YANDA EKAPUTRA HERMAWAN H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "YANDA EKAPUTRA HERMAWAN H"

Transkripsi

1 ANALISIS PREFERENSI PENGUNJUNG DAN POSITIONING PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS: BOTANI SQUARE, EKALOKASARI PLAZA, BOGOR TRADE MALL, DAN PANGRANGO PLAZA) Oleh YANDA EKAPUTRA HERMAWAN H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ANALISIS PREFERENSI PENGUNJUNG DAN POSITIONING PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS: BOTANI SQUARE, EKALOKASARI PLAZA, BOGOR TRADE MALL, DAN PANGRANGO PLAZA) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh YANDA EKAPUTRA HERMAWAN H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS PREFERENSI PENGUNJUNG DAN POSITIONING PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS: BOTANI SQUARE, EKALOKASARI PLAZA, BOGOR TRADE MALL, DAN PANGRANGO PLAZA) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh YANDA EKAPUTRA HERMAWAN H Menyetujui, Juli 2008 Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Ujian : 26 Mei 2008 Tanggal Lulus :

4 ABSTRAK Yanda Ekaputra Hermawan. H Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza). Di bawah bimbingan Jono M. Munandar. Maraknya pembangunan pusat perbelanjaan modern (PPM) di Kota Bogor, telah menyebabkan munculnya persaingan antar pengembang PPM untuk merebut hati pengunjung. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang lebih dari pihak pengembang PPM untuk mengetahui bagaimana perilaku pengunjungnya. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis tahapan pengambilan keputusan pengunjung PPM di Kota Bogor, (2) Mengetahui preferensi pengunjung terhadap atribut PPM di Kota Bogor, (3) Mengetahui positioning PPM di Kota Bogor untuk studi kasus Botani Squre, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, dan literatur. Analisis data mengunakan analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA), dan Multidimensional Scaling (MDS) berbasis atribut, dengan software pengolah data Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi Proses pengambilan keputusan pengunjung terdiri dari tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan kunjungan dan evaluasi pasca kunjungan. Preferensi pengunjung diketahui dari hasil IPA yang menunjukkan bahwa ketersediaan sarana ibadah dinilai paling penting, sedangkan yang dinilai paling tidak penting adalah ukuran (luas) bangunan. Kinerja atribut Botani Square yang dinilai paling baik adalah lokasi strategis, sedangkan yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana ibadah. Kinerja atribut Ekalokasari Plaza yang dinilai paling baik adalah kenyamanan, sedangkan yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana ibadah. Kinerja atribut Bogor Trade Mall yang dinilai paling baik adalah kemudahan akses angkutan umum, sedangkan yang paling tidak baik adalah desain interior. Kinerja atribut Pangrango Plaza yang dinilai paling baik adalah kemudahan akses angkutan umum, sedangkan yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana hiburan. Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan MDS berbasis atribut dengan pendekatan analisis faktor, terlihat bahwa masing-masing PPM memiliki posisi yang cukup berjauhan. Namun jika dicermati, terdapat tiga PPM yang memiliki posisi berdekatan, yaitu Botani Square, Ekalokasari Plaza, dan Pangrango Plaza. Kedekatan posisi tersebut mengartikan bahwa Botani Square merupakan pesaing langsung Ekalokasari Plaza dan Pangrango Plaza. Perceptual map juga menunjukkan bahwa Ekalokasari Plaza memiliki positioning yang paling baik, karena memiliki kedekatan yang paling dominan dengan dua dimensi, yaitu dimensi fasilitas pendukung dan dimensi kelengkapan variasi tenant.

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 April Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara pasangan Dadang Hermawan dan Suryantini. Penulis mengawali masa pendidikan di TK Mujahidin Jakarta pada tahun 1991, kemudian dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Pisangan Timur 03 Pagi pada tahun Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 74 Jakarta dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Umum Negeri 21 Jakarta dalam program IPA pada tahun Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menyelesaikan studi di IPB, penulis meraih beberapa penghargaan akademis. Pada tahun 2007, penulis meraih juara II dalam Student Marketing Debate Competition (SMART) FE UI. Pada tahun 2007, penulis juga berhasil menempati peringkat III mahasiswa berprestasi Departemen Manajemen FEM IPB. Selain itu penulis juga berhasil meraih beberapa beasiswa selama studi di IPB, yaitu Beasiswa Pengembangan Prestasi Ekstrakurikuler (PPE) dan Beasiswa Coca-Cola Foundation. Penulis kemudian aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, antara lain sebagai Staf Departemen Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM FEM IPB periode , Direktur Produksi, Operasi, dan Kewirausahaan Himpunan Profesi Centre Of IPB periode , Vice President Director Himpunan Profesi Centre Of IPB periode Kemudian penulis berhasil terpilih menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ) periode i

6 KATA PENGANTAR Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Peningkatan persaingan dalam bisnis ritel di Kota Bogor berimplikasi positif pada upaya pencarian strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang tepat dapat dianalisis dengan mengetahui preferensi dan positioning. Skripsi ini berjudul Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza). Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc. sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. M. Syamsun, MSc dan Ir. Pramono D. Fewidarto, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji pada sidang skripsi, juga saran dan bimbingan yang menambah kesempurnaan skripsi. 3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku pembimbing akademik selama penulis menyelesaikan studi di Departemen Manajemen FEM IPB. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen FEM IPB. 5. Papa dan Mama, serta adik penulis yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do a yang tulus. 6. Lystia Julyani, untuk dorongan semangat, doa, dan motivasinya kepada penulis, serta kebersamaan yang indah selama ini yang mampu mengubah kerapuhan menjadi kekuatan. 7. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 41 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. ii

7 8. Rekan-rekan satu bimbingan: Lystia, Icha, Opik, Indra, dan Fifi, untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi. 9. Rekan-rekan terbaik di Kelembagaan BEM FEM IPB , FEM IPB , FEM IPB , dan HMMJ Sahabat-sahabat terbaik penghuni Wisma Byru Balebak: Roy, Habib, William, Indra, Bawon, Aufiya, Annas, Yudha, Ngkong, Dior, Reza, Agus dan Ibnu, atas dorongan semangat, rasa kekeluargaan dan kebersamaan serta bantuan yang banyak diterima oleh penulis. 11. Rekan-rekan yang membantu penyebaran kuesioner penelitian: Dhania, Bebet, Arie, Anis, Perdana, Mia, Nceq, Rini, Surya, Ade Yus, Ditha, Nit-nit, Mboq, Ajeng, Indah, dan Koprol. 12. Semua pihak yang yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien Bogor, Juli 2008 Penulis iii

8 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Pusat Perbelanjaan Perilaku Konsumen Pengambilan Keputusan Konsumen Preferensi Konsumen Skala Likert Pemetaan Persepsi Atribut Konsep Pemasaran Pemasaran Segmentasi Pasar Penentuan Target Pasar (Targeting) Penetapan Posisi (Positioning) Bauran Pemasaran (Marketing mix) Uji Validitas dan Reliabilitas Analisis Deskriptif Importance Performance Aanalysis (IPA) Multidimensional Scaling (MDS) Berbasis Atribut Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data Parameter dan Variabel Penelitian Metode Pengolahan dan Analisis Data iv

9 Uji Validitas dan Realibilitas Importance Performance Analysis (IPA) Multidimensional Scaling (MDS) Berbasis Atribut IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Botani Square Ekalokasari Plaza Bogor Trade Mall Pangrango Plaza Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Uji Reliabilitas Karakteristik Responden Identifikasi Pengambilan Keputusan Pengunjung Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Kunjungan Evaluasi Pasca Kunjungan Importance Performance Analysis (IPA) Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja Matriks IPA Analisis Positioning Pusat Perberlanjaan Modern di Kota Bogor Analisis Faktor Terhadap Atribut Pusat Perbelanjaan Modern Peta Persepsi (Perceptual Map) Pusat Perbelanjaan Modern Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

10 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jumlah penduduk Kota Bogor per kecamatan tahun Rekapitulasi jumlah responden per kecamatan Skor tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan Standar model MDS kruskal Hasil uji validitas atribut dengan teknik korelasi product moment Hasil uji reliabilitas dengan teknik alpha cronbach Tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern Kriteria tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern Tingkat kinerja atribut Botani Square Kriteria tingkat kinerja atribut Botani Square Tingkat kinerja atribut Ekalokasai Plaza Kriteria tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza Tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall Kriteria tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall Tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza Kriteria tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza Nilai dimensi pusat perbelanjaan modern vi

11 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Grafik perkembangan tingkat hunian dan tarif sewa ritel di Jabodetabek (survei bank indonesia, 2006) Sketsa sistem banyak koridor Sketsa sistem plaza Sketsa sistem mall Lima langkah pengambilan keputusan konsumen (engel, blackweel, dan miniard, 1994) Diagram importance / performance matrix (rangkuti, 2002) Kerangka pemikiran penelitian Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan per bulan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir Frekuensi kunjungan responden ke pusat perbelanjaan modern dala satu bulan Tujuan kunjungan responden Sumber informasi responden Bentuk promosi yang menarik dari pusat perbelanjaan modern Pertimbangan pertama responden mengunjungi pusat perbelajaan modern Pusat perbelanjaan modern yang paling sering dikunjungi Cara konsumen memutuskan kunjungan Produk yang paling sering dibeli responden Sikap konsumen pasca pembelian Sikap konsumen terhadap kunjungan ke pusat perbelanjaan modern Diagram kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Botani Square Diagram kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza Diagram kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall Diagram kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza Penampang dimensi 1 dan dimensi 3 perceptual map pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor Penampang dimensi 1 dan dimensi 2 perceptual map pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor Penampang dimensi 2 dan dimensi 3 perceptual map pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor vii

12 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuesioner penelitian Hasil olah data analisis faktor Hasil olah data multidimensional scaling untuk perceptual map Peta Persepsi (Perceptual Map) Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Dokumentasi lokasi penelitian viii

13 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehadiran pusat-pusat perbelanjaan modern baru seolah menjadi pertanda menggeliatnya sektor perekonomian setelah dihantam krisis multidimensi pada tahun Pertumbuhan sektor ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun kondisi tersebut harus diwaspadai dan dicermati oleh para pengembang, khususnya terkait dengan daya beli masyarakat yang belum membaik. Lembaga konsultan dan riset properti, Jones Lang LaSalle Indonesia, dalam risetnya menyebutkan pembangunan proyek-proyek ritel atau pusat perbelanjaan modern di Jabodetabek begitu cepat dalam lima tahun terakhir. Sebelum tahun 2000, pasar ritel di Jabodetabek membutuhkan waktu kurang lebih lima belas tahun untuk membangun pasokan sebanyak satu juta m 2 ruang ritel. Namun setelah tahun 2000, pasar hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk menghasilkan pasokan sebanyak jumlah yang sama ( Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (2006), Pada Januari 2006 tingkat hunian pusat perbelanjaan modern yang disewakan di Jabodetabek tercatat 95,36%, atau naik 0,24% dibandingkan bulan sebelumnya (95,12%). Tarif sewa pusat perbelanjaan modern di Jabodetabek mengalami peningkatan sebesar Rp /m 2 per bulan. Perkembangan tingkat hunian dan tarif sewa ritel di wilayah Jabodetabek ditunjukkan dalam Gambar 1. Perkembangan tingkat hunian dan tarif sewa pusat perbelanjaan modern berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut: a. Di Jakarta, tingkat hunian tercatat sebesar 95,09%, atau 0,09% lebih rendah dibandingkan dengan tingkat hunian pada bulan Desember 2005 (95,18%). Sementara itu, tarif sewa mengalami kenaikan 0,01% dibandingkan dengan tarif sewa pada bulan sebelumnya menjadi sebesar Rp /m2 per bulan.

14 2 b. Di wilayah Bodetabek, tingkat hunian tercatat sebesar 96,56%, atau naik 1,60% dibandingkan tingkat hunian pada Desember 2005 (94,96%). Sementara itu, tarif sewa stabil (0,0%) atau sebesar Rp /m 2 per bulan. Gambar 1. Grafik Perkembangan Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Ritel di Jabodetabek (Survei Bank Indonesia, 2006) Secara tahunan, tingkat hunian pusat perbelanjaan modern naik 1,80% atau tumbuh dibandingkan Januari 2005 (93,55%). Sementara itu, tarif sewa mengalami kenaikan sebesar 12,23%. Tingkat penjualan pusat perbelanjaan modern (strata-titled) di Jabodetabek tercatat sebesar 90,45% atau naik 0,73% dibandingkan dengan tingkat penjualan pusat perbelanjaan modern pada Desember 2005 (89,72%). Namun harga jual pusat perbelanjaan modern di Jabodetabek stabil sebesar Rp /m 2. Adapun rincian perkembangan tingkat penjualan dan harga jual pusat perbelanjaan modern berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut: a. Di Jakarta, tingkat penjualan pusat perbelanjaan modern tercatat sebesar 92,44% atau naik 0,19% dibandingkan dengan tingkat penjualan pada Desember 2005 (92,25%). b. Di Bodetabek, tingkat penjualan pusat perbelanjaan modern tercatat sebesar 86,53% atau naik 1,79% dibandingkan dengan tingkat penjualan pada Desember 2005 (84,74%). c. Harga jual pusat perbelanjaan di Jakarta dan Bodetabek stabil pada bulan laporan, masing-masing sebesar Rp /m 2 dan Rp /m 2. Fenomena maraknya pembangunan pusat perbelanjaan modern telah merambah ke kota satelit di sekitar Jakarta seperti Kota Bogor. Kota Bogor

15 3 berupaya untuk semakin menguatkan citranya bukan hanya sebagi tujuan wisata kuliner, tetapi juga sebagai tujuan wisata belanja. Saat ini paling tidak tercatat lebih dari sepuluh pusat perbelanjaan modern telah berdiri di Kota Bogor, belum lagi yang masih dalam proses pembangunan. Hal tersebut menyebabkan munculnya persaingan antar pengembang pusat perbelanjaan modern yang saling berlomba untuk merebut hati pengunjung. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang lebih dari pihak pengembang pusat perbelanjaan modern untuk mengetahui bagaimana perilaku pengunjungnya, agar mampu menarik pengunjung dalam jumlah besar. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai analisis preferensi pengunjung dan positioning pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana identifikasi pengambilan keputusan pengunjung pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor? 2. Bagaimana preferensi pengunjung terhadap atribut pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor? 3. Bagaimana positioning pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor untuk studi kasus Botani Squre, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis tahapan pengambilan keputusan pengunjung pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. 2. Mengetahui preferensi pengunjung terhadap atribut pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. 3. Mengetahui positioning pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor untuk studi kasus Botani Squre, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza.

16 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitan ini yaitu memberikan gambaran mengenai preferensi pengunjung dan positioning pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor, sehingga dapat menjadi informasi penunjang dalam perumusan strategi pusat perbelanjaan modern yang diteliti. Selain itu, diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang berkaitan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada tiga hal, yaitu pada identifikasi pengambilan keputusan pengunjung, preferensi pengunjung, dan positioning pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. Selain itu penelitian ini terbatas hanya dilakukan pada responden yang pernah mengunjungi Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza. Keempat pusat perbelanjaan modern ini dipilih karena beberapa alasan utama, yaitu: a. Merupakan empat pusat perbelanjaan terbesar secara fisik di Kota Bogor. b. Cenderung memiliki kesamaan dalam hal segmen pasar. c. Masing-masing memiliki karakteristik dan konsep yang berbeda-beda. d. Keempat pusat perbelanjaan modern ini memiliki letak yang relatif strategis. e. Merupakan top of mind dari masyarakat Bogor pada umumnya.

17 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pusat Perbelanjaan Menurut Handaya (2007), pusat perbelanjaan adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang dalam memenuhi kebutuhan ekonomi sosial masyarakat serta memberikan kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi pengunjung. Menurut Bednington dalam Handaya (2007), pusat perbelanjaan adalah suatu kelompok perbelanjaan terencana yang dikelola oleh suatu manajemen pusat, yang menyewakan unit-unit kepada pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasannya dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggungjawab kepada pusat perbelanjaan tersebut. Pusat perbelanjaan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal berikut, yaitu: 1. Berdasarkan luas areal pelayanan (Edgar Lion P.Eng dalam Handaya, 2007): a. Regional shopping center Luas areal antara m 2, terdiri dari dua atau lebih department store yang seukuran dengan skala pelayanan antara penduduk, terletak pada lokasi yang strategis, tergabung dengan lokasi perkantoran, rekreasi dan seni. b. Community shopping centre Luas areal antara m 2, terdiri atas junior departmen store, supermarket dengan jangkauan pelayanan antara penduduk, terletak pada lokasi mendekati pusat-pusat kota (wilayah). c. Neigbourhood shopping centre Luas areal antara m 2, jangkauan pelayanan antara penduduk, unit terbesar berbentuk supermarket, berada pada suatu lingkungan tertentu. 2. Dilihat dari jenis barang yang dijual (Nadine Beddington dalam Handaya, 2007):

18 6 a. Demand (permintaan), yaitu yang menjual kebutuhan sehari-hari yang juga merupakan kebutuhan pokok. b. Semi demand (setengah permintaan), yaitu yang menjual barang-barang untuk kebutuhan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. c. Impuls (barang yang menarik), yaitu yang menjual barang-barang mewah yang menggerakkan hati konsumen pada waktu tertentu untuk membelinya. d. Drugery, yaitu yang menjual barang-barang higienis seperti sabun, parfum dan lain-lain. 3. Dilihat dari sistem sirkulasi pusat perbelanjaan: a. Sistem banyak koridor Sistem ini memiliki banyak koridor tanpa penjelasan orientasi, tanpa ada penekanan, sehingga semua dianggap sama. Lokasi yang strategis hanya bagian depan atau yang dekat dengan enterance saja, selain itu efektifitas pemakaian ruang dalam sistem ini sangat tinggi. Contoh: Pasar Senen, Pasar Bogor, dan Pertokoan Duta Merlin. Gambar 2. Sketsa sistem banyak koridor (Handaya, 2007) b. Sistem plaza Sistem ini memiliki plaza atau ruang berskala besar yang menjadi pusat orientasi kegiatan dalam ruang dan masih menggunakan pola koridor untuk efisiensi ruang. Mulai terdapat hierarki dari lokasi masing-masing toko, lokasi strategis berada di dekat plaza tersebut, dan mulai mengenal pola vide dan mezanin. Contoh: Plaza Indonesia, Gajah Mada Plaza, Glodok Plaza, Pangrango Plaza, Plaza Jambu Dua, Ekalokasari Plaza, Ratu Plaza, Plaza Semanggi, ITC Cempaka Mas, dan lain-lain.

19 7 Gambar 3. Sketsa sistem plaza (Handaya, 2007) c. Sistem mall Sistem mall dikonsentrasikan pada sebuah jalur utama yang menghadap dua atau lebih magnet pertokoan dapat menjadi poros massa dan dalam ukuran besar dapat berkembang menjadi sebuah atrium. Jalur itu akan menjadi sirkulasi utama, karena menghubungkan dua titik magnet atau anchor yang membentuk sirkulasi utama. Contoh: Pondok Indah Mall, Blok M, Atrium Senen, Mall Kelapa Gading, Mall Ciputra, Bogor Trade Mall, dan lain-lain. Gambar 4. Sketsa sistem mall (Handaya, 2007) 2.2. Perilaku Konsumen Menurut Kotler (2005), konsumen adalah individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Menurut Engel, et al. (1994), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyertai tindakan ini. American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kognisi, perilaku dan lingkungan dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Sumarwan (2004) mengungkapkan bahwa

20 8 perilaku konsumen pada hakikatnya adalah untuk memahami mengapa konsumen melakukan apa yang mereka inginkan. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, dan setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. Engel, et al. (1994) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu: a. Pengaruh lingkungan. Konsumen hidup dalam lingkungan yang sangat kompleks, oleh karena itu lingkungan akan mempengaruhi proses keputusan yang akan dilakukan oleh seorang konsumen. Pengaruh lingkungan meliputi: budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. b. Perbedaan individu. Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Perbedaan individu meliputi: sumberdaya konsumen, motivasi, pengetahuan tentang produk, sikap, kepribadian / gaya hidup, dan demografi. c. Proses psikologis. Merupakan proses sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen. Proses psikologis meliputi pengenalan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan mencerminkan tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan, baik dari pemasar berupa rangsangan pemasaran maupun dari dirinya sendiri yang berupa pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Menurut Engel, et al. (1994), konsumen harus melalui lima urutan tahapan dalam proses pengambilan keputusan baik yang bersifat mental maupun fisik. Kelima tahapan tersebut yaitu:

21 9 a. Pengenalan kebutuhan Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. b. Pencarian informasi Konsumen mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). c. Evaluasi alternatif Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih. d. Pembelian Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. e. Hasil Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil Gambar 5. Lima langkah pengambilan keputusan konsumen (Engel, et al., 1994) 2.4. Preferensi Konsumen Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 2005). Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen. Menurut Nicholson (2002), hubungan preferensi pada umumnya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu:

22 10 a. Kelengkapan (completeness) Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang harus dapat menspesifikasikan apakah: 1. A lebih disukai daripada B 2. B lebih disukai daripada A 3. A dan B sama-sama disukai b. Transitivitas (transitivity) Jika seorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. c. Kontinuitas (continuity) Jika seorang mengatakan A lebih disukai daripada B maka situasi yang mirip dengan A harus lebih disukai daripada B. Berdasarkan ketiga sifat diatas, diasumsikan bahwa tiap orang dapat membuat atau menyusun rangking semua kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai. Pada sejumlah alternatif yang ada, orang lebih cenderung memilih sesuatu yang memaksimumkan kepuasannya (Nicholson, 2002). Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai kepentingan relatif setiap atribut. Atribut fisik ini akan menumbuhkan daya tarik yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk Skala Likert Skala likert digunakan secara luas yang mengharuskan responden untuk menunjukkan derajat setuju atau tidak setuju kepada setiap statemen yang berkaitan dengan obyek yang dinilai. Bentuk asal dari skala likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking, maka susunannya akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai sangat setuju (strongly agree). Tetapi ada juga peneliti yang mengelompokkan derajat ini menjadi enam (David dalam Rahayu, 2005). Model skala ini sebenarnya bernama metode summated ratings, tetapi karena Rennis Likert merupakan orang pertama yang mengusulkan model ini maka model ini lebih dikenal dengan skala likert. Skala ini tergolong skala untuk manusia dan pada rancangan dasarnya disusun untuk mengukur sikap.

23 11 Berkenaan dengan pengukuran sikap, ada dua hal yang harus diperhatikan (Suryabrata dalam Yusfandrik, 2006), yaitu: a. Bahwa sikap itu selalu mempunyai obyek, obyek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran sikap. b. Bahwa secara teori sikap itu digambarkan dalam satu kontinum, dari negatif melalui daerah netral ke arah positf. Menurut Simamora (2005), skala ini banyak digunakan karena memberikan peluang kepada responden untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan. Pernyataan yang diberikan berjenjang, mulai dari terendah sampai tertinggi. Semakin banyak pilihannya, semakin mewakili jawaban responden, namun menjadi semakin sulit untuk mencari kata-kata yang dapat dipahami secara umum. Keunggulan skala likert (Rahayu, 2005), yaitu: a. Mudah dibuat dan diatur. b. Responden mudah mengerti bagaimana cara menggunakan skala pada kuesioner yang digunakan. c. Mengukur pada tingkat skala ordinal. Sedangkan kelemahan skala likert (Rahayu, 2005), yaitu: a. Mengenai waktu pengisiannya yang lebih lama dibandingkan skala lain. b. Validitas skala masih dipertanyakan. c. Terdapat nilai yang sama pada ciri yang berbeda Pemetaan Persepsi Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt dalam Yusfandrik, 2006). Kotler (2005) mendefinisikan persepsi sebagai proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi informasi menjadi suatu gambaran yang berarti mengenai suatu obyek. Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu obyek memberi arti dan manfaat terhadap seseorang dan persepsi juga melibatkan derajat kesadaran suatu arti atau penghargaan terhadap suatu obyek terbebut.

24 12 Menurut Mowen dalam Kurniawan (2007), persepsi adalah suatu proses dimana individu-individu terekspos untuk informasi, menyediakan kapasitas prosesor yang lebih luas dan menginterpretasikan informasi tersebut. Persepsi konsumen memegang peranan penting dalam pemasaran, karena melalui persepsi suatu produk atau merek ditafsirkan oleh konsumen dalam bentuk asosiatif yang dapat membantu konsumen menginterpretasikan dunia sekitarnya. Walaupun persepsi sulit diukur secara pasti karena sifatnya yang abstrak, para ahli statistik berusaha untuk memperoleh gambaran persepsi seseorang terhadap suatu obyek relatif terhadap obyek lainnya. Teknik yang digunakan dinamakan dengan Multidimensional Scaling (MDS). MDS akan menghasilkan sebuah peta geometri yang mampu memetakan persepsi dan preferensi responden secara visual. Peta geometri yang dihasilkan oleh MDS biasa dikenal dengan spatial map atau perceptual map, yang merupakan penjabaran berbagai dimensi yang berhubungan. Spatial map atau perceptual map ini umumnya memadatkan atribut-atribut menjadi hanya dua atau tiga dimensi, dengan alasan akan sulit dilakukan interpretasi apabila dimensi berjumlah empat atau lebih Atribut Suatu produk pada dasarnya merupakan kumpulan atribut-atribut, dan setiap produk baik barang maupun jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Engel, et al. (1994) mendefinisikan atribut sebagai karakteristik atau sifat suatu produk yang umumnya mengacu pada karakteristik yang berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama masa pengambilan keputusan. Kotler (2005) mendefinisikan atribut sebagai mutu ciri dan model produk. Pengukuran perilaku konsumen membutuhkan atribut-atribut yang dianggap sah oleh obyek perilaku konsumen tersebut. Menurut Simamora (2002), ada dua pengertian yang dapat diberikan tentang atribut obyek pada perilaku konsumen. Pertama, atribut sebagai karakteristik yang membedakan produk dari yang lain. Atribut produk dalam pengertian ini meliputi dimensidimensi yang terkait, deperti performa, daya tahan, keandalan, desain, dan

25 13 lain-lain. Kedua, atribut merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil keputusan dalam pembelian kategori produk, yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri. Atribut dalam pengertian kedua ini selain merupakan dimensi-dimensi produk juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menonton, dan memperhatikan suatu produk, seperti harga, ketersediaan produk, harga jual kembali, merek, dan sebagainya. Menurut Sumarwan (2004) atribut produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk, misalnya ukuran, warna, dan bentuk. Atribut abstrak menggambarkan karakteristik subyektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Konsumen akan mempertimbangkan atribut fisik dan atribut abstrak dalam menilai suatu produk. Pertimbangan ini akan sangat ditentukan oleh informasi yang tersimpan di dalam memorinya. Menurut Simamora (2002), ada beberapa cara untuk mengetahui atribut produk, yaitu: a. Metode judgement, yaitu peneliti menyusun sendiri atribut produk. Akurasi atribut dengan metode ini tergantung dari kredibilitas peneliti yang subyektif. b. Metode focus group, dimana peneliti mengumpulkan 10 hingga 20 responden yang dianggap memahami produk, kemudian secara bersamasama membahas atribut produk tersebut. c. Metode survei, yaitu dengan menggunakan presentase brainstorming atau metode iterasi Konsep Pemasaran Pemasaran Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005), pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanakan pemikiran, penetapan harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang dapat memenuhi sasaransasaran individu organisasi. Menurut Kotler (2005), pemasaran adalah

26 14 proses sosial dan manajerial, dimana seseorang dan kelompok memperoleh apa yang dibuktikan dan tunjukkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai Segmentasi Pasar Segmentasi adalah usaha pemisahan pasar pada kelompokkelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang menentukan bauran pemasaran tersendiri (Kotler, 2005). Berdasarkan definisi diatas diketahui bahwa pasar suatu produk tidaklah homogen, akan tetapi pada kenyataannya adalah heterogen. Menurut Kotler (2005) segmen pasar adalah kelompok pelanggan yang memiliki seperangkat keinginan yang sama. Segmentasi merupakan unsur pertama dalam strategi pemasaran. Menurut Kartajaya (2008), segmentasi diartikan sebagai melihat pasar secara kreatif. Segmentasi merupakan seni mengidentifikasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar Penentuan Target Pasar (Targeting) Setelah perusahaan memilih segmen pasar, strategi selanjutnya adalah menentukan target pasar atau pasar sasaran. Definisi umum dari targeting adalah merupakan kegiatan yang berisi dan menilai serta memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki oleh suatu perusahaan. Menrut Kotler (2005), targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif Penetapan Posisi (Positioning) Penetapan posisi (positioning) adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (diantara para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya (Kotler, 2005). Perusahaan memiliki tiga pilihan strategi positioning (Kotler, 2005) yaitu: a. Memperkuat posisi dirinya saat ini di benak konsumen. b. Mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati.

27 15 c. Menggeser (deposition) dan mengubah (reposition) posisi persaingan. Boyd dalam Fitri (2006), menyebutkan bahwa terdapat tujuh strategi posisi pasar yang relevan dengan sejumlah besar situasi, yaitu: a. Penentuan posisi monosegmen Mengembangkan program pemasaran dan produk yang dirancang untuk preferensi segmen tunggal. Implementasi yang sukses dari strategi ini akan memberi merek keunggulan yang jelas di dalam segmen sasaran, tetapi tidak akan menghasilkan banyak penjualan dari pelanggan untuk segmen-segmen lain. Strategi ini paling baik digunakan dalam pemasaran masal. b. Penentuan posisi multisegmen Penentuan posisi produk agar menarik konsumen dari segmensegmen yang berbeda. Penentuan posisi ini biasanya cocok untuk segmen-segmen individual kecil, seperti yang biasa terjadi dalam tahap-tahap awal daur hidup produk. c. Penentuan posisi siaga (standby positioning) Perusahaan dapat menentukan untuk mengimplementasi strategi penentuan posisi monosegmen hanya bila terpaksa. Dengan tujuan meminimalkan waktu tanggapan, perusahan menyiapkan rencana siaga yang menspesifikasi produk dan atributnya, seperti halnya rincian program-program pemasaran yang akan digunakan untuk memposisikan produk baru. d. Penentuan posisi tiruan (initiative positioning) Penentuan posisi ini mungkin merupakan strategi yang tepat jika perusahaan tiruan memiliki keunggulan berbeda diluar penentuan posisi, misal akses yang lebih baik ke saluran distribusi, armada penjualan yang lebih efektif, atau jumlah uang yang sangat besar untuk dibelanjakan. e. Penentuan posisis antisipatif Perusahaan dapat memposisikan produk baru untuk mengantisipasi evolusi kebutuhan segmen. Hal ini cocok ketika merek baru tidak

28 16 diharapkan untuk diakui lebih cepat dan pangsa pasar akan terbentuk, ketika kebutuhan konsumen semakin disesuaikan dengan manfaat-manfaat yang ditawarkan. f. Penentuan posisi adaptif Secara periodik memposisikan kembali sebuah merek untuk mengikuti evolusi kebutuhan segmen. g. Penentuan posisi defensif Perusahaan dapat mendayagunakan strategi-strategi kompetitif dengan memperkenalkan merek tambahan dalam posisi yang sama untuk segmen yang sama. Hal tersebut akan mengurangi profitabilitas dalam jangka pendek, tetapi membuat perusahaan melindungi dirinya dengan baik melawan pesaing dalam jangka panjang Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Kotler (2005) menyebutkan bahwa di dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar bauran pemasaran yang terdiri 4 P, yaitu: a. Produk (product) Kebijakan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah barang atau jasa yang akan ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna mendukung penjualan barang dan jasa, dan bentuk barang ataupun jasa yang ditawarkan. Produk merupakan elemen yang paling penting, sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen, namun keputusan itu tidak berdiri sendiri sebab produk atau jasa sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih. b. Harga (price) Kebijakan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang jasa yang dipasarkan. Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran suatu produk atau jasa. Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi barang atau jasa ditambah dengan beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Berdasarkan harga yang ditetapkan ini konsumen akan mengambil keputusan apakah dia

29 17 membeli barang tersebut atau tidak. Selain itu konsumen juga menetapkan berapa jumlah barang atau jasa yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut. c. Saluran Distribusi (place) Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk atau jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan produk atau jasa tersebut berada ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk / jasa tersebut. d. Promosi (promotion) Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk atau jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) dan publisitas (publicity) Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Sevilla dalam Rahayu (2005), validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Sedangkan reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran Analisis Deskriptif Analisis ini bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabeltabel, mengelompokkan, dan menganalisis data berdasarkan pada hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari tanggapan responden dengan menggunakan tabulasi data. Statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data Importance Performance Analysis (IPA) Importance Performance Analysis (IPA) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis tingkat kepentingan pengunjung dan tingkat kinerja pusat perbelanjaan modern. Kemudian tingkat kepentingan dan kinerja tersebut dipetakan dalam diagram kartesius yang dinamakan Matriks

30 18 IPA. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran, masing-masing kuadran menjelaskan keadaan yang berbeda-beda. Kuadran-kuadran tersebut yaitu: a. Kuadran I (attributes to improve) Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh pengunjung, tetapi pada kenyataannya atributatribut ini belum seperti yang pengunjung harapkan. Atribut-atribut yang masuk kuadran ini harus ditingkatkan sehingga perusahaan harus melakukan perbaikan secara terus-menerus agar kinerja atribut yang ada dalam kuadran ini lebih baik. b. Kuadran II (maintain performance) Kuadran ini memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dan atribut tersebut sudah dianggap sesuai dengan yang dirasakannya, sehingga tingkat kepuasannya relatif tinggi. Atribut-atribut yang berada dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan, karena semua atribut tersebut menjadikan produk unggul di mata pengunjung. c. Kuadran III (attributes to maintain) Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh pengunjung dan pada kenyataannnya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan atribut-atribut yang termasuk dalam posisi ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pengunjung sangat kecil. d. Kuadran IV (attributes to de-emphasize) Kuadran ini menunjukkan tingkat kepentingan pengunjung rendah atau pengunjung menganggap atribut-atribut tersebut kurang penting sedangkan kinerja perusahaan relatif tinggi sehingga pengunjung menganggap bahwa atribut-atribut tersebut dianggap terlalu berlebihan. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini harus dapat menjadi efisien agar perusahaan dapat menghemat biaya.

31 19 Diagram kartesius tingkat kepentingan dan kinerja ditunjukkan pada Gambar 6 di bawah ini: High Leverage Attributes to Improve I Maintain Performance II Attributes to Maintain III Low Leverage Attributes to De-emphasize IV Gambar 6. Diagram Importance / Performance Matrix (Rangkuti, 2002) 2.12.Multidimensional Scaling (MDS) Berbasis Atribut Multidimensional Scaling (MDS) merupakan salah satu teknik multivariat dalam golongan interdependenced technique. MDS adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk memetakan presepsi (perceptual mapping) dan preferensi para responden secara visual dalam peta geometri. MDS dalam konteks pemasaran, pada umumnya memang dipakai untuk memetakan persepsi. Namun, informasi yang diberikan MDS juga dapat dipakai dalam berbagai aplikasi pemasaran lainnya, seperti: a. Pengukuran citra (image measurement) b. Segmentasi pasar c. Pengembangan produk baru (new product development) d. Menilai efektivitas iklan e. Analisis harga f. Keputusan saluran (channel decision) MDS secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu MDS non atribut dan MDS berbasis atribut. Beberapa ahli statistik berpendapat bahwa MDS berbasis atribut dinilai lebih baik, karena dengan metode ini dimensidimensi yang mendasari kemiripan lebih mudah ditelusuri, selain itu posisi merek dapat dipetakan secara relatif dengan vektor yang menyatakan posisi setiap atribut.

32 Penelitian Terdahulu Hasil-hasil penelitian terdahulu membahas pamasaran dari berbagai sudut pandang dan berbagai aspek pembahasan. Topik-topik yang pernah diangkat berkaitan dengan penelitian yang dilakukan antara lain mengenai preferensi konsumen, pemetaan persepsi konsumen, dan studi mengenai pusat perbelanjaan modern itu sendiri. Firmansyah (2006) melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap atribut factory outlet. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, proses hirarki analitik (PHA), dan tabulasi silang dengan uji chi kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran keluarga tiap bulan berhubungan nyata terhadap faktor yang membuat responden tertarik untuk mengunjungi FO. Selain itu didapatkan hasil bahwa produk merupakan faktor atau atribut yang yang paling penting dan menjadi pertimbangan utama. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah dalam hal topik mengenai preferensi. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian dan alat analisis yang digunakan. Widyandari (2005) melakukan penelitian mengenai preferensi pengunjung terhadap atribut wisata Kusuma Agrowisata Kota Batu Jawa Timur. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis konjoin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang dianggap paling penting menurut nilai relatif penting adalah harga paket wisata, sedangkan yang dianggap paling tidak penting adalah kenyamanan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah dalam hal topik mengenai preferensi. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian dan alat analisis yang digunakan. Fitri (2006) melakukan penelitian mengenai analisis preferensi konsumen dan positioning produk Wardah di pasar kosmetika Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA), dan biplot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut yang dinilai paling penting adalah kecocokan, sedangkan atribut yang dinilai paling tidak penting adalah merek yang terkenal. Persamaan penelitian ini dengan

33 21 penelitian yang dilakukan adalah dalam hal topik mengenai preferensi dan positioning. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian dan alat analisis yang digunakan. Apriantoro (2006) melakukan penelitian mengenai analisis positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam pasar restoran fast food di Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, Multidimensional Scaling (MDS), analisis faktor, dan analisis biplot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Popeyes memiliki dua atribut yang menonjol, yaitu cita rasa khas bumbu dan pelayanan yang ramah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah dalam hal topik mengenai positioning. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitian dan alat analisis yang digunakan. Mardiana (2007) melakukan penelitian mengenai analisis strategi pengembangan bisnis pusat perbelanjaan modern pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, analisis SWOT, analisis IE, dan proses hirarki analitik (PHA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi internal La Piazza tergolong rata-rata sedangkan kondisi eksternal tergolong sedang. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa saat ini La Piazza berada pada kuadran V Matriks IE yang berarti bahwa sedang berada dalam kondisi hold and maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai yaitu strategi market penetration dan product development. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah dalam hal obyek studi berupa pusat perbelanjaan modern. Sedangkan perbedaannya terletak pada topik penelitian dan alat analisis yang digunakan.

34 22 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kota Bogor berupaya untuk semakin menguatkan citranya bukan hanya sebagi tujuan wisata kuliner, tetapi juga sebagai tujuan wisata belanja. Hal ini ditandai dengan maraknya pembangunan berbagai jenis pusat perbelanjaan modern. Maraknya pembangunan berbagai jenis pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor menyebabkan suatu dampak yang tidak dapat dielakkan, yaitu munculnya persaingan antar pengembang pusat perbelanjaan modern yang saling berlomba untuk merebut hati pengunjung. Sebagai antisipasi dalam menghadapi persaingan usaha, pihak pengembang pusat perbelanjaan modern perlu memberikan perhatian lebih untuk mengetahui bagaimana perilaku pengunjungnya, sehingga pusat perbelanjaan modern mampu menarik pengunjung dalam jumlah besar. Perilaku pengunjung pusat perbelanjaan modern dapat dilihat dari tiga aspek yaitu proses pengambilan keputusan pengunjung, preferensi pengunjung, dan persepsi pengunjung. Dalam pengambilan keputusan, pengunjung harus melalui lima urutan tahapan, diantaranya pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan kunjungan, dan hasil. Kemudian akan dianalisis secara deskriptif dengan visualisasi melalui tabel, grafik, dan diagram. Tingkat preferensi pengunjung diukur menggunakan alat Importance Performance Analysis (IPA). Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan pengunjung, dapat dirumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Selanjutnya, dapat dikaitkan pentingnya peubah tersebut dengan kenyataan yang dirasakan oleh pengunjung. Persepsi mengenai kenyataan yang dirasakan oleh pengunjung, kemudian akan dipetakan dalam sebuah peta persepsi dengan menggunakan teknik Multidimensional Scaling (MDS) berbasis atribut dengan pendekatan analisis faktor. Setelah dipetakan dalam sebuah peta persepsi, akan diketahui kedudukan (positioning) masing-masing pusat perbelanjaan modern yang

35 23 diteliti. Kemudian akan terlihat rekomendasi strategi yang dapat diberikan pada masing-masing pusat perbelanjaan modern tersebut. Persaingan antar Pengembang Pusat Perbelanjaan Modern Perilaku Pengunjung Pusat Perbelanjaan Moden Identifikasi Pengambilan Keputusan Pengunjung Preferensi Pengunjung Persepsi Pengunjung Analisis Deskripstif Importance Performancce Analyisis (IPA) Analisis Faktor Multidimensional Scaling (MDS) Berbasis Atribut Pemetaan Persepsi Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Positioning Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Rekomendasi Strategi pada Pusat Perbelanjaan Modern yang Diteliti Gambar 7. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Kota Bogor yang mencakup enam kecamatan yaitu Bogor Selatan, Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, dan Tanah Sareal. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor saat ini semakin menguatkan citranya sebagai kota tujuan wisata belanja dan kuliner. Hal ini

36 24 ditandai dengan semakin maraknya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan, restoran, factory outlet, dan penginapan. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data penelitian dilaksanakan selama tiga bulan, terhitung mulai Februari sampai dengan April Metode Pengumpulan dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari sumber utama baik individu atau perseorangan sepert hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner seperti yang biasa dilakukan oleh peneliti (Umar, 2004). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Responden yang dijadikan sebagai objek penelitian harus memenuhi kriteria bahwa responden tersebut adalah penduduk Kota Bogor dan pernah mengunjungi Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza minimal satu kali. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan prosedur quota sampling berdasarkan letak geografis, yang mengacu pada pembagian enam wilayah kecamatan di Kota Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk Kota Bogor yang berjumlah orang (Pemerintah Kota Bogor, 2007). Secara rinci, jumlah penduduk Kota Bogor per kecamatan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan Tahun 2006 Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Barat Bogor Tengah Tanah Sareal Jumlah Sumber: Pemerintah Kota Bogor (2007) Ukuran responden diperoleh dengan berdasarkan perhitungan secara matematis menggunakan rumus Slovin berikut: n (1)

37 25 Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Kesalahan yang dapat ditolerir (8%) Dengan menggunakan rumus Slovin, maka nilai n adalah sebagai berikut: n.., 156,2175 dibulatkan keatas = 157 orang Dengan menggunakan quota sampling, maka ditentukan jumlah responden per kecamatan sebagai berikut: Bogor Selatan: ,627. Bogor Timur: ,169. Bogor Utara: ,338. Bogor Barat: ,709. Bogor Tengah: ,431. Tanah Sareal: ,726. Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Rersponden Per Kecamatan Jumlah Responden Kecamatan (dengan pembulatan) Bogor Selatan 32 Bogor Timur 16 Bogor Utara 26 Bogor Barat 36 Bogor Tengah 19 Tanah Sareal 28 Jumlah 157 Sumber: Pengolahan Data Kuesioner Secara Deskriptif Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar, 2004). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Survei Properti Komersial BI, Pemerintah Kota Bogor, beberapa website di internet yang berhubungan dengan pusat perbelanjaan, dan studi literatur dari beberapa buku.

38 Parameter dan Variabel Penelitian Santoso dalam Kompas (2002) dari PRoLEASE Property Consultant, menyatakan bahwa untuk berhasil menarik pengunjung potensial, pusat perbelanjaan modern harus memperhatikan faktor eksternal dan internal. Parameter dan variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan: 1. Identifikasi responden 2. Identifikasi pengambilan keputusan pengunjung a. Pengenalan kebutuhan b. Pencarian informasi c. Evaluasi alternatif d. Keputusan kunjungan e. Hasil 3. Faktor internal utama a. Ketersediaan supermarket atau hypermart b. Ketersediaan sarana hiburan c. Ketersediaan tempat makan d. Kelengkapan produk 4. Faktor internal pendukung a. Ketersediaan tempat parkir b. Ketersediaan toilet c. Ketersediaan sarana ibadah d. Ketersediaan fasilitss umum e. Desain interior f. Kebersihan g. Keamanan h. Kenyamanan 5. Faktor eksternal a. Lokasi b. Kemudahan akses angkutan umum

39 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan beberapa software pengolah data statistik, yaitu Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 13.0 dan Microsoft Excel Keunggulan dari kedua software ini adalah mudah digunakan, mampu mengolah data dalam jumlah besar, dan mampu memvisualisasikan hasil analisis data secara akurat dan menarik. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, kuesioner harus diuji validitas dan realibilitasnya terlebih dahulu, agar instrumen atau variabel yang digunakan terbukti baik dan handal. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment (Simamora, 2005). Rumus korelasi product moment: r (2) Keterangan: r = Koefisien korelasi X = Skor butir-butir pertanyaan Y = Skor total n = Jumlah responden Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik alpha cronbach (Simamora, 2005). Rumus alpha cronbach: (3) Rumus varian yang digunakan: σ.... (4) Keterangan: α = Realibilitas instrumen k = Banyak butir pertanyaan = Varian total

40 28 = Jumlah varian butir X n = Nilai skor yang dipilih = Jumlah responden Importance Performance Analysis (IPA) Untuk dapat melakukan analisis dengan IPA, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, dengan menggunakan lima peringkat nilai yang masing-masing diberikan skor atau bobot seperti tercantum pada tabel 3. Tabel 3. Skor tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Kriteria Jawaban Skor (Nilai) Skor tingkat kepentingan (Importance) Sangat Tidak Penting Tidak Penting Biasa Saja Penting Sangat Penting Skor tingkat kinerja (Performance) Sangat Tidak Baik Tidak Baik Biasa Saja Baik Sangat Baik Sumber: Rangkuti (2002) Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, akan dilakukan perhitungan mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang kemudian digambarkan dalam suatu diagram kartesius. Tingkat kepentingan dan kinerja yang dimuat dalam diagram kartesius adalah berupa skor penilaian kepentingan dan kinerja total. Masing-masing atribut diposisikan dalam suatu diagram. Skor total penilaian terhadap tingkat kinerja (performance) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X, sementara posisi atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor total tingkat kepentingan (importance) pengunjung terhadap atribut. Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang saling berpotongan tegak lurus di titik (A, B). A merupakan rataan dari skor total tingkat kinerja dan B merupakan rataan dari skor total tingkat kepentingan seluruh atribut pusat perbelanjaan modern yang

41 29 mempengaruhi pengunjung. Nilai A dan B diukur dengan menggunakan rumus: A B Keterangan: A = Batas sumbu x B = Batas sumbu y k = Jumlah atribut (5) Multidimensional Scaling (MDS) Berbasis Atribut Peta persepsi dapat dihasilkan dari analisis menggunakan multidimensional scaling (MDS) berbasis atribut. Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik peta persepsi (perceptual map) yang dihasilkan. Kriteria-kriteria tersebut antara lain: a. R-square (disingkat RSQ) RSQ dalam MDS mengindikasikan proporsi varians data input yang dapat dijelaskan oleh model MDS. Semakin tinggi RSQ, semakin baik model MDS. Menurut Maholtra dalam Simamora (2005), model dapat diterima bila RSQ 0,6. b. Stress Kriteria ini merupakan kebalikan RSQ. Stress mengindikasikan proporsi varians perbedaan yang tidak dijelaskan oleh model. Stress dapat dihitung dengan berbagai cara, namun yang paling sering digunakan adalah stress Kruskal, dengan rumus: Stress = (6) Dari hasil perhitungan, dapat diinterpretasikan bahwa semakin rendah stress, semakin baik model MDS yang dihasilkan. Standar yang digunakan oleh Kruskal dapat dilihat pada tabel 4.

42 30 Tabel 4. Standar Model MDS Kruskal Stress (Percent) Goodness of Fit 20 Poor 10 Fair 5 Good 2,5 Excellent 0 Perfect Sumber: Simamora (2005)

43 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Botani Square Botani Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang baru didirikan di Kota Bogor. Botani Square berlokasi di Jalan Pajajaran kawasan Baranangsiang yang merupakan bekas lahan kampus Institut Pertanian Bogor. Botani Square menawarkan konsep baru kepada konsumen, yaitu menggunakan sistem square yang merupakan pertama di Kota Bogor. Dalam perencanaan ke depan, selain sebagai pusat perbelanjaan modern, Botani Square juga akan dilengkapi dengan hotel berbintang dan convention center berstandar internasional. Botani Square secara fisik bangunan terdiri dari empat lantai, dengan rata-rata tenant setiap lantai berjumlah 30 buah. Gerai pengisi atau komposisi tenant Botani Square dapat dikatakan amat baik karena sebagian besar merupakan famous brand (merek ternama). Selain itu berbagai kebutuhan konsumen pun tersedia di pusat perbelanjaan ini, seperti restoran, hypermarket, toko buku, arena games, toko pakaian, dan sebagainya. Famous brand yang terdapat di Botani Square antara lain Chidori, Sapo Oriental, Starbucks Coffee, J-Co Donuts, Breadtalk, Super Bowl, Solaria, A&W Restaurant, Super Baso, Rice Bowl, Es Teler 77, Giant, Electronic City, Rimo, Super Home, Giordano, Batik Keris, Number 61, Point Break, Hammer, Nokia, Sony Ericsson, Smart Cell, Jhonny Andrean Salon, Optik Melawai, M-Studio, Century, Optik Seis, Christopher Salon, Innovation Store, Mie Menteng, Fun World, Gramedia, dan Fuji Film. Dari komposisi tersebut, terlihat bahwa gerai makanan (restoran) mendominasi tenant famous brand di Botani Square. Hal ini menunjukkan bahwa Botani Square memiliki keunggulan di mata konsumen untuk kelengkapan variasi jenis restoran (tempat makan) yang menyediakan banyak pilihan bagi pengunjung.

44 Ekalokasari Plaza Ekalokasari Plaza berlokasi di kawasan Sukasari yang merupakan bekas lahan Asrama Sukasari Institut Pertanian Bogor. Ekalokasari Plaza menggunakan sistem plaza untuk layoutnya, sedangkan untuk desain interior Ekalokasari Plaza berupaya menampilkan kesan mewah dan glamour. Ekalokasari plaza secara fisik bangunan terdiri dari tujuh lantai, dengan rata-rata tenant setiap lantai berjumlah 25 buah. Gerai pengisi atau komposisi tenant Ekalokasari Plaza cukup baik dan memiliki keragaman yang cukup tinggi dengan beberapa famous brand (merek ternama), sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan baik. Famous brand yang terdapat di Ekalokasari Plaza antara lain Nokia, Sony Ericsson, Olympic, My Salon, Cinema 21, Christopher Salon, Gramedia, Batik Semar, Rudi Hadisuarno Salon, XL Center, Electrolux, Matahari, Planet Surf, Eiger, Disc Tara, Food Mart, Es Teler 77, Mie Menteng, Popeyes, Time Zone, KFC, Dunkin Donuts, Multi Toys, Number 61, Duta Suara, M-Studio, Tomkins, Optik Seis, Optik Melawai, Innovation Store, Giordano, dan Prooptik. Dari komposisi tersebut, terlihat bahwa gerai fashion mendominasi tenant famous brand di Ekalokasari Plaza. Hal ini menunjukkan bahwa Ekalokasari Plaza memiliki keunggulan kompetitif dalam ketersediaan gerai fashion, yang ikut mengangkat citra Ekalokasari Plaza sebagai salah satu pusat mode yang up to date di Kota Bogor Bogor Trade Mall Bogor Trade Mall berlokasi di kawasan Empang yang merupakan salah satu persimpangan teramai di Kota Bogor, tepatnya di Jalan Juanda. Bogor Trade Mall menggunakan sistem mall untuk layoutnya, sedangkan untuk desain interior Bogor Trade Mall berupaya menampilkan kesan nyaman, meriah, dan ramai. Bogor Trade Mall secara fisik bangunan terdiri dari tujuh lantai, dengan rata-rata tenant setiap lantai berjumlah 40 buah. Bogor Trade Mall mengelompokkan toko-toko yang memiliki kesamaan dalam satu

45 33 lantai yang sama, hal ini terlihat dari adanya spesialisasi di setiap lantai. Misalnya terdapat lantai khusus pakaian, barang elektronik, dan makanan. Gerai pengisi atau komposisi tenant Bogor Trade Mall memiliki keragaman yang cukup tinggi, namun sebagian besar bukan berupa famous brand (merek ternama). Famous brand yang terdapat di Bogor Trade Mall antara lain Sentra, My Salon, Ramayana, Jesslyn Kafe, KFC, Hoka-hoka Bento, Mr. Baso, Ink Mate, M-Studio, Jhonny Andrean, Toko Buku Kurnia Agung, Columbia, dan Cinema 21. Dari komposisi tersebut, terlihat bahwa sarana hiburan mendominasi tenant famous brand di Bogor Trade Mall. Hal ini menunjukkan bahwa Bogor Trade Mall berupaya untuk memposisikan diri sebagai salah satu pusat hiburan di Kota Bogor, terutama untuk kalangan remaja Pangrango Plaza Pangrango Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan modern yang paling awal berdiri di Kota Bogor. Dahulu pusat perbelanjaan modern ini bernama Plaza Internusa yang mencitrakan gaya hidup kalangan menengah atas, namun sejalan dengan pergantian manajemen Plaza Internusa pernah ditutup untuk sementara waktu, kemudian berganti nama menjadi Pangrango Plaza saat dibuka kembali. Pangrango Plaza berlokasi di Jalan Pajajaran, tepatnya di persimpangan Kebun Raya Bogor. Pangrango Plaza merupakan pelopor penerapan layout sistem plaza di Kota Bogor. Sedangkan untuk desain interior Pangrango Plaza berupaya menampilkan kesan nyaman, tenang, dan privat. Pangrango Plaza secara fisik bangunan terdiri dari tujuh lantai, dengan rata-rata tenant setiap lantai berjumlah 50 buah. Pangrango Plaza mengelompokkan toko-toko yang memiliki kesamaan dalam satu lantai yang sama, hal ini terlihat dari adanya spesialisasi di setiap lantai. Misalnya terdapat lantai khusus pakaian, barang elektronik, dan makanan. Gerai pengisi atau komposisi tenant Pangrango Plaza memiliki keragaman yang kurang baik karena cenderung homogen, dan

46 34 sebagian besar merupakan milik perseorangan, bukan berupa famous brand (merek ternama). Famous brand yang terdapat di Pangrango Plaza antara lain Gunung Agung, Steak 21, Giant, Sony, Optik Seis, M-studio, Daily Café, Olympus, Fuji Film, A&W Restaurant, Konica Film, dan Safira. Dari komposisi tersebut, terlihat bahwa gerai optik dan studio foto mendominasi tenant famous brand di Pangrango Plaza. Hal ini menunjukkan bahwa Pangrango Plaza berusaha memposisikan diri sebagai pusat foto studio dan peralatan optik, yang menjadi primadona bagi pengunjung remaja Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Hasil pengujian validitas atribut dengan teknik korelasi product moment menyatakan bahwa berdasarkan nilai mean dari r-hitung keempat pusat perbelanjaan modern yang diteliti, semua variabel valid karena mean r-hitung > 0,361 (dengan jumlah responden sebanyak 30 dan α = 0,05). Hasil uji validitas atribut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji validitas atribut dengan teknik korelasi product moment Variabel Mean r-hitung Ketersediaan Supermarket / Hypermart 0,608 Ketersediaan Sarana Hiburan 0,592 Ketersediaan Tempat Makan 0,559 Kelengkapan Produk 0,440 Ketersediaan Tempat Parkir 0,452 Ketersediaan Toilet 0,588 Ketersediaan Sarana Ibadah 0,492 Ketersediaan Fasilitas Umum 0,543 Desain Interior 0,578 Kebersihan 0,455 Kenyamanan 0,584 Keamanan 0,535 Ukuran (Luas) Bangunan 0,498 Lokasi Strategis 0,483 Kemudahan Akses Angkutan Umum 0,534 Sumber: Pengolahan data dengan teknik korelasi product moment

47 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas kuesioner dengan teknik Alpha Cronbach menyatakan bahwa kuesioner reliabel karenaa memiliki nilai Alpha lebih dari 0,6 untuk semua kasus. Tabel 6. Hasil uji reliabilitas dengan teknik Alpha Cronbach Kuesioner Nilai Alpha Tingkat Kepentingann 0,735 Tingkat Kinerja Botani Square 0,688 Tingkat Kinerja Ekalokasari Plaza 0,879 Tingkat Kinerja Bogor Trade Mall 0,806 Tingkat Kinerja Pangrango Plaza 0,828 Sumber: Pengolahan data dengann teknik Alpha Cronbach 4.3. Karakteristik Responden Responden yang terlibat dalam penelitiann ini adalah sebanyak 157, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 94 orang (60%) dan sisanya sebanyak 63 orang (40%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini seperti yang terlihat dalam Gambar 8. 60% 40% Laki laki Perempuan Gambar 8. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa responden didominasi oleh usia remaja yaitu kelompok usia tahun sebanyak 102 orang (65%), kemudian diikuti oleh kelompok usia tahun sebanyak 26 orang (16%), kelompok usia 46 tahun sebanyak 17 orang (11%), kelompok usia tahun sebanyak 9 orang (6%), dan kelompok usia tahun sebanyak 3 orang (2%). Hal ini seperti yang terlihat dalam Gambar 9.

48 36 11% 2% 6% 16% 65% Gambar 9. Karakteristik responden berdasarkan usia Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah pelajar dan mahasiswa sebanyak 105 orang (65%), karyawan swasta sebanyak 23 orang (15%), pegawai negeri sebanyak 8 orang (5%), wiraswasta sebanyak 3 orang (2%), dan lainnya sebanyak 18 orang (11%) seperti ibu rumah tangga, pensiunan, dan pengajar swasta. Hal ini seperti yang terlihat dalam Gambar % 5% 2% 11% 67% Pelajar / Mahasiswa Karyawan Swasta Pegawai Negeri Wiraswasta Lainnya Gambar 10. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan per bulan menunjukkan bahwa sebagian besar respondenn memiliki pendapatann Rp Rp sebanyak 67 orang (43%), Rp sebanyak 45 orang (29%), Rp Rp sebanyak 27 orang (17%), Rp Rp sebanyak 10 orang (6%), dan Rp sebanyak 8 orang (5%). Hal ini seperti yang terlihat dalam Gambar 11.

49 37 17% 6% 5% 29% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp % Rp Gambar 11. Karakteristikk responden berdasarkan tingkat pendapatan per bulan Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir menunjukkan bahwa responden didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir SMA / SMK / MA sebanyak 106 orang (68%), sarjana sebanyak 29 orang (18%), diploma / akademi sebanyak 13 orang (8%), SD sebanyak 4 orang (3%), pasca sarjanaa sebanyak 3 orang (2%), dan SLTP / MTS sebanyak 2 orang (1%). Hal ini seperti yang terlihat dalam Gambar 12. 8% 18% 2% 3%1% SD SLTP / MTS SMA / SMK / MA Diploma / Akademi 68% Sarjana Pasca Sarjana Gambar 12. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir 4.4. Identifikasi Pengambilan Keputusan Pengunjung Pengenalan Kebutuhan Proses keputusan kunjungan ke pusat perbelanjaan modern oleh pengunjungg dimulai ketika pengunjung merasakan dan mengenali kebutuhan untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan modern. Kebutuhan dikenali ketika adanya ketidaksesuaian antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan oleh pengunjung. Untuk itu, pengunjungg akan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan melakukan kunjungan ke pusat perbelanjaan modern.

50 38 Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran kebutuhan pengunjung akan kunjungan ke pusat perbelanjaan modern adalah dengan mengetahui seberapa sering pengunjung mengunjungi pusat perbelanjaan modern dalam periode tertentu. Gambar 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengunjungi pusat perbelanjaan modern sebanyak dua kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 36 orang (23%), sedangkan sebagian kecil responden mengunjungi sebanyak lima kali dalam satu bulan yaitu sebanyak 13 orang (8%). Hal ini menggambarkan bahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini cukup bervariasi apabila dilihat dari tingkatan kebutuhan mereka akan kunjungan ke pusat pebelanjaan modern, dengan sebaran yang cukup merata untuk masing-masing tingkatan frekuensi kunjungan. 8% 15% 21% 18% 15% 23% 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali 5 kali > 5 kali Gambar 13. Frekuensi kunjungan responden ke pusat perbelanjaan modern dalam satu bulan Selain frekuensi kunjungan, pengenalan kebutuhan juga dapat diidentifikasi dari motivasi atau tujuan yang mendorong pengunjung untuk mengunjungi pusat perbelanjaan n modern. Gambar 14 menunjukkan (jawaban responden boleh lebih dari satu) bahwa sebagian besar responden berkunjung ke pusat perbelanjaan modern untuk berbelanja yaitu sebanyak 97 orang (29%), sedangkan sebagian kecil responden menjawab lainnya (seperti bersosialisasi dan window shopping) yaitu sebanyak 14 orang (4%). Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki tujuan utama yang sesuai dengan fungsi dasar didirikannya pusat perbelanjaan modern, yaitu sebagai tempat untuk berbelanja. Menyikapi hal tersebut, pusat perbelanjaan modern sebaiknya melakukan perbaikan pada komposisi variasi tenant pengisi

51 39 pusat perbelanjaan modern, agar pengunjung memiliki keleluasaan yang lebih dalam berbelanja. 21% 4% 29% Berbelanja Jalan jalan Makan 21% 25% Mencari hiburan Lainnya Gambar 14. Tujuan kunjungan responden Pencariann Informasi Setelah pengenalan kebutuhan terjadi, pengunjung mungkin terlibat dalam pencarian informasi akan pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian informasi dapat dilakukan dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan atau informasi dari lingkungan. Gambar 15 menunjukkann (jawaban responden boleh lebih dari satu) sebagian besar responden menjawab bahwa informasi mengenai pusat perbelanjaan modern didapatkan dari teman yaitu sebanyak 99 orang (21%), sedangkan sebagian kecil respoden menjawab lainnya (seperti bukti fisik gedung pusat perbelanjaan modern itu sendiri) yaitu sebanyak 9 orang (4%). Hal ini menunjukka an bahwa komunikasi below the line dinilai lebih efektif untuk mempublikasikan event-eventt atau promosi pusat perbelanjaan modern. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik word of mouth communication. 22% 4% 9% 24% Iklan media massa Keluarga Teman Billboard / Spanduk 41% Lainnya Gambar 15. Sumber informasi responden

52 40 Setelah sumber informasi pengunjung berhasil diidentifikasi, selanjutnyaa perlu diketahui bentuk promosi pusat perbelanjaan modern yang dianggap paling menarik oleh pengunjung. Gambar 16 menunjukkan bahwa bentuk promosi yang danggap paling menarik adalah pengadaan event hiburan yaitu sebanyak 50 orang (37%), sedangkan sebagian kecil responden menjawab lainnyaa (seperti diskon, pembagian barang promosi gratis, dan roadshow) yaitu sebanyak 19 orang (12%). Hal ini menunjukkan bahwa selain untuk berbelanja, pengunjungg juga mencari hiburan di pusat perbelanjaan modern yang mereka kunjungi. Event-event hiburan seperti festival band, konser musik, ataupun pengadaan berbagai lomba-lomba dianggap paling menarik oleh pengunjung sebagai salah satu bentuk promosi. 20% 12% 11% 37% Iklan media massa Pengadaan event hiburan Mendatangkan artis Pengadaan pameran 20% Lainnya Gambar 16. Bentuk promosi yang menarik dari pusat perbelanjaan modern Evaluasi Alternatif Evaluasi alternatif menggambarkan tahap pengambilan keputusan saat pengunjung mengevalusi alternatif-alternatif harus menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, memutuskan alternatif yang akan dipertimbangkan, menilai kinerja dari untuk membuat pilihan. Selama tahap ini pengunjung alternatif yang dipertimbangkan, memilih dan menetapkan kaidah keputusan untuk membuat keputusan akhir. Pada proses pemilihan pusat perbelanjaan modern yang akan dikunjungi, dalam Gambar 17 dapat dilihat bahwa faktor kenyamanan sebagian besar dipilih sebagai pertimbangan pertama, yaitu sebanyak 59

53 41 orang (38%), sedangkan sebagian kecil menjawab lainnya (seperti adanya foodcourt, keamanan, dan sebagainya) yaitu sebanyak 4 orang (3%). Hal ini menunjukkan bahwa faktor kenyamanan merupakan faktor utama yang mendasari keinginan pengunjung untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan modern. Pusat perbelanjaann modern dapat memberikan rasa nyaman bagi pengunjung dengan melakukan pemeliharaan pada seluruh fasilitas yang ada. Rasa nyaman tersebut, akan menghadirkan energi positif yang dapat menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. 38% 3% 23% Lokasi Kelengkapan produk Kemeriahan (keramaian) 25% Kenyamanan 11% Lainnya Gambar 17. Pertimbangan pertama responden mengunjungi pusat perbelajaan modern Keputusan Kunjungan Setelah mengevalusi alternatif-alternatif adalah proses kunjungan. Kunjungann dilakukan dengan memilih alternatif yang dinilai dapat pilihan yang dipertimbangkan, tahap selanjutnya memenuhi kebutuhan atau manfaat yang diharapkan. Gambar 18 menunjukkann bahwa pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor yang paling sering dikunjungi respondenn adalah Botani Square yaitu sebanyak 88 orang (56%), sedangkann sebagian kecil responden menjawab lainnya sebanyak 1 orang (1%). Hal ini menunjukkan bahwa Botani Square merupakan pemimpin pasar dalam bisnis pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. Botani Square sebaiknya mempertahankan posisi ini dengan terus melakukan inovasi agar keunggulan kompetitif yang telah dimiliki tetap terjaga.

54 42 17% 18% 8% 1% 56% Botani Square Ekalokasari Plazaa Bogor Trade Mall Pangrango Plaza Lainnya Gambar 18. Pusat perbelanjaan modern yang paling sering dikunjungi Apabila ditinjau dari caraa pengunjung memutuskan kunjungan seperti yang terlihat dalam Gambar 19, maka sebagian besar responden yaitu sebanyak 90 orang (35%) menjawab secara accident (tergantung kebutuhan) ), sedangkan sebagian kecil responden menjawab mengikuti orang lain (seperti teman, keluarga, dan sebagainya) sebanyak 50 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa, sebagian besar pengunjung pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor merupakan pribadi yang terencana dan tidak mengambil keputusan secara impulse (mendadak). 35% 22% 23% 20% Terencana Mengikuti orang lain Tidak terencana Accident Lainnya Gambar 19. Cara konsumen memutuskan kunjungan Dalam proses kunjungann ke pusat perbelanjaan modern, pada umumnya pengunjung akan membeli sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Gambar 20 menunjukkan n bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 54 orang (34%) paling sering membeli makanan dan kebuthan sehari-hari, sedangkan sebagian kecil responden yaitu sebanyak 10 orang (6%) menjawab paling sering membeli barang elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung merupakan kosumen kebutuhan primer, yang ditandai dengan tingginya tingkat konsumsi pengunjung pada kebutuhan harian.

55 43 6% 8% 34% Kebutuhan sehari hari Pakaian 34% Makanan Barang Elektronik 18% Lainnya Gambar 20. Produk yang paling sering dibeli responden Evaluasi Pasca Kunjungan Pasca kunjungan, pengunjung akan mengevaluasi hasil yang didapat dari kunjungan. Kepuasan akan dicapai apabila alternatif yang dipilih bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya keyakinan dan sikap yang terbentuk padaa tahap inii akan mempengaruhi niat kunjungan berikutnya. Sebagian besar responden menjawab bahwa tingkat kepuasan mereka terhadap kunjungan ke pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor masih dalam taraf biasa saja yaitu sebanyak 88 orang (56%), seperti yang terlihat dalam Gambar 21. Sementara itu hanya 2 orang (1%) responden yang menjawab tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pengunjung relatif rendah karena tidak menyentuh level 50% %. Sebaiknya pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor melakukan riset perilaku pengunjung, agar mengetahui dengan jelas keinginan pengunjung dalam upaya mewujudkan kepuasan. 1% 56% 43% Puas Biasa saja Tidak puas Gambar 21. Sikap konsumen pasca pembelian Kepuasan pengunjung dapat ditunjukkan oleh loyalitas pengunjungg tersebut jika pusat perbelanjaan modern yang akan dikunjungii tutup atau tidak beroperasi. Dalam hal ini, pengunjung pusat

56 44 perbelanjaan modern di Kota Bogor dapat dikatakan kurang loyal, karena sebagian besar responden menjawab akan berkunjung ke tempat lain apabila pusat perbelanjaan modern yang akan dikunjungi tutup yaitu sebanyak 128 orang (82%), seperti yang terlihatt dalam Gambar 22. Sedangkan responden yang loyal karena akan membatalkan kunjungan jika pusat perbelanjaan modern yang akan dikunjunginya tutup hanya berjumlah 29 orang (28%). Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor yang relatif merata, rendahnya diferensiasi masing-masing pusat perbelanjaan, dan semakin ketatnya persaingann usaha antar pengembang pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. 18% 82% Berkunjung ke tempat lain Membatalkan kunjungan Gambar 22. Sikap konsumen terhadap kunjungann ke pusat perbelanjaan modern 4.5. Importance Performance Analysis (IPA) IPA adalah salah satu cara yang dapat menggambarkan tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan atribut yang dimiliki pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. Analisis preferensi pengunjung dengan menggunakan IPA ditujukan untuk mengetahui adanya kebutuhan pengunjung pusat perbelanjaan modern. Dengan mengetahui kebutuhan pengunjungnya maka diharapkan pengembang pusat perbelanjaan modern mampu menarik banyak pengunjung dengan penerapan strategi pemasaran yang tepat Tingkat Kepentingann Berdasarkan hasil IPA mengenai tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern seperti yang terlihat dalam Tabel 7, terlihat bahwa atribut yang dianggap paling penting oleh responden adalah atribut ketersediaan sarana ibadah dengan nilai total kepentingan

57 45 sebesar 735. Sedangkan atribut ukuran (luas) bangunan dianggap paling tidak penting dengan nilai total kepentingan 564. Tabel 7. Tingkat Kepentingan Atribut Pusat Perbelanjaan Modern No. Atribut Produk Tingkat Kepentingan (Yi) Total Skor Penilaian Modus Peringkat 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Toilet Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Fasilitas Umum Desain Interior Kebersihan Kenyamanan Keamanan Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis Kemudahan Akses Angkutan Umum TOTAL Sumber: Pengolahan data dengan IPA Berdasarkan modus pada Tabel 7, tingkat kepentingan atributatribut pusat perbelanjaan modern kemudian dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria. Pengelompokan atribut-atribut berdasarkan modus dapat dilihat dalam tabel 8. Tabel 8. Kriteria tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern No. Kriteria Atribut 1 Sangat Tidak Penting - 2 Tidak Penting - 3 Biasa Saja - 4 Penting Ketersediaan Supermarket / Hypermart Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Desain Interior Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis

58 46 Lanjutan Tabel 8 No. Kriteria Atribut 5 Sangat Penting Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Toilet Ketersediaan Fasilitas Umum Kenyamanan Keamanan Kebersihan Kemudahan Akses Angkutan Umum Sumber: Pengolahan data secara deskriptif Tingkat Kinerja Setelah dilakukan pengukuran terhadap tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah melakukan pengukuran tingkat kinerja untuk masingmasing pusat perbelanjaan modern yang diteliti. 1. Botani Square Berdasarkan hasil IPA mengenai tingkat kinerja atribut Botani Square seperti yang terlihat dalam Tabel 9, terlihat bahwa atribut yang dinilai paling baik oleh responden adalah atribut lokasi strategis dengan nilai total kinerja sebesar 707. Sedangkan atribut ketersediaan sarana ibadah dianggap paling tidak baik dengan nilai total kinerja 543. Tabel 9. Tingkat Kinerja Atribut Botani Square No. Atribut Produk Total Skor Penilaian (Xi) Tingkat Kinerja Modus Peringkat 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Toilet Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Fasilitas Umum Desain Interior Kebersihan Kenyamanan Keamanan

59 47 Lanjutan Tabel 9 No. Atribut Produk Total Skor Penilaian (Xi) Tingkat Kinerja Modus Peringkat 13 Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis Kemudahan Akses Angkutan Umum TOTAL 9463 Sumber: Pengolahan data dengan IPA Berdasarkan modus pada Tabel 9, tingkat kinerja Botani Square kemudian dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria. Pengelompokan atribut-atribut Botani Square berdasarkan modus dapat dilihat dalam tabel 10. Tabel 10. Kriteria tingkat kinerja atribut Botani Square No. Kriteria Atribut 1 Sangat Tidak Baik - 2 Tidak Baik - 3 Biasa Saja - 4 Baik Ketersediaan Supermarket / Hypermart Kebersihan Ketersediaan Tempat Makan Kenyamanan Ketersediaan Tempat Pakir Ukuran (Luas) Bangunan Keamanan Ketersediaan Toilet Desain Interior Ketersediaan Fasilitas Umum Kelengkapan Produk Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Sarana Ibadah 5 Sangat Baik Lokasi Strategis Kemudahan Akses Angkutan Umum Sumber: Pengolahan data secara deskriptif 2. Ekalokasari Plaza Berdasarkan hasil IPA mengenai tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza seperti yang terlihat dalam Tabel 11, terlihat bahwa atribut yang dinilai paling baik oleh responden adalah atribut kenyamanan dengan nilai total kinerja sebesar 650. Sedangkan

60 48 atribut ketersediaan sarana ibadah dianggap paling tidak baik dengan nilai kinerja 568. Tabel 11. Tingkat Kinerja Atribut Ekalokasai Plaza No. Atribut Produk Total Skor Penilaian (Xi) Tingkat Kinerja Modus Peringkat 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Toilet Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Fasilitas Umum Desain Interior Kebersihan Kenyamanan Keamanan Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis Kemudahan Akses Angkutan Umum TOTAL 9285 Sumber: Pengolahan data dengan IPA Berdasarkan modus pada Tabel 11, tingkat kinerja Ekalokasari Plaza kemudian dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria. Pengelompokan atribut-atribut Ekalokasari Plaza berdasarkan modus dapat dilihat dalam tabel 12. Tabel 12. Kriteria tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza No. Kriteria Atribut 1 Sangat Tidak Baik - 2 Tidak Baik - 3 Biasa Saja - 4 Baik Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Sarana Ibadah Kenyamanan Kebersihan Ketersediaan Sarana Hiburan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Makan Keamanan

61 49 Lanjutan Tabel 12 No. Kriteria Atribut 4 Baik Ketersediaan Supermarket / Hypermart Desain Interior Ketersediaan Toilet Kemudahan Akses Angkutan Umum Ketersediaan Fasilitas Umum Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis 5 Sangat Baik - Sumber: Pengolahan data secara deskriptif 3. Bogor Trade Mall Berdasarkan hasil IPA mengenai tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall seperti yang terlihat dalam Tabel 13, terlihat bahwa atribut yang dinilai paling baik oleh responden adalah atribut kemudahan akses angkutan umum dengan nilai kinerja sebesar 629. Sedangkan atribut desain interior dinilai paling tidak baik dengan nilai kinerja 487. Tabel 13. Tingkat Kinerja Atribut Bogor Trade Mall No. Atribut Produk Total Skor Penilaian (Xi) Tingkat Kinerja Modus Peringkat 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Toilet Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Fasilitas Umum Desain Interior Kebersihan Kenyamanan Keamanan Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis Kemudahan Akses Angkutan 15 Umum TOTAL 8291 Sumber: Pengolahan data dengan IPA

62 50 Berdasarkan modus pada Tabel 13, tingkat kinerja Bogor Trade Mall kemudian dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria. Pengelompokan atribut-atribut Bogor Trade Mall berdasarkan modus dapat dilihat dalam tabel 14. Tabel 14. Kriteria tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall No. Kriteria Atribut 1 Sangat Tidak Baik - 2 Tidak Baik - 3 Biasa Saja Ketersediaan Supermarket / Hypermart Keamanan Kebersihan Kenyamanan Desain Interior 4 Baik Ketersediaan Fasilitas Umum Ketersediaan Sarana Ibadah Kemudahan Akses Angkutan Umum Ketersediaan Sarana Hiburan Lokasi Strategis Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Parkir Ukuran (Luas) Bangunan Ketersediaan Toilet 5 Sangat Baik - Sumber: Pengolahan data secara deskriptif 4. Pangrango Plaza Berdasarkan hasil IPA mengenai tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza seperti yang terlihat dalam Tabel 15, terlihat bahwa atribut yang dinilai paling baik oleh responden adalah atribut kemudahan akses angkutan umum dengan nilai total kinerja sebesar 639. Sedangkan atribut ketersediaan sarana hiburan dinilai paling tidak baik dengan nilai total kinerja 427. Tabel 15. Tingkat Kinerja Atribut Pangrango Plaza No. Atribut Produk Total Skor Penilaian (Xi) Tingkat Kinerja Modus Peringkat 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart Ketersediaan Sarana Hiburan

63 51 Lanjutan Tabel 15 No. Atribut Produk Total Skor Penilaian (Xi) Tingkat Kinerja Modus Peringkat 3 Ketersediaan Tempat Makan Kelengkapan Produk Ketersediaan Tempat Parkir Ketersediaan Toilet Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Fasilitas Umum Desain Interior Kebersihan Kenyamanan Keamanan Ukuran (Luas) Bangunan Lokasi Strategis Kemudahan Akses Angkutan 15 Umum TOTAL 7678 Sumber: Pengolahan data dengan IPA Berdasarkan modus pada Tabel 15, tingkat kinerja Pangrango Plaza kemudian dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria. Pengelompokan atribut-atribut Pangrango Plaza berdasarkan modus dapat dilihat dalam tabel 16. Tabel 16. Kriteria tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza No. Kriteria Atribut 1 Sangat Tidak Baik - 2 Tidak Baik - 3 Biasa Saja Ketersediaan Supermarket / Hypermart Desain Interior Kelengkapan Produk Ketersediaan Sarana Hiburan Ketersediaan Tempat Parkir Kebersihan Keamanan Ketersediaan Toilet Ketersediaan Fasilitas Umum Ketersediaan Sarana Ibadah Ketersediaan Tempat Makan Kenyamanan Lokasi Strategis

64 52 Lanjutan Tabel 16 4 Baik Ukuran (Luas) Bangunan Kemudahan Akses Angkutan Umum 5 Sangat Baik - Sumber: Pengolahan data secara deskriptif Matriks IPA Setelah diketahui tingkat kepentingan dan kinerja pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor, langkah selanjutnya adalah menentukan koordinat garis pembagi dalam matriks IPA. Perhitungan pencarian koordinat garis pembagi matriks IPA adalah sebagai berikut: A Xi k B Yi k , ,617 Garis pembagi pada diagram kartesius matriks IPA diperoleh dari rataan nilai total tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern (A) yaitu 671,333 sebagai sumbu Y dan rataan nilai total tingkat kinerja atribut Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza (B) yaitu 578,617 sebagai sumbu X. setelah dibuat garis pembagi maka terlihat empat kuadran yang menggambarkan evaluasi dari masing-masing atribut. 1. Botani Square Nilai total dari atribut tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Botani Square dipetakan ke dalam suatu diagram kartesius yang ditunjukkan pada Gambar 23. Kuadran I menunjukkan atribut yang dianggap sangat penting oleh pengunjung namun Botani Square belum menunjukkan kinerja yang baik. Atribut tersebut adalah ketersediaan sarana ibadah. Atribut 7 (ketersediaan sarana ibadah) merupakan titik ekstrim dalam kuadran I. Oleh karena itu, sebaiknya Botani Square menata ulang lokasi sarana ibadahnya agar lebih mudah dijangkau oleh pengunjung karena berdasarkan analisis tingkat kepentingan, pengunjung memiliki penilaian khusus bagi sarana ibadah dengan

65 53 menduduki peringkat pertama. Sedangkan, berdasarkan analisis tingkat kinerja Botani Square hanya menempati urutan nilai ke-15 untuk atribut ketersediaan sarana ibadah Kuadran I Kuadran II Kepentingan 650 Kuadran III 4 5 Kuadran IV Gambar 23. Diagram Kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Botani Square Kuadran II menunjukkan atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dan telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh Botani Square sesuai dengan harapan pengunjung. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Atribut yang terdapat dalam kuadran II antara lain: ketersediaan toilet, ketersediaan fasilitas umum, keamanan, kenyamanan, kebersihan, ketersediaan tempat makan (restoran), dan kemudahan akses angkutan umum. Atribut 15 (kemudahan akses angkutan umum) merupakan titik ekstrim dalam kuadran II. Akses angkutan umum ke Botani Square dinilai mudah oleh pengunjung, karena Botani Square terletak di daerah Baranang Siang yang dekat dengan jalur tol ataupun terminal sehingga menjadi pusat lalu lintas angkutan umum di Kota Bogor. 630 Kinerja

66 54 Kuadran III menunjukkan atribut yang dinilai kurang penting oleh pengunjung dan kinerja Botani Square juga dinilai kurang baik. Sehingga, atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya tidak mendapat prioritas utama bagi Botani Square untuk ditingkatkan. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah ketersediaan sarana hiburan. Atribut 2 (ketersediaan sarana hiburan) merupakan titik ekstrim dalam kuadran III. Atribut ketersediaan sarana hiburan tidak perlu menjadi prioritas utama bagi Botani Square untuk ditingkatkan karena pengunjung menganggap hal tersebut kurang penting dan pengunjung merasa tambahan hiburan yang diberikan Botani Square tidak akan memberikan dampak yang signifikan. Kuadran IV menunjukkan atribut yang kurang penting menurut pengunjung tetapi Botani Square telah memberikan yang terbaik sehingga pengunjung merasakan hal yang berlebihan dari atribut tersebut. Atribut-atribut itu antara lain: kelengkapan produk, ketersediaan tempat parkir, desain interior, ukuran (luas) bangunan, ketersediaan supermarket / hypermart, dan lokasi strategis. Atribut 14 (lokasi strategis) merupakan titik ekstrim dalam kuadran IV. Lokasi Botani Square yang strategis mendapatkan perhatian yang sangat besar oleh pengunjung dan dinilai sangat baik, sementara pengunjung menganggap hal tersebut kurang penting. Sehingga Botani Square tidak perlu khawatir pada atribut ini, karena telah memiliki keunggulan kompetitif yang amat besar. 2. Ekalokasari Plaza Nilai total dari atribut tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza dipetakan ke dalam suatu diagram kartesius yang ditunjukkan pada Gambar 24. Kuadran I menunjukkan atribut yang dianggap sangat penting oleh pengunjung namun Ekalokasari Plaza belum menunjukkan kinerja yang baik. Atribut tersebut adalah ketersediaan sarana

67 55 ibadah. Atribut 7 (ketersediaan sarana ibadah) merupakan titik ekstrim dalam kuadran I. Oleh karena itu, seperti halnya Botani Square sebaiknya Ekalokasari Plaza menata ulang lokasi sarana ibadahnya agar lebih mudah dijangkau oleh pengunjung dan dirasakan lebih layak. Karena berdasarkan analisis tingkat kepentingan, pengunjung memiliki penilaian khusus bagi sarana ibadah dengan menduduki peringkat pertama. Sedangkan, berdasarkan analisis tingkat kinerja Ekaloasari Plaza hanya menempati urutan nilai ke-15 untuk atribut katersediaan sarana ibadah Kuadran I Kuadran II Kepentingan Kuadran III Kuadran IV Kinerja Gambar 24. Diagram Kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza Kuadran II menunjukkan atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dan telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh Ekalokasari Plaza sesuai dengan harapan pengunjung. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Atribut yang terdapat dalam kuadran II antara lain: ketersediaan fasilitas umum, ketersediaan tempat makan, kemudahan akses angkutan umum, kebersihan, kenyamanan, ketersediaan toilet,

68 56 dan keamanan. Atribut 11 (kenyamanan) merupakan titik ekstrim dalam kuadran II. Atribut Ekalokasari Plaza yang dianggap paling baik oleh pengunjung adalah kenyamanan, sementara itu pengunjung juga menganggap atribut ini paling penting. Hal ini menjadi suatu prestasi bagi Ekalokasari Plaza, karena berhasil membangun suasana nyaman bagi pengunjung selama proses kunjungan. Kuadran III menunjukkan atribut yang dinilai kurang penting oleh pengunjung dan kinerja Ekalokasari Plaza juga dinilai kurang baik. Sehingga, atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya tidak mendapat prioritas utama bagi Ekalokasari Plaza untuk ditingkatkan. Ekalokasari Plaza tidak memiliki atribut yang termasuk dalam kuadran ini. Kuadran IV menunjukkan atribut yang kurang penting menurut pengunjung tetapi Ekalokasari Plaza telah memberikan yang terbaik sehingga pengunjung merasakan hal yang berlebihan dari atribut tersebut. Atribut-atribut tersebut antara lain: lokasi strategis, ukuran (luas) bangunan, ketersediaan tempat parkir, ketersediaan supermarket / hypermart, desain interior, kelengkapan produk, dan ketersediaan sarana hiburan. Atribut 2 (ketersediaan sarana hiburan) merupakan titik ekstrim dalam kuadran IV. Ketersediaan sarana hiburan di Ekalokasari Plaza dinilai sangat baik oleh pengunjung, namun pengunjung menganggap hal ini bukan sesuatu yang penting. Oleh karena itu pihak Ekalokasari Plaza dapat melakukan efisiensi, karena menurut pengunjung sarana hiburan yang ada saat ini dinilai berlebihan atau terlalu banyak. 3. Bogor Trade Mall Nilai total dari atribut tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall dipetakan ke dalam suatu diagram kartesius yang ditunjukkan pada Gambar 25. Kuadran I menunjukkan atribut yang dianggap sangat penting oleh pengunjung namun Bogor Trade Mall belum menunjukkan

69 57 kinerja yang baik. Atribut-atribut tersebut antara lain: ketersediaan toilet, ketersediaan sarana ibadah, keamanan, kebersihan, kenyamanan, dan ketersediaan fasilitas umum. Atribut 11 (kenyamanan) merupakan titik ekstrim dalam kuadran I. Atribut kenyamanan mendapatkan prioritas kepentingan utama dari pengunjung, namun Bogor Trade Mall dinilai belum mampu menunjukkan kinerja yang baik untuk atribut ini. Oleh karena itu, Bogor Trade Mall harus meningkatkan kinerja atribut ini agar dapat memenuhi harapan pengunjung. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang nyaman bagi pengunjung selama berkunjung misalnya dengan tata letak atau layout yang baik Kuadran I Kuadran II Kepentingan Kuadran III Kuadran IV Kinerja Gambar 25. Diagram Kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Bogor Trade Mall Kuadran II menunjukkan atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dan telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh Bogor Trade Mall sesuai dengan harapan pengunjung. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Atribut yang terdapat dalam kuadran II antara lain: ketersediaan tempat makan, dan kemudahan akses angkutan umum. Atribut

70 58 (kemudahan akses angkutan umum) merupakan titik ekstrim dalam kuadran II. Atribut ini dianggap paling baik oleh pengunjung, sementara itu pengunjung juga menganggap atribut ini paling penting. Oleh karena itu akses angkutan umum yang mudah merupakan keungggulan utama yang dimiliki Bogor Trade Mall dalam menarik pengunjung. Kuadran III menunjukkan atribut yang dinilai kurang penting oleh pengunjung dan kinerja Bogor Trade Mall juga dinilai kurang baik. Sehingga, atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya tidak mendapat prioritas utama bagi Bogor Trade Mall untuk ditingkatkan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini antara lain: ketersediaan supermarket / hypermart, ukuran (luas) bangunan, dan desain interior. Atribut 9 (desain interior) merupakan titik ekstrim dalam kuadran III. Atribut desain interior tidak perlu menjadi prioritas utama bagi Bogor Trade Mall untuk ditingkatkan karena pengunjung menganggap hal tersebut kurang penting dan pengunjung merasa desain interior Bogor Trade Mall sudah tepat dan tidak berlebihan. Kuadran IV menunjukkan atribut yang kurang penting menurut pengunjung tetapi Bogor Trade Mall telah memberikan yang terbaik sehingga pengunjung merasakan hal yang berlebihan dari atribut tersebut. Atribut-atribut tersebut antara lain: ketersediaan sarana hiburan, kelengkapan produk, lokasi strategis, dan ketersediaan tempat parkir. Atribut 13 (ukuran (luas) bangunan) merupakan titik ekstrim dalam kuadran IV. Ukuran (luas) bangunan Bogor Trade Mall dinilai berlebihan dan terlalu besar, sehingga perlu dilakukan efisiensi untuk atribut ini. 4. Pangrango Plaza Nilai total dari atribut tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza dipetakan ke dalam suatu diagram kartesius yang ditunjukkan pada Gambar 26.

71 Kuadran I Kuadran II Kepentingan Kuadran III Kuadran IV Kinerja Gambar 26. Diagram Kartesius tingkat kepentingan atribut pusat perbelanjaan modern dan tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza Kuadran I menunjukkan atribut yang dianggap sangat penting oleh pengunjung namun Pangrango Plaza belum menunjukkan kinerja yang baik. Atribut-atribut tersebut antara lain: kebersihan, keamanan, ketersediaan toilet, kenyamanan, ketersediaan sarana ibadah, ketersediaan fasilitas umum dan ketersediaan tempat makan. Atribut 7 (ketersediaan sarana ibadah) merupakan titik ekstrim dalam kuadran I. Oleh karena itu, seperti halnya Botani Square dan Ekalokasari Plaza, sebaiknya Pangrango Plaza menata ulang lokasi sarana ibadahnya agar lebih mudah dijangkau oleh pengunjung dan dirasakan lebih layak. Karena berdasarkan analisis tingkat kepentingan, pengunjung memiliki penilaian khusus bagi sarana ibadah dengan menduduki peringkat pertama. Sedangkan, berdasarkan analisis tingkat kinerja Pangrango Plaza hanya menempati urutan nilai ke-9 untuk atribut katersediaan sarana ibadah. Kuadran II menunjukkan atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dan telah dilaksanakan dengan sangat baik oleh

72 60 Pangrango Plaza sesuai dengan harapan pengunjung. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Atribut yang terdapat dalam kuadran II adalah kemudahan akses angkutan umum. Atribut 15 (kemudahan akses angkutan umum) merupakan titik ekstrim dalam kuadran II. Atribut ini dianggap paling baik oleh pengunjung, sementara itu pengunjung juga menganggap atribut ini paling penting. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi Pangrango Plaza, karena pengunjung akan semakin mudah untuk melakukan kunjungan ke Pangrango Plaza. Kuadran III menunjukkan atribut yang dinilai kurang penting oleh pengunjung dan kinerja Pangrango Plaza juga dinilai kurang baik. Sehingga, atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini sebaiknya tidak mendapat prioritas utama bagi Pangrango Plaza untuk ditingkatkan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini antara lain: lokasi strategis, ukuran (luas) bangunan, ketersediaan tempat parkir, ketersediaan supermarket / hypermart, desain interior, kelengkapan jenis toko, dan ketersediaan sarana hiburan. Atribut 2 (ketersediaan sarana hiburan) merupakan titik ekstrim dalam kuadran III. Atribut ketersediaan sarana hiburan tidak perlu menjadi prioritas utama bagi Pangrango Plaza untuk ditingkatkan karena pengunjung menganggap hal tersebut kurang penting dan pengunjung merasa sarana hiburan di Pangrango Plaza sudah cukup memadai. Kuadran IV menunjukkan atribut yang kurang penting menurut pengunjung tetapi Pangrango Plaza telah memberikan yang terbaik sehingga pengunjung merasakan hal yang berlebihan dari atribut tersebut. Pangrango Plaza tidak memiliki atribut yang terdapat dalam kuadran ini Analisis Positioning Pusat Perberlanjaan Modern di Kota Bogor Analisis Faktor Terhadap Atribut Pusat Perbelanjaan Modern Analisis faktor digunakan untuk dapat diketahui dimensidimensi yang mendasari sejumlah atribut. Dengan menggunakan teknik ini atribut-atribut sejumlah pusat perbelanjaan modern dianalisis, lalu

73 61 dengan menggunakan skor-skor faktor yang dimiliki dapat dibuat perceptual map (peta persepsi) yang selanjutnya akan dapat menggambarkan positioning dan persaingan usaha. Berdasarkan hasil analisis Principle Component Analysis (PCA), analisis faktor menghasilkan tiga kompomen atau faktor yang disebut dimensi pada perceptual map, yang memiliki eigenvalue satu atau lebih. Ketiga dimensi secara kumulatif dapat menjelaskan 100% varians data. Dengan demikian, maka harus dibentuk percetual map berdimensi tiga. Berdasarkan hasil analisis faktor dengan melihat rotated component matrix, dimensi 1 dibentuk oleh atribut 1 (ketersediaan supermarket / hypermart), 6 (ketersediaan toilet), 8 (ketersediaan fasilitas umum), 9 (desain interior), 10 (kebersihan), 11 (kenyamanan), 12 (keamanan), dan 13 (ukuran (luas) bangunan). Keseluruhan atribut ini pada umumnya berkaitan dengan fasilitas pendukung pusat perbelanjaan modern, oleh karena itu dimensi ini dapat dinamakan sebagai fasilitas pendukung. Dimensi 2 dibentuk oleh empat atribut, yaitu atribut 2 (ketersediaan sarana hiburan), 3 (ketersediaan tempat makan), 4 (kelengkapan produk), dan 7 (ketersediaan sarana ibadah). Pada umumnya atribut-atribut pada dimensi 2 berkaitan dengan keinginan pengunjung terhadap banyaknya pilihan variasi tenant yang dapat dipilih. Oleh karena itu dimensi ini dapat dinamakan kelengkapan variasi tenant. Dimensi 3 dibentuk oleh dibentuk oleh atribut 5 (ketersediaan tempat parkir), 14 (lokasi strategis), dan 15 (kemudahan akses angkutan umum). Ketiga atribut berkaitan dengan kemudahan pengunjung untuk mengakses pusat perbelanjaan modern, baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Oleh karena itu dimensi ini dapat dinamakan kemudahan akses kendaraan.

74 Peta Persepsi (Perceptual Map) Pusat Perbelanjaan Modern Setelah diketahui bahwa perceptual map harus terdiri dari tiga dimensi, dan nama dimensi-dimensi tersebut juga telah ditetapkan, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat perceptual map dengan bantuan software SPSS versi Perceptual map yang seharusnya terdiri dari tiga dimensi, kemudian dipecah menjadi tiga penampang yang masing-masing terdiri dari dua dimensi untuk mempermudah pembacaan. Perceptual map yang dibuat dapat menggambarkan posisi masing-masing pusat perbelanjaan modern dalam bidang tiga dimensi. Nilai dimensi dari masing-masing pusat perbelanjaan modern ditunjukkan dalam tabel 17. Tabel 17. Nilai Dimensi Pusat Perbelanjaan Modern Pusat Perbelanjaan Modern Dimensi 1 (Fasilitas Pendukung) Dimensi 2 (Kelengkapan Variasi Tenant) Dimensi 3 (Kemudahan Akses Kendaraan) Botani Square 2,864-1,178 0,062 Ekalokasari Plaza 3,007 0,118 0,107 Bogor Trade Mall 0,748-0,087 2,759 Pangrango Plaza 1,829-1,326-0,922 Sumber: Pengolahan data dengan teknik multidimensional scaling Nilai-nilai dimensi tersebut kemudian dijadikan sebagai titik koordinat dalam perceptual map. Setelah nilai-nilai dimasukkan ke dalam perceptual map, maka akan dapat diketahui positioning dari masing-masing pusat perbelanjaan modern. Selain itu dapat terlihat pula peta persaingan usaha pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor untuk studi kasus Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza. Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan Multidimensional Scaling (MDS) berbasis atribut dengan pendekatan analisis faktor, terlihat bahwa masing-masing pusat perbelanjaan modern memiliki posisi yang cukup berjauhan satu sama lain, artinya masing-masing pusat perbelanjaan modern telah memiliki positioning masing-masing dan karakteristik yang khas. Namun jika dicermati, ternyata terdapat beberapa perbelanjaan modern yang memiliki posisi

75 63 yang cukup berdekatan, yaitu Botani Square dengan Ekalokasari Plaza dan Botani Square dengan Pangrango Plaza Dimensi 3: Kemudahan Akses Kendaraan Gambar 27. Penampang Dimensi 1 dan Dimensi 3 Perceptual Map Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Keterangan Gambar 27: 1 = Botani Square, 2 = Ekalokasari Plaza, 3 = Bogor Trade Mall, 4 = Pangrango Plaza Kedekatan posisi antara Botani Square dengan Ekalokasari Plaza seperti terlihat dalam Gamber 27 dan Botani Square degan Pangrango Plaza seperti terlihat dalam Gambar 28 dan Gambar 29, disebabkan banyaknya karakteristik sejenis atau keunggulan kompetitif yang memiliki kemiripan satu sama lain. Kemiripan tersebut mengartikan bahwa Botani Square merupakan pesaing langsung Ekalokasari Plaza dan Pangrango Plaza. Sehingga Ekalokasari Plaza dan Pangrango Plaza harus bersaing secara head to head dengan Botani Square untuk merebut hati pengunjung. Persaingan secara langsung antara Botani Square dengan Ekalokasari Plaza disebabkan kedua pusat perbelanjaan modern ini membidik segmen pasar yang sama yaitu fokus pada kalangan menengah ke atas. Selain itu jika dicermati ternyata banyak terdapat Dimensi 1: Fasilitas Pendukung

76 64 kesamaan famous brand yang dimiliki kedua pusat perbelanjaan modern ini, seperti Nokia, Sony Ericsson, Christopher Salon, Gramedia, Es Teler 77, Number 61, M-Studio, Optik Seis, Optik Melawai, Innovation Store, dan Prooptik. Sehingga secara tidak langsung, menyebabkan kedua pusat perbelanjaan memiliki karakteristik yang relatif sama. Selain itu, berdasarkan hasil analisis prefernsi pengunjung kedua pusat perbelanjaan ini memang menempati dua peringkat teratas pusat perbelanjaan modern dengan kinerja terbaik. 2 Dimensi 2: Kelengkapan Variasi Tenant Dimensi 1: Fasilitas Pendukung Gambar 28. Penampang Dimensi 1 dan Dimensi 2 Perceptual Map Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Keterangan Gambar 28: 1 = Botani Square, 2 = Ekalokasari Plaza, 3 = Bogor Trade Mall, 4 = Pangrango Plaza Persaingan secara langsung antara Botani Square dengan Pangrango Plaza disebabkan kedua pusat perbelanjaan modern ini membidik segmen pasar yang sama, yaitu keluarga, remaja, dan kalangan menengah ke atas. Selain itu faktor kedekatan lokasi juga menyebabkan persaingan antara Botani Square dan Pangrango Plaza semakin nyata. Dalam kenyataannya, persaingan ini mulai terlihat ketika Botani Square mulai beroperasi. Setelah pembukaan Botani

77 65 Square, Pangrango Plaza terlihat menjadi lebih sepi pengunjung, karena banyak pengunjung Pangrango Plaza yang mengalihkan kunjungan ke Botani Square. Akibatnya banyak famous brand dari Pangrango Plaza yang memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dan menutup usahanya di Pangrango Plaza Dimensi 3: Kemudahan Akses Kendaraan Gambar 29. Penampang Dimensi 1 dan Dimensi 3 Perceptual Map Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Keterangan Gambar 29: 1 = Botani Square, 2 = Ekalokasari Plaza, 3 = Bogor Trade Mall, 4 = Pangrango Plaza Jika dilihat dalam perceptual map, Bogor Trade Mall cenderung memiliki posisi yang menjauh dari Botani Square, Ekalokasari Plaza, dan Pangrango Plaza. Hal ini menunjukkan bahwa Bogor Trade Mall memiliki diferensiasi yang unik, sehingga tidak harus bersaing secara langsung dengan pusat perbelanjaan modern lainnya, peranan pusat perbelanjaan modern lainnya hanya sebagai pesaing tidak langsung. Bogor Trade Mall memiliki konsep yang jauh berbeda dari ketiga pusat perbelanjaan modern lainnnya. Bogor Trade Mall memadukan konsep antara mall dan trade center, selain itu segmen pasar yang dibidik oleh Bogor Trade Mall juga berbeda, yaitu lebih Dimensi 2: Kelengkapan Variasi Tenant 0.000

78 66 fokus pada kalangan middle low, dengan menjanjikan barang-barang berharga murah dan didukung dengan hadirnya Ramayana Department Store yang dikenal konsumen sebagai brand dengan image murah. Selain persaingan usaha, dari perceptual map juga dapat terlihat bahwa Ekalokasari Plaza memiliki positioning yang paling baik di mata konsumen, karena memiliki kedekatan yang paling dominan dengan dua dimensi, yaitu dimensi fasilitas pendukung dan dimensi kelengkapan variasi tenant, dibandingkan ketiga pusat perbelanjaan lainnya. Bogor Trade Mall memiliki kedekatan yang paling dominan untuk satu dimensi lainnya, yaitu dimensi kemudahan akses kendaraan. Botani Square memiliki kedekatan yang baik untuk ke semua dimensi, namun bukan menjadi yang paling dominan maupun yang paling lemah. Sedangkan Pangrango Plaza memiliki kedekatan yang paling lemah dengan dua dimensi, yaitu dimensi kelengkapan variasi tenant dan dimensi kemudahan akses kendaraan Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada pusat perbelanjaan modern adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi pengambilan keputusan pengunjung dalam proses pencarian informasi, sebagian besar responden mendapatkan informasi dari teman atau keluarga dengan total persentase sebesar 65%. Oleh karena itu, sebaiknya pusat perbelanjaan modern melakukan komunikasi pemasararan secara word of mouth, misalnya dengan menghembuskan suatu isu-isu yang positif dan mengadakan event-event besar agar word of mouth dapat berjalan dengan lebih cepat. 2. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi pengambilan keputusan pengunjung dalam proses pencarian informasi, sebagian besar responden menganggap bahwa pengadaan event hiburan merupakan bentuk promosi yang paling menarik dengan persentase sebesar 37%. Oleh karena itu, pusat perbelanjaan modern harus memperbanyak event-

79 67 event hiburan terutama saat akhir pekan yang merupakan puncak kunjungan konsumen. Event-event yang dapat dilakukan antara lain konser musik, festival band, berbagai macam lomba untuk anak-anak seperti menggambar, games-games berhadiah, dan sebaginya. 3. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi pengambilan keputusan pengunjung dalam evaluasi alternatif, sebagian besar responden memilih faktor kenyamanan sebagi pertimbangan pertama mengunjungi pusat berbelanjaan modern dengan persentase sebesar 38%. Oleh karena itu pusat perbelanjaan modern harus mampu menghadirkan rasa nyaman bagi pengunjung, cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan perbaikan pada desain interior, layout yang menimbulkan kesan hangat, dan dengan tetap menjaga kebersihan, agar pengunjung selalu merasa nyaman ketika berada di pusat perbelanjaan modern. 4. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi pengambilan keputusan pengunjung dalam keputusan kunjungan, Botani Square merupakan pusat perbelanjaan modern di Kota bogor yang paling sering dikunjungi yaitu sebesar 56%. Hal ini menandakan bahwa Botani Square merupakan market leader. Botani Square harus mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki dengan cara menjaga loyalitas konsumen. Perawatan fasilitas dan pengembangan startegi promosi yang mutakhir adalah salah satu kunci dalam mempertahankan keunggulan kompetitif. Selain itu, Botani Square juga harus terus berinovasi agar pengunjung tidak mengalami kejenuhan. Misalnya dengan menerapkan konsep layout dengan tema yang berbeda setiap bulan. 5. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi pengambilan keputusan pengunjung dalam keputusan kunjungan, sebagian besar responden menjawab makanan dan kebutuhan sehari-hari sebagai produk yang paling sering dibeli dengan persentase masing-masing sebesar 34%. Oleh karena itu, pusat perbelanjaan modern direkomendasikan untuk memperbaiki komposisi variasi tenant (gerai) pengisi pusat perbelanjaan modern. Selain itu, sebaiknya pusat perbelanjaan modern juga menambah

80 68 variasi tempat makan (restoran), agar pengunjung memiliki banyak variasi pilihan makanan. 6. Berdasarkan hasil pengolahan dengan IPA, atribut-atribut Botani Square yang harus ditingkatkan adalah ketersediaan sarana ibadah. Atribut ini mutlak untuk ditingkatkan karena menjadi titik ekstrim. Sarana ibadah (mushalla) Botani Square terletak di basement, kotor, cukup sempit, dan berdekatan dengan tempat parkir, sehingga dirasa kurang layak. Oleh karena itu, Botani Square disarankan untuk segera memindahkan mushalla ke tempat yang lebih layak. 7. Berdasarkan hasil pengolahan dengan IPA, atribut-atribut Ekalokasari Plaza yang harus ditingkatkan adalah ketersediaan sarana ibadah. Atribut ini mutlak untuk ditingkatkan karena menjadi titik ekstrim. Sehingga, rekomendasi yang dapat diberikan serupa dengan Botani Square. 8. Berdasarkan hasil pengolahan dengan IPA, atribut-atribut Bogor Trade Mall yang harus ditingkatkan adalah ketersediaan sarana ibadah, ketersediaan fasilitas umum, kebersihan, kenyamanan, ketersediaan toilet, dan keamanan. Atribut yang mutlak untuk ditingkatkan karena menjadi titik ekstrim adalah kenyamanan. Oleh karena itu, Bogor Trade Mall harus berupaya keras untuk menghadirkan rasa nyaman, dengan memperbaiki tata letak dan layout toko-toko yang selama ini terkesan sempit dan tidak beraturan. 9. Berdasarkan hasil pengolahan dengan IPA, atribut-atribut Pangrango Plaza yang harus ditingkatkan adalah ketersediaan sarana ibadah, ketersediaan fasilitas umum, ketersediaan tempat makan, ketersediaan toilet, keamanan, kebersihan, dan kenyamanan. Atribut yang mutlak untuk ditingkatkan karena menjadi titik ekstrim adalah ketersediaan sarana ibadah. Sehingga, rekomendasi yang dapat diberikan serupa dengan Botani Square dan Ekalokasari Plaza. 10. Berdasarkan hasil dari pemetaan persepsi pengunjung dalam perceptual map, diketahui bahwa Ekalokasari Plaza memiliki posisi yang paling baik, karena memiliki kedekatan dengan dua dimensi. Ekalokasari Plaza sebaiknya memperkuat posisinya saat ini di benak pengunjung, dengan

81 69 cara semakin mengedepankan keunggulan kompetitif yang telah dimiliki dan meningkatkan perawatan terhadap fasilitas yang ada. Strategi penentuan posisi yang cocok diterapkan untuk situasi saat ini adalah penentuan posisi antisipatif. 11. Posisi Bogor Trade Mall dalam peta persepsi cenderung menjauh dari pusat perbelanjaan modern lainnya. Bogor Trade Mall sebaiknya memperkuat posisinya saat ini di benak pengunjung, dengan cara semakin mengedepankan diferensiasi target dan segmen pasar yang unik serta berbeda dari pusat perbelanjaan modern lainnya, yaitu lebih membidik segmen middle low. Strategi penentuan posisi yang cocok diterapkan untuk situasi saat ini adalah penentuan posisi monosegmen. 12. Posisi Botani Square dalam peta persepsi cenderung netral dan berada di tengah-tengah, sehingga dinilai kurang memiliki diferensiasi yang unik dalam peta persaingan usaha. Oleh karena itu Botani Square sebagai pendatang baru sebaiknya mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati. Sedangkan strategi penentuan posisi yang cocok untuk diterapkan dalam situasi seperti ini adalah penentuan posisi adaptif. 13. Berdasarkan hasil dari pemetaan persepsi pengunjung dalam perceptual map, diketahui bahwa Pangrango Plaza memiliki posisi yang paling buruk, karena relatif menjauh dari kesemua dimensi. Pangrango Plaza sebaiknya menggeser (deposition) dan mengubah (reposition) posisi persaingan, agar mampu bertahan di tengah-tengah ketatnya persaingan usaha. Sedangkan strategi penentuan posisi yang cocok untuk diterapkan dalam situasi seperti ini adalah penentuan posisi defensif.

82 70 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai identifikasi pengambilan keputusan pengunjung dalam proses pengenalan kebutuhan, sebagian besar pengunjung dengan rata-rata frekuensi kunjungan dua kali dalam satu bulan memiliki tujuan untuk bebelanja ketika mengunjungi pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. 2. Setelah menjalani proses pengenalan kebutuhan, selanjutnya pengunjung akan melakukan proses pencarian informasi sebagian besar melalui teman, dan menganggap bahwa pengadaan event hiburan merupakan bentuk promosi yang paling menarik. Kemudian pengunjung akan melakukan evaluasi alternatif, dengan faktor kenyamanan sebagai pertimbangan pertama berkunjung ke pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor. 3. Berdasarkan evaluasi alternatif yang dilakukan, pengunjung memutuskan untuk berkunjung dan sebagian besar konsumen memilih Botani Square dengan tujuan untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari, dengan cara memutuskan kunjungan secara accident. Setelah itu, konsumen akan melakukan evaluasi dan sebagian besar konsumen merasakan tingkat kepuasan pada taraf biasa saja, sehingga umumnya loyalitas konsumen terhadap pusat perbelanjaan modern relatif rendah. 4. Preferensi konsumen dapat diketahui dari hasil Importance Performance Analysis (IPA) yang menunjukkan bahwa atribut ketersediaan sarana ibadah dinilai paling penting oleh konsumen sedangkan atribut yang dinilai paling tidak penting adalah ukuran (luas) bangunan. 5. Tingkat kinerja atribut Botani Square yang dinilai paling baik adalah atribut lokasi strategis, sedangkan atribut ketersediaan sarana ibadah dianggap paling tidak baik. Tingkat kinerja atribut Ekalokasari Plaza yang dinilai paling baik adalah atribut kenyamanan, sedangkan atribut ketersediaan sarana ibadah dianggap paling tidak baik. Tingkat kinerja atribut Bogor

83 71 Trade Mall yang dinilai paling baik adalah atribut kemudahan akses angkutan umum, sedangkan atribut desain interior dinilai paling tidak baik. Tingkat kinerja atribut Pangrango Plaza yang dinilai paling baik adalah atribut kemudahan akses angkutan umum, sedangkan atribut ketersediaan sarana hiburan dinilai paling tidak baik. 6. Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan Multidimensional Scaling (MDS) berbasis atribut dengan pendekatan analisis faktor, terlihat bahwa masing-masing pusat perbelanjaan modern memiliki posisi yang cukup berjauhan satu sama lain. Namun jika dicermati, ternyata terdapat tiga pusat perbelanjaan modern yang memiliki posisi yang berdekatan, yaitu Botani Square, Ekalokasari Plaza dan Pangrango Plaza. Kedekatan posisi tersebut mengartikan bahwa Botani Square merupakan pesaing langsung Ekalokasari Plaza dan Pangrango Plaza. 7. Selain persaingan usaha, dari perceptual map juga terlihat bahwa Ekalokasari Plaza memiliki positioning yang paling baik, karena memiliki kedekatan yang paling dominan dengan dua dimensi, yaitu dimensi fasilitas pendukung dan dimensi kelengkapan variasi tenant. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, saran yang dapat diajukan adalah: 1. Sebaiknya untuk penelitian berikutnya, dilakukan penelitian pendahuluan dalam proses pemilihan pusat perbelanjaan modern yang akan diteliti, sehingga pusat perbelanjaan modern tersebut didapatkan secara ilmiah dan dapat menggambarkan situasi persaingan yang sesungguhnya pada saat itu. 2. Terdapat beberapa alat analisis untuk mengukur preferensi dan positioning. Untuk itu, sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dengan topik yang sama dapat digunakan alat analisis yang berbeda, agar kemudian dapat dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Untuk preferensi dapat menggunakan AHP, sedangkan untuk positioning dapat menggunakan analisis biplot.

84 72 DAFTAR PUSTAKA Agriceli Pusat Perbelanjaan Dominasi Bisnis Properti. [18 Oktober 2007] Apriantoro Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Engel, Blackweel, Miniard Perilaku Konsumen Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta. Firmansyah, T.A Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Factory Outlet (Studi Kasus di Kota Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fitri, H Analisis Preferensi Konsumen dan Positioning Produk Wardah di Pasar Kosmetika Jakarta. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Republika Online Sektor Ritel Makin Menggurita. [18 Okotober 2007] Handaya, S Pengertian dan Sistem Sirkulasi. [24 Oktober 2007] Kotler, P Manajemen Pemasaran Edisi kesebelas Jilid 1. INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta. Kotler, P Manajemen Pemasaran Edisi kesebelas Jilid 2. INDEKS Kelompok Gramedia, Jakarta. Kompas Mempertahankan Kegairahan Bisnis Ruang Ritel. [18 Oktober 2007] Kartajaya, H. Segmentasi Pasar, Penentuan Pasar (Target) Pasar, dan Pemosisian. [10 Februari 2008] Kurniawan, R.F Analisis Pengambilan Keputusan Konsumen dan Perceptual Mapping Minyak Goreng Sawit Bermerek di Kota Bogor. Skripsi pada Departemen Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mardiana, E Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Pusat Perbelanjaan Modern Pada La Piazza, Sentra Kelapa Gading, Jakarta Utara. Skripsi pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

85 73 Nicholson, W Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga, Jakarta. Pemerintah Kota Bogor Jumlah Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin Tahun [24 Oktober 2007] Rahayu, S SPSS Versi dalam Riset Pemasaran. Alfabeta, Bandung. Rangkuti, F Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer Relationship Strategy. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rangkuti, F Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama Bekerja Sama dengan Sekolah Tinggi Ekonomi IBII, Jakarta. Simamora, B Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simamora, B Analisis Multivariat Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sumarwan, U Perilaku konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor. Survei Bank Indonesia Tingkat Hunian Pusat Belanja Jabodetabek Meningkat. [24 Oktober 2007] Umar, H Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Widyandari, O.O Analisis Preferensi Pengunjung terhadap Atribut Wisata Kusuma Agrowisata Kota Batu Jawa Timur. Skripsi pada Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wikipedia Kota Bogor. [24 Oktober 2007] Yusfandrik, J Persepsi Pengunjung terhadap Fungsi kebun Raya Cibodas Sebagai Sarana Pendidikan Lingkungan dan Preferensi Terhadap Bentuk Wisata Edukatif. Skripsi pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

86 LAMPIRAN 74

87 75 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PREFERENSI PENGUNJUNG DAN POSITIONING PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza) Saya Yanda Ekaputra Hermawan (H ) mahasiswa tingkat akhir pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saat ini saya sedang menyusun Tugas Akhir Pendidikan Sarjana (S1) dengan judul ANALISIS PREFERENSI PENGUNJUNG DAN POSITIONING PUSAT PERBELANJAAN MODERN DI KOTA BOGOR (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza). Saya berharap Bapak/Ibu/Saudara berkenann untuk mengisi kuesioner ini dalam rangka pencarian informasi dan pengumpulan data. Terima kasih atas partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu/Saudaraa untuk mengisi kuesioner ini. Petunjuk Pengisian: Berilah tanda checklist ( ) padaa jawaban yang anda pilih I. Screening Responden 1. Apakah Anda pernah mengunjungi Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza? Ya Tidak (Jika jawaban Ya, maka lanjutkan. Jika jawaban Tidak, maka hentikan pengisian kuesioner ini. Terima kasih atas bantuann Anda). 2. Wilayah kecamatan tempat tinggal anda: Bogor Barat Bogor Tengah Lainnya, sebutkan... Bogor Timur Bogor Utara Bogor Selatan Tanah Sareal (Jika jawaban Lainnya, maka hentikan pengisian kuesioner ini. Terima kasih atas bantuan Anda)

88 76 Lanjutan Lampiran 1 II. Identifikasi Responden 1. Jenis kelamin: Laki-laki Perempuan 2. Usia anda saat ini: tahun tahun 47 tahun tahun tahun 3. Pekerjaan: Pelajar / Mahasiswa Pegawai Negeri Wiraswasta Karyawan Swasta Lainnya, sebutkan Tingkat pendapatan per bulan: Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendidikan terakhir: SD SMA / SMK / MA Sarjana SLTP / MTS Diploma / Akademi Pasca Sarjana III. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Pengenalan Kebutuhan 1. Berapa kali dalam 1 bulan Anda mengunjungi pusat perbelanjaan modern? 1 kali 3 kali 5 kali 2 kali 4 kali > 5 kali 2. Apa tujuan Anda mengunjungi pusat perbelanjaan modern? (jawaban boleh lebih dari 1) Berbelanja Makan Mencari Jalan-jalan Lainnya, sebutkan hiburan...

89 77 Lanjutan Lampiran 1 Pencarian Informasi 1. Dari mana Anda mendapatkan informasi mengenai pusat perbelanjaan modern? (jawaban boleh lebih dari 1) Iklan media massa Teman Billboard / Keluarga Lainnya, sebutkan Spanduk Menurut Anda, bagaimana bentuk promosi pusat perbelanjaan modern yang paling menarik? Iklan media massa Mendatangkan artis Pengadaan Pengadaan event hiburan Lainnya, sebutkan pameran... Evaluasi Alternatif 1. Apa yang pertama kali Anda pertimbangkan untuk mengunjungi pusat perbelanjaan modern? Lokasi Kemeriahan (keramaian) Kenyamanan Kelengkapan jenis toko Lainnya, sebutkan... Keputusan Kunjungan 1. Apa pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor yang paling sering anda kunjungi? Botani Square Bogor Trade Mall Pangrango Ekalokasari Plaza Lainnya, sebutkan Plaza Bagaimana cara Anda memutuskan kunjungan ke pusat perbelanjaan modern? (jawaban boleh lebih dari 1) Terencana Tidak terencana Accident Mengikuti orang lain Lainnya, sebutkan (tergantung (teman, keluarga, dsb)... kebutuhan)

90 78 Lanjutan Lampiran 1 3. Apa yang paling sering anda beli di pusat perbelanjaan modern? Kebutuhan sehari-hari Makanan Barang Pakaian Lainnya, sebutkan Elektronik... Evaluasi Pasca Kunjungan 1. Apakah Anda merasa puas dengan kunjungan ke pusat perbelanjaan modern yang paling sering anda kunjungi? Puas Biasa saja Tidak puas 2. Bagaimana sikap anda apabila pusat perbelanjaan modern yang akan anda kunjungi tutup atau sedang dalam perbaikan? Berkunjung ke Membatalkan kunjungan tempat lain IV. Tingkat Kepentingan Petunjuk Pengisian: Anda dimohon untuk memberi penilaian terhadap seberapa penting atribut-atribut tersebut menjadi pertimbangan Anda dalam memilih pusat perbelanjaan modern. Penilaian diberikan dengan cara menuliskan angka (1-5) untuk setiap atribut pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pilihan Anda. Keterangan poin: 1 = Sangat Tidak Penting 4 = Penting 2 = Tidak Penting 5 = Sangat Penting 3 = Biasa Saja

91 79 Lanjutan Lampiran 1 No. Atribut Produk Poin 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart 2 Ketersediaan Sarana Hiburan (Bioskop, Game, dll) 3 Ketersediaan Tempat Makan (Restoran) 4 Kelengkapan Jenis Toko 5 Ketersediaan Tempat Parkir 6 Ketersediaan Toilet 7 Ketersediaan Sarana Ibadah 8 Ketersediaan Fasilitas Umum (ATM dan Telp Umum) 9 Desain Interior 10 Kebersihan 11 Kenyamanan 12 Keamanan 13 Ukuran (Luas) Bangunan 14 Lokasi Strategis 15 Kemudahan Akses Angkutan Umum V. Tingkat Kinerja Petunjuk Pengisian: Berdasarkan pengalaman Anda sebagai konsumen, Anda dimohon untuk menilai seberapa jauh kinerja setiap atribut pusat perbelanjaan modern. Penilaian diberikan dengan cara menuliskan angka (1-5) untuk setiap atribut pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan pilihan Anda. Keterangan poin: 1 = Sangat Tidak Baik 4 = Baik 2 = Tidak Baik 5 = Sangat Baik 3 = Biasa saja

92 80 Lanjutan Lampiran 1 No. Atribut Produk 1 Ketersediaan Supermarket / Hypermart 2 Ketersediaan Sarana Hiburan (Bioskop, Game, dll) 3 Ketersediaan Tempat Makan (Restoran) 4 Kelengkapan Jenis Toko 5 Ketersediaan Tempat Parkir 6 Ketersediaan Toilet 7 Ketersediaan Sarana Ibadah 8 Ketersediaan Fasilitas Umum (ATM dan Telp Umum) 9 Desain Interior 10 Kebersihan 11 Kenyamanan 12 Keamanan 13 Ukuran (Luas) Bangunan 14 Lokasi Strategis 15 Kemudahan Akses Angkutan Umum Botani Square Ekalokasari Plaza Poin Bogor Trade Mall Pangrango Plaza TERIMA KASIH ATAS BANTUAN ANDA

93 81 Lampiran 2. Hasil Olah Data Analisis Faktor Total Initial Eigenvalues % of Variance Total Variance Explained Component Cumulative % Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative % Total Varian ce Rotation Sums of Squared Loadings % of Cumulative % Total Variance 1 11,742 78,277 78,277 11,742 78,277 78,277 6,816 45,443 45, ,176 14,509 92,786 2,176 14,509 92,786 4,375 29,167 74, ,082 7, ,000 1,082 7, ,000 3,809 25, , ,07E-015 7,11E , ,50E-016 4,33E , ,93E-016 1,96E , ,26E-016 1,51E , ,89E-017 3,92E , ,69E-017-1,79E , ,66E-017-4,44E , ,39E-016-9,28E , ,87E-016-1,91E , ,29E-016-2,19E , ,98E-016-3,99E , ,97E-016-6,65E ,000 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotated Component Matrix(a) Component VAR00001,741,371,560 VAR00002,176,981 -,085 VAR00003,444,743,500 VAR00004,448,873,193 VAR00005,359,537,763 VAR00006,781,545,304 VAR00007,581,811,063 VAR00008,885,374,278 VAR00009,897,359,258 VAR00010,909,179,377 VAR00011,882,346,321 VAR00012,924,280,261 VAR00013,723,360,590 VAR00014,368,188,911 VAR00015,245 -,232,941 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 5 iterations.

94 82 Lampiran 3. Hasil Olah Data Multidimensional Scaling Untuk Perceptual Map Iteration history for the 3 dimensional solution (in squared distances) Young's S-stress formula 2 is used. Iteration S-stress Improvement 1, ,26337, ,20623, ,16368, ,13188, ,10753, ,08817, ,07254, ,05999, ,05009, ,04255, ,03697, ,03288, ,02999, ,02803, ,02663, ,02559, ,02481,00078 Iterations stopped because S-stress improvement is less than, Stress and squared correlation (RSQ) in distances RSQ values are the proportion of variance of the scaled data (disparities) in the partition (row, matrix, or entire data) which is accounted for by their corresponding distances. Stress values are Kruskal's stress formula 2. Matrix 1 (Row Stimuli Only) Stimulus Stress RSQ Stimulus Stress RSQ 1,129,986 2,115,989 3,042,998 4,086,994 5,083,994 6,095,992 7,030,999 8,042,999 9,023 1,000 10,027,999 11,082,994 12,074,995 13,095,993 14,097,993 15,074,997 Averaged (rms) over stimuli Stress =,080 RSQ =,995

95 83 Lanjutan Lampiran 3 Configuration derived in 3 dimensions Stimulus Coordinates Dimension Stimulus Stimulus Number Name Column 1 BotaniSq 2,8641-1,1775, Ekalokas 3,0067,1175, BogorTra,7477 -,0871 2, Pangrang 1,8287-1,3263 -,9223 Row 1-1,2707,3017 -, ,6415-1,2611 -, ,0730,1648 -, ,7806 -,4571 -,4449 5,0031,5130 -, ,2346,0383,0517 7,7896 -,3942, ,3048 -,2300, ,7481 -,4454, ,1583,1559, ,2904 -,3713, ,5773 -,0187, ,1624,2869, ,8189 1,5261 -, ,5039 2,6645 -,6441 Iteration history for the 2 dimensional solution (in squared distances)

96 84 Lampiran 4. Peta Persepsi (Perceptual Map) Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor Dimensi 2: Kelengkapan Variasi Tenant Dimensi 3: Kemudahan Akses Kendaraan Dimensi 1: Fasilitas Pendukung Dimensi 2: Kelengkapan Variasi Tenant Dimensi 1: Fasilitas Pendukung Dimensi 3: Kemudahan Akses Kendaraan

97 85 Lampiran 5. Dokumentasi Lokasi Penelitian Gambar Tampak Luar dan Tampak Dalam Botani Square Gambar Tampak Luar dan Tampak Dalam Ekalokasari Plaza Gambar Tampak Luar dan Tampak Dalam Bogor Trade Mall Gambar Tampak Luar dan Tampak Dalam Pangrango Plaza

Pengertian & Sistem Sirkulasi

Pengertian & Sistem Sirkulasi Pengertian & Sistem Sirkulasi I.1.Pengenalan Perbelanjaan, I.1.1.Pusat Perbelanjaan I.1.1.1 Pengertian o Adalah kompleks pertokoan yang dikunjungi untuk membeli atau melihat dan membandingkan barang-barang

Lebih terperinci

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H

PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H PENGARUH PORTOFOLIO KREDIT TERHADAP PENDAPATAN BUNGA KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH (STUDI KASUS PT BANK X) Oleh AHMAD ROYANI H24104025 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI. Oleh PUJI NURYADIN H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI. Oleh PUJI NURYADIN H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN PRODUK BUSANA MUSLIM MEREK AZKA PADA CV AZKA SYAHRANI Oleh PUJI NURYADIN H24076096 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR. Oleh FITRI RAHMAWATI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR. Oleh FITRI RAHMAWATI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN SALON DINA LEE BOGOR Oleh FITRI RAHMAWATI H24104090 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH) OLEH LILI SUKMAWATI H

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH) OLEH LILI SUKMAWATI H ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP BRAND SWITCHING (KASUS PRODUK KOSMETIK WARDAH) OLEH LILI SUKMAWATI H24102118 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh SITI CHOERIAH H24104026 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI PEMEGANG POLIS AJB BUMIPUTERA 1912 TERHADAP EFEKTIVITAS PERSONAL SELLING (STUDI KASUS : KANTOR OPERASIONAL BOGOR SILIWANGI)

ANALISIS PERSEPSI PEMEGANG POLIS AJB BUMIPUTERA 1912 TERHADAP EFEKTIVITAS PERSONAL SELLING (STUDI KASUS : KANTOR OPERASIONAL BOGOR SILIWANGI) ANALISIS PERSEPSI PEMEGANG POLIS AJB BUMIPUTERA 1912 TERHADAP EFEKTIVITAS PERSONAL SELLING (STUDI KASUS : KANTOR OPERASIONAL BOGOR SILIWANGI) Oleh: Nur Hamidah H24102100 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA CV. CELUP MITRA SAUDARA. Oleh OKTAVIA H

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA CV. CELUP MITRA SAUDARA. Oleh OKTAVIA H ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA CV. CELUP MITRA SAUDARA Oleh OKTAVIA H 24102094 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK Oktavia. H 24102094. Analisis

Lebih terperinci

Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning

Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza) Jono M. Munandar, Y.E. Hermawan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA TELEVISI (STUDI KASUS PADA PRODUK TEBS DI KOTA BOGOR) Oleh KURNIA DEWI H

ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA TELEVISI (STUDI KASUS PADA PRODUK TEBS DI KOTA BOGOR) Oleh KURNIA DEWI H ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA TELEVISI (STUDI KASUS PADA PRODUK TEBS DI KOTA BOGOR) Oleh KURNIA DEWI H24104097 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Oleh TRI LESTARI H24052006 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR Oleh ROSI ANRAYANI H24050175 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS PADA PT X BOGOR. Oleh RESTY LHARANSIA H

FAKTOR-FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS PADA PT X BOGOR. Oleh RESTY LHARANSIA H FAKTOR-FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KOMPETENSI 360 DERAJAT PADA PT X BOGOR Oleh RESTY LHARANSIA H24051549 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN JASA ( STUDI KASUS SUPER M FITNESS CENTRE JAKARTA TIMUR)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN JASA ( STUDI KASUS SUPER M FITNESS CENTRE JAKARTA TIMUR) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN JASA ( STUDI KASUS SUPER M FITNESS CENTRE JAKARTA TIMUR) Oleh NAWANG AFIANA H24102041 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT JASA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS BIMBEL PRIMAGAMA, BOGOR) Oleh RENOVA H

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT JASA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS BIMBEL PRIMAGAMA, BOGOR) Oleh RENOVA H ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT JASA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA (STUDI KASUS BIMBEL PRIMAGAMA, BOGOR) Oleh RENOVA H24102034 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR. Oleh TUBAGUS M EIDRI H

ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR. Oleh TUBAGUS M EIDRI H ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR Oleh TUBAGUS M EIDRI H24104125 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Oleh ELLA RAHMANIA H

Oleh ELLA RAHMANIA H ANALISIS PERILAKU DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PERFORMANCE RESTORAN PASTEL & PIZZA RIJSTTAFEL DI KOTA BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR Oleh DEVI FITRIYANA H24066045 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT PT. INDOSAT, Tbk. SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

Oleh MELLY SILVIANI H

Oleh MELLY SILVIANI H ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ATASAN DAN BAWAHAN PADA KANTOR POS BOGOR Oleh MELLY SILVIANI H24104063 s DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 ANALISIS EFEKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TOKO BUKU LEKSIKA LENTENG AGUNG JAKARTA

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TOKO BUKU LEKSIKA LENTENG AGUNG JAKARTA 1 ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TOKO BUKU LEKSIKA LENTENG AGUNG JAKARTA OLEH : WANTI OKI MANDASARI (H24053714) DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAN MEDIUM COMMERCIAL TRUCK DI PASAR DOMESTIK PADA PT GOODYEAR INDONESIA, TBK. Oleh RATIH KUMALA DEWI H

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAN MEDIUM COMMERCIAL TRUCK DI PASAR DOMESTIK PADA PT GOODYEAR INDONESIA, TBK. Oleh RATIH KUMALA DEWI H ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BAN MEDIUM COMMERCIAL TRUCK DI PASAR DOMESTIK PADA PT GOODYEAR INDONESIA, TBK Oleh RATIH KUMALA DEWI H24102082 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi Konsumen Konsumen adalah seseorang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan dan penggunaan dari suatu produk dalam rangka memenuhi tujuan penggunaan, kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS INTERNAL CONTROL PADA PENURUNAN TINGKAT FRAUD DALAM OPERASIONAL PT. BANK X. Oleh SANTI RAHMAYANTI H

ANALISIS EFEKTIFITAS INTERNAL CONTROL PADA PENURUNAN TINGKAT FRAUD DALAM OPERASIONAL PT. BANK X. Oleh SANTI RAHMAYANTI H ANALISIS EFEKTIFITAS INTERNAL CONTROL PADA PENURUNAN TINGKAT FRAUD DALAM OPERASIONAL PT. BANK X Oleh SANTI RAHMAYANTI H24077034 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ELIS SUSANTI H

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ELIS SUSANTI H ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR Oleh ELIS SUSANTI H24104069 s DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menganalisis tentang preferensi konsumen terhadap paket wisata Kusuma Agrowisata. Kerangka pemikiran teoritis disusun berdasarkan penelusuran

Lebih terperinci

ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) Oleh RIJKI SAEFULOH BASALMAH H

ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) Oleh RIJKI SAEFULOH BASALMAH H ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR SEBAGAI PERGURUAN TINGGI - BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) Oleh RIJKI SAEFULOH BASALMAH H24104062 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BAURAN PEMASARAN (STUDI KASUS BANCASSURANCE AIG LIPPO CAB. BOGOR) Oleh : M. YUSUF H

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BAURAN PEMASARAN (STUDI KASUS BANCASSURANCE AIG LIPPO CAB. BOGOR) Oleh : M. YUSUF H ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BAURAN PEMASARAN (STUDI KASUS BANCASSURANCE AIG LIPPO CAB. BOGOR) Oleh : M. YUSUF H24102048 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor. Oleh RISKA PRATIWI H

STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor. Oleh RISKA PRATIWI H STRATEGI HARGA PADA UKM KERAJINAN KERAMIK Studi Kasus pada CV. Munti Bali, Bogor Oleh RISKA PRATIWI H24104131 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK Riska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat yang

BAB I PENDAHULUAN. karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan dibidang jasa semakin ketat, hal ini terjadi karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat yang membawa pengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H24053163 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR Oleh : YULI HERNANTO H 24076139 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Lingkungan umum Lingkungan operasional (Struktur Industri) Tahapan dalam Penyusunan Strategi

Lingkungan umum Lingkungan operasional (Struktur Industri) Tahapan dalam Penyusunan Strategi ABSTRAK Mobile Information Technology (MIT) adalah perusahaan yang bergerak di bidang retail penjualan notebook, berlokasi di Bandung Electronic Centre lantai 1 G3. MIT didirikan pada tahun 2007. MIT penjualan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk melihat perilaku konsumen yang melakukan aktivitas pembelian di DKI Jakarta khususnya. Aktivitas pembelian yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK TABUNGAN UMMAT (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA UNIT PELAYANAN SYARIAH, GARUT)

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK TABUNGAN UMMAT (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA UNIT PELAYANAN SYARIAH, GARUT) ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK TABUNGAN UMMAT (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA UNIT PELAYANAN SYARIAH, GARUT) Oleh HENDRA BUDIMAN H24103069 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO)

ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO) ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO) Oleh ETTY NUR BAETI H24103062 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DI KECAMATAN BOGOR TIMUR Oleh ARI AGUNG NUGROHO H24066002 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

ANALISA KEEFEKTIFAN PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENJUALAN PONSEL MEREK XYZ OLEH PT X (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)

ANALISA KEEFEKTIFAN PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENJUALAN PONSEL MEREK XYZ OLEH PT X (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) ANALISA KEEFEKTIFAN PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENJUALAN PONSEL MEREK XYZ OLEH PT X (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh FEZZI UKTOLSEJA H24102038 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh MAHARDHIKA YUDA H

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh MAHARDHIKA YUDA H ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh MAHARDHIKA YUDA H24077025 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN SUSU L-MEN (Studi Kasus di Kota Bogor) Oleh : FAKHRY AKHYADI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN SUSU L-MEN (Studi Kasus di Kota Bogor) Oleh : FAKHRY AKHYADI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN SUSU L-MEN (Studi Kasus di Kota Bogor) Oleh : FAKHRY AKHYADI H24104105 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK Fakhry

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus pada Wisatawan Domestik di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor) Oleh EKA TAMIA MAHAKAMI H24104056 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....... i DAFTAR ISI......... iii DAFTAR TABEL..... vii DAFTAR GAMBAR..... ix DAFTAR LAMPIRAN...... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.... 1 1.2. Perumusan Masalah.... 4 1.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan merupakan suatu hal yang biasa terjadi di dalam dunia bisnis. Perusahaan tidak boleh menganggap hal ini menjadi ketakutan, tetapi akan lebih baik

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat perilaku masyarakat khususnya vegetarianisme yang berada di Kota Bogor dalam pembelian produk yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Maraknya persaingan industri sampo di Indonesia, membuat perusahaan berlomba-lomba untuk mempromosikan produknya dengan melakukan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN DENGAN LOYALITAS PELANGGAN JASA PENGIRIMAN PAKET PADA KANTOR POS KOTA DEPOK. Oleh EMMA RAHMAWATI H

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN DENGAN LOYALITAS PELANGGAN JASA PENGIRIMAN PAKET PADA KANTOR POS KOTA DEPOK. Oleh EMMA RAHMAWATI H HUBUNGAN MUTU PELAYANAN DENGAN LOYALITAS PELANGGAN JASA PENGIRIMAN PAKET PADA KANTOR POS KOTA DEPOK Oleh EMMA RAHMAWATI H24062692 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Konsumen Sumarwan (2004) menyatakan bahwa konsumen terdiri dari dua yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN Oleh YUGI RAMDHANI A.14101057 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perusahaan memiliki strategi tertentu untuk memenangkan persaingan dalam pasar HP yang mereka hadapi. Persaingan yang ketat membuat perusahaan HP harus

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Rumah Makan Ampera didirikan oleh H. Tatang pada tahun 1975. Rumah Makan Ampera adalah rumah makan khas Sunda. Sejak berdiri sampai saat ini, cabang Rumah Makan Ampera sudah berjumlah lebih dari

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENGUNJUNG TAMAN SAFARI INDONESIA CISARUA, BOGOR. Oleh : DEWI MEGAWATI H

ANALISIS EFEKTIVITAS PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENGUNJUNG TAMAN SAFARI INDONESIA CISARUA, BOGOR. Oleh : DEWI MEGAWATI H ANALISIS EFEKTIVITAS PROMOSI TERHADAP JUMLAH PENGUNJUNG TAMAN SAFARI INDONESIA CISARUA, BOGOR Oleh : DEWI MEGAWATI H24052301 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN GIANT HYPERMARKET TAMAN YASMIN, BOGOR. Oleh PORWATI H

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN GIANT HYPERMARKET TAMAN YASMIN, BOGOR. Oleh PORWATI H ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN GIANT HYPERMARKET TAMAN YASMIN, BOGOR Oleh PORWATI H24052750 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Porwati. H24052750. Analisis

Lebih terperinci

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi

MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN. Rindyah Hanafi MOTIVASI BERBELANJA KONSUMEN PADA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR SWALAYAN DI KOTA MADIUN Rindyah Hanafi Abstract : The purpuse of this study is to examine motivation shopping in traditional market and supermarket

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PENGIRIMAN EKSPRES (STUDI KASUS : PT PANDU SIWI SENTOSA CABANG BOGOR)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PENGIRIMAN EKSPRES (STUDI KASUS : PT PANDU SIWI SENTOSA CABANG BOGOR) ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA PENGIRIMAN EKSPRES (STUDI KASUS : PT PANDU SIWI SENTOSA CABANG BOGOR) Oleh AHMAD ZULKARNAEN H24076004 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI REKRUTMEN DAN SELEKSI SUMBER DAYAA MANUSIA BERBASIS KOMPETENSI

ANALISIS STRATEGI REKRUTMEN DAN SELEKSI SUMBER DAYAA MANUSIA BERBASIS KOMPETENSI ANALISIS STRATEGI REKRUTMEN DAN SELEKSI SUMBER DAYAA MANUSIA BERBASIS KOMPETENSI (Studi Kasus pada Jabatan Account Officer PT. BPRS Amanah Ummah, Bogor) Oleh : ADE SURYADY H24104087 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN MELALUI FAKTOR FAKTOR KEPUASAN KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. XYZ) Oleh ANNAS WAHYU PRASTYO H

PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN MELALUI FAKTOR FAKTOR KEPUASAN KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. XYZ) Oleh ANNAS WAHYU PRASTYO H PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN MELALUI FAKTOR FAKTOR KEPUASAN KERJA KARYAWAN (Studi Kasus : PT. XYZ) Oleh ANNAS WAHYU PRASTYO H24104115 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI Oleh HENNY H24103029 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA AHASS HONDA MOTOR ( STUDI KASUS CV. GUNA MOTOR BOGOR )

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA AHASS HONDA MOTOR ( STUDI KASUS CV. GUNA MOTOR BOGOR ) ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA AHASS HONDA MOTOR ( STUDI KASUS CV. GUNA MOTOR BOGOR ) Oleh YONNI ADI SAPUTRA H24076138 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori dalam upaya pemecahan masalah yang kan diteliti. Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep

Lebih terperinci

Oleh ADE YOLARDI SAPUTRA H

Oleh ADE YOLARDI SAPUTRA H EVALUASI KINERJA PT. BALAI PUSTAKA (PERSERO) MENGGUNAKAN PENDEKATAN MALCOLM BALDRIGE CRITERIA FOR PERFORMANCE EXCELLENCE SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KINERJA Oleh ADE YOLARDI SAPUTRA H24104126 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Pati) Oleh WAHYU ANDI WIBOWO H

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Pati) Oleh WAHYU ANDI WIBOWO H ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Pati) Oleh WAHYU ANDI WIBOWO H24104083 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah:

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah: 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pengertian Pemasaran pada mulanya difokuskan pada produk barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran dan terakhir yang dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BUKU BERTEMAKAN ISLAM (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BUKU BERTEMAKAN ISLAM (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BUKU BERTEMAKAN ISLAM (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) Oleh KUSUMANINGRUM FATIMAH H24101049 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakter konsumen Indonesia dalam melakukan pembelian adalah tidak terencana (unplanned buying). Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam majalah MARKETING edisi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SOLO. Oleh SILVA AYU NOVIA SARI H

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SOLO. Oleh SILVA AYU NOVIA SARI H ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) KANTOR CABANG SOLO Oleh SILVA AYU NOVIA SARI H24103092 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sarana Bangun Sanggar Sejahtera berdiri pada 1995, dimana produk dan jasa yang ditawarkan adalah penjualan GPS dan pemasangan GPS. Berdasarkan hasil obsevasi, masalah yang dihadapi adalah penjualan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI. Oleh DENY MARCIAN H

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI. Oleh DENY MARCIAN H ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI Oleh DENY MARCIAN H24104076 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA. Oleh EKO SUGENG HARAFI H

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA. Oleh EKO SUGENG HARAFI H ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA Oleh EKO SUGENG HARAFI H24103082 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

: IRWAN PURNOMO H

: IRWAN PURNOMO H MEMPELAJARI KINERJA PERUSAHAAN DALAM RANGKA MENCAPAI KONDISI EKSELEN DENGAN MENGGUNAKAN MALCOLM BALDRIGE CRITERIA FOR PERFORMANCE EXCELLENCE 2007 (STUDI KASUS PT. GARAM-PERSERO) Oleh : IRWAN PURNOMO H24104048

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan peningkatan teknologi informasi dalam kondisi bisnis sekarang sudah sangat pesat dan dapat menembus batasan batasan geografis sehingga informasi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA HOTEL HOLIDAY INN BANDUNG. Oleh: ANDIKA BUCHORI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA HOTEL HOLIDAY INN BANDUNG. Oleh: ANDIKA BUCHORI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP MUTU PELAYANAN PADA HOTEL HOLIDAY INN BANDUNG Oleh: ANDIKA BUCHORI H24102111 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON. Oleh ROSMIA MEGAWATI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON. Oleh ROSMIA MEGAWATI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PT BANK BUKOPIN KANTOR CABANG CILEGON Oleh ROSMIA MEGAWATI H24077033 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kajian akan diarahkan pada gambaran profil perusahaan, serta posisinya di antara bank-bank lain yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DENGAN BANTUAN MODEL PROGRAM SIMULASI KOMPUTER (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.) Oleh Dwi Andini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang diteliti. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. yang diteliti. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan 9 III. METODE PENELITIAN A. Teknik Pengumpulan Data Riset atau penelitian merupakan aktivitas ilmiah yang sistematis, terarah, dan bertujuan. Maka data atau informasi yang dikumpulkan relevan dengan persoalan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Memahami keinginan konsumen dan mempelajari perilaku konsumen sangat penting untuk diperhatikan oleh perusahaan untuk mengetahui bagaimana perilaku

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT SIM CARD MEREK SIMPATI DAN MENTARI. Oleh FEBRIANTO KURNIAWAN H

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT SIM CARD MEREK SIMPATI DAN MENTARI. Oleh FEBRIANTO KURNIAWAN H ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT SIM CARD MEREK SIMPATI DAN MENTARI (KASUS MAHASISWA STRATA SATU INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh FEBRIANTO KURNIAWAN H24102107 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK PERMATA TABUNGAN SYARIAH (STUDI KASUS PERMATABANK SYARIAH CABANG ARTERI PONDOK INDAH)

ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK PERMATA TABUNGAN SYARIAH (STUDI KASUS PERMATABANK SYARIAH CABANG ARTERI PONDOK INDAH) ANALISIS KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK PERMATA TABUNGAN SYARIAH (STUDI KASUS PERMATABANK SYARIAH CABANG ARTERI PONDOK INDAH) Oleh YULI ASTRIA H24103097 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK. Oleh : EVA PUSPITASARI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK. Oleh : EVA PUSPITASARI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK Oleh : EVA PUSPITASARI H24053915 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET GIANT TAMAN YASMIN BOGOR. Oleh RAHMAT DARMAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET GIANT TAMAN YASMIN BOGOR. Oleh RAHMAT DARMAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET GIANT TAMAN YASMIN BOGOR Oleh RAHMAT DARMAWAN H24052110 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONSEP DAN DEFINISI JASA Keanekaragaman makna dalam hal pemakaian istilah service dijumpai dalam literatur manajemen. Namun demikian, secara garis besar konsep service mengacu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005 : 82)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005 : 82) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Merek American Marketing Association (AMA) dalam Kotler (2005 : 82) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terlebih dengan semakin meningkatnya kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan yang terjadi di industri makanan khususnya makanan ringan (snack) memang cukup ketat. Banyak perusahaan yang menawarkan produk makanan ringan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen. Pasar ini terdiri dari sekelompok lokasi usaha ritel dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung)

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung) ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung) Oleh YULIA KURNIATI H24104024 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci