PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM"

Transkripsi

1 PROGRAM PENGEMBANGAN KESWADAYAAN KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM Latar Belakang Dalam rangka memberikan akses terhadap sumberdaya finansial bagi masyarakat miskin dan sektor informal, pengembangan keswadayaan KUSP memiliki makna strategis, karena: Pertama, menciptakan iklim yang memungkinkan mereka berpartisipasi aktif, dalam peran yang bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya sekaligus sebagai penilai capaian-capain dan keberlanjutannya. Kedua, meningkatkan kemampuan untuk mengakses sumberdaya melalui penggunaan sumber-sumber dan potensi baik dari dalam maupun dari luar. Ketiga, mengembangkan kebersamaan antara anggota masyarakat yang kuat dengan yang lemah dan merealisasikan tanggung jawab sosial serta menciptakan stabilitas dalam kehidupan bersama. Keswadayaan KUSP menunjuk pada kemampuan pengurus dan anggota untuk menentukan pilihan terbaik dalam pemecahan masalah dan pengembangan pelayanan yang berkelanjutan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia, sehingga memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya. Dalam pengembangan keswadayaan kelompok, partisipasi aktif pengurus dan anggota dalam adminsitrasi, manajemen dan mobilisasi sumber-sumber finansial merupakan prasyarat untuk mencapai kemandirian. Partisipasi akan terwujud apabila terjadi sinergi antara anggota dan pengurus dan kesediaan untuk membagi resiko, biaya dan keuntungan berdasarkan kepatutan dan pengurus bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan anggotaanggotanya. Sinergi antar komponen organisasi sebagai prasyarat mencapai keswadayaan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan belum sepenuhnya terpenuhi. Hasil kajian menunjukkan bahwa perencanaan yang dilakukan belum mencerminkan aspirasi anggota-anggotanya dan secara substansi tidak dapat mengantisipasi peningkatan kebutuhan pinjaman anggota. Dari aspek manajemen,

2 109 pengorganisasian kegiatan belum berjalan dengan baik dengan indikasi tidak ada pembagian kerja secara jelas. Dalam hal pelayanan, permasalahan ketidakmampuan untuk memberikan pinjaman kepada semua anggota yang mengajukan pinjaman dari sejak berdiri sampai saat ini masih tetap berlangsung. Secara finansial, KUSP tidak mampu mengembangkan sumber-sumber untuk meningkatkan aset di luar penghimpunan simpanan pokok dan simpanan wajib, sehingga ketimpangan antara kebutuhan pinjaman dan kemampuan KUSP untuk memenuhi kebutuhan tersebut semakin besar. Kurangnya keswadayaan ini terkait dengan permasalahan yang terjadi di dalam KUSP. Masalah kepengurusan, partisipasi anggota dan kemitraan usaha merupakan penyebab ketidakmampuan KUSP menentukan pilihan terbaik bagi upaya memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota. Permasalahan yang terjadi dalam kepengurusan bukan saja terbatas pada kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi dan manajemen, tetapi juga mencakup sikap, motivasi dan kepentingan pengurus untuk mengembangkan KUSP. Dominasi tokoh masyarakat yang telah mapan sebagai pengurus dan ketakutan terhadap resiko perubahan menyebabkan KUSP cenderung mempertahankan pola-pola pelayanan yang telah lama berjalan. Hal ini juga menjadi penyebab KUSP tidak menjalin kemitraan usaha. Program pengembangan keswadayaan KUSP diarahkan pada peningkatan kapasitas organisasi dalam administrasi, manajemen dan pengembangan aset, melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus, peningkatan partisipasi anggota dan pengembangan kemitraan usaha. Dalam rangka mencapai keberhasilan lebih optimal, pengembangan keswadayaan dilakukan dengan memanfaatkan peluang dan sumberdaya baik dari dalam KUSP maupun dari luar. Tinjauan Pengembangan Keswadayaan Model Verhagen di KUSP Pengembangan keswadayaan model Verhagen dengan delapan instrumen pengembangannya telah diterapkan dan dikaji oleh LSM di tiga negara yaitu Brazil, Thailand dan Indonesia. Kajian diprakarsai CEBEMO, suatu LSM internasional di Belanda pada beberapa kelompok usaha bersama. Di Indonesia,

3 110 kajian dilakukan pada tahun 1984 sampai 1986 oleh Bina Swadaya sebagai lembaga pengembangan swadaya di tujuh kelompok Usaha Bersama (UB) dalam wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil kajian yang dilaporkan Verhagen menunjukkan bahwa kinerja organisasi kelompok usaha bersama di Indonesia mengalami peningkatan. Seluruh UB menghasilkan surplus antara bunga pinjaman dengan bunga tabungan sebesar 2-3 persen. Surplus tersebut cukup untuk menutupi biaya-biaya adminstratif kelompok. Rasa kewajiban dan disiplin anggota meningkat, jarang sekali anggota tidak dapat melunasi pinjamannya. Dalam hal pemberian akses terhadap sumberdaya finansial, anggota yang miskin dapat memperoleh pinjaman untuk modal kerja atau memenuhi kebutuhan perumahan, pendidikan dan konsumsi lebih besar daripada di tempat lain. Penerapan instrumen pengembangan keswadayaan model Verhagen melibatkan Lembaga Pengembangan Swadaya (LPS) dan LSM dengan pola seperti Gambar 23. Lembaga Pengembangan Swadaya (LPS/LSM) Lembaga pendukung Delapan instrumen pengembangan swadaya Output antara Output akhir Sumber : Verhagen, 1996 Gambar 23 Elemen dan Pola Pengembangan Keswadayaan Permasalahan yang kemudian muncul untuk diterapkan di KUSP adalah siapa LPS/ LSM yang dilibatkan, sementara di wilayah ini tidak ada LPS/LSM yang telah teruji dalam pengembangan masyarakat? Pengembangan keswadayaan Verhagen yang dilakukan di UB melibatkan Bina Swadaya. LSM ini memberikan bimbingan kepada UB dengan bantuan dana dari RABO dan Kementerian Kerjasama pembangunan Belanda. Peran LSM dalam peningkatan manajemen dan permodalanub sangat besar. LSM disamping sebagai

4 111 pembimbing juga sebagai penyandang dana dalam peningkatan modal kelompok. Kendala dalam pengembangan KUSP menggunakan model ini adalah tidak ada pihak (LPS/LSM) sebagai pendamping dan mendukung pendanaan. Sejak 1980, pemerintah mewajibkan bank umum untuk menyisihkan sekitar 20% dari jumlah kredit untuk disalurkan kepada golongan ekonomi lemah. Pada tahun 1986 Lokakarya di Nanjing (RRC) yang gelar oleh APRACA (Asia and Pacific Rural and Agricukture Credit Assosiation) dan juga diikuti oleh Bina Swadaya menghasilkan rekomendasi agar perbankan mengembangkan sistem pelayanan yang dapat menjangkau kelompok usaha bersama yang beranggotakan kelompok masyarakat atau pengusaha kecil. Rekomendasi ini bermuara pada proyek Pengembangan Hubungan Bank dan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK) yang melibatkan Bank Indonesia dan BRI (keduanya anggota APRACA). Setelah itu, BI juga memfasilitasi hubungan antara bank dengan LKM melalui program Pengembangan Hubungan Bank dengan LKM (PHBL). Pola hubungan ini merupakan sumberdaya penting yang memberikan peluang bagi KUSP dalam meningkatkan kemampuan usaha dan permodalan melalui kemitraan dengan bank pelaksana penyalur kredit. Di Kabupaten Temanggung, salah satu bank penyalur kredit mikro ini adalah Bank Pasar. Dalam pengembangan keswadayaan KUSP Gotong Royong, pola pengembangan keswadayaan model Verhagen yang melibatkan LSM sebagai lembaga pengembangan swadaya sulit dilakukan. Untuk mengatasi kendala tersebut, pengembangan keswadayaan KUSP tidak menerapkan secara penuh model Verhagen, tetapi langkah-langkah pengembangan melalui delapan instrumen sebagai acuan dalam penyusunan program. Penentuan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan disesuaikan dengan kondisi kelompok atas dasar kesepakatan bersama. Untuk mendukung pengembangan keswadayaan, mencakup peningkatan kemampuan administrasi, manajemen dan pengembangan aset adalah dengan menjalin kerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD), Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan Bank Pasar. Pola pengembangan keswadayaan KUSP terlihat pada Gambar 24.

5 112 KUSP Lembaga pendukung: Badan PMD Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM RT, RW, Kelurahan Bank Pasar Instrumen pengembangan swadaya: 1. Menentukan partisipan 2. Kajian dan perencanaan partisipatif 3. Pendidikan dan pelatihan 4. Menggerakkan anggota 5. Konsultasi manajemen 6. Pengembangan kemitraan 7. Pertalian dengan program RT,RW dan pemerintah 8. Monitoring dan evaluasi. Output antara Output akhir Keterangan: : Hubungan langsung : Hubungan tidak langsung Gambar 24 Elemen dan Pola Pengembangan Keswadayaan KUSP Identifikasi Partisipan Penentuan partisipan dilakukan melalui diskusi kelompok yang diikuti pengurus, tokoh masyarakat, Petugas dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan anggota dengan difasilitasi pengkaji. Sebelum partisipan ditentukan, fasilitator mengungkapkan permasalahan, harapan dan peluang untuk mengembangkan KUSP berdasarkan hasil analisis permasalahan. Kemudian secara bersama-sama mengidentifikasi pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam pengembangan keswadayaan KUSP. Identifikasi partisipan ini mencakup pihak yang perlu dilibatkan dan perannya dalam pengembangan.

6 Berdasarkan hasil diskusi kelompok, pihak-pihak yang dilibatkan dalam 113 pengembangan keswadayaan adalah pengurus, anggota, tokoh masyarakat (pengurus RT dan ketua RW), dan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Pihak yang terlibat dan peran masing-masing secara lebih jelas tersaji pada Tabel 14 Tabel 14 Pihak-pihak yang Terlibat dan Perannya dalam Pengembangan Keswadayaan No Partisipan Peran 1 Pengurus 1. Menyelenggarakan reorganisasi 2. Menjalin kerjasama dengan Tokoh Masyarakat, Aparat Kelurahan, Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan Bank. 3. Mengikuti pendidikan dan pelatihan administrasi dan manajemen yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. 4. Mengikuti konsultasi administrasi dan manajemen KUSP dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM 5. Bertangungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan. 2 Anggota 1. Mengikuti penyuluhan dan rapat untuk meningkatkan kesadaran perlunya partisipasi. 2. Bersama pengurus melaksanakan reorganisasi. 3. Melaksanakan kegiatan yang disusun bersama. 3 Tokoh Masyarakat (RT, RW ) 4 Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM 1. Mendampingi dalam kegiatan reorganisasi, penyuluhan dan rapat anggota. 2. Mensosialisasikan dan menggerakkan warga masyarakat untuk mendukung pengembangan KUSP. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada pengurus, memfasilitasi permodalan dengan pemberian bantuan modal dan pendampingan dalam menjalin kemitraan dengan Bank Pasar. 5 Aparat Kelurahan Memfasilitasi kerjasama dengan Badan PMD atau kantor lain yang dapat mendukung KUSP. 6 Bank Pasar Menyalurkan kredit mikro melalui KUSP Sumber: Hasil Diskusi Kelompok

7 114 Gambar 25 Diskusi Penentuan Partisipan Kajian dan Perencanaan Partisipatif Proses Kajian dan Perencanaan Partisipatif Kajian partisipatif merupakan upaya bersama partisipan untuk memahami masalah dan mengidentifikasi sumber-sumber atau aktivitas yang dapat mendukung pengembangan. Kegiatan ini dimulai dengan pengkaji menyampaikan permasalahan berdasarkan hasil kajian, kemudian memfasilitasi peserta diskusi untuk mengkategorikan masalah dan menentukan prioritas masalah yang menjadi fokus untuk dipecahkan. Setelah masalah dikategorikan dan ditentukan prioritasnya, dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan KUSP. Langkah terakhir dari tahap ini adalah menyusun program kegiatan dengan melibatkan partisipan. Penentuan Masalah dan Identifikasi Sumber-sumber Hasil diskusi kelompok tentang penentuan masalah dan identifikasi sumbersumber yang melibatkan partisipan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Prioritas masalah/ kebutuhan: a. Perlunya reorganisasi dan peningkatan kemampuan pengurus dalam mengelola KUSP

8 115 b. Masalah pemenuhan pinjaman yang tidak sesuai dengan jumlah anggota yang mengajukan (masalah aset). c. Masalah kemitraan usaha. 2. Sumber-sumber dan peluang yang dapat mendukung pengembangan: a. Tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota dalam pembayaran simpanan dan angsuran pinjaman dan dukungan anggota untuk meningkatkan aset KUSP. Tingkat partisipasi dalam pembayaran dan pernyataan dukungan ini dapat direalisasikan untuk mengembangkan aset dan sumber-sumber aset KUSP dengan meningkatkan simpanan wajib dan mengembangkan pelayanan simpanan di luar simpanan wajib. b. Pengurangan biaya konsumsi rapat setiap bulan dan dukungan anggota untuk meningkatkan aset dengan peningkatan jumlah simpanan wajib dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 3.000,00 sampai Rp 5.000,00 dan penyelenggaraan tabungan di luar simpanan pokok dan simpanan wajib untuk mengembangkan aset dari dalam KUSP. c. Adanya iuran warga RT untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap bulan Rp 1.500,00 (mulai September 2006 akan dinaikkan menjadi Rp 2.000,00) yang dapat disimpan di KUSP untuk menambah permodalan. d. Banyaknya anggota yang muda dengan tingkat pendidikan cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kepengurusan. e. Adanya program pembinaan lembaga-lembaga perkreditan pedesaan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Badan PMD) yang antara lain menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan masyarakat. Jalinan dengan program ini memungkinkan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pengurus. f. Adanya program dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM yang memberikan pendampingan, bantuan permodalan dan memfasilitasi peningkatan permodalan melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan bagi kelompok yang telah berbadan hukum atau berbentuk koperasi. Peluang ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas pengurus, perbaikan administrasi dan manajemen KUSP dan pengembangan aset.

9 116 g. Terdapat program kredit mikro untuk masyarakat dari Bank Pasar yang dapat menyalurkan kredit kepada kelompok usaha atau koperasi. 3. Cara mengatasi: a. Reorganisasi kepengurusan dengan menambah pengurus baru dari kalangan muda b. Mengikutsertakan pengurus dalam pendidikan dan pelatihan pengelolaan KUSP dalam aspek adminsitrasi, manajemen dan pengelolaan aset. c. Meningkatkan simpanan wajib anggota d. Menyelenggarakan tabungan hari raya dan tabungan lain di luar simpanan wajib. e. Menyimpan iuran warga RT untuk perayaan HUT kemerdekaan RI setiap bulan Rp di KUSP. f. Memanfaatkan pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM untuk menjalin kemitraan dengan Bank Pasar. 4. Hambatan: a. Program pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD masih terbatas. Pendidikan dan pelatihan didasarkan atas usulan desa dan diikuti oleh perwakilan dari desa dengan peserta setiap desa terbatas dua orang. Waktu pelaksanaan pendidikan dan pelatihan juga masih terbatas. Selama ini hanya dilaksanakan satu tahun sekali. Sementara program bantuan permodalan dari Badan PMD sudah dihentikan karena dinilai tidak efektif dan bantuan modal secara bergulir mengalami kemacetan dalam pengembaliannya. b. Program pendidikan dan pelatihan, fasilitas permodalan dan pendampingan untuk menjalin kemitraan serta advokasi dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM hanya diperuntukkan bagi koperasi atau unit simpan pinjam yang telah berbadan hukum. Demikian juga prosedur untuk menjalin kemitraan dengan Bank Pasar dalam menyalurkan kredit mikro untuk masyarakat juga mensyaratkan unit simpan pinjam yang telah berbadan hukum. Hambatan prosedural ini menyebabkan KUSP tidak dapat memanfaatkan program tanpa melakukan reorganisasi dengan pengubahan status berbadan hukum.

10 117 Secara lebih ringkas, hasil penentuan masalah, identifikasi sumber-sumber, cara mengatasi dan hambatan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Masalah/kebutuhan, Cara Mengatasi dan Sumber yang Mendukung Pemecahan Masalah Berdasarkan Hasil Diskusi Kelompok. No Masalah/ Kebutuhan Cara Mengatasi Sumber yang mendukung Hambatan 1. Perlunya reorganisasi dan peningkatan kemampuan pengurus a. Reorganisasi pengurus b. Pendidikan dan latihan a. Banyaknya anggota dari kalangan muda dan berpendidikan cukup tinggi. b. Program Diklat dan pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Keikutsertaan dalam diklat yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM baru dapat dilakukan setelah KUSP memiliki badan hukum. 2. Kurangnya aset (modal) KUSP a. Peningkatan simpanan wajib b. Penyelenggaraan tabungan hari raya c. Penyimpanan uang RT a. Dukungan anggota b. Dukungan tokoh masyarakat KUSP harus menyediakan uang tunai menjelang hari raya atau pada saat RT membutuhkan. 3. Tidak menjalin kemitraan Menjalin kerjasama dengan Bank Pasar dengan memanfaatkan fasilitas pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Program fasilitas permodalan dan pendampingan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Prosedur untuk memperoleh fasilitas permodalan dan pendampingan serta penyaluran kredit dari bank mensyaratkan kelompok yang berbadan hukum. Sumber: Hasil Diskusi Kelompok Berdasarkan hasil assessmen masalah / kebutuhan, cara mengatasi dan identifikasi sumber-sumber yang dapat mendukung keswadayaan tersebut, kemudian disusun program pengembangan keswadayaan yang melibatkan partisipan melalui diskusi kelompok.

11 118 Gambar 26 Diskusi Perumusan Masalah dan Penyusunan Program Program Pengembangan Keswadayaan KUSP Proses Penyusunan Program Program disusun dengan melibatkan pengurus, anggota dan partisipan yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya melalui diskusi kelompok. Proses penyusunan program diawali dengan penyadaran terhadap masalah KUSP. Pengkaji menyampaikan permasalahan, sumber-sumber dan peluang mengembangkan KUSP, cara mengatasi dan hambatan dalam pengembangan keswadayaan KUSP berdasarkan hasil diskusi kelompok. Sebelum program disusun, pengkaji menjelaskan tentang model pengembangan kelompok usaha yang dikembangkan Verhagen, yang mencakup delapan langkah pengembangan. Kemudian menawarkan delapan langkah tersebut kepada peserta diskusi. Hasilnya adalah semua peserta diskusi yang terdiri dari semua pengurus KUSP dan beberapa anggota menyetujui dengan syarat disesuaikan dengan kemampuan kelompok untuk melaksanakan. Setelah model pengembangan disetujui, pembahasan penyusunan program dilakukan bersama melalui diskusi berdasarkan delapan langkah pengembangan keswadayaan lembaga, yang meliputi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, menggerakkan anggota, konsultasi manajemen, pengembangan kemitraan, pertalian dengan program pengembangan masyarakat dari RW, kelurahan dan pemerintah, pengembangan kemitraan usaha, monitoring dan evaluasi.

12 119 Tujuan Tujuan umum dari pengembangan keswadayaan KUSP adalah mewujudkan KUSP Gotong Royong yang mandiri, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada anggota dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan baik dalam aspek ekonomi mapun sosial secara berkelanjutan. Tujuan ini dicapai melalui : 1. Reorganisasi KUSP dan peningkatan kemampuan pengurus serta anggota dalam mengelola KUSP 2. Mengembangkan aset dan sumber-sumber aset dari dalam KUSP. 3. Mengembangkan kemitraan. 4. Mengembangkan interaksi KUSP dengan masyarakat. Rencana Kegiatan Kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan KUSP adalah menerapkan instrumen pengembangan keswadayaan. Modifikasi dan penyesuaian dalam penerapan instrumen pengembangan keswadayaan dilakukan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan pengurus, anggota dan partisipan lain yang terlibat dalam pengembangan keswadayaan. Sebelum langkah pengembangan keswadayaan diterapkan, beberapa prasyarat harus dipenuhi oleh KUSP untuk dapat menjalin kerjasama dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan mengembangkan kemitraan dengan lembaga keuangan (Bank Pasar). Prasyarat tersebut adalah KUSP telah berbadan hukum atau dalam bentuk koperasi. Oleh karena itu, tahap awal dari rencana kegiatan adalah persiapan KUSP untuk memperoleh badan hukum. Hasil diskusi kelompok dalam penyusunan program secara lebih rinci disajikan pada Tabel 16.

13 109 Tabel 16 Rencana Kegiatan Pengembangan Keswadayaan KUSP No Tahapan Program 1. Reorganisasi KUSP 2. Pendidikan dan pelatihan 3. Pengembangan aset dan sumber aset 4. Konsultasi manajemen Pergantian / penambahan kepengurusan. Kegiatan Tujuan Partisipan Waktu Pelaksanaan Penyusunan anggaran dasar (AD/ART). Pengembangan forum diskusi antar pengurus dan anggota Mengubah status kelompok menjadi badan hukum. Penyuluhan tentang pengelolaan KUSP dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Diskusi tentang pengelolaan KUSP untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola KUSP antara pengurus dan anggota. Mengikuti Diklat adminsitrasi, manajemen dan pengelolaan aset untuk pengurus yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Peningkatan simpanan wajib Penyelenggaraan tabungan hari raya Penghimpunan keuangan RT Konsultasi dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dalam pengembangan manajemen KUSP, mencakup penyusunan program kerja, pembagian tugas, pembukuan, pengembangan pelayanan dan evaluasi. Menguatkan kinerja pengurus Meningkatkan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan. Memenuhi prosedur pemanfaatan pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan kemitraan dengan Bank Pasar. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan administrasi, manajemen dan pengembangan aset KUSP Meningkatkan permodalan dari dalam KUSP Meningkatkan kemampuan pengelolaan KUSP Pengurus Anggota Tokoh Masyarakat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Pengurus Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM 16 Februari sampai 16 Mei sampai 31 Juni 2007 Mulai 1 Maret 2007 Mulai 1 Juli 2007 Indikator Keberhasilan Tersusun kepengurusan baru Tersusun anggaran dasar. Terlaksana forum diskusi antara pengurus dan anggota KUSP memperoleh badan hukum dan memanfaatkan pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Bertambahnya pengetahuan dan motivasi anggota dalam pengelolaan KUSP Meningkatnya partisipasi anggota dalam pengelolaam KUSP Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi, manajemen dan pengelolaan aset. Membaiknya administrasi dan manejemen KUSP. Mulai tahun 2007, Jumlah simpanan wajib meningkat dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 4.000,00. Anggota membayar simpanan wajib dengan disiplin. Terselenggara tabungan hari raya dan simpanan keuangan RT mulai tahun buku Jumlah aset KUSP meningkat dua kali lipat pada akhir tahun tutup buku Kemampuan pengurus dalam administrasi dan manajemen meningkat. Membaiknya pembukuan KUSP Membaiknya manajemen pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial. 120

14 110 No Tahapan Program Kegiatan Tujuan Partisipan Waktu Pelaksanaan Indikator Keberhasilan 5. Menjalin kerjasama dengan lembaga masyarakat, RT, RW dan pemerintah Mensosialisasikan program pengembangan KUSP kepada masyarakat. Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan bersama. Menghimpun dana 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RT dan RW. Kerjasama dengan pemerintah kelurahan untuk memperoleh fasilitas pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan pedesaan dari Badan PMD. Menguatkan kelembagaan Mendukung pengembangan masyarakat. Meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan menajemen KUSP Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Aparat kelurahan Badan PMD. Mulai 1 Agustus 2007 Semakin banyak anggota dari luar RW IV Kwaluhan yang masuk menjadi anggota KUSP. Mulai tahun buku 2006, terhimpun dana dari KUSP sebesar 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RW. Pada bulan September 2007, pengurus mengikuti pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi dan manajemen. 6. Membangun kemitraan dengan bank Menjalin kemitraan dalam penyaluran kredit mikro dari Bank Pasar. Mengikuti pembinaan dalam administrasi, manajemen dan pengelolaan aset dari Bank Pasar. Memperkuat permodalan. Memenuhi kebutuhan pinjaman anggota Meningkatkan kemampuan administrasi dan manajemen KUSP. Pengurus Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Bank Pasar Mulai Oktober 2007 Terbangun pola kemitraan antara Bank Pasar dan KUSP, KUSP menjadi lembaga mediasi penyalur kredit mikro Bank Pasar. Semua anggota yang memenuhi persyaratan untuk meminjam dapat dipenuhi pinjamannya. Kemampuan administrasi dan manajemen KUSP meningkat. 7. Monitoring dan evaluasi Penyusunan indikator keberhasilan kegiatan. Monitoring pelaksanaan tahapan kegiatan pengembangan bersama seluruh partisipan. Evaluasi terhadap tingkat pencapaian tujuan pengembangan bersama seluruh partisipan. Memperoleh pedoman dalam momitoring dan evaluasi. Menilai efektifitas dan efisiensi kegiatan Menilai tingkat ketercapaian tujuan (keberhasilan) program pengembangan. Pengurus Anggota Tokoh masyarakat Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Bank. Mulai 16 Februari 2007 dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap 3 bulan. Tersusun pedoman monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama partisipan secara periodik. Sumber: Hasil Diskusi Kelompok 121

15 122 Reorganisasi KUSP Reorganisasi adalah menata kembali keorganisasian KUSP. Reorganisasi ini dilakukan untuk memperkuat kepengurusan KUSP dan memenuhi prosedur untuk menjalin kerjasama dengan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM serta kemitraan dengan Bank. Persyaratan untuk memperoleh pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Kabupaten Temanggung berupa fasilitas permodalan, pendidikan dan pelatihan, pendampingan dan advokasi dalam menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan (bank) adalah apabila telah berbadan hukum. Prosedur yang harus dipenuhi unit simpan pinjam untuk memperoleh badan hukum adalah: 1. Kelompok dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. 2. Mengadakan rapat pembentukan yang dihadiri oleh para pendiri. 3. Membuat permohonan ke Bupati Temanggung Cq Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dengan melampiri: akta pendirian, daftar nama pendiri, berita acara pembentukan, surat bukti penyetoran modal anggota berupa simpanan pokok dan simpanan wajib, rencana kerja dalam tiga tahun, dan menyetorkan modal tetap sebesar Rp 15 juta di bank pemerintah atas nama pengurus (setoran ini dapat ditarik kembali dalam waktu 2 atau 3 hari), administrasi dan pembukuan. Keuntungan yang dapat diperoleh oleh KUSP apabila memperoleh badan hukum adalah: 1. Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM bertanggung jawab terhadap pembinaannya, sehingga akan memperoleh fasilitas sebagai berikut: a. Memperolah fasilitas permodalan, yaitu bantuan permodalan dan kredit untuk permodalan. b. Mengikutsertakan pengurus dalam pendidikan dan pelatihan pengelolaan kelompok mencakup administrasi dan manajemen lembaga keuangan. c. Memperoleh pendampingan untuk menjalin kemitraan dengan lembagalembaga keuangan (bank, koperasi, BPR). d. Memperoleh pelayanan advokasi apabila KUSP mengalami masalah yang berkaitan dengan pelanggaran hukum atau yang mengakibatkan kerugian,

16 123 seperti kecurangan pengurus, ketidaktepatan mengembalikan kredit disebabkan oleh keterlambatan pengembalian pinjaman dari anggota. 2. KUSP dapat menjalin kemitraan dengan bank dan sebagai mediator dalam penyaluran kredit untuk usaha produktif anggota. Penyaluran kredit bank dapat dilakukan melalui KUSP dengan jaminan nonkonvensional atau berupa liabilitas kelompok. Kelemahan dan ancaman yang dapat ditimbulkan apabila kelompok usaha berbadan hukum atau dalam bentuk koperasi adalah kelompok dapat terjebak menjadi koperasi bukan sejati (pseudo-cooperative), yang hanya memenuhi karakteristik formal seperti terdaftar secara hukum, keorganisasian, hak dan kewajiban diatur secara formal. Karakteristik sebagai koperasi sebenarnya yaitu otonomi organisasi dan partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan terancam oleh intervensi dari luar (pemerintah), atau dengan kata lain secara de jure merupakan lembaga ekonomi masyarakat, tetapi secara de facto dikontrol oleh pemerintah. Untuk menghindari hal tersebut, otonomi organisasi dalam reorganisasi KUSP tetap dipertahankan. Dalam pelaksanaan pelayanan, prosedur formal (ketentuan-ketentuan perkoperasian) disesuaikan dengan kondisi kelompok. Perubahan yang dilakukan lebih banyak pada adminsitrasi dan pembukuan, sehingga secara formal, KUSP dapat memenuhi prosedur untuk memanfaatkan pelayanan publik dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM serta menjalin kemitraan dengan Bank Pasar. Reorganisasi KUSP dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: 1. Menyusun anggaran dasar baru secara partisipatif. 2. Menyusun struktur organisasi baru dan pembagian kerja pengurus secara lebih jelas baik mencakup bidang kerjanya maupun tugas pokok masing-masing pengurus. 3. Mengembangkan forum diskusi antara pengurus dan anggota. 4. Menambah kepengurusan dari anggota dari kalangan muda yang potensial sesuai dengan bidang kerja. 5. Melakukan memperbaiki administrasi dan pembukuan. 6. Merubah status KUSP menjadi badan hukum dengan langkah: a. Menghimpun dana dari seluruh anggota untuk biaya pengurusan badan

17 124 hukum (setoran modal awal dan pengurusan akta notaris). Setelah persyaratan setoran modal awal terpenuhi, setoran ditarik kembali untuk menambah modal KUSP. b. Memanfaatkan fasilitas pendamping dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM untuk pengubahan status badan hukum. 7. Reorganisasi dilakukan bersamaan dengan Rapat Anggota Tahunan Tutup Buku Tahun 2006, bulan Februari 2007, dengan melibatkan pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan difasilitasi oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Keberhasilan dari reorganisasi KUSP dilihat dari indikator sebagai berikut: 1. Tersusun anggaran dasar dasar baru yang aspiratif dengan memberikan kesempatan kepada anggota untuk terlibat dalam pengelolaan KUSP. Anggaran dasar ini mencakup tujuan, landasan operasional (moto), struktur organisasi, reorganisasi pengurus, pembagian bidang kerja dan tugas pokok pengurus, mekanisme pelayanan, peranan anggota, hak dan kewajiban anggota, dan ketentuan-ketentuan dalam pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial. 2. Tersusun kepengurusan baru sesuai dengan AD/ART. 3. Terselenggara forum diskusi antar pengurus dan anggota. 4. KUSP memperoleh badan hukum, sehingga dapat memenuhi prosedur untuk memanfaatkan pelayanan dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM dan menjalin kemitraan dengan Bank. Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan administrasi, manajemen dan pengembangan aset KUSP. Sasaran kegiatan pendidikan dan pelatihan ini mencakup peningkatan motivasi, pengembangan pengetahuan dan teknik administrasi serta manejemen lembaga keuangan (aspek teknik dan manajerial). Kegiatan pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan: 1. Penyuluhan tentang pentingnya peningkatan kemampuan pengelolaan KUSP,

18 125 perlunya partisipasi pengurus dan anggota, teknik-teknik administrasi dan manajemen dan pengelolaan serta pengembangan aset. Penyuluhan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM yang diikuti oleh seluruh pengurus dan anggota serta tokoh-tokoh masyarakat. 2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan adminsitrasi, manajemen dan pengelolaan aset untuk pengurus yang diselenggarakan Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Pengurus yang diikutkan dalam pendidikan dan pelatihan adalah perwakilan dari pengurus yang telah lama dan pengurus yang baru hasil reorganisasi. Hasil dari pendidikan dan latihan kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan diskusi antar pengurus, sehingga terjadi saling belajar diantara pengurus dan terjadi komitmen bersama dalam penerapannya di KUSP. 3. Diskusi tentang pengelolaan KUSP untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola KUSP antara pengurus dan anggota. Diskusi ini dilakukan untuk menindaklanjuti hasil penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta penerapannya dalam pengelolaan KUSP. Tokoh masyarakat berperan sebagai fasilitator. Dalam diskusi ini, pengurus dan anggota bersama-sama menyusun program kerja, memperbaiki pembukuan, menyusun rencana kegiatan pelayanan, dan memecahkan masalah dan hambatan dalam penyelenggaraan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial secara bersama-sama. Dengan diskusi akan terjadi pendidikan dan pelatihan dua arah (education and mutual training). Pengurus dan anggota yang telah memiliki kemampuan administrasi dan manajemen mentranfer pengalamannya kepada pengurus dan anggota lain, sehingga tercipta saling belajar dan saling memberi pengalaman. Indikator keberhasilan dari program pendidikan dan pelatihan ini adalah: 1. Bertambahnya pengetahuan anggota dalam pengelolaan KUSP. Peningkatan pengetahuan dan motivasi anggota KUSP ini dilihat dari intensitas tanya jawab dalam proses diskusi setelah penyuluhan dilaksanakan. 2. Meningkatnya partisipasi anggota dalam pengelolaam KUSP.

19 126 Meningkatnya partisipasi ini dilihat dari: a. Tingkat kehadiran anggota dalam rapat rutin meningkat, minimal tiga perempat jumlah anggota hadir setiap rapat. b. Anggota disiplin dalam membayar simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman sesuai ketentuan yang disepakati bersama. 3. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam administrasi, manajemen dan pengelolaan aset. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ini dilihat dari: a. Pengurus dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan anggota KUSP terlibat dalam penyusunan program, misalnya menyelenggarakan diskusi atau musyawarah bersama pengurus dan anggota. b. Pengurus dan anggota dapat bersama-sama menyusun program kerja. c. Pengurus dapat memperbaiki pembukuan KUSP. d. Pengurus dapat melaksanakan pelayanan lebih cepat dan tepat. 4. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah membaiknya administrasi dan manejemen KUSP. Pengembangan aset dan sumber aset Pengembangan aset dan sumber aset dilakukan dengan mobilisasi sumberdaya. Mobilisasi sumberdaya merupakan proses pemanfaatan dan penggerakan sumberdaya ke dalam operasional kelompok. Tujuannya adalah memperkuat permodalan dari dalam kelompok untuk meningkatkan pelayanan keuangan terhadap anggota. Pengembangan aset dan sumber-sumber aset dari dalam KUSP dilakukan dengan: 1. Meningkatkan jumlah simpanan wajib dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 4.000,00. Agar tidak menambah beban anggota, biaya konsumsi rapat setiap bulan untuk makanan kecil dikurangi dari Rp 1.500,00 menjadi Rp 5.00,00 untuk minum. 2. Menyelenggaraan tabungan hari raya dan tabungan lain di luar simpanan pokok dan simpanan wajib. Tabungan yang diselenggarakan adalah tabungan berjangka, penarikan hanya dilakukan pada periode tertentu, sehingga KUSP mempunyai kesempatan untuk menyediakan uang tunai.

20 Menghimpun atau menyimpan keuangan RT hasil iuran warga untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI setiap bulan Rp Rp 2.000,00 setiap KK. Indikator keberhasilan pengembangan aset dan sumber aset adalah: 1. Mulai tahun buku 2007, jumlah simpanan wajib meningkat dari Rp 2.000,00 menjadi Rp 4.000, Anggota membayar simpanan wajib, angsuran dan bunga pinjaman dengan disiplin sesuai ketentuan yang telah disepakati. 3. Mulai tahun buku 2007, terselenggara tabungan hari raya dan simpanan keuangan RT. 4. Jumlah aset KUSP meningkat dari Rp 18,5 juta tahun 2005 menjadi Rp 30 juta akhir tahun Konsultasi Manaje men Konsultasi manajemen adalah proses pemberian nasehat (advice) agar KUSP dapat bekerja secara efisien. Konsultasi manajemen dilakukan pada saat penyusunan program kerja, mengalami masalah finansial, timbul masalah dalam pelaksanaan pelayanan simpan pinjam atau ketika kelompok membutuhkan nasehat atau bantuan. Dalam konsultasi manajemen ini, pihak yang dilibatkan adalah dari Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Konsultasi manajemen dilakukan dengan memanfaatkan program pendampingan dan advokasi yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. Teknik pelaksanaannya dapat mendatangi kantor tersebut atau menghadirkan mereka ke KUSP. Dalam konsultasi ini, Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM memberikan bimbingan bagaimana menyusun rencana, pembukuan keuangan, pembagian dan pengorganisasian kerja, mengembangkan aset, menyusun pelaporan, evaluasi dan memecahkan masalah yang timbul pada saat penyelengaraan simpan pinjam. Keberhasilan konsultasi manajemen dilihat dari indikator sebagai berikut: 1. Kemampuan pengurus dalam administrasi dan manajemen meningkat. Kemampuan dalam administrasi dan manajemen ini diukur dari: a. Tersusun program kerja yang realistis dan dapat dilaksanakan oleh KUSP.

21 128 b. Pembukuan keuangan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh pengurus. c. Tugas-tugas pelayanan dapat lebih cepat dan tepat. 2. Hasil akhir dari konsultasi manajemen ini adalah membaiknya pembukuan KUSP, yaitu dapat tersusun pembukuan lembaga keuangan dan pelaksanaan pelayanan simpan, pinjam dan jaminan sosial lebih cepat dan tepat sesuai kondisi spesifik KUSP. Pengembangan Jejaring Pengembangan jejaring dilakukan untuk memecahkan masalah keterbatasan akses melalui kemitraan dengan Bank Pasar sebagai bank pelaksana penyaluran kredit mikro untuk usaha kecil. Bank pasar menyalurkan kredit mikro melalui KUSP dengan pengalihan agunan (collateral) dari bentuk konvensional menjadi liabilitas kelompok. Tujuan dari kemitraan ini adalah memperkuat permodalan dan meningkatkan kemampuan administrasi dan manajemen KUSP, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pinjaman anggota. Dalam membangun kemitraan ini, KUSP memanfaatkan program pendampingan dalam mengembangkan kemitraan yang diselenggarakan oleh Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM. KUSP menjadi lembaga mediasi dalam penyaluran kredit mikro dari bank kepada masyarakat. Besarnya pinjaman dan pelaksanaan kemitraan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dan KUSP. Kemitraan dengan Bank Pasar ini menggunakan pola bank memberikan kredit langsung kepada KUSP. Tabungan KUSP disimpan oleh Bank Pasar, kemudian Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM memberikan dukungan terhadap proses konsultasi dan pelatihan. Secara lebih jelas, pola hubungan Bank Pasar dan KUSP disajikan pada Gambar 27 Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM Bank Pasar KUSP Anggota Gambar 27 Model Hubungan Bank Pasar dengan KUSP

22 129 Dari Gambar tersebut, fungsi Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM adalah sebagai pendamping KUSP dalam menjalin kemitraan dengan memberikan bantuan teknis dan penyuluhan. Selanjutnya untuk menopang kegiatan kemitraan dilakukan langkah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kegiatan menabung. Seluruh anggota KUSP diwajibkan membayar simpanan wajib secara rutin dan disiplin, sehingga mempunyai kekuatan dasar dalam finansial. 2. Tabungan wajib anggota di simpan di Bank Pasar dan tidak dapat ditarik sepanjang pinjaman belum terlunasi. 3. Mengoptimalkan peran kelompok, yaitu memberikan kewenangan KUSP untuk melakukan distribusi kredit dan memobilisasi tabungan anggota termasuk dalam pencatatan dan administrasi, sehingga secara tidak langsung KUSP melaksanakan peran bank dalam skala kecil. 4. Pada awal kegiatan, rasio tabungan dan kredit 2:1, yaitu jumlah kredit yang yang dapat diberikan kepada anggota adalah setengah dari jumlah tabungan kelompok di Bank Pasar. Rasio ini dirubah setelah melihat perkembangan yang terjadi selama kegiatan berjalan. 5. Prosedur administrasi dilaksanakan secara sederhana. Anggota yang membutuhkan pinjaman untuk kebutuhan modal usaha cukup mengajukan pinjaman di KUSP dengan jaminan kelompok. 6. Kantor Pelayanan Koperasi dan UKM memberikan pendampingan dan advokasi apabila terjadi resiko kerugian yang dialami anggota. 7. Biaya yang diperlukan untuk administrasi dikompensasikan melalui tingkat suku bunga yang berlaku. Apabila kegiatan berjalan normal, seluruh biaya yang diperlukan untuk menunjang mekanisme ini dipenuhi dari selisih bunga yang didapat dari pengembalian pinjaman. 8. Bank Pasar memberikan insentif kepada KUSP apabila dapat mengembalikan pinjaman dengan tetap dan rutin. Insentif dikirimkan melalui kelompok, sehingga dapat digunakan untuk menutupi biaya administrasi atau untuk mengurangi pegeluaran kelompok.

23 130 Keberhasilan pengembangan kemitraan ini diukur dari indikator sebagai berikut: 1. Terbangun pola kemitraan antara Bank Pasar dan KUSP, KUSP menjadi lembaga mediasi penyalur kredit mikro Bank Pasar. 2. KUSP dapat melaksanakan administrasi dan manajemen pelayanan keuangan sesuai standar yang diperlukan dalam penyaluran kredit. 3. Semua anggota yang memenuhi persyaratan untuk meminjam dapat dipenuhi pinjamannya. Membangun Jalinan Dengan RT, RW dan Kelurahan Keberadaan KUSP diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat setempat. Oleh karena itu, pertalian dengan program-program pengembangan masyarakat di tingkat RT, RW atau kelurahan perlu dilakukan. Pertalian ini dapat direalisasikan dengan mengintegrasikan kegiatan KUSP dengan kegiatan pengembangan masyarakat. Rapat rutin yang diadakan KUSP dijadikan arena untuk musyawarah bersama membahas masalah-masalah kemasyarakatan. Integrasi ini juga dapat dilakukan dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga masyarakat seperti PKK, dawis, kelompok pemuda, kelompok yasinan dan sebagainya untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan kemasyarakatan. Jalinan dengan kegiatan masyarakat dilakukan dengan: 1. Mensosialisasikan program pengembangan KUSP kepada masyarakat. Sosialisasi program dilakukan oleh tokoh masyarakat (pengurus RT dan RW) dan aparat kelurahan kepada warga masyarakat. Tujuannya adalah untuk memperoleh dukungan dan mengembangkan keanggotaan dalam lingkup lebih luas, yaitu RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari dan masyarakat sekitarnya. 2. Menyelenggarakan simpanan dari uang kas lembaga-lembaga kemasyarakatan (PKK, Dawis, Kelompok Pemuda). 3. Menyisihkan dana sebesar 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RT/ RW.

24 Kerjasama dengan pemerintah kelurahan untuk memperoleh fasilitas pendidikan dan pelatihan pengelolaan lembaga perkreditan pedesaan dari Badan PMD. Pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD didasarkan atas usulan desa atau kelurahan dan diikuti oleh perwakilan dari desa atau kelurahan dengan peserta setiap desa terbatas dua orang. Melalui kerjasama ini, KUSP diusulkan oleh kelurahan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tujuannya adalah menguatkan kelembagaan dan meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan menajemen KUSP. Indikator keberhasilan jalinan dengan RT, RW dan Kelurahan ini diukur dari: 1. Semakin banyak anggota dari luar RT 02 dan RW IV Kwaluhan yang masuk menjadi anggota KUSP. 2. Mulai tahun buku 2006, terhimpun dana dari KUSP sebesar 2 persen dari pinjaman anggota untuk pembangunan RW. 3. Pada tahun 2006, pengurus mengikuti pendidikan dan pelatihan dari Badan PMD. 4. Hasil akhir dari jalinan ini adalah KUSP memperoleh dukungan dari masyarakat, dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan masyarakat dan meningkatknya kemampuan pengurus dalam mengelola administrasi dan menajemen KUSP. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan dengan meninjau keefektifan aktivitas-aktivitas dalam setiap tahapan kegiatan, dan mengkaji tujuan khusus KUSP. Monitoring ini meliputi pengawasan dan penilaian terhadap program yang telah disusun dan penerapannya di lapangan. Pelaksanaan monitoring dilakukan bersama seluruh partisipan dan dilakukan secara periodik pada setiap akhir tahapan kegiatan melalui diskusi kelompok. Untuk menunjang keefktifan dalam monitoring, disusun instrumen pengawasan. Penyusunan instrumen dilakukan bersama seluruh partisipan.

25 132 Evaluasi merupakan proses penilaian secara sistematis tentang relevansi, keefektifan, dan ketercapaian tujuan. Evaluasi dalam kelompok usaha simpan pinjam dilakukan secara bersama-sama antara pengurus, anggota dan partisipan lain yang terlibat dalam pengembangan keswadayaan. Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui diskusi kelompok. Evaluasi dilakukan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai pada setiap tahapan kegiatan dan perkembangan KUSP secara periodik pada tahun tutup buku atau RAT. Untuk menunjang keefktifan dalam evaluasi, disusun instrumen evaluasi. Penyusunan instrumen dilakukan bersama seluruh partisipan. Keberhasilan kegiatan monitoring dan evaluasi diukur dari indikator sebagai berikut: 1. Tersusun pedoman monitoring dan evaluasi yang dilakukan bersama partisipan. 2. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama seluruh partisipan secara periodik. Pada akhirnya, keberhasilan dari pengembangan keswadayaan ini adalah meningkatnya pelayanan KUSP yang diwujudkan dengan: 1. KUSP mampu menyelenggarakan pelayanan sendiri dengan menggunakan sumber-sumber yang ada. 2. KUSP mampu memenuhi kebutuhan simpanan, pinjaman dan jaminan sosial bagi anggota-anggotanya sesuai dengan ketentuan yang disepakati dan jumlah anggota yang membutuhkan. 3. KUSP dapat memberikan kontribusi terhadap stabilitas kehidupan masyarakat.

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE Analisis Masalah Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE,

Lebih terperinci

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG Deskripsi dan Perkembangan Kegiatan KUSP Gotong Royong RW IV Kwaluhan, Kelurahan Kertosari didirikan pada tahun 1993. Pada awalnya, KUSP (KUSP) Gotong Royong

Lebih terperinci

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat

Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan Pandangan tentang kemiskinan sangat beragam, berubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada awalnya pendekatan yang terpusat pada kondisi atau keadaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN. Fungsi BKM pada program penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Pakembaran perlu ditingkatkan, sehingga dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 15 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 15 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak permasalahan yang terkait dengan hal ekonomi dan pembangunan. Hal ini diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015 SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 6 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 22 ayat (1)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 94

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 PERUBAHAN UMUM PERUBAHAN 1. Penyebutan Tahun 2012 Perwali dan Lampiran 2. Istilah stakeholder menjadi pemangku kepentingan pembangunan 3. Istilah Persiapan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu

Lebih terperinci

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP

BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP BAB VII STIMULAN DAN PENGELOLAAN P2KP 7.1. STIMULAN P2KP 7.1.1. Tingkat Bantuan Dana BLM untuk Pemugaran Rumah, Perbaikan Fasilitas Umum dan Bantuan Sosial Salah satu indikator keberhasilan P2KP yaitu

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K) PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA/KELURAHAN (LPMD/K) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa sejalan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN Menimbang : BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa dalam rangka menunjang kelancaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian ini yang merupakan bagian penutup dari laporan penelitian memuat kesimpulan berupa hasil penelitian dan saran-saran yang perlu dikemukakan demi keberhasilan proses

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan PKBL PTPN VII Kemitraan adalah pemberian kredit modal kerja yang diberikan oleh PTPN VII kepada usaha mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN 111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 25 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) 28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2012 T E N TA N G MEKANISME PENCAIRAN, PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR BAGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 28 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DESA/ KELURAHAN A. Pengertian 1. Musrenbang Desa/ Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM Draft PETUNJUK PELAKSANAAN Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM I. Pendahuluan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan salah satu upaya penanganan masalah kemiskinan di

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 25 Tahun 2002 Seri: D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan

Lebih terperinci

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT - 1 - SALINAN BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LABUHANBATU

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci