KEARIFAN LOKAL VERBA "MAKAN" DALAM BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)
|
|
- Hengki Djaja Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEARIFAN LOKAL VERBA "MAKAN" DALAM BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA) Gek Diah Desi Sentana Dosen Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar Abstrak The semantic structure of Balinese eat verba Nyesep, ngugut, makpak, ngilag, ngemu, nyilap, ngelompo, dan nguluh, comprises two semantic primes: do and with a way. Applying MSA Theory, the corpus can be explicated by the combination of non-compositional polysemi do and with a way. Each activity eat has a different way so that it becomes a unique verb.local wisdomverbeatmustbe understoodin order to avoidmistakesin the use oftheverb. Key word.: eat verba, local wisdom Abstrak Struktursemantikverba makan dalam bahasa Bali yaitu:"nyesep, ngugut, makpak, ngilag, ngemu, nyilap, ngelompo, dannguluh", terdiri dari duabilangan primasemantik: melakukandandengancara apa. Penerapan Teori MSA, dapatdijelaskan olehkombinasipolyseminon-komposisi yangdandengancara. Setiap kegiatanmakanmemiliki carayangberbedasehingga menjadikata kerjayang unik.kearifan lokal verba makan harus dipahami agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan verba tersebut. Kata kunci:verba makan, kearifan lokal I. Pendahuluan Secara filosofis bahwa setiap bahasa memiliki bentuk, fungsi, dan makna. Aspek kajian linguistik yang berupa bentuk, fungsi dan makna tersebut cukup menarik terutama pada fitur-fitur semantik yang dimiliki secara inheren oleh leksikon sehingga dapat membedakan leksikon yang satu dengan yang lainnya meskipun dalam satu komponen makna. Berbicara tentang bentuk, fungsi, dan makna merupakan suatu kajian yang holistik dalam sebuah bahasa. Hal ini dinyatakan secara tegas oleh Frawley (1992) bahwa makna bahasa merupakan suatu kerangka konseptual yang menggambarkan kategorisasi dalam dunia, sehingga aspek bentuk, fungsi, dan makna bahasa tersebut dapat dilihat sebagai wahana yang berisi representasi mental penutur bahasa tersebut. Kemudian dipertegas oleh Wierzbicka (1996) bahwa mempelajari bentuk atau struktur bahasa tanpa memperhatikan aspek makna ibarat mempelajari rambu lalu lintas dilihat dari ciri-ciri fisik saja. Sebab bahasa itu sendiri merupakan suatu wahana pengungkap makna.makan pentingnya ketiga aspek bahasa tersebut, maka perlu diberikan perhatian dalam disiplin ilmu linguistik. Penelitian mengkaji tentang linguistik mikro khususnya bidang semantik. Semantik merupakan aspek sentral dalam kajian mengenai pikiran atau konseptualisasi, koginisi yang keseluruhannya tidak dapat dipisahkan dari cara 168
2 kita mengklasifikasikan dan merepresentasikan pengalaman tentang dunia melalui bahasa. Dalam hal ini, teori semantik tidak hanya bermanfaat bagi bahasa manusia yang alami, tetapi juga untuk kognisi manusia karena ada suatu asumsi bahwa makna bahasa merupakan refleksi pikiran manusia (Allan, 2001). Seperti yang diungkapkan juga oleh Leech (2003) bahwa semantik tidak hanya mengkaji masalah pokok dalam komunikasi di dalam organisasi sosial, dan pusat studi pikiran manusia yaitu proses berpikir, kognisi, konseptualisasi yang saling mengait dengan cara kita mengklasifikasikan dan mengemukakan pengalaman kita tentang dunia nyata melalui bahasa, tetapi semantik pula sebagai titik pertemuan berbagai persilangan arus berpikir dari berbagai disiplin ilmu, misalnya linguistik, filsafat, dan psikologi. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa ranah kajian semantik sangat kompleks. Kompleksitas semantik tersebut juga dapat dilihat dari makna makan (bahasa Indonesia) yang diungkapkan oleh beberapa leksikon dalam Bahasa Bali seperti: sesep + N Nyesep makan dengan cara menghisap ; gugut + N ngugut makan dengan cara mengigit dengan gigi depan ; pakpak + N makpak makan dengan cara mengunyah hingga makanan menjadi lembut, ngilag makan dengan cara mengunyah menggunakan gigi graham, ngemu makan dengan cara menyimpan makanan dalam mulut dalam jangka waktu tertentu", nyilap makan dengan menggunakan lidah, ngelompo makan dengan cara memasukan semua makanan yang ada di tangan, dan nguluh makan tanpa menguyah dengan waktu cepat. Penelitian terhadap verba makan dalam Bahasa Bali menjadi objek yang menarik dalam kajian semantik. Pentingnya tindakan makan bagi masyarakat Bali tidak hanya dalam acara adat, membuka ladang pertanian, tetapi juga aktivitas sehari-hari. Di samping itu, verba makan memiliki aktivitas fisik yang kompleks (complex physical activities) yang mencakupi motivasi prototypical, entitas yang diperlakukan, alat yang digunakan, cara makan, dan hasil yang diinginkan. Untuk diketahui, bahwa verba makan tersebut memiliki fitur semantik khusus yang disebut subtle difference (Goddard, 2002) yang melekat pada beberapa leksikon. Leksikon-leksikon tersebut telah membentuk konfigurasi makna pembeda antara leksikon satu dengan yang lainnya terutama leksikon yang berada dalam medan makna yang sama. Fitur-fitur pembeda dari setiap leksikal tersebut dapat dieksplikasi melalui teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) yang dipelopori oleh Anna Wierzbicka dan kolega-koleganya. Melalui metode eksplikasinya, fitur-fitur pembeda masing-masing leksikon dapat dijelaskan secara tuntas. Masalah pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah realisasi leksikal verba makan, struktur semantik verba makan, dan fitur-fitur pembeda struktur semantik verba makan dalam Bahasa Bali. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai realisasi leksikal verba makan, dan struktur semantik verba makan serta fitur-fitur pembeda struktur semantik verba makan Bahasa Bali. Realisasi leksikal yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah bentuk-bentuk leksikon dari verba makan. Secara teoretis, manfaatnya sebagai dasar analisis lingual khususnya dalam menganalisis struktur semantik verba, menambah khazanah pengetahuan 169
3 semantik terutama makna asali dari verba makan dalam Bahasa Bali, dan mengangkat unsur-unsur semantik leksikal. Manfaat praktis adalah sebagai dasar pertimbangan dalam berkomunikasi sehari-hari bagi penutur Bahasa Bali dan untuk mengangkat nilai atau derajat dan harga diri Bahasa Bali sebagai salah satu bahasa yang ada di Nusantara ini. Prinsip dasar pendekatan MSA, selain mereduksi makna leksikon dengan cara parafrase yang mempunyai kerangka eksplikasi secara sistematis dalam suatu parafrase yang paling sederhana, tetapi MSA juga mengandung konsep makna asali yaitu makna leksikon yang tidak dapat diparafrasekan lagi menjadi lebih sederhana. Pemetaan eksponen dan eksplikasi melalui parafrase tersebut perlu dilakukan agar terhindar dari ketidakjelasan makna dan makna yang berputarputar serta kesewenangan menggunakan bahasa (Yoon, 2003).Mekanisme kerja teori MSA yaitu menganalisis makna leksikon dengan metode pemetaan eksponen dan eksplikasi melalui parafrase. II. Analisis Givon(1984: 51-52) berdasarkan skala kestabilan waktu membagi verba menjadi tiga klasifikasi secara semantik: (1) verba keadaan, yang memiliki skala paling stabil waktunya, (2) verba proses, verba yang kurang stabil waktunya, dan (3) verba tindakan, yang tidak stabil waktunya. Verba tindakan memiliki tiga bagian bawahan yang disebut tipe-tipe: (a) tipe gerakan, (b) tipe ujaran, dan (c) tipe melakukan. Verba makan tergolong verba tindakan tipe MELAKUKAN. Kajian terhadap varian verba makan dengan analisis MSA akan menampakan struktur: MELAKUKAN dengan CARA apa sesuai dengan kekhasan fitur yang melekat pada tiap-tiap leksikon tersebut. Fitur inilah yang diurai secara metabahasa dan melihat perpindahan yang terjadi akibat seseorang melakukan sesuatu terhadap sesuatu/ seseorang dengan cara apa, disusun secara berurutan. Mekanisme kerja teori MSA yaitu menganalisis makna leksikon dengan metode pemetaan eksponen dan eksplikasi melalui parafrase. Pemetaan eksponen, subkomponen serta eksplikasi makna tersebut meliputi entitas yang dikenai perlakuan, alat yang digunakan, kekhasan gerakan, hasil yang diharapkan. Melalui metode eksplikasi tersebut dapat membedakan fitur-fitur semantik dari setiap leksikon. Untuk menentukan fitur distingtif dari setiap leksikon tergantung pada penggunaan beberapa aspek berikut: (1) seseorang X terdiri atas: anak-anak, orang dewasa, ibu, bapak, nenek, kakek, dan (2) motivasi seseorang X melakukan sesuatu atas dasar lapar, bosan, marah, terburu-buru, dan, sakit (3) sesuatu Y dapat berupa nasi, lauk pauk, air, kacang, buah, kulit dan sayur-sayuran, (4) sesuatu Z dapat berupa gigi depan, gigi graham, lidah dan mulut (5) cara menggunakan misalnya, menggigit dengan gigi depan, dengan gigi graham, hanya sekali atau dua kali atau berulang-ulang, dan menggunakan alat bantu seperti sedotan (6) hasil yang diinginkan berupa halus, kasar, kecil-kecil, besar-besar, beberapa bagian, sedikit, banyak. Keenam hal di atas merupakan fitur-fitur semantik yang dimiliki secara inheren oleh setiap leksikon walaupun masih dalam medan makna yang sama. Untuk eksplikasi tersebut, Goddard (t.t) mengklasifikasikan dalam beberapa bagian yaitu lexico-syntactic frame, 170
4 prototypical motivational scenario, instrument, dan using the instrument, serta what happening to the object. a. Nyesep, verba nyesep berarti makan dengan cara menghisap boleh juga dibantu alat seperti pipet. Contoh: 1) Made Gita nyesep manisanne kanti telah. Made Gita menghisap permennya sampai habis. 2) Demen sajan atin ipunne sawireh medaar misi nyesep kikil siap. Senang sekali hatinya karena makan sambil menghisap ceker ayam b. Ngugut, verba ngugut berarti makan dengan cara menggigit dengan gigi depan tanpa mengunyah. Contoh: 1). Luh Mongkeg ngugut jaja gina. LuhMongkeg menggigit jajan rengginang 2). I Lutung ngugut nyambu. Si Monyet menggigit jambu c. Makpak, verba makpak berarti makan dengan cara menggigit/mengunyah dengan seluruh gigi. 1). Dibi sanja, kuluk Men Cublinge makpak sandal tiange. Kemarin sore, anjing Men Cubling menggigit sandal saya. 2). I Kaki tusing ngidang makpak kacang sawireh gigine suba telah. Si Kakek tidak bisa mengunyah kacang karena giginya sudah habis d. Ngilag, verba ngilag berarti makan dengan cara mengunyah dengan gigi geraham 171
5 e. Ngemu, verba ngemu berarti mengulum makanan. 1). Makelo sajan memene medaarang, sawireh I Adi ngemu nasinne. Lama sekali ibu member makan, karena adik mengulum nasinya f. Ngelompo, verba ngelompo berarti memakan sekali telan dengan tidak mengunyah. Ada faktor waktu yang terburu-buru dalam kata ngelompo. Contoh: 1) I Sangut ngelompo dedaaranne sawireh kaliwat seduk basangne. I Sangut menelan makanannya karena perutnya terlalu lapar 2) Putu Lelut ngelompo biune apang tusing idiha teken I Darma. Putu Lelut menelan pisangnya agar tidak diminta oleh I Darma g. Nguluh, verba nguluh berarti makan dengan cara tidak mengunyah dengan gigi. 1).I Pekak nguluh nasi bubuhne. Si Kakek makan(dengan cara tidak mengunyah dengan gigi) nasi buburnya h. Nyilap,verba nyilapberartimakan dengan cara menjilat menggunakan lidah 1) Ketut Bero nyilap tekor bubuhe kanti tedas. Ketut Bero menjilat mangkok (dari daun) bubur sampai bersih. III. Simpulan Dari hasil analisi menggunakan teori MSA,terbukti bahwa struktur semantik verba makan bahasa bali mengandung dua makna asali yakni: melakukan dan dengan suatu cara. Hasil pemetaan komponen menunjukkan 172
6 bahwa setiap fitur-fitur makna yang terkandung pada setiap leksikon dapat diungkapkan melalui kegiatan verba yang menjadi korpus tulisan ini. Bahkan Nampak perbedaan antara verba yang dilakukan dengan perlahan ataupun terburuburu. Hasil eksplikasi mempertegas temuan bahwa perpindahan yang melekat di setiap leksikon menunjukan dengan cara apa makanan itu masuk ke mulut dengan jelas. DAFTAR PUSTAKA Allan, Keith Natural Language Semantics. Oxford: Blackwell. Frawley, William Linguistic Semantics. New Jersey: Lawrence Erlbaum. Givon, Talmy Syntax and Semantics. London: Oxford University Press Goddard C. Cliff Semantic Analysis: A Practical Introduction. Australia: The University of New England Armidale. Sudipa, I Nengah Verba Bahasa Bali: sebuah analisis Metabahasa Semantik Alami. (Disertasi)Universitas Udayana (Unpublished). 173
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis
Lebih terperinciABSTRAK STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA MENYENTUH BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)
x ABSTRAK STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA MENYENTUH BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur semantik verba menyentuh bahasa Bali, dan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Allan, Keith Natural Language Semantics. Massachusetts: Blackwell.
DAFTAR PUSTAKA Allan, Keith. 2001. Natural Language Semantics. Massachusetts: Blackwell. Artawa, Ketut. 2004. Balinese Language : A Typological Description. Denpasar: CV Bali Media Adhikarsa. Bagus, I
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Verba kejadian
Lebih terperinciMAKNA MEMANCING BAHASA BALI DIALEK DESA LEMBONGAN: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI
MAKNA MEMANCING BAHASA BALI DIALEK DESA LEMBONGAN: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI I Wayan Ana Fakultas Sastra, Universitas Warmadewa ana.wayan@gmail.com ABSTRACT The word memancing (fishing) can be found
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba ujaran, tipe semantis, makna, dan struktur semantis. Konsep-konsep
Lebih terperinciIrma Setiawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Pos-el:
VERBA LEMPAR BAHASA SASAK: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Irma Setiawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Pos-el: Irmasetiawan9@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciPERANAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI DALAM PENCARIAN MAKNA VERBA BAHASA BALI RASA PADA ANGGOTA TUBUH
PERANAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI DALAM PENCARIAN MAKNA VERBA BAHASA BALI RASA PADA ANGGOTA TUBUH Ni Nyoman Tri Sukarsih & Ni Made Diana Erfiani Universitas Dhyana Pura ABSTRACT The Balinese verb 'to feel'
Lebih terperinciCULTURAL SCRIPTS IN BALINESE LANGUAGE By: I Made Netra Faculty of Arts-Udayana University ABSTRACT
CULTURAL SCRIPTS IN BALINESE LANGUAGE By: I Made Netra Faculty of Arts-Udayana University ABSTRACT This article is based on Wierzbicka s and Goddard s claims suggesting that cultural scripts approach is
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba gerakan agentif, komponen semantis, kategorisasi semantis, dan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Semantik Semantik adalah studi tentang makna, pusat penyelidikan bahasa untuk memahami hakikat bahasa dan kemampuan bahasa manusia (Goddard
Lebih terperinciVERBA MEMOTONG BAHASA ROTE DIALEK DENGKA: KAJIAN META SEMANTIK ALAMI (MSA)
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No. 2 Oktober 2015, 403-412 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret VERBA MEMOTONG BAHASA ROTE DIALEK DENGKA: KAJIAN META SEMANTIK ALAMI
Lebih terperinciMAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI
MAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Dianita Indrawati Universitas? Abstrak While the concept of cursing is found in every language, its verbal expression is unique in each language.
Lebih terperinciACKNOWLEDGEMENTS. this thesis. I express my greatest thank to my first supervisor, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha,
ACKNOWLEDGEMENTS First, I would like to thank the Almighty God for supporting me during the completion of this thesis. I express my greatest thank to my first supervisor, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha,
Lebih terperinciKATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak
KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam
Lebih terperinciMAKNA MENGAMBIL BAHASA BALI: PENDEKATAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No. 1 April 2016, 127-141 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret DOI: 10.22225/jr.2.1.242.124-137 MAKNA MENGAMBIL BAHASA BALI: PENDEKATAN
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba POTONG, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Konsep-konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Bali termasuk bahasa daerah yang masih tetap hidup dan berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali termasuk ke dalam rumpun
Lebih terperinciABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI
ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Tesis ini membahas mengenai makna idiom bahasa Jepang. Idiom bahasa Jepang yang digunakan dibatasi pada idiom yang memakai nama anggota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Teori Metafora Klasik Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di Injil ketika Adam dan Eva memakan buah terlarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagus Pragnya Paramarta, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur akan menggunakan bahasanya secara dinamis. Artinya, bahasa yang digunakan oleh penutur tidak selalu menggunakan bahasa yang digunakan pada saat itu
Lebih terperinciSTRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI
STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI I Ketut Agus Adi Kamajaya Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar Ponsel; 081337186467 gdeujus@yahoo.co.id ABSTRACT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu warna, komponen semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep
Lebih terperinciSTRUKTUR SEMANTIK Verba PROSES TIPE KEJADIAN Bahasa Jawa : KaJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI
Struktur Semantik Verba Proses Tipe Kejadian... (Agus Subiyanto) STRUKTUR SEMANTIK Verba PROSES TIPE KEJADIAN Bahasa Jawa : KaJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Agus Subiyanto Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN
1 KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Putu Sosiawan Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstrak The
Lebih terperinciVERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK
VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK Cut Poetri Keumala Sari Abstrak Skripsi ini berjudul Verba yang Berkaitan dengan Aktivitas Mulut: Kajian Morfosemantik. Metode yang digunakan
Lebih terperinciMakna Mengikat Bahasa Bali: Pendekatan Metabahasa Semantik Alami. I Nengah Sudipa
Makna Mengikat Bahasa Bali: Pendekatan Metabahasa Semantik Alami I Nengah Sudipa Abstract The Balinese verb ngiket to tie can be expressed by a number of lexicons, namely: ngiket/negul, nalinin, pesel,
Lebih terperinciNOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA
NOMINA DAN PENATAANNYA DALAM SISTEM TATA BAHASA INDONESIA Suhandano Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Tulisan ini membahas bagaimana nomina ditata dalam sistem tata bahasa Indonesia. Pembahasan dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI 1. Perilaku Ibu a. Pengertian Respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
Lebih terperinciDESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA IN 105 SEMANTIK BAHASA INDONESIA: S-1, 2 sks SEMESTER 4 OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Mata
Lebih terperinciSTRUKTUR SEMANTIS VERBA TINDAKAN BAHASA INDONESIA. Drs. MULYADI. Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Univrsitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN
STRUKTUR SEMANTIS VERBA TINDAKAN BAHASA INDONESIA Drs. MULYADI Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Univrsitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki ribuan kosakata
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan dan perbuatan (Syamsuddin, 1986:2). Bahasa merupakan alat yang dipakai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan (Syamsuddin, 1986:2). Bahasa merupakan alat yang dipakai untuk memengaruhi
Lebih terperinciPRAGMATIK. Disarikan dari buku:
PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Bali merupakan bahasa daerah yang masih hidup karena masih
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Bali merupakan bahasa daerah yang masih hidup karena masih dipelihara, dibina, dan digunakan oleh pendukungnya dalam berbagai aspek kehidupan. Bahasa Bali
Lebih terperinciBAHASA BALI USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Nengah Arnawa FPBS IKIP PGRI Bali
BAHASA BALI USIA ANAK-ANAK : KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Nengah Arnawa FPBS IKIP PGRI Bali Abstrak Penelitian ini berpijak pada teori metabahasa semantik alami (MSA). Pengacuan kepada teori ini didasarkan
Lebih terperinciGRADE MAPPING OF ORDER GROUP SPEECH ACT VERB IN THE MOTIVATION BOOK ENTITLED OPENING THE DOOR OF YOUR HEART AND ITS TRANSLATION
THESIS GRADE MAPPING OF ORDER GROUP SPEECH ACT VERB IN THE MOTIVATION BOOK ENTITLED OPENING THE DOOR OF YOUR HEART AND ITS TRANSLATION NI MADE ARNITA YANTI NIM 1390161018 MASTER PROGRAM LINGUISTICS OF
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA
Halaman 69 APLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA Mulyadi dan Rumnasari K. Siregar Fakultas Sastra Politeknik Negeri Medan Abstract This article describes the method of natural semantic
Lebih terperinciRPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER
RPKPS RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER Nama Mata Kuliah : SOSIOPRAGMATIK Kode : LKB524 Sks : 3 Nama Dosen : Dr. Ike Revita, M.Hum. Dr. Fajri Usman, M.Hum. Prodi : S2 Linguistik PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sejumlah verba yang bermakna dasar AMBIL
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sejumlah verba yang bermakna dasar AMBIL artinya semua bahasa memiliki verba AMBIL yang membedakannya hanyalah bahasa dan maknanya. Misalnya,
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN PERAN SEMANTIK VERBA MENYENTUH BAHASA BALI SUBTIPE MELAKUKAN-TERJADI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)
STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIK VERBA MENYENTUH BAHASA BALI SUBTIPE MELAKUKAN-TERJADI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA) Anak Agung Alit Novita Dewi 1, I Nengah Sudipa 2, Ida Bagus Rai Putra 3 1,2,3 Program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya permasalahan kategori ini sehingga tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kata yang tepat di dalam sebuah tuturan diperlukan guna terciptanya saling kesepahaman diantara penutur seperti yang diungkapkan oleh Leech, (2003: 16),
Lebih terperinciBAB IV STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIK VMBB. VMBB merupakan salah satu representasi dari butir-butir makna asali semantic
52 BAB IV STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIK VMBB 4.1 Struktur VMBB VMBB merupakan salah satu representasi dari butir-butir makna asali semantic primitives yaitu kategori action, events, dan movement dengan makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan
Lebih terperinciNAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih
Lampiran Kuesioner NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih PENGETAHUAN MENGENAI ANEMIA 1. Menurut kamu apakah itu anemia?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan merupakan suatu peristiwa yang paling mendasar dalam sebuah bahasa. Setiap manusia pasti melakukan gerakan dalam hidupnya, seperti berjalan, berlari, dan pergi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu kebutuhan bagi pengguna atau pemakainya. Iklan digunakan untuk menarik perhatian masyarakat. Iklan merupakan suatu kegiatan komunikasi.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN TEMA. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd
PEMBELAJARAN TEMA Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd Pengertian Pembelajaran Tema Tema adalah ide-ide pokok. Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan ide-ide pokok atau ide-ide
Lebih terperinciPENGUASAAN LEKSIKAL PADA ANAK TK DAN PAUD TUNAS KORI DHARMA DI DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK SITI RABIATUN NUR ANNISA
PENGUASAAN LEKSIKAL PADA ANAK TK DAN PAUD TUNAS KORI DHARMA DI DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK SITI RABIATUN NUR ANNISA 1201105013 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciSTMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.
STMIK CIC CIREBON - 2016 Nurul Bahiyah, M. Kom. PENGERTIAN Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala hal yang dilakukan seseorang tak terlepas dari bagaimana ia memaknai tindakannya, begitu pula dalam berkomunikasi yang menjadikan bahasa sebagai kunci pokoknya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan
Lebih terperinciIPA SD Kelas IV 1
ANITA ROSIANA 111134036 IPA SD Kelas IV 1 Kata Pengantar Ilmu Pengetahuan Alam adalah mata pelajaran yang berkaitan dengan mengetahui alam secara sistematis. IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa
Lebih terperinciVerba Emosi Bahasa Rote Dialek Dengka : Suatu Tinjauan MSA. Mirsa Umiyati Universitas Warmadewa. Abstrak
JLT Jurnal Linguistik Terapan Volume 5, Nomor 2, November 2015 Politeknik Negeri Malang ISSN: 2088-2025 Verba Emosi Bahasa Rote Dialek Dengka : Suatu Tinjauan MSA Mirsa Umiyati Universitas Warmadewa Abstrak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul, penelitian ini dilakukan di Desa Mandalasari, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut karena di Desa Mandalasari,
Lebih terperinciTRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN
TRANSITIVITAS DALAM TEKS PERDA KEPARIWISATAAN KABUPATEN TABANAN Ni Putu Veny Narlianti (1), I Ketut Darma Laksana (2), Putu Sutama (3) Jl. Tukad pakerisan Gang XX/4 08563836951 venynarliantiputu@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik kemampuan seorang anak dalam memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULASI DI SD NEGERI 06 ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ARTIKULASI DI SD NEGERI 06 ULAKAN TAPAKIS KABUPATEN PADANG PARIAMAN Rima Yulia Erman 1, Yetty Morelent 2, Erwinsyah Satria 2 1)
Lebih terperinciKONSEP NASI DALAM BAHASA SUNDA: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NAGA, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA
KONSEP NASI DALAM BAHASA SUNDA: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NAGA, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA Rizki Hidayatullah & Mahmud Fasya Universitas Pendidikan Indonesia rizkihidayatullah73@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dianut dalam suatu penelitian. Dalam
Lebih terperinciANTROPOLINGUISTIK DR. FAJRI USMAN, M.HUM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS 2014
ANTROPOLINGUISTIK DR. FAJRI USMAN, M.HUM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS 2014 ANTROPOLINGUISTIK KAJIAN KEBUDAYAAN MELALUI BENTUK-BENTUK LINGUAL ---- MENGKAJI BAHASA MELALUI BUDAYA يم ب س م من
Lebih terperinci: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Bayi Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan MP ASI Sasaran : Ibu yang mempunyai Bayi usia 0-2 tahun di Puskesmas Kecamatan Cilandak Waktu : 30 menit (08.00-08.30)
Lebih terperinciPERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK
1 PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK MARIA IMACULADA Dc. S 1001105019 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciJadwal Kuliah Program Magister Linguistik Tahun Akademik 2017/2018 Program Studi Magister (S-2) Ilmu Linguistik FIB Universitas Udayana
Program Magister Linguistik Tahun Akademik 07/08 Program Studi Magister (S-) Ilmu Linguistik Konsentrasi : Linguistik Murni Semester : Ganjil (I) Mahasiswa : 4 orang Ruang Kuliah : Lt Gd Poerbatjaraka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Verba gerakan, seperti pindah, datang, dan berlari dapat ditemukan pada semua bahasa. Hal itu juga terdapat pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia, termasuk bahasa
Lebih terperinciVERBA MEMUKUL DALAM BAHASA BALI (KAJIAN METABAHASA SEMANTIK) I MADE DIAN SAPUTRA Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BAHASA DAN BUDAYA 2017 ISBN: 978-602-50777-0-8 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA AGAMA FAKULTAS DHARMA ACARYA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR VERBA MEMUKUL DALAM BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama, berlandaskan pada
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Konsumsi Buah dan Sayuran Sikap Siswa Sekolah Dasar di SD Negri 064975 Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan
Lebih terperinciMODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA
MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA Rasional Pengajaran membaca dalam bahasa, termasuk dalam bahasa Sunda, kini telah berkembang. Namun khususnya dalam pengajaran membaca, hasil
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga
2.1 Kepustakaan yang Relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis
Lebih terperinciPEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi
Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciREPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ANAK USIA 9-12 TAHUN BERWUJUD BAHASA: KAJIAN LEKSIKON PEMEROLEHAN BAHASA ANAK SKRIPSI
REPRESENTASI KEHIDUPAN SOSIAL ANAK USIA 9-12 TAHUN BERWUJUD BAHASA: KAJIAN LEKSIKON PEMEROLEHAN BAHASA ANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di masyarakat Betawi Kampung Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Propinsi DKI Jakarta. Lokasi
Lebih terperinciREKONSTRUKSI PEMBELAJARAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Joko Santoso, M.Hum. Yayuk Eny Rahayu, M.Hum.
REKONSTRUKSI PEMBELAJARAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS Joko Santoso, M.Hum. Yayuk Eny Rahayu, M.Hum. A. Latar Belakang Masalah Penguasaan morfologi bahasa Indonesia merupakan
Lebih terperinciRELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA
RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang yang mengandung nilainilai kearifan lokal. Usaha masyarakat untuk menjaga kebudayaan melalui pendidikan formal maupun nonformal
Lebih terperinciKOSAKATA WARNA BAHASA SUNDA (PENDEKATAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI) Santy Yulianti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Abstrak
KOSAKATA WARNA BAHASA SUNDA (PENDEKATAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI) Santy Yulianti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Abstrak Pada kesempatan ini penulis menggunakan pendekatan Metabahasa Semantik
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan
117 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini membahas tindak tutur direktif dokter gigi dan kaitannya dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan pasien anak. Bab sebelumnya
Lebih terperinciPencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.
Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Satu bentuk kata dapat memiliki padan leksikon yang beragam. Misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu bentuk kata dapat memiliki padan leksikon yang beragam. Misalnya, verba bahasa Melayu (Malay language) pujuk memiliki padan leksikon bervariasi dalam bahasa Inggris.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk
Lebih terperinciKATEGORI DAN PERAN SEMANTIS VERBA DALAM BAHASA INDONESIA
Halaman 56 Mulyadi KATEGORI DAN PERAN SEMANTIS VERBA DALAM BAHASA INDONESIA Mulyadi Universitas Sumatera Utara Abstract This paper attempts to present the verb category and the semantic roles of the verb
Lebih terperincitumbuhan di sekitar pelajaran 8
pelajaran 8 tumbuhan di sekitar tuhan ciptakan aneka tumbuhan ada sayuran buah dan bunga semua berguna bagi manusia manusia wajib menjaga dan merawat tumbuhan yang tuhan beri sukakah kamu merawat tumbuhan
Lebih terperinciIIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD
IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi
Lebih terperinciVERBA EMOSI STATIF DALAM BAHASA MELAYU ASAHAN. Mulyadi. Universitas Sumatera Utara
VERBA EMOSI STATIF DALAM BAHASA MELAYU ASAHAN Mulyadi Universitas Sumatera Utara Abstrak Penelitian ini mengusulkan sebuah perspektif baru dalam menganalisis verba emosi statif, yaitu bertolak dari makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENCEGAHAN GIZI KURANG PADA BALITA A. JUDUL Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Gizi Kurang pada Balita B. TUJUAN 1. Tujuan Umum : Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30
Lebih terperinci2015 KOLOKASI LEKSIKON PADA RANAH PEMILU: KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu (Pemilihan Umum) merupakan sebuah ajang pemilihan pemimpin yang dilakukan di Indonesia setiap lima tahun sekali. Dalam penyelenggaraan pemilu terdapat
Lebih terperinciLEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS. Oleh DEWI SUKHRANI /LNG
LEKSIKON NOMINA BAHASA GAYO DALAM LINGKUNGAN KEDANAUAN LUT TAWAR: KAJIAN EKOLINGUISTIK TESIS Oleh DEWI SUKHRANI 087009024/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 LEKSIKON NOMINA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam
Lebih terperinciKAJIAN MAKNA DALAM LINGUISTIK
KAJIAN MAKNA DALAM LINGUISTIK Eddy Setia Universitas Sumatera Utara, Medan Abstract The study of meaning of a language in linguistics is generally devided in practice into two fields, semantics and pragmatics.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
(2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
Lebih terperinci