BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstraksi Gigi Pengertian Ekstraksi Gigi Ekstraksi gigi adalah suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan keras dan jaringan lunak dari rongga mulut. Defenisi pencabutan yang ideal adalah pencabutan gigi secara utuh atau akar gigi dengan trauma seminimal mungkin terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi Anatomi Gigi Molar Satu Mandibula Gigi terdiri atas empat jaringan: , dentin, sementum dan pulpa. Tiga yang pertama ( ,dentin dan sementum) relatif keras, karena banyak mengandung mineral, terutama kalsium sehingga dinyatakan terkalsifikasi. Hanya dua dari jaringan lainnya yaitu dentin dan pulpa biasanya tidak terlihat pada gigi utuh. 9 Gambar 1. Anatomi Gigi Molar Satu Mandibula 10

2 6 Molar pertama bawah adalah gigi ke-6 dari garis median. Pada umumnya gigi ini adalah gigi terbesar di rahang bawah. Gigi ini memiliki 5 tonjol yang tumbuh baik : 2 tonjol bukal (tonjol mesio-bukal, tonjol disto-bukal), tonjol distal dan tonjol lingual (mesio-lingual dan disto-lingual). Mempunyai akar yang bertumbuh baik : 1 mesial dan 1 distal, yang lebar bukolingual dan pada apeksnya nyata terpisah. Sebaran akar lebih lebar, batang lebih pendek, akarnya melengkung Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Gigi Indikasi Ekstraksi Gigi Gigi dicabut karena berbagai alasan, misalnya karena sakit, gigi tersebut dapat mempengaruhi jaringan sekitarnya. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa indikasi pencabutan gigi. 2,11 1. Karies yang parah Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas untuk pencabutan gigi adalah gigi yang mengalami karies yang parah yang tidak dapat dipertahankan. 2. Nekrosis pulpa Gigi yang mengalami nekrosis pulpa atau pulpa irreversible yang tidak diindikasikan untuk perawatan pulpa. 3. Penyakit periodontal yang parah Periodontitis yang parah akan berdampak pada kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang irreversible. Pada keadaan seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut. 4. Alasan ortodontik Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang keselarasan gigi. 5. Gigi yang mengalami malposisi Gigi yang mengalami malposisi parah diindikasikan untuk pencabutan. 6. Gigi yang retak (unrestorable fractured teeth) Gigi yang retak diindikasikan untuk dicabut dengan alasan dapat menyebabkan rasa sakit.

3 7 7. Pra prostetik ekstraksi Gigi yang mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi tiruan cekat. Ketika hal ini terjadi, pencabutan gigi sangat diperlukan. 8. Gigi impaksi Jika gigi impaksi mengganggu oklusi fungsional, maka gigi impaksi tersebut harus dicabut. 9. Supernumerary gigi Gigi supernumerary biasanya mengalami impaksi dan dapat mengganggu erupsi gigi serta memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut. 10. Gigi yang terkait dengan lesi patologis Gigi yang terkait dengan lesi patologis memerlukan pencabutan. 11. Estetik Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik 12. Ekonomis Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur perawatan gigi memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi 13. Terapi pra radiasi 14. Gigi yang berada pada garis fraktur rahang Kontraindikasi Ekstraksi Gigi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempertimbangkan melakukan pencabutan gigi terhadap pasien. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa indikasi pencabutan gigi. 2 a. Kontraindikasi sistemik o Kelainan jantung o Kelainan darah (leukemia, haemoragik purpura, hemofilia dan anemia) o Diabetes melitus tidak terkontrol o Pasien dengan penyakit ginjal o Penyakit hepar (hepatitis)

4 8 o Pasien dengan penyakit sifilis o Toksik goiter o Kehamilan trisemester pertama dan ketiga o Psikosis dan neurosis o Pasien yang diterapi dengan antikoagulan b. Kontraindikasi lokal o Radang akut, seperti infeksi fusospirochetal atau streptokokal o Infeksi perikoronal akut, seperti yang sering didapati disekeliling molar tiga yang sebagian. Infeksi ini harus dirawat dan jaringan harus kembali normal sebelum pencabutan o Pencabutan premolar dan molar rahang atas dikontraindikasikan selama sinusitis maksilaris akut. o Malignansi oral (kanker, tumor) o Gigi yang masih bisa dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi, endodontik dan sebagianya Teknik Ekstraksi Gigi Pada dasarnya hanya dua metode pencabutan gigi. Metode pertama yang cukup memadai dalam sebagian besar kasus biasanya disebut pencabutan dengan tang (forceps extraction) dan terdiri dari pencabutan gigi atau akar dengan menggunakan tang atau elevator atau kedua-duanya. Paruh alat-alat ini ditekan masuk ke dalam membran periodontal antara akar gigi dan dinding tulang soket. Metode ini lebih baik disebut sebagai pencabutan intra-alveolar. 2 Metode pencabutan gigi yang lain adalah memisahkan gigi atau akar dari perlekatannya dengan tulang. Pemisahan dilakukan dengan mengambil tulang penyangga akar gigi itu yang kemudian dikeluarkan dengan menggunakan elevator dan atau tang. Teknik ini sering disebut trans-alveolar. 2 Metode ini digunakan untuk kasus akar sisa atau gigi yang dipertimbangkan sulit untuk diekstraksi. Seorang dokter harus melakukan perawatan bertahap untuk operasi ini, analisis dengan hati-

5 9 hati ukuran flep, banyaknya tulang yang dibuang dan poin utama aplikasi teknik ini untuk mengeluarkan gigi atau akar dengan baik. 12 Baik pada gigi molar satu dan molar dua mandibula memiliki dua akar. Selama proses ekstraksi gigi molar satu, pertama tekanan tang dilakukan pada bagian bukal, diikuti oleh tekanan pada bagian lingual. Kadang-kadang tekanan rotasi dapat membantu proses ekstraksi. Tang Cowhorn (#23) sangat membantu ekstraksi gigi ini, sebagaimana memegang gigi tepat pada furkasi dan antara kedua akar, lalu tang akan bergerak ke bukalingual. 2,13 Gambar 2. Tang pencabutan gigi molar satu mandibula Komplikasi Pasca Ekstraksi Gigi Dalam melakukan tindakan pencabutan gigi akan dijumpai beberapa masalah kesehatan yang sama dan terdapat pada masing-masing pasien pencabutan gigi. Hal demikian yang akan menjadi faktor risiko terjadinya komplikasi pencabutan gigi. Beberapa faktor resiko yang biasanya menjadi penyebab komplikasi pencabutan gigi antara lain penyakit sistemik, umur pasien, keadaan akar gigi dan adanya gangguan pada sendi temporomandibular. 7 Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan bervariasi pula dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan menjadi intraoperatif, segera sesudah pencabutan dan jauh setelah pencabutan. 7

6 10 Berbagai komplikasi yang dapat terjadi pasca pencabutan, seperti : 1. Perdarahan Keparahan perdarahan seringkali muncul dengan sendirinya. Setelah gigi dicabut luka yang ada harus dibersihkan dengan baik. Pada luka sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap setiap kemungkinan adanya perdarahan spesifik dari arteri atau kemungkinan anomali lainnya. 2 Perdarahan pasca operasi adalah hal yang biasa terjadi namun bisa menjadi parah jika ada faktor-faktor penyakit sistemik yang disertai. Perdarahan pasca pencabutan pun bisa disebabkan oleh faktor lokal seperti halnya trauma berlebihan,infeksi dan lesi vaskular 12, sehingga riwayat kesehatan medis sangat penting bagi semua pasien ekstraksi. Sebagian besar, setiap perdarahan dapat dikontrol dari pasien dengan menggunakan tampon selama 20 menit Infeksi Infeksi pasca pencabutan jarang terjadi. Biasanya infeksi sering terjadi pada operasi pencabutan gigi impaksi. Infeksi ini berbentuk eksudat granulosit dan berakhir menjadi nanah terlokalisir pada soket bekas pencabutan yang muncul seminggu atau segera setelah pencabutan Alveolitis (dry socket) Dry socket menyebabkan penyembuhan pada daerah pencabutan dan sekitar tulang tertunda. Dry socket adalah kegagalan socket membentuk bekuan darah. Pada penyembuhan luka normal, dari waktu pencabutan hingga hari ketiga, platelet akan mengagregasi dan tromboplastin akan membentuk suatu bekuan (clot). 2,11-13 Gejalanya adalah rasa sakit yang terlokalisir dekat daerah ekstraksi, mulai dari yang sedang sampai berat berlangsung pada hari ketiga atau keempat akan hilang. Sakit yang timbul menyebabkan pasien tidak tidur dan untuk mengatasinya sulit, walaupun dengan analgesik narkotik Sakit Sakit pasca ekstraksi adalah hasil dari ekstraksi gigi yang tidak selesai, laserasi pada jaringan, tulang yang terekspos,infeksi soket atau trauma syaraf. Dapat dirawat dengan mengeleminasi penyebab dengan menggunakan obat analgesik. 12

7 11 5. Bengkak Bengkak setelah pembedahan adalah bagian reaksi inflamasi dari ekstraksi. Dapat meningkat oleh karena teknik pencabutan yang buruk, inadekuat drainase dan sebagainya Trismus Trismus terjadi oleh hasil dari edema dan bengkak, dimana membuka mulut bisa meningkat seiring bengkaknya hilang. Berdampak juga pada sendi temporomandibular karena berlebihan membuka mulut pasien selama operasi. Anastesi blok syaraf inferior menyebabkan trismus tanpa pembengkakan, dimana berperan pula pada trauma otot medial pterygoid hingga terjadi spasme atau penetrasi pada pembuluh darah kecil dan terjadi hematoma Fraktur mandibula Terjadinya fraktur mandibula oleh iatrogenik yang berhubungan dengan pengambilan gigi sangat jarang terjadi Perdarahan Pasca Ekstraksi Perdarahan adalah komplikasi yang terjadi pasca pencabutan gigi. Pada luka pencabutan sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadap setiap kemungkinan adanya perdarahan spesifik dari arteri atau kemungkinan anomali lainnya. 2 Berdasarkan tipe pembuluh darah yang terlibat, perdarahan dapat berasal dari arteri, vena dan pembuluh kapiler. Perdarahan dari pembuluh arteri artinya terjadi rupturnya arteri. Perdarahannya cepat,berdenyut dan warnanya merah cerah. Hilangnya darah dari pembuluh vena berupa darah berwarna gelap dan darahnya mengalir cepat. Perdarahan kapiler memiliki karakteristik perdarahan yang merah muda kebiruan. Perdarahannya tidak parah dan mudah dikontrol dengan tekanan menggunakan tampon, tetapi bagi kelainan koagulasi darah sangat mungkin terjadinya kehilangan darah yang besar dari kapiler. 15 Faktor resiko terjadinya perdarahan pencabutan gigi adalah akibat penggunaan medikasi antikoagulan/antiplatelet, penyakit sistemik, traumatik

8 12 ekstraksi, laserasi jaringan, trauma pembuluh darah besar, infeksi, trauma pada soket akibat terpisahnya bekuan (clot) dan tidak mengikuti instruksi pasca pencabutan. 16 Waktu perdarahan pasca pencabutan gigi dapat terjadi primary, reactionary, intermediate bleeding dan secondary haemorrhage. Primary bleeding terjadi bersamaan dengan waktu pencabutan. Mekanisme hemostatis pada tubuh akan menghentikan perdarahan dengan membentuk bekuan darah (clot). Reactionary hemorrage terjadi 2-3 jam setelah prosedur sebagai hasil penghentian vasokontriktor. 12,16 Jika primary bleeding berhenti, maka luka akan berdarah lagi setelah 24 jam atau beberapa hari, dan ini dikenal sebagai secondary bleeding. Itu bisa terjadi disebabkan : (a) lepasnya bekuan darah atau (b) trauma pada luka pencabutan, (c) infeksi yang juga alasan untuk terjadinya secondary bleeding. Infeksi menyebabkan erosinya dinding pembuluh darah. (d) tekanan darah pasien cukup tinggi menyebabkan tekanan eksternal pada pembuluh darah menjadi alasan terjadinya secondary bleeding. Perdarahan yang terjadi dalam 8 jam setelah berhentinya primary bleeding disebut intermediate bleeding. Adanya benda asing masuk pada bekas luka seperti kalkulus, sisa tulang yang pecah dan mulai meluasnya jaringan granulasi pada soket pencabutan adalah penyebab terjadinya intermediate bleeding. 12, Perawatan Perdarahan Pasca Pencabutan Jika ada arteri yang pada jaringan lunak, maka sebaiknya di kontrol dengan menekan langsung yaitu dengan cara menjepit dan kemudian menjahitnya dengan benang jenis absorbable. Jika tidak ada arteri pada daerah ekstraksi, maka seluruh kontrol hemostatik dapat dilakukan dengan prosedur yang sudah umum dilakukan yaitu dengan menekan langsung pada jaringan lunak kira-kira selama 5 menit. 2 Pada pasca pencabutan, soket dapat ditutup dengan gauze normal salin atau tampon. Ditekan oleh pasien dengan cara digigit pada hemostatik selama 2 menit. Evaluasi bagian perdarahan tersebut 2-5 menit setelah pencabutan dan hemostatik di lepaskan. 2,17

9 13 Perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ada dalam tulang dapat terjadi dalam beberapa ekstraksi gigi. Pada beberapa kasus, perdarahan dari dalam soket dapat ditahan dengan meletakkan hemostatik gauze. Soket sebaiknya ditutup dengan sponge gauze ukuran 2x2 inci yang telah dilipat agar tepat menutup luka ekstraksi. Pasien diberikan intruksi untuk menggigit kuat daerah diatas sponge gauze sekitar menit. 2,16-17 Jangan membolehkan pasien pulang sampai hemostatis berhasil, periksa soket daerah ekstraksi pasien, sekitar 15 menit setelah operasi selesai. Gantikan gauze dengan yang baru dan ulangi kembali selama 30 menit. 2 Jika perdarahan tetap terjadi, pasien diminta untuk kembali di esok harinya. 17 Pada beberapa pasien perdarahan masih tetap terjadi. Maka kombinasi terapi antifibrinolytic lokal dan agen hemostatik lokal efektif mencegah perdarahan pasca operasi setelah pencabutan gigi Hemostasis Proses Hemostasis Penting untuk memahami mekanisme berhentinya perdarahan. Ada 4 proses penting dalam proses berhentinya perdarahan Awalnya, pada saat terjadi trauma pembuluh darah, ia akan segera mencoba mengurangi laju darah dengan cara mempersempit dinding pembuluh darah. 2. Langkah kedua, akan terjadi aktivasi platelet untuk pembentukan platelet plug. Ini akan menjadi awal terjadinya hemostatis primer. 3. Langkah ketiga, akan terjadi aktivasi pada mekanisme pembekuan dan pembentukan bekuan ini yang mengarahkan pada proses hemostatis sekunder. 4. Pada akhirnya akan terbentuk jaringan fibrous pada bekuan atau retraksi pembekuan darah.

10 14 Gambar 3. Waktu pembentukan bekuan darah (Clot) 16 Hemostasis primer adalah proses pembentukan platelet plug pada bagian yang terluka. Pada hemostatis primer yang termasuk adalah fase vaskular dan fase platelet, baik sistem vaskular dan platelet merespon untuk membatasi kehilangan darah. Fase vaskular pada hemostasis segera saat terjadinya trauma pada pembuluh darah, dimana menyebabkan spasme pada otot-otot dinding pembuluh darah dan berakibat pada retraksi dari arteri dan vasokontriktor dari arteri, vena jadi dapat memperlambat laju darah. Akumulasi darah diluar pembuluh, meningkatkan tekanan ekstravaskular dari hematoma yang memperlambat perdarahan oleh kolapsnya pembuluh kapiler dan vena dan laju darah membelok ke arah tempat luka. Pada fase platelet terdapat adhesi platelet (platelet kontak pada permukaan ekstraseluler) dan agregasi platelet (kontak antara platelet) yang menghasilkan pembentukan platelet plug. 18 Fase ini terjadi pada trauma luka yang kedua dan penting untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh kecil yaitu arteri, vena dan pembuluh kapiler. Adanya adhesi platelet, melepaskan granula-granul dan agregasi platelet yang menghasilkan interaksi sel endotel dengan trombosit (primary hemostatic plug). Berbeda dengan hemostatis sekunder, fase ini mengaktivasi proses pembekuan darah pada plasma, yang hasil akhirnya pembentukan fibrin untuk menguatkan primary hemostatic plug. Ini akan terjadi setelah beberapa menit dan penting untuk perdarahan dari pembuluh darah besar. 15

11 reaksi. 15 Reaksi pertama merupakan fase intrinsik atau fase yang kontak dengan Proses Pembekuan Darah (Koagulasi) Mekanisme koagulasi adalah proses selanjutnya yang terdiri dari 40 substansi, dimana mempengaruhi clotting, yang mendukung pembekuan disebut procoagulants dan antikoagulan. Normalnya, ada keseimbangan antara setiap faktor dan darah biasanya tidak mengalami pembekuan dalam tubuh. Bilamana ada trauma pada pembuluh darah maka akan terjadi aktivasi faktor pro-koagulan dan pembentukan bekuan (clot). Untuk memahami mekanisme koagulasi dapat dibagi menjadi 4 koagulasi. Disebut fase intrinsik karena semua komponennya ada dalam darah Fase ini terdiri faktor VII,IX,XI,XII dengan kalsium dan protein plasma. Partial thromboplastin time (PTT) menilai cukupnya faktor diatas pada sistem intrinsik koagulasi. 15 Reaksi kedua merupakan mekanisme ekstrinsik untuk inisiasi koagulan. Pada fase ini akan lepas tromboplastin dari jaringan trauma. Protease (proteinase) terbentuk antara faktor VII, kalsium dan jaringan tromboplastin, yang mana aktivitas faktor X dan mengambil bagian dalam reaksi ketiga. Prombthombin time (PT) menilai mekanisme ekstrinsik koagulasi. 15 Reaksi ketiga, pada fase ini faktor X diaktivasi oleh protease yang dihasilkan pada reaksi kedua sebelumnya. Reaksi keempat, protrombin diubah menjadi trombin pada hadirnya faktor V, kalsium, pospolipid. Trombin memiliki fungsi yang beragam dalam hemostatis. Ia berperan dalam mengubah fibrinogen menjadi fibrin, tapi juga mengaktivasi faktor V,VIII dan XIII dan membantu dalam agregasi platelet dan sekresi. 15

12 16 Reaction 2 R INTRINSIC SYSTEM Factor XII Reaction 1 Negatively Kirinogen Factor XIIa Charged Pre-kalikrein Surface Kalikrein Factor XIIa Reaction 3 Factor XI Factor XIa Factor VIII Ca EXTRINSIC SYSTEM Tissue Factor + Factor VII Factor VII Factor VIIa Factor IX Thrombin Factor IXa + Factor VIIIa Ca ++ + Phospholipid Reaction 3 FINAL COMMON PATHWAY Factor X Factor Xa + Factor Va Factor V Reaction 4 Prothrombin Ca ++ Phospholipid Thrombin Fibrinogen Fibrin Factor III Stabilized fibrin Ca Factor XIII Gambar 4. Mekanisme koagulasi darah 15 Pada fase akhir koagulasi, darah yang hilang mengalir sampai ekstravaskular akan terkoagulasi melalui fase ekstrinsik dan common pathway hingga pembuluh darah yang terluka tertutup. Pada pembuluh darah pada bagian yang luka akan terkoagulasi melalui fase intrinsik dan common pathway. 18 Proses cloting time akan sepenuhnya selesai 3-6 menit. 19

13 17 Tabel 1. Daftar faktor-faktor koagulan dan peran pentingnya. 15 Factor name Half-life Biosynthesis Vitamin K dependency I Fibrinogen Liver No days II Prothrombin 2-4 days Liver, brain Yes III Tissue factor Unknown - No IV Calcium - - No V Proaccelerin, labile hours Liver, megakaryocytes No VII Proconvertin 1-5 hours Liver Yes VIII Anthaemophilic factor 8-12 hours Liver,spleen,endothelium,ret iculoendothelial cells No IX Christmas factor hours Liver Yes X Stuart-Prower factor 2-9 hours Liver Yes XI Plasma Liver No thromboplastin antecedent hours XII Hamegan factor hours Liver No Fibrinolisis Sistem fibrinolisis adalah awal dari penghentian pembekuan darah yang dimana pembekuan (clot) sudah terbentuk. Fibrinolisis tidak hanya menghancurkan bekuan (clot) yang bertujuan untuk hemostasis tapi juga untuk mencegah terjadinya pembekuan intravaskular pada bagian yang jauh dari sisi trauma atau luka dan mencegah terjadinya perkembangan penyakit aterosklerosis vaskular. 18

14 18 Luka sembuh oleh sintesis jaringan ikat dan pembentukan dari serat fibrous. Jaringan granulasi adalah jaringan yang perlu dalam memperbaiki luka. Vaskularisasi yang baik dan jaringan seluler yang dimana kolagen dan substansi jaringan ikat disintesis dan ukuran dari serat fibrous akhirnya yang sesuai untuk membentuk banyak jaringan granulasi Kelainan Hemostasis (Kelainan Darah) Berbagai gejala klinis termasuk mudah memar, perdarahan pada kulit, mukosa dan muskuloskeletal dan perdarahan berlebihan setelah trauma atau bedah dapat dihubungkan dengan kelainan darah. Riwayat kesehatan medis dan pemeriksaan fisik sangat perlu dilakukan sebelum perawatan. Riwayat kesehatan medis berupa spontan memar, terutama dengan ukuran lebih dari 2-3 cm atau memar pada posisi yang tidak biasa dapat menjadi tanda yang harus diwaspadai. 21 Adanya kebersihan rongga mulut tidak baik, perdarahan dari ginggiva spontan dapat juga menjadi dicurigai kelainan hemostatis, khususnya pada trombositopenia. Baik pada kelainan hemostasis dalam kedokteran gigi sering juga mengalami perdarahan berlebihan pada waktu pencabutan gigi, pembedahan atau trauma. 21 Maka demikian, perlu pemeriksaan penunjang yaitu tes laboratorium untuk memeriksa adanya kelainan darah atau tidak. Kelainan darah ini dapat diklasifikasikan baik kelainan darah kongenital dan yang diwariskan (acquired). 21

15 19 Tabel 2. Klasifikasi Gangguan Perdarahan. 21 Congenital bleeding disorders Acquired bleeding disorders Autosomal dominant disorder As a result of anticoagulant therapy Von Willebrand Disease Hepatophaty Hepatophaty Disseminated intravascular coagulation May-Hegglin anomaly Vitamin K deficiency Acute or chronic Leukemia Autosomal recessive disorders Bernard-Soulier syndrome Glanzamann s thrombashenia Gary platelet syndrome Deficiencies of factors V,VII,X,XI,XIII Type 3 von Willebrand Disease Sex linked recessive disorders Deficiencies of factors VIII Deficiencies of factors IX Wiskott-Aldrich syndrome Pemeriksaan Laboratorium (Tes Darah) Kebanyakan kelainan hemostasis dapat diperiksa oleh empat pemeriksaan dasar Bleeding Time (BT) Bleeding time adalah pengukuran terhadap fungsi platelet. Biasanya ada hubungan linear antara platelet count dan bleeding time. Pasien dengan bleeding time lebih dari 10 menit mempunyai resiko tinggi terjadi perdarahan. Bleeding time biasanya berkepanjangan terhadap trombositpenia, penyakit Von Willebrand s dan disfungsi platelet. 15

16 20 2. Platelet Count Normalnya, platelet count ada /cumm dalam darah. Ketika jumlahnya menjadi / cumm, akan terjadi waktu perdarahan yang lumayan lama, jadi perdarahan akan terjadi setelah trauma berat atau pembedahan. Pasien dengan jumlah platelet kurang dari /cumm mudah mengalami luka memar seperti petekie dan ekimosis selama trauma dan pembedahan. Pasien dengan jumlah platelet dibawah /cumm cukup besar terjadinya perdarahan spontan, yang mana mungkin dapat intrakranial atau perdarahan internal lainnya Prothrombin Time (PT) Prothrombin Time memeriksa bagian sistem koagulasi ekstrinsik (Fakor V, VII dan X) dan factor I,II dan V dalam common pathway. Pada pasien dengan terapi antikoagulan warfarin, defisiensi vitamin K atau defisiensi faktor V,VII,X, protrombin atau fibrinogen. Hasil yang didapat dari prothrombin time harus sesuai dengan nilai kontrol. Prothrombin Time normalnya detik. Pada beberapa jurnal untuk prosedur perawatan gigi, PT harus kurang dari 1,5 dari nilai kontrol Partial Thromboplastin Time (PTT) Partial Thromboplastin Time menilai sistem koagulasi intrinsik dan tes yang adekuat untuk faktor VIII, IX, X, XI, XII pada intrinsik sistem dan faktor I,II,V pada common pathway. Ini akan berkepanjangan pada pasien hemofilia. 15 Baik tes PT dan PTT sama-sama menilai common pathway termasuk seluruh reaksinya, ini terjadi setelah aktivasi faktor X. Jika kedua tes berkepanjangan, lalu faktor II,V,X atau defisiensi vitamin K dan penyakit liver dapat dicurigai. Normalnya PTT kurang dari 45 detik. Ini penting diingat bahwa PTT relatif tidak sensitif perubahan dalam sistem intrinsik Agen Hemostatik Ada beberapa agen yang dapat membantu hemostasis dalam kedokteran gigi. 16 Agen hemostatik dapat dilakukan secara lokal atau sistemik. Tindakan perawatan dengan lokal hemostatik pada mekanisme koagulasi normal, kontrol perdarahan bergantung pada kontraksi pembuluh darah, retraksi dan pembentukan

17 21 bekuan (clot). Selama prosedur bedah, hemostasis harus dicapai sebelum penutupan luka. Kontrol langsung perdarahan pada bagian yang luka adalah metode yang baik untuk mencapai hemostasis. Teknik untuk hemostasis lokal dapat diklasifikasikan menjadi mekanis, termal dan kimia. 15 Metode mekanik dapat dilakukan dengan cara penekanan untuk menetralkan tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah untuk beberapa saat dan akan terbentuk bekuan darah dan menutup bekas perdarahan. Penekanan biasanya paling biasa dilakukan untuk mengontrol perdarahan. Penekanan harus diaplikasi pada bagian yang berdarah dan sudah diletakkan gauze selama 5 menit. Hal lain yang dapat dilakukan selain penekanan dapat juga dengan ligasi dan suturing (penjahitan). 15 Agen termal juga bisa digunakan sebagai agen penghentian perdarahan yaitu, cautery, electrosurgery dan cryosurgery.baik cautery dan electrosurgery menggunakan panas untuk mengontrol perdarahan. Cryosurgery menggunakan suhu yang sangat dingin untuk hemostasis dengan temperatur antara -20 o C sampai -180 o C. 15 Pada penggunaan agen kimia dapat melalui cara lokal atau sistemik. Agen lokal yaitu seperti, trombin topical (Thrombostat, Pzifer) yang berasal dari thrombin bovine (5000 unit). Trombin melewati semua tahap-tahap dalam koagulasi dan membantu mengubah fibrinogen menjadi fibrin membentuk suatu bekuan. Biasanya disatukan dengan gelfoam dan dimasukkan kedalam soket gigi jika dibutuhkan. 2,12,15 Lalu agen hemostatik jenis kimia yang sedikit mahal adalah sponge absorable gelatin (Gelfoam, Pfizer). Gelfoam steril adalah sponge yang dipadatkan dan merupakan hemostat lembut yang dipersiapkan secara khusus untuk perawatan yang menggunakan larutan gelatin murni. Bahan ini dapat menyerap dan menahan darah diantara jaring-jaringnya dalam waktu yang lama. Agen ini dirancang untuk dimasukkan dalam keadaan kering dan berfungsi dengan sangat bagus sebagai hemostatik. Gelfoam memiliki jaring untuk membentuk bekuan darah. Gelfoam diharapkan dapat membantu dalam penutupan daerah ekstraksi yang besar dan ditempatkan kedalam soket dan ditahan dengan jahitan. 2,15

18 22 Methylsellulosa yang terbentuk dari oksidasi (surgical, Johnson dan Johnson) merupakan hemostat lain yang digunakan dalam bedah mulut. Agen tersebut mengikat platelet dan secara kimiawi membentuk fibrin. Ditempatkan kedalam soket dan dijahit. Agen ini tidak dapat dicampurkan dengan trombin. 2,15 Produk-produk dari bahan kolagen juga dapat digunakan untuk membantu dalam mengontrol perdarahan dengan cara meningkatkan penyatuan platelet sehingga mempercepat pembekuan darah. Seperti avitene davol adalah bahan fibular yang lunak dan halus tetapi dapat dipadatkan. Collaplug/collatape (sulzer calcitek) merupakan produk collagen dengan anyaman yang lebih banyak dan juga dapat dipadatkan. 2 Vasokontriktor seperti adrenalin (epinefrin) biasanya digunakan sebagai larutan anastetik lokal dan baik mengontrol perdarahan pasca pencabutan. Disuntikkan dengan bahan anastesi lokal dengan konsentrasi 1: sampai 1: ,15 Asam traneksamat dapat juga mengontrol perdarahan pasca ekstraksi. The British Committee for Standards in Haematology menyarankan pasien dengan pengguna antikoagulan yang menerima perawatan pembedahan dapat diresepkan 5% obat kumur asam traneksamat, untuk kumur-kumur, dilakukan empat kali sehari untuk dua hari pasca pencabutan. 12,16,22 Ini bukanlah pilihan pertama untuk pendarahan pasca pencabutan gigi, penjahitan dan hemostatik gauze dapat menjadi pilihan awal. 16 Dalam 99% kasus pada pasien dengan pengguna antikoagulan yang menggunakan sponge gelatin ditambah dengan dilakukan penjahitan cukup baik dalam mencapai keadaaan hemostasis. 22 Agen-agen kimia lainnya, yaitu termasuk fibrin foam, gelatin foam, oxidised cellulose dan oxidised regenerated cellulose, adalah substansi yang membantu pembekuan darah. Dalam bedah mulut, guna oxidised cellulose efektif mendukung pembekuan dan hanya memiliki sedikit komplikasi. 12

19 Feracrylum Semenjak penemuan nylon, polimer dalam bidang kimia mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan yang terbaru adalah penggunaan polimer untuk obatobatan, yang memiliki sifat kompatibiltas dengan tubuh manusia (biokompatibilitas, dapat dihancurkan dalam tubuh (biodegradable), dan tidak bersifat toksik setelah degradasi. Salah satu polimer itu adalah feracrylum. 1,6 Feracrylum adalah perantara topikal yang dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan saat tindakan bedah. 1 Feracrylum dihasilkan dari polimerisasi asam akrilik di dalam air dengan sistem redoks salt-potassium persulphate Mohr s (dengan FeSO 4 (NH 4 ) 2 SO 4 6H 2 O/K 2 S 2 O 8 ). Feracrylum merupakan polimer dari asam poliakrilik yang mengandung besi. 1,6 Feracrylum merupakan campuran incomplete ferrous salt dari asam poliakrilik yang larut dalam air. 6,8,20 Bahan ini mengandung garam besi poliakrilat 0,05 sampai 0,5%. 8,20 Bahan ini disiapkan dengan kandungan 1% larutan encer yang memiliki rasa asam (ph ) dan sedikit berbau. Viskositasnya 1% larutan Feracrylum dibandingkan dengan air yaitu dengan berat molekulnya Dalton, sehingga tidak mudah diabsorbsi ke sirkulasi sistemik sehingga tidak mempengaruhi fungsi hati, ginjal, kelenjar adrenal, sistem kardiovaskular dan sistem haemopoetik (saat digunakan untuk menghentikan perdarahan secara lokal). 6,8, Kegunaan Feracrylum Feracrylum 1% memiliki kemampuan untuk membantu pembekuan darah. Feracrylum 1% memiliki bahan unik yang bereaksi dengan protein termasuk darah untuk membentuk polikompleks insoluble. Bahan inilah yang bertanggung jawab pada kemampuan farmakoterapinya. 6 Mekanisme kerjanya feracrylum 1% bereaksi dengan protein bebas untuk membentuk polikompleks insoluble. Feracrylum 1% secara utama bereaksi dengan albumin dan mengubah fibrinogen yang dapat larut (soluble) menjadi fibrin yang tidak larut (insoluble) yang kemudian membentuk sebuah koagulum sehingga perdarahan berhenti. Bahan ini memiliki kemampuan untuk menahan perdarahan

20 24 pada jaringan yang bervaskularisasi banyak. 1,6,8 Rata-rata waktu yang dibutuhkan feracrylum 1% untuk membentuk koagulum yaitu 30 detik. 1,6 Feracrylum 1% memiliki spektrum luas sebagai antimikrobial melawan mikrooganisme gram positif dan gram negatif. Aktivitas mikrobial dari feracrylum 1% sangat memungkinkan juga digunakan sebagai antiseptik dalam bahan hemostatik, trauma, persiapan pra-operasi, luka supuratif, irigasi luka infeksi perdarahan, ulkus diabetikum, secondary suturing dan infeksi lainnya yang memerlukan hemostatik. 8,20 Efek bakterisidal dan miostatik obat ini dikatakan memiliki spektrum luas pada 13 ikatan mikroorganisme. Feracrylum 1% juga memberikan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka dan menurunkan infeksi luka. Obat ini juga efektif untuk mengobati luka bakar. 8

21 Kerangka Teori Ekstraksi Gigi Hemostasis Gigi Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Teknik Ekstraksi Komplikasi Pasca Ekstraksi Proses Hemostasis Proses Pembekuan Darah (Koagulasi) Kelainan Darah Pemeriksaan Laboratotium Bahan-bahan Hemostatik Gigi Molar 1 Mandibula Tipe Perdarahan Perdarahan Pasca Ekstraksi Fibrinolisis Mekanis Termal Kimia Berdasarkan Waktu Perdarahan Berdasarkan Pembuluh Darah Vena Arteri Kapiler Perawatan Perdarahan Pasca Ekstraksi Feracrylum 1%

22 Kerangka Konsep Pemberian Hemostatik Topikal Feracrylum 1% Pembentukan Koagulum Darah Ekstraksi Gigi Molar 1 Bawah Tanpa Pemberian Hemostatik Topikal Feracrylum 1% Pembentukan Koagulum Darah

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan posttest only control group design. 23 R : X O-1 ( ) O-2 Dalam rancangan

Lebih terperinci

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Abstrak Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Gigi Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekstraksi gigi dilakukan untuk sejumlah alasan, termasuk karies, trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan ortodontik. 1 Ekstraksi dicapai

Lebih terperinci

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang BAB 2 EKSTRAKSI GIGI 2.1 Defenisi Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik

Lebih terperinci

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: MEKANISME HEMOSTASIS Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 11 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Hemostasis (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Evaluasi hemostasis di laboratorium. b. Interpretasi hasil

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Menurut Pedlar dan Frame (2001) pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang, elevator, atau penekanan trans alveolar. 1 Pencabutan

Lebih terperinci

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi BAB V HEMOSTASIS Definisi Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair. Mekanisme hemostasis Jika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Pengertian darah Darah merupakan jaringan cair yang merupakan bagian terpenting dari sistem transportasi zat dalam tubuh. Darah berfungsi mengangkut semua nutrisi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah seseorang mengalami penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera pengelihatan, pendengaran, penciuman,

Lebih terperinci

Mekanisme Pembekuan Darah

Mekanisme Pembekuan Darah Mekanisme Pembekuan Darah Pada pembuluh darah yang rusak, kaskade koagulasi secara cepat diaktifasi untuk menghasilkan trombin dan akhirnya untuk membentuk solid fibrin dari soluble fibrinogen, memperkuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terakhir dalam perawatan gigi dan mulut karena berbagai alasan, antara lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dan tulang alveolar. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi (Adeyemo dkk.,

Lebih terperinci

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test) MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test) I. Tujuan trombosit. Untuk mengetahui ketahanan /kerapuhan dinding pembuluh darah serta jumlah dan fungsi II. Prinsip Vena dibendung sehingga

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME) Oleh : KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2015 PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN ( CLOTTING TIME ) A. Faal Hemostasis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut - Pendidikan (RSGM-P FKG UI) pada periode 6 Oktober 2008-10 November 2008. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.

Dry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket. DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan

Lebih terperinci

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep Pengertian Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah atau pencegahan kehilangan

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar : Kep. Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. 1 Ekstraksi gigi merupakan bagian paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran dapat berisiko menimbulkan luka, hal ini yang membuat ketidaknyamanan pasien. Luka dapat terjadi secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemostasis adalah proses yang mempertahankan integritas sistem peredaran darah setelah terjadi kerusakan vaskular. Dalam keadaan normal, dinding pembuluh darah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Definisi Menurut Pedlar (2001) Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah yang dapat dilakukan dengan tang (forceps), elevator atau pendekatan transalveolar. Ekstraksi

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2

BAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika

Lebih terperinci

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien Odontektomi Odontektomi menurut Archer adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosterial flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar bukal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.

Lebih terperinci

PERAWATAN PERIODONTAL

PERAWATAN PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL: Perawatan kasus periodontal akut yg membutuhkan perawatan segera Termasuk fase preliminari Kasus : Abses gingiva Abses periodontal akut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur dental yang invasif sering diikuti dengan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan tidak semua dapat

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah 12 mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus Lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep A. DEFENISI Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID/DIC) adalah suatu sindrom

Lebih terperinci

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk menggambarkan prevalensi dry socket pada rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64 14 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Frekuensi Karakteristik Trombosit, Perdarahan Kulit, Petechiae, Perdarahan Mukosa, Epistaxis, Perdarahan Gusi, Melena 60 Hasil Uji Statistik Trombosit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencabutan Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari dalam soket dari tulang alveolar, di mana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9). BAB 2 IMPLAN GIGI 2.1 Definisi Implan Gigi Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3

BAB I PENDAHULUAN. karies parah, nekrosis pulpa, impaksi gigi, untuk tujuan perawatan ortodontik, 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pencabutan gigi merupakan prosedur yang umum dilakukan di kedokteran gigi. 1 Pencabutan gigi adalah suatu tindakan pengangkatan gigi dari soketnya pada tulang alveolar.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI HEMOSTASIS D SAEFUL HIDAYAT DEPARTEMEN FARMAKOLOGI & TERAPEUTIKA USU HEMOSTASIS SISTEM PENGHENTIAN PERDARAHAN, TERGANGGU KEMATIAN 1. PRIMER : PENGHENTIAN PERDARAHAN 2. SEKUNDER: PEMBEKUAN DARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembentukan bekuan darah adalah proses fisiologis yang lambat tapi normal terjadi sebagai akibat dari aktivasi jalur pembekuan darah. Respon alamiah yang timbul untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

Lebih terperinci

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 1 ABDIANSYAH AGUSTY AYU VIRGITA ALAPTIA SURLA ANIS REFIANA APRETA HUSNUL HOTIMA AYU DWI HARYATI BILLY BETHA NAGARA BRENDA FELLICIA SUNDANA

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE Oleh : Rozario N. Ramandey 200852089 PENCABUTAN GIGI Pencabutan gigi yang ideal pencabutan tanpa rasa sakit satu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian luka pada kecelakaan seiring waktu semakin meningkat. Dalam Global Burden Disease Report, World Health Organization (WHO) melaporkan kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

makalah pembekuan darah

makalah pembekuan darah makalah pembekuan darah A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing,

Lebih terperinci

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh

I.! PENDAHULUAN. A.!Latar Belakang Masalah. Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kasus kerusakan tulang pada bidang kedokteran gigi dapat disebabkan oleh berbagai hal. Nekrosis jaringan pulpa dan penyakit periodontal, misalnya, dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu gigi utuh atau akar gigi dari alveolus dengan alat-alat ekstraksi (forceps),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu gigi utuh atau akar gigi dari alveolus dengan alat-alat ekstraksi (forceps), 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstraksi gigi 2.1.1 Definisi Ekstraksi Gigi Ekstraksi gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi yang melibatkan satu gigi utuh atau akar gigi dari alveolus dengan alat-alat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok BAB III PEMBAHASAN Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok karena trauma tidak dikatakan sebagai syok hipovolemik, selain itu juga dalam penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement chemomechanical pada jaringan pulpa, debris pada dentin, dan penggunaan irigasi terhadap infeksi mikroorganisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebersihan mulut sangat penting dijaga karena memiliki pengaruh utama dari kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

Lebih terperinci

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Khusus Hands-On Insufisiensi Vena Kronik dan Setidaknya 70 % dari semua ulkus pada tungkai berawal dari insufisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al.

Sumber: dimodifikasi dari Wagner et al. Komplikasi Odontektomi Odontektomi tergolong minor surgery, namun tetap mengandung risiko. Komplikasi dapat timbul pada saat dan setelah pembedahan, akibat faktor iatrogenik. Odontektomi dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat diartikan sebagai pecahnya satu bagian, terutama dari struktur tulang, atau patahnya gigi. Akar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat badan, dangan viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah merupakan jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan dengan lokal anastesi jika gigi terlihat jelas tampak mudah dicabut. Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan dengan lokal anastesi jika gigi terlihat jelas tampak mudah dicabut. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENCABUTAN GIGI 2.1.1 Defenisi Pencabutan Gigi Pencabutan gigi adalah pengangkatan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dapat dilakukan dengan lokal anastesi jika gigi terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan sisa jaringan nekrotik, mikroorganisme dan produk lain sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, salah satunya adalah ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi merupakan prosedur

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, salah satunya adalah ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi merupakan prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek seorang dokter gigi sering melibatkan prosedur yang menyebabkan perdarahan, salah satunya adalah ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi merupakan prosedur pembedahan,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Cedera Kepala Akibat Trauma Cedera kepala umumnya diklasifikasikan atas satu dari tiga sistem utama, yaitu: keparahan klinis, tipe patoanatomi dan mekanisme fisik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto,

Lebih terperinci

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.

Diabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes. PENDAHULUAN Perawatan implan gigi adalah cara yang efisien untuk menggantikan gigi yang hilang. Namun,diabetes dapat dianggap sebagai kontraindikasi perawatan karena tingkat kegagalan sedikit lebih tinggi

Lebih terperinci