BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup, metode studi, manfaat studi, serta sistematika penulisan yang akan digunakan dalam studi ini. 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan yang terjadi di Kota Bandung telah mengakibatkan bertambahnya kebutuhan penduduk akan ruang dan meningkatnya kebutuhan akan lahan sebagai tempat berlangsungnya berbagai aktivitas. Terbatasnya lahan yang ada di Kota Bandung kemudian mendorong pemerintah untuk melakukan pemecahan aktivitas ke daerah pinggiran kota, atau sering disebut dengan istilah peri-urban. Pada tahun 1980, Kota Bandung mempunyai lima fungsi utama yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan lokal dan regional, perindustrian, pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta pariwisata dan kebudayaan. Kelima fungsi yang diemban tersebut, terutama fungsi pendidikan, menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang pesat di Kota Bandung. Pada tahun 1977, di Kota Bandung terdapat mahasiswa dan pada tahun 1982 jumlah mahasiswa tersebut telah mencapai orang dengan 40 lembaga perguruan tinggi (Theresia, 1998:29). Jumlah mahasiswa ini terus mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah mahasiswa dan adanya keterbatasan lahan di Kota Bandung kemudian menyebabkan Pemerintah Daerah mengambil keputusan untuk memindahkan sebagian aktivitas pendidikan tinggi yang ada di Kota Bandung ke wilayah pinggiran kota. Hal itu ditempuh dengan cara mengeluarkan kebijakan untuk memindahkan beberapa perguruan tinggi (4 kampus) ke Jatinangor, yaitu Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Winaya Mukti (Unwim), Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN), dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pada tahun Kebijakan ini dipertegas dengan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat 1

2 3 1.2 Rumusan Masalah Penetapan suatu wilayah menjadi suatu kawasan fungsional tertentu akan membawa berbagai dampak bagi wilayah tersebut. Perkembangan perguruan tinggi di Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) Jatinangor telah mengakibatkan tumbuhnya kegiatan-kegiatan penunjang yang merespons kebutuhan mahasiswa. Kegiatankegiatan tersebut terutama tumbuh di Kecamatan Jatinangor yang sebagian besar wilayahnya secara administratif tergabung ke dalam KPT Jatinangor. Hal ini mengubah kecamatan tersebut dari yang semula merupakan perkebunan karet dan persawahan menjadi sebuah kawasan padat. Perubahan tersebut tentunya mengakibatkan berbagai dampak, salah satunya terhadap perubahan harga lahan di wilayah Kecamatan Jatinangor. Dikaitkan dengan hal di atas, yang menjadi masalah penelitian ini adalah tidak diketahuinya dinamika harga lahan di Kecamatan Jatinangor akibat perkembangan perguruan tinggi yang tergabung dalam Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) tersebut. Informasi harga lahan berdasarkan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak), yang dijadikan acuan untuk menetapkan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), tidaklah mencerminkan harga lahan yang sebenarnya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seringkali besar harga lahan yang sebenarnya, atau harga berdasarkan pasar lahan, dapat mencapai beberapa kali lipat dari besar harga lahan yang tercantum dalam NJOP. Informasi harga lahan tersebut juga belum digunakan secara optimal untuk kepentingan perencanaan. Padahal menurut Siembieda (1991, dalam Jones, 1994), ada beberapa kegunaan penting dari informasi mengenai harga lahan. Kegunaan tersebut antara lain adalah sebagai masukan utama untuk keperluan perencanaan infrastruktur, manajemen pertumbuhan kota dan wilayah, serta untuk mengidentifikasi kebutuhan jangka panjang akan lahan perkotaan. Sementara menurut Dowall dan Leaf (1991), informasi mengenai harga lahan sangat dibutuhkan terutama dalam konteks pengambilan keputusan perencanaan, evaluasi kebijakan pemerintah, pengaturan investasi sektor swasta, serta penstrukturan pajak yang dikenakan pada lahan.

3 4 1.3 Tujuan dan Sasaran Studi Tujuan dari studi ini adalah untuk menjelaskan dinamika harga lahan di sekitar wilayah perguruan tinggi di Kecamatan Jatinangor. Tujuan tersebut dicapai melalui pemenuhan sasaran studi sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi perubahan harga lahan yang terjadi di Kecamatan Jatinangor sejak sebelum dilakukannya relokasi universitas yang tergabung dalam KPT, yaitu pada tahun 1980, 2. Mengidentifikasi jumlah dan perkembangan mahasiswa di Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor, 3. Mengidentifikasi jumlah dan perkembangan kamar sewa yang tersedia, 4. Mencari keterkaitan antara harga lahan dengan aktivitas penunjang pendidikan tinggi yang muncul, yaitu pondokan/kamar sewa. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam studi ini adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan perkembangan harga lahan yang terjadi di Kecamatan Jatinangor. Harga lahan mempunyai pengertian yaitu penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satuan luas persil (Drabkin, 1977). Harga lahan yang diidentifikasi dalam studi ini adalah harga lahan tanpa memasukkan nilai bangunan yang ada di lahan tersebut. 2. Menjelaskan keterkaitan antara perkembangan perguruan tinggi dengan perkembangan harga lahan yang terjadi di wilayah sekitarnya, melalui keterkaitan dengan salah satu aktivitas penunjang yang muncul karena adanya kegiatan pendidikan tinggi, yaitu pondokan/rumah sewa dengan harga lahan.

4 Ruang Lingkup Wilayah Studi Wilayah studi yang digunakan dalam penelitian ini mencakup wilayah di sekitar Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) Jatinangor yang mengalami perubahan harga lahan sebagai akibat dari adanya KPT tersebut. Wilayah tersebut sebenarnya tidak dapat didelineasi berdasarkan batasan administratif, karena wilayah yang mengalami perubahan harga lahan tersebut tidaklah dipengaruhi oleh batasan administratifnya, melainkan dipengarui oleh faktor jarak dan batasan-batasan fisik seperti jalan, sungai, dan lain lain. Namun, untuk mempermudah melakukan penelitian, delineasi wilayah yang digunakan di dalam studi ini menggunakan batasan administratif Kecamatan Jatinangor, yang terdiri dari 12 desa seperti dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. TABEL I.1 DESA DI KECAMATAN JATINANGOR No Desa Luas (Km 2 ) 1 Cipacing 1,79 2 Sayang 2,32 3 Mekargalih 1,20 4 Cintamulya 1,34 5 Cisempur 1,60 6 Jatimukti 1,90 7 Jatiroke 2,09 8 Hegarmanah 3,31 9 Cikeruh 2,13 10 Cibeusi 1,84 11 Cileles 3,20 12 Cilayung 3,48 TOTAL 26,20 Adapun skala unit terkecil yang digunakan adalah Rukun Warga (RW). Objek penelitian adalah harga lahan di Kecamatan Jatinangor tanpa memasukkan nilai bangunan yang ada di lahan tersebut. Peta wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.1, sementara peta guna lahan di wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.2.

5 7 1 0 RW 8 2 RW 6 RW 7 5 RW 9 RW 8 2 RW RW RW 9 RW 8 1 RW 6 RW 6 RW 7 RW 7 RW 7 RW 6 0 RW 7 RW 6 0 BRIMOB 2 RW 9 RW 9 RW 8 RW 6 RW 9 RW 8 RW 7 3 RW 8 RW 7 RW 8 1 RW 6 RW 8 GI PLN RW 9 RW 9 RW 7 RW 6 0 (KLS 2) RW 6 RW 7 0 RW 8 2 PERHUTANI PERHUTANI PL 40Z1 TUGAS AKHIR Desa Cilayung GAMBAR 1.1 PETA ADMINISTRASI Desa Cileles Legenda Batas Desa Batas Kecamatan Desa Hegarmanah Jalan Arteri Desa Cibeusi Desa Jatiroke Jalan Tol Desa Cikeruh Desa Cipacing Desa Jatimukti Desa Cisempur Desa Sayang Desa Mekargalih Desa Cintamulya Sumber: Bappeda Kab. Sumedang U B T 0 0,5 1 1,5 2 Km S KECAMATAN JATINANGOR Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2007

6 PL 40Z1 TUGAS AKHIR GAMBAR 1.2 PETA GUNA LAHAN TAHUN 2003 Legenda Gedung, Bangunan Belukar Sawah Tadah Hujan Rumput Kebun Sawah Permukiman Industri Genangan Air Sungai dan Saluran Air Jalan Kolektor Jalan Arteri Jalan Tol Sumber: Bappeda Kab. Sumedang 0 0,5 1 1,5 2 Km KECAMATAN JATINANGOR Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2007

7 Metode Studi Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode penelitian analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memaparkan perkembangan harga lahan di Kecamatan Jatinangor dan metode kuantitatif yang dilakukan untuk mencari keterkaitan antara harga lahan dan kamar sewa Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, metode yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur untuk memperoleh kajian pustaka yang berkaitan dengan kawasan pendidikan tinggi dan harga lahan. 2. Pencarian data sekunder di instansi-instansi seperti Bappeda Jawa Barat, Bappeda Kabupaten Sumedang, Badan Pusat Satistik (BPS), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, serta Kantor Kecamatan Jatinangor. 3. Survei primer kepada masyarakat setempat untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan harga lahan dan jumlah kamar sewa dalam kurun waktu 1980 hingga 2007, dengan rentang waktu 10 tahun.

8 9 TABEL 1.2 SASARAN, DATA, DAN ANALISIS YANG AKAN DILAKUKAN DALAM STUDI Sasaran 1. Mengidentifikasi perubahan harga lahan yang terjadi di Kecamatan Jatinangor sejak sebelum ditetapkannya KPT, yaitu pada tahun Mengidentifikasi jumlah dan perkembangan mahasiswa di Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor 3. Mengidentifikasi jumlah dan perkembangan kamar sewa yang tersedia, 4. Mencari keterkaitan antara harga lahan dengan aktivitas penunjang pendidikan tinggi yang muncul, yaitu pondokan/kamar sewa. Data yang Dibutuhkan - Peta detail Kecamatan Jatinangor - Data harga lahan tahun Sejarah dan perkembangan KPT - Data luas universitas - Data jumlah mahasiswa Data jumlah kamar sewa tahun Sumber Data - KP PBB Garut - Mayarakat - RTR KPT Jatinangor - Kopertis Wilayah IV Jawa Barat - Biro Akademik Masing- Masing Universitas Masyarakat Cara Memperoleh Data Wawancara semi-terstruktur Pencarian data sekunder di Bappeda Sumedang dan Jawa Barat Pencarian data sekunder di Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan masing-masing Universitas Wawancara semi-terstruktur Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif Kualitatif Kualitatif dan Kuantitatif Kuantitatif (crosstabulation)

9 10 Teknik Pengumpulan Data Adanya universitas akan mempengaruhi harga lahan di wilayah sekitarnya melalui berbagai explanatory variables atau variabel penyebab langsung yang ditimbulkannya, seperti dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. GAMBAR 1.3 GAMBARAN KETERKAITAN ANTARA ADANYA UNIVERSITAS DENGAN KENAIKAN HARGA LAHAN Sumber: Hasil Analisis, Salah satu explanatory variable yang akan dibahas dalam studi ini adalah kegiatan penunjang pendidikan tinggi. Aktivitas pendidikan tinggi yang ada karena ditetapkannya Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) di Kecamatan Jatinangor memunculkan kebutuhan mahasiswa akan tempat tinggal dan kebutuhan akan berbagai kegiatan penunjang lainnya. Sebagai bentuk responsif pasar dari kebutuhan tersebut, permintaan terhadap lahan menjadi meningkat karena dibutuhkannya ruang sebagai tempat berlangsungnya berbagai aktivitas penunjang kegiatan pendidikan tinggi tersebut, sehingga kemudian harga lahan akan ikut meningkat. Gambaran mengenai keterkaitan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.3 sebagai berikut.

10 11 GAMBAR 1.4 GAMBARAN KETERKAITAN ANTARA ADANYA UNIVERSITAS DENGAN MUNCULNYA KEGIATAN PENUNJANG DAN KENAIKAN HARGA LAHAN Sumber: Hasil Analisis, Aktivitas penunjang kegiatan pendidikan tinggi yang muncul dari adanya KPT sangat beragam. Di dalam penelitian Mardianta (2001), disebutkan bahwa kegiatan pendidikan tinggi yang muncul di Jatinangor adalah pondokan/kamar sewa, kegiatan yang menyediakan kebutuhan sehari-hari (rumah makan, warung, toko kelontong), dan kegiatan yang menyediakan jasa (rental komputer dan internet, fotocopy, wartel, dan rental VCD). Dari sekian banyak aktivitas tersebut, aktivitas yang paling utama adalah pondokan/kamar sewa karena kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan paling primer dari mahasiswa, sebagai akibat dari tidak disediakannya fasilitas tersebut oleh pihak universitas. Oleh karena itu, dalam studi ini identifikasi kegiatan penunjang pendidikan tinggi dibatasi hanya pada pondokan/kamar sewa. Dengan demikian, dalam studi ini ada dua jenis data primer yang dikumpulkan dari masyarakat, yaitu data harga lahan dan data jumlah kamar sewa. Data harga lahan digunakan untuk menjelaskan perkembangan harga lahan di Kecamatan Jatinangor, sementara data jumlah kamar sewa digunakan untuk menjelaskan penyebab dari kenaikan harga lahan terutama di wilayah sekitar perguruan-perguruan tinggi yang tergabung dalam KPT Jatinangor, melalui keterkaitan antara harga lahan dan jumlah kamar sewa.

11 12 1. Data Harga Lahan Harga lahan yang diidentifikasi dalam studi ini merupakan harga lahan berdasarkan pasar lahan, bukan berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang digunakan untuk menetapkan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), karena dari observasi terdapat perbedaan antara harga lahan berdasarkan NJOP dengan harga lahan yang sebenarnya. Unit terkecil yang digunakan dalam studi ini adalah Rukun Warga (RW). Unit ini dipilih dengan pertimbangan unit ini telah dapat mewakili harga lahan di Kecamatan Jatinangor karena lebih detail daripada unit kelurahan, serta adanya keterbatasan tenaga dan waktu dari peneliti. Cara mengumpulkan data harga lahan yang dilakukan pertama-tama adalah mencari peta detail dari Kecamatan Jatinangor dengan tujuan untuk mempermudah proses survei di lapangan. Peta detail tersebut berupa peta plot yang didapatkan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) Garut 1. Langkah kedua adalah mendelineasi peta tersebut menjadi unit terkecil analisis dalam studi ini, yaitu Rukun Warga (RW). Informasi delineasi wilayah menjadi Rukun Warga didapatkan dari kantor-kantor desa di Kecamatan Jatinangor. Kecamatan Jatinangor terdiri atas 12 desa, sementara setiap desa terbagi lagi menjadi 5 hingga 17 RW. Jumlah keseluruhan RW dalam Kecamatan Jatinangor adalah 128 RW. Jumlah RW tersebut dapat dilihat lebih jelas pada tabel sebagai berikut. 1 Sampai dengan bulan September 2007 pelayanan PBB Kabupaten Sumedang masih tercakup dalam area pelayanan KP PBB Kabupaten Garut.

12 13 TABEL I.3 JUMLAH RW DI KECAMATAN JATINANGOR No Desa Jumlah RW Cipacing Mekargalih Cikeruh Sayang Jatimukti Cisempur Jatiroke Cintamulya Cibeusi Hegarmanah Cileles Cilayung Jumlah Total 128 Kemudian, pemilihan responden dalam pengumpulan harga lahan dilakukan dengan teknik purposive/judgemental, yang merupakan salah satu bentuk dari nonprobability sampling. Dalam teknik ini, peneliti memilih responden yang akan dijadikan sampel berdasarkan subjektivitas peneliti (Nachmias, 1981). Teknik ini digunakan karena tidak semua orang dapat memberikan informasi harga lahan, apalagi informasi harga lahan yang akan ditanyakan mencakup kurun waktu yang lama. Informasi harga lahan harus diberikan oleh orang-orang yang kompeten, yaitu orang-orang yang terbiasa melakukan jual-beli lahan atau orang yang telah lama tinggal di wilayah tersebut. Oleh karena itu, dari Kantor Desa tersebut juga diminta informasi mengenai nama-nama Kepala RW serta rekomendasi orang-orang yang mengetahui harga lahan di wilayah tersebut. Langkah selanjutnya adalah menemui orang-orang yang direkomendasikan oleh Kantor Desa di wilayah studi. Dowall (1991) melalui metode Land Market Assessment menjelaskan bahwa untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai harga lahan, perlu dilakukan wawancara lapangan terhadap paling sedikit tiga orang yang mengetahui harga lahan di unit wilayah terkecil yang digunakan. Kemudian, dari informasi dari tiga orang tersebut diambil median atau nilai tengahnya, sehingga

13 14 didapatkan hasil yang representatif. Karena Kecamatan Jatinangor terdiri dari 128 RW, jumlah responden yang diambil adalah 384 responden. Orang-orang yang pertama ditemui untuk dimintai informasi mengenai harga lahan adalah para Kepala RW dan orang-orang yang telah direkomendasikan oleh Kantor Desa. Kemudian, apabila pada sebuah RW jumlah orang yang memberikan informasi harga lahan belum mencapai tiga orang, informasi mengenai orang-orang yang dapat memberikan informasi harga lahan tersebut kembali ditanyakan pada Kepala RW. Langkah selanjutnya adalah menemui orang-orang yang direkomendasikan oleh Kepala RW sehingga jumlah orang yang memberikan informasi harga lahan di RW tersebut mencapai tiga orang. Informasi harga lahan yang diminta dari responden adalah harga lahan tanpa memasukkan nilai bangunan yang ada di lahan tersebut. Informasi harga lahan yang diminta juga mencakup variasi harga lahan di RW tersebut, sehingga harga lahan di sebuah RW terbagi lagi menjadi dua hingga tiga lapisan harga. Hal ini dilakukan karena beragamnya jenis dan letak lahan yang ada di setiap RW, sehingga setiap RW tidak cukup diwakili oleh satu harga saja. Berdasarkan observasi, jalan merupakan faktor utama yang membedakan harga lahan di sebuah RW. Wawancara yang dilakukan terhadap responden adalah wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara terhadap responden yang bersifat bebas, tetapi tetap berpegangan pada outline atau panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Outline atau panduan wawancara tersebut berguna untuk memastikan bahwa seluruh materi yang ingin didapatkan telah ditanyakan kepada responden (Patton, 2002). Adapun rentang waktu yang digunakan adalah 10 tahun, sehingga informasi mengenai harga lahan yang didapat mencakup tahun 1980, 1990, 2000, dan saat ini yaitu Tahun 1980 dipilih sebagai tahun awal karena pada tahun tersebut relokasi 4 perguruan tinggi yang tergabung dalam Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) Jatinangor belum dilakukan. Rentang waktu 10 tahun dipilih karena sumber utama yang digunakan dalam pengumpulan informasi harga lahan adalah survei primer berupa wawancara semi-

14 15 terstruktur terhadap responden yang kompeten. Rentang waktu 10 tahun merupakan rentang yang dirasakan paling sesuai untuk ditanyakan, karena berdasarkan observasi yang dilakukan responden mengalami kesulitan untuk menjawab apabila rentang waktu yang ditanyakan lebih kecil dari 10 tahun. Selain itu, rentang waktu ini dianggap telah cukup untuk dapat diolah secara time-series, karena metode timeseries membutuhkan minimal 3 periode waktu untuk dapat dibandingkan. 2. Data Jumlah Kamar Sewa Identifikasi jumlah kamar sewa tidak memungkinkan untuk dilakukan di seluruh RW di Kecamatan Jatinangor karena adanya keterbatasan tenaga, dana, dan waktu, serta kenyataan bahwa informasi jumlah kamar sewa tidak tersedia di tingkat RW melainkan di tingkat RT (1 RW terbagi lagi menjadi 4 5 RT). Oleh karena itu, dilakukan proses sampling untuk menentukan RW yang akan diidentifikasi jumlah kamar sewanya. Jumlah RW yang dijadikan sampel adalah 30 dari 128 RW. Jumlah ini dipilih karena berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, 30 merupakan suatu jumlah minimal yang dapat memberikan suatu distribusi normal (Kachigan, 1986). Kemudian, pemilihan RW dilakukan dengan cara purposive sampling dengan mengambil radius tertentu dari Kawasan Pendidikan Tinggi. Teknik purposive sampling ini dipilih karena berdasarkan observasi terjadi perbedaan kepadatan tempat tinggal mahasiswa pada jarak tertentu dari KPT. 30 sampel yang diambil tersebut disebar pada 3 wilayah, yaitu: 1. Wilayah yang berjarak sampai dengan 0,75 Km dari Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT). Berdasarkan hasil observasi, wilayah ini merupakan pusat tempat tinggal mahasiswa dari universitas-universitas yang tergabung di KPT yang paling padat. Jumlah sampel yang diambil dari wilayah ini adalah Wilayah yang berjarak sekitar 0,75 Km hingga 1,4 Km dari Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT). Berdasarkan hasil observasi, jumlah kamar sewa

15 16 yang ada di wilayah ini tidak sepadat wilayah sebelumnya. Jumlah sampel yang diambil dari wilayah ini adalah Wilayah yang berjarak lebih jauh dari 1,4 Km dari Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT). Berdasarkan hasil observasi, kamar sewa yang ada di wilayah ini sebagian besar digunakan oleh pegawai/buruh. Jumlah sampel yang diambil dari wilyah ini adalah 11. RW-RW yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel I.4 sebagai berikut. TABEL I.4 SAMPEL IDENTIFIKASI JUMLAH KAMAR SEWA Jarak Desa RW Jumlah < 0,75 Km 0,75 1,4 Km > 1,4 Km Cibeusi 3, 4 Sayang 12, 13 Cikeruh 3, 5 12 Hegarmanah 1, 3, 6, 8, 11, 13 Cipacing 1, 9 Cibeusi 9 Sayang 7, 9 7 Jatiroke 1 Cileles 1 Cipacing 6, 7, 12, 15 Mekargalih 1, 2, Cintamulya 1, 2, 3, 4 TOTAL 30 Sementara letak dari RW-RW yang menjadi sampel tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.5. Kemudian, data mengenai jumlah kamar sewa didapatkan dengan melakukan wawancara dengan masyarakat atau tokoh RT di RW-RW yang dijadikan sampel.

16 PL 40Z1 TUGAS AKHIR GAMBAR 1.5 PETA WILAYAH PENGAMBILAN SAMPEL Legenda Batas Desa Batas Kecamatan Jalan Arteri + 0,75 Km + 1,4 Km Jalan Tol Sampel Wilayah I Sampel Wilayah II Sampel Wilayah III 0 0,5 1 1,5 2 Km KECAMATAN JATINANGOR Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung 2007

17 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis kualitatif Analisis kualitatif berupa deskripsi akan digunakan untuk memaparkan perkembangan harga lahan yang terjadi di wilayah studi. Penjelasan mengenai perkembangan harga lahan tersebut juga akan dilengkapi oleh pemetaan perkembangan harga lahan untuk mempermudah visualisasi. Pemetaan harga lahan dalam studi ini menggunakan software bernama SurfDem (DEM: digital elevation model), yaitu sebuah software yang biasa digunakan untuk memetakan ketinggian tanah. Dalam pemetaan tersebut, variabel ketinggian tanah diganti oleh harga lahan, sehingga dapat diketahui isovalue dari harga lahan tersebut. Isovalue ini memetakan harga lahan secara tiga dimensi, sehingga bukit-bukit harga lahan yang ada di Kecamatan Jatinangor akan dapat terlihat dengan jelas. 2. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mencari keterkaitan antara jumlah kamar sewa dan harga lahan. Untuk mencari keterkaitan tersebut, digunakan tes signifikansi dengan menggunakan chi-square. Chi-square (χ 2 ) merupakan suatu tes signifikansi yang menggunakan hipotesis awal (null hypothesis/ho), yaitu asumsi bahwa tidak ada keterkaitan antara dua variabel yang diuji (Babie, 1983) Manfaat Studi Studi ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari perkembangan perguruan tinggi di Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) Jatinangor terhadap dinamika harga lahan di wilayah sekitarnya, melalui identifikasi perkembangan harga lahan serta keterkaitan antara harga lahan dan jumlah kamar sewa. Studi ini memiliki manfaat baik secara akademis maupun praktis. Manfaat akademis merupakan manfaat yang berkaitan dengan Perencanaan Wilayah dan Kota. Manfaat akademis dari studi ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai dampak dari kegiatan pendidikan tinggi terhadap dinamika harga lahan di wilayah sekitarnya. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat memberikan

18 19 pemahaman bahwa adanya suatu aktivitas baru di suatu wilayah akan memiliki pengaruh terhadap perubahan harga lahan di wilayah sekitarnya. Manfaat akademis berikutnya adalah untuk menambah pengetahuan mengenai teknik mendapatkan informasi harga lahan. Pengetahuan ini penting karena informasi mengenai harga lahan merupakan salah satu input penting bagi perencanaan. Sedangkan manfaat praktis dari studi ini antara lain adalah sebagai pembanding atau referensi penetapan NJOP, karena kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa seringkali nilai NJOP tersebut berada di bawah nilai pasar atau undervalued. Studi ini juga memberikan gambaran mengenai kondisi harga lahan di Kecamatan Jatinangor sejak tahun 1980 hingga sekarang. Informasi harga lahan tersebut dapat digunakan untuk berbagai kepentingan perencanaan, seperti perencanaan infrastruktur, serta manajemen pertumbuhan kota dan wilayah 1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan di dalam studi ini adalah sebagai berikut. Bab 1 Pendahuluan Bagian ini menerangkan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup materi dan wilayah studi, metode studi yang terdiri dari metode pengumpulan data dan metode analisis, manfaat studi, serta sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Literatur Tinjauan literatur memberikan penjelasan mengenai lahan, yang mencakup pengertian lahan, nilai lahan dan harga lahan, peningkatan harga lahan, dan variabel-variabel penentu harga lahan; pengaruh universitas terhadap wilayah di sekitarnya; informasi harga lahan; serta teori mengenai sampling dan uji independen antara dua faktor. Bab 3 Gambaran Umum Wilayah Studi Gambaran umum wilayah studi terdiri penjelasan mengenai perkembangan KPT Jatinangor, yang meliputi kebijaksanaan pembangunan KPT Jatinangor, sejarah perkembangan kampus, perkembangan kampus dan mahasiswa; serta

19 20 perkembangan Kecamatan Jatinangor yang meliputi karakteristik kependudukan dan guna lahan Kecamatan Jatinangor. Bab 4 Analisis Bagian analisis terdiri dari penjelasan mengenai perkembangan harga lahan di Kecamatan Jatinangor, yang meliputi perkembangan harga lahan di Kecamatan Jatinangor; isovalue harga lahan di Kecamatan Jatinangor; serta keterkaitan antara harga lahan dengan jumlah kamar sewa yang meliputi perkembangan jumlah kamar sewa di wilayah yang berbatasan langsung dengan KPT (Radius I), di wilayah yang tidak berbatasan langsung dengan KPT (Radius II), di wilayah yang tidak berbatasan langsung dengan KPT (Radius III), dan kesimpulan keterkaitan antara harga lahan dan jumlah kamar sewa. Bab 5 Penutup Bagian ini memaparkan temuan studi dan kesimpulan yang didapat, kelemahan studi, rekomendasi, serta saran untuk studi lanjutan.

20 21 GAMBAR 1.6 KERANGKA PEMIKIRAN Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Bandung Peningkatan Kebutuhan Akan Lahan Kebijakan Pengembangan Ke Wilayah Eksternal Kota Bandung Penetapan KPT Jatinangor untuk mengurangi beban Kota Bandung sebagai pusat pendidikan Peningkatan Jumlah Mahasiswa Setiap Tahun Perubahan Guna Lahan Muncul Kebutuhan Terutama Untuk Tempat Tinggal Permintaan Akan Lahan Meningkat Supply Lahan Bersifat Tetap Latar Belakang Perubahan Harga Lahan Rumusan Masalah Tidak Adanya Informasi Dinamika Harga Lahan Akibat Penetapan KPT Identifikasi Dinamika Harga Lahan di Sekitar Perguruan Tinggi di Kecamatan Jatinangor Identifikasi Perubahan Harga Lahan Identifikasi Perkembangan Pondokan dan Kosan Identifikasi Perkembangan Jumlah Mahasiswa Analisis Uji Keterkaitan Kesimpulan Masukan untuk Perencanaan Guna Lahan di Jatinangor

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi BAB 5 PENUTUP Pada bagian ini, akan dibahas temuan studi yang didapat, kesimpulan, kelemahan studi, rekomendasi yang dapat diberikan untuk perencanaan di masa yang akan datang, serta masukan untuk studi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bagian ini akan memaparkan perkembangan KPT Jatinangor yang meliputi kebijaksanaan pembangunan KPT Jatinangor, sejarah perkembangan kampus, dan perkembangan kampus dan

Lebih terperinci

DINAMIKA HARGA LAHAN DI SEKITAR WILAYAH PERGURUAN TINGGI DI KECAMATAN JATINANGOR

DINAMIKA HARGA LAHAN DI SEKITAR WILAYAH PERGURUAN TINGGI DI KECAMATAN JATINANGOR DINAMIKA HARGA LAHAN DI SEKITAR WILAYAH PERGURUAN TINGGI DI KECAMATAN JATINANGOR TUGAS AKHIR Oleh : DEBI VIDYASARI 15403044 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, terutama bagi yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sangat membutuhkan lahan, yang digunakan untuk pemukiman beserta sarananya juga untuk menopang kelangsungan hidup manusia, terutama bagi yang

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi BAB III DESAIN RISET Dalam bab ini akan dibahas metodologi penelitian yang digunakan, unit analisis yang digunakan, data yang mendukung penelitian, pengumpulan data, lokasi penelitian, pemilihan sampel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE ENELITIAN A. Metode enelitian Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie (100-101) suatu konsepsi kearah penerbuatan bidang filsafat secara luas mengemukakan pengertian metodelogi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Pada bagian ini akan dipaparkan tinjauan literatur mengenai lahan, pengaruh universitas terhadap wilayah di sekitarnya, informasi harga lahan, serta teori mengenai sampling dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor)

PENGARUH KEGIATAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor) bidang TEKNIK PENGARUH KEGIATAN PERGURUAN TINGGI TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN (Studi Kasus: Kawasan Pendidikan Tinggi Jatinangor) EVA NURSAWITRI, ROMEIZA SYAFRIHARTI DAN LASTI YOSSI HASTINI Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Suatu aktivitas akan memberikan pengaruh terhadap kawasan di sekitarnya, salah satu hasil dari pengaruh tersebut adalah perubahan pada harga lahan. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar Proses Pembuatan Kursi Sofa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar Proses Pembuatan Kursi Sofa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Desa Cipacing merupakan salah satu desa di Jatinangor yang dikenal sebagai desa pengrajin. Desa Cipacing terletak di jalur arteri yang merupakan jalur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang mengapa studi ini dilakukan serta rumusan dan pertanyaan penelitian yang penting untuk dijawab. Bab ini juga menguraikan tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI. 1 Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI. 1 Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab ini dijelaskan hasil temuan dari penelitian, kemudian kesimpulan yang diambil berdasarkan kondisi di lapangan dan menurut teori (hasil analisis), serta memberikan rekomendasi dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Permintaan akan lahan setiap tahunnya semakin meningkat, hal tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Permintaan akan lahan setiap tahunnya semakin meningkat, hal tersebut BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Permintaan akan lahan setiap tahunnya semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 50 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metodologi yang dipilih dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menemukan hubungan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

.BAB IV METODE PENELITIAN. relatif dekat dari pusat kota Bogor dan kampus IPB Darmaga, letaknya persis di tepi

.BAB IV METODE PENELITIAN. relatif dekat dari pusat kota Bogor dan kampus IPB Darmaga, letaknya persis di tepi .BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian direncanakan di desa Tegalwaru dan Bojongrangkas, kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor. Kedua desa ini dipilih

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Yin (2002) bahwa penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, metodologi yang digunakan, serta sistematika pembahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki penerimaan dari berbagai sumber. Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar yaitu dari penerimaan

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Perumnas Banyumanik dan Perumahan Bukit Kencana Jaya) TUGAS AKHIR Oleh: ARIEF WIBOWO

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan berhubungan erat dengan dengan aktivitas manusia dan sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota dipengaruhi oleh adanya

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia untuk memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari kegiatan ekonomi, salah satunya adalah konsumsi barang dan jasa baik yang sifatnya primer, sekunder maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA

PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta memiliki permasalahan permukiman kumuh dengan kondisi rumah tidak sesuai dengan standar yang ada dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di suatu wilayah mengalami peningkatan setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kelahiran-kematian, migrasi dan urbanisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan dengan memperhatikan karakteristiknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PEMBANGUNAN HOTEL IMPERIUM ASTON TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI PUSAT KOTA PURWOKERTO

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PEMBANGUNAN HOTEL IMPERIUM ASTON TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI PUSAT KOTA PURWOKERTO UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH PEMBANGUNAN HOTEL IMPERIUM ASTON TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI PUSAT KOTA PURWOKERTO TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra satelit ke dalam peta tematik antara lain sebagai berikut : 1. Bahan a. Data

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA Bangunan Rehabilitasi Alzheimer di Yoyakarta merupakan tempat untuk merehabilitasi pasien Alzheimer dan memberikan edukasi atau penyuluhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

POLA DAN FAKTOR PENENTU NILAI LAHAN PERKOTAAN DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

POLA DAN FAKTOR PENENTU NILAI LAHAN PERKOTAAN DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR POLA DAN FAKTOR PENENTU NILAI LAHAN PERKOTAAN DI KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: MENIK WAHYUNINGSIH L2D 001 443 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan diuraikan pendahuluan dari pemilihan judul perancangan balai kota di Denpasar yang menjabarkan beberapa sub bab. Mulai dari latar belakang dari pemilihan judul, rumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, maupun faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi pola ruang, kebiasaan bahkan aktifitas masyarakat setempat. Pengaruh ini tidak terlepas dari

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan pusat dari segala kegiatan yang terdapat di suatu wilayah, baik kegiatan pemerintahan, pendidikan, perdagangan, pelayanan, jasa, industri dan kegiatan

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Undip Sumber : BAPSI Undip

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Undip Sumber : BAPSI Undip BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan Kampus Universitas Diponegoro di daerah Tembalang, Semarang memiliki dampak yang luar biasa. Kegiatan perkuliahan di Kampus Tembalang Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu tindakan penelitian ilmiah perlu digunakan metode-metode penelitian mulai dari mengumpulkan data, sampai kepada menampilkan data data serta memudahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan

Lebih terperinci

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN PREVIEW III TUGAS AKHIR PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita, ST., MT. Merisa Kurniasari 3610100038

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 1960 menjadi sejarah dalam sistem penguasaan dan kepemilikan tanah di Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Sistem penguasaan tanah oleh Belanda

Lebih terperinci

Gambar 4. Lokasi Penelitian

Gambar 4. Lokasi Penelitian 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Air diperlukan untuk menunjang berbagai kegiatan manusia sehari-hari mulai dari minum, memasak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang Ketahanan pangan yang mendukung perubahan lingkungan di komunitas RW. 10 Kelurahan Leuwigajah, Kampung Adat Cireundeu menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanjung Pandan adalah kota terbesar sekaligus menjadi ibukota kabupaten Belitung. Tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk antar kecamatan di Belitung sangat bervariasi.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih 25 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Tika (2005 : 6) adalah metode yang lebih mengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY

BAB I PENDAHULUAN STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal pada dasarnya merupakan suatu wadah dasar manusia ataupun keluarga untuk melangsungkan hidup yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan penduduk kota yang sangat pesat selama beberapa dekade terakhir, baik secara alamiah maupun akibat urbanisasi, telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan tutupan lahan adalah bergesernya jenis tutupan lahan dari jenis satu ke jenis lainnya diikuti dengan bertambah atau berkurangnya tipe penggunaan dari waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Kampus Menjadi Generator Pertumbuhan Ekonomi Bagi Daerah Disekitarnya 1 Posisi Bulaksumur dan Sekip sebagai lokasi kampus terpadu UGM yang berada di perbatasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah langkah

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO IDENTIFIKASI KETERKAITAN PERKEMBANGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TERHADAP ALIH FUNGSI RUMAH DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO IDENTIFIKASI KETERKAITAN PERKEMBANGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TERHADAP ALIH FUNGSI RUMAH DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG UNIVERSITAS DIPONEGORO IDENTIFIKASI KETERKAITAN PERKEMBANGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TERHADAP ALIH FUNGSI RUMAH DI KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TEMBALANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab metode penelitian ini dijabarkan mengenai rancangan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemanfaatan data spasial belakangan ini semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan masyarakat agar segalanya menjadi lebih mudah dan praktis terkait

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam utama dalam menompang setiap aktivitas kehidupan manusia baik sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam utama dalam menompang setiap aktivitas kehidupan manusia baik sebagai sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam utama dalam menompang setiap aktivitas kehidupan manusia baik sebagai sumber daya yang dapat diolah maupun sebagai tempat tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai latar belakang kegiatan penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan yang akan diteliti, serta tujuan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan

Lebih terperinci