MAKALAH FARMASI FISIKA SIFAT ALIR CAIRAN
|
|
- Surya Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH FARMASI FISIKA SIFAT ALIR CAIRAN Disusun oleh : Nama : Lisania Ines ( ) Surya Adhi Nugraha ( ) Rose Verginie Erita ( ) Angky Glori ( ) Bonaventura Sukintoko P ( ) Kelompok : A1 Tanggal : 09 Mei 2012 LABORATORIUM FARMASI FISIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
2 SIFAT ALIR CAIRAN TUJUAN Mempelajari sifat alir cairan dan dapat menentukan tipe-tipe cairan berdasarkan sifat aliran LATAR BELAKANG Pada zaman modern ini tuntutan akan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tinggi. Aplikasi dari perkembangan dan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali pada aplikasi farmasi. Semakin hari formulasi sediaan farmasi yang ada semakin menunjukkan peningkatan kualitas sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien. Kualitas formulasi sediaan farmasi seperti pasta, lotion, cream, emulsi, suspensi dan lainnya perlu ditingkatkan untuk mendukung kinerja sediaan yang baik. Kualitas yang harus ada pada sediaan farmasi yang diformulasi misalnya keseragaman dosis, konsistensi sediaan, stabilitas sediaan, bioavailabilitas dan pengemasan sediaan yang baik. Salah satu dasar yang harus ada dalam ilmu formulasi sediaan farmasi adalah tentang rheologi atau sifat alir cairan. Dengan mengetahui karakteristik suatu zat yang akan digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan menentukan tipe alirnya, maka kita akan lebih mudah dalam melakukan formulasi suatu sediaan sehingga diharapkan akan menghasilkan sediaan yang aman dan berkualitas secara terapeutik. Dengan mempelajari sifat alir cairan mahasiswa diharapkan mampu berperan dalam formulasi sediaan farmasi, analisis sediaan farmasi dan mampu memilih alat yang tepat untuk pembuatan sediaan farmasi. DASAR TEORI Secara umum cairan digolongkan dalam cairan newton dan non-newton, tergantung pada hubungan antara shear rate dan tekanan yang diterapkan. Gaya shear ditimbulkan oleh interaksi secara cairan yang bergerak dan permukaan 1
3 dimana cairan itu mengalir selama pencampuran. Shear rate dapat didefinisikan sebagai turunan dari kecepatan sesuai jarak yang diukur terhadap arah aliran. Viskositas dinamis adalah perbandingan antara shear stress terhadap shear rate. Untuk cairan Newton shear rate sebanding dengan tekanan yang diberikan, dan cairan demikian mempunyai viskositas dinamis yang tidak tergantung dari laju aliran. Sebaliknya cairan non-newton menghasilkan viskositas dinamis nyata yang merupakan fungsi dari shear stress ( Lachaman, 1989). Sifat aliran dan sifat pencampuran dari cairan diatur oleh tiga hukum atau dasar-dasar utama, yaitu : konservasi massa, konservasi ketetapan energy, dan hukum-hukum klasik dari gerakan. Mekanisme Pencampuran cairan secara esensial masuk ke dalam enam kategori : Transpor bulk. Gerakan sejumlah bahan yang relatif banyak yang dicampur dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu sistem merupakan transport bulk. Sirkulasi sederhana dari bahan dalam mikser tidak perlu menghasilkan pencampuran yang efisien. Supaya efektif, transport bulk harus menghasilkan penyusunan kembali atau pertukaran dari berbagai bagian bahan yang akan dicampur. Pencampuran Turbulen. Gejala pencampuran turbulen merupakan akibat langsung dari aliran cairan turbulen yang ditandai oleh turun naiknya kecepatan cairan secara acak pada tiap-tiap kenaikan titik pada sistem. Umumnya dengan turbulensi, cairan mempunyai kecepatan sesaat yang berlainan pada tempat-tempat yang berbeda pada saat yang sama. Pencampuran Laminer. Garis lurus atau aliran laminar sering terjadi jika cairan yang sangat kental diproses. Hal itu juga terjadi jika pengadukan relatif tembus, dan dapat berada berdampingan dengan permukaan stasioner pada bejana di mana aliran adalah turbulen secara predominan. Jika dua cairan yang tidak sama dicampur melalui aliran laminar, shear yang timbul dapat meregangkan antarpermukaan diantara keduanya. Difusi molekuler. Mekanisme paling bertanggung jawab dalam pencampuran sampai tingkat molekuler adalah difusi yang disebabkan gerakan termal molekul-molekul. Jika itu terjadi bersamaan dengan aliran laminar, difusi molekuler cenderung mengurangi diskontinuitas yang 2
4 tajam pada antarpermukaan di antara lapisan lapisan cairan, dan jika dibiarkan berlanjut untuk waktu yang cukup, menghasilkan pencampuran sempurna. Penurunan konsentrasi pada perbatasan semula merupakan fungsi penurunan waktu, mendekati nol jika pencampuran mendekati selesai. Skala dan intensitsas pemisahan. Kualitas campuran harus diuji secara teliti atas dasar beberapa ukuran dari distribusi acak komponen komponennya. Transpor bulk, aliran turbulen dan aliran laminar semuanya berakibat pada pemisahan dari gumpalan-gumpalan cairancairan yang akan dicampur. Masing-masing gumpalan menahan suatu komposisi internal yang konstan dan merata. Ini dapat diubah hanya jika difusi molekuler dalam hal cairan dan gas, atau gerakan antarpartikel dalam hal serbuk, cenderung menghilangkan penurunan konsentrasi antara gumpalan-gumpalan yang berdekatan. Ketergantungan waktu. Pada hal hal tertentu, mekanisme yang aktif mengadakan pencampuran akan tergantung pada waktu dalam kepentingan relatifnya selama proses pencampuran berlangsung ( Lachaman, 1989). Sama halnya dalam gas, dalam cairan pun dapat terjadi aliran. Di dalam gas, aliran itu terjadi dengan sempurna karena interaksi antar molekul kecil sekali bahkan sama dengan nol. Namun dalam cairan tidak mungkin terdapat aliran yang sempurna seperti dalam gas. Hal ini karena interaksi antar molekul dalam cairan tidak mungkin sama dengan nol. Bila di dalam aliran itu diambil dua titik yang segaris dalam arah yang sama dengan arah aliran, maka akan terdapat dua kemungkinan macam aliran. - Bila arah dan besar aliran tidak berubah hingga terjadi keseimbangan aliran, maka aliran itu disebut steram line. Dalam aliran stream line tidak terjadi gerakan aliran partikel yang melintang. - Bila arah dan besar aliran tidak sama, maka di dalam aliran itu terjadi (turbulensi) 3
5 Pada aliran stream line debit di setiap penampang di sepanjang aliran itu tidak berubah. Sifat ini dipergunakan Bernoulli untuk mempelajari aliran cairan (Suyono, 1988). Karakteristik suatu cairan dijelaskan dengan mematuhi Hukum Newton, yang mana disebut Newtonian. Bagaimanapun, kebanyakan cairan dalam bidang farmasi tidak mengikuti hukum ini sebagai viskositas cairan yang memiliki variasi dengan rate of shear.alasan ini digunakan karena cairan yang digunakan bukanlah cairan yang sederhana seperti air dan sirup, tetapi dispersi sistem koloid termasuk emulsi gel dan suspensi. Veegum mempunyai tipe alir thiksotropi. Ketika tidak ada shear, viskositasnya meningkat seiring waktu sedangkan dengan adanya shearing rate yang konstan akan menyebabkan menurunnya viskositas seiring waktu, ketika ada shear, strukturnya pecah/rusak/terganggu secara cepat, dengan kerusakan berikutnya menjadi perlaha-lahan. Veegum bisa juga pseudoplastis, karena bertambahnya shearing rate (pecahnya struktur) berakibat menurunnya viskositas. Polimer adalah substansi yang ketika yang ditambahkan ke campuran air, viskositasnya akan meningkat tanpa mengubah sifat alirnya. Polimer sebagai thickening agent digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan cairan, emulsi dan suspensi. Mereka semua larut dalam fase cair sebagai campuran koloid yang membentuk suatu struktur kohesif internal lemah (Attwood, 2008). 4
6 PEMBAHASAN Rheologi (dari bahasa yunani rheos yang berarti mengalir dan logos berarti ilmu) adalah ilmu tentang aliran atau perubahan bentuk (deformasi) di bawah tekanan. Kegunaan mempelajari rheologi dalam kestabilan obat adalah : 1. Dalam pencampuran dan aliran bahan-bahan 2. Pengemasan bahan tersebut ke dalam wadah serta pengeluarannya saat akan dipakai 3. Memberi pengaruh terhadap daya terima pasien yaitu seperti dalam hal kenyamanan pasien tersebut yang lebih menyenangi dalam penggunaan bentuk sediaan, misalnya pasien lebih nyaman menggunakan lotion dari pada salep 4. Kestabilan fisis 5. Ketersediaan hayati (biological avaibility) 6. Pemilihan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan (produksi) Pengukuran rheologi digunakan untuk mengkarakterisasi kemudahan penuangan dari botol, penekanan atau pemencetan dari suatu tube untuk wadah lain yang dapat berubah bentuk, pemeliharaan bentuk produk dalam suatu bejana atau sesudah pengeluaran, penggosokan bentuk produk di atas atau ke dalam kulit, dan bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan penyimpanan ke alat pengisian (filling). Yang terpenting adalah sifat isi dan aliran yang dikehendaki tahan untuk self-life yang diisyaratkan bagi produk tersebut. Gambar 1 : Shearing stress (F) : adalah gaya per satuan luas yang menciptakan perubahan bentuk. Dua bidang sejajar berjarak x; antara bidang-bidang tersebut, isi kental dibatasi. Puncak, bidang A, bergerak secara horizontal dengan kecepatan v karena aksi dengan gaya F. Bidang B yang lebih bawah tidak bergerak. Akibatnya ada 5
7 suatu perubahan kecepatan v/x antara bidang-bidang tersebut. Perubahan ini didefinisikan sebagai rate of shear (G). PENGGOLONGAN TIPE ALIRAN 1. Sistem Newton Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear tertentu, rate of shear harus berbanding lurus dengan shearing stress. adalah koefisien viskositas atau viskositas. Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan sebagai gaya geser yang diperlukan agar menghasilkan kecepatan 1 cm/detik di antara dua bidang sejajar cairan yang masingmasing luasnya 1 cm 2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm. Istilah fluiditas (f) didefinisikan sebagai kebalikan dari viskositas Viskositas kinematik ( ), adalah viskositas mutlak seperti didefiniskan di atas di bagi oleh kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah stoke (s) dan centistoke (cs) Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang bersifat ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati. Shearing stress (S) atau gaya yang diperlukan per satuan luas berbanding lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan atau Rate of Shear (G). contohnya adalah gliserol 6
8 Gambar 2 : Kurva aliran Newton 2. Sistem Non Newton Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum newton (Non Newtonian Bodies). Plastis Tidak dipengaruhi waktu Pseudoplastis Dilatan Non Newton Tiksotropik Di pengaruhi waktu Antitiksotropik Rheopeksi Gambar 3 : Bagan macam-macam aliran non-newton 7
9 Aliran Plastis A : yield value S = G Rate of share Gambar 4 : Kurva aliran non-newton plastis Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress pada suatu titik tertentu dikenal sebagai harga yield. Yield value adalah harga yang harus dipenuhi agar cairan mulai mengalir, sebelum yield value zat bertindak sebagai bahan elastis setelah yield value siatem mengalir sesuai dengan sistem newton dimana shearing stress berbanding dengan rate of shear. Adanya Yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikelpartikel yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Sekali yield value terlampaui, tiap kenaikan shearing stress selanjutnya mengakibatkan kenaikan yang berbanding langsung pada rate of shear. Pada umumnya plastis menyerupai sistem Newton pada shear stress di atas yield value. 8
10 Aliran Pseudoplastis Gambar 5 : kurva aliran non-newton pseudoplastis S = G Rate of share Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung).viskositas menurun dengan meningkatnya rate of share. Terjadi pada molekul berantai panjang seperti polimer-polimer termasuk gom, tragakan, Na-alginat, metil selulosa, karboksimetilselulosa. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis disebabkan karena kerja shearing terhadap molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dalam dari bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya. Jadi meningkatnya shearing stress menyebabkan keteraturan polimer sehingga mengurang tahanan dan lebih meningkatkan rate of share pada shearing stress berikutnya Sistem pseudoplastis disebut pula sebagai sistem geser encer ( shearthinning) karena dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun. Contoh klasik adalah kecap atau saus tomat yang untuk mengeluarkannya dari botol harus mengocoknya kuat-kuat. 9
11 Aliran Dilatan Gambar 6 : kurva aliran non-newton dilatan Sistem aliran dilatan disebut juga sebagai system geser kental (shearthickening system). Istilah dilatan dikaitkan dengan meningkatnya volume. Zat-zat yang mempunyai sifat-sifat aliran dilatan dimiliki oleh suspensi yang berkonsentrasi tinggi (>50%) dari partikel yang terdeflokulasi, contohnya adalah pencampuran veegum dan CMC. Viskositas meningkat dengan bertambahnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan fluiditas aslinya. Mekanisme sistem aliran dilatan : Pada saat istirahat, partikel-partikel tersebut tersusun rapat dengan volume antar partikel atau volume void (kosong) minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam suspensi tersebut cukup untuk mengisi volume ini dan menyebabkan partikel-partikel bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari sistem tersebut mengembang atau memuai. Partikel-partikel tersebut, dalam usahanya untuk bergerak lebih cepat satu melampaui lainnya, mengambil bentuk kemasan terbuka. Susunan tersebut mengakibatkan meningkatnya volume void (kosong) di antara partikel. Jumlah pembawa yang tinggal adalah tetap ( konstan) dan pada beberapa titik menjadi tidak cukup untuk mengisi ruang-ruang kosong antar partikel menjadi lebih besar. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena partikel-partikel tidak terbasahi atau dilumasi secara sempurna lagi oleh pembawa tersebut, sehingga suspensi akan seperti pasta yang kaku. Bahanbahan dilatan bisa menjadi padat pada kondisi shear yang tinggi, dengan demikian dapat merusak alat pada proses pembuatan. 10
12 Aliran Tiksotropi Gambar 7 : kurva aliran non-newton tiksotropi Pada sistem non newton (plastis dan pseudoplastis), kurva menurun seringkali disebelah kiri dari kurva yang menaik yang menunjukan bahan tersebut mempunyai konsistensi lebih rendah pada setiap harga rate of shear pada kurva yang menurun dibandingkan pada kurva yang menaik. Ini menunjukkan adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali dengan segera jika stress tersebut dihilangkan atau dikurangi. Gejala ini disebut tiksotropi. Tiksotropi adalah suatu pemulihan yang isotherm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Tiksotropi hanya dapat diterapkan untuk shear-thinning system. Tiksotropi terjadi karena proses pemulihan yang lambat dari konsistensi Gel-Sol-Gel (proses pertama berlangsung cepat sedangkan proses kedua berlangsung lebih lambat).. Contohnya : magma magnesia 11
13 Aliran Antitiksotropi Gambar 8 : kurva aliran non-newton antitiksotropi Anti Tiksotropi ditunjukkan dengan kurva menurun berada di kanan kurva menaik (konsistensinya meningkat). Rheopeksi Gambar 8 : kurva aliran non-newton rheopeksi Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih cepat jika diaduk perlahan-lahan atau kalau di share daripada jika dibiarkan membentuk gel tersebut tanpa pengadukan. 12
14 Pada tipe pseudoplastis dan plastis, kecepatan pemadatan sol tiksotropi melalui gerakan kuat dan teratur disebut rheopeksi. Pada tipe dilatan disebut antirheopeksi yaitu penurunan konsistensi akibat geseran pada saat didiamkan. Salah satu cara menentukan sifat alir adalah dengan viscometer stormer yang prinsipnya adalah perputaran rotor yang merupakan aplikasi kecepatan geser dan penambahan beban aplikasi dari gaya gesek. Semakin berat beban yang digunakan, maka kecepatan perputaran rotor akan semakin cepat karena ada energi yang ditambahkan. Gesekan antara rotor dengan senyawa yang diuji akan meningkatkan suhu. Suhu yang meningkat menyebabkan ikatan antar partikel renggang sehingga viskositas menurun dan kecepatan mengalir menaik. Setelah itu ditentukan waktu yang digunakan rotor untuk memutar sebanyak 25 kali. Pemutaran 25 kali telah mewakili tipe dari sifat alir tersebut. Sifat-sifat yang dapat mempengaruhi sifat alir suatu zat meliputi : 1. Suhu : kenaikan suhu akan menyebabkan gerak antar partikel merenggang, sehingga viskositas akan menurun dan waktu alir akan semakin cepat karena zat semakin mudah mengalir. 2. Viskositas : semakin tinggi viskositas menyebabkan tahanannya akan semakin besar sehingga zat tersebut makin sulit mengalir dan sebaliknya. Viskositas berbanding terbalik dengan sifat alir 3. Kerapatan : semakin tinggi kerapatan suatu zat, jarak antar partikel akan semakin sempit, viskositas semakin besar dan zat semakin sulit untuk mengalir. Sifat alir berbanding terbalik dengan kerapatan. 4. Konsentrasi : semakin tinggi konsentrasi suatu zat, maka jumlah partikel semakin banyak sehingga viskositas semakin tinggi dan zat semakin sulit mengalir. Sifat alir berbanding terbalik dengan konsentrasi. Kegunaan rheologi dalam formulasi : - Untuk sediaan farmasi cair tipe aliran yang diinginkan adalah tiksotropik - Mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah (mencegah pengendapan) - Akan menjadi cair bila dikocok dan mudah untuk dituang 13
15 Contoh aplikasi rheologi dalam bidang Farmasi : Aplikasi di bidang produk sabun pembersih wajah, susu kedelai (Glycine soja Sieb. & Zucc) diketahui mengandung bahan yang berfungsi sebagai humektan karena kandingan alanin, glisin, prolin, serin, dan asam amino lainnya. Selain itu susu kedelai juga memiliki fungsi emolien karena kandungan asam oleat, linoleat, linolenat, arakhidonat, dan asam lemak lainnya. dalam penelitian ini akan diformulasi sediaan sabun cair wajah mengandung 15% susu kedelai yang berfungsi sebagai emolien dan humektan untuk menjaga agar kulit tetap bersih, lembut, dan lembab, serta mencegah kekeringan kulit. Dalam pembuatan sabun, bahan utamanya adalah surfaktan dari golongan anionic yang berfungsi sebagai pembersih. Selain itu, ditambahkan pula surfaktan amfoter atau nonionic untuk mengurangi iritasi yang disebabkan dari surfaktan anionic. Salah satu surfaktan anionic yang digunakan adalah Lauret-7-sitrat yang merupakan jenis surfaktan lunak. Surfaktan ini juga memiliki keunggulan karena fungsinya sebagai pelembab sehingga mencegah kulit wajah menjadi kering. Lauret-7-sitrat juga dapat berfungsi sebagai peningkat busa, yang dengan penambahan susu kedelai sifat membusa dari surfaktan yang ada dalam formula standar menjadi berkurang. Penggunaan surfaktan Lauret-7-sitrat akan divariasi dengan konsentrasi 1%;2%;3% (0% Lauret-7-sulfat sebagai kontrol), agar didapat busa yang semakin meningkat dan stabil serta tidak mengiritasi kulit, karena akan dikombinasi dengan natrium lauret sulfat dari surfaktan anionic, dan juga digunakan kokamid DEA sebagai surfaktan nonionic untuk mengurangi iritasi yang ditimbulkan oleh surfaktan anionic. Bahan tambahan lain adalah hidroksipropil metil selulosa (HPMC) sebagai pengental, BHA sebagai antioksidan, dinatrium EDTA sebagai pengkelat, serta 5-bromo-5-nitro-1,3- dioksan sebagai pengawet. Dalam pembuatan sediaan sabun cair wajah, salah satu evaluasi dalam pembuatan sediaan sabun adalah evaluasi viskositas dan sifat alir. Viskositas diukur menggunakan viscometer Brookfield tipe LV dengan mengamati angka pada skala viscometer dengan kecepatan tertentu pada suhu kamar. Sediaan dimasukkan ke dalam wajah berupa gelas piala dan spindle yang sesuai sampai batas yang ditentukan, lalu diputar dengan kecepatan tertentu sampai jarum 14
16 merah viscometer menunjuk pada skala yang konstan. Sifat alir diukur dengan mengubah kecepatan viscometer sehingga didapat viskositas pada berbagai kecepatan geser (rpm). Sufat alir dapat diketahui dengan cara membuat kurva hubungan antara kecepatan geser(rpm) dengan gaya (dyne/cm 3 ) sesuai dengan data yang diperoleh. Hasil evaluasinya adalah pengukuran viskositas pada sediaan sabun cair wajah Formula I sampai IV menunjukkan bahwa sediaan sabun cair wajah formula IV yaitu konsentrasi Laurat-7-sitrat sebesar 3% mempunyai viskositas yang paling tinggi dan formula I yang memiliki konsentrasi Laurat-7-sitrat sebesar 1% terendah, sehingga dapat dinyatakan bahwa dengan bertambahnya konsentrasi lauret-7-sitrat menungkat pula viskositasnya. Hal ini disebabkan karena lauret-7-sitrat merupakan surfaktan yang berfungsi sebagai peningkat viskositas. Penyimpanan pada suhu lebih tinggi dapat menyebabkan terjadinya pemutusan rantai polimer sehingga kedudukan molekul-molekul menjadi renggang, akibatnya viskositasnya turun. Hal ini sesuai dengan hukum Arrhenius, bahwa semua sediaan yang disimpan selama periode waktu tertentu pada suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar akan mengalami penurunan viskositas.dapat disimpulkan bahwa semua formula yang disimpan pada suhu 25 C dan 40 C mempunyai sifat alir pseudoplastis dengan viskositas cps, memberikan kekentalan yang membuat sediaan tersebyt mudah untuk dituang. 15
17 KESIMPULAN Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir cairan adalah konsentrasi, suhu, kerapatan, viskositas, dan beban. Berdasarkan sifat alirnya, tipe aliran dibagi menjadi dua yaitu Newtonian dan non-newtonian. Non-Newtonian berupa plastis, pseudoplastis, dan dilatan. DAFTAR PUSTAKA Attwood, 2008, Physical Pharmacy, University of Manchester, UK London, PP , Aulton, 2007, Pharmaceutics the Design and Manufacture of Medicine, Churchill Livingstone, New York, PP Lachaman, 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI press : Jakarta, PP Suyono, 1988, Kimia Fisika 1, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta, PP.44. Swarbrick, 2000, Pharmaceutical Emulsion and Suspensions, Marcel Dekker Inc, New York, PP
DEFINISI. Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI. menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan
RHEOLOGI DEFINISI Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI Rheo Logos : Mengalir : Ilmu menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan (Bingham & Crawford) Rheology:
Lebih terperinciRHEOLOGI. Di tulis untuk memenuhi pra-syarat MATA KULIAH KIMIA FISIKA. Disusun oleh : Agus Khaerun Umar ( ) Annong Dhika Pradana ( )
RHEOLOGI Di tulis untuk memenuhi pra-syarat MATA KULIAH KIMIA FISIKA Disusun oleh : Agus Khaerun Umar (15040004) Annong Dhika Pradana (15040010) Dewi Retno Indrawati (15040015) Elvan Nugraha (15040021)
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciLAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD
LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Dosen Pembimbing : Rini Handayani,
Lebih terperinciFORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)
FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) Nursiah Hasyim 1, Faradiba 2, dan Gina Agriany Baharuddin 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas Farmasi, Universitas
Lebih terperinciRheologi. Rini Yulianingsih
Rheologi Rini Yulianingsih Sifat-sifat rheologi didefinisikan sebagai sifat mekanik yang menghasilkan deformasi dan aliran bahan yang disebabkan karena adanya stress Klasifikasi Rheologi 1 ALIRAN BAHAN
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum
Lebih terperinciKELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL
KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu
Lebih terperinciLauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan Peningkat Busa pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.) Zucc
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 29, hal. 39-47 ISSN 1693-1831 Vol. 7, No. 1 Lauret-7-Sitrat sebagai Detergensia dan Peningkat Busa pada Sabun Cair Wajah Glysine soja (Sieb.) Zucc SITI UMRAH NOOR*,
Lebih terperinciFORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL
Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciGEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula
10/25/2012 1 GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula @Dh hadhang_wk Laboratorium Farmasetika Unso oed GEL Semi padat yang
Lebih terperinciSUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.
SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas
Lebih terperinciVISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN
VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN I. TUJUAN 1. Menentukan viskositas cairan dengan metoda Ostwald 2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan II. DASAR TEORI Viskositas diartikan sebagai
Lebih terperinci8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel
Lebih terperinciFORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciAnis Marfu ah, Assisten Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 2
PERBEDAAN CARBOXYMETHYL CELLULOSA DAN XANTHAN GUM SEBAGAI SUSPENDING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK SUSPENSI KLORAMFENIKOL Anis Marfu ah 1, Sutaryono 2 ABSTRACT Latar Belakang : Zat pembasah digunakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI.1. KLASIFIKASI FLUIDA Fluida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, tetapi secara garis besar fluida dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu :.1.1 Fluida Newtonian
Lebih terperinciProses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan
Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN Tanggal Praktikum : 17 November 2014 Tanggal Pengumpulan : 24 November 2014 Disusun oleh Grup F - Kelompok 5 1. Hilwa Lutfia (1143050023) (Hasil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang
Lebih terperinciPENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR
PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR A. Judul Percobaan : PENENTUAN VISKOSITAS ZAT CAIR B. Prinsip Percobaan Mengalirkan cairan pipa ke dalam pipa kapiler dari Viskometer Oswald dengan mencatat waktunya. C. Tujuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur
Lebih terperinciPembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami
Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit buah manggis adalah senyawa polifenol
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciD. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam
JURNAL KELARUTAN D. Tinjauan Pustaka 1. Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian
Lebih terperinciIV. RHEOLOGI. Setelah mempelajari materi dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang dasardasar reology
IV. RHEOLOGI PENGANTAR Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan
Lebih terperinciSifat fisika kimia - Zat Aktif
Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai
Lebih terperinciTUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN
TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN Disusun Oleh : Nama NIM : Anita Ciptadi : 16130976B PROGRAM STUDI D-III FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2013/2014 KATA PENGANTAR Puji syukur
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
Lebih terperinciLAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN
LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN Disusun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Dosen Pembimbing : Margareta Retno Priamsari, S.Si., Apt LABORATORIUM FISIKA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan
Lebih terperinciMEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA
MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan untuk pembuatan gel bioetanol adalah handmixer, penangas air, dan gelas ukur. Alat yang digunakan untuk uji antara lain adalah Bomb Calorimeter,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa
KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa ALIRAN STEDY MELALUI SISTEM PIPA Persamaan kontinuitas Persamaan Bernoulli
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu
Lebih terperinciRHEOLOGI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan Twitter: Dhadhang_WK
RHEOLOGI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan Twitter: Dhadhang_WK 1 RHEOLOGI Pendahuluan System aliran newton dan non-newton: plastis, pseudoplastis,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)
Lebih terperinciFORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION
FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan
Lebih terperinciPot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel
Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciRheologi. Stress DEFORMASI BAHAN 9/26/2012. Klasifikasi Rheologi
Rheologi Sifat-sifat rheologi didefinisikan sebagai sifat mekanik yang menghasilkan deformasi dan aliran bahan yang disebabkan karena adanya stress/gaya Klasifikasi Rheologi Stress DEFORMASI BAHAN 1 Stress
Lebih terperinciRendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.
Lampiran 1 Prosedur analisis surfaktan APG 1) Rendemen Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan. % 100% 2) Analisis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)
Lebih terperinciSALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)
SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.
Lebih terperinciMIXING TUGAS TEKNOLOGI FORMULASI YOSSI FITRIANTI S.FARM, APT PASCASARJANA FARMASI UNAND
MIXING TUGAS TEKNOLOGI FORMULASI YOSSI FITRIANTI S.FARM, APT 1421012009 PASCASARJANA FARMASI UNAND Introduction Pencampuran didefinisikan proses di mana dua atau lebih komponen dalam kondisi campuran terpisah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Salah satunya adalah alpukat
Lebih terperinciHasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng 1 kali penggorengan, pemurnian gliserol
Lebih terperinciTahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.
I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciLaporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan
Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi fenomenafenomena tersbut mempunyai hubungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA. Tegangan Permukaan. Disusun oleh: Wawan Gunawan
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA Tegangan Permukaan Disusun oleh: Wawan Gunawan 12012098 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR 2013 TEGANGAN PERMUKAAN I. Tujuan Percobaan Mengenal dan mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana
34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu
Lebih terperinci1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak
Contoh si Sediaan Salep 1. sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak Vaselin Putih 82,75% Ekstrak Hidroglikolik Centellae Herba 15 % Montanox 80 2 % Mentol 0,05 % Nipagin 0,15
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA
FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon
I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinci4. Emulsifikasi dan homogenisasi
Minggu 4 4. Emulsifikasi dan homogenisasi 4.. Emulsi Emulsi adalah suatu larutan yang terdiri dari fase disperse dan fase continue. Ada dua tipe emulsi yaitu air dalam lemak dan lemak dalam air. Contoh
Lebih terperinciSIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN
SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN Terdapat pada sistem pangan yang merupakan sistem 2 fase (campuran dari cairan yang tidak saling melarutkan immiscible) Antara 2
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK MODUL PRAKTIKUM NAMA PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : MASSA JENIS DAN VISKOSITAS : RISPIANDI,ST.MT : SIFA FUZI ALLAWIYAH TANGGAL PRAKTEK : 25 September 2013 TANGGAL PENYERAHAN
Lebih terperinciUJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN
Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN YANG MENGANDUNG ERDOSTEIN 1 Fetri Lestari, 2 Hilda Aprilia 1,2 Program Studi Farmasi,
Lebih terperinciPEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :
LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C
29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan
Lebih terperincikimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.
Lebih terperinciDisolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol
BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, memberikan dampak pengembangan terhadap metode untuk meningkatkan mutu suatu obat.
Lebih terperinciTabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN BAKU 1. Karakteristik SIR 20 Karet spesifikasi teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SIR 20 (Standard Indonesian Rubber 20). Penggunaan SIR 20
Lebih terperinciMATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411) Oleh : Prof. Dr. Marchaban, DESS., Apt. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciRumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan
Lebih terperinciCiri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah
Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir
Lebih terperinciFENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP
FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan Energy (Panas) Neraca
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut
Lebih terperinciMATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421) Oleh : Prof. Dr. Marchaban, DESS., Apt. Drs. Mufrod, M.Sc., Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,
Lebih terperinciBilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).
2 3 4 Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface). Antar muka dapat berada dalam beberapa jenis, yang dapat berwujud padat, cair atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat
Lebih terperinciFISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES
FISIKA DASR MAKALAH HUKUM STOKES DISUSUN OLEH Astiya Luxfi Rahmawati 26020115120033 Ajeng Rusmaharani 26020115120034 Annisa Rahma Firdaus 26020115120035 Eko W.P.Tampubolon 26020115120036 Eva Widayanti
Lebih terperinciTegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan
Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran
Lebih terperinci