EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ)

Transkripsi

1 EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ) Rista Dwi Novianto 1) dan Suparno 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang keahlian Manajemen Industri Instiut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Cokroaminoto 12 A, Surabaya, 60264, Indonesia 1) : ristadwinovianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu langkah strategis yang dilakukan untuk menjaga kinerja seluruh supplier agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan adalah dengan melakukan evaluasi kinerja supplier. Tahapan awal dalam menentukan evaluasi tersebut adalah melakukan identifikasi kriteria. yang digunakan berasal dari pendekatan Dickson s Vendor Selection and Evaluation yang telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan. yang dominan dalam evaluasi ini dapat diketahui dengan menggunakan metode DEMATEL. Selain itu, diperlukan juga penentuan bobot prioritas dari kriteria terpilih sehingga proses evaluasi berjalan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan. Berdasarkan maksud tersebut, maka penelitian ini menggunakan integrasi ANP dan TOPSIS. Metodologi tersebut yang akan digunakan dalam evaluasi kinerja supplier. Berdasarkan pendekatan DEMATEL, terpilih 13 kriteria yang digunakan untuk evaluasi kinerja supplier. tersebut dirangkum dalam variabel ketepatan, price dan service. Dengan menggunakan metode DEMATEL, didapatkan 7 kriteria terpilih yang kemudian digunakan dalam pembobotan ANP dan perankingan TOPSIS. Bobot prioritas tertinggi yang didapatkan dengan ANP menunjukkan bahwa dalam evaluasi supplier harga produk yang ditawarkan memiliki prioritas utama perusahaan. Hasil perankingan TOPSIS menunjukkan bahwa ketepatan waktu pengiriman, sistem komunikasi dan harga produk yang ditawarkan menjadi 3 ranking teratas dalam evaluasi ini. Kata kunci: DEMATEL, ANP, TOPSIS, Evaluasi Kinerja. PENDAHULUAN Saat ini banyak perusahaan manufaktur yang menyadari akan peranan penting supplier dalam rangka mendukung kinerja supply chain suatu perusahaan.salah satu cara perusahaan menjamin kelangsungan produksinya adalah dengan bekerjasama dengan beberapa supplier. Hal tersebut yang membuat perusahaan perlu melakukan evaluasi kinerja supplier untuk dapat mengetahui karakteristik masing-masing supplier. Dengan adanya evaluasi, maka pihak supplier akan berusaha untuk meningkatkan pelayanan demi tercapainya kerja sama antar perusahaan. Pelaksaanaan evaluasi kinerja supplier akan dilakukan berdasarkan Vendor Performance Indicator (VPI) yang telah ditetapkan oleh perusahaan. VPI merupakan istilah lain dari Key Performance Indicator (KPI) dan biasa digunakan pada evaluasi supplier. Pelaksaan evaluasi akan lebih sempurna jika dilengkapi dengan proses pembobotan. Pembobotan pada kriteria dan indikator kinerja perlu dilakukan supaya fungsi-fungsi proses bisnis dapat berjalan dengan baik. Pembobotan juga dapat menunjukkan prioritas terhadap A-46-1

2 indikator kinerja yang ada serta akan membantu dalam proses pengambilan keputusan (Vanany, 2003). Sebelum dilakukan penelitian, tahapan awal yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi pada kriteria evaluasi kinerja supplier. Identifikasi ini dilakukan supaya kriteria yang digunakan dalam evaluasi supplier sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan saat ini. awal yang digunakan sebagai kerangka dalam evaluasi kinerja supplier adalah kriteria evaluasi kinerja supplier dari Dickson s Vendor Selection Criteria yang akan disesuaikan dengan kondisi perusahaan saat ini. Dalam evaluasi kinerja supplier kali ini, kriteria yang digunakan dalam penilaian supplier memiliki hubungan keterkaitan antar kriteria evaluasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kebutuhan perusahaan dalam mencapai strategi dengan supplier. Ditinjau dari hal tersebut, maka metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode Multi Criteria Decision Making (MCDM). Metode MCDM digunakan karena dapat mengakomodasi terjadinya keterkaitan antar kriteria yang ada. Penggunaan metode MCDM didasarkan karena kriteria yang digunakan dalam evaluasi supplier terdiri dari lebih dari satu kriteria. Tujuan dari penggunaan MCDM adalah mencari solusi optimal dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam MCDM berdasarkan dari alternatif terbaik dari sekumpulan alternatif yang ada. Metode MCDM yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi metode Decision Making Trial and Evaluation Laboratory (Dematel) dan Analytic Network Process (ANP). Penggunaan metode Dematel bertujuan untuk menentukan keterkaitan antar kriteria evaluasi kinerja supplier. Dematel juga dapat digunakan untuk mengetahui kriteria yang dominan dalam suatu sistem (Tzeng et al, 2007). evaluasi yang telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan diolah menggunakan dengan metode Dematel untuk mendapatkan kriteria dominan dalam penilaian kinerja supplier. dominan tersebut selanjutnya akan digunakan dalam metode ANP untuk mendapatkan bobot prioritas seluruh VPI terpilih dalam evaluasi kinerja supplier. Metode ANP digunakan karena metode ANP mampu mengakomodasi keterkaitan antar kriteria dan alternatif (Bayazit, 2006). Metode ANP merupakan metode pengembangan dari Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP adalah metode yang digunakan untuk menganalisa kriteria dengan menggunakan susunan hirarki, namun karena semakin banyak dan kompleksnya kriteria yang digunakan dalam mengambil suatu keputusan, sistem hirarki yang biasa digunakan tidak mampu menganalisa pengaruh yang terjadi antara dan di dalam cluster suatu kriteria, sehingga digunakanlah metode ANP yang mampu untuk memberi solusi dalam proses pengambilan keputusan tersebut (Gencer dan Gurnipar, 2007). Setelah dilakukan pembobotan dengan metode ANP, maka langkah selanjutnya adalah perankingan dengan metode TOPSIS. yang digunakan dalam perankingan TOPSIS merupakan hasil dari pengolahan data ANP. Dalam penelitian ini, metode TOPSIS digunakan untuk mengukur kinerja supplier (Huan, 2006). Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah bagaimana melakukan perancangan evaluasi supplier yang sesuai dengan kondisi existing perusahaan di PT. XYZ METODE A-46-2

3 Tahapan utama dalam penelitian ini ada 3, yaitu penentuan kriteria dominan dalam evaluasi supplier, pembobotan ANP serta perankingan TOPSIS. Output DEMATEL akan digunakan dalam pembobotan ANP dan output ANP akan digunakan sebagai input dalam metode TOPSIS. Output dari pembobotan ANP juga akan digunakan sebagai input dalam traffic light system. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan para ahli/expert perusahaan. Setelah itu dilakukan identifikasi kriteria dalam evaluasi supplier dilakukan pengolahan data dengan metode DEMATEL hingga didapatkan kriteria dominan dalam evaluasi tersebut. dominan tersebut akan digunakan dalam pembobotan ANP melalui kuisioner comparison pairwise. Setelah didapatkan bobot tiap kriteria maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan metode TOPSIS. Dalam perankingan TOPSIS, kriteria yang digunakan adalah tiga kriteria dengan bobot tertinggi. Penghitungan nilai bobot kriteria dilakukan dengan menggunakan ANP dengan menginput data dari hasil kuisioner pada software super decision. Bobot yang didapat dari perhitungan ANP juga digunakan dalam perhitungan traffic light system dalam evaluasi supplier. Bobot tersebut akan digunakan untuk menghitung skor dari masing-masing. HASIL DAN PEMBAHASAN PT. XYZ merupakan produsen terbesar di pasar perlampuan. PT.XYZ menguasai pangsa pasar Indonesia lebih dari 45 %, selain hal tersebut PT.XYZ juga sangat dikenal sebagai trendsetter dan innovator didalam teknologi perlampuan. Banyak produk-produk inovasi PT. XYZ yang telah diperkenalkan ke pasar Indonesia dengan kelebihan-kelebihan seperti lebih hemat energi, lebih kompak, berumur lebih panjang dan lebih ramah lingkungan seperti T5, CDM, LED, Electronics Ballast dan masih banyak lagi yang akan ikut mempengaruhi tren desain perlampuan di Indonesia. Selain keberhasilan ini, Pabrik lampu XYZ diakui sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang mendapatkan Sertikat OHSAS versi 2007 yang secara Internasional mulai diperkenalkan pada bulan Juli Perusahaan berkomitmen tinggi dalam mengurangi pemanasan global.oleh karena itu, perusahaan berusaha terus mengembangkan teknologi dan inovasi, agar menghasilkan produk yang bisa didaur ulang. Tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian adalah membuat kriteria evaluasi yang diasumsikan sebagai dasar pembuatan kuisioner DEMATEL. tersebut dibuat dalam kuisioner perbandingan (pairwise comparison). Pembuatan kuisioner ini digunakan untuk mengetahui kelompok kriteria yang berpengaruh (Dispatcher) terhadap kelompok kriteria lainnya (Receiver). Dalam memudahkan pengisian kuisioner maka tiap kriteria diberikan kode huruf C1-C13 yang masing-masing melambangkan 1 jenis kriteria. Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan DEMATEL. Tabel 1. Kode kriteria evaluasi kinerja pemasok No Kode 1 Ketepatan kualitas (Quality) C1 2 Ketepatan waktu pengiriman C2 3 Fasilitas dan kapasitas produksi tiap supplier C3 4 Ketepatan jumlah pengiriman C4 5 Ketepatan packaging item yang dikirim C5 6 Harga bersih yang ditawarkan tiap supplier (Cost) C6 7 Sistem komunikasi C7 8 Sikap supplier terhadap perusahaan C8 9 Prosedur complain C9 A-46-3

4 10 Responsiveness C10 11 Garansi dan layanan pengaduan C11 12 Pengendalian pelaksanaan (pelaporan, kualitas dan inventori) C12 13 Innovation C13 Tabel 2.Hasil pengolahan data DEMATEL D R D+R D-R C C C C C C C Setelah didapatkan kriteria dominan dalam evaluasi maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembobotan dengan metode ANP. Pengolahan data ANP menggunakan software Super Decision. Hasil pembobotan dengan metode ANP dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil pembobotan ANP Node Matriks normalisasi Matriks Limit C C C C C C C Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa bobot paling tinggi dimiliki oleh C6, C2 dan C10. tersebut menggambarkan bobot tertinggi dalam evaluasi kinerja supplier adalah harga produk yang ditawarkan, ketepatan waktu pengiriman dan responsiveness. Setelah dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode ANP, selanjutnya dilakukan perankingan dengan TOPSIS. Dalam metode TOPSIS digunakan pertimbangan jarak antara solusi ideal positif dengan jarak solusi ideal negative sehingga akan didapatkan hasil optimal. Hasil dari pengolahan data TOPSIS terdapat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil perhitungan TOPSIS Nilai preferensi C C C Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai preferensi tertinggi dimiliki oleh kriteria C2, C10 dan C6. Ketiga kriteria tersebut merupakan ketepatan waktu pengiriman, sistem komunikasi dan harga yang ditawarkan supplier. Hal tersebut menggambarkan jika dalam evaluasi kinerja supplier kriteria terpenting yang harus diperhatikan perusahaan adalah kualitas, waktu pengiriman, sistem komunikasi serta harga yang ditawarkan oleh supplier. Setelah dilakukan perankingan TOPSIS maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dengan menggunakan traffic light system. Evaluasi ini dilakukan selama dua periode A-46-4

5 3 bulanan yaitu Juni-Agustus dan September-Oktober. Pada tabel 5 dan tabel 6 akan ditunjukkan hasil evaluasi dengan traffic light system. Tabel 5. Hasil traffic light system periode 1 C1 C2 C3 C6 C7 C10 C11 PB M KC Tabel 5. Hasil traffic light system periode 2 C1 C2 C3 C6 C7 C10 C11 PB M KC Selain dilakukan traffic light sytem, dilakukan pula perhitungan nilai total supplier. Pada tabel 6 dan tabel 7 akan ditunjukkan hasil perhitungan nilai total supplier. Tabel 6. Hasil perhitungan nilai total periode 1 Nilai Total C1 C2 C3 C6 C7 C10 C11 Bobot PB M KC Tabel 7. Hasil perhitungan nilai total periode 2 Nilai C1 C2 C3 C6 C7 C10 C11 Total Bobot PB M KC Berdasarkan nilai total tersebut akan diketahui predikat dan ranking supplier. Predikat supplier ditentukan berdasarkan pencapaian nilai total pada masing-masing supplier. Predikat masing-masing supplier dapat dilihat pada tabel 8. A-46-5

6 Tabel 8. Predikat supplier Predikat periode 1 Predikat periode 2 PB Cukup Cukup M Baik Baik KC Cukup Baik KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisa serta interpretasi data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan kuisioner DEMATEL, menunjukkan 7 kriteria yang sesuai dengan kondisi perusahaan berdasarkan 13 kriteria yang disarankan. tersebut meliputi ketepatan kualitas, ketepatan waktu pengiriman, fasilitas serta kapasitas produksi, harga bersih yang ditawarkan, sistem komunikasi, responsiveness, dan garansi layanan pengaduan. Hasil pembobotan dengan ANP, menunjukkan kriteria dengan bobot tertinggi hingga terendah adalah C6 ( ), C2 ( ), C10 ( ), C3 ( ), C7 ( ), C1 ( ) dan C11 ( ). Selain itu, hasil perankingan dengan metode TOPSIS menunjukkan bahwa nilai preferensi tertinggi didapat dari C2 ( ), C10 ( ) dan C6 ( ). Hal tersebut menunjukkan jika di dalam evaluasi kinerja supplier, 3 kriteria yang harus diperhatikan secara berurutan adalah ketepatan ketepatan waktu pengiriman, sistem komunikasi dan harga bersih yang ditawarkan. Hasil traffic light system menunjukkan kinerja supplier dengan peringkat terbaik pada periode 1 dimiliki oleh supplier M, PB dan KCA sedangkan pada periode 2 dimiliki oleh supplier M, KC dan PB sedangkan hasil perhitungan nilai total dan pemberian predikat supplier menunjukkan supplier M memiliki predikat supplier baik pada periode 1 dan 2, kemudian supplier KCA memiliki predikat cukup pada periode 1 dan baik pada periode 2, supplier PB memiliki predikat cukup pada periode 1 dan 2. Adapun saran yang diberikan untuk penelitian ini antara lain perusahaan perlu membantu para supplier untuk dalam usaha peningkatan maupun perbaikan sehingga didapatkan kinerja yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Selain itu, perusahaan perlu bertindak tegas terhadap para supplier ketika didapati kinerja supplier yang berada dibawah standar yang telah ditetapkan maupun supplier yang dapat menganggu keberlangsungan produksi, perusahaan berhak untuk memutus kontrak dengan supplier. DAFTAR PUSTAKA Bayazit, Ozden., (2006), Use of analytic network process in vendor selection decisions. Benchmarking: An International Journal Vol. 13 No. 5, 2006 pp Central Washington University, Washington, District of Columbia Gencer, C. dan Gurpinar, D., (2007), Analytic network process in supplier selection: A casestudy in an electronic firm, Applied Mathematical Modelling, Vol. 31, hal Tzeng, G.,H., Chiang, C.H., dan Li, Chung Wei, (2007), Evaluating Intertwined Effects IN E-Learning Programs: A Novel Hybrid MCDM Model Based On Factor Analysis and DEMATEL, Expert System with Aplications, Vol.32, pp Vanany,Iwan, (2003), Aplikasi Analytic Network Process (ANP) Pada Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja (Studi Kasus pada PT. X), Jurnal teknik Industri Vol. 5. A-46-6