PETUNJUK TEKNIS REVISI 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS REVISI 2017"

Transkripsi

1

2 PETUNJUK TEKNIS REVISI 2017 Cakupan Kode HS (Harmonized System) Penyusun Data Ekspor Impor Komoditas Pertanian Berdasarkan Klasifikasi BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) 2017 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Jakarta, 2017

3 KATA PENGANTAR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan karunia-nya sehingga Petunjuk Teknis Cakupan kode HS (Harmonized System) Penyusun Data ekspor Impor Komoditas Pertanian Berdasarkan Klasifikasi BTKI 2017 dapat diterbitkan. Buku Petunjuk teknis ini merupakan revisi dari petunjuk teknis tahun 2015 yang telah disempurnakan cakupan kode Harmonized System (HS) ekspor impor penyusun komoditas pertanian tahun Dalam menyusun Petunjuk Teknis ini, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) telah melakukan koordinasi dan serangkaian diskusi dengan BPS dan Eselon I terkait di lingkup, guna menyepakati pengelompokkan komoditas dan kode HS penyusunnya. Petunjuk teknis ini dapat digunakan sebagai bahan pedoman dalam melakukan kompilasi data ekspor-impor komoditas pertanian yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Klasifikasi kode HS dalam Petunjuk Teknis ini adalah berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2017, yang dipergunakan mulai tahun Sementara untuk data ekspor-impor tahun-tahun sebelumnya menggunakan klasifikasi BTKI Penyelarasan data ekspor-impor tahun sebelumnya harus menggunakan Tabel Korelasi BTKI 2012 BTKI Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan terlibat langsung dalam penerbitan Petunjuk Teknis ini, kami sampaikan penghargaan dan terimakasih. Kritik dan saran sangat kami harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang. Jakarta, Juni 2017 Kepala, Dr. Ir. Suwandi, MSi Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) i

4 ii Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

5 DAFTAR ISI Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. PENJELASAN UMUM... 3 BAB III. CAKUPAN KODE HS KOMODITAS PERTANIAN Cakupan Kode HS Komoditas Tanaman Pangan Cakupan Kode HS Komoditas Hortikultura Cakupan Kode HS Komoditas Perkebunan Cakupan Kode HS Komoditas Peternakan LAMPIRAN Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) iii

6 BAB I PENDAHULUAN Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut konvensi internasional dalam penyusunan dan penentuan Harmonized System (HS). Sebagai salah satu negara yang ikut dalam penyusunan HS, maka Indonesia, mempunyai kewajiban : 1) menyusun nomenklatur tarif dan statistik dengan HS, 2) mempublikasikan statistik ekspor impor sesuai dengan 6 digit HS dan, 3) menerapkan amandemen HS sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Selain itu, Indonesia sebagai anggota ASEAN dan telah menandatangani Protocol Governing The Implementation of AHTN (ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature) dan mempunyai kewajiban juga untuk menggunakan KUMHS (Ketentuan Umum Menginterpretasi Harmonized System), catatan dan seluruh struktur HS serta menggunakan AHTN 8 digit untuk seluruh kepentingan tarif, statistik dan lainnya. Setelah disepakati di tingkat negara ASEAN, maka Indonesia segera menyusun Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) yang memuat nomenklatur klasifikasi barang yang disusun berdasarkan HS dan AHTN. BTKI tahun 2017 ini memuat KUMHS, Catatan Bagian, Catatan Bab, Catatan Sub Pos, Struktur Klasifikasi Bab 1 s.d Bab 98 dan Besaran Tarif. HS akan mengalami perubahan secara rutin tiap 5 tahun dan diamandemen oleh WCO (World Customs Organisation) sehingga berdampak pada AHTN dan BTKI yang harus disesuaikan dengan struktur HS yang baru sekaligus me-review struktur AHTN. Perbedaan BTKI 2012 dengan 2017 adalah BTKI 2017 menggunakan 8 digit pos tarif tanpa pemecahan pos nasional seperti BTKI 2012 yang menggunakan 10 digit pos tarif. Berkenaan dengan penerapan BTKI 2017, maka memandang perlu untuk menyusun petunjuk teknis cakupan kode HS penyusun data ekspor impor komoditas pertanian berdasarkan BTKI Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 1

7 Penyusunan petunjuk teknis ini didasarkan dari hasil serangkaian diskusi bersama unit kerja teknis lingkup dan BPS. 1. Rapat Koordinasi dengan BPS di PPMKP Ciawi, tanggal Februari 2017, mendiskusikan tentang perubahan klasifikasi kode HS dari BTKI 2012 menjadi BTKI Hasil Koordinasi menyepakati perlu adanya Sosialisasi BTKI 2017 dan diskusi cakupan kode HS penyusun data ekspor-impor komoditas pertanian bersama dengan Eselon I lingkup. 2. Sosialisasi BTKI 2017 di Wisma Bahtera-Cipayung tanggal Maret 2017, dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Biro Kerjasama Luar Negeri, BPS, Bank Indonesia serta Ditjen Bea dan Cukai (Kementerian Keuangan) selaku Narasumber. Telah disosialisasikan adanya perubahan cakupan kode HS pada BTKI Selain itu dilakukan koreksi draft awal cakupan kode HS penyusun data ekspor impor komoditas pertanian berdasarkan BTKI Hasil rapat menyepakati cakupan kode HS penyusun data ekspor impor untuk komoditas sub sektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan berdasarkan BTKI tahun Rapat evaluasi database ekspor impor di MESS AVROS Bogor, tanggal April Rapat ini dihadiri oleh BPS serta Bidang Pengembangan Sistem Informasi - Pusdatin membahas penyajian data ekspor impor dalam database pertanian. Tampilan data ekspor impor di database berdasarkan kode HS sudah menggunakan HS 8 digit untuk tahun 2017 sesuai BTKI Berdasarkan hasil rapat tersebut selanjutnya disusun Buku Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS tahun 2017 yang berisi cakupan kode HS penyusun data ekspor impor komoditas sektor pertanian berdasarkan BTKI Selain itu, Petunjuk Teknis juga dilengkapi dengan korelasi BTKI 2017 ke BTKI 2012 dan sebaliknya, yang dimaksudkan untuk mempermudah pengguna dalam menelusuri kode HS sektor Pertanian. 2 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

8 BAB II PENJELASAN UMUM Pencatatan data ekspor-impor dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan Sistem Perdagangan Umum (general trade system) yang berarti semua barang (selain jasa) yang keluar/masuk wilayah negara Indonesia dicatat sebagai ekspor/impor tanpa kecuali. Nilai barang untuk barang ekspor dinyatakan dengan Free on Board (FOB) dan barang impor dengan Cost, Insurance and Freight (CIF) dalam US$. Sementara satuan berat barang dinyatakan dalam satuan kilogram. Ekspor adalah pengiriman barang dan jasa yang dijual oleh penduduk suatu negara kepada penduduk negara lain untuk mendapatkan mata uang asing dari negara pembeli. Sementara, impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam wilayah suatu negara, baik bersifat komersial maupun bukan komersial serta barang yang akan diolah di dalam negeri yang hasilnya dikeluarkan lagi dari negara tersebut. Data ekspor-impor yang diolah oleh BPS berasal dari dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) di seluruh Indonesia dalam bentuk soft copy atau hard copy. Sejak akhir tahun 2011, untuk data softcopy dikirim melalui portal bersama Bank Indonesia-BPS-Bea Cukai-Kantor Pajak. Sistem penerimaan dokumen PEB dan PIB yang diterapkan oleh BPS adalah sistem "carry over" artinya dokumen- dokumen ditunggu selama satu bulan setelah bulan berjalan. Dokumen yang datang terlambat akan dimasukkan dalam peng bulan berikutnya. Klasifikasi yang digunakan dalam mengelompokkan data eksporimpor menggunakan sistem harmonisasi kode, dinamakan Harmonized System (HS) yang dikembangkan oleh Custom Cooperation Council (CCO). Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 3

9 Data ekspor impor komoditas pertanian telah mengalami beberapa perubahan klasifikasi kode HS penyusunnya antara lain : Data ekspor impor tahun menggunakan kode HS 9 digit sesuai BTBMI 2002 Data ekspor impor tahun menggunakan kode HS 10 digit sesuai BTBMI 2007 Data ekspor impor tahun menggunakan kode HS 10 digit sesuai BTKI (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) Kode HS ini terdiri dari 10 digit terbagi: 6 digit berasal dari HS-WCO (Internasional), 2 digit berasal dari ASEAN Harmonized Tariff Nomenclature (AHTN) dan 2 digit merupakan pos tarif nasional. Data ekspor impor tahun 2017 saat ini menggunakan kode HS 8 digit. Kode HS ini menggunakan AHTN 2017 menjadi BTKI 2017 (8 digit pos tarif) tanpa pemecahan pos nasional seperti BTKI Data ekspor-impor komoditas pertanian disajikan sebagai berikut: 1. Menurut komoditas yang dikelompokkan wujud segar/primer dan /manufaktur, yaitu: Wujud segar dan untuk komoditas tanaman pangan dan hortikultura, wujud primer dan manufaktur untuk komoditas perkebunan, serta wujud hidup, segar dan untuk komoditas peternakan. Batasan wujud segar/primer adalah apabila komoditas tersebut belum mengalami peng atau hanya sampai dengan tahap pendinginan/pembekuan, selainnya dikatagorikan sebagai wujud /manufaktur. /manufaktur adalah produk segar yang mengalami perubahan bentuk fisik maupun kimia melalui proses pemotongan, 4 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

10 pemanasan, pemasakan, penguapan, penambahan bahan kimia, reaksi kimia, fermentasi dan pengemasan. 2. Menurut negara tujuan ekspor dan negara asal impor. Nilai barang yang dicatat untuk statistik ekspor adalah nilai Free on Board (FOB) dan barang impor dengan Cost, Insurance and Freight (CIF) dalam US$. 3. Menurut pelabuhan muat untuk ekspor dan pelabuhan bongkar untuk impor. 4. Total nilai/volume ekspor-impor komoditas pertanian tertentu adalah penjumlahan dari beberapa kode HS penyusunnya sesuai dengan cakupan yang telah disepakati pada Petunjuk Teknis ini. Cakupan kode HS ekspor-impor komoditas pertanian secara rinci disajikan pada Bab III. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam peng dan penyajian data ekspor-impor komoditas pertanian, yakni: 1. Penyajian data ekspor-impor komoditas pertanian secara series waktu, maka perlu digunakan Tabel Korelasi. 2. Peng data ekspor-impor komoditas pertanian yang berbeda dengan cakupan yang dicantumkan pada Petunjuk Teknis ini harus memberi keterangan acuan kode HS yang dipergunakan dan instansi pengolahnya. 3. Dokumen kode HS disalin dari Buku Tarif Kepabeanan Indonesia Apabila ada kerancuan dalam interpretasi kode HS agar mengacu ke dokumen aslinya. Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 5

11 6 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

12 BAB III CAKUPAN KODE HS KOMODITAS PERTANIAN BTKI Cakupan Kode HS Komoditas Tanaman Pangan 1 Gabah Beras berkulit (padi atau gabah) cocok untuk disemai Segar Beras berkulit (padi atau gabah) untuk lain-lain Segar 2 Beras Gabah dikuliti Beras Thai Hom Mali Segar Gabah dikuliti berupa lain-lain Segar Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau Segar dikilapkan maupun tidak berupa beras Thai Hom Mali beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau Segar dikilapkan maupun tidak berupa beras setengah masak Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau dikilapkan maupun tidak berupa lain-lain Segar 3 Beras ketan Beras 1/2 atau digiling seluruhnya, disosoh atau dikilapkan maupun tidak berupa beras ketan Segar 4 Beras pecah, tepung, menir dan sekam Beras pecah dari jenis yang digunakan untuk makanan hewan Segar Beras pecah lain-lain Segar Tepung beras Menir dan tepung kasar dari beras Sekam, dedak dan residu lainnya dari beras 5 Gandum/Meslin Gandum durum untuk benih Segar Gandum durum lain-lain Segar Gandum lainnya untuk benih Segar Meslin Segar Biji gandum tanpa cangkang Segar Lain-lain dari gandum, Layak untuk dikonsumsi oleh manusia Segar Meslin Segar Lain-lain dari Meslin, tidak Layak untuk dikonsumsi oleh Segar manusia Gandum hitam untuk benih Segar Gandum hitam untuk lain-lain Segar Barli untuk benih Segar Barli untuk lain-lain Segar Oat untuk benih Segar Oat untuk lain-lain Segar Buckwheat Segar Millet untuk benih Segar Millet untuk lain-lain Segar Triticale Segar Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 7

13 Tepung gandum telah difortifikasi Tepung gandum lain-lain Tepung Meslin Tepung gandum hitam Tepung serealia lain-lain selain gandum atau meslin Menir dari gandum durum atau semolina gandum keras Menir dari meslin Butir, digiling atau dipipihkan dari oat Butir yg dikerjakan secara lain (mis dikuliti, dikikis, diiris atau dipecah) dari oats Butir yg dikerjakan secara lain (mis dikuliti, dikikis, diiris atau dipecah) dari barli Malt tidak digongseng Malt digongseng Pati gandum Pati Lain-lain Inulin Gluten gandum, dikeringkan maupun tidak Biji gandum hitam (Lolium multiflorum Lam, Lolium perenne L) Segar untuk bayi dari ekstrak malt, disiapkan untuk penjualan eceran: Campuran dan adonan untuk pembuatan roti dari pos 1905 (Roti, kue kering, kue, biskuit dan produk roti lainnya) dari tepung, menir, tepung kasar, pati atau ekstrak malt, tidak mengandung kakao Campuran dan adonan untuk pembuatan roti dari pos 1905 (Roti, kue kering, kue, biskuit dan produk roti lainnya) dari tepung, menir, tepung kasar, pati atau ekstrak malt, mengandung kakao Campuran dan adonan untuk pembuatan roti dari pos 1905 (Roti, kue kering, kue, biskuit dan produk roti lainnya), lainlain tidak mengandung kakao Campuran dan adonan untuk pembuatan roti dari pos 1905 (Roti, kue kering, kue, biskuit dan produk roti lainnya), lain-lain mengandung kakao untuk bayi dari ekstrak malt, tidak disiapkan untuk penjualan eceran untuk makanan medis untuk bayi dari ekstrak malt, tidak disiapkan untuk penjualan eceran bukan untuk makanan medis untuk bayi dari ekstrak malt, disiapkan untuk penjualan eceran ekstrak malt 8 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

14 7 Jagung Jagung Bibit Segar Jagung brondong Segar Jagung selain untuk bibit dan brondong Segar Maizena (tepung jagung) Menir/tepung dari Jagung Jagung digiling atau dipipihkan dari jagung Jagung dikuliti, dikilapkan atau disosok dari jagung Pati jagung Minyak mentah dari jagung Fraksi padat dari minyak jagung Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah, Fraksi dari minyak tidak dimurnikan selain fraksi padat Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah, selain dari minyak tidak dimurnikan dari fraksi padat Fraksi minyak jagung (jagung), selain padat, tapi tidak dimodifikasi secara kimia Sekam, dedak dari jagung Bungkil dan residu padat lainnya dari jagung 8 Kacang Tanah Kacang tanah benih Segar Kacang tanah Berkulit Segar Kacang tanah dikuliti, pecah maupun tidak Segar Minyak dan lemak dari kacang tanah Kacang tanah digongseng Mentega kacang tanah kacang tanah lainnya, diolah atau diawetkan secara lain, mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau alkohol maupun tidak 9 Kedelai Kacang kedelai benih Segar Kacang kedelai, pecah maupun tidak, selain untuk benih Segar Tepung halus dan kasar Dari kacang kedelai Minyak mentah, dihilangkan getahnya maupun tidak Fraksi dari minyak kacang kedelai yang tidak dimurnikan dan tidak dimodifikasi secara kimia Fraksi dari minyak kacang kedelai yang dimurnikan, tetapi tidak dimodifikasi secara kimia Kecap Minuman susu kedelai Tepung kedelai yang dihilangkan lemaknya, layak untuk konsumsi manusia Bungkil dan residu padat kedele selain dari tepung Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 9

15 10 Ubi Jalar Ubi jalar beku Segar Ubi jalar selain beku Segar 11 Ubi Kayu Ubi Kayu diiris dalam bentuk pelet, kepingan dikeringkan Ubi kayu dalam bentuk pelet, Lain-lain Ubi kayu Beku Segar Ubikayu selain diiris dalam bentuk pellet, segar, dingin, beku Segar atau dikeringkan Tepung, tepung kasar dari ubi kayu Pati ubi kayu (cassava) 12 Talas Talas beku Segar Talas selain beku Segar 13 Kacang Brazil Kacang brazil berkulit Segar Kacang brazil dikuliti Segar 14 Almond Almond Berkulit Segar Almond Dikuliti Segar 15 Hazelnut Hazelnut Berkulit Segar Hazelnut Dikuliti Segar 16 Walnut Walnut Berkulit Segar Walnut Dikuliti Segar 17 Chestnut Chestnut Berkulit Segar Chestnut Dikuliti Segar 18 Pistasio Pistasio Berkulit Segar Pistasio Dikuliti Segar 19 Tanaman Pangan Lainnya Ubi rambat (Dioscorea spp.) beku Segar Ubi rambat (Dioscorea spp.) segar, dingin atau kering Segar Biji canary Segar Serealia lainnya Segar Menir dari serealia lain-lain Pelet serealia Butir serealia lainnya, digiling atau dipipihkan dari serealia lainlain Butir yg dikerjakan secara lain (mis dikuliti, dikikis, diiris atau dipecah) dari serealia lain-lain Lembaga serealia, utuh, digiling, dipipihkan atau ditumbuk Jerami dan sekam serealia, tidak diolah, baik dicacah, ditumbuk, ditekan atau dalam bentuk pelet maupun tidak Minyak kacang tanah, kacang kedelai, kelapa sawit atau kelapa 10 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

16 20 Kacang Sapi/Tunggak Kacang sapi/tunggak cocok untuk disemai Segar Kacang sapi/tunggak tidak cocok untuk disemai Segar 21 Sorghum Sorghum untuk benih Segar Sorghum selain untuk benih Segar 22 Kacang hijau Sayuran polongan, dikupas atau tidak : Kacang (Vigna spp., Phaseolus spp.) Kacang vigna radiata cocok untuk disemai Segar Kacang vigna radiata selain untuk disemai Segar kacang lainnya dikeringkan, dikupas/dibelah maupun tidak, Segar cocok untuk disemai Kacang lainnya dikeringkan, dikupas/dibelah maupun tidak Segar selain untuk disemai Kacang vigna diolah atau diawetkan selain dengan cuka Kacang vigna diolah atau diawetkan selain dengan cuka dikemas dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran Kacang vigna diolah atau diawetkan selain dengan cuka dikemas selain dalam kemasan kedap udara 3.2. Cakupan Kode HS Komoditas Hortikultura A. TANAMAN HIAS 1 Anggrek Potongan dan cangkokan anggrek tanpa akar segar Rhododendron dan azalea,dicangkok atau tidak segar Potongan dan cangkokan anggrek yang berakar segar Anakan Anggrek segar Bunga dan kuncup anggrek potong segar segar 2 Mawar Mawar, dicangkok atau tidak segar Bunga dan kuncup mawar potong segar segar 3 Anyelir Bunga dan kuncup anyelir potong segar segar 4 Krisan Bunga dan kuncup krisan potong segar segar 5 Bunga Lili (Lilium spp.) Lili (Lilium spp. ) segar 6 Tanaman Hias Lainnya Tunggul karet bertunas dari genus Hevea segar Anakan dari genus Hevea segar Tunas dari genus Hevea segar Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 11

17 Tanaman hidup lainnya (termasuk akarnya), potongan dan cangkokan; sulur jamur. segar Bunga dan kuncup bunga potong segar lainnya segar Bunga dan kuncup bunga potong lainnya selain segar segar Lumut mosse dan lumut lichen segar segar Daun, Cabang atau bagian segar lainnya selain lumut mosse dan lumut lichen segar Lumut mosse dan lumut lichen selain segar segar Daun, Cabang atau bagian segar lainnya selain lumut mosse dan lumut lichen segar Biji bunga matahari, pecah maupun tidak segar Biji bijian dari tumbuhan rerumputan yang dibudidayakan terutama untuk bunganya segar B. SAYURAN 1 Kentang Kentang segar atau dingin untuk benih segar Kentang segar atau dingin untuk membuat potato chips segar Kentang segar atau dingin selain untuk membuat potato chips segar Kentang beku segar Tepung, tepung kasar dan bubuk dari kentang Serpih, butir dan pelet dari kentang Pati kentang Kentang yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, beku Kentang irisan dan potongan dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, selain beku Kentang irisan dan potongan kemasan lain-lain yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, selain beku Kentang selain irisan dan potongan dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, selain beku Tomat Kentang selain irisan dan potongan kemasan lain-lain yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, selain beku Tomat, segar atau dingin segar Tomat, utuh atau potongan diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat Pasta tomat diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat Serbuk tomat diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat Tomat lainnya diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat Jus tomat Saus tomat dan saus tomat lainnya 12 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

18 3 Bawang Bombay Umbi Bawang bombay untuk dibudidayakan segar Bawang bombay selain untuk dibudidayakan segar Bawang bombay, diawetkan dengan gas belerang dioksida Bawang bombay, diawetkan selain dengan gas belerang dioksida Bawang bombay dikeringkan Bawang bombay diolah atau diawetkan dengan cuka atau asam asetat Biji bawang bombay segar 4 Bawang Merah Umbi Bawang merah untuk dibudidayakan segar Bawang merah selain untuk dibudidayakan segar Lainnya diolah atau diawetkan dengan cuka atau asam asetat (Bawang Merah) 5 Bawang Putih Umbi bawang putih untuk dibudidayakan segar Bawang putih selain untuk budidaya, segar atau dingin segar Bawang putih dikeringkan 6 Bawang Bakung Prei dan sayuran sejenis Umbi bawang bakung/prei dan sayuran sejenis untuk dibudidayakan Bawang bakung/prei dan sayuran sejenis selain untuk dibudidayakan, segar atau dingin 7 Bunga Kol dan Brokoli segar segar Bunga kol, segar atau dingin segar Brokoli bongkolan, segar atau dingi segar 8 Kubis Kubis Brussel segar Kubis bulat (drumhead) segar Kubis lain-lain segar 9 Selada Selada kubis (selada bongkolan) segar Selada lain-lain segar 10 Chicory Witloof chicory (Cichorium intybus var. foliosum ) segar Chicory lainnya segar Chicory digongseng dan pengganti kopi digongseng lainnya, dan ekstrak, esens dan konsentratnya 11 Wortel Wortel segar 12 Lobak Cina Lobak cina segar Biji lobak atau colza mengandung asam erusat rendah segar Biji lobak atau colza lainnya mengandung asam erusat rendah segar Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 13

19 Minyak mentah dari lobak atau colza Fraksi dari minyak lobak atau colza tidak dimurnikan Fraksi dari minyak lobak atau colza dimurnikan Minyak lobak bukan minyak mentah Minyak mentah dari lobak atau colza lainnya Minyak lobak atau colza lainnya bukan minyak mentah Fraksi dari minyak lobak lainnya tidak dimurnikan Minyak lobak bukan minyak mentah lainnya Bungkil dan residu padat dari biji lobak yang mengandung asam erusat rendah Bungkil dan residu padat dari biji lobak lainnya 13 Ketimun Ketimun dan ketimun acar, segar atau dingin. segar Ketimun dan ketimun acar diawetkan dengan gas belerang dioksida Ketimun dan ketimun acar diawetkan lainnya Ketimun dan ketimun acar diolah atau diawetkan dengan cuka atau asam asetat 14 Kacang Kapri Kacang kapri (Pisum sativum ) segar atau dingin segar Kacang kapri (Pisum sativum ), beku segar Kacang kapri (Pisum sativum ) kering cocok untuk disemai segar Kacang kapri (Pisum sativum ) kering selain untuk disemai Kacang kapri (Pisum sativum ) diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, tidak beku 15 Kacang Panjang Kacang panjang segar 16 Asparagus Asparagus, segar atau dingin segar Asparagus diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, tidak beku 17 Terung Terung, segar atau dingin segar 18 Seledri Seledri selain celeriac, segar atau dingin segar 19 Jamur dan Cendawan Jamur dari genus Agaricus, segar atau dingin segar Cendawan tanah, segar atau dingin segar jamur lainnya, segar atau dingin segar Jamur dari genus Agraricus diawetkan dengan gas belerang dioksida Jamur dari genus Agraricus diawetkan dengan lainnya Jamur dari genus Agaricus dikeringkan Jamur kuping (Auricularia spp.) dikeringkan Jamur jeli (Tremella spp.) dikeringkan Cendawan tanah dikeringkan Shiitake (Dong-gu) dikeringkan Jamur dikeringkan lainnya Jamur dari genus Agaricus diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat 14 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

20 Cendawan tanah diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat Jamur lainnya diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat Jamur kecuali genus agaricus dan truffle, diawetkan dengan gas belerang dioksida Jamur kecuali g. Agaricus & truffle, diawetkan, dalam air garam /air belerang / lainnnya, tidak cocok untuk konsumsi segera 20 Cabe Cabe (buah dari genus Capsicum), segar atau dingin segar Aneka cabe, segar atau dingin segar Cabe (buah dari genus Capsicum) yang diawetkan sementara Cabe (buah dari genus Capsicum) dikeringkan Cabe dikeringkan lainnya Cabe (buah dari genus Capsicum) dihancurkan atau ditumbuk Cabe Lainnya dihancurkan atau ditumbuk Saus cabe 21 Bayam Bayam, bayam New Zealand dan bayam orache (bayam kebun), segar atau dingin segar Globe artichokes, segar atau dingin segar Bayam, bayam New Zealand dan bayam orache (bayam kebun), beku segar 22 Jagung Manis Jagung manis beku segar Jagung manis diawetkan sementara Biji Mustar Jagung manis (Zea mays var. saccharata ) yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, tidak beku Biji mustar segar Tepung mustar dan tepung kasar mustar serta mustar 24 Buah Hop Kerucut buah hop, tidak ditumbuk maupun dijadikan bubuk maupun dalam bentuk pelet Kerucut buah hop, ditumbuk, dijadikan bubuk atau dalam bentuk pelet; lupulin 25 Sayuran Lainnya Umbi, bonggol, akar berbonggol, batang dibawah tanah, tajuk dan akar tongkat, dorman segar segar Kacang lainnya, segar atau dingin segar Sayuran lainnya, beku segar Campuran sayuran, beku segar Caper diawetkan sementara Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 15

21 Sayuran lainnya dikeringkan; campuran sayuran selain bawang putih Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sayuran polongan kering dari pos (Sayuran polongan dikeringkan, dikupas, dikuliti atau dibelah maupun tidak) Tepung, tepung kasar dan bubuk dari produk Bab Biji sayuran selain bawang bombay untuk disemai segar Zat pektik, pektinat dan pektat Agar-agar Lendir dan pengental, dimodifikasi maupun tidak, berasal dari kacang locust, biji kacang locust atau biji guar Lendir dan pengental lainnya, dimodifikasi maupun tidak, berasal dari produk nabati selain karaginan Sayuran lain dan campuran sayuran beku, cocok untuk bayi atau anak-anak Sayuran lain dan campuran sayuran beku, selain untuk bayi atau anak-anak Sayuran homogenisasi tidak beku dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran Sayuran homogenisasi tidak beku lainnya Rebung Sayuran lainnya dan campuran sayuran, tidak beku, dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran Sayuran lainnya dan campuran sayuran, tidak beku, selain rebung serta selain yang dikemas dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran Sayuran lainnya, diawetkan dengan gas belerang dioksida Sayuran lainnya, diawetkan lainnya 26 Zaitun Buah zaitun, segar atau dingin segar Zaitun diawetkan dengan gas belerang dioksida Zaitun diawetkan dengan selain gas belerang dioksida Buah zaitun yang diolah atau diawetkan selain dengan cuka atau asam asetat, tidak beku 27 Polong-polongan Kacang perancis, segar atau dingin segar Sayuran polongan lainnya segar Kacang beku lainnya segar Chickpeas (garbanzos ) kering cocok untuk disemai segar Chickpeas (garbanzos ) kering selain untuk disemai segar Kacang merah kecil (Adzuki) (Phaseolus atau Vigna angularis ) kering cocok untuk disemai segar Kacang merah kecil (Adzuki) (Phaseolus atau Vigna angularis ) kering selain untuk disemai segar Kacang merah, termasuk kacang buncis (Phaseolus vulgaris ) kering cocok untuk disemai segar 16 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

22 Kacang merah, termasuk kacang buncis (Phaseolus vulgaris ) kering selain untuk disemai segar Miju-miju kering cocok untuk disemai segar Miju-miju kering selain untuk disemai segar Kacang babi (Vicia faba var. major) dan kacang kuda (Vicia faba var. equina, Vicia faba var. minor ) kering cocok untuk segar disemai Kacang babi (Vicia faba var. major) dan kacang kuda (Vicia faba var. equina, Vicia faba var. minor) kering selain untuk segar disemai Polong kering lainnya cocok untuk disemai segar Polong kering lainnya selain untuk disemai segar Sekam, dedak dan residu lain dari tanaman polongan C. BUAH - BUAHAN 1 Pisang Pisang yang tidak cocok dikonsumsi langsung sebagai buah segar Pisang Lain-Lain segar Lain-lain segar 2 Kurma Kurma segar Dengan bahan utama kurma berdasarkan beratnya segar 3 Buah Ara Buah ara segar 4 Nenas Nenas segar segar Nenas dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran Nenas diawetkan lainnya Jus Nenas dengan nilai Brix tidak melebihi Jus nenas lainnya 5 Alpokat Alpokat segar 6 Jambu Jambu segar 7 Mangga Mangga segar Lainnya (Jus Mangga) 8 Manggis Manggis segar 9 Jeruk Buah Jeruk-segar segar Buah Jeruk-dikeringkan Mandarin (termasuk tangerin dan satsuma) segar Clementine segar Wilking dan buah jeruk hibrida semacamnya segar Grapefruit, termasuk pomelo segar Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 17

23 Lemon (Citrus Limon, Citrus limonum ) segar Limau (Citrus aurantifolia, Citrus latifolia ) segar Jeruk lainnya, segar atau kering segar Selai, jeli, pasta dari buah jeruk Mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau alkohol (buah jeruk) Buah jeruk diolah atau diawetkan lainnya Jus orange beku Jus orange Tidak beku, dengan nilai Brix. Tidak melebihi Jus orange lain-lain Jus grapefruit dengan nilai Brix tidak melebihi Jus grapefruit selain dengan nilai Brix tidak melebihi Jus buah jeruk lainnya dengan nilai Brix tidak melebihi Jus jeruk lainnya 10 Anggur Anggur Segar segar Anggur kering Jus anggur dengan nilai Brix tidak melebihi Jus anggur selain nilai Brix tidak melebihi Anggur segar minuman fermentasi pancar Grape Must yang fermentasinya dicegah dengan kadar alkohol tidak Grape Must yang fermentasinya dicegah dengan kadar alkohol Minuman fermentasi dengan kadar alkohol tidak melebihi 15 % menurut volumenya Minuman fermentasi dengan kadar alkohol melebihi 15 % menurut volumenya Minuman fermentasi dengan kadar alkohol melebihi 23 % volume Dengan kadar alkohol melebihi 15 % menurut volumenya Grape must dengan kadar alkohol tidak melebihi 15 % menurut volumenya Grape must dengan kadar alkohol melebihi 15 % menurut volumenya Minuman fermentasi dari anggur dengan kadar alkohol tidak lebih 15% menurut volumenya Dengan kadar alkohol melebihi 15% menurut volumenya Dengan kadar alkohol tidak melebihi 15% menurut volumenya Dengan kadar alkohol melebihi 15% menurut volumenya 11 Melon dan Semangka Semangka segar Lain-lain (melon) segar Biji Melon segar 12 Pepaya 807:20:00 Pepaya segar 18 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

24 13 Apel 14 Pir Apel segar Apel kering Jus apel dengan nilai Brix tidak melebihi Jus apel Lain-lain Pir segar Quince segar Pir diolah atau diawetkan Fermentasi buah apel dan fermatase sari buah pir 15 Aprikot, Ceri dan Persik Aprikot segar segar Ceri asam (Prunus Cerasus) segar Ceri, lain-lain segar persik termasuk nektarin segar Plum segar Sloe segar Ceri segar Aprikot kering Aprikot diolah atau diawetkan lain Ceri mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau alkohol (Ceri) Ceri lainnya yang diolah atau diawetkan Persik, termasuk Nektarin mengandung tambahan gula atau bahan pemanis lainnya atau alkohol Persik, termasuk Nektarin lainnya yang diolah atau diawetkan 16 Strawberry Strawberi segar segar Strawberi diolah dengan tambahan gula Strowberi diawetkan sementara Stroberi diolah atau diawetkan secara lain 17 Rasberry dan Blackberry Rasberi, Blackberry, Mulberry dan Loganberry segar segar Currant hitam, putih atau merah dan gooseberry segar segar Cranberries, Bilberries, dan buah lain dari jenis vaccinium segar segar Raspberries, blackberries, mulberries, loganberries, kismis hitam/putih atau merah dan gooseberry, dimasak mupun tidak Buah lainnya, tidak dimasak atau dimasak Jus cranberry cocok untuk bayi atau anak-anak Jus cranberry lainnya Jus blackcurrant 18 Kiwi Buah kiwi segar Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 19

25 19 Durian Durian segar 20 Kesemek Kesemek segar 21 Lengkeng Lengkeng (termasuk mata kucing) segar segar Lengkeng kering Lengkeng diawetkan 22 Leci Leci segar segar Leci diolah dengan tambahan gula 23 Rambutan Rambutan segar 24 Langsat dan Belimbing Belimbing segar 25 Cempedak dan Nangka Jackfruit (cempedak dan nangka) segar 26 Salak Salak segar 27 Buah Naga dan Sapodilla Buah naga segar Sapodilla (ciku fruit) segar 28 Buah Lainnya Buah lainnya segar segar Buah lainnya diawetkan sementara Buah Prune kering Buah lainnya kering Campuran buah lainnya dikeringkan Sayuran, buah, kacang, kulit buah dan bagian lain dari tanaman, diawetkan dengan gula (kering, berkilau atau kristal) homogen Butiran dan pasta buah selain mangga, nanas atau stroberi Marmelade, pure dan pasta lain-lain Selai dan jeli buah Campuran jus makanan bayi campuran jus Siap untuk dikonsumsi langsung Campuran jus Lain-lain Minuman fermentasi dengan kadar alkohol tidak melebihi 15 % menurut volumenya Minuman fermentasi dengan kadar alkohol melebihi 15 % menurut volumenya Dengan kadar alkohol melebihi 23% menurut volumenya 20 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

26 D. TANAMAN BIOFARMAKA 1 Jahe Jahe -Tidak dihancurkan atau tidak ditumbuk segar Jahe -dihancurkan atau ditumbuk 2 Saffron Saffron segar 3 Turmeric Turmeric (Curcuma) segar 4 Kapulaga Bunga pala Tidak dihancurkan atau tidak ditumbuk segar Bunga pala Dihancurkan atau ditumbuk 5 Tanaman Biofarmaka Lainnya Campuran bumbu Kari Campuran bumbu lain-lain Thyme; daun salam segar Rempah lain-lain Benih Poopy segar Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 21

27 3.3. Cakupan Kode HS Komoditas Perkebunan 1 Kelapa Kelapa (Diparut atau dikeringkan) Primer Kelapa (didalam kulit (endocarp) Primer Kelapa muda Primer Kelapa, lembaga lainnya kering, atau dikeringkan, Dalam kulit Primer dalam (endocarp), lembaga lainnya kelapa muda Kopra Primer Minyak Kelapa Mentah Manufaktur Fraksi dari minyak kelapa tidak dimurnikan Manufaktur Minyak kelapa setengah jadi (lain-lain dari minyak kelapa Manufaktur (kopra)) Bungkil kelapa Manufaktur Arang kelapa Manufaktur Serat kelapa (coir) mentah Manufaktur Serat kelapa (coir) lainnya Manufaktur Karet Konsentrat sentrifugal( lateks karet alam), amoniak>0,5% Primer Lain-lain ( lateks karet alam), amoniak >0,5% Primer Konsentrat sentrifugal ( lateks karet alam), amoniak <0,5% Primer Lain-lain ( lateks karet alam), amoniak <0,5% Primer RSS Grade 1 Manufaktur RSS Grade 2 Manufaktur RSS Grade 3 Manufaktur RSS Grade 4 Manufaktur RSS Grade 5 Manufaktur Karet alam dalam bentuk lainnya Manufaktur TSNR 10 Manufaktur TSNR 20 Manufaktur TSNR L Manufaktur TSNR CV Manufaktur TSNR GP Manufaktur Karet alam dengan spesifik teknik lainnya Manufaktur Karet alam dlm bentuk lain (Air dried sheet) Manufaktur Karet alam dlm bentuk lain (Latex crepe) Manufaktur Karet alam dlm bentuk lain (Sole crepe) Manufaktur Karet alam dlm bentuk lain (Remilled crepe, termasuk flat bark Manufaktur crepe) Karet alam dlm bentuk lain (Crepe lainnya) Manufaktur Karet alam dlm bentuk lain (Superior processing rubber) Manufaktur Karet alam dlm bentuk lain (Skim rubber) Manufaktur Skrap (dari pohon, tanah atau asapen) dan cup lump Manufaktur Karet alam dalam bentuk asal Manufaktur Karet alam selain dalam bentuk asal Manufaktur 22 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

28 3 Kelapa Sawit Tandan buah segar kelapa sawit Primer Buah dan kernel Primer Minyak mentah Primer Minyak sawit yang dimurnikan Primer Fraksi padat dari fraksi minyak sawit yang dimurnikan dengan nilai Primer iodine 30 atau lebih, tetapi kurang dari Fraksi padat dari fraksi minyak sawit yang dimurnikan dengan nilai Primer iodine melebihi Dalam kemasan dengan berat bersih tidak melebihi dari 25 kg Primer Fraksi cair dari fraksi minyak sawit yang dimurnikan dengan nilai Primer iodine 55 atau lebih tetapi kurang dari Fraksi cair dari minyak sawit yang dimurnikan selain dalam Primer kemasan dengan berat bersih melebihi 25 kg atau nilai Iodine lebih dari Fraksi dari minyak yg tdk dimurnikan, tidak dimodifikasi secara Primer kimia (fraksi padat) Fraksi dari minyak yg tdk dimurnikan, tidak dimodifikasi secara Primer kimia (lain-lain) Fraksi padat dari minyak sawit mentah, dengan kemasan berat Primer bersih> 25 kg Minyak kernel kelapa sawit Manufaktur Minyak sawit mentah lembaga lainnya dari inti sawit Manufaktur Fraksi padat dari minyak kernel kelapa sawit tidak dimurnikan Manufaktur Fraksi padat dari minyak babassu tidak dimurnikan Manufaktur Lain-lain, dari minyak kernel kelapa sawit tidak dimurnikan (olein Manufaktur kernel kelapa sawit) Lain-lain, dari minyak babasu tidak dimurnikan Manufaktur Fraksi padat dari minyak kernel kelapa sawit Manufaktur Fraksi padat dari minyak babassu Manufaktur Olein kernel kelapa sawit, dimurnikan, dijernihkan dan dihilangkan Manufaktur baunya (RBD) Minyak kernel kelapa sawit, RBD Manufaktur Lain-lain, minyak kernel kepala sawit Manufaktur Lain-lain, dari minyak babassu Manufaktur Dari minyak kelapa sawit, mentah Manufaktur Dari minyak kelapa sawit, selain mentah Manufaktur Dari minyak kernel kelapa sawit Manufaktur Bungkil dari buah atau kernel kelapa sawit Manufaktur Kacang kelapa sawit atau kernel, lembaga lainnya dari tanah atau Manufaktur dalam bentuk pelet Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 23

29 4 Kopi Arabika WIB atau Robusta OIB (tidak digongseng, dengan kafein) Primer Kopi biji lainnya (tidak gongseng, dengan kafein) Primer Arabika WIB atau Robusta OIB (tidak digongseng, tanpa kafein) Primer Kopi biji lainnya (tidak digongseng, tanpa kafein) Primer Kopi digongseng dengan kafein (tidak ditumbuk) Primer Kopi digongseng dengan kafein (ditumbuk) Primer Kopi digongseng tanpa kafein (tidak ditumbuk) Primer Kopi digongseng tanpa kafein (ditumbuk) Primer Sekam dan selaput kopi Primer Pengganti kopi mengandung kopi Primer 5 T e h T e h hijau kemasan <= 3 kg, daun,tanpa difermentasi Manufaktur T e h hijau kemasan <= 3 kg, selain daun,tanpa difermentasi Manufaktur T e h hijau lainnya (tanpa difermentasi), daun Manufaktur T e h hijau lainnya (tanpa difermentasi), lain-lain Manufaktur T e h hitam difermentasi, daun dalam kemasan <= 3 kg Manufaktur T e h hitam difermentasi, selain daun dalam kemasan <= 3 kg Manufaktur T e h hitam difermentasi, daun dalam kemasan > 3 kg Manufaktur T e h hitam difermentasi, selain daun dalam kemasan > 3 kg Manufaktur 6 Lada Lada putih (tidak dihancurkan dan tdk ditumbuk) Primer Lada hitam (tidak dihancurkan dan tdk ditumbuk) Primer Lada lainnya (tidak dihancurkan dan tdk ditumbuk) Primer Lada bubuk putih Primer Lada bubuk hitam Primer Lada bubuk lainnya Primer 7 Tembakau Jenis virginia, diolah dengan udara panas Primer Jenis virginia, selain yang diolah dengan udara panas Primer Tembakau, tidak bertangkai/bertulang, jenis burley Primer Tembakau, tidak bertangkai/bertulang, lain-lain diolah dengan Primer udara panas Lain-lain, selain yang diolah dengan udara panas Primer Jenis virginia irisan, asapan Primer Jenis virginia irisan,non asapan Primer Tembakau, bertangkai/bertulang, Jenis oriental Primer Tembakau, bertangkai/bertulang, Jenis burley Primer Tembakau irisan lainnya, asapan Primer Tembakau, bertangkai/bertulang daun, lain-lain Primer Sisa tembakau (batang tembakau) Primer Sisa Tembakau (lainnya) Primer 24 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

30 8 Kakao Biji Kakao, utuh atau pecah, mentah atau digongseng Primer Kulit, sekam, selaput dan sisa kakao lainnya Primer Pasta kakao berlemak Manufaktur Pasta kakao dihilangkan lemaknya Manufaktur Mentega, lemak dan minyak kakao Manufaktur Bubuk kakao, tidak mengandung tambahan gula atau bahan Manufaktur pemanis lainnya Bubuk kakao, mengandung tambahan gula atau bahan pemanis Manufaktur lainnya kembang gula coklat berbentuk balok, lempeng atau batang Manufaktur Kakao lainnya bentuk blok, lempang atau batang Manufaktur lain-lain dalam bentuk balok, lempang/batang (diisi kembang gula Manufaktur coklat) lain-lain dlm bentuk balok, lempang/batang (tidak diisi kembang Manufaktur gula coklat) Kembang gula coklat berbentuk tablet atau pastiles Manufaktur makanan dari tepung, tepung kasar, pati/ekstrak pati, mengandung kakao 40% atau lebih tetapi kurang dari 50% menurut beratnya Manufaktur makanan dari pos 0410 s/d 0404, mengandung kakao 5% Manufaktur atau lebih tetapi kurang dari 10% menurut beratnya,diolah secara khusus untuk keperluan bayi, tidak disiapkan untuk penjualan eceran Lain-lain dari lain-lain Manufaktur 9 Cengkeh Cengkeh (utuh, bunga dan tangkai) Primer Cengkeh (utuh, bunga dan tangkai), dihancurkan atau ditumbuk Primer 10 Panili Tidak dihancurkan atau tidak ditumbuk Primer Dihancurkan atau ditumbuk Primer 11 Kapas lembaga lainnya dari benih biji kapas Primer Linter kapas Manufaktur Minyak mentah dari biji kapas, dihilangkan gossypolnya maupun Manufaktur tidak Fraksi dari minyak biji kapas tidak dimurnikan Manufaktur Fraksi minyak biji kapas, lembaga lainnya dari dimurnikan Manufaktur Minyak atau lemak nabati dari biji kapas Manufaktur Dari biji kapas Primer Pulp dari linter kapas Manufaktur Kapas, tidak digaruk atau disisir Primer Sisa benang (termasuk sisa benang pintal) Manufaktur Garnetted stock Manufaktur limbah kapas, kecuali saham garnetted Manufaktur Kapas digaruk atau disisir Manufaktur Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 25

31 12 Pala Tidak dihancurkan atau tidak ditumbuk Primer Dihancurkan atau ditumbuk Primer Bunga pala Tidak dihancurkan atau tidak ditumbuk Primer Bunga pala Dihancurkan atau ditumbuk Primer 13 Kayu Manis Cinnamon (Cinnamomum zeylanicum Blume ) Primer lembaga lainnya kayu manis dan kayu manis-pohon bunga, Primer lembaga lainnya dari Cinnamomum zeylanicum Blume, tidak hancur atau tanah Dihancurkan atau ditumbuk Primer 14 Kemiri Biji Safflower (Carthamus tinctorius ) Primer biji lembaga lainnya minyak dan buah-buahan mengandung minyak, pecah maupun tidak, lembaga lainnya dari Jarak Kepyar Primer Minyak mentah Manufaktur Castor minyak dan fraksinya, lembaga lainnya dari minyak Manufaktur mentah, tetapi tidak dimodifikasi secara kimia 16 Asam Tamarind segar Primer Tamarind kering Primer 17 Gula Tebu Gula tebu yang dirinci pada Catatan subpos 2, dalam bentuk padat, tidak mengandung tambahan bahan perasa atau pewarna Manufaktur Gula tebu lainnya Manufaktur Mengandung tambahan bahan perasa atau pewarna Manufaktur Putih Manufaktur gula mentah lembaga lainnya dalam bentuk padat, tidak Manufaktur mengandung tambahan penyedap atau bahan pewarna, tidak dimurnikan Mengandung bahan pemberi rasa atau pewarna tambahan Manufaktur Tebu molases, tidak ditambahkan rasa / pewarna tambahan Manufaktur Mengandung bahan pemberi rasa atau pewarna tambahan Manufaktur selain hasil molases dari ekstrak / pemurnian gula, tidak menambah rasa / warna Manufaktur 26 Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System)

32 18 Gula Bit Biji bit gula Primer Bit gula Manufaktur 19 Tebu Tebu selain cocok untuk ditanam Manufaktur 20 Pinang Buah pinang Primer 21 Kacang Mede Berkulit Primer Dikuliti Primer Kacang mede Manufaktur digongseng Manufaktur Kacang mede selain digongseng Manufaktur 22 Gingseng Akar gingseng Bentuk potongan, hancur atau bubuk Primer tidak beralkohol dari jenis yang digunakan dalam pembuatan atau produksi minuman dengan produk dasar dari gingseng 23 Rami Manufaktur Biji rami, pecah maupun tidak. Primer Minyak mentah dari biji rami Manufaktur Linseed oil and its fractions, oth than crude oil, not chemically Manufaktur modified Minyak dan lemak nabati serta fraksinya, Dari biji rami Manufaktur Dari biji rami Manufaktur Minyak dan lemak nabati dihidrogenasi dari biji rami Primer Minyak dan lemak nabati dan fraksinya dire-estirifikasi dari biji rami Manufaktur Minyak dan lemak nabati dan fraksinya selain dire-esterifikasi, Hidrogenisasi, interifikasi dan sebagainya dari biji rami Manufaktur Minyak biji rami dan fraksinya Manufaktur Lemak dan minyak hewani dari biji rami Manufaktur Bungkil dan residu padat lainnya, dihancurkan maupun tidak atau berbentuk pelet, hasil dari ekstraksi lemak atau minyak nabati selain dar dari biji rami Primer Petunjuk Teknis Cakupan Kode HS (Harmonized System) 27

642, No MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO

642, No MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO 642, No.2013 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 47/Permentan/OT.140/4/2013 TANGGAL : 19 April 2013 No Kode Tentang 1 Format -1. Rekomendasi Impor Produk Hortikultura Segar Untuk Konsumsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013. Ditanda Tangani oleh. No Kode Tentang

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013. Ditanda Tangani oleh. No Kode Tentang 10 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA No Kode Tentang 1 Format -1. Rekomendasi Impor Produk Hortikultura

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 86/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka importasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JULI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin Bulanan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012, No.947 14 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 60/Permentan/OT.140/9/2012 TANGGAL : 24 September 2012 No Kode Tentang 1 Format 1 Pemberian Rekomendasi Impor Produk Hortikultura

Lebih terperinci

Ditanda tangani oleh Direktur Jenderal a.n Menteri Pertanian. No Kode Tentang

Ditanda tangani oleh Direktur Jenderal a.n Menteri Pertanian. No Kode Tentang 13 2012, No.148 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANGREKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2012 TANGGAL : 31 Januari 2012 No Kode Tentang 1 Format-1 Pemberian Rekomendasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. OKTOBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

PUBLIC HEARING PERUBAHAN PERMENTAN NO. 16 TAHUN 2017 TENTANG RIPH DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

PUBLIC HEARING PERUBAHAN PERMENTAN NO. 16 TAHUN 2017 TENTANG RIPH DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 PUBLIC HEARING PERUBAHAN PERMENTAN NO. 16 TAHUN 2017 TENTANG RIPH DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 LATAR BELAKANG o Paket Kebijakan Ekonomi XV tanggal 15 Juni 2017 untuk penyederhanaan

Lebih terperinci

2017, No Nomor 728) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/6/2017 (Berita Negara Republik Indon

2017, No Nomor 728) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43/M-DAG/PER/6/2017 (Berita Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1895, 2017 KEMENDAG. Produk Hortikultura. Impor. Perubahan Kedua. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 MARET 2015 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume IX, Nomor 3/Maret 2015 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 MARET 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 3/Maret 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 OKTOBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 10/Oktober 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1517, 2015 KEMENDAG. Produk Hortikultura. Impor. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/M-DAG/PER/9/2015 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 AGUSTSU 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 8/Agustus 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 MEI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 5/Mei 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 SEPTEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 9/September 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 JUNI 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 6/Juni 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 APRIL 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 4/April 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc Redaktur

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 DESEMBER 2014 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VIII, Nomor 12/Desember 2014 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013

Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 DESEMBER 2013 Buletin Bulanan INDIKATOR MAKRO SEKTOR PERTANIAN Volume VII, Nomor 12/Desember 2013 Ukuran Buku : 20,5 cm x 29,0 cm Desain grafis: Sehusman, SP Penanggung Jawab: Ir. M. Tassim Billah, MSc

Lebih terperinci

--Tidak dipotong menjadi bagian-bagian, segar atau dingin : Dari bebek Dari angsa atau ayam guinea

--Tidak dipotong menjadi bagian-bagian, segar atau dingin : Dari bebek Dari angsa atau ayam guinea (e) Lao PDR: NO. KODE HS URAIAN BARANG 1 0103.92.00 --Berat 50 kg atau lebih 2 0105.99 --Lain-lain : 0105.99.20 ---Bebek lainnya 0105.99.40 ---Angsa, kalkun dan ayam guinea lainnya 3 0106.20.00 -Binatang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-DAG/PER/5/2017 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/PERMENTAN/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/PERMENTAN/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 60/PERMENTAN/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

NO. KODE HS URAIAN BARANG

NO. KODE HS URAIAN BARANG (j) Thailand NO. KODE HS URAIAN BARANG 1 0401.10 2 0401.20 3 0401.30 4 0402.10 -Dengan kandungan lemak tidak melebihi 1 % menurut beratnya -Dengan kandungan lemak melebihi 1 % tetapi tidak melebihi 6 %

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 November :38 - Terakhir Diubah Senin, 07 Februari :05

Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 November :38 - Terakhir Diubah Senin, 07 Februari :05 Setiap tipe darah akan mengidentifikasikan unsur-unsur asing yang masuk ke dalam tubuh dan menandainya sebagai teman atau musuh. Begitu juga dengan makanan yang diidentifikasi melalui lektin (protein yang

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011 PENGGOLONGAN TANAMAN Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011 1 PENGGOLONGAN TANAMAN BERDASARKAN : (A) FAKTOR TANAMAN : 1. Umur Tanaman (Tanaman Setahun, Tahunan, Diperlakukan

Lebih terperinci

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman AGROTEKNOLOGI Kelas D Disusun Oleh : Widi Elsa Nursuci Lestari 150510150095 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VII Nomor 1 Tahun 2015 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Tanda tangan,

LAMPIRAN 1. Tanda tangan, LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN SERAT, ASUPAN CAIRAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA LANSIA VEGETARIAN DI PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYAWIRA Saya

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERMENTAN NO. 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

SOSIALISASI PERMENTAN NO. 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA SOSIALISASI PERMENTAN NO. 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA - Pengganti Permentan Nomor 86 Tahun 2013 Tentang RIPH - Disampaikan oleh : DIREKTUR JENDERAL HORTIKULTURA

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBEBASAN TATA NIAGA IMPOR ATAS PEMASUKAN BARANG DALAM RANGKA PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN PROPINSI RIAU : 113/MPP/Kep/4/1997

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI RESPIRASI AEROBIK C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + 38 ADP

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA. S.t\..LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA. S.t\..LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTER! KEUANGAN REPUBUK INDONESIA S.t\..LINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/PMK.010/2017 TENTANG BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG TIDAK DIKENAI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 4 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 3 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

- Biji Kakao kering fermentasi/non fermentasi - Kulit, sekam, selaput dan sisa lainnya dan komposnya, serta limbah untuk pakan ternak

- Biji Kakao kering fermentasi/non fermentasi - Kulit, sekam, selaput dan sisa lainnya dan komposnya, serta limbah untuk pakan ternak LAMPIRAN Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-24/PJ/2014 Tanggal : 25 Juli 2014 Daftar Barang Hasil Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

No. Komoditi Proses Jenis Barang Implikasi Putusan MA No. 70P/HUM/ Biji Kakao kering fermentasi/non fermentasi

No. Komoditi Proses Jenis Barang Implikasi Putusan MA No. 70P/HUM/ Biji Kakao kering fermentasi/non fermentasi LAMPIRAN Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-24/PJ/2014 Tanggal : 25 Juli 2014 Daftar Barang Hasil Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Letter Of Credit. Ekspor.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Letter Of Credit. Ekspor. No.230, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Letter Of Credit. Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB

Lebih terperinci

Daftar Harga Produk Utama

Daftar Harga Produk Utama Daftar Harga Produk Utama Blok D6 No. Griya Harapan Permai Bekasi 73 < +62 82 8308 797 x @berandaorganik a @berandaorganik @ berandaorganik@gmail.com www.berandaorganik.weebly.com Pengkinian: 205--9 ID

Lebih terperinci

Daftar Harga Produk Sayuran

Daftar Harga Produk Sayuran Daftar Harga Produk Sayuran Blok D6 No. Griya Harapan Permai Bekasi 73 Telp: x @berandaorganik a @berandaorganik Pengkinian: 205-0-02 ID Produk SAY-0 Bayam Hijau 200 Rp 7.000 SAY-02 Bayam Merah 200 Rp

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2009 TANGGAL : 5 Januari 2009 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2009 TANGGAL : 5 Januari 2009 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2009 TANGGAL : 5 Januari 2009 DAFTAR LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I : DAFTAR EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN L/C 2. LAMPIRAN II : LAPORAN

Lebih terperinci

2017, No penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum, perlu melakukan penyesuai

2017, No penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum, perlu melakukan penyesuai BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1464, 2017 KEMENKEU. Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai. Ternak dan Pakan Ikan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.010/2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif. 1-2x /mgg. 2 minggu sekali

Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif. 1-2x /mgg. 2 minggu sekali 67 Lampiran 1 : Kuesioner Food Frekuesi (FFQ) Kuesioner Food Frekuensi Semi Kuantitatif Nama : Umur : Jenis kelamin : Tanggal wawancara : No. Sampel : Bahan Makanan Berapa kali konsumsi per... Porsi tiap

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 274/MPP/Kep/6/99

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 274/MPP/Kep/6/99 KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 274/MPP/Kep/6/99 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN IMPOR, DISTRIBUSI DAN PRODUKSI BARANG YANG TERCEMAR DIOXIN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/M-DAG/PER/8/2009 TENTANG

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/M-DAG/PER/8/2009 TENTANG Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/M-DAG/PER/8/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor : 03/PAN-PBJ/PSTWGM/2/2013 PEKERJAAN PENGADAAN BAHAN MAKANAN PENERIMA MANFAAT PADA PSTW GAU MABAJI GOWA PERIODE BULAN MARET s/d DESEMBER TAHUN ANGGARAN 2013 PANITIA PENGADAAN

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

Indeks Unit Value Ekspor Menurut Kode SITC Bulan Februari 2016 ISBN : 978-979-064-970-5 No. Publikasi : 06110.1619 Katalog : 8202030 Ukuran Buku : 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman : vi + 42 halaman Naskah

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

bumbu adalah suatu bahan mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma bahan alami

bumbu adalah suatu bahan mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma bahan alami bumbu & rempah bumbu adalah suatu bahan mempertinggi aroma makanan tanpa mengubah aroma bahan alami rempah Adalah bagian tanaman yang ditambahkan pada makanan untuk menambah atau membangkitkan selera

Lebih terperinci

Makanan yang berbahaya untuk golongan darah O adalah sebagai berikut

Makanan yang berbahaya untuk golongan darah O adalah sebagai berikut Makanan yang berbahaya untuk golongan darah O adalah sebagai berikut Makanan dari jenis daging dan ikan seperti : Daging asap : Pemberian berbagai zat aditif dalam pembuatan daging asap yang membahayakan

Lebih terperinci

PENGKLASIFIKASIAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA MEDIA PEMBAWA OPTIK GOLONGAN KLASIFIKASI JENIS-JENIS

PENGKLASIFIKASIAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA MEDIA PEMBAWA OPTIK GOLONGAN KLASIFIKASI JENIS-JENIS Lampiran : Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 508/kpts/PD.520/8/2004 Tanggal : 23 Agustus 2004 PENGKLASIFIKASIAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KARANTINA NO MEDIA PEMBAWA OPTIK GOLONGAN KLASIFIKASI

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 757/MPP/Kep/12/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 757/MPP/Kep/12/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 757/MPP/Kep/12/2003 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR HEWAN RUMINANSIA DAN PRODUK TURUNANNYA YANG BERASAL DARI AMERIKA SERIKAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 14/02/35/Th. XIV, 15 Februari PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JANUARI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JANUARI NAIK 5,35 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai USD 1.313,67

Lebih terperinci

Selada / Lobak / Bawang / Seledri 10 hari setelah Menabur: ml Hijau Subur / 16 L air setiap 7 hari. Semprotkan seluruh tanaman.

Selada / Lobak / Bawang / Seledri 10 hari setelah Menabur: ml Hijau Subur / 16 L air setiap 7 hari. Semprotkan seluruh tanaman. Kubis / Chinese Cabbage / Brokoli / kembang kol 10-15 hari setelah tanam : 30-40 ml Hijau Subur / 16 L air setiap 10 hari. Semprotkan seluruh tanaman. Hentikan penyemprotan pada tahap pembungaan / bola

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : 001/RS-ULP/LSPBM-BBRVBD/04/2016

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : 001/RS-ULP/LSPBM-BBRVBD/04/2016 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA BALAI BESAR REHABILITASI VOKASIONAL BINA DAKSA (BBRVBD) UNIT LAYANAN PENGADAAN Jl. SKB No. 5 Karadenan Cibinong Bogor, 16913 Telp. (0251) 8654702 8654705 Fax. 8654701

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,

Lebih terperinci

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 2

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 2 ANEKA RESEP JUS SEHAT Slow Juicer MT-67 Bagian 2 Apa itu Slow Juicer? Berbeda dengan juicer yang menggunakan metode kecepatan tinggi dengan pisau yang tajam, Slow Juicer menggunakan Low Speed Technology

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai

Lebih terperinci

Master Menu Rumah Sakit (siklus 10 hari) Hari ke-1 Porsi. Nasi merah Sop kacang merah. Sate jamur Empal genthong. Capcay basah Sate pusut tempe

Master Menu Rumah Sakit (siklus 10 hari) Hari ke-1 Porsi. Nasi merah Sop kacang merah. Sate jamur Empal genthong. Capcay basah Sate pusut tempe Makan Pagi Nasi tim Cah brokoli+ goreng Ayam bacem Pepaya Air Putih Master Menu Rumah Sakit (siklus 0 hari) Hari ke- Porsi Porsi Porsi Makan Siang Makan Malam URT gram URT gram URT gram Nasi merah Sop

Lebih terperinci

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR Rujak dan asinan sangat cocok disajikan saat cuaca panas seperti sekarang ini. Jenisnya pun dapat Anda pilih sesuai selera. Dari rujak buah, asinan betawi, sampai asinan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Bahan Tanaman. Oleh : TIM DASAR PRODUKSI TANAMAN

Bahan Tanaman. Oleh : TIM DASAR PRODUKSI TANAMAN Bahan Tanaman Oleh : TIM DASAR PRODUKSI TANAMAN Hartman, dkk (1990). Plant Propagation Acquaah,G. 2001. Principles of Crop Production Sumadi, 2010.Pembiakan Vegetatif. Diktat Bahan Kuliah Metcalfe, D.S

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JUNI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JUNI 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 48/07/35/Th. XIII, 15 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR JUNI EKSPOR JAWA TIMUR BULAN JUNI NAIK 0,37 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan Juni mencapai USD 1.514,88

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 1996

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 1996 PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR TAHUN 199 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR TAHUN 1991 TENTANG RETRIBUSI PANGKALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja) dr. Maria Ulfa, MMR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR NOVEMBER 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 80/12/35/Th. XIV, 15 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR JAWA TIMUR NOVEMBER EKSPOR JAWA TIMUR BULAN NOVEMBER NAIK 15,39 PERSEN Nilai Ekspor Jawa Timur bulan mencapai USD

Lebih terperinci

Granula atau Perasa Vegan

Granula atau Perasa Vegan KALDU VEGAN Bahan: 4 buah jamur hioko kering. di rendam. 300 gr kacang kedelai kering. di rendam 4 jam. 300 gr bangkuang. potong besa 300 gr wortel potong besar. 2 buah jagung.potong potong 10 biji angco

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. Saudara. Saya yang bernama Albert Prawira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN. Saudara. Saya yang bernama Albert Prawira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Saudara Saya yang bernama Albert Prawira, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, bersama dengan ini memohon kesediaan

Lebih terperinci

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Banyak yang bilang bahwa penggunaan obat herbal diabetes jauh lebih aman daripada penggunaan obat kimia Menanggapi kutipan yang tertera

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)

PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) 3.1 Landasan Teori PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) Berbagai ragam bahan makanan ternak telah dikenal dan dipergunakan sebagai bahan penyusun Pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

TENTANG MENTERI PERTANIAN,

TENTANG MENTERI PERTANIAN, PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG HARGA REFERENSI BENIH PENJENIS TANAMAN DAN BIBIT TERNAK LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta) Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Februari 2017 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012 No. 18/03/35/Th.X, 1 Maret 2012 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Februari 2012 Turun 1,39 persen. Nilai Tukar Petani (NTP)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci