BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Sukoharjo. laut (dpl). Secara geografis terletak di ,76 BT ,70 BT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Sukoharjo. laut (dpl). Secara geografis terletak di ,76 BT ,70 BT"

Transkripsi

1 A = f (Z < ) =fzll ' 1 - F ( Zi ) F(-Z,. ) f(z i ) dan F(Z i ) adalah fungsi densitas dan fungsi kumulatif berdistribusi normal standar. Nilai X yang didapatkan kemudian dimasukkan dalam persamaan, sehingga menghasilkan : ln w = a + X + yh + S, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Sukoharjo Kondisi geografis Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah dataran dengan ketinggian wilayah antara 89 meter 125 meter di atas permukaan laut (dpl). Secara geografis terletak di ,76 BT ,70 BT dan ,00 LS ,00 LS. Letak Kabupaten Sukoharjo memiliki batas wilayah administrasi yang dibatasi oleh enam kabupaten/kota yaitu : 1. Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar 2. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar 3. Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 4. Sebelah Barat : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terdiri atas 12 Kecamatan yang terdiri dari 150 Desa dan 17 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo sebesar Ha, terdiri dari luas lahan sawah sebesar Ha xxix

2 atau 45,55 persen, luas lahan bukan sawah sebesar Ha atau 54,45 persen. Luas lahan sawah terdiri dari irigasi teknis yaitu Ha atau 70,09 persen sisanya merupakan irigasi setengah teknis, irigasi sederhana dan tadah hujan. Luas lahan bukan sawah sebesar Ha atau persen merupakan pekarangan (Sukoharjo Dalam Angka 2010,BPS) B. Kependudukan dan Keluarga Berencana di Kabupaten Sukoharjo Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo dari hasil regristrasi penduduk tahun 2009 sebesar jiwa terdiri dari jiwa atau 49,49 persen adalah penduduk laki-laki dan jiwa atau 50,51 persen adalah penduduk perempuan. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Grogol sebesar 12,24 persen dan terkecil berada di Kecamatan Gatak sebesar 5,76 persen dari total penduduk Kabupaten Sukoharjo. Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Sukoharjo sebesar jiwa per km 2, dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Kartasura sebesar jiwa per km 2 dan kepadatan terendah di Kecamatan Nguter sebesar jiwa per km 2 dengan laju pertumbuhan sebesar 0,70 persen dari tahun sebelumnya (Sukoharjo Dalam Angka 2010,BPS), Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2009 sebanyak pasang, jumlah ini sedikit meningkat apabila dibandingkan tahun 2008 yang tercatat sebanyak pasang. Peserta KB Aktif di Kabupaten Sukoharjo pada xxx

3 tahun 2009 mencapai Pasangan Usia Subur (PUS) atau 80,59 persen jumlah peserta KB Aktif, Peserta KB Aktif sebanyak orang pada tahun 2009, sebagian besar peserta yaitu 66,00 persen atau peserta memilih metode KB jangka pendek, yang terdiri dari suntik (51,7 persen), pil KB (13,57 persen) dan kondom (0,72 persen). Sedangkan yang memakai metode KB jangka panjang yang paling banyak dipilih adalah IUD (17,84 persen), MOW/MOP (8,91 persen) dan implant (7,19 persen). Selanjutnya peserta KB Baru sebanyak 12,37 persen ( peserta) capaian ini menurun apabila dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 13,17 persen, ditunjukkan pada tabel 4.3. (Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009, Dinas Kesehatan Kab.Sukoharjo). C. Kinerja dan Pencapaian Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Sukoharjo Salah satu aspek penting ukuran tingkat kesejahteraan rakyat adalah derajat kesehatan penduduk, derajad kesehatan ini dapat dilihat dari sisi individu, keluarga dan lingkungan. Beberapa indikator kesehatan di tingkat individu adalah penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dan keikutsertaan Keluarga Berencana. Berbagai upaya telah dilakukan dalam pembangunan kesehatan melalui pendekatan program dan kegiatan yaitu dengan upaya xxxi

4 peningkatan terhadap pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat di dalam masyarakat dan sarana serta sumber daya kesehatan. Derajat kesehatan hasil pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan kesehatan selama tahun 2009 di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut (Profil Kesehatan Kab. Sukoharjo tahun 2009) : 1. Kematian Ibu Estimasi kematian ibu maternal pada tahun 2009 adalah 80,81/ kalahiran hidup, angka ini hampir sama dengan tahun 2008 yang sebesar 80,89/ kelahiran hidup. 2. Kematian Bayi Estimasi kematian bayi pada tahun 2009 adalah 10,36/1 000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 adalah 2,9/1 000 kelahiran hidup, estimasi tahun 2009 ini meningkat tajam dibandingkan angka tahun sebelumnya seperti tahun 2007 adalah 2/1 000 kelahiran hidup dan tahun 2006 sebesar 1,86/1 000 kelahiran hidup. 3. Kematian Balita Estimasi kematian balita pada tahun 2009 adalah 2,1/1 000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2008 adalah 1,1/1 000 kelahiran hidup capaian ini bisa dibilang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 0,2/1000 kelahiran hidup pada tahun Kesakitan xxxii

5 Penemuan TB Paru pada tahun 2009 dengan tingkat penularan yang tinggi masih jauh dari target (target 70 persen realisasi 24 persen). Proporsi penderita TB Paru positip yang mengalami konversi menjadi TB Paru negatip pada akhir pengobatan pada tahun 2008 sebesar 94 persen. Pada tahun 2009 terdeteksi kasus DBD sebanyak 371 kasus sehingga angka kesakitan DBD adalah 444/ penduduk dengan angka kematian 2,96 persen (11 kasus). 5. Status Gizi Pada tahun 2009 terdapat 382 (2,81 persen) bayi lahir dengan berat badan rendah dan balita gizi buruk dilaporkan sebanyak 34 anak dan semuanya mendapatkan intervensi penanganan. 6. Keadaan Lingkungan Pada tahun 2009 dilakukan uji petik pada rumah (36,56 persen) dari rumah didapatkan rumah (62,05 persen) memenuhi kriteria rumah sehat dan baru rumah (67,33 persen) yang memiliki atau bisa mengakses air bersih. 7. Perilaku Masyarakat Capaian Posyandu Purnama 47,17 persen dan Mandiri 9,10 persen dan telah memenuhi target yang harus dicapai yaitu minimum Purnama 40 persen sedang Mandiri 2 persen pada tahun Upaya Kesehatan xxxiii

6 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2009 adalah 96,68 persen, hasil ini meningkat bila dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 96,01 persen. Peserta KB Aktif tahun 2009 adalah 80,50 persen menurun bila dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebesar 80,86 persen dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS). Sementara peserta KB Baru 12,73 persen pada tahun 2009 sedangkan pada tahun 2008 sebesar 13,17 persen. Hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 masih belum menunjukkan hasil maksimal, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4 yang menunjukkan bahwa derajat kesehatan kematian bayi yang pada tahun 2008 sebesar 2,90 kematian per justru pada tahun 2009 ada kematian 10,36 per bayi dan kematian balita dari 1,10 pada tahun 2008 meningkat menjadi 2,10 per 1000 pada tahun 2009 hal ini terjadi karena karena ada 141 kematian bayi yang terdiri dari 92 lahir mati dan 49 kematian bayi dan kematian balita sebanyak 28 kematian balita. Berbagai hambatan dan kendala harus dicari pemecahannya, masih banyak upaya perbaikan dan peningkatan berbagai program dan kegiatan pembangunan kesehatan untuk peningkatan derajat kesehatan. Selain dipengaruhi faktor pelayanan kesehatan, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor perilaku masyarakat, lingkungan dan demografi. D. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian xxxiv

7 Data Susenas kor tahun 2009 Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa dari 704 rumah tangga sampel terdapat 403 wanita status kawin umur tahun yang terdiri dari 259 wanita status kawin ikut partisipasi Keluarga Berencana atau sebesar 64,27% dan 144 wanita status kawin tidak ikut partisipasi Keluarga Berencana yaitu sebesar 35,73%. Dari tabel 4.3. dapat dketahui bahwa wanita status kawin yang ikut partisipasi Keluarga Berencana di Kabupaten Sukoharjo relatif tinggi yaitu sebesar 64,27%, Sedangkan karakteristik sosial responden yaitu wanita status kawin hasil analisis data kor Susenas 2009 Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut : 1. Responden Menurut Kelompok Umur Untuk keperluan analisis deskripsi pengkatagorian maka umur dibagi dengan interval lima, pengkatagorian ini untuk memudahkan analisis. Distribusi wanita status kawin yang ikut partisipasi Keluarga Berencana sebesar 64,27% sisanya yang tidak ikut partisipasi Keluarga Berencana sebesar 35,73%, sedangkan dirinci menurut kelompok umur, sebagian yang potensial untuk ikut partisipasi Keluarga Berencana berada di kelompok umur tahun yakni sebesar 16,13 persen. Sedangkan yang potensial tidak ikut partisipasi Keluarga Berencana berada di kelompok umur tahun yaitu sebesar 9,93%. Umur rata-rata wanita status kawin adalah 36,22 tahun, yang ikut Keluarga Berencana adalah 35,74 tahun dan yang tidak ikut Keluarga Berencana 37,06 tahun. Umur wanita status kawin baik yang ikut xxxv

8 Keluarga Berencana maupun tidak imut Keluarga Berencana minimal 20 tahun dan umur maksimal 49 tahun. 2. Responden Menurut Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, semakin tinggi pendidikan diharapkan semakin tinggi daya nalar dalam berperikehidupan. Penduduk yang pendidikan rendah atau kurang dari SMP biasanya daya nalar dan rasional dalam kehidupan rendah, dalam berkehidupan partisipasi Keluarga Berencana di Kabupaten Sukoharjo responden yang berpendidikan kurang dari SMP sebanyak 63,70 persen, selanjutnya yang berpendidikan SLTA keatas sebesar 36,30 % dari total wanita status kawin yang ikut Keluarga Berencana. Tingkat pendidikan yang ditamatkan wanita status kawin yang berpendidikan SMP sederajat kebawah yang tidak berpartisipasi ber- Keluarga Berencana sebesar 54,87 % dan yang berpendidikan SLTA sederajat keatas sebesar 56,13%. Sedangkan kelompok pendidikan SLTA sederajat keatas yaitu sebesar 45,13%. Besarnya di kelompok pendidikan SMP sederajat disebabkan karena sebagian besar penduduk di Kabupaten Sukoharjo rata-rata pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah setingkat SMP atau dibawahnya, terlihat dari Indek Pembangunan Manusia (IPM) yakni rata-rata lama sekolah sebesar 8,3 yang berarti lama sekolah adalah 8 tahun commit atau to setingkat user SMP kelas 2 pada tahun xxxvi

9 3. Responden Menurut Jumlah Anak Lahir Hidup Seseorang wanita dalam berkeluarga berharap mempunyai anak atau ada pengertian bahwa dalam hidupnya ada keturunan yang meneruskan kehidupannya, sehingga mempunyai keturunan merupakan hal yang wajar. Distribusi wanita status kawin dirinci menurut jumlah anak yang dilahirkan hidup berhubungan dengan partisipasi Keluarga Berencana adalah jumlah anak yang dilahirkan dua merupakan kelompok partisipasi yang paling tinggi yaitu sebesar 42,47%, selanjutnya pada kelompok yang mempunyai anak lahir hidup satu yaitu sebesar 26,25% dan yang mempunyai anak tiga sebesar 22,39%, tetapi di kelompok yang tidak ikut partisipasi Keluarga Berencana paling besar di wanita status kawin yang mempunyai anak lahir hidup satu yaitu sebesar 36,81% disusul wanita status kawin yang mempunyai anak lahir hidup dua sebesar 32,64%. Selanjutnya rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup adalah 2,2 berarti seorang wanita status kawin rata mempunyai anak sebanyak antara 2 3 orang, jumlah anak maksimum lahir hidup wanita status kawin maksimum 7 orang anak, jumlah anak lahir hidup yang tidak ikut ber-keluarga Berencana maksimum 6 orang anak, sedangkan yang ikut Keluarga Berencana 7 orang anak. 4. Responden Menurut Status Perkerjaan xxxvii

10 Bekerja menurut konsep Badan Pusat Statistik (BPS) adalah melakukan kegiatan dengan maksud untuk memperoleh atau membentu memperoleh penghasilan atau keuntungan dilakukan paling sedikit satu jam secara berturut-turut dan tidak boleh terputus (BPS, 2009). Jumlah anggota rumah tangga yang banyak menjadikan seseorang untuk melakukan kerja dengan maksud bisa membiayai kebutuhan hidupnya dari analisis disimpulkan bahwa wanita status kawin yang bekerja ada kecenderungan untuk ikut ber-keluarga Berencana. Responden yang ikut ber-keluarga Berencana sebagian besar adalah bekerja yaitu sebesar 68,73%. dan 57,64% wanita status kawin yang bekerja tidak ikut Keluarga Berencana. Dari keseluruhan responden, terdapat 64,76% berstatus bekerja, sedangkan yang berstatus tidak bekerja terdapat 35,24%. Wanita status kawin ikut partisipasi Keluarga Berencana yang tidak bekerja sebesar 31,27%, sedangkan yang tidak ikut partisipasi Keluarga Berencana sebesar 42,36%, dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita status kawin yang bekerja keikutsertaan atau partisipasi Keluarga Berencana cenderung tinggi. 5. Responden Menurut Umur Anak Terkecil Distribusi wanita status kawin partisipasi Keluarga Berencana mempunyai umur anak terkecil kelompok 0 4 tahun sebesar 42,47% sedangkan kelompok umur anak terkecil 5 9 tahun sebesar 27,41% dan yang terakhir umur anak terkecil lebih besar atau sama dengan 10 sebesar xxxviii

11 30,12%. Selanjutnya distribusi wanita status kawin yang tidak ikut partisipasi Keluarga Berencana mempunyai anak terkecil kelompok usia anak terkecil 0 4 tahun sebesar 34,72%, kelompok usia anak terkecil 5 9 tahun sebesar 26,39% dan kelompok usia anak terkecil usia lebih besar atau sama dengan 10 tahun keatas sebesar 38,89%. Rata-rata umur anak terkecil wanita status kawin ikut Keluarga Berencana menunjukkan angka 7,36 yang berarti rata-rata umur anak terkecil antara umur 7 tahun hingga 8 tahun, selanjutnya yang tidak ikut Keluarga Berencana nilai 8,93 dan keseluruhan responden sebesar 7,92. Sedangkan umur minimumnya 0. berarti umur anak terkecilnya kurang dari satu tahun atau kurang dari dua belas bulan, selanjutnya umur anak terkecilnya maksimum 33 tahun bagi wanita status kawin yang tidak ikut Keluarga Berencana. Untuk yang ikut Keluarga Berencana umur anak terkecil umur maksimumnya 29 tahun. E. Hasil Analisis Regresi Agar tujuan penelitian ini tercapai dalam analisisnya, maka dibuat model regresi logistik yang akan menganalisis bagaimana hubungan beberapa variabel penjelas yaitu umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja dan usia anak terkecil yang berpengaruh terhadap wanita status kawin dalam menentukan apakah lkut ber-keluarga Berencana atau tidak. Pengolahan data menggunakan PASW Statistik 18 atau SPSS commit 18 to dengan user metode enter. xxxix

12 1. Uji Kelayakan Model Hasil out put regresi logistik diperoleh nilai pengamatan dan nilai prediksi Hosmer dan Lemeshow, untuk menguji model yang digunakan apakah dapat menggunakan regresi logistik atau tidak. Uji kelayakan model ini digunakan untuk mengetahui apakah model dapat menggunakan regresi logistic atau tidak, dengan bentuk pengujiannya adalah : H 0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi wanita status kawin ber-keluarga Berencana atau tidak ber-keluarga Berencana antara yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. H 1 : Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi wanita status kawin ber-keluarga Berencana atau tidak ber-keluarga Berencana yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Kriteria pengambilan keputusan yaitu : Jika Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Jika Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Dari hasil output ditunjukkan pada tabel diperoleh nilai signifikan sebesar 0,519 pada tahap pertama diatas nilai 0,05. Jadi nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi xl

13 yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati sehingga model layak dianalisis lebih lanjut dengan regresi logistik. 2. Hasil Analisis Regresi Logistik a. Uji Parameter secara Bersama (Likelihood Ratio Test) Hasil analisis regresi logistik wanita ststus kawin ber- Keluarga Berencana atau tidak ber-keluarga Berencana disajikan pada tabel 4.12, sedangkan print out computer dapat dilihat pada lampiran 1. Keluaran regresi logistik diperoleh nilai statistic G sebesar 20,447 dengan df = 6. Angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan λ² tabel dengan taraf nyata sebesar 0,05 (5%), dengan tingkat probabilitas untuk menolak Ho p-value sebesar 0,002 yang berarti model tersebut dapat digunakan secara simultan dan pada model yang terbentuk terdapat paling sedikit satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel respon yaitu keikutsertaan ber-keluarga Berencana atau tidak ber-keluarga Berencana. Pengujian model secara bersama sama (overall model fit) digunakan Uji Likelihood Ratio Test atau statistik G. Model hipotesisnya adalah: H 0 : βi = 0 yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel keikutsertaan wanita status kawin ber-keluarga Berencana dengan variabel umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja dan usia anak terkecil. xli

14 Hi : minimal satu β i 0 ; i = 1,2, p yang berarti ada pengaruh minimal satu variabel umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja atau usia anak terkecil bagi wanita status kawin dalam ber-keluarga Berencana. Kriteria pengambilan keputusan adalah : Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Dari hasil output diperoleh nilai G sebesar 20,447 atau nilai signifikan sebesar 0,002 sehingga Ho ditolak, karena nilai signifikan kurang dari 0,05. Karena Ho ditolak berarti dapat di simpulkan bahwa variabel umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja atau usia anak terkecil secara keseluruhan mempengaruhi peluang wanita status kawin untuk ber-keluarga Berencana. b. Uji Goodness of Fit (R 2 ) Uji Goodness of Fit (R2) digunakan untuk mengetahui ketepatan model yang dipakai, diketahui nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,068. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa variabel penjelas yang meliputi umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja atau usia dapat menjelaskan perubahan peluang seseorang untuk ikit ber-keluarga Berencana sebesar 6,80 persen. c. Uji Parameter secara commit Parsial to (Uji user Wald) xlii

15 hipótesis : Pengujian secara parsial digunakan uji Wald dengan model H 0 : = 0 yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja atau usia anak terkecil dengan variabel wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana. H 1 : 0 yang berarti ada pengaruh antara variabel penjelas umur, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, jumlah anak lahir hidup, bekerja atau usia anak terkecil dengan variabel wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana. Kriteria pengambilan keputusan : Jika probabilitas < 0,05 atau maka Ho ditolak. Jika probabilitas > 0,05 atau maka Ho diterima. Pada tabel 4.12 terlihat nilai probabilitas masing-masing variabel penjelas yang mempengaruhi respon adalah variabel pendidikan mempunyai nilai probabilitas 0,047 yang artinya variabel pendidikan berpengaruh terhadap peluang wanita status kawin ber- Keluarga Berencana atau tidak ber-keluarga Berencana pada tingkat 5 persen. Nilai probabilitas variabel bekerja sebesar 0,007 yang artinya variabel bekerja berpengaruh terhadap peluang wanita status kawin ber-keluarga Berencana pada tingkat 5 persen Variabel umur mempunyai nilai probabilitas 0,268 dan variabel jumlah anak lahir hidup commit nilai to probabilitas user 0,250 serta variabel umur xliii

16 anak terkecil nilai probabilitas 0,112 sehingga ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap peluang wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana. d. Model penduga wanita status kawin ikut ber-keluarga Berencana. Berdasarkan hasil analisis regresi dalam tabel 4.12 dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut : Y Y = 1,348 * - 0,026 ts um - 0,448 * didik + 0,154 ts aklh + 0,605 * kerja - 0,035 ts auk Keterangan : * = signifikan pada 5 %; ts = tidak signifikan. Berdasar hasil regresi tersebut di atas maka dapat dinyatakan : 1) Umur tidak berpengaruh terhadap kecenderungan wanita status kawin untuk ber-keluarga Berencana, sehingga meskipun umur wanita status kawin bertambah maka tidak akan berpengaruh terhadap keinginan wanita status kawin untuk partisipasi Keluarga Berencana. 2) Pendidikan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan wanita status kawin untuk ber-keluarga Berencana artinya pendidikan yang ditamatkan rendah, peluang untuk ikut ber-keluarga Beren- xliv

17 cana semakin berkurang dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih tinggi. 3) Jumlah anak kandung lahir hidup tidak berpengaruh terhadap wanita status kawin untuk ber-keluarga Berencana artinya jumlah anak kandung satu atau lebih dari satu orang tidak mempengaruhi seseorang untuk ikut ber-keluarga Berencana. 4) Bekeja berpengaruh positif terhadap kecenderungan wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana, yang berarti wanita status kawin yang bekeja kecenderungan ikut ber-keluarga Berencana lebih besar dibandingkan dengan wanita status kawin yang tidak bekerja. 5) Umur/usia anak terkecil wanita status kawin tidak berpengaruh terhadap kecenderungan ber-keluarga Berencana artinya wanita status kawin yang mempunyai anak terkecil umur masih anak-anak atau lebih tua, tidak mempengaruhi seseorang untuk ber-keluarga Berencana. Hal ini disebabkan bahwa karena program KB sudah begitu dikenal masyarakat ini terkait juga dengan jumlah anak yang dimiliki wanita status kawin yaitu rata-rata sudah 2 orang anak, baik anak itu masih kecil atau saudah dewasa sehingga umur anak terkecil yang dimiliki oleh seorang ibu tidak mempengaruhi untuk ikut KB atau tidak. e. Nilai Kecenderungan (Odds Ratio) : xlv

18 Odds Ratio merupakan perbandingan masing masing kategori dari variabel penjelas yaitu umur, pendidikan, jumlah anak lahir hidup, bekerja dan umur anak terkecil untuk menerangkan variabel respon yaitu ikut ber-keluarga Berencana atau tidak ber-keluarga Berencana, atau perbandingan tingkat resiko antara dua nilai variabel penjelas, misalnya x = 1 dan x = 0 digunakan nilai odds ratio. Hasil pengolahan nilai odds ratio di tunjukkan dengan besarnya Exp (B) pada out put. Nilai Exp (B) masing-masing variabel penjelas yang berpengaruh Berdasar perhitungan odds ratio, maka dapat diuraikan pengaruh masing masing variabel bebas terdiri dari umur, pendidikan, jumlah anak lahir hidup, bekerja dan usia anak terkecil wanita status kawin terhadap kecenderungan ikut ber-keluarga Berencana. 1) Pengaruh Umur Terhadap Keikutsertaan ber-keluarga Berencana. Variabel umur secara parsial tidak signifikan, artinya kecenderungan wanita status kawin usia tahun untuk ber- Keluarga Berencana, artinya antara wanita status kawin yang berumur muda dengan yang berumur lebih tua sama saja. Umur dalam uji Wald tidak berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan ber-keluarga Berencana. Hasil pengolahan rata-rata umur baik yang ikut commit KB maupun to user yang tidak ikut KB adalah 36,22 xlvi

19 tahun, dari analisis di interval umur tahun ini jumlah responden wanita status kawin sangat mendominasi yaitu sebesar 22,08 persen sehingga data cenderung homogen akibatnya umur tidak mempengaruhi keikutsertaan dalam ber-kb. 2) Pengaruh Pendidikan Terhadap Keikutsertaan ber-keluarga Berencana Variabel pendidikan nilai odds ratio sebesar 0,639 menunjukkan bahwa berpengaruh terhadap kecenderungan wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana yang pendidikan SLTA ke atas adalah 0,639 kali dibandingkan seseorang yang berpendidikan SLTP ke bawah dengan asumsi variabel lain konstan. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki wanita status kawin semakin tinggi pula peluang ikut ber-keluarga Berencana, dengan kata lain semakin rendah pendidikan seseorang kecenderungan ber-keluarga Berencana semakin kecil. Keadaan ini disebabkan karena pendidikan semakin tinggi daya rasionalnya semakin lebih baik, sehingga dalam tindakannya selalu memikirkan untung dan ruginya termasuk dalam hal pemilihan dalam ber-keluarga Berencana. 3) Pengaruh Jumlah Anak Lahir Hidup Keikutsertaan ber- Keluarga Berencana xlvii

20 Variabel jumlah anak lahir hidup secara parsial tidak signifikan, artinya kecenderungan wanita status kawin usia tahun untuk ber-keluarga Berencana antara yang mempunyai jumlah anak yang dilahirkan hidup sedikit atau banyak tidak berpengaruh nyata terhadap keikutsertaan ber-keluarga Berencana. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup dari seorang wanita status kawin sudah 2,16 anak mendekati dari program KB yaitu 2 anak sehingga responden cenderung homogeny yang berakibat dengan uji tidak mempengaruhi. 4) Pengaruh Bekerja Keikutsertaan ber-keluarga Berencana Variabel bekerja nilai odds ratio sebesar 1,831 menunjukkan bahwa kecenderungan wanita status kawin yang bekerja untuk ikut ber-keluarga Berencana adalah 1,831 kali dibandingkan dengan wanita status kawin yang tidak bekerja, jika variabel lain diasumsikan konstan. 5) Pengaruh Usia Anak Terkecil Keikutsertaan ber-keluarga Berencana Variabel usia anak terkecil secara parsial dengan analisis logistit tidak berpengaruh nyata terhadap kecenderungan wanita status kawin untuk ikut KB, berarti kecenderungan wanita status kawin untuk ikut commit ber-keluarga to user Berencana baik yang mempunyai xlviii

21 anak umur masih kecil atau sudah lebih tua peluangnya sama saja sedangkan dianalisis probit ada pengaruh nyata terhadap kecenderungan wanita ststus kwin untuk ber-kb.. Sebagai ilustrasi : Menghitung peluang/kecenderungan wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana dipengaruhi oleh variabel bebas secara individu, artinya menganggap variabel-variabel lain diasumsikan konstan, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a) Peluang wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana menurut pendidikan. Hasil analisis regresi yang ditulis dengan persamaan seperti yang tertulis di atas dengan menganggap variabel lain selain pendidikan diasumsikan konstan dan variabel pendidikan adalah SLTA keatas, sehingga didik = 1 menjadi: Y = 0,9 = 71,09 % Dengan cara yang sama, besarnya peluang wanita status kawin dengan variabel pendidikan SLTP ke bawah, yakni didik = 0 didapatkan : xlix

22 Y = 1,348 = 79,38 % Berdasarkan hasil tersebut, wanita status kawin pendidikan SLTA ke atas mempunyai peluang untuk ber-keluarga Berencana sebesar 71,09 persen, sedangkan yang berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 79,38 dengan asumsi variabel lain konstan. Hal tersebut terjadi disebabkan wanita status kawin pendidikan semakin tinggi, peluang untuk ber-keluarga Berencana berkurang karena keterlambatan menikah terkonsentrasi untuk menyelesaikan pendidikan dulu, sehingga mengakibatkan waktu untuk mempunyai keturunan berkurang selanjutnya kecenderungan untuk ber-keluarga Berencana menurun. b) Peluang wanita status kawin bekerja untuk ikut ber-keluarga Berencana. Dengan cara yang sama seperti pada perhitungan sebelumnya, maka persamaan regresi dengan menganggap variabel lain selain bekerja diasumsikan konstan dan variabel wanita status kawin adalah bekerja dengan commit notasi, to user kerja = 1 diperoleh persamaan : l

23 Y = 1,953 = 87,57 % Dengan cara yang sama, besarnya peluang wanita status kawin dengan variabel tidak bekerja, yakni kerja = 0 didapatkan : Y = 1,348 = 79,38 % Berdasarkan hasil tersebut, peluang wanita status kawin untuk ikut ber-keluarga Berencana sebesar 79,38 persen bagi wanita status kawin yang tidak bekerja, sedangkan wanita status kawin bekerja mempunyai peluang sebesar 87,57 persen, lebih besar dibandingkan dengan wanita status kawin yang tidak bekerja, dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini disebabkan waktu unuk mengurus anak semakin berkurang dan biasanya orang yang bekerja pendidikan yang ditamatkan semakin tinggi yang berakibat olah pikirnya semakin realistis yang akhirnya untuk li

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar

BAB I PENDAHULUAN. besar jiwa pada tahun 2010, laju pertumbuhan tinggi yaitu sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu terdapat pandangan masyarakat tentang jumlah anak yang tidak sepenuhnya benar, pendapat bahwa Banyak Anak Banyak Rejeki dan keluarga besar adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner Roni Guntara 1), Safa at Yulianto 2) 1,2 Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang roniguntara@gmail.com

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR Oleh AUDDIE VIENEZA M. NRP 1310030043 DOSEN PEMBIMBING Dr. Vita Ratnasari,M.Si DOSEN PENGUJI Dr. Dra. Ismaini

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA

PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 51 61. PENERAPAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK PADA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI WANITA (Studi kasus di desa Dolok Mariah Kabupaten Simalungun) Oktani Haloho, Pasukat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang Willingness To Pay pengunjung Umbul Ponggok didapatkan hasil berikut ini : 1. Uji Klasifikasi Model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin (RB) Amanda yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin (RB) Amanda yang digilib.uns.ac.id 43 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum RB AMANDA Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin (RB) Amanda yang terletak di dusun Patukan, Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. SDKI merupakan survei yang dilaksanakan oleh badan pusat

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Puskesmas Sukoharjo terletak di Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo sekitar ± 4.458

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statisik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Sebanyak 25 perusahaan yang masuk

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data A.1. Analisis Deskriptif 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian Demografi responden terdiri dari Jenis Kelamin. Usia, Tingkat Pendidikan, Jumlah

Lebih terperinci

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik.

perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik. VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi di Kota Bekasi mengakibatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

EKO ERTANTO PEMBIMBING

EKO ERTANTO PEMBIMBING UJIAN TUGAS AKHIR Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pemberian Imunisasi Untuk Bayi Dengan Metode Regresi Logistik (Kasus di Kelurahan Keputih Surabaya) YUDHA EKO ERTANTO 1307030054 PEMBIMBING

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam

PEMBAHASAN. 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit. Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam 55 II. PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengembalian Kredit Karakteristik responden baik yang lancar maupun yang menunggak dalam pengembalian Kredit Mikro Utama diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketentraman. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA 18 Hayatul Rahmi 1, Fadli 2 email: fadli@unimal.ac.id ABSTRAK Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 96 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Dalam bab ini, akan dipaparkan secara umum tentang 14 kabupaten dan kota yang menjadi wilayah penelitian ini. Kabupaten dan kota tersebut adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya

Lebih terperinci

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 45 V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Tingkat Literasi Keuangan di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat 1. Uji Validitas a. Tingkat Literasi Keuangan Data mengenai tingkat literasi keuangan memiliki

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

KECAMATAN KALIGONDANG DALAM ANGKA 205 No. Publikasi : 33036.5.06 Katalog BPS : 0200.3303.050 Ukuran Buku Jumlah Halaman :5 x 2 cm :7 halaman Naskah Penyunting Gambar Kulit Gambar : Pribadi Santosa : Seksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik 1. Uji Klasifikasi Model Uji klasifikasi model dapat menunjukkan kekuatan atau ketepatan prediksi dari model regresi untuk mempredikasi tingkat nilai willingness

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Deskriptif Statistik Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan secara umum berbagai karakteristik data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel

maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA 4.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan deviasi standar tentang masing-masing variabel dalam penelitian.

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek penelitian yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaanperusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

III. METODELOGI PENELITIAN. sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat 41 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei menurut Singarimbun dan Effendi (1995) adalah penelitian yang mengambil sampel dari

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. a. Bagian ujung sebelah timur :110 57' 33,70" B.T. b. Bagian ujung sebelah barat: ' 6,79" B.T.

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. a. Bagian ujung sebelah timur :110 57' 33,70 B.T. b. Bagian ujung sebelah barat: ' 6,79 B.T. BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Sukoharjo terletak dibagian tenggara Propinsi Jawa Tengah, lebih tepatnya pada posisi sebagai berikut: a. Bagian ujung sebelah timur :110

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengelohan data yang dilakukan, maka hasil penelitian sebagai berikut : 4.1.1 Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR 32 III. METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (2004) metode deskriptif analitik merupakan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Analisis Statistik Deksriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, rata-rata

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Studi Pustaka Peraturan Literature Internet Tinjauan Pustaka - Variabel pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. B. Jenis Data Jenis data pada penelitian

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS : 9312.3273.100 Statistik Daerah Kecamatan Rancasari 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1642 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Katalog BPS : 9213.3273.100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1543 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi

ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan 100 orang responden dengan karakteristik demografi responden sebagai berikut: 1. Jenis kelamin responden, 66 orang wanita

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek yang dilakukan pada penelitian ini adalah peserta BPJS kelas II yang berada di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pola hidup masyarakat yang menyadari pentingnya kesehatan menyebabkan, kebutuhan pangan tidak hanya sebatas produk pelengkap dengan citarasa yang enak,

Lebih terperinci

KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER

KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER KETEPATAN KLASIFIKASI KEIKUTSERTAAN KELUARGA BERENCANA MENGGUNAKAN REGRESI LOGISTIK BINER DAN REGRESI PROBIT BINER (Study Kasus di Kabupaten Semarang Tahun 2014) SKRIPSI Disusun Oleh : FAJAR HERU SETIAWAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Dari 144 perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO Hajar Nur Fathur Rohmah, Zulaikha Abiyah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian 73 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis univariat Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian kehamilan tidak diinginkan, variabel kegagalan kontrasepsi termasuk jenis metode

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci