IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI"

Transkripsi

1 IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1. Desain Masukan Data pelanggan yang akan disegmentasi dalam penelitian ini adalah (1) data pelanggan golongan rumah tangga, (2) golongan bisnis dan (3) golongan industri. Ketiga data tersebut merupakan data perilaku pelanggan dalam menggunakan energi listrik selama satu tahun dan akan dijadikan sebagai data masukan sistem. Data perilaku pelanggan dalam menggunakan energi listrik selama satu tahun dipilih dalam penelitian ini dengan alasan lebih menggambarkan perilaku pelanggan dalam menggunakan energi listrik selama satu periode pemakaian listrik. Untuk menggambarkan karakteristrik pelanggan perlu digunakan variabelvariabel data yang relevan dengan perilaku pelanggan dalam menggunakan energi listrik sebagai variabel masukan dalam proses klasterisasi. Variabel-variabel masukan yang dianggap relevan untuk menggambarkan karakter pelanggan di PLN berdasarkan data transaksi pelanggan antara lain lama berlangganan (A), jumlah pembayaran (B), kedisiplinan membayar (C) dan jumlah pemakaian listrik (D). Dalam sistem yang dikembangkan dalam penelitian ini disediakan pilihan semua kemungkinan kombinasi variabel dari keempat variabel yang disebutkan di atas. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan banyak pilihan bagi manajemen dalam menggambarkan segmen pelanggan sesuai keperluan bisnis manajemen saat melakukan segmentasi pelanggan. Ada 15 kombinasi variabel yang akan dijadikan sebagai kombinasi variabel masukan pada sistem yaitu : 1. Kombinasi variabel A 9. Kombinasi variabel BD 2. Kombinasi variabel B 10. Kombinasi variabel CD 3. Kombinasi variabel C 11. Kombinasi variabel ABC 4. Kombinasi variabel D 12. Kombinasi variabel ABD 5. Kombinasi variabel AB 13. Kombinasi variabel ACD 6. Kombinasi variabel AC 14. Kombinasi variabel BCD 7. Kombinasi variabel AD 15. Kombinasi variabel ABCD 8. Kombinasi variabel BC

2 28 Satu hal yang harus diperhatikan dalam mendesain data masukkan, sebelum diproses menggunakan algoritma FCM, data-data terlebih dulu dijadikan dalam bentuk matriks. Untuk mempermudah pengolahan data dalam sistem, dalam penelitian ini data disimpan dalam perangkat lunak microsoft office excel Desain Proses. Pada tahap ini dilakukan desain terhadap proses memasukkan data hingga keluaran dari sistem. Ada 5 modul yang dikembangkan dalam penelitian ini. Modul tersebut antara lain modul masukkan, modul analisa pengelompokkan algoritma fuzzy c-mean, modul validasi hasil pengelompokkan, modul pengkategorian dan modul representasi hasil. 1. Modul Masukkan Modul ini berfungsi membaca data masukan yang telah dipersiapan sebelumnya dalam format excell. Hasil dari modul ini adalah berupa matriks masukan. Hal ini sesuai dengan keperluan sistem yang menggunakan algoritma FCM dalam melakukan proses pengelompokkan pelanggan, yakni memerlukan masukkan dalam bentuk matriks. a1 a2 Contoh matriks =... an b b... b 1 2 n c c... c 1 2 n d1 d 2... d n Keterangan fitur : a = lama berlangganan b = jml pembayaran c = kesetiaan membayar d = jumlah pemakaian listrik Gambar 9. Fitur-fitur matriks data masukan sistem 2. Modul Analisa dengan Algoritma FCM Modul ini berfungsi mengelompokkan data yang telah tersedia dalam bentuk matriks menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kemiripannya. Tingkat kemiripan tersebut ditentukan dengan mengukur jarak euclidean data ke pusat klaster. Hasil dari modul ini berupa matriks U yang merepresentasikan derajat keanggotaan point data

3 29 dan titik pusat klaster. Matriks keanggotaan (U ij ) yang dihasilkan pada proses analisis pengelompokkan menggunakan algoritma FCM berdimensi k x n, dimana k adalah jumlah klaster dan n adalah jumlah data yang digunakan sebagai masukkan. Untuk lebih jelasnya Tabel 4 berikut ini akan menggambarkan matriks keanggotaan (U ij ) hasil analisis pengelompokkan menggunakan algoritma FCM. Tabel 3. Tabel matrik keanggotaan (U ij ) terhadap k klaster Jumlah Klaster 1 Klaster 2... Klaster k Data 1 U 11 U U 1k 2 U 21 U U 2k n U n1 U n2... U nk Dalam proses analisis pengelompokkan titik pusat klaster yang dihasilkan algoritma FCM akan mengalami perbaikan selama proses iterasi. Jumlah titik pusat yang dihasilkan sistem sama dengan jumlah klaster yang dimasukkan pada saat memasukkann nilai parameter algoritma. 3. Modul Uji Validasi terhadap Hasil Analisa FCM Metode yang dikembangkan dalam modul uji validasi hasil analisa FCM ini adalah metode Xie dan Beni (1991). Modul ini bekerja mengukur rasio kepadatan poin-poin data pada masing-masing klaster dan keterpisahan point-point data antarklaster. Fungsi dari modul ini adalah memberikan informasi tentang kualitas pengelompokkan yang dihasilkan modul analisa FCM. Semakin kecil nilai yang dihasilkan artinya semakin bagus hasil pengelompokkan yang telah dilakukan algoritma FCM. Hasil validasi pengelompokkan data pelanggan rumah tangga, pelanggan bisnis dan pelanggan industr bisa dilihat pada Lampiran 1.

4 30 4. Modul Kategorisasi Kelompok Modul ini berfungsi memberikan kategori kelompok pada setiap point data sesuai dengan derajat keanggotaannya terhadap pusat kelompok. Derajat keanggotaan paling tinggi yang dimiliki point data akan dikategorikan pada point data tersebut. 5. Modul Representasi Hasil. Modul ini berfungsi untuk merepresentasikan hasil dari tahap sebelumnya. Yang ditampilkan oleh modul ini antara lain titik pusat klaster, jumlah pelanggan per kelompok dan data rata-rata per variabel per kelompok. Hasil ditampilkan ke dalam bentuk visual berupa angka rata-rata Desain Antarmuka Untuk memudahkan penggunaan prototipe oleh pemakai maka dibuat antarmuka (user interface). Antarmuka dibuat sesederhana mungkin dengan tujuan agar mudah digunakan oleh pengguna. Ada dua tampilan utama antarmuka dalam prototipe sistem yang dibangun yakni tampilan antarmuka bagian depan dan tampilan antarmuka analisis pengelompokkan. Tampilan antarmuka bagian depan hanya berfungsi untuk menampilkan informasi tentang prototipe sistem. Tampilan antarmuka analisis pengelompokkan berfungsi sebagai antarmuka melakukan analisis pengelompokkan data dan menampilkan data karakter pelanggan. Pada antarmuka ini dibagi menjadi dua bagian yakni bagian proses klasterisasi dan bagian karakter data. Antarmuka bagian klasterisasi berfungsi untuk melakukan proses pengelompokkan data hingga dicapai hasil klaster terbaik. Sementara antarmuka bagian karakter data berfungsi untuk menampilkan data-data karakter kelompok pelanggan yang terbentuk dari hasil klaster terbaik. Tampilan antarmuka dapat dilihat selengkapnya pada panduan penggunaan sistem yang tertera pada Lampiran Uji Validasi Hasil Pengelompokkan Pelanggan Uji validasi terhadap nilai parameter yang digunakan pada algoritma FCM dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil paling maksimal dengan

5 31 biaya komputasi terkecil saat proses klasterisasi. Nilai parameter algoritma FCM yang yang memberikan hasil klasterisasi paling akurat menjadi rekomendasi kepada pengguna saat melakukan klasterisasi terhadap data pelanggan rumah tangga, bisnis dan industri. Namun pengguna juga bisa menggunakan nilai parameter lain sesuai keperluannya saat melakukan klasterisasi terhadap data pelanggan rumah tangga, bisnis dan industri Nilai Error dan Iterasi Maksimal Semakin kecil nilai error yang digunakan maka semakin baik hasil pengelompokkan yang dilakukan. Namun semakin kecil nilai error yang digunakan berimplikasi pada biaya komputasi yaitu biaya komputasi menjadi semakin besar. Sebab nilai error yang semakin kecil maka jumlah iterasi yang terjadi akan semakin banyak. Namun hal ini tergantung juga pada penggunaan iterasi maksimal yang digunakan. Sebab nilai error hanya merupakan salah satu parameter untuk menghentikan iterasi komputasi proses klasterisasi menggunakan algoritma fuzzy c- mean selain iterasi maksimal. Tabel 4. Hasil validasi pengelompokkan terhadap nilai error dan iterasi maksimal Error Iterasi Rasio (S) Maksimal Rumahtangga Bisnis Industri 0, , ,21E-05 0, , ,16E-05 0, , ,16E-05 0, , ,16E-05 0, , ,16E-05 0, , ,16E-05 0, , , , , , ,15E-05 0, ,15E-05 0, ,15E-05 0, ,15E-05 0, ,15E-05 0, , , , , , ,15E-05 0, , ,15E-05 0, , ,15E-05 0, , ,15E-05 0, , ,15E-05 0,025792

6 32 Pada percobaan terhadap data pelanggan rumah tangga, pelanggan bisnis dan pelanggan industri diperlihatkan bahwa penggunaan nilai error 0,00001 sudah memperlihatkan hasil validasi rasio kerapatan data dalam klaster dengan keterpisahan antarklaster yang konvergen. Sementara itu nilai percobaan mengunakan nilai iterasi maksimal 100, 1000, dan 10000, proses pengelompokkan sudah cukup akurat. Sebab nilai rasio antara kerapatan data dalam klaster dengan keterpisahan antarklaster sudah mencapai nilai konvergen. Hasil percobaan menggunakan nilai error dan iterasi maksimal berbeda bisa dilihat pada Tabel 4 di atas. Walau tidak ada jaminan proses klasterisasi akan sangat akurat pada iterasi ke-100, namun dalam penelitian ini akan digunakan nilai error 0,00001 dan iterasi maksimal 100 sebagai parameter pembatas dalam proses iterasi pengelompokkan menggunakan algoritma fuzzy c-mean. Alasannya, pada nilai tersebut proses klasterisasi tidak memerlukan biaya komputasi yang tidak terlalu besar namun mampu menghasilkan nilai uji validasi yang sudah konvergen Parameter Fuzzy Dalam penelitian ini digunakan parameter fuzzy antara 1.5 hingga 10. Interval ini digunakan dengan maksud untuk melihat pada parameter fuzzy ke berapa data bisa terkelompok secara akurat. Sebab setiap data memiliki karakter yang spesifik dan nilai parameter fuzzy tersendiri sehingga tidak bisa dipastikan bahwa hasil terbaik pengelompokkan akan didapatkan pada penggunaan parameter fuzzy ke berapa. Lagi pula tidak ada jaminan bahwa semakin kecil atau semakin besar nilai parameter fuzzy yang digunakan akan menghasilkan pengelompokkan terbaik. Berdasarkan hasil percobaan terhadap data golongan pelanggan rumah tangga, bisnis dan industri hasil uji validasi terbaik diperoleh pada nilai parameter fuzzy 1,5. Pada penggunaan nilai parameter fuzzy 1,5, rasio kerapatan data dalam klaster dan keterpisahan antarklaster menghasilkan nilai yang paling kecil dibandingkan menggunakan nilai parameter fuzzy lain yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil validasi terbaik menggunakan nilai parameter fuzzy 1,5 ini terjadi pada percobaan kombinasi variabel A, B, C, D, AB, AC, AD, BC, BD, CD, ABC, ABD, ACD, BCD

7 33 dan ABCD. Hasil lengkap percobaan terhadap data pelanggan rumah tangga bisa dilihat pada Lampiran Jumlah Klaster Dalam penelitian ini digunakan jumlah klaster 3, 4 dan 5. Alasannya, selama ini manajemen PT PLN mengelompokkan pelanggannya dalam interval antara 3 hingga 5 dalam berbagai kepentingan bisnis dan pelayanan terhadap pelanggan. Dengan alasan itu maka pada penelitian ini akan dilihat pada jumlah klaster ke berapa hasil pengelompokkan mencapai hasil terbaik. Dengan kata lain pada penggunaan klaster berapa data memiliki sifat kemiripan yang sangat dekat dalam klaster masingmasing dan memiliki sifat ketidakmiripan yang jauh antarklaster. 1. Pelanggan Rumah Tangga Pada percobaan terhadap data pelanggan rumah tangga diperoleh hasil bahwa pengelompokkan terbaik dicapai pada jumlah klaster 3 kecuali pada variabel C. Pada pengelompokkan pelanggan ke dalam 3 klaster dihasilkan nilai rasio kekompakan dan keterpisahan (S) paling kecil. Hal ini terjadi pada kombinasi variabel A, B, D, AB, AC, AD, BC, BD, CD, ABC, ABD, ACD, BCD dan ABCD. Hasil validasi rasio kerapatan data dalam klaster dengan keterpisahan data antarklaster pada data pelanggan rumah tangga bisa dilihat pada Gambar 10 di bawah ini. Rasio (S) 5,00E-01 4,50E-01 4,00E-01 3,50E-01 3,00E-01 2,50E-01 2,00E-01 1,50E-01 1,00E-01 5,00E-02 0,00E+00 A B C D AB AC AD BC BD CD ABC ABD ACD BCD ABCD Kombinasi Variabel 3 cluster 4 cluster 5 cluster Gambar 10. Hasil validasi pengelompokkan pada data pelanggan rumah tangga dengan 3 klaster, 4 klaster dan 5 klaster.

8 34 Gambar 10 di atas memperlihatkan bahwa pengelompokkan pelanggan ke dalam 3 klaster jauh lebih memiliki kemiripan ciri dibandingkan bila pelanggan di kelompokkan ke dalam 4 klaster atau 5 klaster. Hal tersebut diperlihatkan dengan hasil rasio antara kerapatan antarklaster pada penggunaan 3 klaster jauh lebih kecil dibandingkan 4 atau 5 klaster. Hasil lengkap validasi pengelompokkan pelanggan rumah tangga ini bisa dilihat pada Lampiran Pelanggan Bisnis Hasil percobaan pada data pelanggan bisnis menggunakan kombinasi variabel A, B, D, AB, AC, AD, BC, BD, CD, ABC, ABD, ACD, BCD dan ABCD diperlihatkan bahwa pelanggan lebih akurat jika dikelompokkan ke dalam 3 klaster dibandingkan ke dalam 4 klaster ataupun 5 klaster. Sebab pada percobaan menggunakan data pelanggan bisnis, hasil nilai rasio antara kerapatan data dalam klaster dan keterpisahan data antarklaster menggunakan 3 klaster lebih kecil dibandingkan 4 klaster atau 5 klaster. Hal ini bisa dilihat pada validasi hasil pengelompokkan pelanggan bisnis di Lampiran 1. Untuk melihat gambaran uji validasi pada data pelanggan bisnis ini bisa dilihat pada Gambar 11 berikut ini. 3,50E-02 3,00E-02 2,50E-02 Rasio (S) 2,00E-02 1,50E-02 1,00E-02 5,00E-03 0,00E+00 A B C D AB AC AD BC BD CD ABC ABD ACD BCD ABCD Kombinasi Variabel 3 cluster 4 cluster 5 cluster Gambar 11. Hasil validasi pengelompokkan pada data pelanggan bisnis dengan 3 klaster, 4 klaster dan 5 klaster.

9 35 3. Pelanggan Industri Hasil percobaan terhadap kombinasi variabel A, B, AB, AC, BC, BD, ABC, ABD, BCD dan ABCD, pelanggan industri lebih akurat jika dikelompokkan ke dalam 3 klaster dibandingkan ke dalam 4 klaster atau 5 klaster. Sebagai buktinya, hasil rasio terkecil antara kerapatan data dalam klaster dengan keterpisahan data antarklaster diperoleh pada pengelompokkan pelanggan ke dalam 3 klaster. Sementara itu, pengelompokkan pelanggan berdasarkan kombinasi variabel D, AD, CD dan ACD, pelanggan industri lebih akurat jika dikelompokkan ke dalam 4 klaster dibandingkan 3 atau 5 klaster. Hasil lengkap validasi terhadap pengelompokkan ini bisa dilihat pada Lampiran 1. 1,20E-01 1,00E-01 Rasio (S) 8,00E-02 6,00E-02 4,00E-02 2,00E-02 0,00E+00 A B C D AB AC AD BC BD CD ABC ABD ACD BCD ABCD Kombinasi Variabel 3 cluster 4 cluster 5 cluster Gambar 12. Hasil validasi pengelompokkan pada data pelanggan industri dengan 3 klaster, 4 klaster dan 5 klaster Karakter Pelanggan Hasil segmentasi pelanggan yang dilakukan analisis CRM dalam penelitian ini merupakan sumber informasi yang sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis. Namun informasi akurat tanpa bisa dibaca secara benar tidak cukup bermanfaat dalam implementasi CRM. Diperlukan pembacaan karakter yang benar terhadap informasi segmentasi yang dihasilkan analisis CRM masing-masing kelompok.

10 36 1. Karakter pelanggan rumah tangga Bila dilihat berdasarkan faktor lama berlangganan, pelanggan rumah tangga terbentuk menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain lama berlangganan selama 2,3 tahun (28 bulan). Walau kelompok pelanggan ini merupakan kelompok pelanggan baru dibandingkan kelompok lainnya, namun kelompok ini berpotensi. Sebab kelompok yang memiliki anggota 5199 pelanggan ini memiliki jumlah pembayaran listrik paling besar yaitu rata-rata antara Rp hingga Rp Kedisiplinan pelanggan kelompok pertama ini juga baik yaitu pelanggan telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali dari 12 kali yang mestinya dilakukan pelanggan. Melihat kenyataan ini, manajemen bisa lebih mengembangkan hubungannya dengan pelanggan kelompok ini. Sebab kelompok ini masih baru dan memiliki potensi sebagai target produk dan layanan bisnis perusahaan. Kelompok kedua adalah pelanggan yang telah berlangganan dengan PLN selama 13,75 tahun (165 bulan) dan memiliki jumlah pembayaran listrik rata-rata antara Rp hingga Rp serta tingkat kedisiplinan baik yaitu telah menunaikan kewajibannya membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali dari 12 kali kewajibannya. Walau jumlah pemakaian listrik kelompok ini tidak lebih besar dari kelompok pertama namun pelanggan kelompok ini memiliki potensi dalam hal jumlah pelanggan. Jumlahnya yang besar merupakan potensi yang bisa dijadikan manajemen dalam memberikan layanan terhadap pelanggan segmen ini. Berikutnya adalah kelompok pelanggan ketiga yaitu kelompok pelanggan dengan jumlah anggota paling sedikit hanya pelanggan. Untuk melihat karakter-karakter kelompok pelanggan lainnya bisa dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Karakter pelanggan rumah tangga berdasarkan lama berlangganan Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Jumlah Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d 260

11 37 Pelanggan rumah tangga dilihat berdasarkan jumlah pembayaran juga terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan pelanggan yang memiliki jumlah pembayaran paling besar yaitu antara Rp hingga Rp Tingkat kedisiplinannya pun baik dalam membayar tagihan listrik yaitu pelanggan telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 11 kali dari 12 kali kewajibannya. Walau jumlah pemakaian listrik kelompok ini paling besar dan tingkat disiplin membayarnya paling bagus, namun jumlah pelanggan yang ada di kelompok ini masih sedikit yaitu 137 pelanggan. Sementara kelompok kedua adalah pelanggan yang memiliki karakter kedisiplinan yang baik, lama berlangganan selama 12,5 tahun (150 bulan) dan jumlah pembayaran listrik antara Rp hingga Rp Jumlah pembayaran ratarata per bulan yang dimiliki kelompok kedua ini terbilang sedikit dibandingkan dengan kelompok lainnya. Namun kelompok kedua ini memiliki jumlah pelanggan yang sangat banyak yaitu pelanggan. Jumlah pelanggan yang sangat besar pada pelanggan golongan rumah tangga. Kemudian untuk kelompok ketiga memiliki karakter jumlah pembayaran rata-rata antara Rp hingga Rp dengan lama berlangganan rata-rata selama 12,16 tahun (146 bulan). Untuk melihat lebih jauh karakter kelompok pelanggan berdasarkan jumlah pembayaran ini bisa dilihat di Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Karakter pelanggan rumah tangga berdasarkan jumlah pembayaran listrik Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Jumlah Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d 687 Pada percobaan menggunakan kombinasi variabel AB, BC, BD, ABC, BCD dan ABCD, karakter-karakter kelompok pelanggan yang muncul sama dengan karakter kelompok pelanggan rumah tangga yang dikelompokkan berdasarkan jumlah pembayaran listrik seperti yang disebutkan dalam Tabel 6 di atas. Untuk melihat lebih

12 38 jelas karakter kelompok pelanggan berdasarkan kombinasi variabel AB, BC, BD, ABC, BCD dan ABCD bisa dilihat pada Lampiran 3. Percobaan lainnya adalah pengelompokkan pelanggan berdasarkan tingkat kedisiplinan pelanggan. Dalam penelitian ini pelanggan terkelompok menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah pelanggan yang memiliki tingkat kedisiplinan yang kurang. Maksudnya adalah pelanggan rata-rata memiliki jumlah pembayaran membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 5 kali dari 12 kali yang mestinya dilakukan pelanggan. Ciri lain kelompok pertama ini adalah memiliki masa berlangganan selama 12,3 tahun (148 bulan) dan jumlah pembayaran rata-rata perbulan sebesar Rp hingga Rp Jumlah anggota kelompok yang memiliki tingkat disiplin cukup ini adalah pelanggan. Kelompok kedua adalah pelanggan yang memiliki jumlah pembayaran listrik antara Rp hingga Rp Jumlah pembayaran kelompok dua ini lebih banyak dibandingkan kelompok pertama, selain itu tingkat kedisiplinannya dalam membayar tagihan listrik secara tepat waktu baik yaitu pelanggan yang telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 11 kali dari 12 kali yang mestinya dilakukan pelanggan. Jumlah pelanggan yang memiliki disiplin baik ini sangat banyak yaitu sekitar 80 persen atau persisnya berjumlah pelanggan. Ciri-ciri kelompok pelanggan rumah tangga yang dikelompokkan berdasarkan kedisiplinan membayar bisa dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Karakter pelanggan rumah tangga berdasarkan kedisiplinan membayar Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Jumlah Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d 266 Percobaan selanjutnya adalah pengelompokkan berdasarkan jumlah pemakaian listrik. Ada tiga kelompok pelanggan yang terbentuk jika pelanggan rumah tangga dikelompokkan berdasarkan jumlah pemakaian listrik. Kelompok paling banyak adalah kelompok pertama yaitu ada pelanggan. Walau

13 39 jumlahnya sangat banyak namun konsumsi listrik pelanggan kelompok ini masih sedikit yaitu antara 112 watt hingga 160 watt. Kelompok pelanggan yang memiliki jumlah pemakaian listrik paling besar adalah kelompok kedua. Kelompok kedua ini memiliki jumlah konsumsi listrik rata-rata antara watt hingga watt. Namun kelompok kedua ini memiliki pelanggan yang sedikit yaitu 317 pelanggan saja. Untuk melihat lebih jelas karakter pelanggan rumah tangga berdasarkan jumlah pemakaian listrik ini bisa dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Karakter pelanggan rumah tangga berdasarkan jumlah pemakaian listrik Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Jumlah Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d 557 Pengelompokkan pelanggan berdasarkan kombinasi variabel AD, CD, dan ACD menghasilkan karakter pelanggan yang sama dengan pengelompokkan pelanggan berdasarkan jumlah pemakaian listrik. Untuk melihat lebih jelas hasil karakternya bisa dilihat pada Lampiran 3. Sementara itu, percobaan pengelompokkan pelanggan berdasarkan faktor lama berlangganan dan kedisiplinan membayar, pelanggan terbagi menjadi 3 kelompok. Ketiga kelompok memiliki kedisiplinan baik dalam membayar tagihan listrik yaitu kelima kelompok pelanggan telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali dari 12 kali kewajiban yang harus dilakukan pelanggan. Jumlah pelanggan yang memiliki masa berlangganan cukup lama cukup sedikit yaitu pelanggan. Sementara, kelompok pelanggan baru berjumlah 5199 pelanggan dengan memiliki jumlah pembayaran listrik antara Rp hingga Rp Walau masa berlangganan listrik dengan PLN tergolong baru, namun jumlah pemakaian listrik per bulannya lebih besar dibandingkan dengan kelompok lainnya. Bila dilihat dari sisi jumlah pembayaran listrik dan jumlah pelanggan yang ada, kelompok ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam hubungan bisnis di masa-masa yang

14 40 akan datang. Untuk melihat karakter kelompok pelanggan yang dikelompokkan berdasarkan kombinasi variabel AC ini secara lengkap bisa dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Karakter pelanggan rumah tangga berdasarkan lama berlangganan dan kedisiplinan membayar Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Jumlah Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d Karakter Pelanggan bisnis Pelanggan bisnis dilihat berdasarkan faktor lama berlangganan terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok pelanggan baru yang memiliki karakter masa berlangganan selama 3,9 tahun (47 bulan) dan jumlah pembayaran listrik rata-rata antara Rp hingga Rp Selain memiliki jumlah pembayaran listrik yang besar, kedisiplinan membayar tagihan listrik kelompok ini juga baik. Sebab dari 12 kali kewajibannya, pelanggan membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali. Berdasarkan gambaran di atas, kelompok ini memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan dalam hubungan bisnis di masamasa yang akan datang. Lagi pula jumlah pelanggan baru untuk pelanggan golongan bisnis ini paling besar dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu pelanggan. Jumlah ini sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam hubungan bisnis di masa yang akan datang. Sementara itu, kelompok kedua adalah kelompok pelanggan yang memiliki masa berlangganan listrik paling lama dibandingkan kelompok lainnya yaitu selama 25 tahun (153 bulan). Walau telah berlangganan lama, namun pemakaian listriknya tergolong kecil yaitu antara 370 watt hingga 524 watt. Jumlah yang kecil untuk ukuran keperluan bisnis. Jumlah pelanggan kelompok lama ini cuma sedikit yaitu sebanyak 320 pelanggan.

15 41 Kelompok ketiga adalah kelompok pelanggan dengan jumlah anggota paling banyak yaitu pelanggan. Pemakaian listrik kelompok ketiga ini tergolong besar yaitu antara 2058 watt hingga 2662 watt. Kondisi ini tentu saja cukup menguntungkan PLN, sebab sebagian besar pelanggan bisnis memiliki jumlah pembayaran yang besar. Karakter lengkap kelompok pelanggan pada percobaan ini bisa dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Karakter pelanggan bisnis berdasarkan lama berlangganan Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d s/ s/d 2662 Namun bila dilihat berdasarkan faktor kedisiplinan, pelanggan bisnis hanya memiliki 2 kelompok yaitu (1) kelompok yang berdisiplin baik dan (2) pelanggan berdisiplin cukup baik. Dalam penelitian ini kelompok pelanggan berdisiplin baik diartikan sebagai adalah kelompok pelanggan yang telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 11 kali dari 12 kali yang mestinya dilakukan pelanggan. Jumlah pelanggan berdisiplin baik cukup besar yaitu pelanggan. Namun jumlah pelanggan yang memiliki kedisiplinan kurang dalam membayar tagihan listrik secara tepat waktu lumayan banyak sekitar 15 persen atau 877 pelanggan. Pelanggan kurang disiplin ini hanya 5 kali membayar tagihan listrik secara tepat waktu dari 12 kali yang mestinya dilakukan pelanggan. Tabel 11. Kakrakter pelanggan bisnis berdasarkan kedisiplinan membayar Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d 1475 Berdasarkan faktor lama berlangganan dan kedisplinan membayar pelanggan bisnis terbagi dalam 3 kelompok. Pada penelitian ini, semua kelompok pelanggan

16 42 memiliki kedisiplinan membayar yang baik yaitu pelanggan telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali dari 12 kali kewajibannya. Kelompok pelanggan baru memiliki jumlah pelanggan paling banyak yaitu sebanyak pelanggan dengan masa berlangganan selama 3,9 tahun (47 bulan). Sementara kelompok pelanggan lama memiliki anggota paling sedikit yaitu 320 pelanggan dengan masa berlangganan selama 25,4 tahun (305 bulan). Untuk melihat karakter pelanggan bisnis pada percobaan menggunakan kombinasi variabel AC ini bisa dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Karakter pelanggan bisnis berdasarkan lama berlangganan dan kedisiplinan membayar Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d 524 Pelanggan bisnis dilihat berdasarkan kombinasi variabel B, D, AB, AD, BC, BD, CD, ABC, ABD, ACD, BCD dan ABCD terbagi ke dalam 3 kelompok. Semuanya memiliki karakter dan komposisi pelanggan yang sama. Kelompok pelanggan pertama adalah kelompok pelanggan yang terdiri dari 3 pelanggan dengan jumlah pembayaran rata-rata antara Rp ribu hingga Rp Walau potensi pemakaian listriknya cukup besar, namun kedisplinan membayar tagihan listriknya kurang baik yaitu hanya membayar tagihan listrik sebanyak 5 kali secara tepat waktu dari 12 kali yang harusnya dilakukan. Kelompok pelanggan kedua adalah kelompok pelanggan yang memiliki jumlah anggota paling kecil yaitu 1 pelanggan. Namun pelanggan ini memiliki jumlah tagihan listrik paling besar dan tingkat disiplin sangat baik, yaitu memiliki jumlah tagihan listrik antara Rp hingga Rp dan telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sepanjang tahun. Berdasarkan perilaku di atas pelanggan ini memiliki potensi yang bagus baik dalam pemakaian listrik maupun kedisiplinannya membayar tagihan listrik secara tepat waktu.

17 43 Kelompok ketiga adalah kelompok pelanggan dengan jumlah pembayaran listrik antara Rp sampai dengan Rp Walau jumlah pembayarannya paling kecil dibandingkan kelompok lainnya, jumlah pelanggan kelompok ini sangat besar yaitu sebanyak 5625 pelanggan. Jumlah yang sangat potensial untuk dikembangkan. Lagi pula kelompok ketiga ini memiliki kedisiplinan yang baik yaitu pelanggan membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali dari 12 kali kewajibannya. Untuk melihat karakter pelanggan lebih lengkap bisa dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Karakter pelanggan bisnis berdasarkan jumlah pembayaran Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Ribu Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Ribu Watt) s/d s/d s/d s/d s/d ,6 s/d 0,87 3. Karakter Pelanggan industri Pada percobaan pengelompokkan berdasarkan lama berlangganan, pelanggan industri dikelompokkan ke dalam 3 kelompok. Karakter kelompok pertama memiliki masa berlangganan selama 11,8 tahun (142 bulan). Pelanggan pertama ini terdiri dari 82 pelanggan dan jumlah pembayaran rata-rata per bulan antara Rp hingga Rp Kelompok kedua adalah kelompok pelanggan baru yaitu rata-rata baru berlangganan selama 3 tahun (36 bulan) dengan PLN. Kelompok kedua ini memiliki jumlah anggota sebanyak 132 pelanggan dengan jumlah pembayaran antara Rp sampai Rp Pelanggan baru pada data pelanggan industri memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan dalam hubungan bisnis di masa mendatang. Sebab kelompok pelanggan baru ini memiliki jumlah pemakaian listrik yang besar yaitu antara watt hingga watt. Namun dalam hal pembayaran, kelompok pelanggan baru ini perlu mendapat perhatian ekstra. Sebab dari 12 kali kewajibannya, hanya 9 kali pelanggan membayar tagihan listrik secara tepat waktu.

18 44 Kelompok ketiga adalah kelompok pelanggan yang telah lama berlangganan listrik dengan PLN yaitu selama 22,5 tahun (270 bulan). Jumlah pelanggan lama hanya sedikit yaitu 57 pelanggan saja. Jumlah tagihan listriknya pun sedikit yaitu antara Rp hingga Rp Untuk melihat karakter lengkap kelompok pelanggan berdasarkan lama berlangganan ini, bisa dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Karakter pelanggan industri berdasarkan lama berlangganan Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Juta Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Ribu Watt) s/d s/d s/d s/d s/ s/d 31 Dilihat dari faktor jumlah pembayaran, pelanggan industri terbagi menjadi 3 kelompok. Karakter pelanggan yang dikelompokkan berdasarkan jumlah pembayaran ini memiliki karakter yang sama dengan karakter kelompok pelanggan yang dikelompokkan berdasarkan kombinasi variabel AB, BC, BC, ABC, ABD, BCD dan ABCD. Karakter kelompok pertama memiliki jumlah pembayaran paling besar yaitu antara Rp hingga Rp Namun tingkat kedisiplinan kelompok pertama ini sangat kurang ini yaitu hanya membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 5 kali dari 12 kali yang harus pelanggan lakukan. Sementara itu kelompok kedua memiliki anggota paling banyak yaitu 306 pelanggan. Namun kelompok ini memiliki tagihan listrik rata-rata paling kecil dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu antara Rp hingga Rp Tetapi tingkat disiplinannya membayar tagihan listrik baik yaitu membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 10 kali dari 12 kali kewajibannya. Untuk melihat lebih jauh karakter pelanggan industri berdasarkan jumlah pembayaran listrik bisa dilihat di Tabel 15.

19 45 Tabel 15. Karakter pelanggan industri berdasarkan jumlah pembayaran Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Juta Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Ribu Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d 32 Pelanggan industri dilihat berdasarkan kedisiplinan membayar tagihan listrik terbagi menjadi 2 kelompok yaitu (1) pelanggan disiplin dan (2) pelanggan kurang disiplin. Pelanggan disiplin pada percobaan ini adalah pelanggan yang telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 11 kali dari 12 kali pembayaran yang seharusnya dilakukan pelanggan. Jumlah pelanggan disiplin ini adalah 282 pelanggan. Pelanggan disiplin ini telah berlangganan energi listrik dengan PLN selama 10,5 tahun (126 bulan) dan memiliki tagihan listrik rata-rata setiap bulan sebesar Rp hingga Rp Sementara itu, pelanggan kurang disiplin dalam percobaan ini adalah pelanggan yang telah membayar tagihan listrik secara tepat waktu sebanyak 3 kali dari 12 kali kewajibannya. Jumlah pelanggan kurang disiplin ini cukup banyak yaitu sekitar 16 persen atau 55 pelanggan. Untuk melihat lebih jelas karakter pelanggan industri berdasarkan kedisiplinan pelanggan bisa dilihat pada Tabel 16 di bawah ini. Tabel 16. Karakter pelanggan industri berdasarkan kedisiplinan membayar Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Juta Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Ribu Watt) s/d s/d s/d s/d 38 Pengelompokkan pelanggan industri berdasarkan kombinasi variabel D, AD, CD dan ACD terkelompok menjadi 4 pelanggan. Karakter pelanggan pada keempat kombinasi variabel di atas memiliki kesamaan karakter. Karakter-karakter kelompok pelanggan secara lengkap bisa dilihat pada Tabel 17 di bawah ini.

20 46 Tabel 17. Karakter pelanggan industri berdasarkan berdasarkan jumlah pemakaian listrik Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Juta Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Ribu Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d s/d 11 Sama dengan di atas, pelanggan industri dilihat dari faktor lama berlangganan dan kedisiplinan membayar terbagi ke dalam 3 kelompok. Semua kelompok pelanggan rata-rata memiliki kedisiplinan membayar tagihan listrik yang baik yaitu antara 9 sampai 10 kali membayar tagihan listrik secara tepat waktu dari 12 kali kewajiban yang harus pelanggan lakukan. Kelompok pelanggan baru terdiri dari 132 pelanggan yaitu telah berlangganan selama 3 tahun (36 bulan). Sementara kelompok lama terdiri dari 57 pelanggan dengan jumlah pembayaran antara Rp hingga Rp Untuk melihat lebih jelas karakter-karakternya bisa dilihat pada Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Karakter pelanggan industri berdasarkan lama berlangganan dan kedisiplinan membayar Kelompok Anggota Lama Berlangganan (Bulan) Pembayaran (Juta Rupiah) Kedisiplinan Membayar (Kali) Pemakaian (Ribu Watt) s/d s/d s/d s/d s/d s/d Implementasi CRM di PLN Dalam mengembangkan CRM, ada tiga pilar penting yang harus dibangun manajemen PT PLN yaitu (1) orang, (2) proses dan prosedur dan (3) teknologi. 1. Pilar orang. Pilar orang meliputi sudut pandang karyawan PT PLN dalam memberikan pelayanan prima kepada konsumen. Pola pikir karyawan terhadap visi pelayanan PLN seperti menjadikan pelanggan sebagai mitra sejajar dan

21 47 menjamin kepuasan pelanggan harus benar-benar ditanamkan kepada semua karyawan dalam mengembangkan CRM. Setelah memberikan pemahaman yang cukup tentang pelayanan yang prima terhadap pelanggan, langkah berikutnya yang harus diberikan kepada SDM milik PT PLN adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan lewat berbagai pelatihan. 2. Pilar proses dan prosedur. Perusahaan harus mendefinisikan target pelanggan yang lebih jelas dan prosedur pelayanan yang rinci dan detail tentang pelayanan terhadap pelanggan. Sistem segmentasi yang dibangun dalam penelitian ini bisa dijadikan sebagai proses alternatif dalam mendefinisikan target pelanggan yang lebih jelas. 3. Pilar teknologi. Ada beberapa model yang bisa dikembangkan dalam membangun CRM diantaranya CRM komunikasi, CRM operasional dan CRM analisis. Orang CRM Teknologi Proses Gambar 13. Pilar CRM Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam konsep membangun CRM antara lain : 1. Membangun basisdata pelanggan yang kuat Basisdata yang kuat merupakan modal utama dalam membangun CRM. Manajemen PT PLN harus membangun sistem basisdata yang terintegrasi. Basisdata unit pelayanan dan unit distribusi serta unit teknis milik PLN yang terpisah selama ini harus diintegrasikan ke dalam sistem basisdata CRM. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kehandalan dan kelengkapan data yang dimiliki

22 48 CRM. Selain data pribadi pelanggan, basisdata yang dibangun harus berisi informasi tentang perilaku pelanggan dalam menggunakan energi listrik. Hal ini dimaksudkan agar data-data yang dikumpulkan dalam basisdata bermanfaat dalam menggambarkan secara akurat karakter pelanggan. Data-data dasar yang perlu dikumpulkan manajemen PT PLN dalam basisdata untuk menggambarkan karakter pelanggan secara lebih lengkap antara lain : a. Lama berlangganan b. Jumlah pembayaran listrik per bulan c. Kedisiplinan membayar d. Jumlah pemakaian listrik per bulan e. Jumlah watt dari alat listrik yang dimiliki pelanggan f. Keuntungan per pelanggan g. Keluhan pelanggan h. Jumlah gangguan listrik pada jaringan pelanggan per bulan i. Jumlah penghuni j. Penghasilan pelanggan k. Jenis layanan produk dan jasa yang diperlukan pelanggan Sistem Interaksi Pelanggan Pelanggan Momentum Interaksi - Pendaftaran pelanggan - Penambahan daya - Laporan keluhan - Laporan gangguan - Pembayaran listrik pelanggan - Mengunjungi website PLN - Mengirim - dll Gambar 14. Momentum interaksi pelanggan dengan sistem CRM Semakin banyak data yang dimiliki manajemen tentang pelanggannya akan semakin baik bagi perusahaan dalam mengenali pelanggan. Saluran yang bisa dimanfaatkan manajemen PT PLN untuk mengumpulkan data antara lain

23 49 , website, tele-marketiing, unit pelayanan pelanggan (customer service), unit pengaduan gangguan, dan tenaga pemasaran lapangan. Saluran layanan Sarana layanan Produk dan layanan website Customer service Mailing list Layanan informasi data Pelayanan data pelanggan Pendaftaran pelanggan Program penambahan daya Telemarketing Unit pengaduan gangguan Tenaga lapangan Promosi/penawaran Call center 123/ Meja pengaduan Pelayanan lapangan Informasi jalur pemadaman Layanan dan produk lain Gambar 15. Saluran pengumpulan informasi dan sarana layanan 1. Membuat profil setiap pelanggan Membangun profil pelanggan bisa dilakukan berdasarkan data pribadi pelanggan. Lebih jauh lagi, profil pelanggan bisa dibangun berdasarkan gabungan karakter pelanggan satu per satu berdasarkan informasi yang dikumpulkan lewat basisdata dan hasil analisis segmentasi. Profil pelanggan ini harus menggambarkan keperluan, keinginan, perhatian dan harapan pelanggan terhadap produk dan jasa layanan yang diberikan PLN selama ini. 2. Membuat analisis terhadap pelanggan Secara umum ada beberapa analisis yang bisa dilakukan manajemen PT PLN untuk menggambarkan pelanggannya diantaranya analisis nilai pelanggan, analisis perilaku pelanggan menggunakan energi listrik, analisis kepuasan pelanggan dan analisis lain yang dianggap relevan. Analisis pelanggan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis segmentasi pelanggan berdasarkan perilakunya dalam menggunakan energi listrik.

24 50 3. Membangun interaksi yang lebih terarah Dengan profil lengkap dan hasil analisa terhadap perilaku pelanggan, manajemen PLN lebih mudah memberikan pelayanan dan tawaran produk terhadap pelanggan sesuai keperluannya. Komunikasi terhadap pelanggan juga lebih mudah karena manajemen mengetahui karakter masing-masing pelanggan sehingga hubungan emosional antara perusahan dengan pelanggan bisa terjalin lebih erat lagi. Hasil penelitian segmentasi pelanggan berdasarkan perilakunya dalam menggunakan energi listrik bisa dijadikan referensi bagi manajemen PT PLN sebagai informasi dalam membangun hubungan dan pelayanan kepada pelanggan. Berikut ini uraian dan beberapa contoh program yang bisa diberikan manajemen PT PLN sehubungan dengan hasil penelitian karakter perilaku pelanggan dalam menggunakan energi listrik : a. Pelanggan Rumah Tangga Beberapa layanan produk yang bisa dilakukan manajemen PT PLN berkaitan dengan karakter pelanggan rumah tangga antara lain : 1. Segmen pelanggan berdasarkan lama berlangganan Secara teknis instalasi listrik pelanggan yang telah berumur 10 tahun lebih harus dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui kelayakan instalasi miliknya. Sementara itu, sebagian besar pelanggan rumah tangga di Area Pelayanan Cengkareng sudah berlangganan dengan PT PLN lebih dari 10 tahun. Yaitu pelanggan telah berlangganan selama 13,75 tahun dan pelanggan telah berlangganan selama 24,17 tahun. Dengan kenyataan ini, manajemen bisa memberikan layanan pemeriksaan kepada instlasi pelanggan rumah tangga yang telah berumur 10 tahun lebih tersebut, khususnya kepada pelanggan yang telah berlangganan selama 24 tahun. Paling tidak, manajemen bisa memberi peringatan secara dini kepada pelanggan untuk memeriksa instalasinya masing-masing. Sehingga kejadian arus pendek penyebab kebakaran bisa dicegah. Sebab berdasarkan hasil penelitian PT PLN Area Pelayanan Cengkareng tahun 2006 lalu, baru 55,73 persen pelanggan yang sadar akan bahaya kelistrikan.

25 51 2. Segmen pelanggan berdasarkan jumlah pembayaran Bila dilihat berdasarkan jumlah pembayaran, sebagian besar pelanggan rumah tangga memiliki jumlah tagihan listrik yang kecil. Hanya ada 8 persen (137 pelanggan) yang memiliki tagihan listrik yang cukup besar yaitu antara Rp hingga Rp Hal ini sesuai dengan kondisi perekonomian masyarakat di Area Pelayanan Cengkareng yang sebagian besar berada pada tingkat menengah ke bawah. Namun demikian, sebagian besar pelanggan rumah tangga memiliki kedisiplinan membayar yang baik. Kedisiplinan tersebut tidak tergantung pada lama tidaknya pelanggan berlangganan listrik dengan PLN. Sebab pelanggan rumah tangga merupakan pelanggan terbesar di PLN Area Pelayanan Cengakareng. Kedisiplinan pelanggan ini tentu saja membantu cash flow keuangan perusahaan. Dengan kedisiplinan pelanggan dalam membayar tagihan listrik yang baik tersebut, perusahaan harus menjaga pasokan energi listrik secara ketat kepada pelanggan rumah tangga di Area Pelayanan Cengkareng dalam rangka memberikan kepuasan pelanggan. 3. Segmen pelanggan berdasarkan kedisiplinan membayar Dilihat dari sisi kedisiplinan sekitar 17 persen dari pelanggan rumah tangga di Area Pelayanan Cengkareng kurang memiliki kedisiplinan dalam membayar tagihan listrik secara tepat waktu. Hal ini tentu saja perlu mendapat perhatian serius bagi perusahaan. Sebab jumlah pelanggan rumah tangga dalam struktur pelanggan PLN Area Pelayanan Cengkareng merupakan pelangga paling banyak dibandingkan dengan pelanggan bisnis dan industri. Sehingga kedisiplinan pelanggan rumah tangga dalam membayar tagihan listrik secara tepat waktu sangat mempengaruhi likuiditas keuangan perusahaan. Walau banyak faktor yang menjadi penyebab pelanggan kurang disiplin dalam membayar tagihan listrik, manajemen bisa lebih mengupayakan pelayanan dalam hal akses pembayaran listrik. Sudah banyak bank yang telah mau bekerja sama dalam hal pembayaran dengan PLN diantaranya Bank BRI, Bank Lippo, Bank Ekonomi, Bank Buana, Bank Haga, Bank Hagakita, Bank Bumiputera,

26 52 Bank BCA, Bank Victoria, Bank Panin, Bank Bukopin, Bank BTN dan Bank Tokyo Mitsubishi. Manajemen bisa lebih menyosialisasikan tempat pembayaran on line di perbankan ini sebagai tempat pembayaran alternatif bagi pelanggan. Selain bisa menekan keterlambatan, kemudahan pembayaran lewat perbankan juga memberi kenyamanan kepada pelanggan dalam membayar tagihan listrik. Sebab pembayaran on line lewat perbankan tidak mengenal antrian seperti halnya pembayaran tagihan lewat loket konvensional milik PLN. Untuk pelanggan rumah tangga yang memiliki kedisiplinan baik, manajemen harus memberikan perhatian serius dalam hubungannya dengan pelanggan. Perhatian ini bisa dilakukan lewat pelayanan di tempat pembayaran, pembacaan meter hingga penambahan daya listrik. Dalam hal penambahan daya listrik, manajemen bisa memberikan prioritas lebih kepada pelanggan yang disiplin baik ini. Sebab pelanggan berdisiplin baik ini telah membuktikan dirinya telah membayar tagihan tepat waktu selama ini. 4. Segmen pelanggan berdasarkan jumlah pemakaian listrik Jumlah pemakaian listrik pelanggan rumah tangga sebagian besar berada pada kelompok kecil. Hanya sekitar 8 persen yang memiliki pemakaian listrik besar dibandingkan kelompok lain pada pelanggan rumah tangga. Namun demikian, secara rata-rata kesetiaan pelanggan dalam membayar tagihan listrik secara tepat waktu cukup baik. Kesetiaan inilah yang harus dijaga manajemen lewat berbagai pendekatan hubungan dengan pelanggan. Sebab target pemakaian listrik dalam jumlah besar memang tidak dibebankan pada pelanggan rumah tangga. Sebab pemakaian listrik untuk kalangan rumah tangga hanya terbatas untuk keperluan pribadi pelanggan di rumah. Bukan untuk keperluan mesin besar atau untuk menyalakan penerangan dalam jumlah banyak seperti yang dilakukan pelanggan bisnis.

27 53 b. Pelanggan Bisnis 1. Segmen pelanggan berdasarkan lama berlangganan Sebagian besar pelanggan bisnis di Area Pelayanan Cengkareng adalah pelanggan baru. Jumlahnya sekitar pelanggan. Mereka baru berlangganan listrik dengan PLN sekitar 3,9 tahun. Data ini menunjukan bahwa pertumbuhan pelanggan bisnis dalam kurun waktu 4 tahun belakangan di Area Pelayanan Cengkareng cukup besar. Manajemen PT PLN harus memberikan perhatian serius kepada pelanggan bisnis. Khususnya dalam pasokan energi listrik secara berkesinambungan. Sebab jaminan pasokan energi listrik secara kontinyu tanpa adanya gangguan akan sangat membantu pelanggan dalam menjalankan bisnisnya. Dengan adanya pasokan energi listrik yang lancar diharapkan pertambahan pelanggan golongan bisnis di daerah ini akan terus meningkat di masa yang akan datang seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Walau jumlah pelanggan bisnis yang berlangganan di atas 10 tahun di area ini sekitar 24 persen, namun PLN harus terus memberikan peringatan dini terhadap pelanggan untuk memperhatikan instalasi listriknya. Manajemen juga bisa memikirkan pemberian pelayanan perbaikan instalasi kepada pelanggan yang telah berumur di atas 10 tahun. Pelayanan bisa dilakukan secara gratis ataupun berbayar sesuai dengan kebijaksanaan manajemen. 2. Segmen pelanggan berdasarkan jumlah pembayaran Berdasarkan jumlah pembayaran listrik per bulan, sekitar 99 persen pelanggan bisnis di Area Pelayanan Cengkareng adalah pelanggan yang memiliki jumlah pembayaran yang kecil dibandingkan kelompok lainnya. Jumlah pembayarannya rata-rata antara Rp sampai dengan Rp Walau jumlah pembayarannya kecil, manajemen harus memperhatikan pelanggan kelompok ini. Sebab pelanggan kelompok ini menguasai sebagian besar komposisi pelanggan bisnis. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi likuiditas keuangan di PLN Area Pelayanan Cengkareng. Lagi pula kedisiplinan membayar

28 54 mereka cukup baik yaitu 10 kali membayar tagihan listrik secara tepat waktu dari 12 kali kewajibannya. Ada sebuah kelompok yang cukup menarik dari segmentasi pelanggan berdasarkan jumlah pembayaran dan pemakaian listrik ini. Yaitu seorang pelanggan yang memiliki jumlah pemakaian dan pembayaran listrik yang sangat besar. Dalam sebulan, pelanggan memiliki tagihan listrik antara Rp hingga Rp Kedisiplinan membayar tagihan listriknya pun sangat baik yaitu selalu membayar tagihan listrik secara tepat waktu sepanjang tahun. Manajemen harus menjamin kelangsungan pasokan energi listrik pelanggan berpotensi besar ini. Selain itu manajemen bisa memberikan tawaran tarif multiguna yang lebih fleksibel dan seusai dengan pemakaian listrik dalam jumlah besar. Saat momentum ulang tahun PLN, pelanggan ini bisa menjadi prioritas untuk diberi penghargaan sebagai pelanggan potensial yang sangat disiplin. Sehingga semangat pelanggan sebagai mitra dalam visi pelayanan PLN benarbenar bisa tercermin dalam program ini. 3. Segmen pelanggan berdasarkan kedisiplinan membayar Dari sisi kedisiplinan membayar tagihan listrik sekitar sekitar 15 persen pelanggan bisnis memiliki kedisiplinan yang kurang baik. Yaitu hanya 5 kali membayar tagihan listrik secara tepat waktu dari 12 kali kewajibannya. Kondisi ini tentu saja buruk bagi keuangan perusahaan. Untuk memaksimalkan kedisiplinan perusahaan, manajemen harus menggencarkan sosialisasi pembayaran lewat on line di perbankan. Pembayaran pelanggan bisnis lewat perbankan tentu saja sangat memudahkan pelanggan bisnis. Selain mudah dilakukan, pelanggan golongan bisnis tentu saja sudah tidak asing berhubungan dengan perbankan. Sementara itu, sekitar 84 persen pelanggan bisnis di Area Pelayanan Cengkareng memiliki kedisiplinan membayar yang baik yaitu 11 kali membayar tagihan listrik secara tepat waktu dari 12 kali kewajibannya. Pelanggan kelompok ini merupakan mitra yang sangat strategis bagi PLN dalam menjalankan bisnisnya. Hubungan dengan pelanggan kelompok ini bisa terus

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Ada empat tahap utama yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahap-tahap tersebut antara lain analisa masalah, persiapan data, pengumpulan data, pengembangan

Lebih terperinci

Karakterisasi Pelanggan PLN Menggunakan Algoritma Fuzzy C Mean Dalam Upaya Pengembangan CRM

Karakterisasi Pelanggan PLN Menggunakan Algoritma Fuzzy C Mean Dalam Upaya Pengembangan CRM JURNAL DIGIT, Vol.1, No. 2, November 2011, pp. 153~162 ISSN:2088-589X 153 Karakterisasi Pelanggan PLN Menggunakan Algoritma Fuzzy C Mean Dalam Upaya Pengembangan CRM Husmul Beze Jurusan Geoinformatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Proses terbentuknya Perusahaan Umum Listrik Negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Proses terbentuknya Perusahaan Umum Listrik Negara dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Proses terbentuknya Perusahaan Umum Listrik Negara dengan singkat PLN telah berlangsung melalui perjalanan sejarah bangsa

Lebih terperinci

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Modul II CLUSTERING TUJUA PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi adalah salah satu faktor yang diperlukan bagi keberhasilan bagi suatu perusahaan atau organisasi, maka promosi merupakan salah satu senjata ampuh bagi perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Konsep. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kebon Jeruk. Yhana Kusuma Respati 3EB

Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Konsep. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kebon Jeruk. Yhana Kusuma Respati 3EB Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Konsep Balanced Scorecard Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kebon Jeruk Yhana Kusuma Respati 3EB01 26209122 LATAR BELAKANG Penilaian atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan inovasi produk dan jasa perbankan dalam satu dekade terakhir ini memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Sebab ide dasar

BAB I PENDAHULUAN. serta dapat bertingkah sesuai norma-norma yang berlaku. Sebab ide dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah hal penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik serta dapat bertingkah sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dari penelitian yang akan dilakukan, perumusan masalah, tujuan dilakukann penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar belakang masalah yang mendasari proses penelitian tentang pelaksanaan penilaian kinerja pegawai pada PT Perusahaan Listrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dalam sektor jasa menciptakan sebuah persaingan, tidak terkecuali pada sektor perbankan. Sektor perbankan saat ini telah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO UJANG SUMARWAN KIRBRANDOKO

RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO UJANG SUMARWAN KIRBRANDOKO RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO, 2005. Preferensi Nasabah Terhadap Layanan ATM Implikasinya Bagi Rekomendasi Pemasaran. Dibawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan KIRBRANDOKO. Bisnis consumer banking merupakan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia tak pernah lepas dari teknologi informasi. Teknologi Informasi menjadi sekumpulan alat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menonjol adalah dalam bidang teknologi elektronika. Sebelum adanya listrik

BAB I PENDAHULUAN. yang menonjol adalah dalam bidang teknologi elektronika. Sebelum adanya listrik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

Customer Relationship Management (CRM) Software dari SAP Fitur & Fungsi Sistem CRM: Marketing Software

Customer Relationship Management (CRM) Software dari SAP Fitur & Fungsi Sistem CRM: Marketing Software Customer Relationship Management (CRM) Software dari SAP Fitur & Fungsi Sistem CRM: Marketing Software disusun oleh Satrya Nurrachman 09.11.2820 Kelas : E-Bisnis 2 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di setiap perusahaan. Pada masa ini, praktik pemasaran telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di setiap perusahaan. Pada masa ini, praktik pemasaran telah berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan kegiatan yang memiliki peran besar dalam aktivitas bisnis di setiap perusahaan. Pada masa ini, praktik pemasaran telah berkembang menuju arah yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahap-Tahap Penelitian Manfaat merupakan kumpulan dari keunggulan atau kepuasan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan usaha pada sektor jasa saat ini telah memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik yang berperan penting dalam melayani kebutuhan masyarakat umum. mampu meningkatkan pelayanan publik menjadi lebih terjamin.

BAB I PENDAHULUAN. publik yang berperan penting dalam melayani kebutuhan masyarakat umum. mampu meningkatkan pelayanan publik menjadi lebih terjamin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintahan yang baik (ideal) adalah pemerintahan yang mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas dengan prinsip efektif dan efisien. Atas dasar hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toko ini merupakan toko yang bergerak di bidang usaha perdagangan barang-barang kebutuhan rumah tangga. Seluruh sistem yang ada didalamnya masih dilakukan secara manual.

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop)

Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop) 157 Penerapan Metode Fuzzy C-Means dengan Model Fuzzy RFM (Studi Kasus : Clustering Pelanggan Potensial Online Shop) Elly Muningsih AMIK BSI Yogyakarta E-Mail : elly.emh@bsi.ac.id Abstrak Berkembangnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Objek Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Objek Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Objek Penelitian 2.1.1. Perilaku Konsumen Jika dilihat dari daya tarik transaksinya, pelanggan menurut Kertajaya (2005) terbagi dalam empat kategori yakni star customer, question

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan era perdagangan bebas, setiap perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat berkaitan dengan pelayanan produk dan jasa yang ditawarkan.

Lebih terperinci

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) SOFTWARE FROM SAP

CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) SOFTWARE FROM SAP CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) SOFTWARE FROM SAP Karya Ilmiah E Business Sujiwo (09.11.3212) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Karya ilmiah e-business ini berisikan uraian mengenai lingkungan bisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. setiap kegiatan baik di rumah tangga maupun industri. orang, didapatkan oleh perusahaan penyedia layanan jasa. Dalam pengertianya,

PENDAHULUAN. setiap kegiatan baik di rumah tangga maupun industri. orang, didapatkan oleh perusahaan penyedia layanan jasa. Dalam pengertianya, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak terlepas dari peran listrik sebagai penunjang kehidupan, Segala perangkat elektronik yang dipakai manusia untuk beraktifitas pasti membutuhkan listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E-Commerce adalah sebuah sistem jual beli yang bersifat on-line, dimana

BAB I PENDAHULUAN. E-Commerce adalah sebuah sistem jual beli yang bersifat on-line, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang E-Commerce adalah sebuah sistem jual beli yang bersifat on-line, dimana seorang pembeli tidak perlu selalu datang ke suatu toko ataupun perusahaan untuk membeli suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan profit

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan profit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan profit semaksimal mungkin, sehingga banyak yang kurang memperhatikan hal lain selain bagaimana cara meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 61 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Permasalahan Proses Segmentasi citra dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan metode konvensional secara statistik maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti sekolah, perkantoran, perbankan, penyedia jasa, dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komputer. Hampir dapat dipastikan semua kegiatan manusia melibatkan komputer, seperti sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Loyalitas nasabah menjadi hal yang sangat diharapkan pelaku bisnis perbankan. Nasabah yang puas dan setia tidak akan ragu untuk menjadi penyebar kabar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan Jaringan) Bandung adalah perusahaan jasa penyedia tenaga listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan Jaringan) Bandung adalah perusahaan jasa penyedia tenaga listrik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten APJ (Area Pelayanan Jaringan) Bandung adalah perusahaan jasa penyedia tenaga listrik yang selalu berusaha

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN PT. PLN (PERSERO) UPJ GROGOL DALAM KEMUDAHAN PEMBAYARAN TAGIHAN REKENING LISTRIK S K R I P S I

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN PT. PLN (PERSERO) UPJ GROGOL DALAM KEMUDAHAN PEMBAYARAN TAGIHAN REKENING LISTRIK S K R I P S I ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PELANGGAN PT. PLN (PERSERO) UPJ GROGOL DALAM KEMUDAHAN PEMBAYARAN TAGIHAN REKENING LISTRIK S K R I P S I Diajukan Guna Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prima Laundry berlokasi di Jl. Tentara Rakyat Mataram no 42 Yogyakarta merupakan salah satu laundry yang berdiri pada tahun 2010 yang ada di daerah Yogyakarta. Dengan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KWH METER DIGITAL PRABAYAR BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535

TUGAS AKHIR KWH METER DIGITAL PRABAYAR BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535 TUGAS AKHIR KWH METER DIGITAL PRABAYAR BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ATMEGA8535 Diajukan Sebagai Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, salah satunya adalah teknologi komputer. Komputer merupakan alat bantu

BAB I PENDAHULUAN. pesat, salah satunya adalah teknologi komputer. Komputer merupakan alat bantu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat, salah satunya adalah teknologi komputer. Komputer merupakan alat bantu yang sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang sampai sekarang adalah teknologi informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang sampai sekarang adalah teknologi informasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Salah satu teknologi yang terus berkembang sampai sekarang adalah teknologi informasi yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat. BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Pengembangan sistem yang diusulkan Dengan memperkirakan terhadap trend bisnis di masa yang akan datang untuk bisnis dibidang pendistribusian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. ARINDO PRATAMA (PT. AP) merupakan sebuah perusahaan nasional yang berdiri pada tahun 1993 di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. ARINDO PRATAMA (PT. AP) merupakan sebuah perusahaan nasional yang berdiri pada tahun 1993 di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. ARINDO PRATAMA (PT. AP) merupakan sebuah perusahaan nasional yang berdiri pada tahun 1993 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. PT ARINDO PRATAMA adalah badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pada era sebelum tahun 1980, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pada era sebelum tahun 1980, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia pada era sebelum tahun 1980, faktor pelayanan pada pelanggan masih kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Fakta ini merupakan pendapat dari Kasmir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan. yang dibutuhkannya dan pemasar juga memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan. yang dibutuhkannya dan pemasar juga memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang ditandai dengan hadirnya internet membuat dunia seolah tanpa batas dan berdampak juga dengan kegiatan pemasaran. Konsumen saat ini dapat

Lebih terperinci

WAHYU PRIHANTORO D

WAHYU PRIHANTORO D PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG PESANTREN GRAHA DAARUL QUR AN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. listrik di seluruh Indonesia (rasio electricity). Jakarta sebagai ibukota negara, pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. listrik di seluruh Indonesia (rasio electricity). Jakarta sebagai ibukota negara, pusat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan perseroan milik negara yang bergerak dibidang ketenagalistrikan, dan bergerak dalam sektor pembangkitan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan energi listrik di Indonesia. Pada awalnya PT. PLN ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga

BAB I PENDAHULUAN. 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan terbaru dalam dunia perbankan di Indonesia adalah mulai diberlakukannya penerapan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan bank umum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan beserta hasil-hasilnya, dan pertumbuhan stabilitas ekonomi nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan beserta hasil-hasilnya, dan pertumbuhan stabilitas ekonomi nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara umum bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi terutama internet merupakan faktor pendorong perkembangan e-commerce. Dengan adanya e-commerce perusahaan dapat menjalin hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memperoleh pengetahuan yang cukup secara terus. potensial dengan produk atau jasa yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memperoleh pengetahuan yang cukup secara terus. potensial dengan produk atau jasa yang ditawarkan. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memperoleh pengetahuan yang cukup secara terus menerus untuk meningkatkan nilai dari produk dan jasa, perusahaan harus mengetahui tingkat kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka dibutuhkan kepraktisan dalam segala hal termasuk penerapan pada sistem penjualan. Salah satu penerapannya

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN MINAT BACA MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE K-MEANS

PENGELOMPOKAN MINAT BACA MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE K-MEANS Jurnal Ilmiah ILKOM Volume 8 mor (Agustus 16) ISSN: 87-1716 PENGELOMPOKAN MINAT BACA MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE K-MEANS Widya Safira Azis 1 dan Dedy Atmajaya 1 safiraazis18@gmail.com dan dedy.atmajaya@umi.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan. disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun Dalam Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan. disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun Dalam Undang-Undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang tersebut diatur dengan rinci landasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi hal yang penting dan harus dipenuhi oleh setiap produsen guna. mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki.

I. PENDAHULUAN. menjadi hal yang penting dan harus dipenuhi oleh setiap produsen guna. mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang begitu pesat dalam hal memasarkan produk saat ini semakin memperketat persaingan setiap produsen guna memberikan pelayanan terbaik dan berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan satu negara di dunia yang mempunyai jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan satu negara di dunia yang mempunyai jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan satu negara di dunia yang mempunyai jumlah penduduk yang besar. Dengan kata lain, negara Indonesia termasuk salah satu negara terpadat di

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PELANGGAN PLN MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C MEAN HUSMUL BEZE

KARAKTERISASI PELANGGAN PLN MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C MEAN HUSMUL BEZE KARAKTERISASI PELANGGAN PLN MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C MEAN HUSMUL BEZE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur gas baru dan akuisisi blok migas diberbagai wilayah di Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur gas baru dan akuisisi blok migas diberbagai wilayah di Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Perusahaan Gas Negara (PGN) semakin memantapkan posisinya sebagai BUMN yang memiliki komitmen dan konsistensi dalam pengembangan insfrakstruktur dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi sekarang ini telah berkembang pesat, hampir semua bidang aplikasi bisnis telah memakai dan mengembangkan sistem informasi dengan sedemikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan tidak hanya berfokus tentang bagaimana perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada pembelinya. Namun sekarang cara

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kinerja Pelayanan Frontliner Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

CLUSTERING KARYAWAN BERDASARKAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY C-MEAN

CLUSTERING KARYAWAN BERDASARKAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY C-MEAN CLUSTERING KARYAWAN BERDASARKAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY C-MEAN Fitri Wulandari, Rinto Setiawan Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

Customer Relationship Management (CRM) Software from SAP

Customer Relationship Management (CRM) Software from SAP Customer Relationship Management (CRM) Software from SAP DI SUSUN OLEH : NAMA : Endar Setiyo Pertomo NIM : 09.11.3376 KELAS : S1TI-11 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Oleh Tim Pengampu: Sulistiyono dan Ahmad Nasrulloh

Oleh Tim Pengampu: Sulistiyono dan Ahmad Nasrulloh Oleh Tim Pengampu: Sulistiyono dan Ahmad Nasrulloh ahmadnasrulloh@yahoo.co.id memperkenalkan jasa pemasran olahraga menyoroti prinsip-prinsip dan alat-alat yang berperan dalam memberikan layanan berkualitas

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dalam penelitian ini berjudul Penentuan Wilayah Usaha Pertambangan Menggunakan Metode Fuzzy K-Mean Clustering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak berlangsungnya krisis nilai tukar pada pertengahan tahun 1997 yang diikuti krisis ekonomi, sampai akhir tahun 1999 perbankan masih terpuruk. Posisi keuangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pada penelitian yang dilakukan oleh (Chen, Sain, & Guo, 2012) berfokus untuk mengetahui pola penjualan, pelanggan mana yang paling berharga, pelanggan mana yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya listik lampu-lampu tidak dapat menerangi desa atau

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Tanpa adanya listik lampu-lampu tidak dapat menerangi desa atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Tanpa adanya listik lampu-lampu tidak dapat menerangi desa atau kota. Sebuah kota tanpa listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat mempertahankan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era perdagangan bebas dewasa ini, menuntut perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era perdagangan bebas dewasa ini, menuntut perusahaan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era perdagangan bebas dewasa ini, menuntut perusahaan untuk menemukan dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi pelanggannya. Dua hal yang

Lebih terperinci

STMIK MDP ANALISIS DAN PERANCANGAN CUSTOMER RELATIOSHIP MANAGEMENT BERBASIS WEB PADA CV PUTERA REMAJA PALEMBANG

STMIK MDP ANALISIS DAN PERANCANGAN CUSTOMER RELATIOSHIP MANAGEMENT BERBASIS WEB PADA CV PUTERA REMAJA PALEMBANG STMIK MDP Program Studi Sistem Informasi Kekhususan Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer S1. Semester Ganjil Tahun 2010/2011 Abstrak ANALISIS DAN PERANCANGAN CUSTOMER RELATIOSHIP MANAGEMENT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian agar hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Pelanggan PDAM Tirtawening Kota Bandung (Sumber : website PDAM Tirtawening Kota Bandung [PDA12])

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Pelanggan PDAM Tirtawening Kota Bandung (Sumber : website PDAM Tirtawening Kota Bandung [PDA12]) BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, lingkup masalah, maksud dan tujuan Tugas Akhir, metode penelitian dan sistematika laporan Tugas Akhir. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari uraian latar belakang yang mendasari pembuatan tugas akhir, pengenalan masalah yang dibahas didalam tugas akhir, manfaat maupun tujuan penelitian yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki standar yang berbeda-beda bagi setiap orang atau kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki standar yang berbeda-beda bagi setiap orang atau kelompok. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan dengan perkembangan jaman yang semakin maju, perhatian akan peningkatan kepuasan konsumen sedang menjadi fokus perhatian. Pada umumnya konsumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian ini dijelaskan aktifitas yang dilakukan dalam melakukan penelitian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: 1) Perancangan Skenario; dan 2) Penerapan Skenario. 3.1. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Indonesia dalam mempertahankan buyers pada event GCA-Biz Matching. customer relations yang dilaksanakan oleh PT Hebronstar Indonesia

BAB IV PENUTUP. Indonesia dalam mempertahankan buyers pada event GCA-Biz Matching. customer relations yang dilaksanakan oleh PT Hebronstar Indonesia BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian Customer relations PT Hebronstar Indonesia dalam mempertahankan buyers pada event GCA-Biz Matching Program 2016, peneliti menemukan beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan antar bank semakin ketat dalam merebut nasabah serta mempertahankan pangsa pasar yang ada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era persaingan yang semakin ketat khususnya pada industri telekomunikasi dan teknologi informasi, perusahaan perlu untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICE DAN LOYALITAS NASABAH PADA BANK BRI UNIT VETERAN BANJARMASIN

KUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICE DAN LOYALITAS NASABAH PADA BANK BRI UNIT VETERAN BANJARMASIN ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 17, No. 2, Nov 2017: 79-147 KUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICE DAN LOYALITAS NASABAH PADA BANK BRI UNIT VETERAN BANJARMASIN Sri Imelda (1) (1) Staf Pengajar

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 SISTEM PENGOLAHAN TRANSAKSI PENJUALAN, PEMBELIAN, DAN PERSEDIAAN SPAREPART MOTOR PADA CV. SAFIRA LAJU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian agar hasil yang dicapai tidak menyimpang dari tujuan yang akan dicapai. Dalam penulisan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang dilancarkan oleh Public Relations mempunyai ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang dilancarkan oleh Public Relations mempunyai ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan komunikasi memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan Public Relations. Berbeda dengan jenis komunikasi lainnya, komunikasi yang dilancarkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok bagi hampir semua bidang usaha. Hal itu disebabkan berbagai peralatan yang digunakan sebagai sarana produksi atau sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis cluster merupakan salah satu alat yang penting dalam pengolahan data statistik untuk melakukan analisis data. Analisis cluster merupakan seperangkat metodologi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melakukan analisis dan perancangan sistem e-crm yang telah dilakukan oleh penulis terhadap PT. Herona Express, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan fungsi kinerja perusahaan untuk mencapai kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peraturan pemerintah nomor 23 tahun 1994 tanggal 23 Juni 1994 status PLN berubah dari perusahaan umum listrik negara (umum), perubahan status tersebut dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. kinerja PT PLN APJ Yogyakarta dalam memberikan sesuai dengan indikator yang

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. kinerja PT PLN APJ Yogyakarta dalam memberikan sesuai dengan indikator yang BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN VIII.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, yang telah diuraian pada bab V sampai bab VI maka dapat diambil kesimpulan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern yang serba digital ini perangkat elektronik menjadi alat yang berperan penting dalam membantu kehidupan manusia. Setiap hari kita menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Menggunakan Metode Fuzzy C-Means Clustering, dapat diambil kesimpulan

BAB V PENUTUP. Menggunakan Metode Fuzzy C-Means Clustering, dapat diambil kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari serangkaian uji coba dan analisa yang telah dilakukan pada aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pengadaan Buku Perpustakaan STIKOM Surabaya Menggunakan Metode Fuzzy C-Means

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kekuatan dan kelemahan Javapuccino cafe sebagai berikut : a. Lokasi yang letaknya cukup strategis. Jauh dari kebisingan.

BAB V PENUTUP. kekuatan dan kelemahan Javapuccino cafe sebagai berikut : a. Lokasi yang letaknya cukup strategis. Jauh dari kebisingan. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Untuk menganalisa lingkungan perusahaan, akan dibagi menjadi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal menggunakan pendekatan value chain analysis sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor jasa belakang ini mengalami perkembangan yang cukup pesat belakang ini dibandingkan sebelumnya. Hal ini terlihat dari kontribusi terhadap perekonomian dunia

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means

Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means Ferdian Dwi Yuliansyah Fakultas Teknologi Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Pada zaman modern saat ini, perkembangan dunia teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Pada zaman modern saat ini, perkembangan dunia teknologi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pada zaman modern saat ini, perkembangan dunia teknologi dan komunikasi sudah sangat pesat dan sangat mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Teknologi dan

Lebih terperinci

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS

6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS BAB VI ANALISA STRATEGI BERSAING AXIS Telekom Indonesia 6.1. Strategi yang telah dilakukan AXIS AXIS saat ini merupakan perusahaan telekomunikasi selular no 4 di Indonesia, di atasnya adalah Telkomsel,

Lebih terperinci

C R M. Customer Relationship Management

C R M. Customer Relationship Management C R M Customer Relationship Management CRM CRM Singkatan dari Customer Relationship Management / Manajemen Hubungan Pelanggan. Merupakan strategi pemasaran yang saat ini marak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1. PENDAHULUAN Bab 1 menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah dan sistematika pembahasan penelitian tugas akhir. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring

Lebih terperinci

Waktu yang lebih efisien. Lebih Aman. Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network

Waktu yang lebih efisien. Lebih Aman. Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network Memahami dan Memilih Tool Manajemen Network Mengapa memahami dan memilih Tool Manajemen network begitu penting? antara pemakaian dan performa berbagai macam tool manajemen network dalam grafik ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan di lingkungan bisnis sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan di lingkungan bisnis sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan di lingkungan bisnis sudah semakin cepat dan persaingannya yang semakin ketat di dalam industri. Hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menetapkan kemudahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menetapkan kemudahan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang menetapkan kemudahan bagi pendirian bank-bank umum swasta nasional pada tahun 1988 yang salah satu tujuannya untuk mempercepat

Lebih terperinci