V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Perkembangan Wilayah Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan, yang bertujuan untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah. Salah satu penilaian tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat berdasarkan ketersediaan sarana-prasarana yang dimiliki. Wilayah yang berkembang diindikasikan dengan tersedianya sarana-prasarana yang paling memadai dari segi jumlah maupun jumlah jenisnya, dan dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya. Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah diantaranya adalah metode indeks entropy, tipologi Klassen (matriks Klassen) dan metode skalogram seperti yang digunakan dalam analisis ini. Ketersediaan sarana prasarana suatu wilayah baik dari segi jumlah maupun jumlah jenisnya, merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk menggambarkan perkembangan wilayah. Metode analisis skalogram yang dilakukan mengelompokkan wilayah kedalam 3 hierarki. Tingkat perkembangan wilayah dalam analisis ini berupa unit kecamatan di 5 kabupaten perbatasan. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu sebanyak 90 kecamatan. Hierarki wilayah tercermin dari nilai Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) dan jumlah jenis fasilitas. Semakin tinggi IPK dan semakin banyak jumlah jenis fasilitas yang dimiliki maka semakin berkembang suatu kecamatan. Kecamatan tersebut merupakan hierarki 1 dan menjadi pusat pelayanan bagi kecamatan sekitarnya yang memiliki IPK dan jumlah jenis fasilitas yang lebih rendah. Menurut Budiharsono (2001), metode ini mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : (1) Memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas pelayanan; (2) Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah; (3) Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan; (4)

2 54 Memperlihatkan hierarki pemukiman atau wilayah; (5) Secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan memantaunya. Hasil analisis skalogram dapat dilihat pada Lampiran 1 dimana diperoleh IPK berkisar antara 17,90 103,57 dan jumlah jenis fasilitas yang dimiliki masing-masing kecamatan berkisar 7-37 jenis fasilitas tiap kecamatan. Pengkelasan hierarki dilakukan berdasarkan nilai selang IPK terhadap standar deviasi IPK dan nilai rataannya seperti yang telah di kemukakan pada Bab Metodologi Penelitian dalam Tabel 4. Hierarki 1 memiliki selang nilai IPK lebih dari (rataan +(2*St Dev IPK)), kecamatan ini dapat dikatakan memiliki ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan umum yang memadai dan lebih maju dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan dengan hierarki 1 dapat menjadi pusat pelayan bagi kecamatan hierarki 2 ataupun hierarki 3. Nilai IPK hierarki 1 berkisar 114,04-75,85. Hierarki 2 memiliki selang nilai IPK kurang dari (rataan +(2xSt Dev IPK)) namun masih di atas rata-rata nilai IPK, nilai IPK hirarki 2 berkisar 68,85-41,16. Kecamatan ini memiliki ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan umum relatif lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan pada hierarki 1. Hierarki 3 merupakan kecamatan yang memiliki nilai IPK paling rendah dan dibawah rata-rata IPK. Hal ini berarti bahwa kecamatan yang tergolong dalam hierarki 3 belum memiliki ketersedian sarana-prasarana yang memadai di bandingkan dengan kecamatan lain, dan atau jarak menuju tempat saranaprasarana tersebut jauh. Nilai hirarki 3 pada analisis ini berkisar 34,49-17,31 Berikut adalah Tabel 15 yang menyajikan secara ringkas jumlah dan persentase hierarki kecamatan berdasarkan hasil analisis skalogram. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Hirarki Kecamatan Kabupaten Perbatasan Keseluruhan HIERARKI Kecamatan Kecamatan Perbatasan Jumlah Persen Jumlah Persen 1 5 5, , , , ,54 Jumlah Sumber: Hasil Analisis PODES

3 55 Sebaran hierarki kecamatan di kabupaten perbatasan masih didominasi oleh hierarki 2 sebesar 33,33% dan hierarki 3 sebesar 61,11%, sedangkan hierarki 1 hanya sebesar 5,56% atau sebanyak 5 kecamatan dari 90 jumlah keseluruhan kecamatan di 5 kabupaten perbatasan. Kecamatan yang termasuk dalam hierarki 1 diantaranya terdiri dari kecamatan yang merupakan ibukota kabupaten seperti Kecamatan Sintang ibu kota Kabupaten Sintang, Kecamatan Bengkayang ibukota Kabupaten Bengkayang, dan Kecamatan Putussibau Selatan yang merupakan ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan ibukota kabupaten yang memiliki sarana-prasarana yang lebih memadai dibandingkan dengan kecamatan lainnya merupakan suatu hal yang wajar karena merupakan pusat pemerintahan bagi tiap kabupaten. Pada Kabupaten Sambas kecamatan yang menempati hierarki 1 adalah Kecamatan Pemangkat dan Sungai Raya, kedua kecamatan tersebut memiliki hierarki yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Sambas yang merupakan ibukota kabupaten. Kedua kecamatan tersebut lebih berkembang dikarenakan dari segi akses yang lebih dekat dari Kota Pontianak dan memiliki sektor pariwisata pantai yang menjadi tujuan wisata bagi masyarakat di Kalimantan Barat. Kecamatan Pemangkat dan Kecamatan Sungai Raya memiliki jumlah maupun jumlah jenis fasilitas yang lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan Sambas, selain itu faktor jarak menuju Kecamatan Sambas yang lebih jauh menyebabkan Kecamatan Sambas menempati hierarki 2. Pada Kabupaten Sanggau, tidak satupun kecamatannya yang menempati hierarki 1 meskipun Kecamatan Kapuas yang merupakan ibukota Kabupaten. Ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, Kabupaten Sanggau memiliki tingkat perkembangan wilayah yang relatif rendah, ditandai dengan ibukota kabupatennya sendiri memiliki jumlah maupun jumlah jenis fasilitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan kecamatan lain. Kecamatan Entikong yang merupakan kecamatan perbatasan merupakan kecamatan yang memiliki hierarki tertinggi di Kabupaten Sanggau, yaitu hierarki 2. Berdasarkan ketersediaan sarana-prasarana wilayah tingkat perkembangan kecamatan yang terdapat di 5 kabupaten perbatasan masih relatif rendah dan bahkan kurang berkembang karena sarana-prasarana yang masih belum memadai.

4 56 Hal ini tidak hanya terjadi di kecamatan perbatasan tetapi juga di kecamatan nonperbatasan. Dari 30 kecamatan yang termasuk kedalam hierarki 2, 5 kecamatan diantara merupakan kecamatan perbatasan yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia. Kecamatan perbatasan tersebut adalah Kecamatan Sajingan Besar (Kabupaten Sambas), Kecamatan Putussibau Utara, Kecamatan Batang Lupar (Kabupaten Kapuas Hulu), Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam (Kabupaten Sanggau). Kecamatan Sajingan besar tergolong kedalam hierarki 2 karena di kecamatan tersebut terdapat Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) untuk Kabupaten Sambas sehingga mengalami percepatan pembangunan terutama dari segi sarana-prasarana pendukung PPLB, begitu juga dengan Kecamatan Entikong yang terdapat keberadaan lokasi PPLB untuk Kabupaten Sanggau. Kecamatan lain seperti Kecamatan Putussibau Utara, dan Kecamatan Batang Lupar juga tergolong kedalam hierarki 2 dikarenakan letak kecamatan perbatasan tersebut paling dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten, dan kecamatan Puttusibau Utara merupakan pemekaran dari ibukota Kabupaten yaitu Kecamatan Putussibau Selatan. Hierarki 3 merupakan hierarki yang paling mendominasi di kecamatan kabupaten perbatasan dengan persentase sebesar 61,11% atau sebanyak 55 kecamatan dari 90 keseluruhan kecamatan di 5 kabupaten perbatasan. Terdapat 8 kecamatan perbatasan dari berbagai kabupaten yang tergolong kedalam hierarki 3. Kecamatan tersebut diantaranya adalah Kecamatan Paloh (Kabupaten Sambas), Kecamatan Jadoi Babang, Kecamatan Siding (Kabupaten Bengkayang), Kecamatan Ketungau Tengah, Kecamatan Ketungau Hulu (Kabupaten Sintang) Kecamatan Puring Kencana, Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Badau (Kabupaten Kapuas Hulu). Kecamatan Jagoi Babang di Kabupaten Bengkayang, Kecamatan Ketungau Hulu di Kabupaten Sintang dan Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kecamatan dimana tempat dibangunnya PPLB. Namun dari segi sarana-prasarana masih relatif rendah di bandingkan dengan Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Entikong.

5 57 Hasil analisis skalogram secara spasial dapat dilihat pada Gambar 11 Peta Sebaran Hierarki Kecamatan. Warna Hijau menunjukkan kecamatan yang tingkat perkembangan wilayahnya paling tinggi atau hierarki 1, warna kuning yang menunjukkan hierarki 2, sedangkan warna merah menunjukkan tingkat perkembangan wilayah paling rendah yaitu hierarki 3. Berdasarkan hasil analisis tingkat perkembangan wilayah kecamatan di kabupaten perbatasan, tidak dapat dikatakan bahwa kecamatan-kecamatan perbatasan memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan non-perbatasan. Beberapa kecamatan nonperbatasan bahkan memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan perbatasan. Peta sebaran hierarki kecamatan di kabupaten perbatasan memperlihatkan bahwa, pola sebaran hierarki 2 maupun hierarki 3 tersebar pada kecamatan yang lokasinya jauh dari masing-masing ibukota kabupaten, namun pengecualian untuk kecamatan perbatasan yang menjadi lokasi dibangunnya PPLB. Pada kecamatan tempat lokasi PPLB dibangun, cenderung memiliki hierarki yang lebih tinggi meskipun terletak jauh dari ibukota kabupatennya. Hal ini terjadi karena pada Kecamatan tersebut terjadi pecepatan pembangunan terutama dalam hal saranaprasarana untuk menunjang PPLB. Keseluruhan hasil analisis analisis skalogram terhadap kecamatan yang terdapat di 5 kabupaten perbatasan dapat disimpulkan bahwa sarana-prasarana di kecamatan kabupaten perbatasan belum memadai, terlebih lagi di kecamatan yang lokasinya jauh dari pusat ibukota kabupaten. Pembangunan sarana-prasarana berupa jalan sangat penting untuk menciptakan interkasi antar kecamatan di kabupaten perbatasan dan membuka keterisolasian beberapa kecamatan yang tertinggal. Penelitian terbaru di Cina yang dilakukan oleh Fan dan Zhang (2004) telah menunjukkan bahwa investasi dalam bentuk pembangunan infrastruktur publik memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan produktivitas pedesaan, dan lebih lanjut menyatakan bahwa investasi di jalan pedesaan memiliki keuntungan yang lebih tinggi dari investasi jalan raya. Menurut Fan et al. (2004) jika pemerintah ingin mengelola ketidaksetaraan daerah yang tumbuh di Cina, maka investasi dalam infrastruktur publik di daerah tertinggal harus menjadi prioritas kebijakan penting.

6 58 Pembangunan sarana-prasarana infrastruktur terutama jalan sangat penting bagi kecamatan di kabupaten perbatasan yang sebagian besar masih tertinggal. Peranan sarana-prasarana maupun jalan tidak hanya dapat membuka keterisolasian daerah yang masih tertinggal tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemajuan wilayah Identifikasi Sektor Unggulan Perencanaan pembangunan wilayah dari aspek ekonomi adalah penentuan peranan sektor-sektor pembangunan dalam mencapai target pembangunan yaitu pertumbuhan. Terpenuhinya potensi-potensi pembangunan sesuai kapasitas pembangunan setiap wilayah yang beragam memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal bagi masyarakat di wilayah tersebut. Penentuan peranan sektorsektor pembangunan dalam hal ini sektor unggulan (leading sektor) diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian suatu wilayah, dan memberikan efek yang positif bagi kemajuan aktivitas perekonomian daerah. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya (Rustiadi et al. 2009). Analisis sektor unggulan ini penting sebagai dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pembangunan. Mengoptimalkan sektor unggulan yang dimiliki suatu wilayah, akan memberikan efek yang positif bagi kemajuan aktivitas perekonomian daerah dan kemajuan suatu wilayah. Hasil analisis SSA secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis LQ kabupaten perbatasan tertera pada Tabel 16. Nilai LQ>1 pada masing-masing sektor mengidentifikasikan basis sektor disuatu wilayah, dengan kata lain aktivitas sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan sektor tersebut di daerahnya sendiri dan bahkan mampu untuk memenuhi kebutuhan daerah sekitar (ekspor). Sektor tersebut dikatakan sektor basis dan berpotensi sebagai sektor unggulan. Sektor-sektor dengan LQ>1 perlu lebih dikembangakan secara optimal dan dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan pembangunan wilayah kecamatan berbasis potensi lokal untuk memacu pertumbuhan kecamatan.

7

8 Gambar 11. Peta Sebaran Hierarki Kecamatan di Kabupaten Perbatasan

9

10 60 Tabel 16. Hasil Analisis LQ Kabupaten Perbatasan tahun 2008 PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KABUPATEN Kabupaten Sambas 1,05 0,16 0,84 1,21 0,41 1,24 1,24 1,28 0,69 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JS. PRSH. Kabupaten Bengkayang 1,15 1,20 0,36 0,44 1,05 1,13 0,79 1,02 0,89 Kabupaten Sanggau 0,92 0,82 1,95 0,92 0,62 0,81 0,76 0,66 1,07 Kabupaten Sintang 1,02 2,42 0,75 1,11 0,97 1,02 0,92 0,78 1,13 Kabupaten Kapuas Hulu 0,85 0,95 0,32 1,06 3,29 0,68 1,28 1,40 1,49 Sumber: Data Kabupaten Dalam Angka Tahun 2009 (diolah) Berdasarkan sektor basis dengan unit analisis kabupaten dapat dilihat bahwa sektor basis Kabupaten Sambas diantaranya adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (LQ=1,28), sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan telekomunikasi (LQ=1,24), sektor listrik, gas dan air bersih (LQ=1,21), serta sektor pertanian (LQ=1,05). Kabupaten Bengkayang memiliki sektor basis berupa sektor pertambangan dan penggalian (LQ=1,20), sektor pertanian (LQ=1,15), sektor perdagangan, hotel dan restoran (LQ=1,13), sektor bangunan (LQ=1,05), dan sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan (LQ=1,02). Kabupaten Sanggau hanya memiliki 2 sektor basis berupa sektor industri pengolahan (LQ=1,95) dan sektor jasa (LQ=1,07). Kabupaten Sintang memiliki sektor basis berupa sektor pertambangan dan penggalian (LQ=2,42), sektor jasa (LQ=1,13), sektor listrik, gas dan air bersih (LQ=1,11), sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai LQ yang sama (LQ=1,02). Sektor basis Kabupaten Kapuas Hulu terdiri dari sektor bangunan (LQ=3,29), sektor jasa (LQ=1,49), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (LQ=1,40) sektor pengangkutan dan telekomunikasi (LQ=1,20) serta sektor listrik, gas dan air bersih (LQ=1,06). Perekonomi di kabupaten perbatasan lebih diakibatkan karena berkembangnya sektor tersier seperti sektor pengangkutan, keuangan dan jasa dibandingkan dengan sektor primer berupa sektor pertanian maupun pertambangan. Lebih berkembangnya sektor tersier pada suatu daerah JASA-JASA

11 61 dibandingkan dengan sektor primer maupun sektor sekunder mengindikasikan adanya pengurasan sumberdaya di kabupaten tersebut atau yang lebih dikenal dengan kebocoran regional dan akan menyebabkan disparitas antar wilayah. Kriteria lain dalam menentukan apakah suatu sektor merupakan sektor unggulan adalah dengan Shift Share Analysis (SSA) pada komponen DS. Analisis ini menggunakan PDRB kecamatan sehingga hanya dapat dilakukan pada 3 kabupaten perbatasan saja. Kabupaten Sambas menghasilkan nilai RS sebesar 0,12, Kabupaten Sanggau menghasilkan nilai RS 0,11, sedangkan Kabupaten Kapuas Hulu menghasilkan nilai RS 0,15. Kabupaten Kapuas Hulu mengalami pertumbuhan ekonominya dari tahun yang paling baik dibandingkan dengan Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau. Tabel 17 menunjukkan nilai Regional share, Proportional Shift masing-masing sektor. Tabel 17. Tabel Hasil Analisis SSA 3 Kabupaten Perbatasan Tahun KABUPATEN Regional Share (RS) PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN Proporsional Shift (PS) LISTRIK DAN AIR MINUM BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN SAMBAS 0,125-0,011 0,146 0,011 0,020 0,035 0,000 0,016-0,031 0,062 SANGGAU 0,112-0,032 0,074-0,036 0,090 0,128 0,021 0,049 0,046 0,129 KAPUAS HULU 0,153-0,074-0,023-0,048 0,021 0,151-0,014 0,031-0,016 0,005 Sumber: Hasil Analisis PDRB Kabupaten Nilai Proportional Shift positif selain menunjukan adanya pertumbuhan sektor tersebut pada suatu kabupaten, juga menunjukkan sifat kompetitif terhadap sektor yang sama di 2 kabupaten lainnya, dan memiliki andil dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten sambas diakibatkan oleh 6 sektor, terutama sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai Proportional Shift sebesar 0,146. Pada Kabupaten Sanggau pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh 4 sektor, terutama sektor jasa dengan nilai Proportional Shift sebesar 0,129. Kabupaten Kapuas Hulu peningkatan perekonomian di sebabkan oleh 4 sektor terutama sektor bangunan dengan Proportional Shift sebesar 0,151. JASA-JASA

12 62 Pada Tabel 17 sektor pertanian bernilai negatif di 3 kabupaten perbatasan, nilai negatif menunjukkan bahwa sektor pertanian di kabupaten tersebut tidak mengalami peningkatan tapi mengalami penurunan dalam menyumbangkan total PDRB masing-masing kabupaten. Pertumbuhan ekonomi pada tahun di 3 kabupaten perbatasan disumbangkan oleh pertumbuhan sektor listrik dan air minum, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa. sektor pertambangan mengalami pertumbuhan di Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau. Sektor industri mengalami pertumbuhan di Kabupaten Sambas, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan di Kabupaten Sanggau. Dibandingkan dengan Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sanggau mengalami pertumbuhan ekonomi dibanyak sektor, kecuali sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Penentuan suatu sektor sebagai sektor unggulan atau bukan, dapat dilihat dengan mengkombinasikan hasil analisis LQ dengan analisis SSA yaitu nilai komponen Differential Shift dengan bantuan matrik kuadran pada Gambar 12. Matrik Kuadran LQ dan SSA. Gambar 12. Matrik Kuadran LQ dan SSA

13 63 Matrik diatas terdiri dari 4 kuadran yang masing-masing memiliki makna yang berbeda. Kuadaran I memiliki nilai LQ>1 dan nilai SSA berupa komponen Differential Shift positif dan merupakan sektor unggulan, kuadran II memiliki nilai LQ<1 dan nilai SSA berupa komponen Differential Shift positif, pada kuadran ini sektor bukan merupakan sektor unggulan, namun bersifat kompetitif, kuadran III memiliki nilai LQ>1 namun nilai SSA berupa komponen Differential Shift negatif, pada kuadran ini sektor juga bukan merupakan sektor unggulan, namun merupakan sektor basis, sedangkan pada kuadran IV nilai LQ<1 dan nilai SSA berupa komponen Differential Shift negatif, pada kuadran IV ini sektor bukan sektor basis maupun komparatif. 1. Kabupaten Sambas Analisis LQ kecamatan di Kabupaten Sambas dapat dilihat pada Tabel 18, sama halnya dengan hasil analisis LQ kabupaten, masing-masing kecamatan di Kabupaten Sambas memiliki sektor basis yang berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang dimiliki masing-masing kecamatan. Secara umum sektor basis di Kabupaten Sambas berupa sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewasaan dan jasajasa perusahaan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pemusatan aktivitas masing-masing sektor tersebut tersebar pada 6-13 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sambas. Sektor Pertanian merupakan sektor basis dihampir semua kecamatan yaitu pada 13 kecamatan kecuali Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Sambas, dan Kecamatan Sajad. Basis sektor pengangkutan dan komunikasi tersebar di 7 kecamatan, sedangkan basis sektor keuangan, persewasaan dan jasajasa perusahaan dan sektor perdagangan tersebar di 6 kecamatan di Kabupaten Sambas. Banyaknya sektor yang menjadi sektor basis dalam satu kecamatan juga dapat menggambarkan perkembangan kecamatan tersebut, dengan kata lain bahwa semakin beragam basis aktivitas di satu kecamatan, maka kecamatan tersebut akan semakin berkembang. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pemangkat dengan

14 64 7 sektor basis, Kecamatan Sambas dan Jawai Selatan dengan 6 sektor basis dan Kecamatan Tebas dengan 5 sektor basis. Tabel 18. Hasil Analisis LQ Kecamatan Kabupaten Sambas 2008 PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KECAMATAN SELAKAU 1,35 0,09 0,38 0,01 0,50 0,96 0,41 0,84 0,58 SELAKAU TUA * * * * * * * * * PEMANGKAT 0,81 1,11 1,25 1,86 1,06 1,15 1,03 0,99 1,09 SEMPARUK 1,26 0,00 0,10 0,00 0,65 0,80 3,76 0,50 0,42 SALATIGA * * * * * * * * * TEBAS 1,01 0,21 0,47 0,91 1,19 1,12 1,04 1,34 0,92 TEKARANG 1,19 0,14 0,48 0,00 0,82 0,86 1,90 1,08 0,70 SAMBAS 0,34 0,75 2,22 1,49 2,60 0,97 1,84 1,55 1,99 SUBAH 1,44 0,37 0,57 0,48 0,45 0,87 0,38 0,51 0,33 SEBAWI 0,69 18,26 1,29 0,00 1,52 1,38 0,23 0,96 0,48 SAJAD 0,73 0,00 1,66 0,00 0,88 1,43 0,15 0,81 0,50 JAWAI 1,17 0,79 0,70 1,03 0,16 1,20 0,34 0,49 0,58 JAWAI SELATAN 1,06 6,64 0,49 0,00 1,05 0,78 1,88 1,36 1,49 TELUK KERAMAT 1,12 0,13 0,70 1,17 0,68 0,94 0,73 1,17 1,17 GALING 1,96 0,00 0,26 0,00 0,28 0,29 0,26 0,31 0,35 TANGARAN 1,17 0,00 0,93 0,00 0,35 1,14 0,08 0,59 0,58 SEJANGKUNG 1,24 1,12 2,06 0,80 0,26 0,52 0,47 0,79 0,50 SAJINGAN BESAR** 1,30 0,00 0,30 0,22 0,63 0,53 1,46 1,28 2,18 PALOH** 1,27 1,81 0,41 0,70 0,44 0,97 0,88 0,62 0,88 LISTRIK DAN AIR MINUM BANGUNAN Sumber : Hasil Analisis PDRB Kabupate Sambas Ket: * = Tidak ada data ** = Kecamatan perbatasan = LQ>1 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Analisis SSA pada unit kecamatan di Kabupaten Sambas menggambarkan kemampuan kompetitif atau kemampuan bersaing sektor tertentu di suatu kecamatan dibandingkan dengan sektor yang sama pada kecamatan lainnya yang masih terdapat dalam kabupaten tersebut. Komponen yang digunakan untuk melihat sifat kompetitif sektor dalam analisis SSA berupa komponen Differential Shift (DS). Sektor yang memiliki kemampuan kompetitif di suatu kecamatan ditunjukkan dengan nilai yang positif yang berarti sektor tersebut berpotensi JASA-JASA

15 65 dikembangkan di kecamatan tersebut meskipun faktor-faktor eksternal (komponen Regional Share dan Proportional shift) tidak mendukung. Berikut adalah Tabel 19 yang menunjukkan kemampuan kompetitif sektor pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sambas. Tabel 19. Hasil Analisis Differensial Shift Kecamatan Kabupaten Sambas Tahun KECAMATAN PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR MINUM BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA SELAKAU -0,02-0,24 0,00-0,14-0,01-0,02-0,01-0,02-0,03 SELAKAU TUA * * * * * * * * * PEMANGKAT 0,00-0,01 0,00-0,01 0,01 0,02 0,00 0,02 0,01 SEMPARUK -0,02-0,27 0,00-0,15 0,01 0,01 0,01-0,02-0,04 SALATIGA * * * * * * * * * TEBAS 0,02-0,06 0,00 0,00 0,01 0,03 0,01 0,00-0,02 TEKARANG 0,02-0,07-0,01-0,15-0,01 0,03-0,04-0,02-0,04 SAMBAS -0,01 0,08 0,00 0,02 0,00-0,01 0,01 0,02 0,02 SUBAH 0,04-0,16-0,01 0,03-0,03 0,00 0,01-0,03-0,03 SEBAWI 0,06-0,01-0,02-0,15-0,02 0,00-0,01-0,02-0,03 SAJAD 0,07-0,27-0,02-0,15-0,04-0,04-0,03-0,03-0,02 JAWAI -0,03-0,02 0,00-0,01-0,02 0,00 0,00-0,01-0,01 JAWAI SELATAN -0,01 0,00 0,01-0,15-0,01-0,01-0,03-0,03-0,01 TELUK KERAMAT -0,03 0,00 0,00 0,02 0,00-0,02-0,01-0,01-0,01 GALING 0,06-0,27-0,02-0,15-0,05 0,01 0,00-0,02-0,02 TANGARAN -0,02-0,27-0,02-0,15-0,02-0,02 0,00-0,02-0,03 SEJANGKUNG 0,02 0,00 0,00 0,02-0,02-0,03-0,01-0,02-0,01 SAJINGAN BESAR** 0,03-0,27 0,00 0,06 0,13 0,03 0,01-0,01 0,00 PALOH** 0,00 0,02 0,01-0,03 0,01-0,03-0,02-0,02-0,01 PALOH** 0,00 0,02 0,01-0,03 0,01-0,03-0,02-0,02-0,01 Sumber: Hasil Analisis PDRB Kecamatan Kabupaten Sambas Ket: * = Tidak ada data ** = Kecamatan perbatasan = SSA DS + Pada Kecamatan Selakau, Kecamatan Jawai, dan Kecamatan Tangaran tidak terdapat satu sektor pun yang berpotensi secara lokal untuk dikembangkan. Aktivitas di kecamatan tersebut lebih dipengaruhi oleh aktivitas sektor di kecamatan sekitarnya dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sambas. Kecamatan ini apabila berdiri sendiri tanpa ada komponen Regional Share dan

16 66 Proportional Shift maka akan mengalami kemunduran karena tidak ada potensi lokal yang dapat dikembangkan. Sektor pertanian secara lokal merupakan sektor yang berpotensi dikembangkan di banyak kecamatan di Kabupaten Sambas, selain itu juga terdapat sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil analisis sektor unggulan di Kabupaten Sambas menunjukkan bahwa sektor unggulan di hampir semua kecamatan sudah berbasis sumberdaya yaitu sektor pertanian, sedangkan sektor pertambangan hanya di 2 kecamatan. Pertumbuhan ekonomi kecamatan yang baik terlihat dari besarnya nilai PDRB dan besarnya nilai PDRB tersebut tidak hanya disumbangkan oleh satu atau dua sektor unggulan saja tapi dari banyak sektor unggulan. Semakin banyak sektor unggulan dalam suatu kecamatan, akan semakin baik perekonomian dikecamatan tersebut seperti pada Kecamatan Sambas dan Kecamatan Pemangkat. Kecamatan yang tidak memiliki satupun sektor unggulan akan lebih tertinggal dibandingkan dengan kecamatan lainnya, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Tangaran, Kecamatan Sajad, Kecamatan Sebawi, dan Kecamatan Selakau. Sektor Unggulan tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA dapat dilihat pada Gambar 13 berikut. Gambar 13. Grafik sektor Unggulan Kabupaten Sambas

17 67 a. Sektor Pertanian Sektor pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Sambas berupa sektor pertanian tanaman pangan (tabama) dengan komoditas padi sawah maupun padi ladang dengan total luas panen sebesar Ha dan rata-rata produksi tahun 2008 sebesar 33 Kw/Ha. Luas panen tersebut mengalami peningkatan kurang lebih sebesar 4000 Ha dari tahun Pada Kabupaten Sambas sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kecamatan Tebas, Kecamatan Tekarang, Kecamatan Subah, Kecamatan Galing, Kecamatan Sejangkung, Kecamatan dan Sajingan Besar. Komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan berupa padi, ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan kacang-kacangan. Kabupaten Sambas merupakan penghasil komoditas jeruk terbesar di Kalimantan Barat dengan produksi pada tahun 2008 sekitar Ton/Tahun. Pada subsektor pertanian berupa perkebunan, komoditas unggulannya berupa karet, kelapa dalam, kelapa sawit, dan beberapa komoditas lain yaitu kopi, lada dan sagu. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor unggulan yang hanya terdapat di Kecamatan Paloh. Bahan tambang yang terdapat dikedua kecamatan tersebut adalah timah hitam (galena), tembaga, dan antimoni yang digunakan sebagai bahan campuran antigores, korek api, obat-obatan, dan pipa. c. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan di Kabupaten Sambas menjadi unggulan di Kecamatan Sambas yang merupakan ibukota kabupaten dan Kecamatan Pemangkat. d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik dan air minum merupakan sektor unggulan di Kecamatan Sambas dan Kecamatan Teluk Keramat. e. Sektor Bangunan Sektor Bangunan merupakan sektor unggulan bagi Kecamatan Pemangkat, dan Kecamatan Tebas.

18 68 f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor unggulan di Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Jawai dan Tebas. Sektor ini berkembang karena Kecamatan Pemangkat memiliki wisata pantai Tanjung Dato, Pantai Tanjung Batu yang menjadi salah satu tujuan wisata bagi masyarakat di Kalimantan Barat. Di Kecamatan Jawai terdapat Pantai Bukit Raya Putri Serai, dan lain-lain. Pada Kecamatan Sambas yang merupakan ibukota kabupaten yang memiliki sarana-prasarana yang yang lebih baik sehingga memungkinkan sektor ini menjadi unggulan. g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan yang terdapat di Kecamatan Pemangkat, Kecamatan Semparuk, Kecamatan Tebas, Kecamatan Sambas, dan Kecamatan Sajingan Basar. Sektor ini menjadi unggul terutama di Kecamatan Pemangkat dan Kecamatan Sambas yang merupakan ibukota kabupaten dengan kelengkapan sarana-prasarana terutama jalan. Selain itu pada Kecamatan Pemangkat dan Kecamatan Semparuk, dikarenakan keberadaan objek tujuan wisata sehingga terjadi aliran masa yang membuat sektor ini pengangkutannya berkembang. h. Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa-Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan yang terdapat di Kecamatan Tebas, dan Kecamatan Sambas. i. Sektor Jasa Sektor jasa termasuk sektor tersier yang biasanya berkembang di perkotaan seperti ibu kota negara, ibukota provinsi, maupun ibukota kabupaten. Pada Kabupaten Sambas sektor jasa merupakan sektor unggulan di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Sambas dan di Kecamatan Pemangkat yang memiliki tingkat perkembangan wilayah lebih baik. Khusus untuk kecamatan perbatasan di Kabupaten Sambas, Yaitu Kecamatan Sajingan Besar hanya memiliki 2 sektor unggulan saja yaitu pada sektor pertanian dan sektor pengangkutan dan komunikasi, sedangkan untuk Kecamatan Paloh berupa sektor pertambangan dan penggalian.

19 69 2. Kabupaten Sanggau Secara umum sektor basis di Kabupaten Sanggau berupa sektor keuangan, persewasaan dan jasa-jasa perusahaan, sektor jasa, sektor bangunan, sektor pertanian, dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Pemusatan aktivitas masingmasing sektor tersebut tersebar pada 7-11 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau. Sektor keuangan, persewasaan dan jasa-jasa perusahaan merupakan sektor basis hampir disemua kecamatan yaitu pada 11 kecamatan kecuali Kecamatan Meliau, Kecamatan Mukok, dan Kecamatan Kembayan. Basis sektor jasa dan sektor bangunan tersebar di 7 kecamatan, sedangkan basis sektor pertanian dan sektor pengangkutan dan komunikasi masing-masing tersebar di 8 dan 7 kecamatan di Kabupaten Sanggau. Banyaknya sektor yang menjadi sektor basis dalam satu kecamatan juga dapat menggambarkan perkembangan kecamatan tersebut. Pada Kabupaten Sanggau banyaknya sektor basis yang dimiliki masing-masing kecamatan ralatif sama yaitu rata-rata memiliki 4-5 sektor basis dalam satu kecamatan. Kecamatan Meliau dan Kecamatan Mukok yang hanya memiliki 2 sektor basis, namun pada kecamatan perbatasan di Kabupaten Sanggau, Kecamatan Sekayam dan Entikong masing-masing memiliki 6 sektor basis di wilayah kecamatannya. Ini menandakan bahwa dari segi kontribusi terhadap PDRB total kabupaten, kecamatan perbatasan ini lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan non-perbatasan lainnya. Khusus pada kecamatan perbatasan di Kabupaten Sanggau yaitu Kecamatan Entikong dan Kecamatan Sekayam sama-sama memiliki 6 sektor basis yang sama, yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sektor basis masing-masing kecamatan dalam Kabupaten Sanggau berdasarkan hasil analisis LQ disajikan dalam Tabel 20.

20 70 Tabel 20. Hasil Analisis LQ Kecamatan Kabupaten Sanggau 2008 (Lanjutan) KECAMATAN PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR MINUM BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN TOBA 1,63 0,00 0,01 0,25 1,67 0,88 1,31 1,49 1,12 MELIAU 1,25 0,01 0,88 0,54 0,70 1,18 0,91 0,65 0,35 KAPUAS 0,36 0,70 1,76 1,49 0,93 1,06 0,48 1,15 1,46 MUKOK 0,69 0,98 1,69 0,31 0,43 1,16 0,39 0,40 0,62 JANGKANG 1,79 0,00 0,00 0,52 1,61 0,48 0,05 1,35 1,78 BONTI 1,69 0,02 0,09 0,39 1,27 0,92 0,82 1,10 1,01 PARINDU 1,25 0,00 0,89 1,09 0,90 0,99 0,62 1,02 0,57 TAYAN HILIR 0,87 0,03 1,18 0,74 1,64 0,92 1,32 1,11 0,90 BALAI 1,75 0,00 0,03 0,91 1,47 0,72 1,16 1,29 1,09 TAYAN HULU 1,00 2,10 0,93 0,93 0,96 1,08 1,46 1,06 0,73 KEMBAYAN 1,65 0,34 0,10 1,05 1,10 0,82 1,38 0,97 1,26 BEDUWAI * * * * * * * * * NOYAN 1,59 0,30 0,06 1,90 1,61 0,90 0,88 1,34 1,19 SEKAYAM** 0,89 7,74 0,56 1,88 1,24 0,84 2,27 1,33 1,57 ENTIKONG** 0,94 8,07 0,22 1,77 1,30 0,73 6,16 1,13 1,52 Sumber : Hasil Analisis PDRB Kabupate Sanggau Ket: * = Tidak ada data ** = Kec. Perbatasan = LQ>1 Analisis SSA yang menggambarkan kemampuan kompetitif sektor pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Tabel 21 Hasil analisis Differensial Shift (DS) Kecamatan Kabupaten Sanggau ditunjukkan dengan nilai DS positif. Sektor pertanian di Kabupaten Sanggau memiliki potensi lokal yang dapat dikembangkan di Kecamatan Jangkang, Kecamatan Perindu, Kecamatan Tayan Hilir, Kecamatan Balai, Kecamatan Kembayan dan Kecamatan Noyan. Sektor pertambangan dan penggalian secara lokal dapat dikembangkan di Kecamatan Kapuas, Kecamatan Bonti, Kecamatan Noyan, dan dua kecamatan perbatasan yaitu Kecamatan Sekayam dan Kecamatan Entikong. Secara umum sektor yang memiliki potensi lokal di Kabupaten Sanggau adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta JASA-JASA

21 71 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang ditandai dengan nilai Defferensial Shift yang positif di hampir semua kecamatan. Sedangkan untuk sektor industri tidak memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tabel 21. Hasil Analisis Differensial Shift Kecamatan Kabupaten Sanggau Tahun PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR MINUM KECAMATAN TOBA -0,10-0,19 0,00-0,47-0,06 0,03 0,01 0,02 0,01 BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN MELIAU -0,16-0,06 0,00-0,07-0,06 0,02-0,03 0,01-0,01 KAPUAS -0,09 0,04 0,00 0,06 0,06-0,01 0,00-0,02 0,01 MUKOK -0,15-0,05 0,00-0,05-0,06-0,05 0,02 0,01 0,00 JANGKANG 0,89-0,19 0,00-0,11-0,06-0,19-0,04 0,02 0,00 BONTI -0,08 0,06 0,00-0,06-0,06 0,05 0,02 0,02-0,01 PARINDU 0,10-0,19 0,00-0,01-0,06 0,00 0,02 0,00 0,00 TAYAN HILIR 0,26-0,06 0,00-0,02 0,28-0,07-0,04 0,02-0,01 BALAI 0,52-0,19 0,00-0,11-0,06 0,09 0,01 0,02-0,01 TAYAN HULU -0,17-0,06 0,00 0,02 0,09-0,01 0,02 0,00 0,02 KEMBAYAN 0,15 0,09 0,00 0,04-0,06 0,08 0,01 0,02 0,00 BEDUWAI -0,04-0,06 0,00-0,15-0,06-0,01 0,02 0,02 0,00 NOYAN 0,06 0,09 0,00 3,80-0,06 0,23 0,02 0,02-0,01 SEKAYAM** -0,20 0,04 0,00-0,32-0,06 0,01 0,02 0,00 0,00 ENTIKONG** -0,01 0,04 0,00 0,28-0,06 0,10 0,00-0,05-0,02 Sumber: Hasil Analisis PDRB Kevamatan Kabupaten Sanggau Ket: ** = Kec.Perbatasan = SSA DS + Kombinasi hasil analisis LQ yang bernilai >1 dan analisis SSA komponen DS bernilai positif menunjukkan sektor unggulan di kecamatan tersebut. Sektor Unggulan tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis LQ san SSA pada Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil analisis sektor unggulan di Kabupaten Sanggau menunjukkan bahwa hanya beberapa kecamatan saja yang memiliki sektor unggulan berbasis sumberdaya pertanian yaitu Kecamatan Noyan, Kecamatan Kembayan, Kecamatan Balai, Kecamatan Parindu, dan Kecamatan Jangkang, sedangkan Kecamatan Entikong dan Sekayam berbasis sumberdaya tambang. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sanggau lebih didominasi oleh sektor tersier seperti sektor JASA-JASA

22 72 keuangan, dan perdagangan. Kecamatan yang tidak memiliki satupun sektor unggulan akan lebih tertinggal dibandingkan dengan kecamatan lainnya, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Beduai, dan Kecamatan Mukok. Gambar 14. Grafik sektor Unggulan Kabupaten Sanggau a. Sektor Pertanian Sektor pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Sanggau berupa sektor pertanian tanaman pangan dengan komoditas padi sawah maupun padi ladang dengan total luas panen sebesar Ha dan produksi tahun 2008 sebesar Ton. Pada kabupaten Sanggau sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kecamatan Jangkang, Kecamatan Parindu, Kecamatan Balai, Kecamatan Kembayan dan Kecamatan Noyan. Selain padi komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan pada kecamatan tersebut adalah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah. Pada subsektor pertanian berupa perkebunan komoditas unggulannya adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan lada. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor unggulan di Kecamatan Sekayam dan Kecamatan Entikong yang merupakan kecamatan perbatasan dengan bahan galian berupa emas, bauksit, batu kecubung (kuarsa), dan granit.

23 73 c. Sektor Industri Pengolahan Berdasarkan hasil analisis seluruh kecamatan di Kabupaten Sanggau tidak memiliki keunggulan dalam sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik dan air minum merupakan sektor unggulan yang terdapat di Kecamatan Kapuas, Kecamatan Kembayan, Kecamatan Noyan, dan Kecamatan Entikong. e. Sektor Bangunan Kecamatan Tayan Hilir merupakan satu-satunya kecamatan di Kabupaten Sanggau yang memiliki sektor unggulan berupa sektor bangunan. f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan unggulan di kecamatan Kecamatan Meliau. Kecamatan Meliau merupakan kecamatan tempat istirahat pemberhentian makan bagi setiap bis yang melakukan perjalanan dari Pontianak ke Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang, maupun ke Kabupaten Kapuas Hulu sehingga banyak terdapat usaha restoran. g. Sektor Pengangkutan dan komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan di Kecamatan Toba, Kecamatan Balai, Kecamatan Kembayan, dan Kecamatan Sekayam. h. Sektor Keuangan, persewaan dan Jasa-Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan di Kecamatan Toba, Kecamatan Tayan Hilir, Kecamatan Balai, serta Kecamatan Noyan. i. Sektor Jasa Sektor jasa merupakan sektor unggulan di Kecamatan Toba, Kecamatan Kapuas, dan Kecamatan Entikong. Pada kecamatan perbatasan yaitu Kecamatan Sekayam dan Kecamatan Entikong, kecamatan perbatasan di Kabupaten Sanggau lebih banyak memiliki sektor unggulan dibandingkan dengan kecamatan perbatasan yang terdapat di Kabupaten Sambas. Kecamatan Sekayam memiliki 3 sektor unggulan sedangkan Kecamatan Entikong memiliki 4 sektor unggulan.

24 74 3. Kabupaten Kapuas Hulu Secara umum sektor basis di Kabupaten Kapuas Hulu berupa sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa, dan sektor listrik, gas dan air bersih. Pemusatan aktivitas masing-masing sektor tersebut tersebar pada 6-18 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau dari 25 kecamatan. Sektor pertanian merupakan sektor basis di 18 kecamatan kecuali Kecamatan Hulu Gurung, Kecamatan Putussibau Selatan, Kecamatan Selimbau, dan Kecamatan Badau. Basis sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebar di 9 kecamatan, basis sektor jasa tersebar di 8 dan basis sektor listrik, gas dan air bersih tersebar di 6 Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu. Banyaknya sektor yang menjadi sektor basis dalam satu kecamatan juga dapat menggambarkan perkembangan kecamatan tersebut. Rata-rata banyaknya sektor basis yang dimiliki masing-masing kecamatan pada Kabupaten Kapuas Hulu relatif lebih rendah dibandingkan Kabupaten Sambas dan Kabupuaten Sanggau. Tiap kecamatan pada Kabupaten Kapuas Hulu rata-rata hanya memiliki 2-3 sektor basis dalam satu kecamatan, bahkan Pengkadan hanya memiliki 1 sektor basis yaitu sektor pertanian. Namun pada kecamatan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu yaitu Kecamatan Badau dan kecamatan Puttusibau Utara masing-masing memiliki 6 sektor basis di wilayah kecamatannya. Ini menandakan bahwa dari segi kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten, kecamatan perbatasan ini lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan non-perbatasan lainnya. Sektor basis masing-masing kecamatan dalam Kabupaten Kapuas Hulu berdasarkan hasil analisis LQ disajikan dalam Tabel 22. Khusus pada kecamatan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu rata-rata tiap kecamatan memiliki 4-6 sektor basis, hanya Kecamatan Embaloh Hulu yang memiliki 2 sektor basis yaitu pertanian dan keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan.

25 75 Tabel 22. Hasil Analisis LQ Kecamatan Kabupaten Kapuas Hulu 2008 KECAMATAN PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR MINUM BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN SILAT HILIR 1,32 2,50 0,43 0,62 0,13 1,63 0,12 1,95 0,72 SILAT HULU 1,27 0,30 1,33 0,26 1,27 0,79 0,02 0,83 0,39 HULU GURUNG 0,66 0,97 0,46 0,49 0,84 2,17 0,74 0,45 1,26 BUNUT HULU 1,47 3,60 0,25 0,71 0,98 0,69 0,09 1,26 0,24 MENTEBAH 1,73 0,81 0,49 1,02 0,32 0,57 0,87 1,85 0,56 BIKA 2,26 0,63 0,18 0,00 0,08 0,16 0,10 2,17 0,30 KALIS 2,09 0,53 1,19 0,00 0,20 0,19 0,11 1,44 0,55 PUTUSSIBAU SELATAN 0,49 0,20 0,70 0,00 1,97 0,61 0,20 0,57 1,90 HULU KAPUAS * * * * * * * * * EMBALOH HILIR 1,44 0,38 0,86 0,17 1,40 0,24 0,56 1,08 0,27 BUNUT HILIR 1,01 7,43 2,72 0,51 0,95 0,51 0,39 0,88 0,66 BOYAN TANJUNG 1,21 1,49 0,42 0,00 0,23 1,68 0,24 0,68 1,52 PENGKADAN 2,09 0,60 0,68 0,00 0,34 0,25 0,12 0,95 0,60 JONGKONG 1,34 0,88 0,96 1,87 0,13 1,52 0,99 1,05 0,93 SELIMBAU 0,70 0,08 5,58 0,92 0,37 1,26 0,16 0,88 1,60 DANAU SENTARUM * * * * * * * * * SUHAID 0,88 0,27 0,52 0,00 1,22 1,33 0,89 0,90 0,84 SEBERUANG 2,21 0,50 0,12 0,38 0,07 0,29 0,22 1,34 0,66 SEMITAU 1,55 0,81 0,26 8,05 0,12 0,87 0,37 2,27 0,94 EMPANANG 2,37 0,84 0,05 0,51 0,10 0,15 0,03 1,52 0,29 PURING KENCANA** 1,59 0,93 3,74 0,00 0,11 0,12 0,12 1,64 1,25 BADAU** 0,95 1,09 0,32 3,18 0,14 1,16 3,63 1,68 1,46 BATANG LUPAR** 1,13 0,92 0,61 1,12 0,11 1,59 2,76 1,45 0,81 EMBALOH HULU** 2,06 0,84 0,85 0,35 0,10 0,49 0,40 1,75 0,24 PUTUSSIBAU UTARA** 0,15 0,18 0,21 3,10 1,93 1,09 3,67 0,96 1,01 Sumber : Hasil Analisis PDRB Kabupaten Kapuas Hulu Ket : * = Tidak ada data ** = Kecamatan perbatasan = LQ > 1 Analisis SSA yang menggambarkan kemampuan kompetitif sektor pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat pada Tabel 23 Hasil analisis Differensial Shift (DS) Kecamatan Kabupaten Kapuas Hulu ditunjukkan dengan nilai DS positif. JASA-JASA

26 76 Tabel 23. Hasil Analisis Differensial Shift Kecamatan Kabupaten Kapuas Hulu Tahun PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KECAMATAN SILAT HILIR 0,01-0,09-0,07-0,18 0,06-0,04-0,14-0,11 0,12 LISTRIK DAN AIR MINUM BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN SILAT HULU 0,02-0,09 0,02 0,09-0,12 0,00 0,02 0,08-0,02 HULU GURUNG 0,14 0,23-0,07 0,50 0,10 0,02 0,06 0,27 0,01 BUNUT HULU -0,02-0,11-0,05-0,18 0,02-0,13-0,14 0,15-0,10 MENTEBAH -0,09-0,16-0,11-0,40 0,00 0,13-0,10 0,23-0,05 BIKA -0,04 0,05-0,15-0,19 0,19 0,01-0,10 0,19 0,07 KALIS -0,02-0,13-0,03-0,19-0,05-0,35-0,37 0,14-0,06 PUTUSSIBAU SELATAN -0,01-0,19-0,04-0,19-0,06-0,06-0,08 0,01 0,03 HULU KAPUAS * * * * * * * * * EMBALOH HILIR 0,06-0,17-0,03-0,07-0,09-0,01-0,05 0,13-0,10 BUNUT HILIR -0,01 0,10 0,08-0,29 0,13 0,04 0,04 0,03 0,09 BOYAN TANJUNG 0,01 0,01-0,07-0,19 0,03 0,01-0,09-0,11 0,09 PENGKADAN 0,02 0,00-0,08-0,19 0,11-0,05 0,03-0,11-0,16 JONGKONG 0,06-0,10 0,05-0,39 0,11 0,00-0,16-0,12-0,11 SELIMBAU -0,03-0,18 0,03-0,16 0,05-0,06-0,05-0,10-0,07 DANAU SENTARUM * * * * * * * * * SUHAID -0,13-0,01 0,00-0,19 0,18 0,05 0,02 0,21 0,01 SEBERUANG -0,04-0,25-0,10-0,45 0,07 0,10-0,09 0,17 0,01 SEMITAU -0,02-0,16-0,14 0,07 0,27-0,13-0,28-0,11 0,14 EMPANANG -0,01-0,06-0,14-0,11 0,06-0,01-0,03-0,01 0,11 PURING KENCANA* -0,02-0,06-0,11-0,19 0,05 0,04-0,10 0,05 0,11 BADAU* 0,11-0,04-0,05-0,12 0,06-0,05 0,04 0,02-0,05 BATANG LUPAR* -0,04-0,03-0,25 0,28 0,09 0,04-0,10-0,11 0,23 EMBALOH HULU* 0,04-0,06-0,11-0,44 0,07 0,00-0,12-0,12 0,06 PUTUSSIBAU UTARA* -0,02-0,02 0,00 0,18 0,02 0,04 0,03-0,14-0,01 Sumber: Hasil Analisis PDRB Kecamatan Kabupaten Kapuas Hulu Ket * = Tidak ada data ** = Kecamatan perbatasan = SSA DS + Berbeda dengan Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggu, hasil analisis menunjukkan bahwa Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu secara umum memiliki potensi lokal yang dapat dikembangkan pada sektor bangunan, selain itu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa perusahaan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor pertambangan dan penggalian, JASA-JASA

27 77 sektor industri pengelolaan, serta sektor listrik dan air minum kurang memilii potensi lokal yang baik ditandai dengan nilai positif yang hanya dibeberapa kecamatan saja. Kombinasi hasil analisis LQ yang bernilai >1 dan analisis SSA komponen DS bernilai positif menunjukkan sektor unggulan di kecamatan tersebut. Sektor unggulan tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis LQ san SSA pada Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat pada Gambar 15. Hasil analisis sektor unggulan di Kabupaten Kapuas Hulu menunjukkan bahwa sektor unggulan yang berbasis sumberdaya yaitu sektor pertanian terdapat di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Embaloh Hulu dan Hilir, Kecamatan Jongkong, Kecamatan Pengkadan, Kecamatan Boyan, kecamatan Silat Hulu dan Hilir. Sektor unggulan berbasir sumberdaya berupa sektor tambang terdapat di Kecamatan Boyan tanjung dan Kecamatan Bunut Hilir. Pertumbuhan ekonomi kecamatan yang baik dilihat dari besarnya nilai PDRB yang disumbangkan oleh banyak sektor unggulan pada kecamatan tersebut. Semakin banyak sektor unggulan dalam suatu kecamatan, akan semakin baik perekonomian di kecamatan tersebut. Kecamatan Putussibau Utara dan Kecamatan Boyan Tanjung merupakan kecamatan yang memiliki sektor unggulan paling banyak yaitu sebanyak 4 sektor unggulan. Gambar 15. Grafik sektor Unggulan Kabupaten Kapuas Hulu

28 78 a. Sektor Pertanian Sektor pertanian yang menjadi unggulan di Kabupaten Kapuas Hulu berupa sektor pertanian tanaman pangan dengan komoditas padi sawah maupun padi ladang dengan total luas panen sebesar Ha. Pada kabupaten Kapuas Hulu sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kecamatan Silat Hilir, Kecamatan Silat Hulu, Kecamatan Embaloh Hilir, Kecamatan Pengkadan, Kecamatan Jongkong, dan Kecamatan Embaloh Hulu. Selain padi komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan pada kecamatan tersebut adalah, jagung, ubi kayu, ubi jalar. Pada subsektor pertanian berupa perkebunan komoditas unggulannya adalah karet, lada rakyat, kakao, enau/aren dan kelapa sawit. b. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor unggulan di Kecamatan Hulu Gurung dengan bahan tambang berupa timah hitam (galena) dan antimoni. c. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan terdapat di Kecamatan Hulu Gurung, dan Kecamatan Bunut Hilir, sektor industri pengolahan berupa pengolahan kayu dan hasil perikanan tangkap dan lain-lain. d. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik, gas dan air minum terdapat di Kecamatan Batang Lupar dan Kecamatan Putussibau Utara yang merupakan kecamatan perbatasan, hal ini dikarenakan didaerah perbatasan tersebut sedang meningkatkan instansi jaringan listrik. e. Sektor Bangunan Sektor bangunan merupakan sektor unggulan di Kecamatan Hulu Gurung, Kecamatan Suhaid dan Kecamatan Putussibau Utara. f. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor unggulan di Kecamatan Hulu Gurung, Kecamatan Suhaid, Kecamatan Batang Lupar dan Kecamatan Putussibau Utara.

29 79 g. Sektor Pengangkutan dan komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan di Kecamatan Badau, dan Kecamatan Putussibau Utara. Kecamatan badau merupakan kecamtan tempat lokasi dibangunnya Pos Pemeriksaan Lintas Batas, kecamatan ini memiliki kontribusi yang cukup signifikan bagi Kabupaten Kapuas Hulu karena kecamatan badau yang sering menjadi pintu gerbang bagi warga masyarakat yang hendak melakukan perjalanan ke Lubuk Antu bagian dari Serawak-Malaysia untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang lebih murah. h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa-Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan yang terdapat di Kecamatan Bunut Hulu, Kecamatan Mentebah, Kecamatan Bika, Kecamatan Kalis, Kecamatan Embaloh Hilir, Kecamatan Puring Kencana dan Kecamatan Badau. i. Sektor Jasa Sektor jasa merupakan sektor unggulan di Kecamatan Hulu Gurung, Kecamatan Putussibau Selatan, Kecamatan Puring Kencana dan Kecamatan Batang Lupar. Kecamatan Perbatasan Sektor yang menjadi basis di kecamatan perbatasan berupa sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang masing-masing tersebar di 6-7 kecamatan, sedangkan sektor pertanian dan sektor listrik, gas, dan air bersih tersebar di 5 kecamatan. Tabel 22 menyajikan secara ringkas kecamatan perbatasan yang terdapat pada Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Kapuas Hulu. Banyaknya sektor yang menjadi sektor basis dalam satu kecamatan juga dapat menggambarkan perkembangan kecamatan tersebut. Hal ini berarti dari segi kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Sambas, Kecamatan Sajingan Besar lebih berkembang dibandingkan dengan Kecamatan Paloh, pada Kabupaten Sanggau Kecamatan Entikong lebih berkembang dibandingkan dengan Kecamatan Sekayam. Pada Kabupaten Kapuas Hulu, Kecamatan Badau lebih berkembang dibandingkan dengan 4 Kecamatan perbatasan lainnya.

30 80 Tabel 24. Kompilasi Hasil Analisis LQ di 9 Kecamatan Perbatasan KABUPATEN SAMBAS SANGGAU PERTANIAN PERTAMBANGAN dan PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KECAMATAN SAJINGAN BESAR 1,3 0 0,3 0,22 0,63 0,53 1,46 1,28 2,18 LISTRIK, GAS dan AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL dan RESTORAN PENGANGKUTAN dan KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, dan JS. PRSH. PALOH 1,27 1,81 0,41 0,7 0,44 0,97 0,88 0,62 0,88 SEKAYAM 0,89 7,74 0,56 1,88 1,24 0,84 2,27 1,33 1,57 ENTIKONG 0,94 8,07 0,22 1,77 1,3 0,73 6,16 1,13 1,52 JASA-JASA PURING KENCANA 1,59 0,93 3,74 0,00 0,11 0,12 0,12 1,64 1,25 BADAU 0,95 1,09 0,32 3,18 0,14 1,16 3,63 1,68 1,46 KAPUAS HULU BATANG LUPAR 1,13 0,92 0,61 1,12 0,11 1,59 2,76 1,45 0,81 EMBALOH HULU 2,06 0,84 0,85 0,35 0,10 0,49 0,40 1,75 0,24 PUTUSSIBAU UTARA 0,15 0,18 0,21 3,10 1,93 1,09 3,67 0,96 1,01 Sumber: Hasil Analisis PDRB Kecamatan Adapun sektor unggulan pada masing-masing kecamatan perbatasan dengan membandingkan Tabel 24 dengan Tabel 25 diatas adalah sebagai berikut: a. Kecamatan Sajingan Besar di Kabupaten Sambas memiliki sektor unggulan berupa sektor pertanian dan pengangkutan. b. Kecamatan Paloh di Kabupaten Sambas memiliki sektor unggulan berupa sektor pertambangan dan penggalian c. Kecamatan Sekayam di Kabupaten Sanggau memiliki sektor unggulan berupa sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pengangkutan dan komunikasi d. Kecamatan Entikong di Kabupaten Sanggau memiliki sektor unggulan berupa sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor Jasa e. Kecamatan Puring Kencana di Kabupaten Kapuas Hulu memiliki sektor unggulan berupa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa f. Kecamatan Badau di kabupaten Kapuas Hulu memiliki sektor unggulan berupa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : SAMBAS 61.01 SAMBAS 319.392 303.365 622.5 1 61.01.01 SAMBAS 26.562 26.202 52.64 2 61.01.02 TELUK KERAMAT 3.394 35.351 2.45 3 61.01.03 JAWAI 25.392 23.61 49.009 4 61.01.04 TEBAS 43.242

Lebih terperinci

Lampiran I.61 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.61 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.6 /Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 04 PROVINSI No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 8.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Wilayah Perkembangan wilayah merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan wilayah, secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan pembangunan antar wilayah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mengalami pertumbuhan cepat,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serawak-Malaysia yaitu Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 7/DPD RI/I/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN TAYAN SEBAGAI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 05, No. 1 (2016), hal 19 24. ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI Evi Julianti,

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 KALIMANTAN_BARAT 156.132 12.067 10.698 7.412 10.885 15.930 22.120 19.190 31.470 285.904 2 BENGKAYANG 8.643 373 495 352 650 782 1.180 1.308 919 14.702 3 BENGKAYANG 738 71 80 60 92 124 189 141 165 1.660

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SEDANG - SANGAT LEBAT YANG MENGAKIBATKAN BANJIR DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT TANGGAL MEI 2018

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SEDANG - SANGAT LEBAT YANG MENGAKIBATKAN BANJIR DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT TANGGAL MEI 2018 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I SUPADIO PONTIANAK Jl. Adi Sucipto KM. 17 Bandara Supadio Pontianak Telp. 0561 721142 Fax. 0561 6727520 Kode Pos 78391 Email : stamet.supadio@bmkg.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1996 TENTANG PEMBENTUKAN 16 (ENAMBELAS) KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PONTIANAK, SANGGAU, SAMBAS, SINTANG, KETAPANG DAN KAPUAS

Lebih terperinci

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Suplemen 4. Sektor-Sektor Unggulan Penopang Perekonomian Bangka Belitung Suplemen 4 SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG Salah satu metode dalam mengetahui sektor ekonomi unggulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah ini bertujuan untuk melihat pola atau klasifikasi perkembangan keterkaitan antara tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3 UU No. 24 tahun 1992,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT KONDISI DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2016 JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA KEADAAN 31 DESEMBER 2015 PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA BIDANG SUMBER DAYA AIR DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA BIDANG SUMBER DAYA AIR DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2011 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA BIDANG SUMBER DAYA AIR DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2011 NAMA DAN LOKASI KEGIATAN PERKIRAAN BIAYA SUMBER DANA KEGIATAN/PAKET PEKERJAAN VOLUME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i Salam sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang melimpah, kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

iii Semoga bermanfaat Mempawah, Oktober 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS II MEMPAWAH WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

iii Semoga bermanfaat Mempawah, Oktober 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS II MEMPAWAH WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP Salam sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang melimpah, kami dapat menyelesaikan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Kalimantan Barat edisi bulan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1 Bab 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sanggau sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan di daerah, berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i i Salam sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang melimpah, kami dapat menyelesaikan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Kalimantan Barat edisi bulan

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN JUNI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN AGUSTUS, SEPTEMBER, DAN OKTOBER 2016

ANALISIS HUJAN JUNI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN AGUSTUS, SEPTEMBER, DAN OKTOBER 2016 ANALISIS HUJAN JUNI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN AGUSTUS, SEPTEMBER, DAN OKTOBER 2016 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, karunia, serta izin-nya kami

Lebih terperinci

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i Salam sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang melimpah, kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si i Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si Editor: Idrus, SE Staf Redaksi: 1. M. Elifant Y., S.Si 2. Syarifah Nadya S, A.Md 3. Riri

Lebih terperinci

RINGKASAN ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB

RINGKASAN ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB RINGKASAN ANALISIS ALAT ANALISIS RINGKASAN HASIL ANALISIS KATEGORI SEKTORAL NO SEKTOR LOCATION QUESTION SHIFT SHARE ANALISIS LQ PS DS PB KEUNGGULAN KEMPETITIF/ FAST GROWING DAYA SAING KELOMPOK PROGRESSIF

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

KABUPATEN KAPUAS HULU KABUPATEN KAPUAS HULU

KABUPATEN KAPUAS HULU KABUPATEN KAPUAS HULU HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 Angka Sementara KABUPATEN KAPUAS HULU BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KAPUAS HULU Sekapur Siiriih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT DATA DASAR PROVINSI KALIMANTAN BARAT KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI KALIMANTAN BARAT KAB/KOTA

Lebih terperinci

[Type the document subtitle] opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg. [Pick the date] hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc. Windows~Ninety~Eight

[Type the document subtitle] opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg. [Pick the date] hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc. Windows~Ninety~Eight qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui [Type the document subtitle] opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 No. 02/07/6109/Th. III, 31 Juli 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEKADAU Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016 sebesar 5,93 persen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih sebesar 1,86 juta km 2 dan wilayah laut mencapai 7,9 juta km 2.

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN DAN KOMODITI PERTANIAN DI KABUPATEN KAYONG UTARA ABSTRAK

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN DAN KOMODITI PERTANIAN DI KABUPATEN KAYONG UTARA ABSTRAK ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN DAN KOMODITI PERTANIAN DI KABUPATEN KAYONG UTARA Irfan Cholid 1), Erlinda Yurisinthae 2), Komariyati 3) 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak

Lebih terperinci

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk. Sensus Penduduk

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi

TIM PENYUSUN. Pengarah. Penyusun. Helmiati. Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi TIM PENYUSUN Pengarah Helmiati Penyusun Nurharyadi Ichsan Nur Ahadi Hasanah Septian Rahmadi Pusat Data Dan Informasi Badan Penelitian dan Pembangunan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi Kementerian

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014 SEKTOR BASIS DAN STRUKTUR EKONOMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG (An Analysis of Economic s Structure and Bases Sector in Bandar Lampung City) Anda Laksmana, M. Irfan Affandi, Umi Kalsum Program Studi Agribisnis,

Lebih terperinci

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si. Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom. Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si.

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si. Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom. Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si. i Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si Editor: Idrus, SE Staf Redaksi: 1. M. Elifant Y., S.Si 2. Syarifah Nadya S, A.Md 3. Riri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) Analisis dengan indeks perkembangan wilayah merupakan modifikasi dari analisis skalogram. Analisis skalogram untuk menentukan hirarki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi Hasil Perhitungan Dengan Metode LQ di Provinsi Riau Tabel 1 Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010* Rerata Keterangan 1. Pertanian 1,19 1,24 1,24 1,26 1,30 1,25 Basis 2. Penggalian 5,96 6,00 6,22 6,04

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN SEPTEMBER 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN NOVEMBER DAN DESEMBER 2016, SERTA JANUARI 2017

ANALISIS HUJAN SEPTEMBER 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN NOVEMBER DAN DESEMBER 2016, SERTA JANUARI 2017 ANALISIS HUJAN SEPTEMBER 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN NOVEMBER DAN DESEMBER 2016, SERTA JANUARI 2017 Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i

Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 Buletin Iklim Kalbar Edisi Mei 2017 i Salam sejahtera, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang melimpah, kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Buletin Iklim Kalbar Edisi Desember 2016 i

Buletin Iklim Kalbar Edisi Desember 2016 i Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si Editor: Idrus, SE Staf Redaksi: 1. M. Elifant Y., S.Si 2. Syarifah Nadya S, A.Md 3. Riri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN 2001-2005 Oleh TUTI RATNA DEWI H14103066 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas unggulan, keragaman (diversitas), tingkat konsentrasi, dan tingkat spesialisasi komoditas tanaman

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.16/02/61/Th.XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 terletak di bagian paling Utara Propinsi Kalimantan Barat atau diantara 2 08'-0 33' Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi Sektor-Sektor Basis di Provinsi Kepulauan Riau Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor perekonomian dalam memproduksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si. Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom. Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si.

Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si. Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom. Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si. . Pengarah: Wandayantolis, S.Si, M.Si Penanggung Jawab: Ismaharto Adi, S.Kom Pemimpin Redaksi: Fanni Aditya, S.Si Editor: Idrus, SE Staf Redaksi: 1. M. Elifant Y., S.Si 2. Syarifah Nadya S, A.Md 3. Riri

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN JULI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN SEPTEMBER, OKTOBER, DAN NOVEMBER 2016

ANALISIS HUJAN JULI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN SEPTEMBER, OKTOBER, DAN NOVEMBER 2016 ANALISIS HUJAN JULI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN SEPTEMBER, OKTOBER, DAN NOVEMBER 2016 REDAKSI KATA PENGANTAR Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si Penanggung Jawab : Subandriyo, SP Pemimpin Redaksi : Ismaharto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Profil Provinsi Kalimantan Barat Posisi Provinsi Kalimantan Barat terletak 20 08 LU dan 30 05 LS dan antara 1080 30 BT dan 1140 10 BT. Berdasarkan letak geografis yang spesifik,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Spasial Kabupaten Tulang Bawang merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan lintas sumatera. Kecamatan Menggala merupakan pertemuan antara jalan lintas timur sumatera

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan

Lebih terperinci