PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU"

Transkripsi

1 CPO-02 : PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PEMECAH BATU PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Laporan UNDP tentang : Human Development Index (HDI) tertuang dalam Human Development Report, 2004, mencantumkan Indeks Pengembangan SDM Indonesia pada urutan 111, satu tingkat di atas Vietnam urutan 112 dan jauh di bawah dari Negara-negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25, dan Australia urutan 3, merupakan sebuah gambaran kondisi pengembangan SDM kita. Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM paling tidak setara dengan Negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era globalisasi. Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain : UU. No. 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa setiap tenaga : Perencana, Pelaksana, dan Pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau ketrampilan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan sertifikasi berdasarkan kompetensi diperlukan tersedianya Bakuan Kompetensi untuk semua tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi di bidang Jasa Konstruksi. UU. No. 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (Pasal 10 Ayat (2)). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standard kompetensi kerja. UU. No. 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). UU. No. 7 Tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air menetapkan pada Pasal 71 Ayat 1 dan 2 bahwa : - (1) Menteri yang membidangi sumber daya air dan menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air menetapkan standar pendidikan khusus dalam bidang sumber daya air i

3 (2) Penyelenggaraan pendidikan bidang sumber daya air dapat dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta sesuai dengan standar pendidikan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Mengacu pada amanat undang-undang tersebut di atas, diimplementasikan kedalam konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi, yang oleh PUSBIN KPK (Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis struktur kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukan ke dalam Katalog Jabatan Kerja. Modul Pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat penting karena menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarisasi jabatan kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latih Kompetensi) yang sudah disepakati dalam suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya disusun oleh Tim Penyusun/tenaga professional dalam bidangnya masing-masing, merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih, dan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan dan peningkatan kualitas tenaga kerja konstruksi agar menjadi kompeten dalam melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya. Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga citacita peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang jasa konstruksi dapat terwujud. Jakarta, Nopember 2006 Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE. NIP : ii

4 PRAKATA Dalam penggunan mesin pemecah batu (Stone crushing plant), mesin dituntut untuk selalu dalam keadaan siap operasi dan dapat menghasilkan produk secara optimal selama umur ekonomisnya. Peran operator dan mekanik dalam menjaga kondisi mesin tersebut sangat dominan, dan diharapkan sikap disiplin yang baik dari mereka agar tujuan pemanfaatan mesin yang optimal tersebut dapat dicapai. Pemeliharaan peralatan yang benar dan baik merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian sasaran tersebut di atas yang mensyaratkan agar setiap operator dan mekanik mengetahui dengan jelas tugas yang dibebankan kepada mereka dalam melaksanakan pemeliharaan mesin pemecah batu dengan benar dan aman. Pemahaman tentang pemeliharaan mesin pemecah batu khususnya pemeliharaan harian bagi operator mutlak diperlukan agar tugas utama mengoperasikan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar, karena didasari dengan pengetahuan yang baik tentang cara pemeliharan mesin, sehingga selama peralatan dioperasikan oleh operator tersebut selalu terpelihara dan dapat berproduksi sesuai dengan yang telah ditentukan. Pelaksanaan pemeliharaan harian yang benar dan aman hanya dapat dilakukan bila operator mesin pemecah batu telah memiliki dasar pengetahuan tentang pemeliharaan harian yang benar berdasarkan buku petunjuk pabrik dan pengetahuan pendukung lainnya yang relevan sehingga dapat mengarahkan operator kepada pelaksanaan tugasnya dengan benar. Dengan disiplin yang tinggi dari semua unsur terkait dalam pelaksanaan pemeliharaan akan dicapai suatu kondisi peralatan selalu dalam keadaan baik dan siap operasi. Modul ini masih jauh dari sempurna dan masih memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan oleh karenanya saran dan masukan bagi penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Jakarta, September 2006 Tim Penyusun iii

5 LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU JUDUL MODUL : PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PEMECAH BATU TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan harian mesin pemecah batu sesuai dengan prosedur serta membuat laporan operasi dengan benar. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu : 1. Menerapkan UUJK, keselamatan dan kesehatan kerja dan pengendalian dampak lingkungan selama pemeliharaan dan pengoperasian mesin pemecah batu 2. Melaksanakan pemeliharaan harian rangkaian mesin pemecah batu dan sarana pendukungnya 3. Menghidupkan rangkaian mesin pemecah batu sesuai dengan urutannya 4. Melaksanakan pengoperasian rangkaian mesin pemecah batu 5. Membuat laporan operasi dan K3. MODUL NOMOR : CPO-02 PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PEMECAH BATU TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : Setelah modul ini selesai dipelajari, diharapkan peserta mampu melaksanakan pemeliharaan harian mesin pemecah batu dan sarana pendukungnya sesuai dengan petunjuk pemeliharaan. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS : Setelah modul ini selesai dipelajari peserta diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pemeliharaan berkala dan bahan pelumas 2. Menjelaskan struktur mesin pemecah batu 3. Melaksanakan pemeliharaan harian mesin pemecah batu dan sarana pendukungnya sesuai dengan petunjuk pemeliharaan. iv

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... PRAKATA... LEMBAR TUJUAN... DAFTAR ISI... DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL... DAFTAR MODUL... PANDUAN PEMBELAJARAN... MATERI SERAHAN... I iii iv v vii vii viii xiii BAB 1 PENDAHULUAN RANGKUMAN LATIHAN 1.1. Umum Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pengaruh Pemeliharaan terhadap Kinerja Mesin Pemecah Batu Petunjuk Pemeliharaan Harian BAB 2 PENGETAHUAN PEMELIHARAAN SECARA UMUM RANGKUMAN LATIHAN 2.1. Umum Maksud dan Tujuan Pemeliharaan Jenis Pemeliharaan dan Pelaksanaan Pemeliharaan Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance) Pengetahuan Pemeliharaan Berkala Pengetahuan Bahan Pelumas BAB 3 KOMPONEN MESIN PEMECAH BATU RANGKUMAN LATIHAN 3.1. Umum Struktur Mesin Pemecah Batu Komponen Utama Unit Pemecah Batu Unit Konveyor/Pengangkut (Conveyor) Komponen Utama Unit Saringan (Screen) Peralatan Pendukung Mesin Pemecah Batu v

7 BAB 4 PEMERIKSAAN HARIAN MESIN PEMECAH BATU RANGKUMAN LATIHAN 4.1. Umum Kegiatan Pemeliharaan Harian Pemeriksaan Kondisi Penampung (Hopper) dan Pengumpan (Feeder) Pemeriksaan Kondisi Crusher Pemeriksaan Kondisi Screen Pemeriksaan Kondisi Konveyor DAFTAR PUSTAKA vi

8 DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Operator Mesin Pemecah Batu dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen kompetensi lengkap dengan kriteria untuk kerja dan batasan-batasan penilaian serta variabel-variabelnya. 2. SLK (Standar Latih Kompetensi) disusun dengan mengacu kepada SKKNI, di mana uraian jabatan dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis unsur kompetensinya yaitu : pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, selanjutnya kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran ditetapkan sesuai level kompetensinya. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan kurikulum, silabus dan indikator keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul sebagai bahan pembelajaran pelatihan seperti tercantum dalam DAFTAR MODUL di bawah ini. DAFTAR MODUL No. Kode Judul Modul 1 CPO-01 UUJK, K3 dan Pengendalian Dampak Lingkungan 2 CPO-02 Pemeliharaan Harian Mesin Pemecah Batu 3 CPO-03 Pengoperasian Mesin Pemecah Batu Sebagai Representasi Unit Kompetensi 1. Menerapkan UUJK, K3 dan pengendalian Dampak Lingkungan 2. Melaksanakan Pemeliharaan Harian Rangkaian Mesin Pemecah Batu dan Sarana Pendukungnya 3. Menghidupkan Rangkaian Mesin Pemecah Batu sesuai dengan urutannya 4. Melaksanakan Pengoperasian Rangkaian Mesin Pemecah Batu 4 CPO-04 Laporan Operasi dan K3 5. Membuat Laporan Operasi dan K3 vii

9 PANDUAN PEMBELAJARAN viii

10 JUDUL : KODE MODUL : CPO 02 PEMELIHARAAN (MAINTENANCE) MESIN PEMECAH BATU KETERANGAN Deskripsi : Materi ini terutama membahas Pemeliharaan Harian Mesin Pemecah Batu yang meliputi : Pemeliharaan Secara Umum, Komponen Mesin Pemecah Batu dan Pemeliharaan Harian. Tempat Kegiatan : Dalam ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya Lapangan uji/praktek, lengkap dengan unit mesin pemecah batu. Waktu Kegiatan : 4 jam pelajaran teori 4 jam pelajaran praktek (1 jp = 45 menit). ix

11 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan Menjelaskan tujuan instruksional (TIU & TIK) Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalamannya dalam pekerjaan pemeliharaan harian mesin pemecah batu. Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. OHT1 OHT2 Waktu : 15 menit. 2. Ceramah : Pendahuluan Pengertian pemeliharaan, pengaruh pemeliharaan : Menjelaskan pengertian pemeliharaan mesin pemecah batu Menjelaskan pengaruh pemeliharaan terhadap kinerja mesin pemecah batu Mendiskusikan setiap pokok bahasan, Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT1-1 Waktu : 15 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 1 Pendahuluan). 3. Ceramah : Pemeliharaan Secara Umum Maksud dan tujuan pemeliharaan, jenis dan fungsi pemeliharaan, petunjuk umum pemeliharan : Menjelaskan maksud dan tujuan pemeliharaan Menjelaskan jenis dan pelaksanaan pemeliharaan Menjelaskan preventive maintenance Menjelaskan pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance) Menjelaskan pemeliharaan berkala Menjelaskan penggunaan minyak pelumas Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT2-1 OHT2-2 OHT2-3 OHT2-4 OHT2-5 OHT2-6 OHT2-7 OHT2-8 Waktu : 45 menit Bahan : Materi Serahan (Bab 2 Pemeliharaan Secara Umum). x

12 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 4. Ceramah : Komponen Mesin Pemecah Batu Struktur mesin pemecah batu, unit crusher, unit screen, unit konveyor dan peralatan pendukung. Menjelaskan struktur mesin pemecah batu Menjelaskan unit crusher : - Komponen utama jaw crusher - Komponen utama cone crusher - Komponen utama impact crusher Menjelaskan komponen utama konveyor sabuk (belt conveyor) Menjelaskan komponen utama saringan (vibrating screen) Menjelaskan jenis peralatan pendukung : - Feeder - Metal detector - Belt tracker Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT3-1 OHT3-2 OHT3-3 OHT3-4 OHT3-5 OHT3-6 OHT3-7 OHT3-8 OHT3-9 OHT3-10 OHT3-11 OHT3-12 Waktu : 45 menit Bahan : Materi serahan (Bab 3, Komponen Mesin Pemecah Batu). 5. Ceramah : Pemeliharaan Harian Mesin Pemecah Batu Kegiatan pemeliharaan harian, pemeriksaan kondisi hopper dan feeder, unit crusher, screen, konveyor dan peralatan pendukung. Menjelaskan kegiatan pemeliharaan harian Menjelaskan pemeriksaan hopper dan feeder Menjelaskan pemeriksaan jaw crusher Menjelaskan pemeriksaan cone crusher Menjelaskan pemeriksaan screen Menjelaskan pemeriksaan konveyor sabuk Mendiskusikan setiap pokok bahasan tersebut. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT4-1, 4-2 OHT4-3, 4-4 OHT4-5, 4-6 OHT4-7, 4-8 OHT4-9, 4-10 OHT4-11, 4-12 OHT4-13, 4-14 OHT4-15, 4-16 OHT4-17 Waktu : 60 menit Bahan : Bab 4, (Pemeliharaan Harian Mesin Pemecah Batu). xi

13 KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 6. Praktek : Menjelaskan kembali tata cara pelaksanaan pemeliharaan harian Memberikan instruksi untuk melaksanakan pemeliharaan harian sesuai prosedur Memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan peserta. Mengikuti penjelasan dengan tekun dan aktif Melakukan pemeliharaan harian sesuai instruksi dari instruktur Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu. 1 unit crushing plant Catatan/laporan operasi Lembar instruksi. Waktu : 8 jam pelajaran. xii

14 MATERI SERAHAN xiii

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Juanda Toha, Konveyor Sabuk dan Peralatan Pendukung, PT. Junto Enginering, Bandung Nakayama, Leaflet Crushing Plants and Equipment, Nakayama Isan Works, Ltd., Tokyo City Japan, Nordberg, C-Series Jaw Crusher Instruction Manual, Nordberg Locomo, Finlandia, Nordberg, HP 200/HP 300 Cone Crusher Instruction Manual, Nordberg Locomo, Finlandia, Nordberg, G 2812/3812 Cone Crusher Instruction Manual, Nordberg Locomo, Finlandia, Proyek TSS-IDA, Pemecahan Batu dengan Pemecah Batu Sakai, Proyek TSS-IDA, Departemen PU, Jakarta, Rochmanhadi, Ir., Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1982.

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Umum Setiap mesin pemecah batu ( stone crushing plant) yang diproduksi pabrik pembuat mesin selalu disertai dengan buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan (operation dan maintenance manual) yang akan menjadi pedoman bagi pemakai mesin tersebut dan buku petunjuk perbaikan (shop manual) yang menjadi pegangan mekanik agen mesin yang bersangkutan untuk melayani pemakai mesin dalam perbaikan atau pemeliharaan. Buku-buku petunjuk umumnya tidak diterima langsung oleh pemakai, tetapi melalui agen tunggal atau supplier mesin yang bersangkutan, terutama buku petunjuk perbaikan atau workshop manual tidak diteruskan ke pemakai, karena shop manual hanya diperlukan oleh para mekanik yang diberi tugas dan tanggung jawab terhadap mesin pemecah batu yang bersangkutan dimana para mekanik ini sudah mempunyai dasar kuat dalam masalah perbaikan mesin pemecah batu. Sedangkan buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan (operation dan maintenance manual), disampaikan kepada para pemakai mesin, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan mesin pemecah batu yang bersangkutan, yang dapat berakibat fatal bagi mesin. Walaupun dalam buku petunjuk tersebut telah memberikan arahan yang jelas tentang pemeliharaan harian, tapi bagi setiap operator masih diperlukan untuk diberikan pelatihan dibidang ini, dengan tambahan pengetahuan yang dapat menunjang tugas operator dengan baik Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pada setiap pengadaan dan penggunaan mesin pemecah batu, selalu diinginkan agar mesin tersebut dapat memberikan jasanya sebesar mungkin. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa selama pengoperasian dikehendaki mesin dapat beroperasi secara terus menerus tanpa mengalami kerusakan yang menggangu operasional serta diharapkan dapat memberikan produksi sebesar mungkin. Hal tersebut mungkin bisa dicapai atau terpenuhi hanya apabila kondisi mesin yang bersangkutan dapat tetap bertahan baik selama pengoperasiannya. Kondisi seperti 1-1

17 termaksud diatas sepertinya sulit untuk dapat dipenuhi, karena komponen-komponen mesin akan mengalami penurunan kondisi akibat pemakaian atau pengoperasian mesin pemecah batu tersebut. Usaha untuk meningkatkan kembali kondisi mesin sudah menurun, atau mempertahankan kondisi mesin agar tetap baik sampai batas-batas yang memungkinkan, dapat dilakukan dengan memperbaiki atau mengganti komponen atau bagian komponen (parts) yang sudah menurun kondisinya. Untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut, perlu dipahami dengan baik tentang komponen dan bagian-bagiannya, termasuk letak dan susunan dari komponen dan pengertian tentang pemeliharaan serta maksud dan tujuan pemeliharaan tersebut. Selanjutnya perlu dipahami juga tentang buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan ( operation dan maintenance manual) yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat mesin pemecah batu terutama pengertian pemeliharaan harian dan pemeliharaan berkala Pengaruh Pemeliharaan terhadap Kinerja Mesin Pemecah Batu Apabila suatu unit mesin pemecah batu dioperasikan, maka sejalan dengan bertambahnya umur pemakain, kondisi mesin tersebut akan menurun, sesuai dengan meningkatnya jumlah jam operasi mesin. Bila kondisi mesin pemecah batu termaksud terus menurun maka performansi atau unjuk kerjanya juga menurun yang pada gilirannya produksi juga menurun. Bila penurunan kondisi tersebut berlangsung terus sejalan dengan jumlah jam pengoperasian maka akhirnya akan sampai pada suatu titik dimana biaya pengoperasian mesin menjadi tidak sesuai lagi bila dibandingkan dengan produksi dalam arti biaya produksi mulai lebih besar dari produksinya. Agar mesin tersebut mempunyai umur ekonomi yang lebih panjang atau penurunan kondisi mesin tidak terlalu cepat atau dapat dihambat, maka perlu dilakukan langkahlangkah dengan melakukan pemeliharaan sesuai dengan petunjuk pabrik secara konsisten. Tujuan pemeliharaan tidak lain adalah untuk membuat agar mesin pemecah batu selalu dalam kondisi siap pakai, sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi waktu perbaikan karena kerusakan dan dengan demikian kinerja mesin tersebut akan meningkat yaitu sesuai dengan pelaksanaan pemeliharaan yang benar dan konsisten 1-2

18 berdasarkan dengan petunjuk pabrik, baik pemeliharaan harian yang dilaksanakan oleh operator atau pemeliharaan berkala dan perbaikan lainnya yang dilakukan oleh mekanik khusus Petunjuk Pemeliharaan Harian Buku Petunjuk Pengoperasian dan Pemeliharaan Buku ini dikeluarkan oleh pabrik pembuat mesin yang di dalamnya telah mencakup petunjuk pemeliharaan harian ( daily inspection) yang merupakan tugas melekat bagi seorang operator. Disamping itu dicakup juga tentang pemeliharaan berkala ( periodic maintenance) lainnya yang pelaksanaannya dikerjakan oleh mekanik Buku untuk Pelatihan Operator Mesin Pemecah Batu Buku ini disiapkan sehubungan dengan Pelatihan Operator Mesin Pemecah Batu agar dapat memiliki kompetensi sesuai dengan yang dipersyaratkan, sehingga pembahasannya berorientasi kepada unit kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja. Dalam buku ini selain yang terkait langsung dengan unit kompetensi, dibahas juga pengetahuan penunjang lainnya yang sangat relevan, yang menunjang kompetensi operator mesin pemecah batu. 1-3

19 RANGKUMAN 1. Pemeliharaan harian mesin pemecah batu yang dilaksanakan oleh operator harus berpedoman kepada petunjuk pemeliharaan yang diterbitkan pabrik pembuat mesin tersebut. 2. Pemeliharaan (maintenance) merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kondisi mesin yang sudah menurun atau mempertahankan kondisi mesin tetap baik sampai batas-batas yang memungkinkan. 3. Pemeliharaan (maintenance) bertujuan untuk membuat agar mesin pemecah batu selalu dalam kondisi baik/siap pakai, sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi waktu perbaikan dan dengan demikian kinerja mesin akan meningkat.

20 L AT I H AN Berikan jawaban singkat dari pertanyaan di bawah ini : 1. Apakah pemeliharaan harian yang dilakukan terhadap mesin pemecah batu, dapat dilaksanakan hanya berdasarkan pengetahuan operator saja? Jelaskan. 2. Kondisi mesin akan menurun sejalan dengan jumlah jam operasi mesin tersebut. Namun kondisi ini dapat ditingkatkan kembali dengan berbagai usaha, Sebutkan dan jelaskan salah satunya. 3. Ada yang beranggapan bahwa pekerjaan pemeliharaan mesin pemecah batu hanyalah membuang-membuang biaya saja. Bagaimana pendapat Saudara tentang angapan tersebut?. Jelaskan.

21 BAB 2 PENGETAHUAN PEMELIHARAAN SECARA UMUM 2.1. Umum Pemeliharaan peralatan khususnya mesin pemecah batu (stone crushing plant) adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh operator atau mekanik yang ditunjuk agar mesin tersebut tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya selama umur ekonomisnya. Sesuai dengan perkembangan teknologi pada mesin pemecah batu perlu adanya peningkatan pemahaman pemeliharaan baik yang menyangkut pengetahuan yang terkait maupun keterampilan yang harus dimiliki oleh operator dan juga terutama oleh mekanik. Salah satu jalur peningkatan pemahaman tersebut adalah tersedianya suatu pedoman yang dapat memberikan bekal bagi para operator dan mekanik untuk dapat menyadari betapa pentingnya peran mereka dalam meningkatkan kinerja mesin pemecah batu karena melalui pelaksanaan pemeliharaan yang benar dan konsisten Maksud dan Tujuan Pemeliharaan Maksud dari pemeliharaan ( maintenance) pada umumnya adalah untuk mempertahankan kondisi ekonomis mesin, baik kondisi teknis maupun kinerjanya melalui kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh operator dan mekanik. Tujuannya adalah untuk : Menjaga agar mesin selalu siap operasi Mempertahankan dan bila mungkin memperpanjang umur ekonomis mesin pemecah batu Meningkatkan efisiensi kerja Menghemat biaya operasional 2.3. Jenis Pemeliharaan dan Pelaksanaan Pemeliharaan Pemeliharaan mesin pemecah batu dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama operartor dan mekanik untuk menjaga agar mesin selalu dalam kondisi baik siap operasi. 2-1

22 Tugas dan tanggung jawab operator mesin pemecah batu dalam pemeliharaan tersebut terbatas pada jenis pemeliharaan yang sifatnya pencegahan (preventive maintenance) dalam lingkup kegiatan pemeliharaan harian. Sedangkan tugas dan tanggung jawab mekanik dalam pemeliharaan ini sudah mendalam dan menyeluruh mulai dari perawatan pencegahan, perbaikan sampai tingkat rekondisi atau re-built. Pada garis besarnya jenis pemeliharaan ini dapat dibedakan : Pemeliharaan pencegahan atau preventive maintenance Pemeliharaan perbaikan atau corrective maintenance 2.4. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance) Pelaksanaaan pemeliharaan ini adalah untuk menjaga agar kondisi dan performansi mesin tidak menurun serta menghindarkan terjadinya kerusakan komponen sebelum waktunya. Pemeliharaan pencegahan pada umumnya terdiri dari kegiatan pemeliharaan berkala (periodic maintenance), perbaikan terjadwal ( scheduled overhaul) dan perbaikan berdasar kondisi (condition based maintenance) Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance) Pemeiliharaan berkala adalah pelaksanaan kegiatan service yang harus dilakukan setelah mesin tersebut bekerja untuk jumlah jam operasi tertentu, yang berpedoman kepada manual pemeliharaan dan pabrik pembuat mesin. Pelaksanaan pemeliharaan berkala ini meliputi pemeriksaan harian ( daily inspection) dan pemeliharaan/service berkala. a. Pemeriksaan Harian (Daily/Periodic Inspection) Pemeiliharaan harian adalah kegiatan melakukan inspeksi atau pemeriksaan sebelum, selama dan sesudah mesin dioperasikan, hal ini untuk mengetahui keadaan mesin tersebut apakah aman untuk dioperasikan. Kegiatan ini dilakukan dan menjadi tanggung jawab operator mesin pemecah batu, yang antara lain terdiri dari : Pemeriksaan kondisi penampung (hopper) dan pengumpan (feeder) Pemeriksaan kondisi mesin crusher Pemeriksaan kondisi saringan getar (screen) Pemeriksaan kondisi konveyor 2-2

23 Pemeliharaan setelah mesin dihidupkan Pemeliharaan selama mesin dioperasikan Pemeliharaan setelah mesin selesai dioperasikan Sementara itu banyak yang beranggapan bahwa pemeriksaan harian hanyalah sebagai syarat saja, sehingga tidak dilakukan dengan baik dan serius. Sebenarnya pelaksanaan pemeriksaan harian ini mutlak dan harus dilaksanakan dengan baik. Bila pemeliharaan ini dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab, maka akan dapat dihindarkan atau paling tidak dikurangi terjadinya kerusakan berat yang berdampak timbulnya biaya tinggi dan waktu tunggu untuk perbaikan. b. Pemeliharaan/Service Berkala Pemeliharaan/service berkala yang harus dilakukan adalah berdasarkan pada jumlah jam operasi yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi dalam praktek sangat dianjurkan untuk mengatur kembali semuanya berdasarkan perhitungan hari, minggu dan bulan untuk memungkinkan pelaksanaan pemeliharaan lebih memudahkan dan menyenangkan. Pada lapangan pekerjaan sangat berdebu atau kondisi operasi yang berat maka perlu untuk mempersingkat jadwal waktu pemeliharaan dari waktu yang ditentukan pada buku-buku petunjuk. Pemeliharaan berkala ini harus dilakukan sesuai petunjuk pada buku pedoman pengoperasian dan pemeliharaan (operation and maintenance manual) untuk setiap jenis mesin yang digunakan. Pada mesin pemecah batu pemeliharaan periodik ini antara lain terdiri dari : Pemeliharaan setiap minggu Pemeliharaan setiap bulan Pemeliharaan setiap 6 bulan Pemeliharaan setiap 12 bulan Perbaikan Terjadwal (Scheduled Overhaul) Pemeliharaan pencegahan lainnya adalah perbaikan terjadwal yang merupakan bentuk pemeliharaan terhadap komponen suatu mesin yang pelaksanaannya adalah overhaul komponen. 2-3

24 Overhaul komponen ini harus dijadwalkan sesuai dengan rekomendasi pabrik atau life-time komponen tersebut. Pada pelaksanaan perbaikan terjadwal yang baik dan konsisten bila dinilai secara keseluruhan akan menghemat biaya pemeliharaan sampai sepertiganya bila dibandingkan dengan perbaikan komponen yang menunggu sampai komponen tersebut rusak terlebih dahulu Perbaikan Berdasar Kondisi (Condition Based Maintenance) Pada umumnya suatu mesin yang telah dioperasikan akan mencapai kondisi tertentu yang memerlukan tindakan pemeliharaan sehingga mesin tersebut dapat ditingkatkan kondisinya sampai laik operasi. Perbaikan ini dapat dilaksanakan karena sebelumnya telah dijadwalkan (scheduled repair) atau untuk mengantisipasi adanya modifikasi pabrik. Pemeriksaan harus dilakukan secara menyeluruh yang meliputi : Pemeriksaan crusher Pemeriksaan screen Pemeriksaan konveyor Pemeriksaan alat pendukung lainnya Hasil pemeriksaan secara menyeluruh tersebut dianalisis dan menghasilkan rekomendasi atau keputusan, apakah mesin tersebut layak untuk di-repair, di overhaul, di-scrap atau dijual. Maka apabila mesin tersebut dapat diperbaiki atau dioverhaul harus berdasarkan kondisi mesin saat itu sesuai dengan hasil pemeriksaan Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance) Corrective maintenance dilakukan dalam usaha mempertahankan agar mesin dapat dioperasikan kembali. Jadi pemeliharaan yang dilakukan ini tidak ter-schedule. Begitu komponen mesin rusak maka pada saat itulah dilakukan perbaikan ataupun penyetelan-penyetelan. Dan kalau hai ini terjadi terus menerus maka waktu tunggu akibat kerusakan ( break down time) akan menjadi tinggi sekali yang berakibat waktu produksi menjadi turun, dan biaya pemeliharaan akan meningkat. 2-4

25 2.6. Pengetahuan Pemeliharaan Berkala Pemeliharaan berkala ( periodic maintenance) pada mesin pemecah batu adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menurut waktu-waktu yang telah ditetapkan pabrik pembuatnya dan harus dilakukan secara teratur terus menerus sesuai dengan periodenya (waktunya). Waktu pelaksanaan pemeliharaan ditetapkan berdasarkan jam operasi mesin pemecah batu atau berdasarkan waktu kalender misalnya harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan, tahunan dan seterusnya. Sedangkan pelaksana pekerjaan pemeliharaan berkala tersebut adalah mekanik/orang yang ditugaskan, kecuali untuk pemeliharaan harian atau setiap 8 jam operasi yang dilaksanakan oleh operator Pelaksanaan Pemeliharaan Berkala 1) Periode Pemeliharaan Berkala Standar waktu yang dipakai untuk pelaksanaan pemeliharaan berkala ini adalah jam operasi mesin pemecah batu yang tentunya harus berdasarkan pencatatan yang benar dan secara konsisten dicatat oleh setiap operator yang diberi tugas mengoperasikan mesin pemecah batu. Rangkaian mesin pemecah batu terdiri dari beberapa unit mesin yang memiliki standar waktu dan rincian pelaksanaan pemeliharaan berkala yang berbeda satu dengan lainnya. Sebagai dasar pengetahuan dicontohkan dari beberapa unit mesin dalam rangkaian mesin pemecah batu antara lain dari merk Nordberg-Finlandia. 2) Pemeliharaan Berkala Jaw Crusher Mingguan (setiap 80 jam operasi) Pelumasan bantalan poros esentris (eccentric shaft bearing) Sedangkan untuk kondisi lapangan yang berdebu, periode pelumasan dipersingkat menjadi setiap 40 jam operasi Pelumasan bantalan mur penutup ( cap nut bearings) dari perlengkapan pengatur (adjustment device) Pelumasan bantalan penahan pada batang pegas pengencang Pemeriksaan keausan cheek plates Pemeriksaan toggle plate untuk kedudukannya, kelurusannya dan kemungkinannya rusak 2-5

26 Pemeriksaan kekencangan pengikatan baut pengikat tutup labyrinth dudukan bantalan (bearing). Bulanan (setiap 200 jam operasi) Periksa kedudukan roda gila (fly wheel) Periksa kekencangan pengikatan baut-baut penyekat plate samping. Setiap 6 bulanan (1000 jam operasi) Periksa kondisi bantalan poros eksentris misalnya menggunakan peralatan statescope (peralatan untuk mendengar kelainan suara) Periksa keausan permukaan yang bergesek antara pelat samping dan cheek plates. Kegiatan pemeliharaan tersebut dapat ditampilkan dalam tabel pemeliharaan. Pelaksanaan Pemeliharaan Setiap hari Setiap minggu Setiap bulan Setiap enam bulan - Pemeriksaan kekencangan V-belt - Pemeriksaan kekencangan baut jaw - Pemeriksaan kekencangan ikatan baut cheek plates - Pemeriksaan keausan jaw plate - Pemeriksaan plat dan karet pelindung toggle plate - Pemeriksaan suara, suhu, temperatur (maks C) dan aliran grease pada bantalan poros eksentris - Pelumasan bantalan poros eksentris - Pemeriksaan keausan cheek plate - Pemeriksaan kedudukan, kelurusan, kerusakan dari toggle plate - Pemeriksaan dudukan toggle - Pemeriksaan kekencangan pengikatan baut penguat tutup labyrinth - Pemeriksaan kekencangan baut pengikat frame 2-6

27 - Pemeriksaan dudukan fly wheel - Pemeriksaan kekencangan baut pengikat pada plat samping - Pemeriksaan bantalan pada poros eksentris - Pemeriksaan keausan permukaan yang besinggungan pada pitman dan frame depan - Pemeriksaan keausan permukaan yang besinggungan antara plat samping dan cheek plates Pengatur Bukaan Mekanis - Pelumasan mur penutup dari perlengkapan pengatur bukaan - Pemeriksaan penutup karet - Pemeriksaan bantalan penahan Pengatur Bukaan Secara Hidrolik - Ganti minyak, breather dan filter Perlengkapan Pelumasan Otomatis - Periksa kondisi kerjanya dan jumlah pelumasnya (grease) 3) Pemeliharaan Berkala Gyrotary Crusher Mingguan (setiap 40 jam operasi/operasi 1 shift) Periksa dan bersihkan saringan (strainer) dan tutup magnetik pada saluran pengembalian minyak pelumas Periksa keausan dari liner Keluarkan agregat atau material lain yang tersumbat pada arm atau slip- ring dari lower frame, melalui lubang inspeksi Periksa kekencangan dan keausan V-belts Periksa kondisi crusher (kekencangan baut, kebocoran, keausan, kemungkinan rusak, dsb.) Periksa kondisi kabel listrik dan komponen listrik. 2-7

28 Bulanan (setiap 300 jam operasi/operasi 2 shift) Periksa pengoperasian dari float switch Ganti minyak pelumas pada counter shaft Periksa kekencangan pengikatan baut pada silinder pengatur Periksa kelonggaran ( backlash) poros penggerak ( drive shaft) dan gigi poros eksentris Periksa kondisi hopper, pelindung dan tutup pengaman Periksa pengoperasian blower. Tahunan (setiap 200 jam operasi/1 shift) Ganti minyak pelumas crusher Periksa kapasitas pompa pelumas Periksa kondisi bantalan tekan (thrust bearing) pada poros utama Ganti saringan udara. Setiap 10 tahun ( jam operasi) Rekondisi. Kegiatan pemeliharaan tersebut dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut : Peralatan Pengatur dan Pelumasan Pemeriksaan jumlah minyak pelumas dalam tangki Pemeriksaan temperatur dan tekanan minyak pelumas Pemeriksaan indikator kebersihan minyak pelumas Pemeriksaan bekerjanya cooler Pemeriksaan/membersihkan saringan minyak pelumas dan penutup magnetis Pemeriksaan bekerjanya float switch Penggantian minyak pelumas Pemeriksaan kapasitas pompa minyak pelumas Komponen Listrik Pemeriksaan kondisi kabel dan komponen Silinder Penyetel Pengencangan kembali baut kepala silinder Bantalan Tekan (Thrust Bearing) Periksa kondisi trhust bearing Countershaft Penggantian minyak pelumas Pemeriksaan kelonggaran 8 jam 40 jam 300 jam 2000 jam jam 2-8

29 Top Bearing Seal Pemeriksaan kondisi top bearing seal Sekat Debu Crusher (Crusher Dust Seal) Pemeriksaan sekat debu (dust seal) Sistem Penyekat Bertekanan Pemeriksaan blower Penggantian saringan udara Crusher Pemeriksaan setelan crusher dalam kondisi konstan Pemeriksaan kekencangan ikatan pipa (hoses) dan sambungan Periksa kekencangan dan keausan V-belt Pemeriksaan keausan liners Pemeriksaan kondisi chute, pelindung dan tutup pengaman Pengeluaran material dari batang penguat frame bawah Pemeriksaan kondisi crusher secara keseluruhan Rekondisi crusher 8 jam 40 jam 300 jam 2000 jam jam 4) Pemeliharaan Berkala Cone Crusher Gbr skema

30 No. Item Deskripsi Jenis Pelumas Harian (8 jam) 40 jam Interval 200 jam 2000 jam Keterangan 1 Minyak pelumas crusher - Pengisian level minyak pelumas dalam tangki - Penggantian ISO Silinder hidrolik - Pengisian level minyak hidrolik dalam tangki - Penggantian ISO Pin clevis Grease NLGI No Dilumasi dengan tangan/kuas 4 Bowl dan Head ISO Setiap penggantian lines 5 Bowl, Ulir Ring Penguat dan Ring Penyetel 6 Head dan Ulir Baut Pengunci 7 Frame dan permukaan dudukan Ring Penyetel 8 O-Ring, bagian dalam kotak Counter Shaft Grease NLGI No.1 Grease NLGI No.1 Grease NLGI No.1 Grease NLGI No Setiap penggantian lines Setiap penggantian lines Setiap penggantian lines Selama perakitan 9 Pen, pada frame utama Grease NLGI No Manual, disapu 10 Gigi Ring penggerak mekanisme Penyetel Hidrolik Grease NLGI No Manual 2.7. Pengetahuan Bahan Pelumas Pelaksanaan/kegiatan pemeliharaan dan pengoperasian mesin pemecah batu akan selalu berhubungan dengan bahan pelumas yang diperlukan untuk menjaga agar semua komponen yang bergerak dapat diberikan pelumasan yang mencukupi sehingga tidak cepat aus. 2-10

31 Untuk itu seorang operator mesin pemecah batu sebaiknya memiliki pengetahuan bahan pelumas sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya yang berakibat buruk pada kondisi komponen mesin pemecah batu. Dengan pengetahuan ini operator mesin pemecah batu akan mempunyai kepercayaan diri yang baik dalam melaksanakan tugasnya terutama terkait dengan tindakan menjaga kondisi mesin dengan penggunaan bahan pelumas yang tepat sesuai dengan petunjuk pemeliharaan Fungsi Bahan Pelumas Pada umumnya mesin dapat beroperasi karena adanya proses pergerakan dari komponen-komponen mesin tersebut dan setiap gerakan komponen tersebut akan menimbulkan gesekan metal dari bagian komponen yang bergerak tersebut. Setiap gerakan antara metal tersebut akan menimbulkan keausan, panas dan suara yang tidak normal dan merupakan kerugian mekanis yang sangat besar. Guna mencegah kerugian mekanis tersebut maka dilakukan pelumasan kepada bagian-bagian yang bergesekan tersebut dengan menggunakan bahan pelumas yang tepat. Maka fungsi bahan pelumas dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut : 1) Mengurangi terjadinya gesekan secara langsung antara permukaan logam yang saling bersentuhan 2) Mengurangi keausan dari bagian-bagian komponen mesin yang saling bergesekan 3) Menghindarkan terjadinya bunyi akibat gesekan langsung antara permukaan logam 4) Mengurangi kerugian tenaga akibat gesekan, yang berarti dapat meningkatkan efisiensi mekanisnya Minyak Pelumas Minyak pelumas dibutuhkan untuk melumasi bagian/komponen mesin yang bergerak dan harus memiliki sifat-sifat yang khusus tahan terhadap perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. 1) Minyak pelumas engine (Engine Oil) Para produsen minyak pelumas dan produsen mesin/alat-alat terus mengembangkan jenis engine oil ini untuk dapat dipakai pada berbagai 2-11

32 kondisi engine dengan daya kerja yang optimal, dan beberapa sifat minyak pelumas yang bermutu adalah : Tidak terbakar pada suhu tinggi Mampu menahan tekanan tinggi Menjamin terjadinya pembakaran yang bersih di dalam engine sehingga menghaluskan suara engine Mencegah terjadinya kerak/jelaga Irit penggunaannya/tidak boros. 2) Minyak pelumas transmissi dan minyak hidrolik Demikian juga untuk keperluan sistem transmisi dan sistem hidrolik diperlukan jenis minyak pelumas yang bermutu baik, dan untuk keperluan itu pihak pabrik telah memberikan rekomendasi jenis pelumas yang dianjurkan untuk dipakai. Yang perlu diperhatikan oleh operator adalah : Pemeriksaan harian terhadap jumlah dan kondisi minyak transmisi (roda gigi) dan minyak hidrolik Penambahan bila diperlukan Gemuk (Grease) Gemuk adalah sejenis minyak pelumas tetapi sifatnya dibuat sedemikian rupa sehingga gemuk ini tidak mengalir karena bobotnya sendiri (konsistensi plastis). Gemuk ( grease) tidak dapat meneruskan kalor, berbeda dengan minyak pelumas yang dapat meneruskan kalor (berfungsi juga sebagai pendingin). Gemuk (grease) yang digunakan pada mesin pemecah batu ini dirancang untuk umur pemakaian yang panjang, sehingga harus yakin bahwa pelumas yang disuplay mempunyai kualitas yang baik. 1) Gemuk (Grease) untuk bantalan/bearing Pada bantalan ( bearing) masing-masing unit mesin, unit bantalan peluru (ball bearing) dan bantalan motor listrik, dioperasikan tanpa penggunaan gemuk ( grease) untuk waktu panjang, sehingga memerlukan pelumasan dengan gemuk (grease) khusus yang bermutu tinggi. Dari berbagai jenis gemuk yang ada di pasar, gemuk lithium (lithium soap radical grease), yang memiliki ketahanan panas yang tinggi dan kestabilan mekanis yang baik, nampaknya yang paling tepat. 2-12

33 Gemuk (grease) yang direkomendasikan : Merk Nama Bahan Suhu udara luar C Mobil Mobilux EP-1, 1, 2 Shell Alvania EP Grease Ro-1, 2 Esso Beacon EP2 Castrol Castrol grease LML BP Energrease LS EP2 Gulf Gulfcrown grease EP2 SKF LG EP2 Tabel 6-1 Merk dan tipe gemuk untuk bearing 2) Minyak pelumas untuk cone crusher Untuk pelumasan cone crusher, jenis minyak pelumas yang digunakan untuk beberapa komponen yang memiliki gerakan yang berlainan, seperti roda gigi, bantalan roll (roller bearing) dan bantalan luncur, sehingga untuk ini memerlukan penggunaan minyak pelumas serbaguna (multi-purpose). Penggunaan minyak pelumas yang bermutu seperti yang direkomendasikan merupakan pilihan yang paling tepat. Merk/Produsen Suhu udara luar C C di atas 30 0 Mobil Mobil Gear Oil 627 Mobil Gear Oil 629 Mobil Gear Oil 630 Shell Omala Oil 100 Omala Oil 150 Omala Oil 220 Esso Spartan EP 100 Spartan EP 150 Spartan EP 220 Tabel 6-2 Merk dan tipe minyak pelumas untuk cone crusher 3) Minyak pelumas untuk saringan (screen) Merk/Produsen Suhu udara luar C C di atas 30 0 Mobil Mobil DTE Oil Heavy Mobil DTE Oil Heavy Mobil DTE Oil Extra Heavy Shell Tellus Oil 100 Tellus Oil 100 Tellus Oil 150 Esso Nuto H 100 Nuto H 100 Nuto H 150 Tabel 6-3 Merk dan tipe pelumas saringan (screen) 2-13

34 4) Minyak pelumas untuk system roda gigi (geared) motor Merk/Produsen Suhu udara luar C C C Mobil Mobil Gear Oil 627 Mobil Gear Oil 629 Mobil Gear Oil 630 Shell Omala Oil 100 Omala Oil 150 Omala Oil 220 Esso Spartan EP 100 Spartan EP 150 Spartan EP 220 Tabel 6-4 Merk dan tipe pelumas untuk geared motor 5) Jumlah (quantity) penggemukan (bearing) Jumlah gemuk yang tepat untuk pelumasan bantalan adalah gemuk tersebut dapat mencegah terjadinya gesekan antar metal, antara permukaan luncur dengan bola baja, antara penahan ( retainer) dengan bola baja, juga yang memerlukan pelumasan dari bagian yang bergesekan terhadap seal yang diperlukan untuk mencegah debu atau uap air yang masuk dari luar. Dalam hal sealed bearing, seperti unit ball bearing, bila terlalu banyak gemuk yang dimasukkan kedalamnya, maka akan menimbulkan panas dan mengurangi daya lindungnya, sehingga perlu perhatian untuk jumlah gemuk yang dimasukan ke dalam bearing. Secara umum, jumlah standar dari gemuk dalam grease sealed adalah kurang lebih 30% dari ruang di dalam bearing. Bagaimanapun untuk bantalan putaran rendah (low speed bearing), ruang tersisa dalam bearing harus diisi dengan gemuk yang menjamin agar debu dan uap air tidak masuk ke dalam bearing. 6) Interval penggemukan Temperatur Operasi dari Bearing Bersih Kondisi Lingkungan Berdebu Berdebu, uap air atau semprotan air banyak Di bawah 50 0 C 3 tahun 6 bulan 3 bulan Sampai 70 0 C 1 tahun 2 bulan 1 bulan Sampai C 2,5 bulan 2 minggu 1 minggu Sampai C 1,5 bulan 1 minggu 3 hari Sampai C 2 minggu 3 hari Tiap hari Tabel 6-5 Interval penggemukan berdasar kondisi lapangan 2-14

35 Gemuk (Grease) produk Pertamina Gemuk ( grease) produk Pertamina yang secara umum telah memiliki kriteria yang diperlukan untuk pelumasan komponen mesin pemecah batu, satu diantaranya adalah GEMUK PERTAMINA EP 1-NL, EP 2-NL GEMUK PERTAMINA EP 1-NL, EP 2-NL, mempunyai dasar sabun Lithium 1,200 Hydroxystearate adalah gemuk lumas serba guna jenis Extreme Pressure yang tidak mengandung timah. GEMUK PERTAMINA EP 1-NL, EP 2-NL, telah lulus ASTM Rust Test (D. 1743). Bomb Oxidation test pada suhu F, Timken OK Load 45 lb dan 4 ball Well Load 250 kg. Penggunaan GEMUK PERTAMINA EP 1-NL, disarankan untuk bearing tugas berat yang terdapat dalam central dispensing system dan EP gear grease pada suhu normal (normal ambient temperature). GEMUK PERTAMINA EP 2-NL, dianjurkan untuk rolling dan plain bearing tugas berat serta pemanfaatan lainnya, bahkan untuk lingkungan yang basah dan kondisi bebas kerja yang berat pada suhu operasi sampai F (107 0 C). GEMUK PERTAMINA EP 1-NL, EP 2-NL, ini tidak dianjurkan khususnya di pabrik makanan untuk melumasi mesin atau peralatan yang dalam penggunaannya mungkin akan bercampur dengan makanan. 2-15

36 RANGKUMAN 1. Pelaksanaan pemeliharaan mesin pemecah batu harus dilaksanakan oleh operator atau mekanik yang telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai sesuai dengan tuntutan perkembangan khususnya mesin tersebut sehingga tujuan pemeliharaan untuk mempertahankan kondisi mesin selama umur ekonomisnya dapat tercapai dengan baik. 2. Bila dilihat dari jenis pemeliharaan, maka tugas operator hanya terbatas pada pemeliharan pencegahan melalui pemeliharaan harian, sedangkan tugas mekanik lebih luas lagi mencakup pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) dan pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance). 3. Pemeliharaan pencegahan pada dasarnya merupakan pemeliharaan yang terjadwal untuk menjaga agar kondisi mesin tidak menurun dan menghindarkan terjadinya kerusakan komponen sebelum waktunya. Sedangkan pemeliharaan perbaikan dilakukan tidak berdasarkan jadwal yang tentukan, yaitu dalam usaha mempertahankan agar mesin dapat dioperasikan kembali bila terjadi kerusakan. 4. Pemeliharaan berkala ( periodic maintenance) pada mesin pemecah batu merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan menurut waktu yang telah ditetapkan sesuai petunjuk pabrik. Periodenya biasanya berdasarkan jam operasi atau menurut waktu misalnya harian, bulanan, tengah tahunan, tahunan dan seterusnya. 5. Mesin pemecah batu terdiri dari beberapa unit mesin yang memiliki standar waktu dan jenis kegiatan pemeliharaan yang berbeda-beda sehingga diperlukan pengetahuan dasar pemeliharaan berkala untuk setiap unit mesin yang ada pada rangkaian mesin pemecah batu. 6. Setiap adanya proses pergerakan dari komponen-komponen suatu mesin memerlukan pelumasan untuk mengatasi gesekan yang terjadi diantara metal yang bersinggungan tersebut. Dan untuk pelumasan tersebut diperlukan adanya bahan pelumas yang tepat untuk menghasilkan dampak pelumasan yang baik, misalnya tidak menimbulkan panas, tidak ada suara yang tidak normal, dan sebagainya.

37 Beberapa jenis bahan pelumas telah dikenalkan oleh pabrik pembuat mesin untuk direkomendasikan sebagai bahan pelumas mesin tersebut dan sedapat mungkin rekomendasi ini harus dipenuhi.

38 L AT I H AN 1. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeliharaan ( maintenance) terhadap mesin pemecah batu. a. Maksud dilakukan pemeliharaan b. Tujuan pemeliharaan (minimal 2 tujuan) Jelaskan perbedaan yang mendasar antara tugas operator dan mekanik dalam pelaksanaan pemeliharaan mesin pemecah batu. 3. Sebutkan beberapa jenis pemeliharaan pencegahan dan jelaskan secara singkat setiap jenisnya. 4. Bagaimana proses kegiatan pemeliharaan perbaikan (corrective maintenance) dan apa dampaknya terhadap biaya pemeliharaan?. 5. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan berkala pada mesin pemecah batu?. 6. Apakah pemeliharaan harian mesin pemecah batu dapat dikategorikan kedalam pemeliharaan berkala?. Jelaskan? 7. Apa hubungannya pemeliharaan berkala dengan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)? 8. Sebutkan fungsi bahan pelumas pada mesin pemecah batu?. 9. Gemuk ( grease) yang dipakai untuk pelumasan bearing harus dari gemuk khusus yang bermutu tinggi. Jelaskan?. 10. Mengapa jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam komponen yang perlu dilumasi, misalnya pada unit ball bearing tidak boleh melebihi dari yang direkomendasikan?.

39 BAB 3 KOMPONEN MESIN PEMECAH BATU 3.1. Umum Mesin pemecah batu ( Stone Crushing Plant) terdiri dari suatu rangkaian mesin yang secara konstruksi terpisah satu dengan yang lainnya, tapi memiliki saling ketergantungan dalam pengoperasiannya, sehingga bagi sesorang operator mesin pemecah batu, pemahaman terhadap komponen dari mesin tersebut merupakan hal yang sangat mendasar untuk dapat melakukan pemeliharaan mesin tersebut dengan benar sesuai dengan petunjuk pemeliharaan. Dengan pengetahuan dalam pengenalan komponen mesin pemecah batu diharapkan operator mesin pemecah batu akan lebih terarah dalam melaksanakan tugasnya melakukan pemeliharaan harian dengan benar sehingga dapat dicapai kondisi mesin yang selalu dalam keadaan siap operasi dan dapat berfungsi dengan baik untuk menghasilkan produk yang optimal sesuai dengan target yang telah ditentukan Struktur Mesin Pemecah Batu Struktur mesin pemecah batu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : Unit pemecah batu (crusher) Unit konveyor/pengangkut (conveyor) Unit saringan/saringan bergetar (screen) Unit/peralatan pendukung Sedangkan unit pembangkit daya listrik ( power unit) terpisah dari struktur mesin pemecahan batu dan dilayani oleh operator khusus, selain operator mesin pemecah batu. Pada mesin pemecah batu dapat dibedakan dari berbagai sudut pandang, misalnya dari sisi konstruksinya dapat dibedakan menjadi mesin pemecah batu portabel (portable crushing plant) dan mesin pemecah batu stasioner ( stationary crushing plant). Sedangkan bila dilihat dari sisi proses produksinya maka dapat dibedakan mesin pemecah batu yang hanya diproses dalam satu unit/rangkaian mesin pemecah batu ( 1-stage plant/primary side unit), yang diproses dalam dua unit/rangkaian mesin pemecah batu ( 2-stage plant/primary dan secondary side unit), dan yang diproses 3-1

40 melalui lebih dari dua unit/rangkaian pemecah batu ( multi stage plant/primary, secondary, tertiary dan fourth side unit). Meskipun begitu struktur mesin pemecah batu pada umumnya tetap sama, yaitu terdiri dari unit pemecah batu ( crusher), unit pengangkut ( conveyor) dan unit saringan (screen). Secara lengkap dapat ditunjukkan seperti ilustrasi gambar berikut : Primary side unit/primary group Intermediate stock pile Gambar 3. Portable Crushing Plant (2-stage) Secondary side unit Tertiary side unit 1 st vibrating screen Fourth side unit 2 nd vibrating screen Gambar Multistage crushing plant (stationary) 3-2

41 Gambar Portable crushing plant (2-stage) 3.3. Komponen Utama Unit Pemecah Batu Unit pemecah batu ( crusher) adalah suatu jenis mesin yang mempunyai fungsi untuk memecah (meremuk) batu menjadi butiran -butiran batu ( agregate) dalam beberapa ukuran sesuai dengan direncanakan. Posisi atau letak unit ini dapat ditempatkan pada primary side unit sebagai primary crusher (biasanya jaw crusher) atau secondary side unit sebagai secondary crusher (biasanya cone crusher atau fine jaw crusher) atau pada tertiary side unit sebagai tertiary crusher (biasanya cone crusher atau extra fine jaw crusher) Pemecah Batu Tipe Jaw (Jaw Crusher) Jaw crusher adalah salah satu jenis pemecah batu dengan kemampuan yang tinggi dalam memecah/meremuk batu ( material), sehingga diposisikan sebagai unit pemecah batu awal (primary crusher) Sebagai contoh salah satu unit tipe dari jaw crusher sebagai berikut : Gambar Jaw Crusher 3-3

42 Jaw crusher jenis ini dirancang untuk beban yang berat dan diposisikan pada primary side unit sebagai primary crusher yang diposisikan pada primary side unit sebagai primary crusher yang berfungsi untuk memecah batu pada tingkat pertama yang hasilnya akan dipecah lebih lanjut oleh crusher lainnya. Keuntungan penggunaan jaw crusher ini antara lain konstruksi yang sederhana, ekonomis dan memerlukan daya yang relatif kecil. Komponen utama unit pemecah batu tipe jaw ini adalah frame, poros eksentris, jaw yang tetap ( fixed jaw), jaw yang bergerak ( moving jaw), fly wheel, dan lainnya, dan untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Komponen Utama : 1. Side Plate 2. Front frame (front header) 3. Rear frame ( transverse header) 4. Fixed jaw 5. Moving jaw 6. Cheek plate 7. Fly wheel 8. Eccentric shaft 9. Pitman 10. Toggle plate 11. Adjustment wedges 12. Tension rod 13. Tension spring 14. Locking nuts with trush bearing 15. Frame connection rod Gambar Komponen Utama Jaw Crusher 1) Jaw (fixed jaw dan moving jaw) Konstruksi pemecah batu ini terdiri dari jaw (fixed jaw dan moving jaw) yang kedudukannya tidak terlalu berimpit, yaitu pada bagian bawah keduanya agak berimpit (menyisakan lubang pengeluaran/ discharge opening) yang dapat diatur bukaannya, sedangkan dibagian atas terdapat rongga yang cukup besar (sesuai dengan kapasitas jaw crusher) Pada saat dioperasikan, fixed jaw tetap ditempatnya ( statis), sedangkan moving jaw bergerak mengayun ( swing) karena terikat dan dihubungkan dengan engsel yang bisa menggerakkan jaw kearah fixed jaw, dan kemudian mundur menjauh dari fixed jaw. 3-4

43 Jenis yang biasa digunakan adalah single toggle jaw crusher Unit ini dirancang untuk melakukan operasi dengan gaya tekan yang timbul dari gerakan ayunan ( swing) dan maju mundur dari moving jaw yang digerakan oleh poros eksentrik dan dididukung dengan sebuah toggle plate pada bagian bawahnya. 2) Bagian dalam ruang pemecah batu (crushing cavity) terdiri dari sebuah fixed jaw, moving jaw dan cheek plates yang dipasang pada dinding-dinding samping sebagai pelindung goresan. 3) Roda gila berfungsi menyerap fluktuasi gaya tekan pemecah batu dan mengurangi getaran alat. Salah sebuah roda gila berfungsi juga sebagai pulley yang menerima daya penggerak dari sebuah motor listrik melalui v-belt. Ada juga alat yang menggunakan mesin diesel sebagai tenaga penggerak. 4) Toggle block dan taper block berfungsi untuk mendukung toggle plate, dan disamping itu juga berfungsi untuk mengatur lebar bukaan discharge. Pegas tarik (tension spring) berfungsi untuk menjaga agar toggle plate tidak bergeser. Toggle plate dipasang diantara frame dan moving jaw yang dikuatkan dengan batang penguat (tension rod) dan pegas tarik ( tension spring) agar toggle plate tersebut tidak bergeser. Toggle plate ini berfungsi sebagai peralatan pengaman untuk melindungi bagian penting lainnya (seperti bearing dsb.), bila terjadi gangguan pada proses pemecah batu (misalnya ada logam yang masuk bersama pemasukan batu pecah ke dalam jaw crusher). 5) Poros eksentris (Eccentric Shaft) Poros eksentris digerakkan ( diputar) melalui roda gila ( fly wheel) yang dihubungkan dengan motor penggerak (motor listrik) dengan v -belt. Poros eksentris ini menggerakkan (mengayun/ swing) moving jaw ke depan dan kebelakang. Poros eksentris ini ditunjang dengan bearing (biasanya 2 bua h bearing di sisi kanan dan 2 buah bearing di sisi kiri) yang harus mendapat pelumasan yang mencukupi karena beban kerja yang besar. Konstruksi bearing adalah roller bearing dengan ukuran yang besar dan dilengkapi dengan pelindung debu. 3-5

44 Pemecah Batu tipe Gyrotary/Cone (Gyrotary Crusher/Cone Crusher) Crusher ini dapat diposisikan pada primary atau secondary crusher, tapi kebanyakan dipasang sebagai secondary crusher. Gyrotary crusher beroperasi dengan metode kisaran, dimana gerakan memecah batu dihasilkan dari putaran bagian pemecah batu yang berbentuk konis ( cone) yang terpasang pada sumbu eksentris yang berdiri tegak, akan memberi gerakan kisaran untuk memecah batu yang di masukan ke dalam crusher. Gambar Cone Crusher Bagian crusher yang berfungsi sebagai pemecah batu berbentuk kerucut (konis/cone), sehingga jenis crusher ini lebih sering disebut cone crusher. Komponen utama cone crusher ini adalah : 1) Head/cone dan mantle Head atau cone adalah bagian crusher yang melakukan gerakan putar (kisar) akibat berputarnya main shaft (poros utama) yang berputar secara eksentris. Head ini ditutup dengan mantel ( mantle) yang berhubungan langsung dengan material (batu) yang akan dipecah dan mantel ini dapat diganti setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi untuk dioperasikan. 3-6

45 Adjuster Ring Concave/Liner Head Mantle Counter shaft Pulley Bowl/Top cell Main shaft Gambar Komponen Utama cone crusher 2) Mangkok atas (bowl/top cell/upper frame) Bagian lain yang menjadi pasangan cone/head adalah bowl yang mempunyai permukaan cekung yang dipasang concave, dan dengan mengatur jarak bukaan antara mantel dari cone dan permukaan bagian bawah dari bowl (concave) maka akan didapat hasil pemecahan batu (agregat) dengan ukuran yang diinginkan. 3) Poros Utama (main shaft) Main shaft merupakan poros yang memutar head (cone) sehingga dapat menimbulkan kisaran dan memecah batu, adalah poros yang berputar secara eksentris terpasang pada dudukan eksentris. Putaran eksentris ini menyebabkan poros utama berputar tegak/kisar (gyrotary motion). 4) Poros penggerak (counter shaft) Counter shaft merupakan poros penggerak main shaft melalui perpindahan gigi pinion dan bevel. Counter shaft digerakkan oleh motor penggerak (motor listrik) melalui puli dan v-belt. 3-7

46 5) Ring Penyetel (Adjusting Ring) Bowl/upper frame dilengkapi dengan ulir pada bagian luar dari bowl yang dihubungkan dengan ring penyetel yang berfungsi untuk mengatur lebar bukaan antara mantel dan concave/bowl liner Pemecah Batu Tipe Silinder (Roll Crusher) Setelah melalui beberapa kali pemecahan, dan jika ternyata belum dapat dihasilkan gradasi yang diinginkan, maka digunakan roll crusher sebagai alat pemecah batu tahap akhir. Ada beberapa tipe roll crusher bila dilihat dari jumlah rollnya yaitu : - Silinder tunggal (single roll) - Silinder ganda (double roll) - Silinder tiga (triple roll) Ketiga jenis roll crusher ini masing-masing memberikan keuntungan tersendiri, dalam tenaga tekanan yang diberikan oleh roll yang saling berdekatan. Crusher ini kebanyakan dipakai untuk mendapatkan agregat dengan ukuran dibawah ¼. Gambar Tripple Roll Crusher Permukaan roll ini dilapisi oleh baja keras, ada yang licin (plain) ada juga yang beralur (corrugated). Roll ini berputar sendiri-sendiri, yang digerakkan oleh belt. Masing-masing roll dilengkapi oleh pegas yang berfungsi untuk keamanan yaitu apabila ada benda keras yang tak dapat dipecahkan (misalnya besi). 3-8

47 Impact Crusher Dikenal 2 jenis impact crusher yaitu : - Impact breaker - Hammer mill. Perbedaan kedua jenis crusher ini terletak pada jumlah rotor dan ukurannya, impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor dan ukurannya lebih besar. Komponen utama : 1. Corong penerima batu (hopper) 2. Pembatas ukuran batu (chute) 3. Landasan dari pukulan (breaker plate) 4. Besi pemukul (flail/row) 5. Rotor penggerak (axle) 6. Saringan batu pecah (grate) 7. Batu asli 8. Batu Pecah Gambar Impact Crusher 3.4. Unit Konveyor/Pengangkut (Conveyor) Jenis konveyor yang dipakai sebagai unit pengangkat material hasil crushing adalah konveyor sabuk (belt konveyor) atau kadang-kadang disebut juga ban pengangkut/ban berjalan. Fungsi dari konveyor tersebut adalah mengangkut material dari satu unit ( primary, secondary, tertiary unit) ke unit lainnya dalam proses memproduksi batu pecah (agregate) dalam rangkaian mesin pemecah batu (crushing plant). 3-9

48 Komponen utama konveyor sabuk ini adalah belt (sabuk/ban), pulley (puli penggerak, puli ujung, dsb), idler/roller (idler pembawa dan idler kembali, dsb), penggerak dan sebagainya. Secara lengkap konstruksi konveyor sabuk ( belt konveyor) digambarkan pada gambar Keterangan : Gambar Konveyor sabuk 1. Pengumpan (feeder) 2. Puli ujung depan/puli penggerak (head pulley/drive pulley) 3. Puli ujung belakang (tail pulley) 4. Puli snub (snub pulley) 5. Puli penekan (pressure pulley) 6. Idler pembawa (carry idler/roller) 7. Idler balikan (return idler/roller) 8. Idler pengarah bagian atas (training idler) 9. Idler beban kejut (impact idler) 10. Idler pengarah bagian belakang ( training idler/return) 11. Pembersih sabuk (plough cleaner) 12. Pembersih (tangentrial scraper) 13. Puli pengencang dengan berat ( tension pulley with counter weight) 14. Pelindung (cover) 15. Pembersih sabuk (cleaner) 16. Sabuk (conveyor belt) Conveyor belt (sabuk konveyor/ban) Bahan belt terdiri dari beberapa lapis, bagian terluar adalah karet, sehingga dengan pembebanan dan perubahan temperatur kerja dan udara luar, akan mempengaruhi kinerja dari belt tersebut. Pada umumnya konstruksi belt ini terdiri dari : - Lapisan dalam (inti/core), terdiri dari kain, nilon atau serat baja - Lapisan dudukan/pengikat yang terdiri dari karet - Lapisan penutup yang terdiri dari karet yang mempunyai sifat tertentu. 3-10

49 Dan pemasangan pada sistem konveyor harus disambung untuk mendapatkan konstruksi yang utuh agar dapat bergerak/berputar secara terus menerus. Untuk hal tersebut agar diperhatikan konstruksi sambungan belt tersebut. Gambar Beberapa jenis konstruksi sabuk A = Standar B = Shack pad C = Stepped pad D = Stepped ply Puli (pulley) Pada sistem operasi konveyor sabuk ( belt conveyor) ini terdapat beberapa macam puli, diantaranya adalah : 1) Puli penggerak (Drive pulley/head pulley) Puli ini satu-satunya bagian yang dihubungkan dengan motor penggerak melalui sistem penggerak v-belt, rantai atau kopling yang tersambung langsung dengan motor penggerak (motor listrik/ geared motor). Posisi puli ini biasanya diujung depan sehingga kebanyakan berada pada posisi paling atas. 2) Puli ujung belakang (Tail pulley) Puli ini berada pada ujung lain dari puli penggerak dan juga kadangkadang berfungsi sebagai puli pengencang sabuk ( belt) yang bergerak memutari kedua puli ini harus selalu dalam keadaan kencang (tidak terlalu kencang, juga tidak terlalu kendor). Kadang-kadang pada puli ini dihubungkan alat untuk mengencangkan sabuk, baik yang bergerak secara otomatis maupun yang bekerja secara manual dengan konstruksi baut dan mur pengencang. 3-11

50 3) Puli penahan (Pressure pulley/grafity band pulley) Bila konstruksi konveyor sabuk ( belt konveyor) sangat panjang (leb ih dari 20 meter) biasanya dipasang sistem pengencang counter weight. Untuk membelokan arah belt (sabuk) dipasang puli snub sehingga arah gerak dari belt tidak terhambat dan konstruksi belt tidak terpengaruh belokannya. 4) Puli penekan (Snub pulley) Digunakan untuk menekan sabuk pada ujung depan atau belakang untuk menjaga sudut lilitan antara sabuk dan puli Idler/roller Pada sistem konveyor sabuk, untuk menjaga agar jalannya atau gerakan sabuk konveyor tetap rata maka dipasang beberapa idler sebagai penghantar gerakan belt tersebut. Beberapa jenis idler pada konveyor sabuk ini antara lain : 1) Idler pembawa (carrier idler/roller) Idler ini dipasang pada sisi atas, menunjang belt (sabuk) pada saat membawa beban dan jarak pemasangannya agar rapat. Idler ini selalu dibebani dengan material dan juga sabuknya sendiri. 2) Idler balik (return idler) Idler ini dipasang pada sisi balik atau dibagian bawah, yang menyangga belt/sabuk agar dapat bergerak lurus, dan idler ini tidak mengalami pembebanan seperti idler pembawa. 3) Idler penahan kejut (impact idler) Idler ini dipasang pada posisi jatuhnya material dan corong ( chute) sehingga selalu mendapatkan beban kejut dari material yang jatuh. Konstruksi dari ketiga idler tersebut agak sedikit berbeda, disesuaikan dengan sifat pembebanannya. Bagian utama dari idler ini adalah roller dan bearing, dimana bearing merupakan konstruksi bearing yang telah diberi pelumas untuk sepanjang umur pemakaiannya dan terlindung dari debu dan air. 3-12

51 A Gambar Idler pembawa (A) dan Idler belakang (B) B 3.5. Komponen Utama Unit Saringan (Screen) Pada plant pemecah batu (crushing plant) unit saringan (screen) ini mempunyai fungsi untuk mengelompokkan dan memisahkan (menyaring) agregat hasil pemecah (crushed) pada unit crusher sehingga didapatkan agregat dalam berbagai ukuran (gradasi) yang telah ditentukan Jenis screen yang sering dijumpai di lapangan 1) Vibrating grizzly Screen (saringan getar grisel) Gambar Vibrating grizzly screen Screen ini menerima batu pecah pertama ( coarse) dari primary crusher dan meloloskan agregat yang berukuran under size, sedangkan yang berukuran besar (tidak lolos saringan) diteruskan ke secondary crusher. Screen deck terbuat dari plat baja yang dilubangi yang tahan terhadap getaran / kejutan dan abrasi. 3-13

52 2) Incleaned Vibrating screen Gaya sentrifugal yang dihasilkan dari putaran poros eksentris yang dilengkapi dengan counterweight. Gerakan sentrifugal yang halus akan menghilangkan tekanan mekanis Gambar Incleaned vibrating screen yang berlebihan pada rangka, sehingga jenis saringan ini dapat menghilangkan kesalahan mekanis yang berlebihan. 3) Synchorized Vibrating Screen Gambar Synchronized vibrating screen Getaran saringan ditimbulkan oleh keserasian gaya sentrifugal yang terjadi pada saat dua motor memutar poros penggerak yang seolaholah mempunyai counterweight. Karena amplitudonya yang tinggi akan menghilangkan hambatan dan ketersumbatan. Suaranya lebih halus karena tidak menggunakan perpindahan gigi 4) Horizontal Vibrating Screen Getaran gerak lurus bolak-balik yang kuat pada saringan dihasilkan pada arah yang miring, pada suatu sudut 45 yang dibentuk oleh putaran dua bantalan Gambar Horizontal vibrating screen 3-14

53 poros eksentris yang berbeban tidak seimbang. Saringan jenis ini efisien untuk menangani material dalam jumlah yang besar, dan sangat tepat untuk memilah/menggolongkan agregat berbutir kecil Komponen Utama Screen Pada dasarnya semua jenis screen mempunyai komponen utama yang sama yaitu : Poros eksentris (eccentric shaft) atau poros penggerak (drive shaft) Bantalan poros (shaft bearing) Saringan kawat/ayakan (screen mat) Frame/kotak penyaring yang dipasangi dek (screen deck) Sebagai gambaran dapat dilihat gambar sebagai berikut : Gambar Konstruksi saringan bergetar (vibrating screen) 1) Poros eksentris atau poros penggerak Poros eksentris/poros penggerak ini digerakkan oleh motor penggerak (motor listrik) melalui v-belt. Poros ini melalui mekanisme putaran berbeban tak seimbang menggerakkan dan menggetarkan saringan (screen) yang menimbulkan amplitudo halus dari saringan tersebut. Poros ini ditunjang oleh dua buah bearing yang halus selalu mendapat pelumasan yang baik. 2) Saringan kawat/ayakan (screen mat) Bagian ini merupakan bagian yang penting dari setiap unit screen, karena melalui saringan kawat/ayakan ini akan ditentukan gradasi 3-15

54 agregat yang di inginkan, sehingga kondisinya harus dalam keadaan baik/bersih. 3) Frame/kotak saringan Saringan kawat/ayakan ditempatkan pada frame/kotak saringan ini, biasanya terpasang 3 (tiga) ukuran saringan kawat pada frame ini. Pada frame tersebut di pasang dek ( screen deck) yang berfungsi selain untuk menunjang kekuatan saringan/ayakan, juga untuk mengarahkan agregat agar tidak keluar dari saringan Peralatan Pendukung Mesin Pemecah Batu Sistem Pengumpan (Feeder) Sistem pengumpan ( feeder) digunakan untuk mengatur pemasukan material dari hopper ke dalam primary crusher atau dari stock pile antara ke dalam secondary crusher. Adakalanya feeder ini selain mengatur pemasukan material ke dalam primary crusher juga berfungsi memisahkan tanah/lumpur dari batuan dan menyaring material yang berukuran kecil ( coarse) agar tidak masuk ke dalam primary crusher. Bebera jenis feeder yang banyak digunakan antara lain : 1. Reciprocating plate feeder Gerakan bolak-balik dari plat dihasilkan oleh batang ( arm) yang dihubungkan ke poros engkol ( crankshaft) yang diputar oleh motor listrik (geared motor). Gambar Reciprocating plate feeder Komponen utama dari jenis feeder ini adalah plat pengatur pengisian, batang penggerak ( arm), poros engkol dan motor penggerak (motor listrik). 3-16

55 2. Grizzly vibrating feeder Unit feeder ini menyerupai kombinasi antara Reciprocatrial plate feeder dengan grizzly scalping screen, feeder ini memberikan memiliki kelebihan diantaranya tidak terjadi Gambar Grizzly vibrating screen penyumbatan dan penempelan lumpur. Jenis feeder ini selain dapat mengatur jumlah pemasukan material ke dalam crusher juga dapat memisahkan batuan material yang lebih kecil agar tidak masuk ke dalam crusher. 3. Vibrating feeder Gambar Vibrating feeder Konstruksi feeder ini sangat sederhana sehingga pemeliharaannya mudah dan murah. Suatu komponen penggetar (vibrator) dipasangkan kepada unit pengumpan sehingga mengakibatkan unit pengumpan ( feeder) juga bergetar Panel Monitor Semua gerakan operasi rangkaian mesin pemecah batu ini di kendalikan melalui monitor panel yang berada diruang operator. Setiap gerakan dari motor penggerak (motor listrik) yang menggerakkan komponen mesin pemecah batu akan termonitor penggunaan daya listriknya, 3-17

56 baik melalui lampu indikator maupun tampilan lainnya ( temperatur, volt meter, dan lainnya) Gambar Monitor panel secondary unit Pendeteksi Logam (Metal Detector) Suatu alat pengaman ( safety device) yang mencegah tersalurkannya logam melalui konveyor (besi/baja) masuk ke dalam unit crusher adalah alat pendeteksi logam ( metal detector). Alat ini akan menangkap logam yang tercampur dengan batu sehingga tidak masuk ke dalam crusher, seperti potongan besi, teeth bucket atau baut-baut yang lepas, dan akan merusak belt atau crusher. Gambar Pendeteksi logam 3-18

57 Berdasarkan prinsip kerjanya, alat pendeteksi logam ini terdiri dari dua tipe : a. Tipe Elektris Pendeteksian logam berdasarkan pada suatu osilator yang diberi sumber arus konstan dan dimana koil peraba ( sensing coil) merupakan komponen induktif dari sirkuit osilator. Jika ada logam yang lewat, maka akan terjadi perubahan beban dari sirkuit osilator dan karena osilator tersebut diberi sumber arus konstan, maka akan terjadi perubahan tegangan. Perubahan tegangan ini kemudian diperkuat dan digunakan untuk menggerakkan parameter keluaran yang diinginkan. Jenis elektris ini dapat digunakan untuk mendeteksi semua jenis logam. Ada dua jenis alat pendeteksi logam yang menggunakan prinsip elektris, sebagaimana ditunjukkan pada gambar Single head metal detector. Jenis ini biasanya digunakan untuk tumpukan material yang tidak lebih dari 300 mm dan ukuran metal yang relatif besar. Dual head metal detector. Jenis ini mampu untuk mendeteksi logam pada tumpukan material melebihi 300 mm. Alat ini dapat mendeteksi ukuran metal yang relatif kecil sampai besar. b. Tipe Magnetik Alat ini bekerja dengan prinsip medan magnet. Detektor magnetik meradiasikan medan magnet. Jika ada material baja (atau material yang mengandung besi) yang lewat, maka baja tersebut akan memotong fluks magnet dan kemudian menimbulkan suatu pulsa yang dimonitor oleh sirkuit kontrol. Karena jenis ini bekerja dengan prinsip magnetik, maka alat jenis ini hanya dapat digunakan untuk mendeteksi adanya baja (atau material yang mengandung besi) yang ikut dalam aliran material Alat Pengatur Gerakan Sabuk (Belt Tracker) Alat ini dikenal juga sebagai training idler, yang digunakan untuk membantu kelurusan gerakan sabuk. Perlu diperhatikan bahwa alat ini merupakan alat bantu dan bukan merupakan alat utama untuk mengatur gerakan sabuk. Sebagai alat utama untuk menjaga kelurusan gerakan sabuk adalah dengan menjaga kelurusan idler dan puli. Training idler tidak akan mampu menjaga kelurusan gerakan sabuk, jika idler dan puli tidak dipasang dengan benar. 3-19

58 Ada beberapa tipe alat pengatur gerakan sabuk ( belt tracker), sebagaimana ditunjukkan pada gambar Tipe A, dapat digunakan pada sisi pembawa (carry side) dan sisi balikan ( return side), sedangkan tipe B, hanya digunakan pada sisi balikan (return side). Tipe B dikenal juga sebagai belt positioner. Tidak ada aturan baku mengenai jarak pemasangan training idler pada konstruksi konveyor sabuk, akan tetapi berdasarkan pengalaman, ketentuan berikut dapat digunakan sebagai acuan. 1) Belt tracker tipe A, biasanya dipasang pada setiap set idler, dan minimum dua buah yaitu pada ujung depan sisi pembawa dan pada ujung belakang sisi balikan. Belt tracker tipe A ini tidak disarankan untuk digunakan pada jalur konveyor dengan panjang kurang dari 50 m dan lebih besar dari 2000 m. Untuk jalur pendek kurang dari 50 m dapat digunakan rol penahan (guide rol), yang dipasang pada kedua sisi konveyor sabuk. 2). Belt tracker tipe B, dipasang sebelum puli ujung belakang (tail pulley) atau sebelum snub pulley. Jika tail pulleynya menggunakan snub pulley. Tipe A Tipe B Gambar Belt tracker 3-20

59 RANGKUMAN 1. Mesin pemecah batu terdiri dari suatu rangkaian mesin yang secara konstruksi terpisah satu dengan yang lainnya, tapi dalam proses produksinya saling terkait dan saling ketergantungan yang pada garis besarnya terdiri dari unit pemecah batu (crusher), unit conveyor, unit saringan (screen) dan unit pendukung. 2. Unit crusher terdiri dari beberapa jenis crusher, diantaranya jenis crusher, cone crusher dan impact crusher. Jenis crusher tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu memecah batu menjadi ukuran yang lebih kecil ( agregate) sesuai dengan yang ditentukan, namun konstruksi dari masing-masing crusher sangat berlainan sehingga cara penanganan pemeliharaannya juga agak berbeda. 3. Unit konveyor yang banyak dipakai adalah konveyor sabuk ( belt conveyor), dengan komponen utamanya adalah sabuk (belt), puli (pulley), idler/roll dan motor penggerak. Fungsi dari konveyor ini adalah sebagai alat angkut material/batu, terutama yang telah diproses/dipecah dalam unit crusher. 4. Unit saringan ( screen) dalam rangkaian mesin pemecah batu ini merupakan unit yang sangat menentukan kualitas produksinya, terutama yang menyangkut ukuran butir agregat karena kesalahan atau kelengahan pada saringan ini akan berdampak pada produksi. 5. Panel monitor pada rangkaian mesin pemecah batu merupakan sentral/pusat pengaturan dari semua gerakan operasi komponen mesin pemecah batu, dan terdapat di ruang operator pada primary unit dan pada secondary unit. Selain feeder pada sisi pemasukan awal yang mengatur jumlah material ke dalam crusher, maka pada sisi pengamanan material yang akan masuk ke unit secondary crusher dipasang alat pendeteksi logam (material detector).

60 LATIHAN 1. Struktur mesin pemecah batu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : Komponen utama jaw crusher adalah : Komponen utama cone crusher adalah : Komponen utama saringan (screen) adalah : Komponen utama belt conveyor adalah : Komponen utama cone crusher adalah : Komponen utama feeder adalah :

61 BAB 4 PEMERIKSAAN HARIAN MESIN PEMECAH BATU 4.1. Umum Pemeriksaan harian ( daily inspection) termasuk pemeliharaan berkala, yaitu pemeliharaan yang harus dilakukan setiap hari yang dilaksanakan oleh operator mesin pemecah batu sebelum mengoperasikan, selama mengoperasikan dan setelah mengoperasikan mesin pemecah batu. Tugas ini merupakan salah satu tugas yang melekat pada jabatan operator, sehingga diperlukan disiplin yang tinggi dalam pelaksanaannya, baik menyangkut disiplin waktu maupun disiplin dalam melakukan setiap kegiatan pemeliharaan harian tersebut. Dalam pelaksanaannya operator mesin pemecah batu ini merupakan suatu kelompok kerja, sehingga kepada setiap anggota kelompok operator ini perlu pemahaman yang seragam tentang petunjuk pelaksanaan pemeliharaan harian mesin pemecah batu Kegiatan Pemeliharaan Harian Pemeliharaan harian mesin pemecah batu di tekankan pada pemeriksaan rangkaian mesin pemecah batu sebelum mesin tersebut dihidupkan. Secara garis besar kegiatan pemeliharaan harian mesin pemecah batu meliputi : Pemeriksaan kondisi hooper dan feeder Pemeriksaan kondisi mesin crusher Pemeriksaan kondisi saringan (screen) Pemeriksaan kondisi belt conveyor Untuk memberikan gambaran yang lebih luas dalam setiap kegiatan pemeliharaan harian ini akan tergantung kepada merk dan tipe mesin pemecah batu yang akan dioperasikan, sehingga dalam penjelasan dilapangan perlu disesuaikan dengan mesin pemecah batu yang tersedia Pemeriksaan Kondisi Penampung (Hopper) dan Pengumpan (Feeder) Hopper Hopper berfungsi untuk menampung material yang akan disalurkan ke dalam crusher, sehingga dinding hopper ini selalu mendapat benturan yang keras dari batu (material) yang dimasukkan kedalamnya. Mengingat hopper dan feeder ini merupakan rangkaian mesin pemecah batu yang pertama kali menerima material, maka kondisinya harus selalu dalam keadaan baik. 4-1

62 1) Memeriksa kondisi dinding hopper dari kemungkinan adanya kerusakan/retak atau keausan. 2) Memeriksa kondisi baut penguat dari kemungkinan adanya kelonggaran ikatannya atau kerusakan fisiknya Feeder 1) Memeriksa baut-baut penguat dari kemungkinan kendor atau longgar 2) Memeriksa kekencangan v-belt atau rantai penggerak feeder 3) Memberikan pelumasan pada semua titik pelumasan (nipple) 4) Memeriksa permukaan minyak pada kotak roda gigi ( reduction gear box) pada motor listrik 5) Memeriksa kondisi plat pengumpan ( reciprocating feeder) (b) dari kemungkinan rusak atau terhalang gerakannya 6) Memeriksa kondisi saringan batang ( grizzly feeder) (d) dari kemungkinan rusak atau tersumbat kotoran Pemeriksaan Kondisi Crusher Jaw Crusher (Primary Crusher) Gambar Hopper, feeder, dan saringan grizzly a. Hopper c. Jaw crusher b. Feeder d. Saringan grizzly 1) Memeriksa kondisi jaw plates dari mesin jaw crusher dari kemungkinan adanya keausan atau kerusakan pada plat (jaw plates) 4-2

63 Gambar Jaw plates dengan 2 bagian Gambar Jaw plates dengan 1 bagian Ada dua jenis jaw plates yaitu yang terdiri dari 1 (satu) bagian dan yang terdiri dari 2 (dua) bagian. Benturan dengan material dan keausan dari jaw plates ini tidak merata di dalam ruang pemecah batu, sehingga memerlukan pemeriksaan yang teratur. Keausan dari jaw plates ini juga tergantung dari kondisi/kekerasan material. Perlu ada catatan yang tertib mengenai pemakaian jaw crusher ini, dimulai dari pemasangan/penggantian baru jaw plates, sehingga dapat ditentukan penggantian berikutnya. Misalnya sesuai dengan saran pabrik pembuatnya apabila menggunakan jaw plates yang terdiri dari 2 bagian, penggantian plate atas dan plate bawah disarankan pengoperasian pertama jam operasi tergantung kekerasan material yang di pecah. Sedangkan penggantian plates atas dan bawah dilakukan setiap jam operasi. Bila jaw plates dari jenis yang dapat dibalik, dapat diputar untuk menggunakan permukaan sebelahnya. Penting! Jangan menggunakan cheek plates atau jaw plates yang telah aus, karena hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada rangka ( frame) atau pitman. Kerusakan pada bagian ini hanya dapat diperbaiki dengan pengelasan dan pekerjaan mesin lainnya, sehingga menimbulkan waktu idle yang lama dan biaya yang tinggi. 4-3

64 2) Memeriksa kondisi cheek plates Kondisi cheek plate (6) (gambar 4.2) bagian bawah biasanya lebih cepat aus dibandingkan dengan bagian atas. Bila penggantian hanya bagian bawah saja maka kemungkinan akan terbentuk celah antara bagian bawah dan bagian atas check plates, dan akan berakibat perlambatan pada pemasukan material ke dalam ruang pemecah batu. Periksa kondisi cheek plates tersebut dari kemungkinan rusak atau keausan yang berlebihan 3) Memeriksa kondisi toggle plate Gambar Toggle plate pada dudukannya Gambar 4.3 Jaw plates dengan 1 bagian Toggle plate di pasang sebagai keselamatan ( perlengkapan safety device) yaitu bila terjadi muatan (overloading) berlebih atau adanya material yang tidak dapat di remuk (uncrushable) ukurannya yang melebihi bukaan ( setting), seperti gigi bucket loader, dsb, maka toggle plate akan melengkung elastis dan akan mencegah kerusakan komponen lain yang lebih mahal. secara Toggle plate ini adalah plat baja, yang dipasang pada dudukan toggle antara frame crusher dan pitman. Memeriksa kondisi pemasangan toggle plate adalah dengan memeriksa apakah toggle plate terpasang dengan benar pada dudukannya dan apakah kondisinya masih baik. 4-4

65 4) Memeriksa kondisi v-belt Poros eksentris dari jaw crusher digerakkan oleh motor listrik melalui v-belt. Gambar V-belt penggerak poros eksentris Gambar 4.3 Jaw plates dengan 1 bagian Puli penggerak pada poros motor harus sejajar dengan fly wheel poros eksentris dan jaw crusher V-belt harus selalu diperiksa kekencangannya setiap hari. Setiap v-belt harus diperiksa secara tersendiri, sehingga bila terjadi kelainan pada salah satu v-belt, harus segera diganti, karena akan menimbulkan kinerja yang kurang baik. Periksa kondisi pelindung v-belt. 5) Memeriksa kondisi dari semua baut penguat dari kemungkinan longgar pengikatannya atau rusak 6) Memeriksa permukaan minyak hidrolik Pada sebagian jaw crusher, dilengkapi dengan perlengkapan pengatur yang bekerja secara hidrolik yang secara otomatis akan mengatur kekencangan pegas pengatur, yang memberi kemudahan dalam pengaturan bukaan (setting) dari jaw crusher. Pemeriksaan sistem ini terutama untuk mencegah permukaan/level minyak hidrolik dalam tangki dari sistem hidrolik tersebut. 7) Pelumasan 1) Pelumasan pada jaw crusher ini terutama pada roller bearing dari poros eksentis. Empat roller bearing (2 disisi kiri dan 2 disisi kanan) dapat diberikan pelumasan secara manual atau secara otomatis dengan perlengkapan pelumasan otomatis. Jenis bearing tersebut cukup besar dengan harga yang cukup mahal, dan dibawah tekanan kerja yang berat, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pelumasan yang baik. 4-5

66 Gunakan selalu pelumas (gemuk/grease) yang baik sesuai petunjuk pabrik Tiap bearing disediakan 1 (satu) titik pelumasan (grease nipple) Gunakan grease gun untuk memberikan pelumasan pada bearing tersebut dengan jumlah sesuai dengan yang direkomendasikan pabrik Gambar Titik pelumasan pada bearing dari poros eksentris Contoh jenis pelumas (grease) yang di rekomendasikan adalah : CASTROL Castrolgrease LML BP Energrease LS-EP 2 ESSO Beacon EP 2 GULF Gulfcrown Grease EP 2 MOBIL Mobilux EP 2 SHELL Alvania Grease EP 2 SKF LG EP 2 Atau yang sejenis lainnya. Dalam kondisi normal penambahan grease dilakukan setiap 80 jam operasi (mingguan), sesuai dengan tabel dibawah. Bila menggunakan perlengkapan pelumasan otomatis (pelumasan yang kontinyu), jumlah grease yang dipakai sesuai dengan tabel (salah satu contoh dari jaw crusher merk Nordberg Finlandia). 4-6

67 Pelumasan berkala ini akan mencegah misalnya debu masuk ke dalam bearing, sehingga pada kondisi yang berdebu maka pemeliharaan ditingkatkan menjadi setiap 40 jam dengan jumlah pelumas ( grease) setengah dari yang ditentukan. Dan untuk pelumasan otomatis gunakan angka yang tertinggi dari tabel tersebut. Jumlah Grease (g/nipple/80 jam) Jumlah Grease (g/jam) C 63 B 60 ( ) C 80 B 125 ( ) C 100 B C 125 B C 140 B C 140 BS C 160 B Tabel 1 Pelumasan pada bearing dari poros eksentirs Penting! Jangan mencampur pelumas (grease) dari yang berbeda merk dan tipenya, misalnya gemuk ( grease) yang berbasis kalsium dengan yang berbasis lithium. Jangan menggunakan grease yang mengandung molybdenum, hal ini dilarang oleh pabrik pembuat bearing. 2) Pelumasan lainnya yaitu mur penutup dari perlengkapan pengatur bukaan ( setting adjustment device) terdiri dari masing-masing 2 titik pelumasan ( 2 grease nipple) dan bantalan penekan ( thrust bearing) pada batang pegas pengencang (1 titik pelumasan/grease nipple) - Di lumasi setiap 80 jam operasi - Jumlah pelumas (grease) 20 g - Pelumas/grease yang dipakai sama dengan pelumas/grease yang dipakai pada pelumasan bearing poros eksentris 4-7

68 Gambar Titik pelumasan ( grease nipples) pada perlengkapan pengatur bukaan dan bantalan penekan pegas Cone Crusher 1) Memeriksa kondisi permukaan mantel cone dan cone crusher Proses pemecahan batu pada cone crusher terjadi pada ruang antara concave dari bowl yang tetap/diam dan mantel dari head/cone yang berputar dengan kisaran (gyratory). Mantel yang berfungsi sebagai pemecah batu dapat mengalami keausan akibat tekanan batu yang keras, dan keausan ini tidak boleh melebihi 2/3 ketebalan mantel. Permukaan mantel dan concave (liner) juga kemungkinan dapat mengalami perubahan bentuk (tidak rata) dan kondisi ini tidak boleh terjadi dalam pengoperasian cone crusher. 4-8

69 Gambar Head dan Matel Pemeriksaan secara berkala kondisi mantel dan liner ini harus dilakukan untuk menghindarkan kerusakan dan menurunnya kualitas dan produksi mesin pemecah batu ( cone crusher) ini, melalui lubang/pintu pemeriksa (inspection door). 2) Memeriksa bagian pengeluaran produk (discharge compartment) Mengingat konstruksi bagian pengeluaran produk ini bermacammacam, maka biasanya pembuatnya atau desainnya dapat berbeda dengan crusher. Namun pada umumnya telah tersedia lubang pemeriksa ( inspection door) untuk membersihkan atau memeriksa bagian dalamnya. Pemeriksaan dan pembersihan bagian ini harus dilakukan secara berkala untuk menghindarkan terjadinya pengendapan kotoran yang mengganggu kelancaran keluarnya produk (batu yang telah dipecah dalam crusher). Bila dilengkapi dengan corong (chute), periksa kemiringan dari corong tersebut, (biasanya lebih dari 45 kemiringan dari garis horisontal) 4-9

70 3) Memeriksa kondisi v-belt V-belt meneruskan daya/putaran dari motor penggerak untuk menggerakkan counter shaft yang selanjutnya memutar poros utama (main shaft). Kekencangan dan kelurusan dari v-belt ini sangat berpengaruh terhadap kinerja mesin crusher, sehingga diperlukan pemeriksaan secara berkala secara konsisten. Gambar Cara pengukuran kekencangan v-belt Periksa kondisi pendinginan motor penggerak, karena panas berlebihan akan mengakibatkan v-belt menjadi panas yang akan memperpendek umur pemakaian v-belt. Periksa kondisi v-belt dari kemungkinan rusak atau adanya pelumas (grease) yang menempel pada v-belt. 4) Memeriksa permukaan (level) minyak pelumas pada tangki Jumlah minyak pelumas didalam tangki dapat dilihat/diperiksa permukaannya/levelnya pada tabung pengukur/penduga yang dipasang pada panel samping dari tangki. Posisi permukaan minyak pelumas harus berada diantara tanda maksimal (+) dan minimal (-) 4-10

71 Gambar Tangki Minyak pelumas Memeriksa kondisi sambungan dan pipa pelumas dari kemungkinan rusak atau bocor. 5) Memeriksa permukaan minyak hidrolik pada tangki Sistem hidrolik pada cone crusher dioperasikan untuk sistem pengatur bukaan, dimana silinder hidrolik dihubungkan dengan frame crusher dan diikat kepada ring penyetel dan menyangga tekanan/kejutan akibat pengoperasian cone crusher yang normal atau adanya material yang tidak dapat diremuk/dipecah. Minyak pelumas didalam tangki hidrolik harus diperiksa jumlahnya dengan melihat permukaan/levelnya pada pengukur (oil level gauge). 4-11

72 Gambar Komponen utama sistem hidrolik 6) Memeriksa kondisi baut pengencang unit crusher dan motor penggerak dari kemungkinan longgar ikatannya atau rusak Impact Crusher Pada crusher jenis impact crusher atau hammer mill, proses pemecahan batu terjadi karena batu-batu yang masuk kedalam ruang pemecah batu, dipukul oleh row (besi pemukul) (4) dan membentur landasan ( breaker plate) (3), sehingga kedua bagian tersebut yaitu row dan breaker plate merupakan bagian yang cepat aus. Meskipun secara berkala row tersebut akan mengalami penggantian yaitu sekitar jam, pemeriksaan harus dilakukan secara berkala untuk memeriksa keausan dari bagian tersebut terutama row-row yang terdapat pasa impact crusher tersebut. 4-12

73 Gambar Impact driver 4.5. Pemeriksaan Kondisi Screen Pemasangan screen biasanya berhubungan erat dengan produksi yang akan dicapai mesin pemecah batu, sehingga untuk itu kadang-kadang dipasang beberapa unit penyaring ( screen), misalnya pada pemasukan awal dipasang grizzly screen (saringan batang), sedangkan untuk menyaring batuan hasil jaw crusher atau cone crusher dipasang vibrating screen (saringan getar) Pemeriksaan 1) Memeriksa semua baut pengikat ( frame, motor, dsb) dari kemungkinan longgar atau rusak 2) Memeriksa kondisi v-belt penggerak screen dari kemungkinan kendor, rusak atau adanya pelumas (grease) yang menempel pada belt. 4-13

74 Gambar Vibrating screen tipe horizontal 3) Memeriksa baut penguat/pengikat kawat saringan ( screen mat) dari kemungkinan longgar ikatannya atau rusak. 4) Memeriksa kondisi kawat saringan ( screen mat) dari kemungkinan rusak atau tersumbat. 5) Memeriksa permukaan minyak pelumas pada tabung poros eksentris secara berkala. Gambar Kawat saringan (screen mat) dan tabung poros eksentris 6) Memeriksa kondisi corong/chute dari kemungkinan rusak atau posisinya yang kurang tepat. 4-14

75 4.6. Pemeriksaan Kondisi Konveyor Kondisi belt konveyor sangat berpengaruh terhadap produksi suatu plant/mesin pemecah batu, sehingga memerlukan pemeliharaan yang benar sesuai dengan petunjuk pemeliharaan, terutama menyangkut komponen yang selalu bergerak dan menerima beban secara terus menerus Pemeriksaan 1) Memeriksa kondisi semua puli ( head pulley, tail pulley, dsb) dari kemugkinan adanya keausan atau kerusakan pada permukaan selubung (shell) puli. Selubung puli mempunyai beberapa jenis pelapis sesuai dengan penggunaannya, yaitu : Pelapis dengan pola polos (smooth) Pelapis dengan pola tulang ikan hering (hering bonne) Pelapis dengan pola mutiara (diamond grooved) Pelapis dengan pola alur (grooved), yang dilapisi keramik atau karet. Gambar Pelapis puli Puli ini mempunyai bearing yang memerlukan pelumasan, dan perlu kecukupan minyak pelumasnya, sehingga harus dilakukan pemeriksaan secara berkala. Diperlukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya debu yang menempel pada permukaan puli yang akan menambah beban terhadap bearing tersebut. 2) Memeriksa kondisi semua idler (roller) : - Apakah dapat berputar dengan baik 4-15

76 - Apakah posisinya di dalam dudukannya ( bracket). Posisi yang tidak tepat akan mengakibatkan gerakan belt berkelok dan material akan jatuh selama pengangkutan. Material yang jatuh ke permukaan belt balikan akan mengakibatkan hambatan pada head pulley dan tail pulley. - Apakah ada keausan pada permukaan rol dan bearing - Apakah terdapat kotoran pada permukaan rol dan bearing - Umumnya bantalan yang digunakan untuk rol idler tidak untuk dilakukan pelumasan ulang ( life time grease), sehingga pada poros rol (spined) tidak diperlukan lubang pelumas. Keterangan : 1. Selubung rol (roller shell) 2. Rumah bantalan (bearing housing) 3. Poros (spindel) 4. Sekat dalam (internal seal) 5. Bantalan (bearing) 6. Sekat labyrinth (labyrinth seal) 7. Circlip 8. Penutup (cover) 9. Sekat pembersih luar (external wiper seal) 10. Penutup luar (stone guard) Gambar Konstruksi rol idler 3) Memeriksa rantai atau v-belt sebagai transmisi daya Bila transmisi daya menggunakan rantai, periksa kekencangannya dan beri pelumasan dengan bahan pelumas ( grease) yang tepat secukupnya. Bila transmisi daya menggunakan v-belt, periksa kekencangannya dan kondisinya dari kemungkinan rusak atau adanya grease yang menempel pada belt. 4-16

77 4) Memeriksa kondisi sabuk konveyor (conveyor belt) Konstruksi sabuk konveyor bagian luar (lapis penutup) terbuat dari bahan karet yang perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam menjaga kondisinya agar tidak cepat rusak apalagi sampai putus. Pemeriksaan - Memerika kondisi permukaan sabuk dari kemungkinan adanya sisa material, perlengkapan kerja, tools dan sebagainya. - Memeriksa kemungkinan adanya kerusakan/sobek atau keausan permukaannya. - Memeriksa kelurusan posisi belt pada idler - Memeriksa kemungkinan adanya pelumas atau grease yang jatuh ke atas permukaan belt. Gambar Konveyor sabuk (belt conveyor) - Memeriksa kondisi tali pemutus arus listrik ( emergency switch) dari kemungkinan adanya kerusakan fisiknya atau kesalahan fungsinya - Memeriksa kondisi v-belt penggerak konveyor dari kemungkinan adanya kerusakan atau kendor - Memeriksa kondisi pendinginan dan pelumasan motor penggerak (motor listrik/geared motor) - Memeriksa fungsi alat pendeteksi logam (metal detector). 4-17

SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI SELAMAT DATANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN BADAN PEMBINAAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI DAN DAN SUMBER SUMBER DAYA DAYA MANUSIA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU

PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU CPO-04 : LAPORAN OPERASI DAN K3 PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU NOMOR MODUL CPO - 04 JUDUL MODUL LAPORAN OPERASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM UMUM OHT 1

PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU NOMOR MODUL CPO - 04 JUDUL MODUL LAPORAN OPERASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM UMUM OHT 1 PELATIHAN OPERATOR MESIN PEMECAH BATU NOMOR MODUL CPO - 04 JUDUL MODUL LAPORAN OPERASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM UMUM BADAN BADAN PEMBINAAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KONSTRUKSI DAN SUMBER DAN DAYA SUMBER MANUSIA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SEBELUM OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8

PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 PERENCANAAN PERAWATAN PREVENTIVE DAN CORRECTIVE PADA KOMPONEN SISTEM HIDROLIK EXCAVATOR KOMATSU PC200-8 Aulia Firdaus 1, Turmizi 2, Ariefin 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

Lebih terperinci

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) BAB VII 2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL) Perbaikan bagian atas adalah yang meliputi bagian. atas dari motor Diesel, yaitu seluruh bagian pada kepala silinder (Cylinder head) atau seluruh

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN Mulai perawatan Pemeriksaan dan penyetelan pada mesin oil sealed rotary vacuum pump model P450 Membongkar dan memperbaiki komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dump Truck 2.1.1 Pengertian Dump Truck BAB II LANDASAN TEORI Dump truck merupakan alat berat yang berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (> 500m).

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SEBELUM OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller

BAB III. 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller BAB III 3.1 Pemeliharan dan perawatan propeller 3.2 Manajemen Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya sumber daya yang dimilikinya agar

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Perawatan System C V T

Perawatan System C V T Perawatan System C V T A. Pelumasan Colar pada pulley primer Sebab : Jika tidak ada pelumasan, akselerasi / percepatan tidak halus karena gerakan penyesuai pada primary sheave tidak bekerja dengan baik.

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE WCO 04 = PEDOMAN PEMELIHARAAN PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN RUMUSAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makalah ini di susun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Sistem Pemindah Tenaga. di mana Dosen yang mengajar mata kuliah ini menuntun siswanya agar

Lebih terperinci

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL

MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL MODUL IV B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL DEFINISI PLTD Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover), yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kopling Kopling adalah satu bagian yang mutlak di perlukan pada kendaraan di mana penggerak utamanya di peroleh dari hasil pembakaran di dalam silinder mesin. Sumber :

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

BAB IV PENGENALAN BALL MILL

BAB IV PENGENALAN BALL MILL BAB IV PENGENALAN BALL MILL 4.1 DESKRIPSI BALL MILL Ball Mill adalah alat penting untuk grinding setelah bahan dilumatkan. Mesin penggiling ini adalah alat yang efisien untuk grinding berbagai bahan menjadi

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pihak

mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pihak Jenis Kendaraan Kode Kendaraan Bandara Tahun Form Checklist Tahunan untuk Foam Tender a No Pekerjaan Lakukan inspeksi pada fuel filter eksterior untuk mengetahui ada/tidaknya kebocoran yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN PREVENTIF PADA PT DUNIA EXPRESS TRANSINDO 4.1 PERAWATAN PREVENTIF Perawatan preventif merupakan tindakan pemeliharaan yang terjadwal dan terencana. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin

Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin Pemeriksaan & Penggantian Oli Mesin A. Fungsi dan Unjuk Kerja Oli Mesin Oli mesin mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pelumasan: mengurangi gesekan mesin 2. Perapatan: memastikan bahwa ruang pembakaran

Lebih terperinci

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAHAN AJAR NO 2 Motor TANGGAL : KOMPETENSI Komponen Utama

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009 tentang Pemberlakukan Pedoman Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Beraspal (Asphalt Finisher) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 0 Jakarta, 10 Nopember

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Perawatan Berkala 40 Jam Pembersihan Conveyor Belt pengecekan ketajaman pisau. Mesin Tidak Rusak 8 Jam PengecekanTombo l-tombol Emergency Mesin

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perkecil ukurannya sebesar ton per bulan. Sedangkan kemampuan

BAB V PEMBAHASAN. perkecil ukurannya sebesar ton per bulan. Sedangkan kemampuan BAB V PEMBAHASAN PT Nan Riang mempunyai target produksi batubara yang akan di perkecil ukurannya sebesar 25000 ton per bulan. Sedangkan kemampuan produksi yang ada pada saat ini pada site ampelu adalah

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Lingkup kerja praktek di PT.Kereta Api Indonesia (Persero) perawatan secara berkala lokomotif di dipo Tanah

Lebih terperinci

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK A. PEMBAGIAN MOTOR DIESEL 1. Menurut cara kerja Mesin diesesl menurut cara kerja nya dapat diklarisfikasikan menjadi 2 cara kerja,untuk dapat menghasilkan usaha

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE

PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE WCO 06 = LAPORAN OPERASI WHEEL CRANE PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI KATA

Lebih terperinci

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3 PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3 PERAWATAN FORKLIFT Oleh FD20ST-3 Ady Prasetya (210345025) Hasan Basri (210345035) Muhamad Maulana (210345039) Apa itu forklift??? Forklift adalah sebuah alat bantu berupa kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear )

BAB IV PEMBAHASAAN. 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 Pengertian dan Fungsi Gardan ( Differential Gear ) Differential gear atau sering dikenal dengan nama gardan adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk meneruskan tenaga mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN (MAINTENANCE) 5.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk HONDA SALES OPERATION TECHNICAL SERVICE DIVISION TRAINING DEVELOPMENT ASTRA HONDA TRAINING CENTRE PELATIHAN MEKANIK TINGKAT - I BONGKAR & PASANG MESIN MENURUNKAN MESIN SEPEDA

Lebih terperinci

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota

KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN. 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota BAB III PEMBAHASAN 3. Sistem Kerja Dan Pemeliharaan Governor Pada Pesawat Dakota 3.1 Dasar Pengertian Governor Governor adalah suatu benda atau alat penggerak mekanik variable propeller pada pesawat untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN BAB IV PENGENALAN MESIN KILN 4.1 Deskripsi Mesin Kiln Mesin Kiln pada proses produksi keramik melalui beberapa tahapan yang salah satunya adalah pembakaran. Pembakaran bertujuan mengubah material keramik

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

Lampiran 6. Jobsheet Kopling

Lampiran 6. Jobsheet Kopling Lampiran 6. Jobsheet Kopling TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK MUHAMMADIYAH PAKEM JOB SHEET KOPLING Semester Gasal PENYETELAN KOPLING 225 Menit No. JST/XI/TKR/PCPT/01 Tgl : 30 Agustus 2016 Jumlah Halaman : 6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bucket Wheel Excavator (B.W.E) 2.1.1 Pengertian Bucket Wheel Excavator (B.W.E) Bucket wheel excavator (B.W.E) adalah alat berat yang digunakan pada surface mining, dengan fungsi

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE

BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE BAB III ANALISIS SISTEM PELUMASAN ENGINE 1TR-FE A. Overhaul Sistem Pelumasan Overhaul yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan sampai dengan penganalisaan perlu tidaknya suatu komponen engine dilakukan penggantian.

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Secara garis besar, pada proses perancangan kepala pembagi sederhana ini berdasar pada beberapa teori. Teori-teori ini yang akan mendasari pembuatan komponen-komponen pada kepala

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN PERAWATAN 4.1 TUJUAN PERAWATAN WATER PUMP a) Menyediakan informasi pada pembaca dan penulis untuk mengenali gejala-gejala yang terjadi pada water pump apabila akan mengalami kerusakan.

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10 3.1 Dasar Pompa oli Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari satu tempat ke

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses BAB II DASAR TEORI 2.1. Definisi Motor Bakar Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi termal ini mesin kalor dibagi menjadi 2

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Scope Pemeliharaan P1 P8 Scope Pemeliharaan P1 & P2 (Pemeliharaan Harian) PLTD Titi Kuning meliputi: 1. Membersihkan mesin, peralatan-peralatan bantu serta lantai lokasi mesin dari

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Fungsi Undercarriage Undercarriage atau disebut juga sebagai kerangka bawah merupakan bagian dari sebuah crawler tractor yang berfungsi: untuk menopang dan meneruskan beban

Lebih terperinci

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL

ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL MODUL PELATIHAN ENGINE TUNE-UP CONVENTIONAL Oleh: Sriyono 132206843 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007 Servis Rutin

Lebih terperinci

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN PELATIHAN STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION PEKERJAAN (AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

Spesifikasi Oli dan Cairan Pendingin Untuk Kendaraan RIV

Spesifikasi Oli dan Cairan Pendingin Untuk Kendaraan RIV N o Spesifikasi Oli dan Cairan Pendingin Untuk Kendaraan RIV Tipe Lubricant Temperatur Kerja dan Spesifikasi Lubricant Di atas 0 C 0 C sampai - 8 C -8 C sampai 0 C Grease, Automotive, dan artilery NLGI

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 SEA WATER BOOSTER PUMP Sea Water Booster Pump adalah suatu pompa sentrifugal yang berfungsi untuk menambah tekanan air laut yang berasal dari Circulating Water

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN BAB IV PROSES PEMBUATAN 4.1. Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin pengayak pasir. Komponen-komponen yang akan dibuat adalah komponen yang tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

MANUAL BOOK COMPRESSOR INSTALLATION, PREVENTIF MAINTENANCE AND TROUBLE-SHOOTING

MANUAL BOOK COMPRESSOR INSTALLATION, PREVENTIF MAINTENANCE AND TROUBLE-SHOOTING MANUAL BOOK COMPRESSOR INSTALLATION, PREVENTIF MAINTENANCE AND TROUBLE-SHOOTING A. INSTALLATION 1. Pemilihan Lokasi a. Lokasi Harus bersih dan kering dengan lantai yang kuat untuk menyangga beban kompresor

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI 1 I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI Beberapa kiat pengoperasian mesin perontok padi yang akan diuraikan dibawah ini dimaksudkan untuk tujuan dari hasil perancangan mesin perontok tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Start Pemeriksaan awal per periodik Ada kerusakan Lepas wick assy dari TM Penggantian wick assy baru N Perbaikan Wick Assembly Y Tes Lubricator sesuai

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor Diesel adalah motor pembakaran dalam yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat, sebagai bahan bakar, dengan suatu prinsip bahan bakar tersebut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang digunakan untuk memudahkan aktivitas sehari-sehari. Maka dari itu banyak masyarakat atau konsumen yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN SHAFT PADA TURBOCHARGER ENGINE 3406 S/N:7N7723

ANALISA KERUSAKAN SHAFT PADA TURBOCHARGER ENGINE 3406 S/N:7N7723 ANALISA KERUSAKAN SHAFT PADA TURBOCHARGER ENGINE 3406 S/N:7N7723 Nama NPM Jurusan Pembimbing : Andri Dwi Putra : 2A413704 : Teknik Mesin : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT Latar Belakang Unit Alat Berat

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT IDENTIFIKASI KOMPONEN SISTEM HIDROLIK ALAT BERAT KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 PERAWATAN MESIN DOUBLE FACER 1.1.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Pada perawatan mesin double facer kali ini hanya akan dijelaskan perawatan terhadap mesin double facer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Mekanik Tower Crane (Tower Crane Mechanics) Kode Jabatan Kerja : INA. 5230.223.13 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci