Anis Marfu ah, Assisten Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Anis Marfu ah, Assisten Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 2"

Transkripsi

1 PERBEDAAN CARBOXYMETHYL CELLULOSA DAN XANTHAN GUM SEBAGAI SUSPENDING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK SUSPENSI KLORAMFENIKOL Anis Marfu ah 1, Sutaryono 2 ABSTRACT Latar Belakang : Zat pembasah digunakan untuk serbuk yang tidak larut dalam cairan pembawa. Sediaan suspensi harus stabil secara fisika maupun kimia. Stabilitas fisik suspensi diantaranya meliputi: besarnya volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir dari sediaan suspensi. Peran suspending agent dalam formulasi suspensi sangat penting, yaitu untuk menaikkan viskositas. Meningkatnya viskositas, akan mengurangi laju sedimentasi dari partikel-partikel terdispersi. Aspek yang diperhatikan adalah jenis suspending agent yang didasarkan pada tipe alir dan stabilitas fisik suspensi kloramfenikol Metode : Jenis penelitian yang digunakan eksperimental, variabel bebas dalam penelitian ini adalah suspensi kloramfenikol dengan suspending agent yang berbeda (CMC dan xanthan gum), sedangkan variabel terikatnya adalah stabilitas fisik. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten pada bulan April Selanjutnya volume sedimentasi dan viskositas dianalisa statistik menggunakan uji parametrik dengan metode uji T-test dan analisis varian satu jalan (Anova) dengan taraf kepercayaan 95% Hasil : Berdasarkan analisa data volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada hari ke 0 30 diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. Berdasarkan analisa data viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada minggu ke 0 - IV diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. sedangkan PH, suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v ph nya mencapai 6, sedangkan xanthan gum mencapai ph 5. ph tersebut tidak berubah selama 4 minggu penyimpanan. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum sebagai suspending agent terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol, terdapat pengaruh yang berbeda antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol Suspending agent yang relatif baik untuk stabilitas fisik suspensi kloramfenikol selama 30 hari (4 minggu) pengamatan pada penelitian ini adalah xanthan gum 1% b/v. Kata Kunci : Carboxymethyl Cellulosa (CMC), Xanthan gum, Suspending agent, Kloramfenikol, A. LATAR BELAKANG 1 Anis Marfu ah, Assisten Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 2 Sutaryono, Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten

2 Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2006). Dalam upaya meningkatkan kesehatan, penggunaan obat digunakan sebagai realisasi dari tindakan pencegahan (preventive), pengobatan (kurative), dan pemulihan (rehabilitative). Bermacam-macam bentuk sediaan obat telah kita ketahui, misalnya: tablet, pulveres, kapsul, pil, suppositoria, suspensi, emulsi, sirup, aerosol, dan masih banyak bentuk sediaan lainnya. Teknologi farmasi adalah suatu ilmu yang digunakan untuk membuat berbagai bentuk sediaan guna memperoleh sediaan yang memenuhi standard sesuai dengan sifat zat aktif yang terkandung dan sediaan jadi yang diinginkan. Dalam penggunaan obat untuk terapi, dibutuhkan dosis yang tepat agar mendapatkan efek terapeutik yang diinginkan. Homogenitas sediaan akan menentukan besarnya dosis yang diberikan pada setiap pemakaian. Salah satu sediaan yang lebih disukai pasien adalah bentuk sediaan cair, karena lebih cepat diabsorpsi, mudah diberikan untuk pasien pada kondisi khusus dan lanjut usia, serta mudah ditelan. Salah satu sediaan tersebut adalah suspensi, suspensi lebih stabil daripada larutan. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, 2006). Sifat-sifat yang diinginkan dari sediaan suspensi adalah : 1) dapat mengendap secara lambat dan apabila digojok akan cepat terdispersi kembali, 2) dapat dituang dari wadah dengan cepat dan homogen, 3) ukuran partikel dari suspensoid tetap konstan pada penyimpanan. Suspensi oral dibuat karena lebih disukai daripada bentuk padat untuk obat yang sama, obat-obat tertentu stabil secara kimia apabila dibuat suspensi, dan disukai oleh anakanak. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Dalam pembuatan suspensi oral, digunakan zat aktif padat sebagai fase terdispersi, cairan pembawa sebagai fase pendispersi yang umumnya adalah air, zat pembasah ( wetting agent ), zat pensuspensi ( suspending agent ), dan zat tambahan lainnya, seperti : corrigen coloris, odoris, saporis untuk menambah estetika sediaan suspensi tersebut (Ansel, 1989). Tidak semua bahan obat dapat dibuat suspensi, tergantung pada stabilitas fisika kimia dari obat tersebut. Kloramfenikol sebagai antibiotik untuk terapi demam tifoid,

3 merupakan salah satu bahan obat yang dapat dibuat suspensi oral dengan penambahan zat pembasah untuk mendispersikan serbuk kloramfenikol. Zat pembasah digunakan untuk serbuk yang tidak larut dalam cairan pembawa. Sediaan suspensi harus stabil secara fisika maupun kimia. Stabilitas fisik suspensi diantaranya meliputi: besarnya volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir dari sediaan suspensi. Peran suspending agent dalam formulasi suspensi sangat penting, yaitu untuk menaikkan viskositas. Meningkatnya viskositas, akan mengurangi laju sedimentasi dari partikel-partikel terdispersi. Viskositas sediaan suspensi tidak boleh terlalu kental, karena akan menyulitkan penuangan obat oleh pasien dan sukar diratakan kembali (Ansel, 1989). Setiap suspending agent atau kombinasinya mungkin dapat menghasilkan tipe alir yang berbeda pada konsentrasi tertentu (Lieberman dkk, 1996). Sifat alir (rheologi) dan viskositas suspensi akan berpengaruh pada mudah atau tidaknya suspensi untuk dimasukkan kedalam wadah dalam pengemasan dan dituang kembali untuk digunakan oleh pasien. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan mencoba membuat suspensi oral dengan menggunakan dua jenis suspending agent, dimana pemilihan jenis suspending agent didasarkan pada tipe alirnya, yaitu plastik dan pseudoplastik, kemudian melakukan evaluasi terhadap stabilitas fisiknya. Aspek yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah jenis suspending agent yang didasarkan pada tipe alir dan stabilitas fisik suspensi kloramfenikol. Evaluasi stabilitas fisik meliputi : volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan kontrol ph terhadap suspensi kloramfenikol. B. METODE DAN BAHAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental yang hasilnya dianalisis secara statistik. Penelitian eksperimental adalah kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain (Notoatmodjo, 2002). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suspensi kloramfenikol dengan suspending agent yang berbeda (CMC dan xanthan gum), sedangkan variabel terikatnya adalah stabilitas fisik. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten pada bulan April 2009.

4 Harga Hu/Ho (%) Data yang digunakan adalah data hasil pengamatan volume sedimentasi; viskositas dan kontrol ph yang dilakukan setiap minggu selama 4 minggu, serta data hasil uji sifat alir suspensi kloramfenikol pada minggu ke 0 dan minggu ke 4 dibandingkan. Selanjutnya volume sedimentasi dan viskositas dianalisa statistik menggunakan uji parametrik dengan metode uji T-test dan analisis varian satu jalan (Anova) dengan taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan bantuan Windows SPSS. Sifat alir dan kontrol ph dianalisis secara diskriptif. C. HASIL PENELITIAN 1. Volume sedimentasi a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Hasil pengamatan volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v pada hari ke 0 30 dinyatakan dalam harga persentase Hu/Ho. Harga Hu/Ho pada hari ke 0 30 bervariasi dari 100% hingga 10%. Hasil selengkapnya, tersaji pada grafik, gambarnya dapat dilihat sebagai berikut: Waktu (hari) Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara Hu/Ho suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan b. Xanthan gum 1% b/v Hasil pengamatan volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v pada hari ke 0 30 dinyatakan dalam harga persentase Hu/Ho. Harga Hu/Ho pada hari ke 0 30 adalah 100%. Hasil selengkapnya, tersaji pada tabel grafik berikut :

5 Harga Hu/Ho (%) Harga Hu/Ho (%) Waktu (hari) Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara harga Hu/Ho (%) suspensi kloramfenikol menggunakan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan c. Gabungan CMC dan xanthan gum 1% b/v Setelah digabungkan, antara grafik CMC dan xanthan gum 1% b/v, maka dapat dilihat pada gambar berikut : Xanthan gum 1% CMC 1% Waktu (hari) Gambar 4. 3 Grafik hubungan antara harga Hu/Ho suspensi kloramfenikol dengan menggunakan CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan Berdasarkan analisa data volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada hari ke 0 30 secara statistik menggunakan uji Anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%, diperoleh

6 Viskositas (cps) nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. Formula Signifikansi Nilai p (Sig) F I - F II Signifikan 0,000 (< 0,05) Hari 0-1 Signifikan 0,000 (< 0,05) Hari 1 - (2-30) Signifikan 0,017 (< 0,05) Hari 0-30 Tidak Signifikan 1,000 (< 0,05) 2. Viskositas suspensi a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Suspensi kloramfenikol yang diteliti juga diamati viskositasnya. Selama 4 minggu penyimpanan, masing-masing (tiap minggu) hasilnya diambil rata-rata dari 3 kali pengulangan. Jika dibuat dalam bentuk grafik, gambarnya dapat dilihat sebagai berikut: I II III IV Waktu (minggu) Gambar 4. 4 Grafik hubungan antara viskositas suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan b. Xanthan gum 1% b/v Suspensi kloramfenikol yang diteliti juga diamati viskositasnya. Selama 4 minggu penyimpanan, masing-masing (tiap minggu) hasilnya diambil rata-rata dari 3

7 Viskositas (cps) Viskositas (cps) kali pengulangan. Lebih jelasnya, hasil tersaji dalam bentuk grafik, gambarnya dapat dilihat sebagai berikut: I II III IV Waktu (minggu) Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara viskositas suspensi kloramfenikol menggunakan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan c. Gabungan CMC dan xanthan gum 1% b/v Setelah digabungkan, antara grafik CMC dan xanthan gum 1% b/v, maka dapat dilihat pada gambar 4. 6 berikut ini: I II III IV Waktu (minggu) Xanthan gum 1% CMC 1% Gambar 4. 6 Grafik hubungan antara viskositas suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan Berdasarkan analisa data viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada minggu ke 0 - IV secara statistik menggunakan uji Anova satu jalan dan uji T-test dengan taraf kepercayaan 95%,

8 diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. Formula Signifikansi Nilai p (Sig) F I - F II Signifikan 0,000 (< 0,05) Minggu 0 - I Tidak Signifikan 0,977 (> 0,05) Minggu I - II Tidak Signifikan 0,998 (> 0,05) Minggu II - III Signifikan 0,023 (< 0,05) Minggu III - IV Tidak Signifikan 0,861 (> 0,05) F II Minggu 0 - I Tidak Signifikan 0,231 (> 0,05) Minggu I - II Tidak Signifikan 0,997 (> 0,05) Minggu II - III Tidak Signifikan 0,441 (> 0,05) Minggu III - IV Signifikan 0,005 (< 0,05) 3. Sifat alir suspensi a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Hasil pengamatan sifat alir berupa tabel perubahan kecepatan geser dengan penambahan beban dan rheogram, yang tersaji pada tabel dan gambar berikut: Tabel 4. 7 Perubahan kecepatan geser dengan penambahan beban pada suspensi kloramfenikol yang menggunakan CMC 1% b/v sebagai suspending agent pada minggu ke 0 - IV Beban Jumlah putaran per menit (rpm) (gram) 0 I II III IV ,38 143,45 136,80 178,69 174, ,75 193,78 190,67 236,27 240,33

9 Jumlah putaran per menit (rpm) ,28 230,06 286,82 283, ,85 258,94 274,96 329,05 318, ,98 314,26 306,87 376,56 370,46 b. Xanthan gum 1% b/v Hasil pengamatan sifat alir berupa tabel perubahan kecepatan geser dengan penambahan beban dan rheogram, yang tersaji pada grafik berikut: Beban yang ditambahkan (gram) minggu 0 minggu IV Gambar 4. 8 Rheogram suspensi kloramfenikol yang menggunakan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent 4. Derajad keasaman (ph) Selain evaluasi organoleptis, volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir, suspensi kloramfenikol ini juga diukur derajad keasamannya (ph). Hasil pengukuran derajad keasaman (ph) suspensi kloramfenikol pada penelitian ini, tersaji pada tabel 4. 9, berikut ini:

10 Tabel 4. 9 Derajad keasaman suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v Formula Waktu (minggu) Derajad keasaman (ph) I (CMC 1% b/v) 0 6 I 6 II 6 III 6 IV 6 II (Xanthan gum 1% b/v) 0 5 I 5 II 5 III 5 IV 5 D. PEMBAHASAN 1. Penetapan Formula Untuk menetapkan formula, maka dilakukanlah orientasi/penelitian pendahuluan tentang kadar suspending agent yang digunakan. Dari hasil orientasi, suspensi dengan kadar suspending agent Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1,5% b/v mempunyai kekentalan yang tinggi dan sukar untuk didispersikan kembali, sehingga tidak memenuhi batasan untuk sebuah formula suspensi. Menurut Lieberman dkk (1996), CMC mempunyai karakteristik aliran pseudoplastik pada konsentrasi 1-2 % b/v. Oleh karena itu, pada penelitian ini kadar suspending agent yang digunakan adalah 1% b/v atau sesuai dengan formula standard dalam Formularium Nasional. Hasilnya lebih baik, suspensi mudah didispersikan kembali, tidak terlalu kental dan tidak pula terlalu encer. Sebagai suatu pengembangan formula, dibuat sebuah formula baru dengan menggunakan xanthan gum sebagai suspending agent untuk suspensi kloramfenikol. Menurut Lieberman dkk (1996), xanthan gum mempunyai karakteristik aliran plastik pada konsentrasi 0,3-3 % b/v. Dari hasil orientasi, suspensi dengan kadar suspending agent xanthan gum 2 % b/v, ternyata menghasilkan suspensi dengan kekentalan yang

11 sangat tinggi seperti yogurt dan pada kadar 1% b/v menghasilkan suspensi yang lebih baik, mudah untuk didispersikan dan dituang. Oleh karena itu, kadar xanthan gum yang digunakan pada penelitian ini adalah 1% b/v. Salah satu sifat suspensi adalah partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan (Anonim, 1995). Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam formula ini, digunakan CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent, untuk memperlambat laju sedimentasi. Konsentrasi (kadar) suspending agent tidak terlalu tinggi atau rendah, sesuai dengan hasil orientasi sebelumnya, sehingga suspensi yang dihasilkan tidak terlalu kental dan encer serta mudah untuk dituang. Untuk menambah estetika, maka ditambahkan zat pewarna dan pengaroma strawberry agar lebih menarik. Selain itu, juga ditambahkan bahan pengawet dengan kadar 0,1% b/v (Anief, 2006) agar tidak mudah ditumbuhi mikroba dan jamur. 2. Volume sedimentasi Volume sedimentasi dirumuskan sebagai hasil perbandingan antara harga tinggi endapan yang terbentuk dalam waktu tertentu dengan harga tinggi suspensi mula-mula. Dari tabel dan gambar 4. 1, suspending agent CMC 1% b/v menunjukkan adanya proses sedimentasi menurun terhambat yang sering dijumpai pada suspensi yang cenderung mengalami flokulasi. Pada partikel tunggal bersentuhan kemudian menyatu menjadi flokulat bergerak turun, berasosiasi tidak hanya dengan flokulat berikutnya, tetapi juga dengan partikel tunggal yang sangat halus, cairan yang terbentuk adalah jernih (Voight, 1995). Dari tabel dan gambar 4. 2, suspending agent xanthan gum 1% b/v menunjukkan adanya proses sedimentasi menaik tak terhambat, partikel kasar turun terlebih dahulu dan dijumpai pada sistem tanpa flokulasi (Voight, 1995). Proses ini berkebalikan dengan proses yang terjadi pada suspensi yang menggunakan suspending agent CMC 1% b/v. Suspensi kloramfenikol dengan penggunaan xanthan gum 1% b/v lebih kental daripada CMC 1% b/v, sehingga menyebabkan partikel suspensoid terhambat proses sedimentasinya. Oleh karena itu, selama 4 minggu pengamatan (penyimpanan), partikel tidak mengendap. Dalam penelitian ini, dilakukan pula pengecilan ukuran partikel dengan menggunakan blender, namun tidak dapat ditentukan batas ukuran partikel suspensoid

12 pada suspensi kloramfenikol karena keterbatasan alat, sehingga tidak mengetahui berapa ukuran partikel suspensoidnya. Pada suspensi dengan suspending agent CMC 1% b/v, mula-mula harga Hu/Ho besar, namun setelah hari ke 1, suspensi mengalami sedimentasi belum sempurna. Partikel yang halus masih melayang dalam suspensi hingga pada hari ke 2-30, harga Hu/Ho sudah mulai sama. Jika Hu/Ho dari hari ke hari di analisa secara statistik, dihari terjadi perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,000; 0,017 ( < 0,05), kemudian pada suspensi dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v, harga mula-mula Hu/Ho dari hari 0-30, tidak mengalami perubahan (tidak bersedimen). Jika dianalisa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna, dengan nilai p = 1,000 ( > 0,05). Namun jika antara CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v harga Hu/Ho dianalisa secara statistik, maka terjadi perbedaan yang sangat bermakna, yaitu dengan nilai p = 0,000 ( < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa laju sedimentasi dari kedua suspensi ini adalah berbeda, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah viskositas. Suspensi dengan kadar suspending agent yang sama menghasilkan laju sedimentasi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing bahan pensuspensi (suspending agent). Harga Hu/Ho dari suspensi dengan CMC 1% b/v sebagai suspending agent mengalami perubahan sedangkan pada suspensi dengan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent tidak mengalami perubahan dan menghasilkan volume sedimentasi yang paling besar. Dari segi evaluasi volume sedimentasi, maka suspensi dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v menunjukkan hasil yang lebih memuaskan. Redispersibilitas rata-rata dari suspensi kloramfenikol dengan CMC 1% b/v sebagai suspending agent adalah 65,3 detik, sedangkan untuk xanthan gum 1% b/v adalah 0 detik, artinya dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v, bahan obat telah terdispersi merata tanpa penggojokan, sehingga menjamin keseragaman dan dosis. 3. Viskositas suspensi

13 Berdasarkan hasil analisa statistik data viskositas pada minggu ke 0 - IV, diketahui terdapat perbedaan yang bermakna antara viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Suspensi ditetapkan viskositasnya pada suhu 29 ± 1 C dengan beban tertentu hingga rotor mampu berputar (yaitu dengan beban 60 gram). Dari tabel dan gambar 4. 4 tampak adanya penurunan viskositas dari minggu ke minggu pada suspensi kloramfenikol dengan penggunaan CMC 1% b/v sebagai suspending agent. Secara statistik, perbedaan yang bermakna terjadi pada minggu II - III dengan nilai p = 0,023 ( < 0,05). Dari minggu 0 II tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,977; 0,998 ( > 0,05); begitupula pada minggu III IV dengan nilai p = 0,861 ( > 0,05). b. Xanthan gum 1% b/v Suspensi ditetapkan viskositasnya pada suhu 29 ± 1 C dengan beban tertentu hingga rotor mampu berputar ( yaitu dengan beban 120 gram). Dari tabel dan gambar 4. 5, tampak adanya penurunan viskositas dari minggu ke minggu pada suspensi kloramfenikol dengan penggunaan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent. Secara statistik, perbedaan yang bermakna terjadi pada minggu III IV dengan nilai p = 0,005 ( < 0,05), sedangkan pada minggu 0 III, tidak ada perbedaan yang bermakna, yaitu dengan nilai p = 0,231; 0,997; 0,441 ( > 0,05). c. Gabungan CMC dan xanthan gum 1% b/v Dari tabel dan gambar 4. 4, 4. 5 dan gambar 4. 6, tampak adanya penurunan viskositas selama penyimpanan. Pada suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v, penurunan viskositas berkisar antara cps sedangkan xanthan gum 1% b/v penurunan viskositasnya berkisar antara cps. Viskositas xanthan gum 1% b/v nilainya lebih besar 10 X lipat dari viskositas CMC 1% b/v pada suspensi kloramfenikol ini dengan kadar kedua bahan yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena xanthan gum mempunyai sifat dasar, yaitu kekentalan yang tinggi dan disertai dengan daya larut yang baik. Penurunan viskositas dapat disebabkan oleh waktu dan kondisi penyimpanan (faktor suhu), proses kimia medium dispersi dengan fase terdispersi selama penyimpanan. Viskositas ini berhubungan juga dengan laju sedimentasi. Laju sedimentasi

14 dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas. Semakin tinggi viskositas, laju sedimentasi semakin lambat, sesuai dengan hukum Stoke jika variabel yang lain dianggap konstan (Ansel, 1989). Sebagaimana terlihat pada gambar 4. 6, penurunan viskositas paling tinggi adalah xanthan gum 1% b/v dari minggu ke minggu, dan viskositas terkecil adalah CMC 1% b/v. Dari minggu 0 III penurunan viskositas xanthan gum 1% b/v tidak terlalu besar. Setelah minggu III IV, penurunannya cukup besar dan bermakna secara statistik. Sedangkan pada viskositas CMC 1% b/v, penurunan viskositas terbesar terjadi pada minggu II III. Sehingga dapat diketahui bahwa lama penyimpanan, tempat penyimpanan (suhu) juga dapat berpengaruh terhadap viskositas suspensi kloramfenikol. Dalam penelitian sebelumnya (Mujahid, 2002), beban yang diperlukan untuk pengukuran viskositas hanya kecil yaitu 5 gram dengan penambahan beban 2,5 gram, sedangkan dalam penelitian ini beban yang diperlukan lebih besar, yaitu untuk CMC 1% b/v adalah 60 gram dengan penambahan beban sebesar 10 gram, xanthan gum 1% b/v menggunakan beban 120 gram dengan penambahan beban sebesar 10 gram. Hal ini disebabkan karena pada penelitian terdahulu menggunakan alat ERWEKA asli. Oleh karena itu, alat yang digunakan dalam evaluasi sediaan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan suspensi juga dapat berpengaruh pada evaluasi. 4. Sifat alir Dari pengamatan sifat alir selama 4 minggu tidak menunjukkan adanya perubahan. Tipe sifat alir yang dihasilkan suspensi kloramfenikol tersebut adalah termasuk cairan non-newton dengan tipe aliran berupa aliran pseudoplastik, karena rheogram yang dihasilkan adalah grafik hubungan antara kecepatan geser dengan beban yang ditambahkan menunjukkan bahwa dengan penambahan selisih beban yang sama menghasilkan selisih kecepatan geser yang lebih besar. Gambar rheogram yang dihasilkan minggu ke 0 dan minggu IV tidak ada perubahan. Jika dibuat regresi linier antara penambahan beban dan kecepatan geser (rpm) yang dihasilkan didapatkan koefisien korelasi (r) yang bervariasi antara 0,993 0,995 dan intersep (a) -176,75 hingga - 97,99. Rheogram pada minggu IV dibandingkan dengan rheogram pada minggu 0 memiliki slope (b) yang lebih besar yang disebabkan penurunan viskositas selama penyimpanan.

15 Sifat alir dan viskositas berpengaruh pada mudah tidaknya suspensi untuk dimasukkan ke dalam wadah dalam pengemasan dan dituang kembali untuk digunakan oleh pasien. Pada penelitian ini, suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v mempunyai karakteristik sifat alir yang sama, yaitu pseudoplastik, dimana viskositas akan turun dengan naiknya beban geseran (shearing stress) dan sistem (suspensi) menjadi encer (Voight, 1995) dan dapat dilihat pula bahwa rheogram kedua cairan tidak melewati angka nol. Dengan penggunaan bahan seperti yang tersebut sebelumnya pada penelitian ini, ternyata tidak memiliki karakteristik yang sama seperti yang telah disebutkan dalam buku Lieberman dkk (1996), yaitu bahwa xanthan gum mempunyai karakteristik aliran plastik pada konsentrasi 0,3-3 %. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tidak sama persis dengan bahan yang digunakan dalam buku Lieberman dkk (1996) tersebut. Hasil dalam penelitian ini, kedua cairan suspensi memiliki sifat alir yang sama, sehingga dapat digunakan dalam formulasi suspensi kloramfenikol lebih lanjut. 5. Derajad keasaman (ph) Dalam penelitian ini, kontrol terhadap ph cairan juga dilakukan setiap minggu selama 4 minggu penyimpanan untuk memastikan stabilitas kimianya dari segi ph. Hasilnya, suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v ph nya mencapai 6, sedangkan xanthan gum mencapai ph 5. ph tersebut tidak berubah selama 4 minggu penyimpanan. Dari buku Connors dkk (1986) disebutkan bahwa kloramfenikol stabil secara kimia pada range ph 2-7. Stabilitas maksimalnya adalah 6, karena pada ph 6, t1/2 nya adalah 3 tahun. Dari rujukan buku tersebut, dapat dikatakan bahwa suspensi dengan suspending agent CMC 1% b/v mencapai stabilitas maksimal, karena telah menghasilkan ph 6. Sedangkan pada suspensi kloramfenikol dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v menghasilkan ph 5. Pada ph 5 tersebut, suspensi sudah stabil secara kimia, namun belum tercapai ph maksimalnya seperti telah diungkapkan pada buku Connors dkk (1986). Hal ini dapat diartikan bahwa kloramfenikol stabil secara kimia pada suasana asam. E. KESIMPULAN

16 1. Terdapat perbedaan antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum sebagai suspending agent terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol, yang meliputi volume sedimentasi dengan nilai p = 0,000 ( < 0,05) dan viskositas dengan nilai p = 0,000 ( < 0,05). 2. Terdapat pengaruh yang berbeda antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol dengan nilai p = 0,000 0,998 untuk CMC dan nilai p = 0,005 1,000 untuk xanthan gum. 3. Suspending agent yang relatif baik untuk stabilitas fisik suspensi kloramfenikol selama 30 hari (4 minggu) pengamatan pada penelitian ini adalah xanthan gum 1% b/v. REFERENSI Anief, Moh Farmasetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anief, Moh Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim Formularium Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ansel, Howard C Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. terj. Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Connors, Kenneth A, Amidon, Gordon L, and Stella, Valentino J Chemical Stability of Pharmaceuticals. Second edition. John Wiley & Sons, lnc. Lachman, Leon, Lieberman, Herbert A, and Kanig, Joseph L Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi III. Terj. Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Lieberman, Herbert A, Rieger, Martin M, and Banker, Gilbert S Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Syistem. Vol 2. Marcel Dekker, lnc. Martin, Alfred, Swarbick, James and Cammarata, Arthur Farmasi Fisik. Edisi III. Terj. Yoshita. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

17 Mujahid, Rohmat Skripsi Pengaruh Penggunaan Methocel Terhadap Sifat Fisis Suspensi Sulfamerazin Terflokulasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Tjay, Tan Hoan, dan Rahardja, Kirana Obat-Obat Penting. Edisi IV. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Voigh, Rudolf Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. terj. Soendani Noerono Soewandhi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E Apriani, N.P 1, Arisanti, C.I.S 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: 4.1.1 Pemeriksaan bahan baku Hasil pemeriksan bahan baku ibuprofen, Xanthan Gum,Na CMC, sesuai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN KUNING TELUR AYAM KAMPUNG, AYAM NEGRI DAN BEBEK SEBAGAI EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIK EMULSI MINYAK ZAITUN (Olea europea, L)

PENGARUH PENGGUNAAN KUNING TELUR AYAM KAMPUNG, AYAM NEGRI DAN BEBEK SEBAGAI EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIK EMULSI MINYAK ZAITUN (Olea europea, L) PENGARUH PENGGUNAAN KUNING TELUR AYAM KAMPUNG, AYAM NEGRI DAN BEBEK SEBAGAI EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIK EMULSI MINYAK ZAITUN (Olea europea, L) Ahmad Aniq Barlian DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin) GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.

Lebih terperinci

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO Sriwidodo, Boesro Soebagio, Ricki Maranata S Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN YANG MENGANDUNG ERDOSTEIN 1 Fetri Lestari, 2 Hilda Aprilia 1,2 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

FORMULASI SUSPENSI DOKSISIKLIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI

FORMULASI SUSPENSI DOKSISIKLIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI FORMULASI SUSPENSI DOKSISIKLIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI Nur Chasanah a, Ika Trisharyanti DK a, Peni Indrayudha a a Fakultas Farmasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI SKRIPSI

FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI SKRIPSI FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI: UJI STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI SKRIPSI Oleh : MITA RETNO ANJANI K 100 050 273 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK

STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI ABSTRAK Volume 16, Nomor 1, Hal. 39-44 Januari Juni 2014 ISSN:0852-8349 STUDI KESERAGAMAN BOBOT SEDIAAN PULVERES YANG DIBUAT APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I SUSPENSI TRISUSPEN Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 10 Februari 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK

FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA ABSTRAK FORMULASI TABLET PARASETAMOL KEMPA LANGSUNG MENGGUNAKAN EKSIPIEN CO-PROCESSING DARI AMILUM SINGKONG PARTIALLY PREGELATINIZED DAN GOM AKASIA Puspita, P.A.P 1, Dewantara, I.G.N.A 1, Arisanti, C.I.S 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI. UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, Jl. Letjen Soeprapto Telanaipura Jambi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, teknologi di bidang farmasi saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis

Lebih terperinci

STABILITAS KIMIA DAN USIA SIMPAN SIRUP PARASETAMOL PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN. Iskandar Zulkarnain

STABILITAS KIMIA DAN USIA SIMPAN SIRUP PARASETAMOL PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN. Iskandar Zulkarnain As-Syifaa Vol 06 (01) : Hal. 17-24, Juli 2014 ISSN : 2085-4714 STABILITAS KIMIA DAN USIA SIMPAN SIRUP PARASETAMOL PADA BERBAGAI SUHU PENYIMPANAN Iskandar Zulkarnain Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DENGAN VISKOMETER BROOKFIELD Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Dosen Pembimbing : Rini Handayani,

Lebih terperinci

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.)

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.) FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH STRAWBERRY (Fragaria Sp.) Ummu Arifah Zam Zam, Sutaryono, Yetti O.K INTISARI Strawberry (Fragaria Sp.) merupakan tumbuhan dari famili Rosaceae yang memiliki brerbagai

Lebih terperinci

FORMULASI KRIM SERBUK GETAH BUAH PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI ANTI JERAWAT

FORMULASI KRIM SERBUK GETAH BUAH PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI ANTI JERAWAT FORMULASI KRIM SERBUK GETAH BUAH PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI ANTI JERAWAT 1 Deni Anggraini, 2 Masril Malik, 2 Maria Susiladewi 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau 2 Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT FORMULASI TABLET PARASETAMOL MENGGUNAKAN TEPUNG BONGGOL PISANG KEPOK (Musa paradisiaca cv. Kepok) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Sugiyono 1), Siti Komariyatun 1), Devi Nisa Hidayati 1) 1) Program S1 Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan adalah campuran homogeny yang disiapkan dengan melarutkan zat padat, zat cair, gas dalam cairan lain.salah satunya yaitu sirup. Sirup adalah cairan berkadar

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat; BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam bidang farmasi, perkembangan terhadap metode pembuatan sediaan obat untuk meningkatkan mutu obat juga semakin maju. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

DEFINISI. Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI. menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan

DEFINISI. Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI. menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan RHEOLOGI DEFINISI Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI Rheo Logos : Mengalir : Ilmu menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan (Bingham & Crawford) Rheology:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II SISTEM DISPERSI : DONI DERMAWAN HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 21 MEI RIMBA T.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II SISTEM DISPERSI : DONI DERMAWAN HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 21 MEI RIMBA T. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA II SISTEM DISPERSI NAMA : DONI DERMAWAN HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS, 21 MEI 2015 ASISTEN :1. NOVIA EKA PUTRI 2. RIMBA T. LABORATORIUM FARMASI FISIKA II FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat adalah suatu bahan baik zat kimia, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya, baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN DENGAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI DAN DAYA ANTIBAKTERINYA

FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN DENGAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI DAN DAYA ANTIBAKTERINYA FORMULASI SUSPENSI SIPROFLOKSASIN DENGAN SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI DAN DAYA ANTIBAKTERINYA CIPROFLOXACIN SUSPENSION FORMULATION USE PULVIS GUMMI ARABICI AS A SUSPENDING AGENT AND THE ANTIBACTERIAL

Lebih terperinci

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan. I. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril 2. Untuk menghitung isotonis suatu sediaan steril 3. Untuk mengevaluasi sediaan steril II. Dasar Teori Larutan mata steril adalah steril

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol Suspensi Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian pulveres kepada pasien ini dilakukan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian pulveres kepada pasien ini dilakukan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Pada pelayanan kefarmasian ada berbagai macam bentuk sediaan yang diresepkan oleh dokter untuk pasien, baik berupa sediaan jadi ataupun sediaan racikan. Di Indonesia bentuk sediaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80 PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80 Ratih Hapsari Gunawi, Dhadhang Wahyu Kurniawan*, Vitis Vini Fera Ratna Utami Universitas Jenderal Soedirman-Purwokerto *korespondensi:

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET KUNYAH SERBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc) Yetti O.K, Sri Handayani, Surban

FORMULASI TABLET KUNYAH SERBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc) Yetti O.K, Sri Handayani, Surban FORMULASI TABLET KUNYAH SERBUK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc) Yetti O.K, Sri Handayani, Surban INTISARI Jahe merah (Zingiberaceae officinale Rosc) sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (pencegahan), diagnosa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LECITHIN SEBAGAI EMULGATOR DALAM SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN

EFEKTIVITAS LECITHIN SEBAGAI EMULGATOR DALAM SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN EFEKTIVITAS LECITHIN SEBAGAI EMULGATOR DALAM SEDIAAN EMULSI MINYAK IKAN Nasrul Wathoni, Boesro Soebagio, Taofik Rusdiana Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jatinangor ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium)

EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium) EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT EVALUASI FISIK SEDIAAN SUSPENSI DENGAN KOMBINASI SUSPENDING AGENT PGA (Pulvis Gummi Arabici) DAN CMC-Na (Carboxymethylcellulosum Natrium)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) Ria Wijayanty M. Husen 1), Paulina V. Y. Yamlean 1), Gayatri Citraningtyas 1) 1) Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya meringankan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Formulasi Granul Mengapung Teofilin Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula untuk dibandingkan karakteristiknya, seperti terlihat pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

UJI EVALUASI SEDIAAN SEMI SOLID

UJI EVALUASI SEDIAAN SEMI SOLID UJI EVALUASI SEDIAAN SEMI SOLID EVALUASI SALEP Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut: 1. DAYA MENYERAP AIR Daya menyerap air diukur sebagai bilangan air, yang digunakan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI Dwi Elfira Kurniati*, Mirhansyah Ardana, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

Zat penambah bau Zat pembawa Tabel 1. Contoh Formula Suspensi No Formula Konsentrasi. 1 Parasetamol 5gr. 2 Asam sitrat 0,5% 3 Natrium sitrat 0,5%

Zat penambah bau Zat pembawa Tabel 1. Contoh Formula Suspensi No Formula Konsentrasi. 1 Parasetamol 5gr. 2 Asam sitrat 0,5% 3 Natrium sitrat 0,5% Pengertian Suspensi Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan kontinue umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara internasional obat dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Valerius Cordus (1515-1544) Dispensatorium Cikal bakal Farmakope KETENTUAN UMUM Buku resmi yang ditetapkan secara hukum Isi : - Standardisasi obat-obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri bersaing untuk menghadirkan suatu sediaan obat yang memiliki harga yang murah dengan pemakaian yang mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) Nursiah Hasyim 1, Faradiba 2, dan Gina Agriany Baharuddin 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL) BAB II SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL) PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab II yang diberikan pada pertemuan kedua dan ketiga, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan komponen, prinsip pembuatan,

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

MIKROMERITIK. Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Twitter: Dhadhang_WK Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan 6/19/2013

MIKROMERITIK. Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Twitter: Dhadhang_WK Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan 6/19/2013 1 MIKROMERITIK Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed Twitter: Dhadhang_WK Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan 2 Mikromeritik dan Dispersi Kasar Partikel Bentuk partikel Ukuran partikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional xx BAB I PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional cenderung meningkat, terlebih disebabkan menurunnya daya beli masyarakat karena

Lebih terperinci

PENGARUH CARBOXYMETHYL CELULOSA NATRIUM SEBAGAI PENGENTAL TERHADAP STABILITAS SIRUP TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRIZA ROXB)

PENGARUH CARBOXYMETHYL CELULOSA NATRIUM SEBAGAI PENGENTAL TERHADAP STABILITAS SIRUP TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRIZA ROXB) PENGARUH CARBOXYMETHYL CELULOSA NATRUM SEBAGA PENGENTAL TERHADAP STABLTAS SRUP TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRZA ROXB) Nutrisia Aquariushinta Sayuti Kementerian Kesehatan, Politeknik Kesehatan Surakarta, Jurusan

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan untuk pembuatan gel bioetanol adalah handmixer, penangas air, dan gelas ukur. Alat yang digunakan untuk uji antara lain adalah Bomb Calorimeter,

Lebih terperinci

FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI IBUPROFEN MENGGUNAKAN KOMBINASI POLIMER SERBUK GOM ARAB DAN NATRIUM KARBOKSIMETILSELULOSA

FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI IBUPROFEN MENGGUNAKAN KOMBINASI POLIMER SERBUK GOM ARAB DAN NATRIUM KARBOKSIMETILSELULOSA FORMULASI DAN EVALUASI STABILITAS FISIK SUSPENSI IBUPROFEN MENGGUNAKAN KOMBINASI POLIMER SERBUK GOM ARAB DAN NATRIUM KARBOKSIMETILSELULOSA Rina Wahyuni 2), Syofyan 1), Septa Yunalti 2) 1) Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING

FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING FORMULASI DAN UJI SIFAT FISIS TABLET VITAMIN C DENGAN METODE GRANULASI KERING Ganang Adi Nurcahyo, Rahmi Nurhaini, Yetti O. K. INTISARI Salah satu bentuk sediaan farmasi yang banyak digunakan adalah tablet,

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411)

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411) Oleh : Prof. Dr. Marchaban, DESS., Apt. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN Seiring berjalannya waktu, sintesis obat dengan tingkat kelarutan rendah terus meningkat. Beberapa obat yang kelarutannya rendah seperti ibuprofen, piroxicam, carbamazepine, furosemid

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421)

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421) Oleh : Prof. Dr. Marchaban, DESS., Apt. Drs. Mufrod, M.Sc., Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan percobaan disolusi tablet floating metformin HCl dan tablet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penelitian Asma adalah suatu penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat kronis dengan

Lebih terperinci