BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan
|
|
- Erlin Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara lain (UU No. 43 Tahun 2008). Menurut pasal 10 ayat 3 UU No. 24 tahun 1992, wilayah perbatasan juga merupakan salah satu kawasan strategis, yaitu kawasan yang secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak, baik ditinjau dari sudut kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan pertahanan keamanan. Namun pada umumnya daerah perbatasan belum mendapatkan perhatian secara proporsional. Saat ini pengelolaan kawasan perbatasan di Indonesia dihadapkan pada dua isu strategis dengan variasi permasalahan yang menonjol di dalamnya, yaitu isu pengelolaan batas wilayah negara dan isu pengelolaan kawasan perbatasan. Belum optimalnya pengembangan, pemanfaatan potensi dan kurang tersedianya sarana/prasarana dasar di kawasan perbatasan, merupakan permasalahan umum yang terjadi dan dihadapi hampir di semua kawasan perbatasan wilayah negara Indonesia (BNPP, 2013). Hal tersebut menyebabkan kawasan perbatasan senantiasa tertinggal dan terisolir, tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang rendah dan aksesibilitas yang kurang, terutama akses kawasan perbatasan dengan pusat pemerintahan, pusat-pusat pelayanan publik, atau wilayah lain yang relatif lebih maju. Oleh karena itu, maka kawasan perbatasan Indonesia dapat diartikan sebagai kawasan perbatasan terdepan yang dilupakan. Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah perbatasan tersebut, berbagai 1
2 2 produk perundangan nasional terkait pengelolaan perbatasan negara diantaranya adalah: Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata ruang Wilayah Nasional dengan memperhatikan kawasan perbatasan adalah beranda depan negara; Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil, Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar; Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun Undang-undang tersebut mengupayakan percepatan pembangunan kawasan perbatasan negara dengan menetapkan kawasan perbatasan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), melalui pendekatan kesejahteraan (welfare approach) yang dilaksanakan secara serasi dengan pendekatan keamanan (security approach) dan pendekatan lingkungan (environment approach) (BNPP, 2013). Selain undang-undang tersebut terdapat Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Terbentuknya BNPP merupakan usaha yang dilakukan pemerintah dalam upaya percepatan penyelesaian masalah perbatasan negara. Menjadikan kawasan perbatasan sebagai serambi depan negara, yang berorientasi outward looking atau pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Mengemban visi untuk mewujudkan tata kelola batas negara dan kawasan perbatasan yang aman, tertib, maju dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang menjamin kesejahteraan rakyat dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan BNPP untuk Kalimantan Barat adalah Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) Kalimantan Barat. Kalimantan
3 3 Barat adalah salah satu provinsi di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Kawasan perbatasan ini secara geogafis berada pada bagian paling utara Provinsi Kalimantan Barat yang membentang dari barat ke timur sepanjang 966 km (BPKPK Kalbar, 2013). Secara kewilayahan ada 5 (lima) kabupaten dan 14 (empat belas) kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Adapun kabupaten dan kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Kabupaten-kecamatan yang Berbatasan Langsung dengan Malaysia No. Kabupaten Kecamatan 1. abupaten Sambas 1. Paloh 2. Sajingan Besar 2. abupaten Bengkayang 1. Jagoi Babang 2. Siding 3. abupaten Sanggau 1. Entikong 2. Sekayam 4. abupaten Sintang 1. Ketungau Hulu 2. Ketungau Tengah 5. abupaten Kapuas Hulu 1. Badau 2. Puring Kencana 3. Putussibau Utara 4. Putussibau Selatan 5. Embaloh Hulu 6. Batang Lupar Sumber: BPKPK, 2013 Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan langsung dengan negara bagian Sarawak Malaysia yaitu sepanjang 97 km. Berdasarkan perjanjian Indonesia dan Malaysia di Kabupaten Sambas, terakhir diperbaharui 12 januari 2006 di Bukit Tinggi, ada 4 titik Exit-Entry Point sebagai Pos Lintas Batas Tradisional Kabupaten Sambas- Serawak yaitu: 1. Temajuk (Indonesia) Sematan (Malaysia);
4 4 2. Liku (Indonesia) Sematan (Malaysia); 3. Sajingan (Indonesia) Biawak (Malaysia); 4. Aruk (Indonesia) Biawak (Malaysia). Dusun Aruk Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas merupakan salah satu daerah yang ditetapkan sebagai PKSN, ditegaskan lebih lanjut dalam RTRW Kabupaten Sambas. Saat ini pemerintah mencoba mengembangkan Kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dan Komersial Zone Aruk. Ide dibangunnya PLBN Aruk ini adalah untuk menata kawasan PLBN yang lebih baik, di mana pada umumnya kawasan pos lintas batas belum tertata dengan baik, belum didukung oleh pemeriksaan dan pelayanan lintas batas secara lengkap, dan memiliki sarana prasarana seadanya. Masing-masing unsur CIQS (Custom, immigration, Quarrantin, dan Securities) bekerja secara vertikal sesuai amanatnya masing-masing. Melalui keberadaan PLBN Aruk diharapkan pengelolaan pos lintas batas secara terpadu dan profesional dapat terwujud, yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan. Untuk tujuan tersebut pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 75 dibentuklah Unit Pengelola Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk (UP3LB) sebagai unsur pelaksana operasional Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Kerjasama (BPKPK) Kalimantan Barat di lapangan.
5 5 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sambas, 2010 Gambar 1.1 Lokasi Kawasan PLBN Aruk Kawasan PLBN Aruk terletak di Dusun Aruk yang merupakan pusat permukiman potensial di wilayah Kecamatan Sajingan Besar. Secara administrasi, Dusun Aruk termasuk ke dalam Desa Sebunga. Luas wilayah Desa Sebunga ini adalah 366 km 2 atau hektar. Kecamatan Sajingan Besar dilihat dalam konteks yang lebih luas, mempunyai luas wilayah sebesar 1.404,94 km 2 dan terdiri dari Desa Sebunga, Desa Kaliau, Desa Senatab, Desa Sentaban, dan Desa Sei Bening Perumusan masalah Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk merupakan kawasan perbatasan antara negara Indonesia yaitu Kabupaten Sambas, dan Serawak Malaysia. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, keberadaan kawasan PLBN
6 6 Aruk sangat penting untuk mendorong peningkatan kesejahteraan, keamanan dan keberlanjutan masyarakat perbatasan, terutama di Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas. Kegiatan perekonomian di perbatasan terus meningkat sejak dibukanya PLBN tersebut secara resmi pada Januari Walaupun sampai saat ini Kecamatan Sajingan Besar hanya menyumbang 0,6 persen dari total kecamatan se-kabupaten Sambas, namun laju pertumbuhan ekonomi kecamatan Sajingan Besar bernilai positif, yaitu sebesar 5,5 persen. Secara geografis lokasi Dusun Aruk menguntungkan karena berdekatan dengan perbatasan Malaysia, berpasangan dengan Pos Imigresen Biawak Kampung Biawak Sarawak-Malaysia, serta menurut Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan PPLB dan Komersial Zone Aruk akan menjadi jalur internasional yang menghubungkan Kalimantan Barat bagian timur dengan Sarawak. Namun kawasan ini memiliki beberapa keterbatasan-keterbatasan secara fisik, tidak seluruh bagian kawasan ini memiliki daya dukung fisik yang sama untuk mendukung berbagai kegiatan yang akan direncanakan (perkotaan), bahkan beberapa bagian wilayahnya harus tetap dipertahankan lingkungan alaminya karena alasan-alasan konservasi dan kelestarian lingkungan. Selain itu keterbatasan fisik tersebut menurut Mufijar, dkk. (2012), diketahui bahwa pembangunan masyarakat perbatasan di sekitar PLBN Aruk masih tertinggal jauh, kondisi ini dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia di daerah perbatasan pada umumnya masih relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, serta terbatasnya pusat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Saidi (2013) kepala unit UP3LB Aruk, mengungkapkan bahwa sejak
7 7 pertama dibangun tahun 2006 hingga saat ini PLBN Aruk belum dilengkapi furnitur CIQS yang memadai. Setiap kali diadakan rapat atau sosialisasi, maka kursi dan mejanya dipinjam dari Kantor Camat. Sebagian besar ruangan masih terlihat kosong, tanpa meja, tanpa kursi, tanpa lemari, apalagi AC. Bangunan kantor PLBN Aruk sendiri terhenti pembangunannya sejak tahun 2010 karena kurangnya dana APBD Provinsi Kalimantan Barat. Biaya untuk rehab juga belum pernah disetujui, meskipun kondisi fisik bangunan sudah banyak bocor dan rusak karena tidak pernah direhab sejak tahun Intensitas pelintas batas hanya antara 50 hingga 100 orang setiap hari, maka intensitas pelayanan di PLBN Aruk masih relatif kecil. Fenomena tersebut tidak terlepas dari kondisi infrastruktur jalan, jembatan, listrik dan telekomunikasi yang masih sangat memprihatinkan. Merespon kebutuhan akan pengelolaan kawasan PLBN Aruk tersebut, diperlukan suatu tinjauan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah perbatasan Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, dan suatu kerangka logis dalam pengelolaan Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk ke depan. Logical Framework Approach (LFA) merupakan suatu metode yang bisa digunakan sebagai panduan pengelolaan Kawasan PLBN Aruk dan Komersial Zone Aruk, sehingga cita-cita untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat Indonesia sebagai serambi depan negara dapat terwujud. Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, maka pertanyaan penelitian adalah. 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi Kecamatan Sajingan Besar terhadap pengembangan Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk?
8 8 2. Bagaimana pengelolaan Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk guna mewujudkan kawasan tersebut sebagai beranda negara Indonesia? Batasan Penelitian 1. Penelitian ini hanya membahas tentang pengelolaan Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk. 2. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi yang diteliti meliputi pertumbuhan ekonomi secara indikator dan pertumbuhan ekonomi dari aspek spasial. 1.2 Keaslian Penelitian Indonesia merupakan pulau terbesar di dunia, dalam Undang-undang Dasar 1495 Indonesia ditetapkan sebagai negara kepulauan, yaitu negara yang memiliki banyak pulau yaitu sejumlah pulau dengan panjang garis pantai mencapai km. Sembilan puluh dua pulau kecil diantaranya pulau-pulau kecil terluar. Hingga saat ini terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang pengelolaan kawasan perbatasan. Reinhold, dkk. (2008) dalam penelitiannya tentang kajian faktor pendorong pengembangan kawasan perbatasan Jayapura (Indonesia-Vanimo Png), mendapati bahwa sejak dibuka tahun 1999 kawasan perbatasan Jayapura, Indonesia dan Vanimo, PNG mengalami pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan kegiatan perdagangan di perbatasan ini bisa berkembang karena adanya mekanisme demand (wilayah PNG) dan supply (oleh Kota Jayapura). Warga PNG membeli karena beberapa alasan yaitu harga yang murah, pilihan bervariasi dan jumlah barang yang tersedia banyak, serta kurs kina yang lebih tinggi terhadap rupiah. Kota Jayapura di sisi lain mampu berperan sebagai supplier berbagai kebutuhan hidup warga PNG. Adapun faktor pendorong
9 9 pengembangan kawasan adalah prospek usaha, perizinan usaha, penunjang kesiapan kawasan, dan kesiapan pengelolaan kawasan. Uiboipin (2007) dalam kajiannya tentang kerjasama lintas batas dan pembangunan ekonomi di daerah perbatasan Ukraina Barat, mendapati bahwa terdapat kesamaan dalam faktor utama pembangunan kawasan perbatasan di Ukraina Barat. Pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan ini lebih tinggi dari jumlah pertumbuhan Ukraina yang merupakan indikasi positif pembangunan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pentingnya aglomerasi industri untuk mendukung pembangunan dan kemungkinan bekerjasama dengan Uni Eropa di kawasan tersebut. Edmonds dan Fujimaru (2006) meneliti tentang dampak terbukanya akses jalan terhadap perdagangan dan Foreign Direct Invesment (FDI) dalam dua dekade terakhir di Greader Mekong Subregion. Pembangunan infrastruktur jalan lintas batas telah memberikan pengaruh positif pada perdagangan regional dan arus investasi, namun perlu kebijakan lebih lanjut untuk integrasi ekonomi di wilayah tersebut. Selanjutnya Shimizu, dkk (2004) dalam penelitiannya tentang Marger dan Akuisisi (M & As) lintas perbatasan, membagi M & As dari tiga perspektif. Lintas batas M & As sebagai modus masuk pasar luar negeri, proses pembelajaran yang dinamis untuk budaya asing dan strategi penciptaan nilai. Kesimpulanya, lintas batas M & As adalah inisiatif strategis penting yang melibatkan banyak tantangan dalam ekonomi global. Penelitian lainnya dari Kusumo (2010) yang menyatakan bahwa penguatan kelembagaan pemerintah, dalam hal ini BNPP diikuti dengan kerja sama antara pusat dan daerah, diharapkan mampu memberikan perhatian dan
10 10 pengelolaan yang lebih baik terhadap pulau-pulau terluar. Ditunjang dengan peningkatan sumber daya manusia, peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan potensi pulau-pulau terluar, maka kerjasama pemerintah dan masyarakat dapat menjaga keutuhan bangsa melalui pulau-pulau terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kurniadi (2009) merekomendasikan pengembangan wilayah perbatasan antarnegara di wilayah perbatasan negara Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Entikong belum mendorong pengembangan sebuah wilayah perbatasan terkait potensi ekonomi yang dimilikinya. Adapun strategi pengembangan kawasan perbatasan Entikong terkait pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut adalah strategi yang bersifat mendukung kebijakan yang ada, termasuk strategi perencanaan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Improvisasi terhadap pengembangan infratruktur berdasarkan kebutuhan, meningkatkan sektor unggulan mendorong sektor lainnya, meningkatkan perhatian pada keberlanjutan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia, serta memfasilitasi perdagangan yang sifatnya internal dan eksternal. Strategi-strategi tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menjadi arahan terhadap pengembangan kawasan Entikong. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena mengkaji pengelolaan kawasan perbatasan negara di Kabupaten Sambas khususnya Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut setelah dimulai pembangunannya sejak tahun 2006 dan berdirinya UP3LB sebagai unit pengelola kawasan PLBN Aruk. Langkah selanjutnya mengembangkan (Logical Framework Approach)
11 11 LFA berdasarkan masalah yang ditemukan dalam pertumbuhan ekonomi serta pengelolaan kawasan PLBN Aruk, dengan hasil akhir (Logical Framework Matrix) LFM. Matrik tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengelolaan kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk yang lebih baik. Seperti kawasan perbatasan lainnya yang memiliki potensi yang cukup besar dan belum dimanfaatkan optimal serta kehidupan masyarakat perbatasan yang tertinggal, daerah ini juga memiliki karakteristik yang sama. Sebagai salah satu PKSN, pengembangan Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk ini diharapkan mampu untuk mengatasi masalah perbatasan tersebut. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitian adalah. 1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi Kecamatan Sajingan Besar terhadap pengembangan Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk. 2. Menganalisis pengelolaan Kawasan PLBN dan Komersial Aruk guna mewujudkan kawasan PLBN Aruk sebagai beranda negara Indonesia Manfaat penelitian 1. Secara teoritis. Klarifikasi lebih lanjut terhadap penelitian sebelumnya terkait pengelolaan kawasan perbatasan negara. 2. Secara empiris
12 12 Memberikan informasi dan bukti bagi institusi dan swasta yang menangani pengeloloaan kawasan perbatasan negara untuk mengembangkan strategi pengembangan kawasan perbatasan yang berkelanjutan. 3. Untuk pengambilan kebijakan Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan oleh dinas terkait di Kawasan PLBN dan Komersial Zone Aruk dalam mengontrol dan menentukan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan, sehingga cita-cita untuk menjadikan kawasan perbatasan negara di Kabupaten Sambas sebagai beranda depan negara segera terwujud. 1.4 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari empat bab dan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I menguraikan latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan; Bab II, Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, menguraikan tinjauan pustaka menguraikan sistematika teori dan studi empiris terkait dengan topik penelitian, landasan teori menguraikan model yang akan diteliti untuk memecahkan masalah dan alat analisis; Bab III Analisis Data, menguraikan tentang cara penelitian, perkembangan variabel-variabel yang diteliti, hasil penelitian dan pembahasan; Bab IV, Simpulan dan Saran, menguraikan tentang Simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait guna mewujudkan cita-cita untuk menjadikan kawasan perbatasan negara di Kabupaten Sambas sebagai beranda depan negara.
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI GERBANG MASPERKASA
BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI GERBANG MASPERKASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk menetapkan perbandingan kebijakan pemerintah Indonesia dan pemerintah Malaysia dalam pengelolaan wilayah perbatasan
Lebih terperinciRENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN. Pontianak, 26 Juni 2008
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA WORKSHOP DAU & DAK DAERAH PERBATASAN Yang saya hormati, Pontianak, 26 Juni 2008 - Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal;
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU
PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU PROPINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SANGGAU Mei 2015 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU Kabupaten terluas keempat di Prov. Kalbar, terletak 265 km timur Pontianak Luas wilayah Posisi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah darat kurang lebih sebesar 1,86 juta km 2 dan wilayah laut mencapai 7,9 juta km 2.
Lebih terperinciMeningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI
BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA Meningkatkan Jiwa Nasionalisme dan Semangat Bela Negara untuk Pemberdayaan Wilayah Perbatasan sebagai Beranda Depan NKRI Kemerdekaan bukanlah berarti
Lebih terperinciRENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan wilayah, secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan pembangunan antar wilayah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mengalami pertumbuhan cepat,
Lebih terperinciGrand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan.
Grand Design Pembangunan Kawasan Perbatasan www.arissubagiyo.com Latar belakang Kekayaan alam yang melimpah untuk kesejahterakan rakyat. Pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan peraturan serta untuk
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Perkembangan Wilayah Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan, yang bertujuan untuk memacu perkembangan
Lebih terperinciRENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN I : PERATURAN BNPP NOMOR : 3 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA AKSI PENGELOLAAN BATAS WILAYAH NEGARA DAN KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Aksi (Renaksi)
Lebih terperinciBAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN
BAB III KONDISI PERBATASAN INDONESIA DAN MALAYSIA DI KALIMANTAN Pada bab 3 ini membahas masalah-masalah di akibatkan oleh penyelundupan narkoba di Provinsi-provisni yang berbatasan langsung dengan Malaysia
Lebih terperinciPerbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan
Perbatasan, Tertinggal Dan Diterlantarkan Beranda Depan Kedaulatan Bangsa Yang Kurang Mendapat Perhatian Sejauh yang kita pahami, pengenalan terhadap wilayah perbatasan masih sangat terbatas, apalagi pengembangannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang
Lebih terperinciPembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan
Rilis PUPR #1 18 Juli 2017 SP.BIRKOM/VII/2017/352 Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan Yogyakarta--Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki
Lebih terperinciLAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
7 2012, No.54 LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN TAHUN 2012 NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 6 JANUARI 2012 RENCANA
Lebih terperinciPENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2018
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2018 ARTI PENTING FORUM MUSRENBANG RKPD TAHUN 2018 Partisipasi
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 7/DPD RI/I/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN TAYAN SEBAGAI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN SANGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN SANGGAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Sanggau adalah
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA KUNJUNGAN PASIS SESKOAU Yang saya hormati: Hari : Selasa Tanggal : 2 September 2008 Pukul : 10.30 WIB Tempat : Balai Petitih - Komandan Sekolah Staf dan
Lebih terperinciPenyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera
Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera 1 2 3 Pendahuluan (Sistem Perencanaan Tata Ruang - Kebijakan Nasional Penyelamatan Ekosistem Pulau Sumatera) Penyelamatan Ekosistem Sumatera dengan
Lebih terperinciKAWASAN PERBATASAN ENTIKONG Perjalanan Panjang Menuju Beranda Depan
KAWASAN PERBATASAN ENTIKONG Perjalanan Panjang Menuju Beranda Depan Dalam UU No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Temajuk merupakan sebuah desa dengan luas wilayah kurang lebih 2.300 ha dan jumlah penduduk sebanyak 1.820 jiwa yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPeta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera
Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: untuk memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah
152 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pengawasan dan hambatan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: a. Pengawasan Pelaksanaan Special Arrangments 1993: Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan
Lebih terperinciTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan umum merupakan cita-cita luhur yang ingin dicapai setelah lahirnya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA DIES NATALIS KE-49 UNTAN PONTIANAK
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA DIES NATALIS KE-49 UNTAN PONTIANAK Hari/Tanggal : Sabtu/17 Mei 2008 Pukul : 07.30 WIB Tempat : Gedung Auditorium UNTAN Pontianak Yth. Bapak Wakil Presiden
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA PERBATASAN KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 AGUSTUS 2016 PEMBANGUNAN WILAYAH PERBATASAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT Daftar Proyek Strategis Nasional Prov. Kalbar 1. Pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki perananan penting baik dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN
POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,
Lebih terperinciProfil Tata Ruang. Provinsi Kalimantan Barat
Profil Tata Ruang Provinsi Kalimantan Barat Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Profil Tata Ruang Provinsi Direktorat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan dengan garis pantai kurang lebih 81.900 km dan memiliki kawasan yang berbatasan dengan sepuluh negara,
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota
Lebih terperinciBORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G
BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G LUAS WILAYAH : 5.000 Ha LOKASI : Kec. Entikong dan Sekayam (Kab. Sanggau) JARAK DARI IBU KOTA KAB : 147 Km JUMLAH PENDUDUK : 39.510 Jiwa (jumlah penduduk
Lebih terperinci09 MARET PENGEMBANGAN POS LINTAS BATAS NEGARA Tahap II. Profil Kegiatan Satker PKP Strategis DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
09 MARET 2018 Profil Kegiatan Satker PKP Strategis PENGEMBANGAN POS LINTAS BATAS NEGARA Tahap II DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciWILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi
WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki
Lebih terperinciPENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI
T A T A L O K A JURNAL TATA LOKA; VOLUME 13; NOMOR 2; MEI 2011 2011 Biro Penerbit Planologi UNDIP PENYUSUNAN ARAHAN STRATEGI DAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERBATASAN ANTAR NEGARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki18.110 pulau,dengan luas wilayah teritorialnya 3,1 juta km² dan wilayah perairannya 5,8 juta km².
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU GAMBARAN UMUM WILAYAH - Provinsi Kepulauan Riau dibentuk berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Tahun 2010 Kabupaten Sintang sudah berusia lebih dari setengah abad. Pada usia ini, jika merujuk pada indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciUPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA
UPAYA-UPAYA PENANGANAN WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA-PAPUA NEW GUINEA OLEH BADAN PENGELOLA PERBATASAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI PROVINSI PAPUA ANNISA WANGGAI ABSTRAK Penelitian ini berjudul Upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian penerapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang telah berjalan saat ini telah memberi hak serta wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN 7 (TUJUH) POS LINTAS BATAS NEGARA TERPADU DAN SARANA PRASARANA PENUNJANG DI KAWASAN PERBATASAN PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
Lebih terperinciRENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR JL. GAYUNG KEBONSARI NO. 167 SURABAYA
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Pendahuluan
Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)
Lebih terperinci1 Informasi tersebut diambil dari sebuah artikel yang dimuat di website:
BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Masalah (perbatasan darat Indonesia Malaysia) Pulau Kalimantan merupakan salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu Malaysia. Pulau ini terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kalimantan Utara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Utara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Kalimantan. Provinsi ini berbatasan langsung dengan negara tetangga, yaitu
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman
Lebih terperinciSINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA DEPUTI BIDANG
Lebih terperinciBAB 4 POLA PEMANFAATAN RUANG
BAB 4 POLA PEMANFAATAN RUANG Pola pemanfaatan ruang berisikan materi rencana mengenai: a. Arahan pengelolaan kawasan lindung b. Arahan pengelolaan kawasan budidaya kehutanan c. Arahan pengelolaan kawasan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bahwa bumi dan air
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU
ANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU Abstrak Rudi Sugiono Suyono 1) Pembukaan gerbang pergerakan antarnegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan wilayah juga harus memperhatikan pembangunan ekonomi daerah untuk dapat memacu pengembangan wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Dalam Rangka Sosialisasi Gerakan Anti Korupsi dan Gratifikasi di Provinsi Kalimantan Barat
Lebih terperinciOSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN
OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN Disampaikan dalam Sosialisasi Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Padang, 16 April 2014 OUTLINE Definisi, Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciMEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2)
MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN PERGURUAN TINGGI DALAM KAWASAN PERBATASAN KAWASAN NEGARA 1) Dr. Bambang Istijono, ME 2) ABSTRAK Pengelolaan wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar, selama ini
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228
Lebih terperinci