BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi sebagai bagian dari mobilitas penduduk horizontal merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Ketiga komponen ini merupakan peristiwa kependudukan yang selalu akan terjadi dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002 dalam Sarmita, 2013). Fenomena migrasi hampir dialami oleh setiap negara, termasuk yang dialami oleh Indonesia. Secara umum migran dari Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Kepulauan lain kebanyakan bergerak menuju Pulau Jawa. Misalnya pada periode tahun 1971 migran dari Pulau Sumatera yang ke Pulau Jawa sebanyak 94, 31 persen, tahun ,35 persen, tahun 1990, 90,94 persen, dan tahun ,94 persen (Emalisa, 2003). Hal ini dapat dimaklumi mengapa Pulau Jawa menjadi daerah tujuan utama migran dari pulau-pulau yang lain karena pulau ini merupakan tempat pusat perekonomian, pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat kegiatan-kegiatan sosial ekonomi lainnya, sehingga penduduk dari pulau-pulau di luar Jawa ingin menetap (tinggal) di Pulau Jawa. Secara umum migrasi masuk seumur hidup di Indonesia mengalami peningkatan yang terus menerus. Berikut adalah gambaran kondisi migrasi masuk lifetime di Indonesia sejak tahun : 1

2 Sumber: BPS (dalam Diakses pada tanggal 30 Juli 2015) Gambar 1.1 Arus Migrasi Masuk Seumur Hidup Indonesia Tahun Peningkatan arus migrasi masuk lifetime yang terjadi di Indonesia merupakan dampak dari adanya disparitas antar wilayah di Indonesia, karena pada dasarnya seseorang akan melakukan migrasi karena ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik. Fenomena migrasi pada umumnya dilatarbelakangi oleh faktorfaktor yang terdapat di daerah asal dan daerah tujuan. Mitchel (1961 dalam Mantra 2003) mengatakan bahwa ada beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal, dan ada juga kekuatan yang mendorong orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut kekuatan sentripetal dan sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal disebut dengan kekuatan sentrifugal Mantra (1978 dalam Musa, 1990) mengemukakan bahwa adanya faktor dorong-tarik (push-pull-factors) merupakan salah satu model yang sering 2

3 digunakan dalam menganalisis terjadinya migrasi atau mobilitas penduduk. Kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan (needs) seseorang menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam master plan percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia tahun (MP3EI), NTT termasuk dalam Zona Bali-Nusa Tenggara dimana pada zona ini mengedepankan aspek pariwisata dan pendukung pangan nasional. Sedangkan Pulau Jawa menekankan pada aspek pendorong industri dan jasa nasional. Selain itu, strategi khusus koridor ekonomi Jawa adalah mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan lingkungan (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011). Dari pembagian zona pembangunan daerah, Provinsi NTT masih menekankan pada aspek pangan atau masih bertumpu pada pengembangan sektor pertanian. Di sisi lain Pulau Jawa menekankan pada aspek industri dan jasa nasional. Berdasarkan pembagian zona pembangunan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pembagunan di Pulau Jawa lebih baik daripada di NTT. Jadi, wilayah Pulau Jawa mempunyai nilai kefaedahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah NTT. Pada umumnya kondisi ekonomi yang terjadi di daerah asal dan daerah tujuan merupakan alasan atau faktor yang paling sering digunakan seseorang untuk melakukan migrasi atau perpindahan. Namun untuk menjelaskan fenomena migrasi pada saat sekarang tidak hanya cukup dilihat atau dijelaskan pada faktor 3

4 ekonomi saja. Perbedaan fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi. Todaro (1998 dalam Rustariyuni, 2013) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan bermigrasi adalah karena faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan, dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan. Mengejar kesempatan pendidikan yang lebih baik merupakan salah satu alasan yang menyebabkan seseorang untuk pindah. Fenomena ini terjadi di NTT, dimana perbedaan kualitas sistem pendidikan antara daerah merupakan penyebab mahasiswa asal NTT memilih untuk menempuh pendidikan di luar wilayah NTT. Hal ini kemudian berdampak pada cukup tingginya angka migrasi keluar di NTT. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 angka migrasi keluar seumur hidup NTT sebesar ( Diakses pada tanggal 30 Juli 2015). Wilayah Pulau Jawa merupakan daerah tujuan utama mahasiswa asal NTT untuk memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih baik, salah satunya adalah Yogyakarta. Gambaran ketertinggalan Provinsi NTT dengan daerah-daerah lain di Pulau Jawa dari aspek pendidikan dapat dilihat pada tingkat angka partisipasi murni Provinsi (APM) NTT. Pada tahun 2013 angka partisipasi murni (APM) NTT pada jenjang pendidikan SMA sebesar 47,30 ( Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Angka partisipasi murni (APM) SMA NTT bahkan berada cukup jauh di bawah rata-rata angka partisipasi murni (APM) SMA secara nasional 4

5 pada tahun yang sama yaitu tahun 2013 sebesar 54,25 ( Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Bandingkan dengan angka partisipasi murni (APM) salah satu Provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi D.I. Yogyakarta dimana pada tahun 2013 angka partisipasi murni (APM) SMA Provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 64, 86 ( Diakses pada tanggal 23 Juni 2015) jauh di atas angka partisipasi murni (APM) SMA NTT yang hanya sebesar 47,30. Yogyakarta merupakan salah satu tujuan dari penduduk NTT yang ingin memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih baik. Selama ini Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar. Julukan sebagai kota pelajar tersebut menandakan bahwa Yogyakarta memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik. Perkembangan industri pendidikan di Daerah Yogyakarta juga berpengaruh terhadap banyaknya migran yang masuk ke Yogyakarta. Perbandingan jumlah warga asli Yogyakarta dan pendatang dari kota/negara lain adalah 35:65. Setiap bulan, sedikitnya ada sekitar pendatang menyerbu Yogyakarta. Angka ini baru yang secara resmi melapor ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) untuk mengurus surat keterangan pindah datang dari daerah asal mereka. Pasti masih banyak yang datang ke Yogyakarta tapi tidak melapor ke dinas terkait. Kebanyakan pendatang adalah pelajar dan mahasiswa. Hanya sekitar 10 persen pendatang yang datang ke Yogyakarta untuk bekerja. Untuk asrama saja, ada sekitar 500 asrama pelajar dan mahasiswa dari seluruh provinsi dan kabupaten/kota se-indonesia hadir di Yogyakarta. Sebanyak 78,7 persen dari total jumlah mahasiswa di Yogyakarta adalah perantau dari luar daerah. Untuk 5

6 jumlahnya, mahasiswa perantau ini berjumlah sekitar mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia ( -fact-seputar-pendatang-jogja/. Diakses pada tanggal 23 September 2015). Dalam kaitanya dengan mobilitas yang dilakukan oleh mahasiswa asal NTT ke Yogyakarta, pada awalnya disparitas pembangunan terutama dalam bidang pendidikan merupakan faktor utama yang melatarbelakangi adanya fenomena mobilitas. Keberadaan perguruan tinggi atau universitas di suatu wilayah merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan pendidikan di wilayah tersebut DIY 39 NTT Sumber: Kemendiknas, 2012 Gambar 1.2 Perbandingan Jumlah Perguruan Tinggi Di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi NTT Gambar di atas memperlihatkan jumlah perguruan tinggi yang terdapat di Provinsi NTT hanya berjumlah 39. Hal ini tentu sangat berbeda jauh dengan jumlah perguruan tinggi yang terdapat di Provinsi D.I. Yogyakarta yang jumlahnya mencapai 126. Keberadaan perguruan tinggi yang banyak mengindikasikan kondisi atau iklim pendidikan yang cukup baik, kondusif dan 6

7 tentu saja juga menggambarkan kamajuan pendidikan di Yogyakarta. Di sisi lain banyaknya perguruan tinggi juga semakin memperbanyak pilihan dalam memilih pergruan tinggi. Walaupun dari aspek rasio antara jumlah mahasiswa dengan jumlah perguruan tinggi lebih baik di Provinsi NTT daripada di Provinsi D.I. Yogyakarta, namun jika dilihat dari kualitas dari perguruan tinggi yang ada, kualitas perguruan tinggi di Yogyakarta lebih baik daripada perguruan tinggi yang terdapat di NTT. Sebagai contoh salah satunya UGM yang merupakan perguruan tinggi dengan kualitas nomor satu di Indonesia. Rasio jumlah perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa yang lebih tinggi di Yogyakarta daripada di NTT juga dipengaruhi banyaknya mahasisiwa yang ada di Yogyakarta dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia DIY 1762 NTT Sumber Kemendiknas, 2012 Gambar 1.3 Perbandingan Rasio Jumlah Perguruan Tinggi Dengan Jumlah Mahasiswa Di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi NTT Jumlah perguruan tinggi yang cukup banyak dengan kualitas yang bagus menggambarkan kualitas pendidikan di Yogyakarta yang bagus. Hal ini jga didukung dengan kondisi Yogyakarta yang sangat kondusif bagi pendatang. Keadaan ini berdampak pada banyak mahasiswa dan pelajar tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta. Banyaknya mahasiwa dan pelajar 7

8 yang bermigrasi ke Yogyakarta memperlihatkan adanya perbedaan nilai kefaedahan antar wilayah dalam aspek pendidikan. Perbedaan nilai kefaedahan antar wilayah tersebut menurut Mantra (1992) merupakan salah satu penyebab terjadinya migrasi atau perpindahan penduduk. Di sisi lain Kasto (2002) melihat bahwa kemajuan antar daerah merupakan salah satu determinan pokok yang menjelaskan proses mobilitas penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan. Kemajuan pembangunan pendidikan dan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai di Yogyakarta merupakan salah satu faktor penarik yang menyebabkan masyarakat NTT melakukan mobilitas atau perpindahan ke Yogyakarta. Pada awalnya mobilitas yang dilakukan oleh mahasiswa asal NTT ke Yogyakarta bersifat mobilitas non permanen. Mobilitas non permanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah yang lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu yang lama (Steele, 1983 dalam Mantra, 1999). Adanya niatan mahasiswa asal NTT untuk menetap di Yogyakarta tentu saja berdampak negatif bagi NTT dan Yogyakarta itu sendiri. Mahasiswa seperti yang kita ketahui adalah manusia yang memiliki sumber daya manusia yang memadai, apabila mahasiswa asal NTT di Yogyakarta lebih berminat untuk tinggal di Yogyakarta daripada di NTT maka tentu saja NTT akan kehilangan sumberdaya manusia yang memadai. Di sisi lain hal tersebut juga berdampak buruk bagi Yogyakarta itu sendiri karena 8

9 akan semakin menambah jumlah penduduk di Yogyakarta dan akan mengurangi daya dukung Yogyakarta itu sendiri. Niat mahasiswa asal NTT menjadi migran permanen juga akan bertolak belakang dengan program yang sedang direncanakan oleh pemerintah. Dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dikatakan bahwa arah pembangunan Indonesia akan bergerak ke arah kawasan timur dimana ditekankan pada pembangunan di desa baru ke kawasan timur, daerah pinggir, serta kawasan timur itu sendiri (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014). Sejalan dengan terus bertambahnya mahasiswa asal NTT di Yogyakarta (meskipun tidak diketahui jumlahnya secara pasti) jumlah mahasiswa asal NTT di Yogyakarta juga mengalami peningkatan. Sesepuh ikatan keluarga pelajar mahasiswa NTT, Daniel Dama Ledo mengatakan bahwa ada mahasiswa asal NTT di Yogyakarta (nasional.tempo.co/read/news/2013/03/27/ /rib uan mahasiswa asal ntt eksodus-dari-yogya. Diakses pada tanggal 28 September 2015). Hal tersebut kemudian mendorong mahasiswa untuk membentuk berbagai ikatan mahasiswa yang beretnisitas NTT, salah satunya adalah KESA. KESA (Kelompok Studi tentang Desa) adalah sebuah ikatan mahasiswa asal NTT yang memiliki minat untuk berdiskusi tentang desa atau berminat membangun desa. Anggota KESA merupakan mahasiswa asal NTT yang berasal dari berbagai daerah di NTT dan sedang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta yang tersebar di berbagai kampus di Yogyakarta. 9

10 Keberadaaan keluarga atau kenalan juga berperan penting adanya niatan seseorang untuk menetap di wilayah tujuan. Dalam kaitanya dengan niatan mahasiswa asal NTT untuk menetap di Yogyakarta, keberadaan keluarga dan kenalan juga sangat berperan penting. Revenstein (1985 dalam Mantra, 1999) mengatakan bahwa salah satu perilaku mobilitas penduduk adalah berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain merupakan informasi yang sangat penting bagi orang yang ingin melakukan mobilitas. Hal ini diperkuat oleh Mobogunje (1970 dalam Mantra, 1999) bahwa kontribusi dari migran terdahulu di kota sangat besar dalam membantu migran baru yang berasal dari desa atau daerah yang sama dengan mereka, terutama pada tahap-tahap awal dari mekanisme penyesuaian diri di daerah tujuan. 1.2 Perumusan Masalah Provinsi NTT merupakan salah satu Provinsi yang bisa dikatakan sedikit tertinggal dengan Provinsi yang lain di Indonesia dilihat dari aspek pendidikan. Pada tahun 2013 angka partisipasi murni (APM) NTT 2013 pada jenjang pendidikan SMA sebesar 4,30 ( Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Angka partisipasi murni (APM) SMA NTT bahkan berada di bawah ratarata angka partisipasi murni (APM) SMA secara nasional yang pada tahun yang sama yaitu tahun 2013 sebesar 54,25 ( Diakses pada tanggal 23 Juni 2015), dan juga berada cukup jauh di bawah angka partisipasi murni (APM) SMA Provinsi D.I. Yogyakarta 64,86 ( Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Dengan kondisi fasilitas penunjang pendidikan yang tidak memadai 10

11 berdampak pada banyak penduduk NTT yang berusaha menempuh pendidikan di daerah lain di Indoneisa salah satunya di Yogyakarta. Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor ekonomi, kemudahan memperoleh fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perpindahan penduduk. NTT merupakan salah satu Provinsi yang sedikit tertinggal dalam hal pembangunan berbagai fasilitas pendidikan. Keterbatasan fasilitas pendidikan tersebut nampak dari sedikitnya universitas yang berkualitas di NTT. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong yang menyebabkan banyak penduduk NTT melakukan mobilitas ke wilayah lain. Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan penduduk NTT yang ingin memperoleh fasilitas pendidikan yang lebih baik. Dimana terdapat berbagai universitas yang berkualitas dengan pilihan jurusan yang lebih banyak. Daya tarik yang dimiliki oleh Yogyakarta tersebut membuat banyak mahasiswa asal NTT yang melakukan mobiltas/perpindahan ke Yogyakarta. Pada awalnya mobilitas atau perpindahan yang dilakukan oleh mahasiswa asal NTT di Yogyakarta bersifat non permanen. Artinya bahwa mahsiswa asal NTT di Yogyakarta tidak berniat untuk menetap di Yogyakarta. Namun adanya berbagai faktor yang ada baik yang terdapat di daerah asal (NTT) maupun di daerah tujuan (Yogyakarta) kemudian timbul niat dari mahasiswa asal NTT yang ada di Yogyakarta untuk melakukan mobilitas secara permanen. 11

12 Penilaian terhadap potensi di daerah asal dan potensi yang terdapat di daerah tujuan merupakan salah satu alasan seseorang berminat untuk melakukan migrasi. Potensi di Yogyakarta yang lebih baik daripada potensi yang terdapat di daerah NTT menyebabkan mahasiswa asal NTT berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta. Adanya faktor pendorong dan penarik di daerah asal dan daerah tujuan menyebabkan masyarakat dihadapkan pada suatu pilihan sulit. Dimana memilih tinggal di daerah asal dengan berbagai keterbatasan yang ada atau meninggalkan daerah asal untuk menetap di daerah tujuan dengan berbagai peluang yang ada di daerah tujuan. Tetapi konsekuensinya adalah meninggalkan segala yang ada di daerah asal. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti akan membahas mengenai minat mahasiswa asal NTT anggota KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta serta faktor-faktor apa yang menyebabkan mahasiswa asal NTT anggota KESA berminat untuk menjadi migran permanen di Yogyakarta. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi minat mahasiswa asal NTT anggota KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta, yaitu faktor karakteristik migran itu sendiri (jenis kelamin, lama tinggal dan keberadaan keluarga terdahulu) dan valuasi potensi wilayah Yogyakarta dan NTT. Todaro (1976 dalam Jalil, 1990) mengatakan bahwa karakteristik demografis merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti mengacu pada pertanyaan penelitian, yaitu: 12

13 a. Bagaimana minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut adanya keluarga terdahulu, lama tinggal, dan jenis kelamin? b. Bagaimana minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut valuasi potensi wilayah? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut adanya keluarga terdahulu, lama tinggal, dan jenis kelamin. 2. Mengidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut valuasi potensi wilayah. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kususnya untuk studi kependudukan yang berhubungan dengan migrasi permanen. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta, menurut valuasi potensi wilayah, adanya keluarga terdahulu, lama tinggal dan jenis kelamin. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian tentang mobilitas permanen yang melihat minat dan faktor dalam mobilitas permanen memang sudah pernah dilakukan oleh peneliti 13

14 sebelumnya. Persamaan yang ada hanya sebatas pada fokus besarnya yaitu minat untuk melakukan mobilitas permanen, subjek, dan metode penelitian. Perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya adalah dari segi rancangan, lokasi, objek dan fokus penelitian. Adapun beberapa penelitian sejenis sebelumnya adalah: No Judul, Lokasi Penelitian, Nama Peneliti Tahun 1 Judul: Migrasi Penduduk Ke Pulau Batam (Suatu Studi Migrasi Penduduk Permanen Antar Pulau) Di Daerah Tingkat II Kotamadya Batam Provinsi Daerah Tingkat I Riau. Lokasi Penelitian: Kotamadya Batam-Provinsi Riau. Nama Peneliti: Jalil, Ashalauddin. Tahun: Judul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Masuk Pulau Jawa Tahun Lokasi Penelitian: Pulau Jawa. Nama Peneliti: Hanifah. Tahun: 2004 Tabel 1.1 Distribusi Penelitian Migran Objek Kajian Penelitian Metode penelitian 1. Mengkaji dan Kuantitatif mempelajari motif utama migrasi. 2. Mengkaji arah kesempatan kerja yang menjadi sasaran para migran. 3. Mengkaji apakah dengan migrasi terjadi mobilitas dalam jenis kesempatan kerja. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi masuk ke Pulau Jawa pada tahun 200. Hasil penelitian 1. Faktor utama bermigrasi adalah karena faktor ekonomi. 2. Bermigrasi ke Batam tidak hanya mencari kesempatan kerja tetapi juga terselip suatu keinginan untuk berpergian ke Singapura. 3. Terjadi mobilitas dalam jenis kesempatan kerja. Kuantitatif Upah rata-rata sektor industri besar dan sedang yang mencerminkan besar upah di sektor modern dan persentase penduduk perkotaan yang menggambarkan pendapatan psikis atau kenyamanankenyamanan yang dinikmati dan angka pengangguran terbuka yang mecerminkan peluang memperoleh 14

15 Lanjutan Tabel Judul: Migrasi Etnis Cina di Kota Bandar Lampung: Bentuk Solidaritas dan Status Ekonomi Migran. Lokasi Penelitian: Kota Bandar Lampung. Nama Peneliti: Sudarmi Tahun: Judul: Niat Migrasi dan Penyesuaian Diri Migran Sirkuler Asal Jawa Di Kecamatan Kuta Selatan- Bali. Lokasi Penelitian: Kuta Selatan-Bali. Nama Peneliti: Sarmita, I Made Tahun: 2013 Mengkaji bagaimana usaha migran etnis Cina Bangka sebagai golongan minoritas untuk dapat bertahan hidup dan meningkatkan status ekonomi rumah tangga di Bandar Lampung. 1. Mengkaji pengaruh faktor upah, umur, lama bertempat tinggal di daerah tujuan, dan tingkat pendidikan terhadap niat migrasi sirkuler asal Jawa di Kuta Selatan. 2. Mengkaji penyesuaian diri migran sirkuler asal Jawa dengan cara melihat perbedaan-perbedaan yang ada dalam dimensi ekonomi serta fisik dan lingkungan tempat Kuantitatif Kuantitatif dengan survei pekerjaan, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan jumlah migran masuk ke Pulau Jawa pada tahun Proses migrasi berbeda berdasarkan lokasi daerah asal migran. Peranan kelompok etnik (migran terdahulu) mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses adaptasi migran di kota tujuan. Rasa semangat kekeluargaan yang tinggi yang dimiliki migran etnis Cina Bangka yang didasari dengan rasa memiliki nenek moyang dan budaya yang sama untuk mempertahankan kelangsungan hidup menyebabkan rasa solidaritas sesama migran sangat kuat. 1. Niat migran sirkuler asal jawa dipengaruhi oleh faktor upah, umur, dan tingkat pendidikan 2. Dalam dimensi fisik dan lingkungan tempat tinggal, penyesuaian diri migran sirkuler asal Jawa dengan semakin lamanya sudah bertepat tinggal di Kuta Selatan adalah semakin berhasil. 15

16 Lanjutan Tabel Judul: Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Rumahtangga Transmigran Melakukan Mobilitas Non Permanen (Studi Kasus di Unit Pemukiman Transmigrasi Muko-Muko IE SP-3 Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu). Lokasi Penelitian: Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Nama Peneliti: Kurniati, Novitri. Tahun: Judul: Mobilitas Penduduk Dan Remitan: Studi Kasus Di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi penelitian: Desa nguter. Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Nama Peneliti: Sakur. Tahun1988 tinggal antara migran sirkuler asal Jawa degan masyarakat lokal Kuta Selatan. Mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan rumahtangga transmigran melakukan mobilitas non permanen. Mengkaji dan menganalisis alasan melakukan migrasi dan mengkaji tentang besar dan manfaat remitan. Kuantitatif Faktor-faktor yang pendekatan berpengaruh nyata studi Kasus terhadap mobilitas non permanen rumahtanggga transmigran adalah jumlah anggota rumahtangga, usia kerja, probabilitas mendapatkan pekerjaan, dan pendapatan. Sedangkan pendapatan usaha tani tidak berpengaruh terhadap mobilitas non permanen transmigran. Kuantitatif 1. Alasan utama yang mendorong penduduk melakukan mobilitas adalah sulitnya mencari pekerjaan non pertanian di desa. 2. Sebagaian besar migran menggunakan remitan untuk keperluan pendidikan/untuk sekolah. 3. Pengaruh tingkat pendidikan/tahun sukses, lamanya tinggal di daerah tujuan, jumlah tanggungan/keluarga di daerah asal, dan besarnya pendapatan positif dan signifikan dengan besar kecilnya remitian. 4. Mobilitas penduduk Desa Nguter ternyata 16

17 Lanjutan Tabel Judul: Mobiltas Non Permanen: Studi Kasus Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Lokasi Penelitian: Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai-Kalimantan Timur. Nama Peneliti: Nama: Musa, Adnan H. Tahun: Mengkaji jumlah migran yang melakukan mobilitas baik migran ulang alik maupun migran sirkuler 2. mengkaji faktor-faktor yang menarik dan mendorong penduduk melakukan mobilitas 3. mengkaji karakteristik migran yang meliputi demografis, sosial, dan ekonomi 4. mengkaji perbedaan yang berarti antara jenis pekerjaan, jenis mobilitas dan tingkat pendidikan dengan pendapatan migran di daerah tujuan, baik migran ulang alik maupun migran sirkuler 9 Judul: Faktor Faktor 1. Untuk mengetahui Yang Mempengaruhi Minat ada/tidaknya pengaruh Migran Melakukan Mobilitas Non Permanen Ke kota Denpasar. upah, lama melakukan mobilitas sirkuler, umur dan tingkat pendidikan Lokasi Penelitian: secara simultan terhadap Denpasar-Bali. mobilitas sirkuler ke Nama Peneliti: Rustariyuni, Kota Denpasar. Kuantitatif dengan survei Kuantitatif mempunyai dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi di desa asal, 1. Migran ulang-alik cendrung lebih besar 70, 1 persen dibandingkan dengan migran sirkuler sebesar 29, 9 persen 2. Faktor yang menarik penduduk melakukan mobilitas adalah ingin mendapatkan hasil yang lebih besar di daerah tujuan, baik migran ulang-alik maupun migran sirkuler, yaitu sebesar 68, 8 persen 3. Persentase migran yang berumur 24 tahun ke bawah lebih besar dibandingkan dengan migran yang berumur 24 tahun ke atas yaitu sebesar 52, 1 persen. Pendapatan migran di daerah tujuan pada skala antara Rp ,00- Rp ,00 sebesar 54, 2 persen dan pendapatan migran di daerah asal pada skala yang sama sebesar 11, 8 persen. 1. Hasil penelitian variabel umur, tingkat pendidikan, lama melakukan mobilitas dan upah berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keputusan minat 17

18 Lanjutan Tabel 1.1 Surya Dewi. Tahun Judul: Valuasi Potensi Wilayah Terhadap Minat Menjadi Migran Permanen di Yogyakarta (Kasus Mahasiswa Asal NTT Anggota KESA) Lokasi Penelitian: Yogyakarta. Nama Peneliti: Goma, Edwardus I. Tahun: Untuk mengetahui pengaruh upah, lama melakukan mobilitas sirkuler, umur dan tingkat pendidikan secara parsial terhadap mobilitas sirkuler ke Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap mobilitas sirkuler ke Kota Denpasar 1. Megidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut umur dan Jenis Kelamin 2. Megidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut valuasi potensi wilayah. Mixed Method melakukan mobilitas ke Kota Denpasar. 2. Variabel tingkat pendidikan dan upah secara parsial berpengaruh positif terhadap keputusan minat melakukan mobilitas ke Kota Denpasar. 3. Variabel tingkat pendidikan dan tingkat upah berpengaruh dominan terhadap mobilitas sirkuler ke kota Denpasar. 1. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki 2. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta telah tinggal di Yogyakarta 3 tahun. 3. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta memiliki keluarga terdahulu di Yogyakarta. 4. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi 18

19 Lanjutan Tabel 1.1 migran permanen di Yogyakarta menilai potensi wilayah tujuan (Yogyakarta) lebih baik daripada wilayah asal (NTT). Secara substansial, penelitian ini tidak jauh berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Namun perbedaan yang mendasar adalah pada penelitian sebelumnya lebih melihat faktor migrasi dari aspek ekonomi. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya melihat dari sisi faktor ekonomi saja. Dari segi keaslian penelitian, penelitian tentang minat mahasiswa asal NTT anggota KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta dilihat dari aspek valuasi potensi wilayah dapat dikatakan belum ada sebelumya. 19

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami MIGRASI Oleh : CHOTIB Donovan Bustami 1. Konsep dan Definisi Migrasi Migrasi merupakan salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi. Komponen ini bersama dengan dua komponen lainnya, kelahiran dan

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 1, Januari 2015 Halaman 1-12 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 7. MOBILITAS PENDUDUK 7.1. Definisi dan Konsep Mobilitas Perilaku mobilitas penduduk berbeda dengan perilaku kelahiran dan kematian. Mobilitas penduduk tidak ada sifat keajegan seperti angka kelahiran

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau

Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau Program LSK (Lambaga Spesialisasi Keterampilan) Untuk Mengatasi Masalah Migrasi Masuk Yang Berlebiha Di Provinsi Riau Sirri Hidayati Widiyasmara Kelas B 150231100060 Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI

PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI PENGARUH PROSES MOBILITAS PENDUDUK TERHADAP ASPEK EKONOMI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geografi Pendudk yang dibina oleh Bapak Suwito, M.Pd. Oleh Kelompok 6 Inviolata Embun 140401050107 Muhammad

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the principle of population merumuskan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi sebagai konsep pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah negara Indonesia yang terdiri dari ± 18000 pulau besar dan kecil.diantara pulau-pulau tersebut ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN IV-2015 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN IV-2015 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 10/02/53/Th. XIX, 5 Februari 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN IV-2015 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Triwulan IV/2015: Kondisi ekonomi dan tingkat optimisme konsumen

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah homo homonicus yakni sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, diterima dalam kelompoknya, dan ketiga,

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah yang lain (Differensiation of Area). Perpindahan penduduk dikenal

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah yang lain (Differensiation of Area). Perpindahan penduduk dikenal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan penduduk pada umunya terjadi karena adanya perbedaan wilayah satu dengan wilayah yang lain (Differensiation of Area). Perpindahan penduduk dikenal dengan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

POLA DAN ARUS MIGRASI DI INDONESIA EMALISA. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

POLA DAN ARUS MIGRASI DI INDONESIA EMALISA. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara POLA DAN ARUS MIGRASI DI INDONESIA EMALISA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor yang dasar yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RILIS HASIL AWAL PSPK2011 RILIS HASIL AWAL PSPK2011 Kementerian Pertanian Badan Pusat Statistik Berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia mulai 1-30

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk Afid Nurkholis Email: afidnurkholis@gmail.com ABSTRAK Pengukuran terhadap karakteristik

Lebih terperinci

Penyusunan Publikasi Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2017

Penyusunan Publikasi Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Publikasi Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2017 ABSTRAKSI Mobilitas penduduk dan tenaga kerja merupakan bagian dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 10/11/53/Th. XX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen III-2017 Secara umum kondisi ekonomi dan tingkat optimisme

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat

ABSTRAK. Kata kunci: mobilitas ulang-alik, tingkat upah, pendidikan, jarak tempuh, umur, kegiatan adat Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Alasan Seseorang Untuk Melakukan Mobilitas Ulang-Alik (Commuting) (Studi Kasus Di Desa Pandak Gede) Nama : Dewa Ayu Cintya Nandiswari NIM : 1306105126 ABSTRAK

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

PERTEMUAN 5 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA PERTEMUAN 5 : PERSEBARAN PENDUDUK Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap 2012/2013

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) No. 40 / VI / 1 Agustus 2003 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *)! Pada bulan 2003, Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional naik 0,05 persen dibanding bulan April 2003, yaitu dari 119,12 menjadi 119,18.

Lebih terperinci

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertempat tinggal. Mobilitas penduduk terjadi antara lain karena adanya

I. PENDAHULUAN. bertempat tinggal. Mobilitas penduduk terjadi antara lain karena adanya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mobilitas penduduk atau perpindahan penduduk ada karena kebutuhan hidup manusia tidak selalu dapat terpenuhi oleh kemampuan wilayah dimana ia bertempat tinggal.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI BPS PROVINSI LAMPUNG No. 04/10/18/Th. X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NTP Provinsi Lampung September 2016 untuk masing-masing subsektor tercatat sebesar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 29/05/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN PROGRAM PKP2TRANS

KONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN PROGRAM PKP2TRANS KONTRIBUSI APBD MENDUKUNG TARGET SASARAN RPJMN 2015 2019 PROGRAM PKP2TRANS Kepala Biro Perencanaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi SASARAN PEMBANGUNAN SESUAI RPJMN 2015-2019

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU Yusni Maulida Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12.5, Simpang Baru, Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk

Lebih terperinci

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.PENDAHULUAN Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 34/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KALIMANTAN TIMUR*) MENURUT SUB SEKTOR BULAN APRIL 2016 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Timur

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.46/07/52/Th.I, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,371 Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung kegiatan industri serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci