BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan berharga di mata Tuhan (Frankl, 1984). Setiap orang pasti menginginkan bagi dirinya suatu cita-cita dan tujuan hidup yang penting dan jelas yang akan diperjuangkan dengan penuh semangat, sebuah tujuan hidup yang menjadi arahan segala kegiatannya. Dan setiap orang juga pasti mendambakan dapat menjadi orang yang bertanggungjawab untuk dirinya sendiri, serta menjadi orang yang mampu menentukan sendiri apa yang akan dilakukan dan apa yang paling baik bagi dirinya dan lingkungannya (Bastaman, 2006). Manusia hidup di dunia ini memiliki makna hidup tersendiri yang sifatnya unik dan personal (Frankl, 1984). Makna hidup mempunyai arti yang berbeda pada setiap individu tergantung dari sudut pandang mana ia melihatnya dan mengartikannya (Frankl, 1984). Setiap individu mempunyai keinginan untuk meraih hidup bermakna, seperti yang dikemukakan Frankl (dalam Bastaman, 2006), bahwa dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun kehidupan ini selalu mempunyai makna, di mana hidup secara bermakna merupakan motivasi utama setiap orang. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi untuk memilih dan menemukan makna dan tujuan hidupnya. Makna dan tujuan hidup merupakan sesuatu yang

2 tidak dapat dipisahkan (Frankl dalam Bastaman, 2006). Ketika seseorang menemukan makna hidup maka ia akan menentukan tujuan hidup yang pada akhirnya akan membuat segala kegiatan menjadi lebih terarah (Bastaman, 2006). Kebermaknaan hidup merupakan perasaan subjektif bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri subjek mempunyai dasar kokoh dan penuh arti atau dengan kata lain subjek merasa bahwa dirinya benar, beres dan tepat (Erikson dalam Cremers, 1989). Benar, beres dan tepat dalam mengambil tindakan atau keputusan baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain akan menimbulkan rasa penuh makna. Rasa penuh makna tersebut tercapai ketika subjek merasa telah menyesuaikan diri secara memadai dengan tata nilai yang menjadi kerangka orientasi hidupnya (Koeswara, 1992). Bastaman (2006) mengatakan bahwa orang yang menghayati hidupnya bermakna menunjukkan kehidupan yang penuh gairah dan optimis, terarah, dan bertujuan, mampu beradaptasi, luwes dalam bergaul dengan tetap menjaga identitas diri dan apabila dihadapkan pada suatu penderitaan ia akan tabah dan menyadari bahwa ada hikmah di balik penderitaan (Bastaman, 2006). Berdasarkan fenomena yang dialami manusia di atas, kebermaknaan hidup dapat diraih atau dicapai oleh setiap umat manusia, termasuk wanita yang memilih bekerja sebagai pekerja seks komersil. PSK sendiri menunjuk pada sesosok perempuan penjaja seks yang merupakan prostitusi, membiarkan diri berbuat cabul dan melakukan perzinaan secara bebas (Kartono, 2005). Para wanita yang menjadi pelacur dengan menjual diri melakukan hubungan seks dengan lelaki liar sebagai mata pencaharian (Kartono, 2005). Alasan seorang wanita memilih

3 menjadi PSK dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal; kondisi keuangan keluarga yang memburuk, terbukanya peluang, tekanan yang datang dari teman pergaulan, atau dijual oleh keluarga sendiri, sedangkan faktor internal; sakit hati karena pasangan, sebagai sarana penyaluran nafsu, memiliki keinginan untuk cepat kaya, atau tidak memiliki kompetensi (Vansenbeeck, 2001). Akan tetapi, walaupun dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal, para PSK memiliki kebebasan memilih lapangan pekerjaan yang tersedia yang tidak mengharuskan mereka untuk terjun dalam dunia prostitusi (Koentjoro, 1996). Namun, pada kenyataannya PSK tidak menyadari kehidupan yang dijalani dan tidak siap menerima penderitaan tak terelakan yang dialami (Frankl, 1984) sehingga mereka berusaha mengatasinya dengan memilih hidup sebagai PSK adalah solusinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pengakuan PSK berikut ini: Yaa masuk kerja sini karna laki-laki...sakit hati, disiksa terus sama suamiku...karna gak tahan aku cerai setelah melahirkan 2 hari.. jadi PSK karna kebutuhan ekonomi gak cukup karna lakiku aku jadi seperti ini...aku tak mikir panjang mumpung bisa dapet duit untuk membiayai sekolah adik-adikku (Komunikasi personal, 4 April 2014) Masuk jadi PSK karna dikenalin teman putusin masuk sini karna aku merasa tertekan berada dalam keluarga bapakku sendiri tak peduli sama aku seperti tak ada aku dalam keluarga mau jam berapa pulang pun gak pernah ditanyai.. sepertinya saya tak pernah dianggap anak oleh keluarga.. sebelumnya kerja di pabrik roti, tapi karna terbakar tutup..aku tak punya kerjaan..jadi untuk menghidupi anakku..aku terpaksa kerja di sini... (Komunikasi personal, 4 April 2014) Karna ekonomi kurang, sekaligus untuk menghibur hati sebab perceraian dengan suami...sebelumnya pernah kerja jadi pembantu rumah tangga, jualan, pabrik buruh, tapi itu semua gak cukup

4 menafkahi anak dan ibuku..jadi temanku kenalin pelacuran ini..saya tidak mikir panjang..jadi aku kerjalah di sini..walau jijik, tapi demi bertahan hidup mau gimana tak punya keahlian khusus juga... (Komunikasi personal, 27 Maret 2014) Beberapa pengakuan di atas menunjukkan bahwa kebanyakan alasan perempuan menjadi pekerja seks komersil karena dipaksa oleh kondisi lingkungan, adanya kekecewaan karena percintaan gagal, kurangnya kesempatan kerja di pasar kerja, atau adanya kebutuhan yang mendesak untuk mendapatkan pendapatan agar bisa membiayai diri sendiri dan keluarga. Ini semua terkait dengan tuntutan hidup, yakni faktor ekonomilah yang menjadi alasan utama seseorang bersedia melakukan apapun termasuk menjadi PSK, sekalipun itu adalah perbuatan yang rendah atau hina di mata masyarakat umum dan agama. Wanita yang telah masuk dalam dunia prostitusi, ada yang merasa nyaman ataupun tidak nyaman atas pilihan yang mereka jalani sebagai pekerja seks komersil. Bagi wanita yang tidak nyaman berada di dalam dunia prostitusi, akan mempengaruhi kondisi psikologis mereka sebab mereka merasa bersalah, malu, marah, dan jijik. Walaupun mereka mengetahui benar apa yang mereka lakukan, namun untuk bertahan hidup mereka memilih jalan hidup mereka di dunia prostitusi (Koentjoro, 2004). Beberapa pengakuan PSK dalam menjalani pekerjaannya juga merasa tidak nyaman, terpaksa, menyesal, dan bersalah pada keluarga, antara lain: Gak ada enaknya, awalnya pingin pulang saja... jijik, marah, kesal dengan segala yang aku alami di rumah jadi di sini bisa

5 melepaskan segalanya..kalo punya modal cukup pingin cepat-cepat keluar...tapi saat ini aku masih butuh duit tuk bertahan hidup.. (Komunikasi personal, 4 April 2014) Aku merasa terpaksa kerja di sini..kalo bukan karna tak memiliki ketrampilan khusus..ditambah dengan biaya hidup semakin mahal dan untuk menenangkan hati yang masih terbayang suami yang kucintai menganiaya diriku aku harus berbohong pada ibu dan anak.. bersalah dan menyesal melanda hingga saat ini.. (Komunikasi personal, 27 Maret 2014) aku di sini karna bisa dapet duit dan bisa membiayai keluargaku.. kalo bisa keluar dan dapat pekerjaan yang lebih baik.. aku juga memilih keluar.. di sini aku sempat merasa lebih tenang..karna merasa teman-teman di sini rata-rata alasannya sama karna lakilaki dan keadaan ekonomi yang krisis.. (Komunikasi personal, 4 April 2014) Beberapa pengakuan di atas menunjukkan bahwa perempuan yang masuk dalam prostitusi merasa tidak nyaman dan terpaksa menekuninya karena sematamata ingin bertahan hidup. Selain itu, mereka juga tidak memiliki keterampilan khusus yang dapat memberikan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Hal lain yang turut memicu mereka memilih jalan hidup sebagai PSK karena mantan suami mereka yang menganiaya, menyakiti, dan mengecewakan mereka. Mereka yang dulu mungkin pernah mengalami kehidupan bermakna, tetapi pada saat suatu peristiwa tragis menimpa diri mereka, maka seakan-akan hidup mereka hampa dan tidak bermakna lagi karena berpegang teguh pada suatu nilai tunggal, yaitu keutuhan keluarga. Bagi wanita yang menjadi PSK karena terpaksa, cepat atau lambat akan merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhannya karena pada hakikatnya mereka

6 tahu bahwa apa yang dilakukan adalah perbuatan yang tercela dan tidak dapat diterima di kalangan agama manapun (Koentjoro, 1996). Meskipun disadari, mereka tetap tidak dapat menghentikan pekerjaannya demi kelangsungan hidupnya. Di satu sisi rasa bersalah tersebut terus menghantui, sementara di sisi lain mereka harus memikirkan kelangsungan hidupnya. Sangat sulit untuk menyeimbangkan dua tekanan yang kekuatannya berlawanan. Semakin lama tekanan tersebut terjadi, maka batin para PSK akan semakin tepuruk, dan akhirnya bisa mengakibatkan jiwa mereka terganggu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Erbe Sentanu (dalam Quantum Ikhlas, 2009), yang intinya membahas tentang negative feeling yang dialami manusia ketika berhadapan dengan nilai-nilai yang bertentangan atau berlawanan antara hati dan pikirannya. Koentjoro (1996) juga mengemukakan bahwa wanita pekerja seks komersial selalu mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik kepentingan antara rasa membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau juga yang berkaitan dengan karena adanya perasaan tidak aman akan statusnya sebagai pekerja seks komersial dalam masyarakat. Menurut Hutabarat (2004) dalam penelitiannya ditemukan bahwa adanya keinginan untuk tidak diasingkan dari lingkungan menyebabkan wanita pekerja seks komersil menutupi statusnya sebagai wanita pekerja seks komersil dengan berpura-pura menjadi anggota masyarakat biasa sehingga interaksi dengan lingkungan sekitar tetap terjaga. Selain berpura-pura menjadi masyarakat biasa, wanita pekerja seks komersil terpaksa membohongi keluarganya karena apabila

7 statusnya terbuka seluruh keluarganya akan didiskriminasi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pengakuan dari beberapa PSK berikut ini: yaa keluargaku gak tau kalo aku kerja di tempat ini..aku terpaksa bohong lah.. yang mereka tau aku kerja di café klo sempat keluarga tau yaa terpaksalah aku keluar, malu pada mereka dan pasti jadi ocehan masyarakat sekitar.. (Komunikasi personal, 4 April 2014) aku gak bisa jujur pada mereka karna itu akan berimbas pada anakku masa depan anakku pasti tak bisa menerima kalo mamanya seorang pelacur mereka dibesarkan dari duit haram ini rasa menyesal dan bersalah terus menghantui hingga saat ini, namun untuk bertahan hidup.. aku harus bersabar.. (Komunikasi personal, 27 Maret 2014) kalo statusku ketahuan, aku malu pada keluargaku di kampung.. dan orang-orang kampung pasti mendiskriminasi keluargaku tapi kalo keluargaku yang disini..mau aku pulang pagi pulang tengah malam mereka tak peduli... hidup ato gaknya diriku tak dipedulikan lagi... dan yang paling penting sekarang di Medan..aku hanya mengkhawatirkan anakku...dia tak boleh bernasib sama denganku (Komunikasi personal, 4 April 2014) Berdasarkan pengakuan di atas, maka diketahui bahwa wanita pekerja seks komersil mengetahui konsekuensi yang akan diterima, namun mereka tetap berada di dalam karena keterpaksaan; terpaksa disetujui suami, ditelantarkan suami atau ditinggal suami sehingga berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan anak, dan orang tua, sebagaimana pengakuan para PSK bahwa sebenarnya jika mereka memiliki keterampilan dan ekonomi yang cukup, maka mereka tidak ingin terus bertahan sebagai pekerja seks komersil. Secara umum, masyarakat menolak keberadaan wanita pekerja seks komersil. Masyarakat menganggap mereka adalah sampah masyarakat.

8 Masyarakat cenderung menghina, mencela, dan mengolok-olok keberadaan mereka. Mereka didiskriminasi oleh masyarakat karena para pekerja seks komersil dianggap orang yang tidak bermoral karena bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat (Koentjoro, 1996). Hal ini tidak hanya berdampak pada wanita pekerja seks komersil, akan tetapi seluruh keluarganya akan mendapat perlakuan diskriminasi dan mempermalukan keluarga sendiri. (Koentjoro, 1996). Tidak mendapatkan social support dari siapapun menyebabkan para PSK membentuk kelompok sendiri, yang kemudian semakin menjauhkan diri mereka dari masyarakat umum seperti masuk dalam suatu lokalisasi. Akibat penolakan dan sikap negatif masyarakat serta label-label yang diberikan kepada para PSK, mereka semakin menarik diri, mengalami berbagai hambatan dalam penyesuaian sosial dan pengembangan diri. Sikap masyarakat yang demikian dapat menimbulkan masalah psikologis bagi kaum wanita pekerja seks komersil (Koentjoro, 1996). Fenomena yang dialami PSK ini, memberikan gambaran mengenai bagaimana PSK hidup di bawah tekanan yang diperolehnya dari lingkungan sekitar, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat, serta harus menerima berbagai macam stereotipe negatif yang ditujukan pada PSK. PSK yang secara sadar maupun tidak sadar juga ingin diakui selayaknya manusia yang memiliki kebutuhan dasar serta keinginan seperti manusia lain pada umunya, yaitu manusia pasti ingin hidup bahagia sehingga apapun yang dilakukan pada akhirnya hanyalah untuk membuat hidupnya bahagia (Kartono, 2005).

9 Selama ini masyarakat selalu beranggapan bahwa PSK adalah manusia yang hina dan buruk, tanpa berusaha untuk mengenal mereka dengan lebih empatik (Koentjoro, 1996). Pada dasarnya PSK memiliki kehidupan PSK sama dengan masyarakat pada umumnya, yang membedakan mereka adalah justifikasi masyarakat itu sendiri terhadap mereka yang menganggapnya sebagai warga yang terpinggirkan Kartono, 2005). Hidup dengan penuh tekanan memperoleh stereotype negatif, diskriminasi, dan justifikasi masyarakat, ada beberapa PSK yang tidak sanggup menahan semuanya, namun ada juga yang memilih bertahan dan melanjutkan kehidupan sebagai PSK. Beberapa PSK yang bertahan inilah yang menarik perhatian peneliti akan bagaimana mereka memaknai hidup mereka sebagai seorang PSK. Para wanita yang memilih menjadi PSK juga ingin seperti manusia lainnya, ingin hidup mereka bermakna, mempunyai suatu kebutuhan yang bersifat unik, spesifik, dan personal, yaitu suatu kebutuhan akan makna hidup. Penghayatan akan kehidupan bagi mereka yang bertahan dan rela hidup sebagai seorang PSKlah menjadi hal yang unik, spesifik, dan personal yang dapat dikatakan seseorang dapat menyadari makna hidup dibalik penderitaan yang dialami atau Meaning in Suffering (Frankl, 1994). Frankl (2004) mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi oleh realitas atau menyadari apa yang bisa dilakukan pada sutuasi tertentu. Apabila seseorang berhasil memaknai hidupnya, maka kehidupannya dirasakan penting dan berharga, dengan demikian akan menimbulkan penghayatan bahagia (Bastaman, 2006). Adanya kebutuhan akan makna hidup, manusia memiliki pedoman hidup untuk melakukan hal-hal yang

10 seakan-akan menantang dan mengundang seseorang untuk memenuhinya (Bastaman, 2006). Seperti halnya dalam beberapa pengakuan PSK berikut: Seandainya aku punya keterampilan dan modal yang cukup, aku ingin membuka usaha jika beruntung aku ingin ada pria yang sungguh-sungguh tulus mencintaiku apa adanya...aku ingin seperti wanita lain yang memiliki keluarga yang harmonis.. (Komunikasi personal, 4 April 2014) berada di sini memang bisa mengurangi tekanan yang aku rasakan di keluargaku yang di Medan..karna mereka sama sekali tidak ngomong, tidak peduli dan menganggapku tak ada di keluarga itu.. sikap dan perilaku mereka seakan mendiskriminasi.. aku memilih tak pulang jika mau..tapi karna aku masih punya anak..aku harus mengurus mereka..kalo aku tak ada..anakku pasti gak dipedulikan.. jika aku punya modal cukup, aku bisa hidup sendiri dengan anakku..kalo Tuhan masih memberiku kesempatan, aku ingin ada seseorang bisa memberiku kebahagiaan seperti wanita lainnya.. (Komunikasi Personal, 4 April 2014) 2014) Walau harus berbohong tidak lagi menjadi beban pikiranku..yang penting aku tak harus mengemis, mencuri ato merampok untuk makan 3 kali sehari nyesel sih nyesel.. merasa bersalah juga aku tak penting sama ada pasangan ato tidak..yang penting aku punya modal buat beli rumah sendiri agar keluargaku semua bisa hidup bersama..itu sudah cukup.. karna smapi sekarang aku masih tidak bisa percaya sama namanya laki-laki.. (Komunikasi personal, 27 Maret Berdasarkan pengakuan di atas, maka perlu diketahui bahwa proses penemuan makna hidup bukanlah suatu perjalanan yang mudah bagi seorang PSK, perjalanan untuk dapat menemukan apa yang dapat mereka berikan dalam hidup mereka, apa saja yang dapat diambil dari perjalanan mereka selama ini, serta bagaimana sikap mereka terhadap nasib mereka sendiri, yang semuanya tidak

11 lepas dari hal-hal yang diinginkan selama menjalani kehidupan serta kendalakendala yang dihadapi dalam mencapai makna hidup yang dimulai dengan pikiran yang tenang dan kesadaran untuk meraih makna hidupnya (Bastaman, 2006). Dalam proses penemuan makna hidup, dituntut adanya keaktifan dan tanggung jawab PSK untuk memenuhinya. Makna hidup yang dicari tidak hanya ditemukan dalam keadaan yang menyenangkan, namun juga dapat ditemukan pada saat mengalami penderitaan hidup. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Frankl (2004) bahwa adanya nilai-nilai yang harus dipahami manusia agar dapat menemukan makna hidup, yaitu creative value mengacu pada pekerjaan yang ditekuni dan dikerjakan dengan sebaik-baiknya, experiental value mengacu pada pengalaman yang telah dilalui dan hikmah yang dapat diambil, dan attitudinal value mengacu pada ketabahan dalam menerima segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dihindarkan (Frankl, 2004). Dengan kesabaran dan ketabahan, PSK akan dapat menemukan makna hidup mereka atas pilihan dan tanggung jawab yang mereka pikul sampai saat ini yang akan berdampak di masa mendatang. Berhasil atau tidaknya mengambil hikmah dari pengalaman yang dialami dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta tanggung jawab yang dipikul mereka turut menentukan apakah menemukan insight atas kehidupan mereka sendiri serta tercapainya penghayatan hidup bermakna atau penghayatan hidup tidak bermakna. (Frankl, 2004). Berdasarkan teori Frankl, Bastaman (2006) mengajukan suatu proposisi mengenai urutan pengalaman dan tahap-tahap kegiatan seseorang dalam mengubah penghayatan hidup dari kondisi tidak bermakna (meaningless) menjadi

12 bermakna (meaningfull). Tahapan tersebut diawali dengan individu mengalami peristiwa tragis atau berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan dalam hidupnya sehingga beranggapan bahwa hidupnya tidak bermakna, tahap ini dsebut tahap derita. Wanita yang memilih bekerja sebagai PSK, hidupnya benar-benar berubah menjadi tidak menyenangkan atau bahkan lebih menderita dari kehidupan sebelumnya dan masih menganggap hidup mereka tidak bermakna. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pengakuan berikut ini: bertemu dengan laki-laki yang gak bertanggung jawab adalah nasibku..aku berkorban demi suami ketika dia jatuh..dan gak membalas ketulusanku.. dan malah menyiksa diriku.. aku cerai dan bawa kedua anakku agar gak mempengaruhi perkembangannya yang masih kecil..kebahagiaan serasa sudah terampas..dan aku gak bisa lagi percaya pada laki-laki pada saat itu..karna laki-lakilah aku jadi pelacur..menyimpan rasa sakit sendirian dan menjadi lonte untuk menghibur diri (Komunikasi personal, 27 Maret 2014) tamat sekolah aku ke Malaysia dengan tujuan untuk menggapai cita-cita dan mendapatkan pasangan yang bisa membuatku bahagia..tapi malah bertemu lelaki bejat tak bertanggung jawab.. aku hamil sudah 7 bulan..dia tega menendang aku hingga jatuh...syukurlah aku gak keguguran..aku ninggalin dia barulah aku cari kerja di café, tempat karoke dan terakhir di perlontean ini.. (Komunikasi personal, 4 April 2014) Apabila PSK sanggup bertahan, menerima segala konsekuensi, serta sadar bahwa inilah jalan yang mereka pilih, maka mereka akan beranjak ke tahap selanjutnya yaitu tahap penerimaan diri. Pada tahap ini, muncul kesadaran diri untuk mengubah kondisi diri menjadi lebih baik lagi. Munculnya kesadaran dalam diri PSK dapat melalui perenungan diri, konsultasi dengan para ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan ibadah, belajar dari pengalaman orang

13 lain atau peristiwa-peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah hidupnya selama ini. PSK yang berhasil mencapai tahap ini akan lebih memahami diri dan hidupnya sehingga mengubah sikap terhadap apa yang dialaminya (Bastaman, 1996). Menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-hal yang sangat penting dalam hidup, yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup, individu telah berhasil mencapai tahap penemuan makna hidup. Pada tahap inilah individu menyadari nilai-nilai yang sangat penting dalam hidup, antara lain creative value, experiential value, dan attitudinal value. Nilai-nilai yang dianggap berhaga dan penting bagi PSK membuat mereka menentukan tujuan hidup mereka ke depan (Bastaman, 1996). Tujuan hidup yang telah ditetapkan akan berusaha direalisasikan ketika para PSK mendapat dukungan dan bersemangat serta berkomitmen untuk melakukan kegiatan yang lebih terarah (Warren, 2002). Pada tahap ini, muncul keinginan dan kehendak untuk memenuhi tujuan hidup (will to meaning) sehingga PSK berusaha merealisasikan apa yang menjadi makna hidup bagi dirinya. Bastaman menyebut tahap ini sebagai tahap realisasi makna. Tujuan hidup yang telah ditetapkan akan diusahakan dan diupayakan semaksimal mungkin serta berkomitmen penuh untuk melaksanakannya hingga tujuan hidupnya tercapai (Bastaman, 1996). Berkaitan dengan hal realisasi makna, manusia terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok orang yang masih mencari makna hidup dan kelompok orang yang telah menemukan makna hidupnya.

14 Kelompok orang yang masih dalam pencarian makna hidup terdiri dari orang yang aktif dalam mencari makna hidup mereka dan orang yang terhambat dalam pencarian makna hidup mereka (Frankl, 1984). Bagi mereka yang aktif dalam pencarian makna hidup, tentu tidak akan kebingungan dan mempersepsi kehidupan mereka secara positif sehingga tidak akan mengalami kehampaan hidup (Lukas, 1985). Namun, bagi mereka yang terhambat dalam pencarian makna hidup, kehidupan ini dirasakan dangat membingungkan dan mempersepsikannya secara negatif. Mereka pada dasarnya sedang mencari tujuan hidup untuk dipenuhi, mendambakan suatu ideologi untuk diyakini dan menginginkan adanya kewajiban sosial yang dapat mereka jalani dengan penuh gairah, karena sadar bahwa mereka sebenarnya mengalami kehampaan hidup. Mereka yang terhambat dalam pencarian makna hidup disebut juga manusia dalam keraguan / people in doubt (Lukas, 1985). Dalam hal ini, manusia yang sudah menemukan makna hidup juga dibedakan antara orang yang mengorientasikan diri pada sistem nilai yang piramidal dengan orang yang mengorientasikan diri pada sistem nilai yang paralel (Kratochvil, 1968). Orang orang yang mendapatkan rasa aman dalam sistem nilai paralel adalah merka yang sekaligus memiliki beberapa nilai yang bobotnya sama kuat dan sama-sama bermakna dalam hidup mereka. Contohnya: seseorang yang sekaligus mencintai pekerjaan dan keluarganya, mempunyai teman-teman dan lingkungan pergaulan yang menyenangkan, dan dia pun tidak melupakan hobi-hobinya serta mendapatkan keimanan dalam agama yang diyakininya. Semua itu merupakan nilai-nilai yang bobotnya setara dan sejalan serta pada

15 waktu bersamaan mengorientasikan seseorang untuk memenuhi makna hidupnya dan jika tidak terpenuhinya satu nilai tertentu akan lebih mudah digantikan oleh nilai-nilai lainnya yang setara sehingga dia tidak akan pernah merasa bingung dan kehilangan orientasi dalam hidupnya (Kratochvil, 1968). Adapun orang-orang yang mendapatkan rasa aman melalui nilai-nilai yang piramidal adalah mereka yang semata-mata mengorientasikan diri pada nilai tunggal yang dianggapnya tertinggi, sedangkan nilai-nilai lainya ditempatkan pada peringkat yang jauh lebih rendah atau bahkan diabaikan. Dengan demikian, sistem nilai mereka secara keseluruhan seakan-akan membentuk piramidal tunggal. Contohnya: seseorang yang menemukan makna hidupnya semata-mata dari pekerjaannya dan mengabaikan kegiatan-kegiatan lainya; seorang ibu yang membaktikan seluruh hidupnya untuk suami dan anak-anaknya, tetapi mengabaikan kepentingan sendiri dan hal-hal lainnya, atau seorang rohaniawan yang menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk berdoa dan mengisolasi diri dari tugas-tugas kemasyarakatan (Kratochvil, 1968). Mereka yang pernah mengorientasikan diri untuk memenuhi nilai-nilai tunggal tersebut, dan pernah pula berhasil menjalani kehidupan yang bermakna, tetapi waktu nilai-nilai tersebut gagal dipenuhi, maka nilai-nilai lainnya tidak lagi berarti sehubungan dengan suatu peristiwa tragis tertentu yang mereka alami. Berkaitan dengan hal tersebut, maka manusia yang berorientasi pada sistem nilai piramidal disebut manusia dalam keputusasaan / people in despair (Lukas, 1986). Berhasilnya merealisasikan tujuan hidupnya, akan timbul perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup bermakna

16 dengan kebahagiaan sebagai hasil dari upaya mereka merealisasikan tujuan hidup mereka (Bastaman, 1996). Namun, ketidakberhasilan menghayati makna hidup biasanya menimbulkan frustasi eksistensial dan kehampaan eksistensial yang ditandai dengan hilangnya minat, berkurangnya insiatif, munculnya perasaan absurd dan hampa, gersang, merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa tidak berarti, serta bosan dan apatis yang apabila berlangsung secara intensif dan berlarut-larut tanpa penyelesaian tuntas dapat menjelma menjadi sejenis gangguan neurosis yang ditemukan Frankl (Crumbaugh dalam Bastaman, 1996). Berdasarkan fenomena di atas, adanya beberapa PSK selama menjalani kehidupan sadar akan pandangan negatif yang diperoleh dari lingkungan sekitar, tetapi beberapa diantaranya masih tetap mampu mempertahankan apa yang dipercayai, diyakini, dihayati dan sebagian dari mereka juga tetap menjalankan kehidupan dengan penuh keyakinan tanpa terpengaruh pendapat ataupun opini dari orang-orang yang memandang negatif dirinya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti kehidupan yang dijalani PSK dalam proses pencarian makna hidup. B. RUMUSAN PERMASALAHAN Peneliti hendak memahami kebermaknaan hidup PSK dengan menjawab pertanyaan penelitian berikut: Bagaimana dinamika yang dialami PSK dalam proses pencarian makna hidupnya selama menjalani kehidupan sebagai PSK?

17 C. TUJUAN PENELITIAN C.1. Tujuan teoritis Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memahami dinamika kehidupan PSK dalam proses pencarian dan penemuan makna hidup. Dengan menelusuri kehidupan PSK, mulai dari latar belakang, value yang dimiliki, kualitas diri, serta motivasi menjadi PSK akan mampu menjelaskan bagaimana PSK menghayati kehidupannya. C.2. Tujuan praktis Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk lebih memahami dan mengerti pentingnya kehidupan diri sendiri, apapun pilihan yang dihadapkan pada PSK pasti memiliki maknanya bila setiap PSK mampu mengambil hikmah dari pengalaman yang dilalui dan berani menghadapi tantangan hidup untuk meraih hidup yang bermakna. D. MANFAAT PENELITIAN D.1. Manfaat teoritis Dengan adanya penelitian ini, akan mempermudah untuk mendalami kehidupan yang dijalani PSK dalam proses pencarian makna hidupnya walaupun berada dalam kondisi yang menderita.

18 D.2. Manfaat praktis Dengan adanya penelitian ini akan memberi manfaat pada: 1. PSK Memberi semangat dan motivasi bagi para PSK bahwa selama mereka masih hidup, maka hidup mereka pasti bermakna ketika mampu menyadari hikmah dibalik segala pengalaman yang telah dialami dan menemukan makna dalam hidup mereka. 2. Keluarga - Memberi dukungan dan semangat pada PSK agar mereka merasa masih dibutuhkan dan dicintai yang akan membuat mereka berani menyusun rencana hidup ke depan, tidak lagi terikat dengan masa lalu sehingga mampu menemukan makna hidup dan menetapkan tujuan hidupnya. - Memberikan motivasi bagi mereka untuk mempelajari keterampilan baru agar dapat hidup lebih baik dan memiliki tujuan hidup ke depan. - Semakin mendekatkan diri pada Tuhan bahwa dengan bimbingan dan perlindungannya akan memberikan kekuatan bagi para PSK untuk menghadapi tantangan hidup.

19 E. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang tinjaun teoritis dan penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan fokus penelitian, diakhiri dengan pembuatan paradigma penelitian. BAB III : Metodologi Penelitian Pada bab ini dijelaskan alasan digunakannya pendekatan kualitatif, responden penelitian, teknik pengambilan responden, teknik pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data serta prosedur penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda di setiap diri individu. Semuanya berkembang sesuai dengan apa

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda di setiap diri individu. Semuanya berkembang sesuai dengan apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia merupakan hal yang unik dan memiliki jalan cerita yang berbeda di setiap diri individu. Semuanya berkembang sesuai dengan apa yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang 152 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang makna hidup pada pekerja seks komersial (PSK), diperoleh bahwa : a. The Freedom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Terlampir B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Tingkat Kebersyukuran Orang Tua yang Memiliki Anak Autis Tingkat kebersyukuran orang tua

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga.

BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP. spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar diri tetap terjaga. BAB II PENDEKATAN PSIKOLOGI TENTANG MEMAKNAI HIDUP II. 1. Pendekatan Psikologi Setiap kejadian, apalagi yang menggoncangkan kehidupan akan secara spontan diresponi dengan berbagai cara, dengan tujuan agar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna

BAB II LANDASAN TEORI. logoterapi. Kata logoterapi berasal dari kata logos yang artinya makna BAB II LANDASAN TEORI A. MAKNA HIDUP A.I. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi topik yang diteliti 1. Kebermaknaan Hidup a. Pengertian Kebermaknaan Hidup Makna hidup menurut Frankl adalah kesadaran akan adanya suatu kesempatan atau kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup A. 1. Definisi Makna Hidup Istilah makna hidup dikemukakan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyaki saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol

BAB I PENDAHULUAN. Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Orang yang mengkonsumsi dan kecanduan minuman keras atau alkohol disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak kekerasan dalam masyarakat sebenarnya bukan satu hal yang baru. Tindak kekerasan dapat menimpa siapa saja, baik laki- laki maupun perempuan, dari anak anak sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hadapi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini mendorong seseorang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi di Indonesia dan lapangan pekerjaan yang sedikit maka biaya hidup seseorang adalah masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan manusia. Peristiwa tragis yang mengakibatkan penderitaan kadangkala terjadi dan tidak dapat dihindari. Penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan pasangan hidup untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan analisis antar subjek, dapat disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Ketiga subjek sudah bisa menemukan makna hidupnya masing-masing. dengan cara dan urutan proses yang berbeda-beda. A, B dan C sama-sama

BAB V PENUTUP. Ketiga subjek sudah bisa menemukan makna hidupnya masing-masing. dengan cara dan urutan proses yang berbeda-beda. A, B dan C sama-sama BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Ketiga subjek sudah bisa menemukan makna hidupnya masing-masing dengan cara dan urutan proses yang berbeda-beda. A, B dan C sama-sama menemukan makna hidup dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan perbaikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prostitusi merupakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya, maka selalu menjadi relevan dengan setiap perkembangan manusia dimanapun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Makna Hidup 1. Definisi Makna Hidup Teori tentang makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama logoterapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti mereka. Biasanya, pasangan yang bertahan lama dalam masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang wanita yang suaminya meninggal dunia, tentu tidak mudah menjalanikehidupan seorang diri tanpa pendamping. Wanita yang kehilangan pasangan merasa sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Secara umum, keterbelakangan, ketidaktahuan, dan kemiskinan merupakan permasalahan pokok pada negara-negara berkembang. Ketiga masalah ini saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya adalah aktif, punya tujuan serta harga diri (Sarwono, 2002). Pada manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Adjustment 1. Definisi Personal Adjustment Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Manusia selain makhluk sosial juga merupakan makhluk yang bebas yang terlepas dari paksaan fisik, orang yang tidak dirampas hak-haknya, orang yang terlepas dari tekanan

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM :

MAKNA HIDUP. Nama : Chitra Perdana S. NPM : MAKNA HIDUP WARIA Nama : Chitra Perdana S NPM : 10506046 ABSTRAK Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendirian, mereka membutuhkan orang lain dalam kehidupannya Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di awal tunanetra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial Berbagai tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernah dialami oleh lima orang mantan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

BAB II LANDASAN TEORI. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga BAB II LANDASAN TEORI II.A. MAKNA HIDUP II.A.1. Definisi Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. mengenai Gambaran Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Muscular

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. mengenai Gambaran Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Muscular BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Gambaran Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Muscular Dystrophy dan penyesuain dengan teori yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan beberapa tahap proses pencarian makna hidup telah dilakukan oleh ketiga subjek dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki beberapa kesamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada

BAB II LANDASAN TEORI. makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap bahwa motivasi utama pada BAB II LANDASAN TEORI A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Tokoh yang terkenal dan merupakan tokoh pelopor dari perkembangan teori makna hidup adalah Victor Frankl. Frankl menganggap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu jalan keluarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia dan negara-negara lain istilah prostitusi dianggap mengandung pengertian yang negatif. Di Indonesia, para pelakunya diberi sebutan Wanita Tuna Susila. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang melanggar aturan dari norma sosial, akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat, misalnya diasingkan dalam pergaulan sosial. Sedangkan manusia

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK (Pekerja Seks Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari ketiga subjek, kedua subjek sudah menyadari dan menemukan makna hidupnya sedangkan subjek C belum menyadari dan menemukan makna hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama 54 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pernikahan poligami hanya terbatas empat orang isteri karena telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992).

terlebih bagi seorang wanita, sebagian besar wanita menganggap pernikahan untuk melengkapi atau menyempurnakan hidup (Kartono,1992). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan yang menikah tentunya memiliki banyak impian dan harapan indah yang ingin dicapai melalui kebersamaan dalam ikatan tersebut, terlebih bagi seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah pengkhianatan terhadap komitmen yang telah diikrarkan dan berdampak serius terhadap individu dan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Pernikahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang di dalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belah pihak. Pernikahan dilandasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK

Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. ABSTRAK Judul : Makna Hidup Penyandang Cacat Tunanetra yang Berprofesi Sebagai Tukang Pijat. Nama/NPM : Endah Sri Wahyuni / 10503064 Pembimbing : Dona Eka Putri, Psi., M.Psi. ABSTRAK Setiap manusia pasti menginginkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal

BAB V PENUTUP. kepada pihak-pihak terkait dengan penemuan makna hidup pasien gagal ginjal BAB V PENUTUP Setelah deskripsi dan analisa data pada Bab III dan IV dengan menggunakan pisau logoterapi Frankl maka di akhir tulisan ini penulis akan menutup tulisan ini dengan memberikan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia berkembang sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam proses perkembangan itu, berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( )

MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( ) MAKNA HIDUP GURU ROUDATUL ATHFAL (RA) NURUL HUDA CENGKOK NGANJUK ASMA UL BADI AH ( 10410180 ) I. Pendahuluan Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam diri manusia, dibuktikan dengan kata mutiara kesehatan bukanlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat merupakan dambaan dari semua orang. Dengan sehat orang dapat melakukan segala aktivitas untuk mencapai apa yang diinginkan. Bahkan secara makro negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi perempuan yang sudah menikah. Mereka memiliki tugas ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga saat

Lebih terperinci

PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL (Studi di Kecamatan Banjarsari, Surakarta) Usulan Penelitian Untuk Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dicintai, dapat lebih memaknai kehidupannya dan memiliki perasaan. yang mengalami penderitaan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup adalah suatu misteri. Berbagai pengalaman baik positif ataupun negatif tidak lepas dari kehidupan seseorang. Pengalamanpengalaman tersebut dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pekerja Seks Komersial Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi (Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses BAB IV ANALISA DATA Manusia hidup di dunia tentunya tidak dapat hidup sendiri tanpa ada hubungan dengan manusia lain yang saling terkait satu sama lain. Hidup yang saling berkaitan akan menumbuhkan saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini banyak sekali kita mendengar kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi) INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi) Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang NIM : 071301109

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pengalaman baik positif maupun negatif tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang. Pengalaman-pengalaman tersebut akan memberi pengaruh yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci