EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK KESEJAHTERAAN SOSIAL
|
|
- Leony Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK KESEJAHTERAAN SOSIAL PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN UPAYA MENUJU KESEJAHTERAAN PEKERJA (Studi di Provinsi Aceh dan Provinsi Nusa Tenggara Barat) Peneliti: Dr. Dra. Hartini Retnaningsih, M.Si Tri Rini Puji Lestari, S.K.M., M.Kes Sulis Winurini, S.Psi, M.Psi Dinar Wahyuni, S.Sos, M.Si Elga Andina, S.Psi, M.Psi PUSAT PENELITIAN - BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA
2 Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia hingga saat ini masih jauh dari harapan. Akibatnya kesejahteraan pekerja dan keluarganya belum terlindungi secara optimal. Kondisi ini dapat dilihat dari masih munculnya berbagai problem ketenagakerjaan seperti outsourcing, pengupahan dibawah UMR, kurangnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pemutusan hubungan kerja (PHK) terlebih yang bersifat massal, tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, dan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia. Kesemuanya masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah untuk diselesaikan. 1
3 Berbagai kasus pelanggaran hak pekerja tersebut merupakan indikasi lemahnya pengawasan ketenagakerjaan. Ada tiga faktor yang menyebabkan lemahnya pengawasan ketenagakerjaan di Indonesia, di antaranya: 1) Proporsi jumlah pengawas yang belum memadai; 2) Semakin menurunnya kualitas dan kredibilitas pengawas ketenagakerjaan; 3) Kurang optimalnya pengawasan ketenagakerjaan. Hal ini berdampak pada tidak optimalnya perlindungan hak-hak pekerja. Padahal secara ideal kehadiran pengawas ketenagakerjaan diperlukan untuk memastikan pemenuhan hak dasar pekerja, sehingga dapat tercipta hubungan industrial yang harmonis, yang pada akhirnya dapat menjamin iklim investasi yang kondusif, mengurangi pengangguran, dan terjaminnya keberlanjutan perusahaan. Jika pengawasan berjalan dengan baik, iklim investasi dalam kondisi yang kondusif, dan kebutuhan pekerja dapat terpenuhi, maka kesejahteraan pekerja akan dapat dicapai. Masalah pengawasan ketenagakerjaan merupakan masalah yang serius, di mana pengawasan ketenagakerjaan diperlukan untuk menjamin agar hak-hak pekerja dapat diberikan secara baik, setelah mereka memenuhi kewajiban-kewajibannya. Namun beberapa tahun terakhir, terutama sejak adanya kebijakan otonomi daerah dan berkembangannya ekonomi ke arah global mengakibatkan pengawasan ketenagakerjaan mengalami berbagai kendala. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, ada tiga kendala yang dapat menghambat pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan. Untuk itu, rumusan masalahnya adalah masih lemahnya pengawasan ketenagakerjaan sehingga berdampak pada upaya perlindungan hak-hak pekerja guna mewujudkan kesejahteraan pekerja. Ada dua hal yang menjadi pertanyaan, yaitu: 1) Mengapa pengawasan ketenagakerjaan belum mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja?; 2) Bagaimana strategi pengawasan ketenagakerjaan ke depan dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja? Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan menganalisis terkait pengawasan ketenagakerjaan yang akan berdampak pada upaya perlindungan hak-hak pekerja guna mewujudkan kesejahteraan pekerja. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dan menganalisis: 1) Pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan selama ini; 2) Upaya pengawasan ketenagakerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian dan wacana mengenai pengawasan ketenagakerjaan. Di samping itu, hasil penelitian diharapkan juga dapat menjadi bahan masukan dalam pembahasan RUU Pengawasan Ketenagakerjaan. Dan 2
4 hasil penelitian juga diharapkan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam melaksanakan peran dan tugasnya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pedekatan kualitatif, dengan analisis yang didasarkan pada teori kesejahteraan sosial, jaminan sosial, dan ketenagakerjaan. Pemilihan pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud memperoleh gambaran yang mendalam tentang masalah pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh dan NTB. Penelitian ini secara keseluruhan membutuhkan waktu selama 10 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan November Sedangkan pencarian data lapangan dilakukan pada tanggal 17 sd. 23 April 2017 di Provinsi Aceh dan tanggal 15 sd 21 Mei 2017 di provinsi NTB. Kedua provinsi dipilih karena ketersediaan petugas pengawas ketenagakerjaan di kedua provinsi tersebut kurang merata dalam jumlah dan penempatannya. Implementasi pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh belum mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja karena adanya berbagai kendala: 1) Kurangnya jumlah Pegawai Pengawas TK yang tidak sebanding dengan luas wilayah dan banyaknya objek pengawasan. Dari luas wilayahnya yang sekitar 58,377 km², Provinsi Aceh hanya memiliki total 28 Pegawai pengawas TK, dan itupun hanya 6 orang yang berstatus legal (fungsional) sebagai pengaawas, sedang selebihnya hanya pegawai yang ditunjuk/ditugaskan untuk melakukan pengawasan. Objek pengawasan di Provinsi Aceh sangat banyak yaitu objek yang terdiri dari perusahaan kecil, 190 perusahaan sedang, dan 151 perusahaan besar; 2) Desentralisasi masalah ketenagakerjaan, di mana kondisi pengawasan ketenagakerjaan menjadi sangat beragam antar daerah, karena semua keputusan tergantung pada Kepala Kabupaten/Kota. Provinsi Aceh termasuk wilayah yang tidak optimal dalam pengawasan ketenagakerjaan; 3) Kurangnya koordinasi antar lembaga terkait dalam pengawasan ketenagakerjaan. Dalam hal ini kordinasi antara Dinas TK dengan BPJS TK, dengan Apindo, dengan serikat pekerja dan lain-lain seringkali tidak optimal karena ego sektoral masing-masing; 4) Belum adanya sinkronisasi data ketenagakerjaan yang dimiliki lembaga terkait. Dalam hal ini data ketengakerjaan yang dimiliki Dinas TK belum tentu sama dengan data yang dimiliki BPJS TK, Apindo, serikat pekerja, perusahaan pengerah tenaga kerja, Dinas Imigrasi, dan sebagainya. Pengawasan ketenagakerjaan idealnya dapat berimplikasi pada upaya peningkatkan kesejahteraan pekerja. Selama ini pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi Aceh masih belum optimal dalam mengupayakan kesejahteraan pekerja, 3
5 sehingga ke depan perlu perbaikan implementasi pengawasan agar semua hak pekerja dapat dipenuhi oleh perusahaan tempatnya bekerja. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja pada masa mendatang adalah: 1) Meningkatkan jumlah Pegawai Pegawas TK agar sebanding dengan wilayah dan objek pengawasan. Dalam hal ini rekrutmen baru Pegawai Pengawas TK perlu dilakukan dengan lebih baik dan profesional, sehingga Pegawai Pengawas TK pada masa mendatang memiliki kemampuan sesuai tuntutan perkembangan masalah ketenagakerjaan; 2) Mengubah kebijakan desentralisasi masalah ketenagakerjaan. Hal tersebut telah direspon Pemerintah, di mana berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, maka urusan pengawasan ketenagakerjaan kini diambil alih oleh Pemerintah Provinsi. Dengan demikian, Pegawai Pengawas TK tidak lagi di bawah kendali Pemerintah Kabupaten/Kota, namun di bawah kendali Pemerintah Provinsi. Kebijakan tersebut baru dimulai tahun 2016 ini, dan masih banyak hal yang harus dibenahi pada masa transisi, sehingga saat ini pengawasan ketenagakerjaan belum berjalan optimal; 3) Perlu peningkatan kualitas koordinasi antar instansi yang terkait dengan masalah ketengakerjaan; 4) Perlu adanya keselarasan data antara lembaga terkait ketenagakerjaan. Implementasi pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi NTB selama ini dapat dikatakan belum optimal karena adanya berbagai kendala di lapangan. Kendala-kendala tersebut adalah: 1) Jumlah Pegawai Pengawas TK yang kurang, di mana jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan banyaknya objek yang ada serta luas wilayah Provinsi NTB. Di Provinsi NTB, terdapat dua wilayah besar yaitu P. Lombok dan P. Sumbawa. Jumlah Pegawai Pengawas TK yang ada saat ini hanya sebanyak 20 orang dan tidak sebanding dengan jumlah perusahaan yang ada serta wilayah NTB yang luasnya 19,709 km². Dari jumlah tersebut, 12 (dua belas) orang di UPTD P. Lombok dan 8 (delapan) orang di UPTD P. Sumbawa. Selain itu, banyak pengawas yang belum memiliki profesionalime yang tinggi karena kondisi lingkungan lembaga yang tidak mendukung; 2) Desentralisasi masalah ketenagakerjaan. Selama berlakunya kebijakan Otonomi Daerah, pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi NTB mengalami kemunduran karena setiap Pemerintah Kabupaten/Kota berkuasa penuh atas pengawasan ketenagakerjaan, namun mereka tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap masalah ketenagakerjaan. Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran terhadap norma ketengakerjaan yang berimplikasi pada kesejahteraan pekerja; 3) Kurangnya koordinasi antara lembaga terkait seperti koordinasi dengan BPJS TK, Apindo, serikat 4
6 pekerja, perusahaan pengerah tenaga kerja, Dinas Imigrasi, dan sebagainya. Kurangnya koordinasi tersebut dikarenakan adanya eego sektoral masing-masing lembaga, yang merasa dirinya yang lebih kompeten mengurus masalah ketenagakerjaan; 4) Belum adanya satu data ketenagakerjaan, sehingga menyulitkan penyelesaian masalah ketenagakerjaan. Ketika satu kasus ketenagakerjaan berhasil di selesaikan, kemudian muncul kasus lain yang tak terduga karena adanya tenaga kerja ilegal yang tidak terdeteksi di daerah asal, karena berangkat ke luar negeri melalui embarkasi daerah lain. Seharusnya pengawasan ketenagakerjaan berimplikasi pada kesejahteraan pekerja. Namun sebagaimana terlihat selama ini, pengawasan ketenagakerjaan di Provinsi NTB belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga upaya menyejahterakan pekerja belum optimal. Oleh karena itu ke depan perlu diperbaiki strategi pengawasan yang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi kesejahteraan pekerja. Hal itu dapat dilaukan melalui: 1) Peningkatan jumlah Pegawai Pegawas TK melalui rekrutmen dan pendidikan serta pelatihan yang profesional; 2) Membatalkan desentralisasi masalah ketenagakerjaan, dan menariknya dalam kendali Pemerintah yang lebih tinggi. Hal ini telah dilakukan melalui UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang menarik kendali pengawasan ketenagakerjaan dari Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi. Pengalihan ini telah mulai dilakukan tanggal 1 Oktober 2016, namun baru berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2017; 3) Perlu peingkatan kualitas koordinansi antar instansi terkait; 4) Perlu adanya keselarasan data antar lembaga terkait. Adapun hal-hal yang direkomendasikan di kedua provinsi adalah: 1) Pemerintah perlu meenambah jumlah dan mutu SDM melalui rekrutmen yang profesional serta pendidikan dan pelatihan yang terkini; 2) Pemerintah perlu mengoptimalkan pengawasan ketenagakerjaan di bawah kendali Pemerintah Provinsi; 3) Pemerintah perlu membangun koordinasi yang lebih baik antar lembaga.; 4) Pemerintah perlu memberlakukan satu data yang sama, untuk mengatasi berbagai masalah ketenagakerjaan. 5
PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 23 TAHUN
SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI,
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 2 3 4 1 Meningkatnya tenaga kerja yang memiliki 1 Peningkatan lulusan pelatihan
Lebih terperinciPerluasan Lapangan Kerja
VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus
Lebih terperinciDINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG
1 DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG Tugas pokok Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung adalah melaksanakan sebagian kewenangan Daerah di bidang tenaga kerja dan transmigrasi, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA
PERATURAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Menimbang : GUBERNUR SULAWESI TENGGARA, a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 35 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G
BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 21 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA, ADMINISTRATOR DAN PENGAWAS DI LINGKUNGAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG
1 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2010 RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA KEDIRI P ERATURA N W ALIKOTA KEDIRI NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 62 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DAN TENAGA
Lebih terperinciPENGAWASAN ORANG ASING (POA) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEJAUH MANA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENGAWASAN ORANG ASING DI KALIMANTAN TIMUR?
OMBUDSMAN BRIEF PENGAWASAN ORANG ASING (POA) DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SEJAUH MANA EFEKTIFITAS KEBIJAKAN PENGAWASAN ORANG ASING DI KALIMANTAN TIMUR? Maraknya pemberitaan tentang kehadiran TKA dan/atau
Lebih terperinciPROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI GAMBARAN UMUM Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 9 Tahun 2011, tentang Pembentukan Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga
Lebih terperinci-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG
-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 112 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH
A. Pendahuluan. KEBIJAKAN PEMBINAAN KEARSIPAN DAERAH Dra. Sumartini. Setiap undang-undang dapat dikategorikan sebagai salah satu elemen yang menentukan atau penyebab terjadinya suatu perubahan. Hal ini
Lebih terperinciTENAGA KERJA: PERSPEKTIF HUKUM, EKONOMI, DAN SOSIAL
Editor: Sali Susiana TENAGA KERJA: PERSPEKTIF HUKUM, EKONOMI, DAN SOSIAL Diterbitkan oleh: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika Judul: Tenaga Kerja: Perspektif Hukum, Ekonomi, dan Sosial
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI GORONTALO
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Lembaga Kepaniteraan Panitia Penyelesaian
Lebih terperinciKEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA
KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA NOMOR: 188/891 /410.111/2016 TENTANG PENYEMPURNAAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA TAHUN 2015 KEPALA DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA
Lebih terperinciIV.B.12. Urusan Wajib Ketenagakerjaan
12. URUSAN KETENAGAKERJAAN Pembangunan bidang ketenagakerjaan diarahkan untuk memberikan kontribusi nyata dan terukur dalam rangka peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, ketenangan dan kenyamanan berusaha.
Lebih terperinciHUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT
HUBUNGAN INDUSTRIAL, OUTSOURCING DAN PKWT Oleh : Prof.Dr. Payaman J. Simanjuntak (Ahli peneliti utama keteganakerjaan) Disampaikan pada Business Gathering Pasca Putusan MK Yogyakarta, 27 Maret 2012 DPP
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN TENAGA KERJA KABUPATEN KARAWANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, bahwa perencanaan
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN TERPADU SATU PINTU PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung
35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.288 Tahun 1992 (KEP 288/MEN/1992) ditetapkan sebagai Hari Jadi Departemen
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017
GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 48 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA MATARAM DENGAN
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN
34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013
Lebih terperinciMENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *
MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. A. Profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung. melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala
IV. GAMBARAN UMUM A. Profil Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar Lampung Dinas Tenaga Kerja adalah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh seorang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 22 TAHUN 1995 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 22 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2005 2025 DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 SERI D NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAFTARAN PENDUDUK, CATATAN SIPIL DAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam
KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok
Lebih terperinciI. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA
I. FENOMENA IMPLEMENTASI OUTSOURCING TERHADAP KETENAGAKERJAAN INDONESIA Oleh : Basani Situmorang SH,Mhum Dampak dan Trend Outsourcing Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh membutuhkan suatu wadah yang kuat untuk memperjuangkan kepentingan mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah adanya pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN
BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.
Lebih terperinci2. Meningkatnya Hubungan Industrial yang Harmonis; 3. Menurunnya Persentase Penduduk Miskin.
BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas
Lebih terperinci12. URUSAN KETENAGAKERJAAN
12. URUSAN KETENAGAKERJAAN Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan
Lebih terperinciBAB III PROFIL PERUSAHAAN. 3.1 Tinjauan Umum Tempat dan Kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan. nama KANTOR URUSAN PERBURUHAN PROPINSI TINGKAT I JAWA
26 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Tempat dan Kedudukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Jawa Barat. Dinas Tenaga Kerja berdiri resmi sejak tanggal 10 Januari 1959 dengan nama KANTOR
Lebih terperinciURGENSI PENGUATAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DENGAN STANDARISASI UPAH NASIONAL OLEH SUBIYANTO,SH ANGGOTA DJSN RI UNSUR PEKERJA
URGENSI PENGUATAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DENGAN STANDARISASI UPAH NASIONAL OLEH SUBIYANTO,SH ANGGOTA DJSN RI UNSUR PEKERJA 3 PILAR SJSN YANG KUAT UNTUK MEMBERIKAN MEMBERIKAN MANFAAT YANG
Lebih terperinciDefinisi Buruh. Biasa di sebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja
Buruh Indonesia Definisi Buruh Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN DENGAN
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB REVISI AWAL
FORMULIR B3 SKPD DANA PROGRAM KEGIATAN BULAN TAHUN : DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB (SKPD INDUK) : APBD (BELANJA LANGSUNG) : : : MEI : 2017 CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA DAN
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB REVISI AWAL
FORMULIR B3 SKPD DANA PROGRAM KEGIATAN BULAN TAHUN : DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROV. NTB (SKPD INDUK) : APBD (BELANJA LANGSUNG) : : : SEPTEMBER : 2017 CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DINAS TENAGA KERJA
Lebih terperinciMATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN
MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN PROV. JAWA TIMUR TAHUN 20 - VISI : Terwujudnya tenaga kerja yang berdaya saing dan harmonis, masyarakat transmigrasi yang mandiri,
Lebih terperinciProfil Pekerjaan yang Layak INDONESIA
Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH 2.1 Sejarah Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah disingkat Disnakertrans Prov. Jateng merupakan organisasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 12 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci9. Keputusan /2 ATE\MW\DATAWAHED\2016\PER.GUB\NOVEMBER
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN PERENCANAAN TENAGA KERJA DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna meningkatkan kualitas manusia
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN KUNINGAN DENGAN
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para
Lebih terperinciPEMBANGUNAN SOSIAL: WACANA, IMPLEMENTASI DAN PENGALAMAN EMPIRIK. Penyunting: Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si
PEMBANGUNAN SOSIAL: WACANA, IMPLEMENTASI DAN PENGALAMAN EMPIRIK Penyunting: Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI 2010 1 Pembangunan
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 Ayat 2 bahwa
BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 Ayat 2 bahwa pembangunan ketenagakerjaan ditunjuk untuk menyediakan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendukung perekonomian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya
5 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum Dinas Tenaga Kerja Kota Surabaya Pada awal pemerintahan Republik Indonesia, ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan jumlah kementerian
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.39, 2018 KETENAGAKERJAAN. Tenaga Kerja Asing. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRENCANA KERJA TAHUN 2017
RENCANA KERJA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI (DISNAKERTRANS) JL. PELABUHAN II KM. 6 NO 703 TLP /FAX (0266) 226088 SUKABUMI 43169 EMAIL : DISNAKERTRANS_KABSMI@YAHOO.COM
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BALAI PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN JASA KONSTRUKSI PADA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN PELALAWAN
Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN PELALAWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEGIATAN PRIORITAS DAN PENDUKUNG PENCAPAIAN 31 INDIKATOR RENCANA
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 2443 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KOTA BATAM TAHUN 2017 GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a. bahwa untuk melindungi upah pekerja/buruh
Lebih terperinciDrs. H. Sjukur Sarto MS
PERKENALAN Drs. H. Sjukur Sarto MS Purworejo, 25 Nopember 1948 Ketua Harian DPP K.SPSI Ketua Umum PP F.SPBPU-SPSI Kantor: Grand Wijaya Centre Blok C no 23-25 Kebayoan Baru Komunikasi HP : 081 777 8533
Lebih terperinciSILABUS. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas mengenai hubungan industrial dengan psikologi.
SILABUS JUDUL MATA KULIAH : HUBUNGAN INDUSTRIAL NOMOR KODE/SKS : 02075334 / 3 SKS SEMESTER : DOSEN : DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas mengenai dengan psikologi. STANDAR KOMPETENSI : Menguasai
Lebih terperinciBAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA SERTA PENANGGUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 29 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang :
Lebih terperinciDiterbitkan di Manajemen Pembangunan No. 59/III/Tahun XVI, 2007
HAMBATAN ADMINISTRATIF DALAM PERBAIKAN IKLIM PENANAMAN MODAL DI DAERAH (Oleh : Asropi ) Abstrak Investasi merupakan motor penggerak roda pembangunan. Tanpa dukungan investasi yang memadai, pembangunan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERSETUJUAN PENANGGUHAN DAN PENOLAKAN PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan
Lebih terperinci1 of 6 02/09/09 12:03
Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA
Lebih terperinciBAB II RUANG LINGKUP INSTANSI
BAB II RUANG LINGKUP INSTANSI 2.1. Sejarah Dinas Tenaga Kerja Republik Indonesia Sejarah Dinas Tenaga Kerja tidak lepas dari perjuangan bangsa dan tatanan politik yang berkembang sejak Proklamasi 17 agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 453 /KPTS/013/2013 TENTANG TIM PENILAI JAMSOSTEK AWARD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 453 /KPTS/013/2013 TENTANG TIM PENILAI JAMSOSTEK AWARD PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya otonomi daerah, lembaga pemerintahan yang sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang telah mempunyai kewenangan sendiri
Lebih terperinciBAB II PROFIL PERUSAHAAN
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 bahwa Pembangunan ketenagakerjaan ditunjuk untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI
29 BAB III TINJAUAN UMUM INSTANSI 3.1 Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja berdiri resmi sejak tanggal 10 Januari 1959 dengan nama KANTOR URUSAN PERBURUHAN PROVINSI TINGKAT
Lebih terperinciWALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS TENAGA KERJA
WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015
I. PROFIL DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 A. SEJARAH INSTANSI Disnakertrans DIY Dinas Tenaga Kerja Provinsi DIY yang disingkat DTK diatur dalam Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciUSULAN TEMA KAJIAN KOMITE III DPD RI TAHUN ANGGARAN 2015
USULAN TEMA KAJIAN KOMITE III DPD RI TAHUN ANGGARAN 2015 No Situasi Problematis yang dihadapi dalam kajian ekonomi kreatif yang paling utama menyangkut harmonisasi perundangundangan. Hal ini disebabkan,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,
PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TENAGA KERJA KOTA SURABAYA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETENAGAKERJAAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 PENGUKURAN INDIKATOR UTAMA TAHUN 2016 Dinas Tenaga Kerja Kota Batam pada Tahun 2016 mempunyai 14 (Empat Belas) Indikator Kinerja Utama dan pada indikator tersebut telah
Lebih terperinciN. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN
- 67 - N. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN SUB BIDANG 1. Ketenagakerjaan 1. Kebijakan, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengawasan 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Indonesia yang besar (sampai tahun 2013 mencapai ±278 juta orang) Mencerminkan sumber tenaga kerja yang juga besar. Jumlah penduduk yang besar
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta
Lebih terperinciPERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA SERANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN
- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a.
Lebih terperinci