PENDAHULUAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tert

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tert"

Transkripsi

1 MAKNA HIDUP WANITA TUNA SUSILA YANG MENGIKUTI KEGIATAN ROHANI AGAMA ISLAM DI PANTI SOSIAL PASAR REBO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA Sari Maulidiyawati ABSTRAK Sekarang ini pelacuran dapat dijumpai dimana saja, tidak hanya didaerah-daerah terpencil tetapi di kota-kota besar sudah banyak tempat-tempat lokalisasi. Banyak tekanan-tekanan mulai melanda psikologisnya, logika dan perasaan mulai digunakan, yang pada akhirnya menuntun para wanita wanita tuna susila ini menemukan makna hidup.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai bagaimana makna hidup wanita pekerja seks komersial yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo. Metode yang digunakan dalam penenlitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dan yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Panti Sosial Pasar Rebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang melatarbelakangi subjek menjadi wanita pekerja seks komesial adalah tekanan ekonomi, yang menjadi makna hidup wanita pekerja seks komersil yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo adalah ingin hidup normal, berkeluarga dan membahagiakan orang tuanya, proses penemuan makna hidup yang sebenarnya diperoleh dari mengikuti kegiatan rohani agama Islam di Panti Sosial Pasar Rebo. Kata Kunci: Makna hidup, Wanita tuna susila, Kegiatan rohani agama Islam, Panti sosial

2 PENDAHULUAN Pelacuran diartikan sebagai bentuk penyerahan diri seorang wanita kepada banyak laki-laki dalam berhubungan seksual dengan pembayaran tertentu (Soedjono,1977). Banyak hal yang menyebabkan pelacuran tetap ada dari masa ke masa. Diantaranya disebabkan oleh nafsu seks yang abnormal, broken home,korban pemerkosaan, dijual oleh keluarganya sendiri, terbawa oleh pergaulan, tekanan ekonomi sehingga menghalalkan segala cara agar kebutuhan ekonominya terpenuhi. Dalam menjalani pekerjaannya, para wanita wanita tuna susila harus berhati-hati, karena pekerjaan mereka merupakan pekerjaan yang tidak halal. Ketika mereka terjaring dan harus meninggalkan keluarga mereka, ada banyak tekanan yang meliputi wanita wanita tuna susila. terutama dar i lingkungan sosial, membuat para wanita tuna susila berada didalam keadaan yang s a ngat rapuh dan berada dalam kebimbangan. Disaat tekanan-tekanan tersebut mulai melanda psikologisnya, logika dan perasaan mulai digunakan, yang pada akhirnya menuntun para wanita wanita tuna susila ini menemukan makna hidup. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah proses penemuan makna hidup wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam di panti sosial pasar Rebo. TINJAUAN PUSTAKA Makna Hidup Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni halhal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (Bastaman, 1996). Komponen-komponen Makna Hidup (Bastaman, 1996) : a. Komponen personal Unsur-unsur yang merupakan dimensi personal adalah : 1). Pemahaman diri (self insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini d a n k e i n g i n a n k u a t u n t u k melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik.

3 2). Pengubahan sikap (changing attitude), dari semula tidak tepat m e nja d i le bi h tepat da lam menghadapi masalah, kondisi h i d u p d a n m u s i b a h y a n g terelakkan. b. Komponen sosial Unsur yang merupakan Dimensi sosial adalah dukungan sosial (social supprot), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberika n bantuan pada saat-saat diperlukan. c. Komponen nilai-nilai Adapun unsur-unsur dari Komponen nilai-nilai meliputi : 1) Makna hidup (the meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya. 2) Keikatan diri (self commitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan. 3) K e gia ta n terarah (directed activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja berupa pengembangan potensipoteni pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup. Karakteristik Makna Hidup ( Bastaman,1996) : a. Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Demikian pula hal-hal yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu. b. Kongkrit dan spesifik Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang serba menakjubkan. c. Memberi pedoman dan arah Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatankegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.

4 Wanita Tuna Susila Koentjoro (2004) mendefinisikan pelacur sebagai seorang yang berjenis kelamin perempuan yang digunakan sebagai alat untuk memberikan kepuasan seks kepada kaum laki-laki. Faktor yang melatarbelakangi wanita menjadi wanita tuna susila (Koentjoro, 2004) : a. Materialisme, b. Modeling, c. Dukungan orang tua, d. Lingkungan yang permisif, e. Faktor ekonomi. Karakteristik wanita tuna susila (Kartono, 2001) : a. Wanita, lawan pelacur adalah gigolo (pelacur pria) b. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. bisa merangsang selera seks kaum pria. c. Masih muda-muda. 75% dari jumlah pelacur di kota-kota ada dibawah usia 30 tahun. yang terbanyak adalah tahun. pelacuran kelas rendahan dan menengah acap kali memperkerjakan gadis-gadis berusia tahun. d. Pakaiannya sangat mencolok, beraneka warna, sering aneh-aneh atau eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria. mereka sangat m e m p e r h a t i k a n p e n a m p i l a n lahiriahnya, yaitu wajah, rambut, pakaian, alat-alat komestik dan parfum yang merangsang. e. Menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara psikis (afwezig, absent minded), tanpa emosi atau afeksi, tidak pernah mencapai orgasme, sangat provokatif dalam ber coitus, dan biasanya dilakukan secara kasar. f.bersifat sangat mobile, kerap berpindah-pindah dari tempat atau kota yang satu ketempat atau kota yang lain. biasanya mereka suka berganti-ganti nama dengan nama samaran, juga berasal dari tempat atau kota lain, bukan kotanya sendiri, agar tidak dikenal orang banyak. g. Wanita tuna susila yang profesional dari kelas rendah dan menengah kebnyakan berasal dari strata ekonomi dan sosial rendah. Mereka itu umumnya tidak mempunyai keterampilan khusus, dan kurang pendidikan. Sedangkan, wanita tuna susila kelas tinggi (high class prostituees) pada umumnya berpendidikan sekolah lanjut pertama dan atas atau lepasan akademi atau perguruan tinggi. h % dari jumlah wanita tuna susila ini memiliki intelek yang normal.

5 Kurang dari 5% adalah mereka yang lemah ingatan (feeble minded). Selebihnya adalah mereka yang ada pada garis batas, yang tidak menentu atau tidak jelas derajat intelegensinya. Kegiatan Rohani Agama Islam Menurut Mubarok (2002) merumuskan bahwa kegiatan rohani agama Islam ialah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang didakwahkan oleh da i. Setiap da i dari agama apapun pasti berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka. Dengan demikian pengertian kegiatan rohani agama Islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku Islami. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus. Menurut Heru Basuki (2006), studi kasus adalah bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individu) maupun tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo, yang berumur antara tahun, dan telah menjadi wanita tuna susila minimal 3 tahun, dengan alasan telah memiliki banyak pengalaman dalam pekerjaan ini. Data diperoleh menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum dan metode observasi non partisipan. Menggunakan tekhnik analisis data yang berbentuk open coding yang dilakukan terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasi (Miles & Huberman, 1992). HASIL DAN ANALISA 1. Gambaran Umum Subjek Pertama kali melihat subjek yang terkesan oleh peneliti adalah subjek orang yang ramah, karena pada saat pertama kali b e r t e m u s u b j e k t e r s e n y u m d a n menyodorkan tangannya terlebih dahulu untuk berkenalan. Setelah diberitahu maksud dan tujuan peneliti subjek langsung meminta izin kepada petugas untuk mengajak peneliti mengobrol dibalebale. Subjek dan peneliti pun langsung akrab ketika pertama kali berkenalan. Subjek adalah seorang wanita yang ramah, karena pada saat pertama kali kelompok, bahkan masyarakat luas. Subjek penelitian adalah Seorang wanita wanita

6 bertemu subjek tersenyum dan menyodorkan tangannya terlebih dahulu untuk berkenalan. Setelah diberitahu maksud dan tujuan peneliti subjek langsung meminta izin kepada petugas untuk mengajak peneliti mengobrol dibalebale. Pengamatan pada fisik subjek saat observasi, subjek memakai setelan olahraga, sandal jepit. Karena ternyata selain habis dapat giliran membersihkan kamar mandi di baraknya, pada pagi harinya seluruh napi yang ada di panti habis melaksanakan senam pagi bersama. Rambut subjek lurus berwarna coklat, panjangnya sepunggung, tinggi badan sekitar 160cm, berat badan subjek sekitar 49kg dan berkulit sawo matang. Setelah berolahraga subjek beserta murid didik yang lain mengganti baju untuk mengikuti kegiatan rohani agama Islam di mesjid yang berada disekitar lingkungan panti sosial. 2. Pembahasan 1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi wanita menjadi wanita tuna susila a. Faktor ekonomi Seperti yang telah diketahui bahwa subjek berasal dari keluarga yang kekurangan maka hal ini yang menjadi faktor utama subjek menjadi wanita wanita tuna susila. Karena ora ng tua s ubjek memiliki 8 anak dan subjek yang hanya bersekolah sampai kelas 2 SD dan itupun tidak lulus. Karena pada saat itu adik subjek yang ke enam akan masuk sekolah dan subjek merasa tidak ingin adikadiknya tidak bersekolah seperti subjek maka subjek mencari jala n a gar adikadiknya bisa bersekolah tinggi dan mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi, maka secara tidak sengaja subjek memilih untuk menjadi wanita wanita tuna susila. walaupun ini berlawanan dengan hati nurani dan keinginannya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Koentjoro (2004) ada lima faktor yang dipahami paling mempengaruhi dalam menuntun wanita menjadi pelacur salah satunya adalah tekanan ekonomi Sedangkan menurut Kartono (2001) yaitu tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, a d a p e r t i m b a n g a n - pertimbangan ekonomis untuk

7 mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam mendapatkan status sosial yang lebih baik. 2. Gambaran makna hidup wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di pasar rebo a. Komponen-komponen makna hidup Gambaran makna hidup bisa dilihat dari beberapa komponen makna hidup berikut : 1) Komponen personal Bastaman (1996), komponen yang potensial dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang d i h a d a p i d a n mengembangkan kehidupan bermakna sejauh diaktualisasikan salah satunnya komponen personal yang terdiri dari unsur-unsur yang merupakan dimensi personal adalah : a). Pemahaman diri (self insight), yakni meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini dan k e i n g i n a n k u a t u n t u k melakukan perubahan ke arah kondisi yang lebih baik. Pada penelitian ini terlihat bahwa pada awal subjek menjadi wanita tuna susila subjek sangat sulit menerima dirinya. Lama kelamaan subjekpun dapat m e n e r i m a d i r i n y a dikarenakan subjek sadar t i d a k a d a y a n g b i s a menganggap dirinya berharga selain dirinya sendiri. b). Pengubahan sikap (changing attitude), dari semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan musibah yang terelakkan. Pada penelitian ini subjek sejak lama merasa bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya a dalah sa lah, namun setelah mengikuti kegiatan rohani agama Islam barulah subjek memiliki t e k a d y g b u l a t u n t u k merubahnya untuk menjadi l e b i h b a i k d e n g a n meninggalkan pekerjaannya tersebut.

8 Bastaman (1996) komponen yang potensial dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang d i h a d a p i d a n mengembangkan kehidupan b e r m a k n a s e j a u h diaktualisasikan salah satunya komponen sosial, yaitu dukungan sosial (social supprot), yakni hadirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberikan bantuan pada saat-saat diperlukan. Dalam penelitian ini orang tua dan keluarga subjek tidak mengetahui pekerjaan subjek sebenarnya sebagai wanita wanita tuna susila. Hanya ada satu adik subjek yang mengetahui pekerjaan subjek. Karena dari itu tidak ada dukungan pihak keluarga terhadap pekerjaan subjek. Dukungan dari teman subjek juga tidak terlalu banyak untuk s ubjek dala m hal pekerjaan subjek. Mungkin ini yang menyebabkan subjek pekerjaan subjek. 3) Komponen Nilai Bastaman (1996) m e n g a t a k a n b a h w a komponen nilai makna hidup (the meaning of life), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya. Dalam penelitian ini subjek memiliki hal yang paling berharga dalam hidupnya, hal ini memacu subjek untuk terus hidup dan b e r t a h a n d i k e r a s n y a kehidupan karena subjek t e r m a s u k o r a n g y a n g berpendirian teguh atas sesuatu yang subjek anggap penting dalam kehidupannya. b. Sumber-sumber makna hidup Gambaran makna hidup juga bisa dilihat dari sumbersumber makna hidup sebagai berikut :

9 2) Komponen Sosial tidak terlalu terbuka atas 1) Nilai Kreatif Sekarang setelah Frankl (2004) yang m e n g a t a k a n p a d a dasarnya seorang bisa mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun ternyata seseorang akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan yang dilakukannya. Kegiatan yang dimaksud tidaklah semata-mata kegiatan mencari uang, namun pekerjaan yang membuat s e o r a n g d a p a t merealisasikan potensip o t e n s i n y a s e b a ga i sesuatu yang dinilainya berharga bagi dirinya sendiri atau orang lain maupun kepada tuhan. Dalam penelitian ini subjek tidak pernah menyadari bahwa dirinya memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan dijadikan suatu usaha untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya tanpa subjek harus memilih menjadi wanita wanita tuna susila. mengikuti kegiata rohani agama islam subjek menyadari potensi yang subjek miliki dan berniat memperbaiki keadaan ekonomi maupun hidup s u b j e k d e n g a n meninggalkan pekerjaan sebagai wanita tuna susila d a n m e n j a l a n k a n pekerjaan dengan potensi yang dimiliki subjek 2) Nilai Penghayatan Frankl (2004) yang m e n g a ta ka n b a h w a dengan menerima apa yang ada dengan penuh pemaknaan dan penghayatan yang mendalam. Realisasi nilai penghayatan dapat dicapai dengan berbagai macam bentuk penghayatan terhadap keindahan, rasa cinta dan m e m a h a m i s u a t u kebenaran. Dalam penelitian ini s u b j e k j a r a n g merenungkan kembali apa y a n g t e l a h t e r j a d i dihidupnya. Hanya

10 sesekali saja subjek merenungi hal yang telah terjadi dihidupnya. Hal ini y a n g m e n ye b a b k a n subjek sulit menerima bahwa dirinya adalah wanita tuna susila dan tidak menyadari bahwa hal buruk yang terjadi dihidupnya adalah pilihan jalan hidupnya. 3) Nilai Bersikap Frankl (2004) yang mengatakan bahwa nilai ini sering dianggap paling tinggi karena di dalam menerima kehilangan kita terhadap maupun kesempatan kreativitas kehilangan untuk menerima cinta kasih, manusia tetap bisa mencapai hidupnya makna melalui penyikapan terhadap apa yang terjadi. Dalam penelitian ini dahulunya subjek tidak termasuk individu yang dekat dengan Tuhan. Hal i n i d i k a r e n a k a n kurangnya subjek untuk mau mendekatkan diri dengan Tuhan. Setelah subjek mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di Pasar Rebo subjek baru menyadari pentingnya menyerahkan segala sesuatu kepada Tuha n. Dan setela h hampir 1 tahun berada di panti sosial dan mengikuti kegiatan rohani agama Islam subjek mengalami perubahan dan menjadi lebih deka t de nga n Tuhan, karena hanya T u h a n y a n g d a p a t memberikan jalan keluar t e r b a i k b a g i s e t iap manusia. 3. Bagaimanakah proses penemuan makna hidup wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggu di pasar Rebo? Makna hidup bisa dicapai melalui proses-proses perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna yaitu : a. Tahap Derita Bastaman (1996) yang mengemukakan bahwa dalam proses perubahan dari penghayatan

11 2) Komponen Sosial tidak terlalu terbuka atas hidup tak bermakna menjadi lebih baru subjek benar-benar bisa bermakna dapat digambarkan menerima bahwa dirinya tahapan-tahapan pengalaman adalah seorang wanita pekerja seks tertentu seperti didapat dari tahap komersial. d e r i t a ( p e r i s t i w a t r a g i s, c. Tahap Penemuan makna hidup penghayatan tanpa makna) Bastaman (1996) yang Dalam penelitian ini subjek mengemukakan atas dasar pernah mengalami hal yang membuat subjek merasa menyesal menjadi wanita PSK. Hal tersebut memacu subjek menjadi individu yang lebih baik karena subjek tidak ingin menga lami hal ya ng menyakitkan dirinya lagi. pemahaman diri dan penemuan makna hidup ini timbul perubahan sikap (changing attitude) dalam menghadapi masalah. Setelah individu berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah kerja meningkat. b. Tahap penerimaan diri Bastaman (1996) yang mengemukakan bahwa munculnya kesadaran diri ini dapat didorong karena berbagai macam seperti perenungan diri. dan juga dalam proses perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman tertentu seperti didapat dari tahap penerimaan diri (pemahaman diri, pengubahan sikap). Dalam penelitian ini subjek cukup lama menerima dirinya adalah wanita wanita tuna susila. subjek mengalami hal yang tidak menyenangkan terlebih dahulu, Dalam penelitian ini subjek baru menyadari setelah mengikuti kegiatan rohani agama Islam setiap minggunya bahwa menjadi wanita w a n i t a t u n a s u s i l a t i d a k memberikan sesuatu yang berarti untuk subjek. Sehingga subjek ingin meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita pekerja seks dan mencari hal yang benar-benar memberikan makna atas hidupnya. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang menjadi wanita wanita tuna susila

12 Dari hasil penelitian terhadap subjek, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor lingkungan dan orang tua bukanlah faktor yang melatarbelakangi subjek menjadi wanita wanita tuna susila. Faktor yang paling mempengaruhi subjek menjadi wanita wanita tuna susila adalah faktor ekonomi. Hal ini berdasarkan hasil wawancara subjek yang menjelaskan subjek mengalami tekanan ekonomi, dengan keadaan keluarga yang kekurangan dalam hal ekonomi, dan keinginan subjek untuk menyekolahkan adik-adiknya hingga jenjang yang lebih tinggi membuat subjek mengambil keputusan untuk menjadi wanita wanita tuna susila. 2. Apa yang menjadi makna hidup dari wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam di panti sosial pasar Rebo Dalam penelitian ini yang menjadi makna hidup subjek sebagai wanita wanita tuna susila adalah dirinya merasa senang dapat membantu menghidupi dan membiayai adikadiknya sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi. Walaupun subjek sendiri harus menderita dan merasa tidak bahagia dengan apa yang subjek jalani. Namun pada akhirnya setelah subjek mengikuti kegiatan rohani agama Islam di Panti Sosial Pasar Rebo subjek menyadari bahwa menjalani hidup harus membahagiakan diri subjek, juga orang disekitar subjek. Subjek pun berkeinginan untuk hidup lebih baik dengan membangun sebuah keluarga, memiliki anak dan hidup normal kembali setelah keluar dari panti sosial ini. 3. Bagaimanakah proses penemuan makna hidup wanita wanita tuna susila yang mengikuti kegiatan rohani agama Islam panti sosial di pasar Rebo Dalam penelitian ini diketahui bagaimana subjek menemukan makna hidupnya setelah mengikuti kegiatan rohani agama Islam subjek menyadari dan memahami segala hal yang terjadi dalam hidup subje k baik dari pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga membuat subjek menderita sampai hal yang membuat subjek senang melalui. Melalui kegiatan rohani agama Islam pula subjek m e m i l i k i k e i n g i n a n u n t u k meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita wanita tuna susila. B. Saran 1. Subjek Bagi subjek diharapkan setelah memperoleh kebermaknaan hidupnya yang baru subjek dapat mengenali diri subjek lagi sehingga subjek tidak

13 2) Komponen Sosial tidak terlalu terbuka atas melakukan kesalahan-kesalahan pada menerapkan metode penelitian masa lalu yang menurut subjek adalah sebuah kesalahan besar dan tidak akan diharapkan agar menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis terulang untuk yang berikutnya. sehingga hasil penelitian dapat lebih Diharapkan subjek dapat menggali autentik (asli, menampilkan suatu makna dan hikmah dari pengalaman fenonomena yang apa adanya). Dalam masa lalunya sehingga pengalaman penelitian selanjutnya diharapkan yang subjek alami menjadi sesuatu yang bermakna. Selain itu juga dengan telah memeperoleh tujuan hidup yang baru bagi subjek, diharapkan subjek menggunakan observasi partisipan, hal ini karena observasi terhadap subjek sangat sulit dilakukan. Hal ini karena kebermaknaan hidup tidak bersifat b i s a l e b i h k o n s i s t e n d a l a m empiris (dapat diamati oleh panca mewujudkan tujuan hidupnya sehingga kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan indera). Untuk subjek yang digunakan lebih baik menggunakan subjek yang a k h i r n y a l e b i h t e r a r a h d a n termasuk dewasa akhir, telah menekuni menghasilkan sesuatu yang berarti bagi subjek. 2. Keluarga pekerjaan sebagai wanita tuna susila selama lebih dari 5 tahun ataupun yang telah meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita wanita tuna susila dan Kepada keluarga khususnya orangtua diharapkan dapat memberikan telah mengikuti kegiatan dakawah dan telah merealisasikannya. perhatian yang lebih, sekalipun mereka sibuk bekerja, selain itu para orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan seks sejak dini mengenai dampak-dampak dari perilaku seks bebas. 3. Penelitian selanjutnya Untuk peneliti yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian, diharapkan untuk dapat lebih memahami konsep logotherapi atau pun kebermaknaan hidup. Dalam

14 DAFTAR PUSTAKA Bastaman, H. (1996). Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta: Paramadina. Frankl, V.E. (2004). Man s search for meaning. Ahli bahasa : Lala Hermawati Dharma. Bandung: Nuansa. Frankl, V.E. (2003). Logoterapi: Terapi psikologi melalui pemaknaan eksistensi. Ahli bahasa: Prof. Drs. Djamaluddin Ancok, Ph. D. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta. Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta:Universitas Gunadarma. Kartono, K. (2001). Patologi sosial jilid I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Koentjoro. (2004). On the spot: Tutur dari sarang pelacur. Yogyakarta: Tinta (Kelompok Penerbit Qalam-KPQ). Mubarok, Achmad, MA. (2002). Psikologi dakwah. Jakarta : Pustaka Firdaus.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup 1. Definisi Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama logoterapi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda di setiap diri individu. Semuanya berkembang sesuai dengan apa

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda di setiap diri individu. Semuanya berkembang sesuai dengan apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia merupakan hal yang unik dan memiliki jalan cerita yang berbeda di setiap diri individu. Semuanya berkembang sesuai dengan apa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna BAB II LANDASAN TEORI A. MAKNA HIDUP A.I. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum, keterbelakangan, ketidaktahuan, dan kemiskinan merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah ini saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup A. 1. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG HIDUP DI JALANAN DAN MENGALAMI KEKERASAN FIRDAUS RAMBE Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Remaja yang hidup di jalanan dan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Terlampir B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki Anak Autis Tingkat kebersyukuran orang tua

Lebih terperinci

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. Nama/NPM : Endah Sri Wahyuni / 10503064 Pembimbing : Dona Eka Putri, Psi., M.Psi. ABSTRAK Setiap manusia pasti menginginkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. bimbingan yang langsung dilakukan secara tatap muka atau face to face

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. bimbingan yang langsung dilakukan secara tatap muka atau face to face 12 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kerangka Teoritis 1. Peran Pembimbing Dalam Bimbingan Peran menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan atau keikutan

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( )

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( ) MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( 10410180 ) I. Pendahuluan Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia berkembang sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam proses perkembangan itu, berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa yang harus disyukuri oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia merupakan

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM :

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM : MAKNA HIDUP WARIA Nama : Chitra Perdana S NPM : 10506046 ABSTRAK Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, mereka membutuhkan orang lain dalam kehidupannya Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang melanggar aturan dari norma sosial, akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial. Sedangkan manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom

Lebih terperinci

para1). BAB I PENDAHULUAN

para1). BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 112 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Variabel Motivasi Spiritual Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, motivasi spiritual pada remaja di panti asuhan yatim dan fakir miskin Hikmatul Hayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perspektif Teoritis 1. Meaning of Life (Kebermaknaan Hidup) Makna hidup ( meaning of life) adalah hal hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari ketiga subjek, kedua subjek sudah menyadari dan menemukan makna hidupnya sedangkan subjek C belum menyadari dan menemukan makna hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan pasangan hidup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhlukmakhluk lainnya, dengan kelebihan akal manusia dapat memiliki potensi yang sangat luar biasa, selalu ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia dan lapangan pekerjaan yang sedikit maka biaya hidup seseorang adalah masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH A. Identifikasi Klien BAB III DESKRIPSI MASALAH 1. Identitas Klien Nama Tanggal lahir/umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Alamat Wali Alamat orang tua : MG : 09 Februari 1998/ 14 tahun : Laki-laki : Islam

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 85 KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian mengenai kemampuan penyesuaian sosial dari mahasiswa angkatan 2005. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Novel Grotesque

Ringkasan Novel Grotesque Ringkasan Novel Grotesque Sekolah Q merupakan sekolah elit yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang pandai. Ketika seorang anak berhasil menjadi murid sekolah Q, orang tua anak tersebut akan merasa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pasti akan mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan sendiri pada dasarnya melibatkan pertumbuhan yang berarti bertambahnya usia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK (Pekerja Seks Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada BAB II LANDASAN TEORI A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Tokoh yang terkenal dan merupakan tokoh pelopor dari perkembangan teori makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Smith, Amy, "The anatomy of death row syndrome and volunteering for execution", Boston

Daftar Pustaka. Smith, Amy, The anatomy of death row syndrome and volunteering for execution, Boston Daftar Pustaka Bastaman, H. D. (1996). Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Paramadina. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Davidson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah berstandar internasional dan menjadi contoh bagi sekolah dasar negeri lainnya, guru lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak terjadi pergeseran peran atau kedudukan antara lakilaki dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

DAKWAH BAGI PSK DI LOKALISASI LORONG INDAH PATI, JAWA TENGAH

DAKWAH BAGI PSK DI LOKALISASI LORONG INDAH PATI, JAWA TENGAH DAKWAH BAGI PSK DI LOKALISASI LORONG INDAH PATI, JAWA TENGAH Fatma Laili Khoirun Nida Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus Abstrak Salah satu bentuk dinamika kehidupan seksualitas yang terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan perbaikan.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup. diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Makna Hidup A. Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan sebagai tujuan hidup

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Narapidana. KBBI, narapidana adalah orang hukuaman atau terhukum, atau seseoranmg yang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Narapidana. KBBI, narapidana adalah orang hukuaman atau terhukum, atau seseoranmg yang BAB II LANDASAN TEORI A. Narapidana 1. Pengertian Narapidana Menurut KUHP pasal 10 (dalam KUHAP dan KUHP, 2001) narapidana adalah predikat lazim diberikan kepada orang yang terhadapnya dikenakan pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga di mata

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimuka bumi ini harus senantiasa berusaha dalam mempertahankan hidupnya. Manusia dibekali otak untuk berpikir bagaimana cara mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus adalah satu ikon penting sebagai tempat berlangsungnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus adalah satu ikon penting sebagai tempat berlangsungnya pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kampus adalah satu ikon penting sebagai tempat berlangsungnya pendidikan. Tak salah jika kampus dianggap sebagai tempat belajar yang cukup kompeten karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUD BANYUMAS Oleh : Mardina Romadhoni*) Rr. Setyawati**) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup Pada Orang Ateis. mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan, b.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Makna Hidup Pada Orang Ateis. mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan, b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Hidup Pada Orang Ateis 1. Pengertian Makna Hidup Chaplin dalam Kamus Psikologi (2006) mengatakan bahwa makna mempunyai arti: a.) sesuatu yang dimaksudkan atau diharapkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga dengan orang tua yang lengkap merupakan dambaan bagi setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan keberuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Rilla Sovitriana, 2 Tias Prawita Sari

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Rilla Sovitriana, 2 Tias Prawita Sari Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 STUDI KASUS KEPERCAYAAN DIRI DAN HARGA DIRI PADA WANITA TUNA SUSILA DI JAKARTA 1 Rilla Sovitriana, 2 Tias Prawita Sari 1, 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. maka dapat ditariklah suatu kesimpulan, yaitu : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian sejenisnya. 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan

Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan 1 Hubungan Berfikir Positif dengan Makna Hidup pada Pasien Penyakit Kanker di RSUD dr. Pirngadi Medan Laili Alfita Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Pradina Willi Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Skizofrenia a. Pengertian skizofrenia Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku, pikiran yang terganggu, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 2. Variabel Tergantung : Kesejahteraan subjektif B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut seolah-olah berjalan dengan mulus. mewah yang dapat dibanggakan dan menjadi pusat perhatian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi, teknologi, serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat, langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi tatanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk mengkaji secara holistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Yang menjadi sebuah tolak ukur berhasil tidaknya pencapaian

Lebih terperinci