Komisi Pembimbing : Dr. Er. I. r. Pudji SUPRIYONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Komisi Pembimbing : Dr. Er. I. r. Pudji SUPRIYONO"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah) Komisi Pembimbing : Dr. Er. I r. Pudji SUPRIYONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir kajian pengembangan masyarakat dengan judul Pengembangan Keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian tugas akhir ini. Bogor, November 2006 SUPRIYONO NRP A

3 ABSTRAK SUPRIYONO, Pengembangan Keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat: Studi Kasus Di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA dan DJUARA P. LUBIS. Salah satu penyebab kemiskinan adalah kurangnya akses terhadap sumberdaya finansial. Strategi pemberdayaan untuk mengatasi keterbatasan akses terhadap sumberdaya adalah melalui pendekatan kelompok dengan mengembangkan Kelompok Usaha Simpan Pinjam (KUSP). Disebabkan faktor kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha, KUSP mengalami hambatan dalam mengembangkan keswadayaan untuk memenuhi kebutuhan finansial anggota-anggotanya. Tujuan kajian ini adalah mengetahui keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam (KUSP), faktor-faktor yang menghambat dan mendukung keswadayaan, mengidentifikasi peluang untuk mengembangkan keswadayaan dan menyusun strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keswadayaan KUSP. Hasil penelitian menunjukkan keswadayaan KUSP yang tercermin dari kemandirian administrasi, manajemen dan aset masih perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota. Dalam aspek kemandirian administrasi; 1) Program-program yang disusun berorientasi pada kepentingan pengurus untuk mengurangi resiko dan menghindar dari beban dan kesulitan kerja; 2) Secara substantif, program-program yang disusun tidak mencakup upaya pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan. Dalam aspek kemandirian manajemen: 1) Pembagian kerja pengurus belum dilakukan secara jelas dan terjadi ketimpangan antara bidang kerja dengan tugas dan tanggung jawab pengurus; 2) Pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman lancar; 3) Pengawasan yang dilakukan hanya formalitas. Dalam aspek kemandirian aset menunjukkan: 1) Sumber utama aset masih terbatas pada simpanan pokok dan simpanan wajib; 2) Perkembangan aset KUSP tidak sebanding dengan kebutuhan pinjaman anggota; 3) KUSP mengalami masalah kekurangan modal untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota. Faktor-faktor yang menghambat kesawadayaan KUSP adalah 1) Kurangnya motivasi, pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola KUSP; 2) Kurangnya partisipasi anggota dalam penentuan tujuan dan aktivitas yang akan dilakukan untuk mengembangkan pelayanan; 3) KUSP belum menjalin kemitraan usaha dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun lembaga keuangan. Peluang untuk memajukan KUSP dapat dilakukan dengan 1) Pengembangan jalinan dengan program-program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan masyarakat; 2) Menyelenggarakan tabungan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib untuk pengembangkan aset; 3) Mengubah pola pembagian SHU dari berdasarkan jumlah simpanan menjadi

4 besarnya jasa yang diberikan anggota untuk meningkatkan partisipasi; 4) Membangun kemitraan dengan Bank Pasar Kabupaten Temanggung untuk memenuhi kebutuhan modal. Program pengembangan keswadayaan KUSP bertujuan mewujudkan KUSP mandiri, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan baik dalam aspek ekonomi maupun sosial secara berkelanjutan. Tujuan dicapai melalui penerapan instrumen pengembangan keswadayaan Model Verhagen secara partisipatif, meliputi penentuan partisipan, kajian dan perencanaan partisipatif, pendidikan dan pelatihan, mobilisasi sumberdaya, konsultasi manajemen, pengembangan jejaring, perluasan dan pengembangan gerakan, monitoring dan evaluasi.

5 ABSTRACT SUPRIYONO. Self-Help Supporting Development of Rotating Saving and Credit Assosiation as Community Empowerment Strategy: Case Study in RW IV Kwaluhan, Kertosari Village, Temanggung Subdistrict, Regency of Temanggung, Province of Central Java. Under the direction of IVANOVICH AGUSTA and DJUARA P. LUBIS. One of poverty caused is the limited accessing to financial resources. Empowerment strategy to overcome limitation access through group approach as Rotating Saving and Credit Assosiation (Kelompok Usaha Simpan Pinjam- KUSP). But that way, caused by management, participate of member and partner in effort factor, KUSP have experienced of resistance in developing capacity of self-help support to fulfill financial need of members. Objective of this study is to extend understanding self-help supporting of KUSP, resistance and support factors of self-help supporting, identify opportunity to develop self-help supporting and compile of strategy can be conducted to develop KUSP. As a result of research show that self-help supporting of KUSP, include administrative, managerial and financial autonomy still require to be developed in order to fulfill member`s need and aspiration. In administrative autonomy aspect: 1) Orientation of programs compiled at interest of leader to lessen risk and refraining from burden and difficulty work; 2) In substance, programs compiled do not cover effort of trouble-shooting and service development. In managerial autonomy aspect: 1) Job description not been done clearly. There are inappropriate between job and manager responsibility; 2) Capacity to repay and it`s interest is have been fluenting; 3) Audit is formality. In financial autonomy aspect show: 1) Sources of asset still limited of elementary and obligatory deposit; 2) Asset growth of KUSP ill assorted with credit requirement member; 3) KUSP have capital deficiency to fulfill credit requirement of members. The resistance factors of self-help supporting are: 1) Lack of motivation, knowledge and manegerial skill; 2) Lack of members participation in objectives and activity determination to develop services; 3) KUSP have any network with government and the financial institution. Opportunity to move forward KUSP can be conducted by: 1) Lingkage building with programs of community development from Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) and Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM which conduct of management education and training for credit institution in community; 2) Carrying out saving outside of elementary and obligatory deposit; 3) Change deviden (Sisa Hasil Usaha) pattern from pursuant to amount of deposit become the level of service given by a members to increase of member participate; 4) Build networking with Bank Pasar Temanggung to fulfill the capital requirement. Goal of self-help supporting development program of KUSP is to realize self-reliance, so that can give service to member and community in fulfilling need of economic and social aspect sustainability. It`s reached by applying Verhagen self-help supporting development instrument partisipatively, include identification of participant, partisipatory research and planning, education and mutual training, resources mobilization, management consultation, build networking, movement and extension building, monitoring and self going evaluation.

6 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya

7 PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah) Komisi Pembimbing : Dr. Er. Ir. Pudji SUPRIYONO Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

8 Judul Tugas Akhir : Pengembangan Keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah) Nama Mahasiswa : SUPRIYONO Nomor Pokok : A Disetujui, Komisi Pembimbing : Ir. Ivanovich Agusta, MSi Ketua Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Anggota Diketahui : Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 14 November 2006 Tanggal Lulus:

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 2 Oktober 1968, sebagai anak kelima dari pasangan Hardjo Prawiro dan Suratmi. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah SD Negeri I Tlogomulyo lulus tahun 1982, SMP Negeri III Temanggung lulus tahun 1985, SMA Negeri II Temanggung lulus tahun 1988 dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung lulus tahun Pada tahun 1991 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan ditempatkan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) Kartini Temanggung. Pada tahun 1994 penulis diberi kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Selanjutnya pada tahun 2005 mengikuti tugas belajar pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

10 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas ijin-nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir kajian pengembangan masyarakat dengan judul Pengembangan Keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan karena dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Ir. Ivanovich Agusta, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). 3. Responden dan informan yang telah memberikan data-data yang diperlukan dalam kajian. 4. Dr. Marjuki, M.Sc selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Sosial Departemen Sosial RI. 5. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). 6. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr selaku Penguji dari Luar Komisi Pembimbing. 7. Dra. Neni Kusumawardhani, MS selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. 8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dan STKS Bandung. 9. Istri dan anakku dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. 10. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan bagi penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kajian ini bermanfaat bagi semua. Bogor, Oktober 2006 Supriyono

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Masalah Kajian... 5 Tujuan Kajian... 6 Manfaat Kajian... 7 TINJAUAN PUSTAKA... 8 Kemiskinan... 8 Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Usaha Simpan Pinjam Pengembangan Keswadayaan Kerangka Pemikiran xiii xiv xvi METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe Kajian Aras Kajian Strategi Kajian Lokasi dan Waktu Pelaksanaan... Lokasi... Waktu Pelaksanaan... Metode Pengumpulan Data... Jenis dan Sumber Data... Teknik Pengumpulan Data... Data Kajian... Analisis Data Penyusunan Program PETA SOSIAL RW IV KWALUHAN Gambaran Umum Lokasi Letak Geografis Pemukiman Penduduk

12 Kependudukan... Mata Pencaharian Penduduk... Sumberdaya Ekonomi... Struktur Komunitas... Batasan Kemiskinan Dalam Komunitas Kemiskinan Dalam Keanggotaan KUSP KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan Struktur Kelompok... Kepengurusan... Keanggotaan... Administrasi dan Manajemen KUSP Analisis Kelembagaan Dalam Aspek Pengembangan Ekonomi dan Sosial... Pengembangan Ekonomi Lokal... Pengembangan Gerakan dan Modal Sosial... Pengembangan Kehidupan Ketetanggaan ANALISIS KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Keswadayaan KUSP... Kemandirian Administrasi... Kemandirian Manajemen... Kemandirian Aset... Kapasitas Pengurus... Motivasi Pengurus... Pengetahuan... Keterampilan... Partisipasi anggota Kemitraan Usaha Peluang Memajukan KUSP... Pengembangan Kapasitas Pengurus... Peningkatan Aset... Pengembangan Partisipasi Anggota... Pengembangan Kemitraan Usaha PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang

13 Tinjauan Pengembangan Keswadayaan Model Verhagen di KUSP Identifikasi Partisipan Kajian dan Perencanaan Partisipatif... Proses Kajian dan Perencanaan Partisipatif... Penentuan Masalah dan Identifikasi Sumber-Sumber Program Pengembangan Keswadayaan KUSP Proses Penyusunan Program Tujuan Rencana Kegiatan Reorganisasi KUSP Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Aset dan Sumber Aset Konsultasi manajemen Pengembangan Jejaring Membangun Jalinan Dengan RT, RW dan Kelurahan Monitoring dan Evaluasi KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian Komposisi Penduduk Kwaluhan Berdasarkan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk RW IV Kwaluhan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Penduduk Lima Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Komposisi Anggota Miskin Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jumlah Anggota KUSP Gotong Royong Komposisi Anggota KUSP Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Karakteristik Anggota KUSP Berdasarkan Jenis Pekerjaan Perkembangan Aset KUSP Gotong Royong (dalam Ribuan) Pengajuan dan Realisasi Pinjaman Anggota KUSP Karakteristik Kepengurusan KUSP Berdasarkan Jabatan, Lama dalam Jabatan, Lama dalam Kepengurusan, Pendidikan, Usia dan Pekerjaan Kehadiran Anggota KUSP dalam Rapat Anggota Tahunan Pihak-pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Pengembangan Keswadayaan Masalah/Kebutuhan, Cara Mengatasi dan Sumber yang Mendukung Pemecahan Masalah Berdasarkan Hasil Diskusi Kelompok Rencana Kegiatan Pengembangan Keswadayaan KUSP

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Lokasi Pedoman Studi Dokumen Pedoman Pengamatan Berperanserta Pedoman wawancara Pedoman Diskusi Kelompok Masalah, Topik, Sub Topik, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data Pedoman Penyusunan Program Pengembangan Keswadayaan Partisipastif Dokumentasi Kegiatan Kajian

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan yang menyebutkan kemiskinan sebagai obyek yang tidak memiliki informasi dan pilihan telah menempatkan dominasi peran pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan. Pendekatan ini terbukti kurang berhasil dalam memecahkan masalah yang disebabkan bukan saja oleh rancangan kebijakan yang kurang menyentuh kebutuhan masyarakat miskin tetapi juga kurang memberikan kesempatan yang lebih luas kepada mereka untuk menyalurkan aspirasiaspirasinya (Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2005). Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat menjadi pilihan stategi dalam pemecahan masalah kemiskinan. Pemberdayaan memungkinkan orang miskin berpartisipasi yang bukan sebatas sebagai penerima manfaat, tetapi sebagai pengupaya, penilai sekaligus pemelihara capaian-capaian pembangunan. Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan individu, kelompok atau komunitas agar memiliki kemampuan mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka (Sharlow, 1998); melalui peningkatan keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parson, dikutip Suharto, 2005). Salah satu aspek penting dalam pemberdayaan adalah pemberian akses bagi masyarakat dalam memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa masyarakat miskin seringkali tidak memiliki akses yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam menjangkau dan memanfaatkan sumberdaya, dan kurangnya kesediaan pemerintah atau kelompok kuat untuk membagi sumberdaya kepada kelompok lemah (Haeruman dan Eriyatno 2001). Pemberian akses ini dapat dilakukan melalui program pendampingan dan kemudahan bagi orang miskin untuk memperoleh dan memanfaatkan sumberdaya dalam mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Sumodiningrat (1997) secara spesifik mengemukakan bahwa kemiskinan pada masyarakat lapisan bawah antara lain disebabkan oleh keterbatasan modal.

17 2 Bagi masyarakat miskin, akses terhadap sumberdaya modal ke lembaga-lembaga keuangan formal seperti bank-bank milik pemerintah atau bank-bank komersial masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan oleh prasyarat perbankan yang dimiliki oleh masyarakat lapisan bawah umumnya dinilai tidak memenuhi kualifikasi perbankan (bankable), yang yang dikenal dengan 5 C, yaitu character (karakter), collateral (jaminan), capacity to repay (kemampuan untuk mengembalikan pinjaman), capital (modal) dan condition of economy (kondisi ekonomi). Pelayanan kredit dari perbankan pada umumnya berpedoman pada prinsip pelayanan keuangan modern yang ketat dengan mengutamakan syarat bankable tersebut. Akibatnya, jarak antara lembaga keuangan formal dengan masyarakat lapisan bawah semakin jauh, sehingga mereka tidak dapat mengakses pelayanan kredit dari lembaga keuangan formal. Keterbatasan akses terhadap sumberdaya modal yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menjangkau lembaga keuangan formal bukan hanya terjadi pada masyarakat miskin, tetapi juga pada orang yang bekerja di sektor informal. Syaukat dan Hendrakusumaatmaja (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab kemiskinan dan masalah yang dihadapi sektor informal dan usaha kecil adalah kurangnya akses terhadap lembaga perbankan dan finansial (kurang/ tiada fasilitas kredit dari bank pemerintah dan komersial) dan lemahnya kondisi sumberdaya manusia yang disebabkan pendidikan rendah dan kurang pelatihan / keterampilan. Bagi orang miskin dan yang bekerja di sektor informal, keharusan memiliki jaminan dalam bentuk aset, kepemilikan modal dan syaratsyarat kondisi ekonomi seperti memiliki pekerjaan, mempunyai pendapatan tetap, dan mempunyai usaha produktif, sulit untuk memenuhinya karena pada umumnya mereka mengalami keterbatasan dalam kepemilikan aset, modal dan kondisi ekonomi yang disyaratkan untuk mengajukan kredit. Pendekatan kelompok dalam bentuk usaha bersama merupakan strategi pemberdayaan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat yang masih tertinggal. Lewin sebagaimana dikutip oleh Soekanto (2005) menyatakan bahwa akan lebih mudah untuk mengubah pola tingkah laku individu-individu yang terkait dalam suatu kelompok daripada secara individual. Demikian pula Garvin (1986) mengemukakan bahwa kebutuhan manusia ada yang hanya dapat dipenuhi

18 3 melalui kelompok dan terdapat kemampuan-kemampuan manusia yang dapat dikembangkan melalui kelompok. Salah satu bentuk kelompok atau asosiasi tersebut adalah kelompok usaha simpan pinjam. Kelompok Usaha Simpan Pinjam (KUSP) adalah lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat dalam lingkup terbatas, sehingga usahanya memiliki karakter khas, merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan (Chaniago, 1982). Tujuan lembaga ini adalah untuk menyediakan pinjaman yang murah, menciptakan modal bersama dan memperkuat kebersamaan dengan kegiatan utamanya menyelenggarakan tabungan dan pemberian pinjaman bagi anggotanya dengan syarat-syarat yang mudah berdasarkan kepercayaan dan kekeluargaan. Dalam konteks yang lebih luas, Gunardi (1994) mengemukakan bahwa kelompok-kelompok usaha simpan pinjam dapat berperan sebagai institusi mediasi antara lembaga penyalur kredit dan pemerintah dengan masyarakat lapisan bawah. Pendekatan pemberian kredit melalui kelompok atau koperasi telah dilakukan oleh Bank Indonesia melalui Pola Hubungan Bank-KSM (PHBK) yang kemudian berubah menjadi program Pengembangan Hubungan Bank dengan LKM (PHBL). Daerah operasi PHBL terus diperluas dengan melibatkan bankbank lain sebagai pelaksana, sehingga dapat menjangkau kelompok-kelompok dan usaha kecil lebih luas. Sampai Maret 2004, kegiatan program ini mampu melibatkan kerja sama antara 998 BPR dari BPR yang masih aktif dengan 29 bank umum dengan plafon dana Rp736 miliar serta baki debet Rp 430 miliar dan menghubungkan Kelompok Swadaya Masyarakat yang mempunyai jumlah anggota orang dengan 323 bank pelaksana (Salam, 2004). KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan Kelurahan Kertosari Temanggung sebagai subyek kajian, merupakan salah satu bentuk kelompok usaha simpan pinjam yang dibangun dan dikembangkan oleh masyarakat. Tujuan dari kelompok ini adalah memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi secara individual. Pelayanan keuangan yang diselenggarakan oleh KUSP adalah menerima simpanan, memberikan pinjaman dan menyelenggarakan jaminan sosial. Simpanan terdiri dari simpanan pokok yang dilakukan sekali ketika menjadi anggota dan simpanan wajib yang dilakukan secara periodik setiap

19 4 bulan. Jaminan sosial yang diselenggarakan adalah bantuan perawatan kesehatan dan bantuan kematian. Dana jaminan sosial diambil dari sebagian keuntungan usaha. KUSP memiliki potensi untuk berkembang baik dalam aspek ekonomi maupun sosial. Jumlah aset mengalami perkembangan dari tahun ke tahun dan pembayaran simpanan maupun angsuran pinjaman dari anggota berjalan lancar. Keanggotaan yang berasal dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi semakin meningkat dari 68 pada tahun 2003, 72 orang pada tahun 2004 dan 78 orang pada tahun Komunikasi dan intimitas telah terjalin diantara anggota. Mereka saling mengenal dan sering terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan secara bersama-sama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beberapa aspek, lembaga ini telah mengalami kemajuan. Namun demikian, lembaga ini belum mampu memenuhi pinjaman seluruh anggota sesuai dengan kebutuhannya. Indikasi KUSP mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan anggota adalah tidak semua anggota yang mengajukan pinjaman dapat dipenuhi kebutuhan pinjamannya. Pada tahun 2003, dari jumlah pengajuan pinjaman sebesar Rp 16,6 juta hanya dapat terealisasi sebesar Rp 10,2 juta dan pada tahun 2004 dari Rp 21 juta pinjaman yang diajukan hanya terealisasi Rp 11,5 juta. Setiap bulan jumlah anggota yang mengajukan pinjaman rata-rata 6 atau 7 orang dan hanya rata-rata 3 orang yang dapat dipenuhi pengajuan pinjamannya. Penentuan penerima pinjaman ditentukan berdasarkan urutan pengajuannya. Selain belum mampu memenuhi semua kebutuhan pinjaman anggota, nilai pinjaman yang diberikan usaha simpan pinjam juga masih rendah, yaitu maksimal Rp ,00, sehingga dengan nilai riil uang yang makin rendah pinjaman tersebut kurang mendukung sebagai modal usaha. Ketidakmampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan pinjaman sesuai dengan kebutuhan anggota menunjukkan kurangnya keswadayaan organisasi untuk memberikan pelayanan keuangan kepada anggota-anggotanya. Lemahnya keswadayaan organisas ini terkait dengan masalah yang terjadi pada aspek-aspek yang menjadi subsistem KUSP. Masalah-masalah tersebut meliputi: 1. Kepengurusan Keterampilan pengurus dalam pengelolaan KUSP kurang yang ditandai

20 5 dengan pengelolaan bersifat sederhana (kekeluargaan) dan tidak menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan juga mengalami kendala berupa terbatasnya orang atau institusi yang memberikan pelatihan dan terbatasnya dana untuk pengembangan sumberdaya manusia. 2. Partisipasi anggota Anggota kurang berpartisipasi dalam perbaikan pengelolaan KUSP. Peran anggota hanya sebagai penerima manfaat pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. 3. Kemitraan usaha KUSP ini tidak memiliki jalinan kerjasama dengan berbagai pihak yang memungkinkan lembaga ini memperoleh tambahan modal serta peningkatan kemampuan manajerial, atau yang memungkinkan lembaga ini berperan sebagai lembaga mediasi dalam penyaluran kredit untuk masyarakat, seperti menjalin kerjasama dengan koperasi, BPR, Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM, bank dan lembaga keuangan lainnya. Potensi kelembagaan yang disebutkan berada tidak jauh dari Kwaluhan, tetapi belum dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan kapasitas lembaga. 4. Upaya pengembangan keswadayaan KUSP untuk meningkatkan pelayanan keuangan agar dapat memenuhi kebutuhan simpan pinjam dan jaminan sosial baik dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan maupun kerjasama dengan pihak lain belum dilakukan. Masalah Kajian Lemahnya kinerja KUSP dalam memberikan pelayanan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota menunjukkan kurangnya keswadayaan kelompok dalam mengelola lembaga. Keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam menunjuk pada kapasitas pengurus dan anggota untuk menentukan pilihan terbaik bagi pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan keuangan yang berkelanjutan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, sehingga

21 6 memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya. Keswadayaan kelompok akan tercermin dari kinerja organisasi yang dapat dilihat dari tiga komponen penting yaitu kemandirian dalam administrasi, manajemen, dan aset (Verhagen, 1996). Administrasi menunjuk pada kapasitas pengurus dan anggota untuk menentukan tujuan organisasi dan usaha-usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen didefinisikan sebagai kapasitas untuk mengelola operasional lembaga sehari-hari. Aset menunjuk pada kapasitas lembaga dalam aspek finansial yang merupakan pendukung keberlanjutan aktivitas lembaga. Keswadayaan KUSP Gotong Royong terkait dengan faktor kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha yang terjadi pada lembaga. Oleh karena itu, batasan masalah kajian dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana keswadayaan KUSP dalam menyelenggarakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggota dalam aspek ekonomi dan sosial? 2. Bagaimana faktor-faktor kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha menghambat atau mendukung keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam? 3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam untuk meningkatkan pelayanan dari aspek ekonomi dan sosial? Tujuan Kajian Tujuan dari kajian pengembangan keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam ini adalah: 1. Mengetahui keswadayaan KUSP dalam menyelenggarakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggota dalam aspek ekonomi dan sosial. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha yang menghambat atau mendukung keswadayaan KUSP dan peluang bagi upaya mengembangkan keswadayaan dari aspek ekonomi dan sosial.

22 3. Menyusun strategi pengembangan keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam untuk meningkatkan pelayanan dari aspek ekonomi dan sosial. 7 Manfaat Kajian 1. Memberikan masukan tentang model dan program pengembangan keswadayaan untuk meningkatkan pelayanan kelompok usaha simpan pinjam dari aspek ekonomi dan sosial kepada pengurus dan anggota kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong RT 02, RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung. 2. Memberikan masukan tentang model dan program pengembangan keswadayaan kelompok dalam masyarakat bagi aparat pemerintahan desa/ kelurahan dan para pegiat masyarakat. 3. Memberikan masukan kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kantor Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam pembuatan kebijakan tentang pengembangan keswadayaan lembaga keuangan informal dalam masyarakat.

23 TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat pada kondisi atau keadaan dengan variabel sosial dan ekonomi mendominasi konsepsi kemiskinan, sehingga kemiskinan dipandang sebagai individual poverty. Kegagalan-kegalan pendekatan dalam memecahkan problema kemiskinan dengan pendekatan kemiskinan individual dan tumbuhnya kesadaran tentang persamaan hak manusia menimbulkan perubahan dalam cara pandang terhadap kemiskinan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau kelompok orang. Friedman (1997) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial ini meliputi modal yang produktif atau aset ( misalnya tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber-sumber keuangan (pendapatan, kredit yang memadai), organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama ( partai politik, koperasi, kelompok usaha, kelompok simpan pinjam), network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan, dan informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan. Dari definisi ini dapat dikemukakan bahwa kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan aspek-aspek material seperti keterbatasan kepemilikan tanah, perumahan, pendapatan, tetapi juga mencakup aspek non material seperti rendahnya pengetahuan dan keterampilan, pekerjaan yang layak dan keterbatasan informasi untuk memajukan kehidupan. Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (BKPK) dan Lembaga Penelitian SMERU (2001) menjelaskan tentang dimensi kemiskinan, yaitu: 1. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari dimensi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan non material seperti pendidikan rendah, kesehatan buruk dan kekurangan transportasi.

24 9 2. Kemiskinan didefinisikan dari dimensi kurang atau tidak memiliki aset seperti tanah, rumah, peralatan, uang, dan kredit yang memadai. 3. Kemiskianan non material meliputi kebebasan untuk menyampaikan aspirasi, hak memperoleh pekerjaan dan kehidupan yang layak. Kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Tansey dan Zigley (1991) mengemukakan bahwa ada tiga penyebab utama kemiskinan, yaitu: 1. Defisiensi modal manusia (human capital deficiencies), yang disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan keterampilan, sehingga kurang memberikan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan yang memadai. 2. Kurangnya permintaan terhadap tenaga kerja (insufficient demand for labour), sehingga menyebabkan meningkatnya pengangguran. Pengangguran menyebabkan orang tidak mempunyai pendapatan, daya beli rendah dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. 3. Deskriminasi (discrimination), berupa perlakuan tidak adil dalam aksesibilitas terhadap sumberdaya bagi golongan tertentu dan adanya dominasi pihak tertentu terhadap sumberdaya tersebut. Dalam anggota KUSP Gotong Royong, selain kondisi defisiensi modal manusia dan permintaan terhadap tenaga kerja yang kurang memberikan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan memadai, faktor diskriminasi merupakan faktor penyebab penting terhadap kemiskinan yang terjadi. Sebagian besar anggota KUSP bekerja sebagai buruh, tukang dan serabutan atau sektor informal. Akses terhadap sumberdaya finansial ke lembagalembaga keuangan bagi para buruh atau sektor informal sering terhambat oleh penilaian kualifikasi perbankan yang didasarkan pada karakter, jaminan, kemampuan untuk mengembalikan pinjaman, modal dan kondisi ekonomi. Ketidakadilan dalam akses ke sumberdaya finansial ini menyebabkan keterbatasan atau ketiadaan kepemilikan modal, sehingga kesempatan untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui usaha juga terbatas.

25 10 Pemberdayaan Masyarakat Secara sederhana pemberdayaan masyarakat berarti membuat masyarakat berdaya atau mempunyai kekuatan. Kekuatan itu mencakup aspek fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, intelektual (meningkatnya kualitas sumber daya manusia) dan komitmen bersama masyarakat untuk mencapai tujuan. Kemampuan berdaya mempunyai arti sama dengan kemandirian masyarakat (Jamasy, 2004). Dengan demikian pemberdayaan merupakan upaya memperkuat kemandirian masyarakat secara ekonomi, sosial dan politik dengan tujuan mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan hidup baik praktis (ekonomi) maupun strategis (kemampuan melakukan pilihan dan kontrol). Kerangka pikir dalam pemberdayaan masyarakat menurut Jamasy (2004) setidaknya memuat tiga tujuan, pertama, menciptakan iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang. Kedua, memperkuat potensi yang dimiliki, misalnya peningkatan derajat kesehatan, peningkatan akses terhadap sumber-sumber kamajuan (modal, teknologi, pasar, dan lain-lain). Ketiga, mencegah persaingan tidak seimbang, menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa pada dasarnya pemberdayaan adalah membuka kesempatan kepada masyarakat untuk menggali dan mengelola potensi yang dimiliki untuk kemandiriannya. Upaya membuka kesempatan untuk mewujudkan potensi dan kemampuan yang dimiliki mengandung konsekuensi untuk melibatkan elemen-elemen masyarakat, karena pada dasarnya setiap elemen atau komponen masyarakat memiliki potensi atau kemampuan untuk melakukan sesuatu. Keutuhan potensi akan terlihat manakala diantara elemen itu mengintegrasikan diri dan bekerjasama untuk mencapai kemandirian. Salah satu wadah untuk mewujudkan potensi dan sekaligus sebagai wujud dari integrasi dan kerjasama diantara elemen-elemen masyarakat adalah melalui Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong yang dikelola masyarakat. Dalam kelompok usaha simpan pinjam Gotong Royong, warga masyarakat dari berbagai latar belakang sosial ekonomi bekerja sama menyelenggarakan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial untuk memenuhi kebutuhan modal bagi anggota-anggotanya.

26 11 Ife (1991) mengemukkan bahwa empowerment means providing people with the resources, apportunities, knowledge and skill to increase their own future, and participate in and the effective life of their community. Mengacu pada pendapat Ife, pemberdayaan berarti menyediakan sumberdaya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kehidupan dimasa datang agar lebih baik dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Sejalan dengan pendapat Ife, Friedman (1992) mengkaitkan pemberdayaan masyarakat dengan kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber jaringan sosial, organisasi sosial, informasi, alat produksi, pengetahuan dan keterampilan serta sumber keuangan yang menjadi dasar kekuasaan dalam suatu sistem. Akses yang dimaksud digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Kedua pendapat mengisaratkan bahwa tujuan pemberdayaan adalah kemandirian atau keswadayaan masyarakat. Aspek penting untuk mencapai keswadayaan adalah dengan pemberian kesempatan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dan kemudahan dalam mengakses sumberdaya. Salah satunya adalah akses terhadap sumber daya finansial. Modal usaha untuk masyarakat miskin merupakan aspek penting dalam pemberdayaan ekonomi rakyat. Salah satu kelemahan ekonomi rakyat adalah masalah ketersediaan dana (financial avalability), pembentukan modal (capital formation) dan akses terhadap sumberdaya finansial. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan sistem pelayanan keuangan yang dapat menjangkau masyarakat lapisan bawah yang dibarengi dengan penyiapan masyarakat untuk memanfaatkan, mengupayakan, menilai sekaligus memelihara keberlanjutannya (Zainuddin, 1997). Hal ini dapat direalisasikan dengan pengembangan kelompok simpan pinjam dalam masyarakat. Pengembangan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong merupakan strategi untuk memberikan akses terhadap sumberdaya finansial kepada masyarakat lapisan bawah dalam mengembangkan sosial dan ekonominya. Keberadaan kelompok menurut Supriyanto (1997) akan memberikan manfaat lebih besar bagi anggotanya karena dapat dipakai untuk meningkatkan kemampuan berusaha, mengembangkan pengetahuan dan sistem nilai yang

27 12 mendukung kehidupan usaha, menyuburkan moralitas usaha yang baik, tidak dipakai untuk menghindar dari suatu tanggung jawab yang seharusnya menjadi beban anggota, dan meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih luas seperti usaha, kerumahtanggaan, kemasyarakatan dan sebagainya. Dalam konteks pengembangan masyarakat, pengembangan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong merupakan strategi pemberdayaan yang bukan hanya mencakup pengembangan aksesibilitas terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, tetapi juga pengembangan dalam kehidupan ketetanggaan. Melalui kegiatan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong, masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memelihara kebersamaan dalam komunitas. Pengembangan kehidupan ketetanggaan (neighborhood development) sebagaimana dikemukakan Chandler yang dikutip Peterman (2000) adalah means to decentralize some haousing outhority responsibilities and create a bit more stability in the resident population (memberikan desentralisasi kepada rumah tangga untuk bertanggung jawab dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat). Sebagai stategi pemberdayaan kehidupan ketetanggaan, Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong merupakan wahana bagi warga masyarakat untuk merealisasikan tanggung jawab sosial dan menciptakan stabilitas dalam kehidupan bersama. Tanggung jawab sosial dan pemeliharaan stabilitas kehidupan bersama tercermin dari saling bantu antara masyarakat yang kuat terhadap yang lemah dengan bersama-sama menyimpan uang kemudian dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan modal serta saling komunikasi antar anggota dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi. Tanggung jawab dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat secara lebih luas dicapai melalui kegiatan-kegiatan rutin kelompok yang terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan RT atau RW. Pengintegrasian kegiatan kelompok dengan kegiatan RT atau RW memungkinkan anggota masyarakat untuk memecahkan masalah yang bukan hanya mencakup masalah ekonomi, tetapi juga masalah kemasyarakatan lain secara bersama-sama.

28 13 Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gunardi dkk. (1994) memberikan batasan tentang kelompok simpan pinjam sebagai sekumpulan orang dalam suatu ikatan yang bersepakat untuk menyimpan uang sehingga tercipta modal, kemudian dipinjamkan diantara orang-orang dalam ikatan itu dengan tingkat bunga tertentu untuk memenuhi tujuan-tujuan produktif dan kesejahteraan. Batasan ini memberikan kejelasan bahwa kelompok simpan pinjam menekankan pada unsur manusia sebagai kelompok, dengan kegiatan utamanya membentuk modal untuk dipinjamkan kepada anggota-anggota kelompok. Kriteria dasar dalam penyaluran pinjaman adalah usaha produktif dan kesejahteraan. Dalam KUSP Gotong Royong, unsur manusia sebagai kelompok terlihat dari jumlah anggota yang cukup besar (78 orang) yang terikat dalam suatu komunitas. Keanggotaan dalam KUSP bukan semata-mata didasari oleh motif pemenuhan kebutuhan ekonomi untuk memperoleh modal usaha, tetapi juga motif sosial untuk memelihara kebersamaan dan solidaritas sosial dalam komunitas. Kebersamaan dan solidaritas sosial ini tampak dari kegiatan saling bantu melalui penghimpunan simpanan bersama-sama kemudian dipinjamkan kepada anggota yang mebutuhkannya, saling berkomunikasi melalui pertemuan rutin dan juga diselenggarakannya jaminan sosial kematian dan bantuan perawatan kesehatan. Kelompok Usaha Simpan Pinjam dikatagorikan sebagai lembaga rotating saving and credit associations yaitu lembaga yang menyediakan fasilitas menabung secara periodik dan memberikan kredit bagi anggota-anggotanya (Nugroho, 1997). Sedangkan Chaniago (1982) menyatakan bahwa kelompok usaha simpan pinjam adalah lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat dalam lingkup terbatas, sehingga usahanya memiliki karakter khas, merupakan usaha yang didasarkan pada kepercayaan. Lingkup terbatas mengandung artian bahwa penghimpunan dan pengelolaan dana berasal dari, oleh dan untuk anggota-anggotanya, sedangkan karakter khas karena sifat intimitas anggota dan musyawarah dalam pemecahan masalah merupakan ciri utama lembaga ini.

29 14 Dalam masyarakat modern, jalinan kelompok simpan pinjam dengan pelaku ekonomi yang lebih kuat melalui kemitraan usaha yang saling menguntungkan merupakan strategi untuk menciptakan iklim yang menunjang dan peluang untuk lebih maju (Sumodiningrat, 1997). Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun kelompok usaha simpan pinjam memiliki lingkup terbatas bukan berarti menutup diri dari kerjasama dengan pihak lain. Agar lembaga ini dapat berkembang, pengembangan jejaring dengan pihak lain dan institusi keuangan formal profesional sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan permodalan, teknis maupun manajerial, sehingga pelayanan simpanan dan pinjaman akan menjangkau semua anggota yang membutuhkannya. Berger sebagaimana dikutip Nugoho (1997) menyatakan bahwa kelompokkelompok seperti KUSP dapat berfungsi sebagai lembaga perantara (mediating structure), yaitu lembaga sosial yang memiliki posisi diantara wilayah kehidupan individu yang bersifat privat dan lembaga-lembaga makro yang berhubungan dengan kehidupan publik. Pendapat tersebut menegaskan bahwa programprogram kredit mikro untuk kalangan lapisan bawah baik dari lembaga perbankan maupun pemerintah dapat disalurkan melalui kelompok usaha simpan pinjam. Jaminan (collateral) dalam penyaluran kredit berupa liabilitas kelompok melalui kewajiban anggota secara kolektif untuk tetap berusaha, berpendapatan kemudian menabung bersama sebagai usaha untuk mencicil pinjaman. Dalam hal ini, peranan kelompok sebagai perantara finansial, dengan tugas mendistribusikan kredit dan memobilisasi tabungan termasuk pencatatan dan administrasi, sehingga secara tidak langsung kelompok telah menjalankan fungsi perbankan dalam skala kecil. Dalam kelompok usaha simpan pinjam, masyarakat berperan sebagai pemilik dan penilik lembaga keuangan (Zainuddin, 1997). Sebagai pemilik, anggota dan pengurus adalah pihak yang mengambil keputusan dan merumuskan program lembaga. Sebagai penilik, mereka yang mengontrol pengelolaannya. Dengan partisipasi ini, Sumodiningrat, (1997) menyatakan bahwa pemupukan modal yang merupakan kunci dari pengembangan kelompok simpan pinjam muncul dari dalam sendiri, yakni dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk dinikmati masyarakat, sehingga dapat tumbuh dan bekembang secara alamiah.

30 15 Kelompok usaha simpan pinjam sebagai lembaga pelayanan keuangan masyarakat mempunyai ciri sosial dan ciri ekonomi (Sumodiningrat 1997). Ciri sosial dan ekonomoni ini tercermin dari adanya kebersamaan dalam pengelolaan lembaga. Kebersamaan diawali dari saling mengenal (hubungan sosial), saling membantu sebagai cerminan dari kewajiban sosial, yang meningkat menjadi hubungan ekonomi berupa saling membantu dengan prinsip ekonomi dan adanya kewajiban ekonomi, yakni mengembalikan dengan imbalan yang memadai. Ciri sosial dan ekonomi juga ditunjukkan dari tujuan kelompok. Tujuan dari kelompok simpan pinjam menurut Gunardi, dkk (1994) mencakup lima tujuan dasar, yaitu: menciptakan modal bersama, menyediakan pinjaman yang murah, cepat dan terarah, mengembangkan sikap bijaksana dalam menggunakan uang, mempererat persaudaraan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dari tujuan ini terlihat bahwa KUSP bukan saja bertujuan memenuhi kebutuhan secara ekonomi, tetapi juga sosial untuk mempererat persaudaraan dan menumbuhkan kepercayaan diri. Pengembangan Keswadayaan Kelompok Verhagen (1996) mengatakan bahwa keswadayaan (self-help) is any voluntary action undertaken by an individual or group of person which aims at the satisfaction of individual or collective needs or aspirations (keswadayaan adalah aktivitas sukarela dari individu atau kelompok yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan atau aspirasi baik secara individu atau kelompok). Lebih lanjut Verhagen mengemukakan bahwa substansi keswadayaan, adalah penggunaan sumber-sumber dari dirinya sendiri. Menurut Hubeis (1992) keswadayaan adalah perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Badan Pengembangan Swadaya Masyarakat (1986), memberikan batasan keswadayaan sebagai sikap yang bersumber pada kepercayaan diri dan juga kemampuan memahami kelemahan dan kekuatan diri sendiri, memperhitungkan kesempatan dan ancaman lingkungan, memilih

31 16 berbagai alternatif yang tersedia untuk mengatasi persoalan dan mengembangkan kehidupan secara serasi dan berkesinambungan. Batasan-batasan sebagaimana dikemukakan memberikan acuan bahwa keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam menunjuk pada kemampuan pengurus dan anggota untuk menentukan pilihan terbaik bagi pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan keuangan yang berkelanjutan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, sehingga memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya. Pengembangan keswadayaan adalah usaha yang terencana untuk memudahkan lahirnya organisasi swadaya dan memperkuat jalannya fungsi-fungsi organisasi (Verhagen, 1996). Ini berarti bahwa upaya mengembangkan keswadayaan KUSP berfokus pada perbaikan dan pengembangan fungsi-fungsi KUSP, melalui aktivitas yang terencana dengan tujuan mewujudkan KUSP yang swadaya. Pengembangan keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam tidak berarti mengesampingkan potensi dan sumberdaya dari luar lembaga. Kerjasama dan jejaring melalui kemitraan usaha dengan pihak luar merupakan faktor penting untuk mendukung efektifitas pengembangan keswadayaan. Perlunya kerjasama dalam pengembangan keswadayaan ini ditekankan oleh Cartwright dan Zander (1988) yang berpendapat bahwa kemandirian tidak berarti anti terhadap kerjasama atau menolak saling keterkaitan dan saling ketergantungan. Keswadayaan justeru menekankan perlunya kerjasama yang disertai dengan tumbuhnya kemampuan untuk memecahkan masalah, menyalurkan aspirasi, berkreatifitas, keberanian menghadapi resiko, keuletan, sikap dan kemampuan berwira usaha, dan. prakarsa untuk bertindak atas dasar kekuatan sendiri dalam kebersamaan (collective selfreliance). Dalam konteks kelembagaan, keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam akan terwujud setelah terjadi kesepakatan diantara anggota untuk membagi resiko, biaya dan keuntungan berdasarkan kepatutan dan pemimpin organisasi bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan anggotaanggotanya (Verhagen, 1996). Untuk mengembangkan keswadayaan kelompok, Verhagen mengemukakan delapan instrumen pengembangan keswadayaan.

32 17 Instrumen 1. Identifikasi Penduduk dan Kelompok Sasaran Proses ini meliputi identifikasi orang-orang sebagai kelompok atau individu yang menjadi sasaran pengembangan. Identifikasi dilakukan dengan mendorong mereka untuk mengidentifikasikan diri dan didasarkan pada kriteria spesifik yang ada di lokasi dan ditentukan dari perspektif mereka sendiri. Dalam KUSP, kelompok sasaran telah jelas, yaitu pengurus dan anggota. Oleh karena itu, isntrumen ini dilakukan dengan mengidentifikasi partisipan dan perannya dalam mendukung pengembangan, meliputi : a. Pengurus yang berperan sebagai penanggungjawab utama pengelolaan KUSP. b. Anggota yang berperan sebagai pemilik dan penerima pelayanan keuangan dan pendukung aktivitas KUSP dalam opersional sehari-hari. c. Mitra kerja seperti Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kantor pelayanan Koperasi dan UKM, bank, koperasi dan BPR yang berperan dalam pengembangan kapasitas pengurus, pengembangan administrasi, manajemen dan pengembangan permodalan. Instrumen 2. Pengkajian dan Perencanaan Partisipatif Pengkajian partisipatif menunjuk pada hasil diagnosa partisipasi aktif dari partisipan, pandangan dan pemikiran mereka terhadap pengembangan, dan tingkat sosial ekonomi. Untuk melakukan kajian tersebut, dilakukan identifikasi aktivitas ekonomi, meliputi kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat sosial ekonomi. Perencanaan partisipatif adalah penerapan dari kajian partisipatif dan keterlibatan partisipan dalam assessmen dan penentuan rencana aksi. Assessmen ini mencakup dimensi ekonomi, sosial, politik, dan operasional. Penerapan instrumen pengkajian dan perencanaan partisipatif dalam KUSP Gotong Royong dilakukan melalui analisis terhadap tingkat partisipasi pengurus dan anggota dalam administrasi, manajemen dan pengembangan aset, memahami pandangan dan pemikiran mereka terhadap pengembangan kelompok, dan menganalisis faktor-faktor yang mendukung atau menghambat partisipasi. Langkah berikutnya adalah identifikasi sumber-sumber atau aktivitas yang dapat mendukung pengembangan. Selanjutnya secara bersama-sama melakukan

33 18 penentuan kebutuhan atau masalah (assessment) yang akan menjadi fokus untuk dipecahkan atau dikembangkan. Langkah terakhir dari tahap ini adalah menyusun program aksi dengan melibatkan partisipan. Instrumen 3. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan ini merupakan proses transmisi pengetahuan dan keterampilan dari orang yang telah cukup pengetahuan kepada yang kurang pengetahuan, dari yang terampil kepada yang tidak terampil. Dalam pengembangan keswadayaan, pendidikan dan pelatihan menunjuk pada kesediaan orang yang telah memiliki cukup kemampuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan dan pelatihan disini bertujuan untuk menciptakan situasi pembelajaran melalui komunikasi dan transfer keterampilan secara dua arah (yang telah mampu dengan yang belum mampu). Pada pengembangan keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong instrumen pendidikan dan pelatihan ini diterapkan melalui penyelenggaraan rapat rutin, diskusi dan musyawarah untuk membahas permasalahan dan pengelolaan kelompok. Pengurus yang telah memiliki kemampuan administrasi dan manajemen mentranfer pengalamannya kepada pengurus lain dan anggota, sehingga tercipta saling belajar dan saling memberi pengalaman. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam hal administrasi, manajemen, pengembangan aset dan pengelolaan lembaga keuangan, dilibatkan partisipan dari profesional lembaga keuangan formal atau aparat Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD), Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Proses pendidikan dan pelatihan dilakukan secara dua arah, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan sesuai dengan kondisi spesifik dari kelompok. Instrumen 4. Mobilisasi Sumberdaya Mobilisasi sumberdaya merupakan proses pemanfaatan dan penggerakan sumberdaya ke dalam operasional kelompok. Sumberdaya ini dapat berupa

34 19 sumberdaya alam, finansial, atau non material seperti keterampilan kewirausahaan dan daya tawar. Penerapan instrumen mobilisasi sumberdaya dalam Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong dilakukan melalui penggerakan anggota untuk melakukan simpanan dan pinjaman. Simpanan yang dilakukan meliputi simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib, sehingga aset kelompok dapat berkembang dari dalam kelompok. Instrumen 5. Konsultasi Manajemen Konsultasi manajemen merupakan proses pemberian bantuan berupa nasehat (advice) agar dapat menggunakan sumberdaya secara efisien. Konsultasi manajemen ini meliputi manajemen sumberdaya finansial, manajemen pengembangan sumberdaya manusia, manajemen konflik, dan teknik-teknik manajemen. Konsultasi manajemen diperlukan pada saat penyusunan rencana, mengalami masalah finansial, timbul masalah dalam operasional atau ketika kelompok membutuhkan nasehat atau bantuan. Dalam Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong, konsultasi manajemen perlu dilakukan dengan melibatkan profesional dari lembaga keuangan formal atau konsultan manajemen. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengetahuan dan keterampilan pengurus yang kurang berpengalaman dalam mengelola lembaga keuangan baik dalam hal administrasi, manajemen maupun dalam pengembangan aset. Instrumen 6. Membangun Jejaring dengan Pihak Ketiga Proses ini meliputi membangun jejaring dengan sektor swasta seperti bank, pedagang dan pemerintah. Pengembangan jejaring dalam Kelompok Usaha Simpan Pinjam dapat dilakukan melalui kerjasama dengan koperasi, bank atau BPR dalam bentuk kemitraan usaha yang saling menguntungkan. Kelompok Usaha Simpan Pinjam menjadi lembaga mediasi dalam penyaluran kredit mikro dari lembaga keuangan kepada masyarakat. Dalam kemitraan tersebut, kelompok usaha simpan pinjam juga melaksanakan fungsi administrasi, sehingga secara tidak langsung juga menjalankan fungsi perbankan.

35 20 Instrumen 7. Perluasan dan Pengembangan Gerakan Perluasan dan pengembangan gerakan merupakan upaya membangun jejaring (networking) dalam sistem pertalian (linkage system) baik vertikal maupun horisontal, dan distribusi adminitrasi dan fungsi ekonomi antar tingkatan (level) yang berbeda. Perluasan dan pengembangan gerakan ini dilakukan dengan melibatkan lebih banyak lapisan sosial dan perluasan jangkauan geografis. Dalam pengembangan keswadayaan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong, perluasan dan pengembangan gerakan dilakukan dengan memperluas keanggotaan dari berbagai lapisan baik di tingkat RT, RW atau kelurahan. Pengembangan gerakan juga dilakukan dengan membangun pertalian dengan program-program pengembangan masyarakat, program pengembangan ekonomi masyarakat, program pengembangan koperasi dan usaha kecil menengah (UKM) dari dinas-dinas pemerintah, sehingga memungkinkan memperoleh dukungan bagi pengembangan kemampuan pengurus melalui kerjasama dalam pendidikan dan pelatihan dan kemudahan dalam memperoleh kredit bagi pengembangan modal usaha. Instrumen 8. Monitoring dan Evaluasi Monitoring sebagai bagian dari pengembangan sistem dapat didefinisikan sebagai suatu periode untuk meninjau kembali aktivitas-aktivitas dalam setiap tahapan, keefektifan dalam penyusunan rencana operasional dan mengkaji tujuan spesifik kelompok. Evaluasi merupakan proses penilaian secara sistematis tentang relevansi, keefektifan, dan dampak dari aktivitas dalam setiap tahapan kegiatan. Monitoring dan evaluasi dalam kelompok usaha simpan pinjam dilakukan secara bersama-sama antara pengurus, anggota dan partisipan dari pihak luar yang terlibat dalam pengembangan. Indikator keberhasilan penerapan delapan instrumen pengembangan keswadayaan ini adalah membaiknya kinerja organisasi (organizational performance), yang dapat dilihat dari tiga komponen penting yaitu kemandirian administrasi (administrative autonomy), kemandirian manajerial (managerial autonomy) dan kemandirian finansial (financial autonomy). Administrasi

36 21 menunjuk pada kapasitas pemimpin dan anggota untuk menentukan tujuan organisasi dan usaha-usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen didefinisikan sebagai kapasitas untuk mengelola operasional lembaga sehari-hari. Aset menunjuk pada kapasitas lembaga dalam aspek finansial yang merupakan pendukung keberlanjutan aktivitas lembaga. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan. Administrasi merupakan proses pengambilan keputusan atau penentuan tujuan. Manajemen adalah implementasi dari aktivitas pencapaian tujuan. Aset merupakan sumberdaya yang dimobilisasi untuk mencapai tujuan. Pada akhirnya, hasil dari pengembangan keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam ini adalah terbangun kemandirian (self-relience). Kemandirian adalah suatu keadaan di mana kelompok telah mencapai ketidaktergantungan dengan bantuan pihak lain untuk memberikan keamanan bagi kepentingan anggota-anggotanya. Implikasi dari kemandirian ini adalah kapasitas organisasi dan produktifitas kelompok digunakan untuk merancang strategi yang mampu memberikan kontribusi secara efektif dalam menciptakan kondisi kehidupan anggota yang lebih baik dan memelihara status kemandiriannya. Dalam Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong hasil akhir dari pengembangan keswadayaan ini adalah keswadayaan dalam menyelenggarakan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. Proses pengembangan keswadayaan lembaga Model Verhagen secara lebih ringkas terlihat pada Gambar 1. Lembaga Pengembangan Keswadayaan Instrumen pengembangan keswadayaan organisasi swadaya Kemandirian (Self-reliance) Sumber: Verhagen (1996) Gambar 1 Model Pengembangan Keswadayaan Lembaga.

37 22 Kerangka Pemikiran Analisis terhadap keswadayaan organisasi dalam kajian ini mencakup aspek administrasi, yaitu proses penentuan tujuan dan penyusunan rencana kerja tahunan. Aspek manajemen, yaitu pelaksanaan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. Aspek aset, yaitu pelaksanaan pengelolaan aset. Kinerja KUSP merupakan manifestasi dari kapasitas dan sinergi pelaku kelembagaan. Pelaku kelembagaan dalam KUSP terdiri dari pengurus dan anggota, sehingga kinerja KUSP dalam administrasi, manajemen, dan aset ditentukan oleh kapasitas pengurus, dan anggota dalam melaksanakan administrasi, manajemen, dan pengembangan aset tersebut. Unsur-unsur kapasitas untuk mendukung keswadayaan lembaga yang harus dimiliki pengurus sebagai pengelola inti dari KUSP meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam administrasi, manajemen dan pengembangan aset serta kemampuan membangun kerjasama baik kerjasama dalam kelompok maupun pengembangan jejaring dengan pihak luar. Hal ini sesuai dengan pendapat Eade sebagaimana dikutip oleh Nasdian (2005) yang menyatakan bahwa bahwa pengembangan kapasitas mencakup pengembangan pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerja kelompok dan pengembangan jejaring. Permasalahan yang ada pada KUSP Gotong Royong menunjukan bahwa pelayanan yang dilaksanakan tidak berkembang sesuai dengan kebutuhan pinjaman anggota. Meskipun sumberdaya berupa modal sosial dan institusi keuangan formal terdapat di sekitar RW IV Kwaluhan, tetapi tidak dimanfaatkan untuk peningkatan kapasitas pelayanan. Faktor penting yang mendorong perilaku pengurus untuk mempertahankan atau meningkatkan pelayanan adalah motivasi. Motivasi menurut Gray dan Starke sebagaimana dikutip oleh Pandjaitan, dkk (2005) menunjuk pada proses yang menimbulkan antusiasme dan kemantapan untuk melakukan tindakan tertentu. Orang akan termotivasi untuk menghasilkan aktivitas jika mereka dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadinya. Berdasarkan pengertian itu, kebutuhan-kebutuhan pribadi dari pengurus berpengaruh terhadap antusiasme untuk melakukan perubahan tindakan dalam meningkatkan pelayanan KUSP. Berdasarkan konsepsi kapasitas dan motivasi ini,

38 23 analisis terhadap kapasitas pengurus mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan dalam administrasi, manajemen dan pengembangan aset serta motivasi dari pengurus dalam pengelolaan KUSP. Dalam kerangka kemandirian ekonomi rakyat, peran anggota kelompok dalam lembaga keuangan adalah sebagai pemilik dan juga penilik ( Zainuddin, 1997). Konsekuensi dari peran tersebut adalah pelibatan partisipasi anggota dalam pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan pemeliharaan capaian-capaiannya. Partisipasi anggota dalam KUSP menurut Verhagen (1996), mencakup partisipasi dalam proses pengambilan keputusan (participate in the decision making process), dalam manajemen dan pelaksanaan kegiatan (participate in the management and implementation of activity) dan dalam memobilisasi sumbersumber keuangan (participate in the mobilization of financial resouce). Berdasarkan batasan tersebut, analisis terhadap partisipasi anggota mencakup aspek partisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang tercermin pada keterlibatan dalam penentuan tujuan dan perencanaan, partisipasi dalam manajemen yaitu keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan pelayanan KUSP dan partisipasi dalam mobilisasi sumber-sumber keuangan meliputi partisipasi dalam menabung dan meminjam. Pengembangan keswadayaan KUSP menekankan perlunya kerjasama dengan berbagai pihak lain baik pemerintah maupun swasta. Verhagen (1996) mengemukakan tentang perlunya mengaitkan lembaga dengan pelaku ekonomi lain yaitu sektor pemerintah dan swasta. Kemitraan usaha baik dengan pemerintah maupun dengan swasta menjadi hal penting dalam pengembangan keswadayaan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan. Dalam aspek kemitraan ini, identifikasi masalah meliputi pihak-pihak yang diharapkan menjadi mitra usaha, bentukbentuk kemitraan yang diharapkan, faktor penghambat dan pendukung pengembangan kemitraan usaha. Keswadayaan KUSP akan tercermin dari pelayanan keuangan yang diberikan kepada anggota-anggota sesuai dengan kebutuhannya. Dalam KUSP Gotong Royong, pelayanan keuangan yang diselenggarakan adalah menerima simpanan anggota, memberikan pinjaman kepada anggota-anggotanya dan menyelenggarakan jaminan sosial untuk membantu perawatan kesehatan dan

39 24 membantu pembiayaan anggota atau keluarganya yang meninggal dunia. Oleh karena itu, indikator keberhasilan pengembangan keswadayaan KUSP adalah kemampuan memberikan pelayanan keuangan untuk memenuhi kebutuhan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial anggota-anggotanya. Kerangka analisis kajian disajikan melalui bagan pada Gambar 2. Kapasitas Pengurus Motivasi Pengetahuan Keterampilan Partisipasi Anggota: Partisipasi dalam perencanaan Partisipasi dalam pelaksanaan pelayanan Partisipasi dalam pengembangan aset Kemitraan Usaha: Pemerintah, Swasta Keswadayaan KUSP: Administrasi Manajemen Aset Strategi Pengembangan keswadayaan KUSP: - Identifikasi partisipan - Kajian dan Perencanaan partisipatif - Pendidikan dan Pelatihan administrasi dan manajemen - Mobilisasi sumberdaya - Konsultasi manajemen - Pengembangan jejaring - Perluasan dan pengembangan gerakan - Monitoring dan evaluasi KUSP Mandiri Gambar 2 Bagan Kerangka Pemikiran Kajian

40 METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain); penilaian dan perumusan tentang tipe-tipe intervensi yang efektif dan kondisi yang kondusif untuk mencapai efektivitas tersebut (Sitorus dan Agusta, 2005). Evaluasi sumatif ini diterapkan untuk mengetahui keswadayaan KUSP yang mencakup administrasi, manajemen dan aset, permasalahan KUSP yang mencakup kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha serta menganalisis peluang yang dapat mendukung upaya mengembangkan keswadayaan KUSP dalam aspek sosial dan ekonomi. Hasil evaluasi sumatif ini kemudian dijadikan dasar untuk merumuskan srategi yang efektif dalam mengembangkan kapasitas pengurus dan anggota KUSP, sehingga dapat memberikan pelayanan keuangan sesuai dengan kebutuhan anggota baik dalam aspek ekonomi maupun sosial. Aras Kajian Kajian dilakukan pada aras mikro, dengan pendekatan subyektif-mikro. Pendekatan ini dilakukan dengan mengkaji program dan tindakan yang dilakukan oleh pengurus dan anggota KUSP dalam menyelenggarakan pelayanan dan menilai efektifitasnya dalam memenuhi kebutuhan anggota melalui interaksi langsung dengan pengurus dan anggota. Tujuannya adalah mengetahui efektifitas program dan tindakan dari pengurus dan anggota sehingga diketahui tingkat keswadayaannya serta realitas masalah yang mencakup kepengurusan, aset, partisipasi anggota dan kemitraan usaha yang menghambat atau mendukung keswadayaan KUSP.

41 26 Strategi Kajian Kajian dilakukan dengan menggunakan studi kasus. Studi kasus adalah penerapan metode kerja penelitian untuk memperoleh pegetahuan/ pemahaman atas satu atau lebih kejadian/ gejala sosial, merupakan studi aras mikro yang menyoroti satu atau lebih kasus terpilih (Sitorus dan Agusta, 2005). Dalam kajian ini, kasus yang dipilih adalah keswadayaan KUSP. Pemahaman terhadap keswadayaan dilihat dari aspek-aspek keswadayaan organisasi yang mencakup kemandirian administrasi, manajemen dan aset serta faktor-faktor yang menghambat atau mendukung keswadayaan. Kajian dilakukan dengan menerapkan metode kerja eksplanasi untuk menjelaskan keswadayaan dan permasalahan yang menghambat atau mendukung keswadayaan KUSP mencakup masalah kepengurusan, aset, anggota dan kemitraan usaha. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi Lokasi kajian adalah RT 02, RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung (lihat pada peta lokasi). Pertimbangan pemilihan lokasi adalah: 1. Di RW IV Kwaluhan Kertosari terdapat kegiatan pengembangan masyarakat melalui Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong, namun demikian, masalah kepengurusan, aset, partisipasi anggota dan kemitraan usaha, berimplikasi pada kurangnya keswadayaan kelompok untuk memberikan pelayanan keuangan kepada anggota sesuai dengan kebutuhannya. 2. KUSP Gotong Royong mempunyai potensi berupa kedisiplinan anggota dalam melaksanakan kewajiban pembayaran baik simpanan pokok, simpanan wajib, angsuran pinjaman dan bunga pinjaman, sehingga dapat dikembangkan untuk memberikan pelayanan baik dalam aspek sosial maupun ekonomi kepada anggota secara berkelanjutan. Dengan memahami kemandirian dalam administrasi, manajemen dan aset serta permasalahan dalam hal kepengurusan, aset, partisipasi anggota dan kemitraan usaha, maka

42 27 dapat dianalisis peluang-peluang untuk memajukan KUSP ini. Hasil kajian dan analisis terhadap peluang kemajuan KUSP ini menjadi landasan untuk menyusun strategi pengembangan keswadayaan kelompok agar dapat memenuhi kebutuhan baik dalam aspek ekonomi maupun sosial. Waktu Pelaksanaan Kajian dilaksanakan secara bertahap. Pengambilan data awal dilakukan melalui Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial) pada tanggal 1 sampai 23 November 2005 dan Praktek Lapangan II (Evaluasi Program) pada tanggal 17 Februari sampai dengan 13 Maret Penyusunan proposal dilaksanakan dari akhir bulan April sampai awal bulan Juni 2006, dilanjutkan dengan seminar kolokium pada awal bulan Juni Pengambilan data kajian dan penyusunan program dilaksanakan pada pertengahan bulan Juni sampai dengan akhir bulan Juli Analisis data dilakukan secara terus menerus selama kajian berlangsung sejak penyusunan proposal sampai dengan perbaikan kajian setelah ujian. Penulisan laporan kajian dilakukan sejak pengambilan data kajian dilakukan sampai perbaikan kajian sesuai rekomendasi pada ujian akhir. Seminar akan dilakukan pada minggu pertama bulan Oktober Ujian dan perbaikan laporan akan dilaksanakan pada minggu pertama sampai minggu ketiga November 2006 dan penggandaan laporan pada minggu terakhir November Jadwal selengkapnya terlihat pada Tabel 1.

43 28 Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kajian NO JENIS KEGIATAN TAHUN 2005 TAHUN Pemetaan Sosial 2. Evaluasi Program 3. Penyusunan Proposal Kajian 4. Seminar kolokium 5. Pengambilan Data dan Pengembangan Program 6. Analisis data 7. Penulisan Laporan 8. Seminar 9. Ujian 10. Perbaikan Laporan 11. Penggandaan Laporan Metode Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data dalam kajian meliputi: 1. Data primer: bersumber dari responden dan informan. a. Responden adalah orang-orang yang menjadi subjek kajian, terdiri dari: 1) Pengurus, yaitu pengurus inti (ketua, sekretaris, bendahara, pembantu) dan pengawas 2) Anggota, yaitu anggota yang aktif dan anggota yang tidak aktif. b. Informan, yaitu orang-orang di luar subjek kajian yang mengetahui informasi tentang KUSP, terdiri dari: 1) Pengurus RT dan RW.

44 29 2) Aparat Badan PMD. 3) Aparat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. 2. Data sekunder; bersumber dari dokumen KUSP Gotong Royong (Laporan pertanggungjawaban pengurus, program kerja tahunan, AD/ART, dan buku catatan pengurus), dokumen kelurahan, Badan PMD dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM (program-program pengembangan keswadayaan masyarakat) dan dokumen dari Bank, (program kredit mikro dan jenis layanan keuangan lain yang dapat disalurkan melalui KUSP). Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan dengan: 1. Studi dokumen, yaitu mempelajari data yang bersumber dari dokumen KUSP dan dokumen kelurahan, Badan PMD dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Data yang dikumpulkan dari studi dokumen ini meliputi data tentang administrasi, aset, pengajuan pinjaman, kepengurusan, keanggotaan, kebutuhan pinjaman, pembagian kerja kelompok, dan program kerja KUSP serta program-program pengembangan keswadayaan masyarakat di kelurahan, Badan PMD dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM yang dapat diimplementasikan untuk mendukung pengembangan KUSP. Pedoman studi dokumen disajikan pada Lampiran Pengamatan berperan serta, yaitu melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data dengan berinteraksi sosial dengan subjek kajian dalam lingkungan subjek kajian. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas pengurus dan anggota dalam kegiatan pelayanan simpan pinjam. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan peran serta ini adalah kecakapan (keterampilan) pengurus dalam memberikan pelayanan, pelaksanaan pelayanan KUSP, partisipasi pengurus dan anggota dalam kegiatan KUSP, pelaksanaan rapat/ musyawarah, dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan. Pedoman pengamatan berperan serta tersaji di Lampiran Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data dengan temu muka berulang antara peneliti dengan responden dan informan dalam suasana kesetaraan, keakraban dan informal untuk memahami pandangan hidupnya, pengetahuan

45 30 yang dimiliki, pengalaman-pengalamannya, motivasinya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam pengelolaan KUSP. Pedoman wawancara tersaji pada Lampiran Diskusi Kelompok, yaitu mengadakan diskusi secara sistematis dengan melibatkan pengurus dan anggota, aparat kelurahan, aparat BPMD, aparat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM, petugas dari perbankan/ konsultan manajemen untuk menyusun program pengembangan kapasitas pengurus dan anggota KUSP dalam rangka meningkatkan pelayanan KUSP dari aspek ekonomi dan sosial. Pada diskusi ini, peneliti berperan sebagai fasilitator. Untuk mendukung kegiatan diskusi, peneliti bekerjasama dengan dua orang pengurus Perkumpulan Pemuda dan Remaja RT 02 untuk membantu sebagai penulis. Pedoman diskusi tersaji pada Lampiran 5. Data Kajian Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi: 1. Keswadayaan organisasi, mencakup kemandirian dalam administrasi, manajemen dan aset. Dalam kajian ini, yang dimaksud dengan keswadayaan organisasi adalah aktivitas yang dilaksanakan oleh kelompok usaha simpan pinjam dalam menyelenggarakan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial, yang terdiri dari: a. Kemandirian administrasi, yaitu aktivitas pengurus dan anggota dalam proses penyusunan rencana kerja tahunan secara partisipatif. b. Kemandirian manajemen, yaitu pelaksanaan pembagian tugas antara pengurus dan pelaksanaan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. c. Kemandirian aset, yaitu keadaan dan sumber-sumber finansial kelompok. 2. Permasalahan dalam KUSP, yang mencakup: a. Kepengurusan, meliputi motivasi, pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola KUSP. Motivasi adalah keinginan yang mendorong pengurus untuk melaksanakan kegiatan pelayanan. Pengetahuan dan keterampilan adalah pengetahuan

46 31 dan keterampilan administrasi dan manajemen yang dimiliki pengurus, pendidikan dan pelatihan administrasi dan menajemen yang pernah ditempuh, dan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pengurus. b. Partisipasi anggota, yang meliputi: partisipasi dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan pelayanan keuangan. Partisipasi anggota adalah keterlibatan dan peran anggota dalam penyusunan rencana kerja tahunan dan dalam pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial. c. Kemitraan usaha, yaitu kerjasama dengan pihak luar yang dapat mendukung peningkatan pelayanan KUSP. 3. Peluang pengembangan keswadayaan KUSP, yang mencakup: a. Peluang pengembangan kapasitas pengurus. b. Peluang pengembangan aset. c. Peluang pengembangan partisipasi anggota. d. Peluang pengembangan mitra usaha. e. Peluang pengembangan KUSP dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat. 3. Dukungan dari pihak luar, yaitu program-program dari pemerintah kelurahan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan program-program kredit dari lembaga keuangan atau penyalur kredit (bank) yang dapat diimplementasikan dalam pengembangan KUSP. 4. Strategi yang dapat dilakukan oleh kelompok usaha simpan pinjam dalam mengembangkan kapasitas pengurus dan anggota untuk meningkatkan pelayanan dalam aspek ekonomi dan sosial. Metode pengumpulan data secara lebih rinci, mencakup masalah, topik, sub topik, sumber data, teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data lihat Lampiran 6.

47 32 Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Reduksi data, yaitu melakukan katagorisasi data. Kegiatan dalam reduksi data ini adalah pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data. Pengkaji menyeleksi data yang telah dikumpulkan, membuat ringkasan dan mengkatagorikan data berdasarkan tujuannya. Hasil katagori data tentang permasalahan yang dikaji dijadikan konsep awal dalam diskusi kelompok. Selanjutnya dilakukan tukar pendapat dengan responden dan informan untuk memperoleh katagori data yang sesuai dengan kondisi nyata kelompok. 2. Penyajian data, yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi dan grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam analisis masalah. Data yang telah dikatagorisasi bersama disajikan dalam bentuk bagan dalam diskusi kelompok. 3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan suatu permasalahan dengan permasalahan lain secara kualitatif melalui diskusi, sehingga ditemukan permasalahan yang sesuai dengan kondisi nyata kelompok. Alur penarikan kesimpulan dimulai dari analisis terhadap aspek-aspek keswadayaan yang meliputi kemandirian administrasi, manajemen dan aset. Hasil analisis hubungan antar ketiga aspek tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat keswadayaan KUSP. Hasil analisis terhadap keswadayaan ini kemudian dihubungkan dengan permasalahan kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut menghambat atau mendukung keswadayaan. Setelah diketahui tingkat keswadayaan dan faktor-faktor yang menghambat atau mendukung keswadayaan, dilanjutkan dengan identifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan KUSP. Hasil analisis hubungan antara tingkat keswadayaan, faktor penghambat dan pendukung dan peluang memajukan KUSP digunakan sebagai dasar penyusunan program. 4. Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah diperoleh dengan bertukar pendapat dengan responden dan informan.

48 33 Penyusunan Program Program untuk pengembangan KUSP adalah menerapkan delapan instrumen pengembangan keswadayaan Model Verhagen yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi KUSP. Penyusunan program pengembangan keswadayaan dilakukan dengan pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan pengurus dan anggota serta pihak-pihak yang berkepentingan melalui diskusi kelompok agar program tersebut sesuai dengan kondisi dan kemampuan KUSP. Pertimbangan penggunaan model keswadayaan Verhagen adalah instrumen ini telah terbukti dapat mengembangkan kelompok swadaya masyarakat di beberapa negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan kajian yang dilakukan Verhagen (1996) dikemukakan bahwa pengembangan keswadayaan terhadap Kelompok Usaha Bersama (UB) di Balerejo dan Pacing Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil meningkatkan surplus tabungan kelompok 2 sampai 3 persen. Pengembangan keswadayaan ini juga berdampak pada peningkatan produksi, distribusi dan konsumsi (aspek ekonomi), peningkatan kepedulian sosial dan tanggung jawab (aspek sosial), terjadi distribusi kekuasaan dalam pengambilan keputusan di tingkat desa (aspek politik) dan perubahan nilai masyarakat (aspek budaya). Pembahasan dalam diskusi mencakup penerapan delapan langkah pengembangan keswadayaan yaitu: 1) Identifikasi partisipan, yang meliputi pihak-pihak yang perlu dilibatkan dan perannya dalam pengembangan KUSP, 2) Kajian dan perencanaan partisipatif yang mencakup identifikasi sumber-sumber dan penentuan masalah dan penyusunan rencana aksi, 3) Pendidikan dan pelatihan terhadap pengurus dan anggota KUSP, 4) Mobilisasi sumber-sumber, 5) Konsultasi manajemen untuk memperbaiki manajemen KUSP; 6) Mengembangkan jejaring (network) dengan mengembangkan kemitraan usaha dengan bank; 7) Membangun jalinan antara KUSP dengan program-program pengembangan masyarakat di tingkat RW, pemerintah kelurahan, Badan PMD dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM; dan 8) Monitoring dan Evaluasi. Pedoman penyusunan program secara lebih ringkas lihat pada Lampiran 7.

49 PETA SOSIAL RW IV KWALUHAN Gambaran Umum Lokasi Letak Geografis RW IV Kwaluhan merupakan salah satu lingkungan dalam Kelurahan Kertosari, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. RW ini terletak di bagian Barat Laut dari pusat kelurahan dan merupakan wilayah terluar dengan batas wilayah: Sebelah Barat : Kelurahan Jampiroso Sebelah Utara : Kelurahan Banyuurip Sebalah Selatan : RW III Mardisari Sebelah Timur : RW I Kertosari. Kwaluhan diapit oleh dua jalan protokol Kota Temanggung. Di sebelah barat adalah Jalan Sunyoto dan di sebelah utara Jalan Sundoro. Jarak dari pusat kota relatif dekat. Dari pasar Temanggung dan pusat pemerintahan (kantor sekretariat daerah) yang berada di tengah kota hanya berjarak satu kilometer ke arah timur. Jarak ini terasa lebih dekat karena ketersediaan aksesibilitas yang memadai berupa jalan raya dan sarana transportasi yang cukup baik. Secara administratif, RW IV Kwaluhan terdiri dari enam RT yang masingmasing RT memiliki batas wilayah yang cukup jelas, yaitu dibatasi oleh jalan gang. Pola-pola interaksi asosiatif, intim dan akrap terjadi pada aras RT ini. Hampir semua warga dalam satu RT saling mengenal, terlebih bahwa setiap RT mempunyai pranata atau lembaga yang memungkinkan mereka saling mengenal satu dengan yang lainnya seperti adanya pertemuan rutin warga, adanya kegiatan bersama dalam berbagai aktivitas keagamaan, kerja bakti, arisan warga, kelompok/organisasi pemuda, dasawisma, kelompok PKK dan sebagainya. Interaksi kurang akrap, terjadi antara warga RT yang tidak berdekatan. Penduduk salah satu RT tidak tentu mengenal penduduk RT lain yang berjauhan. Namun demikian, hubungan kerjasama antar penduduk masih terjalin. Dalam aktivitas tertentu mereka saling bertemu untuk melakukan kegiatan bersama

50 seperti dalam memperingati hari kemerdekaan RI, kerjabakti di tingkat RW, pengajian dan pada peristiwa kematian warga. 35 Pemukiman Penduduk Sebagian besar pemukiman penduduk berukuran hampir sama. Hal ini disebabkan oleh tanah kavling yang diperuntukkan bagi perumahan berukuran hampir sama. Pada tahun 1966, tanah tegalan milik pemerintah dikavlingkan untuk pemukiman penduduk. Satu kavling berukuran 70m 2. Rata-rata rumah penduduk tidak memiliki pekarangan yang cukup luas bahkan lebih banyak yang tidak memiliki pekarangan. Jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat hanya jalan beraspal yang membelah kampung; sedangkan jalan masuk pemukiman penduduk berupa jalan gang yang lebarnya tidak ada yang lebih dari 2 meter. Dengan pola pemukiman seperti itu, interaksi dengan tatap muka antar warga cukup tinggi. Mereka akan saling sapa dan saling mengenal diantara penduduk dalam satu gang. Pola pemukiman penduduk lebih jelas disajikan dalam Gambar 3. Gambar 3 Pemukiman Penduduk Pemukiman penduduk disebelah timur dibatasi dengan saluran irigasi. Saluran ini terlihat kumuh terutama bila lama tidak terjadi hujan. Hampir semua rumah tangga disekitar aliran air membuang limbah rumah tangganya di saluran ini. Saluran air menjadi kotor, air tidak lagi jernih tetapi berwarna kehitaman, dipenuhi sampah, dan berbau tidak enak bila air tidak penuh. Banyak penduduk yang tinggal di sekitar aliran ini termasuk dalam kategori miskin. Dari 21 rumah

51 36 disekitar saluran irigasi, 12 rumah tangga termasuk miskin yang menerima Santunan Langsung Tunai dan Beras Miskin. Pemukiman disekitar saluran air ini juga tidak tertata rapi. Dari 12 rumah tersebut tidak berbahan permanen dan apabila siang hari, banyak jemuran di depan rumah. Hal ini berbeda dengan keadaan pemukiman yang berada di depan (dekat jalan utama/ aspalan). Perumahan mereka umumnya terlihat rapi dan bagus dengan bahan permanen. Keadaan pemukiman penduduk miskin tersaji pada Gambar 4 Gambar 4 Pemukiman Rumah Tangga Miskin di Sekitar Saluran Air Kependudukan Penduduk Kwaluhan terdiri dari beragam latar belakang daerah asal. Jumlah penduduk Kwaluhan 1516 orang dengan komposisi 752 laki-laki dan 764 perempuan. Jumlah KK 349. Komposisi penduduk Kwaluhan berdasarkan jumlah KK dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi Penduduk Kwaluhan Berdasarkan Jenis Kelamin. NO RT KK L P JUMLAH JUMLAH Sumber: Data Kelurahan Kertosari 2005

52 Tabel 2 memperlihatkan komposisi penduduk setiap RT di RW IV Kwaluhan berdasarkan jumlah KK dan jenis kelamin. Dari distribusi tersebut terlihat bahwa jumlah rata-rata anggota rumah tangga adalah empat sampai lima orang. Secara keseluruhan, jumlah penduduk perempuan di RW IV Kwaluhan lebih banyak daripada laki-laki. Berdasarkan usia dan jenis kelamin, jumlah penduduk usia muda (kurang dari 14 tahun) cukup banyak mencapai 465 atau persen penduduk, sehingga mendekati struktur penduduk berumur muda. Secara rinci, komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin disajikan Gambar 5 37 pada Tabel 3 dan Tabel 3 Komposisi Penduduk RW IV Kwaluhan Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin NO Usia L P Jumlah > Jumlah Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun 2005

53 38 Gambar 5 Piramida Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Dari struktur penduduk, jumlah penduduk berusia di bawah 14 tahun mencapai 465 orang atau persen dari jumlah penduduk. Sedangkan penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas) ada 52 orang atau 3.43 persen. Ini mengindikasikan bahwa beban tanggungan lebih banyak pada usia muda. Rasio beban tanggungan RW IV Kwaluhan 51.2 persen. Dari perhitungan beban tanggungan ini, rasio beban tanggungan penduduk produktif terhadap penduduk non produktif cukup tinggi, dengan perbandingan 2: 1 atau dua orang usia produktif menanggung beban 1 orang non produktif. Dengan demikian, dari empat sampai lima anggota dalam setiap rumah tangga (Tabel 2), terdapat satu atau dua orang berusia non produktif. rata-rata Dalam pandangan masyarakat Kwaluhan, orang yang termasuk miskin adalah apabila tanggungan banyak, yaitu terdapat lima atau lebih anggota dalam satu keluarga sementara sumber pendapatan hanya mengandalkan seorang kepala keluarga. Besarnya tanggungan keluarga ini berkaitan kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pendapatan keluarga yang tidak sebanding dengan beban tanggungan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota merupakan salah satu penyebab kemiskinan di Kwaluhan. Pendapatan keluarga termasuk kategori miskin di RW IV Kwaluhan adalah kurang dari Rp ,00. Laki-laki Perempuan Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun 2005

54 39 Dari Gambar 5 juga terlihat bahwa penurunan jumlah penduduk dari umur 20 sampai 39 tahun cukup tajam (mengerucut). Berdasarkan informasi dari informan (pengurus RT dan RW), banyak penduduk yang berusia antara 20 sampai 40 tahun ini yang bekerja di luar daerah (merantau). Penyebabnya adalah semakin sulitnya mencari pekerjaan di wilayah Temanggung. Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah ini lapangan kerja tidak mampu menampung jumlah angkatan kerja yang ada. Sempitnya lapangan kerja di suatu daerah selain sebagai penyebab meningkatnya migrasi keluar, juga sebagai penyebab kemiskinan karena berkaitan dengan masalah pengangguran. Tingkat pendidikan penduduk RW IV Kwaluhan cukup tinggi. Penduduk yang tamat SD atau tidak tamat SD hanya 29,9 persen. Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat (informan), penduduk yang hanya tamat atau tidak tamat SD pada umumnya telah berusia diatas 40 tahun, sedangkan pada usia dibawah 40 tahun telah banyak yang menamatkan pendidikan sampai tingkat menengah. Komposisi penduduk 5 tahun ke atas berdasarkan pendidikannya tersaji pada Tabel 4 Tabel 4 Penduduk Lima Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan No Pendidikan Jumlah % 1 Tamat Universitas/PT Tamat Akademi Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Belum tamat SD Tidak tamat SD Jumlah Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun 2005 Dalam pandangan masyarakat, orang miskin umumnya berpendidikan rendah, yaitu tamat atau tidak tamat sekolah dasar. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk miskin berpendidikan rendah yaitu

55 40 SD atau tidak tamat SD. Tingkat pendidikan penduduk miskin di RW IV Kwaluhan dijelaskan Gambar 6. 94% SD/ Tidak Tamat SLTP SLTA 2% 4% Gambar 6 Penduduk Miskin Berdasarkan Pendidikan. Dari 126 KK yang termasuk miskin, 118 atau 94 persen tamat/tidak tamat SD, 5 orang atau 4 persen berpendidikan SLTP, dan 3 orang atau 2 persen berpendidikan SLTA. Tidak ada penduduk miskin yang berpendidikan tinggi. Secara umum pendidikan menggambarkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dari data ini terlihat bahwa kemiskinan yang terjadi di Kwaluhan terkait dengan kualitas sumberdaya manusia yang rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan kemiskinan menyebabkan kurangnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan dengan tingkat pendapatan yang memadai. Hal ini dibuktikan dengan jenis pekerjaan yang dimiliki sebagian besar penduduk miskin tidak termasuk jenis pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi (lihat Gambar 7, Rumah tangga miskin berdasarkan mata pencaharian). Mata Pencaharian Penduduk Mata pencaharian penduduk beragam. Mata pencaharian sebagai petani dilakukan oleh sebagian penduduk dibagian utara. Mereka adalah penduduk asli yang masih memiliki tanah peruntukan pertanian; sedangkan dibagian lain beraneka jenis mata pencaharian seperti buruh, serabutan, jasa, dagang, PNS, polisi, TNI, wiraswasta, dan lain-lain. Namun demikian banyak penduduk pendatang yang pada dasarnya adalah petani, kemudian pindah ke kota untuk

56 bekerja di luar sektor pertanian. Komposisi rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah % 1 Petani kecil (gurem) Buruh Dagang Wiraswasta Tukang (tukang kayu, las, bengkel) PNS, TNI, POLRI Pengemudi becak Sopir Jasa Serabutan Jumlah Sumber: Data Kelurahan Kertosari Tahun Jenis pekerjaan pada penduduk miskin umumnya tidak mensyaratkan keterampilan yang tinggi seperti buruh angkat junjung, buruh bangunan, tukang becak, tukang parkir, pembantu rumah tangga, dan lain-lain. Secara lebih rinci, komposisi rumah tangga miskin berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar % 13% 4% 2% 11% Buruh Tukang Becak Petani gurem Jasa Serabutan Gambar 7 Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Mata Pencaharian. Dari 126 rumah tangga miskin, 88 rumah tangga atau 69.8 persen bekerja sebagai buruh, sedangkan yang lain adalah pengemudi becak (14 rumah tangga),

57 42 petani gurem (5 rumah tangga), jasa (2 rumah tangga) dan serabutan (17 rumah tangga). Hampir semua rumah tangga yang bekerja sebagai penarik becak termasuk dalam rumah tangga miskin, hanya satu rumah tangga saja yang tidak termasuk miskin. Tidak seperti jenis pekerjaan yang relatif menghasilkan pendapatan yang tetap seperti karyawan swasta, pegawai negeri sipil, POLRI, TNI, atau pedagang menengah ke atas, jenis pekerjaan yang dilakukan penduduk miskin yaitu buruh, tukang becak, tani, atau bekerja di sektor informal seringkali mengalami kesulitan untuk memperoleh modal dari bank-bank komersial yang mensyaratkan prosedur penilaian bankable (character, collateral, capacity to repay, capital dan condition of economy). Mereka mengalami keterbatasan dalam kepemilikan modal, agunan, usaha produktif dan kondisi ekonomi yang disyaratkan bank. Keterbatasan untuk memperoleh modal ini menjadikan penduduk miskin mengalami keterbatasan kesempatan mengembangkan usaha untuk meningkatkan perekonomian. Sumberdaya ekonomi Sumberdaya ekonomi yang berupa sumberdaya alam hampir tidak mendukung sistem perekonomian penduduk. Lahan pertanian hanya dimiliki oleh 10 atau 3.2 persen rumah tangga. Lahan yang dimiliki oleh pendudukpun sangat sempit. Rata-rata kepemilikan tanah kurang dari 0,2 hektar, sehingga meskipun mereka sebagai petani, mereka juga pencari nafkah ganda dengan bekerja disektor lain, seperti buruh, berjualan, tukang becak atau bekerja serabutan. Sumberdaya dalam masyarakat yang berpotensi untuk membantu penduduk miskin dalam memperoleh modal usaha adalah KUSP Gotong Royong. Namun kenyataannya, tidak semua penduduk miskin di RW ini telah menjadi anggota KUSP. Sementara aturan dalam KUSP, yang berhak memperoleh pinjaman modal adalah penduduk yang telah menjadi anggota yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan yang telah disepakati bersama, yaitu telah mempunyai simpanan minimal 75 persen dari simpanan rata-rata anggota yang pada akhir tahun 2005 sebesar Rp ,00.

58 43 Sumberdaya eksternal lebih banyak memberikan kontribusi pada ekonomi penduduk, seperti adanya toko disekitar Kwaluhan (toko besi dua buah, toko bala pecah satu buah), jasa (cuci mobil dua buah), pabrik tahu dua buah, pabrik kerupuk dua buah, perbengkelan (dua buah), las (dua buah), pergudangan (gudang tembakau milik Gudang Garam satu buah dan milik Djarum Kudus satu buah), pasar dan terminal angkutan desa. Pada jenis-jenis usaha tersebut sebagian penduduk Kwaluhan bekerja dan memperoleh pendapatan sebagai buruh, jasa atau berjualan. Struktur Komunitas Sistem pelapisan sosial meskipun tidak jelas terjadi di RW IV Kwaluhan. Kedudukan seseorang dalam masyarakat dipengaruhi oleh peran mereka dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan kepemilikan (kekayaan). Ada tiga golongan (pelapisan sosial) dalam masyarakat, yaitu golongan atas (wong dhuwuran), adalah para pemimpin informal, seperti ketua RW, Ketua RT, dan tokoh masyarakat. Golongan ini berpendidikan tinggi, sering terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan tingkat ekonomi mapan. Lapisan berikutnya adalah lapisan menengah atau orang biasa, yaitu orang yang cukup mapan, pendidikan juga cukup tinggi, punya pekerjaan tetap, dan rumah mereka permanen atau semi permanen. Lapisan paling bawah adalah wong ngisoran (orang bawah). Termasuk dalam golongan ini adalah orang miskin. Gambar pelapisan sosial di RW IV Kwaluhan disajikan pada Gambar 8. Orang Dhuwuran Orang Biasa Orang Ngisoran Gambar 8 Pelapisan Sosial di RW. IV Kwaluhan

59 44 Dari 309 rumah tangga di RW IV Kwaluhan, jumlah penduduk yang termasuk dalam lapisan orang bawah (wong ngisoran) adalah 126 rumah tangga, sedangkan yang termasuk lapisan atas (orang dhuwuran) sekitar 40 rumah tangga. Pelapisan sosial tersebut, meskipun tidak jelas tetapi disadari oleh penduduk. Pada penduduk yang termasuk kategori miskin, pengaruh pelapisan sosial ini tampak dari bentuk partisipasi mereka dalam kehidupan kemasyarakatan. Dalam acara-acara yang diselenggarakan seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI atau kegiatan pembangunan, jarang dari orang miskin ini diikutkan dalam kepanitiaan. Demikian pula dalam organisasi kemasyarakatan seperti RT, RW, PKK, posyandu, hampir tidak ada dari golongan miskin yang menjadi pengurus. Orientasi nilai budaya dalam hubungan antar penduduk Kwaluhan cenderung berorientasi vertikal. Pada umumnya mereka masih tergantung pada inisiatif pemimpin khususnya pemimpin informal yang lebih dekat dengan penduduk. Orang yang berpangkat, berpendidikan dan mapan secara ekonomi dianggap lebih layak menjadi pemimpin. Pandangan ini menyebabkan sebagian besar ketua RT, RW atau tokoh-tokoh masyarakat adalah mereka yang bekerja sebagai PNS. Kepemimpinan informal seperti Ketua RW dan ketua RT lebih berpengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan daripada pemimpin formal (aparat kelurahan). Pemimpin informal ini disamping lebih dekat dengan masyarakat, juga melaksanakan fungsi pemerintahan, sedangkan aparat kelurahan lebih pada fungsi administratif. Fungsi pemerintahan ini terlihat dari pengurusan surat-surat seperti KTP, Kartu Keluarga, dan surat keterangan lain yang melalui RT atau RW. Demikian pula dalam merencanakan pembangunan di RT atau RW. Merekalah yang memberikan keputusan tentang pembangunan yang akan dilaksanakan. Batasan Kemiskinan Dalam komunitas Krisis ekonomi berkepanjangan dan kenaikan harga BBM yang diikuti oleh kenaikan harga-harga kebutuhan berpengaruh terhadap kemiskinan yang terjadi

60 45 di RW IV Kwaluhan. Data dari Kantor Kelurahan Kertosari Tahun 2005 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di RW IV Kwaluhan meningkat dari 82 rumah tangga atau 26 persen pada tahun 2001 menjadi 126 rumah tangga atau 40,77 persen pada tahun Jumlah ini kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat karena didasarkan pada penerimaan Santunan Langsung Tunai (SLT) dan Bantuan Beras Miskin (Raskin). Kemiskinan merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai cukup kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sesuai tata nilai atau norma yang berlaku di masyarakat (Nugroho dan Dahuri, 2004). Dengan demikian, kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan yang dialami oleh individu maupun kelompok masyarakat yang didasarkan pada nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, seseorang dikatakan miskin apabila tingkat pendapatan mereka tidak memungkinkan untuk mentaati tata nilai dan norma masyarakat. Tata nilai atau norma masyarakat memiliki karakter khas sesuai dengan karakteristik komunitas sehingga batasan kemiskinan bersifat relatif. Kondisi miskin disuatu komunitas mungkin tidak serta merta berlaku dalam komunitas lain. Berdasarkan pandangan masyarakat RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, orang yang dikategorikan sebagai orang miskin adalah: 1. Orang yang tidak bekerja atau tidak mempunyai pekerjaan tetap. Orang yang tidak bekerja adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau menganggur, sehingga tidak memiliki sumber pendapatan. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap adalah orang yang mempunyai jenis dan waktu bekerja tidak teratur (serabutan) 1 dan pendapatannya rendah. 2. Apabila tani, kepemilikan lahan sangat sempit ( kurang dari 2 petak atau 0,16 ha). Data dari Kelurahan Kertosari menunjukkan bahwa dari 10 keluarga petani, 5 diantaranya termasuk kategori miskin dengan kepemilikan lahan kurang dari 0.2 hektar. 1 Menurut pandangan masyarakat RW IV Kwaluhan orang yang bekerja serabutan adalah mereka yang jenis pekerjaannya tidak menentu, atau melakukan banyak jenis pekerjaan dan tidak teratur, seperti orang yang bekerja berdasar permintaan, kadang-kadang menjadi kuli bangunan, di lain waktu bekerja membersihkan rumah orang, dan dalam waktu lain ikut buruh angkat junjung.

61 46 3. Pendidikan rendah, yaitu tamat atau tidak tamat sekolah dasar. 4. Pendapatan rendah, yaitu pendapatan rumah tangga kurang dari Rp ,00 sehingga pendapatan tersebut hanya mencukupi kebutuhan makan. 5. Beban tanggungan banyak, yaitu terdapat lima atau lebih anggota dalam satu keluarga sementara sumber pendapatan hanya mengandalkan seorang kepala keluarga. 6. Rumah tidak permanen atau belum mempunyai rumah. Rumah tidak permanen adalah yang dinding rumah dibuat dari kayu atau bambu. Kondisi belum mempunyai rumah menunjuk pada keluarga yang tidak memiliki rumah, sehingga masih menumpang pada orang tua atau keluarganya. 7. Tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai SLTP. Kemiskinan Dalam Keanggotaan KUSP Masalah kemiskinan merupakan masalah komplek. Masalah ini disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kurangnya kepemilikan dan akses terhadap sumberdaya. Dari pengamatan di lapangan dan informasi beberapa responden diperoleh gambaran bahwa beberapa orang termasuk kategori miskin yang telah memiliki kesempatan memperoleh modal dapat mengembangkan usaha kecil-kecilan seperti menjual jamu gendong, membuat makanan ringan, membuka warung kecil, atau berjualan sayuran keliling. Dengan usaha tersebut, mereka dapat mengatasi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Akses terhadap modal bagi orang miskin sangat terbatas. Lembagalembaga keuangan (perbankan) yang berada disekitar Kwaluhan mempunyai prosedur yang membatasi orang miskin untuk memperoleh modal, seperti harus memiliki agunan, memiliki pendapatan tetap, diketahui aparat kelurahan, survei kelayakan dan sebagainya. Prosedur tersebut sulit bagi orang miskin untuk memenuhinya, sehingga mereka kesulitan untuk memperoleh modal bagi pengembangan usaha. Potensi sumberdaya lokal untuk membantu masyarakat miskin dalam memperoleh modal belum dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal

62 47 oleh masyarakat. Sumberdaya ini berupa KUSP Gotong Royong yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat setempat. Dari 126 rumah tangga yang termasuk kategori miskin, baru 26 rumah tangga atau 20,6 persen yang menjadi anggota kelompok. Dari 26 rumah tangga termasuk kategori miskin ini, yang telah menerima Bantuan Langsung Tunai (SLT) berjumlah dua rumah tangga, menerima beras JPS (raskin) sebanyak sembilan rumah tangga dan menerima SLT dan raskin delapan rumah tangga, sementara yang tidak menerima SLT atau raskin enam rumah tangga 2. Mengacu pada pendapat Tansey dan Zigley (1991) yang menyatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh defisiensi modal manusia, kurangnya permintaan terhadap tenaga kerja, dan deskriminasi, dapat digambarkan bahwa kemiskinan yang terjadi pada anggota KUSP disebabkan oleh : 1. Rendahnya pendidikan dan keterampilan. Dari 26 rumah tangga miskin yang menjadi anggota KUSP, 22 orang tamat dan tidak tamat sekolah dasar, dua orang berpendidikan SLTP dan dua orang berpendidikan SLTA. Komposisi anggota KUSP termasuk kategori miskin secara lebih jelas tersaji pada Gambar 9. Anggota Miskin Berdasar Pendidikan 84% Tamat/Tidak Tamat SD SLTP SLTA 8% 8% Gambar 9 Komposisi Anggota KUSP Termasuk Kategori Miskin Berdasarkan Pendidikan. 2 Informasi dari pengurus dan anggota KUSP berdasar pandangan masyarakat setempat menunjukkan jumlah anggota KUSP yang termasuk kategori miskin ada 26 orang.

63 48 Pada umumnya, mereka bekerja pada sektor pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan tinggi seperti buruh angkat junjung, petugas kebersihan (masyarakat menyebut tukang sampah ), tukang becak, dan pekerjaan serabutan. Komposisi anggota KUSP kategori miskin berdasarkan jenis pekerjaan tersaji pada pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi Anggota Miskin Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Buruh 11 2 Tukang Becak 3 3 Tukang Parkir 2 4 Tukang sampah 3 5 Serabutan 7 Jumlah 26 Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan dari anggota miskin berkaitan dengan kemampuan mereka dalam mengakses sumberdaya modal pada lembaga keuangan formal untuk mengembangkan usaha atau memenuhi kebutuhan lainnya. Sebagian besar dari mereka tidak mempunyai pendapatan tetap, tidak memiliki usaha produktif, keterbatasan dalam kepemilikan aset dan tidak mengetahui prosedur untuk mengajukan pinjaman. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah dari anggota KUSP yang termasuk kategori miskin juga berkaitan dengan keberadaannya dalam keanggotaan KUSP. Pada umumnya mereka hanya sebagai anggota yang pasif. Partisipasi mereka lebih banyak sebagai penerima manfaat. Mereka cenderung menerima keputusan yang diambil oleh pengurus atau tokoh masyarakat. Dari 26 orang termasuk kategori miskin ini, hanya satu orang yang sering memberikan pendapat atau usulan dalam rapat. 2. Pengangguran Dari 26 kepala rumah tangga miskin anggota KUSP, empat orang masih berstatus pengangguran. Mereka mengandalkan pendapatan dari istri yang bekerja sebagai pelayan toko dan serabutan untuk menopang ekonomi keluarga. Di samping itu, banyak rumah tangga termasuk kategori miskin ini

64 49 yang hanya mengandalkan kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah utama. Dari 26 rumah tangga, 16 keluarga mengandalkan kepala rumah tangga sebagai satu-satunya sumber pendapatan. 3. Diskriminasi atau perlakuan tidak adil dalam kesempatan dan aksesibilitas terhadap sumberdaya. Perlakuan tidak adil dalam aksesibilitas tercermin dari kesulitan mereka menjangkau sumber permodalan melalui pelayanan keuangan dari lembaga keuangan formal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya persyaratan dan prosedur yang sulit bagi mereka untuk memenuhinya. Dari 26 rumah tangga miskin hanya dua rumah tangga yang pernah memanfaatkan kredit dari bank dengan agunan sertifikat tanah. Pengajuan pinjaman dilakukan dengan memanfaatkan jasa pendamping. Kondisi kemiskinan pada anggota KUSP Gotong Royong ini tidak hanya berdampak terhadap kekurangmampuan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, (sandang, pangan, papan), tetapi juga dalam aspek sosial. Hal ini terlihat dari pelapisan sosial dalam masyarakat yang menempatkan mereka dalam lapisan bawah ( orang ngisoran ). Bagi orang miskin yang berpendapatan rendah (kurang dari Rp ,00) dan pendidikan umumnya hanya tamat atau tidak tamat sekolah dasar dinilai sebagai masyarakat lapisan bawah. Penilaian dari tokoh masyarakat terhadap penduduk miskin juga kurang mendukung mereka untuk menyalurkan aspirasinya. Penduduk yang termasuk kategori miskin jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan pembangunan di tingkat RT atau RW. Bagi orang miskin sendiri, kemiskinannya menimbulkan rasa rendah diri. Jarang dari mereka yang mengemukakan pendapat, atau memberikan usulan dalam rapat yang diselenggarakan di lingkungan RT atau RW. Dalam KUSP Gotong Royong, penilaian terhadap orang miskin sebagai orang tidak mampu baik penilaian dari orang lain maupun dari dirinya sendiri terlihat dari tidak ada seorangpun dari pengurus termasuk kategori miskin meskipun kepengurusan dipilih secara langsung oleh seluruh anggota.

65 KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong merupakan kelompok arisan yang dilakukan oleh warga RT 02. Kelompok ini didirikan atas inisiatif beberapa warga setelah RT menerima bantuan pemerintah untuk stimulan pengembangan kelembagaan ekonomi sebesar Rp ,00. Berdasarkan musyawarah bersama akhirnya disepakati untuk membentuk kelompok simpan pinjam. Sebagai modal awal, sejumlah 30 orang menghimpun dana dengan iuran sebanyak Rp ,00 per orang. Dana yang terkumpul ditambah dengan bantuan stimulan pemerintah sebanyak Rp ,00 kemudian dipinjamkan kepada anggota yang memerlukan dengan kewajiban membayar bunga pinjaman sebesar 2 persen per bulan. Pinjaman maksimal Rp ,00 dengan masa angsuran satu tahun. Pendirian kelompok dilatarbelakangi oleh kesulitan masyarakat terutama masyarakat yang bekerja sebagai buruh, serabutan, atau sektor informal untuk menjangkau pelayanan kredit dari lembaga keuangan atau bank komersial yang disebabkan oleh banyaknya persyaratan yang harus ditempuh untuk mengajukan pinjaman seperti harus menyertakan bukti-bukti kepemilikan (sertifikat tanah, BPKB), diketahui oleh aparat kelurahan setempat, survei kelayakan, memiliki pendapatan tetap, dan sebagainya. Tujuan dari KUSP ini adalah membantu anggota-anggotanya dalam memperoleh pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan lain yang mendesak dengan prosedur yang mudah berdasarkan kekeluargaan dan gotong royong. KUSP Gotong Royong merupakan satu-satunya kelompok simpan pinjam yang dapat berkembang secara berkelanjutan. Pada awalnya, di RW IV terdapat lima kelompok simpan pinjam, tetapi dalam perkembangannya hanya KUSP Gotong Royong yang masih bertahan dan mengalami perkembangan. Jumlah anggota KUSP meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2003, seluruh rumah

66 51 tangga RT 02 yang berjumlah 68 kepala keluarga telah menjadi anggota. Jumlah ini kemudian meningkat setelah beberapa warga di luar RT 02 ikut bergabung menjadi anggota. Pada tahun 2004, jumlah anggota meningkat menjadi 72 orang dan pada tahun 2005 menjadi 78 orang. Perkembangan jumlah anggota dalam kurun lima tahun terakhir tersaji pada Tabel 7 dan Gambar 10. Tabel 7 Jumlah Anggota KUSP Gotong Royong No Tahun Jumlah Sumber: Catatan Sekretaris KUSP Jumlah Anggota Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun Gambar 10 Perkembangan Jumlah Anggota KUSP Gotong Royong Sampai tahun 2002, pelayanan yang diselenggarakan oleh KUSP Gotong Royong masih terbatas menerima simpanan dan memberikan pinjaman kepada anggota-anggotanya. Setiap anggota diwajibkan menyimpan uang sebagai simpanan pokok sebesar Rp 5.000,00 dan simpanan wajib per bulan sebesar Rp 1.500,00. Besarnya pinjaman kepada anggota maksimal Rp ,00 dengan masa angsuran maksimal 10 kali. Bunga pinjaman sebesar 2 persen per bulan dihitung dari sisa pinjaman terakhir. Anggota yang berhak memperoleh pinjaman

67 52 adalah mereka yang telah mempunyai simpanan minimal 75 persen dari rata-rata simpanan anggota terdahulu. Pada tahun 2003, KUSP ini mengembangkan pelayanannya dengan menyelenggarakan jaminan sosial untuk membantu perawatan kesehatan dan kematian anggota atau keluarganya. Sebelum tahun 2003, jaminan sosial diselenggarakan oleh RT 02 secara terpisah dengan KUSP. Setiap bulan warga RT melakukan iuran sosial sebesar Rp 200,00. Bagi warga RT yang sakit atau meninggal dunia menerima bantuan Rp ,00 untuk bantuan pengobatan dan Rp ,00 apabila ada yang meninggal dunia. Kemudian mulai tahun 2003 setelah semua keluarga RT 02 menjadi anggota KUSP, iuran untuk jaminan sosial dihapus dan sebagai gantinya diambil dari keuntungan usaha. Bunga pinjaman yang semula 2 persen dinaikkan menjadi 3 persen dan penerimaan bantuan dinaikkan menjadi Rp ,00 untuk bantuan pengobatan dan Rp ,00 untuk meninggal dunia. Dalam rangka mempercepat peningkatan aset dan memenuhi tuntutan anggota yang menginginkan peningkatan pinjaman, mulai bulan April 2006, simpanan wajib ditingkatkan menjadi Rp 2.000,00 dan pinjaman maksimal Rp ,00. Masa angsuran tetap 10 kali dan bunga pinjaman 3 persen dihitung dari sisa pinjaman. Pinjaman juga diberikan dalam bentuk sebrakan kepada anggota untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak seperti membayar sekolah anak atau membeli obat-obatan. Besarnya pinjaman sebrakan maksimal Rp ,00 dengan pembayaran bulan berikutnya tanpa dikenai bunga. Rata-rata jumlah anggota yang mengajukan pinjaman lima sampai delapan orang dan hampir semua peminjam mengajukan pinjaman maksimal (Rp ,00). Namun demikian, tidak semua anggota yang mengajukan pinjaman dapat terealisasikan. Jumlah anggota yang memperoleh pinjaman rata-rata hanya tiga sampai empat orang, tergantung pada jumlah uang yang masuk pada bulan resalisasi pinjaman. Penentuan anggota yang memperoleh pinjaman didasarkan pada nomor urut pengajuannya. Anggota yang tidak memperoleh pinjaman pada bulan itu, maka akan diberikan pada bulan berikutnya sesuai nomor urutan pengajuan. Jumlah peminjam biasanya akan meningkat pada bulan Juni, Juli, atau menjelang lebaran. Pada bulan Juni dan Juli adalah bulan menjelang tahun ajaran

68 53 baru bagi anak sekolah, sehingga banyak anggota yang mengajukan pinjaman untuk membiayai anak sekolah. Pada bulan Juli 2006, jumlah peminjam mencapai sepuluh orang dan hanya terealisasi sebanyak tiga orang. Pelaksanaan pelayanan keuangan berupa penerimaan simpanan, pemberian pinjaman dan pembayaran angsuran dilakukan sekali sebulan secara rutin pada tanggal 11 dan diikuti oleh seluruh anggota. Disamping penerimaan simpanan, pembayaran angsuran dan pemberian pinjaman, dalam kegiatan ini juga dilakukan rapat dan penyampaian berbagai informasi yang berkaitan dengan pengelolaan KUSP seperti laporan keadaan keuangan, penampungan saran dan usulan anggota dan masalah-masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan pelaksanaan simpan pinjam. Kegiatan rutin KUSP setiap bulan diintegrasikan dengan kegiatan pertemuan RT O2. Meskipun tidak semua anggota berasal dari warga RT 02, tetapi mereka tetap mengikuti pertemuan karena agenda kegiatan KUSP dan kegiatan RT menjadi satu. Kegiatan didahului dengan pembayaran iuran KUSP dan iuran RT, kemudian dilanjutkan dengan rapat RT. Setelah rapat RT selesai dilanjutkan dengan rapat KUSP. Kegiatan pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 11 setiap bulan dengan tempat bergiliran di rumah anggota. Selain kegiatan rutin bulanan, juga diadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Kegiatan utama dalam RAT ini adalah penyampaian pertanggungjawaban pengurus, laporan keadaan keuangan, pembagian sisa hasil usaha (keuntungan usaha), reorganisasi kepengurusan, evaluasi dan penyusunan program kerja untuk satu tahun mendatang. Kegiatan RAT dipisahkan dengan kegiatan RT dalam kegiatan tersendiri. Pengintegrasian kegiatan RT dengan KUSP didasari oleh pertimbangan efisiensi, yaitu dapat melaksanakan dua kegiatan secara bersama-sama. Disamping itu, RT juga berkepentingan dengan KUSP. Hasil jimpitan RT dari penarikan warga Rp 100,00 per keluarga per hari, penarikan dana keamanan bagi warga yang tidak dikenakan wajib ronda Rp 1000,00 per bulan per keluarga, hasil penarikan pembayaran rekening listrik dan PDAM oleh kelompok remaja, dan hasil sewa barang inventaris RT disimpan di KUSP ini. Simpanan dari keuangan RT ini tidak diberikan bunga, namun KUSP membantu pembiayaan kegiatan RT

69 berupa bantuan pembangunan Rp ,00 per tahun. Pada tahun 2005 simpanan dari keuangan RT dan kelompok remaja ini sebesar Rp , Gambar 11 Kegiatan Pembayaran Simpanan dan Pinjaman pada KUSP Struktur Kelompok Kepengurusan Kepengurusan KUSP terbagi menjadi dua, yaitu pengurus dan pengawas. Pengurus adalah ketua, sekretaris, bendahara, dan pembantu. Kepengurusan dipilih oleh anggota pada rapat anggota tahunan dengan masa kerja dua tahun dan dapat dipilih kembali. Berdasarkan hasil reorganisasi pengurus yang telah diputuskan dalam Rapat Anggota Tahunan pada tanggal 19 Februari 2005, struktur organisasi Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong RW. IV Kwaluhan adalah sebagai berikut: 1. Pengurus, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pembantu. 2. Pengawas Keanggotaan Jumlah anggota KUSP Gotong Royong sampai akhir Tahun 2005 sebanyak 78 orang. Sebagian besar anggota berusia 41 tahun sampai 60 tahun, mencapai 64 persen dari seluruh anggota. Hampir semua anggota merupakan kepala rumah

70 tangga, sehingga dari komposisi berdasarkan jenis kelamin sebagian besar lakilaki. Karakteristik anggota berdasarkan usia dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 8 Tabel 8 Jumlah dan Persentasi Anggota KUSP Berdasarkan Usia dan Jenis No Kelamin Kelompok Usia Jumlah % Jenis kelamin L % P % ,6 2 2, , , , ,9 2 2, , ,4 4 5, ,8 5 6,4 5 6, > 2 2,6 1 1,3 1 1,3 Jumlah , ,3 55 Dalam aspek sosial dan ekonomi, orang usia 41 ke atas pada umumnya telah mapan. Mereka biasanya telah mempunyai pekerjaan, rumah tinggal, dan sumber pendapatan yang diandalkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya. Di sisi lain, pada usia tersebut kebutuhan rumah tangga juga meningkat, seperti membiayai anak sekolah di jenjang sekolah lebih tinggi, mengembangkan usaha, pemeliharaan kesehatan dan sebagainya. Peningkatan kebutuhan ini menyebabkan meningkatnya jumlah anggota yang mengajukan pinjaman pada bulan Juni, Juli dan menjelang lebaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya anggota yang mengajukan pinjaman pada bulan-bulan tersebut. Pada bulan Juni 2006, jumlah anggota yang mengajukan pinjaman sebanyak 8 orang dan pada bulan Juli 2006 sebanyak 10 orang. Berdasarkan mata pencaharian, jenis pekerjaan yang dilakukan oleh anggota KUSP beraneka ragam. Buruh dan serabutan merupakan pekerjaan yang banyak dilakukan oleh anggota KUSP. Secara lebih rinci, karakteristik keanggotaan berdasarkan jenis pekerjaan tersaji pada Tabel 9 dan Gambar 12

71 56 Tabel 9 Karakteristik Anggota KUSP Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah % 1 Jasa Buruh Tukang Becak Pensiunan PNS Penjahit Serabutan Wiraswasta Janda Pensiunan Dagang Karyawan Swasta 4 5 Jumlah Jumlah Jasa Buruh Becak Pensiunan PNS Penjahit Serabutan Wiraswasta Janda Pensiun Dagang Swasta Jenis Pekerjaan Gambar 12 Keanggotaan KUSP Berdasarkan Jenis Pekerjaan. Jenis pekerjaan buruh dan serabutan atau sektor informal merupakan jenis pekerjaan terbanyak dilakukan oleh anggota KUSP. Pada umumnya orang dengan latar belakang pekerjaan seperti ini sering mengalami kesulitan untuk menjangkau lembaga keuangan formal atau bank disebabkan adanya kualifikasi penilaian bankable yaitu karakter, agunan, modal, kemampuan mengembalikan pinjaman dan kondisi sosial ekonomi. Keadaan ini menjadi salah satu faktor yang

72 57 mendorong mereka bergabung dalam KUSP dengan tujuan memperoleh manfaat berupa pinjaman yang mudah. Berdasarkan pendidikan, jenjang pendidikan SD merupakan jumlah terbanyak dari jenjang pendidikan yang dimiliki anggota, namun demikian, telah banyak pula anggota KUSP yang menempuh jenjang pendidikan menengah (SLTP dan SLTA). Karakteristik anggota KUSP berdasarkan pendidikan secara lebih lengkap tersaji pada Gambar 13 24% Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA 42% 6% 4% 1% 23% Sarjana Muda Sarjana Gambar 13 Keanggotaan KUSP Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan anggota KUSP paling banyak adalah SD, yaitu 32 orang atau 42 persen, diikuti dengan SLTP 19 orang atau 24 persen, SLTA 18 orang atau 23 persen, tidak tamat SD 5 orang atau 6 persen, sarjana muda 3 orang atau 4 persen dan sarjana 1 orang atau 1 persen. Pendidikan menggambarkan kapasitas pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh anggota KUSP terkait dengan partisipasi mereka dalam organisasi yang diikuti. Tidak ada seorangpun pengurus KUSP yang berlatar belakang pendidikan SD atau SLTP dan pada umumnya mereka sebagai anggota yang pasif. Dalam pengambilan keputusan, mereka cenderung patuh pada pengurus atau pemimpinnya. Administrasi dan Manajemen KUSP KUSP adalah lembaga keuangan yang menyelenggarakan pelayanan simpanan dan pinjaman dengan tujuan membantu anggota-anggotanya dalam memenuhi kebutuhan. Untuk landasan operasional, motto dari KUSP ini adalah

73 58 Didasari Kekeluargaan dan Gotong Royong, Kita Ringankan Beban Anggota. Moto tersebut merupakan manifestasi bahwa KUSP bukan saja berfungsi ekonomi, tetapi juga sosial. Keberadaannya bukan saja untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomi, tetapi juga mempererat kekelurgaan dan saling bantu diantara anggota. Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, program kerja KUSP disusun dalam kurun satu tahun berdasarkan hasil musyawarah semua anggota pada rapat anggota tahunan. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan disesuaikan dengan kemampuan KUSP. Apabila ada hal-hal atau keputusan yang dianggap penting bagi KUSP di luar program kerja maka diputuskan berdasarkan musyawarah pada rapat anggota rutin tiap bulan. Dalam penyusunan rencana ini, pengurus menyusun program kerja dalam kurun waktu satu tahun ke depan. Draft program kerja yang telah disusun kemudian di bawa ke forum musyawarah melalui rapat anggota tahunan untuk memperoleh tanggapan dan persetujuan seluruh anggota. Pengorganisasian kegiatan dalam KUSP tercermin dari pembagian tugas pengurus dan pengawas sesuai dengan bidang masing-masing. Bentuk-bentuk kegiatan sesuai dengan bidang tugas pengurus dan pengawas meliputi: 1. Bidang Organisasi a. Menyempurnakan dan melengkapi administrasi b. Mengadakan pertemuan anggota setiap bulan pada tanggal 11, pukul dengan tempat bergiliran antar anggota. c. Mengadakan rapat pengurus setiap bulan setelah selesai pertemuan rutin. d. Menerima pemeriksaan dari pengawas setiap tiga bulan. e. Menyelenggarakan rapat anggota tahunan f. Menerima anggota baru. g. Mengadakan reorganisasi pengurus. 2. Bidang Permodalan dan Kredit a. Menghimpun simpanan wajib anggota dari Rp ,00 b. Memberikan pinjaman bagi anggota maksimal Rp ,00, jasa 3 persen perbulan dan jumlah angsuran maksimal 10 kali.

74 59 c. Peminjam dikenakan potongan 1 persen dari jumlah pinjaman yang diterima untuk kas pembangunan RW. IV Kwaluhan. d. Memberikan layanan pinjaman sebrakan bagi anggota yang sangat membutuhkan dengan ketentuan wajib mengembalikan bulan berikutnya dan tidak dipungut jasa. e. Menyisihkan uang yang masuk sebesar Rp ,00 setiap bulan dan hasil usaha sebesar Rp ,00 setiap tahun untuk cadangan. f. Menghimpun simpanan pokok bagi anggota baru sebesar RP. 5000, Bidang Kesejahteraan Sosial a. Memberikan sumbangan sebesar Rp ,00 kepada anggota/ keluarga apabila anggota/ keluarga (suami, istri, anak, orang tua, dan mertua) meninggal dunia. b. Memberikan bantuan pengobatan kepada anggota/ keluarga sebesar Rp ,00 dan hanya berlaku sekali dalam waktu satu tahun tutup buku. c. Membagikan jasa dari Sisa Hasil Usaha (SHU) kepada semua anggota pada akhir tutup buku menurut perbandingan jumlah simpanan. 4. Pengawas a. Memeriksa keadaan keuangan KUSP setiap tiga bulan b. Melaksanakan pemeriksaan keuangan pada akhir tahun tutup buku. c. Melaporkan hasil pemeriksaan keuangan kepada seluruh anggota dalam pertemuan rutin setiap tiga bulan dan rapat anggota tahunan. Pelayanan keuangan yang diselenggarakan oleh KUSP terdiri dari tiga bentuk pelayanan, yaitu simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. Simpanan terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok dikenakan pada anggota sekali ketika masuk menjadi anggota sebesar Rp 5.000,00. Simpanan wajib dilakukan setiap bulan sebesar Rp 2.000,00. Pinjaman diberikan kepada anggota yang telah memenuhi persyaratan, yaitu telah mempunyai simpanan minimal 75 persen dari rata-rata simpanan anggota terdahulu, yang pada akhir tahun 2005 mencapai Rp ,00. Bagi anggota yang masih mempunyai pinjaman tidak diperkenankan mengajukan pinjaman sampai terlunasi. Jaminan sosial diberikan apabila anggota atau keluarganya sakit atau meninggal dunia.

75 60 Apabila ada anggota atau keluarganya sakit dan dirawat di rumah sakit, akan memperolah bantuan perawatan sebesar Rp ,00 dan apabila meninggal dunia memperoleh bantuan kematian sebesar Rp ,00. Pemberian bantuan perawatan kesehatan untuk anggota atau keluarga yang mengalami sakit hanya dilakukan sekali dalam satu tahun. Pembukuan KUSP dilaksanakan secara sederhana, mudah dikerjakan dan dipahami oleh setiap anggota. Semua kegiatan pengelolaan KUSP dicatat dalam buku administrasi sesuai bidang tugas masing-masing pengurus. Buku administrasi tersebut meliputi: Buku Induk Anggota, Buku Kas, Buku Simpanan Anggota, Buku Piutang Anggota dan Buku iuran Wajib. Selain buku administrasi tersebut, setiap anggota memiliki buku yang berisi catatan iuran wajib, pinjaman, dan angsuran yang wajib dibawa pada pertemuan rutin bulanan. Laporan pertanggungjawaban pengurus dilakukan sekali dalam setahun melalui rapat anggota tahunan. Pengawasan dilakukan oleh seluruh anggota KUSP dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Pengurus wajib melaporkan keadaan keuangan kepada anggota setiap bulan pada pertemuan rutin dan menerima pemeriksaan dari pengawas setiap tiga bulan. 2. Setiap anggota berhak mengajukan pertanyaan atas laporan pengurus dan pengawas yang dirasa kurang jelas, dan berhak memberikan saran, pendapat serta pandangan demi kemajuan usaha simpan pinjam. 3. Pertanyaan, saran, pendapat, dan pandangan disampaikan secara tertib dan sopan. 4. Pengurus dan pengawas wajib memberikan penjelasan apabila diperlukan. Analisis Kelembagaan Dalam Aspek Pengembangan Ekonomi dan Sosial Pengembangan Ekonomi Lokal Pengembangan ekonomi lokal merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang akan meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup seluruh

76 61 masyarakat dalam komunitas (Syaukat dan Hendrakusumaatmaja, 2005). Dengan kata lain pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah perekonomian yang diselenggarakan atas dasar kemampuan dan potensi masyarakat yang ditujukan pada peningkatan kesejahteraan. Hal ini mengandung arti bahwa pengembangan ekonomi bertumpu pada pengembangan masyarakat, dibangun diatas realitas masyarakat, sehingga dapat menciptakan peningkatan kapasitas dan peningkatan ikatan dan jalinan masyarakat sebagai suatu sistem. Dalam konteks pengembangan masyarakat, pengembangan KUSP merupakan sarana untuk memberdayakan masyarakat. Hal ini ditandai oleh sifat dan bentuk KUSP, yaitu: pertama berbasis pada sumberdaya lokal, baik pada sumberberdaya manusia, sosial maupun finansial sehingga dapat memperkuat keswadayaan masyarakat. Kedua, dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal, sehingga dapat mengembangkan kapasitas sumberdaya manusia. Kendala yang umum terjadi pada pengembangan ekonomi lokal adalah masalah ketersediaan dana (financial avalability), pembentukan modal (capital formation) dan akses terhadap sumberdaya finansial. Akses terhadap modal bagi golongan miskin dan sektor informal merupakan hal penting dalam rangka peningkatan ekonomi. Salah satu faktor penyebab kemiskinan dan masalah yang yang umum dihadapi sektor informal dan usaha kecil adalah masalah sumberdaya, yaitu kurangnya akses terhadap lembaga finansial dan lemahnya kondisi sumberdaya manusia karena pendidikan rendah dan kurang keterampilan. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kelembagaan KUSP Gotong Royong merupakan program yang dapat membantu masyarakat memecahkan masalah dalam memperoleh modal bagi pengembangan usaha. Bagi golongan miskin dan sektor informal yang kesulitan untuk mengakses lembaga keuangan atau bank khususnya dalam pengajuan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan modal, KUSP ini sangat bermanfaat. Mereka bukan saja dapat memperoleh modal dengan prosedur yang mudah tetapi juga memiliki saham pada usaha simpan pinjam ini. Kebermanfaatan lain usaha yang dikelola oleh masyarakat ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola kelembagaan ekonomi.

77 62 Bantacut (2001) menyatakan bahwa salah satu kendala dalam pengembangan ekonomi lokal yang berbasis usaha kecil adalah kendala finansial. Kendala finansial menyebabkan pertumbuhan usaha kecil terhambat oleh ketersediaan modal baik untuk investasi maupun modal kerja. Masalah keterbatasan modal terjadi karena kesulitan dalam mengakses sumberdaya finansial dari lembaga keuangan formal. Dalam konteks ini, pengembangan KUSP merupakan alternatif bagi masyarakat setempat untuk mengatasi hambatan dalam mengakses sumberdaya finansial dan mengembangkan sumber-sumber pembiayaan sendiri. KUSP memiliki nilai strategis dalam pengembangan ekonomi lokal karena memungkinkan masyarakat setempat untuk memperoleh ketersediaan dana, membentuk modal bersama dan mengatasi kesulitan dalam mengakses sumberdaya finansial. Melalui KUSP ini masyarakat bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan pengembangan ekonomi. Gambar 14 Salah Satu Usaha yang Dilakukan Anggota dengan Modal Kerja dari Hasil Pinjaman di KUSP. Pengembangan Gerakan dan Modal Sosial Latar belakang masyarakat RW IV Kwaluhan melakukan gerakan sosial dengan membangun kelembagaan keuangan sendiri didorong oleh kenyataan

78 63 bahwa golongan miskin, para buruh, tukang, usaha kecil-kecilan, serabutan, atau sektor informal mengalami kesulitan untuk mengakses lembaga keuangan atau bank baik milik pemerintah maupun bank komersial untuk memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan lain. Banyaknya prosedur yang harus ditempuh untuk mengajukan pinjaman seperti harus memiliki agunan, menyertakan bukti-bukti kepemilikan seperti sertifikat tanah, BPKB, diketahui oleh aparat kelurahan setempat, survei kelayakan, memiliki pendapatan tetap, dan sebagainya merupakan hambatan yang membatasi kesempatan masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berawal dari kondisi deprivasi inilah kemudian mereka melibatkan diri dalam gerakan sosial untuk mendorong perubahan. Dengan semakin membaiknya kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, gerakan sosial yang dikembangkan oleh masyarakat Kwaluhan tidak lagi didasarkan pada pelepasan diri dari ketidakadilan, melainkan pada pengharapan yang meningkat. Harapan akan kehidupan yang lebih baik dan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan mendorong mereka mengembangkan kelembagaan ekonomi yang telah mereka bangun secara bersama-sama. Gerakan sosial untuk mengembangkan kelembagaan ekonomi dalam bentuk usaha simpan pinjam sangat terkait dengan modal sosial. Fukuyama dalam Nasdian (2005), mengartikan modal sosial sebagai seperangkat nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa prasyarat penting munculnya modal sosial adalah adanya kepercayaan (trust), kejujuran (honesty), dan timbal balik (resiprocity). Dari pengertian modal sosial itu tampak bahwa dalam gerakan sosial yang dilakukan masyarakat RW. IV Kwaluhan ada modal sosial. Gerakan sosial dimungkinkan apabila ada norma-norma yang disebarkan di antara anggota-anggota suatu kelompok yang mengijinkan mereka untuk bekerjasama antara satu dengan yang lain. Modal sosial menunjuk pada hubungan sosial, institusi dan struktur sosial serta berhubungan dengan trust, resiprositas, hak dan kewajiban serta jejaring sosial. Keberlanjutan dan berkembangnya usaha simpan pinjam RW IV Kwaluhan sampai saat ini karena terdapat kepercayaan antara anggota dan pengurus,

79 64 pengurus dengan anggota dan dengan lembaga. Hubungan antar anggota merupakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, pelaksanaan hak dan kewajiban anggota satu akan membantu anggota lain dalam menerima dan melaksanakan hak serta kewajibannya. Dari sisi program dan kegiatan, usaha simpan pinjam ini tidak hanya memanfaatkan modal sosial, tetapi juga mencakup pengembangannya. Kegiatan KUSP yang berlandaskan pada semangat gotong royong, kekeluargaan dan kepercayaan merupakan wujud dari pemanfaatan dan pengembangan modal sosial. Melalui kegiatan usaha simpan pinjam yang secara periodik mempertemukan semua anggota, juga menjadi sarana masyarakat untuk pengembangan hubungan-hubungan aktif, partisipasi, demokrasi, penguatan pemilikan komunitas, dan kepercayaan, sehingga modal sosial dalam masyarakat akan semakin kuat dan berkembang. Tindakan masyarakat untuk secara bersama-sama membangun kelembagaan dalam rangka mengatasi masalah-masalah dan memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial ini juga didorong oleh faktor psikologis. Terhambatnya akses terhadap sumberdaya (modal) ke lembaga finansial / perbankan memberikan motivasi kepada masyarakat RW.IV Kwaluhan untuk mengembangkan kelembagaan sendiri. Motivasi ini kemudian dilanjutkan dengan proses komunikasi diantara anggota masyarakat, sehingga tumbuh semangat kebersamaan, kekeluargaan, dan kepercayaan yang diwujudkan dengan perilaku kerjasama yang saling memberikan keuntungan. Dari perspektif behavioral, tingkah laku yang dimunculkan seseorang tergantung pada konsekuensi yang akan diterima. Apabila konsekuensi yang diterima bersifat positif (reward) maka tingkah laku tersebut akan dimunculkan kembali dan sebaliknya apabila konsekuesinya negatif (punishment) maka kemungkinan besar tidak akan dimunculkan kembali. Berpijak dari perspektif ini, maka dapat dikatakan bahwa usaha simpan pinjam Gotong Royong memberikan manfaat (reward) bagi anggota yang dibuktikan dengan mereka dapat melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anggota secara berkesinambungan dan semakin banyaknya anggota masyarakat yang bergabung di dalamnya.

80 65 Masalah yang menghambat KUSP untuk berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat adalah belum terbangunnya jejaring (networking), baik yang bersifat horisontal maupun vertikal. Dari dimensi modal sosial horisontal, ikatan-ikatan antar anggota telah terbangun dengan kuat, tetapi pertalian dengan komunitas di luar kelompok yang berupa jejaring dengan asosiasi-asosiasi atau lembaga-lembaga di luar komunitas sebagai stakeholders belum dilakukan. Dari dimensi vertikal, juga belum terbangun kolaborasi dengan program-program pengembangan ekonomi dari pemerintah dan jejaring dengan instansi terkait. Gambar 15 Melalui Kegiatan KUSP Warga Saling Bertemu dan Berkomunikasi. Pengembangan Kehidupan Ketetanggaan Pengembangan kehidupan ketetanggaan adalah pemberian desentralisasi kepada rumah tangga untuk bertanggungjawab dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat (Peterman, 2000). Dalam konteks pengembangan masyarakat, pengintegrasian kegiatan KUSP dengan kegiatan RT atau RW merupakan strategi pemberdayaan yang bukan hanya mencakup pengembangan aksesibilitas terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat, tetapi juga pengembangan tanggungjawab dan pemeliharaan stabilitas dalam kehidupan masyarakat. KUSP beranggotakan seluruh rumah tangga RT 02 dan warga RT lain dalam wilayah RW IV Kwaluhan,

81 66 sehingga menjadi wahana untuk mempertemukan warga masyarakat dari berbagai latar belakang sosial dan ekonomi untuk saling berkomunikasi, menjalin hubungan interpersonal dan membangun solidaritas sosial. Realisasi dari tanggungjawab sosial dan penciptaan stabilitas dalam kehidupan bersama tercermin dari jaminan sosial yang diselenggarakan oleh KUSP. Jaminan sosial ini bukan saja membantu meringankan beban anggota apabila menghadapi resiko kematian dan sakit, tetapi lebih luas juga sebagai wujud dari solidaritas antar warga. Tanggung jawab dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat secara lebih luas juga tercermin dari kegiatan-kegiatan kelompok yang terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan RT atau RW. Pengintegrasian kegiatan kelompok dengan kegiatan RT atau RW memungkinkan anggota masyarakat untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat.

82 ANALISIS KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Keswadayaan KUSP Keswadayaan didefinisikan sebagai aktivitas sukarela dari individu atau kelompok yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan atau aspirasi baik secara individu atau kelompok dengan menekankan pada penggunaan sumber-sumber dari dalam diri (Verhagen, 1996). Dalam KUSP, keswadayaan menunjuk pada kemampuan pengurus dan anggota untuk menentukan pilihan terbaik bagi pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan keuangan yang berkelanjutan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, sehingga memiliki kemampuan melaksanakan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya. Keswadayaan kelompok simpan pinjam akan tercermin dari membaiknya kinerja tiga komponen organisasi yaitu kemandirian dalam administrasi, kemandirian dalam manajemen dan kemandirian dalam finansial (Verhagen, 1996). Hasil kajian tentang keswadayaan KUSP Gotong Royong terbagi atas tiga pokok kajian, yaitu kemandirian administrasi, kemandirian manajemen dan aset KUSP. Kemandirian Administrasi Administrasi menunjuk pada kapasitas pengurus dan anggota organisasi untuk menentukan tujuan organisasi dan usaha-usaha yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. (Verhagen, 1996). Penetapan tujuan organisasi dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan merupakan fungsi dari perencanaan, sehingga fokus kajian tentang administrasi KUSP adalah pada proses penyusunan perencanaan organisasi. Penentuan tujuan merupakan aspek penting keberlangsungan suatu organisasi, karena menjadi acuan dalam menentukan aktivitas-aktivitasnya. Tujuan organisasi akan tercermin dari anggaran dasar atau program-program yang disusun. Kemandirian dalam penentuan tujuan dan aktivitas untuk

83 mencapai tujuan tersebut akan dimanifestasikan dari proses pengambilan keputusan yang partisipatif dan demokratis, sehingga merupakan aspirasi seluruh anggota. Dalam anggaran dasar KUSP disebutkan bahwa program kerja KUSP disusun setiap satu tahun sekali. Program kerja yang akan dilaksanakan oleh KUSP Gotong Royong merupakan hasil musyawarah semua anggota pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 75 persen dari jumlah anggota. Secara eksplisit hal ini menjelaskan bahwa perencanaan KUSP disusun secara demokratis, transparan dan partisipatif sesuai dengan aspirasi anggota karena dilakukan melalui musyawarah yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 75 persen anggota. Dari aspek prosedural, program-program yang disusun KUSP di hasilkan dari musyawarah. Namun demikian, secara kualitas, musyawarah yang dilakukan adalah semu. Dalam rapat, anggota hanya menyetujui program kerja yang telah disusun oleh pengurus. Jarang anggota ikut terlibat dalam pengambilan ketutusan. Keterlibatan mereka hanya sebatas menyetujui rencana yang telah disusun oleh pengurus. Hal ini dijelaskan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat (Mjn) yang juga anggota : Proses penyusunan rencana cukup baik, pengurus selalu menawarkan programnya kepada anggota dalam rapat, cuma permasalahannya anggota tidak pernah menggunakan kesempatan untuk memberikan saran. Mungkin akan lebih baik lagi kalau pada saat menyusun rencana program kerja mengikutsertakan beberapa angota. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh salah satu anggota (SS): Selama menjadi anggota, saya menurut saja apa yang menjadi program pengurus. Pokoknya terserah pengurus saja, yang penting KUSP ini jalan dan pengurusnya jujur. Saya belum pernah memberikan saran atau usulan. Perencanaan dalam KUSP baik yang mencakup rencana kegiatan pelayanan maupun tugas-tugas yang akan dilakukan oleh pengurus dan pengawas didominasi oleh pengurus yang berjumlah 4 orang. Rencana kegiatan dari pengawas juga disusun oleh pengurus tersebut dan pengawas hanya menyetujui saja. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan salah satu pengawas yaitu Sr yang mengatakan: 68

84 ..Program kerja sebagai pengawas juga biasanya dibuatkan oleh pengurus yang 4 orang. Pengawas hanya mengiyakan saja. Kalau mau memberikan usulan rasanya pakewuh (segan). Situasinya seperti resmi. Kepentingan pengurus dan situasi dalam penyusunan perencanaan merupakan faktor yang menghambat anggota untuk terlibat lebih banyak dalam penyusunan program kerja KUSP. Orientasi pada kepentingan pengurus untuk menghindar dari kesulitan dan beban pekerjaan menyebabkan mereka mendominasi penyusunan rencana. Keengganan pengurus untuk melakukan tugas-tugas yang lebih sulit dan menambah beban kerja ini terkait dengan imbalan yang diperoleh dari pelaksanaan tugas. Honor sebagai pengurus setiap tahun hanya Rp ,00 sampai Rp ,00, sementara tugas dan tanggungjawab yang dilaksanakan cukup banyak. Akibatnya, rencana kerja yang disusun lebih berorientasi pada kemudahan pengurus untuk melaksanakannya. Hal ini dapat dijelaskan oleh Mjn yang mengatakan: Memang rencana yang disusun adalah hasil rapat pengurus dan dibuat tidak muluk-muluk, tetapi tujuannya hanya biar dapat dilaksanakan pengurus. Keswadayaan akan ditandai oleh kemampuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota, baik secara individual maupun kelompok dengan menggunakan sumber-sumber dari dirinya. Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi anggota akan terwujud apabila didukung oleh perencanaan dan penentuan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan secara partisipatif. Perencanaan yang dinamis sesuai dengan perubahan kebutuhan akan mampu mengantisipasi permasalahan yang disebabkan perkembangan kebutuhan dan aspirasi anggota secara berkelanjutan. Permasalahan kesenjangan antara jumlah peminjam dan kemampuan memberikan pinjaman telah dirasakan kelompok sejak KUSP berdiri. Namun demikian, tidak ada program yang disusun untuk mengantisipasi permasalahan KUSP tersebut. Program-program KUSP tidak pernah mengalami perubahan, dan secara substansi tidak berorientasi pada pengembangan kemampuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan anggota-anggotanya. Hal ini terlihat dari dokumen program kerja KUSP tahun 2003, tahun 2004, tahun 2005 dan tahun 2006 yang tidak menjelaskan tujuan atau target yang akan dicapai dalam satu tahun ke depan 69

85 dan program yang disusun juga tidak mengalami perubahan. Disamping dokumen program kerja, pernyataan dari informan ( Mjn) berikut juga menjelaskan tentang kelemahan penyusunan rencana KUSP: Dalam penyusunan rencana kerja KUSP cukup demokratis dan tidak muluk-muluk. Tetapi rencana kerja yang telah disusun dari tahun ke tahun hampir sama, tidak ada terobosan baru yang dapat meningkatkan pelayanan, terutama meningkatkan kemampuan modal. Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dikemukakan, maka kemandirian dalam administrasi KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Proses penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan KUSP tidak mencerminkan aspirasi seluruh anggota. Musyawarah sebagai arena merealisasikan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan masih bersifat semu. Perencanaan masih didominasi oleh pengurus (top down). Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan bersifat pasif, sebatas menyetujui keputusan yang diambil pengurus. Program-program yang disusun berorientasi pada kepentingan pengurus untuk mengurangi resiko dan menghindar dari beban dan kesulitan kerja. 2. Secara substantif, program-program yang disusun tidak mencakup upaya pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan. Program-program yang disusun tidak mengalami perubahan bagi peningkatan pelayanan, sehingga tidak mampu mengantisipasi permasalahan meningkatnya kebutuhan anggota. 70 Kemandirian Manajemen Menurut Verhagen (1996), kemandirian manajemen (managerial autonomy) adalah kapasitas organisasi untuk mengelola operasional lembaga sehari-hari. Secara sederhana, Siswanto (2005) menyatakan bahwa menejemen dapat dipahami sebagai aktifitas yang dilakukan secara berkelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian ini dapat dinyatakan bahwa manajemen KUSP menunjuk pada kemampuan lembaga ini dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggotaanggotanya. Kajian terhadap manajemen KUSP dilakukan terhadap pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan pelayanan keuangan dan pengawasan.

86 Pengorganisasian Kegiatan. Salah satu prinsip dalam manajemen adalah prinsip tugas dibagi habis (Siswanto, 2005). Prinsip ini ditujukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pelayanan. Dalam organisasi, prinsip ini dilakukan melalui pembagian kerja diantara pengurus dan anggota, sehingga tidak menimbulkan tumpang tindih dan spesifikasi kerja sesuai dengan bidang tugas pengurus. Dalam KUSP Gotong Royong, pembagian kerja telah dilakukan dengan membagi bidang kerja menjadi empat bidang, yaitu bidang organisasi, bidang permodalan dan kredit, bidang kesejahteraan sosial dan bagian pengawasan dengan tugas-tugas yang telah ditentukan (lihat pembahasan Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong sub bab Administrasi dan Manajemen KUSP). Namun demikian, tanggung jawab dan tugas setiap bidang dilakukan secara bersama-sama. Ada bidang dan rincian kegiatan, tetapi tidak ada penanggungjawab atau pihak yang harus melaksanakannya, atau dengan kata lain tidak ada kejelasan tentang siapa melakukan apa. Bidangnya terdiri dari bidang organisasi, bidang permodalan, bidang kesejahteraan sosial dan bagian pengawasan, tetapi pengurusnya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan pembantu umum. Tidak ada pembagian tugas secara spesifik dan ketiadaan penanggungjawab terhadap bidang kerja ini menghambat KUSP dalam meningkatkan keterampilan kerja untuk meningkatkan pelayanan. Tugas pokok antar pengurus tidak terbagi dengan jelas dan tidak diatur secara tertulis dalam anggaran dasar. Mereka melaksanakan tugas secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar pengurus. Hal ini seperti yang ungkapkan Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Sebagai ketua tugas utamanya adalah bertanggung jawab terhadap jalannya pengelolaan KUSP. Disamping itu saya juga membantu dalam melakukan pelayanan simpan pinjam seperti mencatat angsuran pinjaman di buku pinjaman anggota, menentukan siapa yang berhak memperoleh pinjaman dan tugas lainnya Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh sekretaris (S): Sebagai sekretaris, tugas pokok saya adalah mencatat orang yang mengajukan pinjaman, mencatat laporan keuangan, mengagendakan rapat, menyusun laporan pertanggungjawaban pengurus. Selain melaksanakan tugas tersebut, responden juga membantu melayani pembayaran simpanan, mencatat angsuran pinjaman di buku saku 71

87 anggota, mengatur jalannya rapat, dan menggantikan tugas pengurus lain apabila berhalangan hadir. Tanggung jawab dan pembagian tugas tidak jelas juga dikatakan oleh Pembantu Umum (El): Tugas saya dari KUSP ini berdiri sebagai Pembantu Umum. Tugasnya mencatat anggota yang membayar simpanan pokok dan simpanan wajib. Tugas ini dilaksanakan hanya berdasarkan kesepakatan pengurus saja. Tidak ada aturannya. Kalau saya ditanya penaggungjawab apa saya sendiri bingung, karena tugas saya hanya itu. Dari pernyataan pengurus tersebut tampak bahwa setiap pengurus bukan hanya melaksanakan tugas pokok saja, melainkan juga mengerjakan tugas-tugas lainnya. Tugas-tugas pelayanan yang dilaksanakan hanya berdasarkan kesepakatan diantara pengurus. Pelaksanaan Pelayanan Keuangan. Menurut Verhagen (1996), aspek penting dalam kemandirian manajemen adalah partisipasi anggota dalam memberikan kontribusi terhadap implementasi kegiatan (contribute in the management and implementation of activity) dan mobilisasi sumber-sumber finansial (participate in the mobilization of financial resouces). Kontribusi anggota KUSP akan tercermin dari partisipasi anggota dalam pelaksanaan pelayanan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial. Pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial 72 yang diselenggarakan KUSP telah berjalan cukup baik. Semua anggota KUSP dapat melaksanakan kewajiban pembayaran baik simpanan pokok, simpanan wajib maupun angsuran pinjaman dan bungannya dengan lancar. Dalam hal jaminan sosial, semua anggota yang berhak menerima telah memperoleh bantuan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. Beberapa informan dan responden baik pengurus maupun anggota menyatakan bahwa tidak ada permasalahan berkaitan dengan pembayaran simpanan, pinjaman dan penerimaan jaminan sosial. Dari sisi pelaksanaan pembayaran maupun pemberian pinjaman, prosedur yang digunakan juga sederhana, mudah dan tidak berbelit. Untuk pembayaran simpanan wajib, anggota hanya menyerahkan buku saku anggota dan uang

88 sebesar Rp 2.000,00 kepada pengurus. Demikian juga dengan pembayaran angsuran pinjaman, anggota memasukkan uang angsuran ke dalam buku saku anggota dan diserahkan kepada pengurus. Pengurus membagi uang yang diserahkan untuk angsuran dan bunga pinjaman. Setelah dicatat dalam buku bendahara, buku tersebut diserahkan kembali kepada anggota. Untuk pemberian pinjaman, anggota mengajukan pinjaman terlebih dahulu kepada pengurus (siapa saja). Kemudian nama anggota yang mengajukan dicatat oleh sekretaris dan diurutkan berdasarkan urutan pengajuan. Pinjaman diberikan berdasarkan nomor urut. Permasalahan KUSP sejak berdiri sampai saat ini belum terpecahkan, adalah kesenjangan antara jumlah anggota yang mengajukan pinjaman dengan jumlah anggota yang terealisasi pinjamannya. Pernyataan informan (Mjn) berikut ini menjelaskan tentang permasalahan pinjaman dalam KUSP: Dari sisi pelaksanaan simpan pinjam sudah cukup baik. Artinya tidak ada permasalahan dan dapat berjalan lancar. Tetapi kalau dilihat dari perkembangan usahanya, perlu peningkatan. Masalah pengajuan pinjaman yang selalu tidak dapat memenuhi semua peminjam dari tahun 1993 sejak berdiri selalu saja tidak terpecahkan. Masalahnya memang modalnya kecil dan hanya mengandalkan simpanan pokok dan simpanan wajib anggota. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Sr yang mengatakan: Kalau dari pelaksanaan simpanan dan pinjaman telah berjalan baik. Dari anggota tidak ada masalah. Buktinya tidak ada yang menunggak bertahun-tahun. Kalau ada yang menunggak satu atau dua bulan masih wajar asal bunga pinjaman tetap dibayarkan. Simpanan wajib juga tidak pernah ada yang menunggak. Masalah pinjaman tidak tepat waktu juga diungkapkan salah satu anggota (SS) yang mengatakan: Pinjaman sering tidak tepat waktu. Kadang kebutuhan sudah mendesak, tetapi tidak mendapat pinjaman karena yang meminjam banyak dan urutan meminjamnya di belakang Pernyataan dari informan dan responden sebagaimana dikemukakan menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam pelaksananaan pelayanan simpan pinjam adalah ketidakmampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota sesuai dengan jumlah anggota yang mengajukan pinjaman. Faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tersebut adalah kurangnya 73

89 modal KUSP. Permasalahan kurangnya modal untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota ini juga diungkapkan oleh pengurus KUSP, seperti diungkapkan oleh S sebagai berikut: Hambatan KUSP dalam memberikan pinjaman kepada anggota adalah kurangnya modal, sehingga tidak semua anggota yang mengajukan pinjaman terpenuhi. Sebagai contoh, pada bulan Juli 2006 ini, jumlah anggota yang mengajukan pinjaman 10 orang, tetapi uang yang masuk hanya Rp , sehingga hanya dapat memberikan pinjaman kepada tiga orang saja, sementara yang tujuh orang harus antri bulan berikutnya. Jaminan sosial yang diselenggarakan KUSP berjalan baik. Tidak ada permasalahan berkaitan dengan pelaksanaan jaminan sosial, meskipun dana untuk jaminan sosial cukup besar menyita keuntungan usaha (SHU). Pada tahun 2004, jumlah dana yang dikeluarkan untuk jaminan sosial Rp ,00 atau 31,36 persen dari SHU dan meningkat menjadi Rp ,00 atau 46,5 persen dari SHU pada tahun Tidak ada permasalahan dalam pelaksanaan pelayanan jaminan sosial ini dijelaskan oleh Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Dana jaminan sosial anggota dialokasikan dari sebagian keuntungan. Kalau jaminan sosial dikeluarkan besar, keuntungan yang dibagi akan berkurang. Kenyataannya, dana sosial ini cukup besar menyita keuntungan usaha. Tetapi sejauh ini tidak pernah dipermasalahkan oleh anggota karena jaminan sosial tersebut merupakan kesepakatan anggota dan justru menjadi bentuk tolong menolong warga. 74 Pengawasan. Dalam anggaran dasar disebutkan bahwa pengawasan dilakukan oleh seluruh anggota KUSP dengan mekanisme: 1) Pengurus wajib melaporkan keadaan keuangan kepada anggota setiap bulan pada pertemuan rutin dan menerima pemeriksaan dari pengawas setiap tiga bulan; 2) Setiap anggota berhak mengajukan pertanyaan atas laporan pengurus dan pengawas yang dirasa kurang jelas, dan berhak memberikan saran, pendapat serta pandangan demi kemajuan usaha simpan pinjam; 3) Pertanyaan, saran, pendapat, dan pandangan disampaikan secara tertib dan sopan; dan 4) Pengurus dan pengawas berkewajiban memberikan penjelasan apabila diperlukan. Mekanisme pengawasan sebagaimana tercamtum dalam anggaran dasar ini memungkinkan pengelolaan KUSP dilaksanakan secara transparan, sehingga kecil kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam penggunaan keuangan. Namun dalam

90 implementasinya, pengawasan tersebut tidak berjalan sesuai dengan mekanisme dan tujuan Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa keadaan keuangan yang dilaporkan kepada anggota setiap bulan tidak keadaan keuangan secara keseluruhan, tetapi hanya uang yang masuk dari simpanan wajib dan angsuran pinjaman pada hari itu. Pengawas yang bertugas memeriksa keadaan keuangan setiap tiga bulan juga tidak melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh, pemeriksaan dilakukan untuk formalitas saja. Faktor ketidaktahuan tentang pembukuan keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi hambatan pengurus untuk melaksanakan pengawasan. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan koordinator pengawas (Sr) yang mengungkapkan: Dari sisi pengawasan, memang sulit untuk memeriksa keuangan KUSP ini setiap tiga bulan. Kadang pemeriksaan hanya dilakukan secara formalitas saja. Pengawas sendiri tidak tahu masalah penyusunan administrasi keuangan. Paling hanya menanyakan kepada bendahara tentang jumlah uang dan digunakan untuk apa saja. Kalau bendahara bilang belum dihitung, ya sudah. Kalau mengawasi jumlah simpanan kan mudah tinggal dikalikan anggota saja, tetapi yang sulit adalah mengawasi keuntungannya. Memang pengurus selalu membuat laporan di RAT, tetapi anggota kan banyak yang tidak tahu bagaimana membaca pembukuannya. Pokoknya percaya saja. Anggota pada umumnya juga menerima begitu saja laporan yang diberikan pengurus. Alasan anggota menerima laporan pengurus ada yang dilatarbelakangi oleh kepercayaan kepada pengurus namun ada pula karena rasa segan untuk meminta penjelasan. Pernyataan dari anggota (SS) berikut ini menjelaskan alasan anggota menerima begitu saja hasil laporan keuangan dari pengurus. Saya percaya saja pada pengurus. Selama ini pengurus memberikan laporan keuangan pada setiap pertemuan dan jumlah simpanan untuk modal selalu ditulis dan diberikan buku laporan setiap tahun. Saya tidak tahu bagaimana cara mengelola keuangan, tetapi jumlah simpanan setiap tahun selalu meningkat dan jumlahnya sesuai dengan jumlah simpanan yang disetorkan anggota. Sedangkan perasaan segan diungkapkan oleh ES: Dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan KUSP biasanya anggota ada rasa pakewuh (segan) atau sungkan terhadap pengurus. Budaya sungkan masih berlaku di masyarakat. Dengan para tokoh, masyarakat akan enggan untuk menanyakan, 75

91 atau meminta penjelasan meskipun mereka sebenarnya belum jelas. Di depan anggota diam, tetapi di belakang grundelan (menggerutu) atau membicarakannya. Dari pernyataan responden baik yang berasal dari pengawas maupun anggota tampak bahwa pengawasan dalam pengelolaan keuangan KUSP belum berjalan baik. Meskipun pengurus telah memberikan laporan secara periodik, tetapi terdapat hambatan bagi pengawas dan anggota untuk membuktikan kebenaran laporan dan keadaan keuangan secara tertulis. Hambatan lain yang dihadapi pengawas dan anggota adalah masih adanya budaya sungkan terhadap pengurus yang merupakan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil kajian terhadap pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan pelayanan keuangan dan pangawasan sebagaimana dikemukakan, aspek-aspek kemandirian dalam manajemen KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengorganisasian kegiatan: a. Pembagian kerja pengurus dalam KUSP belum dilakukan secara jelas. b. Terdapat ketimpangan antara bidang tugas yang ditentukan dengan tugas dan tanggung jawab pengurus, sehingga tidak ada penanggung jawab setiap bidang tugas yang telah disusun dalam program kerjanya. 2. Pelaksanaan pelayanan: a. Pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial telah berjalan cukup baik, pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman berjalan lancar serta semua anggota yang berhak menerima jaminan sosial telah memperoleh bantuan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan. b. Masalah yang telah berlangsung lama terjadi dan sulit diatasi oleh KUSP dalam pelaksanaan pemberian pinjaman adalah ketidakmampuan untuk memberikan pinjaman kepada semua anggota yang mengajukan pinjaman disebabkan oleh kurangnya modal KUSP. 3. Pengawasan: a. Pengawasan dalam pengelolaan keuangan KUSP baik yang dilakukan oleh pengawas maupun anggota belum berjalan dengan baik. b. Faktor yang menyebabkan kurang baiknya pengawasan adalah kurangnya pengetahuan pengawas dan anggota untuk memahami keadaan keuangan 76

92 dalam bentuk pembukuan dan sikap sungkan (segan) terhadap pengurus yang merupakan tokoh masyarakat. 77 Kemandirian Aset Aset merupakan modal investasi yang pada gilirannya akan menghasilkan laju pemasukan di masa depan. Aset terdiri dari aset nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Aset nyata antara lain tabungan, saham, surat berharga, properti (bangunan, tanah), mesin, dan barang-barang lainnya. Aset tidak nyata adalah akses pada kredit, sumber daya manusia, modal budaya, modal sosial, dan modal pilitik (Sherraden, 2005). Dalam kajian ini, yang dimaksud aset adalah aset nyata, yaitu aset finansial. Aset dalam KUSP adalah simpanan anggota, yang terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Aset KUSP berbentuk uang, tidak ada aset yang berbentuk barang atau surat-surat berharga. Hampir semua uang KUSP beredar dalam pinjaman anggota. Uang yang tidak beredar hanya uang cadangan untuk jaminan sosial sebesar Rp ,00 dan penyisihan uang untuk cadangan sebesar Rp ,00 setiap bulan serta penyisihan sebesar Rp ,00 dari sisa hasil usaha. Uang cadangan ini digunakan untuk memberikan pelayanan sebrakan, operasional KUSP, penyelenggaraan rapat pengurus menjelang RAT, pembuatan dan penggandaan laporan pertanggungjawaban pengurus, honor pengurus dan penyelenggaraan RAT. Uang yang disisihkan merupakan bagian dari keuntungan usaha (SHU). Tujuan dari penyisihan uang cadangan ini adalah agar tersedia uang tunai yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Sumber aset KUSP adalah simpanan anggota, berupa simpanan pokok dan simpanan wajib. Simpanan pokok diberlakukan kepada anggota baru ketika masuk menjadi anggota. Besarnya simpanan pokok adalah Rp 5.000,00. Simpanan wajib dilakukan secara periodik setiap bulan. Besarnya simpanan wajib adalah Rp 2.000,00. Simpanan anggota dalam bentuk lain di luar simpanan pokok dan simpanan wajib tidak ada. Simpanan di luar simpanan wajib dan simpanan pokok hanya berasal dari kas RT dan kas perkumpulan remaja sebesar Rp ,00. Keuntungan usaha (SHU) tidak memberikan kontribusi sebagai sumber pengembangan aset. SHU habis digunakan untuk jaminan sosial,

93 78 operasional KUSP dan dibagikan kepada seluruh anggota. Jumlah aset KUSP sampai akhir tutup buku tahun 2005 sebesar Rp 15,05 juta. Jumlah ini mengalami perkembangan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun berdirinya, jumlah aset Rp ,00. Jumlah ini meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, jumlah aset telah mencapai Rp 6,9 juta, meningkat menjadi Rp 8,2 juta pada tahun Pada tahun 2003 jumlah aset Rp 10,02 juta, meningkat menjadi Rp 12,3 juta pada tahun 2004 dan menjadi Rp 15, 05 juta pada tahun Perkembangan aset secara lebih rinci disajikan pada Tabel 10. Perkembangan aset KUSP dalam lima tahun terakhir mengalami perkembangan, namun perkembangan bersifat relatif tetap yaitu sekita 22 persen per tahun. Perkembangan aset secara linear ini disebabkan oleh sumber utama aset adalah simpanan pokok dan simpanan wajib dari anggota yang jumlah pembayarannya juga tetap. Perkembangan lebih tinggi dengan mengalami peningkatan 3 persen dari 19 persen pada tahun 2002 menjadi 21, 9 persen pada tahun 2003 disebabkan oleh kenaikan simpanan wajib dari Rp 1000,00 menjadi Rp 1500,00.

94 79 Tabel 10 Perkembangan Aset KUSP Gotong Royong (dalam Ribuan) No Tahun Jumlah Anggota Simpanan Pokok Simpanan Wajib Simpanan Lain SHU (Rp) Aset (Rp) Jumlah % Perkemb. Juml ah % Perkemb RT Kas Remaja Jumlah % Perkemb Jumlah % Perkemb , , , , , , , , , , , ,3 Sumber: Catatan Bendahara KUSP 79

95 80 Aset yang dimiliki KUSP belum mampu untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota yang membutuhkan pinjaman. Hal ini terlihat dari kesenjangan antara jumlah pinjaman yang diajukan anggota dengan realisasi pinjaman. Pada tahun 2003, jumlah pengajuan pinjaman sebesar Rp 16,6 juta hanya dapat terealisasi sebesar Rp 10,2 juta dan pada tahun 2004 dari Rp 21 juta pinjaman yang diajukan hanya terealisasi Rp 11,5 juta. Pada tahun 2005, jumlah pengajuan pinjaman mencapai Rp 25,5 juta sementara realisasi pinjaman hanya mencapai Rp 14,4 juta. Pada tahun 2006, jumlah pengajuan pinjaman mungkin meningkat lebih tinggi karena mulai bulan April 2006, pinjaman yang semula Rp ,00 dinaikkan menjadi Rp ,00. Aset KUSP pada akhir tahun 2006 diperkirakan akan mencapai 18,5 juta, sementara pengajuan pinjaman diperkirakan akan mencapai 33, 6 juta. Jumlah pengajuan dan realisasi pinjaman secara lebih jelas disajikan pada Tabel 11 dan Gambar 16. Tabel 11 Pengajuan dan Realisasi Pinjaman Anggota KUSP No Tahun Pengajuan Pinjaman Realisasi Pinjaman Rp Rp Rp Rp Rp Rp Sumber: Catatan Bendahara KUSP Rp (x 1.000) Jml Pengajuan Realisasi Tahun Sumber: Catatan Bendahara KUSP Gambar 16 Jumlah Pengajuan dan Realisasi Pinjaman Anggota di KUSP

96 Dari tahun ke tahun, peningkatan jumlah pengajuan pinjaman di KUSP lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah realisasinya. Hal ini menunjukkan bahwa KUSP mengalami masalah kekurangan modal untuk mencukupi kebutuhan pinjaman anggota-anggotanya. Dengan asumsi pinjaman maksimal tetap Rp ,00 dan angsuran pinjaman juga tetap, kebutuhan modal KUSP adalah sebesar dua atau tiga kali dari modal saat ini, yaitu sebesar Rp 45 juta. Jumlah kebutuhan terhadap modal dijelaskan dengan pernyataan Bendahara KUSP (PN) berikut: Jumlah modal yang dibutuhkan oleh KUSP idealnya adalah dapat memenuhi semua jumlah peminjam setiap bulan. Kalau sekarang hanya dapat memenuhi 3 orang, katakanlah satu bulan rata-rata 6 atau 7 orang, modal yang dibutuhkan harusnya 2 atau akan lebih baik kalau 3 kali sekarang. Kalau sekarang hanya Rp 15 juta, berarti butuh Rp 45 juta, dengan catatan pinjaman maksimal tetap dan anggota membayar angsuran pinjaman seperti sekarang. Kurangnya modal juga dikatakan oleh Ketua KUSP (Mly) : Kalau rata-rata jumlah peminjam 7 orang dan setiap orang Rp , setiap bulan ada Rp dikalikan 12, jadi Rp Padahal tahun ini modalnya kira-kira hanya Rp 16 jutaan. Jadi kurangnya banyak. Pernyataan hampir sama diungkapkan sekretaris (S): Setidaknya setiap bulan ada 6 atau 7 peminjam, jumlah pinjaman kalau hanya Rp seperti sekarang ini terasa kurang, sehingga mungkin paling tidak besarnya pinjaman dapat lebih dari Rp Jadi idealnya modal KUSP sekarang ini harusnya 3 atau 4 kali lipat sekarang. Dari pernyataan pengurus tersebut tampak bahwa ada kesenjangan antara modal yang dibutuhkan KUSP untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota dengan modal yang dimiliki. Di sisi lain, KUSP mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah permodalan yang ditunjukkan dari permasalahan telah berlangsung sejak KUSP ini berdiri tahun 1993 dan semakin besarnya kesenjangan dari tahun ke tahun. Usaha KUSP untuk meningkatkan aset lebih optimal seperti mengembangkan pelayanan simpanan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib atau mengikutsertakan modal dari luar kelompok belum dilakukan. Hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan pengurus yang ada saat ini untuk mengadakan perubahan dalam meningkatkan aset KUSP. Penyebab keengganan pengurus 81

97 untuk mengadakan perubahan dalam meningkatkan aset dapat dijelaskan dengan pernyataan Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Pengurus belum siap untuk menyelenggarakan simpanan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib, seperti simpanan hari raya atau simpanan lainnya. Kalau menyelenggarakan simpanan seperti bank, nanti sewaktu-waktu harus tersedia uang apabila penabung menarik tabungannya. Sementara uang yang ada di KUSP selalu habis beredar dalam pinjaman. Selama ini memang pengurus belum pernah menawarkan, menambah resiko. Kalau mengikutsertakan modal dari luar atau menjalin kerjasama dengan bank atau lainnya sepertinya kami pengurus ini juga belum siap. Terus terang pengurus tidak mau mengambil resiko apabila ada anggota yang tiadk mengangsur sesuai ketentuan. Hal senada juga dikatakan Bendahara (PN): Sepertinya sulit untuk menyelenggarakan tabungan karena KUSP harus selalu menyediakan uang tunai apabila penabung ingin menarik uangnya. Kecuali tabungan berjangka seperti tabungan hari raya. Tetapi saya tidak yakin apakah pengurus berani menyelenggarakan tabungan, atau apakah nanti ada yang menabung, soalnya anggota KUSP ini terus terang saja bukan orang-orang kaya. Alasan lain dikemukakan oleh sekretaris (S) yang mengatakan: Tidak ada anggota yang menyimpan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib mungkin disebabkan oleh kurangnya keyakinan anggota atas kemampuan KUSP untuk mengelola tabungan, takut tabungan sulit ditarik sewaktu-waktu, telah ada kegiatan tabungan lain seperti ibu-ibu PKK, Dawis yang juga menyelenggarakan tabungan untuk hari raya. Ketakutan terhadap resiko merupakan faktor utama KUSP tidak menyelenggarakan tabungan di luar simpanan wajib dan mengikutsertakan modal dari luar. Penyelenggaraan tabungan menuntut penyediaan uang tunai secara kesinambungan agar penabung dapat menarik tabungannya dan kejelasan administrasi. Hal ini akan menambah beban tugas pengurus. Pengikutsertaan modal dari luar seperti penyaluran kredit dari perbankan mensyaratkan adanya jaminan (collateral), kemampuan pengembalian kredit, modal, ketertiban dalam administrasi dan pembayaran angsuran pinjaman. Ketakutan terhadap anggota apabila tidak tidak dapat membayar angsuran secara teratur ini menjadi penyebab utama pengurus tidak mencoba mengikutsertakan modal dari luar atau menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan. 82

98 Harapan KUSP untuk memenuhi kebutuhan modal adalah dengan menaikkan simpanan wajib. Dari tiga pengurus yang telah lama di KUSP menyatakan bahwa harapan satu-satunya untuk meningkatkan permodalan adalah dengan meningkatkan iuran anggota melalui simpanan wajib. Perbedaan harapan hanya pada salah satu pengurus (sekretaris) yang berusia lebih muda dan baru tiga tahun duduk dalam kepengurusan. Menurutnya, di samping meningkatkan iuran wajib, perlu menjalin kerjasama dengan bank atau pemerintah. Berikut ini adalah pernyataan yang menjelaskan harapan sekretaris (S): Harapan saya agar dapat memenuhi modal adalah dengan menaikkan iuran anggota dan menjalin kerjasama dengan pemerintah atau bank. Dengan bekerjasama semua diuntungkan, anggota terpenuhi pinjamannya, pengurus memperoleh honor yang lebih besar dan bank juga mendapat keuntungan. Berdasarkan hasil kajian terhadap kondisi aset ini, kemandirian aset KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bentuk aset KUSP berupa uang, tidak ada aset dalam bentuk lain. 2. Sumber utama aset masih terbatas pada simpanan pokok dan simpanan wajib. 3. Perkembangan aset KUSP tidak sebanding dengan kebutuhan pinjaman anggota, sehingga ketimpangan antara kebutuhan pinjaman dan kemampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin besar. 4. KUSP mengalami masalah kekurangan modal untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota dan tidak mampu mengatasi masalah permodalan. 5. Upaya untuk meningkatkan aset dengan mengembangkan sumber-sumber permodalan dari luar simpanan pokok dan simpanan wajib seperti menyelenggarakan tabungan dan mengikutsertakan modal dari luar belum dilakukan. Ketakutan terhadap resiko dari pengurus merupakan penyebab utama KUSP tidak melakukan upaya tersebut. 83

99 84 Tingkat keswadayaan KUSP ditentukan oleh kinerja (performance) tiga komponen penting organisasi yang meliputi administrasi, manajemen dan aset. Mengacu pada pendapat Verhagen (1996), indikator dari keswadayaan mencakup: 1. Kemandirian administrasi Pengurus dan anggota dapat menentukan dan memutuskan sendiri tujuantujuan jangka pendek dan jangka panjang dari organisasi mereka, sekaligus dapat memberikan arah untuk mencapai tujuan itu. 2. Kamandirian manajemen Pengurus dan anggota dapat mengelola kegiatan operasional sehari-hari sesuai dengan tujuan organisasi yang telah diputuskan. 3. Kemandirian aset Organisasi memiliki kemampuan keuangan secara berkesinambungan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan anggota-anggotanya dan mendukung operasional organisasi. Menurut Verhagen (1996), kinerja KUSP akan membaik apabila terjadi sinergi antara ketiga komponen organisasi dan partisipasi anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan (contribute to administrative autonomy), dalam implementasi aktivitas pencapaian tujuan (contribute to managerial autonomy) dan dalam mobilisasi sumber-sumber finansial (contribute to financial aoutonomy). Dalam KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, hubungan antara ketiga komponen organisasi belum menunjukkan sinergi secara berkesesuaian, sehingga kinerja tidak optimal yang ditandai dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota. Dalam proses pengambilan keputusan, musyawarah sebagai arena merealisasikan partisipasi anggota masih bersifat semu. Perencanaan masih didominasi oleh pengurus. Keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan bersifat pasif, sebatas menyetujui keputusan yang diambil pengurus dan secara substansi kurang berorientasi pada aspirasi dan pemenuhan kebutuhan anggota. Dalam implementasi aktivitas pencapaian tujuan, KUSP tidak melakukan pembagian kerja pengurus secara jelas. Dalam lembaga ini, masih terjadi ketimpangan antara bidang tugas yang ditentukan dengan tugas dan tanggung jawab pengurus. Bidang kerja meliputi bidang organisasi, bidang permodalan dan

100 85 kredit, bidang kesejahteraan sosial dan bagian pengawasan, tetapi pengurusnya terdiri ketua, sekretaris, bendahara dan pembantu umum, atau dengan kata lain unit kerja ada, tetapi personil yang bertanggungjawab terhadap unit kerja tidak ada. Ketidakjelasan dalam siapa melakukan apa ini menyebabkan tumpang tindih dalam pelaksanaan pelayanan, sehingga tidak efektif dalam mencapai tujuan pelayanan. Indikasinya adalah terjadinya ketimpangan yang semakin besar antara perkembangan kemampuan KUSP dengan perkembangan kebutuhan pinjaman anggota. Potensi dan sumberdaya yang dapat dimobilisasi untuk mengembangkan aset KUSP tidak dapat direalisasikan untuk mendukung pengembangan pelayanan. Pengembangan sumber-sumber aset melalui pemanfaatan potensi dari dalam seperti penyelenggaraan tabungan di luar simpanan wajib dan sumbersumber dari luar KUSP melalui pengikutsertaan modal tidak mampu dilakukan, sehingga terjadi ketimpangan antara modal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota dengan aset yang dimiliki. Kurangnya kinerja dan ketidakserasian dalam sinergi antara komponen organisasi menunjukkan lemahnya keswadayaan dalam pengelolaan KUSP. Lemahnya keswadayaan ini menggambarkan kurangnya kapasitas KUSP untuk menggali potensi dan memanfaatkan sumber-sumber agar mampu memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota baik secara individual maupun kelompok. Secara lebih jelas, analisis keswadayaan KUSP disajikan dengan bagan analisis pada Gambar 17

101 86 Kurang swadaya Kemandirian administrasi: Musyawarah semu Pengurus mendominasi dalam pengambilan keputusan Anggota pasif Program kerja kurang berorientasi pada aspirasi dan pemenuhan kebutuhan anggota. Kemandirian Manajemen: Pembagian kerja tidak jelas Ada ketimpangan antara bidang kerja dan tugas pengurus. Pelaksanaan tugas pelayanan dilakukan sederhana (kekeluargaan). Kemandirian Aset: Sumber aset masih terbatas pada simpanan anggota, tidak ada sumber lain. Modal / aset tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pinjaman Perkembangan aset linear. Gambar 17 Bagan Analisis Keswadayaan KUSP Kapasitas Pengurus Motivasi Pengurus Dalam anggaran dasar KUSP disebutkan bahwa pengurus dipilih oleh anggota dalam Rapat Anggota Tahunan. Masa kerja kepengurusan 2 tahun dan dapat dipilih kembali. Namun kenyataannya pergantian pengurus jarang dilakukan. Hal ini ditunjukkan dari lama pengurus duduk dalam kepengurusan. Dari 4 orang pengurus hanya sekretaris yang baru duduk dalam kepengurusan selama tiga tahun, sedangkan lainnya telah terlibat dalam kepengurusan selama tiga belas tahun sejak KUSP berdiri. Demikian juga dari 2 orang pengawas, hanya 1 orang yang pernah mengalami pergantian. Berdasarkan jenis pekerjaan, sebagian besar pengurus adalah PNS atau pensiunan. Dari empat pengurus inti, hanya satu orang yang bekerja sebagai karyawan swasta. Usia pengurus dan pengawas sebagaian besar telah memasuki lanjut usia, yaitu diatas 50 tahun. Karakteristik pengurus dan pengawas secara lebih rinci disajikan pada pada Tabel 12

102 Tabel 12 Karakteristik kepengurusan KUSP berdasarkan jabatan, lama dalam jabatan, lama dalam kepengurusan, pendidikan, usia dan pekerjaan 87 No Jabatan Lama Dalam Jabatan Lama Dalam Kepengurusan Pendidikan Usia Pekerjaan 1 Ketua 3 tahun 13 tahun SLTA 57 th Pensiunan 2 Sekretaris 3 tahun 3 tahun SLTA 39 th Swasta 3 Bendahara 13 tahun 13 tahun SLTA 59 th Pensiunan 4 Pembantu Umum 13 tahun 13 tahun SLTA 51 th PNS 5 Pengawas 13 tahun 13 tahun SLTA 57 th Pensiunan 6 Pengawas 8 tahun 8 tahun SLTA 46 th Swasta Dari Tabel 12 terlihat bahwa hanya satu orang (sekretaris) yang merupakan pengurus baru dalam KUSP dengan lama dalam kepengurusan tiga tahun, sedangkan yang lain telah lama terlibat dalam kepengurusan tanpa pergantian. Pergantian hanya terjadi pada ketua yang juga berasal dari pengurus lama. Hampir semua pengurus yang telah memasuki usia lanjut (di atas 50 tahun) menjadi pengurus KUSP sejak lembaga ini berdiri tahun 1993 dan semua berlatar belakang sebagai PNS. Faktor yang menyebabkan jarang terjadi pergantian pengurus yaitu : 1. Kurangnya kesempatan anggota yang lebih muda untuk duduk dalam kepengurusan. Kurangnya kesempatan ini terlihat dari komposisi pengurus berdasarkan usia yang didominasi orang menjelang usia lanjut. Di samping hal tersebut, masih ada keengganan pengurus untuk memberikan kesempatan kepada yang lebih muda dalam kepengurusan. Hal ini dijelaskan oleh ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Pengurus yang ada saat ini telah berpengalaman. Bendaharanya, yaitu Bapak PN sangat cermat dalam memegang keuangan. Sampai saat ini belum tampak kader-kader yang menonjol untuk menggantikan pengurus. Secara implisit, pernyataan tersebut menunjukkan kemapanan dari pengurus. Anggota KUSP di luar pengurus cukup banyak yaitu 72 orang dan setengah dari anggota berusia muda (di bawah 50 tahun) dengan pendidikan banyak

103 yang telah menempuh jenjang pendidikan menengah bahkan ada yang sampai jenjang perguruan tinggi. Namun demikian diantara mereka tidak ada yang pernah dilibatkan dalam kepengurusan. Kurangnya kesempatan anggota yang lebih muda untuk terlibat dalam kepengurusan ini juga diungkapkan oleh Mjn (tokoh masyarakat) yang mengatakan: Pengurus telah menjalankan tugasnya, namun disayangkan, dari dulu jarang terjadi pergantian. Bapak Paijan, Bapak Mulyadi, Bapak Elliaman, Bapak Sarno itu kan sudah sejak KUSP berdiri jadi pengurus. Meskipun beliau-beliau sudah cukup tua dan sudah pensiun semua tetap saja menjadi pengurus. Mungkin sekali-kali perlu dicoba yang muda-muda. 2. Keberhasilan pengurus melaksanakan tugas mengelola KUSP Keberhasilan pengurus ini tampak dari perkembangan KUSP yang dapat berkelanjutan baik dalam jumlah keanggotaan maupun asetnya. Pernyataan dari bendahara (PN) berikut ini juga menjelaskan keberhasilan pengurus dalam melaksanakan tugas: Sebenarnya saya telah berulangkali ingin mundur dari jabatan bendahara, tetapi pengurus lain selalu melarang dan anggota menyetujuinya. Alasannya karena selama ini dinilai cukup berhasil dan anggota masih mempercayainya. 3. Sikap segan anggota terhadap tokoh masyarakat Sikap segan dari anggota terlihat dari nilai budaya pakewuh atau segan untuk mengemukakan pendapat di depan umum dan kecenderungan untuk menurut kepada pendapat tokoh masyarakat. Sebagaimana diungkapan salah satu anggota (Skd) yang mengatakan: Memang pada saat RAT itu ditawarkan, mau ganti atau tidak. Kalau si A bagaimana, setuju atau tidak. Mau bilang tidak kan pakewuh (segan), karena kebanyakan diam. Kalau sudah diulang baru banyak yang mengatakan setuju. Dari pernyataan tersebut tampak bahwa meskipun anggota menyetujui adanya pergantian pengurus, tetapi mereka segan untuk menggantinya. Hal ini karena pemilihan pengurus dilakukan dalam rapat terbuka. Biasanya ketua atau tokoh masyarakat menunjuk nama seseorang untuk duduk dalam kepengurusan. Kemudian ditawarkan kepada anggota dengan dua pilihan setuju atau tidak setuju. 88

104 Semua pengurus yang telah lama terlibat dalam kepengurusan menyatakan perlu mempertahankan pelaksanaan pelayanan seperti sekarang. Alasan yang umum diberikan adalah pelayanan telah berjalan mapan dan terbukti dapat berkembang. Pernyataan dari Ketua (Mly) berikut ini menjelaskan tentang faktor yang mendorong pengurus KUSP tetap mempertahankan pelayanan: KUSP ini telah berjalan cukup baik dan perlu dipertahankan. Pelayanan seperti sekarang telah mapan dan terbukti dapat berkembang. Jumlah anggota meningkat dari 30-an orang tahun 1993, kini menjadi 78 orang. Kekayaan tahun 1993 kurang lebih Rp kini telah mencapai 15,5 juta. Di RT dan RW lain banyak yang telah mati. Di RW IV ini dulu ada 5 kelompok simpan pinjam, tetapi tinggal satu ini saja. Dulu hanya tingkat RT 02, tetapi sekarang anggotanya telah banyak yang dari luar RT 02. Pernyataan hampir sama juga diungkapkan oleh Bendahara (PN): Pelayanan simpan pinjam di KUSP telah baik dan perlu dipertahankan, anggota percaya kepada pengurus dan sampai saat ini belum pernah ada keluhan. Kenyataannya sampai saat ini belum pernah terjadi permasalahan baik dalam kepengurusan, pembayaran simpanan maupun angsuran pinjaman. Demikian juga dengan Pembantu Umum (El) yang mengatakan: Kalau saya menurut saja pada pengurus lain. Kalau mau dirubah ya menurut. Saya kan hanya melaksanakan tugas. Tetapi KUSP seperti sekarang ini telah mapan, semua kegiatan telah berjalan lancar. Pernyataan dari tiga pengurus KUSP ini menunjukkan bahwa keinginan untuk mengadakan perubahan dalam KUSP kurang. Mereka cenderung mempertahankan pola pelayanan yang telah mapan dan dijalani dalam waktu lama. Faktor yang mendorong mereka mempertahankan pelayanan seperti sekarang adalah kemapanan dalam pelaksanaan pelayanan dan KUSP dapat dapat berkembang. Faktor lain yang cukup kuat mendorong pengurus mempertahankan pola pelayanan seperti sekarang adalah kecilnya resiko. Hal ini seperti diungkapkan oleh sekretaris (S) yang mengatakan: Yang mendorong KUSP melaksanakan pelayanan seperti sekarang ini adalah kecilnya resiko, karena resiko akan ditanggung bersama dan nilai uangnya tidak terlalu besar. Secara pribadi saya kurang setuju dengan pola pelayanan seperti sekarang ini saja. KUSP ini sebenarnya dapat dikembangkan menjadi lebih maju asalkan semua dapat mendukung. 89

105 Motivasi lebih besar untuk mengadakan perubahan dalam pelayanan hanya terjadi pada sekretaris yang berusia paling muda dan merupakan pengurus yang baru dalam KUSP. Hal ini dijelaskan oleh pernyataan sekretaris (S) berikut : Menurut saya, KUSP ini perlu melakukan terobosan baru agar keuangannya menjadi besar dan dapat memberikan pinjaman kepada anggota lebih banyak, sehingga lebih berguna dengan menaikkan iuran wajib dan mencari kredit dari pemerintah, tetapi saya tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Dari pernyataan tersebut tampak bahwa motivasi mengadakan perubahan untuk mengembangkan KUSP lebih maju dari pengurus yang lebih muda cukup tinggi. Namun demikian, terdapat hambatan untuk melakukan perubahan, yaitu ketidaktahuan untuk melakukan terobosan baru. Di samping hal tersebut, hambatan lain adalah kurangnya dukungan dari pengurus lain yang lebih tua. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh sekretaris (S) sebagai berikut: Untuk mengembangkan KUSP menjadi besar sulit diwujudkan karena pengurus lama seperti statis, ketakutan terhadap resiko apabila mengikutsertakan modal dari luar. Pengurus takut nanti ada anggota yang tidak membayar angsuran seperti yang ditetapkan. Berdasarkan kajian tersebut, masalah motivasi pengurus KUSP dan kaitannya dengan keswadayaan KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Reorganisasi kepengurusan KUSP tidak berjalan dengan baik. Pergantian pengurus jarang dilakukan meskipun masa kepengurusan hanya berlaku dua tahun. Sebagian besar pengurus telah terlibat dalam kepengurusan sejak KUSP berdiri. 2. Faktor yang menyebabkan jarang terjadi pergantian pengurus adalah : a. Kurangnya kesempatan anggota yang lebih muda untuk duduk dalam kepengurusan dan kemapanan dari pengurus lama dalam kepengurusan. b. Keberhasilan pengurus melaksanakan tugas mengelola KUSP. c. Sikap segan anggota terhadap tokoh masyarakat 3. Pengurus lama cenderung mempertahankan pola-pola pelayanan yang telah berjalan selama ini. 4. Faktor yang menyebabkan pengurus mempertahankan pola pelayanan yang telah berjalan adalah kemapanan dan kecilnya resiko. 5. Pengurus baru dan lebih muda mempunyai motivasi cukup tinggi untuk mengadakan perubahan, tetapi mengalami hambatan berupa ketidaktahuan 90

106 91 untuk melakukan terobosan baru dan kurangnya dukungan dari pengurus lain. Kecenderungan pengurus untuk mempertahankan pola pelayanan yang dianggap telah mapan, ketakutan terhadap resiko serta keengganan pengurus untuk mengadakan perubahan terkait dengan kurangnya keswadayaan KUSP. Dalam proses pengambilan keputusan atau penyusunan perencanaan (kemandirian administrasi), mereka tidak memberikan kesempatan kepada anggota agar lebih partisipatif untuk mempertahankan kemapanannya. Dalam pelaksanaan pelayanan (kemandirian manajemen), mereka tidak melakukan terobosan baru atau mencari alternatif untuk mengatasi masalah pinjaman anggota yang tidak dapat terpenuhi. Dalam aspek finansial (kemandirian dalam aset), pengurus tidak mengembangkan sumber-sumber baru bagi pengembangan aset untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota. Pengambilan keputusan secara partisipatif, perubahan atau terobosan baru dalam pemecahan masalah pinjaman dan pengembangan sumbersumber membawa konsekuensi bertambahnya beban kerja dan resiko, sehingga pengurus cenderung mempertahankan pola-pola pelayanan yang telah mapan. Hal ini akan menghambat berkembangnya keswadayaan KUSP. Keterkaitan antara motivasi pengurus dengan kurangnya keswadayaan KUSP secara lebih jelas disajikan pada Gambar 18 Administrasi: Program kerja tidak mengalami perubahan Dominasi pengurus dalam penyusunan rencana Manajemen: Pola pelayanan tidak berkembang Reorganisasi pengurus tidak berjalan Aset: Tidak melakukan pengembangan sumber aset Pergantian kepengurusan tidak berjalan dengan baik. Pengurus cenderung mempertahankan pola pelayanan yang telah berjalan Pengurus lebih muda mempunyai motivasi untuk mengadakan perubahan, tetapi kurang dukungan dari pengurus lain. Gambar 18 Bagan Analisis Keterkaitan Motivasi Pengurus dengan Keswadayaan KUSP

107 92 Pengetahuan Semua pengurus KUSP berlatar belakang pendidikan SLTA dan menyatakan bahwa pendidikan yang ditempuh tidak berhubungan dengan pengetahuan untuk mengelola KUSP. Pendidikan pengurus terdiri dari SPG 1 orang, SMA 3 orang, sedangkan pengawas berpendidikan SMA 1 orang dan STM 1 orang. Dari 4 orang pengurus inti dan 2 orang pengawas, tidak ada yang pernah mengikuti pendidikan atau penyuluhan tentang pengelolaan KUSP. Peningkatan pengetahuan pengurus dilakukan dengan cara antara lain membaca perkoperasian, bertukar pendapat antar pengurus, dan mempelajari laporan dari koperasi. Hal ini dijelaskan oleh pernyataan Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Untuk menyusun perencanaan KUSP, khususnya rencana kerja tahunan saya belajar dari pengalaman, membaca perkoperasian, dan belajar dari koperasi guru di sekolah. Sejauh ini saya belum pernah belajar secara khusus untuk mengelola dan melaksanakan tugas-tugas pengurus KUSP baik melalui pendidikan maupun pelatihan. Tugastugas yang dilaksanakan hanya sebatas pengetahuan dan kemampuan saja. Pokoknya administrasi dilaksanakan secara sederhana, anggota paham, dan mudah dilaksanakan. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang membuat rencana kerja tahunan dan pelaksanaan tugas harian saya kadang bertukar pendapat dengan sesama pengurus. Hal yang hampir sama juga di kemukakan oleh sekretaris (S): Untuk menyusun perencanaan KUSP, saya belajar dari pengurus lama dan membaca laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi yang saya pinjam dari teman. Saya belum pernah belajar secara khusus untuk mengelola atau melaksanakan tugas-tugas pengurus KUSP. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang membuat rencana kerja tahunan dan pelaksanaan tugas harian saya belajar dari pengurus lama, meminjam buku koperasi dari orang lain dan dengan cara coba-coba. Pemerintah atau pihak dari luar KUSP belum pernah memberikan penyuluhan dan pelatihan administrasi dan manajemen terhadap pengurus maupun anggota. Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa serta instansi lain belum pernah menyelenggarakan kegiatan pembinaan terhadap KUSP, bahkan data tentang KUSP belum terdaftar dalam instansi tersebut.

108 93 Dari hasil kajian sebagaimana dikemukakan, pengetahuan pengurus dalam aspek administrasi, manajemen dan pengembangan aset dan kaitannya dengan keswadayaan KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tidak ada pengurus berlatar belakang pendidikan yang berhubungan dengan pengelolaan KUSP. 2. Tidak ada pengurus yang pernah mengikuti penyuluhan atau pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga simpan pinjam. 3. Tugas-tugas yang dilaksanakan hanya sebatas pengetahuan dan kemampuan pengurus. 4. Usaha yang dilakukan oleh pengurus untuk meningkatkan pengetahuan dilakukan dengan cara antara lain membaca perkoperasian, bertukar pendapat antar pengurus, dan mempelajari laporan dari koperasi. Kurangnya kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan lembaga keuangan seperti pendidikan atau penyuluhan ini menyebabkan terjadinya kendala dalam administrasi, manajemen dan pengembangan aset. Pengelolaan KUSP hanya bersifat sederhana (kekeluargaan) dengan mengesampingkan prinsip manajemen dan ketidaktahuan tentang sumbersumber dana dari lembaga keuangan formal yang dapat mendukung kebutuhan modal, sehingga kesulitan untuk meningkatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anggota. Kaitan antara kurangnya pengetahuan pengurus dengan keswadayaan KUSP secara lebih jelas disajikan pada Gambar 19. Administrasi: Tidak dapat mengantisipasi perkembangan kebutuhan anggota Manajemen: Pengelolaan sederhana (kekeluargaan) dan tidak melakukan prinsip manajemen Aset: Tidak melakukan pengembangan sumber aset dari luar KUSP Pengetahuan pengurus dalam administrasi dan manajemen terbatas (sederhana) Kurang kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan KUSP (tidak pernah mengikuti penyuluhan dan diklat) Gambar 19 Bagan Analisis Keterkaitan Pengetahuan Pengurus dengan Keswadayaan KUSP

109 94 Keterampilan Semua pengurus KUSP tidak pernah mengikuti pelatihan teknik pengelolaan KUSP, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga lain. Peningkatan keterampilan pengurus dilakukan dengan tukar pendapat dan tukar pengalaman antar pengurus. Keterampilan yang diperlukan dalam pengelolaan KUSP adalah keterampilan dalam menyusun perencanaan, administrasi keuangan, penyusunan laporan, kepemimpinan, dan keterampilan dalam menggalang dukungan masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Keterampilan yang diperlukan KUSP adalah keterampilan bagaimana menyusun program kerja, administrasi keuangan, membuat laporan, memimpin organisasi, berkomunikasi, keterampilan dalam menggalang dukungan masyarakat atau anggota. Keterampilan yang dimiliki oleh pengurus hanya didasarkan pada pengalaman yang telah dilakukan di KUSP saja karena tidak ada seorangpun dari pengurus yang telah berpengalaman mengelola lembaga keuangan di lembaga lain. Hal ini dijelaskan oleh Ketua KUSP (Mly) yang mengatakan: Pengalaman sebagai pengurus sejak tahun 1993 merupakan guru dalam menyusun program KUSP. Secara khusus saya belum mempunyai pengalaman untuk mengelola lembaga keuangan lain. Hal sama juga diungkapkan oleh Sekretaris (S) yang mengatakan: Pengalaman dalam operasional pelayanan keuangan hanya saya dapatkan di KUSP ini saja. Saya tidak mengetahui apakah pelayanan selama ini adalah yang terbaik atau tidak karena tidak dapat membandingkan dengan pengalaman lain. Pendidikan dan pelatihan kepengurusan dari pemerintah sangat diharapkan oleh KUSP. Hal ini dibuktikan dari seluruh pengurus menyatakan mengharapkan adanya pelatihan dari pemerintah. Pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan pemerintah biasanya tidak dipungut biaya. Pendidikan dan pelatihan yang diharapkan adalah pelatihan mengelola organisasi, kepemimpinan, penyusunan rencana, penyusunan pelaporan dan pelaksanaan simpan pinjam. Dari kajian tersebut, keterampilan pengurus dan kaitannya dengan keswadayaan KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut:

110 95 1. Semua pengurus tidak pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan teknik pengelolaan lembaga simpan pinjam. 2. Peningkatan keterampilan pengurus dilakukan dengan tukar pendapat dan tukar pengalaman antar pengurus. 3. Keterampilan yang dimiliki oleh pengurus hanya didasarkan pada pengalaman yang telah dilakukan di KUSP. 4. Seluruh pengurus mengharapkan pendidikan dan pelatihan dari pemerintah. Pendidikan dan pelatihan yang diharapkan adalah pelatihan mengelola organisasi, kepemimpinan, penyusunan rencana, penyusunan pelaporan dan pelaksanaan simpan pinjam. Hasil kajian menunjukkan bahwa tidak ada dari pengurus yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pengelolaan simpan pinjam dan berpengalaman dalam melaksanakan tugas pelayanan di lembaga keuangan. Hal ini akan berkaitan dengan kurangnya keterampilan dalam administrasi, manajeman dan pengembangan aset. Dalam administrasi, aktivitas pencapaian tujuan tidak dilakukan sesuai dengan program kerjanya. Kondisi kurangnya keterampilan ini juga menyebabkan ketidakmampuan untuk mengembangkan kemampuan kerja dalam pengelolaan dan dalam menggali dan memanfaatkan sumber-sumber untuk mendukung keswadayaan KUSP. Kaitan antara keterampilan pengurus dengan keswadayaan KUSP secara lebih jelas disajikan pada Gambar 20 Administrasi: Aktivitas pencapaian tujuan tidak dilakukan sesuai program kerja Manajemen: Pengelolaan sederhana (kekeluargaan) kesulitan mengembangkan profesionalitas Aset: Kesulitan mengembangkan aset Perkembangan aset linear Keterampilan dalam administrasi dan manajemen sederhana Tidak pernah mengikuti diklat. Gambar 20 Bagan Analisis Keterkaitan Antara Keterampilan Pengurus dan Keswadayaan KUSP

111 96 Partisipasi Anggota Kehadiran anggota dalam rapat setiap bulan dan pada rapat anggota tahunan cukup tinggi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa rapat yang diadakan bulan Juli dan Agustus 2006 dihadiri oleh lebih dari 75 persen anggota. Demikian pula kehadiran anggota pada RAT dalam tiga tahun terakhir menunjukkan lebih dari 90 persen anggota hadir. Tingkat kehadiran dalam RAT disajikan pada Tabel 13 Tabel 13 Kehadiran Anggota KUSP dalam Rapat Anggota Tahunan No Tahun Jumlah Anggota Jumlah Hadir Persentase Kehadiran , , ,25 Sumber: Daftar Hadir RAT Tahun 2003, 2004 dan 2005 Salah satu prasyarat untuk mencapai kemandirian adalah melalui peningkatan partisipasi agar anggota dapat memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan (contribute in the decision making process). Kontribusi anggota dalam pengambilan keputusan hanya dapat dicapai melalui proses yang transparan dan demokratis, sehingga anggota tidak mengalami hambatan untuk menentukan aspirasi-aspirasinya. Dalam penyusunan rencana atau program kerja KUSP, sebagian besar anggota tidak terlibat secara aktif. Keterlibatan anggota lebih banyak hanya pada menyetujui atau menolak rencana yang diajukan pengurus. Penyusunan program dilakukan oleh pengurus, kemudian di bacakan pada saat RAT untuk memperoleh persetujuan. Anggota yang memberikan tanggapan atau pendapat hanya beberapa anggota yang aktif. Hal ini dijelaskan oleh pernyataan anggota ( Skd) : Anggota kebanyakan hanya menurut dan menyetujui saja. Paling satu dua orang dan orangnya itu-itu saja yang sering usul (Pak Mjn, Pak Tr, Pak Idn, dan Pak ES) Lainnya tidak berani. Program kerja dibuat oleh pengurus, anggota hanya menyetujui saja.

112 Motivasi anggota yang tergolong aktif untuk memberikan pendapat dalam penyusunan rencana adalah untuk ikut mengembangkan KUSP dan ada kejelasan dalam pengelolaannya. Hal ini dijelaskan oleh ES yang mengatakan: Hal yang mendorong saya memberikan usulan adalah agar KUSP ini menjadi besar dan transparan dalam pengelolaannya. Keinginan saya adalah agar dapat berkembang terus karena selama ini telah memberikan manfaat bagi saya. Untuk pembelian alat-alat pertukangan yang kecil-kecil saya selalu meminjam di KUSP.... Bagi anggota, situasi rapat terlalu formal, banyak kegiatan yang diikuti selain pembahasan rencana, dan waktu rapat yang terlalu lama menghambat mereka untuk memberikan masukan dalam penentuan program. Di samping hal tersebut, sikap ewuh pakewuh (keseganan) terhadap para pemimpin dan tokoh masyarakat juga masih berlaku dalam hubungan diantara pengurus dan anggota. Sebagaimana digambarkan dalam hasil pemetaan sosial bahwa orientasi nilai budaya dalam hubungan antar penduduk cenderung berorientasi vertikal. Pada umumnya mereka masih tergantung pada inisiatif pemimpin khususnya pemimpin informal atau tokoh masyarakat. Nilai budaya ini masih berlaku dalam KUSP, sehingga anggota lebih sering hanya menyetujui inisiatif dari pengurus yang juga merupakan tokoh masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan dari dari pernyataan Kk: Saya menyayangkan waktu rapat (RAT). Kalau RAT mesti malam hari dan didahului dengan pembayaran atau kegiatan rutin simpan pinjam, sehingga waktu rapat terlalu lama mulainya. Jam biasanya baru mulai rapat. Pertanggungjawaban pengurus agak lama, sehingga giliran penyusunan program kerja sudah ngantuk. Rapat kalau terlalu lama kan menjenuhkan. Daripada lama-lama, anggota lebih memilih setuju saja. Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh ES yang mengatakan: Keterlibatan anggota dalam penyusunan program KUSP tidak langsung. Program kerja disusun oleh pengurus, kemudian pada saat RAT dibacakan. Sayangnya, RAT sering terlalu malam, sehingga anggota banyak yang sudah ngantuk. Karena mungkin sudah jenuh, anggota menyetujui saja. Kejadian seperti itu hampir setiap RAT. Belum pernah program dibahas lebih lama atau anggota menolak. Rasa sungkan juga menjadikan anggota lebih banyak yang diam. Hr, salah satu anggota juga menjelaskan masih adanya sikap segan dengan mengatakan:..kalau rapat memang anggota sungkan (segan) mau memberikan 97

113 usulan, pengurus perlu menampung suara anggota dengan ngobrol seperti ini. Lebih bebas untuk menyampaikan keluhan. Dalam pelayanan, keterlibatan anggota adalah mengikuti rapat rutin setiap bulan, membayar simpanan pokok dan simpanan wajib dan membayar angsuran pinjaman. Dalam hal pembayaran, baik pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib maupun angsuran pinjaman yang dilakukan anggota berjalan lancar. Hal ini ditegaskan oleh bendahara KUSP yang menyatakan bahwa sampai saat ini tidak pernah terjadi permasalahan baik dalam pembayaran simpanan maupun pinjaman. Semua anggota yang meminjam dapat mengembalikan pinjamannya. Sejauh ini, simpanan wajib yang dilakukan sebesar Rp 2.000,00 per bulan tidak memberatkan anggota. Bahkan sebagian anggota mendukung peningkatan iuran wajib untuk meningkatkan modal. Pernyataan dari responden (ES) menjelaskan dukungan anggota terhadap peningkatan simpanan wajib: Menurut saya, jumlah simpanan wajib ini perlu ditambah paling tidak Rp 5.000,00 agar pinjaman dapat diperbesar, pengurus juga lebih cepat dalam bekerja dan perlu melakukan terobosan baru... Demikian juga SS yang mengatakan: Simpanan wajib sekarang yang Rp 2.000,00 tidak memberatkan anggota. Saya tidak keberatan apabila simpanan wajib ditingkatkan misalnya menjadi Rp 3.000,00 atau Rp 4.000,00 agar modal menjadi besar, sehingga pinjaman yang diberikan juga lebih besar... Dalam hal memanfaatkan pinjaman KUSP, hampir semua anggota yang telah memenuhi syarat untuk meminjam pernah atau sedang melakukan pinjaman. Catatan pada bendahara KUSP menunjukkan bahwa dari 69 orang yang telah memenuhi syarat untuk meminjam, hanya 3 orang yang belum pernah mengajukan pinjaman. Ketiga anggota tersebut termasuk warga baru (menjadi warga RW IV Kwaluhan sejak tahun ) dan tergolong orang yang mampu secara sosial dan ekonomi. Semua peminjam meminjam Rp ,00 dan Tahun 2006 meminjam Rp ,00. Dari kajian terhadap karakteristik anggota dan keterlibatan anggota dalam pengelolaan KUSP, partisipasi anggota dan kaitannya dengan keswadayaan KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Partisipasi anggota dalam penentuan tujuan dan perencanaan kurang. Perencanaan masih didominasi pengurus. Partisipasi mereka lebih banyak 98

114 99 menyetujui atau menolak rencana yang disusun pengurus. 2. Faktor-faktor yang menghambat partisipasi anggota dalam penyusunan rencana KUSP secara partisipatif adalah: a. Situasi rapat terlalu formal. b. Banyaknya kegiatan (acara) yang dilakukan pada saat rapat. c. Waktu rapat terlalu lama dan terlalu malam. d. Nilai budaya pakewuh (segan) dan orientasi vertikal dalam hubungan antara anggota dan pengurus masih dianut oleh sebagian besar anggota. 3. Tingkat partisipasi anggota dalam pelaksanaan pelayanan KUSP cukup tinggi. Pembayaran baik simpanan pokok, simpanan wajib dan angsuran pinjaman berjalan lancar dan anggota mendukung pengembangan aset KUSP. 4. Hampir semua anggota yang telah memenuhi persyaratan telah atau sedang memanfaatkan pinjaman dari KUSP. Keswadayaan KUSP akan membaik apabila didukung oleh partisipasi aktif pengurus dan anggota. Partisipasi ini mencakup partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, partisipasi dalam implementasi aktivitas pencapaian tujuan dan partisipasi dalam pengembangan aset. Kurangnya partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan akan terkait dengan tingkat keswadayaan karena menyebabkan pengurus mendominasi dalam penentuan tujuan dan aktivitas yang akan dilakukan. Akibatnya adalah aspirasi anggota tidak dapat disalurkan, sehingga pelayanan yang dilakukan tidak dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan anggota. Hal ini ditunjukkan dengan kesulitan KUSP untuk memecahkan masalah kesenjangan antara pengajuan pinjaman dengan realisasinya, meskipun masalah tersebut telah berlangsung lama. Keterkaitan antara partisipasi anggota dengan keswadayaan KUSP secara lebih jelas disajikan pada Gambar 21

115 100 Administrasi: Aspirasi anggota tidak tersalurkan Manajemen: Pelayanan tidak berkembang Pelaksanaan kegiatan pelayanan berjalan baik Aset: Perkembangan aset linear Gambar 21 Bagan Analisis Keterkaitan Partisipasi Anggota dengan Keswadayaan KUSP Partisipasi anggota: Partisipasi dalam perencanaan pasif Partisipasi dalam pelaksanaan pelayanan baik Hampir semua anggota memiliki pinjaman. Kemitraan Usaha Dalam mengembangkan usahanya, KUSP tidak memiliki jalinan kerjasama dengan pihak luar baik pemerintah maupun swasta. Program pengembangan ekonomi masyarakat dari pemerintah seperti program pembinaan perkreditan pedesaan dari Badan PMD, program pengembangan koperasi pedesaan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM juga belum menyentuh kelompok ini. Data dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) Kabupaten Temanggung menunjukkan bahwa belum pernah diadakan pembinaan terhadap KUSP Gotong Royong baik melalui penyuluhan maupun pendidikan dan pelatihan. Bahkan data tentang tentang KUSP Gotong Royong dari Kelurahan Kertosari juga belum ada di Badan PMD. Demikian juga dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Kantor ini hanya membina kelompok atau unit simpan pinjam yang berbdan hukum atau berbentuk koperasi. Pembinaan kelompok simpan pinjam yang belum berbadan hukum tidak menjadi tanggung jawab kantor ini, sehingga pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan hanya mengikutsertakan koperasi atau yang telah berbadan hukum.

116 101 Ketidakberanian dari pengurus yang telah lama terhadap resiko dan kurangnya pengetahuan untuk menjalin kemitraan usaha merupakan faktor yang menyebabkan KUSP ini tidak menjalin kemitraan. Hal ini dijelaskan oleh bendahara KUSP (PN) yang mengatakan: Kalau mengikutsertakan modal dari luar atau menjalin kerjasama dengan bank atau lainnya pengurus belum siap. Pengurus tidak mau mengambil resiko. Pengurus juga belum siap melaksanakan administrasinya. Perlu penyiapan yang tidak mudah karena mengelola keuangan bukan hal mudah untuk dilakukan. Tidak jauh berbeda, ketua KUSP (Mly) mengatakan: KUSP tidak menjalin kerjasama karena pengurus tidak mengetahui bagaimana menjalin kerjasama, resiko apabila ada anggota yang tidak dapat membayar angsuran dan pekerjaan pengurus menjadi lebih sulit. Sedangkan sekretaris KUSP (S) mengatakan:...pengurus tidak mengetahui bagaimana cara menjalin kerjasama atau cara memperoleh pembinaan, syukur-syukur kelau bukan hanya pembinaan tetapi juga bantuan kredit untuk modal. Pernyataan dari pengurus sebagaimana dikemukakan menunjukkan bahwa penyebab KUSP tidak menjalin kemitraan adalah karena kurangnya pengetahuan untuk menjalin kemitraan dan kekhawatiran terhadap konsekuensi dan resiko yang ditimbulkan dari kemitraan usaha. Jalinan kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan pihak lain mendapat dukungan dari pengurus muda dan anggota. Pernyataan Mjn (anggota dan tokoh masyarakat) berikut ini menjelaskan perlunya KUSP menjalin kerjasama: Terobosan baru dengan bekerjasama dengan pihak lain mungkin akan membantu KUSP ini menjadi besar dan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik, asalkan semua anggota mendukung dengan membayar angsuran sesuai ketentuan. Perlunya menjalin kerjasama juga diungkapkan S (sekretaris) yang mengatakan: Secara pribadi saya pernah mendiskusikan dengan beberapa anggota yang membutuhkan modal usaha untuk menjalin kerjasama dengan bank dan mereka mendukungnya, tetapi bagaimana cara menjalin kerjasama tersebut masih belum ditemukan jawabannya. Demikian juga Hr (anggota) yang mengatakan: Saya kira KUSP ini perlu terobosan baru untuk mengembangkan

117 102 modal dan penambahan pengurus dengan mengikutsertakan yang lebih muda. Pernyataan dari beberapa responden tersebut menjelaskan bahwa jalinan kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan pelayanan KUSP mendapat dukungan dari anggota. Namun demikian, KUSP tidak dapat merealisasikan kerjasama yang diharapkan anggota. Dalam hal pihak yang diharapkan bekerjasama, ada perbedaan antara pengurus yang tergolong tua dengan pengurus muda dan anggota. Hal tersebut tampak dari pernyataan Ketua (pengurus tua), yaitu Mly yang mengatakan: Saya berharap pemerintah memberikan pembinaan. Kalau pemerintah yang memberikan pembinaan biasanya gratis dan mungkin ada bantuan untuk modal. Juga bendahara (pengurus tua), PN yang mengatakan: Saya kira dengan pemerintah dulu. KUSP ini belum pernah mendapat pembinaan. Setelah siap baru bekerjasama dengan lainnya. Berbeda dengan harapan Sekretaris (pengurus muda), yaitu S yang mengatakan: Pihak yang saya harapkan untuk bekerjasama adalah bank karena dapat membantu permodalan. Andaikan bank dapat memberikan pinjaman melalui KUSP menurut saya akan sangat membantu pemenuhan modal bagi anggota KUSP yang butuh modal usaha. Pernyataan dukungan terhadap sekretaris diungkapkan Sd (anggota) Kalau KUSP ini kerjasama dengan bank saya setuju karena dapat memberikan pinjaman lebih besar. Kemana lagi orang miskin dapat meminjam kalau tidak ke KUSP ini karena kalau ke bank tidak akan dipercaya. Pengurus yang tergolong tua lebih memilih pemerintah sebagai pihak yang diharapkan kerjasama. Kerjasama yang dimaksud berupa pembinaan dan bantuan modal. Faktor biaya yang murah merupakan pertimbangan utama mereka memilih pemerintah. Disamping murah karena biaya akan ditanggung pemerintah, pembinaan ini sifatnya tidak terlalu mengikat, sehingga tidak menimbulkan resiko terhadap pengurus Pada umumnya pembinaan dari pemerintah berbentuk pendidikan dan pelatihan pengurus, bantuan untuk penguatan kelembagaan dan bantuan permodalan melalui pinjaman bergulir. Informasi dari Badan PMD menunjukkan bahwa dana bantuan permodalan pada program pembinaan perkreditan pedesaan untuk kelompok-kelompok simpan pinjam banyak yang

118 103 tidak dikembalikan dan mereka tidak terkena sanksi apapun. Untuk Kabupaten Temanggung, bantuan permodalan melalui pinjaman ini sudah dihentikan karena terbukti kurang efektif dan pinjaman tidak kembali. Berbeda dengan pengurus muda dan anggota KUSP. Mereka lebih memilih lembaga keuangan (bank) sebagai mitra usaha. Kerjasama dengan lembaga keuangan akan lebih memberikan keuntungan baik bagi KUSP maupun anggota, yaitu peningkatan modal dan pemenuhan kebutuhan pinjaman. Bentuk-bentuk kerjasama yang diharapkan untuk mengembangkan KUSP adalah kerjasama yang dapat meningkatkan kemampuan mengelola KUSP, pelatihan kepengurusan, penambahan modal dan penyaluran kredit. Berdasarkan kajian terhadap kemitraan usaha ini, permasalahan KUSP dalam menjalin kemitraan usaha dan kaitannya dengan keswadayaan KUSP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. KUSP belum menjalin kemitraan usaha dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun lembaga keuangan. 2. Penyebab tidak menjalin kemitraan adalah kurangnya pengetahuan pengurus dan ketakutan terhadap konsekuensi serta resiko yang ditimbulkan dari kemitraan usaha. 3. Ide-ide untuk menjalin kemitraan mendapat dukungan dari anggota, tetapi pengurus tidak mampu merealisasikannya. 4. Terdapat perbedaan harapan antara pengurus yang telah lama dalam kepengurusan dan berusia lebih lanjut dengan pengurus baru yang lebih muda dan anggota terhadap pihak yang diharapkan kerjasama dan bentuk-bentuk kerjasamanya. Pengurus yang lebih tua lebih memilih pemerintah dengan bentuk pembinaan, sedangkan pengurus yang lebih muda dan anggota lebih memilih lembaga keuangan dengan bentuk peningkatan kemampuan pengelolaan KUSP, pelatihan kepengurusan, penambahan modal dan penyaluran kredit. Keswadayaan menunjuk pada kemampuan memahami kelemahan dan kekuatan diri sendiri, memperhitungkan kesempatan dan ancaman lingkungan dan memilih berbagai alternatif yang tersedia untuk mengatasi persoalan dan mengembangkan kehidupannya. Keswadayaan kelompok usaha simpan pinjam

119 104 menekankan perlunya kerjasama yang disertai dengan tumbuhnya kemampuan untuk memecahkan masalah, menyalurkan aspirasi, berkreatifitas dan keberanian menghadapi resiko. Dalam KUSP Gotong Royong, menjalin kemitraan usaha dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun lembaga keuangan sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kemampuan KUSP tidak dilakukan. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan pengurus dan ketakutan terhadap konsekuensi serta resiko yang ditimbulkan dari kemitraan usaha. Ketiadaan jaringan melalui mitra usaha ini mengakibatkan terbatasnya alternatif untuk memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan KUSP dalam memenuhi kebutuhan permodalan. Keterkaitan antara kemitraan usaha dengan keswadayaan KUSP lebih jelas disajikan dalam bentuk bagan pada Gambar 22. Administrasi: Perencanaan/ program tidak dinamis Manajemen: Pelayanan tidak berkembang Tidak mampu memenuhi kebutuhan modal Aset: Kurang dukungan dalam pengembangan sumber aset Perkembangan aset linear Kemitraan usaha: Tidak memiliki jalinan kerjasama Kurang pengetahuan menjalin kemitraan. Ketakutan pengurus terhadap resiko dan konsekuensi kerjasama Tidak memiliki jejaring dalam bentuk kemitraan Gambar 22 Bagan Analisis Keterkaitan Kemitraan dengan Keswadayaan KUSP Peluang Memajukan KUSP Pengembangan Kapasitas Pengurus Hasil kajian terhadap kemandirian dalam administrasi, manajemen dan aset menunjukkan bahwa keswadayaan KUSP masih perlu peningkatan dalam kinerjanya. Pelayanan yang dilaksanakan belum mampu memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya. Pengembangan kapasitas pengurus sebagai

120 105 aktor kunci dalam pengelolaan KUSP sangat diperlukan dalam mengembangkan KUSP yang mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan anggota secara berkelanjutan. Pengembangan kapasitas pengurus dilakukan dengan memanfaatkan peluang baik yang bersumber dari dalam KUSP maupun dari luar. Potensi anggota dengan latar belakang pendidikan cukup tinggi dan dan beraneka jenis pekerjaan dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kapasitas pengurus. Melalui diskusi dan tukar pengalaman diantara pengurus dan anggota memungkinkan terjadinya transfer pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Peluang dari luar KUSP adalah melalui pengembangan jalinan dengan program-program pengembangan masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah. Program pembinaan lembaga-lembaga perkreditan pedesaan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) antara lain menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan masyarakat. Peluang ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik dalam administrasi, manajemen maupun pengembangan aset. Peningkatan Aset Salah satu masalah KUSP yang sulit dipecahkan adalah kekurangan modal untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota-anggotanya. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan untuk memanfaatkan peluang baik dari dalam KUSP maupun dari luar. Peluang dari dalam KUSP dapat berupa peningkatan jumlah simpanan wajib dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 3.000,00 sampai Rp 5.000,00. Peningkatan jumlah simpanan wajib ini juga dapat dilakukan dengan mengurangi biaya konsumsi rapat. Setiap anggota membayar uang konsumsi (makanan kecil dan minum) sebesar Rp 1500,00. Biaya ini dapat dikurangi dengan hanya Rp 500,00 untuk minum dan Rp 1000,00 untuk menambah simpanan wajib. Peluang lain adalah dengan menyelenggarakan tabungan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib. Tabungan yang diselenggarakan adalah tabungan berjangka, seperti tabungan hari raya. Tabungan hanya dapat ditarik pada waktu tertentu, sehingga KUSP mempunyai waktu yang

121 106 relatif lama untuk menyediakan uang tunai. Peluang dari luar KUSP adalah melalui pengembangan jalinan dengan program dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Kantor ini mempunyai program pengembangan lembaga ekonomi masyarakat yang antara lain memberikan pendampingan, bantuan permodalan dan memfasilitasi peningkatan permodalan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan. Persyaratan utamanya adalah apabila kelompok berbentuk koperasi atau telah berbadan hukum. Peluang ini dapat digunakan dengan memanfaatkan pendampingan untuk memperoleh badan hukum dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan. Pengembangan Partisipasi Anggota Partisipasi anggota dapat ditingkatkan melalui pemberian kesempatan yang lebih luas dalam pengelolaan KUSP. Dalam penyusunan program kerja, anggota perlu dilibatkan melalui diskusi dalam situasi yang tidak terlalu formal, misalnya dengan mengadakan pertemuan dengan beberapa anggota dan pengurus menampung aspirasi mereka. Peningkatan partisipasi juga dapat dilakukan dengan transparansi dalam pengelolaan KUSP. Selama ini keadaan keuangan KUSP selalu dilaporkan, tetapi bagaimana perhitungan keuntungan sulit diketahui oleh anggota dan pengawas. SHU hanya diberikan berdasarkan simpanan yang dimiliki anggota tanpa memperhitungkan kontribusi mereka dalam peningkatan keuntungan. Anggota yang sering meminjam akan memberikan kontribusi lebih besar bagi SHU, tetapi akan memperoleh SHU yang sama dengan anggota yang tidak pernah meminjam karena jumlah simpanan sama. Pola pembagian SHU dapat diubah dari berdasarkan jumlah simpanan menjadi besarnya jasa yang diberikan anggota. Pengembangan Kemitraan Usaha Peluang untuk menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan melalui penyaluran kredit mikro untuk masyarakat adalah dengan memanfaatkan skema kredit mikro dari Bank Pasar Kabupaten Temanggung. Bank ini menyelengarakan kredit mikro untuk usaha kecil baik secara individual maupun kelompok. Bagi

122 107 kelompok, persyaratan yang ditentukan antara lain telah berbadan hukum atau berbentuk koperasi dan ada rekomendasi dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Peluang ini dapat direalisasikan dengan memanfaatkan program pendampingan untuk pengembangan kemitraan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM.

123 PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan KUSP memiliki makna strategis, karena: Pertama, menciptakan iklim yang memungkinkan mereka berpartisipasi aktif, dalam peran yang bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya sekaligus sebagai penilai capaian-capain dan keberlanjutannya. Kedua, meningkatkan kemampuan untuk mengakses sumberdaya melalui penggunaan sumber-sumber dan potensi baik dari dalam maupun dari luar. Ketiga, mengembangkan kebersamaan antara anggota masyarakat yang kuat dengan yang lemah dan merealisasikan tanggung jawab sosial serta menciptakan stabilitas dalam kehidupan bersama. Keswadayaan KUSP menunjuk pada kemampuan pengurus dan anggota untuk menentukan pilihan terbaik dalam pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan yang berkelanjutan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, sehingga memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya. Dalam pengembangan keswadayaan kelompok, partisipasi aktif pengurus dan anggota dalam adminsitrasi, manajemen dan mobilisasi sumber-sumber finansial merupakan prasyarat untuk mencapai kemandirian. Partisipasi akan terwujud apabila terjadi sinergi antara anggota dan pengurus dan kesediaan untuk membagi resiko, biaya dan keuntungan berdasarkan kepatutan dan pengurus bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan anggotaanggotanya. Sinergi antar komponen organisasi sebagai prasyarat mencapai keswadayaan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan belum sepenuhnya terpenuhi. Hasil kajian menunjukkan bahwa perencanaan yang dilakukan belum mencerminkan aspirasi anggota-anggotanya dan secara substansi tidak dapat mengantisipasi peningkatan kebutuhan pinjaman anggota. Dari aspek manajemen,

124 109 pengorganisasian kegiatan belum berjalan dengan baik dengan indikasi tidak ada pembagian kerja secara jelas. Dalam hal pelayanan, permasalahan ketidakmampuan untuk memberikan pinjaman kepada semua anggota yang mengajukan pinjaman dari sejak berdiri sampai saat ini masih tetap berlangsung. Secara finansial, KUSP tidak mampu mengembangkan sumber-sumber untuk meningkatkan aset di luar penghimpunan simpanan pokok dan simpanan wajib, sehingga ketimpangan antara kebutuhan pinjaman dan kemampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin besar. Kurangnya keswadayaan ini terkait dengan permasalahan yang terjadi di dalam KUSP. Masalah kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha merupakan penyebab ketidakmampuan KUSP menentukan pilihan terbaik bagi upaya memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota. Permasalahan yang terjadi dalam kepengurusan bukan saja terbatas pada kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi dan manajemen, tetapi juga mencakup sikap, motivasi dan kepentingan pengurus untuk mengembangkan KUSP. Dominasi tokoh masyarakat yang telah mapan sebagai pengurus dan ketakutan terhadap resiko perubahan menyebabkan KUSP cenderung mempertahankan pola-pola pelayanan yang telah lama berjalan. Hal ini juga menjadi penyebab KUSP tidak menjalin kemitraan usaha. Program pengembangan keswadayaan KUSP diarahkan pada peningkatan kapasitas organisasi dalam administrasi, manajemen dan pengembangan aset, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus, peningkatan partisipasi anggota dan pengembangan kemitraan usaha. Dalam rangka mencapai keberhasilan lebih optimal, pengembangan keswadayaan dilakukan dengan memanfaatkan peluang dan sumberdaya baik dari dalam KUSP maupun dari luar. Tinjauan Pengembangan Keswadayaan Model Verhagen di KUSP Pengembangan keswadayaan model Verhagen dengan delapan instrumen pengembangannya telah diterapkan dan dikaji oleh LSM di tiga negara yaitu Brazil, Thailand dan Indonesia. Kajian diprakarsai CEBEMO, suatu LSM internasional di Belanda pada beberapa kelompok usaha bersama. Di Indonesia,

125 110 kajian dilakukan pada tahun 1984 sampai 1986 oleh Bina Swadaya sebagai lembaga pengembangan swadaya di tujuh kelompok Usaha Bersama (UB) dalam wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil kajian yang dilaporkan Verhagen menunjukkan bahwa kinerja organisasi kelompok usaha bersama di Indonesia mengalami peningkatan. Seluruh UB menghasilkan surplus antara bunga pinjaman dengan bunga tabungan sebesar 2-3 persen. Surplus tersebut cukup untuk menutupi biaya-biaya adminstratif kelompok. Rasa kewajiban dan disiplin anggota meningkat, jarang sekali anggota tidak dapat melunasi pinjamannya. Dalam hal pemberian akses terhadap sumberdaya finansial, anggota yang miskin dapat memperoleh pinjaman untuk modal kerja atau memenuhi kebutuhan perumahan, pendidikan dan konsumsi lebih besar daripada di tempat lain. Penerapan instrumen pengembangan keswadayaan model Verhagen melibatkan Lembaga Pengembangan Swadaya (LPS) dan LSM dengan pola seperti Gambar 23. Lembaga Pengembangan Swadaya (LPS/LSM) Lembaga pendukung Delapan instrumen pengembangan swadaya Output antara Output akhir Sumber : Verhagen, 1996 Gambar 23 Elemen dan Pola Pengembangan Keswadayaan Permasalahan yang kemudian muncul untuk diterapkan di KUSP adalah siapa LPS/ LSM yang dilibatkan, sementara di wilayah ini tidak ada LPS/LSM yang telah teruji dalam pengembangan masyarakat? Pengembangan keswadayaan Verhagen yang dilakukan di UB melibatkan Bina Swadaya. LSM ini memberikan bimbingan kepada UB dengan bantuan dana dari RABO dan Kementerian Kerjasama pembangunan Belanda. Peran LSM dalam peningkatan manajemen dan permodalanub sangat besar. LSM disamping sebagai

126 111 pembimbing juga sebagai penyandang dana dalam peningkatan modal kelompok. Kendala dalam pengembangan KUSP menggunakan model ini adalah tidak ada pihak (LPS/LSM) sebagai pendamping dan mendukung pendanaan. Sejak 1980, pemerintah mewajibkan bank umum untuk menyisihkan sekitar 20% dari jumlah kredit untuk disalurkan kepada golongan ekonomi lemah. Pada tahun 1986 Lokakarya di Nanjing (RRC) yang gelar oleh APRACA (Asia and Pacific Rural and Agricukture Credit Assosiation) dan juga diikuti oleh Bina Swadaya menghasilkan rekomendasi agar perbankan mengembangkan sistem pelayanan yang dapat menjangkau kelompok usaha bersama yang beranggotakan kelompok masyarakat atau pengusaha kecil. Rekomendasi ini bermuara pada proyek Pengembangan Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) yang melibatkan Bank Indonesia dan BRI (keduanya anggota APRACA). Setelah itu, BI juga memfasilitasi hubungan antara bank dengan LKM melalui program Pengembangan Hubungan Bank dengan LKM (PHBL). Pola hubungan ini merupakan sumberdaya penting yang memberikan peluang bagi KUSP dalam meningkatkan kemampuan usaha dan permodalan melalui kemitraan dengan bank pelaksana penyalur kredit. Di Kabupaten Temanggung, salah satu bank penyalur kredit mikro ini adalah Bank Pasar. Dalam pengembangan keswadayaan KUSP Gotong Royong, pola pengembangan keswadayaan model Verhagen yang melibatkan LSM sebagai lembaga pengembangan swadaya sulit dilakukan. Untuk mengatasi kendala tersebut, pengembangan keswadayaan KUSP tidak menerapkan secara penuh model Verhagen, tetapi langkah-langkah pengembangan melalui delapan instrumen sebagai acuan dalam penyusunan program. Penentuan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kondisi kelompok atas dasar kesepakatan bersama. Untuk mendukung pengembangan keswadayaan, mencakup peningkatan kemampuan administrasi, manajemen dan pengembangan aset adalah dengan menjalin kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD), Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan Bank Pasar. Pola pengembangan keswadayaan KUSP terlihat pada Gambar 24.

127 112 KUSP Lembaga pendukung: Badan PMD Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM RT, RW, Kelurahan Bank Pasar Instrumen pengembangan swadaya: 1. Menentukan partisipan 2. Kajian dan perencanaan partisipatif 3. Pendidikan dan pelatihan 4. Menggerakkan anggota 5. Konsultasi manajemen 6. Pengembangan kemitraan 7. Pertalian dengan program RT,RW dan pemerintah 8. Monitoring dan evaluasi. Output antara Output akhir Keterangan: : Hubungan langsung : Hubungan tidak langsung Gambar 24 Elemen dan Pola Pengembangan Keswadayaan KUSP Identifikasi Partisipan Penentuan partisipan dilakukan melalui diskusi kelompok yang diikuti pengurus, tokoh masyarakat, Petugas dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan anggota dengan difasilitasi pengkaji. Sebelum partisipan ditentukan, fasilitator mengungkapkan permasalahan, harapan dan peluang untuk mengembangkan KUSP berdasarkan hasil analisis permasalahan. Kemudian secara bersama-sama mengidentifikasi pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam pengembangan keswadayaan KUSP. Identifikasi partisipan ini mencakup pihak yang perlu dilibatkan dan perannya dalam pengembangan.

128 Berdasarkan hasil diskusi kelompok, pihak-pihak yang dilibatkan dalam 113 pengembangan keswadayaan adalah pengurus, anggota, tokoh masyarakat (pengurus RT dan ketua RW), dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Pihak yang terlibat dan peran masing-masing secara lebih jelas tersaji pada Tabel 14 Tabel 14 Pihak-pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Pengembangan Keswadayaan No Partisipan Peran 1 Pengurus 1. Menyelenggarakan reorganisasi 2. Menjalin kerjasama dengan Tokoh Masyarakat, Aparat Kelurahan, Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan Bank. 3. Mengikuti pendidikan dan pelatihan administrasi dan manajemen yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. 4. Mengikuti konsultasi administrasi dan manajemen KUSP dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM 5. Bertangungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan. 2 Anggota 1. Mengikuti penyuluhan dan rapat untuk meningkatkan kesadaran perlunya partisipasi. 2. Bersama pengurus melaksanakan reorganisasi. 3. Melaksanakan kegiatan yang disusun bersama. 3 Tokoh Masyarakat (RT, RW ) 4 Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM 1. Mendampingi dalam kegiatan reorganisasi, penyuluhan dan rapat anggota. 2. Mensosialisasikan dan menggerakkan warga masyarakat untuk mendukung pengembangan KUSP. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada pengurus, memfasilitasi permodalan dengan pemberian bantuan modal dan pendampingan dalam menjalin kemitraan dengan Bank Pasar. 5 Aparat Kelurahan Memfasilitasi kerjasama dengan Badan PMD atau kantor lain yang dapat mendukung KUSP. 6 Bank Pasar Menyalurkan kredit mikro melalui KUSP Sumber: Hasil Diskusi Kelompok

129 114 Gambar 25 Diskusi Penentuan Partisipan Kajian dan Perencanaan Partisipatif Proses Kajian dan Perencanaan Partisipatif Kajian partisipatif merupakan upaya bersama partisipan untuk memahami masalah dan mengidentifikasi sumber-sumber atau aktivitas yang dapat mendukung pengembangan. Kegiatan ini dimulai dengan pengkaji menyampaikan permasalahan berdasarkan hasil kajian, kemudian memfasilitasi peserta diskusi untuk mengkategorikan masalah dan menentukan prioritas masalah yang menjadi fokus untuk dipecahkan. Setelah masalah dikategorikan dan ditentukan prioritasnya, dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan KUSP. Langkah terakhir dari tahap ini adalah menyusun program kegiatan dengan melibatkan partisipan. Penentuan Masalah dan Identifikasi Sumber-sumber Hasil diskusi kelompok tentang penentuan masalah dan identifikasi sumbersumber yang melibatkan partisipan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Prioritas masalah/ kebutuhan: a. Perlunya reorganisasi dan peningkatan kemampuan pengurus dalam mengelola KUSP

130 115 b. Masalah pemenuhan pinjaman yang tidak sesuai dengan jumlah anggota yang mengajukan (masalah aset). c. Masalah kemitraan usaha. 2. Sumber-sumber dan peluang yang dapat mendukung pengembangan: a. Tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota dalam pembayaran simpanan dan angsuran pinjaman dan dukungan anggota untuk meningkatkan aset KUSP. Tingkat partisipasi dalam pembayaran dan pernyataan dukungan ini dapat direalisasikan untuk mengembangkan aset dan sumber-sumber aset KUSP dengan meningkatkan simpanan wajib dan mengembangkan pelayanan simpanan di luar simpanan wajib. b. Pengurangan biaya konsumsi rapat setiap bulan dan dukungan anggota untuk meningkatkan aset dengan peningkatan jumlah simpanan wajib dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 3.000,00 sampai Rp 5.000,00 dan penyelenggaraan tabungan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib untuk mengembangkan aset dari dalam KUSP. c. Adanya iuran warga RT untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap bulan Rp 1.500,00 (mulai September 2006 akan dinaikkan menjadi Rp 2.000,00) yang dapat disimpan di KUSP untuk menambah permodalan. d. Banyaknya anggota yang muda dengan tingkat pendidikan cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kepengurusan. e. Adanya program pembinaan lembaga-lembaga perkreditan pedesaan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) yang antara lain menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan masyarakat. Jalinan dengan program ini memungkinkan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengurus. f. Adanya program dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM yang memberikan pendampingan, bantuan permodalan dan memfasilitasi peningkatan permodalan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan bagi kelompok yang telah berbadan hukum atau berbentuk koperasi. Peluang ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas pengurus, perbaikan administrasi dan manajemen KUSP dan pengembangan aset.

131 116 g. Terdapat program kredit mikro untuk masyarakat dari Bank Pasar yang dapat menyalurkan kredit kepada kelompok usaha atau koperasi. 3. Cara mengatasi: a. Reorganisasi kepengurusan dengan menambah pengurus baru dari kalangan muda b. Mengikutsertakan pengurus dalam pendidikan dan pelatihan pengelolaan KUSP dalam aspek adminsitrasi, manajemen dan pengelolaan aset. c. Meningkatkan simpanan wajib anggota d. Menyelenggarakan tabungan hari raya dan tabungan lain di luar simpanan wajib. e. Menyimpan iuran warga RT untuk perayaan HUT kemerdekaan RI setiap bulan Rp di KUSP. f. Memanfaatkan pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM untuk menjalin kemitraan dengan Bank Pasar. 4. Hambatan: a. Program pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD masih terbatas. Pendidikan dan pelatihan didasarkan atas usulan desa dan diikuti oleh perwakilan dari desa dengan peserta setiap desa terbatas dua orang. Waktu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan juga masih terbatas. Selama ini hanya dilaksanakan satu tahun sekali. Sementara program bantuan permodalan dari Badan PMD sudah dihentikan karena dinilai tidak efektif dan bantuan modal secara bergulir mengalami kemacetan dalam pengembaliannya. b. Program pendidikan dan pelatihan, fasilitas permodalan dan pendampingan untuk menjalin kemitraan serta advokasi dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM hanya diperuntukkan bagi koperasi atau unit simpan pinjam yang telah berbadan hukum. Demikian juga prosedur untuk menjalin kemitraan dengan Bank Pasar dalam menyalurkan kredit mikro untuk masyarakat juga mensyaratkan unit simpan pinjam yang telah berbadan hukum. Hambatan prosedural ini menyebabkan KUSP tidak dapat memanfaatkan program tanpa melakukan reorganisasi dengan pengubahan status berbadan hukum.

132 117 Secara lebih ringkas, hasil penentuan masalah, identifikasi sumber-sumber, cara mengatasi dan hambatan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Masalah/kebutuhan, Cara Mengatasi dan Sumber yang Mendukung Pemecahan Masalah Berdasarkan Hasil Diskusi Kelompok. No Masalah/ Kebutuhan Cara Mengatasi Sumber yang mendukung Hambatan 1. Perlunya reorganisasi dan peningkatan kemampuan pengurus a. Reorganisasi pengurus b. Pendidikan dan latihan a. Banyaknya anggota dari kalangan muda dan berpendidikan cukup tinggi. b. Program Diklat dan pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Keikutsertaan dalam diklat yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM baru dapat dilakukan setelah KUSP memiliki badan hukum. 2. Kurangnya aset (modal) KUSP a. Peningkatan simpanan wajib b. Penyelenggaraan tabungan hari raya c. Penyimpanan uang RT a. Dukungan anggota b. Dukungan tokoh masyarakat KUSP harus menyediakan uang tunai menjelang hari raya atau pada saat RT membutuhkan. 3. Tidak menjalin kemitraan Menjalin kerjasama dengan Bank Pasar dengan memanfaatkan fasilitas pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Program fasilitas permodalan dan pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Prosedur untuk memperoleh fasilitas permodalan dan pendampingan serta penyaluran kredit dari bank mensyaratkan kelompok yang berbadan hukum. Sumber: Hasil Diskusi Kelompok Berdasarkan hasil assessmen masalah / kebutuhan, cara mengatasi dan identifikasi sumber-sumber yang dapat mendukung keswadayaan tersebut, kemudian disusun program pengembangan keswadayaan yang melibatkan partisipan melalui diskusi kelompok.

133 118 Gambar 26 Diskusi Perumusan Masalah dan Penyusunan Program Program Pengembangan Keswadayaan KUSP Proses Penyusunan Program Program disusun dengan melibatkan pengurus, anggota dan partisipan yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya melalui diskusi kelompok. Proses penyusunan program diawali dengan penyadaran terhadap masalah KUSP. Pengkaji menyampaikan permasalahan, sumber-sumber dan peluang mengembangkan KUSP, cara mengatasi dan hambatan dalam pengembangan keswadayaan KUSP berdasarkan hasil diskusi kelompok. Sebelum program disusun, pengkaji menjelaskan tentang model pengembangan kelompok usaha yang dikembangkan Verhagen, yang mencakup delapan langkah pengembangan. Kemudian menawarkan delapan langkah tersebut kepada peserta diskusi. Hasilnya adalah semua peserta diskusi yang terdiri dari semua pengurus KUSP dan beberapa anggota menyetujui dengan syarat disesuaikan dengan kemampuan kelompok untuk melaksanakan. Setelah model pengembangan disetujui, pembahasan penyusunan program dilakukan bersama melalui diskusi berdasarkan delapan langkah pengembangan keswadayaan lembaga, yang meliputi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, menggerakkan anggota, konsultasi manajemen, pengembangan kemitraan, pertalian dengan program pengembangan masyarakat dari RW, kelurahan dan pemerintah, pengembangan kemitraan usaha, monitoring dan evaluasi.

134 119 Tujuan Tujuan umum dari pengembangan keswadayaan KUSP adalah mewujudkan KUSP Gotong Royong yang mandiri, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan baik dalam aspek ekonomi mapun sosial secara berkelanjutan. Tujuan ini dicapai melalui : 1. Reorganisasi KUSP dan peningkatan kemampuan pengurus serta anggota dalam mengelola KUSP 2. Mengembangkan aset dan sumber-sumber aset dari dalam KUSP. 3. Mengembangkan kemitraan. 4. Mengembangkan interaksi KUSP dengan masyarakat. Rencana Kegiatan Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan KUSP adalah menerapkan instrumen pengembangan keswadayaan. Modifikasi dan penyesuaian dalam penerapan instrumen pengembangan keswadayaan dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pengurus, anggota dan partisipan lain yang terlibat dalam pengembangan keswadayaan. Sebelum langkah pengembangan keswadayaan diterapkan, beberapa prasyarat harus dipenuhi oleh KUSP untuk dapat menjalin kerjasama dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan mengembangkan kemitraan dengan lembaga keuangan (Bank Pasar). Prasyarat tersebut adalah KUSP telah berbadan hukum atau dalam bentuk koperasi. Oleh karena itu, tahap awal dari rencana kegiatan adalah persiapan KUSP untuk memperoleh badan hukum. Hasil diskusi kelompok dalam penyusunan program secara lebih rinci disajikan pada Tabel 16.

135 109 Tabel 16 Rencana Kegiatan Pengembangan Keswadayaan KUSP No Tahapan Program 1. Reorganisasi KUSP 2. Pendidikan dan pelatihan 3. Pengembangan aset dan sumber aset 4. Konsultasi manajemen Pergantian / penambahan kepengurusan. Kegiatan Tujuan Partisipan Waktu Pelaksanaan Penyusunan anggaran dasar (AD/ART). Pengembangan forum diskusi antar pengurus dan anggota Mengubah status kelompok menjadi badan hukum. Penyuluhan tentang pengelolaan KUSP dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Diskusi tentang pengelolaan KUSP untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola KUSP antara pengurus dan anggota. Mengikuti Diklat adminsitrasi, manajemen dan pengelolaan aset untuk pengurus yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Peningkatan simpanan wajib Penyelenggaraan tabungan hari raya Penghimpunan keuangan RT Konsultasi dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dalam pengembangan manajemen KUSP, mencakup penyusunan program kerja, pembagian tugas, pembukuan, pengembangan pelayanan dan evaluasi. Menguatkan kinerja pengurus Meningkatkan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Memenuhi prosedur pemanfaatan pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan kemitraan dengan Bank Pasar. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan administrasi, manajemen dan pengembangan aset KUSP Meningkatkan permodalan dari dalam KUSP Meningkatkan kemampuan pengelolaan KUSP Pengurus Anggota Tokoh Masyarakat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Pengurus Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM 16 Februari sampai 16 Mei sampai 31 Juni 2007 Mulai 1 Maret 2007 Mulai 1 Juli 2007 Indikator Keberhasilan Tersusun kepengurusan baru Tersusun anggaran dasar. Terlaksana forum diskusi antara pengurus dan anggota KUSP memperoleh badan hukum dan memanfaatkan pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Bertambahnya pengetahuan dan motivasi anggota dalam pengelolaan KUSP Meningkatnya partisipasi anggota dalam pengelolaam KUSP Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi, manajemen dan pengelolaan aset. Membaiknya administrasi dan manejemen KUSP. Mulai tahun 2007, Jumlah simpanan wajib meningkat dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 4.000,00. Anggota membayar simpanan wajib dengan disiplin. Terselenggara tabungan hari raya dan simpanan keuangan RT mulai tahun buku Jumlah aset KUSP meningkat dua kali lipat pada akhir tahun tutup buku Kemampuan pengurus dalam administrasi dan manajemen meningkat. Membaiknya pembukuan KUSP Membaiknya manajemen pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial. 120

136 110 No Tahapan Program Kegiatan Tujuan Partisipan Waktu Pelaksanaan Indikator Keberhasilan 5. Menjalin kerjasama dengan lembaga masyarakat, RT, RW dan pemerintah Mensosialisasikan program pengembangan KUSP kepada masyarakat. Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan bersama. Menghimpun dana 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RT dan RW. Kerjasama dengan pemerintah kelurahan untuk memperoleh fasilitas pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan pedesaan dari Badan PMD. Menguatkan kelembagaan Mendukung pengembangan masyarakat. Meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan menajemen KUSP Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Aparat kelurahan Badan PMD. Mulai 1 Agustus 2007 Semakin banyak anggota dari luar RW IV Kwaluhan yang masuk menjadi anggota KUSP. Mulai tahun buku 2006, terhimpun dana dari KUSP sebesar 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RW. Pada bulan September 2007, pengurus mengikuti pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi dan manajemen. 6. Membangun kemitraan dengan bank Menjalin kemitraan dalam penyaluran kredit mikro dari Bank Pasar. Mengikuti pembinaan dalam administrasi, manajemen dan pengelolaan aset dari Bank Pasar. Memperkuat permodalan. Memenuhi kebutuhan pinjaman anggota Meningkatkan kemampuan administrasi dan manajemen KUSP. Pengurus Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Bank Pasar Mulai Oktober 2007 Terbangun pola kemitraan antara Bank Pasar dan KUSP, KUSP menjadi lembaga mediasi penyalur kredit mikro Bank Pasar. Semua anggota yang memenuhi persyaratan untuk meminjam dapat dipenuhi pinjamannya. Kemampuan administrasi dan manajemen KUSP meningkat. 7. Monitoring dan evaluasi Penyusunan indikator keberhasilan kegiatan. Monitoring pelaksanaan tahapan kegiatan pengembangan bersama seluruh partisipan. Evaluasi terhadap tingkat pencapaian tujuan pengembangan bersama seluruh partisipan. Memperoleh pedoman dalam momitoring dan evaluasi. Menilai efektifitas dan efisiensi kegiatan Menilai tingkat ketercapaian tujuan (keberhasilan) program pengembangan. Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Bank. Mulai 16 Februari 2007 dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap 3 bulan. Tersusun pedoman monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama partisipan secara periodik. Sumber: Hasil Diskusi Kelompok 121

137 122 Reorganisasi KUSP Reorganisasi adalah menata kembali keorganisasian KUSP. Reorganisasi ini dilakukan untuk memperkuat kepengurusan KUSP dan memenuhi prosedur untuk menjalin kerjasama dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM serta kemitraan dengan Bank. Persyaratan untuk memperoleh pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Kabupaten Temanggung berupa fasilitas permodalan, pendidikan dan pelatihan, pendampingan dan advokasi dalam menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan (bank) adalah apabila telah berbadan hukum. Prosedur yang harus dipenuhi unit simpan pinjam untuk memperoleh badan hukum adalah: 1. Kelompok dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. 2. Mengadakan rapat pembentukan yang dihadiri oleh para pendiri. 3. Membuat permohonan ke Bupati Temanggung Cq Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dengan melampiri: akta pendirian, daftar nama pendiri, berita acara pembentukan, surat bukti penyetoran modal anggota berupa simpanan pokok dan simpanan wajib, rencana kerja dalam tiga tahun, dan menyetorkan modal tetap sebesar Rp 15 juta di bank pemerintah atas nama pengurus (setoran ini dapat ditarik kembali dalam waktu 2 atau 3 hari), administrasi dan pembukuan. Keuntungan yang dapat diperoleh oleh KUSP apabila memperoleh badan hukum adalah: 1. Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM bertanggung jawab terhadap pembinaannya, sehingga akan memperoleh fasilitas sebagai berikut: a. Memperolah fasilitas permodalan, yaitu bantuan permodalan dan kredit untuk permodalan. b. Mengikutsertakan pengurus dalam pendidikan dan pelatihan pengelolaan kelompok mencakup administrasi dan manajemen lembaga keuangan. c. Memperoleh pendampingan untuk menjalin kemitraan dengan lembagalembaga keuangan (bank, koperasi, BPR). d. Memperoleh pelayanan advokasi apabila KUSP mengalami masalah yang berkaitan dengan pelanggaran hukum atau yang mengakibatkan kerugian,

138 123 seperti kecurangan pengurus, ketidaktepatan mengembalikan kredit disebabkan oleh keterlambatan pengembalian pinjaman dari anggota. 2. KUSP dapat menjalin kemitraan dengan bank dan sebagai mediator dalam penyaluran kredit untuk usaha produktif anggota. Penyaluran kredit bank dapat dilakukan melalui KUSP dengan jaminan nonkonvensional atau berupa liabilitas kelompok. Kelemahan dan ancaman yang dapat ditimbulkan apabila kelompok usaha berbadan hukum atau dalam bentuk koperasi adalah kelompok dapat terjebak menjadi koperasi bukan sejati (pseudo-cooperative), yang hanya memenuhi karakteristik formal seperti terdaftar secara hukum, keorganisasian, hak dan kewajiban diatur secara formal. Karakteristik sebagai koperasi sebenarnya yaitu otonomi organisasi dan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan terancam oleh intervensi dari luar (pemerintah), atau dengan kata lain secara de jure merupakan lembaga ekonomi masyarakat, tetapi secara de facto dikontrol oleh pemerintah. Untuk menghindari hal tersebut, otonomi organisasi dalam reorganisasi KUSP tetap dipertahankan. Dalam pelaksanaan pelayanan, prosedur formal (ketentuan-ketentuan perkoperasian) disesuaikan dengan kondisi kelompok. Perubahan yang dilakukan lebih banyak pada adminsitrasi dan pembukuan, sehingga secara formal, KUSP dapat memenuhi prosedur untuk memanfaatkan pelayanan publik dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM serta menjalin kemitraan dengan Bank Pasar. Reorganisasi KUSP dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Menyusun anggaran dasar baru secara partisipatif. 2. Menyusun struktur organisasi baru dan pembagian kerja pengurus secara lebih jelas baik mencakup bidang kerjanya maupun tugas pokok masing-masing pengurus. 3. Mengembangkan forum diskusi antara pengurus dan anggota. 4. Menambah kepengurusan dari anggota dari kalangan muda yang potensial sesuai dengan bidang kerja. 5. Melakukan memperbaiki administrasi dan pembukuan. 6. Merubah status KUSP menjadi badan hukum dengan langkah: a. Menghimpun dana dari seluruh anggota untuk biaya pengurusan badan

139 124 hukum (setoran modal awal dan pengurusan akta notaris). Setelah persyaratan setoran modal awal terpenuhi, setoran ditarik kembali untuk menambah modal KUSP. b. Memanfaatkan fasilitas pendamping dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM untuk pengubahan status badan hukum. 7. Reorganisasi dilakukan bersamaan dengan Rapat Anggota Tahunan Tutup Buku Tahun 2006, bulan Februari 2007, dengan melibatkan pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan difasilitasi oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Keberhasilan dari reorganisasi KUSP dilihat dari indikator sebagai berikut: 1. Tersusun anggaran dasar dasar baru yang aspiratif dengan memberikan kesempatan kepada anggota untuk terlibat dalam pengelolaan KUSP. Anggaran dasar ini mencakup tujuan, landasan operasional (moto), struktur organisasi, reorganisasi pengurus, pembagian bidang kerja dan tugas pokok pengurus, mekanisme pelayanan, peranan anggota, hak dan kewajiban anggota, dan ketentuan-ketentuan dalam pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial. 2. Tersusun kepengurusan baru sesuai dengan AD/ART. 3. Terselenggara forum diskusi antar pengurus dan anggota. 4. KUSP memperoleh badan hukum, sehingga dapat memenuhi prosedur untuk memanfaatkan pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan menjalin kemitraan dengan Bank. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan administrasi, manajemen dan pengembangan aset KUSP. Sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan ini mencakup peningkatan motivasi, pengembangan pengetahuan dan teknik administrasi serta manejemen lembaga keuangan (aspek teknik dan manajerial). Kegiatan pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan: 1. Penyuluhan tentang pentingnya peningkatan kemampuan pengelolaan KUSP,

140 125 perlunya partisipasi pengurus dan anggota, teknik-teknik administrasi dan manajemen dan pengelolaan serta pengembangan aset. Penyuluhan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM yang diikuti oleh seluruh pengurus dan anggota serta tokoh-tokoh masyarakat. 2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan adminsitrasi, manajemen dan pengelolaan aset untuk pengurus yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Pengurus yang diikutkan dalam pendidikan dan pelatihan adalah perwakilan dari pengurus yang telah lama dan pengurus yang baru hasil reorganisasi. Hasil dari pendidikan dan latihan kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan diskusi antar pengurus, sehingga terjadi saling belajar diantara pengurus dan terjadi komitmen bersama dalam penerapannya di KUSP. 3. Diskusi tentang pengelolaan KUSP untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola KUSP antara pengurus dan anggota. Diskusi ini dilakukan untuk menindaklanjuti hasil penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta penerapannya dalam pengelolaan KUSP. Tokoh masyarakat berperan sebagai fasilitator. Dalam diskusi ini, pengurus dan anggota bersama-sama menyusun program kerja, memperbaiki pembukuan, menyusun rencana kegiatan pelayanan, dan memecahkan masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial secara bersama-sama. Dengan diskusi akan terjadi pendidikan dan pelatihan dua arah (education and mutual training). Pengurus dan anggota yang telah memiliki kemampuan administrasi dan manajemen mentranfer pengalamannya kepada pengurus dan anggota lain, sehingga tercipta saling belajar dan saling memberi pengalaman. Indikator keberhasilan dari program pendidikan dan pelatihan ini adalah: 1. Bertambahnya pengetahuan anggota dalam pengelolaan KUSP. Peningkatan pengetahuan dan motivasi anggota KUSP ini dilihat dari intensitas tanya jawab dalam proses diskusi setelah penyuluhan dilaksanakan. 2. Meningkatnya partisipasi anggota dalam pengelolaam KUSP.

141 126 Meningkatnya partisipasi ini dilihat dari: a. Tingkat kehadiran anggota dalam rapat rutin meningkat, minimal tiga perempat jumlah anggota hadir setiap rapat. b. Anggota disiplin dalam membayar simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman sesuai ketentuan yang disepakati bersama. 3. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi, manajemen dan pengelolaan aset. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini dilihat dari: a. Pengurus dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan anggota KUSP terlibat dalam penyusunan program, misalnya menyelenggarakan diskusi atau musyawarah bersama pengurus dan anggota. b. Pengurus dan anggota dapat bersama-sama menyusun program kerja. c. Pengurus dapat memperbaiki pembukuan KUSP. d. Pengurus dapat melaksanakan pelayanan lebih cepat dan tepat. 4. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah membaiknya administrasi dan manejemen KUSP. Pengembangan aset dan sumber aset Pengembangan aset dan sumber aset dilakukan dengan mobilisasi sumberdaya. Mobilisasi sumberdaya merupakan proses pemanfaatan dan penggerakan sumberdaya ke dalam operasional kelompok. Tujuannya adalah memperkuat permodalan dari dalam kelompok untuk meningkatkan pelayanan keuangan terhadap anggota. Pengembangan aset dan sumber-sumber aset dari dalam KUSP dilakukan dengan: 1. Meningkatkan jumlah simpanan wajib dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 4.000,00. Agar tidak menambah beban anggota, biaya konsumsi rapat setiap bulan untuk makanan kecil dikurangi dari Rp 1.500,00 menjadi Rp 5.00,00 untuk minum. 2. Menyelenggaraan tabungan hari raya dan tabungan lain di luar simpanan pokok dan simpanan wajib. Tabungan yang diselenggarakan adalah tabungan berjangka, penarikan hanya dilakukan pada periode tertentu, sehingga KUSP mempunyai kesempatan untuk menyediakan uang tunai.

142 Menghimpun atau menyimpan keuangan RT hasil iuran warga untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap bulan Rp Rp 2.000,00 setiap KK. Indikator keberhasilan pengembangan aset dan sumber aset adalah: 1. Mulai tahun buku 2007, jumlah simpanan wajib meningkat dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 4.000, Anggota membayar simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman dengan disiplin sesuai ketentuan yang telah disepakati. 3. Mulai tahun buku 2007, terselenggara tabungan hari raya dan simpanan keuangan RT. 4. Jumlah aset KUSP meningkat dari Rp 18,5 juta tahun 2005 menjadi Rp 30 juta akhir tahun Konsultasi Manaje men Konsultasi manajemen adalah proses pemberian nasehat (advice) agar KUSP dapat bekerja secara efisien. Konsultasi manajemen dilakukan pada saat penyusunan program kerja, mengalami masalah finansial, timbul masalah dalam pelaksanaan pelayanan simpan pinjam atau ketika kelompok membutuhkan nasehat atau bantuan. Dalam konsultasi manajemen ini, pihak yang dilibatkan adalah dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Konsultasi manajemen dilakukan dengan memanfaatkan program pendampingan dan advokasi yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Teknik pelaksanaannya dapat mendatangi kantor tersebut atau menghadirkan mereka ke KUSP. Dalam konsultasi ini, Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM memberikan bimbingan bagaimana menyusun rencana, pembukuan keuangan, pembagian dan pengorganisasian kerja, mengembangkan aset, menyusun pelaporan, evaluasi dan memecahkan masalah yang timbul pada saat penyelengaraan simpan pinjam. Keberhasilan konsultasi manajemen dilihat dari indikator sebagai berikut: 1. Kemampuan pengurus dalam administrasi dan manajemen meningkat. Kemampuan dalam administrasi dan manajemen ini diukur dari: a. Tersusun program kerja yang realistis dan dapat dilaksanakan oleh KUSP.

143 128 b. Pembukuan keuangan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh pengurus. c. Tugas-tugas pelayanan dapat lebih cepat dan tepat. 2. Hasil akhir dari konsultasi manajemen ini adalah membaiknya pembukuan KUSP, yaitu dapat tersusun pembukuan lembaga keuangan dan pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial lebih cepat dan tepat sesuai kondisi spesifik KUSP. Pengembangan Jejaring Pengembangan jejaring dilakukan untuk memecahkan masalah keterbatasan akses melalui kemitraan dengan Bank Pasar sebagai bank pelaksana penyaluran kredit mikro untuk usaha kecil. Bank pasar menyalurkan kredit mikro melalui KUSP dengan pengalihan agunan (collateral) dari bentuk konvensional menjadi liabilitas kelompok. Tujuan dari kemitraan ini adalah memperkuat permodalan dan meningkatkan kemampuan administrasi dan manajemen KUSP, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pinjaman anggota. Dalam membangun kemitraan ini, KUSP memanfaatkan program pendampingan dalam mengembangkan kemitraan yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. KUSP menjadi lembaga mediasi dalam penyaluran kredit mikro dari bank kepada masyarakat. Besarnya pinjaman dan pelaksanaan kemitraan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dan KUSP. Kemitraan dengan Bank Pasar ini menggunakan pola bank memberikan kredit langsung kepada KUSP. Tabungan KUSP disimpan oleh Bank Pasar, kemudian Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM memberikan dukungan terhadap proses konsultasi dan pelatihan. Secara lebih jelas, pola hubungan Bank Pasar dan KUSP disajikan pada Gambar 27 Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Bank Pasar KUSP Anggota Gambar 27 Model Hubungan Bank Pasar dengan KUSP

144 129 Dari Gambar tersebut, fungsi Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM adalah sebagai pendamping KUSP dalam menjalin kemitraan dengan memberikan bantuan teknis dan penyuluhan. Selanjutnya untuk menopang kegiatan kemitraan dilakukan langkah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kegiatan menabung. Seluruh anggota KUSP diwajibkan membayar simpanan wajib secara rutin dan disiplin, sehingga mempunyai kekuatan dasar dalam finansial. 2. Tabungan wajib anggota di simpan di Bank Pasar dan tidak dapat ditarik sepanjang pinjaman belum terlunasi. 3. Mengoptimalkan peran kelompok, yaitu memberikan kewenangan KUSP untuk melakukan distribusi kredit dan memobilisasi tabungan anggota termasuk dalam pencatatan dan administrasi, sehingga secara tidak langsung KUSP melaksanakan peran bank dalam skala kecil. 4. Pada awal kegiatan, rasio tabungan dan kredit 2:1, yaitu jumlah kredit yang yang dapat diberikan kepada anggota adalah setengah dari jumlah tabungan kelompok di Bank Pasar. Rasio ini dirubah setelah melihat perkembangan yang terjadi selama kegiatan berjalan. 5. Prosedur administrasi dilaksanakan secara sederhana. Anggota yang membutuhkan pinjaman untuk kebutuhan modal usaha cukup mengajukan pinjaman di KUSP dengan jaminan kelompok. 6. Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM memberikan pendampingan dan advokasi apabila terjadi resiko kerugian yang dialami anggota. 7. Biaya yang diperlukan untuk administrasi dikompensasikan melalui tingkat suku bunga yang berlaku. Apabila kegiatan berjalan normal, seluruh biaya yang diperlukan untuk menunjang mekanisme ini dipenuhi dari selisih bunga yang didapat dari pengembalian pinjaman. 8. Bank Pasar memberikan insentif kepada KUSP apabila dapat mengembalikan pinjaman dengan tetap dan rutin. Insentif dikirimkan melalui kelompok, sehingga dapat digunakan untuk menutupi biaya administrasi atau untuk mengurangi pegeluaran kelompok.

145 130 Keberhasilan pengembangan kemitraan ini diukur dari indikator sebagai berikut: 1. Terbangun pola kemitraan antara Bank Pasar dan KUSP, KUSP menjadi lembaga mediasi penyalur kredit mikro Bank Pasar. 2. KUSP dapat melaksanakan administrasi dan manajemen pelayanan keuangan sesuai standar yang diperlukan dalam penyaluran kredit. 3. Semua anggota yang memenuhi persyaratan untuk meminjam dapat dipenuhi pinjamannya. Membangun Jalinan Dengan RT, RW dan Kelurahan Keberadaan KUSP diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat setempat. Oleh karena itu, pertalian dengan program-program pengembangan masyarakat di tingkat RT, RW atau kelurahan perlu dilakukan. Pertalian ini dapat direalisasikan dengan mengintegrasikan kegiatan KUSP dengan kegiatan pengembangan masyarakat. Rapat rutin yang diadakan KUSP dijadikan arena untuk musyawarah bersama membahas masalah-masalah kemasyarakatan. Integrasi ini juga dapat dilakukan dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat seperti PKK, dawis, kelompok pemuda, kelompok yasinan dan sebagainya untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan kemasyarakatan. Jalinan dengan kegiatan masyarakat dilakukan dengan: 1. Mensosialisasikan program pengembangan KUSP kepada masyarakat. Sosialisasi program dilakukan oleh tokoh masyarakat (pengurus RT dan RW) dan aparat kelurahan kepada warga masyarakat. Tujuannya adalah untuk memperoleh dukungan dan mengembangkan keanggotaan dalam lingkup lebih luas, yaitu RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari dan masyarakat sekitarnya. 2. Menyelenggarakan simpanan dari uang kas lembaga-lembaga kemasyarakatan (PKK, Dawis, Kelompok Pemuda). 3. Menyisihkan dana sebesar 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RT/ RW.

146 Kerjasama dengan pemerintah kelurahan untuk memperoleh fasilitas pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan pedesaan dari Badan PMD. Pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD didasarkan atas usulan desa atau kelurahan dan diikuti oleh perwakilan dari desa atau kelurahan dengan peserta setiap desa terbatas dua orang. Melalui kerjasama ini, KUSP diusulkan oleh kelurahan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tujuannya adalah menguatkan kelembagaan dan meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan menajemen KUSP. Indikator keberhasilan jalinan dengan RT, RW dan Kelurahan ini diukur dari: 1. Semakin banyak anggota dari luar RT 02 dan RW IV Kwaluhan yang masuk menjadi anggota KUSP. 2. Mulai tahun buku 2006, terhimpun dana dari KUSP sebesar 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RW. 3. Pada tahun 2006, pengurus mengikuti pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD. 4. Hasil akhir dari jalinan ini adalah KUSP memperoleh dukungan dari masyarakat, dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan masyarakat dan meningkatknya kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan menajemen KUSP. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan dengan meninjau keefektifan aktivitas-aktivitas dalam setiap tahapan kegiatan, dan mengkaji tujuan khusus KUSP. Monitoring ini meliputi pengawasan dan penilaian terhadap program yang telah disusun dan penerapannya di lapangan. Pelaksanaan monitoring dilakukan bersama seluruh partisipan dan dilakukan secara periodik pada setiap akhir tahapan kegiatan melalui diskusi kelompok. Untuk menunjang keefktifan dalam monitoring, disusun instrumen pengawasan. Penyusunan instrumen dilakukan bersama seluruh partisipan.

147 132 Evaluasi merupakan proses penilaian secara sistematis tentang relevansi, keefektifan, dan ketercapaian tujuan. Evaluasi dalam kelompok usaha simpan pinjam dilakukan secara bersama-sama antara pengurus, anggota dan partisipan lain yang terlibat dalam pengembangan keswadayaan. Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui diskusi kelompok. Evaluasi dilakukan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai pada setiap tahapan kegiatan dan perkembangan KUSP secara periodik pada tahun tutup buku atau RAT. Untuk menunjang keefktifan dalam evaluasi, disusun instrumen evaluasi. Penyusunan instrumen dilakukan bersama seluruh partisipan. Keberhasilan kegiatan monitoring dan evaluasi diukur dari indikator sebagai berikut: 1. Tersusun pedoman monitoring dan evaluasi yang dilakukan bersama partisipan. 2. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama seluruh partisipan secara periodik. Pada akhirnya, keberhasilan dari pengembangan keswadayaan ini adalah meningkatnya pelayanan KUSP yang diwujudkan dengan: 1. KUSP mampu menyelenggarakan pelayanan sendiri dengan menggunakan sumber-sumber yang ada. 2. KUSP mampu memenuhi kebutuhan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial bagi anggota-anggotanya sesuai dengan ketentuan yang disepakati dan jumlah anggota yang membutuhkan. 3. KUSP dapat memberikan kontribusi terhadap stabilitas kehidupan masyarakat.

148 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Keswadayaan KUSP Kelompok Usaha Simpan Pinjam Gotong Royong kurang swadaya dalam menyelenggarakan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya. Dalam aspek kemandirian administrasi, program-program belum disusun partisipatif dan secara substansi, tidak dapat mengantisipasi peningkatan kebutuhan pinjaman anggota. Dari aspek kemandirian manajemen, pembagian kerja diantara pengurus tidak jelas. Pelaksanaan pelayanan yang mencakup penghimpunan simpanan, pemberian pinjaman dan jaminan sosial dapat berjalan cukup baik. Pembayaran simpanan pokok, simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman berjalan lancar. Namun demikian, ketidakmampuan untuk memberikan pinjaman kepada semua anggota yang mengajukan pinjaman tidak dapat dipecahkan sejak KUSP ini berdiri. Dalam hal kemandirian aset, secara finansial tidak mampu memenuhi kebutuhan pinjaman semua anggota. Perkembangan aset KUSP tidak sebanding dengan kebutuhan pinjaman anggota, sehingga ketimpangan antara kebutuhan pinjaman dan kemampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin besar. KUSP juga tidak mampu mengembangkan sumber-sumber untuk meningkatkan aset di luar penghimpunan simpanan pokok dan simpanan wajib. Pengembangan sumber-sumber permodalan dari luar simpanan pokok dan simpanan wajib belum dilakukan. Ketakutan terhadap resiko dari pengurus merupakan penyebab utama KUSP tidak melakukan upaya tersebut. Faktor Penghambat dan Pendukung Keswadayaan Kurangnya keswadayaan KUSP terkait dengan kepengurusan, tingkat partisipasi anggota dan tidak adanya kemitraan. Dalam kepengurusan, motivasi untuk mengadakan perubahan dari pengurus untuk mengembangkan pelayanan kurang. Dalam aspek pengetahuan dan keterampilan, semua pengurus KUSP tidak ada yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan KUSP.

149 134 Peningkatan pengetahuan pengurus dilakukan dengan membaca perkoperasian, bertukar pendapat antar pengurus, dan mempelajari laporan dari koperasi. Keterampilan yang dimiliki oleh pengurus diperoleh dari pengalaman yang telah dilakukan di KUSP. Tingkat partisipasi anggota dalam mengikuti kegiatan, pelaksanaan pelayanan dan memanfaatkan pelayanan cukup tinggi. Namun demikian, partisipasi anggota dalam perencanaan kurang. Partisipasi mereka lebih banyak menyetujui atau menolak rencana yang disusun pengurus. Strategi Pengembangan Keswadayaan Program pengembangan keswadayaan KUSP diarahkan pada pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan dengan memanfaatkan peluang dan sumberdaya baik dari dalam KUSP maupun dari luar. Penyusunan program dilakukan secara partisipatif melalui diskusi yang melibatkan pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan partisipan lain yang terkait. Penyusunan program didasarkan pada delapan langkah pengembangan keswadayaan lembaga. Delapan instrumen tersebut meliputi identifikasi partisipan, kajian dan perencanaan partisipatif, pendidikan dan pelatihan, mobilisasi sumberdaya, konsultasi manajemen, jalinan dengan lembaga-lembaga masyarakat dan program pengembangan masyarakat dari pemerintah, membangun jejaring melalui kemitraan, monitoring dan evaluasi. Rekomendasi Dalam rangka memelihara kesinambungan dan mencapai keberhasilan program pengembangan keswadayaan, diperlukan kondisi yang dapat mendukung langkah-langkah pengembangan. Oleh karena itu, rekomendasi diberikan kepada: 1. Pemerintah Kelurahan Sampai saat ini, program pengembangan non fisik masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan di Kelurahan Kertosari yang terbukti dari kesenjangan yang amat besar dari alokasi anggaran pembangunan fisik dengan non fisik. Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah kelurahan melakukan perubahan dengan menambah porsi pengembangan non fisik termasuk

150 135 mendukung penguatan kelembagaan KUSP. Program penguatan kelembagaan yang dilaksanakan oleh kelurahan melalui Program Gerbang Dusunku masih terbatas pada bantuan sejumlah dana, dan itupun kecil nilainya (Rp ,00-Rp ,00) tanpa diikuti dengan program peningkatan kemampuan masyarakat untuk mengelola kelembagaan secara efektif, misalnya dengan pendidikan dan latihan menyusun rencana, pelatihan manajemen kelembagaan, membangun jaringan dan sebagainya. Oleh karena itu Pemerintah Kelurahan perlu memfasilitasi peningkatan kemampuan pengelolaan lembaga termasuk KUSP untuk dapat memanfaatkan program pengembangan lembaga-lembaga perkreditan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang juga menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan. 2. Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Pelayanan publik dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM sering terbentur oleh prosedural, sehingga masyarakat kurang kesempatan untuk memanfaatkan pelayanan. Sebagai contoh, pendidikan dan pelatihan pengelolaan usaha simpan pinjam, pendampingan dan fasilitas permodalan hanya dapat diberikan kepada usaha yang telah berbadan hukum. Oleh karena itu, perlu mengembangkan kebijakan yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kelompok usaha masyarakat agar dapat memanfaatkan pelayanan publik dengan mempermudah prosedur penerimaan pelayanan.

151 DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia dan Lembaga Penelitian Smeru, 2001, Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta, Lembaga Penelitian Smeru. Bantacut T, Sutrisno dan Dewi Fortuna AR, 2001, Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Usaha Kecil dan Menengah dalam Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, Editor Herman Haeruman dan Eriyatno, 2001, Jakarta, Yayasan Mitra Obor Pembangunan Desa-Kota dan Business Innovation Center of Indonesia. Bina Swadaya, 1986, Pengembangan Aktivitas Ekonomi melalui Kemandirian Organisasi, Jakarta, Badan Pengembangan Swadaya Masyarakat. Cartwright dan Zander, 1988, Group Dynamics, Research and Theory, London, Harper and Row Publishers Chaniago, Arifinal, 1982, Perkoperasian Indonesia, Bandung, Angkasa DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley, 1992, Social Work: An Empowering Profession, Boston, Allyn and Bacon Friedman, John, 1992, Empowerment, the Political of Alternative Development, Blacwell, Massachussets. Garvin, Charles, 1986, Contemporary Group Work, New Jersey, Prentice Hall Inc, Englewood Cliff. Gunardi, Seldadyo H. dkk, 1994, Kredit untuk Rakyat, dari Mekanisme Arisan Hingga BPR, Bandung, Akatiga. Haeruman, Herman dan Eriyatno Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal, Jakarta, Yayasan Mitra Obor Pembangunan Desa-Kota dan Business Innovation Center of Indonesia. Ife, Jim, 2002, Community Development Community Based Alternatives in an Age of Globalizationd Scond Edition, Australia, Pearson Education. Jamasy, Owin, 2004, Keadilan, Pemberdayaan, dan Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta, BLANTIKA. Komite Penanggulangan Kemiskinan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Jakarta, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Lembaga Studi Pembangunan STKS Bandung dan Pusat Penelitian dan Pengembangan UKS Balatbangsos, 2003, Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial, Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, Bandung, STKS Bandung Press.

152 137 Nasdian, Fredian Tony, 2005 Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB. Nugroho, Heru, 1997, Pendayagunaan Institusi-Institusi Mediasi Dalam rangka Penggalangan Dana Untuk Usaha Kecil Fisipol-UGM dalam Diskusi Ahli: Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil Di Indonesia Editor Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin, 1997, Bandung, Yayasan Akatiga, PEP LIPI, Yayasan Mitra Usaha, The Asia Foundation. Pandjaitan, K. Nurmala, 2005, Perilaku Manusia dan Lingkungan Sosial Jurusan Ilmu-ilmu sosial ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB Peterman, 2000, Neighborhood Planning and Community-Based Development, The Potential and Limits of Grassroots Action, London, Sage Publications Sarlow. Steven Values. Ethics and Social Work London, MacMillan Press Ltd. Salam, A, 2004, Mendorong Akselerasi Intermediasi kepada Usaha Mikro dan Kecil melalui Linkage Program. Jakarta: Gema PKM Indonesia. Sherraden, Michael, 2005, Aset Untuk Orang Miskin, Perspektif Baru Usaha Pengentasan Kemiskinan, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Siswanto, 2005, Pengantar Manajemen Jakarta, Bumi Aksara. Sitorus, Felix dan Ivanovich Agusta, 2005, Metode Kajian Komunitas Jurusan Ilmu-ilmu sosial ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB Soekanto, Soerjono, 2005, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta, Raja Grafindo Persada. Suharto, Edi, 2005, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat Bandung, Aditama Sumodiningrat, Gunawan, 1997 Pelayanan Kredit Untuk Masyarakat Lapisan Bawah, Bappenas, dalam Diskusi Ahli: Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil Di Indonesia, Editor Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin, 1997, Bandung, Yayasan Akatiga, PEP LIPI, Yayasan Mitra Usaha, The Asia Foundation Supriyanto, BJ, 1997, Micro Banking Untuk Micro Enterpreneurs dalam Diskusi Ahli: Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil Di Indonesia, Editor Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin, 1997, Yayasan Akatiga, PEP LIPI, Yayasan Mitra Usaha, The Asia Foundation Yusman Syaukat dan Sutara Hendrakusumaatmadja, 2005, Pengembangan Ekonomi Lokal Jurusan Ilmu-ilmu sosial ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB

153 138 Tansey, M.M & L.F Ziegler,1991, The Micro Economi Today London, McMillan Press. Tim Penyusun, 2004, Pedoman Penyajian Karya Ilmiah Bogor, Seri Pustaka IPB Press. Verhagen, Koenraad, 1996, Self-Help Promotion, A Challenge to NGO Community, Cebemo/Royal Tropical Institute The Netherlands. Yin, Robert, K. 1996, Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta. Raja Grafindo Persada. Zainuddin, M, Memberdayakan Ekonomi Rakyat Refleksi dan Replikasi Model-Model Finansial Untuk Usaha Kecil, Tinjauan Dari Sisi Penawaran dalam Diskusi Ahli: Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil Di Indonesia, Editor Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin, 1997, Bandung, Yayasan Akatiga, PEP LIPI, Yayasan Mitra Usaha, The Asia Foundation.

154 LAMPIRAN

155 Lampiran 1 Peta Kelurahan Kertosari, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung 140

156 141 Lampiran 2 Pedoman Studi Dokumen Dokumen KUSP: 1. Srtuktur organisasi KUSP: a. Pembagian kerja pengurus b. Mekanisme kerja KUSP c. Kedudukan KUSP 2. Aturan-aturan dalam KUSP: a. Kriteria menjadi anggota b. Kriteria yang boleh mengajukan pinjaman c. Aturan-aturan dalam RAT 3. Hak dan kewajiban anggota: a. Hak-hak anggota b. Keajiban anggota. 4. Program kerja tahunan a. Tujuan yang akan dicapai dalam satu tahun b. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam satu tahun c. Program pengembangan KUSP yang akan dilakukan. 5. Keadaan aset sejak KUSP berdiri a. Jumlah aset sejak KUSP berdiri b. Perkembangan aset sejak KUSP berdiri c. Alokasi dan distribusi keuangan 6. Jumlah dan perkembangan SHU a. Jumlah SHU sejak KUSP berdiri b. Perkembangan SHU sejak KUSP berdiri c. Alokasi dan distribusi SHU 7. Daftar pengajuan pinjaman a. Daftar anggota yang mengajukan pinjaman b. Jumlah pinjaman yang diajukan 8. Daftar hadir anggota a. Daftar hadir dalam RAT b. Daftar hadir dalam pertemuan rutin bulanan satu tahun terakhir.

157 Daftar penerima jaminan sosial dalam tiga tahun terakhir a. Daftar penerima jaminan sosial dalam tiga tahun terakhir b. Jumlah jaminan sosial yang dikeluarkan dalam tiga tahun terakhir Dokumen kelurahan: 1. Program-program pengembangan masyarakat 2. Program-program pengembangan kelembagaan 3. Program pengembangan ekonomi masyarakat 4. Pelaksanaan program-program pengembangan masyarakat, pengembangan kelembagaan dan pengembangan ekonomi. 5. Rencana pengembangan masyarakat. Dokumen Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM): 1. Program-program pemberdayaan masyarakat 2. Program-program pengembangan kelembagaan 3. Program-program pengembangan ekonomi Dokumen Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Rindagkop) 1. Program-program pengembangan ekonomi masyarakat 2. Program-program pengembangan kelembagaan ekonomi 3. Program-program kredit mikro Dokumen perbankan, Koperasi dan BPR 1. Skema kredit mikro untuk masyarakat lapisan bawah 2. Skema kerjasama perbankan dengan pihak lain

158 143 Lampiran 3 Pedoman Pengamatan Berperan Serta Kepengurusan 1. Pelaksanaan kegiatan pada pertemuan rutin KUSP 2. Pelaksanaan rapat rutin KUSP 3. Pelaksanaan pembagian kerja antar pengurus 4. Pelaksanaan laporan keuangan kepada anggota 5. Pelaksanaan rapat pengurus Keanggotaan 1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota pada pertemuan rutin KUSP 2. Keterlibatan anggota pada pertemuan KUSP 3. Keaktifan anggota dalam kegiatan KUSP 4. Reaksi anggota terhadap laporan keuangan dari pengurus dan pengawas Jalinan dengan program pengembangan masyarakat di tingkat RW dan kelurahan: 1. Kegiatan-kegiatan KUSP yang dilakukan bersama dengan masyarakat di tingkat RW. 2. Kegiatan-kegiatan KUSP yang dilakukan bersama dengan masyarakat di tingkat kelurahan. Kemitraan Usaha 1. Pihak luar yang terlibat dalam kegiatan KUSP 2. Kegiatan yang dilakukan pihak luar tersebut

159 144 Lampiran 4 Pedoman Wawancara Faktor-Faktor Yang Terkait Dengan Keswadayaan KUSP 1. Pelaksanaan Wawancara Hari/ Tanggal/ Jam : Tempat : : 2. Karakteristik Responden Nama : Umur : Pendidikan : Jabatan : Lama dalam jabatan : Lama dalam kepengurusan : Pekerjaan : Kepengurusan 1. Motivasi a. Kepentingan pribadi dalam KUSP 1) Bagaimana proses menjadi pengurus? Bagaimana perasaan ketika dipilih sebagai pengurus? Mengapa? 2) Sudah berapa tahun menjadi pengurus? Mengapa Bapak/Ibu dipilih? 3) Dalam kepengurusan, apakah tugas pokok yang dilakukan? Adakah tugas lain yang dilakukan selain tugas pokok? Mengapa mengerjakan tugas lain selain tugas pokok? 4) Apakah Bapak/Ibu menikmati tugas yang dibebankan dalam KUSP? Seberapa jauh Bapak/Ibu menyenangi tugas yang dilakukan? Mengapaak/Ibu menyenangi? 5) Menurut Bapak/Ibu, apakah kinerja KUSP seperti sekarang ini perlu dipertahankan? Mengapa perlu dipertahankan? Dalam hal apa saja kinerja KUSP yang perlu dipertahankan? Seberapa jauh keinginan Bapak/Ibu untuk mempertahankan kinerja KUSP? 6) Menurut Bapak/Ibu, apakah kinerja KUSP ini perlu ditingkatkan? Apakah Bapak/Ibu mempunyai keinginan untuk meningkatkan pelayanan KUSP ini? Mengapa mempunyai keinginan itu? Seberapa jauh keinginan Bapak/Ibu untuk meningkatkan pelayanan KUSP?

160 145 7) Masa kerja kepengurusan adalah dua tahun, menurut Bapak/Ibu, faktor-faktor apakah yang menyebabkan pergantian pengurus jarang dilakukan? 8) Apakah Bapak/Ibu aktif dalam mengambil keputusan dalam KUSP ini? Mengapa? Faktor apakah yang mendorong keaktifan Bapak/Ibu dalam pengambilan keputusan? b. Kepuasan terhadap kepentingan pribadi 1) Apakah Bapak/Ibu merasa keinginan-keinginan pribadi telah terpenuhi dalam KUSP ini? 2) Apa saja keinginan Bapak/Ibu yang telah dicapai dalam KUSP? Sejauhmana Bapak/Ibu merasa keinginannya terpenuhi? c. Keuntungan pribadi dalam KUSP 1) Apa saja keuntungan Bapak/Ibu menjadi pengurus? 2) Apakah Bapak/Ibu menikmati keuntungan tersebut? Sejauhmana Bapak/Ibu merasakan keuntungan itu? Apakah Bapak/Ibu berkeinginan untuk menambah keuntungan? d. Kepuasan terhadap keuntungan yang diperoleh. 1) Apakah Bapak/Ibu merasakan bahwa keuntungan yang diinginkan telah terpenuhi dalam KUSP ini? 2) Sejauhmana Bapak/Ibu merasa keuntungan yang diinginkan dapat terpenuhi? e. Motif dominan yang mendorong kemantapan perilaku dalam pengelolaan KUSP 1) Faktor apakah yang paling kuat mendorong Bapak/Ibu untuk melaksanakan pelayanan KUSP seperti sekarang ini? Mengapa hal tersebut mendorong Bapak/Ibu untuk melaksanakan pelayanan KUSP? 2) Sejauhmana hal tersebut mendorong Bapak/Ibu untuk tetap 2. Pengetahuan melaksanakan pelayanan seperti sekarang? a. Pendidikan terakhir 1) Apakah pendidikan terakhir yang ditempuh? 2) Adakah hubungan antara pendidikan Bapak/Ibu dengan tugas-tugas sebagai pengurus? b. Pengetahuan yang diperlukan dalam KUSP 1) Menurut Bapak/Ibu, apa saja pengetahuan yang perlu dimiliki sebagai pengurus KUSP? Mengapa pengetahuan tersebut diperlukan?

161 146 2) Sejauhmana pengetahuan tersebut diperlukan? c. Pengetahuan administrasi dan manajemen yang dimiliki pengurus 1) Apakah Bapak/Ibu pernah belajar tentang bagaimana menyusun perencanaan KUSP? Darimana Bapak/Ibu belajar? Dalam melaksanakan tugas kepengurusan, apakah yang dilakukan Bapak/Ibu sesuai dengan yang Bapak/Ibu pelajari? 2) Apakah Bapak/Ibu pernah belajar tentang bagaimana melaksanakan pelayanan simpan pinjam? Darimana Bapak/Ibu belajar? Dalam melaksanakan tugas kepengurusan, apakah yang dilakukan Bapak/Ibu sesuai dengan yang Bapak/Ibu pelajari? 3) Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang administrasi dan manajemen? 3. Keterampilan dalam mengelola KUSP a. Pelatihan yang pernah diikuti 1) Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan tentang pengelolaan lembaga keuangan? Siapa yang menyelenggarakan pelatihan? Apakah pelatihan yang diikuti berhubungan dengan tugas Bapak/Ibu? 2) Bagaimana pelatihan yang diharapkan oleh pengurus? Mengapa pelatihan tersebut diharapkan? Siapa yang diharapkan menyelenggarakan pelatihan? Mengapa pihak tersebut diharapkan? b. Keterampilan yang diperlukan dalam KUSP 1) Menurut Bapak/Ibu, apa saja keterampilan yang perlu dimiliki sebagai pengurus KUSP? Mengapa keterampilan tersebut diperlukan? 2) Sejauhmana keterampilan tersebut diperlukan? c. Keterampilan administrasi dan manajemen yang dimiliki pengurus 1) Apakah Bapak/Ibu memiliki pengalaman tentang bagaimana menyusun perencanaan KUSP? Darimana Bapak/Ibu memperoleh pengalaman itu? 2) Dalam melaksanakan tugas perencanaan, apakah Bapak/Ibu sering mengalami hambatan? Apa saja hambatan yang dialami? Mengapa Bapak/ Ibu mengalami hambatan? Seberapa jauh Bapak/Ibu merasakah hambatan mengganggu Bapak/Ibu? 3) Apakah Bapak/Ibu memiliki pengalaman tentang bagaimana melaksanakan pelayanan simpan pinjam dalam lembaga keuangan? Darimana Bapak/Ibu memperoleh pengalaman itu?

162 147 Aset 4) Dalam operasional pelayanan simpan pinjam, apakah Bapak/Ibu sering mengalami hambatan? Apa saja hambatan yang dialami? Mengapa Bapak/ Ibu mengalami hambatan? Seberapa jauh Bapak/Ibu merasakah hambatan tersebut mengganggu Bapak/Ibu? 5) Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut? 1. Bentuk aset a. Uang Berapa aset KUSP yang berbentuk uang? b. Barang Berapa aset KUSP yang berbentuk barang? 2. Sumber a. Simpanan Pokok 1) Bagaimanan menentukan besarnya simpanan wajib anggota? 2) Apakah simpanan pokok yang dilakukan sekarang memberatkan anggota? Mengapa memberatkan? Sejauh mana simpanan tersebut memberatkan angota? 3) Apakah simpanan pokok yang dilakukan sekarang perlu ditingkatkan? Mengapa perlu ditingkatkan? Sejauhmana simpanan pokok tersebut perlu ditingkatkan? 4) Berapakah simpanan pokok yang diharapkan KUSP? Mengapa hal tersebut diharapkan? b. Simpanan wajib 1) Bagaimana menentukan besarnya simpanan wajib? 2) Apakah simpanan wajib yang dilakukan sekarang memberatkan anggota? Mengapa hal tersebut memberatkan anggota? Sejauhmana besarnya simpanan wajib ini memberatkan anggota? 3) Apakah simpanan wajib yang dilakukan sekarang perlu ditingkatkan? Mengapa perlu ditingkatkan? Sejauhmana simpanan wajib tersebut perlu ditingkatkan? 4) Berapa simpanan wajib yang diharapkan oleh KUSP? Mengapa hal tersebut diharapkan? c. Sumber lain 1) Adakah sumber pemasukan lain selain simpanan pokok dan simpanan wajib?

163 148 2) Darimana sumber-sumber pemasukan yang diharapkan oleh KUSP lain selain dari simpanan wajib dan simpanan anggota? Mengapa hal tersebut diharapkan? 3) Sejauhmana harapan KUSP terhadap sumber-sumber pemasukan lain? 4) Bagaimana usaha KUSP untuk mengembangkan sumber lain selain simpanan wajib dan simpanan pokok? d. Faktor-faktor yang menghambat simpanan anggota. 1) Faktor apa saja yang menyebabkan anggota tidak melakukan simpanan selain simpanan wajib dan simpanan pokok? Mengapa faktor tersebut menyebabkan anggota tidak melakukan simpanan di luar simpanan wajib dan simpanan pokok? 2) Apakah yang dilakukan KUSP agar anggota menyimpan uang selain simpanan wajib dan simpanan pokok? 3. Pengelolaan a. Penghimpunan aset 1) Bagaimana cara KUSP menghimpun simpanan? 2) Apakah hambatan-hambatan yang dialami dalam menghimpun simpanan? Mengapa hal tersebut menjadi hambatan? 3) Bagaimana usaha KUSP dalam mengatasi hambatan tersebut? 4) Bagaimana keefektifan dalam penghimpunan simpanan? b. Penyaluran pinjaman 1) Bagaimana cara KUSP memberikan pinjaman kepada anggota? 2) Apakah hambatan-hambatan yang dialami KUSP dalam menyalurkan pinjaman? Mengapa hal tersebut menjadi hambatan? 3) Bagaimana usaha yang dilakukan KUSP untuk mengatasi hambatan tersebut? 4) Bagaimana keefektifan KUSP dalam memberikan pinjaman? c. Perputaran modal 1) Bagaimana cara KUSP memutarkan modalnya? 2) Adakah hambatan dalam memutarkan modal? Mengapa hal tersebut menjadi hambatan? 3) Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan itu? d. Kebutuhan modal 1) Berapa modal yang dibutuhkan KUSP untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota? Mengapa jumlah itu dibutuhkan?

164 149 2) Sejauhmana modal KUSP sekarang dapat memenuhi kebutuhan pinjaman anggota? 3) Apakah upaya yang dilakukan KUSP memenuhi kebutuhan modal terebut? 4) Bagaimana harapan KUSP untuk memenuhi kebutuhan pinjaman anggota? Mengapa hal tersebut diharapkan? 4. Perkembangan dan faktor pendukung dan penghambat perkembangan aset. 1) Bagaimana perkembangan aset sejak KUSP ini berdiri? 2) Apakah perkembangan tersebut telah sesuai jumlah perkembangan simpanan dan pinjaman anggota? 3) Bagaimana pembagian SHU dalam tiga tahun terakhir? Apakah keuntungan usaha ini memberikan masukan bagi perkembangan aset KUSP? Mengapa memberikan masukan? Sejauhmana keuntungan usaha dapat memberikan masukan bagi perkembangan aset? 4) Bagaimana cara mengalokasikan dana untuk jaminan sosial anggota? Sejauhmana alokasi dana untuk jaminan sosial dapat menghambat perkembangan aset? 5) Adakah faktor yang memungkinkan KUSP ini mengembangkan aset selain dari simpanan pokok dan simpanan wajib? 6) Bagaimana perkembangan aset yang diharapkan? Partisipasi anggota 1. Keterlibatan anggota dalam pengelolaan KUSP a. Keterlibatan dalam penyusunan rencana 1) Siapakah yang menyusun rencana kerja tahunan KUSP? 2) Dalam rapat atau pertemuan untuk menentukan rencana kerja tahunan, apakah Bapak/Ibu ikut terlibat? Mengapa terlibat? Dalam bentuk apakah keterlibatanya? 3) Apakah Bapak/Ibu ikut memberikan masukan atau usulan? Mengapa memberikan usulan? Sejauh mana Bapak/Ibu memberikan usulan atau pendapat dalam penentuan rencana kerja tahunan KUSP? 4) Bagaimana keterlibatan yang diharapkan Bapak/ibu dalam penyusunan rencana kerja tahunan? Mengapa hal tersebut diharapkan? b. Keterlibatan dalam pelaksanaan pelayanan:

165 150 1) Apakah Bapak/ibu sering terlibat dalam pelaksanaan pelayanan simpanan di KUSP? Mengapa terlibat? Sejauhmana keterlibatan Bapak/Ibu dalam pelayanan pinjaman? 2) Apakah pelaksanaan pelayanan simpanan anggota perlu ditingkatkan? Mengapa perlu ditingkatkan? Terhadap pelaksanaan simpanan, apakah Bapak/ Ibu memberikan pendapat atau usulan untuk meningkatkan pelayanan simpanan? Mengapa memberikan pendapat atau usulan? 3) Bagaimana keterlibatan yang diharapkan Bapak/Ibu dalam pelayanan simpanan? Mengapa hal tersebut diharapkan? 4) Apakah hambatan yang Bapak/Ibu rasakan dalam menyimpan di KUSP? Mengapa hal tersebut menjadi hambatan? Bagaimana usaha yang dilakukan Bapak/Ibu untuk mengatasi hamabatan itu? 5) Apakah Bapak/ibu melakukan peminjaman dalam KUSP? Mengapa melakukan pinjaman? Sejauhmana keseringan Bapak/Ibu meminjam pada KUSP? 6) Apakah pelaksanaan pelayanan pinjaman KUSP ini perlu ditingkatkan? Mengapa perlu ditingkatkan? Terhadap pelayanan pinjaman, apakah Bapak/ Ibu memberikan pendapat atau usulan untuk meningkatkan pelayanan? 7) Bagaimana keterlibatan yang diharapkan Bapak/Ibu dalam pelayanan pinjaman? Mengapa hal tersebut diharapkan? 8) Apakah hambatan yang Bapak/ibu rasakan dalam meminjam di KUSP? Mengapa hal tersebut menjadi hambatan? Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk mengatasi hambatan itu? c. Keterlibatan dalam pengawasan dan evaluasi. 1) Apakah Bapak/Ibu sering memperhatikan pelaksanaan kegiatan KUSP? Mengapa memperhatikan? Menurut Bapak/Ibu bagaimana pelaksanaan kegiatan KUSP ini? 2) Apakah Bapak/Ibu melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan KUSP? Mengapa melakukan pengawasan? Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan? 3) Adakah hambatan yang Bapak/Ibu alami untuk ikut serta dalam pengawasan? Mengapa hal tersebut menjadi hambatan? 4) Sejauhmana hambatan tersebut mengganggu? 5) Bagaimana usaha yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi hambatan itu?

166 Faktor faktor pendukung dan penghambat partisipasi a. Motivasi 1) Apakah Bapak/Ibu mempunyai keinginan untuk terlibat dalam pengelolaan KUSP? Mengapa mempunyai keinginan untuk terlibat? Sejauhmana keinginan Bapak/ Ibu untuk terlibat? 2) Dalam bentuk apakah keterlibatan yang diharapkan? Mengapa hal tersebut diharapkan? 3) Apakah keinginan pribadi Bapak/Ibu terpenuhi dalam KUSP? b. Status sosial 1) Andaikan anggota dalam KUSP ini digolongkan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas, golongan orang biasa, dan golongan lapisan bawah, dimana posisi Bapak/Ibu? Mengapa Bapak/ Ibu memilih posisi itu? 2) Dengan posisi itu, bagaimana peran yang seyogyanya Bapak/Ibu lakukan? Mengapa peran tersebut dipilih? 3) Dengan posisi Bapak/Ibu, apakah posisi itu menghambat atau mendukung dalam ikut serta mengelola KUSP? Mengapa hal tersebut menghambat atau mendukung? Sejauhmana posisi itu menghambat atau mendukung untuk ikut serta mengelola KUSP? c. Ketokohan 1) Adakah orang yang termasuk katagori lapisan bawah (orang miskin) yang menjadi pengurus? Mengapa menjadi pengurus?bagaimana mereka dapat menjadi pengurus? 2) Bagaimana kriteria orang yang dapat dipilih menjadi pengurus? Mengapa kriteria tersebut ditentukan? Kemitraan usaha 1. Pihak dan bentuk-bentuk kemitraan yang diharapkan a. Apakah KUSP ini perlu bekerjasama dengan pihak lain (mitra usaha)? Mengapa perlu bekerjasama? Siapakah yang diharapkan diajak kerjasama untuk mengembangkan KUSP? Mengapa pihak tersebut diharapkan b. Sejauhmana harapan untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak tersebut? c. Bagaimana bentuk-bentuk kemitraan yang diharapkan? Mengapa bentuk tersebut diharapkan?

167 152 d. Apakah dalam pengembangan administrasi dan manajemen KUSP perlu bantuan pihak lain (mitra usaha)? Mengapa perlu bantuan? Siapakah yang diharapkan dapat membantu mengembangkan administrasi dan manajemen? e. Bagaimana bentuk bantuan administrasi dan manajemen yang diharapkan? Mengapa bentuk tersebut diharapkan? Sejauhmana harapan untuk menerima bantuan dalam pengembangan administrasi dan manajemen dari pihak yang diharapkan? f. Untuk meningkatkan pinjaman, apakah Bapak/Ibu berharap pihak pemerintah, bank, koperasi, atau BPR dapat menyalurkan kredit melalui KUSP? Mengapa berharap? g. Sejauhmana harapan Bapak/Ibu agar Bank, Koperasi atau BPR dapat menyalurkan kredit melalui KUSP? h. Apa saja bentuk-bentuk kemitraan lain yang diharapkan dapat mendukung pengembangan KUSP? Mengapa bentuk tersebut diharapkan? i. Sejauhmana harapan terhadap kemitran tersebut? 2. Faktor-faktor penghambat dan pendukung pengembangan kemitraan usaha a. Faktor dari dalam KUSP 1) Apa saja faktor yang menyebabkan KUSP ini tidak menjalin kemitraan dengan pihak lain? Mengapa faktor tersebut menghambat? 2) Sejauhmana faktor-faktor tersebut menghambat KUSP dalam mengembangkan kemitraan dengan pihak lain? b. Faktor dari Pihak yang diharapkan menjadi mitra 1) Apa saja faktor yang menghambat untuk bermitra dengan lembaga keuangan informal dalam masyarakat? Mengapa faktor tersebut menghambat? Sejauhmana faktor tersebut menghambat untuk bermitra dengan lembaga keuangan informal dalam masyarakat? 2) Apa saja faktor yang menghambat untuk bermitra dengan KUSP c. Faktor lain Gotong Royong? Mengapa faktor tersebut menghambat? Sejauhmana faktor tersebut menghambat untuk bermitra dengan KUSP? 1) Adakah faktor lain yang menjadi hambatan KUSP untuk mengembangkan kemitraan dengan pihak lain? Mengapa faktor tersebut menghambat? Dalam bentuk apakah hambatan tersebut 2) Sejauhmana faktor itu menghambat KUSP untuk mengembangkan kemitraan dengan pihak lain?

168 153 Peluang untuk Memajukan KUSP Peluang Mengembangkan Kapasitas Pengurus 1. Apa saja hal-hal yang memungkinkan untuk mengembangkan motif yang mendorong pengurus untuk meningkatkan kinerja KUSP? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 2. Apa saja hal-hal yang memungkinkan untuk menghilangkan motif yang menghambat pengurus untuk meningkatkan kinerja KUSP? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 3. Apa saja hal-hal yang memungkinkan untuk mengembangkan pengetahuan administrasi dan manajemen pengurus untuk meningkatkan kinerja KUSP? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 4. Apa saja hal-hal yang memungkinkan untuk mengembangkan keterampilan administrasi dan manajemen pengurus untuk meningkatkan kinerja KUSP? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? Peluang peningkatan aset 1. Bagaimana peluang untuk meningkatkan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 2. Bagaimana peluang untuk mengembangkan sumber diluar simpanan pokok dan simpanan wajib? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 3. Bagaimana peluang memenuhi kebutuhan modal sesuai dengan kebutuhan pinjaman anggota? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? Peluang pengembangan mitra usaha 1. Bagaimana peluang menjalin kemitraan dengan Pemerintah, Bank, Koperasi, BPR dan Lembaga keuangan lain? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 2. Bagaimana peluang memperolah bantuan dalam mengembangkan administrasi dan manajemen dari Pemerintah, Bank, Koperasi, BPR dan Lembaga keuangan lain? Bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan?

169 Bagaimana peluang kerjasama dalam penyaluran kredit dari Pemerintah,Bank, Koperasi, BPR dan Lembaga keuangan lain?bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan? 4. Bagaimana peluang mengatasi hambatan yang berasal dari dalam KUSP dan dari pihak yang diharapkan menjadi mitra dalam pengembangan kemitraan usaha?bagaimana cara memenuhinya? Sejauhmana peluang itu dapat dilaksanakan?t Peluang mengembangkan masyarakat 1. Bagaimana peluang KUSP ini untuk memberikan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan simpan pinjam masyarakat di luar anggota? Bagaimana cara memenuinya? Sejauhmana peluang tersebut dapat dilaksanakan? 2. Bagaimana peluang KUSP ini untuk mengembangkan kehidupan sosial masyarakat di tingkat RW atau kelurahan? Bagaimana cara untuk memenuhinya? Sejauhmana peluang tersebut dapat dilaksanakan?

170 155 Pedoman Wawancara Terstruktur Tema wawancara : Pelaksanaan Waktu : Tempat : Peserta: a. Perencanaan KUSP 1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana proses perencanaan di KUSP? 2. Bagaimana keterlibatan anggota dalam proses perencanaan tersebut? 3. Dari segi isi perencanaan, apakah perencanaan yang disusun telah sesuai dengan kebutuhan KUSP? 4. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dalam penyusunan perencanaan KUSP? Mengapa faktor tersebut menghambat? 5. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut? 6. Bagaimana harapan Bapak/Ibu tdalam penyusunan perencanaan? b. Pelaksanaan pelayanan 1. Bagaimana pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial di KUSP ini? 2. Apakah pelaksanaan pelayanan KUSP telah sesuai dengan kebutuhan anggota?

171 Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pelayanan KUSP? Mengapa faktor tersebut menghambat? 4. Bagaimana usaha KUSP untuk mengatasi hambatan tersebut? 5. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terhadap pelaksanaan pelayanan KUSP? c. Kinerja Pengurus 1. Bagaimana kinerja pengurus saat ini? 2. Apakah kinerja pengurus telah sesuai dengan kebutuhan KUSP? 3. Faktor-faktor apa saja yang menghambat kinerja pengurus? Mengapa faktor tersebut menghambat kinerja pengurus? 4. Bagaimana usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut? 5. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terhadap kinerja pengurus? d. Perlunya Reorganisasi Kepengurusan 1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap kepengurusan saat ini? 2. Apakah pola reorganisasi kepengurusan seperti saat ini telah susuai dengan keinginan anggota? 3. Apakah reorganisasi diperlukan untuk mengembangkan KUSP? Mengapa reorganisasi diperlukan? Sejauhmana reorganisasi diperlukan? 4. Bagaimana harapan Bapak/.Ibu terhadap reorganisasi kepengurusan? e. Harapan terhadap KUSP 1. Dalam hal apakah menurut Bapak/Ibu paling penting dilakukan untuk mengembangkan KUSP? 2. Bagaimana cara melakukan perbaikan bagi pengembangan KUSP? 3. Bagaimana harapan yang menurut Bapak/Ibu terhadap pelayanan KUSP? 4. Bagaimana cara mewujudkan harapan tersebut?

172 157 Lampiran 5 Pedoman Diskusi Kelompok 1. Pembahasan 1, penentuan partisipan yang akan dilibatkan dalam pengembangan keswadayaan. Identifikasi partisipan meliputi pihak-pihak yang perlu dilibatkan dan perannya dalam pengembangan keswadayaan KUSP. 2. Pembahasan 2, Pengkajian dan perencanaan partisipatif Penentuan masalah dan identifikasi sumber-sumber atau aktivitas yang dapat mendukung pengembangan. Selanjutnya secara bersama-sama melakukan penentuan kebutuhan atau masalah (assessment) yang akan menjadi fokus untuk dipecahkan atau dikembangkan. Langkah terakhir dari tahap ini adalah menyusun program aksi dengan melibatkan partisipan. 3. Pembahasan 3, Pendidikan dan pelatihan Bentuk-bentuk dan jenis pendidikan dan pelatihan yang diharapkan. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan pendidikan dan pelatihan Penentuan mekanisme dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. 4 Pembahasan 4 Mobilisasi sumberdaya a. Penentuan jenis simpanan b. Penentuan besarnya simpanan c. Penentuan mekanisme dan pelaksanaan simpanan dan pinjaman. 5. Pembahasan 5, Konsultasi manajemen a. Penentuan pihak-pihak yang diharapkan menjadi konsultan b. Penentuan bentuk-bentuk konsultasi yang diharapkan c. Penentuan jenis-jenis konsultasi d. Penentuan mekanisme dan pelaksanaan konsultasi 6. Pembahasan 6, Membangun jalinan antara KUSP dengan program-program pengembangan masyarakat di tingkat RW, keluarahan dan pemerintah a. Penentuan pihak-pihak yang diharapkan terjalin hubungan. b. Penentuan bentuk-bentuk kerjasama c. Penentuan jenis-jenis kerjasama

173 158 d. Penentuan mekanisme dan pelaksanaan kerjasama 7. Pembahasan 7, Pengembangan jejaring melalui kemitraan usaha a. Penentuan pihak-pihak yang menjadi mitra b. Penentuan bentuk-bentuk kemitraan c. Penentuan mekanisme dan pelaksanaan kemitraan 8. Pembahasan 8, Monitoring dan evaluasi a. Penentuan bentuk-bentuk kegiatan monitoring dan evaluasi b. Penentuan pihak-pihak yang dilibatkan dalam monitoring dan evaluasi c. Penentuan mekanisme monitoring dan evaluasi d. Penentuan mekanisme pelaporan. e. Penentuan tindak lanjut dari hasil monitoring dan evaluasi. 9.Pembahasan 9, Harapan yang ingin dicapai dan kaitannya dengan pengembangan masyarakat a. Identifikasi tujuan dan harapan yang ingin dicapai untuk mengembangkan masyarakat dalam aspek sosial dan ekonomi. b. Penentuan bentuk-bentuk kegiatan KUSP dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat. c. Penentuan mekanisme dan pelaksanaan kegiatan dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat.

174 Lampiran 7 Pedoman Penyusunan Program Pengembangan Keswadayaan Partisipastif Masalah Topik Sub Topik Pihak Terlibat Teknik Instrumen Penyusunan strategi pengembangan keswadayaan Identifikasi partisipan Penentuan masalah dan penyusunan rencana pemecahan masalah Pendidikan dan pelatihan Pihak yang perlu dilibatkan Peran partisipasn Penentuan masalah Penyusunan rencana pemecahan masalah Pendidikan dan pelatihan administrasi Pendidikan dan pelatihan manajemen 1. Pengurus 2. Anggota 3. Tokoh masyarakat 4. Aparat kelurahan 5. Kantor Pelayanan Kop dan UKM 6. Bank Diskusi kelompok Panduan diskusi Mobilisasi sumbersumber Pelaksanaan pelayanan simpanan Pelaksanaan pelayanan pinjaman Pelaksanaan jaminan sosial. Mengembangkan sumber-sumber aset Konsultasi administrasi dan manajemen Konsultasi administrasi Konsultasi manajemen 161

175 Masalah Topik Sub Topik Pihak Terlibat Teknik Instrumen Membangun jalinan Jalinan dengan program pembangunan di tingkat RW. Jalinan dengan program-program pemerintah 1. Pengurus 2. Anggota 3. Tokoh masyarakat Diskusi kelompok Panduan diskusi Mengembangkan jejaring Monitoring dan Evaluasi Kerjasama dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Jejaring dengan Bank Monitoring Evaluasi 4. Aparat kelurahan 5. Kantor Pelayanan Kop dan UKM 6. Bank Harapan yang ingin dicapai kaitannya dengan pengembangan masyarakat Identifikasi tujuan dan harapan yang ingin dicapai untuk mengembangkan masyarakat dalam aspek sosial dan ekonomi. Penentuan bentuk-bentuk kegiatan KUSP dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat. 162

176 163 Lampiran 8 Dokumentasi Kegiatan Kajian Wawancara dengan Salah Satu Anggota KUSP Wawancara Terstruktur dengan Pengurus KUSP Wawancara Terstruktur dengan Pengurus KUSP

177 164 Petugas Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM sedang menjelaskan tentang pembukuan dan penerapannya kepada pengurus KUSP Petugas Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM sedang menjelaskan tentang pembukuan dan penerapannya kepada pengurus KUSP Diskusi kelompok Dalam Penyusunan Partisipan

178 165 Situasi dalam pertemuan anggota KUSP Situasi dalam pertemuan anggota KUSP Anggota KUSP sedang berembug dalam pembahasan program

Komisi Pembimbing : Dr. Er. I. r. Pudji SUPRIYONO

Komisi Pembimbing : Dr. Er. I. r. Pudji SUPRIYONO PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah) Komisi Pembimbing

Lebih terperinci

Komisi Pembimbing : Dr. Er. I. r. Pudji SUPRIYONO

Komisi Pembimbing : Dr. Er. I. r. Pudji SUPRIYONO PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah) Komisi Pembimbing

Lebih terperinci

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat pada kondisi atau keadaan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N P E N D A H U L U A N Latar Belakang Krisis di Indonesia berlangsung panjang, karena Indonesia memiliki faktor internal yang kurang menguntungkan. Faktor internal tersebut berupa konflik kebangsaan, disintegrasi

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) YUDO JATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

Heni Holiah Komisi Pembimbing : Dr. Er. I

Heni Holiah Komisi Pembimbing : Dr. Er. I STRATEGI DALAM MENGATASI PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) MENGACU PADA TIPOLOGI PERKEMBANGAN KUBE (STUDI KASUS DI RW 01 KELURAHAN KEBON WARU KECAMATAN BATUNUNGGAL KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA MIKRO KONVEKSI DI KELURAHAN PURWOHARJO KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG WALUYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR.

PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR. PENGEMBANGAN PENYALURAN KREDIT MELALUI KOPERASI DENGAN POLA SWAMITRA UNTUK PENINGKATAN EKONOMI DAERAH DAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU R. MOCHTAR. M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI RUKUN TETANGGA UNTUK MENINGKATKAN KEBERDAYAAN ANGGOTA ( Kasus Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah ) RAHMAT IMAM SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) GITO YULIANTORO PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KELOMPOK BELAJAR USAHA (KBU) DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) (Studi kasus di PKBM Mitra Mandiri Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi))

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

Nasdian, Fredian Tony, 2005 Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program

Nasdian, Fredian Tony, 2005 Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB dan Program DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia dan Lembaga Penelitian Smeru, 2001, Penanggulangan Kemiskinan, Jakarta, Lembaga Penelitian Smeru. Bantacut T, Sutrisno dan Dewi

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

Kata kunci : (1) Pengembangan masyarakat, (2) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat.

Kata kunci : (1) Pengembangan masyarakat, (2) Fungsi Badan Keswadayaan Masyarakat. RINGKASAN SUDARMAN. Fungsi Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) dalam Penanggulangan Kemiskinan ( Studi Kasus Kelurahan Pakembaran Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah ) dibimbing oleh NURAINI

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO PEMBERDAYAAN KOMUNITAS BAKUL PASAR TRADISIONAL DESA BANTUL MELALUI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERMODALAN YOHANES ARIYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO (Studi Kasus di Desa Sidondo I Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah)

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI, KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT FARMA YUNIANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR

MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR MOTIVASI PETANI DALAM MENERAPKAN TEKNOLOGI PRODUKSI KAKAO (KASUS KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH) SYAMSYIAH GAFUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN MANTAN NARAPIDANA MELALUI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL PADA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I BANDUNG M. VIRSYAH JAYADILAGA

PEMBERDAYAAN MANTAN NARAPIDANA MELALUI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL PADA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I BANDUNG M. VIRSYAH JAYADILAGA PEMBERDAYAAN MANTAN NARAPIDANA MELALUI PROGRAM REHABILITASI SOSIAL PADA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I BANDUNG M. VIRSYAH JAYADILAGA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRACT M.VIRSYAH

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAN

PENINGKATAN KAPASITAS BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAN PENINGKATAN KAPASITAS BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAN (Studi Kasus pada BMT Nurul Ummah di Kelurahan Sekeloa Kecamatan Coblong Kota Bandung) NIA SURTIKANTI SEKOLAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN USAHA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CAMPAKA KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT MUHAMMAD RIDWAN KHOLIS

PEMBERDAYAAN USAHA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CAMPAKA KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT MUHAMMAD RIDWAN KHOLIS PEMBERDAYAAN USAHA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN CAMPAKA KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT MUHAMMAD RIDWAN KHOLIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 .. Janganlah kamu menyembah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS M. SAFII NASUTION

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS M. SAFII NASUTION PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS KESIAPSIAGAAN BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DAERAH RAWAN BENCANA ALAM TANAH LONGSOR DI DESA KIDANGPANANJUNG KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG PROPINSI

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Blitar Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan

Lebih terperinci

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN

KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN KAJIAN PROGRAM PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL MELALUI PROGRAM KEMITRAAN (Kasus PT BNI dengan Lembaga Pendamping IPB) YUANRI DWI WATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2005

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJAN A INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJAN A INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN MENURUT PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL (STUDI KASUS DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU) MOHAMAD ZAINURI SEKOLAH

Lebih terperinci

(Suatu Alternatif Pengembangan Masyarakat di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur) BAJURI EDY CAHYONO

(Suatu Alternatif Pengembangan Masyarakat di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur) BAJURI EDY CAHYONO PEMBERDAYAAN ALUMNI PANTI SOSIAL BINA REMAJA MARDI UTOMO BLITAR MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK USAHA PRODUKTIF UNTUK MENCAPAI KEMANDIRIAN SOSIAL DAN EKONOMI (Suatu Alternatif Pengembangan Masyarakat di Desa

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Serial Kelompok TEMPO Media dan Bank Danamon dengan Tema : Peran Pemberdayaan dalam Pengembangan Ekonomi Daerah.

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan. Program-Program. Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian /3/2007 1

Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan. Program-Program. Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian /3/2007 1 Program-Program Sektor Pertanian yang Berorientasi Penanggulangan Kemiskinan Badan Pengembangan SDM Pertanian Departemen Pertanian 2007 9/3/2007 1 Outline Pendahuluan Peran Departemen Pertanian P4K, Model

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR LAMPIRAN 65 66 Lampiran 1. Kuisioner penelitian Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR Gambaran Ringkas Penelitian Sektor

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM-PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI (STUDI KASUS DI DI DESA BABAKANPARI, KECAMATAN CIDAHU, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT)

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI

ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU DEWI EKASARI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH

SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH SKRIPSI STUDI KOMPARATIF PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BINA BERSAMA DAN BMT INSANI DALAM PENGEMBANGAN UMK DI KOTA PADANGSIDIMPUAN OLEH INDAH KOMALA SARI SIREGAR 080523012 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal

STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH. Merza Gamal STRATEGI KEMITRAAN DALAM DINAMIKA SOSIAL EKONOMI SYARIAH UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH Merza Gamal SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MAROBO, SALASSA, SUKAMAJU DAN BONE-BONE MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci