program Kegiatan TA 2016 Dukungan ke Pencapain Indikator Sasaran TA Penguatan Ekonomi - Distribusi ternak ruminansia besar, Masyarakat di Ruminansia kecil, dan Unggas kepada Lingkungan Industri masyarakat petani tembakau di Kabupaten Hasil tembakau Bandung melalui Bantuan - Peningkatan keahlian mengenai budidaya Peternakan ternak b. Program Peningkatan penerapan teknologi peternakan Peningkatan sarana dan prasarana teknologi Rumah Potong Hewan - Penyediaan sarana prasarana pemotongan ternak yang sesuai standar sebagai upaya untuk menjamin Food Security D) Indikator Persentase Status Kesehatan Hewan 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam pelayanan kesehatan hewan. Adapun uraian indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel Perbandingan target dan realisasi indikator status kesehatan hewan tahun 2016 Capaian Realisasi Indikator Kinerja Target Realisasi (%) 2015 Persen peningkatan status 70,50 74,60 105,82 69,40 kesehatan (%) Sumber: laporan bidang Keswan 2015 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa capaian pada tahun 2016 untuk indikator ini mencapai 105,82 jika dibandingkan antara target sebesar 70,50% dengan realisasi yang mencapai 74,60%. 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Status kesehatan hewan di Kabupaten Bandung setiap tahun mengalami peningkatan. Pada Tahun 2011 Status Kesehatan Hewan berada pada kisaran 60%, dan pada Tahun 2016 mencapai 74,16%. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya pelayanan kesehatan hewan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

68 Grafik 5. Perkembangan status kesehatan hewan di Kabupaten Bandung ,5 63,75 67,4 69, , Peningkatan Status Kesehatan Hewan (%) Berdasarkan grafik peningkatan status kesehatan hewan tertinggi dapat dicapai pada rentang tahun yang peningkatannya mencapai 5,2%. Sedangkan realisasi terendah dicapai pada rentang tahun yang hanya mencapai 1,25%. Hal ini tentunya berbanding lurus jumlah pelayanan dan jumlah vaksinasi pada tahun bersangkutan. 3. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Status peningkatan kesehatan hewan merupakan angka yang diperoleh dari perhitungan persentase penyakit yang dilakukan penanggulangan atau pelayanan oleh bidang kesehatan hewan maupun oleh UPTD Puskeswan serta masyarakat relawan yang terlibat pada tingkat desa. Beberapa program kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian staus kesehatan hewan di antaranya pengendalian dan pencegahan melalui vaksinasi PHMS: AI/ND, Rabies, Brucellosis,dan pengawasan lalulintas ternak. Selain itu capaian ini juga didukung oleh beberapa faktor diantaranya: - Adanya bantuan berupa vaksin dan sarana penangulangan penyakit dari pemerintah provinsi Jawa Barat melalui Dinas Peternakan. - Fasilitasi pelayanan, peralatan, sarana dan prasarana kesehatan hewan dari pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas peternakan dan Perikanan - Adanya petugas tambahan/ partisipasi dari masyarakat desa dengan petugas bantuan dari Kementrian Pertanian untuk penanganan penyakit dilapangan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

69 Axis Title a) Pengendalian AI dan ND Penyakit AI dan ND merupakan penyakit yang menyerang pada unggas yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Khusus untuk penyakit AI (Avian Influenza) penyakit ini dapat menular pada manusia dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka penting sekali dilakukan pencegahan dan penanggulangan penyakit ini. Masyarakat pada umumnya memiliki pengetahuan dan pengalaman terhadap penyakit ND sehingga kematian yang disebabkan oleh penyakit AI masih dianggap disebabkan oleh penyakit ND. Fakta di lapangan pun memperlihatkan bahwa kejadian AI disertai dengan penyakit ND sehingga pengendalian yang dilakukan tidak hanya untuk AI tetapi juga untuk ND. Pada tahun 2016 vaksinasi AI dan ND dilaksanakan di 18 kecamatan 28 Desa, berkurang 6 desa dari tahun sebelumnya dengan pengulangan 1 bulan dan 3 bulan kemudian. Pengendalian AI/ND ini dilakukan terutama pada wilayah yang dikhawatirkan berpotensi terjadi penyakit tersebut seperti di Rancaekek, Majalaya, Solokanjeruk, Paseh, Cikancung, Cicalengka dan lainnya. Pada tahun 2016 ini dilakukan vaksinasi pada beberapa komoditas unggas dengan uraian sebagai berikut: Grafik 6. Perkembangan Vaksinasi AI/ND Tahun Vaksinasi Unggas ( AI ND ) Ayam Itik Entog Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

70 Berdasarkan grafik terjadi penurunan dalam jumlah vaksinasi pada tiap tahunnya hal ini dikarenakan target vaksinasi dilakukan pada daerah kasus saja yang setiap tahunnya menurun. Melihat kondisi tersebut perlu ditingkatkan kembali kebersihan yang mencakup pada pemeliharaan unggas seperti kebersihan kandang (Good Farming Practice), kebersihan lingkungan kandang ataupun kebersihan penjaga kandang dan hal yang tak kalah penting adalah metode vaksinasi yang memperhatikan handling vaksin (dari mulai persiapan sampai aplikasinya), ternak serta metode pengambilan sampelnya. b) Pengendalian Brucellosis Pengendalian brucellosis di Kabupaten Bandung sangat penting untuk dilakukan terutama untuk ternak sapi perah mengingat Kabupaten Bandung merupakan wilayah pengembangan ternak sapi perah.penyakit brucellosis ialah jenis penyakit yang menyerang pada sistem reproduksi sapi yang dapat mengakibatkan keguguran pada sapi yang terkena penyakit ini. Bahaya lain dari penyakit ini ialah dapat menular pada manusia sehingga penyakit ini sangat strategis untuk dicegah dan ditanggulangi. Tabel Hasil Surveilance Penyakit Brucelosis Jumlah Tahun Kecamatan Desa Positif CFT 2012 Cilengkrang Ciporeat 4 Melatiwangi 2 Cileunyi Cibiru wetan 1 Cimenyan Mekarmanik 5 Kertasari Cibeureum 2 Cihawuk 2 Sukapura 1 Tarumajaya 9 Pangalengan Margamekar 1 Margamukti 3 Margamulya 2 Pasirjambu Cibodas Tidak ada kasus 2014 Kertasari Santosa 1 Pangalengan Margamukti 9 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

71 Jumlah Tahun Kecamatan Desa Positif CFT Warnasari 2 Pasirjambu Cisondari 1 Pasirjambu Pangalengan Pangalengan Cilengkrang 6 Cileunyi 4 Jumlah 69 Pada tahun 2016, vaksinasi Brucellosis dilakukan pada bulan Februari dan April di 7 kecamatan dipilih berdasarkan hasil surveillance sebelumnya yang bahwa di lokasi tersebut ada kasus CFT positif. Adapun uraian realisasi pelayanan vaksinasi pada tahun 2016 ialah sebagai berikut: Grafik 7. Perkembangan vaksinasi brucellosis VAKSINASI BRUCELOSIS Tahun Jumlah ( ekor ) Vaksinasi brucellosis pada tahun 2016 ini terjadi peningkatan realisasinya jika dibanding dengan tahun 2015 yang mencapai 1666 ekor hal ini lebih dikarenakan karena lokasi positif brucellosis, sementara test dan slaughter tidak dilaksanakan sehingga pengendalian Brucelosis dilakukan tidak hanya dengan pengawasan lalu lintas namun juga dengan vaksinasi tertarget. Adapun jika digambarkan vaksinasi selama 5 tahun maka terjadi fluktuasi sesuai dengan kasus dan kejadian dari penyakit itu sendiri. Perkembangan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

72 vaksinasi brucellosis dari tahun dapat digambarkan sebagai table diatas c) Pengendalian Rabies Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia).penyakit ini sering disebut juga penyakit anjing gila.penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian untuk korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR). Penyakit rabies ialah salah satu penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia).penyakit ini sering disebut juga penyakit anjing gila.penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian untuk korban yang digigit oleh Hewan Pembawa Rabies (HPR). Pada tahun 2016, melaksanakan kegiatan pada daerah yang vaksinasi, yaitu daerah resiko tinggi atau pernah ada laporan kasus penggigitan, daerah perbatasan dengan Kabupaten/Kota yang resiko tinggi rabies dan populasi HPR yang tinggi, dimana selama 3 tahun terakhir belum diintervensi dengan kegiatan vaksinasi. Berdasarkan hasil kegiatan di tahun sebelumnya dan adanya asumsi penambahan populasi, maka vaksinasi rabies Tahun 2016 terealisasi sebanyak 4651 ekor yang dilakukan di 25 kecamatan di 49 desa pada bulan Mei, Agustus dan November Adapun rekapitulasi kegiatan vaksinasi dari tahun dapat terlihat pada tabel dibawah ini: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

73 Axis Title Grafik 8. Perkembangan vaksinasi Rabies Vaksinasi Rabies Anjing Kucing Kera Lain-lain Sumber : Laporan kegiatan Bidang Kesehatan Hewan tahun 2016 Upaya pengendalian rabies selain vaksinasi dilakukan juga dengan pengendalian populasinya melalui eliminasi terhadap HPR (Hewan Pembawa Rabies) dan dengan pengendalian angka kelahiran melalui tindakan operatif terhadap hewan tersebut ( kastrasi pada hewan jantan ). Tahun 2016 ini dilaksanakan eliminasi HPR yang dilakukan oleh masyarakat ( berdasarkan permintaan ) mereka mengajukan permohonan stichine untuk diberikan kepada anjing liar yang biasa mengganggu sapi-sapi yang baru beranak. Berdasarkan permohonan masyarakat, sebanyak 150 ekor yang diklaim untuk dieliminasi, walaupun jumlah sebenarnya yang mati karena dieliminasi tidak terlaporkan karena HPR tersebut tidak ditemukan bangkainya. Sementara pelakasanaan kastrasi dilakukan terhadap 150 ekor kucing-kucing liar. Berdasarkan table maka pada tiap tahunnya (2010 ke 2016) jumlah eliminasi pada HPR ini mengalami penurunan hal ini lebih dipengaruhi oleh pengalihan prioritas penanggulangan penyakit dari pencegahan ke pengendalian pengendalian populasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

74 d) Pengendalian Anthraks, IBR,Helminthiasis dan Parasit Darah ( babesiosis) Kabupaten Bandung merupakan daerah bebas anthraks sehingga tindakan yang dilaksanakan adalah surveillance pada ternak yang masuk ke Kabupaten Bandung terhadap kondisi fisik dan titer antibody yang dimilikinya. Menjelang Idul Qurban dimana lalu lintas ternak dari luar daerah meningkat. Sebanyak 60 sampel darah diambil dari sapi dan diuji dengan metode elisa. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa 60 sampel titernya dibawah 60 yang menandakan bahwa hewan tersebut belum pernah divaksin atau terpapar oleh bakteri anthraks sehingga hewan tersebut aman untuk dipelihara maupun dipotong sehingga secara umum, ternak yang ada di wilayah Kabupaten Bandung aman dari penyakit anthraks. 4. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Capaian indikator kinerja pada Tahun 2016 ini sebesar 105,82%, disisi lain realisasi anggaran penunjang pencapaian indikator mencapai 96,38%. Sehingga diperoleh efektivitas kinerja sebesar 1,09. Dengan kata lain Rp.1,- digunakan untuk memperoleh 1 satuan indikator kinerja. 5. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Uraian pencegahan dan penanggulangan penyakit yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan ielah sebagai berikut: Tabel 34.Dukungan Program pada Indikator Sasaran Peningkatan Kesehatan Hewan/ Ternak TA Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program Kegiatan TA Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak 2. Pemusnahan Ternak yang terjangkit Penyakit Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran Pelayanan Vaksinasi dan Pengobatan pada penyakit ternak/hewan - Pengawasan kesehatan hewan - Peningkatan SDM petugas dan masyarakat mengenai kesehatan hewan melalui bimbingan teknis dan sosialisasi pengendalian penyakit hewan/ ternak - Survailance serta pengedalian melalui URC penyakit hewan dan ternak di Kabupaten Bandung - Pengendalian penyakit ternak/ hewan dengan sterilisasi dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

75 Program Kegiatan TA 2016 Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran 2016 endemik depopulasi unggas yang berpenyakit - Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan hewan dengan Sosialisasi dan pembuatan demplot 3. Pengawasan perdagangan ternak antar daerah - sosialisasi persyaratan lalu lintas ternak antar daerah kepada stakeholder 4. Pelayanan Kesehatan Hewan dan Laboratorium - Penyediaan sarana prasarana pengendalian pencegahan penyakit hewan/ ternak - Pelayanan kesehatan dan pengendalian penyakit ternak dan hewan E) Indikator Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah 1. Realisasi Capaian Indikator Kinerja Terhadap Target Indikator jumlah pemotongan di RPH dipergunakan sebagai indikator untuk mengukur kemampuan pelayanan dinas dalam penyediaan daging sapi dengan standar yang telah ditentukan. Tabel Perbandingan target dan realisasi produksi daging HAUS pada RPH tahun 2016 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Realisasi tahun , ,73 130, ,80 - Jumlah Produksi daging HAUS pada RPH Pemerintah (Ton) Sumber laporan kegiatan bidang peternakan 2016 Berdasarkan tabel diatas terlihat pencapaian indikator produksi daging asal hewan yang HAUS pada RPH Pemerintah tercapai dengan nilai yang cukup tinggi mencapai 130,57% dari target yang sudah ditetapkan. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

76 Produksi Daging (Ton) 2. Perbandingan Realisasi Terhadap Tahun-Tahun Sebelumnya Adapun perbandingan target dan realisasi produksi daging di RPH dari tahun dapat digambarkan pada Grafik dibawah ini: Grafik 9. Perbandingan Target dan Realisasi kumulatif produksi daging di RPH s/d Tahun Target (Ton) Realisasi (Ton) 1660, , , , , ,63 Sumber Data: Laporan Tahunan UPTD RPH Tahun diolah Berdasarkan grafik diatas maka dapat dilihat bahwa secara keseluruhan realisasi produksi daging sapi di RPH berada jauh diatas target yang telah ditetapkan. Capaian yang cukup tinggi ini merupakan dampak dari peningkatan sarana prasarana pemotongan khususnya RPH Baleendah, serta RPH lainnya secara terus-menerus sehingga dapat memenuhi standar pemotongan untuk sapi import.selain itu, tarif pemotongan yang cukup murah menjadi daya tarik tersendiri untuk para bandar memotong di RPH Kabupaten Bandung. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

77 3. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Renstra Indikator Jumlah daging HAUS yang dipotog pada RPH Pemerintah diperoleh dari hasil formulasi terhadap jumlah pemotongan ternak di RPH Pemerintah. Perkembangan jumlah pemotongan ternak tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel Perkembangan jumlah pemotongan ternak di RPH 2016 (T) 2016 (R) Jumlah pemotongan di RPH Pemerintah (ekor) Realisasi pemotongan ternak Tahun 2016 sudah melebihi target Renstra, namun demikian pemotongan ternak khususnya sapi potong di RPH Pemerintah didominasi oleh sapi potong impor. Dalam hal ini para pelaku usaha yang melakukan pemotongan di RPH pemerintah umumnya dipengaruhi oleh kuota import sapi potong dari pemerintah yang diterimanya. Di sisi lain pelayanan pemotongan di RPH juga bersaing dengan RPH-RPH swasta yang ada di daerah, sehingga perlu ditingkatkan kualitas pelayanan dan kerjasama dengan para Bandar agar ketersediaan daging HAUS di masyarakat dapat lebih terjamin. Pada Tahun 2017, pemotongan unggas di RPHU khususnya RPHU pemerintah mulai dilaksanakan, oleh karena itu kaitan dengan indikator dan target kinerja jumlah produksi daging di RPH Pemerintah untuk tahun-tahun ke depan perlu dilakukan analisis dan direvisi. 4. Perbandingan Realisasi Kinerja Terhadap Terhadap Target Standar Nasional Capaian produksi daging di RPH Pemerintah di Kabupaten Bandung sebesar 2742,73 ton pada Tahun 2016 hanya mensuplai 0,35% produksi daging tingkat Provinsi Jawa Barat sebesar Ton. Namun demikian produksi daging Jawa Barat tersebut merupakan hasil akumulasi dari seluruh komoditi penghasil daging, seperti sapi potong, sapi perah, kerbau, domba, kambing dan unggas. 5. Analisis Keberhasilan Atau Kegagalan Capaian Indikator Capaian indikator yang cukup tinggi ini lebih didorong oleh beberapa hal yaitu: - Adanya peningkatan sarana dalam pelayanan pemotongan di RPH kabupaten Bandung terutama di RPH MBC Baleendah. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

78 - RPH di Kabupaten Bandung khususnya MBC tidak mengintervensi pengaturan jual beli karkas dan kulit (ditentukan oleh bandar dan pedagang) sehingga pelaku pemotongan tertarik untuk memotong di RPH MBC. - Letak geografis yang strategis dekat dengan jalur utama transportasi yang menghubungkan berbagai kota. 6. Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Jika dibandingkan antara capaian kinerja dengan capaian anggaran pada tahun 2016 maka diperoleh angka efektivitas untuk indikator ini yaitu sebesar 1,35. Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan antara capaian kinerja yang mencapai 130,57% dengan persentase realisasi anggaran yang sebesar 96,53%. 7. Analisis Program/Kegiatan Yang Menunjang Capaian Indikator Kinerja Keberhasilan capaian indikator kinerja tersebut tidak terlepas dari peran serta pengelola RPH Pemerintah, yaitu UPTD Rumah Potong Hewan dan feedloter yang berkontribusi melakukan pemotongan ternak (sapi import) di RPH Pemerintah. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemotongan, perlu ditingkatkan status RPH Pemerintah yang harus memiliki NKV (Nomor Kontrol Veteriner) yang merupakan sertifikasi sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan. NKV tidak hanya pada RPH MBC Baleendah, tetapi khususnya di RPH-RPH lainnya. F) Indikator Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam penerapan teknologi peternakan. Teknologi merupakan salah satu cara yang dipergunakan untuk mempermudah atau membantu suatu proses pekerjaan, sehingga penerapan teknologi merupakan salah satu kegiatan yang selalu diprioritaskan oleh Dinas Peternakan. Adapun indikator yang digunakan ialah: Tabel 38. Perbandingan Target dan Realisasi indikator Pemanfaatan Teknologi Tahun 2015 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

79 Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Persen Realisasi 2015 Persentase fasilitasi teknologi peternakan dan perikanan ( %) 2,81 3,10 110,32 3,09 Sumber: :Laporan bidang peternakan dan perikanan 2015 diolah Persentase fasilitasi teknologi peternakan merupakan angka yang didapat dengan membagi jumlah RTP peternakan yang mendapat bantuan teknologi sampai dengan tahun bersangkutan dibagi jumlah RTP peternakan total yang ada di kabupaten Bandung yaitu sebanyak RTP. Sampai dengan 2016 dari tahun 2010 direncanakan sebanyak 783 satuan (2,81%) alat/sarana teknologi peternakan didistribusikan ke peternak dan pengolah peternakan. Realisasi pada tahun 2016 sebanyak 4 satuan sehingga realisasi sampai dengan tahun 2016 mencapai 865 satuan (3,10% jika dibagi jumlah RTP peternakan). Realisasi tersebut lebih tinggi sebanyak 0.29% dari target yang sudah di tetapkan sebesar 2,81%. Khusus untuk tahun 2016 sendiri jumlah stimulan peralatan/sarana yang diberikan kepada masyarakat peternakan dan perikanan Kabupaten Bandung sebanyak 4 satuan. Jumlah distribusi peralatan yang sangat sedikit ini disebakan oleh oleh adanya aturan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 298 ayat (5) huruf d dinyatakan bahwa hibah diberikan kapada badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia. Uraian stimulan peralatan yang diberikan pada tahun 2016 seperti pada tabel dibawah ini: Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

80 Satuan teknologi Tabel Fasilitasi Teknologi Peternakan Tahun 2016 NO JENIS BARANG VOLUME 1 Sosialisasi kegiatan biogas 60 Orang 2 Sosialisasi kegiatan HMT 30 Orang Pelatihan penerapan pakan ternak 30 Orang 3 ruminansia 4 Jumlah demplot pupuk organik 1 Paket 5 Fasilitasi kontes peternakan 5 Kali 6 Jumlah jenis teknologi pakan 2 jenis 7 Pelatihan pakan ternak unggas 20 Orang Sumber: laporan Bidang Peternakan, Perikanan dan Binus diolah Perbandingan bantuan sarana teknologi dari tahun seperti terlihat pada grafik dibawah ini: Grafik 10. Perbandingan target dan realisasi fasilitasi alat/sarana teknologi peternakan di Kabupaten Bandung Jumlah stimulan teknologi peternakan dan perikanan Berdasarkan grafik dapat terlihat bahwa kenaikan pada tiap tahunnya sarana penerapan teknologi yang didistribusikan kepada pelaku usaha peternakan cukup tinggi. Terutama pada tahun 2012 dan 2014 yang mengalami kenaikan sekitar 167 satuan dan 161 satuan. Nilai efektivitas untuk indikator yang didukung oleh 1 program pada tahun 2016 ini ialah sebesar 1,12 satuan. Angka ini didapat dari perbandingan nilai capaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

81 kinerja sebesar 110,32% dibagi dengan nilai rata-rata capaian realisasi anggaran program sebesar 97,72%. Tabel Dukungan Program pada Indikator Persentase Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Peternakan Program Kegiatan TA 2016 a. Peningkatan penerapan teknologi peternakan Pengadaan sarana dan prasarana teknologi peternakan tepat guna Dukungan Kepada Capaian Indikator Sasaran Fasilitasi sarana teknologi budidaya, pakan, HMT, Pengolahan Limbah untuk peternak - Peningkatan SDM mengenai penerapan teknologi G) Indikator Persentase Produk Asal Hewan (PAH) yang HAUS 1. Realisasi capaian indikator kinerja terhadap Target Sasaran ini ditetapkan untuk mengukur kinerja dinas dalam menjamin penyediaan Pangan asal hewan yang sehat. Dimana komoditas produk peternakan yang diukur terdiri ndari daging ayam, telur ayam, daging olahan, dan daging sapi.adapaun jenis uji laboratorium yang dilakukan ialah uji cemaran mikroba (slamonella, E. coli, Coliform, Stahylococus dan TPC), Uji Boraks (pengawet), Elisa daging sapi, uji fisik dan kimia produk. Adapun indikator yang ditetapkan ialah sebagai berikut: Tabel Target dan Realisasi Hasil Uji pada PAH tahun 2016 Indikator Kinerja Utama Persentase produk Pangan asal hewan yang HAUS (%) Target Realisasi Persen Realisasi ,10 110,52 82,60 Sumber Laporan Bidang Keswan 2016 diolah Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa realisasi produk yang sesuai standar sebesar 84,10%, dari 66 sampel, sedangkan target yang ditetapkan ialah sebesar 77% produk asal hewan yang dipasaran sesuai dengan standar. Namun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka hasil ini menunjukan peningkatan sebesar 1,8%. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

82 Persen 2. Perbandingan realisasi terhadap tahun-tahun sebelumnya Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka trend kualitas produk ini nampaknya meningkat walaupun secara perlahan. Adapun gambaran peningkatan kualitas PAH yang HAUS seperti tersaji pada Grafik dibawah ini: Grafik 11. Peningkatan Kualitas PAH (Produk Asal Hewan) yang HAUS Tahun , ,6 82,6 85,1 Persen Kualitas PAH yang HAUS , ,6 82,6 85,1 Sumber Data : laporan Bidang Keswan Tahun diolah Berdasarkan Grafik maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan rata-rata tiap tahun mencapai 3,8%. Dan peningkatan tertinggi terjadi pada rentang tahun 2012 ke tahun 2013 dimana peningkatannya mencapai 7,5%. 3. Analisis keberhasilan atau kegagalan capaian indikator Capaian yang cukup tinggi ini didukung oleh beberapa hal diantaranya: - Adanya peran aktif dari para penjual dengan mengikuti mekanisme pemasaran yang sesuai standar. - Stimulan, Pengawasan dan pelatihan dari pemerintah melalui Disnakan. - Semakin tingginya pengawasan dan kontrol dari masyarakat, media membuat penjualan produk peternakan perikanan semakin terawasi. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tahun

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta ala,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

Lampiran 4.b Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Pagu Indikatif Urusan Pertanian Kabupaten Bandung KONDISI AWAL 2015

Lampiran 4.b Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Pagu Indikatif Urusan Pertanian Kabupaten Bandung KONDISI AWAL 2015 Lampiran 4.b Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Pagu Indikatif Urusan Pertanian 2016- Kabupaten Bandung TUJUAN SASARAN INDIKATOR AWAL PROGRAM/KEGIATAN 2.01 1 1 Program Pelayanan Administrasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN

LAPORAN KINERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj.IP) LAPORAN KINERJA INSTANSI DINAS TANAMAN PEMERINTAH PANGAN DAN PETERNAKAN (LKJ.IP) KABUPATEN PACITAN DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN PACITAN LAPORAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 17 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) 9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN

Lebih terperinci

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK 1. RENSTRA SKPD DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Rekapitulasi Matrik Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD Tanaman Pangan dan

Lebih terperinci

Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015

Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015 Formulir Evaluasi Hasil Renja Dinas Peternakan dan Kabupaten Bandung Triwulan IV Tahun 2015 Kode Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Program/Kegiatan x Belanja Rutin x xx Belanja Rutin x xx 1

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan salah satu alat instrument untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. Pendekatan

Lebih terperinci

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

https://esakip.bantulkab.go.id/bpsyslama/www/monev/laporan/daftar/bulan/12 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM 1 of 8 7/31/17, 9:02 AM Laporan Program/Kegiatan APBD Tahun Anggaran 2016 (Belanja Langsung) s/d Bulan Desember Dinas Pertanian dan Kehutanan 1 01 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 424,049,000

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

.000 WALIKOTA BANJARBARU

.000 WALIKOTA BANJARBARU SALINAN.000 WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA BANJARBARU DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN SASARAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Prosentase layanan 100% Program Pelayanan Peningkatan dan Pengelolaan Input : Dana Rp 1.004.854.000,00 adminstrasi Administrasi Perkantoran Administrasi Perkantoran : Terpenuhinya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG EVALUASI PELAKSANAAN RENJA DINAS KETAHANAN PANGAN TAHUN 205 I. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) merupakan dokumen perencanaan yang disusun berpedoman kepada Rencana Strategis (Renstra) dan mengacu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR RENCANA KERJA PERUBAHAN (RENJA-P) DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 GIANYAR 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah Perubahan (Renja P-OPD)

Lebih terperinci

2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK

2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK 2. RENSTRA SKPD (Ringkasan) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Rekapitulasi Matrik Rencana, Kegiatan, Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif SKPD Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA (LKJ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN KINERJA (LKJ) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) SUMBER DANA (INTERNAL DAN EKSTERNAL) 1 Meningkatnya layanan masyarakat tanbunakhut

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA KERJA TAHUN (Sesuai Perubahan RKPD)

PERUBAHAN RENCANA KERJA TAHUN (Sesuai Perubahan RKPD) PERUBAHAN RENCANA KERJA TAHUN 2015 (Sesuai Perubahan RKPD) KATA PENGANTAR Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 ini, disusun sebagai hasil evaluasi

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA SKPD DINAS PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan,

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Pertanian Dalam Angka Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek ini telah tersusun sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016-2021 DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PANGAN DAN PERIKANAN Jl. Raya Soreang Km 17 Bandung Telp. (022) 5891695 Fax

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015

LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015 II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. URUSAN PILIHAN PERTANIAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan pada Urusan Pertanian diarahkan pada terwujudunya pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Anggaran : 208 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Ketahanan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) 231590 Garut PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 1 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ir. SITI NURIANTY, MM Jabatan : Kepala

Lebih terperinci

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan 13. URUSAN KETAHANAN PANGAN Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN Anggaran : 207 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH II. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 01. A. KEBIJAKAN PROGRAM Pada Urusan pilihan Pertanian diarahkan pada Peningkatan produksi pertanian dan pemberdayaan petani lokal serta peningkatan akses modal dan

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN KABUPATEN BANDUNG DINAS PEPERTANIAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERTANIAN Jl. Raya Soreang Km 17 Bandung Telp. (022) 5891703 Fax (022) 5891703 e-mail distan@bandungkab.go.id website www.distan.bandungkab.goid

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN 2019-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Jl. PEMBANGUNAN NO. 183 GARUT

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013

LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013 LAPORAN TAHUNAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Lebih terperinci

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan Tabel 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif Dinas Pertanian dan Kehutanan (Sumber Dana APBD Kabupaten Tujuan Sasaran Target Rp Target Rp Target 1

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN 4.2 URUSAN PILIHAN 4.2.1 URUSAN PILIHAN PERTANIAN 4.2.1.1 KONDISI UMUM Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu wujud pemberdayaan ekonomi rakyat dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan I. PENDAHULUAN A. Maksud dan Tujuan Rencana Kerja (Renja) Dinas Peternakan Kabupaten Bima disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk merencanakan berbagai kebijaksanaan dan strategi percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah diminta untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN PETERNAKAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016-2021 KATA PENGANTAR Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD 0-06 BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI NO II URUSAN PILIHAN PERTANIAN Program Pengembangan Agribisnis Kinerja Program Meningkatnya aktivitas ekonomi regional

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 3-8 VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN AWAL TARGET INDIKATOR 3 4 5 6 7 8 8 3 4 5 6 7 8 9 3 4 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) Pemerintah Kabupaten Blitar PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PERTERNAKAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 Jl. Cokroaminoto No. 22 Telp. (0342) 801136 BLITAR 1 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130 RENSTRA 2016-2021 BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA 2016-2021 VI - 130 BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Tahun Anggaran 2016

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Tahun Anggaran 2016 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPPA SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH Tahun Anggaran 2016 Urusan Pemerintahan : 2 Urusan Pilihan Bidang Pemerintahan : 2. 01 Pertanian

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR Kabupaten Musi Rawas memiliki luas baku lahan 635.717,15 Ha dengan

Lebih terperinci

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR i2- TAHUN 2014 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN KOTA MADIUN

DINAS PERTANIAN KOTA MADIUN DINAS PERTANIAN KOTA MADIUN A. Informasi tentang profile Badan Publik : 1. Informasi tentang kedudukan, domisili dan alamat lengkap VIEW Dinas Pertanian merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di Bidang

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 113 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA PEKANBARU

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN

Lebih terperinci

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian mekanisme

Lebih terperinci

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b. 30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

BELANJA LANGSUNG DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA DENPASAR URUSAN PEMERINTAHAN

BELANJA LANGSUNG DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPA-SKPD 2.2 PEMERINTAH KOTA DENPASAR URUSAN PEMERINTAHAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DPASKPD. BELANJA LANGSUNG URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI :.00.0. PERTANIAN :.00.0.0. DINAS PERTANIAN DOKUMEN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 95 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 50 Kota Prabumulih 50 III.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN Laporan Realisasi Pelaksanaan Anggaran Rutin, Pembangunan dan Penerimaan Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN

PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN PEMERINTAH KOTA BINJAI TAHUN 2016-2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah subhanallahu wa ta ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Rencana

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1 Kota Prabumulih 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Keinginan Pemerintah dan tuntutan dari publik saat ini adalah adanya transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan negara. Dasar dari

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan yang akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan aspirasi serta cita-cita masyarakat dalam mencapai masa depan yang

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci