BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1
|
|
- Adi Salim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan posttest only control group design. 23 R : X O-1 ( ) O-2 Dalam rancangan ini dibagi menjadi dua kelompok, perlakuan (X) dan kelompok kontrol (-). Setelah waktu yang ditentukan, kemudian diukur variabel tercoba pada kedua kelompok tersebut. Perbedaan hasil observasi antara kedua kelompok (0-1 dan 0-2) menunjukkan efek perlakuan Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang berlokasi di Jl. Alumni No.2 Kampus USU, Medan Waktu Penelitian Penelitian berlangsung pada 1 Maret 31 April Populasi dan Sampel Populasi Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan pencabutan gigi molar 1 mandibula di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU dari 1 Maret 31 April 2017.
2 Sampel Besar Sampel Penentuan besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Federer seperti berikut : 24 (n-1) (r-1) Keterangan : R : Jumlah perlakuan n : Jumlah sampel dalam setiap kelompok Perhitungan banyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : (n-1) (r-1) 15 (n-1) (2-1) 15 1 (n-1) 15 n-1 : 1 n + 1 n Dengan demikian, jumlah sampel yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 32 orang. Dimana keseluruhan sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak 16 orang dan kelompok terkontrol sebanyak 16 orang, tetapi untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam hasil penelitian maka setiap perlakuan akan ditambah jumlah sampelnya menjadi 18 orang pada setiap perlakuan Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling jenis purposive sampling yang dimana dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi 1. Pasien pencabutan gigi molar satu mandibula di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU. 2. Pasien yang tidak dijumpai penyakit sistemik. 3. Bersedia ikut serta dalam penelitian. 4. Pencabutan biasa, tanpa open flap Kriteria Eksklusi 1. Pasien yang bukan melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula. 2. Tidak bersedia ikut serta dalam penelitian. 3. Mempunyai penyakit sistemik. 4. Pencabutan dengan open flap. 3.5 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel dalam penelitian eksperimental ini, yaitu : Variabel Defenisi Operasional Pembentukan koagulum darah Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah pada bagian yang terluka pasca pencabutan gigi. Ekstraksi gigi Proses pencabutan gigi secara utuh dengan trauma seminimal mungkin terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi. Hemostatik topikal feracrylum 1% Perantara topikal yang dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan saat tindakan bedah.
4 Alat dan Bahan Penelitian Alat 1. Stopwatch 2. Alat tulis Bahan 1. Masker 2. Sarung tangan 3. Tampon 4. Tisu 5. Hemostatik topikal Hemolok (mengandung Feracrylum 1%) 6. Air 7. Spuit 3 ml Gambar 5. Larutan hemostatik topikal Hemolok (mengandung Feracrylum 1%) 3.7 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian 1. Subjek penelitian adalah pasien yang berkunjung ke Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG USU yang akan melakukan pencabutan gigi molar satu mandibula. Data pasien pencabutan gigi diperoleh melalui rekam medik.
5 31 Penetapan pasien pencabutan gigi molar satu mandibula dan pemilihan subjek dilakukan melalui anamnesis. Sebelum dimulainya penelitian subjek diberikan lembar penjelasan, setelah membaca dan setuju menjadi subjek penelitian, subjek diminta menandatangani informed consent. 2. Pasien selanjutnya akan dilakukan prosedur pencabutan gigi molar satu mandibula yang dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik. 3. Peneliti menyiapkan hemostatik topikal hemolok yang mengandung larutan feracrylum 1% dalam spuit 3 ml. 4. Pada kelompok perlakuan setelah gigi tercabut, luka bekas pencabutan diberikan kasa steril (tampon) yang telah dibasahi dengan hemostatik topikal hemolok yang mengandung feracrylum 1% dengan menggunakan spuit yang berisikan 3 ml larutan. Selanjutnya, subyek diminta menggigit tampon tersebut. 5. Pada kelompok kontrol subyek diinstruksikan untuk menggigit tampon steril saja. 6. Tampon akan digigit selama 5 menit paska ekstraksi dan setelah itu tampon dilepaskan pada kedua kelompok. 7. Pengecekan dilakukan setelah tampon pertama kali ditempelkan pada luka bekas pencabutan hingga terjadi penjedalan darah dan stopwatch digunakan untuk mengukur waktunya. 3.8 Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Independent T-test untuk menentukan perbedaan rata-rata kedua kelompok. Pada pengolahan dan analisa uji normalitas data kedua kelompok dalam penelitian ini dilakukan lebih dahulu dengan uji statistik Shapiro-Wilk. Bila data tidak terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney, menggunakan program komputerisasi. Interpretasi hasil yang di dapatkan yaitu ; 1. Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak ; Ha diterima. 2. Jika p value > 0,05 maka Ho diterima ; Ha ditolak.
6 32 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Dari tabel 3 berikut ini, diketahui bahwa subjek yang menjadi sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi adalah 36 orang. Tabel 3. Jumlah Sampel Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 9 25 Perempuan Total Perbandingan Efektivitas Pemberian Hemostatik Topikal Feracrylum 1% Dengan Tanpa Pemberian Feracrylum 1% Terhadap Pembentukan Koagulum Darah Pada Ekstraksi Gigi Molar 1 Mandibula Setelah dilakukan analisis statistik didapatkan rata-rata waktu pembentukan koagulum pada kelompok perlakuan adalah 323, ,08772 detik, sedangkan rata-rata waktu pembentukan koagulum darah pada kelompok kontrol adalah 389, ,52971 detik ( tabel 4). Tabel 4. Rata-rata waktu pembentukan koagulum darah antara kelompok kontrol dan perlakuan Rata-rata waktu pembentukan koagulum Kelompok n darah ( x ±SD) (detik) Kelompok Perlakuan , ,08772 Kelompok Kontrol , ,52971
7 33 Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil data dari salah satu kelompok yang didapat tidak memenuhi asumsi normalitas (p<0,05). Ini terjadi disebabkan karena kelompok perlakuan menurun drastis (p=0,003) dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,057) (tabel 5). Tabel 5. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Kelompok n Hasil uji statistik Kelompok Perlakuan 18 p = 0,003 Kelompok Kontrol 18 p = 0,057 Apabila salah satu atau kedua data didapati tidak normal yang artinya nilai signifikansi dibawah 0,05 maka, pengujian hipotesa menggunakan uji Mann-Whitney. Bila nilai signifikansi diatas 0,05 maka pengujian hipotesa boleh dilanjutkan dengan uji Independent T-test. Tabel 6. Hasil uji hipotesa dengan menggunakan uji Mann-Whitney Kelompok n Hasil uji statistik Kelompok Perlakuan 18 p = 0,001 Kelompok Kontrol 18 Berdasarkan hasil uji hipotesa pada kedua kelompok dengan menggunakan pengujian Mann-Whitney, diketahui nilai p = 0,001,dimana artinya p < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu pembentukan koagulum darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (tabel 6).
8 Analisis Data Analisis data pada penelitian ini menggunakan Mann-Whitney dengan taraf signifikansi p < 0,05, dimana: Ho : ditolak. Ha : diterima (Ada perbedaan waktu pembentukan koagulum darah pada luka pasca pencabutan gigi dengan dan tanpa pemberian feracrylum 1% pada ekstraksi gigi molar 1 mandibula).
9 35 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan adanya rata-rata waktu pembentukan koagulum darah pada kelompok perlakuan adalah 323,8889 detik (dibulatkan 5,39 menit). Pada kelompok kontrol didapatkan rataratanya adalah 389,4444 detik (dibulatkan 6,49 menit). Dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Hemolok dengan kandungan feracrylum 1% lebih efektif dalam menghentikan perdarahan dan mempercepat pembentukan koagulum darah dibandingkan waktu perdarahan dan pembentukan koagulum yang dihitung tanpa aplikasi Hemolok. Hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Independent T Test menunjukkan perbedaan yang bermakna antara aplikasi hemostatik topikal Hemolok dengan kandungan feracrylum 1% dan tanpa aplikasi yang artinya pemberian aplikasi hemostatik topikal Hemolok dengan kandungan feracrylum 1% mempercepat waktu pembekuan darah pasca pencabutan gigi. Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, terjadilah hemostasis. Hemostasis adalah proses pembentukan bekuan pada dinding pembuluh darah yang rusak untuk mencegah kehilangan darah. 6,25-27 Dalam beberapa mekanisme hemostasis yakni (1) konstriksi pembuluh darah, (2) pembentukan sumbat platelet, (3)pembentukan bekuan darah, dan (4) pertumbuhan jaringan fibrous ke dalam bekuan darah untuk menutupi lubang pada pembuluh secara permanen. 1,6,15-16 Ada dua tahap pada hemostasis yaitu primary dan secondary. Hemostasis primer terjadi setelah adanya gangguan jaringan endotel dan melibatkan terjadinya vasokontriksi, faktor platelet dan pembentukan sumbat platelet plug. Pada hemostasis sekunder, platelet plug yang stabil akan membentuk sebuah bekuan (clot). 26 Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh yang rusak itu menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi, sehingga dengan segera aliran darah dari pembuluh yang pecah akan berkurang. Kontraksi
10 darah. 6 Mekanisme kedua adalah pembentukan sumbat trombosit. Trombosit 36 terjadi sebagai akibat dari reflek saraf, spasme miogenik setempat dan faktor humoral setempat yang berasal dari jaringan yang terkena trauma dan trombosit berdarah. Refleks saraf dicetuskan oleh rasa nyeri atau oleh impuls-impuls lain dari pembuluh yang rusak atau dari jaringan yang berdekatan. Sebagian besar vasokontriksi rupanya hasil dari kontraksi miogenik setempat pada pembuluh darah. Kontraksi ini terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah. Spasme pembuluh darah setempat ini dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam dan selama itu berlangsung proses selanjutnya, yaitu pembentukan sumbat trombosit dan pembekuan melakukan perbaikan terhadap pembuluh yang rusak didasarkan pada beberapa fungsi penting dari trombosit itu sendiri. Pada waktu trombosit bersinggungan dengan permukaaan pembuluh yang rusak, misalnya dengan serat kolagen di dinding pembuluh, atau bahkan dengan sel endotel yang rusak, maka sifat-sifat trombosit segera berubah drastis. Trombosit mulai membengkak, bentuknya menjadi irreguler dengan tonjolan-tonjolan yang mencuat dari permukaannya; protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor aktif; trombosit ini menjadi lengket sehingga melekat pada serat kolagen; mensekresi sejumlah besar ADP (Adenosin Difosfat) dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan A 2 yang juga disekresikan kedalam darah. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan dan karena sifat lengket dari trombosit tambahan ini maka akan menyebabkannya melekat pada trombosit semula yang sudah aktif. Dengan demikian, pada setiap lubang luka, dinding pembuluh yang rusak atau jaringan diluar pembuluh menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya terus meningkat yang menyebabkan menarik lebih banyak lagi trombosit tambahan, sehingga membentuk sumbat trombosit. 6 Mekanisme ketiga untuk hemostasis adalah pembentukan bekuan darah. Pada proses ini, terjadi pembentukan fibrin yang berasal dari protein plasma fibrinogen melalui kerja enzim trombin. Fibrin berguna untuk menahan sel darah dan trombosit
11 37 dengan membentuk trombus atau clot. Mekanisme pembekuan yang berperan dalam pembentukan fibrin melibatkan kaskade reaksi enzim yang tidak aktif diubah menjadi aktif dan enzim tersebut selanjutnya mengaktifkan enzim lain yang belum aktif. Reaksi mendasar dalam pembekuan darah adalah konversi protein plasma yang larut, yaitu fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut. Proses ini mencakup pembebasan dua pasang polipeptida dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa, monomer fibrin, kemudian mengalami polimerisasi dengan molekul-molekul monomer lain sehingga membentuk fibrin. Fibrin mula-mula berupa gumpalan longgar benangbenang yang saling menjalin sampai akhirnya, pembentukan ikatan-ikatan silang kovalen akan mengubah gumpalan longgar menjadi agregat yang padat dan ketat (stabilisasi). 6 Mekanisme ketiga hemostasis yakni pembentukan bekuan darah, memiliki 2 fase yaitu fase intrinsik dan fase ekstrinsik. Hasil akhir dari keduanya fase ini adalah terbentuknya suatu bekuan darah. Dari 2 fase yang berlangsung dalam mekanisme pembekuan darah, ion kalsium sangat berperan penting dan sangat diperlukan untuk mempermudah atau mempercepat semua reaksi pembekuan darah. Tanpa adanya ion kalsium, pembekuan darah melalui fase pembekuan tidak akan terjadi. 1 Jika darah ditempatkan pada tabung gelas, clot akan terbentuk menit. Lain hal lagi bila jaringan luka akan menstimulasi jaringan yang trauma untuk mempercepat pembetukan bekuan darah. Ada 2 mekanisme berbeda dalam mencapai terbentuknya fibrin. Sistem intrinsik terjadi tanpa melibatkan zat kimia pada jaringan, sedangkan sistem ekstrinsik melibatkan zat kimia pada jaringan. 28 Larutan feracrylum 1% adalah agen hemostatik lokal yang digunakan untuk mengontrol perdarahan pada berbagai prosedur operasi. 27,29 Mekanisme feracrylum 1% berlangsung pada fase ketiga yaitu pembentukan pembekuan darah. Hal ini dikarenakan fungsi utama dari feracrylum 1% adalah membentuk suatu koagulum buatan yang fungsinya hampir sama dengan koagulum yang dihasilkan darah secara alami. Perbedaan dari kedua koagulum tersebut yaitu dari lama proses pembentukannya. Koagulum yang dihasilkan feracrylum 1% berlangsung lebih cepat daripada koagulum yang dibentuk darah secara alami. 1
12 38 Peran feracrylum 1% dalam mekanisme ketiga ini akan berlangsung pada fase ekstrinsik. Unsur besi pada feracrylum 1% secara utama akan bereaksi dengan albumin. Salah satu protein plasma ini memiliki fungsi yaitu mengikat ion kalsium yang memiliki peran dalam mempermudah dan mempercepat semua reaksi pembekuan darah. Nantinya reaksi dari kedua unsur ini akan mempercepat perubahan fibrinogen yang dapat larut (soluble) menjadi fibrin yang tidak larut (insoluble) yang kemudian membentuk sebuah koagulum buatan. Koagulum buatan yang telah terbentuk, kemudian dilisis melalui metabolisme normal fibrinolisis dan molekul feracrylum 1% akan rusak menjadi asam asetik yang kemudian akan disekresi melalui sistem tanpa mempengaruhi ph. Fungsinya kemudian digantikan oleh bekuan darah, sehingga darah benar-benar berhenti. 1,6 Hal yang sama juga dikatakan oleh Thinakar et al, bahwa dia menemukan perbedaan yang signifikan pada kelompok yang menggunakan gel feracrylum dibandingkan dengan tampon saja dalam menghentikan perdarahan. Menurutnya, feracrylum dapat menjadi pilihan yang ideal untuk mengontrol perdarahan. 26 Feracrylum 1% yang digunakan dalam penelitian ini adalah biokompatibel dan biodegradasi. Ketika cairan berkontak dengan serum protein, dia akan membentuk lapisan gumpalan tipis longgar ,29 Feracrylum 1% disarankan digunakan oleh karena penyembuhan luka akan lebih cepat dan dapat menyelesaikan masalah dengan cepat. Bekuan darah yang stabil (clot stabilization) juga bagian dari kepuasan penggunaan feracrylum 1% sebagai obat. 26 Penggunaan tampon sebagai bahan hemostatik juga baik dengan tanpa atau adanya tambahan larutan hemostatik lain untuk diletakan pada sisi soket dengan cara ditekan atau di gigit. Menggigit tampon mungkin tidak begitu cukup untuk memberikan tekanan pada sisi soket, maka disarankan untuk bisa saja menggunakan jari untuk menekannya untuk beberapa menit. Pada beberapa kasus tekanan akan mempengaruhi awal hemostasis. Bekuan akan terbentuk pada dasar soket. Sangat baik bila mengecek bahwa clot tidak lepas dengan menggunakan kain kasa. Setelah itu kasa baru dapat diletakan kembali pada soket. Pada waktu pelepasan akan tidak ada perdaraahan lagi. 16 Aplikasi penekanan berfungsi untuk menetralkan tekanan
13 39 hidrostatik dalam pembuluh darah untuk beberapa saat hingga akan terbentuk bekuan darah dan menutup bekas perdarahan. Penekanan biasanya paling biasa dilakukan untuk mengontrol perdarahan. Penekanan harus diaplikasi pada bagian yang berdarah dan sudah diletakkan gauze selama 5 menit. 15 Feracrylum 1% memang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan tampon untuk mengontrol perdarahan, tetapi aplikasi tampon saja masih bisa digunakan untuk perawatan pencabutan gigi konvensional. 26
14 40 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Ada perbedaan yang signifikan antara waktu pembentukan koagulum darah pasca pencabutan gigi dengan dan tanpa pemberian feracrylum 1% (nilai p = 0,001 < 0,05). 2. Rata-rata waktu pembentukan koagulum darah pada kelompok perlakuan adalah 323,8889 detik, dengan standar deviasi 20,08772 (323, ,08772). 3. Rata-rata waktu pembentukan koagulum darah pada kelompok kontrol didapatkan rata-ratanya adalah 389,4444 detik, dengan standar deviasi 67,52971 (389, ,52971). 6.2 Saran 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya. 2. Dalam penelitian ini tidak dibedakan sampel jenis kelamin wanita atau pria, maka dapat diteliti lebih lanjut apakah ada perbedaan waktu pembentukan koagulum darah pada kedua jenis kelamin.
BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekstraksi gigi dilakukan untuk sejumlah alasan, termasuk karies, trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan ortodontik. 1 Ekstraksi dicapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Pengertian darah Darah merupakan jaringan cair yang merupakan bagian terpenting dari sistem transportasi zat dalam tubuh. Darah berfungsi mengangkut semua nutrisi,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei yang bertujuan untuk menggambarkan prevalensi dry socket pada rahang atas dan rahang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi
BAB V HEMOSTASIS Definisi Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair. Mekanisme hemostasis Jika
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut - Pendidikan (RSGM-P FKG UI) pada periode 6 Oktober 2008-10 November 2008. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit 1. Asal Trombosit Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui
Lebih terperinciUrutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
MEKANISME HEMOSTASIS Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dikembangkan suatu model tikus stroke dengan cara menyuntikan darah tikus autologus melalui arteri karotid kanan. Penyuntikan darah tikus autolog
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Chintya Pratiwi Putri Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juli 1992 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Eksperimental Klinis 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Tempat Penelitian : FKG UI 4.2.2. Waktu Penelitian : November 2008 4.3. POPULASI DAN SUBYEK
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka teori yang ada, tidak semua variabel akan diteliti, tetapi peneliti memilih variabel yang memungkinkan untuk dilakukan penelitian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis
BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL. Selama penelitian diambil sampel sebanyak 50 pasien
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anestetikum lokal merupakan bahan yang sangat sering digunakan dalam prosedur ekstraksi gigi. 1 Anestetikum lokal dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri secara
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa FKG UI yang dirawat dengan alat ortodonti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Eksperimental Klinis 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Tempat Penelitian : FKG UI 4.2.2. Waktu Penelitian : November 2008 4.3. POPULASI DAN SUBJEK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis
Lebih terperinciKata kunci: waktu perdarahan, pencabutan gigi, ekstrak etanol daun teh (Camellia Sinensis L.Kuntze), mencit Swiss Webster.
ABSTRAK Perdarahan merupakan salah satu komplikasi pasca tindakan pencabutan gigi. Perdarahan dapat berhenti karena terdapat efek hemostatik pada tubuh. Tanaman teh mengandung zat tannin yang sangat tinggi
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2 Subyek penelitian Subyek penelitian adalah pasien yang dirawat dengan alat ortodonti cekat sebanyak
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kandungan dan Kebidanan. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan
27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Lebih terperinciPERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep
PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep Pengertian Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah atau pencegahan kehilangan
Lebih terperinciD A R A H DARAH. Jumlah sel darah 10/17/2009 PLASMA PURWO SRI REJEKI. Fungsi Darah : ERITROSIT : Fungsi: 1. Transport O 2. Darah merupakan 8% BB total
D R H DRH PURW SRI REJEKI Darah merupakan 8% total Terdiri dari : - 5% dalam bentuk plasma ( ekstra seluler ) - 3 % dalam sel darah ( intra seluler ) ph darah = 7,35 7,45 Fungsi Darah : 1.Transport (utama)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak kulit nanas muda dan masak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan di OSCE Center kampus Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel diawali dengan
Lebih terperinciBAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis dengan metode cross over. 4.2. Penentuan populasi Subyek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain
49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan Fisika kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat 1. Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL
ABSTRAK EFEK JUS PAPRIKA (Capsicum annuum L. annuum) TERHADAP WAKTU PEMBEKUAN DARAH PRIA DEWASA NORMAL Yuliana, 2007. Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno, dr., drs., AIF. Pembimbing II : Rosnaeni, dra.,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat badan, dangan viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah merupakan jaringan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized
43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010). Rancangan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan adanya kontraindikasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi Mulut dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit Trombosit merupakan elemen terkecil dalam struktur darah, merupakan sel darah yang berperan penting dalam hemostasis, karena granula trombosit mengandung faktor pembekuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam
1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam keadaan tidak mudah melekat (adhesi) terhadap endotel pembuluh darah atau menempel
Lebih terperinciLampiran 1. Skema Alur Pikir
Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang penduduk dunia adalah
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan
43 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu kebidanan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu kebidanan dan Kandungan. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan
32 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan pre-post test only one group design.
Lebih terperinciPANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a
Lebih terperinciPerdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya
Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Abstrak Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembentukan bekuan darah adalah proses fisiologis yang lambat tapi normal terjadi sebagai akibat dari aktivasi jalur pembekuan darah. Respon alamiah yang timbul untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.
36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kebidanan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup tempat Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. 4.1. Ruang
Lebih terperinciMekanisme Pembekuan Darah
Mekanisme Pembekuan Darah Pada pembuluh darah yang rusak, kaskade koagulasi secara cepat diaktifasi untuk menghasilkan trombin dan akhirnya untuk membentuk solid fibrin dari soluble fibrinogen, memperkuat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group
22 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan one-group pre-test and post-test design (rancangan pra-pasca test dalam satu kelompok). Pemeriksaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi
Lebih terperinciOleh : Fery Lusviana Widiany
PENGARUH DUKUNGAN GIZI PUDING TEPUNG TEMPE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh : Fery Lusviana Widiany 01/12/2014 1 Latar Belakang RS SARMILLA 2,89% pasien menurun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi eksperimental design, dengan rancangan yang digunakan adalah posttest only control
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan perdarahan merupakan keadaan yang disebabkan oleh. kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan perdarahan merupakan keadaan yang disebabkan oleh kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada sistem hemostasis. Salah satu gangguan yang
Lebih terperinciSistem Transportasi Manusia L/O/G/O
Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O Apersepsi 1. Pernahkan bagian tubuhmu terluka, misalnya karena terjatuh atau terkena bagian tajam seperti pisau dan paku? 2. Apakah bagian tubuh yang terluka tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan istilah khusus untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti dari suatu masalah yang menarik perhatian. 28 Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi dapat berisiko menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya sebagian dari jaringan tubuh.
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental
39 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan pretest-posttest with control group design yaitu menggunakan kelompok perlakuan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit
24 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi,
29 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi, Farmakologi dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup penelitian meliputi bidang Ilmu Kedokteran Kulit dan 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Asam Asetilsalisilat (AAS) merupakan turunan dari asam salisilat yang ditemukan dari ekstraksi kulit pohon Willow Bark (Miller et al.,1978). AAS diperoleh dengan mereaksikan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). 4.2 Alur Penelitian Mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FKG
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur dental yang invasif sering diikuti dengan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan tidak semua dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
Lebih terperinci