BAB VI PENUTUP VI. 1 Temuan Studi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENUTUP VI. 1 Temuan Studi"

Transkripsi

1 BAB VI PENUTUP Pada bab ini dijelaskan hasil temuan dari penelitian, kemudian kesimpulan yang diambil berdasarkan kondisi di lapangan dan menurut teori (hasil analisis), serta memberikan rekomendasi dan implikasi kebijakan sebagai output bagi pembangunan dan perencanaan di masa yang akan datang. Selain itu, akan dijelaskan pula kelemahan dari penelitian yang dilakukan, dan saran bagi studi lanjutan. VI. 1 Temuan Studi Setelah melalui tahapan-tahapan di dalam melakukan penelitian mengenai perkembangan harga lahan pada wilayah studi, didapat hasil yang berkaitan dengan sasaran dari penelitian yang dilakukan, yaitu: Menjelaskan faktor-faktor penentu harga lahan di wilayah studi, pada waktu sebelum dan sesudah keberadaan UNPAR: Sebelum keberadaan UNPAR ( ), Ciumbuleuit dikenal sebagai suatu wilayah pemukiman dengan citra yang sangat baik. Dengan kondisi fisik, sosial dan ekonomi di dalam wilayah yang cukup menunjang aktivitas, dan juga meningkatkan kenyamanan bagi para penduduk yang tinggal di dalamnya. Sejak jaman penjajahan, Ciumbuleuit dikenal sebagai suatu wilayah dengan kondisi topografi dan iklim yang nyaman dan cocok bagi aktivitas bercocok tanam, sehingga tidak sedikit para penduduk kolonial yang memilih tinggal di dalam wilayah ini. Namun seiring dengan kemerdekaan Indonesia jumlah penduduk pribumi jumlahnya semakin meningkat, yang kemudian mendominasi populasi penduduk. Kawasan tempat tinggal utama di wilayah studi banyak berlokasi di sekitar jalan raya, sehingga aktivitas utama yang terjadi pun banyak terletak di sekitar jalan raya tersebut, yaitu Jalan Setiabudhi, jalan Ciumbuleuit dan Jalan Hegarmanah. Dalam faktor-faktor yang dapat dijadikan penentu dalam menentukan kesesuaian suatu harga lahan (Lichfield, 1956), wilayah studi memiliki satu faktor yang sangat dominan, yaitu letak dari infrastruktur jalan sebagai akses ke dalam wilayah. Kondisi ini dapat terlihat pada peta harga lahan pada tahun 1965 (gambar 5. 1 dan 5. 2) dan peta isovalue harga lahan pada tahun 1965 (Gambar 5.22), letak 151

2 dari RT dengan golongan harga tertinggi dan tinggi, banyak terletak di sekitar jalan utama,dengan perbedaan harga lahan antara di sekitar jalan raya dan di bagian dalam yang cukup curam (peta isovalue harga lahan). Pada tahun 1975, UNPAR sudah beroperasi di wilayah studi, namun belum beraktivitas secara optimal. Ini dapat terlihat bagaimana mereka pada saat itu hanya menggunakan bangunan yang sebelumnya sudah tersedia (bangunan milik Solsana) dan belum ditambah dengan bangunan baru. Jumlah mahasiswa yang berlokasi di kampus Ciumbuleuit pun jumlahnya belum terlalu besar, mengingat masih banyaknya mahasiswa yang berada di kampus Merdeka. Meskipun jumlah mahasiswa yang berada di kampus Ciumbuleuit belum terlalu besar (hanya fakultas teknik sipil), namun aktivitasnya mulai melahirkan permintaan terhadap fasilitas pendukung yang tersedia di dalam wilayah studi. Ini bisa dilihat dari jumlah fasilitas yang timbul pada tahun ini (bab ). Tetapi apabila dilihat dari formasi harga lahan, pada tahun 1975 tidak terlalu berubah dari tahun 1965, pada peta harga lahan pun bisa dilihat tidak terlalu banyak berubah (gambar 5. 3 dan 5. 4), faktor akses yaitu infrastruktur jalan masih memegang peranan penting dalam menentukan harga lahan. Meskipun pada peta mulai terlihat adanya kenaikan golongan harga lahan pada RT-RT yang berlokasi di sepanjang jalan utama, dari golongan harga tinggi ke sangat tinggi. Seiring dengan meningkatnya kinerja UNPAR dan reputasinya sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Bandung, jumlah mahasiswa dan fasilitas di dalam kampus Ciumbuleuit mengalami peningkatan yang cukup signifikan, demand yang ditimbulkan terhadap penambahan kawasan semakin meningkat pula. Kondisi ini terjadi mulai dari akhir 1970 an hingga sekarang, ketika jumlah fasilitas publik yang terbangun semakin meningkat dengan pesatnya (bab ). Perkembangan fasilitas ini ikut merubah tatanan formasi harga lahan yang terjadi, yang dimulai dari tahun RT yang berada di sekitar kampus UNPAR mengalami peningkatan golongan harga, dengan rentan yang berbeda antara RT yang berlokasi di dekat jalan utama dan di bagian yang lebih ke dalam seperti RW 11 Kelurahan Hegarmanah dan RW 06 dan 07 dari Kelurahan Ciumbuleuit. Dari kondisi ini terlihat bahwa dengan adanya UNPAR dan perkembangan fasilitas publik yang bersifat ekonomi, ikut memberikan nilai tambah atau added value terhadap harga lahan yang berlaku. Sehingga pada kawasan studi setelah keberadaan UNPAR, selain masih terpengaruh oleh keberadaan akses atau jalan 152

3 utama, ketersediaan dan jumlah dari fasilitas publik ikut memberikan pengaruh terhadap pembentukan harga lahan. Kondisi ini bisa dilihat pada isovalue harga lahan tahun 1990 dan 2005 (gambar dan 5. 51), RT-RT yang berada di sekitar kampus UNPAR dan memiliki fasilitas publik dengan jumlah yang cukup besar, memiliki golongan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan RT-RT yang memiliki karakter fisik dan lokasi yang sama, namun tidak berada di dekat UNPAR atau memiliki jumlah fasilitas publik yang cukup besar. Menjelaskan perubahan yang terjadi pada faktor penentu harga lahan di kawasan studi, setelah keberadaan UNPAR: Pada desain riset (bab 3) diterangkan bahwa fasilitas publik yang diambil sebagai tolak ukur yaitu, kamar sewa, rumah makan-kantin, toko-warung, foto copy, dan warnet, kelima fasilitas ini dicari keterkaitannya dengan jumlah penduduk, jumlah mahasiswa dan harga lahan. Pada waktu sebelum keberadaan UNPAR, jumlah fasilitas publik yang tersedia tidak terlalu besar jumlahnya, jenisnya pun hanya ada warung-toko dan kantinrumah makan. Karena UNPAR sendiri belum beraktivitas di sana, maka tidak terdapat forward linkages dari keberadaannya. Perkembangan pada fasilitas pun lebih banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk pada wilayah studi. Dari hasil analisa pada kondisi wilayah studi setelah keberadaan UNPAR didapat bahwa, dengan berkembangnya kampus UNPAR sebagai fasilitas publik yang cukup dominan di wilayah studi, jumlah mahasiswa di dalamnya pun ikut bertambah. Pertambahan jumlah mahasiswa ini melahirkan suatu demand, yang paling utama dan yang terkait cukup besar yaitu dengan perkembangan jumlah kamar sewa, karena peran fasilitas ini cukup penting sebagai tempat tinggal sementara. Keberadaan kamar sewa terkait langsung dengan jumlah mahasiswa UNPAR, dan juga memiliki hubungan yang cukup kuat dengan harga lahan di wilayah studi. Selain itu, fasilitas kamar sewa juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan dari fasilitas publik yang lainnya. Pada Kelurahan Hegarmanah, perkembangan jumlah kamar sewa memberikan pengaruh terhadap perkembangan rumah makan, foto copy dan warnet. Sedangkan, pada Kelurahan Ciumbuleuit, jumlah kamar sewa mempengaruhi perkembangan rumah makan, toko-warung, dan warnet. 153

4 Maka dapat dikatakan bahwa demand yang lahir akibat perkembangan UNPAR (jumlah mahasiswanya), mengakibatkan terjadinya forward linkages pada perkembangan jumlah kamar sewa, yang kemudian dilanjutkan pada pembangunan fasilitas-fasilitas publik yang bersifat ekonomi lainnya. Menganalisis pengaruh UNPAR terhadap dinamika harga lahan yang berlaku di wilayah studi: Seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa dari perkembangan UNPAR, lahir suatu demand terhadap perkembangan fasilitas publik pendukung yang bersifat ekonomi. Di awali pada tahun 1974, tahun ketika UNPAR pertama kali beraktivitas di wilayah studi. Dengan hanya satu fakultas dan jumlah mahasiswa yang berjumlah puluhan hingga bertambah menjadi ratusan pada tahun 1975, aktivitas dari para mahasiswa dan beberapa staf pengajar memberikan demand pertama kali pada ketersediaan kamar sewa sebagai tempat tinggal. Tidak membutuhkan waktu lama, fasilitas-fasilitas publik lain yang bersifat ekonomi ikut tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya intensitas dari aktivitas UNPAR di wilayah studi. Semakin banyaknya mahasiswa dan semakin berkembangnya UNPAR, fasilitas ekonomi yang tersedia pun akan terus berkembang seperti sekarang. Pembangunan UNPAR Meningkatnya jumlah mahasiswa Meningkatnya jumlah kamar sewa Bertambahnya jumlah penduduk Meningkatnya jumlah fasilitas publik Perkembangan Harga Lahan Sumber: Hasil Analisa Gambar VI. 1 Skema Dari Keterkaitan Antara UNPAR dan Perkembangan Harga Lahan di Wilayah Studi 154

5 Skema tersebut dibuat dengan melihat analisis statistik (tabulasi silang dan koefisien kontingensi), yang kemudian dibandingkan dengan pola persebarannya (spasial). Perkembangan jumlah mahasiswa yang terepresentasikan dengan pertumbuhan jumlah kamar sewa, dan pertumbuhan jumlah penduduk di wilayah studi telah memberikan permintaan terhadap ketersediaan fasilitas publik. Perkembangan fasilitas publik dan keberadaan UNPAR telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan harga lahan disekitarnya. VI. 2 Kesimpulan Setelah melalui tahapan-tahapan dalam penelitian dan identifikasi terhadap perkembangan harga lahan di wilayah studi, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat kaitan antara keberadaan UNPAR dan aktivitasnya, terhadap pola harga lahan yang terjadi. Adapun wilayah studi sendiri sebelum keberadaan UNPAR, sudah dikenal sebagai kawasan yang cukup elit, dan penelitian ini menelusuri demand lahan terhadap daerah tersebut seiring dengan perkembangan UNPAR. Harga lahan yang berlaku di dalam wilayah studi pada awalnya berpatokan serta memiliki keterkaitan kuat terhadap letak infrastruktur jalan, dan setelah keberadaan UNPAR tampak terjadi perubahan pola harga lahan. Keberadaan UNPAR dan aktivitasnya memberikan pengaruh terhadap pola perkembangan fasilitas yang terjadi di dalam wilayah studi, melalui peningkatan amenities daerah-daerah yang memiliki lokasi dekat dengan UNPAR. Kondisi ini terjadi karena dalam proses forward linkages jarak dan akses akan menjadi salah satu faktor yang sangat penting (Healy;Ilbery, 1990). Akibatnya timbul daerah-daerah di dalam wilayah studi yang mengalami kenaikan golongan harga lahan, meskipun tidak berada di sepanjang jalan utama. Perubahan harga lahan yang terjadi ini merupakan respon dari pembangunan dan perkembangan yang terjadi di wilayah studi, dalam hal ini keberadaan fasilitas sosial. Benke (1976) telah menjelaskan mengenai kondisi ini, ketika terdapat suatu pembangunan fasilitas publik, peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas dari suatu wilayah, maka harga yang berlaku pun akan mengalami peningkatan. Dari kondisi ini terlihat bagaimana UNPAR memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan di wilayah studi, dan pembangunan ini tampaknya tidak akan berhenti, karena demand yang ada masih sangatlah besar. Sebagai contoh pada tahun 1990, ketika jumlah mahasiswa turun hingga mencapai jumlah 465 siswa 155

6 (Bab 5.3.3) jumlah kamar sewa dan fasilitas yang lain tidak turut mengalami penurunan, bahkan jumlahnya malah terus bertambah. Ini juga terjadi pada tahuntahun setelahnya, ketika mulai tahun 2000 jumlah mahasiswa UNPAR mencapai jumlah yang cukup ideal dan sesuai dengan kapasitasnya, yaitu ada dalam rentang jumlah mahasiswa (gambar 4.12), jumlah kamar sewa dan fasilitas lainnya terus mengalami pertumbuhan. Beberapa penelitian terdahulu lebih memfokuskan mengenai pengaruh aktivitas pendidikan terhadap kegiatan yang ditimbulkannya. Sherry (2001), misalnya, memperlihatkan pengaruh yang signifikan dari kegiatan pendidikan di Amerika Serikat terhadap pertumbuhan rumah sewa, tetapi tanpa mengikutsertakan pengamatan terhadap harga lahan yang berubah seiring pertumbuhan kegiatan ikutan tersebut. Penelitian yang dilakukan di Ciumbeleuit ini mengkonfirmasi temuan yang diperoleh oleh Sherry bahwa keberadaan fasilitas pendidikan (UNPAR) menghasilkan permintaan terhadap keberadaan kegiatan-kegiatan pendukung. Kegiatan-kegiatan ini secara fisik dapat diamati dari keberadaan fasilitas-fasilitas ekonomi (tidak hanya rumah sewa, tetapi juga dapat juga berupa toko, rumah makan, foto copy dan warnet). Pada akhirnya keberadaan fasilitas tersebut meningkatkan kebutuhan terhadap lahan dan menentukan perkembangan harga lahan di wilayah studi. Seperti halnya karakteristik dari suatu kota, daerah Ciumbuleuit pun telah mengalami siklus dari suatu town plan. Konsep yang dimaksud adalah the burgage cycle concept (Conzen, 1960, dalam Yunus 2000), diawali dengan tahap Institutive (mulai dibangun gedung), Replitive (mulai penuh dengan gedung-gedung), Climax (tahap tak memungkinkan dibangun gedung-gedung lagi), Recessive (tahap kemerosotan). Kondisi ini juga bisa dilihat dari harga lahan, pada awalnya harga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun semakin lama peningkatan yang terjadi semakin kecil, hingga akhirnya menurun (lihat Gambar 6.2). 156

7 Climax Replitive Institutive Intensitas Pembangun Recessive Tren yang mungkin terjadi 1970 (Keberadaan UNPAR) 1980 awal Akhir WAKTU Sumber: Hasil analisis, berdasarkan Conzen (1960), dalam Yunus, (2000). Gambar VI. 2 The Burgage Cycle Concept dari Wilayah Studi Tahap institutive di wilayah studi terjadi pada tahun 1970-an, dimulai dari keberadaan UNPAR. Dalam hal tahap ini terjadi dorongan bagi pembangunan yang menggunakan lahan bagi kegiatan ikutan yang cenderung meningkatkan harga lahan, namun dalam hal ini masih dalam intensitas yang masih rendah. Tahap replitive berlangsung antara tahun 1980 awal 1990-an. Tahap ini ditandai dengan kegiatan pembangunan yang giat dikerjakan di wilayah studi, ini bisa dilihat dari tingkat intensitas aktivitas yang mengalami peningkatan cukup signifikan, dan hal ini juga mempengaruhi peningkatan harga lahan. Tahap climax merupakan tahap yang di dalamnya terjadi penurunan. Dalam studi ini terdapat kemungkinan harga lahan di wilayah studi mengalami tahap climax, karena walaupun harga lahan yang berlaku tetap mengalami peningkatan sebagai akibat dari demand yang terus bertambah namun pertumbuhannya dari tahun ke tahun semakin kecil. Terlebih lagi berdasarkan hasil analisis kondisi fisik kawasan ini mulai jenuh dengan berbagai fasilitas. Kondisi climax dimulai pada akhir tahun 1990-an. Kecenderungannya dengan intensitas kegiatan yang ada saat ini wilayah studi mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan kemacetan dan penurunan kualitas lingkungan (seperti berkurangnya RTH). Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan wilayah studi akan memasuki tahap recessive yang tidak menguntungkan bagi perkembangan kawasan ke depan. 157

8 VI. 3 Implikasi Kebijakan Berdasarkan temuan studi dan kesimpulan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan masukan dalam pengambilan kebijakan, terutama ketika melakukan perencanaan dan pengembangan suatu wilayah yang terkait dengan keberadaan fasilitas pendidikan, dalam hal ini universitas, maupun pada tahap pemberian ijin pembangunan universitas atau perguruan tinggi. Selain itu, penelitian ini juga bisa memberikan masukan pada perhitungan atau perancangan NJOP dari suatu wilayah, yang di dalamnya terdapat fasilits pendidikan dengan pengaruh yang cukup besar. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan di dalam pembangunan, memiliki kewajiban untuk mengawasi jalannya pembangunan agar tetap sesuai dengan perencanaan awal dan yang telah ditetapkan, serta tetap memperhitungkan pengaruh positif dan negatif yang mungkin timbul. Namun yang sekarang terjadi, pembangunan di wilayah studi banyak mengalami perkembangan yang terkesan tidak terkendali, jumlah fasilitas publik yang terbangun menjadi tak menentu, tanpa adanya batasan atau aturan yang mengendalikan pembangunannya. Pada tahap pemberian ijin pembangunan universitas, pemerintah harus mulai sadar bahwa akibat adanya transfer of demand dari aktivitas mahasiswa yang tidak terpenuhi oleh fasilitas di lingkungan kampus, dapat menyebabkan perubahan fungsi dan harga lahan dari yang sebelumnya. Dari penelitian ini diketahui bahwa yang terkait dengan perkembangan universitas pada lingkungan di sekitarnya adalah keberadaan kamar sewa, serta fasilitas publik yang bersifat ekonomi. Maka sebaiknya pemerintah menetapkan standar jumlah bagi fasilitas pendukung yang tersedia atau terbangun di dalam lingkungan kampus dengan perbandingan yang cukup (perbandingan terhadap jumlah mahasiswa, dosen, dll). Apabila melihat contoh kasus yang terjadi terutama di negara maju, pihak universitas telah menyediakan suatu kawasan yang mereka kelola, menyediakan asrama bagi siswanya, dan juga telah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung aktivitasnya, sehingga apabila tetap terjadi transfer of demand di sekitar kampus pun jumlahnya tidak akan terlalu besar. Untuk itu berbagai efek negatif, seperti harga lahan yang semakin tidak terkendali, spekulasi harga lahan dan fungsi lahan yang tidak terencana, dapat dihindarkan. Selain dari tahap pemberian ijin bagi pembangunan universitas, pemerintah juga memiliki wewenang di dalam menentukan perencanaan yang dapat dilakukan 158

9 berkaitan dengan keberadaan universitas, perubahan fungsi lahan dan dinamika harga lahan. Pada kasus UNPAR dan kawasan Ciumbuleuit dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian besar perubahan fungsi lahan dan harga lahan, banyak terjadi di sekitar kampus. Oleh karena itu pemerintah dapat membuat suatu kebijakan yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan, salah satunya adalah dengan membuat areaarea khusus dengan fungsi lahan yang lebih teratur. Pada area komersiil yang dekat dengan kampus, dengan radius kurang lebih meter (berdasarkan Gambar Pola Harga Lahan Tahun 2007), perijinan dan pembangunan fungsi komersiilnya akan diberi kemudahan namun dengan jumlah yang masih dalam tahap sesuai kebutuhan. Area berikutnya, meter dengan fungsi kombinasi antara komersiil dan pemukiman, perlu diperhatikan dan dibatasi jumlah dari fasilitas komersiilnya. Sedangkan area-area selanjutnya lebih diutamakan untuk fungsi pemukiman sesuai dengan RDTRK, dan jumlah fasilitas komersiil perlu dibatasi dan digunakan tahapan-tahapan pengendalian pembangunan, seperti teknikteknik disinsentif. Kondisi wilayah studi yang telah banyak terbangun fasilitas komersiil perlu dijaga jumlah dan perbandingannya, sehingga efek negatif yang sudah timbul tidak akan bertambah buruk lagi. Bagi kawasan-kawasan yang baru akan dibangun universitas, proses pembentukan area-area dengan radius tertentu juga dapat dilakukan, bahkan mungkin menjadi lebih tertata dan terencana. Efek-efek negatif yang mungkin timbul sudah dipahami dan dimengerti, sehingga hasil akhirnya pun bisa diperkirakan dan disesuaikan dengan tujuan awal dari pembangunan. Bagi kebijakan yang terkait dengan harga lahan seperti NJOP, penelitian ini akan memberikan masukan agar NJOP itu sendiri dapat bersifat lebih reaktif terhadap pasar harga lahan, dan kemudian dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mengendalikan operasi harga lahan yang berlaku serta meminimalisasi kegiatan negatif, seperti spekulasi harga lahan atau bahkan land banking yang hanya memberikan keuntungan bagi pihak atau pribadi tertentu. NJOP sendiri merupakan pajak yang dibebankan kepada masyarakat dengan menggunakan harga pasar sebagai acuan. Di wilayah studi faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan bukan hanya pada ketersedian dan jarak dari infrastruktur saja, karena keberadaan UNPAR telah memberikan pengaruh terhadap pembentukan harga lahan yang terjadi. Maka, ketika pemerintah hendak menentukan jumlah pajak yang akan diberlakukan, hendaknya mereka juga memperhitungkan jarak dan akses 159

10 terhadap lokasi keberadaan UNPAR. Kasus ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu contoh bagi penentuan besarnya pajak di daerah-daerah lainnya, bagaimana keberadaan suatu fasilitas dapat meningkatkan intensitas aktivitas dari suatu daerah serta memberikan pengaruh terhadap permintaan lahan, yang akan berimplikasi pada perubahan harga lahan yang berlaku. VI. 4 Kelemahan Studi Pada penelitian yang dilakukan di wilayah studi, terdapat beberapa kelemahan, seperti: Dalam menentukan faktor-faktor pengaruh dalam pembentukan harga lahan yang terjadi, penelitian ini hanya mempertimbangkan faktor-faktor yang bersifat internal, terutama fasilitas publik seperti yang telah disebabkan sebelumnya, sehingga belum mempertimbangkan faktor keberadaan fasilitas sosial yang kemungkinan juga berperan di sini. Fasilitas publik yang dijadikan tolak ukur hanya diambil yang bersifat ekonomis, karena dilihat sebagai faktor utama yang lahir akibat adanya demand dari aktivitas UNPAR. Fasilitas ini pun hanya dibagi menjadi rumah makan, yang di dalamnya terdapat kantin, warteg, dan cafe. Kemudian tokowarung, yang di dalamnya juga termasuk toko buku, toko keperluan rumah tangga. Lalu usaha fotocopy dan warnet. Langkah ini dilakukan untuk membatasi penelitian agar dapat lebih terfokus dengan waktu yang relatif singkat. Dalam memperoleh data dari tahun sebelum keberadaan UNPAR hingga sekarang ( ), lebih banyak didapat berdasarkan hasil wawancara terhadap penduduk, pegawai pemerintah atau para makelar lahan yang pernah beroperasi di wilayah studi. Akurasi data tidak bersifat absolut tepat, karena kurang lengkapnya data tertulis yang tersedia dan dipengaruhi faktor kemampuan responden dalam mengingat informasi yang dibutuhkan. Dalam menentukan perkembangan harga lahan, hanya dilihat dari harga nominal yang berlaku di lapangan, dengan tidak memperhitungkan NJOP. Dalam hal ini, peneliti beranggapan harga NJOP kurang dapat mempresentasikan kondisi di lapangan dan kurang bersifat reaktif terhadap kondisi pasar. Seharusnya bisa diperhitungkan berbagai sumber data harga 160

11 lahan yang dapat memperkaya pengetahuan mengenai harga lahan di wilayah studi. Dari perkembangan yang terjadi di UNPAR, hanya dilihat aspek perkembangan mahasiswa yang dianggap dapat mewakili dinamika perubahan yang terjadi. Seharusnya dapat juga dipertimbangkan aspek perkembangan fisik, seperti ketersediaan prasarana. Langkah-langkah yang diambil dalam melakukan penelitian ini, didasari atas pertimbangan waktu dan biaya yang terbatas, tetapi tanpa maksud untuk mengurangi nilai dan tujuan awal dari penelitian itu sendiri. VI. 5 Saran Studi Lanjutan Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa poin yang bisa dilakukan dalam melanjutkan penelitian ini, yaitu: Dalam melihat pengaruh terhadap harga lahan, ada baiknya memasukan faktor-faktor eksternal sebagai salah satu faktor penentu dari pola dan pembentukan harga lahan di wilayah studi. Karena wilayah studi merupakan bagian dari Kota Bandung, ada baiknya pembatasan wilayah didasari atas Kota Bandung itu sendiri, dan melihat halhal lain yang memiliki kemungkinan untuk ikut mempengaruhi perubahan harga lahan seperti jarak dari pusat kota, atau bahkan rencana pembangunan yang dimiliki oleh pemerintah. Karena Kota Bandung sendiri memiliki banyak perguruan tinggi dan universitas, maka akan lebih sesuai untuk melihat pembangunan dari perguruan tinggi dan universitas terhadap perkembangan Kota Bandung secara keseluruhan, khususnya harga lahan. Ketika melakukan penelitian terhadap perkembangan dari fasilitas publik seperti universitas, selain faktor jumlah mahasiswa ada banyak faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian seperti perubahan biaya kuliah, komposisi mahasiswa, atau bahkan melihat perkembangan dari citra universitas itu sendiri di mata penduduk kota tempat universitas tersebut berada. Data yang digunakan dalam penelitian tidak hanya bergantung pada data yang didapat dari wawancara terhadap pihak-pihak yang memang berada di wilayah studi, tetapi dapat dicari juga ke tempat-tempat lain yang mungkin memiliki 161

12 arsip atau catatan yang berkaitan dengan wilayah studi atau memiliki pengetahuan terhadap perkembangan yang terjadi di dalamnya. Dalam mengukur perkembangan yang terjadi di dalam wilayah studi, selain dari perkembangan fasilitas publik yang bersifat ekonomi, ada baiknya melihat juga hal-hal lain seperti fasilitas dasar dari suatu daerah, seperti air bersih, listrik dan lainnya. 162

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Suatu aktivitas akan memberikan pengaruh terhadap kawasan di sekitarnya, salah satu hasil dari pengaruh tersebut adalah perubahan pada harga lahan. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi

BAB III DESAIN RISET III.1 Pendekatan Studi BAB III DESAIN RISET Dalam bab ini akan dibahas metodologi penelitian yang digunakan, unit analisis yang digunakan, data yang mendukung penelitian, pengumpulan data, lokasi penelitian, pemilihan sampel,

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA

PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA PENGARUH KEBERADAAN UNIVERSITAS PARAHYANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI SEKITARNYA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi BAB 5 PENUTUP Pada bagian ini, akan dibahas temuan studi yang didapat, kesimpulan, kelemahan studi, rekomendasi yang dapat diberikan untuk perencanaan di masa yang akan datang, serta masukan untuk studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup, metode studi, manfaat studi, serta sistematika penulisan yang akan digunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda Tondobala, DEA 2, Raymond Ch. Taroreh, ST, MT 3

HASIL PENELITIAN. Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda Tondobala, DEA 2, Raymond Ch. Taroreh, ST, MT 3 HASIL PENELITIAN KETERKAITAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DENGAN PERUBAHAN FUNGSI DAN INTENSITAS BANGUNAN PADA KAWASAN SEPANJANG KORIDOR BOULEVARD DI DEPAN KAWASAN MEGAMAS Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak sedikit berbagai usaha kecil bermunculan untuk turut bersaing dalam bisnis. Usaha Kecil tersebut biasanya muncul dengan berbagai inovasi baru. Dan terkadang lokasi

Lebih terperinci

POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA

POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA POLA SPASIAL HARGA LAHAN SEPANJANG KORIDOR MERR PADA RUAS RUNGKUT SAMPAI ARIEF RAHMAN HAKIM DI KOTA SURABAYA Rizki Maulana NRP. 3608 100 067 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP DINAMIKA HARGA LAHAN DI SURABAYA BARAT

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP DINAMIKA HARGA LAHAN DI SURABAYA BARAT PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP DINAMIKA HARGA LAHAN DI SURABAYA BARAT Oleh: Ayu Kemala Ghana 3608100033 Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST., MT Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandung merupakan kota kecil yang terletak di sebelah selatan Ibu Kota Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai citarum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun 2000-2010. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) mempublikasikan

Lebih terperinci

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Berbagai upaya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal ini, salah satu caranya adalah

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan semakin maraknya kegiatan perekonomian mendorong timbulnya peningkatan kebutuhan lahan pemukiman, Sementara itu, ketersediaan lahan

Lebih terperinci

Pengaruh Perkembangan Permukiman Terhadap Dinamika Harga Lahan Di Surabaya Barat

Pengaruh Perkembangan Permukiman Terhadap Dinamika Harga Lahan Di Surabaya Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8 1 Pengaruh Perkembangan Permukiman Terhadap Dinamika Harga Lahan Di Surabaya Barat Ayu Kemala Ghana dan Ardy Maulidy Navastara, ST., MT. Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: BAMBANG WIDYATMOKO L2D 098 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan.

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem wilayah atau kawasan. Perkembangan wilayah tergantung dari kegiatan sosial ekonomi penduduk suatu wilayah, yang kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan citra resolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa memberikan berbagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai

Lebih terperinci

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang) TUGAS AKHIR Oleh: INDRI NOVITANINGTYAS L2D

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan semakin meningkat secara pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa kebanyakan, kota bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan penduduk kota yang sangat pesat selama beberapa dekade terakhir, baik secara alamiah maupun akibat urbanisasi, telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga sebagai sarana transportasi, sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kegiatan ekonomi mempunyai keterkaitan satu dengan kegiatan lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina didirikan dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1971 tentang perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi Negara. Kemudian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum Yogyakarta: Studi Perpustakaan di Masa Depan. dengan Penekanan pada Fleksibilitas Ruang

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum Yogyakarta: Studi Perpustakaan di Masa Depan. dengan Penekanan pada Fleksibilitas Ruang BAB I PENDAHULUAN A. Definisi dan pengertian judul 1. Judul Perpustakaan Umum Yogyakarta: Studi Perpustakaan di Masa Depan dengan Penekanan pada Fleksibilitas Ruang 2. Definisi Perpustakaan Umum : Dalam

Lebih terperinci

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan TA 2014 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 47 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada Bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kelurahan Tamansari yang diantaranya berisi tentang kondisi geografis dan kependudukan, kondisi eksisting ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu kawasan yang berada di permukaan bumi yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial yang salah

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beli konsumen di D besto cafe Payakumbuh. Hasil penelitian ini menunjukkan

BAB V PENUTUP. beli konsumen di D besto cafe Payakumbuh. Hasil penelitian ini menunjukkan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan pengujian SPSS dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel kebersihan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen di

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar Intisari Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii iv v vii viii ix xii xiii BAB I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro atau yang biasa kita sebut UNDIP merupakan salah satu universitas ternama di Jawa Tengah yang berada di Kota Semarang. Berdiri sejak tahun 1956

Lebih terperinci

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sukaraja tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 8. Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan

Lebih terperinci

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI TUGAS AKHIR Disusun oleh: Dian Mangiring Arika (NIM 154 03 047) PROGRAM STUDI PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebutuhan penggunaan lahan juga dibutuhkan dalam sektor pendidikan. Dinyatakan dalam Kepmen No. 234/U/2000, No. 232/U/2000, dan Kepdirjen DIKTI No. 108/DIKTI/Kep/2001persyaratanPendirian

Lebih terperinci

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Universitas Diponegoro sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG A. Penataan Taman Kota Dalam Konteks Ruang Terbuka Hijau Pembangunan perkotaan, merupakan bagian dari pembangunan nasional, harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Selama masa orde baru dan reformasi, harapan yang besar dari pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Selama masa orde baru dan reformasi, harapan yang besar dari pemerintah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama masa orde baru dan reformasi, harapan yang besar dari pemerintah daerah yaitu dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, tempat mereka melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menjadi pengalaman yang terus menerus di sepanjang waktu. Simond (1983)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya yang akan mendorong manusia dalam kehidupannya untuk berperilaku secara unik terhadap tanah atau bidang tanah tersebut. Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di kota Jakarta meningkat pesat karena kota Jakarta sebagai pusat pergerakan ekonomi di Indonesia. Banyak masyarakat yang tertarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah jadi karena sering terjadi kota yang dibangun tanpa mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. sudah jadi karena sering terjadi kota yang dibangun tanpa mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menata kota yang baru lebih mudah dari pada membentuk kota yang sudah jadi karena sering terjadi kota yang dibangun tanpa mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Desa Sampali dan Desa Pematangjohor adalah terjadinya perubahan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Desa Sampali dan Desa Pematangjohor adalah terjadinya perubahan 188 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dampak kawasan industri medan terhadap perubahan fisik di Desa Saentis, Desa Sampali dan Desa Pematangjohor adalah terjadinya perubahan penggunaan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG ALIKOTA YOGYAKART WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PERMOHONAN, PENGADAAN DAN PEMANFAATAN TANAH UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK SEBAGAI FASILITAS PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN MENJADI KOMERSIAL DI KAWASAL KEMANG JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR Oleh : ASTRIANA HARJANTI L2D 097 432 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU) PENGADAAN TANAH UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU) Sekilas RTH Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring berjalannya waktu baik dari segi pembangunan fisik maupun non fisik. Secara fisik kota sedikit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan mahasiswa untuk mengetahui informasi akan tempat tempat kost.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan mahasiswa untuk mengetahui informasi akan tempat tempat kost. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Tempat Kost adalah sistem yang dibuat berdasarkan kebutuhan mahasiswa untuk mengetahui informasi akan tempat tempat kost. Latar belakang pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini didasari adanya perkembangan penduduk Kota Semarang sehingga meningkatkan kegiatannya. Dalam melakukan kegiatan akan menimbulkan pergerakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas kehidupan. Perkembangan yang terjadi di perkotaan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas kehidupan. Perkembangan yang terjadi di perkotaan diikuti dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia pada umumnya bermuara pada meningkatnya jumlah penduduk, dan meningkatnya berbagai kebutuhan akan fasilitas kehidupan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (Land Based

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia kegiatan pertanian masih bertumpu pada lahan (Land Based BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perumahan,

Lebih terperinci

Tingkat Pendapatan Kelurahan Pendapatan Petambak

Tingkat Pendapatan Kelurahan Pendapatan Petambak Kelurahan Sememi, Kandangan dan Klakah Rejo memiliki fungsi jalan arteri sekunder. Dominasi kegiatan : Perdagangan, permukiman. Kelurahan Tambak Osowilangon memiliki fungsi jalan kolektor sekunder dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan. 356 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, beberapa rekomendasi, serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan. A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Kota Semarang cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Menurut data BPS Kota Semarang, dari tahun 2005 hingga 2009 tercatat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di dunia saat ini dari masa ke masa demikian pesat dan menjadi hal penting bagi setiap negara dan kalangan industri pariwisata. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat terjadinya pola aktivitas masyarakat mulai dari sosial, ekonomi, budaya dan politik. Kota yang berhasil tidak lepas dari penggunaan fungsi kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dunia pendidikan semakin hari semakin meningkat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dunia pendidikan semakin hari semakin meningkat yang mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya laju pembangunan ilmu pengetahuan mengakibatkan aktivitas usaha dunia pendidikan semakin hari semakin meningkat yang mengakibatkan semakin tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci