PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN"

Transkripsi

1 PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN POLA SPASIAL INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBANGUNAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL Gilang Adinugroho 1, Imam Arifa ilah 2, Selvi Elvina 3, Inriyatni S 4, Aisyah T 4 Magister Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1 gilangadi1878@gmail.com Diterima (received): 09 September 2016 Disetujui (accepted): 03 Oktober 2016 ABSTRAK Indonesia merupakan negara dengan beragam kondisi geografis, dari pesisir sampai pegunungan. Keragaman tersebut dapat berpengaruh terhadap proses pembangunan. Selama ini pusat pertumbuhan berada di wilayah dengan topografi datar. Pembangunan di wilayah bergunung dan berbukit menyebabkan biaya menjadi lebih mahal. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang pembangunannya masih tertinggal di DIY dan Karakteristik fisiknya lebih kompleks dibandingkan daerah lain. Analisa pola spasial IKG akan memudahkan menentukan lokasi prioritas pembangunan di Gunungkidul. Tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi pola spasial IKG 2) Mengidentifikasi pola spasial tingkat pembangunan desa, 3) Mengidentifikasi hubungan IKG dengan tingkat pembangunan desa di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Analisis pola spasial menggunakan SIG dan analisis hubungan menggunakan korelasi pearson. Indeks Kesulitan Geografis Kabupaten Gunungkidul paling tinggi dibandingkan di DIY. Hasil analisis menunjukkan bahwa 38 desa termasuk dalam klasifikasi rendah, 64 desa (sedang) dan 42 desa berklasifikasi tinggi. Desa dengan kesulitan geografis tinggi relatif banyak di bagian utara dan selatan. Indeks Pembangunan Desa Gunungkidul juga paling rendah di DIY. Desa-desa yang lebih maju berada di bagian tengah kabupaten. Hal ini dimungkinkan daerahnya yang datar, dilalui jalur strategis dan dekat dengan pusat pertumbuhan. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya hubungan sangat kuat antara IKG dengan IPD dengan arah negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah nilai IKG maka semakin besar nilai IPD, begitu juga sebaliknya. Kata Kunci : kondisi geografis, IKG, IPD, korelasi A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman karakteristik geografis. Negara ini terdiri dari puluhan ribu pulau, puluhan gunung dan ratusan ribu kilometer garis pantai. Hal tersebut menjadi tantangan besar untuk memeratakan kegiatan pembangunan di seluruh wilayah NKRI. Karakteristik geografis yang beragam membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam pelaksanaan pembangunan. Pusat - pusat pertumbuhan di Inonesia sebagian besar berlokasi di dataran rendah, baik di pinggir pantai/sungai atau pedalaman. Kegiatan pembangunan lebih mudah di dataran rendah karena biaya rendah dan minim hambatan fisik. Available online :

2 kondisi tersebut menyebabkan sarana dan infrastruktur di dataran rendah relatif lebih lengkap dibandingkan di wilayah perbukitan atau pegunungan. Kegiatan pembangunan di wilayah pegunungan atau perbukitan membutuhkan biaya yang mahal karena hambatan fisik relatif besar. Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu kunci utama pembangunan wilayah (Muta'ali, 2014). Infrastruktur menjadi media kegiatan berbagai sektor di suatu wilayah. Ketersediaan infrastruktur akan memperlancar aksesibilitas, arus produksi dan kegiatan lainnya (Adisasmita, 2008). Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten yang pembangunannya masih tertinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta. IPM, pertumbuhan ekonomi dan kontribusi ekonomi Gunungkidul paling rendah dibandingkan kabupaten lain di DIY. Kontribusi ekonomi kabupaten ini hanya 13,6 % padahal luas totalnya mencapai 50 % DIY (BPS, 2014). Karakteristik fisik Gunungkidul relatif lebih kompleks dibandingkan daerah yang lain. Sehingga hambatan pembangunan lebih besar. Kondisi geografis kabupaten ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu utara, tengah dan selatan. Bagian utara merupakan perbukitan Batur Agung menoreh dengan ketinggian meter, sedangkan bagian tengah adalah Basin Wonosari dengan togografi datar. Bagian selatan Gunungkidul merupakan perbukitan karst Gunungsewu Beragamnya karakteristik geografis berdampak terhadap perbedaan tingkat kesulitan geografis di Gunungkidul. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul harus memprioritaskan daerah yang masih tertinggal, terutama dengan kesulitan geografis yang tinggi. Analisis spasial dapat membantu identifikasi desa prioritas sehingga program pembangunan sesuai locus (lokasi). Perbedaan tingkat kesulitan geografis dapat berdampak terhadap tingkat perkembangan suatu wilayah. Uraian diatas merupakan latar belakang dalam penelitian. Kajian pola spasial Indeks Kesulitan Geografis diperlukan untuk mengidentifikasi daerah yang diprioritaskan dalam pembangunan. Daerah dengan IKG tinggi akan mengalami hambatan proses pembangunan akibat konfigurasi geografisnya. Tujuan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pola spasial Indeks Kesulitan Geografis di Kabupaten Gunungkidul. 2. Mengidentifikasi pola spasial tingkat pembangunan desa di Kabupaten Gunungkidul. 3. Mengidentifikasi hubungan Indeks Kesulitan Geografis dengan tingkat pembangunan desa di Kabupaten Gunungkidul. B. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian adalah desa. Terdapat 144 desa yang tersebar di 18 kecamatan di Kabupaten Gunungkidul. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu Indeks Kesulitan Geografis (IKG) dan Indeks Pembangunan Desa (IPD). Sumber data IKG berasal dari lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247 tahun 2015 tentang Dana Desa. Data IPD tersebut merupakan data yang dikeluarkan oleh Bappenas dan BPS untuk mengukur pembangunan desa. Data IPD untuk provinsi DIY diolah dan Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

3 dibandingkan kondisi desa dengan mendasarkan pada 5 dimensi utama yang ada dalam IPD yaitu pelayanan dasar, infrastruktur, aksesibilitas, pelayanan umum dan pemerintahan (BPS, 2014). IPD mengklasifikasikan desa di seluruh Indonesia menjadi 3, yaitu mandiri, berkembang dan tertinggal. Analisis pola spasial dalam tujuan pertama dan kedua menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis merupakan sarana penting untuk mendukung analisis spasial. SIG sebagai sistem informasi berbasis komputer yang mampu mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi dan menampilkan data spasial dengan tujuan untuk pengambilan keputusan (Kraak & Ormeling, 2007). Software yang digunakan untuk pengolahan adalah ArcGIS 9.3. klasifikasi data akan memudahkan dalam analisis pola spasial. Pemerintah belum mengeluarkan pedoman klasifikasi untuk IKG sehingga menggunakan klasifikasi dalam ArcGIS. Sistem yang digunakan dalam melakukan klasifikasi adalah Natural Breaks. Sistem ini melihat nilai indikator dari yang terkecil dan terbesar. Data kemudian dibagi menjadi kelas-kelas dengan batas-batas yang ditentukan berdasarkan nilai terbesar. Formula Natural Breaks adalah nilai terkecil nilai tengah nilai terbesar (Muta'ali, 2014). Klasifikasi membagi desa menjadi 3 kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Analisis yang digunakan dalam mengidentifikasi hubungan pada tujuan ketiga adalah analisis statistik. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah korelasi pearson product moment. Data IKG dan IPD termasuk dalam jenis data interval sehingga menggunakan teknik statistik tersebut (Sugiyono, 2007). Syarat lain dalam penggunaan teknik ini adalah data harus berdistribusi normal. Tabel 1 menunjukkan klasifikasi untuk interpretasi koefisien korelasi. Tabel 1. Interpretasi koefisien korelasi Interval Tingkat hubungan 0,00 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat kuat Sumber : Sugiyono, 2007 C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pola Spasial IKG Kabupaten Gunungkidul Indeks Kesulitan Geografis menunjukkan tingkat hambatan dalam pembangunan. Nilai IKG antara 0-100, semakin mendekati nilai 100 maka semakin tinggi hambatan untuk pembangunan. Pembahasan pola spasial IKG di Kabupaten Gunungkidul akan menunjukkan desa yang mempunyai hambatan relatif tinggi. Desa-desa tersebut harus menjadi prioritas pembangunan untuk mengurangi ketertinggalan terhadap daerah lain. Kabupaten Gunungkidul memiliki IKG tertinggi, yaitu 29,96. IKG kabupaten Kulonprogo tertinggi ke 2, dengan nilai 28,64, sedangkan Sleman menempati posisi ke 3, yaitu 26,26. Kabupaten yang mempunyai konfigurasi pegunungan dan perbukitan memiliki nilai IKG lebih tinggi dibandingkan daerah yang karakteristik geografisnya dataran rendah. 160 Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

4 Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 144 desa yang tersebar di 18 kecamatan. Konfigurasi geografis desa di kabupaten ini relatif beragam. Terdapat 18 desa yang berada di pesisir, 56 di pegunungan dan 70 berada di dataran rendah (BPS, 2015). Setiap konfigurasi mempunyai tingkat kesulitan geografis yang berbeda. Semakin datar suatu daerah maka semakin rendah tingkat kesulitan geografis. Desa yang memiliki nilai IKG tertinggi di Gunungkidul adalah Desa Pringombo (Kecamatan Rongkop) dan terendah di Desa Wonosari (Kecamatan Wonosari). Gambar 2 menunjukkan peta pola spasial IKG di Kabupaten Gunungkidul. Hasil analisis menunjukkan bahwa 38 desa termasuk dalam klasifikasi rendah, 64 desa (sedang) dan 42 desa berklasifikasi tinggi. Gambar 1 menunjukkan diagram jumlah desa berdasarkan klasifikasi IKG. Hal ini berarti 30 % desa di Gunungkidul memiliki tingkat kesulitan geografis yang tinggi. Gambar 2 menunjukkan bahwa desa dengan kesulitan geografis tinggi relatif banyak di bagian utara dan selatan. Bagian tengah Gunungkidul relatif banyak desa dengan tingkat kesulitan geografis yang rendah. Rendah (14,3-25,18) Sedang (25,18-33,83) 64 Tinggi (33,83-45,68) Gambar 1. Jumlah desa menurut klasifikasi IKG Gambar 2. Pola spasial IKG di Gunungkidul Pegunungan Batur Agung merupakan pegunungan yang memanjang dari Bantul sampai Klaten. Batur Agung merupakan hasil dari proses tektonik yang ada di Kali Opak (Santoso & Adji, 2014). Topografi Pegunungan Batur Agung Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

5 adalah miring dan terjal dengan tingkat kelerengan mencapai % atau bahkan > 45 % (Santoso & Adji, 2014). Wilayah ini mempunyai lapisan tanah yang tipis dan minum air tanah. Hal tersebut membuat tanah di pegunungan ini sangat marjinal sehingga sulit untuk dibudidayakan. Perbukitan karst di Gunungkidul termasuk dalam rangkaian Geopark Gunung Sewu yang meliputi 3 kabupaten dan 3 provinsi. Geopark Gunung Sewu termasuk dalam salah satu warisan dunia oleh UNESCO. Perbukitan ini meliputi Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Karakteristik karst adalah berbukit dengan lerang yang curam. Terdapat kenampakan lembah diantara bukitbukit karst. Kemiringan lerengnya relatif curam dan terjal yaitu antara %. Lapisan tanah di perbukitan karst sangat tipis dan minim air tanah akan tetapi menyimpan potensi air bawah tanah (Santoso & Adji, 2014). Bagian tengah Gunungkidul adalah lembah antara perbukitan dan pegunungan yaitu Basin Wonosari. Topografi Basin Wonosari relatif datar dan landai, dengan kemiringan lereng %. Wilayah yang memiliki nilai IKG rendah memiliki pola spasial berada di bagian tengah, dilewati jalan arteri, dan ibukota kecamatan. Hal tersebut membuat daerah yang mempunyai akses lebih baik maka hambatan pembangunannya semakin rendah. Bagian tengah Wonosari memiliki topografi landai/datar sehingga pembangunan sarana prasarana lebih mudah dan berbiaya murah. Hal ini membuat ketersediaan sarana prasarana relatif lengkap dan bervariasi. Kecamatan yang terletak di bagian tengah antara lain Playen, Patuk Wonosari, atau Karangmojo. Desa Wonosari memiliki nilai IKG terendah di Gunungkidul. Desa ini merupakan lokasi Ibukota Kabupaten Gunungkidul sehingga aksesibilitasnya relatif mudah. Ketersediaan sarana prasarananya paling lengkap di seluruh Kabupaten Gunungkidul karena skala pelayanannya mencakup seluruh daerah. Desa Wonosari berada di lokasi strategis sehingga dilewati berbagai sarana transportasi. Aksesibilitas dan transportasi yang mudah serta sarana yang lengkap mengurangi hambatan geografis dalam proses pembangunan. Sebagian besar Ibukota Kecamatan memiliki hambatan geografis yang rendah seperti Kepek (Saptosari), Karangmojo (Karangmojo), Nglipar (Nglipar) atau Semanu (Semanu). Pembangunan desa yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan lebih berkembang dan mendapat perhatian lebih dibandingkan desa lain dalam satu kecamatan. Sistem transportasinya di desa-desa tersebut sudah terhubung dengan ibukota kecamatan lain. Status jalan yang menghubungkan antar kecamatan adalah level arteri dan kolektor. Ketersediaan sarana di desa ibukota kecamatan lebih lengkap karena untuk melayani kegiatan se-kecamatan. Hal tersebut menyebabkan indeks kesulitan geografisnya rendah. Gambar 3 menunjukkan infrastruktur jalan di desa dengan kesulitan geografis yang rendah. Desa yang memiliki trigger pertumbuhan juga mempunyai nilai IKG rendah. Desa Kemadang merupakan lokasi dari obyek wisata Pantai Baron. Pantai Baron merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah bagi Kabupaten Gunungkidul. setiap tahun ratusan ribu wisatawan mengunjungi pantai ini. Desa Kemadang memiliki fungsi yang strategis sehingga menjadi salah satu prioritas pembangunan. Kondisi tersebut membuat akses dan transportasi ke Desa Kemadang relatif mudah. Sarana yang terdapat di Desa Kemadang juga relatif 162 Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

6 lengkap untuk melayani wisatawan yang berkunjung. Desa- desa yang dilewati jalur arteri seperti jalur Wonosari-Wonogiri dan lintas selatan mempunyai IKG yang rendah. Jalan arteri tersebut membuat akses di desa-desa tersebut lebih mudah. Pembangunan jalan memicu munculnya fasilitas umum. Jalur transportasi, terutama jalan raya menjadi salah satu trigger pembangunan suatu daerah. Gambar 3. Atas : jalan lintas selatan, bawah : jalan menuju Wonosari Sumber : dolanotomotif.com, sunoracle-ngegeretkoper.blogspot.com. Desa-desa yang memiliki nilai IKG tinggi berada di bagian utara dan selatan Gunungkidul, bahkan semua desa di Kecamatan Purwosari memiliki klasifikasi tinggi. Karakteristik fisik yang kompleks serta minimnya trigger pertumbuhan membuat hambatan pembangunan relatif tinggi. Topografi yang berbukit dan bergunung membuat proses pembangunan infrastruktur membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Jenis batuan pembentuk pegunungan struktural dan perbukitan karst yang relatif keras menambah hambatan dalam pembangunan. Sebagian besar desa dengan nilai IKG tinggi letaknya relatif jauh dari ibukota kecamatan atau ibukota kabupaten. Jarak yang jauh membuat aksesibilitas ke pusat relatif sehingga interaksi dengan pusat rendah (Kurnia, 2009). Hal ini sesuai dengan hukum geografi I bahwa setiap wilayah akan berinteraksi tetapi wilayah yang berdekatan mempunyai interaksi paling tinggi. Masyarakat harus menempuh belasan bahkan puluhan kilometer untuk mencapai pusat kecamatan atau Wonosari. Hal ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya transportasi tinggi. Kondisi ini kurang mendukung pembangunan yang efektif dan efisien. Rendahnya aksesibilitas diperparah dengan kualitas dan kuantitas jalan di beberapa desa pedalaman. Banyak jalan masih berupa tanah atau hanya diperkeras dengan batuan. Gambar 4 menunjukkan kondisi jalan dan proses pembangunan jalan di Gunungkidul. Sarana prasarana di desa dengan IKG tinggi masih minim dikarenakan kondisi geografis menjadi penghambat proses pembangunan. Kegiatan pembangunan membutuhkan dana dan waktu yang lebih banyak karena adanya hambatan. Salah satunya terlihat dalam gambar 5 (bawah), pembangunan jalan di bagian selatan harus memotong bukit. Batuan yang membentuk pegunungan Batur Agung dan perbukitan Karst Gunung Sewu relatif tebal. Kondisi tersebut menyebabkan perlu alat khusus untuk menanganinya. Alasan tersebut dimungkinkan menjadi salah satu faktor minimnya sarana prasarana di desa dengan IKG tinggi. permasalahan lain dalam pembangunan sarana prasarana adalah pola permukiman yang menyebar (Ritohardoyo, 2007). Jarak antar perkampungan di Gunungkidul relatif Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

7 jauh. Hal tersebut akan membutuhkan biaya tinggi untuk penyediaan sarana prasarana. Panjang jaringan dan jumlah alat yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan membangun di wilayah yang pola permukimannya mengelompok. Kondisi ini menyebabkan beberapa desa belum menikmati berbagai pelayanan publik. Sarana transportasi di desa dengan IKG tinggi sangat minim. Hal ini disebabkan oleh rendahnya bangkitan penumpang akibat jumlah penduduk yang sedikit serta belum ada trigger pembangunan. masyarakat mengandalkan kendaraan pribadi atau angkutan informal untuk melakukan perjalanan. Angkutan transportasi umum di Gunungkidul hanya tersedia di Perkotaan Wonosari. Rute maksimal angkutan hanya sampai ibukota kecamatan. Kondisi tersebut membuat masyarakat tidak mempunyai banyak pilihan dalam akses transportasi. Kegiatan produksi dan distribusi akan terganggu akibat minimnya sarana transportasi. Jaringan transportasi menjadi penting dalam pembangunan di wilayah Kabupaten Gunungkidul yang luas (50% dari luas total DIY). Jaringan transportasi merupakan salah satu pemicu perkembangan kegiatan ekonomi di daerah (Kuncoro, 2014). Jaringan transportasi akan melancarkan interaksi antar wilayah. interaksi wilayah merupakan salah satu faktor dalam pembangunan (Adisasmita, 2008). Semakin tinggi intesitas interaksi dengan pusat pertumbuhan dan wilayah lain maka perkembangan semakin cepat. Desa-desa di bagian selatan dan utara harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan di Gunungkidul. Pembangunan dan pengembangan jaringan transportasi dan infrastruktur menjadi aspek penting untuk dilakukan. Hal tersebut akan mendukung aksesibilitas sehingga kegiatan ekonomi masyarakat dapat berkembang. Gambar 4. Atas : Kondisi jalan bawah : proses pemotongan bukit Sumber : sorotgunungkidul.com dan eanindya.com 2. Pola Spasial Tingkat Pembangunan Desa di Gunungkidul Bappenas dan Badan Pusat Statistik mengeluarkan Indeks Pembangunan Desa sebagai instrumen evaluasi kondisi pembangunan. Desa menjadi salah satu perhatian utama pembangunan dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini untuk mengurangi kesenjangan antara desa dengan kota. Indeks Pembangunan Desa di Gunungkidul masih relatif tertinggal dibandingkan kabupaten lain. Gambar 5 merupakan grafik IPD tiap kabupaten di DIY. Indeks Pembangunan Desa Kabupaten Gunungkidul terendah dibandingkan daerah lain. Gambar 5 menunjukkan terdapat perbandingan relatif besar antar pembangunan desa di Kabupaten Sleman dan Bantul dengan Gunungkidul dan 164 Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

8 Kulonprogo. Kabupaten Sleman dan Bantul memiliki konfigurasi geografis yang relatif beragam sehingga pengembangannya lebih mudah. Konfigurasi geografis Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo lebih kompleks sehingga hambatannya relatif besar. Jarak 2 kabupaten tersebut dengan pusat kota juga relatif jauh serta minim trigger pertumbuhan. Hal tersebut dimungkinkan menjadi penyebab ketertinggalan pembangunan desa. Gambar 6 menunjukkan peta persebaran indeks pembangunan desa di Kabupaten Gunungkidul. Hasil analisis pola spasial menunjukkan bahwa desa mandiri di Gunungkidul mengelompok di bagian tengah. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan desa di bagian tengah relatif lebih maju dibandingkan bagian utara dan selatan. Desa mandiri di bagian utara dan selatan berasosiasi dengan jaringan jalan yang strategis (jalan status nasional dan provinsi) dan memiliki pusat pertumbuhan. Desa-desa di Kecamatan Wonosari, Patuk, Karangmojo dan Semanu relatif banyak yang termasuk dalam klasifikasi mandiri. Desa Kepek memiliki nilai IPD tertinggi yaitu 87,14. Desa ini berlokasi di wilayah perkotaan Wonosari. Lokasi yang strategis dan memiliki lingkup pelayanan luas membuat kegiatan ekonomi di daerah ini paling berkembang. Infrastruktur di Desa Kepek relatif lengkap karena menjadi pusat kegiatan untuk seluruh kabupaten. Aksesibilitas menuju Kepek juga relatif mudah karena dilewati jalan arteri (Wonosari-Wonogiri). Desa-desa lain di Kecamatan Wonosari juga termasuk dalam klasifikasi mandiri. Lokasi yang berdekatan dengan pusat pertumbuhan membuat pembangunan juga ikut berkembang. Perkembangan desa-desa di bagian tengah Gunungkidul lebih tinggi karena kondisi geografis yang mendukung. Bagian tengah merupakan dataran antar lembah atau Basin Wonosari sehingga topografinya datar dan landai. Hambatan geografis rendah sehingga mempermudah proses pembangunan. Bagian tengah Gunungkidul dilewati oleh jalan arteri sehingga aksesibilitasnya relatif mudah. Kemudahan tersebut membuat kegiatan ekonomi dan permukiman masyarakat lebih cepat berkembang. Beberapa desa yang berklasifikasi mandiri memiliki status sebagai ibukota kecamatan seperti Playen, Nglipar, Patuk, Semanu, Giriharjo, Ponjong dan Wonosari. Ibukota kecamatan mempunyai fasilitas yang relatif lengkap karena fungsinya sebagai pusat wilayah. Aksesibilitasnya relatif mudah karena sudah terhubung oleh jalan antar wilayah. Hal ini mendukung perkembangan desa yang berstatus sebagai Ibukota Kecamatan. Desa Kemadang merupakan satu-satunya desa pesisir yang masuk klasifikasi mandiri. Terdapat pusat pertumbuhan di desa tersebut yaitu Pantai Baron. Baron merupakan salah satu objek wisata andalan bagi Gunungkidul bahkan DIY. Pantai Baron merupakan salah satu penyumbang PAD tertinggi bagi kabupaten. Setiap tahun ratusan ribu wisatawan mengunjungi pantai ini. Kondisi tersebut memicu perkembangan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga pembangunan Desa Kemadang relatif maju dibandingkan desa pesisir lainnya. Desa yang termasuk dalam klasifikasi berkembang sebagian besar terletak di bagian utara dan selatan Gunungkidul. Bagian tersebut memiliki konfigurasi geografis perbukitan dan pegunungan. Hal ini membuat pembangunan tidak semudah dibandingkan bagian tengah. Desa Pringombo Kecamatan Rongkop mempunyai nilai pembangunan desa terendah se-kabupaten Gunungkidul. Lokasi Pringombo berada di sudut tenggara Gunungkidul sehingga jauh dari Ibukota Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

9 Kabupaten (36 km) dan Kecamatan (3 km). Desa ini juga tidak dilewati oleh angkutan umum. Kualitas dan aksesibilitas jalan di desa ini relatif baik karena sebagian besar sudah diaspal, akan tetapi minim trigger pertumbuhan. Kondisi tersebut membuat perkembangan Desa Pringombo paling rendah. Pembangunan di wilayah perbukitan dan pegunungan relatif tertinggal karena proses pembangunan terhambat kondisi geografis. Hal ini menyulitkan dalam pembangunan infrastuktur, jaringan transportasi dan lainnya. Pola permukiman di Gunungkidul bagian utara dan selatan yang menyebar menambah persoalan. Kondisi tersebut berdampak terhadap jumlah sarana atau jaringan yang harus dibangun. Jumlah sarana dan jarigan yang harus dibangun lebih banyak dibandingkan di pola permukiman yang mengelompok Indeks Pembangunan Desa Bantul Sleman Kulonprogo Gunungkidul Gambar 5. IPD kabupaten di DIY tahun 2014 Gambar 6. Pola spasial IPD Kabupaten Gunungkidul Sebagian besar desa yang masih berkembang mempunyai jarak yang relatif jauh dengan pusat pertumbuhan. Teori menyatakan bahwa semakin dekat suatu daerah dengan pusat pertumbuhan maka akan lebih mudah berkembang (Muta'ali, 2014). Desa-desa di Kecamatan Saptosari, Girisubo, Rongkop, dan Purwosari berjarak puluhan kilometer dari Wonosari. Minimnya pusat pertumbuhan di 166 Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

10 Gunungkidul membuat desa-desa di luar wonosari relatif masih tertinggal pembangunannya. Desa yang terjauh dengan Wonosari adalah Songbayu di Kecamatan Girisubo yaitu berjarak 60 km (BPS, 2015). Jarak yang jauh membuat tidak terdapat trickle down effect dari pusat pertumbuhan. Gunungkidul seharusnya memiliki beberapa pusat pertumbuhan, tidak hanya terpusat di Wonosari. Hal ini agar perkembangan desa lebih merata di seluruh kabupaten. Pemerintah daerah harus menumbuhkan beberapa pusat baru untuk pemerataan pembangunan di Gunungkidul. dimensi Infrastruktur menjadi masalah utama dalam pembangunan desa di Gunungkidul. Beberapa desa masih memiliki infrastruktur yang minim. Infastruktur tersebut antara lain bank, hotel, pasar, pertokoan dan agen LPG. Infrastruktur tersebut bersifat komersial sehingga terkait dengan tingkat perkembangan desa. Jumlah penduduk yang relatif sedikit dengan tidak memenuhi persyaratan ekonomis untuk pendirian fasilitas-fasilitas tersebut. Bank di Gunungkidul hanya di Wonosari dan ibukota kecamatan. Bank yang ada di ibukota kecamatan hanya Bank BRI. Hotel hanya ada di 4 kecamatan yaitu Wonosari, Tepus, Tanjungsari dan Purwosari. Infrastruktur yang kurang lengkap berdampak terhadap ketertarikan investor untuk menanamkan modal di suatu daerah. Sektor yang berpotensi menjadi trigger pertumbuhan adalah pariwisata. Potensi ini harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai. Hal ini untuk mendukung kegiatan pariwsata agar terus berkembang pesat. Perkembangan tersebut dapat berdampak terhadap pembangunan di wilayah sekitar. infrastruktur air bersih di Gunungkidul juga menjadi salah satu masalah. Air bersih di kabupaten ini berupa aliran sungai bawah tanah sehingga pemanfaatannya harus menggunakan teknologi tertentu. Teknologi tersebut relatif mahal sehingga jaringan air bersih masih belum menjangkau semua masyarakat. 3. Hubungan Indeks Kesulitan Geografis dengan Pembangunan Desa Komponen dalam penentuan IKG adalah aksesibilitas, infrastruktur dan transportasi. 3 komponen tersebut merupakan salah satu pendorong pembangunan suatu wilayah. Daerah yang aksesibiltasnya mudah, infrastrukturnya dan transportasinya baik akan lebih mudah berkembang. Analisis akan menghubungkan antara Indeks Kesulitan Geografis dengan Indeks Pembangunan Desa (IPD). Analisis hubungan antara IKG dengan IPD menggunakan analisis statistik korelasi pearson product moment. Perhitungan statistik korelasi menggunakan software SPSS. Salah satu syarat analisis korelasi pearson adalah data yang digunakan harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2007). Tes Normalitas data menggunakan metode Kolomogorov Smirnov. Tabel 2 menunjukkan analisis hasil Kolmogorov Smirnov. Tabel 2. Analisis normalitas data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test IKG IPD N a,b Mean Normal Parameters Std. Deviation Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

11 Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Hasil Analisis tahun 2016 Hal yang perlu diperhatikan adalah nilai Sig (kolom merah) untuk penentuan normalitas suatu data. Nilai Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal dan nilai Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. nilai Sig IKG sebesar 0,923 dan IPD sebesar 0,965 sehingga > 0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa data IKG dan IPD berdistribusi normal sehingga dapat digunakan untuk analisis korelasi. Normalitas data menunjukkan bahwa tidak ada data ekstrim (terlalu tinggi atau rendah). Analisis korelasi yang menggunakan data tidak berdistribusi normal akan mempengaruhi hasil. Hasil yang tidak sesuai akan berdampak terhadap pengambilan kesimpulan suatu penelitian. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis korelasi antara IKG dengan IPD. Tabel 3. Analisis korelasi pearson Correlations IKG IPD Pearson Correlation ** IKG Sig. (2-tailed).000 N Pearson Correlation ** 1 IPD Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Hasil analisis tahun 2016 Identifikasi pertama adalah melihat nilai signifikansi. Nilai signifikansi < derajat kesalahan (0,05) maka terdapat hubungan yang signifikan apabila nilainya > derajat kesalahan maka tidak ada signifikansi. Hasil perhitungan apabila menunjukkan tidak ada signifikansi maka tidak dapat dilanjutkan analisis korelasinya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa ada signifikansi antara IKG dan IPD karena nilai sig < 0,05 yaitu 0,000. Kolom pearson correlation (kolom merah pada tabel) menunjukkan tingkat hubungan antar variabel. Arah korelasi antara IKG dengan IPD adalah negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah nilai IKG maka semakin besar nilai IPD, begitu juga sebaliknya. Nilai pearson correlation antara IKG dan IPD sebesar 0,919 atau sangat kuat. Hasil akhirnya adalah ada hubungan sangat kuat antara Indeks Kesulitan Geografis 168 Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

12 dengan Indeks Pembangunan Desa dengan arah negatif. Tabel 3 menunjukkan nilai IPD dari 5 desa dengan nilai IKG terendah dan tertinggi. Tabel 4. Nilai IPD desa dengan IKG terendah dan tertinggi Desa Kecamatan IKG IPD 5 desa dengan IKG terendah Wonosari Wonosari 14,30 85,76 Piyaman Wonosari 15,79 83,12 Kepek Wonosari 16,36 87,14 Bandung Playen 17,52 78,48 Kelor Karangmojo 18,10 75,38 5 desa dengan IKG tertinggi Sawahan Ponjong 42,31 54,73 Salam Patuk 42,52 61,68 Ngunut Playen 44,88 56,44 Giriasih Purwosari 45,44 54,24 Pringombo Rongkop 45,68 51,68 *nilai IPD 0-100, semakin tinggi maka semakin maju pembangunan Sumber : IPD dan hasil analisis tahun 2016 Desa- desa yang memiliki kesulitan geografis yang rendah mempunyai tingkat pembangunan desa yang tinggi. desa Kepek di Kecamatan Wonosari memiliki nilai IKG terendah no 3 dan nilai IPD tertinggi sekabupaten Gunungkidul. desa yang mempunyai kesulitan geografis tinggi, tingkat pembangunannya relatif masih tertinggal. Desa Pringombo memiliki nilai IKG dan IPD terendah di Gunungkidul. data tersebut menunjukkan adanya hubungan berbanding terbalik antara Indeks Kesulitan Geografis dengan tingkat pembangunan desa. Semakin mudah aksesibilitas menuju ke suatu tempat maka daya tarik ekomominya tempat tersebut semakin kuat (Hadjisarosa dalam Adisasmita, 2008). D. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Indeks Kesulitan Geografis Gunungkidul tertinggi di DIY. Desa yang berada di bagian utara dan selatan memiliki nilai IKG lebih tinggi dibandingkan bagian tengah. Bagian utara dan selatan mempunyai konfigurasi geografis perbukitan dan pegunungan. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul diharapkan memberikan prioritas pembangunan di bagian utara dan selatan yang memiliki kesulitan geografis tinggi. 2. Indeks Pembangunan Desa Gunungkidul terendah di DIY. Desa di bagian tengah lebih berkembang dibandingkan desa di bagian utara dan selatan. Konfigurasi geografis yang landai, dekat dengan pusat pertumbuhan dan infrastruktur yang lengkap mendukung perkembangan desa di bagian tengah Gunungkidul. 3. Terdapat hubungan sangat kuat antara IKG dengan IPD dengan arah negatif. Semakin rendah nilai IKG maka semakin tinggi nilai IPD. Semakin rendah kesulitan geografis maka kegiatan pembangunan berjalan dengan relatif cepat. Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

13 DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R. (2008). Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Yogyakarta: Graha Ilmu. BPS. (2014). Indeks Pembangunan Desa. Jakarta: Badan Pusat Statistik. BPS. (2015). Kabupaten Gunungkidul dalam Angka Tahun Wonosari: Badan Pusat Statistik. Kraak, M. J., & Ormeling, F. (2007). Kartografi, Visualisasi Data Geospasial. Yogyakarta: UGM Press. Kuncoro, M. (2014). Pembangunan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Kurnia, D. (2009). Strategi Pengembangan Wilayah Perbatasan Antarnegara : Memacu Pertumbuhan Ekonomi Entikong Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Semarang: Tesis : Universitas Diponegoro. Muta'ali, L. (2014). Kapita Selekta Pembangunan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM. Muta'ali, L. (2014). Teknik Analisis Regional. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM. Ritohardoyo, S. (2007). Perubahan Permukiman Perdesaan Pesisir Kabupaten Gunungkidul DIY Tahun Forum Geografi, Santoso, L. W., & Adji, T. N. (2014). Karaktersitik Ekuifer dan Potensi Air Tanah Graben Bantul. Yogyakarta: UGM Press. Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 170 Volume 5 Nomor 2 - Oktober p ISSN X - e ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang terletak di Jl. Cendrawasih No. 20 Jember. Penelitian dilaksanakan

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang terletak di Jl. Cendrawasih No. 20 Jember. Penelitian dilaksanakan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kantor BPS (Badan Pusat Statistik) yang terletak di Jl. Cendrawasih No. 20 Jember. Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab 4 ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. 4.1. Profil Responden Sampel penelitian berjumlah 100

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kranggan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak

Lebih terperinci

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-290 PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eta Rahayu dan Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dengan normative social influence pada remaja di SMA X yang meliputi hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul merupakan wilayah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 % dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. suatu sebaran dikatakan tidak normal apabila p<0,05.

BAB IV PEMBAHASAN. suatu sebaran dikatakan tidak normal apabila p<0,05. BAB IV PEMBAHASAN A. Pengujian Hipotesis Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Berdasarkan variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 3 Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf hidup masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data Pajak Hotel, jumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian. digunakan untuk uji validitas instrumen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian. digunakan untuk uji validitas instrumen. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 2 Salatiga sebagai tempat penelitian, dengan populasi penelitian sebanyak 182 siswa dari

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Pada Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Banten 1

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Pada Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Banten 1 BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Terbentuknya Provinsi Banten 1 Provinsi Banten dibentuk berdasarkan UU No. 23 Tahun 2000 tertanggal 17 Oktober tahun 2000. Adapun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. atau memberikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui. kesimpulan yang berlaku secara umum.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. atau memberikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui. kesimpulan yang berlaku secara umum. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai penyebab stres

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai penyebab stres BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN` Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai penyebab stres kerja dan kepuasan kerja yang meliputi hasil penelitian data, hasil pembahasan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus

BAB 4 ANALISIS HASIL. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Subjek Penelitian Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Psikologi Binus University angkatan 2011 dan angkatan 2012 dengan hasil yang mengisi 124 orang.

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keberadaan subjek penelitian, peneliti mengumpulkan data tentang identitas responden.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Sampel dalam penelitian ini yaitu sampel total atau seluruh populasi menjadi sampel yang terdiri dari 63 orang guru SD penerima tunjangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan penerimaan terhadap kekerasaan dalam hubungan pacaran. Hasil penelitian ini terdiri dari hasil pengolahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Berikut ini akan dipaparkan hasil pengolahan data dari penelitian mengenai hubungan antara cara mengajar guru dengan self-efficacy siswa pada pemerolehan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Hasil Penelitian 4.1.1. Diskripsi subjek Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Doplang, yang beralamat di jalan Bangklean Desa Bangklean no 24 Kecematan Jati.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner. Data yang digunakan untuk mengukur pengaruh persepsi Wajib Pajak atas

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner. Data yang digunakan untuk mengukur pengaruh persepsi Wajib Pajak atas BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Penyebaran dan Penerimaan Kuesioner Data yang digunakan untuk mengukur pengaruh persepsi Wajib Pajak atas pelaksanaan sistem administrasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Letak sekolah ini mudah diakses dan sangat strategis yang berada di tengah kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar di Gugus Anggrek Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Subyek yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umun Subjek Penelitian Penelitian diadakan di SDN Gedangan 02 yang terletak di pesisiran Kota Salatiga, tepatnya di Desa Gedangan Jl.Raya Muncul-Salatiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah SMK NEGERI 1 Kecamatan SUTERA Kabupaten Pesisir Selatan. 4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Tempat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Homogenitas dan Normalitas. dahulu yang meliputi uji Normalitas dan uji Homogenitas.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Homogenitas dan Normalitas. dahulu yang meliputi uji Normalitas dan uji Homogenitas. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 5.1.1. Uji Homogenitas dan Normalitas Sebelum uji hipotesis maka dilakukan uji Pra syarat terlebih dahulu yang meliputi uji Normalitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan bertemu tidaknya hasil penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menentukan bertemu tidaknya hasil penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Uji Data 1. Hasil Analisis Uji Istrument Penelitian Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrument penelitian

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran : 1 Instrumen Penelitian INSTRUMEN PENELITIAN I. Identitas Responden Nama responden : Alamat : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : II. Petunjuk 1. Jawablah pernyataan di bawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berdasarkan nilai pada masing-masing variabel dapat diketahui nilai penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean dan standard deviasi dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Bagi Hasil di BSM (Bank Syariah Mandiri)

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Bagi Hasil di BSM (Bank Syariah Mandiri) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Bagi Hasil di BSM (Bank Syariah Mandiri) 1. Musyarakah Data mentah dari penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan bulanan publikasi Bank Syariah Mandiri. Laporan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( )

Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun ( ) 79 Lampiran 1. Data Produksi Karet (kg/bulan) Kebun Sei Baleh Estate pada Tanaman Berumur 7, 10 dan 13 Tahun Selama 3 Tahun (2012-2014) Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Bulan Umur (tahun) Umur (tahun)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah karyawan atau pegawai divisi fashion pada PT. Mitra Adiperkasa, tbk sebanyak 52 karyawan

Lebih terperinci

pengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya.

pengaduan, kritik dan saran secara online demi terciptanya Polri yang Profesional dalam melaksanakan tugas pokoknya. Kepolisian Resor Gunungkidul berkedudukan di Jl. MGR Sugiyopranoto No. 15 Wonosari, Gunungkidul, merupakan Institusi Polri yang mempunyai tugas pokok Polri Sebagai pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasi. Korelasi merupakan istilah statistik yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Data Responden Dari 62 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini dirangkum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian SMP Negeri 5 Salatiga salah satu jajaran sekolah tingkat menengah pertama tergolong sekolah berfaforit dikawasan kota Salatiga, walaupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: Variabel independent : motivasi kerja (X 1 ) dan sikap karyawan (X 2 ) Variabel dependent

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Singkat Sejarah SMA Antartika Sidoarjo. dengan status terakreditasi A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Singkat Sejarah SMA Antartika Sidoarjo. dengan status terakreditasi A. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Singkat Sejarah SMA Antartika Sidoarjo a. Peta SMA Antartika Sidoarjo SMA Antartika Sidoarjo merupakan Sekolah Menengah Atas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

Tabel 6. Nilai Parameter Hasil Pengolahan Data

Tabel 6. Nilai Parameter Hasil Pengolahan Data Lampiran 1 Tabel 6. Nilai Parameter Hasil Pengolahan Data Parameter Hasil Pengukuran Pantai Baron Kukup Sepanjang Drini Krakal Ngandong Sundak Sudut Lereng Gisik Pantai (δ) 4.86 6.74 21.28 10.00 10.25

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keharmonisan keluarga dengan rasa percaya diri siswa di SMP Negeri 3 Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keharmonisan keluarga dengan rasa percaya diri siswa di SMP Negeri 3 Kota BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data penelitian ini diperoleh melalui penyebaran angket kepada sampel penelitian untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan hubungan antara keharmonisan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%).

BAB 4 ANALISIS HASIL. (10%); 31, 34, dan 35 tahun berjumlah 3 orang (7,5%); 27 tahun. tahun masing-masing 1 orang (2,5%). BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Paparan Demografis Responden 4.1.1 Gambaran Usia Rentang usia responden pada penelitian ini adalah 21-39 tahun dengan mean usai 31,5 tahun. Jumlah responden terbanyak ada pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian sedangkan untuk menguji validitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah para guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten purworejo yang berjumlah 280 orang. Adapun diskripsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Progdi Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III, IV, dan V di SDN Getasan 01 yang desa Getasan, Kecamatan Getasan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 2. Nilai α 3. Untuk Paired Samples T Test df = N- 1 Kemudian bandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel Kriteria uji: Jika t tabel t hitung t tabel maka maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika t hitung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra yang menjadi anggota lembaga kemahasiswaan periode 2012/2013 berjumlah 49 orang mahasiswa. Deskripsi subjek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Subyek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah Karyawan yang bekerja di PT.Bank X, peneliti mengumpulkan sampel sebanyak 50 orang subyek Karyawan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang sampel penelitian, hasil pengolahan data, dan analisa data hasil penelitian. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI DATA Data hasil penelitian terdiri dari dua variabel bebas yaitu variabel gaya belajar siswa (X1) dan variabel minat belajar siswa (X2) serta satu variabel terikat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini

BAB 4 HASIL PENELITIAN. responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Responden Dari 68 kuesioner yang telah diambil dan diolah, maka terdapat data-data responden dari pengunjung event Glorious Lifestyle Of Women. Data-data ini dirangkum dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 43 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Sampel 1. Gambaran Umum Sampel Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya adalah memproduksi atau membuat bahan baku menjadi barang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laba Bersih dan Arus Kas Operasi sebagai variabel independen (X) dan Dividen Kas sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membandingkan teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis pada bab ini dilakukan dari hasil kuisioner yang telah dikumpulkan. Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan yang memiliki hubungan kerja dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. strategis bagi perkembangan Ekonomi Islam, Perbankan Syari ah, Asuransi

BAB IV HASIL PENELITIAN. dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya. strategis bagi perkembangan Ekonomi Islam, Perbankan Syari ah, Asuransi 64 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1.1 Profil Umum Program Studi Ekonomi Syari ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya Program Studi Ekonomi Syari ah memiliki

Lebih terperinci

UJI RELIABILITAS AITEM KUALITAS HIDUP AITEM EFIKASI DIRI. Reliability Statistics. Cronbach's Reliability Statistics. Cronbach's .

UJI RELIABILITAS AITEM KUALITAS HIDUP AITEM EFIKASI DIRI. Reliability Statistics. Cronbach's Reliability Statistics. Cronbach's . LAMPIRAN 62 UJI RELIABILITAS AITEM KUALITAS HIDUP Reliability Statistics Alpha N of Items.914 22 AITEM EFIKASI DIRI Reliability Statistics Alpha N of Items.908 10 63 UJI NORMALITAS Descriptive Statistics

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang terdiri dari Pengawas TK/SD dan dan seluruh Kepala/guru Taman kanak-kanak yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi, terlebih dahulu disajikan statistik deskriptif yang dapat dilihat dakam tabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. permainan bola voli selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. permainan bola voli selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik deskriptif dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data yang terkumpul dari hasil survei motivasi belajar dan hasil belajar pada permainan bola voli selanjutnya dianalisis menggunakan

Lebih terperinci

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera. Utara

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera. Utara Yth. Bapak/Ibu Dalam rangka Penelitian Tugas Akhir yang berjudul pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, maka saya yang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Dengan menggunakan laporan penerimaan pajak yang dimiliki oleh Suku Dinas Pelayanan Pajak Kota Administrasi Jakarta Pusat, maka dapat diketahui

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. kelancaran sistem pembayaran, dan sebagai pengatur dan pengawas perbankan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. kelancaran sistem pembayaran, dan sebagai pengatur dan pengawas perbankan. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bank Indonesia (BI) dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai bank sentral memiliki peran sebagai penjaga stabilitas moneter,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai cara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai cara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai cara atasan memimpin dan kinerja bawahan yang meliputi hasil penelitian data, hasil pembahasan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam proses pembangunan di negara berkembang. Sebagian besar negara berkembang memiliki tingkat kemiskinan ekstrem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian jenis pre eksperimental, dimana subyek penelitiannya hanya satu subyek penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data Pendapatan Bunga Tabel 4.1 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk Perkembangan Pendapatan Bunga Tahun 2007 2011 (dalam jutaan) Tahun Pendapatan Bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Gambaran tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Luas dan Letak Geografis Secara Geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 5 50 sampai dengan 6 21 Lintang Selatan

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Rumah Makan Ayam Bakar Kia-Kila

Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Rumah Makan Ayam Bakar Kia-Kila Analisis Pengaruh Kualitas Produk Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Rumah Makan Ayam Bakar Kia-Kila Oleh : Isti Komaria Ulfa 14213562 Dosen Pembimbing : Edy Nursanta, S.E, M.M PENDAHULUAN P E

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden digunakan untuk menggambarkan keadaan atau

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden digunakan untuk menggambarkan keadaan atau BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Karakteristik Responden Karakteristik responden digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi responden yang dapat memberikan informasi tambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Ngablak yang berada di desa Ngablak, kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Alasan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai variabel bebas, dan variabel terikat selama periode penelitian. Variabelvariabel

Lebih terperinci

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 136-142 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 KETIMPANGAN SPASIAL PERKOTAAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER Ratih Yuliandhari 1, Agam Marsoyo 2, M Sani Royschansyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di SDN Sumowono 02 yang terletak di jalan Haji Anwar No.39 Dusun Sukorono,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB 4 ANALISIS HASIL BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1Hasil Pengolahan Data Sampel 4.1.1Gambaran Umum Sampel Subjek dalam penelitian ini adalah remaja wanita penari balet sebanyak 52 orang yang memiliki range usia 10 s/d 20 serta range

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD N 1 Tlogopucang yang beralamat di desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD N 1 Tlogopucang yang beralamat di desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD N 1 Tlogopucang yang beralamat di desa Tlogopucang, kecamatan Kandangan, kabupaten Temanggung. SD N

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

BAB 4 ANALISIS HASIL. setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Profil Responden 4.1.1. Kelas Kategori kelas ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa dari setiap kelas yang ikut dalam penelitian ini. kategori kelas di SMK Ki Hajar

Lebih terperinci

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN)

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Wahana publikasi karya tulis ilmiah di bidang pendidikan matematika ISSN : 2459-97345 Volume 2 Nomor 2 Halaman 93 186 November 2016 2016 Pengaruh Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Semarang. Sekolah ini beralamat di Jalan Sentro Jambu. Jumlah kelas keseluruhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Semarang. Sekolah ini beralamat di Jalan Sentro Jambu. Jumlah kelas keseluruhan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Jambu. SMK ini merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Data variabel bebas yaitu persepsi siswa terhadap pelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN. pariwisata Gunung Kidul karena sudah tersedianya angkutan umum wisata

BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN. pariwisata Gunung Kidul karena sudah tersedianya angkutan umum wisata BAB VI KESIMPULAN dan SARAN 1. Kesimpulan Dengan adanya angkutan wisata akan mempermudah dan menumbuhkan pariwisata Gunung Kidul karena sudah tersedianya angkutan umum wisata menuju pantai-pantai di pesisir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ada 347 orang siswa kelas XI yang terdiri dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Subyek dalam penelitian ada 347 orang siswa kelas XI yang terdiri dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian SMA N 3 Salatiga terletak di jalan di Jl. Kartini No 34 kecamatan Sidorejo Salatiga 50711 Jawa tengah. SMA N 3 Salatiga didirikan

Lebih terperinci