BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu warna, komponen semantis, kategorisasi, makna, dan kebudayaan. Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca. Konsep warna pada penelitian ini mengacu pada pendapat Wierzbicka (1990 ) yang menyatakan bahwa pengertian dari istilah warna dalam bahasa tidak bisa secara pasti merupakan respon dari saraf pada kepingan warna, tetapi lebih banyak dibandingkan dengan pengertian dan kesadaran penutur asli dari suatu bahasa yang mempunyai istilah-istilah tersebut. Beberapa kelompok masyarakat mengartikan warna sebagai istilah-istilah tertentu. Misalnya, warna merah pada sekelompok masyarakat bukan hanya dipandang sebagai warna, tetapi merupakan istilah dari keberanian. Setiap budaya memiliki istilah-istilah tersendiri untuk setiap warna. Wierzbicka lebih jauh menjelaskan beberapa makna warna seperti coklat menandakan kusam, kurang humor, hitam ditandakan kematian, kegelapan, misterius, tersembunyi, takut, energi yang tidak diketahui, putih menandakan kebaikan, dingin, kosong, pagi, abu-abu menandakan misterius, berawan, sedih, kesepian, isolasi, merah menandakan darah, gairah, nafsu, bahaya, hijau menandakan pertumbuhan, alam, santai, oranye menandakan kehangatan, dan cahaya. Wierbicka (1996 : 287) menyatakan bahwa warna bukanlah merupakan konsep manusia karena ia bisa diciptakan pada setiap kelompok masyarakat secara berbeda-beda seperti halnya konsep televisi, komputer, dan sebagainya. Demikian pula dengan istilah warna itu sendiri bukanlah merupakan fenomena universal. Komponen semantis secara sederhana dapat diartikan sebagai fitur yang dimiliki oleh sebuah unsur leksikal (Frawley, 1992: 71 dalam Mulyadi 2003:6). Mulyadi (2000: 40) 6

2 mengatakan bahwa komponen semantis mencakup kombinasi dari perangkat makna seperti seseorang, sesuatu, mengatakan, melakukan, terjadi, ini, dan baik. Kategorisasi adalah pengelompokan butir leksikal berdasarkan kesamaan komponen semantisnya (Mulyadi, 2010: 169). Misalnya, komponen X melakukan sesuatu dengan sesuatu memuat anggota verba manjaljali mencincang, managil memarang, dan mangarambas membabat yang terdapat dalam satu ranah semantis yang sama. Makna sebuah kata adalah konfigurasi dari makna asali untuk setiap kata (Wierzbicka, 1996:170). Konfigurasi yang dimaksud adalah kombinasi antara satu makna asali dengan makna asali yang lain yang membentuk sintaksis makna universal. Makna yang dikaji dalam penelitian ini adalah makna denotasi. Kebudayaan adalah keseluruhan kebiasaan kelompok masyarakat yang tercermin dalam pengetahuan, tindakan, dan hasil karyanya sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya untuk mencapai kedamaian dan/atau kesejahteraan hidupnya (Sibarani, 2004:5 ; bandingkan Koentjaraningrat 2009:146). 2.2 Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori MSA (Metabahasa Semantik Alami). Ada dua alasan penelitian ini menggunakan teori MSA. Pertama, definisi sebuah kata diterangkan secara ilmiah. Kedua, makna asali digunakan sebagai metabahasa universal, artinya konsep-konsep ini dileksikalkan secara ilmiah. Teori MSA (Mulyadi, 2006) adalah teori yang dalam analisis maknanya menggunakan konsep makna asali, polisemi (bentuk leksikon tunggal untuk mengekspresikan 7

3 dua makna asali yang berbeda), aloleksi (terdiri dari aloleksi posisional, aloleksi kombinatorial, aloleksi kasus,dan aloleksi infleksi), dan sintaksis makna universal (kombinasi dari butir-butir leksikon makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksisnya). Makna suatu kata dibatasi dengan menggunakan teknik parafrase. Skenario semantis disusun dari perangkat makna asali dan melalui perangkat itu dapat diungkapkan persamaan dan perbedaan makna kata. Deskripsi maknanya bersifat tuntas dan tidak berputar-putar. Asumsi dasar teori MSA berhubungan dengan prinsip semiotis yang menyatakan analisis makna akan menjadi diskret dan tuntas dengan menggunakan perangkat makna asali sebagai elemen akhir, yaitu sebuah perangkat makna tetap yang diwarisi manusia sejak lahir. (Mulyadi, 2006) Makna asali adalah seperangkat makna yang tidak berubah yang telah diwarisi oleh manusia sejak lahir. Makna asali merupakan refleksi dari pembentukan pikiran (Goddard, 1994: 2 dalam Mulyadi, 2000: 41). Makna asali dapat diuraikan dengan tuntas dari bahasa alamiah (ordinary language) yang merupakan satu-satunya cara menyajikan makna (Wierzbicka, 1996: 31. Pada tahun 1972, dia menemukan empat belas buah makna asali, kemudian pada tahun 1980 menjadi lima belas buah makna asali. Terakhir, Wierzbicka (1996) dan Goddard (2006) mengusulkan 63 makna asali. Tabel 2.1 Perangkat Makna Asali Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Substantif Substantif Relasional KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI I AKU, YOU KAMU, SOMEONE SESEORANG PEOPLE/PERSON, ORANG, SOMETHING/THING SESUATU/HAL. BODY TUBUH KIND JENIS, PART BAGIAN 8

4 Pewatas THIS INI, THE SAME SAMA, OTHER/ELSE LAIN Penjumlah ONE SATU, TWO DUA, MUCH/MANY BANYAK, SOME BEBERAPA, ALL SEMUA Evaluator GOOD BAIK, BAD BURUK Deskriptor BIG BESAR, SMALL KECIL Predikat Mental THINK PIKIR, KNOW TAHU, WANT INGIN, FEEL RASA, SEE LIHAT, HEAR DENGAR Ujaran SAY UJAR, WORDS KATA, TRUE BENAR Tindakan, peristiwa, gerakan, perkenaan BE (SOMEWHERE, THERE IS/ EXIST, ADA, HAVE/PUNYA, BE (SOMEONE/SOMETHING) ADALAH (SESEORANG/SESUATU) Hidup dan Mati LIVE HIDUP, DEAD MATI Waktu WHEN/TIME BILA/WAKTU, NOW SEKARANG, BEFORE SEBELUM, AFTER SETELAH, A LONG TIME LAMA, A SHORT TIME SINGKAT, FOR SOME TIME SEBENTAR, MOMENT SAAT Ruang WHERE/PLACE (DI) MANA/TEMPAT, HERE (DI) SINI, ABOVE (DI) ATAS, BELOW (DI) BAWAH, FAR JAUH, NEAR DEKAT, SIDE SISI, INSIDE (DI) DALAM KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI Konsep Logis NOT TIDAK, MAYBE MUNGKIN, CAN DAPAT, BECAUSE KARENA, IF JIKA Argumentator VERY SANGAT, MORE LEBIH Kesamaan LIKE/AS SEPERTI Sumber: Mulyadi (2012:38) diadaptasi dari Goddard (2006) Konsep dasar kedua, yaitu polisemi, merupakan bentuk leksikon tunggal yang dapat mengekspresikan dua buah makna asali yang berbeda dan bahkan tidak memiliki hubungan komposisi (nonkomposisi) sebab masing-masing mempunyai kerangka gramatikal yang berbeda (Wierzbicka, 1996: 27-29). Ada dua hubungan nonkomposisi yang paling kuat, yakni hubungan pengartian (entailment-like relationship) dan hubungan implikasi (implikasional). Hubungan pengartian diilustrasikan pada MELAKUKAN/TERJADI dan MELAKUKAN PADA/TERJADI. 9

5 Contoh: jika X MELAKUKAN SESUATU PADA Y, SESUATU TERJADI PADA Y. Hubungan implikasi terdapat pada eksponen TERJADI dan MERASAKAN. Contoh: jika X MERASAKAN SESUATU, SESUATU TERJADI PADA X. (Wierzbicka 1996:25-26 dalam Mulyadi, 2006: 71). Sintaksis makna universal, dikembangkan oleh Anna Wierzbicka pada akhir tahun 1980-an sebagai perluasan dari sistem makna asali (Goddard, 1998: 24). Dalam teori MSA, makna memiliki struktur yang sangat kompleks, terdiri atas komponen yang berstruktur seperti aku menginginkan ses uatu, ini baik, atau kau melakukan sesuatu yang buruk. Kalimat seperti ini disebut sintaksis makna universal. Ja di, sintaksis makna universal adalah kombinasi dari butir-butir leksikon makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksisnya (Mulyadi dan Siregar, 2006: 71). Unit dasar sintaksis universal dapat disamakan dengan klausa, yang dibentuk oleh substantif dan predikat serta beberapa elemen tambahan sesuai dengan ciri predikatnya (Mulyadi dan Siregar, 2006: 71). Contoh pola sintaksis makna universal dapat ditunjukkan seperti di bawah ini: 1. Aku memikirkan sesuatu yang baik. 2. Sesuatu yang buruk terjadi padamu. 3. Jika aku melakukan ini, orang akan mengatakan sesuatu yang baik tentang aku. 4. Aku tahu bahwa kamu orang baik. 5. Aku melihat sesuatu terjadi di sana. 6. Aku mendengar sesuatu yang baik. Pola kombinasi yang berbeda dalam sintaksis makna universal mengimplikasikan gagasan valensi. Contohnya, elemen MELAKUKAN, selain memerlukan subjek dan komplemen wajib (seperti seseorang melakukan sesuatu ), juga memerlukan pasien (seperti seseorang melakukan sesuatu kepada seseorang. Begitu pula, MENGATAKAN, di samping memerlukan subjek dan komplemen wajib (seperti seseorang mengatakan 10

6 sesuatu ), juga memerlukan pesapa (seperti seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang tentang sesuatu ) (Mulyadi dan Siregar, 2006: 71). Bahasa merupakan kebudayaan yang pertama dimiliki oleh setipa manusia dan bahasa itu dapat berkembang karena akal atau sistem pengetahuan manusia (Sibarani, 2004:9). Dalam hal ini, warna termasuk bahasa yang berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam budaya. Misalnya, kain berwarna merah yang ditancapkan di depan rumah seseorang memberi informasi bahwa di rumah tersebut sedang berduka. Dari penejelasan tersebut, maka bahasa memiliki beberapa fungsi sebagai sistem sosial. Fungsi bahasa yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Keraf (1979: 3-7) menyatakan bahwa bahasa memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai (1) Alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) Alat komunikasi, (3) Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) Alat mengadakan kontrol sosial. 2.3 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai warna dalam budaya ini merupakan hal yang menarik, dalam linguistik telah dilakukan beberapa telaah yang berkaitan dengan warna. Penulis akan memaparkan beberapa tulisan dengan paradigma yang berbeda. Nitiasih (2012) dalam artikelnya yang berjudul Konsep Warna dalam Dewata Nawa Sanga menjabarkan penelitiannya terhadap makna warna dalam konteks budaya Bali. Teori MSA dan Semiotik digunakan karena dipandang mampu mengungkap tuntas realisasi leksikal, struktur semantik, dan menelaah sistem tanda. Metode yang dipergunakan dalam penulisan artikel ini terdiri dari dua metode yaitu, metode kepustakaan dengan teknik catat untuk sumber data yang diambil dari sumber tertulis (Sudaryanto, 1996 : 33) dan metode linguistik lapangan dengan teknik simak bebas lintas cakap untuk sumber data yang berasal dari tuturan lisan informan. Penelitian yang dilakukan Nitiasih ini menunjukkan bahwa konsep warna dalam agama Hindu khsusnya dalam Dewata Nawa Sanga merupakan suatu 11

7 konsep yang diciptakan berdasarkan simbol dan arah mata angin. Hal ini merupakan suatu yang sangat alami mengingat dalam agama Hindu terdapat banyak simbol yang dipergunakan. Simbol-simbol tersebut merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dengan warna, tekstur, bentuk, fungsi, dan atribut lainnya yang dianggap sebagai sesuatu yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan, karena istilah warna dianggap sebagai sesuatu yang secara wajar mengandung domain semantik pada dirinya. Hal lainnya yang mempengaruhi konsep warna dalam Dewata Nawa Sanga adalah adanya keuniversalan yang menggunakan lingkungan sebagai kerangka referensi yang fundamental yang menimbulkan makna konotatif, asosiatif, dan kolokatif pada warna yang ada di dalam Agama Hindu. Deskripsi makna warna yang diperoleh dari hasil penelitian ini menemukan perbedaan waktu kapan manusia dapat melihat atau apa yang disebut siang hari dan kapan manusia tidak dapat melihat atau malam hari. Secara garis besar manusia cendrung untuk membedakan secara universal antara melihat sesuatu yang kelihatan terang dan bersinar, dan juga melihat sesuatu yang kelihatan gelap dan tidak mengkilap. Perbedaan antara warna gelap dan terang tersebut memegang peranan penting dalam bahasa-bahasa di dunia. Bahasa Kuku di Australia menggunakan istilah bingaji dan ngumbu yang berarti terang dan gelap yang juga dipergunakan untuk mengatakan warna putih dan hitam. Penelitian Nitiasih memberikan kontribusi berupa teori, metode analisis dan data. Masukan dari segi teori terlihat pada menganalisis sistem tanda dan mengupas tuntas realisasi leksikal. Kemudian, masukan dari segi cara menganalisis warna terlihat pada penggunaan parafrase yang bersumber dari perangkat makna asali. Dyah (2012) dalam skripsinya yang berjudul Medan Makna Ranah Warna Dalam Bahasa Indonesia, menjelaskan makna istilah-istilah warna yang terdapat dalam ranah warna bahasa Indonesia. Teori yang digunakan adalah medan makna. Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Objek penelitian yang dilakukan Dyah 12

8 ini adalah istilah-istilah warna yang berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Istilahistilah warna ini dikelompokkan berdasarkan kriteria warna dasar B. Berlin dan Paul Kay. Setelah dikelompokkan, istilah warna tersebut diklasifikasikan berdasarkan aspek semantis untuk menemukan medan makna ranah warna dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini Dyah memberikan hasil penelitian istilah warna yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari (contohnhya merah cabe, merah jingga, dan merah tua), tetapi tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebaliknya, ada juga istilah warna yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tetapi jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kirmizi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan muncul istilah warna yang baru sejalan dengan perkembangan zaman. Penelitian Dyah memberikan kontribusi dari segi metode yang bersifat deskriptif. Masukan dari pengumpulan data terlihat pada penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selanjutnya, masukan dari segi mengolah data terlihat pada cara pengolompokan data warna berdasarkan aspek semantis. Hui-Chih Yu (2014) dalam artikelnya yang berjudul A Cross-Cultural Analysis of Symbolic Meanings of Color membahas mengenai lima warna dasar yang telah diidentifikasi oleh dunia melalui banyak generasi dan perkembangan komunikasi. Teori yang diterapkan adalah teori Kognisi Warna dan Makna Simbolis Warna. Dalam penelitian Hui- Chih Yu menjelaskan setiap lima warna dasar masih memiliki konotasi positif dan negatif, yang didasarkan pada tiga alasan. Pertama, budaya yang kuat cenderung mendominasi popularitas dari warna, selama abad dua puluh, budaya Barat lebih kuat dari budaya lain. Kedua, peristiwa penting yang terjadi di suatu negara besar, revolusioner bendera, yang mana adalah berwarna merah, sehingga merah telah ditekankan karena merupakan warna darah dan gairah. Ketiga, negara yang memiliki lanjutan sejarah panjang dan tradisi, dapat 13

9 mempertahankan makna positif dari warna, sebagai contoh warna hitam mewakili kebenaran atau martabat di negara Cina. Setiap warna akan memiliki makna negatif yang tidak diakui secara luas. Dalam penelitian ini, Hui-Chih Yu memberikan hasil bahwa warna berasal dari cahaya, sementara matahari adalah sumber dari segala cahaya. Tidak ada cahaya maka tidak ada warna muncul. Semua warna telah memberikan aspirasi untuk penyair, dan imajinasi bagi pelukis. Sejauh ini, telah ditemunkan bahwa berbagai warna muncul di banyak puisi, dan banyak seniman suka menggunakan berbagai warna untuk menggambarkan alam. Amna A, Nabiha, dan Fakhrul (2011) dalam artikelnya yang berjudul How Colors are Semantically Construed in the Arabic and English Culture: A Comparative Study meneliti perbandingan warna dalam budaya Arab dan Inggris. Pada penelitian ini ditemukan bahwa warna Arab dan Inggris memiliki fungsi yang lebih umum daripada perbedaan. Klasifikasi dari istilah enam warna dalam kedua bahasa itu lebih dikategorikan menjadi dua jenis, makna positif dan makna negatif, dan ini dilakukan berdasarkan pemahaman para peneliti dari kognisi antara bahasa dan pengalaman. Terbukti, itu adalah alam manusia yang berhubungan simbol linguistik deskriptif (hijau) untuk sesuatu yang secara fisik (misalnya rumput), dan kemudian menyatakan pendapat tentang objek yang dijelaskan di dunia (warna tanah dan langit). Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah semantik kognitif. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada makna etimologis dari istilah warna dan tersedia enam istilah warna dasar Arab dan melintasi keenam istilah warna Inggris. Penelitian ini menggunakan kategorisasi budaya kognitif untuk setiap jangka warna, tiga arti yang berbeda yang diidentifikasi-arti dasar, makna perluasan dan makna tambahan. Makna dasar mengacu makna asali dari istilah warna, sedangkan makna perluasan mengacu pada perluasan dari makna asalinya. Seluruh pengalaman manusia dan makna tambahan mengacu pada makna 14

10 yang telah lanjut disarikan dari makna perluasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana dari warna yang diidentifikasi dalam budaya yang berbeda dari bahasa Arab dan Inggris, dan dalam cara di mana kedua bahasa yang relevan dan berbeda untuk setiap jenis warna. Lebih lanjut Mazhitayeva dan Kaskatayeva (2013) dalam artikelnya yang berjudul Color Semantics: linguistic-cultural aspect membahas kesatuan yang berhubungan dengan penyusunan kata, yang di dalamnya mengandung elemen semantik warna. Pada penelitian ini mencoba untuk mengungkapkan makna dari beberapa nama warna sebagai fenomena penting, menangkap esensi dari bahasa kelompok etnis. Penelitian ini mengklarifikasi kesimpulan ilmiah sebagai metodologis basis penelitian; analisis dari penamaan warna di Kazakh dan bahasa Rusia dan perbedaan semantiknya dalam terjemahan. Subjek penelitian ini dari yang berhubungan penyusunan kata ekspresi, menangkap kata-kata dan ekspresi termasuk warna denotasi dari bahasa Kazakh: biru, coklat, kuning, merah, hitam, putih yang menarik minat para peneliti tertarik dengan cara kelompok unit leksikal, nama-nama warna. Dalam jurnal ini mempertimbangkan semantik dari warna-warna ini. Metode deskriptif dan etimologis digunakan sebagai dasar metode penelitian. Metode deskriptif dan interpretasi yang digunakan untuk menggambarkan studi linguistik. Metode analisis komponen makna dan komparatif yang digunakan untuk membangun penamaan warna semantik. Mirip dengan bahasa lain Kazakh kata bahasa kombinasi yang berkaitan dengan penamaan warna dapat dipertimbangkan dalam kelompok berikut seperti alam, manusia, sistem masyarakat soisal, tradisi dan adat istiadat, ritual dan lain-lain untuk masyarakat Kazakh bangsa Nomad di zaman kuno, kegiatan hidup mereka yang berhubungan erat dengan alam. Hasil penelitian ini adalah mengetahui tradisi, adat-istiadat, mentalitas, karakter dengan bentuk simbol warna yang dapat ditanamkan pada setiap negara pandangan dunia 15

11 etnis. Pada masa depan kita mempertimbangkan penelitian serba guna menggunakan istilah penjelasan kata dan bentuk warna dalam literatur bahasa. Proses seperti itu sangat penting dan berguna untuk menerjemahkan karya-karya dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Penelitian ini membuat kesimpulan bahwa semantik warna dalam budaya linguistik dari bahasa Kazakh tidak dapat selalu memadai diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia, cara-cara pembentukan ekspresi figuratif berbeda satu sama lain dalam Kazakh, Rusia dan bahasa Jerman, komponen tidak selalu sesuai dengan satu sama lain dan dapat berbeda yang secara historis didefinisikan oleh keadaan orang yang hidup. Kontribusi yang diberikan dari hasil penelitian Mazhitayeva dan Kaskatayeva dapat dilihat dari mengolah data yang mengelompokkan warna dari bahasa Rusia dan Kazakh. Selanjutnya dari segi metode yang bersifat deskriptif untuk kemudian dikembangkan dalam penelitian ini dalam mengumpulkan data warna dalam budaya Batak Toba. 16

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba ujaran, tipe semantis, makna, dan struktur semantis. Konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba gerakan agentif, komponen semantis, kategorisasi semantis, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba kejadian, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Verba kejadian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba AMBIL, komponen semantis, kategorisasi, makna, polisemi, dan sintaksis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu verba, verba POTONG, komponen semantis, kategorisasi, dan makna. Konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Semantik Semantik adalah studi tentang makna, pusat penyelidikan bahasa untuk memahami hakikat bahasa dan kemampuan bahasa manusia (Goddard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Batak Toba merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian subsuku masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya

Lebih terperinci

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI ABSTRAK MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Tesis ini membahas mengenai makna idiom bahasa Jepang. Idiom bahasa Jepang yang digunakan dibatasi pada idiom yang memakai nama anggota

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA

APLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA Halaman 69 APLIKASI TEORI METABAHASA MAKNA ALAMI DALAM KAJIAN MAKNA Mulyadi dan Rumnasari K. Siregar Fakultas Sastra Politeknik Negeri Medan Abstract This article describes the method of natural semantic

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA (2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang kategorisasi dan pemetaan metafora konseptual kata penyakit dalam bahasa Indonesia. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN

STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN STRUKTUR SEMANTIS VERBA UJARAN BAHASA SIMALUNGUN SKRIPSI OLEH ROHFINTA OKTORIA SINAGA NIM 100701024 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STRUKTUR SEMANTIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Teori Metafora Klasik Istilah metafora sudah muncul dari hasil interpretasi terhadap Kejadian di Injil ketika Adam dan Eva memakan buah terlarang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab 6 berisi simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Untuk itu, pertama akan dipaparkan mengenai simpulan hasil penelitian novel dan film 99 Cahaya di Langit Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

13ILMU. Modul Perkuliahan XIII. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Etnografi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Fakultas

13ILMU. Modul Perkuliahan XIII. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Etnografi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Fakultas Modul ke: Modul Perkuliahan XIII Metode Penelitian Kualitatif Metode Etnografi Fakultas 13ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerakan merupakan suatu peristiwa yang paling mendasar dalam sebuah bahasa. Setiap manusia pasti melakukan gerakan dalam hidupnya, seperti berjalan, berlari, dan pergi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metafora berperan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Untuk menarik perhatian pembaca, judul-judul berita pada surat kabar, tabloid, atau majalah sering dinyatakan

Lebih terperinci

VERBA AMBIL DALAM BAHASA BATAK TOBA:

VERBA AMBIL DALAM BAHASA BATAK TOBA: VERBA AMBIL DALAM BAHASA BATAK TOBA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI SKRIPSI OLEH PESTARIA SINAGA NIM 130701065 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal kimia yang diujikan pada Cambridge International Examination (CIE) level International General

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI

STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI STRUKTUR SEMANTIK PRONOMINA PERSONA DALAM SISTEM SAPAAN BAHASA BALI I Ketut Agus Adi Kamajaya Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Jalan Nusa Indah Denpasar Ponsel; 081337186467 gdeujus@yahoo.co.id ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Kailani (2001:76) menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang berbentuk lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang / Masalah Penelitian Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi (selanjutnya disingkat BPD) tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

INTISARI. Yunyu, Xu Warna dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia: Sebuah

INTISARI. Yunyu, Xu Warna dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia: Sebuah INTISARI Yunyu, Xu. 2015. Warna dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia: Sebuah Kajian Linguistik Antropologis. Disertasi. Yogyakarta: Program Studi Humaniora (Ilmu Linguistik), Fakultas Ilmu Budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan alat untuk menyederhanakan masalah, sehingga masalah tersebut dapat lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2004, hlm; 34). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. A.

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. sejak zaman dahulu. Selain untuk menyampaikan suatu pesan, bahasa juga merupakan

Bab 1. Pendahuluan. sejak zaman dahulu. Selain untuk menyampaikan suatu pesan, bahasa juga merupakan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sebuah sarana komunikasi yang dipergunakan oleh manusia sejak zaman dahulu. Selain untuk menyampaikan suatu pesan, bahasa juga merupakan salah satu

Lebih terperinci

MAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI

MAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI MAKIAN DALAM BAHASA MADURA: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI Dianita Indrawati Universitas? Abstrak While the concept of cursing is found in every language, its verbal expression is unique in each language.

Lebih terperinci

KONSEP WARNA DALAM BUDAYA BATAK TOBA SKRIPSI

KONSEP WARNA DALAM BUDAYA BATAK TOBA SKRIPSI KONSEP WARNA DALAM BUDAYA BATAK TOBA KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI SKRIPSI Oleh : GEBIE PRATIWI NIM 130701075 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami isi film yang dijadikan objek pada penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Frasa Verba Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu

Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu Desain bahasa gambar untuk anak tuna rungu Dany A.B. Utono Jurusan Desain Produk Industri,FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111. Telp/Fax (031) 5931147 ABSTRAK Cara pemahaman bahasa pada anak tuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan kalimat, dan sejalan dengan itu kata dan kalimat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 2008:143). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

E-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract

E-SUMUTSIANA RELIEF. Abstrak. Abstract E-SUMUTSIANA RELIEF Yudi Franklin Hutauruk Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jurusan Sistem Informasi JL. H.M Jhoni No. 70 Medan, Indonesia yudifranklin@gmail.com Abstrak Pentingnya warisan budaya kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi ini. Untuk mempertanggungjawabkan suatu karya ilmiah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kata kerja bantu modal atau modal memiliki fungsi sebagai pengungkap sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana pembicara menyatakan sikapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

Mahmud Fasya. Universitas Pendidikan Indonesia

Mahmud Fasya. Universitas Pendidikan Indonesia Mahmud Fasya Universitas Pendidikan Indonesia Pengantar Rekaman sejarah menunjukkan bahwa manusia telah mengenal waktu sejak zaman dahulu. Pengenalan itu bermula dari kebiasaan manusia yang selalu telaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 37 BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut. 3.1.1 Pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari 128 BAB V PENUTUP Pembahasan terakhir dalam tulisan ini mengenai simpulan dan saran. Bab ini terdiri atas dua subbab. Subbab pertama membahas mengenai simpulan dari temuan dan hasil analisis. Subbab kedua

Lebih terperinci

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang

16, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 Pada dasarnya, secara semantik, proses dalam klausa mencakup hal-hal berikut: proses itu sendiri; partisipan yang TRANSITIVITAS DALAM ANTOLOGI CERPEN KAKI YANG TERHORMAT KARYA GUS TF SAKAI Ogi Raditya Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transitivitas dalam antologi cerpen Kaki yang Terhormat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan manusia untuk mengerti satu sama lain. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, yaitu lisan dan tulisan. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, yaitu lisan dan tulisan. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat berkomunikasi antarsesama manusia terdapat 2 jenis komunikasi, yaitu lisan dan tulisan. Komunikasi lisan adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berinteraksi dengan sesama. Baik untuk mengungkapkan ide atau gagasan juga untuk sekedar menginformasikan apa yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku.setiap suku memiliki acara adat yang berbeda-beda dalam upacara adat perkawinan, kematian dan memasuki rumah baru.dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Cikondang. Kampung Adat Cikondang secara administratif terletak di Kecamatan Pangalengan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci