BAB II. Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Motivasi Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak. Dalam bahasa inggris motive berarti alasan, sebab, dorongan. Dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah 1. Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. 2. Psikologi usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Siagian (1995, 138) menyatakan bahwa: motivasi adalah daya pendorong mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sarana organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut Suryabrata (1995:70) motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Selanjutnya Purwanto (2006:60) menjelaskan bahwa yang dimaksud motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Selain pendapat di atas menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2009:73) mengemukakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

2 Berdasarkan pengertian motivasi menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009:74) ada tiga elemen penting motivasi yaitu: 1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysical yang ada pada organisme manusia. Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/ feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi tumbuh dalam diri seseorang. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri seseorang. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu hal tertentu sehingga tujuannya tercapai. Motif atau dorongan dalam diri bisa menjadi suatu kekuatan yang akhirnya menyebabkan seseorang bertindak atau berbuat. Dorongan tersebut tertuju pada suatu tujuan tertentu. Tetapi ada juga perbuatan atau perilaku yang tidak didasari atau didorong oleh motif dan dilakukan secara refleks atau tidak sadar. Suatu perbuatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu perbuatan yang refleksif dan perbuatan yang disadari yaitu: 1. Perbuatan yang refleksif, yaitu perbuatan yang terjadi tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan. Karena perbuatan tersebut dilakukan secara tidak sadar, reaksi dari stimulus yang diterima tidak sampai ke otak sebagai pusat kesadaran. Akibatnya, jalan yang ditempuh stimulus yang disadari individu, sampai terjadinya reaksi akan lebih pendek jika dibandingkan dengan jalan yang ditempuh oleh stimulus menimbulkan

3 reaksi sebagai akibat dari stimulus yang diterima. Reaksi refleksif digambarkan sebagai berikut: stimulus reseptor efektor respons Gambar 2.1 Reaksi Perbuatan Refleksif 2. Perbuatan yang disadari, yaitu perbuatan yang dilakukan atas dasar motif individu. Jika perbuatan tersebut merupakan respon dari stimulus yang disadari maka stimulus yang diterima individu sampai ke pusat, dan disadari sepenuhnya oleh individu. Proses jalannya reaksi digambarkan sebagai berikut: stimulus reseptor pusat efektor respon Gambar 2.2 Reaksi Perbuatan Yang Disadari Motivasi merupakan proses yang penting dalam pemuasan berbagai kebutuhan. Motivasi yang ada pada seseorang akan meningkatkan kekuatan dan mendorong orang tersebut untuk bertindak mencapai tujuannya. Asal mula timbulnya motif menurut Ahmadi (2009, 125) adalah: 1. Ada jenis motif yang dibawa sejak lahir, misalnya motif untuk makan, minum, berpakaian dan sebagainya. 2. Apa motif yang ditanamkan pada seseorang dengan sengaja yang merupakan latihan, kebiasaan, pengalaman hidup. Misalnya: kebersihan, kesehatan, kesopanan, dan sebagainya. Fungsi-fungsi motif yaitu: 1. Motif berfungsi sebagai penyeleksi perbuatan manusia. 2. Motif menuju ke arah tujuan. 3. Motif sebagai pendorong manusia agar terpenuhi kebutuhannya. 4. Segala tingkah laku yang bertujuan berpangkal pada motif. Sifat-sifat motif yaitu:

4 1. Motif bersifat tetap (tidak berubah, misalnya motif untuk bergaul). Motif ini selamanya tetap ada, hanya cara pelaksanaannya yang berbeda. 2. Motif selamanya bersifat subjektif. Kalau ditinjau dari fungsinya sebagai alasan berbuat maka alasan suatu perbuatan itu bersifat subjektif. Kemungkinan ada pengaruh dari luar, tetapi alasan dari suatu perbuatan selalu berhubungan erat dengan pribadi seseorang yang mempunyai alasan tersebut. Macam-macam motif yaitu: 1. Motif yang bersifat vital, yaitu motif yang berhubungan dengan kebutuhan organis (organic needs), misalnya: bernafas, makan, minum, seks, dan istirahat 2. Motif yang bersifat rohaniah, yakni motif yang berhubungan dengan dunia luar (subjective motive and interest), misalnya berhubungan sesama manusia dengan lingkungannya. Sehubungan dengan hal di atas, Woodworth dan Marquis yang dikutip oleh Ahmadi (2009, 139) mengemukakan bahwa motif dapat dibedakan: 1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan kejasmanian (organic needs), yaitu motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, bernafas, seks, kebutuhan beristirahat. 2. Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena tuntutan keadaan sekitarnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan motif untuk bersaing. 3. Motif objektif (objective motives) yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda misalnya motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus. Dan jika individu telah mempunyai minat terhadap sesuatu maka perhatiannya dengan sendirinya tertarik pada objek tersebut. Ketika individu akan melakukan sesuatu, ada dorongan yang mendasari perbuatan tersebut. Dorongan atau alasan untuk melakukan sesuatu tersebut pasti mempunyai tujuan. Dan tiap individu harus mempertimbangkan motif yang mana yang akan diambil dan mana yang akan ditinggalkan.

5 Sesuai dengan pendapat beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa Mahasiswa S1 dan D3 Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki motivasi sebagai pendorong untuk mencapai tujuan menjadi pustakawan, baik dorongan yang berasal dari diri sendiri, maupun dari orang tua, dosen, lingkungan atau dorongan lain Pendekatan Motivasi Pembagian pendekatan motif ini yang berdasarkan pada datangnya suatu tindakan yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik Motivasi Intrinsik Menurut Sardiman (2009:89) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada kebutuhan. Motivasi muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan simbol dan seremonial. Mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik melakukan pemilihan terhadap bidang yang diminati dan sesuai dengan keinginannya seperti dalam memilih Program Studi ilmu perpustakaan, karena ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan prestasi lebih baik di masa depannya sebagai pencapaian atas tujuan awal yang dimiliki mahasiswa, bukan karena pujian atau hadiah. Sardiman (2009:90) berpendapat bahwa dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terdapat di dalamnya.

6 Kemudian Suryabrata (1995:72) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik yaitu motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Dorongan tersebut sudah ada dari dalam diri individu. Seperti misalnya mahasiswa memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan karena tertarik dengan ilmu/mata kuliah yang di ajarkan, atau ada faktor pendukung lainnya tanpa adanya paksaan. Lalu Purwanto (2006:65) berpendapat bahwa disebut motivasi intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak adalah nilai-nilai yang terkandung dalam objeknya itu sendiri. Motivasi timbul murni dalam diri individu sendiri tanpa paksaan. Dengan motivasi intrinsik, individu aktif sendiri, melakukan sesuatu sendiri, tanpa suruhan atau paksaan dari orang lain. Dalam Maryati (2003:27), pendapat mengenai motivasi intrinsik tersebut sesuai apa yang dikemukakan oleh M. Syah bahwa motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik mahasiswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Hal ini berarti mahasiswa belajar memang bukan karena ingin hadiah/ pujian melainkann ingin mengetahui segala sesuatu/ pengetahuan untuk masa depannya. Dorongan yang menggerakkan hal itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini yang berisikan keharusan untuk menjadikan orang yang berpengetahuan lebih dan keahlian lebih. Jadi motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial bukan sekedar simbol/ ceremonial. Contohnya motif ingin tahu, motif manipulasi, motif bergiat, motif bergerak, dan lain-lain. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang paling baik karena yang menjadi pendorongnya adalah dari diri sendiri, ketulusan dan keinginan yang murni tanpa adanya paksaan dari siapapun sehingga hasil akhir yang dicapai lebih baik.

7 Motivasi Ekstrinsik Sardiman (2009:90-91) berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan, tidak secara langsung berpegang dengan esensi yang dilakukannya. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Selanjutnya Suryabrata (1995:72) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Dalam hal ini, motivasi mahasiswa untuk memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan adalah bukan hanya karena keinginan dalam diri sendiri atau bahkan keinginan itu belum ada, tetapi karena adanya faktor-faktor pendukung lain yang menjadi penyebab pemilihan Program Studi Ilmu Perpustakaan, seperti anjuran dari keluarga atau kerabat, atau bahkan bisa berupa paksaan. Pandangan serupa juga diungkapkan oleh M. Syah dalam Maryati (2003:27) bahwa motivasi entrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini mahasiswa mempelajari Ilmu Perpustakaan. Pujian, hadiah, peraturan, tata tertib, suri tauladan orang tua dan sebagainya merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong mahasiswa untuk pengembangan masa depannya. Kekurangan/ ketiadaan motivasi itu baik yang bersifat intrinsik ataupun ekstrinsik akan menyebabkan mahasiswa kurang bersemangat dalam mempelajari ilmu (dalam hal ini ilmu perpustakaan) dan kemungkinan hasilnya kurang memuaskan.

8 Untuk menentukan apakah suatu tindakan digerakkan oleh motif intrinsik atau motif ekstrinsik dapat dilihat dari hubungan timbal balik antara faktor luar dan faktor dalam. Di dalam tindakan yang bermotif intrinsik proses terjadinya tindakan adalah Inisiatif dari dalam individu (faktor dalam) Kemudian berdasarkan inisiatif tersebut mencari objek yang relevan (faktor luar) Gambar 2.3 Proses Motivasi Intrinsik Sedangkan pada tindakan yang bermotif ekstrinsik prosesnya adalah: Rangsangan dari luar (dari luar) Kemudian rangsangan tersebut menggerakkan individu untuk berbuat (faktor dari dalam) Gambar 2.4 Proses Motivasi Ekstrinsik Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi mahasiswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langsung serta tidak bergantung pada dorongan/pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk masa depannya memeberikan pengaruh lebih kuat dan relative lebih langsung dibandingkan dengan dorongan hadiah, keharusan dari orang tua ataupun pihak lain. Namun bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen lainnya dalam proses belajar ada yang kurang dimengerti/sulit bagi mahasiswa sehingga motivasi ekstrinsik diperlukan.

9 2.1.3 Teori-teori Motivasi Dalam kajian tentang motivasi, terdapat beberapa teori mengenai motivasi dari beberapa ahli. Beberapa diantaranya adalah: 1. Teori Kebutuhan dari Maslow Abraham H. Maslow membagi tingkatan kebutuhan manusia pada lima hirarkhi kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar. Sejak lahir hingga sampai akhir hayatnya, manusia membutuhkan makan, minum, dan tempat beristirahat atau berlindung. Kebutuhan ini bersifat universal dan tidak mengenal batas geografis, asal usul, tingkat pendidikan, status social, pekerjaan atau profesi, umur, jenis kelamin, dan factor-faktor lainnya yang menunjukkan keberadaan seseorang. Tetapi adanya perbedaan seperti misalnya perbedaan perekonomian mengakibatkan perbedaan dalam pencapaian kepuasan terhadap kebutuhan tersebut. 2. Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan keamanan bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga psikologis, termasuk perlakuan adil. Kebutuhan ini berkaitan dengan tugas pekerjaan seseorang. 3. Kebutuhan Sosial. Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai berbagai kebutuhan untuk diakui keberadaannya dan dihargai harkat dan martabatnya. Kebutuhan sosial tersebut tercermin dalam empat bentuk perasaan yaitu: a. Perasaan diterima oleh orang lain (sense of belonging) ditempat berinteraksi dan bersosialisasi.

10 b. Kenyataan bahwa setiap orang memiliki jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan kekurangan membuat orang merasa dirinya penting dan tidak ingin diremehkan (sense of importance). c. Kebutuhan akan perasaan maju (need for achievement). Setiap orang ingin sukses dan merasa bangga jika sudah meraih kemajuan. Dan merasa tidak senang ketika mengalami kegagalan. d. Kebutuhan akan perasaan diikutsertakan (sense of participation). Seseorang merasa dibutuhkan ketika diikutsertakan saat pengambilan keputusan yang menyangkut tugas dan pekerjaan. 4. Kebutuhan Self Esteem. Salah satu ciri manusia adalah memiliki harga diri. Dalam lingkungan masyarakat, seseorang yang memiliki jabatan atau kedudukan tertentu, maka orang tersebut semakin diakui dan diterima lebih baik oleh berbagai pihak ketika ia berinteraksi dengan masyarakat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Kemampuan dan potensi yang dimiliki individu menjadikan individu merasa ingin mencapai prestasi dalam pekerjaannya. Rasa puas tercipta setelah tujuan tercapai. Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar, harus dengan kemampuan dan kemauan individu. Aktualisasi juga berlangsung selama individu tersebut meniti karir. 2. Teori Tiga Kebutuhan David McCleland Teori tiga kebutuhan dikemukakan oleh David McCleland dan rekanrekannya dengan dasar bahwa setiap manusia memiliki tiga jenis kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement). Kebutuhan untuk berhasil dan mencapai prestasi yang baik mendorong individu untuk berusaha sesuai dengan standar yang telah ditetapkannya dalam meraih kesuksesan dan pencapaian tujuan. Need for achievement

11 atau dikenal dengan rumus nach mendorong individu untuk berusaha menjadi lebih baik dari yang lain. 2. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain (need for affiliation). Kebutuhan afilisiasi (naff) tercipta ketika individu merasa nyaman berinteraksi dengan rekan kerja pada tingkat yang sama di lingkungan kerja. Untuk memenuhi kebutuhan afilisiasi, individu bekerja sama dengan orang lain, bersosialisasi, dan akan menghindari persaingan. 3. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Kekuasaan menjadikan persaingan antar individu. Keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan ego menjadikan individu termotivasi. Berdasarkan dua teori motivasi diatas, teori motivasi yang paling mendekati aspek yang menjadi motivasi mahasiswa dalam memilih Program Studi Ilmu Perpustakaan adalah teori tiga kebutuhan David McCleland berdasarkan tiga kebutuhan yang dimiliki manusia Motivasi dalam Belajar Dalam melakukan sesuatu, individu membutuhkan motivasi sebagai daya penggerak sehingga hasil yang dicapai akan baik dan pekerjaan yang dilakukan akan dilakukan dengan optimal. Dalam proses belajar, diperlukan motivasi sebagai pendorong atau daya penggerak agar dapat belajar dengan baik, memusatkan perhatian, merencanakan tugas dan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Tiga fungsi motivasi dalam proses belajar yaitu: 1. Mendorong manusia dalam berbuat. Motivasi menjadi daya penggerak dari setiap kegiatan yang dilakukan. 2. Menentukan arah perbuatan. Motivasi menjadi acuan arah dan kegiatan yang dilakukan agar sesuai dengan tujuannya.

12 3. Menyeleksi perbuatan. Motivasi menentukan perbuatan-perbuatan yang harus diakukankan dan sesuai dengan tujuan akhir agar hasil dapat dicapai dengan baik. James Draver yang dikutip oleh Slameto (2003, 58) mengemukakan bahwa motive is an effective-conative factor which operates in determining the direction of an individual s behavior towards an end or goal, consciously appearhead or unconsciously. Pendapat di atas dapat diartikan bahwa motif adalah faktor efektif-konatif yang beroperasi dalam menentukan arah dari perilaku individu terhadap tujuan akhir secara sadar ataupun tidak sadar. Jadi dalam suatu pencapaian tujuan, secara sadar atau tidak sadar yang menjadi daya pendorong untuk bertindak adalah motif dari individu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa/mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari belajar dan arah sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar jika mempunyai keinginan/dorongan yang kuat untuk belajar. Motivasi dalam hal ini meliputi 2 hal: 1. Mengetahui apa yang akan dipelajari. 2. Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. sebab tanpa motivasi, tujuan yang ingin dicapai sulit untuk berhasil dengan baik (Sardiman, 2001:38). Menurut Thorndike yang dikutip oleh Sardiman (2001, 33) dasar dari belajar adalah hubungan antara kesan panca indra (sense impression) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Mengenai hal itu, Thorndike mengemukakan beberapa prinsip atau hukum yaitu law of effect, law of multiple response, law of exercise, law of assimilation.

13 Diantara hukum belajar tersebut yang paling penting adalah law of effect, karena dalam hubungannya dengan belajar. Ada 3 hal yang berhubungan dengan motif belajar yang merupakan aspek motivasi yaitu: 1. Keadaan yang mendorong tingkah laku. 2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan. 3. Tujuan dari tingkah laku. Adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian belajar (Sardiman, 2001:84) Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya yang dilakukan lewat panca inderanya yaitu indera penglihatan, indera pendengaran, indera peraba, indera perasa dan indera penciuman. Desiderato yang dikutip Rakhmat (2005, 51) menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield yang dikutip oleh Rakhmat (2005, 51) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Dan faktor yang paling mempengaruhi persepsi yaitu perhatian (attention). Kenneth E. Andersen yang dikutip oleh Rakhmat (2005, 52) menyatakan bahwa perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Persepsi pada seseorang tidak muncul secara tiba-tiba. Menurut Siagian (1995, ) ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya persepsi. 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu:

14 1. Diri orang yang bersangkutan sendiri Interprestasi seseorang terhadap sesuatu berbeda-beda. Dan interprestasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2. Sasaran persepsi Sasaran yang dimaksud dapat berupa orang, benda, peristiwa, tergantung pada individu masing-masing. 3. Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang. Misalnya jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan, atau melakukan suatu hal yang baru, hal tersebut akan menarik perhatian Teori Harapan Harapan adalah keinginan, sesuatu yang diharapkan atau dipercaya dapat menjadi kenyataan. Teori harapan mengakibatkan kuatnya kecendrungan seseorang bertindak tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan sesuatu yang diinginkan dan hasil tersebut menjadi daya tarik individu sehingga termotivasi untuk bertindak. Harapan berkaitan dengan keyakinan individu bahwa suatu perilaku tertentu akan diikuti dengan hasil tertentu. Semakin besar hasil yang akan dicapai, semakin besar pula motivasi individu. Menurut Vrom dalam Mulyana yang dikutip Gustiani (2011, 32) teori harapan memiliki tiga (3) asumsi pokok yaitu: 1. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu. 2. Hasil tertentu punya nilai positif bagi individu. 3. Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan individu. Siagian (1995, 179) mengemukakan bahwa

15 teori harapan mengandung tiga variabel yaitu: daya tarik, hubungan antara prestasi dengan imbalan, dan hubungan (kaitan) antara usaha dan prestasi. Daya tarik maksudnya adalah seberapa besar pengaruh yang dirasakan seseorang dan seberapa besar pentingnya hasil yang didapatkan. Hubungan antara prestasi dan imbalan maksudnya adalah tingkat keyakinan seseorang tentang hubungan antara prestasi dengan hasil yang akan dicapai. Dan hubungan antara usaha dan prestasi adalah persepsi seseorang tentang kemungkinan bahwa usaha tertentu yang dilakukan akan menjurus kepada prestasi. Inti dari teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa kuatnya kecendrungan seseorang bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik dari hasil itu bagi orang yang bersangkutan. 2.2 Pustakawan Pendidikan Untuk menjadi seorang pustakawan, harus mendapatkan pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan. Pendidikan yang didapat boleh formal dan non formal. Pendidikan formal perpustakaan memiliki tingkatan atau jenjang yang berbeda yaitu mulai dari D2, D3, S1, S2 dan S3. Dan untuk pendidikan non formal yaitu berupa seminar, diklat pustakawan, pelatihan, dan lain sebagainya. Hal ini juga tertulis dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 33 ayat 2 yaitu: Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan dilaksanakan melalui pendidikan formal dan/atau nonformal Pustakawan Profesional Pustakawan berasal dari kata pustaka dengan penambahan kata wan yang artinya orang yang bekerja atau memiliki profesi yang berkaitan dengan perpustakaan dan bahan pustaka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pustawakan adalah orang yang bergerak dibidang perpustakaan. Dalam Undang-

16 undang No. 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8 yang dimaksud dengan pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Menurut Soekarman yang dikutip oleh Hermawan (2006, 63) mendefinisikan bahwa profesi adalah sejenis pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang untuk melaksanakannya dengan baik memerlukan keterampilan dan/atau keahlian khusus yang diperoleh dari pendidikan dan/atau pelatihan secara berkesinambungan sesuai dengan perkembangan bidang pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang bersangkutan. Profesi adalah pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dikatakan sebagai profesi. Untuk menjadi sebuah profesi, suatu pekerjaan tersebut harus dilatarbelakangi dengan pendidikan yang sesuai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Surakhmad yang dikutip oleh Hermawan (2006, 64) menyatakan bahwa sebuah profesi harus mempunyai kriteria yaitu: a. Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (spesifik) tidak boleh sama dengan pekerjaan yang dilakukan oleh profesi yang lain. b. Bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada masyarakat (public service) pekerjaan yang bersifat pengabdian. c. Profesi membutuhkan persyaratan tertentu. Persyaratan dasar tidak boleh sama dengan profesi yang lain. d. Profesi harus memiliki ketrampilan khusus yang tidak dimiliki oleh profesi lain e. Profesi harus memiliki sikap dan kepribadian yang khas, yang membedakan dengan profesi yang lain. f. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang berfungsi menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya. g. Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi anggotanya atau dikenal sebagai kode etik profesi h. Profesi harus mempunyai dewan kehormatan profesi, yaitu organisasi yang bertugas mengawasi perilaku anggotanya dalam melakukan tugas dan memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat atas pelanggaran kode etik yang dilakukan anggotanya.

17 Abraham Flexner yang dikutip Bowden dikutip lagi oleh Hermawan (2006, 65) menyatakan bahwa suatu profesi paling tidak memenuhi 6 (enam) persyaratan yaitu: 1. Profesi merupakan pekerjaan intelektual. Artinya suatu profesi harus mempunyai kebebasan intelektual dalam pemecahan masalah, terutama untuk memahami dan menguasai profesinya. 2. Profesi merupakan pekerjaan ilmiah berdasarkan pengetahuan (sains) 3. Profesi merupakan pekerjaan praktikal, bukan hanya bersifat teori saja tetapi dapat dipraktikkan dan diterapkan. 4. Profesi harus terorganisasi secara sistematis 5. Profesi harus memiliki standar cara melaksanakannya dan mempunyai tolak ukur keberhasilannya 6. Profesi merupakan pekerjaan altruism yang berorientasi pada masyarakat yang dilayani bukan pada diri professional itu sendiri. Selanjutnya Mc Garry yang dikutip oleh Sukarman dikutip lagi oleh Hermawan (2006, 65) menyatakan bahwa ada 5 (lima) persyaratan dan kelengkapan suatu profesi yaitu: 1. Memiliki ketrampilan khusus 2. Memiliki organisasi profesi yang akan menentukan tingkat-tingkat keahlian dan menetapkan keanggotaan. 3. Memiliki kode etik yang mengatur perilaku yang berdasarkan atas dua loyalitas kepada tugas pokok dan klien. 4. Memiliki dedikasi antar anggota dalam peningkatan profesi dan pendidikan. 5. Dalam melaksanakan tugasnya mengutamakan kesejahteraan umum. Berdasarkan SK MENPAN No. 18 Tahun 1988 profesi pustakawan khususnya Pegawai Ngeri Sipil (PNS) diakui sebagai jabatan fungsional. Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi professional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keahliannya. Peranan pustakawan ada lima, dikenal dengan singkatan EMAS yaitu: a) Edukator b) Manajer

18 c) Administrator d) Supervisor Kompetensi Pustakawan Kompetensi menjadi persyaratan yang harus dimiliki tiap individu dalam suatu organisasi agar semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, tepat waktu, tepat sasaran, dan sebanding antara biaya dan hasil yang diperoleh (cost-benefit ratio). Kompetensi menurut Richards dan Rodgers yang dikutip oleh Sulistyo- Basuki (2006, 52) terdiri atas keterampilan, pengetahuan, sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkan bagi terwujudnya sebuah kinerja yang efektif dalam melaksanakan tugas atau kegiatan nyata. Kompetensi dalam kehidupan sehari-hari terefleksikan dari kebiasaan berpikir dan bertindak. Pendekatan kompetensi ini tidak lahir dari teori baru, tetapi dari tuntutan dunia kerja yang nyata dan juga persaingan global yang semakin tinggi. Setiap individu dalam profesi apapun perlu mengetahui dengan jelas kualifikasi yang dipersyaratkan untuk jenis pekerjaan tertentu, sehingga setiap individu mengetahui dengan jelas apa yang perlu dikuasai dan dipersiapkannya. Kualifikasi ini juga menjadi acuan bagi setiap program pelatihan. Karena itu, kualifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap profesi sebagai standar kompetensi perlu dirumuskan dengan jelas dan pasti, setelah mendapat masukan aktif dari masyarakat pengguna tenaga kerja, tentang kualifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap profesi sebagai standar kompetensi. Standar kompetensi atau kualifikasi ini dalam sistem kualifikasi ditandai dengan pemberian pengakuan atau sertifikasi yang jelas. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa seseorang yang berkompetensi berarti memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan nilai dasar yang diterapkan dalam melaksanakan tugas agar terwujudnya kinerja yang efektif. Untuk pustakawan, kompetensi bagi seorang tenaga perpustakaan adalah

19 standar minimum bagi kemampuan dan keahlian yang perlu dipenuhinya dalam melakukan segala hal yang berkenaan dengan perpustakaan, dan berorientasi kepada hasil yang memuaskan. Kompetensi tersebut harus sering dilatih dan dikuasai secara utuh, tidak hanya sebatas pengetahuan secara teoritis saja. Sulistyo-Basuki (2006, 53) menyatakan bahwa sejak 2 dekade terakhir yaitu abad ke-20 dan terutama abad ke-21 telah terjadi era baru yang ditandai dengan: (a) derasnya perkembangan teknologi yang memberi peluang bagi penciptaan layanan baru, (b) tuntutan peningkatan layanan, serta (c) harapan para pustakawan itu sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Artinya pustakawan perlu meningkatan kinerja mereka. Pada era globalisasi sekarang ini, apabila tenaga perpustakaan tidak meningkatkan profesionalismenya, berbagai peluang yang seharusnya dimanfaatkan pustakawan di negeri sendiri akan diambil oleh pustakawan atau pakar informasi dari luar. Oleh sebab itu, kompetensi dan profesionalisme tenaga perpustakaan kita perlu selalu ditingkatkan sesuai standar yang dibutuhkan para pengguna perpustakaan. Menurut Spencer & Spencer yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2006, 54) mengemukakan bahwa: ada 5 jenis ciri kompetensi yaitu motif, ciri, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi pengetahuan dan keterampilan itu secara relatif tampak di permukaan. Konsep diri, ciri-ciri dan motif itu tersembunyi, melekat dalam kepribadian. 1. Motif: hal yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang yang dapat melahirkan kegiatan. 2. Ciri: ciri fisik dan tanggapan yang dimiliki terhadap sebuah keadaan atau situasi. 3. Konsep diri: sikap, nilai-nilai atau citra diri seseorang. 4. Pengetahuan: informasi yang dimiliki seseorang dalam bidangbidang khusus. 5. Keterampilan: kemampuan untuk melaksanakan kegiatan fisik atau mental tertentu.

20 Kompetensi yang dimiliki seorang pustakawan, akan menunjukkan kualitas dari diri pustakawan tersebut. Kompetensi tersebut dapat terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional dalam menjalankan tugas dalam mewujudkan fungsi perpustakaan yang baik. Menurut Sulistyo-Basuki (2006,55) ada 3 indikator kompetensi tenaga perpustakaan. Tiga kompetensi tersebut terdiri atas: a. Kompetensi informasi dengan tiga subkompetensi: 1. Pengembangan koleksi 2. Organisasi informasi 3. Jasa informasi b. Kompetensi manajemen dengan subkompetensi: 1. Melaksanakan kebijakan 2. Manajemen sumber daya 3. Keuangan dan anggaran c. Kompetensi pendidikan dengan subkompetensi: 1. Memiliki wawasan pendidikan 2. Mengembangkan keterampilan informasi 3. Bimbingan dan promosi penggunaan perpustakaan memiliki kemampuan berinisiatif Pustakawan yang berkompeten tentunya lebih mampu bersaing dalam dunia kerja dan mampu menjadikan perpustakaan atau menyelesaikan tugasnya dengan baik dan profesional. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat diketahui bahwa standar kompetensi tenaga perpustakaan adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut berkompeten.

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK Lily Indriani Email: lily.indriani99@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi

Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi Proses Kognitif Proses kognitif dalam diri manusia terdiri dari : Sensasi persepsi perhatian - berpikir - mengambil keputusan - memori motivasi 1. Sensasi - Tahap paling awal dalam penerimaan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-semata bertujuan untuk mencerdaskan. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok-sosok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI

PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI Motif Sebagai Penggerak Tingkah Laku Manusia Apa yang diperbuat individu? Bagaimana ia melakukan perbuatannya itu? Mengapa individu melakukan perbuatannya itu? Tingkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Guru 2.1.1. Tugas Guru Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang

Lebih terperinci

KELOMPOK 3. Mia Resmiati Novi Febriyanti

KELOMPOK 3. Mia Resmiati Novi Febriyanti KELOMPOK 3 Mia Resmiati 2108022 Novi Febriyanti 2108025 Integrasi Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kasatuan yang utuh atau bulat. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN PENGERTIAN Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya bergerak Istilah lain yang dipergunakan secara bergantian dengan istilah motivasi antara lain: desire

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Dalam menghadapi kehidupan serba modern dengan teknologi yang canggih, peranan karyawan sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Menurut Febya (2008) Motivasi dapat diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. layanan kepada masyarakat umum tanpa memandang, latar belakang, pendidikan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. layanan kepada masyarakat umum tanpa memandang, latar belakang, pendidikan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum adalah salah satu perpustakaan yang menyediakan layanan kepada masyarakat umum tanpa memandang, latar belakang, pendidikan, agama,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Fasilitas Belajar Penelitian ini fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7 Konsep Motivasi Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut tim prima pena (2006:209) intensitas adalah kemampuan, kekuatan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut tim prima pena (2006:209) intensitas adalah kemampuan, kekuatan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Intensitas Belajar 2.1.1 Pengertian Intensitas kehebatan. Menurut tim prima pena (2006:209) intensitas adalah kemampuan, kekuatan atau Sedangkan menurut Milman Yusdi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni

BAB II KAJIAN LITERATUR. Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian motivasi Menurut Winardi (2004 : 1) motivasi (motivation) berasal dari kata Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (to move). Greenberg dan Baron (dalam Djatmiko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Konsumen Setiap manusia dapat dikatakan konsumen apabila manusia tersebut melakukan kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen sendiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebehasilan dunia pendidikan merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia di bidang pendidikan, yaitu mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Kantor Akuntan Publik menjadi sukses. Sebaliknya jika SDM. terutama pada era persaingan yang semakin kompetitif ini.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Kantor Akuntan Publik menjadi sukses. Sebaliknya jika SDM. terutama pada era persaingan yang semakin kompetitif ini. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah organisasi seperti Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Profesional guru 1. Pengertian Kompetensi Profesional Menurut UU No.14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi

Psikologi Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Komunikasi Proses Komunikasi Intra Personal I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Markom & 85006 Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (Setiawati, 2008). Motivasi menurut Mc.Donald (Nursalam, 2008) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (Setiawati, 2008). Motivasi menurut Mc.Donald (Nursalam, 2008) adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Definisi motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan yang akan terpenuhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pemilihan media baru dalam dunia pendidikan di kalangan remaja di perumahan Kota Modern 2014-2015, tentunya tidak bisa lepas dari berbagai alasan rasional yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). Menurut Mc.Donald, di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Persepsi Persepsi menurut Jalaludin Rahmad (2009: 51), adalah penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar.untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia kebutuhan konsumen merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Motivasi dan Kebutuhan 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Karir 2.1.1. Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memilki pengadaan yang berbeda tentang pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Handoko (1996) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagaimana para pekerja memandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam

Lebih terperinci

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN

DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Belajar adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan sesuatu yang belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Belajar adalah proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kepemimpinan Efektif 2.1.1 Perilaku Purwanto (1998) mendefinisikan perilaku sebagai penyesuaian diri dari adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi telah mengakibatkan. kehidupan yang menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan globalisasi telah mengakibatkan. kehidupan yang menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi telah mengakibatkan terjadinya perubahan kehidupan yang menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai bentuk ativitas. Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi

Lebih terperinci

Belajar Investasi Masa Depan * Kata Kunci : Motivasi, Belajar, Masa depan.

Belajar Investasi Masa Depan * Kata Kunci : Motivasi, Belajar, Masa depan. Belajar Investasi Masa Depan * Oleh: Ibrahim Chalid** Abstrak Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING ADALAH STRATEGI UNTUK MENEMUKAN KEHIDUPAN DAN BELAJAR YANG EFEKTIF DAN PRODUKTIF

BIMBINGAN DAN KONSELING ADALAH STRATEGI UNTUK MENEMUKAN KEHIDUPAN DAN BELAJAR YANG EFEKTIF DAN PRODUKTIF Strategi Belajar Efektif Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia BIMBINGAN DAN KONSELING ADALAH STRATEGI UNTUK MENEMUKAN KEHIDUPAN DAN BELAJAR YANG EFEKTIF DAN PRODUKTIF Prinsip-prinsip prinsip

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Uang Uang adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Menurut Rubenstein (dalam Elias dan Farag, 2010) di Amerika Serikat, keberhasilan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UU Nomor 29 Tahun 2004 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan pemerintah Tanggal 6 Oktober Tahun 2004. Undang-undang ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum merupakan salah satu bentuk peran aktif dari pemerintah dalam rangka meningkatkan semangat untuk membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Manusia sebagai makhluk sosial

Lebih terperinci

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer. MOTIVASI Motivas (Motivation), Kebutuhan (Need), Dorongan (Drive) : keadaan dalam pribadi seseorangyang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Kemampuan manajer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Motivasi 2.1.1.1 Pengertian dan Tujuan Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti dorongan atau menggerakkan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup seseorang. Pendidikan bermaksud membantu peserta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN REMAJA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA.

PSIKOLOGI SDM MOTIVASI INDIVIDU. Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA. PSIKOLOGI SDM Modul ke: MOTIVASI INDIVIDU www.mercubuana.ac.id Drs. Agung Sigit Santoso, M.Si., Psi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Tetapi dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ariani (2004)

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Tetapi dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ariani (2004) BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan salah satu jurusan, khususnya di fakultas ekonomi yang paling banyak diminati oleh para mahasiswa pada saat ini.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI KONSUMEN TELKOMSEL TERHADAP PROGRAM HOOQ & VIU

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI KONSUMEN TELKOMSEL TERHADAP PROGRAM HOOQ & VIU BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN TENTANG PERSEPSI KONSUMEN TELKOMSEL TERHADAP PROGRAM HOOQ & VIU Pada bab ini menyajikan pembahasan hasil temuan penelitian tentang persepsi konsumen Telkomsel terhadap program

Lebih terperinci

Presented by : M Anang Firmansyah PERILAKU KONSUMEN

Presented by : M Anang Firmansyah PERILAKU KONSUMEN Presented by : M Anang Firmansyah PERILAKU KONSUMEN Pengertian perilaku konsumen menurut : 1. James F. Engel et : Perilaku konsumen : sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan MOTIVASI DEFINISI MOTIVASI Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang individu untuk mencapai suatu tujuan. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan INTENSITAS Berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung (

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era-globalisasi sekarang ini sebagai warga Negara Indonesia perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

1) Adult learner akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan;

1) Adult learner akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan; I. Adult Learning Teori adult learning pertama kali diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike pada tahun 1928. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi yang dijadikan pondasi teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Menurut Samsudin (2010: 281) mengemukakan bahwa motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

TINGKAT PRESTISE DAN PERSEPSI SISWA PADA CITRA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

TINGKAT PRESTISE DAN PERSEPSI SISWA PADA CITRA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA TINGKAT PRESTISE DAN PERSEPSI SISWA PADA CITRA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Rima Dhamayanti SMK Sritanjung Banyuwangi rimadhamayanti@gmail.com Abstract: The research aims to

Lebih terperinci