BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001). Menurut Mc.Donald, di dalam buku Sardiman (2007) yang berjudul interaksi dan motivasi belajar mengajar, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002). Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku (Notoatmojo, 2007). Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 2007). 2.2 Jenis-jenis Motivasi Menurut Djamarah (2005) macam-macam motivasi hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi intrinstik dan motivasi ekstrinstik. 7

2 2.2.1 Motivasi Intrinstik Yang dimaksud dengan motivasi intrinstik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, karena bakat, gemar, kemauan. Motivasi intrinstik dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu : Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap motivasi dan kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan sadar jasmaninya akan memiliki motivasi dan semangat belajar yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang jasmaninya tidak segar atau sedang sakit. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh). Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak) selama belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar. 8

3 Psikologis Berupa minat dan bakat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut (Suryabrata, 2007). Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan. Banyak sebenarnya bakat bawaan yang dapat ditumbuhkan asal diberi kesempatan dengan sebaik-baiknya. Menurut Arden N. Fradsen (Hayinah, 1992), yang dikutip oleh Baharuddin (2007), yang termasuk dalam motivasi intrinsik antara lain : a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju. c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya. d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain. 9

4 2.2.2 Motivasi Ekstrinstik Motivasi ekstrinstik adalah kebalikan dari motivasi intrinstik. Motivasi ekstrinstik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti orang tua, guru, teman, anggota masyarakat, lingkungan kerja, berharap memperoleh kehidupan yang lebih baik, dan status sosial yang baik Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis di dalam buku Sardiman (2007) yang berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar : a. Motif atau kebutuhan organik Meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. b. Motif-motif darurat Yang termasuk dalam jenis motif ini adalah : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. c. Motif objektif Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif Penggolongan motivasi lain didasarkan atas tebentuknya motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan atas dua macam motif: a. Motif-motif bawaan Yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, seperti dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak, dan beristirahat. Motif ini 10

5 seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan biologis manusia. b. Motif-motif yang dipelajari Yaitu motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti : dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat. Motif ini seringkali disebut juga motif-motif yang disyaratkan secara sosial, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia maka motif-motif golongan ini terbentuk. Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi atau perangkat pautannya, yaitu: a. Motif jasmaniah seperti : refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat. b. Motif rohaniah Yaitu kemauan. Kemauan itu tebentuk melalui empat komponen, seperti:momen timbulnya alasan-alasan, momen pilih, momen putusan, momen terbentuknya kemauan (Suryabrata, 2007). Disamping itu Frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini: a. Cognitive motives Motif ini menunjukkan pada gejala intrinstik, yakni menyangkut kepuasan individual.kepuasan individual yang berada didalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.jenis moif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar disekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan yang intelektual. 11

6 b. Self-expression Penampilan diri adalah sebagian dari prilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kajadian.untuk ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri. c. Self-enhancement Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi (Sardiman, 2007). Motivasi ekstrinsik menurut Baharuddin (2007) adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. Motivasi sangat erat dengan hubungannya dengan kebutuhan sebab seseorang akan trerdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi maka selama itu pula yang bersangkutan belum merasakan kepuasaan pada dirinya. Rasa ketidakpuasan karena belum terpenuhinya kebutuhan tersebut akan menimbulkan sesuatu ketidakseimbangan dalam diri seseorang. (Sardiman, 2007) 12

7 Maslow membagi kebutuhan dalam lima tingkatan, yaitu : 1. Kebutuhan fisiologis 2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan sosial 4. Kebutuhan akan penghargaan diri 5. Kebutuhan aktualitas diri. Kelima tingkatan kebutuhan pokok ini yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia, yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital yang menyangkut fungsi fungsi biologis dasar dari organisme manusia, kamudian kebutuhan akan terjaminnya keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perlakuan tidak adil, setelah itu kebutuhan akan di cintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, berikutnya adalah kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, yang terakhir adalah kebutuhan mempertinggi potensi potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri. Adapun kelima kebutuhan itu dapat dilihat pada gambar berikut : 13

8 Aktua litas diri Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan sosial Kebutuhan rasa aman Kebutuhan fisiologis Gbr. Lima Tingkat Kebutuhan Menurut Maslow Menurut Morgan yang di tulis oleh Nasution yang di kutip kembali oleh Sardiman (2007) dikatakan bahwa manusia hidup itu memiliki berbagai kebutuhan antara lain : 1. kebutuhan untuk berbuat sesuatu aktivitas, 2. kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, 3. kebutuhan untuk mencapai hidupnya, 4. kebutuhan untuk mencapai kesulitan. 2.3 Fungsi Motivasi dalam Belajar Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi : 1. Mendorong manusia untuk bergerak, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 14

9 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2007). 2.4 Pengertian Pendidikan, Pendidik dan Mendidik Paedagogie berasal dari bahasa yunani, terdiri dari kata PAIS, artinya anak, dan AGAIN diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak. Para tokoh pendidikan mendefenisikan pendidikan (paedagogie) sebagai berikut: a. John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia b. Langeveld Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.usaha membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dengan anak/yang belum dewasa. 15

10 c. Hoogeveld Mendidik adalah membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. d. SA.Bratanata dkk Pendidikan adalah usaha yang sengaja dilakukan baik langsung maupun degan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. e. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada masa dewasa. f. Ki Hajar Dewantara Mendidik adalah menuntun segala kekutan kodrat yang ada pada anakanak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya. g. GBHN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Ahmadi, 2001) Para ahli yang lain juga mengemukakan defenisi pendidikan, seperti: a) Driyarkarya mengatakan bahwa: pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ketaraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan adalah pemausiaan manusia muda. b) Dictionary Of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang megembangkan kemampuan sikap dan 16

11 bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup. c) Crow and Crow menyebut pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi kegenerasi. Dari uraian diatas, maka penidikan dapat diartikan sebagai: a) Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan. b) Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya. c) Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat. d) Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan (Ihsan, 2005). Pendidik mempunyai dua arti, ialah dalam arti yang luas dan arti yang sempit.pendidik dalam arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Pendidik dalam arti sempit adalah orang-orang yang disiapkan dengan sengaja untuk menjadi guru dan dosen (Pidarta, 2005). 2.5 Jenis-jenis Pendidikan Menurut tingkat dan sistem persekolahan Setiap Negara mempunyai sistem persekolahan yang berbeda-beda, seperti di Indonesia sebagai berikut: 17

12 a. Tingkat pra sekolah b. Tingkat sekolah dasar (sekolah dasar umum dan sekolah luar biasa) c. Tingkat sekolah menengah pertama (SMTP umum dan SMTP kejuruan) d. Tingkat sekolah menengah atas (SMTA umum dan SMTA kejuruan) e. Tingkat perguruan tinggi (jalur gelar S1, S2, S3, dan jalur non gelar D1, D2, D3) Menurut tempat berlangsungnya pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan menurut tempatnya dibedakan menjadi 3 (tiga) dan disebut tripusat pendidikan yaitu: Pendidikan dalam keluarga Pedidikan dalam sekolah Pendidikan dalam masyarakat Menurut cara berlangsungnya pendidikan Pendidikan fungsional Yaitu pendidikan yang berlangsung secara naluriah tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung begitu saja Pendidikan intusional Adalah lawan dari pendidikan fungsional yaitu program dan tujuan sudah direncanakan 18

13 2.5.4 Menurut aspek pribadi yang tidak disentuh,jadi tidak menyentuh seluruh dari kepribadian anak didik. Kita kenal ada pendidikan olahraga kesehatan, pendidikan sosial, pendidikan bahasa, dan lain-lain Menurut sifatnya a) Pendidkan informal yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat. b) Pendidikan formal yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. c) Pendidikan non formal Yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat (Ahmadi, 2001). 2.6 Fungsi Pendidikan Fungsi pendidikan dalam arti mikro (sempit) adalah membantu (secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Fungsi pendidikan secara makro (luas) adalah sebagai alat: a. Perkembangan pribadi b. Perkembangan warga negara c. Perkembangan kebudayaan d. Perkembangan bangsa (Ihsan, 2005). 19

14 2.7 Tujuan Pendidikan D-IV Bidan Pendidik Tujuan pendidikan program studi D-IV kebidanan adalah untuk menghasilkan sarjana saint terapan (SST) kebidanan professional yang mampu melaksanakan tugas-tugas kompetensi sebagai berikut: mengembangkan dirinya sebagai bidan professional yang berkepribadian Indonesia, menerapkan konsep keilmuan dan keterampilan profesinya dalam pelayanan kebidanan, memberikan pelayanan kebidanan dimasyarakat dengan tetap mempertimbangkan kultur budaya, mampu mengembangkan dirinya sebagai seorang pendidik secara professional dibidang ilmu kebidanan, meningkatkan penguasaan ilmu kebidanan untuk kepentingan dirinya baik sebagai bidan maupun pendidik. 2.8 Tahapan-tahapan Kompetensi D-IV Bidan Pendidik Agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka mahasiswa program studi D-IV bidan pendidik harus melalui tahapan kompetensi sebagai berikut: Kompetensi tahap 1 a. Menerapkan konsep-konsep dasar ilmu-ilmu kesehatan yang berkaitan dengan ilmu kebidanan b. Memahami keterampilan dasar klinik yang berfokus pada wanita, neonatus, bayi dan anak balita Kompetensi tahap 2 a. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus fisiologis secara komprehensif baik di tingkaat institusi maupun komunitas 20

15 b. Melaksanakan pelayanan keluarga berencana baik secara institusi maupun komunitas Kompetensi tahap 3 a. Melaksanakan asuhan kebidanan patologi dan kegawatdaruratan disemua tatanan pelayanan kesehatan diinstitusi maupun komunitas b. Melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan kenidanan melalui penulisan karya ilmiah Kompetensi tahap 4 a. Menerapkan konsep dasar pendidikan kebidanan b. Merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar kebidanan meliputi administrasi pendidikan dan supervise pendidikan c. Merancang dan melaksanakan evaluasi proses pembelajaran dalam pendidikan kebidanan d. Melaksanakan penelitian dalam bidang kebidanan (Brodjonegoro, 2007). 2.9 Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individual yang sedang belajar. Ada bebeapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar. 21

16 2.9.1 Motivasi Dalam Menentukan Penguatan Belajar Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya Peran Motivasi Dalam Memperjelas Tujuan Belajar Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu aka berusaha memepelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang kurang tekun belajar atau tidak memiliki motivasi untuk belajar maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal-hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar (Uno, 2007). 22

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH

UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH UPAYA MENUMBUHKAN MOTIVASI BERKREASI MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA FUTSAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 NANGA PINOH Dwinanto¹, Rif at Hamdy², Zuhermandi³ ¹Mahasiswa Program Studi Penjaskesrek Tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Motivasi Belajar Berawal dari kata motif, maka motivasi dapat di artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Motivasi Belajar IPS. 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar IPS 1. Pengertian Motivasi Belajar IPS Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

Lebih terperinci

BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA. motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku.

BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA. motivasi dapat didefinisikan sebagai kondisi internal yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku. BAB II MOTIVASI DAN ORANG TUA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin moveers yang berarti menggerakan. Kata motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakan. Secara istilah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT) Strategi pembelajaran increasing the capacity

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa : II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Definisi Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung (

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

PENGERTIAN PEDAGOGIK. a. Pendidikan dalam arti khusus

PENGERTIAN PEDAGOGIK. a. Pendidikan dalam arti khusus PENGERTIAN PEDAGOGIK a. Pendidikan dalam arti khusus Pedagogik berasal dari kata Yunani paedos, yang berarti anak laki-laki, dan agogos artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogic secara harfiah berari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dukungan Keluarga 2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

PENGANTAR PENDIDIKAN

PENGANTAR PENDIDIKAN PENGANTAR PENDIDIKAN FTI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENDIDIKAN? 1 PENDIDIKAN ARTI SEMPIT pendidikan diartikan sebagai proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelekatan. melekat pada diri individu meskipun figur lekatnya itu tidak tampak secara fisik. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelekatan 1. Defenisi Kelekatan (attachment) Menurut Bashori (2006) kelekatan adalah ikatan kasih sayang antara anak dengan pengasuhnya. Ikatan ini bersifat afeksional, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhan tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Kuartet Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu : MOTIVASI BELAJAR Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI BELAJAR 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berawal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. mendefinisikan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. mendefinisikan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu: BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut Umar Tirtahardja dan S.L. La Sulo (2008: 33-36), mendefinisikan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu: a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Motivasi dan Kebutuhan 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah, keluarga sekolah maupun masyarakat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menciptakan

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan KONSEP PENDIDIKAN Imam Gunawan KONSEP MENDIDIK Mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan, dalam

Lebih terperinci

hiryanto pls TUJUAN PENDIDIKAN Ilmu Pendidikan

hiryanto pls TUJUAN PENDIDIKAN Ilmu Pendidikan 1 TUJUAN PENDIDIKAN Ilmu Pendidikan Pengertian 2 Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran ke mana pendidikan itu diarahkan Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Kerja 2.1.1 Pengertian Motivasi Kerja Menurut Veithzal Rivai (2011:839), motivasi adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia yang beradab setidak-tidaknya memiliki common sense tentang pendidikan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

Keberadaan pendidikan merupakan khas yang hanya ada pada dunia manusia dan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia pendidikan tidak pernah

Keberadaan pendidikan merupakan khas yang hanya ada pada dunia manusia dan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia pendidikan tidak pernah Ilmu Pendidikan Keberadaan pendidikan merupakan khas yang hanya ada pada dunia manusia dan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia pendidikan tidak pernah ada, human life is just matter of education

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. ada beberapa penelitian yang ada keterkaitan metode Role Play dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. ada beberapa penelitian yang ada keterkaitan metode Role Play dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka Sejauh telaah pustaka yang dilakukan peneliti belum menemukan tulisan atau penelitian yang sama. Namun untuk mencegah adanya plagiasi, ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) hendaknya merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo Motivasi orang tua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo dikategorikan tinggi, berdasarkan angket maka diketahui

Lebih terperinci

BAB II PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN

BAB II PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN BAB II PENDIDIKAN ORANG TUA DAN MOTIVASI MELANJUTKAN PENDIDIKAN A. PENDIDIKAN ORANG TUA 1. Pengertian Pedidikan Beberapa definisi mengenai pendidikan dapat dikemukakan dibawah ini: a. Menurut M.J.Langeveld

Lebih terperinci

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana yang sangat penting dalam pembangunan nasional, karena dengan pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu bangsa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan, manusia juga akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa (PBS) yaitu kegiatan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses dalam rangka memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN DISUSUN OLEH :

LANDASAN PENDIDIKAN DISUSUN OLEH : LANDASAN PENDIDIKAN Nama NIM Dosen : : : DISUSUN OLEH : Suraya Atika 06141281419062 Dra. Masitoh M.Pd. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli 1 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA BIMBINGAN KONSELING Herry Kusmiharto FBS Univ. Wijaya Kusuma Surabaya Konsep dasar Bimbingan dan konseling Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem pendidikan khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti semua penggerak, alasan-alasan, dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SEKECAMATAN BANTUL PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan siswa di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang di miliki siswa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1) Minat Belajar Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Kondisi Ekonomi Orang tua a. Pengertian Orang Tua / Keluarga Nasution (2006, hlm 21) menjelaskan bahwa orang tua adalah setiap orang tua yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kesiapan Kerja 2.1.1 Pengertian kesiapan kerja Menurut Anoraga (2009) kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai BAB II KAJIAN TEORI 1.1. Motivasi Belajar 1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001). Motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Dengan pembelajaran yang bervariasi inilah guru banyak

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Dengan pembelajaran yang bervariasi inilah guru banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003, Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita karena melalui pendidikan dapat mencetak generasi penerus yang berkualitas. Akan tetapi kompleksitas

Lebih terperinci

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam usahanya meningkatkan kualitas dan martabat hidupnya, ia akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya. Usaha terpenting yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. neurophysiological yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman,2001). Motivasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Belajar 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI

PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI PERSPEKTIF TEORI MOTIF DAN MOTIVASI Motif Sebagai Penggerak Tingkah Laku Manusia Apa yang diperbuat individu? Bagaimana ia melakukan perbuatannya itu? Mengapa individu melakukan perbuatannya itu? Tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi belajar 2.1.1 Pengertian Evaluasi menurut Edwind dan Gerald W. Brown (1986) dalam Anas Sudijono (1996) adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 7 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. gambaran menyeluruh tentang ungkapan lagu tersebut (Jamalus, 1988 : 2).

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. gambaran menyeluruh tentang ungkapan lagu tersebut (Jamalus, 1988 : 2). BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Pengalaman Musik di Luar Sekolah Pengalaman musikal adalah penghayatan suatu lagu melalui kegiatan mendengarkan musik, bernyanyi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan, BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Berbicara mengenai pendidikan secara umum kita harus merekonstruksi kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan manusia Indonesia seutuhnya oleh karena itu, pendidikan jasmani tidak terlepas dari usaha-usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk memperoleh suatu kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan di sekolah diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Picture and Picture a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Kemampuan 2.1.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan di kelas sebagai sebuah masalah siswa yang perlu dibangkitkan, dipertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap. BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Karakteristik Siswa 2.1.1.1 Pengertian Karakteristik Siswa Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kabulatan tekad, dan ujian-ujian yang menakutkan. Inilah kehidupan sekolah,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kabulatan tekad, dan ujian-ujian yang menakutkan. Inilah kehidupan sekolah, 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teoritis Semua peserta didik dalam kehidupan akademisnya, ada waktunya untuk menghadapi kesalahan, nilai yang buruk, kebosanan, kelelahan, hilangnya kabulatan tekad,

Lebih terperinci

BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci