BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori migrasi Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara permanen atau semi permanen (sirkuler) melintasi batas negara atau batas daerah administratif (Abdurrahman, 2001: 143). Pengertian tersebut memiliki makna tidak adanya batasan pada jarak perpindahan maupun sifatnya, serta tidak terdapat perbedaan antara migrasi dalam negeri dengan migrasi luar negeri. Migrasi internasional merupakan perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain dan merupakan jenis migrasi yang memuat dimensi ruang (Rita dan Subair, 2008:4). Migrasi memberi warna pada sejarah kehidupan suatu bangsa dengan terjadinya proses percampuran darah dan kebudayaan. Migrasi ditentukan oleh situasi ekonomi, politik nasional dan lokal serta sebagai toleransi pembuat kebijakan (Hong Yang, 2000:173). Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein (1885) kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi peneliti lainnya. Motif utama seseorang melakukan migrasi adalah alasan ekonomi sedangkan tujuan melakukan migrasi untuk mencari pekerjaan dengan gaji lebih baik atau mencari pekerjaan di daerah baru untuk memenuhi impian pribadi merupakan salah satu faktor seseorang melakukan migrasi (Todaro dan Stephen, 2003:380). Para migran pada 18

2 umumnya melakukan migrasi dengan tujuan mencari kehidupan yang lebih baik menurut Jeong-Gil, dkk (2000:61). Konsep teori pilihan yang dikemukakan oleh Becker (1968:169) digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang memutuskan bekerja di luar negeri. Individu dianggap sebagai makhluk sosial rasional dalam menentukan pilihan dan umumnya menerapkan konsep prinsip ekonomi dalam usaha memilih alternatif terbaik yang memberikan manfaat terbesar dan kerugian atau risiko terkecil. Para migran dapat digolongkan sebagai individu rasional dalam keputusan untuk bekerja di luar negeri jika dikaitkan dengan teori di atas dikarenakan alasan faktor ekonomis seperti mencari pekerjaan, meningkatkan pendapatan, kemudahan lain serta berbagai alasan non-ekonomis lainnya misalnya aspek sosial, budaya, politik, dan psikologi menurut Jeong-Gil, dkk (2000:65). Model yang dikembangkan oleh Speare, dalam Wirawan (2006:9) migrasi tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor struktural seperti karakteristik sosio-demografis, tingkat kepuasan terhadap tempat tinggal dan kondisi geografis daerah asal. Seseorang dengan ketidakpuasan latar belakang yang berdimensi struktural mempengaruhi keputusan bermigrasi misalnya dengan lahan pertanian tandus umumnya masyarakat mencari pekerjaan ke daerah lain yang lebih subur atau banyak peluang ekonominya khususnya pada sektor non-pertanian misalnya industri, perdagangan, dan jasa. Tenaga kerja pada suatu negara melakukan migrasi ke negara lain dengan perekonomian 19

3 lebih baik mampu menawarkan peluang kesempatan kerja dengan penghasilan lebih baik. Teori yang mengacu pada paradigma ekonomi menurut Massey,dkk dalam Wirawan (2006:13) antara lain: 1) Teori Neoclassical Economic Macro menjelaskan perpindahan para pekerja dari negara yang memiliki kelebihan tenaga kerja dan kekurangan modal menuju ke negara dengan kurangnya tenaga kerja tetapi memiliki modal besar. 2) Teori Neoclassical Economic Micro, menyarankan kepada para migran potensial ketika mengambil keputusan bermigrasi mempertimbangkan biaya serta keuntungan dengan melakukan perpindahan ke daerah tujuan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan daerah asalnya. 3) Teori Segmented Labour Market, menyatakan pekerja melakukan migrasi karena ditentukan oleh tingginya permintaan pasar kerja di negara lain (Todaro, 1997; Massey dkk, 1993; dan Abella, 1999 dalam Ardana, 2011:35). Teori ini memiliki faktor ketertarikan pasar atas migrasi tenaga kerja luar negeri jauh lebih dominan dibandingkan dengan faktor tekanan untuk berpindah dari daerah asal. Beberapa ahli telah membuktikan hal ini, kesempatan kerja yang luas di luar negeri menyebabkan tingginya permintaan terhadap pekerja migran tanpa skill daripada faktor lain. Pengambilan keputusan individu untuk bermigrasi ditunjukkan pada model pendekatan teoritik yang bisa digunakan salah satunya adalah model Michael P. Todaro. Todaro berpendapat 20

4 dorongan utama seseorang melakukan migrasi adalah pertimbangan ekonomi yang rasional terhadap keuntungan (benefit) dan biaya (cost) dalam arti finansial maupun psikologis (Arsyad, 1999:286 ). Seseorang melakukan perpindahan didasarkan pada dua alasan. Pertama, meskipun pengangguran bertambah, tetapi seseorang masih mempunyai harapan (expectation) untuk mendapatkan lapangan kerja yang ada. Kedua, seseorang mempunyai harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi di tempat tujuan dibandingkan dengan daerah asal (Todaro dan Stephen, 2003:380). Harapan (expectation) seseorang diukur dari: (1) Perbedaan upah riil antara desa dan kota; (2) Kemungkinan seseorang mendapatkan salah satu jenis pekerjaan yang ada di kota. Todaro, 1976 dalam Rita dan Subair (2008:8) memiliki asumsi bahwa dalam jangka waktu tertentu, harapan income yang bisa diperoleh pada negara lain tetap lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal walaupun telah memperhitungkan biaya migrasi. 4) Pendekatan Economic Human Capital berasumsi seseorang memiliki keputusan untuk bermigrasi ke tempat lain guna memperoleh penghasilan yang lebih besar di negara tujuan. Keputusan ini dianalogikan sebagai keputsan untuk melakukan investasi sumber daya manusia. Prinsip dasar model ini menyatakan investasi sumber daya manusia sama seperti investasi di bidang usaha. Teori ini memiliki 21

5 asumsi seseorang memutuskan untuk berpindah tempat berarti mengorbankan pendapatan yang seharusnya diterima selama di negara asal, mereka berpindah tempat untuk memperoleh opportunity cost serta sejumlah pendapatan dengan jumlah lebih besar di negara tujuan migrasi. Migran mengeluarkan biaya langsung dalam bentuk ongkos transportasi, barang- barang, biaya pemondokan, dan biaya lainnya. Biaya opportunity dan biaya langsung tersebut dianggap sebagai investasi yang melekat pada diri migran dengan imbalan, adanya arus pendapatan lebih besar di daerah tujuan (Sukirno, 2004:146) Mobilitas penduduk Mobilitas penduduk adalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju wilayah lain dalam periode waktu tertentu. Ardana, dkk (2011:35) menyatakan mobilitas tenaga kerja internasional biasanya terjadi antara negara-negara yang mempunyai kedekatan sejarah, kebudayaan atau ikatan ekonomi, serta perjanjian kerja sama. Gambar 2.1 menjelaskan pola mobilitas, mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal (Mantra, 2003:172). Mobilitas vertikal atau perubahan status salah satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan, sedangkan mobilitas penduduk horizontal atau mobilitas penduduk geografis adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah lain dalam periode waktu tertentu. 22

6 Mobilitas horizontal tidak memiliki batasan baku untuk batas wilayah dan waktu yang digunakan untuk penelitian mobilitas penduduk. Penduduk yang melakukan mobilitas biasa disebut dengan migran. Definisi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), seseorang dikatakan migran apabila orang tersebut bergerak melintasi batas provinsi menuju ke provinsi lain serta lamanya tinggal di provinsi tujuan selama enam bulan atau lebih. Seseorang dikatakan migran walau berada di provinsi tujuan kurang dari enam bulan tetapi memiliki niatan untuk tinggal menetap atau tinggal enam bulan atau lebih di daerah tujuan. Gambar 2.1 Pola Mobilitas Penduduk MP Vertikal (Perubahan Status) Mobilitas Penduduk MP Permanen (Migrasi) MP Horizontal (MP Geografis) Ulang alik (commuting) MP Non-Permanen (MP Sirkuler) Nginap/Mondok Sumber: Mantra, 2003 :

7 Mobilitas penduduk dilihat dari ada atau tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen atau migrasi dan mobilitas penduduk non-permanen atau sirkuler (Mantra, 2003:173). Mobilitas permanen atau migrasi adalah gerak penduduk melintasi batas wilayah asal menuju ke wilayah lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Seseorang bila menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud untuk tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas non-permanen (mobilitas sirkuler) walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu lama (Steele,1983 dalam Mantra, 2003:173). Mantra (2003:174) menyatakan gerak non-permanen (sirkuler) dibagi menjadi dua berdasar konsep ruang dan waktu yaitu ulang alik (Jawa = nglaju, Inggris = commuting) dengan pengertian bahwa gerak penduduk dari daerah asal menuju daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal pada hari itu serta dapat menetap atau mondok di daerah tujuan dimana memiliki pengertian yaitu lamanya meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari, tetapi kurang dari enam bulan. Sifat dan perilaku migran sirkuler di daerah tujuan yang bekerja tidak mengenal waktu karena mereka berusaha mempergunakan waktu mereka untuk bekerja dan mendapatkan upah sebanyak mungkin. Seorang migran tidak dikenakan kewajiban untuk kerja bakti, ronda malam, bergotong royong di daerah tujuan dan mereka mendapatkan kesempatan berusaha keras untuk mendapatkan upah sebanyak-banyaknya. Seorang migran memiliki alasan bermigrasi sirkuler karena terdorong oleh 24

8 adanya tekanan ekonomi semakin sulit memenuhi nafkah keluarga di daerah asal. Sebagian besar para migran melakukan migrasi sirkuler menuju ke daerah perkotaan dengan harapan dapat mengatasi permasalahan tekanan ekonomi keluarga mereka di pedesaan Teori kebutuhan dan stres (need and stress) Mantra (2003:179) menyebutkan beberapa teori yang mengungkapkan mengapa orang melakukan mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan dan stres. Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, dan psikologis. Individu yang kebutuhannya tidak dapat terpenuhi, maka semakin besar stres yang dialami. Seseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilai kefaedahan terhadap pemenuhan kebutuhannya jika stres melebihi batas. Teori migrasi dikenal dengan model need and stress atau place-utility menjelaskan tentang proses mobilitas akan terjadi apabila: 1) Seseorang mengalami tekanan (stress), baik ekonomi, sosial, maupun psikologi di tempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan hidup yang berbeda-beda, sehingga suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya, sedangkan orang lain mengatakan tidak. 2) Seseorang mengalami perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat satu dengan tempat lainnya, apabila tempat satu dengan tempat lainnya tidak ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah maka tidak akan terjadi mobilitas penduduk. 25

9 Gambar 2.2 menjelaskan kebutuhan seorang individu yang tidak terpenuhi jika masih dalam batas toleransi maka seorang individu tidak pindah sebaliknya jika kebutuhan tidak terpenuhi dan diluar batas toleransi maka seorang individu memutuskan untuk migrasi. Mobilitas penduduk terjadi dianalogikan dengan terjadinya angin aliran udara. Mobilitas penduduk terjadi apabila angin berhembus dari dua tempat dengan tekanan udara yang berbeda sehingga angin akan berhembus dari tempat yang mempunyai tekanan udara tinggi ke tempat tekanan udara rendah. Mobilitas penduduk tidak terjadi apabila kedua tempat tersebut memiliki tekanan udara yang sama maka dipastikan tidak akan ada angin berhembus. Gambar 2.2 Kebutuhan (needs) Kebutuhan (needs) dan aspirasi Terpenuhi Tidak terpenuhi (stress) Dalam batas toleransi Diluar batas toleransi Tidak pindah Tidak pindah Pindah Mobilitas non-permanen Menginap/ mondok Komuter (ulang alik) Sumber: Mantra, 2003 : 17 26

10 2.1.4 Faktor pendorong dan penarik dalam keputusan bermigrasi Arsyad (1999:284) menyatakan migrasi merupakan suatu proses yang sangat selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan demografi tertentu, maka pengaruhnya terhadap faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari masing-masing individu juga bervariasi. Variasi tersebut tidak hanya terdapat pada arus migrasi antar wilayah pada negara yang sama, tetapi juga pada migrasi antar negara. Beberapa faktor non ekonomis yang mempengaruhi keinginan seseorang melakukan migrasi adalah: 1) Faktor-faktor sosial Faktor sosial yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk bermigrasi antara lain, keinginan migran untuk lepas dari kendala-kendala tradisional dalam organisasi-organisasi sosial yang sebelumnya mengekang mereka. 2) Faktor-faktor fisik Faktor fisik adalah pengaruh iklim dan bencana seperti banjir dan kekeringan. 3) Faktor-faktor demografi Faktor demografi adalah penurunan tingkat kematian yang kemudian mempercepat laju pertumbuhan penduduk suatu tempat. 4) Faktor-faktor budaya Faktor budaya dalam migrasi adalah pembinaan kelestarian hubungan keluarga besar yang berada pada tempat tujuan migrasi. 27

11 5) Faktor-faktor komunikasi Faktor komunikasi yang termasuk dalam migrasi adalah kualitas seluruh sarana transportasi, sistem pendidikan cenderung berorientasi pada kehidupan kota dan dampak-dampak modernisasi ditimbulkan oleh media masa atau media elektronik. Model migrasi yang dikembangkan oleh Speare (Mantra, 2003:176) menyatakan bahwa migrasi penduduk dipengaruhi faktor struktural seperti faktor sosio-demografis, tingkat kepuasan terhadap tempat tinggal, kondisi geografis daerah asal dan karakteristik komunitas. Seseorang memiliki keputusan migrasi apabila terdapat ketidakpuasan berlatar belakang pada dimensi struktural, sebagai contoh daerah dengan lahan pertanian tandus masyarakatnya mencari pekerjaan ke daerah lain yang lebih subur atau lebih banyak peluang ekonominya, khususnya pada sektor-sektor non pertanian misalnya industri, perdagangan dan jasa. Masyarakat atau tenaga kerja suatu negara akan melakukan migrasi ke negara lain yang kondisi perekonomiannya lebih baik dan mampu menawarkan kesempatan kerja dengan penghasilan lebih baik. Keban, 1994 dalam Nikmah (2011:48) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang bermigrasi adalah: 1) Faktor latar belakang individu meliputi variabel: (1) Umur; (2) Status perkawinan; (3) Lama tinggal di kota; 28

12 (4) Status pekerjaan di desa; (5) Pemilikan tanah di desa; (6) Tingkat pendidikan; (7) Jenis pekerjaan di daerah tujuan. 2) Faktor latar belakang struktural meliputi variabel: (1) Karakteristik kota tempat kerja migran; (2) Letak kota terhadap daerah asal. 3) Faktor place utility meliputi variabel: (1) Nilai yang diharapkan; (2) Kepuasan dan kesukaan hidup di kota daripada di desa. Faktor-faktor sebagai penarik ataupun pendorong di atas merupakan perkembangan dari teori migrasi (The Law of Migration) dikembangkan oleh E.G Ravenstein pada tahun 1885 (Mantra, 2003:187): 1) Para migran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan. 2) Faktor paling dominan yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan memperoleh pekerjaan dan pendapatan lebih baik di daerah tujuan. Seseorang memilih daerah tujuan migrasi dengan nilai kefaedahan (place utility) lebih tinggi dibanding daerah asal. 3) Berita dari orang yang telah berpindah ke daerah lain merupakan informasi sangat penting bagi individu untuk mengambil keputusan migrasi. 29

13 4) Informasi negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk (migran potensial) untuk bermigrasi. 5) Semakin tinggi pengaruh kekotaan, semakin besar tingkat mobilitas. 6) Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitasnya. 7) Para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara bertempat tinggal di daerah tujuan. Mobilitas penduduk sejalan dengan arah datangnya informasi. 8) Pola migrasi bagi seseorang atau sekelompok penduduk sulit diperkirakan. 9) Penduduk yang masih muda atau belum kawin lebih banyak melakukan mobilitas daripada penduduk berstatus kawin. 10) Penduduk berpendidikan tinggi lebih banyak melakukan mobilitas daripada yang berpendidikan rendah. Menurut Lee (Lee, 1976 dalam Mantra, 2003:181) mengatakan terdapat empat faktor yang mempengaruhi orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi: 1) Faktor yang terdapat di daerah asal; 2) Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan; 3) Rintangan-rintangan yang menghambat atau rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan; 4) Faktor-faktor pribadi atau individu; Teori pengambilan keputusan bermigrasi di tingkat individu dari perspektif geografi berpengaruh kuat dalam analisis-analisis migrasi pada era 30

14 1970-an hingga menjelang awal tahun 1990-an, adalah teori Lee (Lee,1976 dalam Mantra, 2003:181). Faktor terpenting setiap individu dalam melakukan migrasi adalah faktor individu itu sendiri yang memberikan penilaian apakah suatu daerah dapat memenuhi kebutuhannya atau tidak. Rintangan antara dapat berupa biaya pindah yang tinggi, topografi daerah dan sarana transportasi. Gambar 2.3 mengatakan bahwa volume migrasi tingi di suatu wilayah berkembang dengan tingkat keanekaragaman daerah di wilayah tersebut. Faktor positif (+) adalah faktor yang memberikan nilai menguntungkan jika bertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di tempat tersebut banyaknya ditemukan kesempatan kerja atau iklim yang baik. Faktor negatif (-) adalah faktor dengan mempertimbangkan nilai negatif pada daerah bersangkutan sehingga seseorang mengambil keputusan untuk pindah dari tempat tersebut, misalnya karena kebutuhan tidak dapat terpenuhi. Faktor-faktor bersifat netral (o) adalah faktor yang tidak mempengaruhi penduduk untuk pindah. Perbedaan kedua nilai kumulatif inilah cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk. Gambar 2.3 Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk Rintangan antara Daerah asal Daerah tujuan Sumber : Mantra (2003 : 181) 31

15 Keputusan seorang individu untuk tetap di daerah asal atau melakukan migrasi ke daerah tujuan tergantung pada keseimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Faktor positif dan negatif sangat mempengaruhi keputusan individu bermigrasi, jika keadaan relatif seimbang maka individu harus mengorbankan beberapa hal. Seorang individu dihadapkan pada dua hal yang sulit dipecahkan yaitu tetap tinggal di daerah asal dengan keadaan ekonomi terbatas atau berpindah ke daerah lain dengan meninggalkan kepemilikan sawah atau ladang. Seorang individu mengambil jalan tengah dengan melakukan migrasi guna memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan mengorbankan kepemilikan lahan di daerah asal (Ardana dkk, 2011:35) Konsep ketenagakerjaan Tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa, tenaga kerja adalah bagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa bila ada permintaan akan barang dan jasa tersebut. Mantra (2003:224) mengatakan tenaga kerja mencakup penduduk sudah/sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan tersebut termasuk pada golongan pencari kerja, walaupun tidak bekerja mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat bekerja (potential labor force). Bekerja memiliki pengertian melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan 32

16 maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dalam kurun waktu (time preference) tertentu. Gambar 2.4 dapat diketahui penduduk usia kerja berumur 15 tahun ke atas bisa disebut bukan angkatan kerja dan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan sedang mencari kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja dimasukkan ke dalam angkatan kerja (BPS, 2008). Angkatan kerja terdiri dari: 1) Golongan yang bekerja; 2) Golongan yang sedang mencari kerja. Kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri dari: 1) Golongan yang bersekolah; 2) Golongan yang mengurus rumah tangga; 3) Golongan lain-lain atau yang menerima pendapatan. 33

17 Gambar 2.4 Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk Usia Kerja (Usia 15 +) Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Bekerja Sedang cari Kerja Sekolah Mengurus rumah tangga Lain-lain Bekerja Penuh Bekerja Tidak Penuh (Setengah Menganggur) Setengah Menganggur Terpaksa Setengah Menganggur Sukarela Setengah menganggur terpaksa aktif Setengah menganggur terpaksa Pasif Tipe Pekerjaan Paruh Waktu Paruh Waktu Lapangan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Status Pekerjaan Sumber: Mantra, 2003:227 Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh 34

18 penghasilan berupa uang atau barang. Individu digolongkan angkatan kerja yang bekerja penuh adalah pemanfaatan tenaga kerja secara penuh sedangkan bekerja tidak penuh diartikan kurang dimanfaatkan didasarkan pada jumlah jam kerja seminggu dan dikenal dengan setengah menganggur karena jam kerja rendah. Seseorang disebut setengah menganggur apabila bekerja kurang dari 35 jam selama satu minggu. Angkatan kerja disebut setengah menganggur sukarela dan setengah menganggur apabila bekerja kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak mencari pekerjaan dan tidak mau diberi tambahan pekerjaan. Seseorang digolongkan setengah menganggur terpaksa aktif dan terpaksa pasif apabila mereka tidak mencari pekerjaan tetapi jika diberi tambahan pekerjaan bersedia menerimanya (Mantra, 2003:225) Dampak Migrasi Internasional Terhadap Pembangunan Nasional Peningkatan devisa negara Peningkatan devisa negara merupakan aspek paling penting yang tercakup dalam pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri baik disponsori langsung oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga swasta atau perorangan. Peningkatan devisa dari para TKI di luar negeri, berarti dapat memperbaiki neraca perdagangan internasional Indonesia. Peningkatan perolehan devisa akan sangat bergantung pada jumlah TKI bekerja di luar negeri serta tingkat pendapatan mereka di luar negeri serta dipengaruhi oleh bagaimana pengelolaan pendapatan oleh TKI tersebut. 35

19 Penerimaan devisa negara remitan (remittance) tenaga kerja yang bekerja di luar negeri terutama di Timur Tengah, Indonesia relatif tertinggal dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya. Pakistan misalnya, 40 persen dari nilai pertukaran luar negerinya diperoleh dari remitan yang berasal dari pengiriman tenaga kerja ke Timur Tengah (Shah, 1983 dalam Mantra, 2003:220). Korea Selatan, Philipina, Thailand mampu mengungguli Indonesia dalam perolehan devisa dari tenaga kerja mereka ke luar negeri (Reland, 1984 dalam Mantra, 2003:220). Jumlah tenaga kerja di negara tersebut relatif lebih besar jumlahnya, jenis-jenis pekerjaan yang mereka masuki relatif lebih tinggi statusnya (skilled and semi skilled jobs) dibandingkan dengan TKI di Timur Tengah yang sebagian besar tenaga kerja kasar atau lapisan rendah Peningkatan keterampilan kerja Individu memiliki keputusan bekerja ke luar negeri merupakan keuntungan (benefit) dalam pembentukan dan peningkatan keahlian kerja (skill) yang amat penting bagi pembangunan berlandaskan industrialisasi (Stahl, 1982 dalam Mantra, 2003:220). Bekerja ke luar negeri bermanfaat bagi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan ekonomi lebih lanjut yang banyak mengandalkan pada penggunaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Tenaga kerja luar negeri jika ingin meningkatkan keterampilan harus dilakukan dalam bentuk latihan atau kursus keterampilan, kendala dalam peningkatan keterampilan adalah biaya pelatihan yang mahal. 36

20 Bekerja di luar negeri terutama di negara-negara yang secara ekonomi lebih maju menyebabkan para tenaga kerja Indonesia akan mengalami proses peningkatan keterampilan atas biaya negara di tempat mereka bekerja. Proses ini terjadi karena pada umumnya sudah menggunakan perangkat teknologi yang relatif lebih tinggi Pengurangan masalah pengangguran Argumentasi penting yang menyertai keberangkatan tenaga kerja ke luar negeri, ialah bahwa kepergian mereka merupakan salah satu upaya pemecahan atau pengurangan masalah pengangguran di dalam negeri. Bagi negara-negara yang dilanda tingkat pengangguran tinggi seperti Indonesia hal ini sangat penting. Bekerja ke luar negeri dapat membebaskan sebagian dana masyarakat yang turut di konsumsi selama masih tinggal. Mereka mengurangi beban konsumsi masyarakat, tanpa mengurangi produksi. Kepergian tenagatenaga yang menganggur dinilai dapat memperbaiki kepadatan penduduk (land man ratio) dan dapat meningkatkan kapasitas produksi dalam pengembangan daerah pedesaan. Argumentasi di atas didasarkan pada asumsi bahwa yang berangkat tenaga kerja telah mempunyai pekerjaan tetap, maka pengaruhnya terhadap pembangunan di tanah air dapat bersifat positif dan dapat juga negatif (Mantra, 2003:222). Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar di Indonesia bisa diatasi dengan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebagai usaha pemecahan masalah pengangguran di dalam negeri ditentukan oleh besarnya angkatan kerja yang pergi dari seluruh angkatan kerja yang tersedia. 37

21 2.1.7 Hubungan Variabel Bebas Terhadap Keputusan Migrasi Tenaga Kerja yang Bekerja ke Luar Negeri Umur Angkatan kerja di Indonesia adalah mereka dengan umur 15 tahun ke atas yang tidak bersekolah dan menawarkan diri sebagai tenaga kerja (BPS, 2007). Umur tahun merupakan umur potensial seorang individu untuk bekerja dan memperoleh pendapatan. Seorang individu memiliki keputusan bermigrasi dipengaruhi oleh faktor umur, dimana umur tahun termasuk umur potensial sebagai pekerja cenderung memilih daerah perkotaan karena kesempatan kerja dan upah lebih tinggi (Ardana dkk, 2011:35). Pesatnya migrasi ke perkotaan menyebabkan jumlah angkatan kerja meningkat sehingga dibutuhkan banyaknya lapangan pekerjaan. Angkatan kerja meningkat tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan maka untuk mengatasi masalah ini adalah bekerja ke luar negeri. Umur seseorang yang muda akan mempengaruhi individu untuk migrasi. Umur seseorang sekitar merupakan umur yang paling banyak melakukan migrasi internasional (Waridin, 2002:33). Umur migran berpengaruh negatif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri Tingkat pendidikan Marimba dalam Suwarno (1992:32) mengatakan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian. Unsur- unsur dalam pendidikan adalah sebagai berikut: 38

22 1) Usaha bersifat bimbingan dan dilakukan secara sadar; 2) Ada pendidik atau pembimbing; 3) Ada yang dididik; 4) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan; 5) Ada alat-alat yang digunakan dalam usaha itu. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengatakan bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangkat mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan melalui 3 jalur yaitu: 1) Pendidikan formal Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan atau melaui jarak jauh. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 2) Pendidikan non formal Pendidikan non formal adalah terselenggaranya pendidikan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal. 39

23 3) Pendidikan informal Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap keputusan bekerja ke luar negeri. Seorang individu memiliki kesiapan untuk bersaing sebagai tenaga kerja luar negeri dengan tingkat pendidikan, pelatihan atau pendidikan non formal yang tinggi artinya, semakin tinggi pendidikan maka seorang individu memiliki kesiapan untuk bersaing sebagai tenaga kerja bekerja di luar negeri (Waridin, 2002:46). Siti (2009:36) mengatakan secara teoritis hubungan antara pendidikan dengan peluang migrasi lebih besar bagi individu yang berpendidikan tinggi dibanding dengan pendidikan rendah. Tingkat partisipasi migrasi meningkat sejalan dengan meningkatnya pendidikan. Individu dengan pendidikan yang tinggi ingin meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan memperoleh pekerjaan layak serta pendapatan tinggi, dengan demikian individu dengan pendidikan tinggi cenderung melakukan migrasi (Arsyad,1999:284) Status perkawinan Status perkawinan adalah status sosial individu yaitu belum kawin, kawin, cerai, dan janda/duda. Ardana, dkk (2011:38) mengatakan status perkawinan berpengaruh negatif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri. Seorang individu yang belum menikah cenderung mempunyai niat bekerja ke luar negeri disebabkan karena seorang individu 40

24 dengan status belum menikah berencana bekerja untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi di luar negeri daripada di dalam negeri. Individu memutuskan untuk melangsungkan pernikahan setelah memiliki kesiapan uang atau materi. Ayu (2010:83) mengatakan bahwa migran yang sudah menikah semakin kecil keinginan untuk melakukan migrasi. Teori Ravenstein mengatakan bahwa penduduk dengan usia muda dan belum menikah lebih banyak melakukan migrasi dibandingkan individu berstatus menikah. Para migran yang belum menikah memilih untuk melakukan migrasi untuk pengalaman baru di tempat tujuan. Berdasarkan penjelasan diatas maka status perkawinan berpengaruh negatif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri Jumlah tanggungan Jumlah tanggungan adalah jumlah individu yang belum bekerja dan harus dibiayai, hal ini bisa dikaitkan dengan banyaknya jumlah tanggungan. Menurut Leibenstein dalam Abdurrahman (2001:139) tanggungan keluarga dilihat dari dua segi, pertama segi kegunaan (utility) dan segi biaya (cost). Jumlah tanggungan dapat memberikan kepuasan, memberikan balas jasa ekonomi, atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi di masa depan. Jumlah tanggungan dilihat dari segi biaya adalah sejumlah biaya dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut hingga tanggungan tersebut mandiri dan menghidupi dirinya sendiri. Jumlah tanggungan seorang individu merupakan biaya kebutuhan yang harus 41

25 ditanggung dalam jangka waktu tertentu. Banyaknya jumlah tanggungan mempengaruhi pengeluaran sehingga seorang individu memilih bekerja ke luar negeri karena pendapatan tinggi daripada di dalam negeri. Pendapatan dari luar negeri akan di kirim ke dalam negeri disebut remitan (remmitance) untuk biaya jumlah tanggungan (Ardana dkk,2011:36). Seorang individu dengan banyak jumlah tanggungan maka memiliki keputusan bekerja ke luar negeri. Jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri (Tita, 2010:75) Pendapatan Pendapatan diartikan sebagai hasil yang diperoleh setelah bekerja, sedangkan pendapatan pribadi diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun, dan diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno, 2004:46). Pendapatan seseorang dapat dihitung dengan tiga pendekatan: 1) Pendekatan produksi (Production Approach) yaitu dengan menghitung semua nilai produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu. 2) Pendekatan pendapatan (Income Approach) yaitu dengan menghitung nilai keseluruhan balas jasa yang dapat diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu periode. 3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) yaitu pendapatan yang diperoleh dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat. 42

26 Tiga pendekatan di atas menunjukkan jika pendapatan meningkat maka kesejahteraan keluarga meningkat sehingga banyak sisa pendapatan tidak hanya digunakan untuk konsumsi tetapi juga untuk menabung serta biaya pendidikan. Seseorang pada mulanya melakukan migrasi internasional dengan harapan mendapatkan pendapatan tinggi. Pendapatan daerah asal dirasa kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan seorang individu mengambil keputusan untuk bekerja di luar negeri. Penjelasan tersebut bermakna jika pendapatan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja ke luar negeri, karena dengan bekerja di luar negeri migran memperoleh pendapatan tinggi dan cukup untuk biaya kebutuhan individu dan tanggungannya. Selisih pendapatan tersebut mendorong migran untuk lebih lama bekerja di luar negeri (Didit, 2009:89). 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya 1) Diamantides (1994) menggunakan alat analisis deskriptif dengan variabel bebas sosial ekonomi, jumlah penduduk dan pengawasan pemerintah sedangkan variabel terikat adalah keputusan migrasi internasional. Hasil penelitiannnya variabel sosial ekonomi, jumlah penduduk, dan pengawasan pemerintah berpengaruh terhadap keputusan migrasi internasional. Persamaan penelitian Diamantides (1994) dengan penelitian ini adalah variabel terikat menggunakan keputusan migrasi internasional, sedangkan 43

27 perbedaannya terletak pada variabel bebas yang digunakan serta lokasi penelitian. 2) Suko (1999) menggunakan alat analisis deskriptif dengan variabel bebas ekonomi, umur dan budaya antar bangsa sedangkan variabel terikat menggunakan migrasi penduduk. Hasil penelitiannya variabel ekonomi, umur dan budaya antar negara berpengaruh terhadap migrasi penduduk. Persamaan penelitian Suko (1999) dengan penelitian ini adalah variabel terikat menggunakan migrasi sedangkan perbedaannya terletak pada alat analisis yang digunakan. 3) Jeong-Gil, dkk (2000) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel bebas pendidikan dan keterampilan sedangkan variabel terikat menggunakan migrasi internasional di industri perhotelan. Hasil penelitiannya variabel pendidikan dan keterampilan berpengaruh terhadap migrasi internasional di industri perhotelan. Persamaan penelitian Jeong-Gil (2000) dengan penelitian ini adalah variabel bebas menggunakan pendidikan sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat migrasi internasional khusus pada industri perhotelan. 4) Hong Yang (2000) menggunakan alat analisis deskriptif dengan membandingkan migrasi tahun 1982 dengan tahun 1995 di China. Hasil penelitiannya proporsi yang lebih tinggi pada tahun 1982 yaitu individu yang berasal dari provinsi (yang terletak di perbatasan atau daerah terpencil) bermigrasi ke daerah pantai dengan pesatnya pembangunan dan tingkat pendapatan tinggi. Tahun 1995 jumlah migrasi berkurang 44

28 besar karena perkembangan ekonomi meningkat di seluruh provinsi. Persamaan penelitian Hong Yang (2000) dengan penelitian ini adalah variabel terikat menggunakan migrasi sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas dan teknik analisis data yang digunakan. 5) Indah,dkk (2000) menggunakan alat analisis regresi logistik dengan variabel bebas pendidikan, status perkawinan, lamanya tinggal di luar negeri, pendapatan dan pengalaman kerja sedangkan variabel terikat menggunakan niat migrasi permanen ke luar negeri. Hasil penelitiannya variabel pendidikan berpengaruh negatif terhadap niat migrasi permanen ke luar negeri, sedangkan variabel status perkawinan, lamanya tinggal, pendapatan dan pengalaman kerja di luar negeri berpengaruh positif terhadap niat migrasi permanen ke luar negeri. Persamaan penelitian Indah,dkk (2000) dengan penelitian ini adalah teknik analisis data yang digunakan serta beberapa variabel bebas seperti pendidikan, status perkawinan dan pendapatan. Perbedaannya terletak pada variabel terikat berupa niat migrasi permanen. 6) Waridin (2002) menggunakan alat analisis regresi logistik dengan variabel bebas umur, status perkawinan, lamanya tinggal di luar negeri, pendidikan, pekerjaan sebelumnya sedangkan variabel terikat menggunakan niat TKI menetap di luar negeri. Hasil penelitiannya adalah migasi keluar yang dilakukan oleh seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik. Faktor sosial yang mempengaruhi niat TKI untuk melakukan migrasi dan bekerja secara 45

29 menetap ke luar negeri adalah lamanya tinggal di negara tujuan. Faktor umur dan status perkawinan berpengaruh negatif, tingkat pendidikan berpengaruh positif sedangkan pekerjaan sebelumnya dan faktor kepemilikan tanah tidak berpengaruh terhadap niat TKI migrasi luar negeri. Persamaan penelitian Waridin (2002) dengan penelitian ini adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi tenaga kerja ke luar negeri, sedangkan perbedaannya penelitian Waridin (2002) dengan penelitian ini menggunakan variabel terikat TKI dengan tujuan menetap di luar negeri. 7) Ismet dan Isil (2004) menggunakan alat analisis deskriptif dengan variabel bebas kepentingan rumah tangga dan kesejahteraan hidup sedangkan variabel terikat adalah pengiriman remitan. Hasil penelitiannya variabel kepentingan rumah tangga dan kesejahteraan hidup berpengaruh terhadap pengiriman remitan. Persamaan penelitian Ismet dan Isil (2004) dengan penelitian ini adalah variabel terikat yang digunakan merupakan pencerminan dari migrasi internasional sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas, lokasi penelitian serta teknik analisis data yang digunakan. 8) Didit (2005) menggunakan alat analisis binary logistic dengan variabel bebas umur, status pernikahan, pekerjaan responden, kepemilikan lahan, pendidikan dan pendapatan sedangkan variabel terikatnya adalah niat migrasi luar negeri. Hasil penelitiannya faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap niat bermigrasi adalah umur, status pekerjaan 46

30 di daerah asal dan pendapatan yang diperoleh. Persamaan penelitian Didit (2005) dengan penelitian ini adalah teknik analisis data yang digunakan serta variabel bebas seperti umur, status pernikahan, pendidikan dan pendapatan. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. 9) Mohamad (2006) menggunakan alat analisis regresi logistik dengan variabel bebas jenis pekerjaan, fasilitas kota, daya dorong desa, kepemilikan tanah dan pendidikan sedangkan variabel terikatnya niat migrasi sirkuler. Hasil penelitiannya variabel jenis pekerjaan, fasilitas kota, daya dorong desa dan kepemilikan tanah tidak berpengaruh signifikan terhadap niat migrasi sirkuler sedangkan variabel pendidikan berpengaruh terhadap niat migrasi sirkuler. Persamaan penelitian Mohamad (2006) dengan penelitian ini adalah variabel serta teknik analisis data yang digunakan sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas dan lokasi penelitian. 10) Wirawan (2006) menggunakan alat analisis path analysis dengan variabel bebas pendidikan, luas lahan, pendapatan, dorongan keluarga, pekerjaan, lingkungan dan peran jaringan sedangkan variabel terikatnya adalah niat migrasi ke luar negeri. Hasil penelitian terdapat perbedaan rasionalitas antara TKW (Tenaga Kerja Wanita) yang memilih bermigrasi secara legal dengan TKW yang memilih cara bermigrasi legal ke luar negeri, dapat dibedakan menjadi internal dan eksternal. Persamaan penelitian Wirawan (2006) dengan penelitian ini 47

31 adalah variabel bebas yang digunakan sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian serta teknik analisis data. 11) Irwan (2008) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel bebas umur, kesempatan kerja, kesejahteraan dan faktor budaya sedangkan variabel terikatnya menggunakan migrasi luar negeri. Hasil penelitiannya variabel umur, kesempatan kerja, dorongan keluarga, peningkatan kesejahteraan, faktor pendorong (geografis dan budaya) berpengaruh terhadap migrasi luar negeri. Persamaan penelitian Irwan (2008) dengan penelitian ini adalah digunakannya variabel terikat berupa migrasi luar negeri sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan teknik analisis data yang digunakan. 12) Siti (2008) menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan variabel terikat jumlah migrasi sedangkan variabel bebasnya luas lahan, laju pertumbuhan ekonomi, selisih upah, tingkat pengangguran, dan kesempatan kerja. Hasil penelitian tersebut, variabel laju pertumbuhan ekonomi, selisih upah serta kesempatan kerja berpengaruh negatif terhadap jumlah migrasi, sedangkan variabel luas lahan dan tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap jumlah migrasi. Persamaan penelitian Siti (2008) dengan penelitian ini adalah mengukur jumlah migrasi dengan variabel-variabel yang mempengaruhi. Perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri dan variabel bebas. 48

32 13) Didit (2009) menggunakan alat analisis regresi logistik dengan variabel terikat niat migrasi sedangkan variabel bebasnya umur, status pernikahan, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan dan kepemilikan tanah. Hasil penelitiannya faktor umur, status pernikahan, kepemilikan tanah berpengaruh negatif terhadap niat migrasi sedangkan pendapatan, status pekerjaan dan pendidikan berpengaruh positif terhadap niat migrasi. Persamaan penelitian Didit (2009) dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan yaitu umur dan pendapatan, sedangkan perbedaannya penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar. 14) Herbert dan Cecily (2009) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel terikatnya migrasi internasional sedangkan variabel bebasnya menggunakan keterampilan, biaya migrasi dan tingkat pendidikan. Hasil penelitiannya variabel keterampilan memberi dampak positif pada migrasi internasional, biaya migrasi memberi dampak negatif pada migrasi internasional sedangkan variabel tingkat pendapatan berdampak negatif terhadap migrasi internasional. Persamaan penelitian Herbert dan Cecily (2009) dengan penelitian ini adalah variabel terikat yang digunakan yaitu migrasi internasional sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas yang digunakan. 15) Matthew dan Jeffrey (2009) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel terikatnya migrasi internasional sedangkan variabel bebasnya menggunakan investasi asing dan pembangunan ekonomi. Hasil penelitiannya variabel investasi asing dan 49

33 pembangunan ekonomi berpengaruh dan signifikan terhadap migrasi internasional. Persamaan penelitian Matthew dan Jeffrey (2009) dengan penelitian ini adalah variabel terikat migrasi internasional sedangkan perbedaannya variabel yang digunakan mengukur pembangunan ekonomi dan investasi asing. 16) Sanis (2010) menggunakan variabel bebas upah (wage), lamanya waktu melakukan migrasi (time), dan tingkat pendidikan (edu), sedangkan variabel terikat adalah minat migrasi sirkuler (MM). Alat analisis yang digunakan adalah regresi binary logistic dengan hasil penelitian adalah variabel upah (wage) dan tingkat pendidikan (edu) berpengaruh positif terhadap minat migrasi sirkuler (MM), sedangkan variabel lamanya waktu migrasi berpengaruh negatif terhadap migrasi sirkuler. Persamaan penelitian Sanis (2010) dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel tingkat pendidikan sebagai variabel yang mempengaruhi migrasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang dipakai adalah variabel bebas umur, pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan pendapatan daerah asal. 17) Fadlia (2010) menggunakan analisis deskriptif dengan variabel bebas status perkawinan dan variabel terikat persepsi wanita migran. Hasil penelitian wanita yang sudah berkeluarga dan janda yang mendominasi migrasi tenaga kerja karena kebutuhan ekonomi dengan maksud ketahanan keluarga. Faktor yang mempengaruhi wanita migran dan ketahanan keluarga yaitu persepsi seperti memberi harapan upah tinggi 50

34 sebagai jalan terbaik untuk ketahanan keluarga, menambah wawasan dan pengalaman. Persamaan penelitian Fadlia (2010) dengan penelitian ini menggunakan variabel bebas status perkawinan. Perbedaannya adalah variabel terikat yang digunakan yaitu persepsi migran wanita sedangkan penelitian ini menggunakan keputusan bekerja ke luar negeri. 18) Guy (2010) menggunakan alat analisis deskriptif dengan variabel terikatnya migrasi wanita dan laki-laki sedangkan variabel bebasnya pendidikan dan tingkat guncangan rumah tangga. Hasil penelitiannya variabel pendidikan menurun dari waktu ke waktu untuk pria dan pendidikan wanita semakin meningkat dan migrasi perempuan lebih responsif dari migrasi laki-laki untuk tingkat guncangan rumah tangga. Persamaan penelitian Guy (2010) dengan penelitian ini adalah variabel terikat yang digunakan yaitu migrasi sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas yang digunakan. 19) Akram (2010) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel terikatnya hambatan karir di luar negeri sedangkan variabel bebasnya usia, tingkat pendidikan, pengalaman dan jenis kelamin. Hasil penelitiannya variabel usia, pengalaman dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap hambatan karir di luar negeri, sedangkan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap hambatan karir di luar negeri. Persamaan penelitian Akram (2010) dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang digunakan yaitu usia dan tingkat pendidikan 51

35 sedangkan perbedaannya variabel terikat yang digunakan berupa migrasi internasional. 20) Sari (2010) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel terikatnya migran kota sedangkan variabel bebasnya kesempatan kerja, pendidikan, sektor informal sebagai variabel bebas. Hasil penelitiannya migrasi kota berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendidikan serta peningkatan sektor informal di daerah perkotaan. Persamaan penelitian Sari (2010) dengan penelitian ini adalah variabel terikat dengan meneliti migrasi sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan variabel bebas yang digunakan. 21) Ayu (2010) menggunakan alat analisis binary logistic regression. Hasil penelitiannya variabel terikat niat migrasi berpengaruh positif terhadap umur, pendapatan, pekerjaan asal, tingkat pendidikan dan kepemilikan tanah sedangkan variabel status perkawinan berpengaruh negatif. Persamaan penelitian Ayu (2010) dengan penelitian ini adalah variabel bebas menggunakan umur, pendapatan, status perkawinan dan pendidikan sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. 22) Matthew (2010) menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan variabel bebas tingkat perkembangan ekonomi, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dan tingkat pendidikan perempuan sedangkan variabel terikatnya menggunakan pembangunan manusia. Hasil penelitiannya variabel tingkat perkembangan ekonomi berpengaruh positif terhadap pembangunan manusia, tingkat partisipasi 52

36 angkatan kerja perempuan memiliki dampak negatif pada pembangunan manusia dan tingkat pendidikan perempuan memiliki dampak positif pada pembangunan manusia. Persamaan penelitian Matthew (2010) dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang digunakan yaitu pendidikan sedangkan perbedaannya terletak pada variabel terikat dan lokasi penelitian. 23) Tita (2010) menggunakan alat analisis logit dengan variabel terikat minat seseorang bekerja ke luar negeri sedangkan variabel bebas umur, status pernikahan, pekerjaan sebelumnya, jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan daerah asal. Hasil penelitiannya variabel umur dan status pernikahan berpengaruh negatif terhadap minat migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri. Variabel pekerjaan sebelumnya, jumlah tanggungan, pendidikan dan pendapatan daerah asal berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat migrasi tenaga kerja bekerja ke luar negeri. Persamaan penelitian Tita (2010) dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang digunakan yaitu umur, pendidikan, status perkawinan, pendapatan daerah asal dan jumlah tanggungan sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. 24) Ardana, dkk (2011) menggunakan alat analisis regresi berganda dengan variabel bebasnya umur, status perkawinan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Hasil penelitian pendapatan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pengiriman remitan sedangkan variabel pendidikan dan status perkawinan berpengaruh negatif 53

37 terhadap pengiriman remitan. Persamaan penelitian Ardana, dkk (2011) dengan penelitian ini adalah variabel bebas yang digunakan yaitu umur, status perkawinan dan pendidikan sedangkan perbedaannya variabel terikat yang digunakan yaitu migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri. 25) Nikmah (2011) menggunakan alat analisis regresi logistik dengan variabel bebasnya usia, status perkawinan, status pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan kepemilikan tanah. Hasil penelitian tersebut tiga variabel independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap niat bermigrasi sirkuler yaitu usia, pendapatan dan kepemilikan lahan sedangkan variabel status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan tidak berpengaruh terhadap niat migrasi. Persamaan penelitian Nikmah (2011) dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan seperti umur, pendapatan, sedangkan perbedaannya variabel bebas yang digunakan tidak menggunakan status kepemilikan tanah dan keputusan migrasi tenaga kerja tidak hanya jenis kelamin wanita. 2.2 Rumusan Hipotesis Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai masalah, dimana hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan kemudian dihubungkan dua variabel atau lebih. Hipotesis dari penelitian ini adalah: 54

38 1) Diduga variabel umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah tanggungan dan pendapatan daerah asal secara simultan berpengaruh terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri. 2) Diduga variabel tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan daerah asal secara parsial berpengaruh positif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri. 3) Diduga variabel umur dan status perkawinan secara parsial berpengaruh negatif terhadap keputusan migrasi tenaga kerja yang bekerja ke luar negeri. 55

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 7. MOBILITAS PENDUDUK 7.1. Definisi dan Konsep Mobilitas Perilaku mobilitas penduduk berbeda dengan perilaku kelahiran dan kematian. Mobilitas penduduk tidak ada sifat keajegan seperti angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk kependudukan semester 2 2012 pokok bahasan Konsep dasar Migrasi dan pergerakan: jenis mobilitas penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk determinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Migrasi Penduduk Gerak perpindahan penduduk muncul bersamaan dengan adanya revolusi industri di Eropa pada abad 18 dan 19 yaitu mengundang tenaga kerja dari

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Programme) bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro PENGARUH PENDAPATAN, PENGUASAAN LAHAN, STATUS PERNIKAHAN, PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN, UMUR, TERHADAP KEPUTUSAN TENAGA KERJA MENJADI COMMUTER (Studi kasus Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 1, Januari 2015 Halaman 1-12 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran, dan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geografi Pendudk yang dibina oleh Bapak Suwito, M.Pd. Oleh Kelompok 6 Inviolata Embun 140401050107 Muhammad

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS. Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS. Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk 1.1 Pengertian Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

Katalog BPS:.. HASIL SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL 2010 BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA ANALISIS MOBILITAS TENAGA KERJA HASIL SAKERNAS 2010 BADAN PUSAT STATISTIK, Jakarta Indonesia ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri merupakan salah satu fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan produksi. Jumlah SDM di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting) (Studi Kasus Di Desa Pandak Gede) Nama : Dewa Ayu Cintya Nandiswari NIM : 1306105126 ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Ufik Taufik (ochenkgrabes@yahoo.co.id) H. Nandang Hendriawan (nandang.hendriawan@yahoo.com) Program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan. Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebelum penelitian ini terdapat penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka yang mencapai 9,5 persen berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Kerja merupakan fitrah manusia yang asasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas merupakan suatu pergerakan atau perpindahan yang terjadi untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, pemenuhan kebutuhan biasanya didorong oleh keaadaan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah

Lebih terperinci

Analisis Mobilitas Tenaga Kerja

Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Katalog BPS ht tp : // w w w.b ps.g o. id 2301014 Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Analisis Mobilitas Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D 306 008 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia sedang menikmati manfaat demografis dimana populasi penduduk usia kerja tumbuh lebih cepat daripada populasi anak- anak dan lanjut usia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi ciri dari negara berkembang adalah angka pertumbuhan penduduknya yang tinggi. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi masalah kependudukan

Lebih terperinci

SKRIPSI POLA MIGRASI TENAGA KERJA ULANG ALIK DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT HAIDIR

SKRIPSI POLA MIGRASI TENAGA KERJA ULANG ALIK DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT HAIDIR SKRIPSI POLA MIGRASI TENAGA KERJA ULANG ALIK DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT HAIDIR DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 SKRIPSI POLA MIGRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi sebagai bagian dari mobilitas penduduk horizontal merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Ketiga komponen ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep dan Definisi Bekerja Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang digunakan

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan penyebaran daerah hunian sampai ke daerah sub urban. Karakteristik dasar pergerakan dalam kota juga

Lebih terperinci

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 23/05/34/Th.XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB VII KEPENDUDUKAN Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 20/05/34/Th. XI, 15 Mei 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I ABSTRAK. Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran. Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau.

BAB I ABSTRAK. Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran. Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau. BAB I ABSTRAK Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah telah berupaya membangun sektor pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa dekade terakhir peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Hal ini terlihat dari peran sosial yang diikuti sebagian wanita dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga Kerja Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : 1215151009 ABSTRAK Kemiskinan menjadi masalah besar di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI

POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI POKOK BAHASAN IV PROSES DEMOGRAFI A. FERTILITAS Istilah/Pengertian Fertilitas : Jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau sekelompok wanita pada usia reproduktifnya Lahir hidup (live

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara

BAB I PENDAHULUAN. alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang terkenal dengan kesuburan alamnya, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia menjadi sebuah Negara agraris. Sebagaimana kita ketahui

Lebih terperinci

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040

Lebih terperinci

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi Nurfita Sari Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci