BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. kelancaran sistem pembayaran, dan sebagai pengatur dan pengawas perbankan.

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bank Indonesia (BI) dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai bank sentral memiliki peran sebagai penjaga stabilitas moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan sebagai pengatur dan pengawas perbankan. Namun fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap bank yang dimiliki BI berpindah kepada sebuah lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen bernama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2011 sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang BI. Lembaga ini (OJK) bertugas mengawasi industri perbankan, asuransi, dana pensiun, pasar modal, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badanbadan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Tugas dan wewenang OJK dalam hal pengawasan perbankan hanya berkaitan dengan aspek micro prudential seperti kelembagaan, kegiatan usaha, dan penilaian tingkat kesehatan. Sedangkan aspek makro prudential berkaitan dengan kebijakan moneter dan sistem pembayaran seperti ketentuan tentang GiroWajib Minimum (GWM), ketentuan devisa, Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan laporan-laporan serta pemeriksaan yang terkait dengan pelaksanaan tugas dibidang moneter dan sistem pembayaran merupakan kewenangan dari otoritas moneter BI. 47

2 48 B. Statistik Deskriptif Tabel 4.1 STATISTIKA DESKRIPTIF AVERAGE ABNORMAL RETURN Mean Hasil Pengujian Deskriptif* Sebelum -0, Sesudah -0, % perubahan 0,65 Std. Deviation Sebelum Sesudah 0, , % perubahan 33,38 Dari hasil pengujian diatas, dapat kita lihat bahwa sesudah pengumuman atau publikasi pengenaan pungutan oleh OJK kepada lembaga keuangan khususnya perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terjadi peningkatan nilai mean average abnormal return (AAR) untuk periode setelah dipublikasikannya realisasi pengenaan pungutan oleh OJK (post event period). Hal tersebut ditunjukkan melalui peningkatan nilai mean AAR dari -0, menjadi -0, yang bisa diartikan sebagai kenaikan rata-rata AAR (average abnormal return). Sebaliknya, standar deviasi average abnormal return mengalami penurunan setelah adanya publikasi realisasi pengenaan pungutan oleh OJK. Kenaikan mean AAR tersebut hingga sebanyak 33.38% sehingga kenaikkan mean AAR tersebut menyebabkan berubahnya nilai mean AAR menjadi lebih mendekati nilai positif selama post even period. Kenaikan rerata abnormal return untuk periode setelah dipublikasikannya realisasi pungutan oleh OJK hanya merupakan statistika deskriptif yang hanya

3 49 memberikan gambaran dasar mengenai keadaan abnormal return, dimana hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai pedoman dan dasar untuk memperoleh kesimpulan tentang apakah investor merespons informasi berupa publikasi realisasi pengenaan pungutan oleh OJK. Selanjutnya penulis melakukan pengamatan bersasarkan grafik untuk mendapatkan gambaran perubahan average abnormal return (AAR) dan akumulasi AAR yang tercermin pada nilai cumulative average abnormal return (CAAR) sebagai berikut. Return AAR CAAR Hari ke -t Gambar4.1 Nilai average abnormal return dan cumulative average abnormal return selama event period. Pada grafik diatas, dapat diketahui bahwa pada awal pre event period (t-7 sampai t-6) saham-saham perusahaan perbankan yang akan dikenakan pungutan oleh OJK memiliki nilai average abnormal return (AAR) positif. Namun demikian, terlihat bahwa nilai AAR pada t-5 sampai dengan t-3 mengalami

4 50 menurunan sampai pada nilai negatif dan pada t-2 sampai dengan t+1 mengalami perubahan yang tidak signifikan cenderung mendekati nol yang artinya return saham perusahaan perbankan hampir sama dengan return market secara keseluruhan. Selanjutnya nilai AAR pada t+2 memiliki nilai positif dan pada t+3 sampai dengan t+6 nilai AAR berada pada kisaran negatif namun pada t+7 nilai AAR berada pada kisaran 0. Secara umum, pada periode pengamatan t-7 sampai dengan t+7 akumulasi nilai AAR yaitu CAAR memiliki trend penurunan nilai negatif yang dapat diartikan akumulasi return saham perusahaan perbankan hampir dibawah return market secara keseluruhan. C. Uji Asumsi dan Kualitas Instrumen Penelitian Penulis menggunakan Uji Normalitas untuk menguji apakah variabel yang digunakan penulis mempunyai distribusi normal atau tidak. Sampel penelitian yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah dalam sampel penelitian terdistribusi secara normal atau tidak adalah dengan melihat penyebaran data (titik- titik) pada sumbu diagonal dari grafik model penelitian tersebut. Jika data menyebar antara garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka analisis tersebut memenuhi asumsi normalitas. Fungsi dari uji normalitas adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data variabel yang telah diperoleh. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 21.0 for Windows yaitu dengan teknik

5 51 statistik Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini merupakan pedoman pengambilan keputusan pada uji normalitas, ketika nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas (p) > 0.05 mengindikasikan bahwa distribusi data bersifat normal. Sedangkan jika nilai sig.p < 0.05 distribusi data bersifat tidak normal (Santoso, 2003). Hasil uji normalitas pada variabel y adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 ONE-SAMPLE KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST AARSebelum AARSesudah CAARSebelum CAARSesudah N Normal Parameters a,b Std., , , , Mean -, , , , Deviation Absolute,194,140,239,223 Most Extreme Differences Positive,194,140,239,155 Negative -,188 -,107 -,209 -,223 Kolmogorov-Smirnov Z,513,370,632,591 Asymp. Sig. (2-tailed),955,999,819,876 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, distribusi data dikatakan normal ketika nilai signifikansi pada variabel tersebut > 0,05. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa uji normalitas AAR dan CAAR baik sebelum dan sesudah event periode dengan metode Kolmogorov Smirnov memiliki nilai signifikan > 0,05 ini berarti data dalam penelitian ini berdistribusi nomal, sehingga dapat dilakukan pengujian selanjutnya.

6 52 D. Pengujian Hipotesis 1. Uji One Sample T- Test Trihendradi (2010) berpendapat One Sample T Test digunakan untuk menguji perbedaan rata rata suatu variabel dengan suatu konstanta tertentu atau nilai hipotesis. Uji T test ini merupakan uji dua sisi, sehingga setiap sisinya memiliki nilai setangah dari α (alpha) 0,05 yakni 0,025. Jika nilai sig > 0,025 maka H0 diterima sebaliknya jika nilai sig < 0,025 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Tabel di bawah ini adalah hasil uji One Sample T Test. a. Uji One Sample T Test AAR Tabel 4.3 HASIL UJI ONE SAMPLE T TEST AAR Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diketahui nilai signifikan AAR sebelum event period ialah 0,404 > 0,025 dan AAR sesudah event period ialah 0,229 > 0,025 maka dapat di simpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti H0: AAR > 0 dan diketahui bahwa nilai T AAR pada hasil uji One

7 53 Sample T Test ini bernilai negatif baik AAR sebelum event periode maupun sesudah event period. Ini berarti sesuai dengan hipotesi pertama yakni terdapat negative average abnormal return pada saham perusahaan yang dikenakan pungutan oleh OJK setelah event date, sehingga hipotesis pertama dinyatakan teruji. b. Uji One Sample T Test CAAR Tabel 4.4 HASIL UJI ONE SAMPLE T TEST CAAR Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diketahui nilai signifikan CAAR sebelum event period ialah 0,214 > 0,025 dan CAAR sesudah event period ialah 0,000 < 0,025 maka dapat di simpulkan bahwa untuk CAAR sebelum event period H0 diterima dan H1 ditolak, sedangkan untuk CAAR sesudah event period H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti H0: CAAR > 0 dan H1: CAAR < 0 diketahui bahwa nilai T AAR pada hasil uji One Sample T Test ini bernilai negatif baik CAAR sebelum event periode maupun sesudah event period. Ini berarti sesuai dengan hipotesi pertama yakni terdapat negative

8 54 average abnormal return pada saham perusahaan yang dikenakan pungutan oleh OJK setelah event date. Sehingga hipotesis pertama dinyatakan teruji. 2. Uji Paired Sample T Test Uji Paired Sample T Test atau yang lebih dikenal dengan Pre Post Design menurut Trihendradi adalah analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Tabel 4.5 HASIL UJI PAIRED SAMPLE T TEST CORRELATION Paired Sample Correlations menganalisa apakah terdapat hubungan antara AAR sebelum event period dengan AAR sesudah event period dan hubungan antara CAAR sebelum event period dengan CAAR sesudah event period. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi AAR sebelum dan sesudah event period adalah lemah yakni sebesar 0,355 dengan nilai sig 0,434 > 0,05 yang menandakan korelasi AAR sebelum event period dengan AAR sesudah event period tidak signifikan. Sedangkan korelasi CAAR

9 55 sebelum dan sesudah event period memiliki korelasi yang kuat dengan nilai korelasi 0,965 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 yang menandakan korelasi CAAR sebelum event period dengan sesudah event period signifikan. Tabel 4.6 HASIL UJI PAIRED SAMPLES STATISTIC Paired sample statistic menunjukan penurunan AAR sebelum dan sesudah event period, AAR sebelum event period memiliki nilai rata rata -0, menjadi -0, sedangkan untuk CAAR sebelum event period memiliki nilai rata rata -0, yang mengalami penurunan yakni CAAR sesudah event period yang bernilai -0, Tabel 4.7 HASIL PAIRED SAMPLE TEST

10 56 Paired sample test pada kolom mean menunjukkan perbedaan rata rata sebelum event period dan sesudah event period. Standar deviasi menunjukkan standar deviasi dari nilai perbedaan rata rata. Standar error mean merupakan indeks variabilitas. Kolom t merupakan hasil bagi antara nilai perbedaan rata rata dengan standar error. Kolom sig merupakan nilai probabilitas untuk mencapai t statistik di mana nilai absolutnya adalah sama atau lebih besar dari t statistik. Selain menggunakan t tabel dengan t hitung dapat dilakukan perbandingan nilai sig dengan α. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai sig untuk AAR ialah 0,995 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara AAR sebelum event period dengan AAR sesudah event period. Dengan begitu hipotesis ke dua yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return untuk periode sebelum dan sesudah publikasi besaran pengenaan pungutan OJK tidak teruji. Sedangkan untuk CAAR yang memiliki nilai signifikan 0,050 = α 0,05 maka masih dapat dikatakan bahwa CAAR memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah event period.

11 57 E. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas terdapat negatif AAR untuk periode sebelum dipublikasikannya realisasi pengenaan pungutan oleh OJK/selama pre-event period, dan mayoritas negatif AAR untuk periode setelah dipublikasikannya realisasi pengenaan pungutan oleh OJK (hasil ini menujukkan kesesuaian hasil pengujian dengan prediksi penulis bahwa publikasi pengenaan pungutan oleh OJK yang bersifat bad news akan berpengaruh negatif terhadap harga saham). Timbulnya negatif AAR selama pre-event period ini kemungkinan disebabkan karena publik sudah memperoleh informasi awal (adanya kebocoran informasi) mengenai adanya realisasi publikasi pengenaan pungutan oleh OJK. Dan hal ini terjadi dikarenakan publik sebelumnya sudah mengentahui bahwa operasional OJK akan dibebankan kepada lembaga yang akan diawasi. Sementara, publikasi realisasi pengenaan pungutan pada dasarnya hanya menginformasikan kapan pungutan tersebut efektif dilakukan dan besaran yang akan dipungut. Dengan demikian, informasi realisasi pungutan sudah dapat diantisipasi oleh investor, apalagi informasi pungutan tersebut disampaikan pada rapat kerja anggaran dengan DPR. Dalam hal ini, diperkirakan sebagian kecil investor telah mengetahui perihal apa yang akan disampaikan dalam rapat tersebut. Namun demikian, publikasi realisasi pengenaan pungutan pada dasarnya adalah bad news bagi investor lembaga keuangan khususnya perbankan. Hal ini terlihat pada nilai CAAR yang semakin turun pada periode pengamatan. Ini

12 58 menandakan bahwa informasi realisasi pungutan disadari akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan hasil investasi investor. Dengan tidak terdapatnya perbedaan signifikan antara AAR sebelum dipublikasikannya realisasi pengenaan pungutan oleh OJK (pre-event period) dan AAR untuk periode sesudah dipublikasikannya realisasi pengenaan pungutan oleh OJK (post-event date), atau dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 ditolak. Dari hasil uji statistik di atas, dapat kita simpulkan bahwa masyarakat pemodal atau investor memberikan reaksi atas pengumuman realisasi pengenaan pungutan oleh OJK. Reaksi tersebut, sudah terlihat untuk periode sebelum dipublikasikannya realisasi pengenaan pungutan oleh OJK (pre-event period), yang dicerminkan dari mayoritas AAR yang negatif selama pre-event period. Untuk periode sebelum publikasi realisasi pengenaan pungutan oleh OJK (pre-event date), mayoritas terdapat AAR yang sifatnya negatif, dan AAR tersebut negatif signifikan untuk t-1 dan t-6. Setelah publikasi realisasi pengenaan pungutan oleh OJK, nilai AAR mayoritas negatif (pada post-event date). Dan walaupun terdapat negatif AAR selama post-event date (t+2 sampai dengan t+6), negatif AAR tersebut tidak ada yang bersifat signifikan.