BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep Pengertian Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi diantaranya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk. D emografi mempelajari aspek kependudukan yang bersifat statis dan dinamis, dimana struktur penduduk merupakan aspek yang statis yang menggambarkan penduduk dari hasil sensus penduduk pada hari sensus. Data penduduk pada hari sensus penduduk ini dijadikan sebagai dasar perhitungan penduduk. Salah satu komponen demografi yaitu migrasi penduduk sangat mempengaruhi jumlah remitan yang akan dikirim oleh migran tersebut. Migrasi dan remitan memiliki hubungan yang sangat erat, selain itu juga dapat membantu pertumbuhan ekonomi desa yang sudah ditinggalkan oleh para migran Status Sosial Ekonomi Konsep status sosial ekonomi didefinisikan oleh Rossides (1986, dalam Lestarini 2007) sebagai kedudukan atau posisi seseorang dalam suatu rangkaian strata yang tersusun secara hierarki yang merupakan kesatuan pertimbangan dalam hal-hal yang menjadi nilai, antara lain berupa kekayaan, pendapatan, prestis (status, gaya hidup, kekuasaan). Basrowi Juariyah (2010) menyatakan bahwa 14

2 status sosial ekonomi berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi itu sendiri yaitu posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan seseorang atau sekelompok orang yang dapat dilihat dari faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan, kekayaan, pemilikan barang barang berharga serta kedudukannya di tengah tengah masyarakat. Menurut Yulisanti (2000), tinggi rendahnya status sosial ekonomi seseorang ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, dan juga penghasilan. Soekanto (2005) mengungkapkan bahwa ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam status sosial ekonomi adalah sebagai berikut: Ukuran kekayaan, masyarakat yang memiliki kekayaan paling banyak dapat digolongkan ke dalam status yang lebih tinggi. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat dari pendapatan dan kepemilikan atau aset berharga. Ukuran kekuasaan, masyarakat yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar menempati status yang lebih tinggi. Ukuran kehormatan, masyarakat yang paling disegani dan dihormati akan menempati status lebih tinggi, hal semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Ukuran ilmu pengetahuan, dilihat dari tingkat pendidikan yang dicapainya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi statusnya Mobilitas Dalam arti luas, definisi tentang migrasi adalah tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi semua gerakan ( movement) penduduk 15

3 yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu pula (Mantra, 1980 dalam Puspitasari 2010). Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : a migrantis a person who changes his place of residence from one political or aadministrative area to another. pengertian ini dikaitkan dengan pindah tempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula mover yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan dari satu rumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atau administratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi. Beberapa bentuk perpidahan tempat (mobilitas) : 1) Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja (Recurrent Movement). 2) Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara seperti perpidahan tempat tinggal bagi para pekerja musiman. 3) Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke tempat semula (Non Recurrent Movement). Dalam sosiologi menurut sifatnya mobilitas dibedakan menjadi dua, yaitu : 1) Mobilitas vertikal yaitu perubahan status sosial dengan melihat kedudukan generasi, misalnya melihat status kedudukan ayah. 2) Mobilitas horisontal yaitu perpindahan penduduk secara teritorial, spasial atau geografis. Apabila dilihat dari ada atau tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen dan mobilitas penduduk non permanen. Jadi, migrasi adalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayah lain dengan ada 16

4 niatan untuk menetap di daerah tujuan. Sebaliknya, mobilitas penduduk non permanen ialah gerak penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas non permanen walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu cukup lama (Steele, 1983 dalam Dina, 2008). Gerak penduduk non permanen (sirkulasi : circulation) ini dapat pula dibagi menjadi dua yaitu ulang alik ( nglaju/commuting) dan dapat menginap/mondok di daerah tujuan. Ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Macam-macam bentuk mobilitas penduduk tersebut diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya, mobilitas ulang alik, konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkan daerah asal dan kembali pada hari yang sama, menginap/mondok diukur dari meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari tetapi kurang dari enam bulan, sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang sejak semula berniat menetap di daerah tujuan, seperti seorang istri yang mengikuti suaminya. Sifat dan perilaku migran sirkuler di daerah tujuan yang bekerja tidak mengenal waktu karena mereka berusaha mempergunakan waktu untuk bekerja sebanyak mungkin agar mendapatkan upah sebanyak mungkin untuk dikirim ke daerah asal. Di daerah tujuan mereka tidak dikenai kewajiban untuk kerja bakti, ronda malam dan bergotong royong 17

5 memperbaiki prasarana jalan atau saluran irigasi. Jadi, di daerah tujuan mereka mempunyai kesempatan berusaha keras untuk mendapatkan upah sebanyakbanyaknya Teori Alokasi Waktu Gary Becker dengan teori A Theory of the Allocation of Time menyatakan bahwa semua orang memiliki waktu yang akan dialokasikan untuk bekerja ataupun untuk kegiatan lainnya. Tentu saja karena seluruh waktu tidak hanya dialokasikan untuk kegiatan makan, tidur, rekreasi, waktu lainnya sebaiknya dialokasikan untuk kegiatan memaksimumkan pendapatan. Penurunan pendapatan akan mempengaruhi penurunan waktu di kegiatan konsumsi karena waktu akan menjadi semakin mahal (Becker, 1965:498). Penggunaan model alokasi waktu yang sederhana yakni; dengan suatu asumsi bahwa terdapat pembagian penggunaan waktu bagi setiap individu yaitu, apakah terlibat dalam bekerja dengan tingkat upah pasar sebesar w per jam atau tidak bekerja (dengan menggunakan waktunya untuk produksi di dalam rumah tangga) dan leisure time, penggunaan waktu untuk dirinya sendiri dan tidak dapat digantikan oleh orang lain, seperti makan, mandi dan lain sebagainya. Secara lebih umum, rumah tangga dapat menggunakan waktu yang tersedia paling tidak dengan cara; (a) waktu dapat dijual di pasar kerja untuk memperoleh pendapatan untuk kegiatan di pasar kerja; (b) waktu untuk produksi rumah tangga yaitu; mengkombinasikan barang-barang tertentu yang diperoleh melalui waktu pasar dengan waktu produksi rumah tangga; dan (c) waktu yang 18

6 digunakan untuk mengkonsumsi barang dan jasa atau disebut juga dengan waktu konsumsi. Sebagai contoh; waktu pasar kerja (waktu yang digunaka n untuk bekerja) dan waktu produksi rumah tangga (merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan makanan), dan waktu konsumsi (adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyantap makanan). Waktu yang dimiliki individu dibagi dan dialokasikan ke dalam dua aktivitas yaitu untuk waktu luang dan waktu kerja. Waktu yang dimiliki individu akan digunakan untuk bekerja sebanyak X jam, maka waktu luang yang dimiliki adalah sebesar (24 -X) jam perhari (Sudarsono, 1988 dalam Marhaeni dan Manuati, 2004:11). Persoalan dari alokasi waktu adalah mengambil keputusan untuk memaksimalkan kepuasan berdasarkan berbagai waktu yang digunakan untuk berbagi aktivitas dalam rumah tangga, yang berarti memaksimalkan fungsi utilitas rumah tangga. Teori keputusan untuk bekerja (A Theory of the Decision to Work) merupakan pengaturan alokasi waktu kerja dan leisure.menurut Ehrenberg dan Smith (dalam Marhaeni dan Manuati, 2012: 171) pengalokasian waktu untuk bekerja atau waktu luang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu. 1) Biaya kesempatan (opportunity cost). Dilihat seseorang yang mengalokasikan waktunya untuk bekerja, maka ia perlu waktu untuk tidak bekerja. Dimana harga dari waktu luang yang mereka miliki tergantung dari besarnya tingkat upah yang diterima. Bila penghasilan meningkat dengan biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan menghabiskan lebih banyak waktu luang. 19

7 2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari jumlah tabungannya di bank, investasi finansial, dan harta benda fisik lainnya. Keahlian dari pekerja dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang dapat diharapkan. Bila seorang pekerja memiliki banyak tabungan yang dapat dihargakan maka cenderung memilih meningkatkan waktu luang dibandingkan waktu kerja. 3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan untuk mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak waktu luang tergantung pada pilihan pilihan yang tersedia. Keputusan untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh adanya non labor income, tingkat upah, dan karakteristik lainnya. Suatu keputusan untuk bekerja pada akhirnya merupakan keputusan tentang bagaimana menghabiskan waktu yang tersedia secara absolut. Dalam aktivitas sehari-hari terdapat pilihan secara pasti yakni apabila ia menggunakan waktu untuk menambah leisure time, maka akan mengurangi waktu untuk bekerja. Setiap individu harus memutuskan berapa jam untuk bekerja dan berapa jam untuk mengkonsumsi berbagai barang dan berapa banyak curahan waktu untuk aktivitas rumah tangga lainnya, seperti melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga (household production). Jadi, pilihan yang dapat digunakan untuk mendatangkan pendapatan guna membeli barang konsumsi, yakni bekerja di pasar (Ehrenberg,1988 dalam Marhaeni dan Manuati, 2004 : 11). 20

8 2.1.5 Teori Human Capital Menurut Becker, human capital adalah bahwa manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal ( capital) yang menghasilkan pengembalian ( return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kualitas dan kuantitas modal tersebut merupakan kegiatan investasi. Menurut Davenport, human capital sebagai seluruh usaha yang dibawa tenaga kerja untuk diinvestasikan dalam pekerjaan mereka. Termasuk juga di dalamnya kemampuan, tingkah laku, semangat dan waktu. Menurut Stewart, human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, sumber dari innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut, di mana akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut James Hatch (Ent erprise Magazines, 1999) mendefinisikan human capital sebagai segala sesuatu mengenai manusia (tenaga kerja), intelektual, pengetahuan, dan pengalaman mereka. Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk dan menyediakan jasa. Menurut Fitzens, (2000) pengertian human capital dapat dijelaskan sebagai suatu kombinasi dari faktor-faktor sebagai berikut: 1) Sifat-sifat seseorang yang dibawanya sejak lahir ke dalam pekerjaan, inteligensi, energi, sikap yang secara umum positif, reabilitas, dan komitmen. 21

9 2) Kemampuan seseorang untuk belajar, bakat, imajinasi, kreativitas, dan apa yang sering disebut sebagai street smart (akal kecerdasan). 3) Motivasi seseorang untuk berbagi informasi dan pengetahuan, semangat tim dan orientasi tujuan Remitan Pada awalnya remitan merupakan uang atau barang yang dikirim oleh tenaga kerja ke daerah asal, sementara tenaga kerja masih berada di tempat tujuan (Connell, 1976 dalam Primawati 2011). Namun, definisi ini mengalami perluasan, tidak hanya uang atau barang, tetapi keterampilan dan ide juga termasuk sebagai remitan bagi daerah asal. Menurut Wiyono (1994), remitan pada dasarnya adalah bagian dari demikian, secara logis dapat dikemukakan semakin besar penghasilan migranmaka akan semakin besar remitan yang dikirimkan ke daerah asal. Remitan merupakan bentuk keterikatan dan keterkaitan penduduk yang melakukan mobilitas dengan daerah asalnya. Remitan merupakan indikator penting dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat penerimanya karena di samping bias meningkatkan perekonomian keluarga di daerah asal. Remitan dalam konteks migrasi di negara-negara sedang berkembang merupakan bentuk upaya migran dalam menjaga kelangsungan ikatan sosial ekonomi dengan daerah asal, meskipun secara geografis mereka terpisah jauh. Selain itu, migran mengirim remitan karena secara moral maupun sosial mereka memiliki tanggung jawab terhadap keluarga yang ditinggalkan (Curson,198 1). Kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang migran, sudah ditanamkan sejak 22

10 masih kanak-kanak. Masyarakat akan menghargai migran yang secara rutin mengirim remitan ke daerah asal, dan sebaliknya akan merendahkan migran yang tidak bisa memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya. Namun di sisi lain, remitan ternyata tidak hanya mempengaruhi pola konsumsi keluarga migran di daerah asal. Besar kecilnya remitan ditentukan oleh berbagai karakteristik migrasi maupun migran itu sendiri. Karakteristik tersebut mencakup sifat mobilitas/migrasi, lamanya kerja di daerah tujuan, tingkat pendidikan migran, penghasilan migran serta sifat hubungan migran dengan keluarga yang ditinggalkan di daerah asal. Remitan dibagi menjadi dua yaitu remitan keluar ( out remittances) dan remitan masuk ( in remittances). Remitan keluar merupakan dana yang berasal dari rumah tangga migran. Remitan keluar tergantung pada dana yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan, lama mencari pekerjaan, dan biaya hidup selama belum memperoleh pekerjaan di daerah tujuan. Remitan keluar akan relatif kecil bagi migran yang melakukan mobilitas dalam jarak dekat sedangkan remitan keluar akan menjadi lebih besar lagi ketika tidak ada yang menjamin biaya hidup migran di daerah tujuan selama proses mencari pekerjaan (Effendi, 2004). Remitan masuk adalah barang, uang, dan ide yang dikirim oleh migran ke daerah asal. Besar remitan masuk yang dikirim oleh migran tergantung pada sifat mobilitas para migran, hubungan migran dengan keluarga, dan kebutuhankebutuhan migran di daerah asal. Remitan masuk yang dikirim oleh migran permanen memiliki kecenderungan relatif lebih kecil dari pada mereka para migran yang melakukan mobilitas secara non permanen (sirkuler). Remitan masuk 23

11 cenderung semakin besar bila mobilitas pekerja berhubungan dengan strategi rumah tangga untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sifat mobilitas pekerja itu menyebabkan hubungan sosial migran pekerja dengan keluarga di daerah asal cuku kuat (Effendi,2004) Pendapatan Menurut Samuelson (1982), pendapatan merupakan seluruh uang yang diperoleh seseorang atau rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri atas upah atau penerimaan serta pembayaran transfer dari pemerintah, seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran. Pengaruh positif juga ditemukan antara penghasilan migran dan remitan (Wiyono,19 94). Remitan pada dasarnya adalah bagian dari penghasilan migran yang disisihkan untuk dikirimkan ke daerah asal. Dengan demikian, secara logis dapat dikemukakan semakin besar penghasilan migran maka akan semakin besar remitan yang dikirimkan ke daerah asal Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tingkat (jenjang) pendidikan tinggi (Oktama,2013). Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat (jenjang) pendidikan adalah sampai sejauh mana tingkat pendidikan yang ditempuh para migran. Tingkat pendidikan diukur dari jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas 24

12 menurut status tamat sekolah. Tamat sekolah didefinisikan sebagai telah selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi suatu jenjang sekolah sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat belajar atau ijasah, baik dari dari sekolah negeri ataupun swasta. Kualitas penduduk Indonesia menurut tingkat pendidikan formalnya relatif lebih masih rendah. Sebagian penduduknya belum tamat SD atau hanya tamat SD. Persentase yang tidak bersekolah lebih tinggi pada penduduk perempuan dibandingkan pada penduduk laki-laki (Adioetomo dan Samosir, 2010: 25) Lama Kerja Lama bekerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat (Handoko, 2007). Lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Berkaitan dengan sifat mobilitas/migrasi dari pekerja, terdapat kecenderungan pada mobilitas pekerja yang bersifat permanen, remitan lebih kecil dibandingkan dengan yang bersifat sementara (sirkuler) (Connel,1980). Hugo (1978) dalam penelitian di 14 desa di Jawa Barat menemukan bahwa remitan yang dikirimkan oleh migran sirkuler merupakan 47,7 persen dari pendapatan rumah tangga di daerah asal, sedangkan pada migran permanen hanya 8,00 persen. Sejalan dengan hal tersebut, besarnya remitan juga dipengaruhi oleh lamanya migran menetap (bermigrasi) di daerah tujuan. Lucas dkk (1985) mengemukakan bahwa semakin lama migran menetap di daerah tujuan maka akan semakin kecil remitan yang dikirimkan ke daerah asal. 25

13 Status Perkawinan Di Indonesia, status perkawinan biasa dibagi dalam lima kategori, yaitu: (1) belum kawin, mereka yang dikatakan melajang; (2) kawin, perubahan dari status perkawinan lain menjadi status kawin; (3) cerai, perubahan dari status kawin menjadi status cerai yang masing-masing bekas teman hidupnya belum meninggal; (5) hidup bersama, suatu keadaan bila dua orang yang berjenis kelamin berbeda hidup bersama tanpa legalitas dalam hukum ataupun agama (Febriani, 2012). Perkawinan dapat mempengaruhi jumlah penduduk melalui kelahiran dan mengubah komposisi penduduk, yakni perubahan status perkawinan itu sendiri. Status perkawinan merupakan karakteristik demografi yang mencakup aspek sosial, ekonomi, biologis, hukum, dan agama. Perubahan status perkawinan dapat menyebabkan perubahan tempat tinggal atau migrasi, perubahan partisipasi angkatan kerja atau perubahan pendidikan (Adioetomo dan Samosir, 2010: 155) Hubungan Pendidikan Terhadap Pendapatan Asumsi dasar teori Human Capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak, meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, tetapi, di pihak lain, menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Di samping penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya secara langsung. Maka jumlah penghasilan yang diterimanya seumur hidupnya, dihitung dalam nilai sekarang atau Net Present Value. Present 26

14 Value ini dibedakan dalam dua hal, yaitu apabila pendidikannya hanya sampai SMA atau melanjutkan kuliah di perguruan tinggi sebelum bekerja (Bruce E. Kaufman dan Julie L. Hotchkiss, 1999). Jadi seorang tamatan SMA akan memperoleh pendapatan dengan segera pada usia 18 atau pada usia 22 tahun sedangkan bagi tamatan perguruan tinggi, akan memilih kuliah terlebih dahulu baik D3 atau S1 dengan harapan pada masa yang akan datang memperoleh penghasilan yang lebih tinggi (opportunity cost) Hubungan Pendidikan Terhadap Remitan Tingkat pendidikan migran lebih cenderung memiliki pengaruh yang positif terhadap remitan. Rempel dan Lobdell (1978) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan migran, maka akan semakin besar remitan yang dikirimkan ke daerah asal. Hal ini pada dasarnya berkaitan dengan fungsi remitan sebagai pembayaran kembali ( repayment) investasi pendidikan yang telah ditanamkan keluarga kepada individu migran. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan migran menunjukkan besar kecilnya investasi pendidikan yang ditanamkan keluarga, dan pada tahap selanjutnya berdampak pada besar kecilnya repayment yang diwujudkan dalam remitan. Pendidikan juga mempengaruhi pendapatan yang mereka dapatkan di daerah tujuan. Kebanyakan migran yang datang ke daerah tujuan dengan tingkat pendidikan dari yang paling rendah, menengah maupun tingkat yang paling tinggi. Migran yang tingkat pendidikan yang rendah dan memiliki kemampuan pada akhirnya mampu memiliki pekerjaan di daerah tujuannya, sedangkan migran yang tak dibekali kemampuan justru akan sulit mendapatkan pekerjaan. 27

15 Hubungan Status Perkawinan Terhadap Remitan Status perkawinan merupakan dimana seseorang memiliki hubungan terikat dengan lawan jenisnya. Status perkawinan di dalam penelitian ini bisa dikatakan seperti menikah dan tidak menikah atau janda dan duda. Menurut Badan Pusat Statistik (2010 : 36), penduduk migran apabila dilihat dari jenis kelamin, pola status perkawinan penduduk migran laki-laki berbeda dengan perempuan. Migran laki-laki lebih banyak berstatus belum kawin, sedangkan migran perempuan lebih banyak berstatus kawin. Hal ini menunjukan kawin maupun tidak kawin menentukan seseorang ingin melakukan mobilitas dan sangat berpengaruh pada jumlah remitan yang mereka kirim ke daerah asal. Menurut Mantra dan Mallo dalam Abustam (1989), bahwa perkawinan merupakan salah satu faktor pendorong bagi mobilitas potensial untuk mengambil keputusan pindah atau tidak. Status kawin, tidak kawin, duda, atau janda, akan mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal ini juga mempengaruhi jumlah remitan yang dikirim apabila seseorang yang melakukan mobilitas dalan status kawin dan meninggalkan keluarganya di daerah asalnya. 2.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan dan penelitian sebelumnya yang telah diuraikan, maka dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut: 1) Pendidikan dan lama kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan. 2) Status perkawinan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. 28

16 3) Pendidikan, lama kerja, dan pendapatan berpengaruh positif terhadap remitan pekerja migran non permanen asal luar Bali di Kota Denpasar. 4) Status perkawinan berpengaruh secara signifikan terhadap remitan pekerja migran nonpermanent asal luar Bali di Kota Denpasar. 5) Ada pengaruh tidak langsung pendidikan, lama kerja, dan status perkawinan terhadap remitan pekerja migran non-permanen asal luar Bali melalui pendapatan. 29

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep dan Definisi Bekerja Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

E-Jurnal EP Unud, 5[8]: ISSN:

E-Jurnal EP Unud, 5[8]: ISSN: E-Jurnal EP Unud, 5[8]: 846-864 ISSN: 2303-0178 PENGARUH FAKTOR SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP REMITAN PEKERJA MIGRAN NONPERMANEN ASAL LUAR BALI DI KOTA DENPASAR Ni Putu Mita Andharista 1 Ketut Sudibia 2 1,2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Migrasi Penduduk Gerak perpindahan penduduk muncul bersamaan dengan adanya revolusi industri di Eropa pada abad 18 dan 19 yaitu mengundang tenaga kerja dari

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Penduduk Lanjut Usia Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 1, Januari 2015 Halaman 1-12 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN

Lebih terperinci

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan

Lebih terperinci

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk kependudukan semester 2 2012 pokok bahasan Konsep dasar Migrasi dan pergerakan: jenis mobilitas penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk determinan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

Analisis Transfer Pendapatan (Remitan) Migran dari Pulau Jawa di Propinsi Jambi

Analisis Transfer Pendapatan (Remitan) Migran dari Pulau Jawa di Propinsi Jambi Analisis Transfer Pendapatan (Remitan) Migran dari Pulau Jawa di Propinsi Jambi Author: Junaidi Junaidi, H Hardiani, E Erfit Abstract. Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mengetahui besar dan proporsi

Lebih terperinci

Analisis Mobilitas Tenaga Kerja

Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Katalog BPS ht tp : // w w w.b ps.g o. id 2301014 Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam. pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Programme) bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP MIGRASI

TEORI DAN KONSEP MIGRASI TEORI DAN KONSEP MIGRASI TEORI DAN KONSEP MIGRASI Oleh : 1. Agung Stiyawan ( K 5410005 ) 2. Adi Dwi Susanto ( K 5410004 ) 3. Bhian Rangga JR ( K 5410012 ) 4. M.Khanif Mahmudin ( K 5410040 ) 5. Ricky Fitriyana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori migrasi Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara permanen atau semi permanen (sirkuler) melintasi batas negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang penting. Penduduk merupakan bagian terpenting bagi suatu negara dilihat dari segi kuantitas maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Swalayan Menurut Kotler dan Keller (2007), pasar swalayan adalah satu toko yang cukup besar yang menyediakan seluruh kebutuhan rumah tangga, barang-barang

Lebih terperinci

Katalog BPS:.. HASIL SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL 2010 BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA ANALISIS MOBILITAS TENAGA KERJA HASIL SAKERNAS 2010 BADAN PUSAT STATISTIK, Jakarta Indonesia ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan kesuburan alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara agraris. Sebagaimana kita ketahui

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Dasar Ekonomi Rumahtangga Becker (1976), menganalisis keadaan ekonomi rumahtangga yang dalam penelitiannya tersebut menggunakan analisis simultan untuk melihat rumahtangga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk II

Mobilitas Penduduk II Mobilitas Penduduk II Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Sumber Data Mobilitas Penduduk Sumber data mobilitas penduduk Sensus penduduk disini diperoleh data yang lengkap Namun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP MIGRASI

TEORI DAN KONSEP MIGRASI TEORI DAN KONSEP MIGRASI Oleh : 1. Agung Stiyawan ( K 5410005 ) 2. Adi Dwi Susanto ( K 5410004 ) 3. Bhian Rangga JR ( K 5410012 ) 4. M.Khanif Mahmudin ( K 5410040 ) 5. Ricky Fitriyana ( K 5410050 ) 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan titik sentral pembangunan. Konsep ini lahir dari Konfrensi Asia Pasifik ke 5 di Bangkok, Thailand pada Desember 2002. Dalam konsep ini, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demografi adalah suatu studi statistik dan matematik tentang jumlah komposisi dan persebaran penduduk, serta perubahan faktor-faktor ini setelah melewati kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Capital Development merupakan faktor yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Selain itu pengembangan sumber daya manusia (SDM) mengajarkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Agus Joko Pitoyo Kata Kunci : remitan, tenaga kerja wanita, pendidikan anak.

Agus Joko Pitoyo Kata Kunci : remitan, tenaga kerja wanita, pendidikan anak. PEMANFAATAN REMITAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK PENDIDIKAN ANAK DI DESA JANGKARAN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO Faniza Widya Pangestu fanizapangestu@gmail.com Agus Joko Pitoyo jokokutik@yahoo.com

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Demografi Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendri berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau penduduk dan Grafein

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI A. PENDAHULUAN Pendapatan (Income) adalah jumlah balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi selama 1 tahun. Pendapatan disimbolkan dengan (Y). Konsumsi (Consumption)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok

Lebih terperinci

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN*

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN* KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN* Oleh : Chaerul Saleh Dalam tulisan ini pengukuran jenis dan besarnya kapasitas penyerapan tenaga per jenis kegiatan dicoba didekati dengan data jumlah tenaga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi sebagai bagian dari mobilitas penduduk horizontal merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Ketiga komponen ini merupakan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di perdesaan (Studi pada Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari) Lennaria Sinaga 1 ; Hardiani 2 ; Purwaka Hari Prihanto 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga karena setiap manusia besar dan dididik di dalamnya. Tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehiduan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I ABSTRAK. Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran. Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau.

BAB I ABSTRAK. Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran. Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau. BAB I ABSTRAK Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara akan mengalami perubahan struktur perekonomian. Semakin maju perekonomian suatu negara, semakin kuat sector industri modern menggeser sektor pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam keseluruhan proses produksi, sesuai yang ada dalam UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan

Lebih terperinci

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN 5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami struktur sosial di perdesaan 2. Mahasiswa mampu menganalisa struktur sosial perdesaan KONSEP DASAR STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT DAPAT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang berarti menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan mengenai rakyat atau

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang berarti menulis. Jadi demografi adalah tulisan tulisan mengenai rakyat atau BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian-pengertian Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu Demos yang berarti rakyat atau penduduk dan Grafien

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia 4 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan mengenai pustaka rujukan yang diambil dari berbagai jenis pustaka seperti buku, peraturan pemerintah maupun hasil penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 7. MOBILITAS PENDUDUK 7.1. Definisi dan Konsep Mobilitas Perilaku mobilitas penduduk berbeda dengan perilaku kelahiran dan kematian. Mobilitas penduduk tidak ada sifat keajegan seperti angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah Nasional yang besar dan memelukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan, dinyatakan sebagai berikut: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus,

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci