GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN"

Transkripsi

1 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 terletak di bagian paling Utara Propinsi Kalimantan Barat atau diantara 2 08'-0 33' Lintang Utara dan ' ' Bujur Timur. Kabupaten Sambas merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia (Serawak). Secara administratif, di sebelah Utara wilayah Kabupaten Sambas berbatasan dengan Serawak (Malaysia) dan Laut Natuna, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang, di sebelah Barat berbatasan Laut Natuna dan di sebelah Timur berbatasan dengan Serawak (Malaysia) dan Kabupaten Bengkayang (Gambar 9). Gambar 9 Peta wilayah administrasi Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas terbagi atas 17 kecamatan dan 183 desa, dengan dua kecamatan diantaranya berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Serawak), yaitu Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar (Gambar 9). Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 8 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang

2 63 Wilayah Kabupaten Sambas, pola perwilayahan di Kabupaten Sambas terbagi dalam 4 (empat) wilayah pengembangan (WP) seperti terlihat pada Gambar 10, yaitu: - WP Pemangkat (WP I), terdiri dari 7 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Pemangkat sebagai pusat pengembangan dan Kecamatan Selakau, Semparuk, Tebas, Jawai, Jawai Selatan dan Tekarang sebagai sub pusat pengembangan. - WP Sambas (WP II), terdiri dari 5 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Sambas sebagai pusat pengembangan dan Kecamatan Sebawi, Sejangkung, Sajad dan Subah sebagai sub pusat pengembangan. - WP Sekura (WP III), terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Teluk Keramat sebagai pusat pengembangan,sedangkan Kecamatan Tangaran dan Paloh sebagai sub pusat pengembangan. - WP Galing (WP IV), terdiri dari 2 Kecamatan, yaitu: Kecamatan Galing sebagai pusat pengembangan dan Kecamatan Sajingan Besar sebagai sub pusat pengembangan. Gambar 10 Peta wilayah pengembangan (WP) di Kabupaten Sambas Dasar pertimbangan dalam penentuan satuan wilayah pengembangan (WP) adalah tata jenjang pusat pelayanan dan jangkauannya, kebijaksanaan yang ada,

3 64 pola perwilayahan, karakteristik wilayah dan prediksi pola pergerakan orang dan barang (Bappeda 2001a). Kondisi Demografi Penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan. Penduduk Kabupaten Sambas pada akhir tahun 2006 berjumlah jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Bila jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah maka didapat suatu indikator yang menggambarkan tingkat kepadatan penduduk (population density).secara umum tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Sambas masih tergolong jarang, yaitu 76 jiwa/km 2. Dilihat dari sebarannya, jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sambas tidak merata dan sangat bervariasi antar kecamatan. Kepadatan penduduk yang tinggi tersebar pada kecamatan-kecamatan yang terletak pada jalur-jalur transportasi utama di Kabupaten Sambas dan berada dekat dengan kawasan pesisir pantai, yaitu Kecamatan Selakau, Pemangkat, Semparuk, Tebas, Sambas, Jawai Selatan, Jawai dan Teluk Keramat. Kecamatan Pemangkat merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 317 jiwa/km 2. Sebaliknya, Sajingan Besar yang berada di kawasan pedalaman dengan luas sekitar 21,75 persen dari total wilayah Kabupaten Sambas hanya dihuni 5 jiwa/km 2. Kondisi ini berpotensi menimbulkan terjadinya disparitas dalam percepatan pembangunan antar wilayah. Wilayah dengan kepadatan tinggi didominasi oleh wilayah yang berlokasi di pusat kota, sedangkan wilayah-wilayah dengan kepadatan rendah didominasi oleh wilayah yang berlokasi di pinggiran kota dan wilayah yang berbatasan dengan wilayah atau negara lain. Seperti ditunjukkan Tabel 5, penduduk di Kabupaten Sambas sebagian besar bermukim di Kecamatan Teluk Keramat, yaitu sebanyak jiwa (13,03 persen), diikuti Kecamatan Tebas sebanyak jiwa (12,85 persen) dan Kecamatan Pemangkat dengan penduduk sebanyak jiwa (12,70 persen). Sedangkan Kecamatan Sajingan Besar memberikan kontribusi penduduknya paling sedikit, yaitu sebanyak jiwa (1,56 persen).

4 65 Tabel 5 Jumlah, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sambas tahun 2006 WP Kecamatan Luas wilayah Km 2 Persen* ) (%) Jumlah (Jiwa) Persen* ) (%) Penduduk Kepadatan (jiwa/km²) LP (%) I Pemangkat 193,75 3, , ,48 Selakau 292,5 4, , ,75 Semparuk 90,15 1, , ,49 Tebas 395,64 6, , ,11 Tekarang 83,16 1, , ,34 Jawai 193,99 3, , ,61 Jawai Selatan 93,51 1, , , ,70 20, ,00 52, ,01 II Sambas 246,66 3, , ,66 III Subah 644,55 10, , ,83 Sebawi 161,45 2, , ,54 Sajad 94,94 1, , ,38 Sejangkung 291,26 4, ,9 65 0, ,86 22, ,00 21, ,91 Teluk Keramat 554,43 8, , ,38 Tangaran 186,67 2, , ,53 Paloh 1.148,84 17, , , ,94 29, ,00 21, ,92 IV Galing 333,00 5, ,3 48 0,86 Sajingan Besar 1.391,20 21, ,56 5 0, ,20 26, ,00 4, ,83 Kabupaten Sambas 6.395,70 100, , ,98 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007a) Keterangan: LP = laju pertumbuhan penduduk terhadap tahun sebelumnya * ) = Persentase tehadap total Kabupaten Sambas Selain itu, dari sisi luas wilayah perbandingan antar kecamatan terlihat timpang. Kecamatan Sajingan Besar (21,75 persen), Kecamatan Paloh (17,96 persen), dan Kecamatan Subah (10,08 persen) merupakan 3 (tiga) kecamatan terluas di Kabupaten Sambas yang secara keseluruhan memiliki luas sekitar 50 persen dari total luas Kabupaten Sambas hanya dihuni oleh 10 persen dari total penduduk Kabupaten Sambas yang berjumlah jiwa pada tahun Hal ini mempengaruhi rata-rata kepadatan penduduknya yang tergolong jarang, yaitu hanya sekitar 6-26 jiwa/km 2. Tabel 5 juga menunjukkan adanya indikasi ketimpangan dalam sebaran jumlah penduduk antar wilayah pengembangan. Wilayah pengembangan (WP) I dengan yang hanya memiliki 20,99 persen dari luas wilayah kabupaten ditempati oleh 52,09 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Sambas, sehingga WP I

5 66 memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 188 jiwa/km 2. Pada Wilayah pengembangan (WP) II dan III, yang masing-masing memiliki 22,50 persen dan 29,55 persen dari total luas wilayah, dihuni oleh 21,85 persen dan 21,87 persen dari total penduduk Kabupaten Sambas. Sedangkan pada WP IV yang memiliki 26,96 persen dari luas wilayah, hanya dihuni oleh 4,86 persen dari total jumlah penduduk Kabupaten Sambas, sehingga memiliki kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 14 jiwa/km 2. Rata-rata kepadatan penduduk yang jarang di suatu wilayah cenderung kurang mendukung percepatan pembangunan karena rata-rata hitung atau rasio biaya pembangunan per satuan penduduk relatif jauh lebih besar dibanding daerah yang padat penduduknya. Secara spasial sebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Sambas tahun 2006 seperti ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11 Peta kepadatan penduduk di Kabupaten Sambas Dilihat laju pertumbuhannya, sebagian besar wilayah yang memiliki tingkat kepadatan yang relatif tinggi cenderung memiliki laju pertumbuhan penduduk yang tinggi pula. Selain itu, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi juga terjadi pada kecamatan-kecamatan yang merupakan pusat dari wilayah pengembangan,

6 67 seperti Kecamatan Sambas, Pemangkat dan Teluk Keramat karena wilayah tersebut berfungsi sebagai pusat pelayanan wilayah belakangnya. Selain jumlah, kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk, jumlah dan persentase keluarga miskin juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan pembangunan dan perkembangan suatu wilayah. Di Kabupaten Sambas jumlah dan persentase keluarga miskin dari tahun 2005 hingga 2007 menunjukkan adanya penurunan seperti yang ditunjukkan padatabel 6. Ini menunjukkan bahwa upaya pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, terutama yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan telah menampakkan hasilnya. Sedangkan persentase dan sebaran keluarga miskin di Kabupaten Sambas baik dalam wilayah pengembangan maupun antar wilayah pengembangan relatif merata (Tabel 6). Tabel 6 Jumlah dan Persentase KK Miskin per Kecamatan di Kabupaten Sambas tahun WP Kecamatan KK KK Tot % KK KK Tot % KK KK Tot % I Pemangkat , , ,96 Selakau , , ,65 Semparuk , , ,33 Jawai Selatan , , ,82 Jawai , , ,67 Tekarang , , ,05 Tebas , , ,45 Jumlah , , ,09 II Sambas , ,23 Sebawi , , ,79 Subah , , ,51 Sejangkung , , ,38 Sajad , , ,14 Jumlah , , ,81 III Teluk Keramat , , ,82 Tangaran , ,85 Paloh , , ,22 Jumlah , , ,00 IV Galing , , ,97 Sajingan Besar , , ,98 Jumlah , , ,77 Jumlah Total , , ,60 Sumber :BPMKB Kab.Sambas(2008) Keterangan : KK = jumlah KK miskin kecamatan; KK Tot = jumlah total KK kecamatan; % = persentase KK miskin kecamatan terhadap KK total kecamatan

7 68 Karakteristik Biofisik Wilayah Kabupaten Sambas Kondisi biofisik wilayah Kabupaten Sambas memperlihatkan adanya perbedaan karakteristik alam antar wilayah. Data penggunaan lahan tahun 2002 dan hasil analisis terhadap citra landsat TM5 tahun 2006 untuk wilayah Kabupaten Sambas (path/row 121/059 dan 122/059) seperti terlihat pada Tabel 7 menunjukkan bahwa luas tutupan hutan relatif beragam antar wilayah pengembangan dan antar wilayah kecamatan. Tabel 7 Luas tutupan hutan pada tiap wilayah pengembangan dan wilayah kecamatan di Kabupaten Sambas tahun 2002 dan 2006 WP Kecamatan Luas wilayah (ha) Luas hutan (ha) Tahun 2002* Tahun 2006** Persen luas hutan Luas hutan (ha) Persen luas hutan I Pemangkat ,85 536,24 0,20 290,76 0,14 Selakau , ,74 3, ,02 4,53 Semparuk 7.884,77 341,11 0,13 333,81 0,16 Tebas , ,98 7, ,99 8,08 Tekarang 7.982,84 70,09 0,03 55,20 0,03 Jawai ,79 729,67 0,27 606,22 0,28 Jawai Selatan ,05 69,30 0,03 37,98 0, , ,11 12, ,98 13,23 II Sambas , ,60 2, ,05 1,99 Subah , ,22 12, ,69 8,41 Sebawi , ,82 0,47 706,28 0,33 Sajad , ,25 0,86 954,03 0,45 Sejangkung , ,01 12, ,99 9, , ,89 28, ,04 20,40 III Teluk Keramat , ,56 4, ,33 4,83 Tangaran , ,79 0, ,94 1,02 Paloh , ,31 19, ,11 22, , ,66 24, ,38 28,70 IV Galing , ,54 7, ,63 8,20 Sajingan Besar , ,89 26, ,19 29, , ,43 34, ,82 37,68 Kabupaten Sambas , ,09 44, ,22 36,00 Sumber: * = Bappeda Kab. Sambas, 2007 (diolah) dan ** = Hasil analisis Citra Landsat TM 5. Keterangan: Persentase luas hutan kecamatan diperoleh dengan cara membagi luas tutupanhutan tiap kecamatan dengan luas total tutupan hutan seluruh kecamatan dikali 100 persen, sedangkan persen luashutan kabupaten diperoleh dengan membagi luas total hutan dibagi luas wilayah kabupaten dikali 100 persen. Pada tahun 2006 tutupan hutan di Kabupaten Sambas seluas ,22 ha atau 36 persen dari luas wilayah Kabupaten Sambas, yang tersebar di 17 kecamatan. Dari luasan tersebut, sekitar 60 persen berada di wilayah pengembangan (WP) III dan IV yang tersebar di lima kecamatan. Kecamatan yang memiliki persen luasan hutan yang relatif tinggi adalah Kecamatan Sajingan Besar (29,47 persen) dan Paloh (22,85 persen), sedangkan kecamatan yang

8 69 memiliki luasan hutan relatif sedikit adalah Kecamatan Tekarang, Semparuk, Sebawi, Pemangkat, Jawai, Jawai Selatan dan Sajad dengan luas hutan kurang dari satu persen dibanding total luas hutan di Kabupaten Sambas. Dilihat dari perubahan luas hutannya dalam kurun waktu empat tahun ( ) di Kabupaten Sambas telah terjadi pengurangan hutan seluas ,87 ha atau berkurang 8,89 persen dari tahun Ini berarti bahwa laju perubahan tutupan hutan ke non hutan sebesar 2,22 persen per tahun dalam kurun waktu tersebut. Perubahan tersebut terutama terjadi di Kecamatan Sejangkung dan Subah sebagai akibat pembukaan lahan untuk aktivitas perkebunan. Secara spasial, sebaran luasan hutan di Kabupaten Sambas seperti ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12 Peta sebaran hutan di Kabupaten Sambas Dari aspek topografi, seperti ditunjukkan pada Tabel 8, sebagian besar (86,29 persen) wilayah Kabupaten Sambas merupakan wilayah yang datar sampai landai (kemiringan lereng 0 8 persen), sedangkan sebagian lainnya (12,97 persen) bergelombang sampai agak curam (kemiringan 8-45 persen), dan 0,75 persen sangat curam (kemiringan >45 persen). Wilayah-wilayah yang memiliki topografi

9 70 relatif agak curam sampai sangat curam adalah Kecamatan Sajingan Besar, Paloh dan Subah, sedangkan kecamatan lain umumnya memiliki topografi yang relatif agak datar sampai bergelombang. Secara spasial sebaran kemiringan lereng tiap wilayah kecamatan di Kabupten Sambas terlihat ditunjukkan pada Gambar 13. Tabel 8 Persentase luas kelas kemiringan lereng pada tiap kecamatan di Kabupaten Sambas WP Kecamatan Luas wilayah (ha) Persen luas kemiringan lereng 0 8% 8 15% 15 45% > 45% I Pemangkat ,85 91,86 3,59 4,55 - Selakau ,21 94,46 2,34 3,20 - Semparuk 7.884,77 100, Tebas ,34 88,42 5,80 5,17 0,61 Tekarang 7.982,84 100, Jawai ,79 100, Jawai Selatan ,05 99,48 0, Jumlah I ,83 89,30 8,76 1,85 0,09 II Sambas ,49 100, Subah ,76 79,04 9,01 10,45 1,50 Sebawi ,17 90,48 4,35 5,16 - Sajad ,44 100, Sejangkung ,39 96,52 1,86 1,33 0,28 Jumlah II ,25 93,21 3,04 3,39 0,36 III Teluk Keramat ,53 100, Tangaran ,91 100, Paloh ,69 86,36 4,89 7,78 0,98 Jumlah III ,13 95,45 1,63 2,59 0,33 IV Galing ,97 95,83 2,76 1,41 - Sajingan Besar ,00 64,58 13,40 19,65 2,37 Jumlah IV ,98 80,21 8,08 10,53 1,19 Kabupaten Sambas ,18 86,29 6,66 6,30 0,75 Sumber : BappedaKab. Sambas (2007) diolah. Keterangan: Persentase kemiringan lereng tiap kecamatan diperoleh dengan cara membagi luas kemiringan lereng dengan luas wilayah kecamatan tersebut dikali 100 persen.

10 71 Gambar 13 Peta kelas kemiringan lereng di Kabupaten Sambas Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah Jumlah dan jenis serta kualitas sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu wilayah. Sarana dan prasarana wilayah tersebut diantaranya adalah sarana dan prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dan ekonomi. Prasarana Jalan Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya pembangunan semakin menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu wilayah ke wilayah lain. Berdasarkan data BPS Kabupaten Sambas (2007) Panjang jalan kabupaten di wilayah Kabupaten Sambas pada tahun 2006 mencapai 1.475,44 kilometer. Dari panjang jalan tersebut 27,65 persen jalan sudah diaspal; 6,71 persen jalan kerikil dan 65,64 persen jalan tanah. Bila ditinjau dari kondisinya, 23,23 persen jalan di Kabupaten Sambas kondisinya sudah baik; 10,79 persen kondisi sedang; dan 65,98 persen kondisi rusak. Sedangkan panjang

11 72 jalan menurut status pengawasan dan jenis permukaan terdiri dari jalan provinsi 182,20 km dan jalan kabupaten 1.475,44 km (Tabel 9). Tabel 9 Panjang jalan menurut status pengawasan dan jenis permukaannya Status Jalan Jenis Permukaan Aspal Kerikil Tanah Lainnya Jumlah Negara Propinsi 182, ,20 Kabupaten 407,92 99,07 968, ,44 Lokal Sekunder Non Status Jumlah 590,12 99,07 968, ,64 Sumber : BPS Kab. Sambas (2007a). Secara spasial, jaringan jalan di Kabupaten Sambas seperti ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14 Peta jaringan jalan di Kabupaten Sambas Sarana Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung

12 73 oleh tersedianya sarana dan prasarana serta tenaga pengajar yang memadai. Pada tahun 2006 jumlah taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) di Kabupaten Sambas berturut-turut sebanyak 40; 439; dan 114 buah dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 119 orang guru TK, orang guru SD dan orang guru SLTP. Sedangkan jumlah sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) yang terdiri dari sekolah menengah atas (SMA) dan kejuruan (SMK) serta perguruan tinggi/akademi sebanyak 46 dan 2 buah, dengan jumlah tenaga pengajar SLTA sebanyak 426 orang. Secara rinci, jumlah dan sebaran prasarana dan sarana pendidikan di Kabupaten Sambas dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan sebaran prasarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Sambas WP Kecamatan TK Guru TK SD Guru SD Tingkat Pendidikan SLTP Guru SLTP SLTA Guru SLTA Akademi / PT I Pemangkat Selakau Semparuk Tebas Tekarang Jawai Jawai Selatan II Sambas Subah Sebawi Sajad Sejangkung III Teluk Keramat Tangaran Paloh IV Galing Sajingan Besar Kabupaten Sambas Sumber: BPS Kab. Sambas (2007a). Tabel 10 juga menunjukkan adanya kesenjangan dalam jumlah dan sebaran prasarana dan sarana pendidikan di Kabupaten Sambas. Sebagian besar prasarana dan sarana pendidikan tersebut terkonsentrasi di wilayah pengembangan (WP) I,

13 74 II dan III. Hal ini akibat dari ketidakmerataan jumlah dan sebaran penduduk, wilayah yang memiliki jumlah penduduk lebih besar akan memerlukan prasarana dan sarana yang lebih banyak. Dalam hal ini penduduk di wilayah pengembangan I, II dan III relatif lebih banyak dan lebih padat dari wilayah pengembangan IV. Fasilitas Kesehatan Faktor penting lainnya dalam pembangunan mutu sumberdaya manusia adalah kesehatan. Jaminan kesehatan yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik pula, dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Salah satu indikator pembangunan dalam bidang kesehatan adalah tingkat kemudahan pelayanan kesehatan yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan pada suatu wilayah. Oleh sebab itu, pembangunan di bidang kesehatan saat ini lebih diarahkan pada penyediaan berbagai sarana dan prasarana yang meliputi bangunan fisik (rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan poliklinik) serta pengadaan tenaga kesehatan yang terampil. WP Tabel 11 Jumlah dan sebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten Sambas Kecamatan RS Puskesmas Pustu Fasilitas Kesehatan Puskesmas Keliling Balai Pengobatan Klinik Bersalin Polindes I Pemangkat Selakau Semparuk Tebas Tekarang Jawai Jawai Selatan II Sambas Subah Sebawi Sajad Sejangkung III Teluk Keramat Tangaran Paloh IV Galing Sajingan Besar Kabupaten Sambas Sumber: BPS Kab. Sambas (2007a) dan Data PODES 2006 (BPS)

14 75 Rumah Sakit merupakan salah satu prasarana yang paling vital di kabupaten Sambas. Berdasarkan data BPS Kabupaten Sambas tahun 2006, seperti ditunjukkan pada Tabel 11, jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Sambas sebanyak 3 buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 163 buah. Prasarana kesehatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah Puskesmas dan Polindes. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 23 unit Puskesmas, 90 unit Puskesmas Pembantu, 20 unit Puskesmas Keliling, 2 unit Balai Pengobatan dan 165 Polindes. Selain fasilitas fisik seperti rumah sakit dan puskesmas, keberadaan tenaga kesehatan juga berperanan sangat penting dalam proses pembangunan di bidang kesehatan. Berdasarkan data BPS (2007), jumlah dan sebaran tenaga kesehatan (dokter dan bukan dokter) seperti ditunjukkan pada Tabel 12 berikut. Tabel 12 Jumlah dan sebaran tenaga kesehatan di Kabupaten Sambas Dokter Bukan Dokter WP Kecamatan Dokter Dokter Dokter Perawat Perawat Bidan Gizi Farmasi Teknis Umum Gigi Spesialis Gigi Medis I Pemangkat Selakau Semparuk Tebas Tekarang Jawai Jawai Selatan II Sambas Subah Sebawi Sajad Sejangkung III Teluk Keramat Tangaran Paloh IV Galing Sajingan Besar Kabupaten Sambas Sumber : Data PODES 2006 (BPS) Fasilitas Peribadatan Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 menjamin kehidupan umat beragama dan senantiasa mengembangkan kerukunan hidup

15 76 antara pemeluk agama/kepercayaan guna membina kehidupan masyarakat dan sekaligus mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang mungkin dapat menghambat kemajuan bangsa. Untuk itu, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai bagi semua umat serta peningkatan pelayanan bagi kepentingan pelaksanaan ibadah keagamaan yang mencakup prasarana pribadatan. Pada tahun 2006, jumlah prasarana peribadatan di Kabupaten Sambas sebanyak buah tempat ibadah yang terdiri dari 561 buah mesjid, 328 buah surau, 45 buah musholla, 39 buah gereja katolik, 2 buah Kapel, 67 buah gereja protestan, 46 buah vihara dan 2 buah pura. Adapun jumlah dan sebaran prasarana peribadatan di Kabupaten Sambas dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. WP Tabel 13 Jumlah dan sebaran prasarana peribadatan di Kabupaten Sambas Kecamatan Islam Katolik Protestan Budha Hindu Mesjid Surau Mushola Gereja Kapel Gereja Vihara Pura I Pemangkat Selakau Semparuk Tebas Tekarang Jawai Jawai Selatan II Sambas Subah Sebawi Sajad Sejangkung III Teluk Keramat Tangaran Paloh IV Galing Sajingan Besar Kabupaten Sambas Sumber: BPS Kab. Sambas (2007a) diolah Fasilitas Ekonomi Pembangunan fasilitas ekonomi suatu wilayah sangat penting dalam meningkatkan efisiensi aliran sumberdaya baik berupa barang maupun jasa, serta meningkatkan produktivitas dan interaksi spasial antar wilayah yang saling

16 77 memperkuat. Fasilitas ekonomi tersebut diantaranya meliputi fasilitas pasar, toko/warung, dan lembaga keuangan. Sebaran jumlah dan jenis fasilitas ekonomi pada tiap kecamatan di Kabupaten Sambas seperti terlihat pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah dan jenis fasilitas ekonomi di Kabupaten Sambas WP Kecamatan Pasar Non- Permanen Pasar Swalayan/ mini market Sebaran Fasilitas Ekonomi (unit) Restoran / Rumah Makan Warung Makanan & Toko / Warung Hotel Minuman Kelontong Bank Umum BPR / PT. Bank Pasar I Pemangkat Selakau Semparuk Tebas Tekarang Jawai Jawai Selatan II Sambas III Subah Sebawi Sajad Sejangkung Teluk Keramat Tangaran Paloh IV Galing Sajingan Besar Kabupaten Sambas Sumber : Data PODES Secara parsial Tabel 14 menunjukkan adanya disparitas antar wilayah dalam hal ketersediaan fasilitas ekonomi. Sebagian besar fasilitas ekonomi berada di wilayah pengembangan (WP) I, II dan III, sedangkan wilayah pengembangan IV bahkan tidak memiliki lembaga keuangan seperti bank umum dan BPR. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan suatu wilayah. Wilayah yang memiliki fasilitas ekonomi lebih banyak dan beragam relatif akan mampu mempercepat laju pertumbuhan dan perkembangan Koperasi

17 78 wilayahnya, sedangkan wilayah yang sedikit fasilitas ekonominya akan relatif tertinggal dan sulit berkembang. Kondisi Ekonomi Wilayah Salah satu indikator ekonomi yang umum digunakan untuk menggambarkan perkembangan ekonomi wilayah adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Pada tahun 2006, PDRB Kabupaten Sambas atas dasar harga konstan sebesar 2.362,08 milliar rupiah. Dari jumlah tersebut ternyata kontribusi tiap wilayah, baik wilayah pengembangan maupun wilayah kecamatan tidak memberikan kontribusi yang sama dalam PDRB Kabupaten Sambas. Seperti ditunjukkan pada Tabel 15, wilayah pengembangan (WP) I memberikan kontribusi yang paling tinggi yaitu sebesar 55,60 persen dari seluruh perekonomian Kabupaten Sambas, sedangkan WP II, III dan IV beruturut-turut hanya memberikan kontribusi sebesar 22,87; 17,46 dan 3,98 persen. Tabel 15 PDRB wilayah pengembangan (WP) dan kecamatan serta kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Sambas tahun 2006 atas dasar harga konstan WP Kecamatan PDRB (juta rupiah) Kontribusi (%) Peringkat I Pemangkat ,76 19,12 1 Selakau ,64 8,26 6 Semparuk ,22 3,07 11 Tebas ,85 12,96 2 Tekarang ,78 1,26 15 Jawai ,36 9,18 5 Jawai Selatan ,46 1, ,07 55,69 II Sambas ,22 12,47 3 Subah ,90 3,23 10 Sebawi ,87 1,55 14 Sajad ,77 0,85 16 Sejangkung ,07 4, ,83 22,87 III Teluk Keramat ,59 9,93 4 Tangaran ,88 2,48 12 Paloh ,42 5, ,89 17,46 IV Galing ,16 3,34 9 Sajingan Besar ,27 0, ,43 3,98 Total ,22 100,00 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007b) diolah.

18 79 Hal yang sama juga terjadi dalam wilayah pengembangan (antar kecamatan), dimana pusat pengembangan dalam wilayah pengembangannya (Kecamatan Pemangkat, Sambas, Teluk Keramat dan Galing) relatif jauh lebih tinggi kontribusinya dari sub pusat pengembangannya. Ini menunjukkan adanya dugaan bahwa telah terjadi disparitas pembangunan ekonomi baik antar wilayah pengembangan maupun dalam wilayah pengembangan. Dilihat dari struktur perekonomiannya, sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Sambas dengan kontribusi sebesar 47,25 persen terhadap keseluruhan perekonomian. Sektor lainnya yang penting adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi masing-masing sebesar 27,45 persen dan 9,58 persen, sedangkan sektor lainnya hanya memberikan kontribusi sebesar 15,82 persen (Tabel 16). Ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Sambas masih berbasis sumberdaya lahan. Tabel 16 PDRB Kabupaten Sambas menurut lapangan usaha tahun 2006 atas dasar harga konstan Lapangan Usaha / Sektor PDRB (juta rupiah) Kontribusi (%) Pertanian ,68 47,15 Pertambangan & penggalian 4.144,40 0,18 Industri pengolahan ,45 9,58 Listrik, gas & air bersih 6.137,61 0,26 Bangunan ,40 2,35 Perdagangan, hotel & restoran ,97 27,45 Pengangkutan & komunikasi ,78 3,68 Keuangan, persew. & jasa perus ,93 4,54 Jasa jasa ,11 4,82 PDRB ,32 100,00 Sumber: BPS Kab. Sambas (2007b) Seperti halnya pada PDRB total, kontribusi tiap wilayah, baik wilayah pengembangan maupun wilayah kecamatan tidak memberikan kontribusi yang sama dalam sektor-sektor PDRB Kabupaten Sambas. Sebagian besar sektor-sektor PDRB berasal dari wilayah pengembangan (WP) I (± 50 persen) dan II (± 30 persen), sedangkan sebagian kecil lainnya (± 20 persen) berasal dari WP III dan IV (Tabel 17).

19 80 Tabel 17 Kontribusi sektor-sektor PDRB per wilayah pengembangan (WP) dan kecamatan di Kabupaten Sambas tahun 2006 atas dasar harga konstan WP Kecamatan Kontribusi Sektor (%) Tani Tmb Ind Ligas Bang Dag Akt Keu Jasa I Pemangkat 16,27 21,26 23,21 37,99 20,36 21,80 20,59 18,85 20,97 19,12 Selakau 10,77 1,15 2,97 0,07 3,83 7,86 3,26 6,60 4,74 8,26 Semparuk 3,79 0,00 0,32 0,00 1,94 2,49 10,46 1,60 1,43 3,07 Tebas 13,10 2,99 6,52 11,76 15,15 14,08 13,09 17,75 12,72 12,96 Tekarang 1,38 0,18 0,64 0,00 1,11 1,11 2,84 1,42 1,00 1,26 Jawai 10,86 7,04 6,00 9,71 1,46 10,39 2,97 4,48 5,25 9,18 Jawai Selatan 1,84 12,85 0,86 0,00 2,01 1,47 3,97 2,85 2,97 1,84 Total 58,01 45,47 40,50 59,52 45,86 59,20 57,19 53,56 49,07 55,69 II Sambas 4,48 10,28 30,62 20,99 37,10 12,62 24,24 19,58 25,73 12,47 Subah 4,21 1,51 2,06 1,32 1,57 2,97 1,21 1,79 1,23 3,23 Sebawi 0,99 29,34 2,32 0,00 2,59 2,28 0,39 1,61 0,86 1,55 Sajad 0,50 0,00 1,66 0,00 0,81 1,36 0,15 0,74 0,45 0,85 Sejangkung 5,51 4,74 10,25 3,84 1,24 2,72 2,48 3,99 2,45 4,77 15,69 45,86 46,91 26,15 43,31 21,95 28,47 27,70 30,73 22,87 III Teluk Keramat 10,70 1,25 7,27 10,81 6,57 9,58 7,39 12,07 11,57 9,93 Tangaran 2,81 0,00 2,05 0,00 0,92 2,88 0,22 1,48 1,49 2,48 Paloh 6,05 7,42 2,12 3,39 2,13 5,03 4,80 3,24 4,43 5,05 19,56 8,67 11,44 14,20 9,61 17,49 12,40 16,80 17,48 17,46 IV Galing 5,95 0,00 0,93 0,00 0,91 1,01 0,91 1,11 1,31 3,34 Sajingan Besar 0,79 0,00 0,22 0,13 0,31 0,35 1,03 0,84 1,42 0,64 6,74 0,00 1,15 0,13 1,22 1,36 1,94 1,95 2,73 3,98 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007c) diolah. Keterangan: Tani : Pertanian Dag : Perdagangan, Hotel dan Restoran Tmb : Pertambangan dan Penggalian Akt : Pengangkutan dan Komunikasi Ind : Industri Pengolahan Keu : Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Ligas : Listrik, Gas dan Air Bersih Jasa : Jasa-Jasa Bang : Bangunan Selain produk domestik regional bruto (PDRB), perkembangan ekonomi wilayah juga dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan. Angka pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak perangkat indikator yang menunjukkan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk sebagai hasil pembangunan. Pada tahun 2006, PDRB Kabupaten Sambas atas dasar harga berlaku meningkat dari 3.264,69 miliar rupiah pada tahun 2005 menjadi 3.673,26 miliar rupiah pada tahun 2006 atau dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 12,51 persen. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan

20 meningkat sebesar 3,87 persen, dari 2.274,17 miliar rupiah pada tahun 2005 menjadi 2.362,08 miliar rupiah pada tahun 2006 (Tabel 18). Hal ini berarti secara riil perekonomian Kabupaten Sambas masih menunjukkan peningkatan, namun angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yaitu sebesar 5,23 persen. Akan tetapi kontribusi perekonomian Kabupaten Sambas terhadap Kalimantan Barat sedikit mengalami peningkatan, yaitu dari 9,64 persen pada tahun 2005 menjadi 9,74 persen di tahun Tabel 18 Perkembangan PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas tahun Tahun PDRB Harga Berlaku Nilai (Jutaan Rp) Pertumbuhan (%) PDRB Harga Konstan Nilai (Jutaan Rp) Pertumbuhan (%) , , ,71 14, ,97 5, ,49 11, ,22 2, ,72 10, ,13 4, ,20 12, ,51 4, ,61 13, ,33 5, ,28 12, ,32 3,87 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007c) Pada wilayah pengembangan dan kecamatan di Kabupaten Sambas, laju pertumbuhan ekonominya ditunjukkan pada Tabel 19. Berdasarkan tabel tersebut, laju pertumbuhan ekonomi baik pada wilayah pengembangan maupun di wilayah kecamatan mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang berfluktuasi dari tahun ke tahun selama kurun waktu Pada WP I dan III, kecenderungan laju pertumbuhan ekonominya relatif sama, yaitu masing-masing mengalami penurunan dari 5,33% dan 5,06% pada tahun 2001 menjadi 1,08% dan 5,55% pada tahun 2002, kemudian naik menjadi 5,64% dan 5,99% pada tahun 2005 serta turun menjadi 3,97% dan 3,10% pada tahun Kecenderungan laju pertumbuhan yang relatif sama juga terjadi pada WP II dan IV, yang berturut-turut mengalami kenaikan dari 4,81% dan 6,90% pada tahun 2000, meningkat menjadi 5,64% dan 9,09% pada tahun 2002, kemudian turun menjadi 4,79% dan -0,20% pada tahun 2006.

21 82 Tabel 19 Laju pertumbuhan ekonomi wilayah pengembangan (WP) dan kecamatan di Kabupaten Sambas tahun WP Kecamatan Laju pertumbuhan ekonomi (%) I Pemangkat 5,64-1,40 4,98 4,91 5,31 4,89 Selakau 4,54 2,64 3,11 3,70 5,04 5,55 Semparuk 3,70 0,43 3,09 4,60 7,38 4,53 Tebas 6,24 3,54 5,12 5,41 6,32 1,43 Tekarang 3,99 2,48 4,31 4,48 2,02 3,75 Jawai 4,81 0,79 4,36 5,16 5,89 4,26 Jawai Selatan 5,69 4,71 4,40 4,75 5,44 3,66 5,33 1,08 4,49 4,86 5,64 3,97 II Sambas 4,93 5,01 4,33 4,57 5,49 4,66 Subah 6,74 8,42-0,18 4,43 5,27 5,43 Sebawi 3,97 5,32 5,22 3,51 4,71 4,48 Sajad 3,05 5,07 3,95 4,10 3,36 4,45 Sejangkung 3,75 5,60 7,48 6,43 6,78 4,87 4,81 5,64 4,33 4,84 5,59 4,79 III Teluk Keramat 6,20 4,29 4,63 6,34 6,23 2,48 Tangaran 2,67 5,45 5,66 1,84 4,05 0,99 Paloh 4,10 4,58 5,96 5,38 6,51 5,43 5,06 4,55 5,16 5,38 5,99 3,10 IV Galing 6,60 9,13 8,49 5,04 6,60-1,32 Sajingan Besar 8,64 8,89 9,64 5,79 6,18 6,11 6,90 9,09 8,66 5,15 6,54-0,20 Kabupaten Sambas 5,22 2,98 4,73 4,96 5,68 3,87 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007c) diolah Indikator perkembangan ekonomi suatu wilayah yang penting selain PDRB dan pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan regional per kapita. Besarnya pendapatan regional per kapita dalam hal ini PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Di Kabupaten Sambas selama kurun waktu , pendapatan regional per kapita yang tercermin dalam PDRB per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari ,30 rupiah menjadi ,39 rupiah atau naik sebesar 11,49 persen per tahun. Sedangkan atas dasar harga konstan 2000, angka PDRB per kapita ini mengalami kenaikan sebesar 3,58 persen per tahun, yaitu dari ,30 rupiah menjadi ,84 rupiah (Tabel 20).

22 83 Tabel 20 Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten Sambas tahun Tahun PDRB Per Kapita Harga Berlaku Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) PDRB Per Kapita Harga Konstan 2000 Nilai (Rp) Pertumbuhan (%) , , ,67 13, ,93 4, ,72 10, ,87 2, ,18 9, ,76 3, ,49 11, ,47 4, ,43 12, ,05 4, ,39 11, ,84 2,82 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007c) Perkembangan PDRB per kapita (atas dasar harga konstan tahun 2000) dari tahun pada wilayah pengembangan dan kecamatan di Kabupaten Sambas, ditunjukkan pada Tabel 21. Tabel 21 Perkembangan PDRB per kapita wilayah pengembangan (WP) dan kecamatan di Kabupaten Sambas tahun WP Kecamatan PDRB per kapita (jutaan rupiah) Tahun I Pemangkat 6,2876 6,5711 6,4035 6,6621 6,9030 7,1600 7,4052 Selakau 4,3041 4,4670 4,5513 4,6790 4,8268 5,0325 5,2758 Semparuk 2,6679 2,7590 2,7596 2,8391 2,9581 3,1607 3,2886 Tebas 3,9796 4,1885 4,2885 4,4705 4,6722 4,9247 4,9509 Tekarang 2,1316 2,2054 2,2474 2,3376 2,4410 2,4907 2,5778 Jawai 4,8768 5,0542 5,0180 5,1556 5,3563 5,6060 5,7598 Jawai Selatan 1,8073 1,8923 1,9564 2,0178 2,0919 2,1864 2,2431 4,3371 4,5279 4,5288 4,6932 4,8777 5,1029 5,2520 II Sambas 6,0705 6,2323 6,3789 6,4994 6,6583 6,8893 7,0585 Subah 3,2560 3,4904 3,8029 3,8387 4,0523 4,2938 4,5517 Sebawi 2,0504 2,0984 2,1731 2,2589 2,3120 2,3967 2,4771 Sajad 1,6568 1,7009 1,7785 1,8438 1,9150 1,9764 2,0582 Sejangkung 4,4488 4,5787 4,7987 5,1300 5,4192 5,7534 5,9981 4,2275 4,3789 4,5640 4,7123 4,8930 5,1183 5,3063 III Teluk Keramat 2,9943 3,1505 3,2458 3,3570 3,5321 3,7079 3,7493 Tangaran 2,4843 2,5420 2,6656 2,8066 2,8475 2,9492 2,9634 Paloh 3,9898 4,1135 4,2622 4,4946 4,7049 4,9815 5,2238 3,1144 3,2453 3,3581 3,5012 3,6586 3,8421 3,9215 IV Galing 3,7168 3,9301 4,2530 4,5926 4,7909 5,0680 4,9660 Sajingan Besar 1,3592 1,4663 1,5864 1,7296 1,8158 1,9167 2,0198 2,9586 3,1383 3,3971 3,6731 3,8349 4,0566 4,0204 Kabupaten Sambas 3,9779 4,1471 4,2243 4,3864 4,5632 4,7793 4,9126 Sumber: BPS Kab.Sambas (2007c) diolah

23 84 Kecenderungan PDRB per kapita selama kurun waktu enam tahun, baik pada wilayah kecamatan maupun wilayah pengembangan selalu mengalami kenaikan. Apabila dihitung rata-rata laju pertumbuhan PDRB perkapita selama kurun waktu tersebut, maka diperoleh laju pertumbuhan PDRB per kapita WP I sebesar 3,25%, WP II sebesar 4,25%, WP III sebesar 4,32% dan WP IV sebesar 5.98%, sedangkan laju PDRB per kapita Kabupaten Sambas sebesar 3,92%. Dengan demikian laju pertumbuhan PDRB per kapita WP I dibawah laju pertumbuhan PDRB per kapita kabupaten, dan laju pertumbuhan PDRB per kapita tertinggi berada pada WP IV. Arah Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional merupakan rangkaian pelaksanaan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Selain itu pembangunan daerah juga merupakan pencerminan aspirasi rakyat yang bertujuan untuk mengembangkan kehidupan masyarakat yang maju, mandiri, serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmurannya secara terus menerus dan merata. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemerintah Kabupaten Sambas telah menentukan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan untuk tahun yang tertuang dalam Program Pembangunan Daerah (Propeda). Dengan demikian proses pembangunan dalam kurun waktu tersebut di arahkan pada pencapaian visi pembangunan yang telah ditetapkan yaitu: Sambas Terigas 2006 menuju masyarakat maju, mandiri dan sejahtera. Terigas disini merupakan singkatan dari tertib dan terukur, ekonomi kerakyatan, religius, ilmu pengetahuan dan teknologi, good governance, akhlakul karimah dan social control dan social participation. Sebagai bentuk penjabaran dari visi pembangunan daerah, pemerintah Kabupaten Sambas telah menetapkan enam misi pembangunan sebagai berikut (Bappeda 2001b):

24 85 1. Menjamin kondisi masyarakat yang aman, damai dan tentram dalam penegakan dan kepastian hukum yang berkeadilan. 2. Meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan perhatian utama pada pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan serta pengamalan kehidupan beragama. 3. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya pembangunan dan keunggulan spesifik daerah dengan tetap menjamin kelestarian lingkungan hidup. 4. Mewujudkan aparatur pemerintah, yang bersih, berwibawa dan profesional. 5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. 6. Meningkatkan daya saing dan kerjasama regional, nasional, dan internasional sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Sedangkan arah kebijakan pembangunan daerah dalam beberapa bidang diantaranya adalah sebagai berikut: a. Ekonomi - Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada mekanisme pasar yang terkendali. - Memperluas lapangan kerja, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dalam upaya memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang didukung dengan penciptaan iklim usaha yang kondusif. - Mengembangkan usaha pertanian dan ketahanan pangan serta usaha lainnya yang berbasis pada keragaman sumber daya alam yang didukung dengan upaya perbaikan kualitas dan pemasarannya. - Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam mendukung pengembangan agribisnis, dan agro industri melalui pola kemitraan. - Menggali, meningkatkan dan mengembangkan sumber sumber pendapatan asli daerah (PAD) dari berbagai sektor sektor potensial dan produktif dalam upaya memperkuat kemampuan keuangan daerah.

25 86 b. Agama - Mewujudkan kondisi masyarakat yang religius agar tercipta suatu masyarakat yang amanah dan berahlaqul khorimah serta didukung oleh suasana kehidupan beragama yang harmonis. - Meningkatkan kuantitas dan memantapkan kualitas sarana dan prasarana kehidupan beragama serta pengembangan sistem dan metode pendidikan dan pembinaan kehidupan beragama. c. Pendidikan - Meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. - Mengembangkan sistem pendidikan yang terpadu, terarah dan menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan potensi dan kebutuhan pembangunan. d. Sosial dan Budaya 1). Kesejahteraan Masyarakat - Meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan sosial. - Meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan Program Keluarga Berencana menuju Keluarga Bahagia dan Sejahtera. - Mencegah dan memberantas perilaku sosial yang negatif di masyarakat dengan memberikan sanksi yang tegas dan konsisten sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2). Kesehatan - Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. - Perbaikan gizi masyarakat dengan mengoptimalkan kerjasama lintas sektoral. - Pengembangan pemahaman dan pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan sebagai dasar koordinasi lintas sektor untuk memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunan, setidak-tidaknya harus memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan lingkungan dan perilaku sehat. - Pengembangan sumber daya kesehatan.

26 87 - Peningkatan kesadaran, kepedulian serta kemandirian masyarakat untuk hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat. e. Pembangunan Daerah - Melaksanakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga ekonomi, politik, hukum, keagamaan, adat dan swadaya masyarakat, serta seluruh potensi masyarakat. - Mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah, serta memperhatikan penataan ruang sehingga terjadi keseimbangan pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. - Mempercepat pembangunan perdesaan dan perkotaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan prasarana, pengembangan kelembagaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumberdaya alam. - Mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh daerah, terutama daerah perbatasan, pedalaman dan daerah tertinggal lainnya di segala sektor pembangunan. Strategi Pengembangan Tata Ruang Pengembangan wilayah di Kabupaten Sambas diarahkan agar tercapai keserasian fungsi dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW kabupaten dan arahan RTRW Provinsi Kalimantan Barat. Dalam kontelasi kotakota di wilayah bagian Utara Kalimantan Barat, Kota Pemangkat dan Sambas merupakan pusat pertumbuhan penting selain Kota Singkawang dan Bengkayang. Oleh karena letak strategis Kota Singkawang yang memiliki fungsi dan peran sebagai pusat pelayanan jasa untuk beberapa daerah otonom sehingga ditetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dalam RTRWP Kalimantan Barat (kota orde II), mengakibatkan peran Kota Sambas dan Pemangkat menjadi pusat kegiatan lokal (pusat pelayanan orde III) dalam lingkup wilayah Kalimantan Barat. Fungsi Kota Sambas dititikberatkan sebagai pusat kegiatan pemerintahan kabupaten, pendidikan, budaya dan wisata, sedangkan Kota Pemangkat dititikberatkan sebagai pusat kegiatan industri dan perdagangan.

27 88 Berdasarkan pertimbangan kondisi di atas, maka disusunlah suatu strategi pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Sambas yang terdiri dari strategi pengembangan struktur tata ruang, strategi pengelolaan kawasan lindung, strategi pengembangan kawasan budidaya, strategi pengembangan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu serta strategi pengembangan sistem prasarana wilayah (Bappeda 2001a). Strategi pengembangan struktur tata ruang dilakukan dengan tiga pemantapan, yaitu pertama memantapkan Kota Sambas dan Pemangkat sebagai pusat pengembangan utama atau orde I dengan fungsi sebagai simpul utama transportasi regional, pusat kegiatan ekonomi regional, pusat permukiman utama, pusat pelayanan fasilitas sosial skala regional, dan pusat kegiatan pemerintahan kabupaten khusus untuk Kota Sambas. Kedua, memantapkan Kota Tebas, Sekura (ibu kota Kec. Teluk Keramat), dan Galing sebagai pusat pengembangan subregional atau pusat orde II dengan fungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kecamatan, pusat kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial tingkat kecamatan dan sekitarnya. Ketiga, memantapkan Kota Selakau, Sentebang (ibu kota Kec. Jawai), Sejangkung, Liku (ibu kota Kec. Paloh) dan Balai Gemuruh (ibu kota Kec. Subah) sebagai pusat pengembangan lokal atau pusat orde III dengan fungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan fasilitas sosial dan ekonomi tingkat kecamatan. Strategi pengelolaan kawasan lindung mencakup perihal pemeliharaan kelestarian lingkungan, penanganan kegiatan budidaya (termasuk kawasan permukiman) yang telah ada di kawasan lindung, dan pengembangan prasarana dasar di kawasan lindung. Sedangkan strategi pengembangan kawasan budidaya meliputi: a) pengembangan secara terpadu dengan pengembangan prasarana wilayah; b) pengembangan objek wisata alam, budaya dan sejarah yang ditunjang dengan prasarana dan sarana pendukung yang memadai; c) pengembangan kegiatan pertambangan melalui eksploitasi sumberdaya mineral untuk memacu tumbuhnya industri yang berorientasi ekspor dan substitusi impor; d) pengembangan kegiatan kehutanan dengan prinsip-prinsip konservasi dan kelestarian lingkungan; e) pengembangan HTI pada kawasan hutan produksi tetap yang tidak berhutan atau lahan kritis; f) optimalisasi dalam pemanfaatan dan pengolahan lahan pertanian tanaman padi dalam rangka menunjang swasembada

28 89 pangan regional Kalimantan Barat; g) pengembangan kegiatan perkebunan dan agroindustri sesuai dengan potensi wilayah dan prospek pemasaran melalui intensifikasi dan optimalisasi pemanfaatan lahan yang telah diarahkan; h) rehabilitasi kawasan pertambakan dan optimalisasi pengembangannya secara terpadu dengan pemantapan kawasan lindung hutan bakau; i) pengembangan kawasan industri manufaktur, pengolahan hasil pertanian, perikanan, peternakan, hortikultura, perkebunan, pengolahan bahan tambang dan galian, serta pengolahan hasil hutan; dan j) pengembangan kawasan permukiman didasarkan pada pertimbangan kondisi sebaran pusat-pusat permukiman yang telah ada, rencana pengembangan sistem transportasi, serta kawasan yang potensial berkembang menjadi kawasan permukiman baru atas dasar rencana pengembangan kawasan lindung dan budidaya. Adapun rencana pemanfataan ruang kawasan budidaya dan kawasan lindung di Kabupaten Sambas ditunjukkan oleh Gambar 15. Pada strategi pengembangan kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu, kawasan perkotaan yang dikembangkan adalah kawasan permukiman ibu kota kabupaten, semua ibu kota kecamatan dan kawasan permukiman yang direncanakan menjadi ibu kota kecamatan (Galing dan Balai Gemuruh) atau kawasan permukiman dengan luasan tertentu yang dalam kurun waktu 20 tahun jumlah penduduknya dapat mencapai jiwa yang dominan bekerja di sektor non pertanian dan pemanfaatan lahannya dominan untuk kegiatan non pertanian (Semparuk). Pada kawasan perdesaan, pengembangannya diprioritaskan di kawasan pusat desa yang berjarak lebih dari 20 km dari pusat kawasan perkotaan yang memiliki desa hinterland dan berpenduduk relatif besar dibanding desa-desa sekitarnya, serta di kawasan pusat dusun yang berjarak lebih dari 10 km dari pusat desa yang memiliki dusun hinterland dan berpenduduk lebih dari 500 jiwa. Pada kawasan tertentu perbatasan (memiliki kawasan budidaya dan lindung), pengembangannya didahului dengan penyusunan RTRWK (dengan tingkat kedalaman setara dengan tingkat ketelitian peta 1:25.000), ditekankan untuk penanganan lahan kritis, peningkatan pelayanan terhadap kawasan sangat tertinggal, pengembangan kawasan budidaya dalam rangka mendorong pemerataan, serta berorientasi substitusi impor dan atau peningkatan ekspor, dan pengembangannya dilakukan secara terpadu dengan kegiatan pengisian penduduk

29 90 melalui pengembangan kegiatan pertanian skala besar dan pembangunan infrastruktur wilayah. Gambar 15 Peta rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Sambas Strategi pengembangan sistem pengembangan prasarana wilayah meliputi antara lain: a) pemantapan jalur transportasi regional disertai dengan pembangunan pos lintas batas (PLB) negara; b) pengembangan pelabuhan Sintete (Kec. Semparuk) dan Pelabuhan Tanjung Api di Kecamatan Paloh; c) pembangunan/peningkatan prasarana dan sarana penyeberangan untuk memperlancar hubungan Sentebang (Kec. Jawai)-Pemangkat, Sentebang-Tebas, Liku-Temajuk (Kec.Paloh) dan atau ke perbatasan Serawak, Malaysia; d) Pembangunan jaringan jalan yang menghubungkan kota kecamatan dengan wilayah belakangnya yang potensial (sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, dan lain-lain) melalui prasarana jalan; e) pengembangan prasarana dan sarana transportasi sungai bagi daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan transportasi darat disertai normalisasi alur pelayaran sungai terutama untuk menjangkau kawasan permukiman yang tidak terjangkau oleh prasarana jalan, dan; f) pengembangan listrik perdesaan ke seluruh pusat desa dan pengadaan fasilitas telekomunikasi, air bersih dan pengembangan fasilitas pemasaran (seperti

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Wilayah Perkembangan wilayah merupakan salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu perkembangan sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan wilayah, secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan pembangunan antar wilayah seringkali menjadi permasalahan serius. Beberapa daerah mengalami pertumbuhan cepat,

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di antara 107 30 107 40 Bujur Timur dan 6 25 6 45

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH A. VISI DAN MISI Legalitas perencanaan jangka menengah Kabupaten Bangka pada tahun 2008 masih menggunakan Rencana Strategis Tahun 2004-2008. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH Prioritas dan sasaran pembangunan merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu. Penetapan prioritas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun 2016-2021 Terwujudnya Ketahanan Pangan bagi Masyarakat Kabupaten Kediri yang Religius, Cerdas, Sehat, Sejahtera, Kreatif, dan Berkeadilan, yang didukung oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan

dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan 2015 Ringkasan dan Program Strategis Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan Calon Bupati dan Wakil Tahun 2016-2021 Visi-Misi Bupati Luwu Timur Periode IR. H. MUH. THORIG HUSLER IRWAN BACHRI SYAM,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTAMOBAGU UTARA 216 ISBN : 62-17-361-2 No. Publikasi : 71746.1619 Katalog : 1112.71744

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Kalimantan Barat Propinsi Kalimantan Barat terdiri atas 12 kabupaten dan 2 kota di mana dari 12 kabupaten tersebut, 5 diantaranya berada pada

Lebih terperinci

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING

VISI TERWUJUDNYA KABUPATEN MANOKWARI SELATAN YANG AMAN, DAMAI, MAJU DAN SEJAHTERA SERTA MAMPU BERDAYA SAING VISI DAN MISI MARKUS WARAN, ST DAN WEMPI WELLY RENGKUNG, SE CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN MANOKWARI SELATAN PILKADA 2015 ------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 1102001.3510160 KECAMATAN SONGGON DALAM ANGKA TAHUN 2014 ISSN : 2407-036X No. Publikasi : 35106.1420 Katalog BPS : 1102001.3510160 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : x + 54 Halaman

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, pemukiman semakin lama membutuhkan lahan yang semakin luas. Terjadi persaingan yang kuat di pusat kota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Sesuai dengan Permendagri 54/2010, visi dalam RPJMD ini adalah gambaran tentang kondisi Provinsi Sulawesi Selatan yang diharapkan terwujud/tercapai pada akhir

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 4.1 VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 Mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi

Lebih terperinci

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah) 3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 3.1 Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Kebijakan umum Pemerintah Daerah Kabupaten Garut adalah kebijakan yang disusun untuk menjawab permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci