MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG"

Transkripsi

1 MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT.TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG Oleh : DYNA PUSPITA SARI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : DYNA PUSPITA SARI F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

3 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN MODEL PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. TRITEGUH MANUNGGAL SEJATI, TANGERANG SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh DYNA PUSPITA SARI F Disetujui : Bogor, Mei 2009 Dr. Ir. Machfud, MS Pembimbing Akademik

4 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dyna Puspita Sari NRP : F menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas akhir dengan judul: Model Penjadwalan si di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tangerang adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dari dosen pembimbing akademik, kecuali yang ditunjukkan rujukannya dengan jelas. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari siapapun. Bogor, Mei 2009 Yang membuat pernyataan, Nama : Dyna Puspita Sari NRP : F

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Januari Penulis adalah anak kedua dari pasangan Kamim Kamaludin dan Diani Wahyuti. Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun di Taman Kanak-Kanak Al- Munasyaroh. Pada tahun , penulis melanjutkan pendidikan di SDN Pondok Cabe Ilir I. Tahun , penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Ciputat. Pada tahun , penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Ciputat. Pada tahun 2004, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis berpartisipasi dalam organisasi dan kegiatan di dalam kampus IPB. Penulis menjadi pengurus Himalogin di departemen Profesi tahun dan mengikuti beberapa kepanitiaan antara lain Agroindustry Day (Bendahara, 2005), Hagatri (Penanggung Jawab AK, 2006), Java-Bali Agroindustrial Trip. Pada tahun 2007, penulis melaksanakan Praktek Lapangan (PL) di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tanggerang selama 42 hari (2 Juli-16 Agustus). Dengan judul Perencanaan dan Pengendalian Kemasan SCO 10. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul Model Penjadwalan si di PT. Triteguh Manunggal Sejati.

6 Dyna Puspita Sari. F Model Penjadwalan si Di PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tangerang. Di bawah Bimbingan Machfud RINGKASAN PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) merupakan perusahaan agroindustri yang bergerak dibidang industri minuman yaitu industri minuman jelly. Salah satu masalah yang terjadi pada penjadwalan adalah banyaknya keragaman jenis produk yang akan diproduksi dengan menggunakan mesin yang sama. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan suatu model penjadwalan dengan menggunakan aturan prioritas dalam mengurutkan pengerjaan produk agar target produksi dapt tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan penjadwalan perusahaan dan mendapatkan alternatif model penjadwalan produksi dengan nilai kinerja penjadwalan terbaik menggunakan aturan pengurutan. Aturan pengurutan yang digunakan pada penjadwalan adalah SPT (Shortest Processing Time), LPT (Longest Processing Time) serta CR (Critical Ratio). Penjadwalan produksi ini hanya dilakukan pada bagian lini drink. Model penjadwalan produksi, model persediaan produk jadi, model kebutuhan Material dan model Kebutuhan batch produksi ini dikembangkan dalam paket program komputer TRIMS PS 1.0. Konfigurasi model paket program TRIMS PS 1.0 terdiri dari sistem manajemen basis model, sistem manajemen basis data dan sistem manajemen dialog. Sistem manajemen basis model ini dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0. Sistem manajemen basis data dikembangkan dengan menggunakan Microsoft Access 2003 yang terdiri dari data jenis produk, jenis mesin, jenis teknik, produksi, persediaan produk, persediaan material, kebutuhan material, kebutuhan batch produksi, dan penjadwalan produksi. Sistem manajemen dialog dirancang menggunakan Adobe Photoshop. Sistem manajemen basis model terdiri dari 3 model utama yaitu model persediaan, model kebutuhan dan model penjadwalan produksi. Ketiga model tersebut saling mempengaruhi dalam proses penjadwalan. Model penjadwalan produksi merupakan model yang bertujuan untuk mendapatkan urutan produksi. Penjadwalan ini membandingkan rata-rata waktu penyelesaian dan rata-rata keterlambatan menggunakan tiga aturan yang dipakai. Hasil verifikasi menunjukkan ketiga aturan mempunyai nilai rata-rata penyelesaian yang minimum dibandingkan penjadwalan perusahaan. Setiap aturan memiliki tujuan untuk mendapatkan nilai alternatif kriteria penjadwalan yang terbaik.

7 Dyna Puspita Sari. F Production Scheduling Model at PT. Triteguh Manunggal Sejati, Tangerang. Supervised by Machfud SUMMARY PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) is an agroindustry which is produced jelly drink product. One of the problem in production scheduling is amount of variant products in production line that used the same mechine. In order to solve the problem, needs to develop a scheduling model by using the priority rule in sequencing of product manufacturing to achieve production target. The objective of this research is to identify related factor of scheduling in the company, and alternative scheduling model which giving the best result. Sequencing rule that used are SPT (Shortest Processing Time), LPT (Longest Processing Time) and CR (Critical Ratio). This production scheduling is only conducted at drink line. The scheduling system implemented into a package computer program named with TRIMS PS 1.0 (Triteguh Manunggal Sejati Production Schedule 1.0). The system modeling of TRIMS PS 1.0 consisted of a model base management, a database management and a dialog management system. The model base management system was designed by using Borland Delphi 7.0. Database management system was developed by using Microsoft Access 2003 which consisted of product type, actual order, mechine type, technique type, production, inventory product, inventory material, material requirement, batch production requirement and schedule production table. Dialog management system was designed by using Adobe Photoshop. The model base management system consist of three main models, they are inventory model, requirement model, and production scheduling model. The three of models are influence each other in scheduling process. Production scheduling model is designed to get production sequential when the product or order goes to production line. This scheduling compare flow time and mean tardiness from that three of rules. Based on verification result, the all of technique give minimum flow time and minimum tardiness than company scheduling. These rules has an objectives to get the best criteria for scheduling.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Model Penjadwalan si di PT. Triteguh Manunggal Sejati. Semua hal dalam skripsi ini tidak mungkin tercapai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua, Bapak Kamim Kamaludin dan Ibu Diani Wahyuti, kakakku Erlangga Septo Wiguna, adikku Hari Budianto beserta keluarga besar lainnya yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan baik perhatian dan material serta doa. 2. Dr. Ir. Machfud, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan baik sebelum maupun sesudah dalam penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Taufik Djatna, Msi dan Ir. Muslich, Msi sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Pimpinan PT. Triteguh Manunggal Sejati, Bapak Budi Widyatmoko (Plant Manager), Bapak Cyril Patrick (Manajer PPIC), Bapak Agus Setiawan (Supervisor PPIC), Bapak Bowo (Staff PPIC), Neng Opih (staf PPIC), Mba Yanti (Staf PPIC), Bapak RM. Mulyadi (Supervisor GFG), Bapak Bustomi (Manager si), bapak Eddy Yudono (Supervisor si) serta pihakpihak yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi. Mba Wita, Mba Yeni, Mba Yuni atas kekeluargaan selama di Pondok Makmur. 5. Ahmad Sultoni yang selalu memberikan motivasi, semangat, perhatian serta tempat untuk berbagi cerita dalam suka dan duka. 6. Sahabat sahabatku yaitu Thousand Islands (Mildaa, Nini, Anes, Ami, Ayu, Fenny, Niken, Neisya, dan Dila) atas bantuan, persahabatan dan kebersamaan selama ini. 7. Nova, Hanik, Mb Ifan, Rita, Ina, teman-teman pondok ami serta teman teman TIN 41 atas bantuan, doa, semangat dan kebersamaan. i

9 8. Mas Bastian, Irawan, Danar yang telah membatu penulis dalam menyelesaikan program skripsi. 9. Teman satu bimbingan Nanang, Agung, ka Puji yang telah berjuang bersama dalam suka maupun duka dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Keluarga Besar Posko yang selalu memberikan semangat, motivasi serta kekeluargaan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi. Bogor, Mei 2009 Penulis ii

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 2 C. RUANG LINGKUP... 2 D. MANFAAT DAN KELUARAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI... 4 B. TEKNIK PENJADWALAN... 6 C. MODEL... 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN PENELITIAN C. TATA LAKSANA IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL B. KONFIGURASI MODEL C. RANCANGAN MODEL a. Kerangka Model b. Struktur Basis Data c. Sistem Manajemen Dialog iii

11 Halaman V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN B. PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI C. KONFIGURASI MODEL D. ALIRAN PENJADWALAN TRIMS PS E. VERIFIKASI PENJADWALAN PRODUKSI VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Penjadwalan produksi dengan m mesin/pekerjaan... 8 Gambar 2. Tahapan pendekatan berencana Gambar 3. Diagram alir kerangka pemikiran Gambar 4. Diagram alir tahapan penelitian Gambar 5. Diagram alir deskriptif model persediaan produk padi Gambar 6. Diagram alir deskriptif model produksi Gambar 7. Diagram alir deskriptif sub model kebutuhan material Gambar 8. Diagram alir deskriptif model kebutuhan batch Gambar 9. Penjadwalan produksi dengan n produk dan m mesin Gambar 10. Diagram alir deskriptif model penjadwalan produksi Gambar 11. Entity Relationship TRIMS PS Gambar 12. Proses produksi jumbo drink Gambar 13. Aliran informasi pesanan dan perencanaan produksi PT. TRMS Gambar 14. Tampilan splash screen Gambar 15. Tampilan menu login Gambar 16. Tampilan menu halaman utama Gambar 17. Menu persediaan produk jadi Gambar 18. Menu order produksi Gambar 19. Tampilan nilai konversi Gambar 20. Menu persediaan material Gambar 21. Tampilan menu pengecekan material Gambar 22. Tampilan rencana kedatangan Gambar 23. Tampilan menu kebutuhan batch Gambar 24. Tampilan pejadwalan produksi Gambar 25. Tampilan teknik penjadwalan pada mesin JB 3 dan JB Gambar 26. Tampilan input penjadwalan sebelum penambahan pesanan Gambar 27. Tampilan penjadwalan sebelum penambahan pesanan pada teknik SPT mesin JB v

13 Halaman Gambar 28. Tampilan penjadwalan sebelum penambahan pesanan pada teknik SPT mesin JB Gambar 29. Tampilan input penjadwalan setelah penambahan pesanan.. 51 Gambar 30. Tampilan hasil penjadwalan setelah penambahan pada mesin JB Gambar 31. Tampilan hasil penjadwalan setelah penambahan pada mesin JB Gambar 32. Tampilan laporan penjadwalan produksi Gambar 33. Tampilan laporan mean flow time dan rata-rata terlambat Gambar 34. Tentang pembuat program Gambar 35. Tentang program Gambar 36. Diagram alir penjadwalan program TRIMS PS vi

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis produk yang akan masuk kedalam penjadwalan Tabel 2. Konversi material Tabel 3. Jumlah order, persediaan dan produksi periode bulan Januari Minggu Tabel 4. Penjadwalan produksi SPT mesin JB 3 bulan Januari Tabel 5. Penjadwalan produksi SPT mesin JB 4 bulan Januari Tabel 6. Hasil penjadwalan SPT Februari 2008 pada mesin JB Tabel 7. Hasil penjadwalan produksi SPT Februari 2008 mesin JB Tabel 8. Hasil penjadwalan SPT Maret 2008 pada mesin JB Tabel 9. Hasil penjadwalan SPT Maret 2008 pada mesin JB Tabel 10. Penjadwalan produksi LPT Mesin JB 3 bulan Januari Tabel 11. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 4 bulan Januari Tabel 12. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 3 bulan Februari Tabel 13. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 4 bulan Februari Tabel 14. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 3 bulan Maret Tabel 15. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 4 bulan Maret Tabel 16. Penjadwalan produksi CR mesin JB 3 bulan Januari Tabel 17. Penjadwalan produksi CR mesin JB 4 bulan Januari Tabel 18. Penjadwalan produksi CR mesin JB 3 bulan Februari Tabel 19. Penjadwalan produksi CR mesin JB 4 bulan Februari vii

15 Halaman Tabel 20. Penjadwalan produksi CR mesin JB 3 bulan Maret Tabel 21. Penjadwalan produksi CR mesin JB 4 bulan Maret Tabel 22. Penjadwalan produksi SPT Januari 2008 dua mesin bersamaan Tabel 23. Penjadwalan produksi SPT Februari 2008 dua mesin bersamaan Tabel 24. Penjadwalan produksi SPT Maret 2008 dua mesin bersamaan Tabel 25. Penjadwalan produksi LPT Januari 2008 dua mesin bersamaan Tabel 26. Penjadwalan produksi LPT Februari 2008 dua mesin bersamaan Tabel 27. Penjadwalan produksi LPT Maret 2008 dua mesin bersamaan Tabel 28. Penjadwalan produksi CR Januari 2008 dua mesin bersamaan Tabel 29. Penjadwalan produksi CR Februari 2008 dua mesin bersamaan Tabel 30. Penjadwalan produksi CR Maret 2008 dua mesin bersamaan Tabel 31. Hasil Perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Januari 2008 menggunakan dua mesin bergantian Tabel 32. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Januari 2008 menggunakan dua mesin bersamaan Tabel 33. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat berdasarkan penjadwalan perusahaan Januari Tabel 34. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Februari 2008 menggunakan dua mesin bergantian viii

16 Halaman Tabel 35. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Februari 2008 menggunakan dua mesin bersamaan Tabel 36. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat berdasarkan penjadwalan perusahaan bulan Februari Tabel 37. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Maret 2008 menggunakan dua mesin bergantian Tabel 38. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Maret 2008 menggunakandua mesin bersamaan Tabel 39. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat berdasarkan penjadwalan perusahaan bulan Maret ix

17 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi Lampiran 2. Basis data order produksi Lampiran 3. Basis data kebutuhan batch Lampiran 4. Hasil penjadwalan produksi berdasarkan aturan urutan perusahaan periode Januari Minggu Lampiran 5. Hasil penjadwalan produksi berdasarkan aturan urutan perusahaan periode Februari Minggu Lampiran 6. Hasil penjadwalan produksi berdasarkan aturan urutan perusahaan periode Maret Minggu Lampiran 7. Petunjuk penggunaan program x

18 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan perindustrian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan datangnya era globalisasi. Pada era tersebut persaingan antar perusahaan tidak lagi terbatas secara lokal tetapi mencakup kawasan regional dan global. Perusahaan dituntut mampu meningkatkan pelayanan terhadap konsumen agar dapat bersaing dengan perusahan sejenis dengan menonjolkan keunggulan bersaing. Oleh karena itu, setiap perusahaan berlomba-lomba memiliki keunggulan kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Tiga hal yang menjadi ajang persaingan adalah harga, mutu dan layanan. Daya saing diukur melalui kualitas, harga, inovasi dan pengiriman (segi jumlah maupun waktu) sehingga berapapun produk yang dibutuhkan konsumen perusahaan harus mampu memenuhi. Peningkatkan terhadap pelayanan harus terus dilakukan perusahaan agar kepuasan pelanggan terpenuhi. Tingkat pelayanan dapat dicapai melalui pemenuhan target produksi, salah satu cara pencapaian target tersebut dengan melakukukan perencanaan produksi yang tepat. Perencanaan produksi harus dijabarkan lebih rinci sebelum masuk ke lantai produksi agar hasil produksi sesuai dengan yang direncanakan. Proses perencanaan diawali dengan melakukan penjadwalan produksi yang optimal, sehingga produk akhir yang dihasilkan bisa tepat jumlah maupun pengirimannya. Pada dasarnya penyelesaian suatu pesanan atau order yang telah direncanakan sebelumnya dapat terlambat. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan adanya hambatan-hambatan yang bersifat teknis dan nonteknis. Keterlambatan penyelesaian pesanan menyebabkan timbulnya biaya tambahan dan dapat mengurangi keuntungan perusahaan serta berdampak pada nama baik perusahaan, keterlambatan pesanan mengakibatkan keterlambatan pada pesanan yang lain. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode atau cara agar pesanan dapat selesai tepat waktu.

19 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengurutan pekerjaan. Metode tersebut bertujuan meminimasi waktu penyelesaian order serta menentukan urutan prioritas produk yang dikerjakan oleh perusahaan. Penggunaan metode ini dapat menekan keterlambatan waktu penyelesaian pesanan khususnya pada saat pesanan ramai. PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri minuman yaitu industri pembuatan jeli. Keragaman jenis produk yang terdapat pada lantai produksi PT. TRMS menjadi salah satu masalah penjadwalan produksi. Hal ini disebabkan perusahaan memproduksi beberapa jenis produk menggunakan mesin yang sama. Persoalan yang terjadi adalah bagaimana melakukan penjadwalan produksi dengan menggunakan mesin tersebut agar target produksi dapat tercapai. B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengindentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan penjadwalan di perusahaan. 2. Mendapatkan alternatif model penjadwalan produksi produk jeli drink dengan nilai kinerja penjadwalan terbaik. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Merencanakan penjadwalan produksi dengan melihat aspek persediaan produk jadi, persediaan material, jumlah permintaan (sales order), batas waktu pengiriman (due date), lead time pemesanan bahan material kemasan. 2. Mengkaji penjadwalan produksi hanya pada lini produk drink. 3. Menerapkan model penjadwalan berdasarkan aturan prioritas, Short Processing Time (SPT), Long Processing Time (LPT) dan Critical Rasio (CR). 2

20 D. MANFAAT DAN KELUARAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan masukkan bagi perusahaan mengenai perencanaan penjadwalan produksi secara kuantitatif. Penjadwalan tersebut menggunakan suatu aturan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil produksi sesuai dengan target yang direncanakan. Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah alternatif model penjadwalan produksi yang lebih efektif yang mengutamakan prioritas terhadap produk. 3

21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan perencanaan agregat akan diikuti oleh penjadwalan yang merupakan suatu keputusan dengan karakteristik sebagai berikut : 1. Penjadwalan atau scheduling dibuat untuk jangka waktu pendek, yaitu untuk beberapa jam, minggu atau bulan. 2. Penjadwalan atau scheduling mempunyai tujuan untuk mencapai beberapa hal seperti : a. Efisiensi yang tinggi. b. Persediaan atau inventori sedikit. c. Kepuasan pelanggan. Penjadwalan bertujuan meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan, tingkat persediaan, penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja dan peralatan. Penjadwalan disusun dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang ada. Penjadwalan yang baik akan memberikan dampak positif yaitu rendahnya biaya operasi dan waktu pengiriman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan (Herjanto, 2006). Penjadwalan operasi produksi merupakan penetapan waktu (timing) serta penggunaan sumber daya dalam kegiatan produksi. Penetapan waktu berkenaan dengan masalah pengurutan atau sequencing dan penggunaan sumber daya untuk kegiatan operasi produksi berkenaan dengan masalah penugasan kerja (job assignment) atau pembebanan kerja pada fasilitas produksi (Machfud, 1999). Menurut Russel dan Taylor (2006), penjadwalan merupakan tahapan terakhir dari perencanaan sebelum dilaksanakannya proses produksi. Selain itu penjadwalan merupakan penjabaran kegiatan-kegiatan yang direncanakan 4

22 yaitu berisikan kapan dimulainya kegiatan produksi sehingga perencanaan kebutuhan yang telah ditetapkan dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Penjadwalan mencakup penugasan batas waktu pada pekerjaan tertentu dimana terdapat banyak pekerjaan secara bersamaan bersaing untuk menggunakan sumber daya yang sama (Heizer dan Reinder, 2004). Teknik penjadwalan yang benar bergantung pada volume pesanan, sifat alami operasi, dan kompleksitas pekerjaan keseluruhan. Empat kriteria penjadwalan adalah sebagai berikut: 1. Minimasi waktu penyelesaian. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan. 2. Maksimasi utilitas. Kriteria ini dievaluasi dengan menghitung persentase waktu digunakannya fasilitas. 3. Minimasi persediaan barang setengah jadi (work-in-proses-wip). Kriteria ini dievalusi dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem tersebut. Hubungan antara banyaknya pekerjaan dalam sistem dan persediaan WIP akan tinggi. Oleh karena itu, lebih sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada akan rendah. 4. Minimisasi waktu tunggu pelanggan. Kriteria ini dievaluasi dengan menentukan jumlah keterlambatan rata-rata. Tujuan penjadwalan adalah untuk mengoptimalkan penggunaaan sumber daya sedemikian rupa sehingga tujuan produksi dapat dicapai. Fasilitas yang terfokus pada proses (dikenal sebagai fasilitas job-shop atau intermittent) merupakan fasilitas dengan variasi tinggi dan volume rendah, biasanya terdapat pada organisasi manufaktur atau jasa. Untuk menjalankan fasilitas ini secara efisien dan seimbang, manajer memerlukan sebuah sistem perencanaan dan pengendalian produksi (Davis dan Janelle 1991). Sasaran yang dituju dalam penyusunan penjadwalan adalah mengurangi keterlambatan pekerjaan, mengurangi waktu proses dalam sistem, memaksimalkan kerja mesin dan tenaga kerj, mengurangi waktu tunda dan jumlah produk yang tertahan dalam pusat kerja (Russel dan Taylor, 2006). Persoalan dalam penjadwalan adalah menentukan urutan atau produk dalam 5

23 mesin yang akan memproses pekerjaan sehingga mengoptimalkan ukuran performa (Johnson dan Montgomery,1974). B. TEKNIK PENJADWALAN Penjadwalan memberikan dasar untuk menugaskan pekerjaan pada pusat kerja. Pengurutan (sequencing) menentukan urutan pekerjaan yang harus dilakukan pada setiap pusat kerja (Render dan Heizer, 2005). Menurut Render dan Heizer (2005), aturan prioritas terbagi menjadi empat macam, yaitu : 1. FCFS (First Come, First Served) pertama datang, pertama dilayani, yaitu pekerjaan yang dahulu ke pusat kerja akan diproses terlebih dahulu. 2. SPT (Short Processing Time) waktu pemrosesan terpendek, yaitu pekerjaan yang memiliki waktu proses tercepat diselesaikan terlebih dahulu. 3. EDD (Earliest Due Date) batas waktu yang paling awal, yaitu pekerjaan dengan batas waktu paling awal akan dikerjakan terlebih dahulu. 4. LPT (Longest Processing Time) waktu pemrosesan terpanjang, yaitu pekerjaan dengan waktu proses yang panjang akan diutamakan dan didahulukan. Penjadwalan atau schedule sangat sulit dipertahankan karena hal-hal sebagai berikut : 1. Kerusakan peralatan 2. Pekerjaan mangkir atau terlambat datang 3. Material tidak tersedia Critical Ratio (CR) merupakan waktu sampai batas waktu pekerjaan selesai dimana waktu sekarang dibagi dengan waktu proses sampai menyelesaikan suatu pekerjaan tersebut. Pada critical ratio, urutan pekerjaan yang akan diproduksi berdasaran nilai CR terkecil sampai nilai CR tertinggi (Hanna dan Newman, 2001). 6

24 Shortest processing Time (SPT) memprioritaskan pekerjaan berdasarkan waktu proses yang paling pendek. Aturan ini secara umum meningkatkan efisiensi dan mempunyai dampak pada aliran kas perusahaan. Secara matematis dapat dibuktikan bahwa SPT dapat meminimasi rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan (flow time), atau rata-rata waktu yang dihabiskan oleh pekerjaan pada stasiun kerja, termasuk waktu menunggu dan waktu pemrosesan. penyelesaian (flow time) sangat erat kaitannya dengan tingkat persediaan. Meminimasi flow time mempunyai dampak yang positif terhadap pencapaian batas waktu pekerjaan selesai (Hanna dan Newman, 2001). Longest Processing Time (LPT) merupakan lawan dari SPT dimana teknik ini tidak direkomendasikan baik untuk pencapaian yang efisien dan terhadap batas waktu penyerahan. Penggunaan LPT tidak disarankan pada awal penjadwalan, karena stasiun kerja menjadi menganggur. proses yaitu perkiraan berapa lama suatu produk akan selesai dikerjakan. Perkiraan ini termasuk waktu set up yang mungkin dibutuhkan (Bedworth, David et.all, 1982). Due date (batas waktu penyerahan) sama dengan deadline untuk sebuah tugas yang mempertimbangkan batas waktu penyerahan. Penalti akan terjadi apabila keterlambatan terjadi Bedworth, David et all, 1982). Flow time adalah waktu proses ditambah waktu menunggu sebelum proses berjalan. Tardiness yaitu suatu ukuran dari waktu keterlambatan yang positif, jika pekerjaan selesai lebih awal maka tardiness bernilai 0. Tardiness merupakan keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan hingga due date (Bedworth, David et all, 1982). Permasalahan produk, mesin/pekerja dikelompokkan menjadi dua yaitu m mesin yang paralel dan mesin yang serial. 7

25 1. Mesin/Pekerja paralel Bentuk permasalahan mesin/pekerja secara paralel dapat dilihat pada Gambar 1. Dimana ke-m mesin bersifat identik, artinya waktu proses dan sebagainya sama. Gambar 1. Penjadwalan produksi dengan m mesin/pekerjaan paralel Kriteria yang umum digunakan dalam mengevalusi efektifitas penjadwalan. Aturan penjadwalan adalah rata-rata waktu penyelesaian (mean flow time). penyelesaian sejumlah produk (flow time) adalah jumlah waktu yang dihabiskan oleh pekerjaan dari awal masuk produksi sampai waktu pekerjaan selesai diproses. Rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan merupakan jumlah rata-rata waktu penyelesaian dari semua pekerjaan yang ada. SPT merupakan teknik yang baik untuk mendapatkan nilai rata-rata penyelesaian produk yang minimum (Nahmias, 2005). Menurut Nainggolan (2005), ukuran keberhasilan dari suatu pelaksanaan aktivitas penjadwalan adalah meminimasi kriteria kriteria sebagai berikut : 1. Rata-rata waktu alir. 2. Total waktu proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kumpulan job. 3. Rata-rata keterlambatan. 4. Jumlah job yang terlambat. 5. Jumlah mesin yang menganggur. 6. Jumlah persediaan. 8

26 C. MODEL Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat (Eriyatno, 2003). Model merupakan suatu representasi dari suatu sistem yang sedang dipelajari (bisa berupa objek, kejadian, proses atau suatu sistem) dan dipergunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol. Fungsi utama dari suatu model ialah kemampuannya untuk menjelaskan (explanatory) (Supranto, 1988). 9

27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan antar perusahaan pada era sekarang tidak lagi terbatas secara lokal tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan berlomba untuk terus-menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Tiga hal yang menjadi ajang persaingan yaitu harga, mutu dan layanan. Daya saing diukur dengan kualitas, harga, inovasi, delivery (segi jumlah maupun waktu) sehingga berapapun produk yang diinginkan konsumen harus dipenuhi. Perusahaan harus meningkatkan pelayanan agar mampu memenuhi kepuasan pelanggan. Untuk mencapai kepuasan tersebut diawali dengan melakukan penjadwalan produksi yang optimal sehingga produk akhir yang dihasilkan bisa tepat baik dalam jumlah maupun pengiriman. Pada penelitian ini akan dilakukan perencanaan penjadwalan produksi pada lini produksi drink (jeli drink). Pada lantai produksi produk yang beragam menggunakan sumber daya mesin yang sama. Metode yang akan digunakan yaitu metode sequencing antara lain Short Processing Time (SPT), Long Processing Ttime (LPT) dan Critical Ratio (CR). Penentuan urutan pembuatan produk sangat penting mengingat dalam pembuatan produk menggunakan fasilitas yang sama. B. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan berencana. Pendekatan berencana (planned approach) dapat digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan model-model kuantitatif dalam pemecahan masalah-masalah spesifik (Thierauf dan Klekamp, 1975). Langkah-langkah dalam pendekatan berencana terdapat pada Gambar 2. Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi secara nyata, serta observasi terhadap fakta dan opini yang mengarah terhadap permasalahan. 10

28 1. Definisi permasalahan yang sebenarnya ialah ketidakteraturan dalam penjadwalan pengurutan produk pada lini produksi drink, sehingga kurang efektif dalam pengerjaannya. Penjadwalan tersebut berimbas pada keterlambatan penyelesaian akhir produksi, yaitu pengiriman. 2. Pengembangan alternatif melalui analisis data dan variabel keputusan serta kendala yang ada di perusahaan. 3. Pemilihan penyelesaiaan optimal melalui tahap alternatif-alternatif dengan bantuan komputer. 4. Verifikasi solusi optimal melalui tahap implementasi. Data yang diperlukan Tahap Pemecahan Masalah Teknik yan digunakan Fakta, ide, pendapat, dan lain-lain Observasi terhadap gejala permasalahan dan masalah yang nyata Definisi permasalahan yang sebenarnya atau nyata Peralatan standar (metode, teknik, dan model) Informasi dari seluruh sumber yang dibutuhkan Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan Pengembangan model maksimasi dan minimasi Data empiris contoh Pemilihan penyelesaian atau solusi optimal berdasarkan analisa alternatifalternatif Alat Bantu komputer Data empiris Verifikasi dari solusi atau penyelesaian optimal melalui tahapan implementasi Umpan Balik Pembuatan kendali yang sesuai yang digunakan untuk mendeteksi perubahan yang dipengaruhi oleh solusi Gambar 2. Tahapan Pendekatan Berencana (Thierauf dan Klekamp,1975) 11

29 C. TATA LAKSANA 1. Observasi Lapang dan Studi Pustaka Observasi lapang dilakukan dengan mengamati secara langsung kegiatan proses produksi di PT. Triteguh Manunggal Sejati. Studi pustaka dilakukan untuk mempelajari sistem penjadwalan yang diterapkan di perusahaan. 2. Identifiksi Masalah Pada tahapan ini, identifikasi dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan jadwal produksi serta kebijakankebijakan yang berlaku di perusahaan. 3. Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan pada departemen Production Planning and Inventory Control (PPIC) dan departemen produksi. Pengambilan data dilakukan dengan obsevasi lapangan secara langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait dalam proses produksi. Data sekunder diperoleh dari departemen PPIC. Data yang dikumpulkan berupa data permintaan (Sales Order) bulan Januari-Maret 2008, data waktu tiap tahapan produksi, dan data jenis produk. 4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik dan model pengurutan (sequencing) yaitu teknik short processing time (SPT), long processing time (LPT) dan critical ratio (CR). Data yang dijadikan masukkan dalam model penjadwalan produksi adalah data permintaan/pesanan, data kapasitas produksi, data jenis produk, data stok produk jadi di gudang dan data batas waktu pengiriman. 5. Perancangan Model Pada perancangan model, input model berupa data permintaan/pesanan meliputi tanggal pemesanan, jumlah pesanan, data jenis produk, jumlah stok produk jadi dan kapasitas produksi. Output dari model berupa penjadwalan produksi dengan menggunakan aturan SPT, LPT dan CR. 12

30 6. Implementasi dan Verifikasi Pada tahapan implementasi hasil perancangan sistem diimplementasikan dalam bentuk program komputer menggunakan Borland Delphi 7.0 sebagai perangkat lunak untuk user interface dan Ms. Acces 2003 digunakan sebagai perangkat lunak basis data. Diagram alir kerangka pemikiran dan tahapan penelitian disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Mulai Identifikasi proses produksi di PT. TRMS Analisa Penjadwalan si Perusahaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjadwalan si Data Permintaan (sells order) Data Kapasitas si Data Stok Jadi Data Jenis Data Persediaan Material Perencanaan Penjadwalan si Mingguan Hasil Penjadwalan Selesai Gambar 3. Diagram alir kerangka pemikiran 13

31 Mulai Pengamatan dan Identifikasi Permasalahan Pengambilan data Pengolahan data Perencanaan Penjadwalan si Hasil perhitungan Penjadwalan Model Penjadwalan Terbaik Selesai Gambar 4. Diagram alir tahapan penelitian 14

32 IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan. Asumsi-asumsi yang digunakan antara lain : 1. Ruang lingkup penjadwalan hanya pada lini produk jeli drink dalam rentang bulan Januari - Maret Perhitungan hal-hal yang terdapat dalam model antara lain : waktu pemesanan, jumlah pesanan, jenis produk, waktu proses, keterlambatan dan jumlah kebutuhan batch. 3. Mesin-mesin dan fasilitas dalam proses produksi diasumsikan tidak terdapat gangguan. 4. Penjadwalan dilakukan dalam periode mingguan. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin. 6. Tenaga kerja selalu tersedia. Bahan material tidak ada yang mengalami keterlambatan pada lantai produksi. 7. Model ini dapat berfungsi dengan baik apabila diintegrasikan secara on line antara departemen produksi, purchasing, PPIC dan bagian gudang material. B. KONFIGURASI MODEL Model penjadwalan produksi untuk produk jeli yang diberi nama TRIMS 1.0 (Triteguh Manunggal Sejati Production Schedule 1.0), merupakan program aplikasi yang berguna untuk membantu proses penjadwalan produksi. TRIMS PS 1.0 dirancang untuk membantu pihak yang terkait dalam mengambil keputusan penjadwalan produksi, dimulai dari persediaan produk jadi, jumlah produk yang akan diproduksi, jumlah kebutuhan material, pengecekan material, jumlah kebutuhan batch produksi, serta pengurutan penjadwalan produk. 15

33 TRIMS 1.0 terdiri dari sistem manajemen tabel data,sistem manajemen basis model dan sistem manajemen dialog. Pengembangan model TRIMS 1.0 menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0 untuk pengembangan sistem, Microsoft Office Access 2003 untuk pengembangan tabel datanya dan Adobe Photoshop untuk pengembangan user interface. C. RANCANGAN MODEL Untuk membantu proses perencanaan produksi, dikembangkan model penjadwalan dan model perhitungan kebutuhan material. Model penjadwalan produksi digunakan untuk mempermudah pengembilan keputusan mengenai urutan prioritas pengerjaan pesanan yang akan dilaksanakan pada bagian produksi sehingga dapat meminimalkan waktu aliar rata-rata dan keterlambatan. Proses produksi jeli ditentukan oleh ketersediaan bahan baku dan bahan kemasan. Pada penelitian ini hanya bahan kemasan yang diperhitungkan dalam penjadwalan. Proses produksi jeli akan dilaksanakan apabila persediaan material terpenuhi. Jika jumlah persediaan material tidak cukup maka penjadwalan akan dilaksanakan ketika bahan material tersebut tersedia. Keluaran dari model ini akan digunakan untuk menentukan kelayakan suatu produk untuk diproduksi. TRIMS 1.0 memiliki 12 tabel data utama dalam sistem yaitu tabel data pesanan, tabel data persediaan produk jadi, tabel data persediaan material, tabel data kebutuhan batch produksi, tabel data input penjadwalan, selain tabel data terdapat juga basis model, yaitu model persediaan produk jadi, model kebutuhan material, model produksi, model kebutuhan batch produksi serta model penjadwalan. 16

34 a. Kerangka Model Basis model merupakan fasilitas yang digunakan sebagai penunjang pengambilan keputusan yang berisi formulasi matematis sebagai alat perhitungan. Basis model ini memiliki keterkaitan dalam menganalisa data yang dimasukkan maupun yang terdapat pada tabel data pada penentuan perencanaan perusahaan. Basis model yang dikembangkan yaitu model persediaan, model kebutuhan, model penjadwalan produksi, model kebutuhan, dan model penjadwalan. 1. Model Persediaan Model persediaan produk jadi digunakan untuk mengetahui jumlah persediaan produk jadi pada saat ini. Model persediaan dihitung berdasarkan jumlah persediaan masuk dan persediaan keluar. Input dari model yaitu data jumlah persediaan awal, jumlah persediaan masuk, serta jumlah persediaan keluar. Adapun rumus perhitungan yang digunakan pada model ini adalah sebagai berikut : Total Persediaan = persediaan awal + jumlah produk Masuk - jumlah produk Keluar Output dari model ini berupa jumlah total persediaan akhir yang akan menjadi acuan dalam menentukan jumlah produk yang akan diproduksi. Hasil dari perhitungan akan disimpan pada tabel data persediaan produk. Diagram alir deskriptif model persediaan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. 17

35 Gambar 5. Diagram Alir Deskriptif Model Persediaan Jadi 2. Model si Model produksi ini digunakan untuk mengetahui kekurangan jumlah produk yang akan diproduksi. Perhitungan model ini berdasarkan jumlah pesanan dikurangi jumlah persediaan. Input yang digunakan dalam model produksi adalah jumlah pesanan (order) yang datang pada minggu ini, jumlah pesediaan produk jadi satu minggu sebelumnya, jenis produk yang akan diproduksi. Input model yaitu data jumlah order menggunakan masukan dari tabel data order. Output yang dihasilkan berupa jumlah produk yang akan diproduksi. Hasil model akan disimpan pada tabel data produksi. Informasi ini berguna digunakan dalam perhitungan model- 18

36 model kebutuhan material dan kebutuhan batch. Diagram alir deskriptif model produksi ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Diagram alir deskriptif model order produksi 3. Model Kebutuhan Model kebutuhan ini terdiri dari dua sub model, yaitu sub model kebutuhan material dengan sub model kebutuhan batch produksi. Sub model kebutuhan material ini bertujuan untuk menghitung jumlah material yang dibutuhkan untuk tiap pesanan pada proses produksi. Model kebutuhan dihitung berdasarkan jumlah produk yang diproduksi dibagi dengan besarnya nilai konversi masing-masing material. Informasi kebutuhan material ini berguna bagi depatemen PPIC dan departemen pembelian untuk menentukan jumlah material yang harus disediakan pada periode minggu depan. 19

37 Input yang digunakan pada sub model kebutuhan material adalah jumlah produksi. Input menggunakan data jumlah produksi yang berasal dari model produksi dan nilai konversi yang berasal dari tabel data konversi. Output yang dihasilkan berupa jumlah kebutuhan material cup, seal, sedotan dan karton. Hasil model disimpan pada tabel data kebutuhan material. Informasi ini berguna dalam menentukan jumlah material penunjang yang akan dipesan oleh departemen pembelian. Model penghitungan yang digunakan yaitu : Satu dus jeli drink berisi 24 unit, untuk memproduksi satu dus jeli drink memerlukan 24 unit cup, 24 seal, satu pak sedotan dan satu pcs karton. Penyebut pada perhitungan pembagian ini berasal dari tabel data nilai konversi. Perhitungan kebutuhan material adalah sebagai berikut : Cup : Jumlah produk diproduksi (Dus) x 24 cup / 2250 cup (tiap dus) Seal: Jumlah produk diproduksi (Dus) / 1740 cup (tiap roll) Sedotan: Jumlah produk diproduksi (Dus) / 400 unit (tiap Pak) Karton: Jumlah produk diproduksi (Dus) / 1 pcs Diagram alir deskriptif model kebutuhan material dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini. 20

38 Mulai o o Input : nama Jumlah Diproduksi Sub Model : Kebutuhan Material Panggil Database : Nilai Konversi Jml produksi Output: Jumlah Material yang dibutuhkan: o Cup (Dus) o Seal (Roll) o Karton (psc) o Sedotan(Ball) Ya Cukup Tidak Pesan Material Selesai Gambar 7. Diagram alir deskriptif sub model kebutuhan material Sub model kebutuhan batch berguna untuk menentukan waktu proses produksi setiap pesanan. Model ini mempertimbangkan kapasitas setiap batch dan waktu alir proses. Hasil dari kebutuhan batch produksi ini menjadi acuan untuk pada model penjadwalan produksi. Input model menggunakan data yang berasal dari tabel data produksi yaitu data jumlah produksi. Input dari model ini adalah jumlah produksi, kapasitas (volume) batch produksi dan waktu laju alir proses. Output dari model ini adalah banyaknya jumlah batch yang akan diproduksi dan total waktu yang untuk produksi. 21

39 Adapun perhitungan penentuan kebutuhan batch ini adalah sebagai berikut : Perhitungan kebutuhan batch produksi adalah sebagai berikut Jumlah diproduksi (Dus) : Kapasitas per Batch (Dus) Perhitungan waktu proses produksi adalah sebagai berikut Total waktu proses = Jumlah kebutuhan batch x waktu alir proses (menit), setelah itu dikonversi ke dalam hari. Diagram alir deskriptif model penjadwalan produksi dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 8. Diagram alir deskriptif model kebutuhan batch 4. Model Penjadwalan si Model penjadwalan produksi digunakan untuk menghasilkan suatu jadwal produksi berdasarkan batas waktu (due date). Model ini menekankan prioritas pengurutan pengerjaan pesanan yang akan masuk kedalam dua mesin yaitu 22

40 mesin JB 3 dan JB 4. Mesin-mesin ini disusun secara paralel dengan aliran proses yang identik. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana menentukan urutan produk yang harus diproduksi terlebih dahulu kedalam kedua mesin tersebut. Kesulitan masalah pengurutan ditentukan oleh tipe atau kondisi sistem produksi. Metode yang digunakan pada model ini yaitu metode pengurutan (sequencing) karena sistem produksi yang bersifat kontinyu. Teknik pengurutan ini dilakukan pada n produk dan pada m mesin. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. Gambar 9. Penjadwalan produksi dengan n produk dan m mesin Teknik yang digunakan dalam pengurutan penjadwalan ini terdiri dari tiga macam, yaitu : 1. Teknik Shortest Processing Time (SPT) dimana pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan terpendek akan dikerjakan terlebih dahulu. 2. Teknik Longest Processing Time (LPT) dimana pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan terpanjang akan dikerjakan terlebih dahulu. 3. Teknik Critical Ratio (CR) memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus dilakukan agar tepat jadwal. Adapun rumus perhitungan CR dapat adalah sebagai berikut. 23

41 Menurut Machfud (1999), aturan SPT (Shortest Processing Time), merupakan aturan yang baik untuk menyelesaikan masalah penjadwalan produksi untuk n produk dengan m mesin paralel untuk mendapatkan rata-rata waktu penyelesaian produk, yang dihitung dengan rumus: Fs = n 1 Pi( n 1 1) n 1 i Keterangan : Fs = waktu alir rata-rata Pi = waktu Proses (i = 1, 2,, n) n = Banyaknnya pesanan Aturan LPT dapat digunakan pula untuk meminimumkan waktu penyelesaian produk (Makespan) dan rata-rata waktu alir (mean flow time). Model penjadwalan digunakan untuk mengetahui kapan urutan produk dapat diproses. Penjadwalan didapat setelah melakukan penentuan terhadap tgl produksi dan penempatan produk pada mesin. Model menggunakan masukkan dari tabel data kebutuhan batch dan tabel data mesin dan teknik. Dimana pada model penjadwalan dikelompokkan berdasarkan waktu mulai periode produksi. Keluaran dari hasil berupa jadwal produksi harian berdasarkan teknik dan mesin. Diagram alir deskriptif penjadwalan produksi dapat dillihat padagambar

42 Gambar 10. Diagram alir deskriptif model penjadwalan produksi 25

43 b. Struktur basis data Basis data adalah kumpulan dari struktur record atau data yang disimpan dalam sistem komputer (Conolly dan Begg, 2002). Basis data pada model terdiri atas beberapa tabel. Tabel data berfungsi sebagai pemasukan, penghapusan, penyimpanan, pengolahan, pengorganisasian, pemanggilan, penyedia data serta sebagai masukan dalam model penjadwalan produksi. Tabel data dalam model program TRIMS PS 1.0 menggunakan Microsoft Access 2003 untuk pengolahan tabel data. Manajemen tabel data pada program aplikasi TRIMS PS 1.0 mempunyai fasilitas dalam memanipulasi data seperti input, edit, simpan, hapus serta mencetak hasil penjadwalan. Model TRIM PS 1.0 disusun atas basis data dan basis model. Basis data yang digunakan dalam pengembangan program TRIM PS 1.0 terdiri atas tabel-tabel data yaitu tabel data produk, order, produksi, persediaan produk, persediaan material, kebutuhan batch, kebutuhan material, pesan material, konversi, mesin dan teknik. Dibawah ini merupakan diagram keterkaitan antar tabel (entity relationship diagram) dalam program TRIMS PS

44 persediaan produk Kode Nm produk deskripsi nm produk J ml_prod order IDorder tgl order nm produk jumlah order minggu bulan tahun due date Jml_Ordr IDPrsProd jumlah awal jumlah masuk jumlah keluar total persediaan T otl_prs produksi kode produk NmProd jumlah produksi konversi IDKonversi Nm Mat Nilai Knvrs Nil ai _Konvrs persediaan material IDPrsMat jumlah persediaan Nm Mat Nm_mat pesan material IDPsnMat Nm Mat jumlah material tgl pesan tgl datang kap_mesi n mesin ID mesin deskripsi batch produksi IDBatch Tgl Prod tgl cek Nm Prod Jml batch waktu proses jml _batch nm_teknik teknik ID teknik deskripsi J ml_prod kebutuhan material IDBthMat jumlah kebutuhan Nm Prod penjadwalan IDJadwal mulai selesai terlambat FlowTime tgl_dtg Gambar 11. Entity Relationship TRIMS PS 1.0 Tabel data penyusun program dibagi menjadi dua yaitu tabel data master dan tabel data transaksi. Tabel data master terdiri atas tabel data produk, nilai konversi, mesin dan teknik. Untuk tabel data transaksi terdiri atas tabel data order, tabel data produksi, tabel data persediaan produk, tabel data persediaan material, tabel data kebutuhan batch, tabel data kebutuhan material, pesan material. Uraian tabel data adalah sebagai berikut : 1. Tabel data produk Tabel data produk merupakan tabel data yang berisi informasi jenis produk yang diproduksi oleh PT. TRMS. Tabel data ini bersifat tetap tetapi dapat diubah apabila terdapat perubahan pada perusahaan. Sistem tabel data ini dirancang untuk memungkinkan pengguna melakukan penambahan data ataupun pengurangan data, sehingga data terus disesuaikan dengan keperluan perusahaan. 27

45 2. Tabel data pesanan Tabel data pesanan merupakan tabel data yang berhubungan dengan pesanan dimana meliputi nama produk, jumlah pesanan (order), waktu berlaku order (tahun,bulan,minggu), jumlah order, jumlah produk produksi serta due date (batas waktu). Tabel data ini dirancang secara dinamis sehingga pengguna dapat melakukan kegiatan penambahan, pengurangan serta perubahan. 3. Tabel data persediaan produk jadi Tabel data persediaan produk jadi berisi laporan keluar dan masuk produk jadi digudang. Informasi pada tabel data persediaan produk jadi meliputi nama bulan, tahun, minggu, jenis produk, jumlah persediaan awal, jumlah masuk, jumlah barang yang keluar serta total persediaan. Total persediaan merupakan hasil perhitungan dari model persediaan produk jadi. Total persediaan ini dapat diakses pada model order produksi dan menjadi masukkan pula pada tabel data pesanan. 4. Tabel data produksi Tabel data produksi terdiri atas nama produk, jumlah persediaan, jumlah order dan jumlah produksi. Jumlah produksi dapat diakses pada model kebutuhan batch dan merupakan masukan dalam model tersebut, sedangkan data persediaan produk jadi berasal dari tabel data persediaan produk jadi. Tabel data ini dirancang secara dinamis sehingga pengguna dapat melakukan kegiatan penambahan, pengurangan serta perubahan. 5. Tabel data konversi Tabel data konversi berisikan informasi mengenai jumlah nilai konversi yang berguna sebagai masukan dalam model kebutuhan material. Tabel data ini berupa nama produk, nilai konversi material dan nama material. Tabel data ini bersifat tetap dan digunakan sebagai masukan dalam model kebutuhan material. 28

46 Tabel data ini diubah apabila terdapat perubahan nilai konversi yang digunakan oleh perusahaan. 6. Tabel data kebutuhan material Tabel data kebutuhan material merupakan tabel data yang digunakan untuk mengetahui jumlah banyak material yang diperlukan untuk melakukan suatu penjadwalan produk. Tabel data ini dapat diakses pada menu order produksi. Tabel data kebutuhan material terdiri atas nama produk, nama material dan jumlah persediaan. Tabel data ini berfungsi sebagai tabel data transaksi. Walaupun tidak digunakan pada basis model, tabel data ini berguna pada saat pengecekan material. 7. Tabel data persediaan material Tabel data persediaan material merupakan tabel data yang berhubungan dengan tingkat persediaan material. Tabel data persediaan material berisikan informasi mengenai nama produk, nama material, serta tgl pengecekan. Tabel data ini juga dapat diakses pada menu pengecekan persediaan. 8. Tabel data pemesanan Tabel data pemesanan merupakan tabel data yang digunakan untuk memesan suatu material setelah dilakukan pengecekan terlebih dahulu. Tabel data pesanan ini pun dilengkapi dengan fasilitas penambahan dan pengurangan data. Tabel data ini terdiri dari jenis produk, jenis material, jumlah material, tanggal pesan dan tanggal kedatangan. Jenis produk dan tanggal kedatangan merupakan masukkan untuk tabel. 9. Tabel data kebutuhan batch Tabel data kebutuhan batch berisikan infomasi mengenai lama proses yang akan dijalankan untuk melakukan penjadwlan beserta jumlah batch yang akan diproduksi. Tabel data ini dirancang secara dinamis sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan penambahan, penghapusan ataupun perubahan apabila 29

47 terdapat perubahan. Tabel data kebutuhan batch terdiri atas tanggal produksi, tanggal pengecekan, nama produk, jumlah batch dan waktu proses. 10. Tabel data mesin Tabel data teknik berisikan data mengenai nama teknik. Tabel data ini digunakan dalam model penjadwalan produksi. Tabel data ini bersifat tetap. 11. Tabel data teknik Tabel data teknik merupakan data yang berisi mengenai nama-nama teknik penjadwalan. Tabel data ini digunakan pada model penjadwalan produksi. 12. Tabel data penjadwalan Tabel data penjadwalan berisikan informasi mengenai rangkuman data-data yang dibutuhkan dalam melakukan penjadwalan. Tabel data penjadwalan terdiri atas waktu mulai, waktu selesai, terlambat dan waktu penyelesaian rata-rata (mean flow time). Tabel data ini berfungsi sebagai tabel data transaksi. c. Sistem Manajemen Dialog Sistem manajemen dialog merupakan fasilitas yang dapat mengatur interaksi antara pengguna dengan program ketika menjalankan program. Interaksi ini dapat berupa keadaan ketika pengguna memberikan input kepada program, seperti menambah, mengurangi, atau memodifikasi input di tempat yang sudah disediakan oleh program. Kondisi lainnya adalah ketika pengguna memerintahkan program untuk menjalankan fungsi tertentu, atau ketika pengguna memperoleh output yang ditampilkan oleh program dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pengguna, misalnya dalam bentuk informasi tulisan, angka, satuan, tabel dan lain-lain. 30

48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses si Proses produksi merupakan bagian terpenting dalam sebuah industri. Proses produksi yang diterapkan oleh PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) termasuk ke dalam proses layout dengan tipe operasi kontinyu, dimana proses produksi mengikuti aturan proses untuk menghasilkan sebuah produk. PT. TRMS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan dengan produk utama adalah jeli. jeli dan proses produksi dibagi menjadi dua jenis, yaitu jeli drink dan jeli nondrink, sedangkan proses produksinya dibagi menjadi dua lini produksi yaitu lini produksi drink dan lini produksi nondrink. Pada dasarnya aliran proses kedua lini produksi adalah sama, perbedaan terletak pada komposisi dan waktu proses. Lini produksi drink menghasilkan produk yang digolongkan sebagai minuman adapun produknya antara lain jeli drink rasa jeruk (JDO 1), jeli drink rasa jambu (JDO 3), jeli drink rasa apel (JDO 9), bolo drink (JBC 1) dan koko drink (JBC 4). Jeli drink mempunyai konsistensi yang lemah sehingga mudah dinikmati dengan cara disedot sebagai minuman, sedangkan jeli nondrink diposisikan sebagai makanan ringan. nondrink antara lain terdiri atas super cup lokal 10, jumbo cup lokal, jumbo cup premium, super cup lokal 14. Keragaman produk dalam setiap lini menyebabkan penjadwalan yang ketat pada setiap jadwal produksi. Penelitian ini difokuskan pada lini produk drink. alir yang diperlukan untuk menghasilkan satu batch produksi adalah 30 menit. Pada lini produksi drink terdapat dua jenis mesin yaitu mesin JB 3 dan mesin JB 4, kedua mesin memiliki waktu alir produksi dan kapasitas yang sama. Proses pembuatan jeli terdiri atas beberapa tahap, yaitu proses pemasakan, pengisian kedalam cup (filling), pasteurisasi, pendinginan awal (pre cooling), persiapan pendinginan kedua (pre cooling 31

49 2), proses pendinginan (cooling), pengeringan dengan menggunakan blower dan terakhir adalah proses pengepakan. Adapun Gambaran dari proses produksi jeli ini terdapat pada Gambar 11. Gambar 12. Proses produksi jumbo drink b. Perencanaan si Perencanaan dan pengendalian produksi PT. TRMS dilakukan oleh departemen Production Planing and Inventory Control (PPIC). Departemen ini bertanggung jawab dalam melakukan perencanaan produksi meliputi perencanaan produksi, penjadwalan produksi, pengendalian persediaan material, bahan baku dan produk jadi serta penggudangan. Perencanaan merupakan bagian yang penting dalam melakukan proses produksi, dimana penjadwalan termasuk di dalamnya. Salah satu input untuk melakukan 32

50 penjadwalan adalah data pesanan (sales order), sales order merupakan jumlah pesanan yang dipesan oleh distributor. Aliran informasi pesanan berawal dari permintaan konsumen melalui distributor pabrik yaitu PT. Sinar Niaga Sejahtera (SNS), yang merupakan perusahaan distributor dibawah PT. Garuda Food. Permintaan konsumen berasal dari retail-retail yang selanjutnya masuk ke distributor pusat. Distributor pusat akan menginformasikan kepada departemen PPIC PT.TRMS dalam bentuk sales order (data pesanan). Data pesanan akan diterima oleh staf departemen PPIC dan disampaikan pada rapat sales order di akhir minggu. Laporan sales order tersebut mencakup jumlah pesanan konsumen dalam satu minggu yang akan dievaluasi dalam rapat. Rapat diikuti oleh beberapa departemen antara lain departemen produksi, pembelian, PPIC dan departemen teknik. Salah satu hasil keputusan rapat adalah jumlah pesanan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan. Hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan pemenuhan jumlah pesanan adalah kesiapan dari setiap departemen. Kesiapan tersebut meliputi jumlah bahan baku dan bahan kemasan, kondisi mesin, serta tenaga kerja. Keputusan dalam rapat akan dikonfirmasikan kepada pihak distributor berbentuk sales confirmation (SC). Tahapan selanjutnya adalah proses penjadwalan produk yang telah dikonfirmasikan dalam SC. Pada proses penjadwalan salah satu bagian yang penting adalah pengurutan jenis produk yang akan diproduksi. Di perusahaan proses pengurutan mengacu pada jumlah produk yang dipesan untuk minggu berikutnya, namun persediaan produk saat dilakukan pengecekan jumlahnya tidak mencukupi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan jadwal produksi adalah kapasitas produksi, persediaan produk jadi di gudang dan jumlah persediaan bahan baku maupun bahan pendukung. Jenis produk yang diproduksi dalam sehari biasanya adalah produk yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi downtime (waktu menganggur) akibat pembersihan tangki yang 33

51 berulang-ulang, namun hal tersebut tidak bersifat mutlak dan disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Hasil penjadwalan akan dikirim pada departemen produksi dan hasil akhirnya berupa produk jadi sebelum dikirim ke gudang. Apabila produk jadi tersebut sesuai dengan standar, maka produk akan masuk ke gudang. Proses pemesanan sampai pengiriman produk jadi ke kosumen yang diterapkan di PT. TRMS terdapat pada Gambar 13. Gambar 13. Aliran informasi pesanan dan perencanaan produksi PT. TRMS 34

52 B. PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan merupakan proses terakhir pada tahapan perencanaan sebelum dilakukan proses produksi. Penjadwalan pada lantai produksi perlu dilakukan untuk memudahkan operator mengetahui produk yang akan di produksi lebih dahulu, proses ini disebut teknik pengurutan. Penentuan teknik yang digunakan dalam penjadwalan produksi mempertimbangkan beberapa faktor diantaranya volume produksi, keragaman produk, keadaan proses operasi, dan kompleksitas dari pekerjaan itu sendiri. Pada saat melakukan perencanaan penjadwalan PT. TRMS hal yang menentukan adalah persediaan di gudang. yang akan dijadwalkan pada penelitian ini hanya produk yang berada di lini drink, produk tersebut antara lain produk minuman jeli rasa jeruk (JDO 1), jeli rasa jambu biji (JDO 3), jeli rasa apel (JDO 9), minuman bolo (JBC 1) dan koko drink dengan nata de coco (JBC 4). Alasan dipilih produk-produk ini karena jumlah permintaan yang besar dan selalu ada pada setiap periode pemesanan. Persoalan yang dihadapi perusahaan dalam penjadwalan antara lain, keterlambatan kedatangan material, mesin tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan banyaknya pesanan. Banyaknya produk yang akan diproduksi menyebabkan perlunya suatu teknik penjadwalan untuk menentukan produk yang terlebih dahulu diproduksi, sehingga pesanan dapat selesai tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas. Persoalan yang sering terjadi adalah kesulitan dalam menentukan produk yang akan diprioritaskan. Teknik penjadwalan yang digunakan untuk membantu dalam pembuatan jadwal produksi ini yaitu Short Processing Time (SPT), Long Processing Time (LPT) dan critical ratio (CR). 35

53 C. KONFIGURASI MODEL Penjadwalan produksi dibutuhkan oleh semua industri termasuk industri jeli. Program aplikasi Triteguh Manunggal Sejati Production Schedule 1.0 atau lebih singkatnya disebut TRIMS PS 1.0 merupakan paket program aplikasi komputer yang bertujuan untuk membantu proses penjadwalan produksi. Program TRIMS 1.0 akan digunakan oleh departemen PPIC dalam melakukan proses penjadwalan yang lebih detail pada lini produksi drink. TRIMS 1.0 terdiri atas sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis model dan sistem manajemen dialog. Tiga model utama program TRIMS 1.0 yaitu model persediaan, model kebutuhan dan model penjadwalan produksi. Model persediaan terdiri atas dua sub model yaitu sub model persediaan produk jadi. Model kebutuhan terdiri atas model kebutuhan batch produksi dan model kebutuhan material kemasan. Model penjadwalan produksi menggunakan dua mesin yaitu mesin JB 3 dan mesin JB 4. Verifikasi program ini dilakukan di PT. TRMS, Tangerang. Pokok bahasan pada penelitian ini yaitu pada jenis produk drink, antara lain jeli rasa jeruk (JDO 1), jeli rasa jambu (JD0 3), jeli rasa apel (JDO 9), bolo drink (JBC 1) serta koko drink (JBC 4). Model penjadwalan TRIM PS 1.0 ini tidak hanya berfungsi sebagai model penjadwalan, juga dapat berfungsi sebagai pengendali produksi. Pada program ini terdapat fasilitas pengecekan material dimana dapat diketahui apabila terjadi kekurangan material. Model ini memperhitungkan waktu proses pada setiap tahapan produksi dimana pada perusahaan penjadwalan tidak memperhitungkan waktu tersebut. Model ini akan berjalan optimal apabila model diintegrasikan dengan model persediaan dan pemesanan yang online. 36

54 Tabel 1. Jenis produk yang akan masuk kedalam penjadwalan No Deskripsi Jenis Gambar 1 minuman dengan Jeli Bolo Drink butiran alginat dan terdiri (JBC 1) atas campuran jeruk dan lemon 2 minuman nata de coco dengan rasa leci. Jeli Koko Drink (JBC 4) 3 Kombinasi produk minuman dan makanan. Jeli rasa jeruk. Jeli drink rasa jeruk (JDO 1) 4 Kombinasi produk minuman dan makanan. Jeli rasa jambu. Jeli drink rasa jambu (JDO 3) 5 Kombinasi produk minuman dan makanan. Jeli rasa apel. Jeli drink rasa apel (JDO 9) Sumber : PT. TRMS Output dari penjadwalan ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik seperti meminimalkan rata-rata waktu penyelesaian produk dan meminimalkan jumlah keterlambatan. Apabila program TRIMS PS 1.0 dijalankan maka yang pertama muncul adalah splash. 37

55 Gambar 14.Tampilan splash screen Menu selanjutnya yang muncul adalah menu login yang meminta pengguna memasukkan nama dan kata kunci. Tampilan login pada program terdapat pada Gambar 15. Gambar 15. Tampilan menu login Halaman utama akan tampil setelah pengguna memasukkan kata kunci. Halaman utama terdiri atas empat menu utama yaitu menu file, menu input data, menu output data dan about. Pada menu file terdapat menu exit, fungsinya untuk keluar dari program aplikasi ini. Menu input data berisi semua menu yang terdapat proses pemasukan data ke dalam program. Menu ini terdiri atas 3 sub menu meliputi persediaan produk jadi, persediaan material dan menu pesanan produksi. Menu output data berisikan sub menu hasil dari pengolahan data dari menu input data yang terdiri atas sub menu 38

56 kebutuhan batch produksi, penjadwalan produksi dan laporan penjadwalan. Tampilan menu halaman utama terdapat pada Gambar 16. Gambar 16. Tampilan menu halaman utama 1. Menu Input Data Menu input data terdiri atas sub menu yang berfungsi sebagai tempat memasukkan data yang akan digunakan pada menu-menu berikutnya. Menu ini terdiri atas sub menu persediaan produk jadi, order produksi, kebutuhan material kemasan dan sub menu persediaan material. a. Persediaan Jadi Pada menu persediaan produk jadi berguna untuk mengetahui persediaan akhir produk jadi di gudang. Basis data dan model yang digunakan adalah persediaan. Pada menu ini pengguna dapat melakukan proses penambahan, penghapusan atau pengubahan. Untuk mengetahui jumlah persedian pengguna terlebuh dahulu mengisi jumlah persediaan awal, jumlah masuk dan jumlah keluar. Tampilan menu persediaan produk jadi terdapat pada Gambar 17. Output dari model persediaan ini merupakan masukan untuk menu order produksi. 39

57 Gambar 17. Menu persediaan produk jadi b. Order si dan Model Kebutuhan Material Pada menu ini terdapat dua model yaitu model order produksi dan model kebutuhan material. Model order produk produksi berguna untuk mengetahui jumlah produk yang akan diproduksi. Input model order produksi ini berupa data tahun, bulan, minggu periode penjadwalan, due date (batas waktu), tanggal mulai, tanggal pengecekan, jumlah order dan data persediaan produk jadi minggu sebelumnya. Tanggal mulai adalah tanggal dimulainya produk masuk ke lini produksi untuk diproduksi, sedangkan tanggal pengecekan berguna untuk menghitung nilai CR. Tanggal pengecekan adalah tanggal pada saat akan disusun jadwal produksi. Untuk data jumlah persediaan didapatkan dari basis data persediaan produk jadi. Input ini dimasukkan ketika departemen PPIC mendapatkan order dari distributor. Output dari model ini yaitu jumlah produk yang akan di produksi. Output ini akan muncul ketika ditekan tombol hitung, hasil perhitungan jumlah diproduksi akan masuk kedalam basis data pesanan, selain itu akan menjadi masukan untuk perhitungan 40

58 pada model kebutuhan material dan kebutuhan batch. Tampilan menu order produksi terdapat pada Gambar 18. Gambar 18. Menu order produksi Pada model order produksi terdapat juga model kebutuhan material dimana input perhitungan model ini yaitu data jumlah di produksi yang berasal dari model order produksi di mana data jenis produk, bulan,minggu dan tahun adalah sama dengan model tersebut. Pada menu ini kebutuhan material di bagi menjadi dua yaitu kebutuhan material berdasarkan jenis produk (by produk) dan kebutuhan material berdasarkan kelompok produk (by group produk). Hal ini disebabkan kondisi nyata di perusahaan material tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Material yang dihitung berdasarkan jenis produk adalah seal dan karton, sedangkan untuk cup dan sedotan dihitung berdasarkan kelompok produknya. Output dari model ini adalah jumlah material yang dibutuhkan oleh produk yang akan diproduksi. Model ini selain 41

59 menggunakan data dari basis data pesanan juga menggunakan masukkan dari basis data nilai konversi. Nilai-nilai ini digunakan dalam penghitungan kebutuhan material. Nilai konversi ini adalah jumlah satuan terkecil material yang biasa digunakan pada Tabel 2. Konversi material PT. TRMS. Jenis material Satuan Konversi dalam satuan terkecil Cup Dus 2250 Cup / Dus Seal Roll 1740 Cup / Roll Sedotan Ball 400 Pak / Ball karton Pcs 1 Psc Sumber : PT. TRMS Nilai konversi ini dapat diubah apabila terjadi perubahan nilai konversi yang digunakan oleh perusahaan. Tampilan nilai konversi terdapat pada Gambar 19. Gambar 19. Tampilan nilai konversi Output yang dihasilkan dari model kebutuhan material adalah jumlah kebutuhan material yang diperlukan untuk memenuhi jumlah produksi. Material tersebut antara lain cup dalam satuan dus, seal dalam satuan roll, sedotan dalam satuan ball, karton dalam satuan pcs. Tampilan dari model produksi dan kebutuhan material ini terdapat pada Gambar

60 c. Persediaan Material Pada menu persediaan material tampilan awal saat menu ini tampil terdapat pilihan input, cek persediaan, pesan dan home. Input digunakan untuk memasukkan jumlah persediaan material yang tersedia pada waktu saat periode berlangsung. Data yang dimasukkan untuk menu input persediaan yaitu dengan memilih bulan, tahun, minggu dan jenis produk. Input berupa jumlah persediaan material cup, seal, karton dan sedotan disesuaikan dengan persediaan yang ada. Sama halnya dengan kebutuhan material, persediaan material juga dikelompokkan berdasarkan kelompok produk dan jenis produk. Pada menu ini terdapat fasilitas tambah, reset dan hapus. Tampilan input persediaan material terdapat pada Gambar 20. Gambar 20. Manu persediaan material Menu ini terdapat fasilitas cek material, jika ingin mengetahui apakah jumlah persediaan material sudah mencukupi kebutuhan atau tidak maka. Proses pengecekan dilakukan dengan menekan tombol cek persediaan. Untuk melakukan pengecekan ini terlebih dahulu memilih bulan, minggu, tahun dan jenis produk yang diinginkan. Ketika tombol cek 43

61 persediaan tersebut di tekan maka akan tampak jumlah kelebihan persediaan dan kekurangan persediaan. Jika persediaan material mengalami kekurangan maka akan tampak berwarna merah beserta jumlah kekurangan material. Namun apabila material tidak mengalami kekurangan maka akan tampak jumlah kelebihan sisa persediaan yang ditunjukaan dengan warna hijau. Tampilan pengecekan material terdapat pada Gambar 21. Gambar 21. Tampilan halaman pengecekan material Jika material mengalami kekurangan maka pengguna dapat melakukan pemesanan dengan menekan tombol pesan. Tampilan yang muncul ketika menekan tombol pesan adalah sub menu rencana kedatangan, fungsi sub menu ini untuk mengetahui kapan material tersebut datang sehingga proses penjadwalan dapat dilakukan. Untuk melakukukan proses pemesanan pengguna memilih tanggal pesan, jenis produk, jenis material, kemudian mengetikkan jumlah material yang dipesan serta lama lead time (waktu tunggu). Output yang dihasikan berupa tanggal kedatangan, tanggal kedatangan akan terisi secara otomatis dengan menekan tombol. Pada sub menu ini juga terdapat fasilitas penambahan dan penghapusan. Hasil dari menu ini akan disimpan pada basis data pemesanan. Pada menu terdapat dua buah Tabel 44

62 dimana Tabel pertama merupakan data produk yang akan melakukan pemesanan material sedangkan Tabel yang kedua berfungsi sebagai daftar produk yang mengalami penundaan penjadwalan. Jenis produk dan tanggal masuk pada menu ini sama dengan data yang dipilih pada pemesanan sedangkan tanggal masuk ini sama dengan tanggal kedatangan. Tanggal masuk artinya tanggal ketika produk tersebut dapat masuk kedalam proses penjadwalan. Tampilan rencana kedatangan terdapat pada Gambar 22. Gambar 22. Tampilan rencana kedatangan 2. Menu Output Data Menu output data merupakan sub-sub menu yang menggunakan masukkan dari menu input data yang digunakan dalam model-model yang terdapat pada output data. Pada menu ini tidak ada proses pemasukkan data namun terdapat fasilitas untuk pegubahan data. 45

63 a. Kebutuhana Batch Model kebutuhan batch ini digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan batch yang akan diproduksi dan lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi batch tersebut. Untuk menggunakan model ini diperlukan input data diantaranya bulan, minggu, tahun dan jenis produk yang akan digunakan untuk memanggil data jumlah diproduksi yang berasal dari basis data pesanan. Ketika telah dipilih kemudian tekan tombol select maka data jumlah diproduksi akan secara otomatis terisi, sedangkan masukkan berupa volume batch dan waktu alir secara otomatis ada ketika menu tampil. Volume batch dan waktu alir ini sifatnya fleksibel dan dapat di ubah apabila terdapat perubahan. Output model berupa kebutuhan batch dan total waktu produksi dan otomatis akan terisi ketika menekan tombol hitung. Proses penghitungan yang terjadi adalah jumlah diproduksi (dus) dibagi dengan kapasitas per batch produksi dalam satuan dus. Total waktu produksi di hitung berdasarkan jumlah kebutuhan pemasakan batch dikalikan dengan waktu alir produksi per batch. Hasil perhitungan dari menu ini akan menjadi masukkan dalam menu penjadwalan produksi. Pada menu ini terdapat fasilitas tambah dan hapus sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan proses penambahan dan pengurangan. Tombol home berguna untuk kembali ke halaman muka. Tampilan model ini terdapat pada Gambar 23: 46

64 Gambar 23. Menu kebutuhan batch b. Menu Penjadwalan Menu penjadwalan produksi terdapat beberapa pilihan yaitu query, mesin JB 3 dan mesin JB 4. Pada menu ini terjadi proses pemanggilan data dari basis data kebutuhan batch yang secara otomatis muncul ketika tab query akif. Query merupakan inisiasi dari data yang akan dijadwalkan. Query ini merupakan data dari kebutuhan batch. Data yang ingin dijadwalkan dipilih menurut bulan, minggu dan tahun, selanjutnya pilih teknik penjadwalan yang diinginkan. Teknik yang digunakan pada penjadwalan ini adalah Shortest Processing Time (SPT), Longest Processing Time (LPT) dan Critical Ratio (CR). Tahapan selanjutnya adalah proses pengiriman ke mesin. Tampilan awal menu penjadwalan terdapat pada Gambar

65 Gambar 24. Tampilan pejadwalan produksi Pada teknik penjadwalan SPT, proses yang terjadi adalah program akan mengurutkan data yang telah diseleksi berdasarkan waktu proses terpendek. Teknik LPT proses yang terjadi adalah data yang telah diseleksi akan diurutkan berdasarkan waktu proses yang paling panjang, apabila memilih teknik penjadwalan Critical Ratio (CR) maka data yang akan dijadwalkan diurutkan berdasarkan nilai CR terkecil. Tahapan selanjutnya setelah teknik penjadwalan dipilih yaitu menempatkan produk yang akan dijadwalkan sesuai dengan urutan, kemudian satu per satu produk dikirim ke masing-masing mesin yang telah menyelesaikan proses produksi paling awal. Mesin yang digunakan adalah mesin JB 3 dan JB 4. Proses yang terjadi ketika penempatan produk pada mesin adalah terjadi penghitungan waktu selesai proses dan jumlah terlambat. selesai proses ini berupa tanggal selesai, sedangkan keluaran lain berupa terlambat ditentukan oleh due date (batas akhir penyelesaian) dan waktu selesai. Proses perhitungan terdapat pada keterangan dibawah ini: Jika waktu selesai (tanggal selesai) lebih kecil dari due date (batas waktu) maka nilai terlambat sama dengan 0 tetapi jika due date lebih 48

66 besar dari pada waktu selesai proses maka nilai terlambat adalah selisih antara waktu selesai proses dengan due date dalam satuan hari. Hasil dari proses penjadwalan ini terdapat pada halaman mesin masing-masing berdasarkan teknik penjadwalan yang telah dilakukan. Penjadwalan ini dapat direvisi jika terdapat tambahan produk, order atau produk yang terdapat pada produk tertunda akan masuk setelah material terpenuhi. Proses revisi penjadwalan dilakukan pada halaman teknik penjadwalan di masing-masing mesin dengan mengubah waktu mulai pada kolom edit yang telah disediakan. -produk yang telah di produksi tidak akan terseleksi lagi. Gambar 25. Teknik penjadwalan pada mesin JB 3 dan JB 4 Model penjadwalan produksi ini dapat dilakukan revisi jika terdapat penambahan pesanan. Penjadwalan produksi yang telah jadi dapat di ubah ataupun ditambahkan ke dalam input sebelumnya. Pengguna dapat melakukan revisi apabila terjadi penambahan atau terjadi kesalahan. Jadwal produksi yang telah jadi pada periode Februari minggu ke dua terdapat tiga jenis produk yaitu JDO 1, JDO 3 dan JBC 1 dengan waktu mulai tanggal 11/02/2008 dan due date tanggal 16/02/2008. Hasil penjadwalan yang telah jadi, pada mesin JB 3 teknik SPT terdapat 2 produk yaitu JBC 1 dan JDO 1, sedangakan hasil penjadwalan 49

67 pada JB 4 terdapat produk JDO 3. Tampilan input penjadwalan dan jadwal produksi sebelum penambahan pesanan terdapat pada Gambar 26, 27 dan 28. Gambar 26. Tampilan input penjadwalan sebelum penambahan pesanan Gambar 27. Tampilan penjadwalan sebelum penambahan pesanan pada teknik SPT mesin JB 3. 50

68 Gambar 28. Tampilan penjadwalan sebelum penambahan pesanan pada teknik SPT mesin JB 4 Jadwal produksi yang telah ada dapat diubah apabila terdapat penambahan. Pada input penjadwalan terdapat penambahan pesanan JDO 9 dengan waktu mulai 13/02/2008. Pada mesin jb 3 produk masih mengerjakankan pekerjaan sampai tanggal 13/02/2008. Pada mesin JB 4, mesin telah selesai menyelesaikan pekerjaan pada tanggal 12, sehingga produk tambahan dapat masuk pada mesin ini. Penjadwalan dilakukan pada tanggal 13/02/2008 dan selesai pada tanggal itu juga. Tampilan input penjadwalan, penjadwalan pada mesin JB 3 dan JB 4 terdapat pada Gambar 29, 30 dan 31. Gambar 29. Tampilan input penjadwalan setelah penambahan pesanan 51

69 Gambar 30. Tampilan hasil penjadwalan setelah penambahan pada mesin JB 3 Gambar 31. Tampilan hasil penjadwalan setelah penambahan pada mesin JB 4 d. Laporan Laporan ini merupakan laporan hasil proses penjadwalan dan penghitungan nilai pegukuran kinerja penjadwalan berupa nilai ratarata waktu penyelesaian produk dan rata-rata keterlambatan. Untuk menampilkan data yang akan dilaporkan pengguna terlebih dahulu memilih data penjadwalan berdasarkan bulan, minggu dan tahun. Kemudian pilih teknik penjadwalan setelah itu tekan hitung. Proses perhitungan yang terjadi ketika menekan tombol hitung adalah program akan menghitung laju alir proses (flow time) dan total waktu terlambat. Perhitungan waktu alir ini akan menghitung berdasarkan jumlah record yang ada. Rumus perhitungan flow time adalah 52

70 F n i 1 ( n i 1) p Katerangan : F : waktu rata-rata penyelesaian produk (mean flow time) n : Jumlah Pi : waktu proses produk ke i Pada menu akan menghitung juga jumlah terlambat dan nilai rata-rata penyelesaian produk (mean flow time) pada setiap metode berdasarkan masing-masing mesin. Data yang digunakan terlebih dahulu diseleksi berdasarkan bulan, minggu dan tahun dengan menekan tombol cari. Selain menghitung nilai terlambat, pada menu ini terdapat penghitungan rata-rata terlambat permesin yang didapatkan dari nilai keterlambatan dibagi dengan jumlah produk yang terlambat. Setelah itu nilai rata-rata waktu penyelesaian dan rata-rata nilai terlambat dibagi dengan jumlah mesinnya. Hasil keluaran dari menu ini dihubungkan dengan program Microsof Exel dengan menekan tombol laporan dan langsung dapat di cetak atau di modifikasi tampilannya. i / n Gambar 32. Laporan penjadwalan produksi 53

71 Gambar 33. Laporan mean flow time dan rata-rata terlambat 3. Menu Tentang Program Menu ini memuat semua informasi yang berhubungan dengan program aplikasi ini baik mengenai cara penggunaan program hingga informasi mengenai pembuat program. a. Tentang pembuat program Menu ini berisikan informasi mengenai data diri pembuat program, yang meliputi nama, alamat, nomor telepon, serta foto diri. Gambar 34. Tentang pembuat program 54

72 b. Tentang Program Menu tentang program ini berisi informasi lisensi program aplikasi penjadwalan produksi, serta informasi mengenai versi dari program ini sendiri. Tampilan tentang program ini terdapat pada Gambar 34. Gambar 35. Tentang program c. Bantuan Menu ini merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh program aplikasi ini. Menu bantuan ini dihubungkan dengan panduan penggunaan program, jika pengguna mengalami kesulitan dalam mengoperasikan program ini. Panduan penggunaan program terdapat pada lampiran. 55

73 D. ALIRAN PENJADWALAN TRIMS PS 1.0 Aliran penjadwalan dengan menggunakan program TRIMS PS 1.0 terdapat pada Gambar 36. Mulai o o o Input: Persediaan awal Jumlah Masuk Jumlah keluar Model Persediaan jadi Output: Persediaan akhir Total Persediaan Input: Jumlah order Model produksi Tambah Order Output: Jumlah diproduksi Jumlah diproduksi Nilai konversi o o Input: Bulan,Tahun Miinggu, Jenis Jumlah Diproduksi Model Kebutuhan Material o o o o Input: Bulan,Tahun Miinggu, Jenis Jumlah Diproduksi Kapasitas Tangki si alir Proses Model Kebutuhan Tangki Output: Jumlah Kebutuhan Material o Cup o Seal o Karton o Sedotan o o Output: Jumlah Kebutuhan Tangki Total waktu proses o o o Input: Tanggal Pesan Jenis Material Lead Time Ya Model Penjadwalan si Pesan Tanggal Kedatangan Tidak cukup Model Penjadwalan si Teknik SPT, LPT dan CR Up date penjadwalan SPT Sorting By proses Ascending LPT Sorting By proses Descending CR Sorting by CR Ascending Ya Jadwal Order baru Tidak Selesai Gambar 36. Diagram alir penjadwalan program TRIMS PS 1.0 Penjadwalan produksi menggunakan progam TRIMS 1.0 dimulai dengan melihat persediaan produk jadi yang terdapat digudang. Selanjutnya masuk kedalam model order produksi, model ini berguna untuk mengetahui jumlah pesanan yang akan diproduksi dengan mempertimbangkan persediaan 56

74 digudang. Setelah didapatkan jumlah produk yang akan diproduksi, maka akan dihitung kebutuhan bahan pendukung yang diperlukan. Pada model kebutuhan material ini dilihat kebutuhan material berdasarkan jenis produk dan kelompok produk, untuk material cup dan sedotan disesuaikan dengan kelompok produknya. Untuk mengetahui apakah persediaan yang ada mencukupi atau tidak, maka dilakukan pengecekan material berdasarkan minggu,bulan, tahun dan jenis produk. Jika terjadi kekurangan material maka dilakukan pemesanan material. Tahapan selanjutnya adalah penghitungan waktu yang diperlukan untuk memproduksi setiap pesanan, proses ini terdapat pada menu kebutuhan batch. Setelah didapatkan jumlah kebutuhan pemasakan dan waktu proses, maka berikutnya adalah masuk kedalam model penjadwalan produksi. Penjadwalan produksi dilakukan dengan menggunakan teknik pengurutan (sequencing). Teknik yang digunakan yaitu teknik Shortest Processing Time (SPT), Longest Procesing Time (LPT) dan Critical Ratio (CR). Teknik SPT, urutan penjadwalan berdasarkan waktu proses terpendek. Teknik LPT, penjadwalan berdasarkan waktu yang terpanjang sedangkan teknik CR, penjadwalan berdasarkan nilai CR yang terkecil. Penjadwalan dapat diubah apabila terdapat perubahan misalkan terdapat penambahan pesanan. Pada menu penjadwalan lihat pada mesin JB 3 dan JB 4, pilih mesin yang telah menyelesaikan pekerjaan pada tanggal produk baru tersebut mulai diproduksi. Proses yang terjadi adalah produkproduk yang belum diproduksi akan dijadwal ulang dan hasilnya berupa jadwal produksi baru. E. VERIFIKASI PENJADWALAN PRODUKSI Salah satu kendala yang menghambat kegiatan produksi di PT. TRMS adalah banyaknya pesanan produk yang masuk sedangkan mesin yang ada terbatas yaitu mesin JB 3 dan JB 4. Kendala-kendala seperti ini yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan selain faktor-faktor teknis yang lain. Keterlambatan terjadi karena tidak terdapat material atau material terlambat datang pada lantai produksi. Hal tidak adanya informasi yang tepat antar 57

75 bagian produksi, gudang dan PPIC. Selama ini pihak produksi yang melakukan pengebonan material tidak menghitung secara tepat jumlah produk yang diperlukan untuk produksi. Kondisi tersebut berakibat terjadinya kekurangan pasokan material yang menghambat kegiatan produksi. Perusahaan dalam melakukan penjadwalan belum menggunakan suatu teknik penjadwalan tertentu yang mempertimbangkan rata-rata waktu penyelesaian produk sehingga waktu penyelesaian produksi tidak dapat diprediksi. Adanya permasalahan tersebut menyebabkan diperlukan suatu model yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Model TRIMS PS 1.0 merupakan model yang dapat membantu pihak-pihak terkait dalam menyelesaikan permasalahan diatas. Model ini dapat meminimasi terjadinya kekurangan pasokan bahan material dan dapat meminimasi keterlambatan. Model ini dilengkapi dengan alternatif model penjadwalan produksi dengan menggunakan teknik pengurutan (sequencing) aturan prioritas. Model penjadwalan tersebut terdiri atas tiga macam alternatif teknik yaitu berdasarkan waktu pemrosesan terpendek atau Shortest Processing Time (SPT), berdasarkan waktu pemrosesan terpanjang atau Longest Processing Time (LPT) dan berdasarkan tingkat kepentingan atau Critical Ratio (CR). Penjadwalan yang dilakukan mempertimbangkan waktu alir dan waktu setup dan pemasakan. Data yang digunakan untuk verifikasi adalah data sales order aktual bulan Januari-Maret Model penjadwalan produksi merupakan suatu model yang bertujuan untuk mendapatkan suatu jadwal produksi dengan membandingkan waktu penyelesaian rata-rata dan waktu keterlambatan rata-rata dari ketiga teknik penjadwalan yang telah disebutkan sebelumnya. Jadwal produksi yang dihasilkan telah menempatkan produk pada masing-masing mesin, sehingga dapat mempermudah dalam pengerjaan di lantai produksi. mulai penjadwalan merupakan waktu awal periode yang telah ditetapkan pada saat sales order datang. Penjadwalan yang ada diasumsikan sebagai awal periode penjadwalan, sehingga kedua mesin dalam keadaan menganggur. Penjadwalan dimulai 58

76 dengan menghitung jumlah produk yang akan diproduksi, penghitungan jumlah yang diproduksi ini berdasarakan jumlah sales order dan persediaan produk jadi yang ada. Adapun jumlah produk yang diproduksi berdasarkan periode penjadwalan terdapat pada lampiran.. Tabel 3. Jumlah order, persediaan dan produksi bulan Januari Minggu Minggu Jenis Jumlah Order Jumlah Persediaan Jumlah Diproduksi Due Date 1 JDO /01/ JDO /01/ JDO /01/ JBC /01/ JBC /01/ JDO /01/ JDO /01/ JDO /01/ JBC /01/ JBC /01/ JDO /01/ JDO /01/ JDO /01/ JBC /01/ JBC /01/ JDO /02/ JDO /02/ JDO /02/ JBC /02/ JBC /02/ JDO /02/ JDO /02/ JDO /02/ JBC /02/ JBC /02/ JDO /02/ JDO /02/ JDO /02/ JBC /02/ JBC /02/ JDO /02/ JDO /02/ JDO /02/ JBC /02/ JBC /02/ JDO /03/ JDO /03/ JDO /03/ JBC /03/ JBC /03/

77 Minggu Jenis Jumlah Order Jumlah Persediaan Jumlah Diproduksi Due Date 1 JDO /03/ JDO /03/ JDO /03/ JBC /03/ JBC /03/ JDO /03/ JDO /03/ JDO /03/ JBC /03/ JBC /03/ JDO /03/ JDO /03/ JDO /03/ JBC /03/ JBC /03/ JDO /03/ JDO /03/ JDO /03/ JBC /03/ JBC /03/2008 Tabel diatas merupakan rincian pesanan mulai bulan Januari - Maret 2008, penjadwalan dilakukan diawal periode setiap minggu. Due date merupakan tanggal batas waktu penyerahan pesanan. Periode pertama bulan Januari 2008 dimulai pada tanggal Januari 2008, periode kedua tanggal Januari 2008, periode ketiga dimulai tanggal Januari Penjadwalan dilakukan dengan dua mesin yang digunakan secara bergantian dengan mendahulukan mesin yang telah menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Dan juga akan dilihat penjadwalan apabila mesin penjadwalan dilakukan dengan menggunakan dua mesin secara bersamaan. 1. Penjadwalan Dengan Kedua mesin yang digunakan secara bergantian a. Hasil Penjadwalan Teknik SPT (Short Processing Time) Berikut ini merupakan hasil penjadwalan teknik SPT dengan menggunakan dua mesin secara bergantian. Periode yang digunakan dalam penjadwalan adalah Minggu pertama-keempat bulan Januari- Maret Hasil penjadwalan dengan teknik SPT terdapat pada Tabel 4 sampai dengan Tabel 9. 60

78 Tabel 4. Penjadwalan produksi SPT mesin JB 3 bulan Januari 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,71 02/01/ /03/ /01/ JDO ,13 03/01/ /05/ /01/ JBC ,33 07/01/ /01/ /01/ JBC ,58 07/01/ /01/ / 01/ JDO ,79 08/01/ /01/ / 01/ JBC ,33 14/01/ /01/ /01/ JDO ,4 14/01/ /01/ /01/ JDO ,83 14/01/ /01/ /01/ JBC ,58 21/01/ /01/ /02/ JDO ,06 22/01/ /01/ /02/ JDO ,38 24/01/ /01/ /02/ Tabel 5. Penjadwalan produksi SPT mesin JB 4 bulan Januari 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,71 01/02/ /03/ /01/ JDO ,33 01/07/ /07/ /12/ JDO ,83 01/07/ /08/ /12/ JBC ,33 14/01/ /01/ /01/ JDO ,73 14/01/ /01/ /01/ JBC ,02 21/01/ /01/ /02/ JDO ,31 24/01/ /01/ /02/ Penjadwalan pada Tabel diatas menggunakan teknik SPT dengam menggunakan 2 mesin yang digunakan secara bergantian. yang akan diproduksi ditempatkan pada mesin yang telah menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Dari Tabel diatas terlihat bahwa rata-rata setiap minggu terdapat 5 jenis pesanan produk yang harus dikerjakan oleh mesin JB 3 dan JB 4, sehingga untuk menentukan pesanan mana yang harus diproduksi lebih dulu diperlukan suatu aturan pengurutan. Bulan Januari 2008 waktu mulai produksi yaitu pada tanggal 31/12/2007 (minggu 1), 07/01/2008 (minggu 2), 14/01/2008 (minggu 3) dan 21/01/2008 (minggu 4). Berdasarkan hasil penjadwalan produksi pada Tabel 4 dan 5 tidak terdapat produk yang mengalami keterlambatan atau waktu selesai produksi melebihi batas waktu (due date). 61

79 Tabel 6. Hasil penjadwalan SPT bulan Februari 2008 pada mesin JB 3 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,58 02/04/ /05/ /09/ JDO ,58 02/05/ /07/ /09/ JBC ,33 02/11/ /12/ /02/ JDO ,04 02/12/ /02/ /02/ JBC ,33 18/02/ /02/ /02/ JDO ,56 18/02/ /02/ /02/ JDO ,58 25/02/ /02/ /01/ JDO ,54 26/02/ /02/ /01/ Tabel 7. Hasil penjadwalan produksi SPT bulan Februari 2008 mesin Minggu JB 4 Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date 1 JDO ,08 02/04/ /05/ /09/ JBC ,04 02/05/ /07/ /09/ JDO ,58 02/11/ /12/ /02/ JDO ,31 02/12/ /02/ /02/ JDO ,58 18/02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO ,33 25/02/ /02/ /01/ Terlambat Tabel 6 dan 7 merupakan hasil penjadwalan produksi pada bulan Februari 2008 dengan menggunakan dua mesin yaitu JB 3 dan JB 4. waktu mulai produksi pada bulan ini yaitu tanggal 04/02/2008, 11/02/2008, 18/02/2008 dan 25/02/2008. Periode bulan Februari semua pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan tidak ada yang melewati due date. Tabel 8. Hasil penjadwalan SPT bulan Maret 2008 pada mesin JB 3 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,33 03/03/ /04/ /08/ JDO ,48 03/04/ /06/ /08/ JBC ,23 03/10/ /10/ /03/ JDO ,58 03/10/ /11/ /03/ JDO ,79 17/03/ /03/ /03/ JBC ,33 24/03/ /03/ /03/ JBC ,58 24/03/ /03/ /03/

80 Tabel 9. Hasil penjadwalan SPT bulan Maret 2008 pada mesin JB 4 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai (hari) Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,4 03/03/ /03/ /08/ JDO ,58 03/03/ /05/ /08/ JBC ,4 03/10/ /10/ /03/ JDO ,83 03/10/ /12/ /03/ JDO ,58 24/03/ /03/ /03/ JDO ,54 25/03/ /03/ /03/ Periode penjadwalan pada bulan ini dimulai pada 03/03/2008, 10/03/ /03/2008 dan 24/03/2008. Berdasarkan Tabel 8 dan 9 hasil penjadwalan produksi pada bulan Maret, semua pekerjaan pada bulan ini dapat selesai tepat pada waktunya dan tidak ada produk yang terlambat. b. Hasil Penjadwalan Teknik LPT (Longest Processing Time) Penjadwalan dengan menggunakan teknik LPT menghasilkan urutan yang berbeda dengan teknik SPT. Teknik LPT pengurutan penjadwalan berdasarkan waktu proses yang terpanjang. Hasil penjadwalan dengan teknik ini terdapat pada Tabel 10- Tabel 15. Tabel 10. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 3 bulan Januari 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,13 02/01/ /01/ /05/ JDO ,79 01/07/ /09/ /12/ JDO ,33 01/09/ /10/ /12/ JDO ,83 14/01/ /01/ /01/ JBC ,33 16/01/ /01/ /01/ JDO ,38 21/01/ /01/ /02/ JBC ,02 24/01/ /01/ /02/ Tabel 11. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 4 bulan Januari 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,71 03/01/ /01/ /05/ JBC ,71 02/01/ /01/ /05/ JDO ,83 01/07/ /08/ /12/ JBC ,58 01/08/ /09/ /12/ JBC ,33 01/09/ /10/ /12/ JDO ,73 14/01/ /01/ /01/ JDO ,4 16/01/ /01/ /01/ JBC ,33 17/01/ /01/ /01/ JDO ,31 21/01/ /01/ /02/

81 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 4 JDO ,06 24/01/ /01/ /02/ JBC ,58 27/01/ /01/ /02/ Tabel 10 dan 11 merupakan hasil penjadwalan produksi bulan Januari Berdasarkan Tabel tersebut periode bulan Januari semua pekerjaan dapat selesai tepat waktu dan tidak ada yang melebihi due date. Tabel 12. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 3 bulan Februari 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,04 02/04/ /07/ /09/ JDO ,58 02/07/ /07/ /09/ JDO ,31 02/11/ /02/ /02/ JBC ,33 14/02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC ,33 23/02/ /02/ /02/ JDO ,54 25/02/ /02/ /01/ Tabel 13. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 4 bulan Februari Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,58 02/04/ /06/ /09/ JDO ,08 02/06/ /08/ /09/ JDO ,04 02/11/ /02/ /02/ JDO ,58 14/02/ /02/ /02/ JDO ,56 18/02/ /02/ /02/ JDO ,58 21/02/ /02/ /02/ JDO ,33 25/02/ /02/ /01/ JDO ,58 27/02/ /02/ /01/ Pada periode Februari 2008 berdasarkan Tabel 12 dan 13, hasil penjadwalan periode ini tidak ada produk yang mengalami keterlambatan. Tabel 14. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 3 bulan Maret 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,58 03/03/ /05/ /08/ JBC ,33 03/05/ /06/ /08/ JDO ,83 03/10/ /12/ /03/ JDO ,79 17/03/ /03/ /03/ JDO ,54 24/03/ /03/ /03/

82 Tabel 15. Penjadwalan produksi LPT mesin JB 4 bulan Maret 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,48 03/03/ /05/ /08/ JDO ,4 03/05/ /06/ /08/ JDO ,58 03/10/ /11/ /03/ JBC ,4 03/12/ /03/ /03/ JBC ,23 03/11/ /12/ /03/ JDO ,58 25/03/ /03/ /03/ JBC ,58 24/03/ /03/ /03/ JBC ,33 26/03/ /03/ /03/ Tabel 14 dan 15 merupakan Tabel hasil penjadwlan dengan teknik LPT (Longest Processing Time) periode bulan Maret 2008 dimana pengurutan dilakukan berdasarkan waktu proses produksi terpanjang. Semua produk pada periode ini tidak ada yang mengalami keterlambatan. c. Hasil Penjadwalan Teknik CR (Critical Ratio) Penjadwalan dengan teknik CR memberikan hasil yang sama dengan LPT, urutan penjadwalan dengan teknik CR berdasarkan nilai CR yang terkecil. Nilai CR merupakan perbandingan antara waktu yang tersisa sampai batas waktu (due date) dengan lama waktu proses. Hasil penjadwalan dengan teknik CR menggunakan dua mesin bergantian terdapat pada Tabel 16- Tabel 21. Tabel 16. Penjadwalan produksi CR mesin JB 3 bulan Januari 2008 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat CR 1 JDO ,13 28/12/ /02/ /04/ /05/ ,76 1 JDO ,71 28/12/ /04/ /05/ /05/ ,27 2 JDO ,79 01/04/ /07/ /09/ /12/ ,47 2 JBC ,58 01/04/ /09/ /10/ /12/ ,79 2 JDO ,33 01/04/ /10/ /11/ /12/ ,24 3 JDO ,83 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,37 3 JDO ,4 01/11/ /01/ /01/ /01/ JBC ,33 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,24 4 JDO ,38 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,3 4 JDO ,06 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,28 4 JBC ,58 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,86 65

83 Minggu Tabel 17. Penjadwalan produksi CR mesin JB 4 bulan Januari 2008 Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,71 28/12/ /02/ /03/ /05/ ,27 2 JDO ,83 01/04/ /07/ /08/ /12/ ,64 2 JBC ,33 01/04/ /08/ /09/ /12/ ,24 3 JDO ,73 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,62 3 JBC ,33 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,24 4 JDO ,31 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,49 4 JBC ,02 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,43 CR Minggu Tabel 18. Penjadwalan produksi CR mesin JB 3 bulan Februari 2008 Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,04 02/01/ /04/ /07/ /09/ ,92 1 JDO ,08 02/01/ /07/ /09/ /09/ ,41 2 JDO ,31 02/08/ /11/ /02/ /02/ ,46 2 JDO ,58 02/08/ /02/ /02/ /02/ ,79 3 JDO /02/ /02/ /02/ /02/ JDO ,58 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,06 4 JDO ,54 22/02/ /02/ /02/ /01/ ,15 4 JDO ,58 22/02/ /02/ /02/ /01/ ,79 CR Minggu Tabel 19. Penjadwalan produksi CR mesin JB 4 bulan Februari 2008 Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,58 02/01/ /04/ /05/ /09/ ,06 1 JDO ,58 02/01/ /05/ /06/ /09/ ,79 2 JDO ,04 02/08/ /11/ /02/ /02/ ,92 2 JBC ,33 02/08/ /02/ /02/ /02/ ,24 3 JDO ,56 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,13 3 JBC ,33 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,24 4 JDO ,33 22/02/ /02/ /02/ /01/ ,02 CR Minggu Tabel 20. Penjadwalan produksi CR mesin JB 3 bulan Maret 2008 Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,58 29/02/ /03/ /05/ /08/ ,06 1 JDO ,4 29/02/ /05/ /06/ /08/ JDO ,83 03/07/ /10/ /12/ /03/ ,37 2 JBC ,23 03/07/ /12/ /03/ /03/ ,78 3 JDO ,79 14/03/ /03/ /03/ /03/ ,87 4 JDO ,54 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,19 4 JDO ,58 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,79 CR 66

84 Minggu Tabel 21. Penjadwalan produksi CR mesin JB 4 bulan Maret 2008 Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,48 29/02/ /03/ /05/ /08/ ,41 1 JBC ,33 29/02/ /05/ /06/ /08/ ,24 2 JDO ,58 03/07/ /10/ /11/ /03/ ,79 2 JBC ,4 03/07/ /11/ /11/ /03/ JBC ,58 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,79 4 JBC ,33 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,24 CR Berbeda halnya dengan penjadwalan SPT dan LPT yang melakukan proses pengurutan berdasarkan lama waktu proses produksi, pada teknik penjadwalan CR pengurutan produk produk berdasarkan nilai CR dari yang terkecil sampai yang terbesar. Nilai CR ini selain dipengaruhi oleh lama waktu proses produksi juga dipengaruhi oleh tanggal pengecekan dan due date. Tanggal pengecekan yaitu tanggal dimana dimulainya penyusunan/pembuatan jadwal produksi. Semakin kecil nilai CR maka semakin berpeluang suatu produk mengalami keterlambatan, oleh karena itu didahulukan produk yang memiliki nilai CR yang terendah. Hasil penjadwalan CR sama dengan teknik penjadwalan SPT, hal ini dikarenakan pada saat penghitungan nilai CR, yang menjadi penyebut adalah lama waktu proses sehingga nilai CR yang dihasilkan menjadi kecil. Semakin lama waktu proses yang diperlukan maka nilai CR yang didapat akan semakin kecil. Pada periode penjadwalan bulan Januari- Maret 2008 dengan menggunakan teknik penjadwalan CR, dapat dilihat tidak ada produk yang selesai melebihi batas waktu (due date). 67

85 2. Hasil Penjadwalan si dengan Dua Mesin Bersamaan Penjadwalan produksi dengan menggunakan dua mesin dijalankan secara bersamaan bertujuan untuk melihat keefektifan hasil penjadwalan dengan menggunakan dua mesin yang digunakan secara bergantian. a. Shortest Processing Time (SPT) Berikut ini merupakan hasil penjadwalan dengan menggunakan teknik SPT dengan dua mesin bersamaan. Pada dasarnya teknik penjadwalan ini sama yaitu mengurutkan berdasarkan waktu proses terpendek, namun perbedaan terletak pada penggunaan mesin yang langsung digunakan secara bersamaan. Hasil dari penjadwalan produksi menggunakan teknik ini terdapat pada Tabel 22- Tabel 24. Tabel 22. Penjadwalan produksi SPT Januari 2008 dua mesin bersamaan Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,4 01/02/ /02/ /05/ JBC ,4 01/02/ /02/ /05/ JDO ,1 01/02/ /03/ /05/ JDO ,21 01/07/ /07/ /12/ JBC ,21 01/07/ /07/ /12/ JBC ,33 01/07/ /07/ /12/ JDO ,46 01/08/ /08/ /12/ JDO ,94 01/08/ /09/ /12/ JBC ,21 14/01/ /01/ /01/ JBC ,21 14/01/ /01/ /01/ JDO ,23 14/01/ /01/ /01/ JDO ,92 15/01/ /01/ /01/ JDO ,96 16/01/ /01/ /01/ JBC ,33 21/01/ /01/ /02/ JBC ,04 21/01/ /01/ /02/ JDO ,08 23/01/ /01/ /02/ JDO ,21 25/01/ /01/ /02/ JDO ,23 26/01/ /01/ /02/

86 Tabel 23. Penjadwalan produksi SPT Februari 2008 dua mesin bersamaan Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,33 02/04/ /04/ /09/ JDO ,58 02/04/ /05/ /09/ JDO ,83 02/05/ /06/ /09/ JBC ,06 02/06/ /07/ /09/ JBC ,21 02/11/ /11/ /02/ JDO ,33 02/11/ /11/ /02/ JDO ,06 02/11/ /12/ /02/ JDO ,21 02/12/ /02/ /02/ JBC ,21 18/02/ /02/ /02/ JDO ,83 18/02/ /02/ /02/ JDO ,33 19/02/ /02/ /02/ JDO ,04 21/02/ /02/ /02/ JDO ,33 25/02/ /02/ /01/ JDO ,71 25/02/ /02/ /01/ JDO ,31 26/02/ /02/ /01/ Tabel 24. Penjadwalan produksi SPT Maret 2008 dua mesin bersamaan Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,21 03/03/ /03/ /08/ JDO ,23 03/03/ /03/ /08/ JDO ,79 03/03/ /04/ /08/ JDO ,83 03/04/ /05/ /08/ JBC ,17 03/10/ /10/ /03/ JBC ,23 03/10/ /10/ /03/ JDO ,33 03/10/ /10/ /03/ JDO ,96 03/10/ /11/ /03/ JDO ,44 17/03/ /03/ /03/ JBC ,21 24/03/ /03/ /03/ JBC ,33 24/03/ /03/ /03/ JDO ,33 24/03/ /03/ /03/ JDO ,81 24/03/ /03/ /03/ Berdasarkan hasil penjadwaln produksi dengan menggunakan teknik SPT dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pesanan menjadi dua kali lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan dua mesin yang digunakan bergantian. Hasil penjadwalan periode Januari-Maret dengan menggunakan teknik ini tidak ada pesanan produk yang mengalami keterlambatan. 69

87 b. Longest Processing Time (LPT) Penjadwalan produksi dengan teknik pengurutan LPT dengan menggunakan dua mesin secara bersamaan, penjadwalan diurutkan berdasrkan waktu proses terpanjang. Hasil penjadwalan dengan teknik ini terdapat pada Tabel Tabel 25. Penjadwalan produksi LPT Januari 2008 dua mesin bersamaan Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,1 01/02/ /04/ /05/ JDO ,4 01/04/ /04/ /05/ JBC ,4 01/04/ /04/ /05/ JDO ,94 01/07/ /08/ /12/ JDO ,46 01/08/ /08/ /12/ JBC ,33 01/08/ /08/ /12/ JDO ,21 01/09/ /09/ /12/ JBC ,21 01/09/ /09/ /12/ JDO ,96 14/01/ /01/ /01/ JDO ,92 15/01/ /01/ /01/ JDO ,23 16/01/ /01/ /01/ JBC ,21 16/01/ /01/ /01/ JBC ,21 16/01/ /01/ /01/ JDO ,23 21/01/ /01/ /02/ JDO ,21 23/01/ /01/ /02/ JDO ,08 25/01/ /01/ /02/ JBC ,04 27/01/ /01/ /02/ JBC ,33 29/01/ /01/ /02/ Tabel 26. Penjadwalan produksi LPT Februari 2008 dua mesin bersamaan Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,06 02/04/ /05/ /09/ JDO ,83 02/05/ /06/ /09/ JDO ,58 02/06/ /07/ /09/ JDO ,33 02/07/ /07/ /09/ JDO ,21 02/11/ /02/ /02/ JDO ,06 13/02/ /02/ /02/ JDO ,33 15/02/ /02/ /02/ JBC ,21 15/02/ /02/ /02/ JDO ,04 18/02/ /02/ /02/ JDO ,33 21/02/ /02/ /02/ JDO ,83 22/02/ /02/ /02/ JBC ,21 23/02/ /02/ /02/ JDO ,31 25/02/ /02/ /01/ JDO ,71 27/02/ /02/ /01/ JDO ,33 28/02/ /02/ /01/

88 Minggu Tabel 27. Penjadwalan produksi LPT Maret 2008 dua mesin bersamaan Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,83 03/03/ /04/ /08/ JDO ,79 03/04/ /05/ /08/ JDO ,23 03/05/ /05/ /08/ JBC ,21 03/05/ /05/ /08/ JDO ,96 03/10/ /11/ /03/ JDO ,33 03/11/ /11/ /03/ JBC ,23 03/11/ /11/ /03/ JBC ,17 03/11/ /11/ /03/ JDO ,44 17/03/ /03/ /03/ JDO ,81 24/03/ /03/ /03/ JBC ,33 25/03/ /03/ /03/ JDO ,33 25/03/ /03/ /03/ JBC ,21 25/03/ /03/ /03/ Berdasarkan hasil penjadwalan teknik LPT periode Januari-Maret 2008 dengan menggunakan dua mesin bersamaan didapatkan bahwa tidak ada produk yang mengalami keterlambatan. c. Critical Ratio (CR) Teknik penjadwalan CR yang digunakan pada dasarnya sama yang membedakan hanya pada penggunaan dua mesin yang dijalankan secara bersamaan. Hasil penjadwalan produksi dengan teknik ini terdapat pada Tabel 28- Tabel 30. Tabel 28. Penjadwalan produksi CR Januari 2008 menggunakan dua Jenis mesin bersamaan Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,1 28/12/ /02/ /04/ /05/ ,27 1 JDO ,4 28/12/ /04/ /04/ /05/ JBC ,4 28/12/ /04/ /04/ /05/ JDO ,94 01/04/ /07/ /08/ /12/ JDO ,46 01/04/ /08/ /08/ /12/ JBC ,33 01/04/ /08/ /08/ /12/ JDO ,21 01/04/ /09/ /09/ /12/ JBC ,21 01/04/ /09/ /09/ /12/ JDO ,96 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,33 3 JDO ,92 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,7 3 JDO ,23 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,78 3 JBC ,21 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,1 3 JBC ,21 01/11/ /01/ /01/ /01/ ,1 4 JDO ,23 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,2 CR 71

89 Minggu Jenis Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 4 JDO ,21 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,4 4 JDO ,08 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,89 4 JBC ,04 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,42 4 JBC ,33 18/01/ /01/ /01/ /02/ ,45 Minggu Tabel 29. Penjadwalan produksi CR Februari 2008 menggunakan dua Jenis mesin bersamaan Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JBC ,06 02/01/ /04/ /05/ /09/ ,55 1 JDO ,83 02/01/ /05/ /06/ /09/ ,64 1 JDO ,58 02/01/ /06/ /07/ /09/ ,79 1 JDO ,33 02/01/ /07/ /07/ /09/ ,24 2 JDO ,21 02/08/ /11/ /02/ /02/ ,61 2 JDO ,06 02/08/ /02/ /02/ /02/ ,55 2 JDO ,33 02/08/ /02/ /02/ /02/ ,24 2 JBC ,21 02/08/ /02/ /02/ /02/ ,1 3 JDO ,04 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,92 3 JDO ,33 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,02 3 JDO ,83 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,64 3 JBC ,21 15/02/ /02/ /02/ /02/ ,1 4 JDO ,31 22/02/ /02/ /02/ /01/ ,11 4 JDO ,71 22/02/ /02/ /02/ /01/ ,27 4 JDO ,33 22/02/ /02/ /02/ /01/ ,24 Minggu Tabel 30. Penjadwalan produksi CR Maret 2008 menggunakan dua mesin Jenis bersamaan Jumlah diproduksi Proses Tgl Pengecekan Mulai Selesai Due Date Terlambat 1 JDO ,83 29/02/ /03/ /04/ /08/ ,64 1 JDO ,79 29/02/ /04/ /05/ /08/ ,13 1 JDO ,23 29/02/ /05/ /05/ /08/ ,78 2 JDO ,96 03/07/ /10/ /11/ /03/ ,33 2 JDO ,33 03/07/ /11/ /11/ /03/ ,24 2 JBC ,23 03/07/ /11/ /11/ /03/ ,78 2 JBC ,17 03/07/ /11/ /11/ /03/ ,06 3 JDO ,44 14/03/ /03/ /03/ /03/ ,56 4 JDO ,81 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,88 4 JBC ,33 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,24 4 JDO ,33 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,24 4 JBC ,21 21/03/ /03/ /03/ /03/ ,1 Bedasarkan hasil penjadwalan produksi periode Januari-Maret 2008 teknik penjadwalan CR memberikan hasil yang sama dengan penjadwalan LPT. Hasil penjadwalan CR sama dengan LPT disebabkan pada saat menghitung nilai CR apabila penyebutnya bernilai besar maka CR CR CR 72

90 nilai CR akan bernilai kecil, variabel yang berfungsi sebagai penyebut adalah lama proses. Pada teknik ini pengurutan produksi pesanan berdasarkan nilai CR yang terendah. Sama halnya dengan LPT, pada teknik penjadwalan dengan teknik CR tidak terdapat produk yang mengalami keterlambatan. 3. Pembahasan Hasil dari ketiga aturan pengurutan diatas, selanjutnya dihitung rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan (MF) dan rata-rata keterlambatan (ML) pada setiap periode penjadwalan produksi beserta jumlah produk yang mengalami keterlambatan. penyelesaian sejumlah produk (flow time) adalah jumlah waktu yang dihabiskan oleh pekerjaan dari awal masuk produksi sampai waktu pekerjaan tersebut selesai diproses. Rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan merupakan jumlah rata-rata waktu penyelesaian dari semua pekerjaan yang ada. Tabel 31. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Januari 2008 menggunakan dua mesin bergantian Minggu MF Dua Mesin Bergantian SPT LPT CR ML Jml Terlambat (Unit) MF ML Jml Terlambat MF ML Jml Terlambat (unit) 1 1, , , , , , , , , , , , Rata- Rata 1, , , Pada Tabel 31 dapat dilihat perbandingan antara aturan SPT, LPT dan CR. Perhitungan flow time (waktu penyelesaian produk rata-rata) dengan menggunakan aturan SPT didapatkan waktu penyelesaian pesanan adalah 1,805 hari, sedangkan LPT dan CR adalah sebesar 2,44 hari. Untuk rata-rata keterlambatan pada aturan SPT sebesar 0 hari, sedangkan untuk LPT dan CR sebesar 0. Untuk jumlah produk yang terlambat, pada aturan ketiga aturan yang digunakan tidak ada produk yang terlambat. 73

91 Tabel 32. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat Minggu periode Januari 2008 menggunakan dua mesin bersamaan MF Dua Mesin Bersamaan SPT LPT CR ML Jml Terlambat (Unit) MF ML Jml Terlambat MF ML Jml Terlambat (Unit) 1 0, , , , , , , , , , , , Rata- Rata 0, , , Pada Tabel 32 terlihat perbandingan antara aturan SPT, LPT dan CR dengan menggunakan dua mesin yang dijalankan secara bersamaan. Dapat dilihat perhitungan MF dengan menggunakan aturan SPT didapatkan rata-rata penyelesaian pesanan adalah 0,7 hari, sedangkan nilai MF untuk aturan LPT dan CR adalah sebesar 1,053 hari dengan jumlah keterlambatan rata-rata dan jumlah produk terlambat sebesar 0. Jika dibandingkan antara Tabel 30 dengan Tabel 31, penggunaan dua mesin secara bersamaan akan membuat waktu produksi menjadi lebih cepat. Untuk aturan pengurutan antara SPT, LPT dan CR, didaptkan rata waktu penyelesaian pesanan (MF) yang paling kecil adalah pada aturan SPT diikuti LPT dan CR. SPT dapat meminimasi waktu penyelesaian pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menunggu pesanan dalam antrian. dalam antrian. Tabel 33. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat berdasarkan penjadwalan perusahaan Januari 2008 Minggu MF Metode Perusahaan ML Jml Terlambat (Unit) 1 1, , , , Rata-Rata 2,

92 Tabel 33 merupakan hasil penghitungan berdasarkan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan, dapat dilihat bahwa jika dibandingkan dengan hasil penjadwalan dengan menggunakan aturan pengurutan SPT, LPT dan CR, nilai rata-rata waktu penyelesaian produk yang dilakukan oleh perusahaan adalah lebih besar. Tabel 34. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Februari 2008 menggunakan dua mesin bergantian Minggu MF (Har) Dua Mesin Bergantian SPT LPT CR ML Jml Terlambat (Unit) MF (hari) ML Jml Terlambat (Unit) MF ML Jml Terlambat (Unit) 1 1, , , , , , , , , , , , Rata- Rata 1, , , Pada Tabel 34 penjadwalan dilakukan dengan menggunakan mesin secara bergantian, dapat dilihat dengan menggunakan teknik penjadwalan SPT nilai MF untuk periode bulan Februari 2008 adalah sebesar 1,866 hari sedangkan pada teknik penjadwalan LPT dan CR sebesar 2,406 hari dan 2,618 hari. Untuk nilai rata-rata kketerlambatan dan jumlah produk terlambat pada periode ini tidak ada pesanan dan jumlah produk yang mengalami keterlambatan. Tabel 35. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Februari 2008 dua mesin bersamaan Minggu MF (hari) Dua Mesin Bersamaan SPT LPT CR ML Jml Terlambat (Unit) MF ML Jml Terlambat (Unit) MF ML Jml Terlambat (Unit) 1 0, , , , , , , , , , , , Rata- Rata 0, , ,

93 Pada Tabel 35 penjadwalan dilakukan dengan menggunakan dua mesin secara bersamaan. proses yang dihasilkan jika menggunakan cara ini menjadi lebih kecil. Nilai rata-rata penyelesaian produk (MF) dengan teknik SPT adalah sebesar 0,749 hari sedangkan untuk aturan LPT dan CR mempunyai nilai sebesar 1,210. Untuk nilai rata-rata keterlambatan pada ketiga aturan pengurutan tidak ada pesanan yang mengalami keterlambatan. Tabel 36. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat berdasarkan penjadwalan perusahaan bulan Februari 2008 Metode Perusahaan MF ML Jml Terlambat Minggu (Unit) 1 3, , , , Rata-Rata 5,036 0,250 1 Nilai rata-rata waktu penyelesaian produk untuk periode Februari adalah 5,036 hari sedangkan untuk rata-rata keterlambatan adalah 1 hari. Total rata-rata terlambat untuk periode Februari adalah 0,25 hari. Jumlah produk terlambat untuk periode ini adalah 1 buah produk. Tabel 37. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Maret 2008 menggunakan dua mesin bergantian Minggu MF Dua Mesin Bergantian SPT LPT CR ML Jml Terlambat MF ML Jml Terlambat (unit) MF (hari) ML Jml Terlambat (unit) 1 1, , , , , , , , , , , , Rata- Rata 1, , ,

94 Pada Tabel 37 didapatkan hasil, nilai MF untuk teknik SPT dengan menggunakan dua mesin bergantian adalah sebesar 1,108 hari, sedangkan nilai MF untuk LPT dan CR adalah 1,495 hari dan 1,492 hari. Untuk nilai keterlambatan dan jumlah produk terlambat, tidak ada pesanan yang mengalami keterlambatan Tabel 38. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat periode Maret 2008 menggunakan dua mesin bersamaan Minggu MF Dua Mesin Bersamaan SPT LPT CR Jml Jml ML MF ML MF ML (hari) Terlambat (hari) Terlambat (hari) (unit) (unit) Jml Terlambat (unit) 1 0, , , , , , , , , , , , Rata- Rata 0, , , Tabel 38 merupakan hasil penjadwalan periode bulan Maret dengan menggunakan dua mesin secara bersamaan, dapat dilihat bahwa nilai MF untuk aturan pengurutan SPT sebesar 0,501 hari sedangkan untuk LPT dan CR adalah sebesar 0,71 hari. Pada periode nilai rata-rata keterlambatan dan jumlah produk yang terlambat bernilai 0. Tabel 39. Hasil perhitungan MF dan ML serta jumlah produk terlambat berdasarkan penjadwalan perusahaan bulan Maret 2008 Minggu MF ML Metode Perusahaan Jml Terlambat (Unit) 1 4, , , , Rata-Rata 3,605 0,250 1 Tabel 39 merupakan hasil penjadwalan bulan Maret berdasarkan urutan penjadwalan perusahaan. Nilai MF periode ini adalah 3,605 hari dengan jumlah rata-rata keterlambatan sebesar 1 hari dan jumlah produk terlambat adalah 1 unit. 77

95 Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketiga teknik penjadwalan yang digunakan memberikan hasil yang baik. Jika dibandingkan hasil penjadwalan penelitian dengan menggunakan teknik pengurutan dan penjadwalan perusahaan, ketiga aturan dalam penelitian menghasilkan nilai rata-rata penyelesaian dan nilai keterlambatan yang lebih kecil. Dari ketiga aturan pengurutan SPT memberikan nilai waktu rata-rata penyelesaian produk yang minimum. SPT tidak selalu memberikan hasil yang terbaik, ketiga aturan tersebut sama baiknya karena setiap aturan memiliki tujuan tertentu. 78

96 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Perencanaan di PT. TRMS dilakukan oleh departemen PPIC yang bertanggung jawab dalam pembuatan jadwal produksi dan menyusun urutan produk yang akan diproduksi, tugas dan wewenang antara lain memantau dan mengendalikan jalannya suatu produksi. Penjadwalan produksi di PT. TRMS dipengaruhi oleh waktu produksi, ketersediaan material, dan jumlah persediaan produk jadi yang ada digudang. Model yang dikembangkan bernama TRIMS PS 1.0 (Triteguh Manunggal Sejati Production Schedule) merupakan suatu model yang dapat membantu dalam melakukan penjadwalan produksi secara lebih mudah. Program TRIMS PS 1.0 yang dikembangkan terdiri dari beberapa sub model dan model, yaitu sub model persediaan produk jadi, sub model kebutuhan material, sub model kebutuhan batch produksi dan model penjadwalan produksi. Model TRIMS PS 1.0 menggunakan alternatif model penjadwalan yaitu model penjadwalan dengan teknik aturan Short Processing Time(SPT), Longest Processing Time (LPT) serta Critical Ratio (CR). Model TRIMS PS 1.0 mampu menghasilkan alternatif penjadwalan produksi yang dapat meminimumkan rata-rata waktu penyelesaian produk dan rata-rata keterlambatan. Hasil penjadwalan dengan menggunakan teknik penjadwalan SPT, LPT dan CR memberikan kinerja penjadwalan dengan kriteria rata-rata waktu penyelesaian produk dan rata-rata terlambat lebih baik dibandingkan dengan hasil penjadwalan perusahaan. Ketiga aturan pengurutan memberikan hasil yang baik yaitu tidak ada produk yang mengalami keterlambatan pada hasil verifikasi. 79

97 B. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan hal-hal sebagai berikut : a. Dengan memasukkan faktor terjadinya kerusakan mesin produksi. b. Menghitung efektifitas model penjadwalan yang dibuat dengan melakukan analisis biaya pada setiap aturan pengurutan. c. Jika penjadwalan dilakukan dengan menggunakan teknik pengurutan lainnya seperti model penugasan. 2. Perlu dikembangkan model pengambilan keputusan untuk menentukan teknik penjadwalan yang terbaik berdasarkan kriteria antara lain biaya, kebijakan manajerial, dan lain-lain. 3. Model ini akan baik diimplementasikan apabila diintergrasikan dengan model pengendalian persediaan (inventory control) online. 4. Model ini akan berjalan dengan baik apabila informasi antara bagian gudang, produksi dan PPIC sampai dengan tepat. 80

98 DAFTAR PUSTAKA Bedworth, D.D dan Bailey, J.E Integrated Production Control System Management, Analysis, Design. John Wiley and Son Inc., New York. Connolly, T and Carolyn, B. Database Systems. New York: Harlow, Davis, M.M. dan H. Janelle Operation Management Integrating Manufacturing and Service Fifth Edition. Mc Graw-Hill, Boston. Eriyatno, Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas dan Manajemen. IPB Press, Bogor. Hana, D.M. dan W.R. Newman Integrated Operation Management Adding Value For Custmers. Prentice-Hall, Inc, New Jersey. Heizer, J. dan B. Render Production and Operation Management. Allyn and Bacon, Boston. Herjanto, E Manajemen si dan Operasi. Grasindo, Jakarta. Johnson, L.A dan D. C. Montgomery Operation Research in Production Planning, Scheduling, and Inventory Control. Jhon Wiley and Sons, New York. Machfud Diktat Bahan Pengajaran Perencanaan dan Pengendalian si. Jurusan teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nahmias, S Production and Operation Analysis Fifth Edition McGraw-Hill, Singapore. Nainggolan, R.P.P Evaluasi Penjadwalan Kerja Pembuatan Plat Cetakan Untuk Meminimasi Penyelesaian Order Pada PT. Rambang Palembang Dengan Pendekatan Simulasi. Skripsi. Jurusan Teknik Industri, STT Musi, Palembang. Russel, R.S dan B.W. Taylor Operations Management Quality And Competitiveness In A Global Environment fifth Edition. Jhon Wiley and Son Inc, United State of America. 81

99 Sumayang, L Dasar-Dasar Manajemen si dan Operasi. Salemba Empat, Jakarta. Supranto, J Riset Operasi Untuk Pengambilan Keputusan. UI- Press, Jakarta. Thierauf, R. J dan R. C. Klekamp Decision Making Through Operation Research. Second Edition. Jhon Willey and Son. New York. 82

100 Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi Bulan Tahun Minggu Jenis Persediaan Awal (Dus) Jumlah Masuk (Dus) Jumlah Keluar (Dus) DESEMBER JDO DESEMBER JDO DESEMBER JDO DESEMBER JBC DESEMBER JBC JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JBC JANUARI JBC JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JBC JANUARI JBC JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JBC JANUARI JBC JANUARI JDO JANUARI JDO JANUARI JBC JANUARI JBC JANUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JBC FEBRUARI JBC FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JBC FEBRUARI JBC FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO FEBRUARI JBC FEBRUARI JBC FEBRUARI JDO FEBRUARI JDO Total Persediaan (Dus) 83

101 Bulan Tahun Minggu Jenis Persediaan Awal (Dus) Jumlah Masuk (Dus) Jumlah Keluar (Dus) FEBRUARI JDO FEBRUARI JBC FEBRUARI JBC MARET JDO MARET JDO MARET JDO MARET JBC MARET JBC MARET JDO MARET JDO MARET JDO MARET JBC MARET JBC MARET JDO MARET JDO MARET JDO MARET JBC MARET JBC MARET JDO MARET JDO MARET JDO MARET JBC MARET JBC Total Persediaan (Dus) 84

102 Lampiran 2. Basis data order produksi Tahun Minggu Jenis Jumlah Order Jumlah Persediaan (Dus) Jumlah Diproduksi Due Date Mulai Tanggal Pengecekan JDO /01/ /01/ /12/ JDO /01/ /01/ /12/ JDO /01/ /01/ /12/ JBC /01/ /01/ /12/ JBC /01/ /01/ /12/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JDO /02/ /01/ /01/ JDO /02/ /01/ /01/ JDO /02/ /01/ /01/ JBC /02/ /01/ /01/ JBC /02/ /01/ /01/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JDO /03/ /02/ /02/ JDO /03/ /02/ /02/ JDO /03/ /02/ /02/ JBC /03/ /02/ /02/ JBC /03/ /02/ /02/ JDO /03/ /03/ /02/ JDO /03/ /03/ /02/

103 Tahun Minggu Jenis Jumlah Order Jumlah Persediaan (Dus) Jumlah Diproduksi Due Date Mulai Tanggal Pengecekan JDO /03/ /03/ /02/ JBC /03/ /03/ /02/ JBC /03/ /03/ /02/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/

104 Lampiran 3. Basis data kebutuhan batch Tahun Minggu Jenis Jumlah Diproduksi (Dus) Kebutuhan Batch Total si Due Date Mulai Tanggal Pengecekan JDO /01/ /01/ /12/ JDO /01/ /01/ /12/ JBC /01/ /01/ /12/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JDO ,5 19/01/ /01/ /01/ JDO /01/ /01/ /01/ JDO ,5 19/01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JBC /01/ /01/ /01/ JDO ,5 02/02/ /01/ /01/ JDO ,5 02/02/ /01/ /01/ JDO /02/ /01/ /01/ JBC ,5 02/02/ /01/ /01/ JBC /02/ /01/ /01/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO ,5 16/02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JDO ,5 23/02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JDO /02/ /02/ /02/ JBC /02/ /02/ /02/ JDO /03/ /02/ /02/ JDO /03/ /02/ /02/ JDO /03/ /02/ /02/ JDO ,5 08/03/ /03/ /02/ JDO /03/ /03/ /02/ JDO ,5 08/03/ /03/ /02/ JBC /03/ /03/ /02/ JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JBC ,5 15/03/ /03/ /03/ JBC ,5 15/03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/

105 Tahun Minggu Jenis Jumlah Diproduksi (Dus) Kebutuhan Batch Total si Due Date Mulai Tanggal Pengecekan JDO /03/ /03/ /03/ JDO /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/ JBC /03/ /03/ /03/

106 Lampiran 4. Hasil penjadwalan produksi berdasarkan aturan urutan perusahaan periode Januari Minggu 1-4 Jenis Total waktu Jumlah waktu mulai selesai Due date Terlambat JBC ,394 02/01/ /01/ /01/ JDO ,109 02/01/ /01/ /01/ JDO ,394 03/01/ /01/ /01/ JBC ,581 07/01/ /01/ /01/ JBC ,332 07/01/ /01/ /01/ JDO ,829 07/01/ /01/ /01/ JDO ,332 08/01/ /01/ /01/ JDO ,793 09/01/ /01/ /01/ JBC ,332 14/01/ /01/ /01/ JBC ,332 14/01/ /01/ /01/ JDO ,824 14/01/ /01/ /01/ JDO ,731 17/01/ /01/ /01/ JDO ,394 19/01/ /01/ /01/ JDO ,327 21/01/ /01/ /02/ JDO ,321 21/01/ /01/ /02/ JDO ,581 23/01/ /01/ /02/ JDO ,575 28/01/ /01/ /02/ JBC ,011 30/01/ /01/ /02/ JBC ,581 01/02/ /02/ /02/

107 Lampiran 5. Hasil penjadwalan produksi berdasarkan aturan urutan perusahaan periode Februari Minggu 1-4 Jenis Total waktu Jumlah waktu mulai selesai Due date Terlambat JBC ,594 04/02/ /02/ /02/ JDO ,667 06/02/ /02/ /02/ JDO ,500 06/02/ /02/ /02/ JDO ,833 07/02/ /02/ /02/ JDO ,581 11/02/ /02/ /02/ JDO ,321 11/02/ /02/ /02/ JDO ,042 14/02/ /02/ /02/ JBC ,332 16/02/ /02/ /02/ JBC ,332 18/02/ /02/ /02/ JDO ,829 18/02/ /02/ /02/ JDO ,042 20/02/ /02/ /02/ JDO ,327 22/02/ /02/ /02/ JDO ,539 25/02/ /02/ /03/ JDO ,327 28/02/ /02/ /03/ JDO ,581 29/02/ /03/ /03/

108 Lampiran 6. Hasil penjadwalan produksi berdasarkan aturan urutan perusahaan periode Maret Minggu 1-4 Jenis Total waktu Jumlah waktu mulai selesai Due date Terlambat JBC ,332 03/03/ /03/ /03/ JDO ,575 03/03/ /03/ /03/ JDO ,482 05/03/ /03/ /03/ JDO ,394 07/03/ /03/ /03/ JDO ,824 12/03/ /03/ /03/ JDO ,581 14/03/ /03/ /03/ JBC ,394 15/03/ /03/ /03/ JBC ,239 15/03/ /03/ /03/ JDO ,788 17/03/ /03/ /03/ JBC ,332 26/03/ /03/ /03/ JBC ,581 26/03/ /03/ /03/ JDO ,581 26/03/ /03/ /03/ JDO ,544 28/03/ /03/ /03/

109 Lampiran 7. Petunjuk penggunaan program 1. Untuk memulai program, akan ditampilkan splash screen terlebih dahulu, kemudian muncul menu login yang meminta pengguna (user) memasukkan nama pengguna (user name) dan password. Tampilan menu splash screen dapat dilihat pada Gambar 1 dan tampilan menu login dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Tampilan awal program TRIMS PS 1.0 Gambar 2. tampilan login program TRIMS PS 1.0 Pada tampilan menu login, masukkan nama pengguna dan paswordnya adalah admin, kemudin klik login untuk masuk kedalam program atau exit untuk keluar dari program. 92

110 2. Setelah memasukkan nama pengguna dan password, akan tampil layar/halaman utama program sebagai berikut Gambar 3. Tampilan utama program TRIMS PS 1.0 Pada halaman pertama terdapat empat pilihan yaitu file, input data, output data dan about. Pada pilihan file terdapat menu exit yang berfungsi untuk keluar dari aplikasi program. Pilihan input data terdapat menu persediaan produk jadi, persediaan material, order produksi. Output data meliputi kebutuhan batch, penjadwalan produksi dan report. About terdiri dari tentang pembuat program, lisensi program dan help. 3. Sebelum memulai penjadwalan produksi dan jika ingin mengetahui persediaan akhir produk jadi, pengguna dapat memilih menu persediaan produk jadi pada pilihan input data yang berada pada halaman muka. Tampilan menu persediaan produk jadi terdapat pada Gambar 4. 93

111 Gambar 4. Persediaan Jadi Untuk menggunakan menu ini pengguna memilih bulan, tahun, minggu, jenis produk yang ingin dihitung. Setelah itu masukkan jumlah persediaan awal, jumlah masuk, dan jumlah keluar kemudian tekan tombol hitung. Pada menu ini terdapat fasilitas untuk menambahkan, penghapus dan merubah. Tombol home berfungsi untuk kembali ke halaman utama program. 4. Untuk memasukkan pesanan (order) dan mengetahui jumlah yang dapat diproduksi maka pilih menu produksi yang berada pada input data. Masukkan bulan, tahun, minggu dan jenis produk, jumlah order, tanggal mulai dan tanggal pengecekan. Tanggal pengecekan merupakan tanggal saat kita melakukan pengecekan sebelum melakukan penjadwalan. Tampilan menu order produksi dapat dilihat pada Gambar 5. 94

112 Gambar 5. Meu si Untuk jumlah persediaan pengguna tinggal menekan tombol [IN]. Kemudian tekan hitung dan tambah. Pada menu ini terdapat fasilitas simpan, ubah dan hapus. 5. Pada Gambar 5 terdapat menu perhitungan kebutuhan material, menu ini digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan material sebanyak order yang masuk. pilih bulan, tahun, minggu untuk mengetahui jumlah kebutuhan material lalu tekan hitung lalu simpan. Untuk melihat kebutuhan masingmasing material berdasarkan kelompok produk maupun produknya kita dapat melihat dengan menekan tombol lihat. 6. Pilihan edit pada halaman ini berfungsi untuk mengubah nilai konversi untuk masing-masing material. Cara merubahnya yaitu dengan menekan tombol ^ dan mengetikkan nilai yang dirubah setelah itu tekan. Tampilan menu edit nilai konversi ini terdapat pada Gambar 6. 95

113 Gambar 6. Ubah Nilai Konversi 7. Pada input data terdapat pilihan input yang berisi menu persediaan material, menu ini berfungsi untuk menginputkan jumlah persediaan yang ada pada saat ini. Pertama pilih bulan, tahun dan minggu kemudian pilih jenis produk dan group produk dan masukkan jumlah persediaan yang ada kemudian tekan tambah. Tombol reset berguna untuk mengembalikan posisi ke nilai nol. Tombol kembali berguna untuk kembali ke menu pengecekan stok material. Gambar 7. Persediaan Matarial 96

114 8. Pengecekan Material berfungsi untuk mengetahui apakah jumlah material terpenuhi atau tidak. Pengguna memilih bulan minggu, tahun, group produk dan produk. Kemudian klik cek persediaan, jika kebutuhan > persediaan maka pada material yang mengalami kekurangan akan berwarna merah beserta jumlah kekurangan dan apabila persediaan berlebih maka akan berwarna hijau. Gambar 8. Pengecekan Stok Material 9. Jika material mengalami kekurangan maka dapat melakukan pemesanan dengan mengklik tombol pesan. Tampilan yang akan muncul terdapat pada Gambar 9. masukkan tanggal pesan, jenis produk, jumlah material dan lead time, kemudian tekan. Kemudian klik tambah, secara otomatis jenis produk dan tanggal masuk ke penjadwalan akan tersimpan. 97

115 Gambar 9. Rencana Kedatangan 10. Menu kebutuhan batch, digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan pemasakan batch serta waktu yang diperlukan untuk memproses sejumlah pesanan tersebut. Pertama pilih bulan,tahun, tanggal dan jenis produk kemudian klik select, hitung dan tambah. Tombol home digunakan untuk kembali kemenu halaman utama. Tampilan menu ini dapat dilihat pada Gambar

116 Gambar 10. Kebutuhan Batch 11. Penjadwalan, aktifkan tombol query kemudian pilih berdasarkan bulan, minggu, tahun yang ingin dijadwalkan, klik tombol filter. Pilih berdasarkan teknik penjadwalan kemudian kirim ke mesin JB 3 dan JB 4 yang telah menyelesaikan tugas lebih dini. a. SPT, penjadwalan berdasarkan waktu proses terpendek b. LPT, penjadwalan berdasarkan waktu proses terpanjang c. CR, penjadwalan berdasarkan nilai CR terkecil Tampilan menu penjadwalan dapat dilihat pada Gambar

117 Gambar 11. Penjadwalan si 12. Jika ingin melihat hasil penjadwalan tiap-tiap mesin, maka aktifkan tab mesin dan tab teknik penjadwalan kemudian dengan cara mengklik tabnya. Jika ingin mengrevisi penjadwalan atau terdapat penambahan jadwal maka dapat merubah tanggal mulai dengan cara mengedit pada kolom edit yang telah disediakan kemudian klik tombol ubah. Untuk merevisi teknik CR selain merupah pada kolom edit waktu mula juga merubah kolom edit tanggal pengecekan. Tampila revisi penjadwalan dapat dilihat pada Gambar

118 Gambar 12. Revisi Penjadwalan 13. Jika ingin mencetak laporan penjadwalan produksi pada pilihan output data di halaman menu utama maka pilih report. Pilih berdasarkan mesin JB 3 dan JB 4 dengan mengklik tab yang bersangkutan. Pilih berdasarkan teknik penjadwalannya dan berdasarkan bulan, minggu dan tahun yang ingin dicetak, selanjutnya klik tombol report. Gambar 13. Tampilan Report Penjadwalan 101

119 14. Untuk menghitung kinerja panjadwalan, pilih bulan, minggu dan tahun, setelah itu klik urutkan, klik hitumg dan klik simpan. Kemudian klik hitung di flowtime dan terlambat dan klik simpan. Jika ingin mencetak maka aktifkan tab flowtime. Pilih bulan, minggu dan tahun, setelah itu klik cari dan report. Gambar 14. Tampilan kinerja pejadwalan 15. Pada menu about terdapat pilihan tentang pembuat program, tentang program dan menu bantuan. Tentang pembuat program ini berisi biodata pembuat program. Tentang program berisi informasi mengenai program, sedangkan menu bantuan berisi petunjuk penggunaan program. Tampila tentang pembuat program dan tentang program dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16 Gambar 15. Tampilan tentang pembuat program 102

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin.

IV. PEMODELAN SISTEM. 5. Mesin yang digunakan adalah dua buah mesin. IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan antar perusahaan pada era sekarang tidak lagi terbatas secara lokal tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. si produksi merupakan bagian terpenting dalam sebuah industri. produksi yang diterapkan oleh PT. Triteguh Manunggal Sejati (TRMS) termasuk ke dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR

PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR PENGEMBANGAN MODEL PERENCANAAN PRODUKSI DI PT UNITEX BOGOR Oleh DIAN PANCA PERMATA SARI F34101097 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Dian Panca Permata Sari. F34101097. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM B. KONFIGURASI MODEL

IV. PEMODELAN SISTEM B. KONFIGURASI MODEL IV. PEMODELAN SISTEM A. ASUMSI PERHITUNGAN MODEL Perencanaan penjadwalan produksi menggunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi secara keseluruhan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Setiap perusahaan memiliki tujuan akhir untuk mencapai keuntungan maksimum. Beberapa faktor yang mempengaruhi perolehan keuntungan diantaranya penjualan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan dan penetepan penggunaan sumber daya dalam rangka melaksanakan semua aktivitas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI PERUSAHAAN a. Proses Produksi Proses produksi merupakan rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini meskipun kondisi perekonomian sudah mengalami kemajuan, namun hal tersebut belumlah cukup untuk negara ini bisa bersaing pada era pasar bebas. Hal ini tercemin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi

Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi Lampiran 1. Basis data persediaan produk jadi Bulan Tahun Minggu Jenis Produk Persediaan Awal Masuk Keluar DESEMBER 2007 4 JDO 1 12106 34359 21060 25405 DESEMBER 2007 4 JDO 3 11421 42949 25550 28820 DESEMBER

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia II, dunia mengalami ledakan populasi, yang dikenal dengan istilah Baby Boomers, dan berlanjut terus selama 18 (delapan belas) tahun, sehingga

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi SAP ERP

Perencanaan Produksi SAP ERP Materi #8 Perencanaan Produksi SAP ERP 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sales Forecasting 3 Peramalan Penjualan dapat menggunakan data tahun lalu dikombinasikan dengan target keuangan dan inisiatif marketing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN Tujuan... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan industri yang sangat ketat pada saat ini menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing dalam memenuhi keinginan customer. Salah satu keinginan customer mendapatkan

Lebih terperinci

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel

Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur Make to Order dengan Mesin Paralel Petunjuk Sitasi: Zagloel, T. Y., Ardi, R., & Adriana, L. (2017). Pemodelan Simulasi untuk Analisis Performansi Penjadwalan pada Sistem Manufaktur. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E66-71). Malang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan, dimana

Lebih terperinci

KEPENTINGAN STRATEGIS PENJADWALAN JANGKA PENDEK

KEPENTINGAN STRATEGIS PENJADWALAN JANGKA PENDEK Mata kuliah : MANAJEMEN OPERASI Dosen : Drs. Sugianto, MM Pokok bahasan : PENJADWALAN JANGKA PENDEK Materi : 1. Pentingnya Strategi Penjadwalan Jangka Pendek 2. Isu-isu Penjadwalan 3. Proses Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penggunaan Mesin yang berguna bagi bagian produksi. hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak). BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Implementasi aplikasi adalah tahap penerapan hasil analisis dan perancangan aplikasi yang akan dibuat agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu (Noviansyah, dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Aplikasi adalah penggunaan atau penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai program komputer yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah tertentu dalam setiap periode waktu tertentu. Untuk itu, perlu dibuat suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan manufaktur pasti memiliki bagian khusus yang mengurusi pembuatan jadwal produksi. Suatu perusahaan pasti memiliki permintaan dalam jumlah tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine)

PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine) PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine) R.M. Braridhan Haskara Ramadhan Putra Jurusan S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi EKUITAS Jl. P.H.H.

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan harus bisa melakukan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan setelah mempelajari cara pengolahan data yang bener pada saat tinjauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SPK

BAB IV PERANCANGAN SPK 17 BAB IV PERANCANGAN SPK Proses perancangan SPK ini dilakukan dengan berdasarkan pada hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan proses perancangan jadwal produksi, serta pihakpihak yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Dalam suatu kegiatan produksi dan operasi, seorang manajer produksi dan operasi harus mampu membina dan mengendalikan arus masukan (input) dan keluaran (output),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan bagian yang penting dari proses produksi sebelum pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat memperpanjang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibidang perindustrian yang memproduksi produk-produk persediaan hotel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibidang perindustrian yang memproduksi produk-produk persediaan hotel 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Primaco Panca Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perindustrian yang memproduksi produk-produk persediaan hotel berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpul data yang telah dikumpulkan setelah mempelajari cara pengolahan data yang benar pada saat tinjauan

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM. penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Dalam merancang dan membangun pembuatan aplikasi perhitungan penyelesaian produksi dengan menggunakan metode Earliest Due Date (EDD) ini ada

Lebih terperinci

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING 1 Elika Patricia 2 Hadi Suryono alb_hd@yahoo.com Penulis Elika Patricia adalah alumni

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. produksi yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. produksi yang dilakukan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sebelum BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Kebutuhan Sistem Aplikasi optimasi penjadwalan produksi merupakan media untuk membantu CV Azaria dalam membuat penjadwalan produksi, sehingga proses produksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Manajemen rantai pasok merupakan salah satu alat bersaing di industri, mulai dari pasokan bahan baku, bahan tambahan, kemasan, pasokan produk akhir ke tangan konsumen

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Produksi Produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia industri ini semakin maju, hal itu terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia industri ini semakin maju, hal itu terbukti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri ini semakin maju, hal itu terbukti dengan banyaknya industri-industri baru yang mengelola berbagai macam produk. Dengan demikian

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak

Lebih terperinci

PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA

PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA PERENCANAAN JADWAL PRODUKSI DINAMIS UNTUK MENDUKUNG PENERAPAN KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DI PT. GANDUM MAS KENCANA oleh MAULIDA HAYUNINGTYAS F34102058 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Scheduling, CDS method, FCFS method. viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Scheduling, CDS method, FCFS method. viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Tamanara Corporation is one of the shoemaker company. The kind of shoe they make are wedges, high heels, and flat. They only produce the shoe based on order, it means the schedule of the shoe

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan hal yang penting dalam sistem produksi. Sistem produksi yang umumnya ditemukan adalah sistem flow shop dan job shop. Dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No A Surabaya ini

BAB I PENDAHULUAN Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No A Surabaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CV Tidar Jaya adalah sebuah perusahaan jasa yang berdiri pada tahun 1989. Perusahaan yang beralamatkan Jl Petemon II A No. 136-138 A Surabaya ini bergerak pada bidang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha v ABSTRACT Competition in the manufacturing companies continue to increase along times. Every company always tries to produce a quality product and match with consumer desire. Especially companies based

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang di segala bidang, hal ini mendorong perkembangan semua sektor usaha yang ada di Indonesia. Salah satu sektor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

5 RANCANG BANGUN SISTEM

5 RANCANG BANGUN SISTEM 85 5 RANCANG BANGUN SISTE Pada bab ini akan diuraikan rancang bangun Sistem Pendukung Keputusan Intelijen PPIC Adaptif pada industri pangan yang untuk pembahasan berikutnya akan diberi nama S IPRADIPA.

Lebih terperinci

Pengertian Penjadwalan

Pengertian Penjadwalan 1 EMA302 Manajemen Operasional Pengertian Penjadwalan 2 Atau scheduling merupakan salah satu kegiatan penting dalam perusahaan yang diperlukan dalam mengalokasikan tenaga operator, mesin dan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat

Lebih terperinci

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014 /0/0 Scheduling Problems Job Shop Scheduling Problems Mata Kuliah: Penjadwalan Produksi Teknik Industri Universitas Brawijaya Job Shop Scheduling () Job Shop Scheduling () Flow shop: aliran kerja unidirectional

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2 (SNATI 2) ISSN: 197-522 Yogyakarta, 19 Juni 2 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO Moch. Arifin 1, Agus Rudyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah maju dengan sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah maju dengan sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan IPTEK sekarang ini telah maju dengan sangat pesat, dimana salah satu diantaranya adalah dengan semakin banyaknya mesin-mesin modern yang dihasilkan,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL (Studi Kasus: Bengkel Umum Unit III, PT. Gudang Garam,Tbk.) Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci